• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis persepsi dan preferensi konsumen terhadap Jeruk Keprok Garut di Kabupaten Garut, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis persepsi dan preferensi konsumen terhadap Jeruk Keprok Garut di Kabupaten Garut, Jawa Barat"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

i

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI KONSUMEN

TERHADAP JERUK KEPROK GARUT

DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

TRIA FIRMANSYAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

i

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Persepsi dan Preferensi Konsumen Terhadap Jeruk Keprok Garut di

Kabupaten Garut, Jawa Barat” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari2015

(4)
(5)

i

(6)
(7)

ABSTRAK

TRIA FIRMANSYAH. Analisis Persepsi dan Preferensi Konsumen Terhadap Jeruk Keprok Garut di Kabupaten Garut, Jawa Barat.Dibimbing oleh TINTIN SARIANTI.

Jeruk keprok garut pada tahun 1980 menjadi komoditas jeruk lokal unggulan dengankualitas dan daya saing yang sama dengan jeruk pontianak dan jeruk medan, jeruk keprok garut menjadi kurang dikenal masyarakat Indonesia setelah terserang penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration

(CVPD) dan peristiwa erupsi Gunung Galunggung di Tasikmalaya.Banyaknya buah jeruk impor di pasar domestik menyebabkan jeruk keprok garut semakin sulit dikenal kembali oleh masyarakat lokal.Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui karakteristik konsumen, persepsi konsumen, dan preferensi konsumen terhadap jeruk keprok garut.Dari hasil sampling didapat bahwa karakteristik umum konsumen jeruk keprok garut sebagian besar adalah wanita, yang mayoritas berasal dari kecamatan yang tidak jauh dari pusat Kota, berusia 25 – 35 tahun dengan penghasilan rata – rata diatas Rp 2 000 000, dan sudah menikah. Konsumen memandang akan jeruk keprok garut ialah bahwa jeruk garut memiliki rasa manis segar dengan sedikit rasa keasaman, harga yang relatif terjangkau, memiliki kadar air cukup tinggi, dengan warna kulit buah kuning kehijauan yang cukup bersih, serta memiliki aroma harum yang kuat dan khas, dan cukup mudah ditemui di wilayah perkotaan di Kabupaten Garut. Preferensi konsumen diukur dengan metode konjoin yang menunjukan bahwa konsumen lebih condong memilih jeruk keprok garut dengan kombinasi atribut harga yang murah yaitu berkisar pada harga terendah di pasar Rp 13 000 – 17 000, rasa yang manis, kadar air yang sedang, warna kulit yang kuning kehijauan, dan aroma yang harum.

Kata kunci: Persepsi dan Preferensi, Jeruk Keprok Garut, Konjoin ABSTRACT

TRIA FIRMANSYAH. Consument Perception and Preference Analysis to Jeruk Keprok Garutin Garut Regency. Supervised by TINTIN SARIANTI.

(8)

around the City Center, who were have age around 25-35 years old, married and working with income of above Rp 2 000 000, Consumer was seeing that Jeruk Keprok Garut has a taste of fresh sweet with a little of acidity. It has high water content, clean yellow-green skin, fresh and strong aroma. The price was also relatively affordable and easily found in around Garut City Center (urban areas). Consumer preferences is measured by the Method of Conjoint, which shows that consumer are more inclined to chooseJeruk Keprok Garut with combinations of low price attributes that have range at the lowest price in the market of Rp 13 000- Rp 17 000 per kilogram, sweet taste, watery, and fresh aroma.

(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI KONSUMEN

TERHADAP JERUK KEPROK GARUT

DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(10)
(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli sampai dengan Agustus 2014 ini adalah Perilaku Konsumen, dengan judul Analisis Persepsi dan Preferensi Konsumen Terhadap Jeruk Keprok Garut di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis sebagai bentuk penghargaan kepada Ibu Tintin Sarianti, SP, MM.selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran memberi bimbingan dan arahannya kepada penulis, Ibu Dr Ir Netti Tinaprila selaku dosen komdik siding dan Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama sidang yang telah memberikan panduan untuk hasil akhir skripsi yang baik. Kedua orang tua Penulis, serta sahabat yang telah memberikan motivasi doa dan materi.Disamping itu, penghargaan Penulis sampaikan untuk Para pembudidaya jeruk keprok garut, Bapak Hajiji dan Bapak Asep, Bapak Sobar selaku pedagang dan penampung jeruk di Pasar Mandala Giri, serta Bapak Maman atas data dan informasi mengenai perkembangan Hortikultura di Kabupaten Garut khususnya tanaman jeruk keprok garut, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

(14)
(15)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

ABSTRACT i

DAFTAR TABEL i

DAFTAR LAMPIRAN i

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 4

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

KERANGKA PEMIKIRAN 7

Kerangka Pemikiran Teoritis 7

Konsumen dan Perilaku Konsumen 7

Persepsi 7

Preferensi 8

Kerangka Pemikiran Operasional 9

METODE 11

Lokasi dan Waktu Penelitian 11

Metode Penentuan Sampel 12

Data dan Instrumentasi 12

Metode Pengolahan Data 13

Analisis Deskriptif 13

Analisis Konjoin 14

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19

Kependudukan Kabupaten Garut 21

Lapangan Usaha 21

HASIL DAN PEMBAHASAN 23

Karakteristik Umum Konsumen 23

Persepsi Konsumen 27

Preferensi 29

KESIMPULAN DAN SARAN 33

Kesimpulan 33

(16)

DAFTAR PUSTAKA 34

(17)

39

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

DAFTAR TABEL

1.Konsumsi Rata-Rata per Kapita Seminggu Menurut Jenis Buah-Buahan dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan Tahun 2009. 1 2. Atribut dan Taraf Produk Jeruk Keprok Garut 15

3.Kartu kombinasi atribut. 17

4 .Penduduk Menurut Kelompok Umur Kab. Garut 2013 21 5. Persentase Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha 22

6. Daerah Asal Konsumen Jeruk Keprok Garut. 24

7. Data Kelompok Usia Konsumen Jeruk Kemprok Garut. 25

8. Tingkat pendidikan konsumen 26

9. Persentase kelompok pekerjaan konsumen jeruk keprok garu 26 10. Tingkat pendapatan konsumen jeruk keprok garut 26 11. Nilai Taraf dan Nilai Kepentingan Relatif Tiap Atribut 30

DAFTAR GAMBAR

1. Bagan Kerangka Pemikiran operasional 11

2. Contoh Diagram Jaring Laba- Laba 14

3. Bentuk Khas Jeruk Keprok Garut 23

4. Bentuk Jeruk Keprok Batu 55 23

5. Peta persepsi konsumen 27

6. Warna dan Kebersihan Kulit jeruk Keprok Garut 28

7. Warna dan Kebersihan Kulit Jeruk Mandarin 29

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kombinasi atribut 36

2. Uji Validitas dan Realibilitas 37

(18)
(19)

39

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jeruk merupakan salah satu jenis buah yang memiliki kandungan gizi tinggi, baik untuk kesehatan tubuh. Besarnya kandungan gizi yang terdapat pada buah jeruk dapat menjadi salah satu alasan masyarakat untuk mengkonsumsi buah jeruk. Buah jeruk dapat dikonsumsi langsung baik sebagai pelengkap gizi maupun sebagai pencuci mulut. Bahkan sebagian orang menyebut bahwa buah jeruk merupakan buah yang biasa tersaji di meja dalam sebuah keluarga.

Berdasarkan data dari hasil SUSENAS (2009) dalam Nafisah (2013), dapat ditarik kesimpulan bahwan buah jeruk merupakan buah yang paling banyak dikonsumsi dibandingkan dengan buah lain seperti buah pisang, pepaya, rambutan, dan apel dilihat dari konsumsi rata-rata per kapita seminggu menurut jenis makanan dan golongan pengeluaran sebulan tahun 2009, seperti yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel1.Konsumsi Rata-Rata per Kapita Seminggu Menurut Jenis Buah-Buahan dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan Tahun 2009.

Sumber :SUSENAS (2009) dalam Nafisah (2013).

Sekitar 70 – 80 persen jeruk yang dikembangkan di Indonesia adalah jeruk siam, dan sisanya adalah jeruk keprok unggulan daerah dan jeruk lainnya. Jeruk siam Pontianak, siam Garut, dan siam Lumajang merupakan beberapa jenis jeruk siam yang ditanam di Indonesia, sedang jeruk keprok

(20)

2

Jeruk keprok garut merupakan salah satu jeruk khas Indonesia yang pernah dikenal baik dimasa sebelum bencana erupsi Gunung Galunggung, pada masa sebelum bencana tersebut daya saing dan kualitas jeruk keprok garut sama dengan jeruk medan dan jeruk pontianak. Jeruk keprok garutkeberadaanya kini amat langka karena jenis tanaman tersebut kurang tahan terhadap penyakit terutama penyakit citrus vein phloem degradation

(CVPD).Kelangkaan jeruk keprok garut tidak hanya karena kurang tahannya tanaman tersebut terhadap penyakit, tetapi juga penyebaran spesies tanaman ini hanya beredar di sekitar wilayah Kabupaten Garut.

Produksi jeruk keprok garutdari tahun 2011 sebesar 8 532 ton, dan

Upaya memperkenalkan kembali jeruk keprok garut tidak lepas dari konsumen yang ada pada masa kini, karakter konsumen pada masa sekaran ini dengan di tahun sebelum 1980 jelas berbeda, sehingga dibutuhkan pula pengetahuan akan persepsi dan preferensi konsumen dimasa kini terhadap jeruk keprok garut.Pemasaran jeruk keprok garut erathubungannya antara persepsi konsumen dan preferensi konsumen terhadap keputusan pembelian bahwasanya konsumen diasumsikan mampu membuat peta posisi pemikiran yang merupakan gambaran persepsi dan preferensi konsumen. Persepsi dan preferensi konsumen terhadap suatu produk berpengaruh pada perilaku pembelian konsumen, yaitu sebagai penuntun dalam keputusan untuk memilih maupun membeli dari berbagai pilihan jeruk yang beragam di hadapan konsumen.Maka penelitian terhadap perilaku konsumen buah jeruk menjadi semakin penting. Produsen maupun pemasar perlu memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen dan hal-hal apa saja yang mempengaruhi atau dipertimbangkan selama pembelian buah jeruk dilakukan.

Perumusan Masalah

Banyak buah impor yang masuk ke Indonesia menyebabkan buah jeruk lokal mempunyai banyak saingan dalam merebut pasar. Karena buah jeruk impor tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan jeruk yang belum dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri, akan tetapi menjadi saingan jeruk lokal terutama jeruk keprok garut dengan karakteristik yang berbeda. Dengan demikian dalam mengkonsumsi buah jeruk konsumen dihadapkan pada banyak alternatif, mulai dari buah jeruk lokal sampai buah jeruk impor yang masing-masing mempunyai jenis yang beraneka ragam dengan berbagai karakteristiknya.

Liberalisasi perdagangan jeruk telah mengancam keberadaan jeruk Indonesia sejak diluncurkannya Paket Juni/PAKJUN 1994 yang salah satu unsurnya adalah penurunan tarif impor buah-buahan termasuk jeruk. Apalagi disusul diberlakukannya ASEAN FTA/AFTA dan ASEAN-China

2

(21)

3 FTA (Hutabarat, B dan Adi Setyanto, 2007 dalam Hanif, Z dan Zamzami, L, 2012). Dengan hilangnya hambatan tarif, berbagai Negara produsen jeruk dunia seperti China, Australia, Amerika, Pakistan semakin leluasa memasarkan produknya dengan harga yang lebih murah dalam jumlah lebih besar yang pada gilirannya akan mengancam petani domestik di Indonesia.

Jeruk keprok garut yang pada tahun 1980 merupakan komoditas jeruk lokal unggulan yang kualitas dan daya saingnya samadengan jeruk pontianak dan jeruk medan, menjadi kurang dikenal masyarakat Indonesia setelah terserangnya penyakit citrus vein phloem degeneration (CVPD) dan peristiwa erupsi Gunung Galunggung di Tasikmalaya yang berdampak pada hilangnya sebagian besar perkebunan jeruk keprok garut di wilayah Kabupaten Garut. Setelah kondisi lahan mulai pulih dan perkebunan jeruk keprok garut mulai kembali menajajaki pasar nasional, produk jeruk keprok garut harus dihadapkan dengan jeruk impor yang kuantitas amat melimpah.

Konsumen pada masa sekarang ini juga jelas sudah berbeda karakteristiknya dengan konsumen pada masa kejayaan jeruk keprok garut. Pengetahuan mengenai karakteristik dan proses keputusan pembelian konsumen terhadap buah jeruk dapat membantu pemasar dalam menerapkan strategi pemasaran yang lebih baik. Konsumen pada masa sekarang ini belum tentu mengenal jeruk keprok garut, selain itu juga adanya rumor bahwa masyarakat Indonesia menilai jeruk mandarin lebih baik dari pada jeruk keprok lokal seperti jeruk keprok garut, sehingga diperlukan penelitian akan persepsi konsumen terhadap jeruk keprok garut dengan jeruk mandarin untuk melihat seberapa besar celah perbedaan kualitas kedua produk tersebut menurut persepsi konsumen.

Ketidak seragaman kualitas jeruk keprok garut sering ditemui di pasar lokal Kabupaten Garut, sedangkan konsumen cenderung memilih buah jeruk keprok garut yang kombinasi atributnya sesusai dengan kehendak konsumen.Penelitian preferensi konsumen terhadap jeruk keprok garut perlu dilakukan untuk memberi masukan terhadap pihak pemerintah, pembudidaya, dan juga pedagang supaya dapat memenuhi keinginan konsumen dan juga memperbaiki kualitas produk jeruk keprok garut.

Memahami perilaku konsumen buah jeruk di Kabupaten Garut merupakan informasi pasar yang penting bagi sektor agribisnis agar dapat merencanakan produksi, mengembangkan produk dan memasarkan buah jeruk dengan baik sehingga pada akhirnya dapat memberikan rekomendasi pada strategi pemasaran yang lebih efektif sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Berdasarkan pemaparan diatas, didapat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik konsumen terhadapjeruk keprok garutdi Kabupaten Garut?

2. Bagaimana persepsi konsumen di Kabupaten Garut terhadap jeruk keprok garut dan jeruk impor?

(22)

4

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui karakteristik konsumen jeruk keprok garut di Kabupaten Garut; 2. Mengetahui persepsi konsumen di Kabupaten Garut terhadap jeruk keprok

garutdan jeruk impor;

3. Mengetahui preferensi konsumenterhadap jeruk keprok garut di Kabupaten Garut.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Bagi penulis, untuk mengaplikasikan ilmu yang dipelajari selama masa perkuliahan.

2. Bagi akademisi dan peneliti, sebagai informasi dan bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi pemasar jeruk keprok garut, diharapkan dapat memberikan acuan untuk membuat strategi yang tepat guna menyanggupi kebutuhan dan keinginan konsumen dari preferensi dan persepsi konsumen.

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini dikhususkan pada satu jenis varietas yaitu jeruk keprok garut. Penelitian ini diperuntukan untuk mengetahui pandangan dan preferensi konsumen akan produk jeruk keprok garut di Kabupaten Garut, sehingga dapat mengetahui potensi pasar dari produk jeruk keprok garut.

Adapun keterbatasan dari penelitian ini antara lain:

1. Penentuan atribut hanya sebatas atribut fisik buah jeruk keprok garut;

2. Penentuan jumlah atribut fisik yang di gunakan hanya sebatas pengetahuan berdasar wawancara terhadap pedagang dan konsumen, tidak berdasar uji signifikasi atribut fisik secara lengkap. Sehingga hanya terdapat 7 atribut pada uji persepsi dan 5 atribut pada uji preferensi;

3. Pada beberapa atribut seperti rasa, kadar air, dan kebersihan kulit masih lemah, karena indikator taraf kurang spesifik;

TINJAUAN PUSTAKA

(23)

5 yang dibangun berdasarkan kepada pemahaman yang lebih baik dari perilaku konsumen.konsumen adalah orang yang melakukan tindakan menghabiskan nilai barang dan jasa setelah mengeluarkan sejumlah biaya dengan tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan dan diukur sebagai kepuasan yang diperoleh. Besarnya kepuasan konsumen diukur dari sejumlah nilai yang diperoleh dari mengonsumsi suatu barang dan jasa terhadap biaya yang dikeluarkan.

Pemasaran merupakan hal yang paling penting dalam suatu bisnis. Untuk mengetahui pasar potensial dari produk dalam suatu bisnis perlu dikaji mengenai karakteristik konsumen yang suatu lingkungan yang merupakan target pemasaran. Hal ini diperkuat dengan penelitian Nafisah (2013) yang mengemukakan bahwa pengetahuan mengenai karakteristik dan proses keputusan pembelian konsumen terhadap buah jeruk dapat membantu pasar modern dalam menerapkan strategi pemasaran yang lebih baik. Selain itu dengan mengetahui besarnya penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan maupun kinerja berbagai atribut buah jeruk, dapat membantu petani selaku produsen buah jeruk untuk meningkatkan kualitas buah jeruk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dan dapat membantu pasar modern dalam memasarkan buah jeruk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.Pada penelitianya yang berjudul Sikap dan Persepsi Konsumen Terhadap Jeruk Lokal dan Jeruk Impor di Pasar Modern di Kota Bogor, menggunakan alat analisis deskriptif untuk menganalisis karakteristik konsumennya.

Dalam pemasaran, persepsi konsumen merupakan landasan dasar sikap konsumen akan produk yang hendak di konsumsinya, karena persepsi menunjukan pandangan mengenai tanggapan positif atau negatif terhadap suatu barang atau jasa. Hal ini diperkuat dengan penelitian dari Azizah (2008) yang mengemukakan bahwa Hubungan antara persepsi konsumen dan preferensi konsumen terhadap keputusan pembelian adalah bahwasanya konsumen diasumsikan mampu membuat peta posisi pemikiran yang merupakan gambaran persepsi dan preferensi konsumen.Persepsi dan preferensi konsumen terhadap suatu produk berpengaruh pada perilaku pembelian konsumen, yaitu sebagai penuntun dalam keputusan untuk memilih maupun membeli.Pengelompokan merek dan tipe buah local dan impor merupakan gambaran persaingan yang sesungguhnya terjadi di antara merek dan tipe buah local dan buah impor tersebut. Dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Peresepsi dan Preferensi Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Buah Lokal (Studi Kasus di Lailai Market Buah Malang) menggunakan metode regresi berganda karena pada penelitian tersebut menghubungkan pengaruh persepsi dan preferensi terhadap keputusan pembelian, untuk persepsinya tidak disebutkan dengan analisis yang spesifik, hanya dengan metode survey dengan kuisioner.

(24)

6

oleh responden, dan karakteristik responden produk jus jeruk siam Pontianak. Untuk menganalisis ketergantungan variable tersebut digunakan pengolahan data dengan metode chi-squaredan uji kekuatan diantara hubungan factor tersebut dengan koefisien kontingensi ( C ). Metode lainnya untuk mengetahui persepsi konsumen di tunjukan pula pada penelitian Nafisah (2013) yang mengukur persepsi konsumen dengan metode multi atribut fishbein dan metode perceptual mapping.Model fishbein memungkinkan pemasar mendiagnosa kekuatan dan kelemahan suatu merek produk secara relatif dibandingkan dengan merek pesaing dengan menentukan bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif merek produk pada atribut-atribut penting, sedangkan perceptual mapping

memberikan gambaran perbedaan (gap) dalam positioning suatu produk atau jasa dan mengidentifikasi ruang dan produk yang dibutuhkan dari konsumen namun belum dapat dipenuhi oleh produsen.

Pada penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptifnya dan

perceptual mapping, karena dengan analisis deskriptif sudah dapat menggambarkan mengenai persepsi konsumen terhadap produk itu sendiri, dan ditambah pula dengan pemetaan menggunakan perceptuap mapping

yang ditampilkan dengan diagram jarring laba-laba yang akan lebih menggambarkan posisi kekuatan atribut dari jeruk keprok garut.

Beragamnya varietas yang ada di dalam suatu lingkungan menyebabkan beragam pilihan bagi konsumensebelum memutuskan pembelian.Hal tersebut menjadi tantangan dalam hal pemasaran produk pada suatu bisnis.Dilihat dari kondisi tersebut menganalisis preferensi konsumen menjadi salahsatu kepentingan dalam memasarkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Seperti ditunjukan pada penelitian Riska (2013) yang menyatakan bahwa Semakin banyaknya produk buah jeruk impor di pasar nasional, maka akan terjadi persaingan antara buah jeruk lokal dan buah jeruk impor yang akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan dalam pembelian. Penelitian yang berjudul Analisis Preferensi Konsumen Pasar Tradisional Terhadap Buah Jeruk Lokal dan Buah Jeruk Impor di Kabupaten Kudus, mengkaji preferensi konsumen dengan metode analisis Chi-Square dan metode analisis Multi Atribut Fishbein.Hasil dari penelitian tersebut memaparkan atribut-atribut yang menjadi preferensi konsumen dari jeruk local dan jeruk impor, dan didapat pula bahwa preferensi konsumen lebih condong terhadap jeruk local dibandingkan dengan jeruk impor.

(25)

7 Pada penelitan ini menggunakan analisis konjoin untuk menganalisis preferensi konsumennya, karena pada penelitian ini tidak membandingkan produk Jeruk Keprok Garut dengan jeruk lainya, melaikan mengkaji preferensi atribut spesifik pada komoditas Jeruk Keprok Garut.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Beberapa teori yang digunakan sebagai bahan acuan meliputi teori pemasaran, teori perilaku konsumen, teori konsumen,teori persepsi, preferensi, dan teori sikap konsumen.

Konsumen dan Perilaku Konsumen

Istilah akan konsumen adalah raja memanglah tepat adanya, konsumen berkuasa penuh akan apa yang hendak dikonsumsinya. Kebutuhan akan konsumen merupakan kebutuhan dasar dan alami berdasarkan hasratnya. Sehingga kebutuhan hanya bisa tercipta oleh konsumen itu sendiri. Namun pada pelaksanaan sehari – hari , kebutuhan dapat ditimbulkan memalui rangsangan – rangsangan eksternal, seperti yang berlaku dalam kegiatan pemasaran untuk menarik minat konsumen. Menurut Engel et al (1994) Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan-tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan - tindakan tersebut. Mempelajari perilaku konsumen berarti juga mempelajari bagaimana konsumen membuat sebuah keputusan untuk memilih barang atau jasa yang hendak dikonsumsinya.

Persepsi

(26)

8

Dalam dinamikanya, perbedaan persepsi setiap individu berawal dari perbedaan dalam perceptual selection, perceptual organization, dan

perceptual interpretation. Perceptual selection merupakan kemampuan individu dalam menerima stimuli berdasarkan kemampuan otak. Stimuli yang diseleksi untuk diterima oleh otak manusia tergantung pada dua faktor, yaitu faktor stimuli dan faktor personal. Faktor stimuli merupakan stimulus yang dapat menarik perhatian konsumen, seperti: sifat alami produk dan keunikannya, merek produk, warna, kemasan, dan posisinya. Faktor personal adalah faktor yang berasal dari individu itu sendiri untuk menentukan stimuli diseleksi atau tidak. Faktor personal meliputi harapan, pengalaman sebelumnya, motif pembelian, dan pengenalan kebutuhan. Faktor personal inilah yang menyebabkan perceptual selection setiap individu berbeda.

Konsumen akan memandang suatu produk secara berbeda tergantung persepsinya. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen memandang berdasarkan citra (image) produk. Produk yang tidak memiliki citra berarti di mata konsumen belum mampu mendapatkan persepsi yang konsisten dalam waktu yang lama. Karena persepsi menyangkut citra produk, maka riset tentang persepsi sama dengan riset citra produk atau merek (brand image).

Preferensi

Menurut Kotler (2001), preferensi konsumen didefinisikan sebagai suatu pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk (barang dan jasa) yang dikonsumsi. Preferansi konsumen menunjukan kesukaan dari berbagai pilihan produk yang ada. Teori preferensi digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan bagi konsumen. Misalnya ada konsumen yang ingin mengkonsumsi produk dengan sumberdaya terbatas, maka ia harus memilih alternatif sehingga nilai guna atau utilitas yang diperoleh mencapai optimal. Terdapat banyak aksioma yang digunakan untuk menerangkan tingkah laku individu dalam masalah penetapan pilihan, yaitu :

1. Kelengkapan (Completeness) Jika A dan B merupakan dua kondisi, maka tiap orang selalu harus bisa menspesifikasikan apakah:

a. A lebih disukai dari pada B b. B lebih disukai dari pada A c. A dan B sama – sama disukai

Dengan posisi ini diasumsikan setiap orang selalu dapat menentukan pilihan diantara dua alternatif.

2. Transivitas (Transivity) Jika seseorang mengatakan ia lebih menyukai A dari pada B, dan lebih menyukai B dari pada C, maka ia lebih menyukai A dari pada C.

3. Kontinuitas (Continuity) Jika seseorang mengatakan “A lebih disukai daripada B” maka situasi yang mirip dengan A harus lebih disukai dari

(27)

9 kepuasannya, dan tentunya mempunyai karakteristik yang sesuai dengan penilaian, keinginan, dan kebutuhan konsumen. Dengan kata lain, karakteristik produk tersebut akan mempengaruhi preferensi konsumen.

Preferensi konsumen terjadi pada tahap evaluasi alternatif, konsumen membentuk preferensi atas merek dalam kumpulan pilihan. Tahap evaluasi alternatif adalah tahap dimana konsumen akan menyeleksi sejumlah pilihan berdasarkan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga mendapatkan alternatif spesifik yang dirasa memenuhi keinginannya. Konsumen mengembangkan sekumpulan keyakinan atas suatu merek membentuk citra merek. Citra merek konsumen akan berbeda-beda menurut pengalaman mereka yang disaring oleh dampak persepsi selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif.

Suatu produk pada dasarnya adalah kumpulan atribut-atribut.Atribut produk dapat menjadi penilaian tersendiri bagi konsumen terhadap suatu produk.Konsumen melakukan penilaian dengan melakukan evaluasi terhadap atribut produk dan memberikan kekuatan kepercayaan konsumen terhadap atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Studi ini akan memberikan petunjuk untuk mengembangkan produk baru, ciri-ciri produk, harga dan bauran pemasaran.

Dalam konsep penetapan pilihan tersebut, para ahli mengasumsikan bahwa dari berbagai macam produk yang ada, konsumen akan memilih produk yang diminati, dapat memaksimumkan kepuasannya, dan tentunya mempunyai karakteristik yang sesuai dengan penilaian, keinginan, dan kebutuhan konsumen. Dengan kata lain, karakteristik produk tersebut akan mempengaruhi preferensi konsumen.

Kerangka Pemikiran Operasional

Jeruk keprok garut merupakan salah satu produk jeruk lokal yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai penyedia kebutuhan jeruk nasional, karena jenis jeruk keprok garut ini mempunyai citarasa khas, baik aroma maupun rasanya, rasanya dan aromanya yang khas sangat juga sangat memungkinkan untuk pengembangan sari buah dalam kemasan citarasa nusantara dalam skala besar,dapat dikembangkan di daerah sekitar wilayah Kabupaten Garut maupun wilayah lain yang tipikal keadaan alamnya serupa dengan Kabupaten Garut, bahkan dengan sudah semakin canggihnya terknologi rekayasa sangat memungkinkan di kembangkan di daerah lain yang keadaan alamnya berbeda. Peluang tersebut dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan jeruk dalam negeri yang kian meningkat, dan juga dapat mengurangi impor sehingga dapat menghemat devisa Negara.

(28)

10

(CVPD) dan juga terkena imbas letusan Gunung Galunggung pada tahun 1982 yang menyebabkan sebagian besar perkebunan jeruk keprok garut menjadi musnah, ditdambah dengan banyaknya serangan vaietas jeruk impor yang memasuki pasar Nasional menyebabkan jeruk keprok garut kesulitan mendapatkan image baik dari masyarakat lokal yang sudah terbiasa dengan jeruk impor selama vakumnya produksi jeruk keprok garut. Hal tersebut tentu saja sangat menyulitkan dalam memasarkan jeruk keprok garut ke masyarakat dalam negeri. Kesulitan pemasaran lebih banyak disebabkan oleh faktor kebiasaan makan (food habit) dan efek psikologis yang menganggap bahwa varietas impor lebih menarik secara tampak luar dibanding jeruk keprok garut, sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa yang terbaik adalah jeruk yang memiliki warna jingga menyala, padahal hal tersebut tidak selalu benar.

(29)

11

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran operasional

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Garut tepatnya di Pasar Mandala Giri yang menjadi lokasi utama dan juga di lokasi-lokasi

Jeruk keprok garut merupakan varietas jeruk unggulan Indonesia yang sempat hilang karena bencana alam dan serangan citrus vein phloem degeneration

(CVPD), dan kini diperkenalkan kembali pada saat tingginya persaingan pasar dengan produk jeruk impor.

Pandangan mengenai jeruk keprok garut bagi konsumen di Kabupaten Garut merpakan hal penting, karena citra konsumen dapat mempengaruhi keputusan

mengkonsumsi.Konsumen memilih jeruk keprok garut yang sesuai preferensinya masing – masing.

Konsumen

dihadapkan dengan banyaknya pilihan akan produk jeruk di Kabupaten Garut

Persepsi konsumen terhadap jeruk keprok garut dengan

jeruk impor

Karakteristik konsumen Jeruk Keprok Garut:

Tingkat pendidikan Tingkat penghasilan Usia

Pekerjaan Jenis Kelamin

Diketahui kommbinasi atribut dan taraf yang diinginkan konsumen akan jeruk keprok garut

Analisis Deskriptif &Perceptual Mapping

dengan diagram laba-laba

Analisis konjoint Analisis deskriptif

(30)

12

adanya pedagang jeruk keprok garut lainnya, penelitian ini dilakukan pada bulan juli – agustus 2014. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kabupaten Garut sebagai daerah sumber penghasil buah Jeruk Keprok Garut yang kemungkinan pendistribusian produknya belum menyebar luas kembali ke kota lain.

Metode Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah responden yang sudah pernah mengonsumsi jeruk keprok garut dan berusia di atas 18 tahun.Adapun teknik pemilihan responden yang digunakan adalah metode Nonprobability sampling yaitu responden dipilih berdasarkan pernah tidaknya mengkonsumsi buah jeruk keprok garut, dan metode ini di pilih karena kerangka sample tidak diketahui pasti berapa jumlahnya, maka 150 sample dipilih untuk mengurangi error.

Ukuran sample yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 150 responden konsumen jeruk keprok garut di daerah perkotaanKabupaten Garut yang terdapat penjual jeruk keprok garut.MenurutRoscoe (1975) dalam Uma (2006) juga memberikan beberapa panduan untuk menentukan ukuran sampel yaitu ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian.

Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari konsumen melalui wawancara langsung dan melalui pengisian kuesioner sebagai panduan, sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas-dinas dan instansi terkait , seperti Departemen Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut dan referensi kepustakaan lainnya. Sementara itu instrumentasi yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: bagian pertama untuk mengetahui karakteristik responden, bagian kedua untuk mengetahui persepsi konsumen, dan bagian ketiga untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap buah Jeruk Keprok Garut.

Adapun pengumpulan data primer menggunakan kuesioner terbagi menjadi beberapa jenis pertanyaan, yaitu:

1. Pertanyaan tertutup (close ended question), adalah pertanyaan dengan jawaban yang telah ditentukan terlebih dahulu sehingga responden hanya dapat memilih jawaban yang telah disediakan dalam pertanyaan tersebut.

2. Pertanyaan terbuka (open ended question), merupakan pertanyaan dengan jawaban yang bersifat bebas sehingga responden dapat mengisi pertanyaan yang diajukan sesuai dengan pendapat pribadinya.

(31)

13 ditentukan terlebih dahulu, sehingga responden bebas untuk memberikan jawaban.

Metode Pengolahan Data

Analisis data konsumen dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel, tulisan, diagram, atau grafik.Selanjutnya untuk mengetahui dan menganalisis karakteristik dan persepsi responden digunakan analisis deskriptif, dalam penelitian digunakan juga metode perceptual mapping untuk memetakan kepentingan atribut produk yang dinilai oleh responden, dan untuk analisis konjoin digunakan dalam hal menganalisis preferensi konsumen.

Analisis Deskriptif

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk menganalisis karakteristik konsumen dan persepsi konsumen.Metode deskriptif merupakan metode analisis yang dirancang untuk mendeskripsikan, menggambarkan, dan melukiskan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir 1988, dalam Agustian 2011). Teknik ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: tahap pertama adalah pemberian kuesioner kepada responden, mentabulasikan semua jawaban responden berdasarkan kuesioner, dan melakukan analisis berdasarkan hasil yang diperoleh dari pentabulasian. Metode ini akan memberikan keluaran berupa data karakteristik responden.

Perceptual Mapping

Teknik perceptual mapping digunakan untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap buah jeruk keprok garut. Langkah-langkah yang digunakan dalam analisis ini adalah :

1. Analisis Mean Score (rata-rata) dari setiap atribut yang melekat pada masing-masing buah jeruk (keprok garut dan impor).

2. Kemudian dipetakan dengan grafik sarang laba-laba. Pada grafik ini dapat dilihat nilai rata-rata dari setiap atribut yang melekat pada masing-masing buah jeruk (keprok garut dan impor).Grafik sarang laba-laba merupakan nilai rata-rata dalam bentuk grafik dua dimensi.

3. Penggunaan diagram jarring laba – laba ini yang dijadikan sebagai tolak ukur adalah jeruk mandarin. Jeruk mandarin dijadikan tolak ukur karena produk tersebut merupakan produk yang sudah lolos kriteria ekspor.Namun pada penelitian ini tetap di survey dengan penyebaran kuisioner untuk menentukan tolak ukurnya.

(32)

14

Atribut yang dimunculkan pada analisis persepsi terhadap jeruk keprok garut dan jeruk impor antara lain adalah harga, rasa, warna kulit, kebersihan kulit, kadar air, aroma, dan kemudahan memperoleh.

Gambar 2.Contoh Diagram Jaring Laba- Laba.

Gambar diatas adalah contoh penggunaan diagram jarring laba – laba untuk fit proper test calon karyawan tetap, konsep untuk diterapkan pada pemasaran tidak berbeda, titik bench mark di pakai untuk mengetahui kekurangan dan keunggulan masing – masing atribut, jika mendekati titik tolak ukur (bench mark) maka atribut dinilai sesuai dengan standar yang berlaku. Semakin dekat dengan titik pusat maka skor yang diperoleh dari atribut semakin kecil, dan semakin jauh keluar dari titik pusat maka skor atribut semakin besar dan performa dari atribut semakin baik (Pribadiyono, 2002).

Analisis Konjoin

Menurut Supranto (2004), analisis konjoin adalah suatu teknik analisis yang digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan yang relatif berdasarkan persepsi pelanggan yang dibawa oleh suatu produk tertentu dan nilai kegunaan yang muncul dari atribut-atribut produk terkait. Analisis ini digunakan untuk mengukur nilai kegunaan dan nilai penting relatif dari setiap atribut produk jeruk keprok garut.Nilai kegunaan ini menunjukkan preferensi konsumen terhadap taraf suatu atibut dimana nilai kegunaan yang tertinggi dari suatu taraf tersebut cenderung disukai konsumen.Sedangkan nilai penting relatif menunjukkan indikasi urutan atribut yang dapat mempengaruhi konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi jeruk keprok garut.Hasil utama konjoint adalah suatu

0 1 2 3 4 5

A

B

C

D

E F

G H

I

Bench Mark

(33)

15 bentuk (design) produk barang atau jasa atau objek tertentu yang diinginkan oleh sebagian besar responden. Langkah-langkah/proses dasar analisis konjoint antara lain:

1. Menentukan atribut-atribut dan taraf-taraf (bagian dari atribut) yang dianggap penting dan akan dilibatkan dalam mengevaluasi produk jeruk keprok garut. Berdasarkan informasi dari pedagang buah, terdapat 5 atribut buah jeruk yang paling di singgung oleh konsumen antara lain berupa: harga, rasa, kadar air, warna kulit, dan ukuran, dari tiap atribut tersebut terdapat beberapa taraf, taraf dari atribut tersebut dapat dilihat di tabel2.

Tabel2. Atribut dan Taraf Produk Jeruk Keprok Garut

Atribut Taraf

2. Mendesain stimuli. Kombinasi antara atribut dengan taraf disebut sebagai satu stimuli atau treatment. Pada kasus ini, atribut harga terdiri dari 3 taraf, rasa terdiri dari 3 taraf, tkesegaran terdiri dari 3 taraf, warna terdiri dari 3 taraf, dan aroma terdiri dari 2 taraf. Dengan demikian jumlah kombinasi stimuli secara teoritis adalah 3 x 3 x 3 x 3 x 2 = 162 stimuli. Ini berarti bahwa setiap responden secara teoritis harus memberi pendapat terhadap 162 stimuli. Hal ini akan memberikan kesulitan dalam pengumpulan data responden. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyusutan jumlah stimuli. Tujuan pengurangan kombinasi adalah untuk menghindari kombinasi yang bertolak belakang. Teknik ini dikenal dengan fractional factorial design. Menurut Maharani (2009), jumlah stimuli yang terpilih biasanya dibatasi kurang dari 20 stimuli. Dan terdapat dua konsep dalam teknik ini yaitu Balanced (setiap taraf memiliki jumlah ulangan yang relatif sama pada kombinasi yang akan dievaluasi) dan

Orthogonal (tidak ada korelasi di antara stimuli-stimuli yang terbentuk).

(34)

16

1. Pendekatan Full Profile

Dalam pendekatan ini, responden diminta untuk memeringkatkan atau memberikan nilai (rating) sebagian atau seluruh kombinasi tara-taraf dari atribut (stimuli) yang menggambarkan profil produk secara lengkap.

2. Pendekatan Pair Wise

Pendekatan ini membandingkan pasangan profil dari dua atribut.Pendekatan ini meminta responden untuk menilai (rating) profil mana yang lebih disukai dari setiap pasangan profil yang dibuat.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan

(35)

17

Sedang Kuning tua Tidak harum 4 Mahal Manis

Tinggi Hijau Tidak harum 11 Mahal Manis Rendah Kuning

Kombinas kartu tersebut lah yang disebar kepada responden, responden diminta mengurutkan kartuyang paling disukai dengan yang paling tidak disukai.

Pada dasarnya model dari analisis konjoin adalah sebagai berikut :

)

μ(x) = Utility total dari setiap stimuli

aij = Utility dari faktor ke i (i = 1, 2, ...,m) dan level ke j (j = 1, 2, ..., k)

(36)

18

Xij = variable dummy atribut ke-i taraf ke-j (bernilai 1 bila taraf yang berkaitanmuncul dan 0 bila tidak)

Variable dummy merupakan bilangan yang dibangkitkan dari taraf-taraf atribut, bernilai 1 bila taraf yang bersangkutan dan bernilai 0 bila taraf yang bersangkutan tidak ada.Jumlah variable dummy dari suatu atribut sebanyan n-1, dimana n adalah banyaknya taraf dalam suatu atribut. Untuk menduga nilai kegunaan dari taraf-taraf tiap atribut dan dan tingkat kepentingan relative atribut yang mempengaruhi responden maka pada umumnya menggunakan rumus:

NPRi =

Keterangan:

NPRi = Nilai penting relatif atribut ke-i

UTi = Nilai kegunaan tertinggi taraf atribut ke-i URi = Nilai kegunaan terendah taraf atribut ke-i k = Banyaknya atribut

Namun pada penelitian ini penulis lebih memilih menggunakan cara lain dalam mengolah data conjoin. Dari kumpulan urutan card dari 150 responden kemudian di olah menggunakan SPSS 16 dengan menuregression linier untuk mendapatkan nilai β yang merupakan nilai kepentingan relatif dari tiap atribut.kemudian di kalkulasi menggunakan Microsoft Mathematic

sehingga didapat nilai utilitas masing-masing taraf.

Penghitungan utilitas pada dasarnya dengan melakukan perhitungan sederhana dengan rumus eleminasi dan persamaan matematik.

X11 – X13 =

X12 – X13 = -

Dari hasil persamaan model eleminasi diatas selanjutnya nilai dimasukan terhadap persamaan matematis di bawah ini:

X11+X12+X13= 0

Sehingga dapat diketahui nilai utilitas masing – masing taraf. Pengujian Atribut

(37)

19 penelitian ini berasal dari jurnal penelitian, buku, dan artikel yang terkait dengan penelitian.Atribut – atribut yang diujikan antara lain adalah atribut Harga, atribut rasa, atribut kadar air, atribut warna kulit, atribut kebersihan kulit, atribut aroma, dan atribut kemudahan mendapatkan. Penjabaran atribut buah jeruk keprok garut dalam penelitian ini lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidtan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dianggap valid, apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Umar 2005). Uji validitas adalah suatu uji untuk mengukur ketepatan atau kecermatan. Instrumen dikatakan valid jika secara tepat mengukur apa yang ingin diukur. Pengujian validitas kuesioner pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0 for windows. Validitas suatu atribut dapat dilihat pada hasil output SPSS pada tabel dengan judul Item-Total Statistics. Menilai valid atau tidaknya suatu atribut dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation. Suatu atribut dikatakan valid jika nilai Corrected Item-Total Correlation > 0.3 dan dikatakan tidak valid jika < 0.3 (Nugroho, 2005).

Pada pengujian validitas didapat hasil data olahan SPSS 16 yang menyebutkan bahwa nilai semua Pearson Correlation setiap atribut lebih dari 0,3 yang berarti semua atribut valid dan layak untuk di sebar menjadi variabel untuk menentukan persepsi konsumen terhadap jeruk keprok garut dan jeruk mandarin. Data selengkapnya mengenai uji validitas disajikan pada lampiran 2.

Uji Reliabilitas

Reabilitas adalah suatu angka-angka indeks yang menunjukan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur suatu gejala yang sama secara berulang kali atau lebih (Umar, 2003).Pengujian reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode Alpha Cronbach, yaitu metode perhitungan reliabilitas yang dikembangkan oleh Cronbach. Uji reliabilitas juga dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16,0. Reliabilitas suatu atribut dapat dilihat pada hasil output SPSS pada tabel yang berjudul Reliability Coefficients. Koefisien Alpha Cronbach merupakan koefisien reliabilitas yang paling umum digunakan untuk mengevaluasi internal

consistency.

Hasil nilai Cronbach’s Alpha pada uji reliabilitas dengan SPSS 16 adalah sebesar 0.827 yang berari keseluruhan atribut yang diujikan reliable karena lebih dari 0.6.Data lengkap mengenai uji reliabilitas tersaji pada lampiran 2.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

(38)

20

Provinsi Jawa Barat bagian Tenggara pada koordinat 6º56'49 - 7 º45'00

Lintang Selatan dan 107º25'8 - 108º7'30 Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²). Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sumedang di sebelah utara, Kabupaten Tasikmalaya di sebelah timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung di sebelah barat.

Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan hinterland bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung, sekaligus berperan di dalam pengendalian keseimbangan lingkungan.

Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat dikatagorikan sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate). Iklim dan cuaca di daerah Kabupaten Garut dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu : pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattern), topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat, dan elevasi topografi di Bandung. Curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Garut berkisar antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan, sedangkan di sekeliling daerah pegunungan mencapai 3500-4000 mm. Variasi temperatur bulanan berkisar antara 24 °C - 27 °C.

Keadaan topografi Kabupaten Garut sebelah Utara terdiri dari dataran tinggi dan pegunungan, sedangkan bagian Selatan sebagian besar permukaannya memiliki tingkat kecuraman yang terjal.Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah yang sejajar dengan permukaan laut hingga wilayah tertinggi di puncak gunung. Wilayah yang berada pada ketinggian 500-100 meter diatas permukaan laut terdapat di kecamatan Pakenjeng dan Pamulihan dan wilayah yang berada pada ketinggian 100-1500 meter dpl terdapat di kecamatan Cikajang, Pakenjeng-Pamulihan, Cisurupan dan Cisewu. Wilayah yang terletak pada ketinggian 100-500 meter dpl terdapat di kecamatan Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet dan Bungbulang serta wilayah yang terletak di daratan rendah pada ketinggian kurang dari 100 m dpl terdapat di kecamatan Cibalong dan Pameungpeuk. Bedasarkan jenis tanah dan medan topografi di Kabupaten Garut, penggunaan lahan secara umum di Garut Utara digunakan untuk persawahan dan Garut Selatan didominasi oleh perkebunan dan hutan.

(39)

21

Kependudukan Kabupaten Garut

Berdasarkan perhitungan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tahun 2013, jumlah penduduk Kabupaten Garut tercatat sebanyak 3.003.004 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.532.467 dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.470.566per tahun 20133. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel4 .Penduduk Menurut Kelompok Umur Kab. Garut 2013

Pada tabel diatas menunjukan bahwa usia muda lebih mendominasi jumlah penduduk di Kabupaten Garut.

Lapangan Usaha

Sebagai daerah yang menjadi satelit bagi Ibu Kota Provinsi Jawa Barat terdapat banyak jenis lapangan usaha yang berada di Kabupaten Garut, terutama usaha yang menunjang kebutuhan dasar.Pada tabel 5 dapat dilihat persentase kesempatan kerja menurut lapangan usaha di Kabupaten Garut.

3

Pemerintahan Kabupaten Garut. 2013. Gambaran Umum Kabupaten Garut: //www.garutkab.co.id/gambaranumum/.

Usia/Tahun 2013

0-4 258.968

5-9 286.684

10-14 288.120

15-19 227.925

20-24 187.331

25-29 202.641

30-34 184.240

35-39 179.569

40-44 154.136

45-49 135.864

50-54 108.957

55-59 81.233

60-64 62.420

65-69 50.828

70-74 36.466

75+ 40.332

(40)

22

Tabel5.Persentase Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha

Lapangan Usaha Presentase Penduduk perdagangan dan hotel4.Lapangan usaha di bidang pertanian merupakan penyumbang terbesar dalam pergerakan ekonomi di Kabupaten Garut, pada penelitian ini lebih di fokuskan pada usaha pertanian di sektor hortikultura, khususnya jeruk keprok garut.Perkebunan jeruk keprok garut tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Garut, namun sentra usaha budidaya jeruk keprok garut terletak di Kecamatan Samarang. Kecamatan Samarang mampu menghasilkan jeruk keprok garut sebesar 14.913 ton selama 5 tahun terakhir ( 2009 s/d 2013).

Pada penelitian ini terkait juga dengan usaha perdagangan, khususnya perdagangan komoditas jeruk keprok garut.Pedagang hasil komoditas pertanian sebagian besar berkumpul di Pasar Mandalagiri, Pasar tersebut terletak di pusat Kota yang juga berdekatan dengan Alun – alun Kota Garut.Sebagian besar pedagang jeruk keprok garut berkumpul di Pasar Mandala Giri, namun ada juga beberapa pedagang jeruk keprok garut yangmenjajakan daganganya di sudut Kota dengan menggunakan gerobak ataupun mobil bak terbuka.

Peran Pemerintah Dalam Memenuhi Keinginan Konsumen Serta Melestarikan Jeruk Keprok Garut.

Tahun 2004 dilakukan program penanaman 1 juta pohon jeruk keprok garut yang diselenggarakan pemerintah Kabupaten Garut yang bekerja sama dengan BALITJESTRO ( Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika ) dengan meluncurkan jeruk keprok garut yang dimuliakan secara genetis yang diberi nama strain Keprok Batu 55. Strain Keprok Batu 55 disinyalir merupakan rekayasa genetis dari jeruk keprok garut yang

4

(41)

23 memiliki warna kulit lebih jingga, bulir jeruk yang sama besarnya dengan jeruk keprok garut, kadar air yang lebih tinggi dari jeruk keprok garut, dan juga tanamannya lebih tahan terhadap penyakit dan fluktuasi cuaca, dan juga memiliki masa awal produksi yang lebih awal (2,5 -3 tahun) dibanding jeruk keprok garut (4 tahun), dan juga produktifitas lebih tinggi ( melebihin 50kg/pohon per tahun). Sehingga dengan keunggulan produksinya tersebut harga dari petani pun lebih murah (Rp 10.000) dibanding jeruk keprok garut yang asli (Rp 15.000).dari berbagai keunggulan keprok 55 tersebut terdapat juga kekurangan seperti hilangnya ciri khas jeruk keprok garut yang pada pucuk kulit buahnya terdapat tonjolan yang khas dan aroma yang tidak semenyengat jeruk keprok garut5.

Gambar 3. Bentuk Khas Jeruk Keprok Garut

Gambar 4.Bentuk Jeruk Keprok Batu 55

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Umum Konsumen

Karakteristik umum konsumen buah jeruk digambarkan oleh jenis kelamin, umur, status pernikahan / status dalam rumah tangga, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan yang kemudian akan ditabulasikan berdasarkan persentase dari keseluruhan jumlah responden.

Jenis Kelamin

Dari keseluruhan responden terdapat konsumen berjenis kelamin perempuan sebanyak 62 persen dan konsumen laki – laki 38 persen.Dengan

5

(42)

24

demikian konsumen mayoritas adalah perempuan.Hal tersebut menunjukan bahwa kaum wanita di Kabupaten Garut lebih sering berbelanja jeruk keprok garut.

Daerah Asal

Kabupaten Garut dibagi menjadi 42 Kecamatan.Data daerah asal konsumen dijelaskan pada tabel 6.

Tabel 6. Daerah Asal Konsumen Jeruk Keprok Garut.

No Kecamatan Jumlah Konsumen

1 Cilawu 9

(43)

25 Usia

Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia dalam penelitian ini dibagi menjadi 6 kelompok usia. Menurut Sumarwan 2014, berdasarkan siklus hidupnya manusia dibagi menjadi 11 kelompok, antara lain bayi dibawah 1 tahun, bayi dibawah tiga tahun, bayi dibawah lima tahun, anak usia sekolah (6 – 12 tahun), remaja awal (13 - 15 tahun), remaja lanjut (16 – 18 tahun), dewasa awal (19 – 24 tahun), dewasa lanjut (25 -35 tahun), separuh baya (36 – 50 tahun), tua (51 – 65 tahun), lanjut usia ( diatas 65 tahun). Data selengkapnya mengenai kelompok usia konsumen jeruk keprok garut di Kabupaten Garut dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Data Kelompok Usia Konsumen Jeruk Kemprok Garut.

Usia Jumlah Persentase

16 – 18 tahun 0 0%

19 – 24 tahun 38 25,3%

25 – 35tahun 49 32,6%

36 – 50 tahun 45 30%

51 – 65 tahun 16 10,6%

≥66 tahun 2 1,3%

Pada dasarnya pasar buah jeruk keprok garut tidak di khususkan bagi tingkatan usia tertentu. Pada hasil penelitian ini kelompok usia yang lebih aktif melakukan pembelian jeruk keprok garut berada pada kelompok usia dewasa lanjut (25 - 35 tahun).

Status Pernikahan

Dari keseluruhan konsumen jeruk keprok garut yang menjadi responden terdapat 60 persen yang sudah menikah dan 40 persen yang belum menikah.Hal ini menunjukan bahwa yang berstatus sudah menikah di Kabupaten Garut lebih berperan dalam urusan pembelanjaan kebutuhan rumah tangga, khususnya buah jeruk.Status pernikahan tidak terkait langsung dengan segmentasi pasar bagi produk jeruk keprok garut.

Tingkat Pendidikan

(44)

26

Tabel 8. Tingkat pendidikan konsumen

Pendidikan terakhir Jumlah Persentase

SD 12 8%

Pekerjaan yang dimiliki seseorang tentu mempengaruhi gaya hidup seseorang.Pekerjaan juga terkait dengan tingat pendapatan seorang konsumen.Semakin baik pekerjaan biasanya diringi dengan semakin besar pendapatan.Karakteristik konsumen jeruk keprok garut berdasarkan pekerjaanya didominasi oleh pegawai swasta sebesar 28,67 persen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Kegiatan pembelian seringkali dilakukan pada sore hari selepas jam kerja.

Tabel 9. Persentase kelompok pekerjaan konsumen jeruk keprok garut

Pekerjaan Jumlah Persentase

Pendapatan konsumen menentukan kekuatan daya beli seorang konsumen, semakin tinggi pendapatan maka akan semakin tinggi pula daya beli seorang konsumen. Tingkat pendapatan konsumen berkaitan dengan

targeting pemasaran.Dalam penelitian ini, pendapatan yang dianalisis adalah pendapatan per bulan yang diterima oleh responden.Sumber pendapatan konsumen buah jeruk bervariasi menurut pekerjaannya.Jika responden belum memiliki pendapatan yang tetap setiap bulannya seperti mahasiswa, pendapatan diartikan sebagai uang saku yang diterima selama satu bulan dan bagi ibu rumah tangga diartikan sebagai uang belanja per bulan.Hasil tingkat pendapatan dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Tingkat pendapatan konsumen jeruk keprok garut

Pendapatan (Rp) Jumlah Persentase

< 1 085 000 41 27,33%

1 085 000 – 2 000 000 51 34%

> 2 000 000 58 38,67%

(45)

27

Persepsi Konsumen

Persepsi konsumen yang menjadi responden jeruk keprok garut pada penelitian ini menggambarkan secara umum mengenai performa dari tiap – tiap atribut pada produk tersebut.

Pemetaan Persepsi

Responden memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap masing-masing atribut. Untuk menggambarkan persepsi responden pada tiap-tiap atribut dari buah jeruk keprok garut dan jeruk mandarin maka dibutuhkan alat bantu yang dapat memetakan persepsi konsumen. Alat bantu yang digunakan adalah grafik sarang laba-laba. Grafik sarang laba-laba mampu menggambarkan persepsi setiap atribut pada buah jeruk keprok garut dan buah jeruk mandarin.

Pada gambar 4 menunjukan bahwa atribut-atribut jeruk mandarin dipersepsikan lebih unggul yang ditunjukan oleh garis berwarna merah, garis berwarna merah berada lebih luar menjauhi titik pusat.

Gambar 5. Peta persepsi konsumen

Harga

Menurut konsumen yang menjadi responden, harga jeruk keprok garut lebih kompetitif dengan skor 3,75 dibanding jeruk mandarin yang memiliki skor hanya 3,28. Pada saat penelitian berlangsung, harga jeruk keprok garut berkisar antara Rp 13 000-Rp 30 000 sedangkan harga jeruk mandarin berada dikisaran Rp 25 000 – Rp 35 000.Salah satu factor kenaikan harga jeruk mandarin adalah melemahnya nilai tukar rupiah. Rasa

Rasa jeruk keprok garut memiliki citasara yang manis segar (rasa manis dengansedikit keasaman) dengan skor 3,6 sedangkan jeruk mandarin memiliki rasa yang cenderung manis yang konsisten dengan skor 4,1. Kondisi lingkungan budidaya yang lebih mendukung terhadap tumbuh

(46)

28

kembangnya tanaman jeruk di Negara Cina menjadi salah satu faktor penentu kualitas rasa, namun teknologi budidaya turut berperan dalam menghasilkan kualitas unggulan.

Kadar Air

Kadar air atau tingkat juicyness buah jeruk keprok garut menurut persepsi para konsumen tidak terlalu tinggi dengan nila rata – rata 3,76. Sedangkan persepsi konsumen akan kadar air (juicyness) jeruk mandarin tidak berbeda jauh dengan kadar air jeruk keprok garut dengan skor, bahkan jeruk mandarin dipandang sedikit lebih kering dengan skor 3,69 dibanding jeruk keprok garut. Kurangnya kadar air dalam jeruk mandarin lebih disukai oleh para pedagang karena dengan kadar air yang lebih rendah akan meningkatkan daya simpan jeruk mandarin.

Warna Kulit

Pandangan konsumen akan warna kulit jeruk keprok garut adalah kuning kehijauan dengan skor 3,26 sedangkan persepsi terhadap warna jeruk mandarin adalah berwana jingga (orange) dengan nilai rata-rata 4,94 dan konsumen mempersepsikan bahwa warna jeruk mandarin lebih konsisten dan menarik perhatian. Konsistensi warna jeruk mandarin dikarenakan beberapa factor antara lain factor lingkungan budidaya jeruk mandarin di Negara Cina lebih mendukung untuk tumbuh kembangnya tanaman jeruk., dan juga adanya standarisasi mutu buah yang diperuntukan pasar luar negeri. Kebersihan Kulit

Kebersihan kulit jeruk mandarin dipandang konsumen lebih bersih dengan skor 4,48 dibandingkan dengan jeruk keprok garut. Jeruk keprok garut dipandang belum cukup bersih dengan skor 3,74.Hal tersebut sering kali diakibatkan karena pedagang jeruk keprok garut di Kabupaten Garut tetap menjual buah kualitas rendah namun dengan harga yang lebih murah dari jeruk yang kualitas terbaiknya.

(47)

29

Gambar 7. Warna dan Kebersihan Kulit Jeruk Mandarin Aroma

Aroma jeruk keprok garut menurut pandangan konsumen adalah beraroma harum yang khas dengan skor 4,4. Sedangkan aroma jeruk mandarin dengan skor 3,68 tidak seharum jeruk keprok garut. Faktor penyebab kurangnya aroma harum pada jeruk mandarin dapat dikarenakan faktor kesegarannya yang cenderung sudah berkurang karena waktu tempuh lebih lama untuk mendatangkan jeruk mandarin dibanding jeruk keprok garut yang pada saat penelitian sedang berlangsungnya musim panen dan juga letak kebun berada di kawasan Kabupaten Garut.

Kemudahan Mendapatkan

Konsumen memandang bahwa jeruk mandarin maupun jeruk keprok garut sama – sama agak mudah untuk didapatkan atau ditemui, masing masing mendapat skor 3,6 dan 3,68. Jeruk keprok garut mudah ditemui di hampir setiap sudut kota di Kabupaten Garut. Sedangkan jeruk mandarin mudah ditemui di pasar – pasar tradisional dan juga supermarket dan

minimarket yang berada di kota maupun di pedesaan di Kabupaten Garut. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya jeruk mandarin kuantitasnya memang sudah sangat melimpah di Negara asalnya, sedangkan jeruk keprok garut hanya dapat menghasilkan buah sebanyak 14.457 ton pertahun.

Didalam persepsi konsumen terhadap atribut – atribut jeruk keprok garut terdapat keinginan konsumen akan keidealan masing – masing atribut. Harapan kombinasi atribut ideal tersebut dapat diketahui dengan analisis preferensi konsumen.Mengaitkan hasil persepsi dengan preferensi konsumen pada penelitian ini bermaksud untuk membandingkan antara pandangan konsumen dengan harapan konsumen terhadap jeruk keprok garut.Perbandingan tersebut menghasilkan selisih antar keduanya, dengan adanya selisih tersebut kemungkinan besar dapat membantu merumuskan saran maupun rumusan strategi – strategi pengembangan terhadap produk jeruk keprok garut.

Preferensi

(48)

30

Analisis yang digunakan adalah analisis konjoint, bermanfaat untuk mengetahui atribut produk jeruk keprok garut yang paling disukai konsumen dan membantu pedagang maupun produsen dalam penyediaan produk yang sesuai keinginan konsumen. Analisis ini dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan kombinasi atribut yang akan dinilai konsumen. Kombinasi atribut yang diperoleh sebanyak 18 kombinasi kartu yang kemudian diurutkan oleh responden. Penilaian yang diberikan responden adalah dengan mengurutkan kartu mulai dari skor 1 untuk kartu kombinasi yang paling disukai sampai skor 18 untuk kartu yang paling tidak disukai. Dengan dibantu software SPSS 16 dengan menu regression linier dan kemudian didapat nilai yang merupakan nilai kepentingan relatif dari setiap atribut.Hasil regression linear ditampilkan pada lampiran 3.Hasil regression linear pada SPSS menunjukkan bahwa semua variabel hasilnya signifikan atau semua variabel berpengaruh terhadap model.

Dengan mendapatkan β nya maka dapat dicari nilai utilitasnya

menggunakan persamaan matematik dengan

bantuansoftwareMicrosoftMathematic dengan modus equation solver.Nilai utilitas dan nilai kepentingan relatif tersaji pada tabel 11.

Tabel11. Nilai Taraf dan Nilai Kepentingan Relatif Tiap Atribut

Level Tingkat Kepentingan

Kuning Kehijauan X43 0,334

Aroma Harum X51 0,3115

0,623 0,037099

Tidak harum X52 -0,3115

Keterangan: Harga murah = Rp 13 000 – Rp 17 000; Harga sedang = Rp 18 000 – Rp 24 000; Harga Mahal = Rp 25 000 – Rp 30 000.

(49)

31

Harga

Utilitas harga yang murah memiliki nilai skor yang paling tinggi (2,803). Menunjukkan bahwa konsumen jeruk keprok garut lebih menyukai Harga buah jeruk keprok garut yang murah (Rp 13 000- Rp 17 000) dibandingkan dengan harga yang mahal (Rp 25 000

– Rp 30 000 dan sedang (Rp 18 000 – Rp 24 000). namun pada pilihan kedua harga sedang lebih diminati dari pada harga yang mahal.Perbedaan harga jual sering dikarenakan oleh perbedaan kualitas dari jeruk keprok yang di jual. Dalam satu display dagangan dapat terjadi 2 bahkan 3 perbedaan kualitas dan harga.

Jika dibandingkan dengan persepsi konsumen yang menyatakan bahwa harga jeruk keprok garut sudah cukup kompetitif dibanding jeruk mandarin dan dinilai cukup terjangkau, maka selisih antara harapan konsumen dan persepsi konsumen sudah cukup sesuai.

Untuk memperbaiki konsistensi harga agar lebih sesuai dengan hasil preferensi konsumen dapat dilakukan dengan cara mempercepat masa panen tanaman jeruk keprok garut, sehingga kuantitas lebih melimpah dan menekan kelangkaan. Dengan lepasnya kondisi kelangkaan pasar, dapat menjadikan harga suatu produk lebih rendah dari harga pada saat terjadi kelangkaan.

Rasa

Utilitasrasa yang manis memiliki nilai skor paling tinggi (2,458).Menunjukkan bahwa konsumen lebih menyukai rasa jeruk keprok garut yang manis dibandingkan rasa yang manis keasaman dan asam. Pada opsi kedua selain rasa manis, konsumen juga menghendaki rasa yang manis keasaman (2,413) dibanding rasa yang asam (-4,602). Rasa yang manis juga sering ditemukan pada jeruk keprok garut yang beredar di pasar, namun konsistensinya kurang baik, seringkali rasa manis keasaman mendominasi rasa jeruk keprok garut yang beredar di pasar. Menurut pembudidaya jeruk keprok garut, cara pemeliharaan yang lebih teliti dan rutin dapat memperbaiki rasa manis pada jeruk, terutama jika menggunakan pupuk kimia khusus buah.

Hasil preferensi konsumen akan atribut rasa terdapat sedikit selisih jika dibandingkan dengan hasil persepsi konsumen yang menyatakan bahwa rasa buah jeruk keprok garut adalah manis dengan sedikit rasa asam.

(50)

32

Kadar Air

Utilitas kadar air yang sedang memiliki nilai skor yang paling tinggi (0,797). Menunjukkan bahwa konsumen lebih menyukai jeruk keprok garut dengan kadar air yang sedang dibandingkan dengan jeruk keprok garut dengan kadar air yang rendah dan tinggi. Opsi kedua jika tidak ada jeruk keprok garut yang berkadar air sedang, makakadar air yang tinggiakan dipilih oleh konsumen dibanding kadar air yang rendah.

Persepsi konsumen terhadap atribut kadar air yang tergolong sedang dengan nilai rata – rata 3,76, sedangkan harapan konsumen akan atribut kadar adalah kadar air yang sedang. Maka dari persepsi dan harapan konsumen akan performa jeruk keprok garut sudah cukup sesuai.

Warna Kulit

Utilitas Warna Kulit yang kuning kehijauan memiliki nilai skor yang paling tinggi (0,334). Menunjukkan bahwa konsumen lebih menyukai warna kulit jeruk keprok garut yang kuning kehijauan dibandingkan warna kulit kuning tua dan hijau.jika tidak terdapat jeruk keprok yang berwana kuning kehijauan, konsumen akan memilih jeruk keprok garut dengan warna kulit kuning tua dibanding yang berwarna hijau.

Persepsi konsumen akan atribut warna kulit buah menyatakan bahwa warna kulit buah jeruk keprok garut adalah berwarna kuning kehijauan dan anggapan tersebut sudah sesuai dengan preferensi konsumen yang menginginkan warna kulit buah yang berwarna kuning kehijauan.

Pemberi warna pada kulit buah jeruk terdapat pada lapisan

eksokarp atau flavedo yang terdiri dari lapisan epidermal, stomata, lapisan lilin epikutikular di mana terdapat sel kloroplas yang bila terjadi perubahan warna, kloroplas akan berubah menjadi kromoplas. Di dalam kromoplas itu sendiri terjadi sintesis dari karotenoid yang merupakan salah satu metabolit sekunder dan berfungsi juga sebagai pigmen perubahan warna. Karotenoid adalah sintesis terpenoid dalam bentuk karoten dan xantofil yang salah satu fugsinya adalah pemberi karakter warna kuning, oranye, merah dari kebanyakan bunga dan buah. Pembentukan karotenoid dapat dibantu dengan penggunaan hormon etilen. Perlakuan menggunakan etilen meningkatkan aktifitas chlorophyllase pada kulit buah dan mereduksi jumlah dan ukuran kloroplas dengan menghancurkan klorofil dan mempercepat terjadinya perubahan warna dengan meningkatkan sintesis dari karotenoid yang bekerja optimal pada temperatur 15-20oC 7.

Untuk memenuhi keinginan jeruk keprok garut di Kabupaten Garut yang cenderung menginginkan warna kulit jeruk keprok garut yang berwarna kuning kehijauan, maka dalam proses budidayanya

7

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran operasional
Gambar 2.Contoh Diagram Jaring Laba- Laba.
Tabel2. Atribut dan Taraf Produk Jeruk Keprok Garut
Tabel3.Kartu kombinasi atribut.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan perilaku pencarian informasi petani jeruk di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.Dengan menggunakan konsep

Hasil percobaan menunjukkan bahwa pelengkungan cabang dapat menyebabkan tanaman jeruk keprok Borneo Prima yang berumur 5 tahun menjadi berbunga dan berbuah, sedangkan yang

Berdasarkan analisis Multiatribut Fishbein Atribut yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian buah jeruk lokal maupun buah jeruk impor di Kabupaten Kudus

Hipotesis penelitian ialah (1) pelengkungan cabang dan taraf dosis pupuk kandang yang memberikan pengaruh pada transisi pertumbuhan vegetatif ke generatif tanaman jeruk keprok

Hipotesis penelitian ialah (1) pelengkungan cabang dan taraf dosis pupuk kandang yang memberikan pengaruh pada transisi pertumbuhan vegetatif ke generatif tanaman jeruk keprok

Analisis rantai nilai dilakukan untuk menjelaskan tingkat keuntungan yang diperoleh masing-masing stakeholder di dalam rantai nilai jeruk keprok Soe, sehingga dapat

3 Adanya kesesuaian agroklimat untuk budidaya tanaman jeruk 4 Ketersediaan lahan pengembangan yang cukup potensial 5 Bantuan Pemerintah.. 6 Usahatani

Standar Prosedur Operasional (SPO) Jeruk Keprok SoE: Kabupaten Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan dan Kupang; Provinsi Nusa Tenggara Timur.. Direktorat Budidaya Tanaman