• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Bilangan Swelling Indeks Compound Lateks Pada Pembuatan Benang Karet di PT.Industri Karet Nusantara Tanjung Morawa Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Bilangan Swelling Indeks Compound Lateks Pada Pembuatan Benang Karet di PT.Industri Karet Nusantara Tanjung Morawa Medan"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN BILANGAN SWELLING INDEKS COMPOUND

LATEKS PADA PEMBUATAN BENANG KARET DI

PT.INDUSTRI KARET NUSANTARA

TANJUNG MORAWA

MEDAN

KARYA ILMIAH

ARVINA SARI

NIM : 062401011

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

KIMIA ANALIS FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN

(2)

PENENTUAN BILANGAN SWELLING INDEKS COMPOUND

LATEKS PADA PEMBUATAN BENANG KARET DI

PT.INDUSTRI KARET NUSANTARA

TANJUNG MORAWA

MEDAN

KARYA ILMIAH

Ditujukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ahli madya

ARVINA SARI

NIM : 062401011

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

KIMIA ANALIS FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN

2010

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Bilangan Swelling Indeks Compound Lateks Pada Pembuatan Benang Karet di PT.Industri Karet Nusantara Tanjung Morawa Medan

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Arvina Sari

Nim : 062401011

Program Studi : Diploma III Kimia Analis Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Disetujui di :

Medan, Januari 2010

Diketahui oleh Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing Ketua

Dr.Rumondang Bulan Nst.MS Sovia Lenny,S.Si.M.Si NIP : 195408301985032001 NIP : 197510182000032001

(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN BILANGAN SWELLING INDEKS COMPOUND

LATEKS PADA PEMBUATAN BENANG KARET DI PT.INDUSTRI

KARET NUSANTARA TANJUNG MORAWA MEDAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Januari 2010

ARVINA SARI 062401011

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan

karunia yang diberikanNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya ilmiah ini dalam waktu yang telah ditetapkan. Untuk melengkapi dan

menyelesaikan program diploma III Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Arwin dan Ibunda Syarifah,adinda

Widhi,Dony dan Nita serta seluruh keluarga besar yang selama ini memberikan

bantuan, perhatian, dorongan, pengorbanan dan kasih sayang serta doa yang tulus

kepada penulis. Tak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sovia

Lenny.S.Si.Msi selaku pembimbing pada penyelesaian karya ilmiah ini, yang telah

memberikan panduan ringkas, padat, profesional, dan penuh kepercayaan pada

penulis agar dapat menyelesaikan tugas ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan

kepada Ketua Departemen yaitu DR.Rumondang Bulan MS, semua dosen dan

pegawai di FMIPA USU, serta teman-teman terbaik saya Ferdy, Tia, Ela, Bila,

Wiwik, Winda, Wanda, Ria, dan Yudi atas dorongan dan dukungannya selama ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai

pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini, dan semoga

semuanya mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT.

Amin ya robbal alamiin….

(6)

ABSTRAK

Salah satu tahap dalam pembuatan benang karet adalah menghitung bilangan swelling

indeks compound dari benang karet, karena Swelling indeks compound berhubungan

erat dengan elastisitas dari benang karet. Dari hasil percobaan, nilai yang diperoleh

adalah 2,13 – 2,63 mm². Bilangan swelling indeks compound telah memenuhi standar

perusahaan yaitu 2,34 – 2,63 mm² . Apabila swelling indeksnya terlalu besar atau

terlalu rendah, akan dapat mengakibatkan berkurangnya elastisitas dari benang karet.

(7)

ABSTRACT

One of phase in making of rubber yarn is count the number swelling make an index to the compound from rubber yarn, because Swelling make an index to the compound closely related with the elasticity from rubber yarn. From attempt result, value obtained is 2,13 - 2,63 mm². number Swelling make an index to the compound have fulfilled the company standard that is 2,34 - 2,63 mm². Swelling index too big or too low, will be able to result to decrease it elasticity from rubber yarn.

(8)

DAFTAR ISI 2.2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Lateks 15

(9)

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 23

4.1. Data 23

4.2. Perhitungan 24

4.3. Pembahasan 24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 28

5.1. Kesimpulan 28

5.2. Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN 30

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel.2.1. Komposisi lateks segar dan lateks kering 8

Tabel4.1. Hasil Pengamatan analisis di Laboratorium 23

untuk tes swelling

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lamp 1. Tabel BilanganSwelling Indeks Compound dan Tegangan Putus 31

(12)

ABSTRAK

Salah satu tahap dalam pembuatan benang karet adalah menghitung bilangan swelling

indeks compound dari benang karet, karena Swelling indeks compound berhubungan

erat dengan elastisitas dari benang karet. Dari hasil percobaan, nilai yang diperoleh

adalah 2,13 – 2,63 mm². Bilangan swelling indeks compound telah memenuhi standar

perusahaan yaitu 2,34 – 2,63 mm² . Apabila swelling indeksnya terlalu besar atau

terlalu rendah, akan dapat mengakibatkan berkurangnya elastisitas dari benang karet.

(13)

ABSTRACT

One of phase in making of rubber yarn is count the number swelling make an index to the compound from rubber yarn, because Swelling make an index to the compound closely related with the elasticity from rubber yarn. From attempt result, value obtained is 2,13 - 2,63 mm². number Swelling make an index to the compound have fulfilled the company standard that is 2,34 - 2,63 mm². Swelling index too big or too low, will be able to result to decrease it elasticity from rubber yarn.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karet di Indonesia menghadapi permasalahan pokok pada pemasaran, terutama harga

jual yang tidak stabil dan cendrung menurun, biaya produksi yang terus-menerus

meningkat, serta persaingan pasar yang semakin berat ditingkat Internasional.

Persaingan bukan hanya terbatas pada satu Negara saja, melainkan sudah meluas

hingga ke Negara-negara penghasil karet sintetis.

Untuk memperkuat daya saing karet alam Indonesia di pasaran Internasional,

langkah-langkah peningkatan efektivitas dan efisiensi di semua bidang perkaretan

perlu lebih digalakkan, Peningkatan yang dimaksud terutama dilakukan pada mutu

konsisten, jaminan bebas kontaminan, memenuhi standart mutu spesifikasi tekhnis

yang telah ditetapkan dan sesuai dengan selera konsumen (Tim Penulis.PS.,1999).

Untuk menerapkan sistem jaminan mutu diperlukan pengawasan mutu secara

total disetiap proses, mulai dari penerimaan bahan baku, penimbangan lateks,

penambahan bahan kimia, proses pengolahan di pabrik, pengepakan, penyimpanan

dan sistem pemasaran.

Proses pengolahan bahan baku di Pabrik Industri Karet Nusantara Medan,

adalah lateks pekat dengan kadar karet pemusingan pada putaran sekitar 6000-7000

(15)

2

bagian bawah, dan pada akhirnya diperoleh lateks pekat dengan kadar karet kering ±

60%.

Dalam pengolahan lateks kebun menjadi lateks pekat pada dasarnya adalah

memisahkan lateks dengan serum berdasarkan prinsip perbedaan berat jenis antara

lateks dengan serum, dimana beret jenis lateks 0,49 dan berat jenis serum 0,98 yang

mendekati berat jenis air.

Lateks pekat yang digunakan sebagai bahan baku terlebih dahulu

dihomogenkan dengan stirrer dalam tangki penyimpanan lateks atau Lateks Stage

Tank (LST), kemudian dengan tekanan vakum dialirkan ke tangki timbang untuk

ditimbang sesuai formulasi yang diinginkan. Setelah ditimbang dialirkan ke Inaktif

Compound Tank (ICT) untuk proses pengcompounan.

Bahan-bahan kimia mempunyai peranan penting dalam pembuatan

compound. Compound merupakan campuran antara lateks pekat dengan beberapa

bahan kimia yang merupakan bahan untuk pembuat benang karet, Bahan-bahan kimia

ini dicampurkan pada lateks untuk mendapatkan produk yang bermutu dan bernilai

ekonomis. Pada unit active compound terjadi maturasi (pemasakan) compound. Titik

akhir maturasi diketahui dengan adanya pengujian swelling indeks. Swelling indeks

merupakan nilai yang menunjukkan perbandingan antara diameter pengembangan

dengan diameter awal.

Swelling indeks juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi elastisitas dari produk benang karet, dimana lateks yang mengalami maturasi mempunyai sifat tidak larut dalamcairan tetapi lateks mengalami pengembangan.Dengan adanya pengembangan

(16)

3

compound maka dapat dianalisa apakah benang karet kuat, kasar, rapuh atau sesuai

dengan standar yang diinginkan (PT.IKN Medan).

Swelling indeks sangat berhubungan dengan elastisitas dari benang karet.

Semakin rendah nilai swellingnya maka benang karet akan semakin rapuh, dengan

demikian harus diketahui nilai swelling indeks agar diperoleh benang karet yang baik.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas masalah

tersebut dengan mengambil judul “ Penentuan Bilangan Swelling Indeks Compound

Lateks Pada Pembuatan Benang Karet di PT. Industri Karet Nusantara Tanjung

Morawa Medan”.

1.2. Permasalahan

Apakah bilangan swelling indeks compound lateks pada pembuatan benang

karet di PT.Indusrti Karet Nusantara telah sesuai dengan standar perusahaan yang

telah ditentukan, agar diperoleh benang karet yang baik.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah :

• Untuk mengetahui bilangan swelling indeks compound lateks sebelum

(17)

4

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari karya tulis ini adalah :

• Memberikan pengetahuan tentang bilangan swelling indeks compound

pada

Lateks dari benang karet.

• Analisa swelling indeks compound dapat dijadikan acuan sebagai

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Morfologi Tanaman Karet

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang

berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman

karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk

asli diberbagai tempat seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan

menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah Getah yang mirip lateks juga

dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman

tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara

luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat

dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran.

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup

besar Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh

lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada

beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang

tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri

dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm.

Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar.

Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun

berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji

(19)

6

Jadi, jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran

bij besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak

berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan

akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan

besar. Lebih lengkapnya, struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut;

Divisi: Spermatophyta, Subdivus: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo:

Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea Brasiliensis

(Nazaruddin,1999).

2.1.1. Pengertian Karet

Karet adalah

(dikenal sebagai lateks) di getah beberapa jenis tumbuhan tetapi dapat juga

diproduksi secara sintetis. Sumber utama barang dagang dari lateks yang digunakan

(20)

7

membawa baju anti-air tersebut menyebabkan orang-orang terkejut sehingga ia

dibawa ke pengadilan atas tuduhan melakukan ilmu gaib.

Ketika karet dibawa ke

menghapus tanda pensil di atas kertas. Ini adalah awal penamaan "rubber" di Inggris.

(Surya.I.,2006).

2.1.2. Sifat-sifat Karet Alam

Karet alam mengandung seratus persen cis-1,4-poliisoprena, yang terdiri dari

rantai polimer lurus dan panjang dengan gugus isoprenik yang berulang, komposisi

lateks dipengaruhi oleh jenis klon tanaman, sistem deres, musim, dan kedaan

lingkungan kebun lateks pada saat keluar dari pembuluh lateks adalah dalam keadaan

steril, tetapi lateks mempunyai komposisi yang cocok dan baik sebagai media tumbuh

mikroorganisme, sehingga dengan cepat mikroba dari lingkungan akan mencemari

(21)

8

mikroba. Peralatan yang digunakan terutama yang berkontak langsung dengan

lateks harus bersih dan kering. Seperti : pisau deres, mangkok sadap, ember

tempat pengutipan, tangki pengumpulan hasil (TPH), tangki angkut, tangki

penerimaan dan sarana pengolahan di pabrik. Tangki yang terbuat dari plat besi, bagian dalamnya harus dilapisi dengan lilin.

2 . Membubuhkan bahan pengawet sedini mungkin

Bahan yang digunakan dalam pengawetan lateks adalah ammonia,karena dianggap terbaik dan termurah harganya. Pembubuhan amonia dapat dilakukan dengan dua

(22)

9 cara ,yaitu : pembubuhan bertahap larutan amonia 20% dibubuhkan oleh setiap

penderesan kedalaman lateks diember pengutipan dengan dosis 3-3,5 gram/liter

lateks. Kemudian setelah lateks terkumpul di TPH ditambah lagi gas amoniak

hingga dosis mencapai 6-7 gram /liter lateks.Pembubuhan sekaligus : amonia gas

atau larutan 20% dibubuhkan sekaligus hingga dosis 6-7 gram/liter. Pembubuhan

dilakukan setelah lateks terkumpul di TPH.Cara ini dapat dilakukan dengan syarat

setiap 5 jam setelah penyadapan.

3. Segera mengangkut lateks dari TPH ke pabrik

Pengangkutan lateks dari TPH ke pabrik harus dilakukan secepatnya,tanpa

penundaan waktu lama.Mikroba dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan lateks

mengandung amoniak,sehingga semakin lama aktivitas mikroba dapat meningkat

untuk merusak lateks dan akibatnya mutunya menjadi turun.Diharapkan 9-10 jam

sejak penyadapan lateks kebun sudah tiba di pabrik pengolahan lateks pekat

(Omposunggu.M,1987).

Apabila lateks segar dipusingkan pada kecepatan 32.000 putaran permenit (rpm)

selama 1 jam,akan terbentuk 4 fraksi yaitu :

• Fraksi karet terdiri dari partikel-partikel karet yang berbentuk bulat dengan diameter 0,05-3 mikron.Partikel karet diselubungi oleh lapisan

pelindung yang terdiri dari protein dan lipida yang berfungsi sebagai

pemantap.

• Fraksi Frey Wessling yang terdiri dari partikel-partikel Frey Wessling yang ditemukan Frey Wessling. Fraksi ini berwarna kuning karena

(23)

10

• Fraksi serum, juga disebut fraksi C (Centrifuge serum) mengandung

sebagian besar komponen bukan karet yaitu air, karbohidrat, protein dan

ion-ion logam.

• Fraksi bawah, terdiri dari partikel-partikel koloid yang bersifat gelatin,

mengandung senyawa nitrogen dan ion-ion kalsium serta magnesium

(Omposunggu.M,1987)

2.2. Jenis-jenis Karet Alam

Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan

olahan , ada yang setengah jadi, atau sudah jadi . Ada juga karet yang diolah kembali

berdasarkan bahan karet yang sudah jadi . Salah satu jenis karet alam yang dikenal

luas adalah lateks pekat .

2.2.1. Lateks Pekat

Lateks pekat merupakan bahan baku pembuatan benang karet. Lateks pekat

adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau

padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual di pasaran ada yang dibuat melalui

proses pemusingan. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk

pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.

Lateks pekat adalah salah satu jenis ekspor karet alam Indonesia yang

tergolong dalam harga paling tinggi dibanding jenis karet ekspor lainnya

seperti RSS (Ribbed Smoked ) dan TSR (Technically Specifid Rubber ).

Lateks pekat dibuat dari olahan lateks kebun (DRC 25-40%) dengan proses

pemekatan hingga kadar karet kering (DRC) menjadi lebih besar dari 60%.

(24)

11

Tujuan dari pemekatan lateks antara lain adalah:

1. Untuk memperoleh kadar karet kering (DRC) 60%

2. Untuk mengurangi kenaikan biaya produksi .

3. Untuk mengetahui jumlah air yang ditambahkan pada pengenceran lateks

sampai kadar yang diketahui .

4. Lateks yang pekat akan lebih seragam mutunya dan lebih sesuai untuk

pengolahan barang dari karet yaitu benang karet. Sebelum lateks kebun

diolah menjadi lateks pekat, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan

mutunya di laboraturium. Parameter mutu yang penting untuk

pemeriksaan adalah DRC, kadar NH3 dan bilangan VFA. Persyaratan

mutu lateks kebun setiba di pabrik untuk dapat diolah menjadi lateks pekat

adalah :

• Kadar karet kering (DRC) : Minimum 28%

• Kadar amonia (NH3) :minimum 3,5 g/l

• Bilangan VFA :minimum 0,05

(Dr.Tonel Barus,1995)

Ada empat cara yang digunakan untuk mendapatkan lateks pekat yaitu :

1. Cara pemusingan ( Centrifuging )

Proses pemekatan lateks kebun dipusingkan dengan menggunakan alat sentrifugasi pada kecepatan 5000-7000 rpm ( putaran permenit ) sehingga

menimbulkan sentrifugasi pertikel karet yang cukup besar sehingga lateks kebun terpisah menjadi 2 bagian yaitu kecepatan gerak partikel ke atas menjadi lebih besar yang di sebut lateks pekat dengan KKK 60% sedangkan serum tertinggal dibagian bawah disebut skim dengan KKKnya (4-10% ).

(25)

12

2. Pendadihan ( Creaming )

Cara pendadinan yaitu memekatkan lateks kebun dengan menggunakan bahan

pendidihan misalnya garam amonium algionat . Bahan pendidih dicampurkan

kedalam lateks kebun dan diaduk sampai rata kemudian dibiarkan sampai

beberapa

hari . Maka akan terpisah menjadi dua bagian yaitu bagian atas adalah lateks yang

disebut dengan lateks dadih dengan KKK antara ( 55-60 ) dan bagian bawah

logam elektroda yaitu positif dan negatif ke dalam lateks kebun yang ditempatkan

dalam suatu tabung . karena butir-butir karet bermuatan negatif , maka butir-butir

karet akan mengalir ke kutub positif dan mengumpal di sekelilingnya. Dengan

cara tersebut maka terpisahlah lateks kebun menjadi 2 bagian yaitu kutub positif

terdapat lateks pekat sedangkan kutub negatif adalah serumnya. Dari keempat cara

(26)

13

2.2.2. Sifat-sifat Lateks

Kandungan bukan karet lateks yang terdiri dari air dan senyawa-senyawa

protein, lipida, karbohidrat serta ion-ion anorganik mempengaruhi sifat karet.

Komponen senyawa-senyawa protein dan lipida selain berguna menyelubungi

partikel karet (kemantapan lateks) juga berfungsi sebagai antioksidan alamiah dan

bahan bahan percepat (Accelerator) dalam proses pembuatan barang jadi karet. Oleh

karena itu, dalam penanganan baku oleh (lateks kebun atau koagulum) dan

pengolahan karet ekspor (lateks pekat, RSS atau SIR) komponen non karet protein.

2.2.3. Pengolahan Lateks Pekat

Prinsip pembuatan lateks pekat berdasarkan pada perbedaan berat jenis

antara partikel karet dengan serum. Serum mempunyai berat jenis lebih besar

daripada partikel karet, berat jenis serum yaitu 1,024 sedangkan partikel karet hanya

0,904. Akibatnya, partikel karet akan naik ke permukaan dan serum akan terkumpul

di lapisan bawah dalam proses pembuatan lateks pekat.

Ada 2 macam lateks pekat yang biasa dijual di pasaran. Yang pertama adalah

creamed lateks atau di Indonesia dikenal dengan nama lateks dadih. Sedangkan yang

ke 2 adalah centrifuged lateks atau disebut lateks pusingan.

Bila menginginkan lateks pekat yang dibuat bermutu tinggi, maka syaratnya

harus menggunakan bahan baku lateks yang masih segar dan baik. Pengawasan mulai

dari penyadapan sampai pengumpulan di kebun dan di lanjutkan dengan pengiriman

(27)

14

Zat antikoagulan ditambahkan pada mangkuk penyadapan dan tempat

pengumpulan lateks di kebun. Hal ini penting sekali untuk mempertahankan

kesegaran lateks yang akan dibuat lateks pekat. Bila terjadi prokoagulasi pada lateks,

maka bahan ini sudah tidak baik untuk diolah menjadi lateks pekat.

Untuk maksud ini dapat digunakan ammonia. Penambahan gas ammonia

memungkinkan lateks pekat tahan di simpan dalam waktu yang cukup lama.

Pengangkutan lateks di pabrik biasanya dilakukan dengan tekanan udara yang lebih

rendah dari normal.

2.2.4. Parameter Lateks Pekat

Beberapa parameter lateks pekat, yaitu :

• TSC (Total Solid Content) yaitu pemeriksaan kadar kepekatan bahan dengan

pemanasan.

• Amoniak (NH3).

• MST (Mechanical Stability Time) yaitu waktu yang diperlukan untuk

terjadinya koagulasi sewaktu dipusingkan dengan kecepatan 14000 rpm.

• KOH Number yaitu bilangan KOH ekuivalen dengan asam radikal yang

bergabung dengan amoniak dalam 100 g lateks pekat

• VFA Number atau (Volatile Fatty acid) yaitu jumlah gram KOH yang

dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak yang menguap :

• DRC (Dry rubber Content) yaitu kadar karet kering.

(28)

15

2.2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lateks.

Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang

baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, diantaranya adalah :

1) Faktor di kebun (jenis klon, system sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain).

2) Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prokoagulasi, musim kemarau

kedaan

lteks tidak stabil).

3) Alat-alat yang digunakan dalm pengumpulan dan pengangkutan (yang terbuat

dari aluminium atau baja tahan karat).

Kestabilan koloid lateks dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :

a. Pengaruh pH

Perubahan pH dapat terjadi dengan penambahan asam atau basa dan karena

penambahan elektrolit. Bila pH diturunkan terlalu rendah dan dengan cepat

lateks akan tetap cair (stabil) karena lapisan pelindung seluruhnya bermuatan

positif. Demikian juga pada pH 5,5 lateks akan stabil karena protein

(29)

16

b. Pengaruh jasad renik

Setelah lateks keluar dari pohon, lateks itu akan segera tercemar oleh jasad

renik yang berasal dari udara atau dari peralatan-peralatan yang digunakan.

Jasad renik tersebut mula-mula akan menyerang karbohidrat terutama gula

yang terdapat dalam serum dan menghasilkan asam-asam lemah yang mudah

menguap.

c. Pengaruh mekanis

Jika lateks sering tergoncang akan dapat mengganggu gerakan Brown dan

sistem koloid lateks, sehingga partikel mungkin akan bertubrukan satu sama

lain. Tubrukan-tubrukan tersebut dapat menyebabkan terpecahnya lapisan

pelindung dan akan mengakibatkan penggumpalan (Tampubolon.M.,1986).

2.3. Manfaat Karet 2.3.1. Manfaat Karet Alam

Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya

alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari seperti

benang karet maupun dalam usaha industri seperti mesin-mesin penggerak, untuk

membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan

getaran, misalnya shockabsorbers.

(30)

17

Sebagai pencegah lecet atau rusaknya kulit dan kuku ternak karena lantai

semen yang keras, maka alas lantai dibuat dari karet dan sekarang banyak digunakan

dipeternakan-peternakan besar.

2.3.2. Manfaat Karet Sintetis

Karena memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh karet alam,

maka dalam pembuatan beberapa jenis barang banyak digunakan barang baku karet

sintetis.

Karet memiliki pengaruh besar terhadap bidang transportasi, komunikasi, industri,

pendidikan, kesehatan, hiburan, dan banyak bidang kehidupan lain yang vital bagi

kehidupan manusia. Manfaat secara tidak langsung pun banyak yang dapat diperoleh

dari barang yang dibuat dari bahan karet (Tim Penulis.PS.,1999).

2.3.3. Kegunaan Lain Tanaman Karet

Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan baku pembuatan aneka barang

keperluan manusia, sebenarnya karet masih memilliki manfaat lain. Manfaat ini

walaupun sekedar sampingan, tetapi memberi keuntungan yang tidak sedikit bagi

para pemilik perkebunan karet.

Hasil sampingan lain tanaman karet yang memberikan keuntungan adalah

kayu atau batang pohon karet. Biasanya tanaman karet yang tua perlu diremajakan

dan diganti dengan tanaman muda yang masih segar dan berasal dari klon yang lebih

produktif . Tanaman tua yang ditebang dapat dimanfaatkan batangnya atau diambil

(31)

18

Masa produktif tanaman karet biasanya berkurang sesudah umur 25 tahun.

Pada masa inilah karet bisa ditebang dan diremajakan. Karena banyaknya tanaman

karet yang sudah cukup umur di Indonesia, maka jumlah kayu karet yang diperoleh

tidak sedikit.

Selain itu, tanaman kedelai yang tumbuh dapat mendukung pertumbuhan

tanaman karet dan usaha peternakan domba di areal perkebunan karet ini sangat

menguntungkan pemilik perkebunan atau petani karet rakyat.

2.4. Swelling Indeks

Swelling indeks merupakan nilai yang menunjukkan perbandingan antara

diameter pengembangan dengan diameter awal. Swelling indeks juga bisa dikatakan

sebagai angka pemasakan Compound. Adapun swelling test dari Compound

dilakukan pada titik akhir maturasi (pemasakan) karena lateks yang telah mengalami

vulkanisasi akan mempunyai sifat yang tidak larut dalam suatu cairan organik, tetapi

lateks akan mengalami pengembangan.

Sebelum dilakukan proses pengolahan compound lebih lanjut perlu dilakukan

pengujian sifat dari lateks compound tersebut untuk memastikan keadaannya

sehingga tidak terjadi gangguan pada proses produksi.

Didalam active compound tank (ATC) berlangsung proses maturasi, lamanya waktu maturasi tergantung dari banyaknya jumlah lateks yang akan diolah, tetapi biasanya standart waktu yang menjadi acuan maturasi compound adalah ± 320C. Swelling test dilakukan sebanyak empat kali. Pengujian pertama dilakukan setelah maturasi compound berlangsung selama 2 jam. Demikianlah seterusnya sebanyak empat

(32)

19

kali dan range waktu setiap pengujian adalah 2 jam. Adapun tujuan dilakukan

swelling test sebanyak empat kali adalah untuk mengontrol jalannya proses maturasi

dan mengetahui apakah swelling indeks sesuai dengan standart yang di tentukan

selama

proses maturasi berlangsung di active compound sehingga dapat diatasi bila swelling

indeks berada dibawah atau diatas standart, sehingga tidak mempengaruhi mutu

produksi benang karet (PT.IKN Medan).

2.13. Tegangan Putus (Resistant At Break)

Pada benang karet tegangan putus dikenal dengan istilah Resistant At

Break.Tegangan putus adalah salah satu yang sangat penting diperhatikan dalam

pengujian hasil produksi benang karet yang telah siap sesuai dengan order. Pada

tahun 1678 seorang ilmuan Inggris yang bernama Robert Hooke dalam percobaannya

menyatakan bahwa apabila benda-benda yang akan diuji tegangan putusnya, pada

pengujian tegangan putus ini diberikan beban yang berlebih, maka benang karet itu

akan terputus.

Tegangan putus pada suatu penampung tertentu, disebabkan oleh besar benda

(33)

20

Dengan melakukan percobaan langsung terhadap batang prismatis (batang

dengan bentuk-bentuk) dan bermacam-macam bahan disimpulkan bahwa dalam batas

tertentu, perpanjangan batang itu sebanding dengan gaya tariknya. Hubungan linier

antara tegangan dan regangan disebut hukum Hooke.

Alat yang digunakan untuk mengetahui tegangan putus adalah dynamometer.

Tegangan putus adalah perbandingan hasil pembacaan titik putus pada grafik dengan

total section dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Tegangan putus = hasil pembacaan skala titik putus Total section

Hasil pembacaan skala titik putus (g)

Total section (mm2)

Pembacaan skala titik putus dibaca tiap skala adalah 3200 g, total section dapat

dihitung dengan rumus :

Total section = 2 X section X jumlah loops

Dimana section adalah pemotongan benang karet yang sangat kecil dalam

(34)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat

- Plat Stainless Steel

- Kipas Angin Sanyo

- Beaker Glass 600 ml pyrex

- Jam Alarm fox

- Gunting

- Kertas dan Karton

- Alat Pelobang Berdiameter 38 mm

- Kertas Grafik

- Wadah transparan

- Stoples plastik ukuran 2 Liter

3.2. Bahan

- Kalsium Nitrat dalam Isopropil Alkohol 5%

- Sampel ± 500 ml ( compound aktif )

- Metanol

- Talkum Powder

- Sikloheksan

(35)

3.3. Prosedur

1. Plate Stainless Steel dicelupkan kedalam larutan kalsium nitrat dalam isopropil

alkohol 5%, keringkan dengan menggunakan kipas angin 2-3 menit

2. Sampel diambil sebanyak ± 500 ml,lalu dimasukkan kedalam beaker glass 600

ml

3. Separoh plate stainless steel yang sudah kering tersebut dicelupkan kedalam

sampel Compound dan keringkan selama 3-5 menit

4. Plate stainless steel dicelupkan kembali kedalam kalsium nitrat dalam isopropil 5%

dingkat dan dilanjutkan terus pencelupan kedalam metanol dan dikeringkan

selama 30 menit, dihidupkan jam alarm

5. Pinggiran plat digunting dan dikeluarkan lembaran compound yang telah

kering

sambil diolesi talkum powder, kemudian lembaran compound dilapisi dengan

Kertas dan karton, selanjutnya dicetak dengan alat pelobang berdiameter 38

mm

6. Sampel tersebut direndam kedalam sikloheksan selama 25 menit perendaman

dilakukan pembacaan hasil diatas kertas grafik (mm)

7. Pembacaan Hasil

Swelling Indeks : Pembacaan pada kertas mm setelah swelling

(36)

BAB IV

DATA DAN HASIL PEMBAHASAN

4.1. Data

Swelling indeks diperoleh dari perhitungan diameter sampel setelah pengembangan,

dibagi dengan diameter awal sampel. Dimana hasil swelling indeks yang diperoleh

dapat mempengaruhi tegangan putus pada benang karet.

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Analisis Tes Swelling

D1 (mm) D2 (mm) Swelling Indeks

38 99,94 2,63

38 90,82 2,39

38 88,92 2,34

38 85,88 2,26

38 85,12 2,24

38 80,94 2,13

Keterangan

D1 : diameter awal sampel sebelum mengembang

D2 : diameter sampel setelah mengembang (mm)

(37)

24

Bahan-bahan tersebut berfungsi sebagai bahan pembeku, vulkanisasi, pencepat reaksi,

penggiat, antioksidan, antiozon, pengisi, pelunak dan pewarna.

Untuk menentukan bilangan swelling indeks compound yang perlu

diperhatikan adalah compound. Compound merupakan campuran lateks pekat dengan

bahan-bahan kimia. Adapun penambahan bahan kimia pada Compound dilakukan

pada 2 unit yaitu : unit inactive tank dan unit active tank.

(38)

25

Pada inactive tank ditambahkan bahan kimia yang bersifat inactive seperti

KOH yang berfungsi sebagai stabilisator atau bahan penstabil, yang ditambahkan

kedalam lateks agar tetap stabil dengan penambahan bahan kimia lain. Sulfur yang

berfungsi sebagai vulkanisator yaitu suatu proses reaksi partikel karet dengan sulfur

yang berlangsung dengan adanya panas, activator, dan katalisator. Dimana, 2 atau

lebih partikel karet bergabung yang dijembatani oleh ikatan rangkap sulfur.Tujuannya

agar sifat barang jadi dari karet yang akan dihasilkan menjadi kuat dan teguh serta

tidak mudah teroksidasi. Titanium dioksida (TiO2) berfungsi sebagai pengisi yang

mampu menambah kekerasan, ketahanan sobek, ketahanan kikisan, serta tegangan

putus yang tinggi pada karet yang dihasilkan.

Sedangkan pada active tank ditambahkan bahan kimia yang bersifat aktif

untuk mempercepat pembuatan compound. Pada tahap ini berlangsung maturasi

(pematangan) compound selama 4-8 jam dengan temperatur ± 32ºC, untuk

mengetahui pematangan compound dilakukan pemeriksaan bilangan swelling indeks.

Swelling indeks merupakan nilai yang menunjukkan perbandingan antara

diameter pengembangan dan diameter awal. Atau sebagai angka pemasakan

compound, lateks yang telah mengalami vulkanisasi akan mempunyai sifat tidak larut

dalam suatu cairan organik, tetapi hanya mengembang. Pengembangan menunjukkan

bahwa adanya peristiwa pemasakan lateks compound yang memberi kesempatan

kepada molekul karet untuk bersatu. Sebelum diproses sangatlah penting untuk

menguji sifat dari lateks compound tersebut, guna memastikan keadaannya, sehingga

(39)

26

Setelah mencapai swelling indeks yang ditentukan, maka proses pembuatan

benang karet dilanjutkan ke unit berikutnya, sampai dihasilkan benang karet yang

diinginkan. Adapun tujuan dilakukan penentuan bilangan swelling indeks disini

adalah, untuk mengontrol jalannya proses maturasi dan untuk mengetahui apakah

bilangan swelling indeks sesuai dengan standar yang ditentukan selama proses

maturasi berlangsung di active compound, sehingga dapat diatasi bila bilangan

swelling indeks atau dibawah standar. Sehingga tidak mempengaruhi mutu produksi

benang karet.

Swelling indeks sangat berhubungan dengan elastisitas dari benang karet.

Semakin rendah nilai swellingnya maka benang karet akan semakin rapuh. Dengan

demikian diketahui nilai swelling indeks telah sesuai standar perusahaan yaitu sebesar

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Bilangan swelling indeks yang diperoleh dari hasil pengamatan adalah 2,1 – 2,63.

Dalam hal ini, bilangan swelling indeks compound telah sesuai dengan standar pabrik

yaitu : 2,34 – 2,63

5.2. Saran

Sebaiknya bahan kimia yang digunakan untuk emeriksaan bilangan swelling indeks

compound dalam keadaan bersih, tidak rusak dan tidak tercampur dengan bahan

kimia lain, untuk lebih meningkatkan mutu benang karet yng sesuai dengan

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Barus,T.,1995.Prosiding Seminar Ilmliah.Medan:Penerbit Intan Dirja Lela

De Boer,G.,1997.Pengetahuan Praktis Tentang Karet.Bogor Iniro.Indonesia.

Nazaruddin.,1999.Karet.Jakarta:Penerbit Penebar Swadaya.

Omposunggu,M.,1987.Pengolahan Lateks Pekat Havea.medan:Balai Penelitian

Perkebunan Sungai Putih.

Omposunggu,M.,1987.Pengetahuan Mengenai Lateks Havea.Medan:Balai Penelitian

Perkebunan Sungai Putih.

PT.Industri Karet Nusantara Tanjung Morawa Medan.

Setyamidjaja.D.,1993.Karet:Budidaya dan pengolahan.Yogyakarta:Penerbit Kansius

Surya,I.,2006.Buku Ajar Teknologi Karet.Medan:Penerbit USU Press.

Tampubolon,M.,1986.Komposisi dan Sifat Lateks.Medan:Balai Penelitian dan

Pengembangan Perkebunan.

TimPenulis.PS.,1993.Karet:BudiDayadanPengolahan,StrategiPemasaran.Jakarta:Pene

(42)

LAMPIRAN

(43)

30

Lampiran 1. Hasil Perhitungan Bilangan Swelling Indeks dan Tegangan Putus

Swelling Indeks Tegangan Putus

2,63 2467

2,39 2516

2,34 2535

2,26 2594

2,24 2642

Gambar

Tabel 2.1. Komposisi Lateks Segar dan Lateks Kering
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Analisis Tes Swelling

Referensi

Dokumen terkait

Benang karet merupakan salah satu komoditi ekspor non-migas yang memiliki prospek yang cukup cerah karena bahan bakunya adalah lateks yang banyak terdapat di dalam negeri..

Latar belakang penelitian ini adalah terjadi penurunan permintaan terhadap benang karet setiap tahunnya yang mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran (excess supply).

Lateks karet iradiasi atau lateks alam pekat pra-vulkanisasi adalah lateks alam yang divulkanisasi dengan menggunakan teknologi nuklir, dan langsung dapat digunakan untuk

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul “ Pengaruh Swelling

Lateks saat keluar dari pembuluh lateks masih dalam keadaan steril, tetapi karena lateks mengandung komposisi bukan karet di mana merupakan media tumbuh yang baik bagi

Untuk menyelesaikan masalah 2 digunakan analisis deskriptif yaitu menganalisis faktor-faktor eksternal apa saja yang mempengaruhi pemasaran benang karet (rubber

Nilai kemantapan mekanis ini sangat mempengaruhi salah satu sifat fisik yaitu regangan tarik 300% yang berhubungan dengan nilai mutu benang karte yang di hasilkan.. Jika nilai

Latar belakang penelitian ini adalah terjadi penurunan permintaan terhadap benang karet setiap tahunnya yang mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran (excess supply).