• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Banjir Terhadap Strategi Nafkah Dan Pendapatan Rumahtangga Petani Desa Sinar Pasmah, Kabupaten Lampung Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Banjir Terhadap Strategi Nafkah Dan Pendapatan Rumahtangga Petani Desa Sinar Pasmah, Kabupaten Lampung Selatan"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DESA SINAR PASMAH, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

Herolina Intan Lydia I34110067

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)
(3)

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Banjir Terhadap Strategi Nafkah Dan Pendapatan Petani Desa Sinar Pasmah, Kabupaten Lampung Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015

Herolina Intan Lydia

(4)
(5)

ABSTRAK

HEROLINA INTAN LYDIA. Dampak Banjir Terhadap Strategi Nafkah dan Pendapatan Rumahtangga Petani Desa Sinar Pasmah, Kabupaten Lampung Selatan. Dibimbing oleh SOERYO ADIWIBOWO

Banjir yang melanda Desa Sinar Pasmah berlangsung sejak tahun 1970 dan masih berlangsung hingga saat ini. Pasca dibangunnya tanggul sungai Way Ketibung tahun 2006 banjir di Desa Sinar Pasmah mulai banyak berkurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak banjir terhadap strategi nafkah dan pendapatan petani Desa Sinar Pasmah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama, banjir menyebabkan produktivitas padi sawah Desa Sinar Pasmah turun dari 4 ton/ha di musim kemarau menjadi 2,2 ton/ha di musim hujan. Kedua, turunnya produksi padi ini berpengaruh langsung terhadap pendapatan petani dari berbagai golongan penguasaan tanah. Pendapatan petani golongan atas (luas tanah > 1 ha) turun sebesar 38 persen; petani golongan menengah (luas tanah diantara 0,50 sampai 0,75 ha) turun sebesar 58 persen; sementara petani golongan bawah (luas tanah di bawah 0.25 ha) turun sebesar 33 persen. Ketiga, walau pendapatan petani padi turun namun tidak terdapat perubahan strategi nafkah dikalangan petani. Kata kunci: banjir, pendapatan, strategi nafkah

ABSTRACT

HEROLINA INTAN LYDIA. The Impact of Floods on Households Income and Livelihood Strategy of the Farmers of Sinar Pasmah Village, Lampung Selatan District. Supervised by SOERYO ADIWIBOWO

Since 1970s Sinar Pasmah Village had been flooded regularly. After floodlevee constructed at 2006, the flood diminished drastically. This objective of this research is to analyze the impact of flood to paddy productions, livelihood strategy, as well as to the farmer incomes. The results show that, first, the average productivity of paddy rice decline from 4 ton/ha at dry season to 2.2 ton/ha at rain season. Second, the declines of rice production affect directly to farmers income. Large scale farmers own land more than 1.0 ha loose their income around 38 percent; meanwhile medium scale farmers own land between 0.50 to 0.75 ha loose their income around 58 percent; furthermore small scale farmers that own land less than 0.25 ha loose their income around 55 percent respectively. Third, eventhough a significant declines of incomes occured, however the livelihood strategy of the farmers did not change substantially.

(6)
(7)

PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DESA SINAR

PASMAH, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

HEROLINA INTAN LYDIA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak Banjir Terhadap Strategi Nafkah Dan Pendapatan Petani Desa Sinar Pasmah, Kabupaten Lampung Selatan”. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1) Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS selaku dosen pembimbing yang bijak, senantiasa memberikan saran, arahan serta masukan yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini,

2) Bapak Drs. H.G.M. Sirait, MM serta Ibu Flora Enggelina Simanjuntak, SE, orang tua tercinta yang senantiasa mendoakan, memberi motivasi dan mendukung penulis,

3) Rekan-rekan satu bimbingan yaitu Dwi Setyaningsih, Anca, Afiefah, dan Versa, 4) Natasha Rebecca Azalia, Siti Balqis A., Apriyani S. Ginting, Fitri Hilmi H, Rika Ratna Sari, Dwi Tasya Liandra, Soraya Feruzia, Maria Tiya, dan teman-teman yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat,

5) Keluarga SKPM 48 yang telah memberikan semangat, doa, bantuan, dan dukungan, serta berkenan menjadi rekan yang baik selama ini,

6) Rekan-rekan PMK IPB yang mendukung penulis secara khusus rekan-rekan Komisi Literatur,

7) Hendra Christoffel M. Sirait, SE dan Amelia Purnama Simatupang, SE yang senantiasa mendukung dan memberi semangat kepada penulis,

8) Doni Hezron Marpaung yang telah memberikan semangat dan menemani penulis selama proses penulisan skripsi ini.

9) Pak Suyanto dan Pak Supriyo yang senantiasa mendampingi penulis selama penelitian berlangsung

10) Penduduk Desa Sinar Pasmah serta pihak-pihak lain sebagai teman diskusi, pemberi semangat dan bantuan yang tidak dapat disebutkan satu persatuyang senantiasa bekerjasama dengan baik selama penelitian.

Penulis menyadari bahwa karya ini terdapat kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak

Bogor, Juni 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Total Produksi Pertanian 7

Pendapatan Petani 7

KERANGKA PEMIKIRAN 10

HIPOTESIS PENELITIAN 10

DEFINISI OPERASIONAL 11

PENDEKATAN LAPANGAN 13

Lokasi dan Waktu Penelitian 13

Teknik Pengumpulan Data 13

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 14

GAMBARAN UMUM WILAYAH 15

Kondisi Fisik 15

Kondisi Sosial dan Ekonomi 16

Kondisi Fisik Lahan Pertanian 19

Ikhtisar 19

KARAKTERISTIK RESPONDEN 21

Usia 21

Jumlah Anggota Keluarga 21

Lama Bertani 22

KARAKTERISTIK BANJIR 23

STRATEGI NAFKAH DAN PENDAPATAN PETANI 29

Produksi Pertanian Padi Sawah 29

Strategi Nafkah 30

Pendapatan 35

DAMPAK BANJIR TERHADAP STRATEGI NAFKAH DAN PENDAPATAN

RUMAHTANGGA PETANI DESA SINAR PASMAH 41

SIMPULAN DAN SARAN 49

SIMPULAN 49

SARAN 49

(14)

LAMPIRAN 53

RIWAYAT HIDUP 73

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka analisis penelitian 10

2. Peta potensi desa dan masalah Desa Sinar Pasmah 24

3. Grafik strategi nafkah petani sebelum dan sesudah 2006 42

4. Grafik strategi nafkah istri petani sebelum dan sesudah 2006 43

5. Pendapatan rumahtangga petani pada musim hujan sebelum 2006 dan

tahun 2015 45

6. Pendapatan rumahtangga petani pada musim kemarau sebelum 2006

dan tahun 2015 47

DAFTAR TABEL

1. Jumlah dan persentase prasarana keagamaan Desa Sinar Pasmah tahun

2013 15

2. Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa

Sinar Pasmah tahun 2013 16

3. Kondisi Desa Sinar Pasmah berdasarkan atribut kependudukan dan

sosial ekonomi tahun 2013 16

4. Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis kelamin dan

tingkat pendidikan di Desa Sinar Pasmah tahun 2013 17

5. Jumlah dan persentase luas lahan peruntukan lahan tahun 2013 17

6. Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Desa

Sinar Pasmah tahun 2013 18

7. Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis kelamin dan etnis

di Desa Sinar Pasmah tahun 2013 18

8. Jumah dan persentase responden berdasarkan kelompok usia di Desa

Sinar Pasmah tahun 2015 21

9. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah anggota

keluarga petani tahun 2015 21

10.Jumlah dan persentase responden berdasarkan lama bertani tahun

2015 22

11.Jumlah dan persentase rumahtangga responden berdasarkan deskripsi

banjir tahun 2015 27

12.Jumlah dan persentase responden dan rata-rata luas lahan berdasarkan

persentase genangan di lahan pertanian 27

13.Jumlah dan persentase luas genangan banjir berdasarkan luas lahan

petani di Desa Sinar Pasmah 27

14.Rata-rata produksi padi di Desa Sinar Pasmah tahun 2006 dan tahun

(15)

15.Jumlah dan persentase rumahtangga responden berdasarkan golongan

luas lahan petanian tahun 2015 30

16.Karakteristik mata pencaharian kaum istri petani pada kondisi musim

hujan dan musim kemarau sebelum 2006 dan tahun 2015 33

17.Karakteristik mata pencaharian responden pada kondisi musim hujan

dan musim kemarau sebelum 2006 37

18.Karakteristik mata pencaharian responden pada kondisi musim hujan

dan musim kemarau tahun 2015 37

19.Jumlah dan persentase golongan pendapatan rumahtangga petani

berdasarkan luas lahan pada keadaan banjir sebelum tahun 2006 38 20.Jumlah dan persentase golongan pendapatan rumahtangga petani

berdasarkan luas lahan pada keadaan banjir tahun 2015 39

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta lokasi penelitian 55

2. Dokumentasi penelitian 56

3. Kuesioner penelitian 57

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang berarti hampir sebagian besar masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Beragam jenis komoditas yang melimpah seperti komoditas tanaman hortikultura, tanaman pangan, perkebunan dan peternakan merupakan usaha yang sudah lama menjadi sumber pangan serta pendapatan masyarakat setempat. Namun, pertanian di Indonesia masih sangat erat kaitannya dengan kemiskinan, tidak terkecuali pada pertanian tanaman pangan. Menurut data BPS hingga Maret 2014, jumlah penduduk miskin mencapai 28.28 juta orang dengan persentase sumbangan terhadap garis kemiskinan di perkotaan sebesar 10.51 juta orang dan di perdesaan 17.77 juta orang1sehingga dapat disimpulkan bahwa persentase masyarakat miskin di pedesaan lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat miskin di perkotaan. Data tersebut juga menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat miskin adalah petani karena di pedesaan pada umumnya masyarakat menggeluti pekerjaan di bidang pertanian.

Petani di pedesaan umumnya sangat tergantung dengan alam sehingga usaha pertanian merupakan usaha yang rentan bagi kehidupan petani. Kerentanan ini diakibatkan karena keadaan alam yang tidak dapat di prediksi seperti adanya bencana alam. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas penganekaragaman hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan serta meningkatkan pendapatan, taraf hidup, dan kesejahteraan petani. Dalam upaya mempertahankan swasembada beras dan meningkatkan produksi pangan lainnya sering menghadapi masalah. Selain masalah OPT (organisme pengganggu tanaman) yang sering muncul menyerang tanaman, juga masalah bencana alam yang menyerang tanaman sejak di persemaian hingga panen. Berdasarkan UU No 24/ Tahun 2007 bencana alam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Banjir merupakan fenomena alam dimana terjadi kelebihan air yang tidak tertampung oleh jaringan drainase di suatu daerah sehingga menimbulkan genangan yang merugikan. Kerugian yang diakibatkan banjir seringkali sulit diatasi baik oleh masyarakat maupun instansi terkait. Menghadapi keadaan alam yang tidak menentu tersebut, petani biasanya memiliki strategi dalam menjaga keberlangsungan hidupnya. Strategi nafkah menurut Dharmawan (2007) adalah segala kegiatan atau keputusan yang diambil anggota rumahtangga untuk bertahan hidup (survival) dan atau membuat hidup

lebih baik. Selain itu, untuk menghadapi risiko yang mungkin terjadi, rumah tangga petani biasanya mengelola struktur nafkah sehingga mampu meminimalkan resiko tergantung pada sumberdaya yang dimiliki dan melakukan berbagai cara yang

1Gera,Iris. 2014. BPS:Tingkat Kemiskinan Indonesia Menurun[internet]. [diakses pada tanggal 4

(18)

terwujud dalam strategi nafkah untuk mampu bertahan hidup dan kembali ke dalam keadaan normal.

Salah satu wilayah yang mengalami bencana banjir adalah Desa Sinar Pasmah2, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung. Ancaman banjir masih menjadi ancaman bagi warga desa tersebut mengingat curah hujan masih cukup tinggi di wilayah tersebut3. Kondisi ini pada akhirnya memunculkan berbagai akibat pada masyarakat khususnya bagi petani di desa tersebut. Mengacu pada kajian tersebut, maka menarik untuk dilakukan analisis dampak banjir terhadap strategi nafkah dan pendapatan petani di Desa Sinar Pasmah.

Masalah Penelitian

Banjir yang terjadi terus menerus di Desa Sinar Pasmah ini tidak mendorong petani untuk meninggalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian. Tetapi sebaliknya petani tetap ada yang melakukan usaha di bidang pertanian tersebut. Oleh karena itu menarik untuk dikaji apa strategi nafkah yang dilakukan petani. Banjir yang menggenang di Desa Sinar Pasmah terjadi berulang setiap tahun. Penyebabnya adalah sungai Way Ketibung dan beberapa anak sungainya meluap serta jebolnya tanggul sehingga mendorong tingginya genangan. Banjir tidak hanya menyebabkan kerugian pada pemukiman tetapi juga pada lahan pertanian. Oleh karena itu, menarik untuk dikaji seberapa besar dampak banjir terhadap strategi nafkah serta total produksi dan pendapatan petani.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, dapat dirumuskan tujuan umum pada penelitian ini yaitu untuk menganalisis dampak banjir terhadap pendapatan petani. Adapun tujuan-tujuan khusus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis strategi nafkah yang dilakukan petani; dan

2. Menganalisis dampak banjir terhadap strategi nafkah dan tingkat pendapatan petani.

2Nama desa ini memiliki dua ketentuan. Menurut Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) desa

tersebut bernama Desa Sinar Pasemah. Sedangkan menurut sekretaris desa dan warga setempat desa tersebut bernama Desa Sinar Pasmah. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan sebutan sesuai dengan lapangan yakni Desa Sinar Pasmah.

3Tribun Lampung. 2013. Ancaman Banjir Masih Menghantui warga Sinar Pasemah Lamsel

(19)

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan menjadi proses pembelajaran dalam memahami fenomena sosial di lapangan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan literatur mengenai topik yang terkait.

(20)
(21)

PENDEKATAN TEORITIS

Bencana Banjir

Berdasarkan UU No 24/ Tahun 2007 bencana alam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Banjir merupakan fenomena alam dimana terjadi kelebihan air yang tidak tertampung oleh jaringan drainase di suatu daerah sehingga menimbulkan genangan yang merugikan. Kerugian yang diakibatkan banjir seringkali sulit diatasi baik oleh masyarakat maupun instansi terkait. Menurut BMKG (2011), pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap. Selain itu, banjir juga dapat disebabkan oleh daya tampung sungai sudah tidak mampu menampung volume air permukaan yang mengalir akibat curah hujan yang melebihi rata-rata atau akibat sedimentasi sungai yang menyebabkan daya tampung berkurang dan rusaknya daerah resapan air hujan (catchment area) akibat

penggundulan hutan, perkembangan pemukiman, industri, dsb.

(22)

Strategi Nafkah

Strategi nafkah menurut Dharmawan (2007) adalah segala kegiatan atau keputusan yang diambil anggota rumahtangga untuk bertahan hidup (survival) dan atau membuat hidup lebih baik. Tujuan dari bertahan hidup ini adalah membangun beberapa strategi untuk keamanan dan keseimbangan mata pencaharian rumahtangga. Pilihan strategi nafkah sangat ditentukan oleh kesediaan akan sumber daya dan kemampuan mengakses sumber-sumber nafkah rumah tangga yang sangat beragam (multiple source of livelihood), karena jika rumah tangga tergantung hanya

pada satu pekerjaan dan satu sumber nafkah tidak dapat memenuhi semua kebutuhan rumah tangga. Secara konseptual menurut Chambers dan Conway dalam

Ellis (2000), terdapat lima tipe modal yang dapat dimiliki atau dikuasai rumah tangga untuk pencapaian nafkahnya yaitu:

1. Modal manusia yang meliputi jumlah (populasi manusia), tingkat pendidikan, dan keahlian yang dimiliki dan kesehatannya.

2. Modal alam yang meliputi segala sumber daya yang dapat dimanfaatkan manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Wujudnya adalah air, tanah, hewan, udara, pepohonan, dan sumber lainnya.

3. Modal sosial yaitu, modal yang berupa jaringan sosial dan lembaga yang mana diketahui bahwa seseorang berpartisipasi dan memperoleh dukungan untuk kelangsungan hidupnya.

4. Modal finansial yang berupa kredit dan persediaan uang tunai yang bisa diakses untuk keperluan produksi dan konsumsi.

5. Modal fisik yaitu, berbagai benda yang dibutuhkan saat proses produksi, meliputi mesin, alat-alat, instrumen dan berbagai benda fisik.

Merujuk pada Scoones (1998), penerapan strategi nafkah pada rumah tangga petani dilakukan dengan cara memanfaatkan berbagai sumber daya yang dimiliki dalam upaya untuk dapat bertahan hidup. Scoones membagi tiga klasifikasi strategi nafkah (livelihood strategy) yang mungkin dilakukan oleh rumah tangga

petani, yaitu:

1. Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor pertanian secara efektif dan efisien baik melalui penambahan input eksternal seperti teknologi dan tenaga kerja (intensifikasi), maupun dengan memperluas lahan garapan (ekstensifikasi).

2. Pola nafkah ganda, yang dilakukan dengan menerapkan keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk menambah pendapatan, atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu, dan anak) untuk ikut bekerja pertanian dan memperoleh pendapatan.

3. Rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan melakukan mobilitas ke daerah lain di luar desanya, baik secara permanen maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan.

Menurut Ellis (1998) dalam Widiyanto (2009), struktur nafkah dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu :

1. On-Farm: Strategi nafkah yang didasarkan dari sumber hasil pertanian dalam

arti luas (perkebunan, pertanian, kehutanan, peternakan, perikanan, dll)

(23)

3. Non-farm: Sumber pendapatan berasal dari luar kegiatan pertanian yang dibagi

menjadi lima, yaitu: upah tenaga kerja pedesaan bukan pertanian, usaha sendiri di luar kegiatan pertanian, pendapatan dari hak milik, kiriman dari buruh migran yang pergi keluar negeri.

Total Produksi Pertanian

Pengertian produksi adalah hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output (Riyadi 2007). Menurut Maulida et al. (2012)

perubahan iklim dengan curah hujan yang meningkat menyebabkan produktivitas komoditi pertainan menurun sehingga terjadi kelangkaan. Hal ini juga berdampak pada produksi yang menurun dan juga kualitas produk menjadi kurang berkualitas.

Faktor produksi sering disebut dengan korbanan produksi untuk menghasilkan produksi. Faktor produksi disebut dengan input. Faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi dibedakan menjadi 2 kelompok (Soekartawi dalam Riyadi 2007)), antara lain: (1) Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya, bibit, varietas, pupuk, obat-obatan, gulma, dan sebagainya; (2) Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, resiko, dan ketidakpastian, kelembagaan, tersedianya kredit dan sebagainya. Input merupakan hal yang mutlak, karena proses produksi untuk menghasilkan produk tertentu dibutuhkan sejumlah faktor produksi tertentu. Misalnya untuk menghasilkan jagung dibutuhkan lahan, tenaga kerja, tanaman, pupuk, pestisida, tanaman pelindung dan umur tanaman.

Total penggunaan input ini akan mempengaruhi keluaran (output) dari usaha

tani. Proses produksi menuntut seorang pengusaha mampu menganalisa teknologi tertentu dan mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu seefisien mungkin. Modal dalam arti luas dan umum adalah modal petani secara keseluruhan, dengan memasukkan semua sumber ekonomi termasuk tanah di luar tenaga kerja (Heady dan Dillon, dalam Riyadi 2007)). Untuk menguji peran masing-masing faktor produksi, maka dari sejumlah faktor produksi kita anggap variabel, sedangkan faktor produksi lainnya dianggap konstan (Mubyarto 1994). Uraian lebih lanjut yakni modal tetap dapat berupa tanah, bangunan, dan mesin-mesin pertanian sedangkan modal bergerak (variabel) dapat berupa biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam 1 kali proses produksi antara lain biaya pembelian benih, pupuk, obat-obatan, hingga pembayaran tenaga kerja.

Pendapatan Petani

(24)

buruh non pertanian dan pendapatan dari sumber lain seperti sumbangan, penyewakan asset dan lainnya (Sugiarto 2008).

Menurut Fahriyah et al (2011), pendapatan usahatani didapatkan dari selisih

antara total penerimaan usahatani dengan total biaya. Besar kecilnya pendapatan dipengaruhi oleh penerimaan yang diterima oleh petani dan besarnya biaya yang dikeluarkan dalam usahatani tersebut. Hal ini diuraikan Santoso et al (2011), ada

beberapa alat ukur yang dipakai dalam melakukan analisis usahatani, yaitu: a. Perhitungan biaya produksi/total cost (TC)

Biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi usahatani. Ada dua jenis biaya dalam produksi yang digunakan sebagai input yaitu biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang

dikeluarkan selama proses produksi, biaya ini besar kecilnya tidak dipengaruhi dengan besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Biaya tetap terdiri atas sewa lahan (perhitungan sewa lahan didapatkan dari nilai uang yang dikeluarkan petani untuk membayar sewa lahan) dan penyusutan peralatan (peralatan yang digunakan dalam usahatani jagung adalah cangkul, sabit, ember, diesel dan handsprayer). Dan biaya variabel (variabel cost) merupakan biaya yang dikeluarkan selama usahatani yang besar

kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya variabel terdiri dari benih, Pupuk urea untuk memenuhi kebutuhan unsur hara Nitrogen tanaman¸ pupuk phonska untuk memenuhi kebutuhan unsur tanaman karena kandungan unsur N, P, K dan unsur S (belerang), pestisida untuk serangan hama dan penyakit tanaman, Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani yaitu berasal dari keluarga petani atau tetangga sekitar tempat tinggal petani. Biaya rata-rata yang digunakan dalam usahatani jagung dihitung berdasarkan HOK (Harian Orang Kerja) dengan jam kerja efektif selama 8 jam, Biaya pemipilan yaitu biaya yang digunakan untuk membayar jasa pemipilan (jagung), dan biaya pengairan yaitu biaya yang digunakan dalam pengairan usahatani jagung. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

TC = TFC + TVC Dimana:

TC = Total biaya (total cost) usahatani

FC = Total biaya tetap (total fixed cost) usahatani

VC = Total biaya variabel (total variable cost) usahatani

b. Perhitungan penerimaan usahatani

Penerimaan usahatani merupakan keseluruhan penerimaan yang diterima petani dari penjualan hasil panen, dikalikan dengan harga jual yang berlaku di pasar. Perhitungan penerimaan usahatani dirumuskan sebagai berikut:

TR = Y. Py Dimana:

TR = Total penerimaan (total revenue) usahatani (Rp/Kg)

(25)

c. Perhitungan keuntungan atau pendapatan

Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan usahatani dengan total biaya selama proses produksi usahatani. Rumus keuntungan atau pendapatan sebagai berikut:

π = TR – TC Dimana:

π = Keuntungan atau pendapatan TR = Total penerimaan

TC = Total biaya

(26)

KERANGKA PEMIKIRAN

Banjir memiliki dampak yang cukup signifikan terutama bagi sektor pertanian. Usaha petani merupakan usaha yang rentan dibandingan dengan usaha lainnya. Salah satu faktor kerentanan tersebut adalah ketika petani berada dalam keadaan tidak normal seperti adanya bencana alam. Hal ini kemudian menyebabkan perubahan pada total produksi dan pendapatan petani. Perubahan ini membuat petani melakukan strategi nafkah untuk mengurangi dampak banjir yang terjadi secara berulang. Adapun strategi nafkah tersebut dapat digolongkan ke dalam dua bagian yaitu perlakuan terhadap sektor pertanian dan perlakuan terhadap sektor non-pertanian.

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dirumuskan maka dapat disusun hipotesis bahwa;

1. Banjir diduga menyebabkan penurunan produksi padi di Desa Sinar Pasmah 2. Penurunan produksi diduga tidak memengaruhi strategi nafkah namun

memengaruhi pendapatan petani Desa Sinar Pasmah

(27)

DEFINISI OPERASIONAL

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dapat diukur dengan lebih mudah melalui definisi operasional yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Banjir adalah fenomena alam dimana terjadi kelebihan air yang tidak tertampung oleh jaringan drainase di suatu daerah sehingga menimbulkan genangan yang merugikan. Indikator yang digunakan untuk pengkategorian adalah luas genangankedalaman atau ketinggian air banjir, lama waktu genangan.

2. Strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu maupun kelompok dalam rangka mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap.Penggolongan kategori akan disesuaikan dengan kondisi lapang. Adapun kategorinya yaitu:

a. Sektor Pertanian, didasarkan dari sumber hasil pertanian dalam arti luas seperti pertanian, perkebunan, dll.

b. Sektor Non-pertanian, yaitu sumber pendapatan yang berasal dari luar kegiatan pertanian yang dibagi menjadi 5 yaitu: (1) upah tenaga kerja pedesaan bukan pertanian; (2) usaha sendiri di luar kegiatan pertanian; (3) pendapatan dari hak milik (misalnya: sewa), (4) kiriman dari buruh migran yang pergi ke kota; dan (5) kiriman dari buruh migran yang pergi ke luar negeri.

c. Pola nafkah ganda yaitu penerapan pola nafkah yang beragam dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk menambah pendapatan atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu, dan anak) untuk ikut bekerja pertanian dan memperoleh pendapatan.

d. Migrasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu bentuk strategi nafkah dengan melakukan mobilitas ke daerah lain di luar desanya, baik secara permanen maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan.

3. Total produksi pertanian adalah hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input per satuan luas lahan per musim. Total produksi pertanian diukur dari total penggunaan input dan tingkat produktivitas lahan. Adapun kategori tingkat produksi pertanian akan disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan.

4. Pendapatan petani adalah total pendapatan petani yang diperoleh dari strategi nafkah yang dilakukan oleh rumah tangga petani. Pendapatan diukur dari dua sektor yaitu:

a. Pendapatan di sektor pertanian yaitu pendapatan dari usaha pertanian yang dijalankan oleh seluruh anggota rumah tangga per satuan waktu. Pendapatan petani di sektor pertanian merupakan selisih dari penerimaan petani dan jumlah penggunaan input pertanian. Adapun kategori pendapatan akan disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan.

(28)
(29)

PENDEKATAN LAPANGAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sinar Pasmah, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Alasan dipilihnya lokasi tersebut adalah

wilayah Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu daerah penghasil utama dari pertanianbahan pangan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan merupakan daerah yang subur, mudah dibuka, mudah diairi sebagai tanah sawah. Tetapi perubahan iklim menyebabkan terjadi peningkatan volume air sungai dan menyebabkan luapan yang akhirnya menyebabkan banjir. Desa Sinar Pasmah juga merupakan desa yang sangat rentan terhadap cuaca ekstrem seperti musim hujan yang rentan banjir dan musim kemarau yang rentan kekeringan.

Sebelum menentukan lokasi penelitian, peneliti melakukan penelusuran literatur serta melakukan observasi lapangan. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data di lapangan, pengolahan data dan analisis data, penulisan draft skripsi dan perbaikan laporan penelitian. Lama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi yaitu enam bulan.

Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan untuk menggali fakta, data dan informasi di Desa Sinar Pasmah dalam penelitian ini adalah kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui survei yaitu mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat penggumpul data (Singarimbun dan Efendi 2008). Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam terhadap responden dengan membanding sebelum dan sesudah banjir. Metode lain yang digunakan adalah mengkaji dokumen yang ada seperti monografi desa.

Populasi sasaran dalam penelitain ini adalah seluruh petani padi yang terkena banjir di Desa Sinar Pasmah, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan sebanyak 62 orang. Dalam pendekatan kuantitatif responden dipilih untuk menjadi target survey. Unit analisis data penelitian ini adalah rumahtangga petani padi. Pemilihan responden dilakukan dengan teknik pengambilan sampel acak sederhana

(Simple Random Sampling). Teknik ini dipilih karena populasi yang menjadi

sasaran bersifat homogen (Singarimbun dan Effendi 1989) yaitu kelompok tani yang beranggotakan petani yang terkena banjir. Jumlah sampel yang akan dijadikan responden berjumlah 30 orang. Jumlah ini dirasa cukup untuk memenuhi reliabilitas dan validitas data yang dihasilkan. Metode yang digunakan dalam pengambilan data berupa eksperimen dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner. Pertanyaan mengarah pada keadaan before dan after yaitu dengan mewawancarai

(30)

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(31)

GAMBARAN UMUM WILAYAH

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kondisi fisik, kondisi sosial, dan kondisi ekonomi warga Kecamatan Candipuro secara umum. Selain itu, akan dijelaskan pula kondisi lokasi penelitian yaitu di Desa Sinar Pasmah, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung.

Kondisi Fisik

Kecamatan Candipuro merupakan salah satu bagian dari Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Candipuro membawahi 14 desa dengan luas wilayah 117.47 km2. Secara topografis wilayah Kecamatan Candipuro sebagian besar bentuk permukaan tanah adalah dataran rendah dengan ketinggian dari permukaan laut kurang dari 100 m. Desa Sinar Pasmah merupakan salah satu desa yang masuk dalam Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung.

Desa Sinar Pasmah memiliki batas wilayah yakni berbatasan langsung dengan Desa Sidoharjo, Kecamatan Waway Karya di sebelah utara, Desa Beringin Kencana, Kecamatan Candipuro di sebelah selatan, Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung di sebelah timur, dan Desa Beringin Kedaya, Kecamatan Candipuro di sebelah barat. Menurut penuturan Kepala Desa Sinar Pasmah “Desa ini merupakan desa yang paling sering dilanda bencana banjir karena desa ini merupakan desa yang berada pada posisi yang paling rendah sehingga sangat rentan terhadap banjir serta dampaknya khususnya pertanian”.

Desa Sinar Pasmah yang terdiri dari 28 RT. Di Desa Sinar Pasmah terdapat prasarana yang berhubungan dengan keagamaan, antara lain masjid sebanyak empat unit, langgar/surau/mushola sebanyak delapan unit, gereja Kristen Protestan sebanyak tiga unit dan gereja Katolik sebanyak satu unit. Prasarana keagamaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1 Jumlah dan persentase prasarana keagamaan Desa Sinar Pasmah tahun 2013

No. Prasarana Jumlah Persentase

1. Masjid 4 25.00

2. Langgar/surau/mushola 8 50.00

3. Gereja Kristen Protestan 3 18.75

4. Gereja Katolik 1 6.25

Total 16 100.00

Akses dan kondisi jalan di desa ini tergolong baik dikarenakan jalan utama menuju desa sudah diaspal dan rutin diperbaiki walaupun masih ada beberapa bagian jalan di desa ini yang masih terbilang kurang baik dan belum diperbaiki. Sarana transportasi yang dimiliki Desa Sinar Pasmah yaitu dua unit truk umum dan ojek sekita 25 unit. Di sisi lain, prasarana yang dimiliki oleh warga setempat yakni 28 unit sumur pompa dan 782 unit sumur gali.

(32)

Kondisi Sosial dan Ekonomi

Sebagian besar warga di Desa Sinar Pasmah merupakan penduduk pendatang. Jumlah penduduk di Desa Sinar Pasmah tercatat sebanyak 3 275 orang Data jumlah penduduk di Desa Sinar Pasmah berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Sinar Pasmah Tahun 2013

No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Laki-Laki 1.665 51

2. Perempuan 1.610 49

Jumlah Penduduk 3.275 100

Sumber : Buku Profil Desa Sinar Pasmah 2013

Secara umum keadan sosial ekonomi di Desa Sinar Pasmah dapat dilihat dilihat pada uraian Tabel 3 berikut ini :

Tabel 3 Kondisi Desa Sinar Pasmah berdasarkan atribut kependudukan dan sosial ekonomi tahun 2013

No. Atribut Kependudukan dan Sosial Ekonomi Deskripsi

1. Jumlah penduduk 3.275 jiwa

2. Kepadatan penduduk 349 jiwa/km2

3. Rasio laki-laki/perempuan 1.03

4. Jumlah rumahtangga 915 KK

5. Jumlah penduduk bekerja 1.019 orang

6. Sarana dan prasarana kesehatan

Puskesmas pembantu 1 unit

Posyandu 4 unit

Kader posyandu 5 orang

Pembina posyandu 2 orang

Paramedis 1 orang

Bidan 3 orang

Dukun bersalin terlatih 1 orang

7. Prasarana sekolah

TK 2 unit

SD/sederajat 2 unit

SMP/sederajat 2 unit

Lembaga pendidikan agama 1 unit

(33)

sebanyak 674 warga berusia 7-18 tahun sedang menempuh pendidikan di Desa Sinar Pasmah. Selain itu, warga laki-laki usia produktif yaitu laki-laki berusia 18-56 tahun mayoritas menempuh pendidikan hingga tamat SMP/sederat dengan persentase sebesar 15.08 persen. Sedangkan warga perempuan mayoritas menempuh pendidikan hingga tamat SD/sederajat dengan persentase sebesar 15.05 persen. Tingkat pendidikan penduduk di Desa Sinar Pasmah dapat dilihat pada uraian Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan di Desa Sinar Pasmah tahun 2013

No

. Tingkat pendidikan

Jumlah Persentase

Laki-Laki Perem-puan Laki-Laki Perem-puan

1. Usia 3-6 tahun belum masuk TK 67 65 4.93 4.99

Jumlah Per Jenis Kelamin 1.359 1.302 100.00 100.00

Total 2.661

Sumber : Buku Profil Desa tahun 2013

Menurut data yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2013, total luas lahan Desa Sinar Pasmah pada tahun 2013 adalah 939.5 hektar. Tanah tersebut terdiri dari berbagai peruntukan. Pembagian luas lahan untuk berbagai peruntukan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:

(34)

No. Peruntukan Lahan Luas (ha) Persentase

Penduduk Desa Sinar Pasmah memiliki mata pencaharian yang berbeda-beda. Dari data luas lahan yang telah disebutkan, luas lahan terbesar adalah luas lahan persawahan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pekerjaan penduduk setempat sebagian besar adalah seorang petani. Menurut data monografi desa tahun 2013 jenis pekerjaan warga Desa Sinar Pasmah dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 6 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Desa Sinar Pasmah tahun 2013

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase

1 Petani 375 36.80

Sumber : Buku Profil Desa Sinar Pasmah 2013

Tabel tersebut memberikan gambaran bahwa 88.42 persen warga di Desa Sinar Pasmah merupakan warga yang memiliki mata pencaharian di sektor pertanian. Sebanyak 51.62 persen petani bermata pencaharian sebagai buruh tani dan 36.80 persen sebagai petani.

Penduduk di Desa Sinar Pasmah mayoritas merupakan penduduk pendatang. Pendatang tersebut berasal dari berbagai etnis seperti Jawa, Sunda, Batak, Bali, Palembang, Tiongkok, dll. Jumlah dan persentase penduduk di Desa Sinar Pasmah berdasarkan etnis dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis kelamin dan etnis di Desa Sinar Pasmah tahun 2013

(35)

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan

Sumber: Buku Profil Desa Sinar Pasmah 2013

Kelembagaan informal berupa kegiatan-kegiatan yang meningkatkan jejaring sosial warga juga banyak digeluti oleh warga Desa Sinar Pasmah, seperti pengajian bahkan kelompok tani karena menjadi wadah terutama bagi para petani untuk penyuluhan maupun melakukan kegiatan bersama. Selain itu, di Desa Sinar Pasmah juga terdapat kelembagaan masyarakat lain seperti LKMD, PKK, dan karang taruna. Desa Sinar Pasmah yang merupakan fokus utama wilayah penelitian juga memiliki keunikan yakni mayoritas penduduknya yang tetap bertahan terutama petani di wilayah tersebut walaupun kondisi banjir yang rutin terjadi bahkan masih menjadi ancaman.

Kondisi Fisik Lahan Pertanian

Dilihat dari segi lingkungan, kondisi Desa Sinar Pasmah dapat digolongkan dalam wilayah yang relatif baik. Contoh yang terlihat adalah tanah yang dikelola oleh warga setempat. Pasca banjir tanah sawah yang dimiliki oleh warga sudah dapat ditanami kembali dengan beberapa perlakuan. Mereka pada umumnya melakukan pembajakan tanah sawah dengan menggunakan mesin pembajak dan pemupukan seperti biasanya. Di sisi lain, warga yang sawahnya terkena banjir berusaha untuk memperbaiki kadar kemasaman tanah dengan memberi perlakuan tambahan berupa aplikasi kapur ke lahan mereka. Penggunaan pupuk atau zat kimia yang berlebihan dikhawatirkan akan merubah tanah menjadi lebih buruk sehingga melakukan pengelolaan seperti biasanya dirasa cukup bagi mereka.

Di sisi lain, tidak sedikit pula warga yang memiliki lahan pekarangan di rumah mereka. Lahan pekarangan dimanfaatkan oleh warga untuk menanam beberapa jenis tanaman seperti bunga, buah, bahkan sayuran. Beberapa dari hasil pekarangan ini mayoritas untuk dikonsumsi warga seperti buah dan sayur. Kejadian banjir yang kerap terjadi memberikan pengalaman kepada warga dalam mengelola lahan mereka menjadi lebih baik.

Ikhtisar

(36)
(37)

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Usia

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa petani di Desa Sinar Pasmah berasal dari beragam usia. Usia petani yang menjadi responden dibagi ke dalam tiga golongan yakni 30-40 tahun, 41-50 tahun, dan 51-60 tahun. Pengelompokan responden dari masing-masing golongan berdasarkan usia disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 menunjukkan bahwa responden didominasi oleh kelompok usia 51-60 tahun yakni sebanyak 46.67 persen.

Tabel 8 Jumah dan persentase responden berdasarkan kelompok usia di Desa Sinar Pasmah tahun 2015

No. Usia (tahun) Jumlah Persentase

1. 30-40 6 20.00

2. 41-50 10 33.33

3. 51-60 14 46.67

Total 30 100.00

Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga pada penelitian ini digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu jumlah tanggungan sebanyak nol hingga satu orang, dua hingga tiga orang, dan jumlah tanggungan sebanyak lebih dari atau sama dengan empat orang. Jumlah anggota keluarga petani tersebut disajikan pada Tabel 9 berikut:

Tabel 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah anggota keluarga petani tahun 2015

No. Jumlah anggota rumahtangga

(orang) Jumlah Persentase

1. Satu orang 1 3

2. 4>X≥2 11 37

3. X≥4 18 60

Total 30 100.00

(38)

Lama Bertani

Lama bertani diperoleh berdasarkan jumlah tahun yang dilalui oleh petani sejak pertama kali bekerja sebagai petani. Lama bertani petani di Desa Sinar Pasmah diklasifikasikan ke dalam tiga golongan yaitu kurang dari atau sama dengan dua puluh tahun, dua puluh hingga dua puluh sembilan tahun, dan lebih dari atau sama dengan tiga puluh tahun. Pengelompokan responden dari masing-masing golongan berdasarkan lama bertani disajikan pada Tabel 10. Tabel menunjukkan bahwa responden didominasi oleh kelompok usia 20-29 tahun yakni sebanyak 40 persen.

Tabel 10 Jumlah dan persentase responden berdasarkan lama bertani tahun 2015

No. Lama Bertani (Tahun) Jumlah Persentase

1. ≤ 20 10 33.33

2. 30>X>20 12 40.00

3. ≥ 30 8 26.67

(39)

KARAKTERISTIK BANJIR

Peristiwa banjir di Desa Sinar Pasmah ini sudah terjadi sejak sekitar tahun 1970-an. Menurut penuturan responden, pada awalnya daerah tersebut merupakan wilayah yang berhutan. Walaupun masih terdapat daerah untuk pertanian lain seperti sawah maupun perkebunan, tetapi wilayah hutan masih relatif lebih luas dibandingkan dengan wilayah pertanian lainnya. Wilayah hutan ini awalnya dikuasai oleh penduduk setempat. Namun, semakin lama penduduk dari luar wilayah desa semakin berdatangan ke wilayah Desa Sinar Pasmah sehingga jumlah penduduk desa meningkat. Sebagai akibatnya terjadi konversi lahan dari lahan hutan menjadi lahan sawah. Selain lahan sawah, lahan hutan yang dibuka juga digunakan untuk beberapa peruntukan lain seperti pemukiman, perkantoran, dll tetapi sebagian besar lahan hutan yang dibuka beralih menjadi lahan sawah.

Banjir terjadi ketika musim hujan yaitu pada bulan Januari hingga bulan Mei dengan intensitas hujan yang cukup tinggi. Keadaan ini menyebabkan terjadi luapan air sungai karena sungai tidak mampu menahan debit air sehingga air menggenangi sawah mereka. Selain karena luapan sungai, daerah resapan air tidak lagi ada karena lahan hutan yang memiliki fungsi resapan air telah dibuka.

Tidak hanya ketika musim hujan, tetapi banjir juga dapat terjadi ketika musim kemarau tiba. Karena sistem aliran air yang buruk maka luapan sungai tidak dapat dihindari dan menjadi penyebab datangnya banjir yang kemudian menggenangi sawah petani.

“Kalau dibilang tahun tujuh puluhan itu hampir tiap bulan banjir

itu,Mbak. Saya mau nggak mau harus panen aja apa yang ada. Kadang cuma dapet berapa karung. Susah lah,Mbak. Nggak bisa dikira-kira,”(LGN, 59 tahun)

Banjir yang terus menerus terjadi menyebabkan warga mulai mengeluhkan keadaan tersebut. Di satu sisi, warga harus menanam padi untuk memenuhi kebutuhan hidup rumahtangga sehari-hari. Tetapi di sisi lain warga merasa sangat kesulitan karena ketika mereka menanam kembali maka bahaya banjir juga siap menenggelamkan lahan sawah mereka. Ketika banjir mulai menggenangi maka dapat dipastikan mereka kembali mengalami gagal panen.

“Dulu kan banjir terus, hampir tiap bulan. Tapi kita kan cuma punya

sawah. Itu aja yang kita garap aja terus. Kalo kita nanem (padi)

pasti kena banjir tapi kalo nggak nanem (padi) kita nggak makan,” (PD, 45 tahun)

(40)

“Ya sebenernya sih kalau menurut saya ya, bulan November itu ya

mulailah. November Desember itu hujan lalu air mulai naik gitu ya, Mbak. Dikit-dikitlah banjirnya itu. Tapi puncak-puncaknya sekitar bulan satu bulan dua, Mbak, itu udah bisa dibilang pasti banjirlah kalo disini. Dan kalo bulan satu bulan dua (Januari-Februari) itu, Mbak, paling parah banjirnya. Dan udah pasti lah

gagal panen” (SPN,47 tahun).

Berikut ini merupakan peta di Desa Sinar Pasmah yang dapat memberikan ilustrasi mengenai banjir yang seringkali melanda desa terutama sawah para petani:

Gambar 2. Peta potensi desa dan masalah Desa Sinar Pasmah

Peta tersebut memberi gambaran bahwa garis berwarna jingga merupakan tanggul yang dibangun pada tahun 2006. Di sisi lain garis berwarna hijau menggambarkan wilayah sungai. Diantara sungai dan tanggul terdapat saluran sekunder yang ditandai dengan warna merah muda. Ketika tanggul tidak dapat menampung luapan air maka banjir menggenangi wilayah sawah yang dimiliki petani di Desa Sinar Pasmah. Wilayah yang digambarkan petak dengan sedikit gelombang dan berasir merupakan wilayah sawah para petani yang terkena banjir yakni berada di sebelah Barat Desa Sinar Pasmah.

Hasil dari penuturan responden menyatakan bahwa banjir di Desa Sinar Pasmah setelah tahun 2006 (setelah tanggul dibangun) dapat dideskripsikan sebagai berikut :

(41)

Durasi genangan ketika terjadi banjir di desa tersebut yakni berkisar satu hari hingga satu minggu.

“Kalau makin deras (hujan) lalu makin lama juga hujannya

banjirnya juga bisa lama,Neng. Paling cepat satu hari itu

banjirnya. Tapi biasanya bisa dua tiga empat harian, Neng,” (HMD, 50 tahun)

2. Sebagian besar lahan pertanian yang terkena banjir (sekitar 60 persen) berada sekitar 100 meter hingga satu kilometer dari sumber banjir. Selebihnya (sekitar 40 persen) berada pada posisi lebih dari satu kilometer dari sumber banjir (lihat Tabel 11).

3. Kedalaman atau ketinggian banjir yang menggenang di Desa Sinar Pasmah mencapai 0,5 meter dan ada pula yang mencapai lebih dari satu meter. Petani yang mengalami banjir dengan ketinggian mencapai satu meter menempati frekuensi tertinggi yaitu 60 persen (lihat Tabel 11).

4. Luas genangan banjir yang menggenang di Desa Sinar Pasmah mencapai 0.80 hektar. Hal ini dapat dilihat dari luas lahan pertanian yang terkena banjir. Persentase genangan banjir sebesar 25-50 persen dari luas lahan petani yakni dengan rata-rata luas lahan responden yang terkena banjir sebesar 0.80 hektar. Uraian jumlah responden dan rata-rata luas lahan berdasarkan persentase genangan di lahan pertanian dapat dilihat pada Tabel 12 dan 13.

Tabel 13 juga dapat memberi kesimpulan bahwa sebagian besar petani responden di Desa Sinar Pasmah mengalami banjir dengan genangan antara 25-50 persen dari luas lahan mereka (sekitar 53.3 persen dengan persentase terbesar dialami oleh petani yang memiliki luas lahan 0.75-1.00 hektar yaitu 7 responden (87.5 persen). Responden yang memiliki luas lahan ≤ 25 hektar sebagian besar mengalami banjir mencapai ≥ 50 persen yaitu 4 responden (sekitar 66.7 persen) dan 5 responden (sekitar 62.5 persen) dengan luas lahan 0.25-50 hektar mengalami banjir ≤ 25 persen dari luas lahan.

Wilayah Desa Sinar Pasmah pernah terjadi banjir berskala besar. Menurut penuturan responden, kejadian tersebut berlangsung pada tahun 2012. Pada saat itu terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi dan berlangsung selama empat hingga lima hari tanpa henti. Akibatnya seluruh tanah pertanian mereka tergenang banjir besar dan tidak ada hasil tanaman yang tersisa.

“Waktu itu (pada tahun 2012) habis semua sawah, padi, pokoknya

semua nggak ada sisa,Mbak. Sampai yang disana-sana (yang menurut mereka jarang bahkan tidak terkena banjir) aja kena,Mbak. Wah,parah waktu itu,Mbak,” (PWT, 50 tahun)

(42)

“Kalo gara-gara banjir ini ya saya rasakan itu juga hama jadi

banyak, Mbak. Kalau sudah gitu ya jadi rusak tanaman saya, “ (SA, 40 tahun)

“Karena banjir ini sih yang saya rasakan itu, Mbak, jadi susah tanam. Banjir datang, sawah kita jadi nggak bisa diapa-apain. Menggenang gitu airnya. Kalau sudah surutpun, Mbak, tanah sawah saya sama petani-petani disini ya gitu, jadi jelek. Jadi kami harus olah lagi supaya bisa dipake lagi (tanahnya),” (MSR, 40 tahun).

Di sisi lain, masalah yang seringkali muncul pada petani akibat banjir yang melanda ini adalah biaya tanam yang bertambah serta kesulitan dalam mencari modal.

”Ya kalau udah dateng (banjir) ya udah pasti juga saya nambah itu

biaya tanamnya, Mbak. Ya pupuk segala macemnya (untuk

menanam kembali) itu, Mbak,” (PR, 52 tahun).

“Kalau kena banjir ya saya itu susah cari modalnya lagi, Mbak,

buat saya ngusahain tanah (sawah) itu lagi Karena kan kalau kena banjir, hasil tanam saya itu kan berkurang, Mbak, berarti yang saya

dapet (pendapatannya) berkurang,” (SYT, 41 tahun)

Banjir sejak dahulu sering melanda wilayah ini dan menurunkan hasil panen para petani, namun mereka tetap bertahan di Desa Sinar Pasmah dan terus melakukan usaha bidang pertanian tersebut. Menurut para petani apabila mereka beranjak dari desa tersebut belum tentu di tempat tujuan mereka tersebut mereka mendapat pekerjaan yang lebih baik ataupun mendapatkan kesempatan untuk kembali menjadi petani di tempat yang baru. Selain karena kedua hal tersebut, alasan petani tidak ingin pindah ke wilayah lain karena ketidak pastian akan pendapatan dan harta benda yang sama seperti keadaaan mereka saat ini.

“Udah betah disini,Mbak. Udah cocok juga disini karena udah lama

juga tinggal. Kalo saya pindah, belum tentu juga saya punya tanah yang luasnya kayak yang saya punya juga sekarang. Kalo saya pindah, berarti modalnya saya harus jual tanah saya, terus nanti uangnya pada kemana-mana, habis di jalan. Kalo pindah juga

(43)

Tabel 11 Jumlah dan persentase rumahtangga responden berdasarkan deskripsi banjir tahun 2015

No. Deskripsi Rumahtangga Responden

Jumlah Persentase

Tabel 12 Jumlah dan persentase responden dan rata-rata luas lahan berdasarkan persentase genangan di lahan pertanian

No. Persentase

Genangan/Banjir di Lahan Pertanian (%)

Rumahtangga

Responden Lahan Responden Rata-Rata Luas Terkena Banjir

Tabel 13 Jumlah dan persentase luas genangan banjir berdasarkan luas lahan petani di Desa Sinar Pasmah

(44)
(45)

STRATEGI NAFKAH DAN PENDAPATAN PETANI

PRODUKSI PERTANIAN PADI SAWAH

Banjir yang terjadi menyebabkan penurunan produksi pertanian. Waktu untuk melakukan penanaman oleh petani, secara khusus padi, di Desa Sinar Pasmah berbeda ketika sebelum tanggul dibangun dan setelah tanggul dibangun. Menurut responden, sebelum tanggul dibangun mereka hanya dapat panen sebanyak satu kali dalam satu tahun karena banjir (yang terjadi pada musim hujan). Apabila mereka mulai persiapan (seperti lahan yang harus diolah pasca banjir) pada bulan Juni maka penanaman dilakukan pada bulan Juli sehingga petani dapat memanen padi pada bulan November. Sedangkan pada musim hujan yang berlangsung pada bulan Januari hingga Mei, panen padi cenderung tidak menentu. Hal ini tergantung pada intensitas dan frekuensi hujan yang terjadi.

“Kalau hujannya sebentar-sebentar aja bisa itu panen. Tapi jarang itu, Mbak. Malah nggak pernah kayaknya. Karena hujan seharian besoknya pasti banjir. Jadi susah. Mau nggak mau yang ada (padi)

ya dipanen aja” (SYD,53 tahun)

Pasca tanggul dibangun (tepatnya pada tahun 2006), para petani dapat memanen padi sebanyak dua kali dalam satu tahun. Apabila petani menanam padi pada bulan Februari maka petani dapat memanen padi pada bulan Juni. Sedangkan apabila petani menanam padi pada bulan Juli maka petani dapat memanen padi pada bulan November.

Tabel 14 Rata-rata produksi padi di Desa Sinar Pasmah tahun 2006 dan tahun 2015

Musim Tahun 2006 Rata-rata produksi (ton/ha/musim) Tahun 2015

Hujan 2.2 3.4

Kemarau 4.0 3.5

(46)

STRATEGI NAFKAH

Strategi nafkah menurut Dharmawan (2007) adalah segala kegiatan atau keputusan yang diambil anggota rumahtangga untuk bertahan hidup (survival) dan atau membuat hidup lebih baik. Tujuan dari bertahan hidup ini adalah membangun beberapa strategi untuk keamanan dan keseimbangan mata pencaharian rumahtangga. Pilihan strategi nafkah sangat ditentukan oleh kesediaan akan sumber daya dan kemampuan mengakses sumber-sumber nafkah rumah tangga yang sangat beragam (multiple source of livelihood), karena jika rumah tangga tergantung hanya

pada satu pekerjaan dan satu sumber nafkah tidak dapat memenuhi semua kebutuhan rumah tangga.

Petani yang menjadi responden penelitian merupakan kepala keluarga. Strategi nafkah (dalam penelitian ini lebih dikhususkan mengenai mata pencaharian) utama para responden sebelum dan sesudah dibangunnya tanggul adalah petani padi sawah. Mereka umumnya memiliki tanah yang dikuasai secara pribadi untuk menjalankan usaha pertanian mereka. Adapun luas lahan yang mereka miliki bervariasi. Variasi luas lahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 15 berikut:

Tabel 15 Jumlah dan persentase rumahtangga responden berdasarkan golongan luas lahan petanian tahun 2015

No. Golongan Luas Lahan

Pertanian (ha) Rumahtangga Responden Pemilik Tanah Jumlah Persentase

1. ≤ 0.25 6 20.00

Sebanyak 26.67 persen petani memiliki luas lahan 0.25 hektar hingga 0.50 hektar. Persentase yang sama juga ditunjukkan pada petani yang memiliki luas lahan 0.75 hektar hingga 1 hektar. Ini juga menunjukkan bahwa petani di Desa Sinar Pasmah, secara khusus petani yang memiliki lahan sawah yang terkena banjir, sebagian besar memiliki luas lahan kurang dari satu hektar. Luas lahan yang dimiliki oleh para petani tersebut tidak mengalami perubahan sejak mereka memiliki lahan tersebut (yaitu sebelum adanya tanggul yang dibangun pada tahun 2006) meskipun lahan mereka sering dilanda banjir.

“Nggak aja, Mbak (dijual). Kalau sekarang dijual nanti lahan saya

(47)

Para petani mengaku tidak mengganti jenis tanaman meskipun banjir terus melanda mereka. Mereka umumnya pernah mencoba menanam padi dan juga menanam jagung tetapi jagung dinilai tidak tahan terhadap banjir sehingga petani memutuskan untuk tidak lagi menanam jagung dan hanya menanam padi hingga saat ini. Pasca banjir terjadi pun para petani langsung mengolah lahan mereka untuk kembali menanam padi.

Seluruh petani responden merupakan petani padi sawah. Para petani tidak melakukan pola nafkah ganda yang tetap. Menjadi petani padi sawah merupakan pekerjaan utama mereka. Dan secara umum petani melakukan pekerjaan lain yakni menjadi buruh tani. Menjadi buruh tani biasanya dilakukan oleh para petani apabila ada yang membutuhkan tenaga mereka. Menurut pernyataan mereka pekerjaan tersebut datang dari pemilik lahan yang membutuhkan tenaga kerja tambahan. Para petani mengaku tidak jarang pula mereka mendapat pekerjaan sebagai buruh tani di lahan sawah yang jarang atau tidak terkena banjir.

“Kalau jadi buruh tani ya sepanggilnya aja kalau saya. Kalau ada yang butuh tenaga saya ya saya dipanggil. Biasanya kalau saya kerja itu (menjadi buruh tani) setelah masa tanam, Mbak. Kadang saya kerjanya bersihin hama, kadang bantu ngasih pupuk. Dan biasanya ya,Mbak, itu kalo bulan-bulan mau panen lebih sering

dapet (pekerjaan menjadi buruh tani),” (SLM, 50 tahun)

Merujuk pada Scoones (1998), penerapan strategi nafkah pada rumah tangga petani dilakukan dengan cara memanfaatkan berbagai sumber daya yang dimiliki dalam upaya untuk dapat bertahan hidup. Salah satu strategi nafkah yang dapat dilakukan adalah pola nafkah ganda yaitu strategi nafkah yang dilakukan dengan menerapkan keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk menambah pendapatan, atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu, dan anak) untuk ikut bekerja pertanian dan memperoleh pendapatan.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa responden melakukan pekerjaan lain selain menjadi petani sawah. Adapun uraian jenis pekerjaan tambahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 16 dan 17. Menurut uraian Tabel 16 tersebutdapat dikatakan bahwa sebelum tahun 2006, hanya sekitar 3.33 persen petani di Desa Sinar Pasmah yang memiliki pekerjaan tambahan di sektor non pertanian. Selebihnya, yakni sekitar 96.67 persen, petani padi di Desa Sinar Pasmah memiliki pola nafkah ganda sebagai buruh tani. Menurut penuturan para responden, mereka umumnya merupakan buruh tani tetapi mereka juga menerima pekerjaan sebagai buruh bangunan. Menjadi buruh bangunan hanya dilakukan ketika mereka tidak menerima pekerjaan sama sekali sebagai buruh tani serta ketika mereka memiliki waktu luang.

(48)

Setelah tahun 2006 (dari uraian Tabel 17) dapat dilihat bahwa terjadi perubahan mata pencaharian tambahan pada petani di Desa Sinar Pasmah namun jumlahnya tidak begitu signifikan. Sebanyak 6.6 persen petani memilih mata pencaharian di sektor non pertanian. Selebihnya, yakni sekitar 93.4 persen petani tetap memilih untuk mengerjakan pekerjaan tambahan sebagai buruh tani.

Di sisi lain responden menyatakan bahwa istri mereka adalah ibu rumahtangga. Jenis pekerjaan para ibu rumahtangga tersebut juga bekerja sebagai buruh tani dengan frekuensi bekerja yang jauh lebih rendah dibandingkan kepala rumahtangga. Hal ini dikarenakan para petani lebih mengutamakan tugas istri mereka sebagai ibu rumahtangga.

“Kalau ibu kerja jadi buruh tani juga. Tapi itu ya kadang-kadang saja. Kapan dia kerja ya saya harus tahu. Istri itu ya memang yang penting urus rumah, urus suami, urus anak. Kalau semuanya udah beres baru boleh kerja. Itupun sama, Mbak. Kalau istri saya kerja juga kalau ada yang butuh, ada yang manggil. Kalau bisa dibilang

ya jarang sih, Mbak, kalau (ibu rumahtangga) kerja,”(SKR, 57 tahun)

(49)

Tabel 16 Karakteristik mata pencaharian kaum istri petani pada kondisi musim hujan dan musim kemarau sebelum 2006 dan tahun 2015

Para petani tidak mengalami perubahan jenis pekerjaan sejak awal mereka bertani. Sebelum dan sesudah adanya tanggul, petani tetap menggarap lahan sawah dan menjadi buruh. Demikian juga dengan istri mereka yang sejak dahulu menjadi ibu rumahtangga yang tidak menutup kemungkinan juga bekerja sebagai buruh tani meskipun terbilang tidak tetap bahkan jarang dilakukan. Dari tabel tersebut juga terlihat bahwa pekerjaan istri petani sebelum dan sesudah banjir tidak mengalami perubahan.

Hasil penelitian terhadap para petani di Desa Sinar Pasmah dapat diketahui bahwa anak-anak para petani tidak turut melakukan pola nafkah ganda. Berdasarkan penuturan para petani, anak-anak mereka mayoritas masih duduk di bangku sekolah. Selain itu, ada pula responden yang menyebutkan bahwa anak mereka pergi ke luar desa untuk mencari nafkah namun tidak rutin memberikan hasil jerih payah mereka kepada keluarga karena mereka juga butuh biaya untuk bertahan hidup. Lain halnya dengan anak mereka yang sudah menikah sehingga penghasilan mereka tidak sepenuhnya dapat diberikan untuk membantu perekonomian keluarga yang berada di desa karena mereka juga harus membiayai kehidupan keluarganya sendiri. Anak-anak petani yang bekerja hanya sesekali mengirimkan hasil pendapatan mereka kepada para responden.

Karakteristik mata

lah Persentase Jumlah Persentase

Istri bekerja sebagai buruh tani (n=28)

Musim Hujan Musim Kemarau

< 0.25 6 6 100.0 6 100.0

0.25-0.50 8 7 87.5 7 87.5

0.50-0.75 5 5 100.0 5 100.0

0.75-1.00 8 8 100.0 8 100.0

> 1.00 3 2 66.7 3 100.0

Istri bekerja sebagai pedagang (n =1)

Musim Hujan Musim Kemarau

< 0.25 6 0 0 0 0

0.25-0.50 8 1 12 1 12

0.50-0.75 5 0 0 0 0

0.75-1.00 8 0 0 0 0

(50)

Contoh kasus: SLM, 50 tahun

Pak SLM adalah seorang petani yang memiliki satu orang istri dan tiga orang anak. Anak pertama beliau sudah menikah dan saat ini merantau ke suatu daerah di Sumatera. Beliau menyatakan bahwa disana anak beliau bekerja sebagai petani kopi. Pekerjaan tersebut dilakukan untuk mencari nafkah bagi keluarga kecilnya. Pendapatan yang diperoleh anaknya tidak rutin dikirim kepada beliau dan adik-adiknya karena anaknya tersebut pun harus membiayai kehidupannya bersama keluarganya. Tetapi menurut Pak SLM, anaknya tersebut sesekali menyisihkan pendapatannya dan mengirimkannya kepada pak SLM. Itupun atas inisiatif anaknya tersebut bukan keinginan pak SLM. Ketika uang tersebut dikirimkan kepada pak SLM, beliau mengaku bahwa uang tersebut digunakan untuk berbagai hal, salah satunya biaya sekolah adik-adiknya yang saat ini duduk di bangku SMA dan SMP. Selain itu, uang tersebut juga digunakan untuk menambah biaya kehidupan sehari-hari. Bahkan tidak jarang uang tersebut digunakan untuk modal bertani pak SLM.

Contoh kasus: ARY, 47 tahun

(51)

PENDAPATAN

Struktur pendapatan pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu kelompok pendapatan disektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan disektor pertanian merupakan kontribusi dari pendapatan usaha pertanian dan diluar usaha pertanian seperti berburuh tani. Sedangkan pendapatan di luar pertanian terdiri dari usaha non pertanian (dagang, industri, angkutan dan jasa), Pegawai Negeri/TNI, buruh non pertanian dan pendapatan dari sumber lain seperti sumbangan, penyewakan asset dan lainnya (Sugiarto 2008).

Kondisi tersebut sedikit berbeda dengan kondisi yang ditemui di lapangan. Para petani di Desa Sinar Pasmah menganggap pola nafkah ganda mereka sebagian besar adalah buruh. Mereka mengaku bahwa secara spesifik mereka bekerja sebagai buruh tani dan juga buruh non pertanian tetapi mereka tetap menyatakan bahwa pekerjaan tambahan yang dilakukan mereka adalah buruh tani karena menjadi buruh non pertanian dapat dikatakan sangat jarang untuk dilakukan. Oleh karena itu, dalam bab ini pendapatan akan diuraikan menjadi dua bagian yaitu pendapatan dari pekerjaan utama sebagai petani padi sawah (on farm) dan pendapatan di sektor lain. Kedua bagian tersebut kemudian diuraikan pula pendapatan pada saat sebelum tanggul dibangun (yakni sebelum tahun 2006) dan setelah tanggul dibangun (yakni pada tahun 2015).

Secara umum, jenis pekerjaan yang dilakoni oleh para petani sejak dahulu hingga saat ini tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan. Namun yang berbeda adalah pendapatan yang diperoleh. Petani pun mengakui bahwa pendapatan mereka kian meningkat. Di sisi lain beberapa biaya turut mengalami peningkatan, salah satunya yakni biaya produksi pertanian.

Pendapatan para petani pada sektor pekerjaan sebagai petani padi sawah diperoleh berdasarkan penerimaan petani yang telah dikurangi dengan biaya produksi. Harga jual produk berbeda ketika musim hujan dan musim kemarau. Menurut penuturan petani, sebelum tanggul dibangun (sebelum tahun 2006) harga jual hasil produksi mereka mencapai Rp 6 000/kg pada musim hujan, sedangkan ketika musim kemarau tiba, harga jual hasil produksi mereka mengalami peningkatan yakni menjadi Rp 7 000/kg.

Sebelum tanggul dibangun, rata-rata pendapatan masyarakat pada musim kemarau meningkat dibandingkan dengan pendapatan masyarakat pada musim hujan. Hal ini seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ketika musim hujan tiba, yakni sekitar bulan Januari hingga Mei, petani mengalami gagal panen yang cukup besar. Mereka hanya dapat memanen tanaman yang masih tersisa saja. Sedangkan pada musim kemarau, intensitas banjir yang menurun menyebabkan mereka umumnya dapat memanen padi dengan keadaan yang lebih baik..

(52)

sekitar bulan Januari hingga Februari. Setelah bulan Februari intensitas hujan kian berkurang tetapi sistem irigasi mereka dapat dikatakan lebih baik dibandingkan musim kemarau. Oleh karena itu, pada saat musim kemarau biaya produksi sedikit mengalami peningkatan untuk mengusakahan air untuk irigasi sawah petani.

“Kalau lagi kemarau sih (biaya produksi) agak naik sedikit, Mbak.

Karena kita harus beli air (untuk irigasi), soalnya kan kalau kemarau jarang-jarang hujan, jadi kalaupun hujan ya banjirnya sedikit-sedikit. Airnya hanya lewat ngalir gitu aja (pada lahan sawah) selebihnya kan tidak ” (PWT, 50 tahun).

Pendapatan yang diperoleh petani selain dari pekerjaan utama sebagai petani padi sawah adalah pendapatan dari sektor lain. Secara umum, pekerjaan petani di sektor lain sebelum dan sesudah adanya tanggul tidak terlalu berbeda. Hanya saja terjadi peningkatan upah kerja dan frekuensi kerja terutama setiap menjelang musim panen. Pendapatan petani pada sektor lain sebelum tanggul dibangun tidak memiliki perbedaan yang signifikan ketika musim hujan maupun musim kemarau.

Pendapatan yang diperoleh selain dari para petani responden, istri petani juga turut andil dalam mencari nafkah. Meskipun terbilang tidak rutin, tetapi mereka masih mendapatkan upah ketika mereka bekerja. Frekuensi bekerja tidak berbeda ketika musim hujan dan musim kemarau. Perbedaan nampak pada jumlah pendapatan pada kondisi sebelum dan sesudah tanggul dibangun (2006).

Jumlah pendapatan rumahtangga petani setelah melakukan pola nafkah ganda pada kondisi banjir sebelum dan sesudah 2006 disajikan pada Tabel 19 dan Tabel 20. Pada tabel tersebut terbukti terjadi peningkatan rata-rata pendapatan rumahtangga petani setelah 2006 (pada tahun 2015), yaitu pada kondisi tanggul telah dibangun. Tidak hanya rata-rata pendapatan yang meningkat tetapi juga jumlah petani yang mengalami peningkatan pendapatan tersebut baik pada musim hujan maupun musim kemarau.

Di satu sisi, seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa pekerjaan istri petani sebelum dan sesudah tahun 2006 tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan. Di sisi lain, berbeda kondisi pendapatan istri petani setelah tahun 2006. Para istri petani mengalami peningkatan rata-rata pendapatan. Hal ini disebabkan upah kerja mereka yang mengalami peningkatan.

“Kalau dulu, Mbak ya bisa berapa ribu lah dapat (upah)nya. Pernah tiga ribu pernah lima ribu. Tapi kan dulu lumayan itu, Mbak untuk nambah-nambah jajan anak . Nah, kalau sekarang

(53)

Tabel 17 Karakteristik mata pencaharian responden pada kondisi musim hujan dan musim kemarau sebelum 2006

Petani menurut

Musim Hujan Musim Kemarau

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

Petani Pemilik Penggarap dan buruh tani (n= 29)

< 0.25 6 5 83.3 5 83.3

0.25-0.50 8 8 100.0 8 100.0

0.50-0.75 5 5 100.0 5 100.0

0.75-1.00 8 8 100.0 8 100.0

> 1.00 3 3 100.0 3 100.0

Petani Pemilik Penggarap dan sebagai pegawai sekolah (n= 1)

< 0.25 6 1 17 1 17

Golongan luas

lahan lainnya 0 0 0 0 0

Tabel 18 Karakteristik mata pencaharian responden pada kondisi musim hujan dan musim kemarau tahun 2015

Petani menurut

Musim Hujan Musim Kemarau

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

Petani Pemilik Penggarap dan buruh tani

< 0.25 6 5 83.3 5 83.3

0.25-0.50 8 7 87.5 7 87.5

0.50-0.75 5 5 100.0 5 100.0

0.75-1.00 8 8 100.0 8 100.0

> 1.00 3 3 100.0 3 100.0

Petani Pemilik Penggarap dan jasa

<0.25 6 1 16.7 1 16.7

Gambar

Gambar 1Kerangka analisis penelitian
Tabel 2 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Sinar
Tabel 4  Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan  jenis kelamin dan tingkat pendidikan di Desa Sinar Pasmah tahun 2013
Tabel tersebut  memberikan gambaran bahwa 88.42 persen warga di Desa
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang dimiliki petani/Ha. Luas penguasaan lahan agroforestri karet adalah lahan agroforestri karet yang dikuasai atau digarap oleh petani, meliputi lahan milik, sewa dan

1. Rumah tangga petani tunakisma adalah rumah tangga yang salah satu anggota rumah tangganya bekerja di lahan pertanian, namun tidak memiliki lahan berdasarkan

Berdasarkan tujuan dan masalah penelitian yang telah disusun, maka terdapat dua kesimpulan untuk menjawab hal tersebut, yaitu (1) variasi strategi nafkah

rumahtangga petani dengan menggunakan teknik sampel acak terstratifikasi ( stratified random sampling ). Teknik ini dipilih untuk melihat kondisi masyarakat pada setiap

Rumahtangga petani transmigran etnis Jawa yang berada di Sumberboga mengalami transformasi struktur nafkah yang lebih cepat dan lebih luas bila dibandingkan dengan

Petani dengan luas lahan yang besar sangat dibantu oleh pendapatan dari usahatani kakao maupun non kakao, sedangkan petani dengan lahan sempit sangat dibantu oleh pendapatan

Rumahtangga petani transmigran etnis Jawa yang berada di Sumberboga mengalami transformasi struktur nafkah yang lebih cepat dan lebih luas bila dibandingkan dengan

Petani dengan luas lahan yang besar sangat dibantu oleh pendapatan dari usahatani kakao maupun non kakao, sedangkan petani dengan lahan sempit sangat dibantu oleh pendapatan