• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI SDN PERUM SURADITA CISAUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI SDN PERUM SURADITA CISAUK"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI SDN PERUM SURADITA CISAUK

(Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas V SDN Perum Suradita Cisauk)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

RIMA MUSYIFAH NIM. 109018300014

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa di SDN Perum Suradita Cisauk. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Kata Kunci: STAD (Student Team Achievement Divisions), Hasil Belajar Siswa

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode konvensional terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan rancangan penelitian Two group Rendomized subject posttest only. Penelitian ini dilakukan di SDN Perum Suradita Cisauk tahun ajaran 2013/2014. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah tes pilihan ganda. Tes yang diberikan terdiri dari 20 soal bentuk pilihan ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebesar 66,03, sedangkan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional adalah sebesar 60,85. Berdasarkan perhitungan uji-t diperoleh thitung = 2,41 dan ttabel= 1,66 dengan taraf signifikansi (α) = 0,05 dan derajat kebebasan 66. Karena thitung > ttabel, maka rata-rata hasil

(6)

ii

Learning Model Application Type STAD (Student Team Achievement Divisions). Thesis Department of Elementary School Teacher Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.

Keywords : STAD ( Student Team Achievement Divisions ), Student Results

The purpose of this study was to compare the STAD cooperative learning model by conventional methods on learning outcomes of students in mathematics. The method used in this study is a quasi-experimental method to the study design Two group posttest only Rendomized subject. This research was conducted in SDN Housing Suradita Cisauk academic year 2013/2014. Sampling technique in this study using cluster random sampling. The instrument used to collect data in this study is a multiple-choice test. Given test consists of 20 multiple choice questions. The results showed that the average mathematics learning outcomes of students taught with cooperative learning model STAD amounted to 66.03, while the average math learning outcomes of students taught by conventional teaching model is equal to 60.85. Based on the calculation of the t-test obtained t = 2.41

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa

mengikuti ajarannya sampai akhir zaman.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam

memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi pendidikan guru

madrasah ibtidaiyah. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di SDN

Perum Suradita Cisauk. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan

hambatan dalam penulisan skripsi ini. Hal ini dikarenakan keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat dorongan dan bantuan dari

berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat terselesaikan dengan baik.

Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

memberikan moril dan materil, sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan

terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan.

2. Dr. Fauzan, M.A, Ketua Jurusan Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

(PGMI) dan Dosen Pembimbing Akademik.

3. Abdul Muin, M.Pd, Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya

selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 4. Seluruh dosen dan staf Jurusan Kependidikan Islam Program Studi

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

5. Subadi Bejo, S.Pd, Kepala SDN Perum Suradita Cisauk tempat penulis

(8)

iv

7. Dwi Purwanto (Suami) yang selalu memberikan semangat demi kelancaran

skripsi ini.

8. Teman-teman PGMI yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu per satu

terimakasih atas kerjasama, transfer ilmu, do`a dan dukungannya selama ini. 9. Syifa Urohmah dan Heni Nuraiani teman seperjuangan, terimakasih atas

waktu masukan dan dukungan selama penyelesaian skripsi.

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan informasi yang

bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhir kata

semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca

pada umumnya.

Tangerang, 13 Mei 2014

Penulis

(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK………..………..….……… i

ABSTRACT………..………..…..………… ii

KATA PENGANTAR………..………..….…….……… iii

DAFTAR ISI………..………....………..…….…….………...… v

DAFTAR LAMPIRAN………..…….…….……… vii

DAFTAR TABEL……….…..….……… ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Identifikasi Masalah……….. 5

C. Pembatasan Masalah……….……..………….. 5

D. Perumusan Masalah……….……..……… 6

E. Tujuan Penelitian………...……… 6

F. Manfaat Penelitian………...………. 6

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Teori…………....………..…. 8

1. Model Pembelajaran Kooperatif….……… 8

2. Tipe STAD ……….……….. 15

3. Metode Pembelajaran Konvensional…….…… 17

4. Belajar dan Hasil Belajar……..………...……… 18

5. Definisi Matematika………..……… 23

6. Materi Konsep KPK dan FPB ………... 24

7. Hasil Penelitian yang Relevan…..………... 25

B. Kerangka Berpikir………..……… 27

(10)

vi

C. Variabel Penelitian………..……...…….……… 30

D. Populasi dan Sampel………..………….……… 30

E. Teknik Pengumpulan Data...…….…….……… 31

F. Instrumen Penelitian……….…….…….……… 31

G. Uji Coba Instrumen………..…...…….……… 33

H. Teknik Analisis Data………..…..…….……… 37

I. Hipotesis Statistik………....…….…….……… 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data……..……...……….….……… 42

1. Praktik Pembelajaran....……… 42

2. Data Hasil Belajar Matematika Siswa…...…… 43

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data.……… 46

1. Uji Normalitas Data.………...…….……… 46

2. Uji Homogenitas………...……..…….………… 47

3. Uji Hipotesis…….…...…..…….…….………… 48

C. Pembahasan Hasil Penelitian………..…….…..…… 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….……….…….………… 56

B. Saran………..………..……….………… 57

(11)

vii

[image:11.595.114.510.155.648.2]

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Desain Penelitian………..…. 29

Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Instrumen Tes Pilihan Ganda….…... 32

Tabel 3.3 : Kategori Derajat Kesukaran……….…. 33

Tabel 3.4 : Kategori Daya Beda……….…. 37

Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Siswa Kelas

Eksperimen………...…. 44

Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Siswa Kelas

Kontrol……….…. 45

Tabel 4.3 : Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol…………....…. 47

Tabel 4.4 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas

Posttest……….…. 48

Tabel 4.5 : Data Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Posttest Kelas

(12)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan penting bagi kemajuan suatu

bangsa.Majunya suatu bangsa ditandai dengan kualitas sumber daya

manusia yang berkualitas. Dengan sumber dara manusia yang berkualitas,

bangsa indonesia dapat mengembangkan potensi dan berkompetensi dalam

bidang IPTEK. Pendidikan merupakan alternatif utama dalam tercapainya

salah satu tujuan bangsa indonesia. Hal ini dapat dilihat dari isi

pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu

tujuan bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kualitas pendidikan yang baik tentu akan menghasilkan sumber

daya manusia yang baik pula. Oleh karena itu pendidikan perlu

diperhatikan untuk kemajuan pendidikan Indonesia. Pendidikan saat ini

masih memerlukan perbaikan dari berbagai aspek pendidikan terutama

dalam kurikulum pendidikan.Kurikulum pendidikan harus disesuaikan

dengan perkembangan jaman dan mengacu pada tujuan nasional bangsa

Indonesia.Oleh karena itu di Indonesia telah dibentuk Sisdiknas yang

mengatur tentang hal yang berkaitan dengan pendidikan di Indonesia.

Agama islam pun sangat memperhatikan pentingnya pendidikan.

Proses pendidikan yang baik diharapkan mampu mengarahkan manusia ke

arah yang lebih baik dari segi imtaq maupun intelektual. Oleh karena itu

islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu sebagaimana disebutkan

dalam Al-qur’an berbunyi:

  

(13)

2

Proses pendidikan tidak selamanya berjalan dengan baik. Masih

banyak kendala-kendala dalam proses pendidikan baik dari segi sarana dan

prasarana yang kurang mendukung ataupun kualitas guru maupun siswa.

Oleh karena itu perlu pengembangan kualitas dalam proses pendidikan

yang nantinya berdampak pada hasil yang maksimal. Pengembangan ini

dapat ditempuh dengan jalan pendidikan formal, nonformal, maupun

informal.Namun demikian, yang menjadi prioritas adalah pendidikan

formal. Pendidikan formal memiliki acuan pendidikan berupa kurikulum

dan merupakan tempat yang paling kondusif bagi siswa dalam proses

pendidikan secara menyeluruh. Kualitas pendidikan di sekolah dilihat

berdasarkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator yang

dicapai siswa dalam penguasaan materi dan dapat mengaplikasikannya

dalam kehidupan sehari-hari.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin

canggih dan mutakhir, terutama dalam bidang informasi.Menuntut

perlunya perbaikan dalam penggunaan pola pembelajaran tradisional

menjadi pembelajaran yang lebih aktif dan menyenangkan. Guru tidak lagi

sebagai satu-satunya sumber informasi. Begitupun dengan siswa, tidak lagi

hanya sekedar sebagai penerima pasif informasi.Siswa pun dituntut untuk

lebih aktif dalam mencari informasi atau pengetahuan dan keterampilan.

Hal ini sebagaimana dengan Peraturan Pemerintah (PP) No, 19/2007 yang

berbunyi bahwa “setiap guru bertanggung jawab terhadap mutu kegiatan

pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya dengan cara

menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, inovatif, dan tepat

unutk mencapai tujuan pembelajaran”.1

“Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya sehinga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih

baik. 2 “Adapun komponen-komponen pembelajaran yang saling

1

Redaksi Sinar Grafika, UU Sistem Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Pendidikan Jakarta: Sinar Grafika, 2008), Cet. Pertama, h.194

2

(14)

mempengaruhi antara laintujuan, bahan, metode, media san

evaluasi”. 3 Dalam pembelajaran tugas guru adalah mengondisikan

lingkungan belajar yang mendukung perubahan perilaku bagi siswa.

Peran guru dalam pendidikan menempati posisi yang sentral dalam

menerapkan proses pendidikan. Terutama dalam proses pembelajaran,

guru harus mampu menentukan cara efektif menyampaikan materi agar

dapat tersampaikan kepada siswa dengan baik. Sehingga potensi siswa

yang dimiliki dapat berkembang baik.Oleh karena itu guru diharapkan

mampu menguasai strategi pembelajaran yang baik dan dapat

mengaplikasikannya.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran terpenting dalam

pendidikan.Bahkan matematika menjadi salah satu mata pelajaran

prasyarat dalam kelulusan sekolah misalnya dalam ujian nasional baik dari

tingkat SD, SMP, maupun SMA.Penguasaan matematika perlu ditanamkan

sejak dini agar konsep-konsep matematika dapat diterapkan dengan tepat

dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memakai konsep dasar matematika

maka anak akan memiliki bekal untuk mengembangkan ilmu dan

teknologi yang semakin berkembang pesat saat ini. Dengan belajar

matematika seseorang akan mempunyai kebiasaan berpikir kritis, logis,

analitis, sistematis, dan kreatif. Mata pelajaran matematika terutama

disekolah dasar sebagai sekolah awal siswa agar memiliki kemampuan

berhitung dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran matematika di sekolah tidak lepas dari

konsep.Konsep yang diajarkan pun harus benar-benar dipahami oleh

siswa. Jika tidak maka siswa akan menganggap bahwa matematika sulit

dipelajari. Disamping itu, metode mengajar yang sering sekali dipakai oleh

guru dalam pembelajaran matematika yaitu pembelajaran yang masih

berpusat pada guru, seperti metode ekspositori yaitu menjelaskan,

3

(15)

4

memberi contoh, dan latihan. Sehingga hal tersebut membuat siswa kurang

tertarik, bosan, dan ngobrol saat proses pembelajaran berlangsung.

Dari hasil observasi terbatas yang dilakukan penulis di salah satu

sekolah SD bahwa hasil belajar pada mata pelajaran matematika belum

terlihat maksimal yaitu masih banyak yang dibawah KKM 56.4 Dan

apabila dilihat dari proses pembelajaran matematika masih berpusat pada

guru, siswa tidak memperhatikan penjelasan guru bahkan mengobrol de

ngan temannya, siswa tidak berusaha bertanya mengenai pelajaran

matematika, dan siswa kurang menguasai materi.

Masalah yang teridentifikasi tersebut di atas adalah terkait dengan

penggunaan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru.Strategi

pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran matematika yaitu

metode konvensional sehingga membuat siswa kurang tertarik, bosan, dan

ngobrol saat pelajaran berlangsung.Hal tersebut menjadi tidak efektif dan

kondusif.Oleh karena itu, sebagai guru dalam mengajarkan matematika

dituntut untuk dapat menyesuaikan dan mengubah strategi pembelajaran

yang lebih aktif dan menyenangkan.

Adapun alternatif yang dapat dipilih oleh guru dalam

melaksanakan pembelajaran matematika di sekolah dasar yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

“Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat

sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan

akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)”.5

Salah satuteknikpembelajarankooperatifadalah STAD (Student

Team Achievement Divisions).“STAD adalah suatu tim pembantu

pelaksanaan pelajaran bagi guru untuk belajar bekerjasama”.6

Didalam

4

Daftar Nilai Mata Pelajaran Matematika Kelas 5 SD

5

WinaSanjaya, Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), Cet. 8, h. 242.

6

(16)

STAD terdapat metode diskusi sebagai solusi untuk menyelesaikan

masalah siswa yang kurang memperhatikan, siswa yang bosan, atau siswa

yang kurang tertarik dengan matematika.Model pembelajaran kooperatif

tipe STAD tersebut menekankan pada kerja kelompok dan tanggung jawab

bersama untuk tercapainya tujuan bersma dan adanya interaksi antara

anggota kelompok.Dengan adanya kerjasama maka siswa yang cepat

paham dengan matematika dapat berkolaborasi dengan siswa yang kurang

paham. Didalam STAD kelompok dibuat beragam kemampuan siswa agar

dapat berkolaborasi dengan baik sehingga akan berpengaruh terhadap hasil

belajar.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,

penulis tertarik untuk menjadikan sebagai penelitian yang berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student

Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar Matematika

Siswa” di SDN Perum Suradita Cisauk.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uarian latar belakang masalah di atas maka masalah

dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut: 1. Pembelajaran masih berpusat pada guru

2. Siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran matematika

3. Sebagian besar guru menggunakan metode pengajaran yang cenderung

sama setiap kali pembelajaran di kelas berlangsung yaitu

menerangkan, memberi contoh, dan latihan.

4. Hasil belajar matematika masih banyak yang di bawah KKM yaitu 56.

C.

Pembatasan Masalah

Dalam skripsi ini penulis membatasi hal-hal sebagai berikut:

1. Hasil belajar yang diukur yaitu hasil belajar bentuk kognitif aspek

(17)

6

2. Materi dibatasi pada kompetensi dasarnya yaitu menggunakan faktor

prima untuk menentukan KPK dan FPB dengan indikatornya antara

lain menjelaskan cara menentukan faktor, faktor prima, dan faktorisasi

prima, menentukan KPK dan FPB dengan menggunakan faktor prima,

dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB.

D.

Perumusan Masalah

Secara rinci rumusan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa yang diajari dengan strategi

STAD?

2. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajari secara konvensional?

3. Apakah hasil belajar siswa yang pembelajarannya dengan strategi

STAD lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang pembelajarannya

secara konvensional?

E.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajari dengan strategi

STAD.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajari secara konvensional.

3. Untuk mengetahui manakah yang lebih baik antara hasil belajar siswa

yang pembelajarannya dengan strategi STAD dengan hasil belajar

siswa yang pembelajarannya secara konvensional.

F.

Manfaat Penelitian

1. Bagi sekolah, sebagai informasi mengenai penerapan metode STAD

dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi guru, sebagai alternatif model pembelajaran yang digunakan di

kelas serta dapat meningkatklan kualitas profesionalisme guru dalam

(18)

3. Bagi siswa, untuk meningkatkan hasil belajar matematika sehingga

bermanfaat bagi peningkatan prestasi di sekolah dan mampu

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Bagi peneliti, sebagai umpan balik dalam proses belajar mengajar

(19)

8

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

A.

Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Mohammad Surya menjelaskan bahwa “pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.1 Pendapat lain mengatakan bahwa “pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,

fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran”.2

Pembelajaran kooperatif menurut Yatim Riyanto yaitu “model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan

akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skil”.3

Pembelajaran kooperatif merupakan

suatu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja sama

dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, seluruh

anggota kelompok diharapkan saling membantu satu sama lain

sehingga permasalahan setiap anggota dalam kelompok dapat diatasi. Menurut Slavin, “dalam metode pembelajaran kooperatif para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan

empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh

1

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta Pusat: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Depag RI, 2009), cet. I, hal. 7.

2

Masitoh , ibid, hal.8

3

(20)

guru”.4

Metode pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk

menguasai suatu materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Menurut Made Wena “pembelajaran kooperatif adalah system pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain)

sebagai sumber belajar, disamping guru dan sumber belajar yang lainnya”.5

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang

membentuk siswa menjadi kelompok kecil untuk mempelajari sesuatu

secara bersama-sama di dalam kelompoknya.

Menurut Priyanto pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu.Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan.Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.6

Melalui pembelajaran kooperatif siswa diberikan kesempatan

untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

terstruktur dan seorang siswa yang pandai akan menjadi sumber belajar

bagi temannya yang lain sehingga siswa yang kurang pandai dapat

termotivasi untuk belajar dalam suasana yang menyenangkan.

Menurut Lie “pembelajaran kooperatif adalah sistem

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja

sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator”.7

Pembelajaran

kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa belajar

4

Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2010), Cet. IV, h. 8.

5

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 190.

6

Made Wena, ibid, h. 189.

7

(21)

10

dan bekerja dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas, dalam hal

ini guru memegang peranan penting yaitu sebagai pengarah dan

pemberi tugas serta penilaian terhadap tugas yang diberikan, karena

dalam belajar kelompok siswa memerlukan bimbingan dan arahan agar

proses pembelajaran berjalan dengan efektif.

Sedangkan Abdurrahman dan Bintoro mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan

silih asuh antarsesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”.8

Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan rasa saling mencerdaskan, saling menyayangi, dan

saling tenggang rasa antarsesama siswa agar terhindar dari

ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan

permusuhan dan sebagai latihan siswa dalam hidup di masyarakat. Artzt & Newman menyatakan bahwa “dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan

tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota

kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya”.9

Sehingga dalam hal ini, anggota dalam kelompok

mengerjakan tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara

sesame anggota kelompok untuk mencapai keberhasilan baik secara

individual maupun kelompok.

Dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja secara terarah

untuk mencapai tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang

umumnya terdiri dari 4-5 orang.Dalam hal ini siswa bekerja bersama

dalam kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan

belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.

Penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif

adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada

8

Made Wena, Ibid., h. 190.

9

(22)

siswa untuk bekerja sama antarsesama siswa dengan membentuk

kelompok kecil untuk menyelesaikan masalah dan dalam

pembelajaran ini guru bertindak sebagai fasilitator.

Berdasarkan beberapa pengertian menurut para pakar di atas

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

suatu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk saling

membantu dan bekerja sama dalam kelompoknya dengan berbagai

kemampuan yang mereka miliki untuk menyelesaikan suatu

permasalahan di mana siswa dapat menjadi sumber belajar bagi siswa

yang lain dengan bimbingan dan arahan dari guru untuk mencapai

keberhasilan baik secara individu maupun kelompok dalam mencapai

suatu tujuan pembelajaran.

b. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu:

(1) Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok.

(2) Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

(3) Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok.

(4) Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah.10

Penjelasan materi merupakan tahap yang pertama dalam hal ini

guru memberikan gambaran umum mengenai materi pelajaran dimana

materi tersebut harus dikuasai siswa yang selanjutnya siswa harus

memperdalam materi yang telah diberikan oleh guru dalam

pembelajaran kelompok. Belajar kelompok yaitu siswa bersama-sama

10

(23)

12

dengan kelompoknya untuk melakukan tukar-menukar ( sharing)

informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara

bersama-sama, dan membandingkan jawaban mereka. Penilaian, dalam hal ini

dapat dilakukan secara individu maupun kelompok setelah siswa

belajar dalam kelompoknya. Pengakuan tim merupakan tahap terakhir

dimana dalam tahap ini ditentukannya kelompok yang paling

berprestasi untuk diberikan suatu penghargaan atas hasil kerja sama

dalam menyelesaikan tugas.

c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sanjaya pembelajaran kooperatif memiliki empat karakteristik sebagai berikut:

(1) Pembelajaran secara tim, semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. (2) Didasarkan pada manajemen kooperatif, sebagaimana pada

umumnya, manajeman mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan dan fungsi kontrol.

(3) Kemauan untuk bekerja sama, setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu.

(4) Keterampilan bekerja sama, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain.11

Setiap anggota kelompok bersifat heterogen, artinya setiap

kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik,

latar belakang, dan jenis kelamin yang berbeda.Dengan adanya

perbedaan dalan kelompok tersebut, setiap anggota kelompok dapat

saling memberi dan menerima, berbagi pengalaman sehingga setiap

anggota kelompok dapat saling memberikan kontribusi untuk

keberhasilan kelompoknya.

Untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran kooperatif

diperlukan prinsip kebersamaan atau kerja sama, karena keberhasilan

11

(24)

pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara

kelompok. Tanpa adanya kerja sama yang baik, pembelajaran

kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

Dalam pembelajaran kooperatif kemauan untuk bekerja sama

itu diterapkan atau dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan

pembelajaran secara berkelompok. Oleh karena itu, diperlukannya

kemauan dan kesanggupan siswa untuk berinteraksi dan

berkomunikasi dengan anggota yang lain dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

d. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam pembelajaran

kooperatif antara lain:12

1. Saling ketergantungan positif

Guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa

saling membutuhkan antarsesama. Dengan saling

membutuhkan antarsesama, maka mereka akan saling

ketergantungan satu sama lain. Saling ketergantungan dapat

dicapai dalam: (1) pencapaian tujuan; (2) menyelesaikan

pekerjaan; (3) bahan atau sumber untuk menyelesaikan

pekerjaan; (4) peran. 2. Interaksi tatap muka

Interksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat

saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog,

tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesame siswa.

Interaksi tatap muka memungkinkan para siswa saling menjadi

sumber belajar.Dengan interaksi diharapkan memudahkan

siswa dalam mempelajari materi. 3. Akuntabilitas individual

12

(25)

14

Walaupun pembelajaran bersifat kooperatif namun dalam

penilaian dilakukan secara individual. Hasil penilaian

individual selanjutnya akan disampaikan oleh guru kepada

kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa

anggota yang memerlukan bantuan. Penilaian kelompok yang

didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok

secara individual.

4. Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi

Pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan keterampilan

menjalin hubungan antarpribadi. Hal itu dikarenakan

pembelajaran kooperatif ditekankan aspek-aspek: tenggang

rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan

mengkritik orangnya, berani mempertahankan pikiran logis,

tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan sebagainya.

e. Keunggulan danKelemahan Pembelajaran Kooperatif

Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu pembelajaran di antaranya:

(1) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

(2) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

(3) Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

(4) Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.13

Pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan di antaranya,

siswa dapat belajar secara mandiri dengan siswa yang lain sehingga

pembelajaran berpusat pada siswa, dan siswa dapat saling berbagi

pengetahuan dan informasi serta dapat menjadi sumber belajar bagi

13

(26)

siswa yang lain. Selain itu siswa dapat saling mengungkapkan

pendapatnya antarsesama siswa, saling menerima kekurangan dan

kelebihan yang dimiliki oleh setiap anggota, dan dapat meningkatkan

rasa tanggung jawab dalam belajar.

Selain memiliki keunggulan, pembelajaran kooperatif juga mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya:

(1) Dalam kelompok dengan keahlian campuran, seringkali siswa yang lebih kuat harus mengajar siswa yang lebih lemah dan mengerjakan sebagian besar tugas kelompok.

(2) Waktu pada pembelajaran ini hanya cukup untuk fokus tugas pada tingkatan yang paling mendasar.

(3) Strategi ini mungkin hanya mendukung pemikiran tingkat rendah dan mengabaikan strategi pemikiran kritis dan tingkat tinggi.14

Namun pembelajaran kooperatif memiliki kelemahan di

antaranya, setiap kelompok yang anggotanya memiliki kemampuan

akademik yang tinggi lebih besar perannya dalam menyelesaikan tugas

dari pada anggota yang memiliki kemampuan akademik yang rendah,

waktu untuk pembelajaran kooperatif hanya cukup untuk

menyelesaikan tugas pada tingkat yang paling mendasar, dan hanya

mendukung untuk pemikiran tingkat rendah.

2. Tipe STAD

a. Pengertian STAD

Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah tipe

STAD (Student Team Achievement Divisions). Model Pembelajaran

tipe STAD diawali dengan persentasi berupa penyampaian tujuan

pembelajaran dan materi, diskusi kelompok, kuis, dan penghargaan

kelompok.

Slavin (dalam Nur, 2006:26) menyatakan “bahwa STAD, siswa dikelompokkan menjadi tim belajar yang beranggotakan 4-5 secara

heterogen, guru menyajikan pelajaran, dan siswa bekerja dalam tim

14

(27)

16

mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran, kemudian siswa diberi tes individu”.15“STAD bertugas

membantu anggota kelompok untuk bekerja memecahkan masalah

yang diberikan guru, membuat kelompok bekerja yang saling

mngemukakan pendapat maupun menghadapi tes atau ulangan”.16

Dengan adanya kerjasama antar anggota kelompok tersebut akan

meningkatkan minat belajar, partisipasi dalam proses pembelajaran,

adanya keberanian untuk mengungkapkan pendapat, mengajukan dan

menjawab pertanyaan.

Shlomo Sharan mengemukakan bahwa “Gagasan utama

dibelakang STAD adalah memicu siswa agar saling mendorong dan

membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”17

Model pembelajaran tipe STAD memungkinkan

siswa untuk melakukan pertukaran informasi sehingga mendapatkan

informasi tambahan tentang suatu materi dari anggota kelompok yang

lain. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi

mereka untuk saling mengevaluasi dan memperbaiki terhadap sesama.

b. Langkah-Langkah STAD

Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai

berikut:

1. Penyampaian tujuan dan motivasi.

Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa untuk belajar.

2. Pembagian kelompok.

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 -5 siswa secara heterogen.

3. Persentasi dari guru.

Di dalam proses pembelajaran guru dibantu media, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

15

Trianto, Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 68.

16

Zulfiani, Op.cit., hal.139

17

(28)

Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa.

4. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)

Siswa belajar secara berkelompok. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. 5. Kuis (evaluasi).

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa mengerjakan kuis secara individu.18

Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,

pertama-tama guru membentuk siswa berkelompok secara heterogen

terdiri dari 4-5 orang per kelompok, selanjutnya setiap kelompok

diberikan lembar kerja, yang harus diisi oleh masing-masing anggota

kelompok kemudian saling menjelaskan jawaban satu sama lain dan

saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau

diskusi antar sesame anggota kelompok. Setelah tiap-tiap kelompok

berdiskusi, guru meminta salah satu kelompok untuk

mempersentasikan hasil diskusinya yang kemudian akan dikoreksi

oleh guru dan kelompok lainnya. Selanjutnya guru meminta siswa

untuk kembali duduk ke posisi semula dan membagikan soal kuis

sebagai evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap bahan ajar yang telah dipelajari. Tiap siswa dan tiap kelompok akan diberi

skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar.

3. Metode Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang sering

dilakukan oleh guru.Pembelajaran ini cendrung berpusat pada guru,

sehingga terjadi prakrik pembelajaran yang kurang optimal karena guru

membuat siswa pasif.Metode yang sering dipakai dalam pembelajaran

konvensional adalah ekspositori.

18

(29)

18

Metode ekspositori sama halnya seperti metode ceramah dalam hal

terpusatnya kegiatan pembelajaran pada guru sebagai pemberi informasi

(materi pelajaran). Namun pada metode eskpositori dominasi guru sudah

banyak berkurang, karena guru tidak terus-menerus berbicara. Pada awal

pembelajaran guru terlebih dahulu menerangkan materi dan memberi

contoh soal disertai tanya jawab. Siswa tidak hanya mendengar dan

membuat catatan, akan tetapi bersama guru berlatih menyelesaikan soal

latihan dan siswa bertanya jika ada yang belum dimengerti.

4. Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata

mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam

bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian

biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah

mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar

informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh

guru.

Skinner berpandangan bahwa “belajar adalah suatu

perilaku.Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik.Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun”.19

Hal

ini menunjukkan bahwa belajar dapat mengarah kepada tingkah laku

yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada

tingkah laku yang lebih buruk.

Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan “belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang

berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu

19

(30)

pengertian.”20

Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang

menyangkut berbagai aspek kepribadian seperti baik yang

menyangkut perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah

atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan maupun sikap. Menurut James O. Wittaker, “belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”.21

Dalam hal ini belajar dapat diperoleh

melalui latihan dan pengalaman yang diterima oleh setiap individu

yang belajar.

Dari beberapa pendapat para ahli pada dasarnya mengenai

pengertian belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar pada

dasarnya merupakan proses perubahan tingkah laku karena adanya

pengalaman. Artinya belajar adalah proses interaksi antara siswa

dengan lingkungannya, sehingga dari interaksi itu akan menghasilkan

perubahan tingkah laku yang diarahkan pada suatu tujuan tertentu.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Muhibbin Syah mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, antara lain:

1. Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni:

a) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

b) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: 1) tingkat

20

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990), Cet. Kelima, h. 84.

21

(31)

20

kecerdasaan/intelegensi siswa; 2) sikap siswa; 3) bakat siswa; 4) minat siswa; 5) motivasi siswa.

2. Faktor Eksternal Siswa

Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni:

a. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

b. Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.22

Yang dimaksud dengan faktor internal yaitu faktor yang berasal

dari dalam diri seseorang melalui aspek fisiologis dan aspek

psikologis.Yang termasuk ke dalam aspek fisiologis yaitu kesehatan

jasmani, keadaan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang

memungkinkan seseorang untuk dapat belajar secara aktif.Seorang

murid yang sering sakit biasanya mengalami kesulitan tertentu dalam

belajar, misalnya cepat lelah, tidak bisa berkonsentrasi, merasa malas

dan sebagainya.Dengan demikian sehat dan tidaknya jasmani seorang

murid dapat mempengaruhi hasil belajarnya.

Sedangkan faktor internal yang kedua adalah faktor

psikologis.Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki

kondisi psikologis yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan ini

tentunya akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya

masing-masing. Beberapa faktor yang menyangkut psikologis dapat diuraikan

sebagai berikut:

1) Tingkat Kecerdasan/Intelegensi adalah kemampuan psiko-fisik

untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan dengan cara yang tepat. Intelegensi sebenarnya bukan

22

(32)

persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ

tubuh lainnya.

2) Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara relatif

tetap terhadap objek orang, barang, dan lain sebagainya, baik

secara positif maupun negatif.

3) Bakat adalah potensi atau kemampuan jika diberi kesempatan

untuk dikembangkan melalui belajar, akan menjadi kecakapan

yang nyata. Setiap siswa mempunyai bakat yang berbeda antara

yang satu dengan yang lain.

4) Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu.

5) Motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi

setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Dalam belajar hendaknya siswa mempunyai motivasi

belajar yang kuat. Hal ini akan memperbesar kegiatan dan

usahanya untuk mencapai prestasi yang tinggi. Bila motivasi

tersebut makin berkurang, maka berkurang pulalah usaha dan

kegiatan serta kemungkinan untuk mencapai prestasi yang tinggi.

Sedangkan faktor eksternal siswa antara lain, faktor lingkungan

sosial dan lingkungan nonsosial. Faktor lingkungan sosial seperti para

guru dan staf administrasi di sekolah dan teman-teman sekelas.Faktor

lingkungan nonsosial seperti gedung sekolah dan letaknya, tempat

tinggal siswa.alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar.

c. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar. Selama ini

hasil belajar merupakan cerminan dari keberhasilan proses belajar

(33)

22

aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara

fungsional”.23Dalam hal ini hasil belajar merupakan perubahan yang

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Menurut pendapat Sudjana bahwa “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.24

Dalam hal ini, individu yang belajar akan

mempunyai kemampuan setelah individu tersebut memperoleh

pengalaman belajarnya.

Sedangkan Soedijarto mendefinisikan “hasil belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diterapkan”.25

Menurut winkel bahwa “hasil belajar adalah perubahan yang

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap tingkah lakunya dan

aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran

yang dikembangkan oleh Bloom mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik”.26

Kognitif menurut Bloom terdiri dari 6 tingkatan,

yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi.27

Dari beberapa pengertian hasil belajar menurut para pakar di

atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan

atau tingkat penguasaan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa

tersebut menerima pengalaman belajarnya atau setelah mengikuti

proses belajar mengajar.

Dalam penelitian ini hasil belajar matematika yang akan diukur

yaitu pada aspek kognitif tahap pemahaman, penerapan, dan anlisis.

Pemahaman berkaitan dengan kemampuan menjelaskan.Penerapan

23

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. I, h. 44.

24

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 17, h. 22.

25

Purwanto, Op.cit., h. 46.

26

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.45. 27

(34)

berkaitan dengan kemampuan memecahkan masalah dengan

menggunakan rumus.Analisis berkaitan dengan kemampuan bernalar.

Ada 5 indikator hasil belajar yang akan diukur dalam penelitian ini

diantaranya:

1. Menjelaskan arti faktor, faktor prima dan faktorisasi

2. Menentukan KPK dengan menggunakan faktor prima

3. Menentukan FPB dengan menggunakan faktor prima

4. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan KPK

5. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan FPB.

5. Definisi Matematika

Ketika ada anak yang bertanya kepada gurunya: "apa itu

matematika, dan apa gunanya mempelajari matematika?" maka kalimat itu

menunjukkan bahwa ternyata masih banyak yang belum mengenal

matematika.Sama halnya dengan ilmu-ilmu lainnya, matematika memiliki

aspek teori dan aspek terapan. Matematika akan terus berkembang karena

sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-sehari. Oleh karena itu

pengenalan matematika harus dikenalkan sejak dini agar dapat dipahami

sesuai dengan perkembangannya hingga dewasa nanti.

Matematika menurut Sujono mengemukakan bahwa beberapa pengertian matematika diantaranya, “matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik.Selain

itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logic

dan masalah yang berhubungan dengan bilangan.bahkan mengartikan

matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan”28

Matematika juga menggunakan rumus-rumus, dalil-dalil, dan

teorema-teorema, serta bahasa simbol yang memiliki arti yang padat.

Terdapat perbedaan karakteristik antara matematika dengan anak usia SD,

28

(35)

24

maka matematika akan sulit dipahami oleh anak SD jika diajarkan tanpa

memperhatikan tahap perkembangannya. Ada beberapa macam fungsi

matematika yaitu:29 1. Sebagai suatu struktur

Metematika sebagai suatu struktur misalnya dalam konsep matrik

dimana terdapat baris dan kolom, keduanya dihubungkan satu sama

lain.

2. Kumpulan sistem

Matematika sebagai kumpulan sistem mengandung arti bahwa dalam

satu formula mtematika terdapat beberapa system di dalamnya.Misal

pembicaraan sistem persamaan kuadrat, maka ada di dalamnya

variabel-variabel, faktor-faktor, sistem linier yang menyatu dalam

persamaan kuadrat 3. Sebagai sistem deduktif

Kia mengenal pengertian pangkal atau primitive pada bidang

matematika.Definisi-definisi dasar ini memuat beberapa definisi,

sekumpulan asumsi, banyak postulat dan aksioma serta kumpulan

teorema atau dalil.

4. Ratunya ilmu dan pelayan ilmu

Matematika dapat melayani ilmu-ilmu lain karena rumus, aksioma, dan

model pembuktian yang dimilikinya dapat membantu ilmu-ilmu dalam

bidang sains dan sosial.Peran sebagai ratunya ketika ada peran tehadap

perkembangan ilmu dan matematika itu sendiri sehingga kedepannya

dapat melakukan penemuan-penemuan baru.

6.

Materi Konsep KPK dan FPB

a. Kelipatan dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) 1. Bilangan Kelipatan

29

(36)

Bilangan kelipatan adalah bilangan itu sendiri dan bilangan hasil

perkalian bilangan asli dengan bilangan itu sendiri. Contoh:

bilangan-bilangan kelipatan 4

Langkah 1, tulis dalam bentuk perkalian 1 x 4, 2 x 4, 3 x 4, dst. Langkah 2, tulis dalam bentuk hasilnya 4, 8, 12 dst.

2. Kelipatan persekutuan dari dua bilangan satu angka

Kelipatan ini adalah bilangan kelipatan dari dua bilangan satu

angka yang mempunyai kesamaan kelipatan. Contoh: tentukan

bilangan kelipatan persekutuan dari bilangan 2 dan 3

Jawab:

Langkah 1, tulis bilangan kelipatan dari 2, yaitu 2, 4, 6, 8, 10, 12,

14, 16, 18, 20 dst.

Langkah 2, tulis bilangan kelipatan dari 3, yaitu 3, 6, 9, 12, 15, 18

dst.

Langkah 3, tulis bilangan yang sama dari kedua baris bilangan kelipatan tadi, yaitu 6, 12, dan 18

3. Kelipatan Persekutuan terKecil (KPK)

Adalah bilangan asli terkecil yang merupakan kelipatan kedua

bilangan asli tersebut. Contoh: tentukan bilangan KPK dari 2 dan 3

Jawab:

Langkah 1, tulis bilangan kelipatan persekutuannya, yaitu 6, 12, 18

Langkah 2, tentukan bilangan persekutuan terkecilnya dari deret barisan persekutuan tadi yaitu 6

b. Faktor dari Suatu Bilangan

Faktor dari suatu bilangan adalah bilangan-bilangan yang terlibat

dalam suatu operasi matematika (penjumlahan, perkalian, pembagian, pengurangan) yang menyebabkan suatu bilangan terbentuk.

Contoh: 4 = 1 x 4, 2 x 2

(37)

26

Adalah faktor-faktor dari dua bilangan yang mempunyai kesamaan

bilangan faktor. Langkah-langkah mencari faktor persekutuan

antara lain tulis faktor dari bilangan pertama, tulis faktor dari

bilangan kedua, dan tulis bilangan-bilangan yang sama dari kedua

deret faktor tadi sebagai faktor persekutuan. Contoh:

Faktor persekutuan dari 4 dan 6

Faktordari 4 yaitu 1, 2, dan 4

Faktor dari 6 yaitu 1, 2, 3, dan 6

Faktor persekutuannya adalah faktor-faktor yang sama dari kedua

deret faktor di atas yaitu 1 dan 2 b. Faktor Persekutuan terBesar (FPB)

Langkah-langkah mencari FPB yaitu tentukan faktor

persekutuannya dan tentukan bilangan terbesar dari faktor

persekutuan tadi sebagai FPB. Contoh: Tentukan FPB dari 4 dan 6

Jawab: faktor persekutuan dari 4 dan 6 adalah 1 dan 2, maka FPB

dari 4 dan 6 adalah faktor persekutuan yang paling besar dari faktor

persekutuan 4 dan 6, yaitu 2.

7.

Hasil Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa hasil penelitian yang telah dikemukakan oleh

beberapa peneliti yang memiliki keterkaitan tentang model pembelajaran

kooperatif tipe STAD.Diantaranya yaitu, M. Coesamin, 2011 dalam skripsinya yang berjudul “Upaya peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada

Perkuliahan Teori Bilangan”.Berdasarkan hasil penelitian bahwa

peningkatan aktivitas mahasiswa pada siklus I adalah 47,94%, siklus II

adalah 58,57%, dan siklus III adalah 80,005. Begitupun pada peningkatan

hasil belajar siswa dari 3,78 pada siklus I menjadi 4,73 pada siklus II

(terjadi peningkatan 25,13%) dan siklus III menjadi 5,36. Hal ini

(38)

dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa pada

perkuliahan teori bilangan.30

Hasil penelitian lain juga diungkapkan oleh Parlan dan Dewi

Ambarwati, 2012 dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Model

Pembelajaran STAD dan Problem Posing Secara Variatif untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata pada siklus I adalah

54,4 dan siklus II adalah 67,7. Hal ini menunjukkan bahwapenggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kualitas

proses dan hasil belajar kimia kelas XII SMA Negeri 9 Malang 31

Hasil penelitian lain juga diungkapkan oleh Nurhanurawati, 2011

dalam skripsinya yang berjudul “Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

untuk Meningkatkan Aktivitas dan Motivasi Belajar Matematika Siswa”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata siswa aktif pada siklus I

58,06% ketuntasan belajar 51,61% dan motivasi 48,39%. Pada siklus II

aktivitas siswa meningkat sebesar 9,68%, ketuntasan belajar sebesar

19,36%, dan motivasi belajar sebesar 61,29%. Pada siklus III siswa yang

aktif 83,87%, motivasi belajar 90,32% dan ketuntasan belajar 83,87%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif

tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas, motivasi, dan hasil

belajar siswa kelas X-5 SMAN 7 Bandar Lampung.32

B.

Kerangka Berpikir

Ilmu matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang

memegang peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan

30M. Coesamin, “Upaya peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Perkuliahan Teori Bilangan”, dosen Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung, 2011.

31Parlan dan Dewi Ambarwati, “Penggunaan Model Pembelajaran STAD dan Problem

Posing Secara Variatif untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia”, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang dan SMA Negeri 9 Malang, 2012.

32Nurhanurawati, “Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas

(39)

28

daya pikir manusia. Materi yang disajikan apabila tidak diawali dengan

sesuatu yang konkrit maka siswa cenderung kurang memahami

materi.Selain itu siswa juga perlu memahami konsep dan perlu dijelaskan

bagaimana konsep itu dibentuk.

Kedudukan dan fungsi guru dalam kegiatan belajar mengajar

cenderung masih dominan, aktivitas guru masih sangat besar dibandingkan

dengan aktivitas siswa.Hal ini terjadi karena guru kurang cermat memilih

model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.Oleh karena itu diperlukan kekreatifan guru dalam menentukan

model pembelajaran yang tepat.

Dengan fenomena yang terjadi diatas, maka perlu perubahan dalam

sistem pembelajaran.Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu

siswa lebih aktif adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif

merupakan kegiatan belajar secara berkelompok dan bekerjasama untuk

mencapai keberhasilan dalam belajar secara optimal.

Adapun karakteristik dari pembelajaran kooperatif diantaranya:

adanya saling ketergantungan positif dimana siswa akan saling membantu

satu sama lain dalam menyelesaikan tugas. Dalam kelompok siswa akan

saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog dan

memungkinkan para siswa saling menjadi sumber belajar. Walaupun

pembelajaran bersifat kooepratif namun dalam penilaian tetap dilakukan

secara individual, kemampuan setiap siswa akan dilihat oleh guru dan

sesama temannya atau kelompoknya agar diketahui siapa anggota

kelompok yang memerlukan bantuan. Selain itu pembelajaran kooperatif

juga akan menumbuhkan keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

yaitu sikap sopan terhadap teman, tenggang rasa, mandiri, tidak

mendominasi orang lain dan sebagainya. Dari beberapa karakteristik

tersebut diatas diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan hasil

belajar matematika siswa.

Pembelajaran kooperatif mempunyai banyak tipe, salah satu

(40)

mengedepankan kerjasama kelompok dan siswa menjadi pusat kegiatan

belajar, sehingga ketika terdapat anggota kelompok yang mengalami

kesulitan dapat dengan mudah mengkomunikasikannya dengan anggota

kelompok lain.Selain itu dapat dimungkinkan dengan diterapkannya

metode STAD ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa.

C.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Hipotesis akan diuji didalam penelitian dengan pengertian

bahwa uji statistik selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya.

Berdasarkan kajian teori, kerangka berpikir, dan penelitian yang relevan

maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan bahwa hasil belajar

matematika siswa dengan menggunakan metode STAD lebih tinggi

daripada hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode

(41)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Waktu dan Tempat Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Perum Suradita Tahun Ajaran

2013/2014. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan berlangsung mulai bulan Juli sampai November

2013.

B.

Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen.Dalam

metode quasi eksperimen ini dalam metode penelitian ini terdapat

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.Kelompok eksperimen diberi

perlakuan khusus yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,

sedangkan kelompok kontrol dengan menggunakan metode konvensional.

Desain penelitian yang digunakan adalah Two group Rendomized

[image:41.595.119.513.196.653.2]

subject posttest only dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Posttest

Eksperimen STAD T

Kontrol Konvensional T

Langkah-langkahnya: a. Menentukan sampel

b. Menggolongkan sampel menjadi 2 kelompok yaitu kelompok

eksperimen yang menggunakan perlakukan STAD dan kelompok

(42)

c. Melakukan tindakan perlakuan STAD untuk kelas eksperimen dan

perlakuan konvensional untuk kelas kontrol d. Memberikan posttest (T) kepada kedua kelompok

e. Menghitung hasil posttest dari kedua kelompok

f. Menerapkan tes statistic yang sesuai untuk menentukan apakah

perbandingan ini signifikan untuk menolak hipotesis nol.

C.

Variabel Penelitian

Variabel dapat diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari

dua atribut atau lebih.“Variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi

obyek penelitian”. 1 Dalam sebuah penelitian variable dibedakan

menjadi dua macam, yaitu variable independen (bebas) dan variable

dependen (terikat).2

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu, variabel bebas (X)

adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan variabel terikat (Y)

adalah hasil belajar matematika siswa.

D.

Populasi dan Sampel

“Populasi adalah himpunan keseluruhan karakteristik dari objek yang diteliti”.3 Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa SDN Perum Suradita Cisauk, sedangkan yang menjadi populasi

terjangkaunya adalah siswa kelas V.

“Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”. 4 Penelitian ini

menggunakan teknik cluster randomsampling. Dalam penelitian ini yang

1

Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: SIC, 2010), Cet. Ketiga, h. 11.

2

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010) cet.9, hal.61.

3

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 154.

4

(43)

32

akan menjadi sampel yaitu kelas VA dan VB. Pemilihan kelas eksperimen

yaitu kelas VA dan kelas VB sebagai kelas kontrol.

E.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara memperoleh data atau

disebut juga dengan metode pengumpulan data. Pada penelitian ini

menggunakan instrument test dalam bentuk posttest.Posttest biasanya

dilakukan setelah suatu proses belajar-mengajar itu selesai.“Posttest ini

bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi

pelajaran yang telah diberikan pada suatu periode waktu tertentu”.5

F.

Instrumen Penelitian

Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang

dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris

sebagaimana adanya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

instrumen tes yaitu berupa posttest dengan tes yang samakepada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.Instrumen tes dalam penelitian ini

menggunakan tes pilihan ganda dengan soal sebanyak 27.

5

(44)
[image:44.595.107.561.135.754.2]

Tabel 3.2

KISI-KISI INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator Nomor

Soal

Jenjang Jumlah

Melakukan

operasi

hitung

bilangan

bulat dalam

pemecahan

masalah.

Menggunakan

faktor prima

untuk

menentukan

KPK dan FPB

1. Menjelaskan arti

faktor, faktor prima,

dan faktorisasi

2. Menentukan KPK

dengan

menggunakan faktor

prima

3. Menentukan FPB

dengan

menggunakan faktor

prima

4. Memecahkan

masalah yang

berkaitan dengan

KPK

5. Memecahkan

masalah yang

berkaitan dengan

FPB

1 sampai

10

11, 12,

dan 13

14 dan 15

16, 17,

dan 18

19 dan 20

21, 22,

24, dan 27

(45)

34

G.

Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

kualitas instrumen penelitian yang akan digunakan dengan menghitung

validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda.

1. Validitas Instrumen

Validitas digunakan untuk menguji kesahihan atau ketepatan

setiap butir soal.“Tes disebut valid apabila tes tersebut benar-benar

dapat mengungkap aspek yang diselidiki secara tepat, dengan kata lain

harus memiliki tingkat ketepatan yang tinggi dalam mengungkap

aspek-aspek yang hendak diukur”.6 Untuk menguji validitas item

(validitas soal) yang telah diajukan dalam tes, dimana skor hasil tes

untuk tiap butir soal dikorelasikan dengan skor hasil tes secara totalitas

digunakan rumus Poin Biserial:7

= angka indeks korelasi poin biserial

= mean (nilai rata-rata hitung) skor yang dicapai oleh

peserta tes (testee) yang menjawab betul, yang sedang

dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

= mean skor total, yang berhasil dicapai oleh seluruh

peserta tes (testee)

= deviasi standar total (deviasi standar dari skor total) = proporsi peserta tes (testee) yang menjawab betul

terhadap butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan

Setelah dilakukan uji validitas dari 27 soal yang diujicobakan

diperoleh 20 butir soal yang valid dan 7 butir soal yang tidak

6

S. Margono, Op.cit., h. 171

7

(46)

valid.Butir soal yang valid adalah nomor 1, 2, 3, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 13,

14, 15, 16, 17, 20, 21, 22, 23, 25, dan nomor 27.Butir soal yang valid

tersebut dipergunakan dalam penelitian ini sebagai instrumen posttest

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.Sedangkan butir soal yang

tidak valid tidak dipergunakan dalam penelitian.8

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas merupakan ukuran sejauh mana alat ukur tersebut

memberikan gambaran yang benar-benar dap

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2 KISI-KISI INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA
Tabel 3.3 Kategori Derajat Kesukaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

juga ada, bedanya pada meniran aktivitas juga ada, bedanya pada meniran aktivitas penigkatan sistem imunnya ternyata lebih penigkatan sistem imunnya ternyata

Dalam perbankan, pemberian kredit yang berdasarkan pemahaman fungsi bank selama ini, dapat dipastikan bahwa penyaluran kredit kepada pihak yang membutuhkan dana merupakan bisnis

Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan penetapan tarif sewa kamar dan ruang pertemuan dengan menggunakan metode Activity Based Costing pada Hotel Royal Regal

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai teori yang digunakan dalam penelitian ini, yakni teori terkait nilai — nilai pendidikan al — akhla>q al — kari>mah, yang

[r]

HASIL EPROF ECCT 2016 - S1 ILMU KOMUNIKASI Berlaku efektif. BAGIAN PUSAT

Dakwah islam Masyarakat kaum muslim merupakan satu state(negara) dibawah bimbingan nabi muhammad saw yang mempunyai kedaulatan. Ini merupakan dasar bagi usaha

bahwa dalam rangka menyesuaikan nomenklatur Tunjangan Kinerja dan pemberian Tunjangan Kinerja sebagaimana diatur dengan Peraturan Presiden Nomor 156 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai