PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI SDN PERUM SURADITA CISAUK
(Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas V SDN Perum Suradita Cisauk)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
RIMA MUSYIFAH NIM. 109018300014
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
ABSTRAK
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa di SDN Perum Suradita Cisauk. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Kata Kunci: STAD (Student Team Achievement Divisions), Hasil Belajar Siswa
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode konvensional terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan rancangan penelitian Two group Rendomized subject posttest only. Penelitian ini dilakukan di SDN Perum Suradita Cisauk tahun ajaran 2013/2014. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah tes pilihan ganda. Tes yang diberikan terdiri dari 20 soal bentuk pilihan ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebesar 66,03, sedangkan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional adalah sebesar 60,85. Berdasarkan perhitungan uji-t diperoleh thitung = 2,41 dan ttabel= 1,66 dengan taraf signifikansi (α) = 0,05 dan derajat kebebasan 66. Karena thitung > ttabel, maka rata-rata hasil
ii
Learning Model Application Type STAD (Student Team Achievement Divisions). Thesis Department of Elementary School Teacher Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.
Keywords : STAD ( Student Team Achievement Divisions ), Student Results
The purpose of this study was to compare the STAD cooperative learning model by conventional methods on learning outcomes of students in mathematics. The method used in this study is a quasi-experimental method to the study design Two group posttest only Rendomized subject. This research was conducted in SDN Housing Suradita Cisauk academic year 2013/2014. Sampling technique in this study using cluster random sampling. The instrument used to collect data in this study is a multiple-choice test. Given test consists of 20 multiple choice questions. The results showed that the average mathematics learning outcomes of students taught with cooperative learning model STAD amounted to 66.03, while the average math learning outcomes of students taught by conventional teaching model is equal to 60.85. Based on the calculation of the t-test obtained t = 2.41
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa
mengikuti ajarannya sampai akhir zaman.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi pendidikan guru
madrasah ibtidaiyah. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di SDN
Perum Suradita Cisauk. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
hambatan dalam penulisan skripsi ini. Hal ini dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat dorongan dan bantuan dari
berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat terselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan
memberikan moril dan materil, sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
2. Dr. Fauzan, M.A, Ketua Jurusan Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI) dan Dosen Pembimbing Akademik.
3. Abdul Muin, M.Pd, Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya
selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 4. Seluruh dosen dan staf Jurusan Kependidikan Islam Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
5. Subadi Bejo, S.Pd, Kepala SDN Perum Suradita Cisauk tempat penulis
iv
7. Dwi Purwanto (Suami) yang selalu memberikan semangat demi kelancaran
skripsi ini.
8. Teman-teman PGMI yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu per satu
terimakasih atas kerjasama, transfer ilmu, do`a dan dukungannya selama ini. 9. Syifa Urohmah dan Heni Nuraiani teman seperjuangan, terimakasih atas
waktu masukan dan dukungan selama penyelesaian skripsi.
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan informasi yang
bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhir kata
semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
pada umumnya.
Tangerang, 13 Mei 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK………..………..….……… i
ABSTRACT………..………..…..………… ii
KATA PENGANTAR………..………..….…….……… iii
DAFTAR ISI………..………....………..…….…….………...… v
DAFTAR LAMPIRAN………..…….…….……… vii
DAFTAR TABEL……….…..….……… ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Identifikasi Masalah……….. 5
C. Pembatasan Masalah……….……..………….. 5
D. Perumusan Masalah……….……..……… 6
E. Tujuan Penelitian………...……… 6
F. Manfaat Penelitian………...………. 6
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Teori…………....………..…. 8
1. Model Pembelajaran Kooperatif….……… 8
2. Tipe STAD ……….……….. 15
3. Metode Pembelajaran Konvensional…….…… 17
4. Belajar dan Hasil Belajar……..………...……… 18
5. Definisi Matematika………..……… 23
6. Materi Konsep KPK dan FPB ………... 24
7. Hasil Penelitian yang Relevan…..………... 25
B. Kerangka Berpikir………..……… 27
vi
C. Variabel Penelitian………..……...…….……… 30
D. Populasi dan Sampel………..………….……… 30
E. Teknik Pengumpulan Data...…….…….……… 31
F. Instrumen Penelitian……….…….…….……… 31
G. Uji Coba Instrumen………..…...…….……… 33
H. Teknik Analisis Data………..…..…….……… 37
I. Hipotesis Statistik………....…….…….……… 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data……..……...……….….……… 42
1. Praktik Pembelajaran....……… 42
2. Data Hasil Belajar Matematika Siswa…...…… 43
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data.……… 46
1. Uji Normalitas Data.………...…….……… 46
2. Uji Homogenitas………...……..…….………… 47
3. Uji Hipotesis…….…...…..…….…….………… 48
C. Pembahasan Hasil Penelitian………..…….…..…… 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….……….…….………… 56
B. Saran………..………..……….………… 57
vii
[image:11.595.114.510.155.648.2]DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Desain Penelitian………..…. 29
Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Instrumen Tes Pilihan Ganda….…... 32
Tabel 3.3 : Kategori Derajat Kesukaran……….…. 33
Tabel 3.4 : Kategori Daya Beda……….…. 37
Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Siswa Kelas
Eksperimen………...…. 44
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Siswa Kelas
Kontrol……….…. 45
Tabel 4.3 : Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol…………....…. 47
Tabel 4.4 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Posttest……….…. 48
Tabel 4.5 : Data Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Posttest Kelas
1
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peranan penting bagi kemajuan suatu
bangsa.Majunya suatu bangsa ditandai dengan kualitas sumber daya
manusia yang berkualitas. Dengan sumber dara manusia yang berkualitas,
bangsa indonesia dapat mengembangkan potensi dan berkompetensi dalam
bidang IPTEK. Pendidikan merupakan alternatif utama dalam tercapainya
salah satu tujuan bangsa indonesia. Hal ini dapat dilihat dari isi
pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu
tujuan bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kualitas pendidikan yang baik tentu akan menghasilkan sumber
daya manusia yang baik pula. Oleh karena itu pendidikan perlu
diperhatikan untuk kemajuan pendidikan Indonesia. Pendidikan saat ini
masih memerlukan perbaikan dari berbagai aspek pendidikan terutama
dalam kurikulum pendidikan.Kurikulum pendidikan harus disesuaikan
dengan perkembangan jaman dan mengacu pada tujuan nasional bangsa
Indonesia.Oleh karena itu di Indonesia telah dibentuk Sisdiknas yang
mengatur tentang hal yang berkaitan dengan pendidikan di Indonesia.
Agama islam pun sangat memperhatikan pentingnya pendidikan.
Proses pendidikan yang baik diharapkan mampu mengarahkan manusia ke
arah yang lebih baik dari segi imtaq maupun intelektual. Oleh karena itu
islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu sebagaimana disebutkan
dalam Al-qur’an berbunyi:
2
Proses pendidikan tidak selamanya berjalan dengan baik. Masih
banyak kendala-kendala dalam proses pendidikan baik dari segi sarana dan
prasarana yang kurang mendukung ataupun kualitas guru maupun siswa.
Oleh karena itu perlu pengembangan kualitas dalam proses pendidikan
yang nantinya berdampak pada hasil yang maksimal. Pengembangan ini
dapat ditempuh dengan jalan pendidikan formal, nonformal, maupun
informal.Namun demikian, yang menjadi prioritas adalah pendidikan
formal. Pendidikan formal memiliki acuan pendidikan berupa kurikulum
dan merupakan tempat yang paling kondusif bagi siswa dalam proses
pendidikan secara menyeluruh. Kualitas pendidikan di sekolah dilihat
berdasarkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator yang
dicapai siswa dalam penguasaan materi dan dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
canggih dan mutakhir, terutama dalam bidang informasi.Menuntut
perlunya perbaikan dalam penggunaan pola pembelajaran tradisional
menjadi pembelajaran yang lebih aktif dan menyenangkan. Guru tidak lagi
sebagai satu-satunya sumber informasi. Begitupun dengan siswa, tidak lagi
hanya sekedar sebagai penerima pasif informasi.Siswa pun dituntut untuk
lebih aktif dalam mencari informasi atau pengetahuan dan keterampilan.
Hal ini sebagaimana dengan Peraturan Pemerintah (PP) No, 19/2007 yang
berbunyi bahwa “setiap guru bertanggung jawab terhadap mutu kegiatan
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya dengan cara
menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, inovatif, dan tepat
unutk mencapai tujuan pembelajaran”.1
“Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehinga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik. 2 “Adapun komponen-komponen pembelajaran yang saling
1
Redaksi Sinar Grafika, UU Sistem Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Pendidikan Jakarta: Sinar Grafika, 2008), Cet. Pertama, h.194
2
mempengaruhi antara laintujuan, bahan, metode, media san
evaluasi”. 3 Dalam pembelajaran tugas guru adalah mengondisikan
lingkungan belajar yang mendukung perubahan perilaku bagi siswa.
Peran guru dalam pendidikan menempati posisi yang sentral dalam
menerapkan proses pendidikan. Terutama dalam proses pembelajaran,
guru harus mampu menentukan cara efektif menyampaikan materi agar
dapat tersampaikan kepada siswa dengan baik. Sehingga potensi siswa
yang dimiliki dapat berkembang baik.Oleh karena itu guru diharapkan
mampu menguasai strategi pembelajaran yang baik dan dapat
mengaplikasikannya.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran terpenting dalam
pendidikan.Bahkan matematika menjadi salah satu mata pelajaran
prasyarat dalam kelulusan sekolah misalnya dalam ujian nasional baik dari
tingkat SD, SMP, maupun SMA.Penguasaan matematika perlu ditanamkan
sejak dini agar konsep-konsep matematika dapat diterapkan dengan tepat
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memakai konsep dasar matematika
maka anak akan memiliki bekal untuk mengembangkan ilmu dan
teknologi yang semakin berkembang pesat saat ini. Dengan belajar
matematika seseorang akan mempunyai kebiasaan berpikir kritis, logis,
analitis, sistematis, dan kreatif. Mata pelajaran matematika terutama
disekolah dasar sebagai sekolah awal siswa agar memiliki kemampuan
berhitung dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika di sekolah tidak lepas dari
konsep.Konsep yang diajarkan pun harus benar-benar dipahami oleh
siswa. Jika tidak maka siswa akan menganggap bahwa matematika sulit
dipelajari. Disamping itu, metode mengajar yang sering sekali dipakai oleh
guru dalam pembelajaran matematika yaitu pembelajaran yang masih
berpusat pada guru, seperti metode ekspositori yaitu menjelaskan,
3
4
memberi contoh, dan latihan. Sehingga hal tersebut membuat siswa kurang
tertarik, bosan, dan ngobrol saat proses pembelajaran berlangsung.
Dari hasil observasi terbatas yang dilakukan penulis di salah satu
sekolah SD bahwa hasil belajar pada mata pelajaran matematika belum
terlihat maksimal yaitu masih banyak yang dibawah KKM 56.4 Dan
apabila dilihat dari proses pembelajaran matematika masih berpusat pada
guru, siswa tidak memperhatikan penjelasan guru bahkan mengobrol de
ngan temannya, siswa tidak berusaha bertanya mengenai pelajaran
matematika, dan siswa kurang menguasai materi.
Masalah yang teridentifikasi tersebut di atas adalah terkait dengan
penggunaan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru.Strategi
pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran matematika yaitu
metode konvensional sehingga membuat siswa kurang tertarik, bosan, dan
ngobrol saat pelajaran berlangsung.Hal tersebut menjadi tidak efektif dan
kondusif.Oleh karena itu, sebagai guru dalam mengajarkan matematika
dituntut untuk dapat menyesuaikan dan mengubah strategi pembelajaran
yang lebih aktif dan menyenangkan.
Adapun alternatif yang dapat dipilih oleh guru dalam
melaksanakan pembelajaran matematika di sekolah dasar yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
“Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat
sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)”.5
Salah satuteknikpembelajarankooperatifadalah STAD (Student
Team Achievement Divisions).“STAD adalah suatu tim pembantu
pelaksanaan pelajaran bagi guru untuk belajar bekerjasama”.6
Didalam
4
Daftar Nilai Mata Pelajaran Matematika Kelas 5 SD
5
WinaSanjaya, Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), Cet. 8, h. 242.
6
STAD terdapat metode diskusi sebagai solusi untuk menyelesaikan
masalah siswa yang kurang memperhatikan, siswa yang bosan, atau siswa
yang kurang tertarik dengan matematika.Model pembelajaran kooperatif
tipe STAD tersebut menekankan pada kerja kelompok dan tanggung jawab
bersama untuk tercapainya tujuan bersma dan adanya interaksi antara
anggota kelompok.Dengan adanya kerjasama maka siswa yang cepat
paham dengan matematika dapat berkolaborasi dengan siswa yang kurang
paham. Didalam STAD kelompok dibuat beragam kemampuan siswa agar
dapat berkolaborasi dengan baik sehingga akan berpengaruh terhadap hasil
belajar.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
penulis tertarik untuk menjadikan sebagai penelitian yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa” di SDN Perum Suradita Cisauk.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uarian latar belakang masalah di atas maka masalah
dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut: 1. Pembelajaran masih berpusat pada guru
2. Siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran matematika
3. Sebagian besar guru menggunakan metode pengajaran yang cenderung
sama setiap kali pembelajaran di kelas berlangsung yaitu
menerangkan, memberi contoh, dan latihan.
4. Hasil belajar matematika masih banyak yang di bawah KKM yaitu 56.
C.
Pembatasan Masalah
Dalam skripsi ini penulis membatasi hal-hal sebagai berikut:
1. Hasil belajar yang diukur yaitu hasil belajar bentuk kognitif aspek
6
2. Materi dibatasi pada kompetensi dasarnya yaitu menggunakan faktor
prima untuk menentukan KPK dan FPB dengan indikatornya antara
lain menjelaskan cara menentukan faktor, faktor prima, dan faktorisasi
prima, menentukan KPK dan FPB dengan menggunakan faktor prima,
dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB.
D.
Perumusan Masalah
Secara rinci rumusan tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa yang diajari dengan strategi
STAD?
2. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajari secara konvensional?
3. Apakah hasil belajar siswa yang pembelajarannya dengan strategi
STAD lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang pembelajarannya
secara konvensional?
E.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajari dengan strategi
STAD.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajari secara konvensional.
3. Untuk mengetahui manakah yang lebih baik antara hasil belajar siswa
yang pembelajarannya dengan strategi STAD dengan hasil belajar
siswa yang pembelajarannya secara konvensional.
F.
Manfaat Penelitian
1. Bagi sekolah, sebagai informasi mengenai penerapan metode STAD
dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi guru, sebagai alternatif model pembelajaran yang digunakan di
kelas serta dapat meningkatklan kualitas profesionalisme guru dalam
3. Bagi siswa, untuk meningkatkan hasil belajar matematika sehingga
bermanfaat bagi peningkatan prestasi di sekolah dan mampu
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Bagi peneliti, sebagai umpan balik dalam proses belajar mengajar
8
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A.
Kajian Teori
1. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Mohammad Surya menjelaskan bahwa “pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.1 Pendapat lain mengatakan bahwa “pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran”.2
Pembelajaran kooperatif menurut Yatim Riyanto yaitu “model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan
akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skil”.3
Pembelajaran kooperatif merupakan
suatu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja sama
dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, seluruh
anggota kelompok diharapkan saling membantu satu sama lain
sehingga permasalahan setiap anggota dalam kelompok dapat diatasi. Menurut Slavin, “dalam metode pembelajaran kooperatif para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan
empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh
1
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta Pusat: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Depag RI, 2009), cet. I, hal. 7.
2
Masitoh , ibid, hal.8
3
guru”.4
Metode pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk
menguasai suatu materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Menurut Made Wena “pembelajaran kooperatif adalah system pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain)
sebagai sumber belajar, disamping guru dan sumber belajar yang lainnya”.5
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang
membentuk siswa menjadi kelompok kecil untuk mempelajari sesuatu
secara bersama-sama di dalam kelompoknya.
Menurut Priyanto pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu.Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan.Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.6
Melalui pembelajaran kooperatif siswa diberikan kesempatan
untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang
terstruktur dan seorang siswa yang pandai akan menjadi sumber belajar
bagi temannya yang lain sehingga siswa yang kurang pandai dapat
termotivasi untuk belajar dalam suasana yang menyenangkan.
Menurut Lie “pembelajaran kooperatif adalah sistem
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja
sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator”.7
Pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa belajar
4
Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2010), Cet. IV, h. 8.
5
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 190.
6
Made Wena, ibid, h. 189.
7
10
dan bekerja dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas, dalam hal
ini guru memegang peranan penting yaitu sebagai pengarah dan
pemberi tugas serta penilaian terhadap tugas yang diberikan, karena
dalam belajar kelompok siswa memerlukan bimbingan dan arahan agar
proses pembelajaran berjalan dengan efektif.
Sedangkan Abdurrahman dan Bintoro mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan
silih asuh antarsesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”.8
Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan rasa saling mencerdaskan, saling menyayangi, dan
saling tenggang rasa antarsesama siswa agar terhindar dari
ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan
permusuhan dan sebagai latihan siswa dalam hidup di masyarakat. Artzt & Newman menyatakan bahwa “dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan
tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota
kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya”.9
Sehingga dalam hal ini, anggota dalam kelompok
mengerjakan tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara
sesame anggota kelompok untuk mencapai keberhasilan baik secara
individual maupun kelompok.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja secara terarah
untuk mencapai tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang
umumnya terdiri dari 4-5 orang.Dalam hal ini siswa bekerja bersama
dalam kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan
belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.
Penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
8
Made Wena, Ibid., h. 190.
9
siswa untuk bekerja sama antarsesama siswa dengan membentuk
kelompok kecil untuk menyelesaikan masalah dan dalam
pembelajaran ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Berdasarkan beberapa pengertian menurut para pakar di atas
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk saling
membantu dan bekerja sama dalam kelompoknya dengan berbagai
kemampuan yang mereka miliki untuk menyelesaikan suatu
permasalahan di mana siswa dapat menjadi sumber belajar bagi siswa
yang lain dengan bimbingan dan arahan dari guru untuk mencapai
keberhasilan baik secara individu maupun kelompok dalam mencapai
suatu tujuan pembelajaran.
b. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu:
(1) Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok.
(2) Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
(3) Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok.
(4) Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah.10
Penjelasan materi merupakan tahap yang pertama dalam hal ini
guru memberikan gambaran umum mengenai materi pelajaran dimana
materi tersebut harus dikuasai siswa yang selanjutnya siswa harus
memperdalam materi yang telah diberikan oleh guru dalam
pembelajaran kelompok. Belajar kelompok yaitu siswa bersama-sama
10
12
dengan kelompoknya untuk melakukan tukar-menukar ( sharing)
informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara
bersama-sama, dan membandingkan jawaban mereka. Penilaian, dalam hal ini
dapat dilakukan secara individu maupun kelompok setelah siswa
belajar dalam kelompoknya. Pengakuan tim merupakan tahap terakhir
dimana dalam tahap ini ditentukannya kelompok yang paling
berprestasi untuk diberikan suatu penghargaan atas hasil kerja sama
dalam menyelesaikan tugas.
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya pembelajaran kooperatif memiliki empat karakteristik sebagai berikut:
(1) Pembelajaran secara tim, semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. (2) Didasarkan pada manajemen kooperatif, sebagaimana pada
umumnya, manajeman mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan dan fungsi kontrol.
(3) Kemauan untuk bekerja sama, setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu.
(4) Keterampilan bekerja sama, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain.11
Setiap anggota kelompok bersifat heterogen, artinya setiap
kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik,
latar belakang, dan jenis kelamin yang berbeda.Dengan adanya
perbedaan dalan kelompok tersebut, setiap anggota kelompok dapat
saling memberi dan menerima, berbagi pengalaman sehingga setiap
anggota kelompok dapat saling memberikan kontribusi untuk
keberhasilan kelompoknya.
Untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran kooperatif
diperlukan prinsip kebersamaan atau kerja sama, karena keberhasilan
11
pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok. Tanpa adanya kerja sama yang baik, pembelajaran
kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.
Dalam pembelajaran kooperatif kemauan untuk bekerja sama
itu diterapkan atau dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran secara berkelompok. Oleh karena itu, diperlukannya
kemauan dan kesanggupan siswa untuk berinteraksi dan
berkomunikasi dengan anggota yang lain dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
d. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam pembelajaran
kooperatif antara lain:12
1. Saling ketergantungan positif
Guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa
saling membutuhkan antarsesama. Dengan saling
membutuhkan antarsesama, maka mereka akan saling
ketergantungan satu sama lain. Saling ketergantungan dapat
dicapai dalam: (1) pencapaian tujuan; (2) menyelesaikan
pekerjaan; (3) bahan atau sumber untuk menyelesaikan
pekerjaan; (4) peran. 2. Interaksi tatap muka
Interksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat
saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog,
tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesame siswa.
Interaksi tatap muka memungkinkan para siswa saling menjadi
sumber belajar.Dengan interaksi diharapkan memudahkan
siswa dalam mempelajari materi. 3. Akuntabilitas individual
12
14
Walaupun pembelajaran bersifat kooperatif namun dalam
penilaian dilakukan secara individual. Hasil penilaian
individual selanjutnya akan disampaikan oleh guru kepada
kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa
anggota yang memerlukan bantuan. Penilaian kelompok yang
didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok
secara individual.
4. Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi
Pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan keterampilan
menjalin hubungan antarpribadi. Hal itu dikarenakan
pembelajaran kooperatif ditekankan aspek-aspek: tenggang
rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan
mengkritik orangnya, berani mempertahankan pikiran logis,
tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan sebagainya.
e. Keunggulan danKelemahan Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu pembelajaran di antaranya:
(1) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
(2) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
(3) Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
(4) Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.13
Pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan di antaranya,
siswa dapat belajar secara mandiri dengan siswa yang lain sehingga
pembelajaran berpusat pada siswa, dan siswa dapat saling berbagi
pengetahuan dan informasi serta dapat menjadi sumber belajar bagi
13
siswa yang lain. Selain itu siswa dapat saling mengungkapkan
pendapatnya antarsesama siswa, saling menerima kekurangan dan
kelebihan yang dimiliki oleh setiap anggota, dan dapat meningkatkan
rasa tanggung jawab dalam belajar.
Selain memiliki keunggulan, pembelajaran kooperatif juga mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya:
(1) Dalam kelompok dengan keahlian campuran, seringkali siswa yang lebih kuat harus mengajar siswa yang lebih lemah dan mengerjakan sebagian besar tugas kelompok.
(2) Waktu pada pembelajaran ini hanya cukup untuk fokus tugas pada tingkatan yang paling mendasar.
(3) Strategi ini mungkin hanya mendukung pemikiran tingkat rendah dan mengabaikan strategi pemikiran kritis dan tingkat tinggi.14
Namun pembelajaran kooperatif memiliki kelemahan di
antaranya, setiap kelompok yang anggotanya memiliki kemampuan
akademik yang tinggi lebih besar perannya dalam menyelesaikan tugas
dari pada anggota yang memiliki kemampuan akademik yang rendah,
waktu untuk pembelajaran kooperatif hanya cukup untuk
menyelesaikan tugas pada tingkat yang paling mendasar, dan hanya
mendukung untuk pemikiran tingkat rendah.
2. Tipe STAD
a. Pengertian STAD
Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah tipe
STAD (Student Team Achievement Divisions). Model Pembelajaran
tipe STAD diawali dengan persentasi berupa penyampaian tujuan
pembelajaran dan materi, diskusi kelompok, kuis, dan penghargaan
kelompok.
Slavin (dalam Nur, 2006:26) menyatakan “bahwa STAD, siswa dikelompokkan menjadi tim belajar yang beranggotakan 4-5 secara
heterogen, guru menyajikan pelajaran, dan siswa bekerja dalam tim
14
16
mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran, kemudian siswa diberi tes individu”.15“STAD bertugas
membantu anggota kelompok untuk bekerja memecahkan masalah
yang diberikan guru, membuat kelompok bekerja yang saling
mngemukakan pendapat maupun menghadapi tes atau ulangan”.16
Dengan adanya kerjasama antar anggota kelompok tersebut akan
meningkatkan minat belajar, partisipasi dalam proses pembelajaran,
adanya keberanian untuk mengungkapkan pendapat, mengajukan dan
menjawab pertanyaan.
Shlomo Sharan mengemukakan bahwa “Gagasan utama
dibelakang STAD adalah memicu siswa agar saling mendorong dan
membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”17
Model pembelajaran tipe STAD memungkinkan
siswa untuk melakukan pertukaran informasi sehingga mendapatkan
informasi tambahan tentang suatu materi dari anggota kelompok yang
lain. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi
mereka untuk saling mengevaluasi dan memperbaiki terhadap sesama.
b. Langkah-Langkah STAD
Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai
berikut:
1. Penyampaian tujuan dan motivasi.
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa untuk belajar.
2. Pembagian kelompok.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 -5 siswa secara heterogen.
3. Persentasi dari guru.
Di dalam proses pembelajaran guru dibantu media, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
15
Trianto, Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 68.
16
Zulfiani, Op.cit., hal.139
17
Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa.
4. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)
Siswa belajar secara berkelompok. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. 5. Kuis (evaluasi).
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa mengerjakan kuis secara individu.18
Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
pertama-tama guru membentuk siswa berkelompok secara heterogen
terdiri dari 4-5 orang per kelompok, selanjutnya setiap kelompok
diberikan lembar kerja, yang harus diisi oleh masing-masing anggota
kelompok kemudian saling menjelaskan jawaban satu sama lain dan
saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau
diskusi antar sesame anggota kelompok. Setelah tiap-tiap kelompok
berdiskusi, guru meminta salah satu kelompok untuk
mempersentasikan hasil diskusinya yang kemudian akan dikoreksi
oleh guru dan kelompok lainnya. Selanjutnya guru meminta siswa
untuk kembali duduk ke posisi semula dan membagikan soal kuis
sebagai evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap bahan ajar yang telah dipelajari. Tiap siswa dan tiap kelompok akan diberi
skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar.
3. Metode Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang sering
dilakukan oleh guru.Pembelajaran ini cendrung berpusat pada guru,
sehingga terjadi prakrik pembelajaran yang kurang optimal karena guru
membuat siswa pasif.Metode yang sering dipakai dalam pembelajaran
konvensional adalah ekspositori.
18
18
Metode ekspositori sama halnya seperti metode ceramah dalam hal
terpusatnya kegiatan pembelajaran pada guru sebagai pemberi informasi
(materi pelajaran). Namun pada metode eskpositori dominasi guru sudah
banyak berkurang, karena guru tidak terus-menerus berbicara. Pada awal
pembelajaran guru terlebih dahulu menerangkan materi dan memberi
contoh soal disertai tanya jawab. Siswa tidak hanya mendengar dan
membuat catatan, akan tetapi bersama guru berlatih menyelesaikan soal
latihan dan siswa bertanya jika ada yang belum dimengerti.
4. Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam
bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian
biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah
mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar
informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh
guru.
Skinner berpandangan bahwa “belajar adalah suatu
perilaku.Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik.Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun”.19
Hal
ini menunjukkan bahwa belajar dapat mengarah kepada tingkah laku
yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada
tingkah laku yang lebih buruk.
Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan “belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu
19
pengertian.”20
Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang
menyangkut berbagai aspek kepribadian seperti baik yang
menyangkut perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah
atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan maupun sikap. Menurut James O. Wittaker, “belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”.21
Dalam hal ini belajar dapat diperoleh
melalui latihan dan pengalaman yang diterima oleh setiap individu
yang belajar.
Dari beberapa pendapat para ahli pada dasarnya mengenai
pengertian belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar pada
dasarnya merupakan proses perubahan tingkah laku karena adanya
pengalaman. Artinya belajar adalah proses interaksi antara siswa
dengan lingkungannya, sehingga dari interaksi itu akan menghasilkan
perubahan tingkah laku yang diarahkan pada suatu tujuan tertentu.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Muhibbin Syah mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, antara lain:
1. Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni:
a) Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
b) Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: 1) tingkat
20
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990), Cet. Kelima, h. 84.
21
20
kecerdasaan/intelegensi siswa; 2) sikap siswa; 3) bakat siswa; 4) minat siswa; 5) motivasi siswa.
2. Faktor Eksternal Siswa
Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni:
a. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
b. Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.22
Yang dimaksud dengan faktor internal yaitu faktor yang berasal
dari dalam diri seseorang melalui aspek fisiologis dan aspek
psikologis.Yang termasuk ke dalam aspek fisiologis yaitu kesehatan
jasmani, keadaan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang
memungkinkan seseorang untuk dapat belajar secara aktif.Seorang
murid yang sering sakit biasanya mengalami kesulitan tertentu dalam
belajar, misalnya cepat lelah, tidak bisa berkonsentrasi, merasa malas
dan sebagainya.Dengan demikian sehat dan tidaknya jasmani seorang
murid dapat mempengaruhi hasil belajarnya.
Sedangkan faktor internal yang kedua adalah faktor
psikologis.Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki
kondisi psikologis yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan ini
tentunya akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya
masing-masing. Beberapa faktor yang menyangkut psikologis dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Tingkat Kecerdasan/Intelegensi adalah kemampuan psiko-fisik
untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat. Intelegensi sebenarnya bukan
22
persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ
tubuh lainnya.
2) Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara relatif
tetap terhadap objek orang, barang, dan lain sebagainya, baik
secara positif maupun negatif.
3) Bakat adalah potensi atau kemampuan jika diberi kesempatan
untuk dikembangkan melalui belajar, akan menjadi kecakapan
yang nyata. Setiap siswa mempunyai bakat yang berbeda antara
yang satu dengan yang lain.
4) Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.
5) Motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi
setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Dalam belajar hendaknya siswa mempunyai motivasi
belajar yang kuat. Hal ini akan memperbesar kegiatan dan
usahanya untuk mencapai prestasi yang tinggi. Bila motivasi
tersebut makin berkurang, maka berkurang pulalah usaha dan
kegiatan serta kemungkinan untuk mencapai prestasi yang tinggi.
Sedangkan faktor eksternal siswa antara lain, faktor lingkungan
sosial dan lingkungan nonsosial. Faktor lingkungan sosial seperti para
guru dan staf administrasi di sekolah dan teman-teman sekelas.Faktor
lingkungan nonsosial seperti gedung sekolah dan letaknya, tempat
tinggal siswa.alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar.
c. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar. Selama ini
hasil belajar merupakan cerminan dari keberhasilan proses belajar
22
aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara
fungsional”.23Dalam hal ini hasil belajar merupakan perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Menurut pendapat Sudjana bahwa “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.24
Dalam hal ini, individu yang belajar akan
mempunyai kemampuan setelah individu tersebut memperoleh
pengalaman belajarnya.
Sedangkan Soedijarto mendefinisikan “hasil belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diterapkan”.25
Menurut winkel bahwa “hasil belajar adalah perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap tingkah lakunya dan
aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran
yang dikembangkan oleh Bloom mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik”.26
Kognitif menurut Bloom terdiri dari 6 tingkatan,
yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.27
Dari beberapa pengertian hasil belajar menurut para pakar di
atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan
atau tingkat penguasaan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa
tersebut menerima pengalaman belajarnya atau setelah mengikuti
proses belajar mengajar.
Dalam penelitian ini hasil belajar matematika yang akan diukur
yaitu pada aspek kognitif tahap pemahaman, penerapan, dan anlisis.
Pemahaman berkaitan dengan kemampuan menjelaskan.Penerapan
23
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. I, h. 44.
24
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 17, h. 22.
25
Purwanto, Op.cit., h. 46.
26
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.45. 27
berkaitan dengan kemampuan memecahkan masalah dengan
menggunakan rumus.Analisis berkaitan dengan kemampuan bernalar.
Ada 5 indikator hasil belajar yang akan diukur dalam penelitian ini
diantaranya:
1. Menjelaskan arti faktor, faktor prima dan faktorisasi
2. Menentukan KPK dengan menggunakan faktor prima
3. Menentukan FPB dengan menggunakan faktor prima
4. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan KPK
5. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan FPB.
5. Definisi Matematika
Ketika ada anak yang bertanya kepada gurunya: "apa itu
matematika, dan apa gunanya mempelajari matematika?" maka kalimat itu
menunjukkan bahwa ternyata masih banyak yang belum mengenal
matematika.Sama halnya dengan ilmu-ilmu lainnya, matematika memiliki
aspek teori dan aspek terapan. Matematika akan terus berkembang karena
sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-sehari. Oleh karena itu
pengenalan matematika harus dikenalkan sejak dini agar dapat dipahami
sesuai dengan perkembangannya hingga dewasa nanti.
Matematika menurut Sujono mengemukakan bahwa beberapa pengertian matematika diantaranya, “matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik.Selain
itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logic
dan masalah yang berhubungan dengan bilangan.bahkan mengartikan
matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan”28
Matematika juga menggunakan rumus-rumus, dalil-dalil, dan
teorema-teorema, serta bahasa simbol yang memiliki arti yang padat.
Terdapat perbedaan karakteristik antara matematika dengan anak usia SD,
28
24
maka matematika akan sulit dipahami oleh anak SD jika diajarkan tanpa
memperhatikan tahap perkembangannya. Ada beberapa macam fungsi
matematika yaitu:29 1. Sebagai suatu struktur
Metematika sebagai suatu struktur misalnya dalam konsep matrik
dimana terdapat baris dan kolom, keduanya dihubungkan satu sama
lain.
2. Kumpulan sistem
Matematika sebagai kumpulan sistem mengandung arti bahwa dalam
satu formula mtematika terdapat beberapa system di dalamnya.Misal
pembicaraan sistem persamaan kuadrat, maka ada di dalamnya
variabel-variabel, faktor-faktor, sistem linier yang menyatu dalam
persamaan kuadrat 3. Sebagai sistem deduktif
Kia mengenal pengertian pangkal atau primitive pada bidang
matematika.Definisi-definisi dasar ini memuat beberapa definisi,
sekumpulan asumsi, banyak postulat dan aksioma serta kumpulan
teorema atau dalil.
4. Ratunya ilmu dan pelayan ilmu
Matematika dapat melayani ilmu-ilmu lain karena rumus, aksioma, dan
model pembuktian yang dimilikinya dapat membantu ilmu-ilmu dalam
bidang sains dan sosial.Peran sebagai ratunya ketika ada peran tehadap
perkembangan ilmu dan matematika itu sendiri sehingga kedepannya
dapat melakukan penemuan-penemuan baru.
6.
Materi Konsep KPK dan FPBa. Kelipatan dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) 1. Bilangan Kelipatan
29
Bilangan kelipatan adalah bilangan itu sendiri dan bilangan hasil
perkalian bilangan asli dengan bilangan itu sendiri. Contoh:
bilangan-bilangan kelipatan 4
Langkah 1, tulis dalam bentuk perkalian 1 x 4, 2 x 4, 3 x 4, dst. Langkah 2, tulis dalam bentuk hasilnya 4, 8, 12 dst.
2. Kelipatan persekutuan dari dua bilangan satu angka
Kelipatan ini adalah bilangan kelipatan dari dua bilangan satu
angka yang mempunyai kesamaan kelipatan. Contoh: tentukan
bilangan kelipatan persekutuan dari bilangan 2 dan 3
Jawab:
Langkah 1, tulis bilangan kelipatan dari 2, yaitu 2, 4, 6, 8, 10, 12,
14, 16, 18, 20 dst.
Langkah 2, tulis bilangan kelipatan dari 3, yaitu 3, 6, 9, 12, 15, 18
dst.
Langkah 3, tulis bilangan yang sama dari kedua baris bilangan kelipatan tadi, yaitu 6, 12, dan 18
3. Kelipatan Persekutuan terKecil (KPK)
Adalah bilangan asli terkecil yang merupakan kelipatan kedua
bilangan asli tersebut. Contoh: tentukan bilangan KPK dari 2 dan 3
Jawab:
Langkah 1, tulis bilangan kelipatan persekutuannya, yaitu 6, 12, 18
Langkah 2, tentukan bilangan persekutuan terkecilnya dari deret barisan persekutuan tadi yaitu 6
b. Faktor dari Suatu Bilangan
Faktor dari suatu bilangan adalah bilangan-bilangan yang terlibat
dalam suatu operasi matematika (penjumlahan, perkalian, pembagian, pengurangan) yang menyebabkan suatu bilangan terbentuk.
Contoh: 4 = 1 x 4, 2 x 2
26
Adalah faktor-faktor dari dua bilangan yang mempunyai kesamaan
bilangan faktor. Langkah-langkah mencari faktor persekutuan
antara lain tulis faktor dari bilangan pertama, tulis faktor dari
bilangan kedua, dan tulis bilangan-bilangan yang sama dari kedua
deret faktor tadi sebagai faktor persekutuan. Contoh:
Faktor persekutuan dari 4 dan 6
Faktordari 4 yaitu 1, 2, dan 4
Faktor dari 6 yaitu 1, 2, 3, dan 6
Faktor persekutuannya adalah faktor-faktor yang sama dari kedua
deret faktor di atas yaitu 1 dan 2 b. Faktor Persekutuan terBesar (FPB)
Langkah-langkah mencari FPB yaitu tentukan faktor
persekutuannya dan tentukan bilangan terbesar dari faktor
persekutuan tadi sebagai FPB. Contoh: Tentukan FPB dari 4 dan 6
Jawab: faktor persekutuan dari 4 dan 6 adalah 1 dan 2, maka FPB
dari 4 dan 6 adalah faktor persekutuan yang paling besar dari faktor
persekutuan 4 dan 6, yaitu 2.
7.
Hasil Penelitian yang RelevanTerdapat beberapa hasil penelitian yang telah dikemukakan oleh
beberapa peneliti yang memiliki keterkaitan tentang model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.Diantaranya yaitu, M. Coesamin, 2011 dalam skripsinya yang berjudul “Upaya peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada
Perkuliahan Teori Bilangan”.Berdasarkan hasil penelitian bahwa
peningkatan aktivitas mahasiswa pada siklus I adalah 47,94%, siklus II
adalah 58,57%, dan siklus III adalah 80,005. Begitupun pada peningkatan
hasil belajar siswa dari 3,78 pada siklus I menjadi 4,73 pada siklus II
(terjadi peningkatan 25,13%) dan siklus III menjadi 5,36. Hal ini
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa pada
perkuliahan teori bilangan.30
Hasil penelitian lain juga diungkapkan oleh Parlan dan Dewi
Ambarwati, 2012 dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Model
Pembelajaran STAD dan Problem Posing Secara Variatif untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata pada siklus I adalah
54,4 dan siklus II adalah 67,7. Hal ini menunjukkan bahwapenggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar kimia kelas XII SMA Negeri 9 Malang 31
Hasil penelitian lain juga diungkapkan oleh Nurhanurawati, 2011
dalam skripsinya yang berjudul “Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
untuk Meningkatkan Aktivitas dan Motivasi Belajar Matematika Siswa”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata siswa aktif pada siklus I
58,06% ketuntasan belajar 51,61% dan motivasi 48,39%. Pada siklus II
aktivitas siswa meningkat sebesar 9,68%, ketuntasan belajar sebesar
19,36%, dan motivasi belajar sebesar 61,29%. Pada siklus III siswa yang
aktif 83,87%, motivasi belajar 90,32% dan ketuntasan belajar 83,87%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas, motivasi, dan hasil
belajar siswa kelas X-5 SMAN 7 Bandar Lampung.32
B.
Kerangka Berpikir
Ilmu matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
memegang peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan
30M. Coesamin, “Upaya peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Perkuliahan Teori Bilangan”, dosen Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung, 2011.
31Parlan dan Dewi Ambarwati, “Penggunaan Model Pembelajaran STAD dan Problem
Posing Secara Variatif untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia”, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang dan SMA Negeri 9 Malang, 2012.
32Nurhanurawati, “Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas
28
daya pikir manusia. Materi yang disajikan apabila tidak diawali dengan
sesuatu yang konkrit maka siswa cenderung kurang memahami
materi.Selain itu siswa juga perlu memahami konsep dan perlu dijelaskan
bagaimana konsep itu dibentuk.
Kedudukan dan fungsi guru dalam kegiatan belajar mengajar
cenderung masih dominan, aktivitas guru masih sangat besar dibandingkan
dengan aktivitas siswa.Hal ini terjadi karena guru kurang cermat memilih
model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.Oleh karena itu diperlukan kekreatifan guru dalam menentukan
model pembelajaran yang tepat.
Dengan fenomena yang terjadi diatas, maka perlu perubahan dalam
sistem pembelajaran.Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu
siswa lebih aktif adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif
merupakan kegiatan belajar secara berkelompok dan bekerjasama untuk
mencapai keberhasilan dalam belajar secara optimal.
Adapun karakteristik dari pembelajaran kooperatif diantaranya:
adanya saling ketergantungan positif dimana siswa akan saling membantu
satu sama lain dalam menyelesaikan tugas. Dalam kelompok siswa akan
saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog dan
memungkinkan para siswa saling menjadi sumber belajar. Walaupun
pembelajaran bersifat kooepratif namun dalam penilaian tetap dilakukan
secara individual, kemampuan setiap siswa akan dilihat oleh guru dan
sesama temannya atau kelompoknya agar diketahui siapa anggota
kelompok yang memerlukan bantuan. Selain itu pembelajaran kooperatif
juga akan menumbuhkan keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
yaitu sikap sopan terhadap teman, tenggang rasa, mandiri, tidak
mendominasi orang lain dan sebagainya. Dari beberapa karakteristik
tersebut diatas diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan hasil
belajar matematika siswa.
Pembelajaran kooperatif mempunyai banyak tipe, salah satu
mengedepankan kerjasama kelompok dan siswa menjadi pusat kegiatan
belajar, sehingga ketika terdapat anggota kelompok yang mengalami
kesulitan dapat dengan mudah mengkomunikasikannya dengan anggota
kelompok lain.Selain itu dapat dimungkinkan dengan diterapkannya
metode STAD ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa.
C.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Hipotesis akan diuji didalam penelitian dengan pengertian
bahwa uji statistik selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya.
Berdasarkan kajian teori, kerangka berpikir, dan penelitian yang relevan
maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan bahwa hasil belajar
matematika siswa dengan menggunakan metode STAD lebih tinggi
daripada hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di SDN Perum Suradita Tahun Ajaran
2013/2014. 2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan berlangsung mulai bulan Juli sampai November
2013.
B.
Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen.Dalam
metode quasi eksperimen ini dalam metode penelitian ini terdapat
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.Kelompok eksperimen diberi
perlakuan khusus yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
sedangkan kelompok kontrol dengan menggunakan metode konvensional.
Desain penelitian yang digunakan adalah Two group Rendomized
[image:41.595.119.513.196.653.2]subject posttest only dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Posttest
Eksperimen STAD T
Kontrol Konvensional T
Langkah-langkahnya: a. Menentukan sampel
b. Menggolongkan sampel menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
eksperimen yang menggunakan perlakukan STAD dan kelompok
c. Melakukan tindakan perlakuan STAD untuk kelas eksperimen dan
perlakuan konvensional untuk kelas kontrol d. Memberikan posttest (T) kepada kedua kelompok
e. Menghitung hasil posttest dari kedua kelompok
f. Menerapkan tes statistic yang sesuai untuk menentukan apakah
perbandingan ini signifikan untuk menolak hipotesis nol.
C.
Variabel Penelitian
Variabel dapat diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari
dua atribut atau lebih.“Variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi
obyek penelitian”. 1 Dalam sebuah penelitian variable dibedakan
menjadi dua macam, yaitu variable independen (bebas) dan variable
dependen (terikat).2
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu, variabel bebas (X)
adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan variabel terikat (Y)
adalah hasil belajar matematika siswa.
D.
Populasi dan Sampel
“Populasi adalah himpunan keseluruhan karakteristik dari objek yang diteliti”.3 Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa SDN Perum Suradita Cisauk, sedangkan yang menjadi populasi
terjangkaunya adalah siswa kelas V.
“Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”. 4 Penelitian ini
menggunakan teknik cluster randomsampling. Dalam penelitian ini yang
1
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: SIC, 2010), Cet. Ketiga, h. 11.
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010) cet.9, hal.61.
3
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 154.
4
32
akan menjadi sampel yaitu kelas VA dan VB. Pemilihan kelas eksperimen
yaitu kelas VA dan kelas VB sebagai kelas kontrol.
E.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara memperoleh data atau
disebut juga dengan metode pengumpulan data. Pada penelitian ini
menggunakan instrument test dalam bentuk posttest.Posttest biasanya
dilakukan setelah suatu proses belajar-mengajar itu selesai.“Posttest ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran yang telah diberikan pada suatu periode waktu tertentu”.5
F.
Instrumen Penelitian
Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang
dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris
sebagaimana adanya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
instrumen tes yaitu berupa posttest dengan tes yang samakepada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.Instrumen tes dalam penelitian ini
menggunakan tes pilihan ganda dengan soal sebanyak 27.
5
Tabel 3.2
KISI-KISI INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator Nomor
Soal
Jenjang Jumlah
Melakukan
operasi
hitung
bilangan
bulat dalam
pemecahan
masalah.
Menggunakan
faktor prima
untuk
menentukan
KPK dan FPB
1. Menjelaskan arti
faktor, faktor prima,
dan faktorisasi
2. Menentukan KPK
dengan
menggunakan faktor
prima
3. Menentukan FPB
dengan
menggunakan faktor
prima
4. Memecahkan
masalah yang
berkaitan dengan
KPK
5. Memecahkan
masalah yang
berkaitan dengan
FPB
1 sampai
10
11, 12,
dan 13
14 dan 15
16, 17,
dan 18
19 dan 20
21, 22,
24, dan 27
34
G.
Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
kualitas instrumen penelitian yang akan digunakan dengan menghitung
validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda.
1. Validitas Instrumen
Validitas digunakan untuk menguji kesahihan atau ketepatan
setiap butir soal.“Tes disebut valid apabila tes tersebut benar-benar
dapat mengungkap aspek yang diselidiki secara tepat, dengan kata lain
harus memiliki tingkat ketepatan yang tinggi dalam mengungkap
aspek-aspek yang hendak diukur”.6 Untuk menguji validitas item
(validitas soal) yang telah diajukan dalam tes, dimana skor hasil tes
untuk tiap butir soal dikorelasikan dengan skor hasil tes secara totalitas
digunakan rumus Poin Biserial:7
√
= angka indeks korelasi poin biserial
= mean (nilai rata-rata hitung) skor yang dicapai oleh
peserta tes (testee) yang menjawab betul, yang sedang
dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
= mean skor total, yang berhasil dicapai oleh seluruh
peserta tes (testee)
= deviasi standar total (deviasi standar dari skor total) = proporsi peserta tes (testee) yang menjawab betul
terhadap butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan
Setelah dilakukan uji validitas dari 27 soal yang diujicobakan
diperoleh 20 butir soal yang valid dan 7 butir soal yang tidak
6
S. Margono, Op.cit., h. 171
7
valid.Butir soal yang valid adalah nomor 1, 2, 3, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 20, 21, 22, 23, 25, dan nomor 27.Butir soal yang valid
tersebut dipergunakan dalam penelitian ini sebagai instrumen posttest
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.Sedangkan butir soal yang
tidak valid tidak dipergunakan dalam penelitian.8
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas merupakan ukuran sejauh mana alat ukur tersebut
memberikan gambaran yang benar-benar dap