PADA MATERI KENAMPAKAN MATAHARI
(PTK Di Kelas II MI. Miftahul Huda Sawah Ciputat)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
SARTIKA NIM. 1811018300095
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa IPA Pada Materi Kenampakan Matahari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan pendekatan kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa IPA pada materi kenampakan matahari. Penelitian dilaksanakan di MI. Miftahul Huda Sawah Ciputat. Metode penelitian yang digunakan adalah demonstrasi dan eksperimen.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan dalam upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas. Metode ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu, perencanaan, pelaksanaan dan refleksi. Ketiga tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama dan difokuskan pada penggunaan pembelajaran kooperatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar IPA dengan menggunakan pendekatan kooperatif mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui siklus/pertemuan yang telah dilakukan. Pada siklus I hasil belajar rata-rata ̅) diperoleh 55,2 dan mengalami peningkatan pada pertemuan siklus II dengan rata-rata ( ̅) diperoleh 78,5. Tingkat keberhasilan siswa pada siklus I adalah 16,67% dan mengalami peningkatan pada siklus II adalah 88,89%. Rata-rata aktivitas siswa dalam aspek siswa serius mengerjakan tugas yang diberikan guru, pada siklus I diperoleh 60,62% dan pada siklus II meningkat menjadi 75,62%. Rata-rata aktivitas yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar pada siklus I diperoleh 73,75% pada kategori baik dan mengalami peningkatan pada siklus II diperoleh 95% berada pada kategori sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa IPA pada materi kenampakan matahari.
ii
telah memberikan bermacam-macam nikmat, kesabaran, ketabahan serta karunia
dan rahmat-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya, sahabatnya dan pengikutya.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Fauzan, MA, selaku Ketua Program PGMI Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Fathiah Alatas, M.Si, Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya
untuk membimbing, memberikan saran, masukan serta mengarahkan penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh dosen yang telah membimbing, mendidik dan memberikan ilmunya
kepada penulis, semoga ilmu yang telah diberikan mendapat keberkahan dan
bermanfaat.
5. Kedua orang tua tercinta yang selalu mendo’akan penulis.
6. Suami dan anak-anakku tercinta yang telah memberikan dukungan moril
selama ini sehingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Keluarga dan orang-orang terdekat yang selalu memberi motivasi dan
do’anya.
8. H. Muhammad Yasin, S.Ag, selaku Kepala MI Madrasah Miftahul Huda
Sawah Ciputat yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di sekolah tersebut.
9. Seluruh dewan guru yayasan Miftahul Huda Sawah Ciputat yang selalu
memberikan bantuan dan dukungan sehngga skripsi ini selesai.
10.Seluruh teman-teman penulis kelas A.32 yang telah banyak membantu dan
iii
Jakarta, Desember 2014
iv
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Indentifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 5
C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5
D. Perumusan Masalah Penelitian ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Kegunaan Penelitian... 6
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 7
1. Penelitian Tindakan Kelas ……… 7
2. Model Kooperatif ... 9
3. Hasil Belajar ... 15
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 25
C. Hipotesis Tindakan... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………... 28
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 28
1. Metode Penelitian... 28
2. Rancangan Penelitian ... 29
v
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 32
G. Data dan Sumber Data ... 33
H. Instrumen Pengumpulan Data ... 33
I. Teknik Pengumpulan Data ... 37
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ... 38
K. Analisis Data dan Interprestasi Data ... 43
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Temuan Hasil Penelitian ... 45
1. Siklus I ... 45
2. Siklus II ... 54
B. Pembahasan ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 64
vi
Tabel 3.3 Tabel kisi-kisi observasi siswa ... 34
Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara ... 34
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I ... 35
Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II ... 36
Tabel 3.7 Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa Siklus I Siklus II ... 37
Tabel 3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 37
Tabel 3.9 Interpretasi Uji Validitas ... 39
Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus I dan Siklus II ... 39
Tabel 3.11 Kriteria Reliabilitas ... 40
Tabel 3.12 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I dan II ... 40
Tabel 3.13 Kriteria Taraf Kesukaran ... 41
Tabel 3.14 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Siklus I dan Siklus II ... 41
Tabel 3.15 Kriteria Daya Pembeda ... 42
Tabel 3.16 Kriteria Interprestasi Data ... 43
Tabel 4.1 Perbedaan Tindakan Pada Siklus I ... 47
Tabel 4.2 Data Statistik Hasil Belajar Siklus I ... 48
Tabel 4.3 Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus I... 49
Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 50
Tabel 4.5 Nilai Hasil Belajar Kelompok Siswa Siklus I ... 50
Tabel 4.6 Hasil Wawancara Siswa Siklus I ... 51
Tabel 4.7 Data Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus I ... 52
Tabel 4.8 Perencanaan Perbaikan Siklus Untuk Siklus II ... 53
Tabel 4.9 Perbedaan Tindakan Pada Siklus II ... 56
Tabel 4.10 Data Statistik Hasil Belajar Siklus II ... 57
Tabel 4.11 Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 58
Tabel 4.12 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II ... 58
Tabel 4.13 Nilai Hasil Belajar Kelompok Siswa Siklus II... 59
Tabel 4.14 Hasil Wawancara Siklus II ... 59
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang terhadap
orang lain, agar orang lain memiliki pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses
pendidikan selalu terjadi perubahan tingkah laku tetap, bukan hanya perubahan
dari tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil
menjadi lebih terampil, dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru.1 Perubahan
yang diharapkan meliputi seluruh aspek-aspek pendidikan, seperti kognitif,
afektif, dan psikomotor.
IPA adalah ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan
kebendaan yang sistematis, tersusun secara teratur, berlaku secara umum, berupa
kumpulan hasil observasi dan eksperimen. Dengan demikian sains tidak hanya
sebagai kumpulan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi tentang cara kerja,
cara berpikir, dan cara memecahkan masalah.2Secara ringkas dapat dikatakan
merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan
yang tepat (correct) pada sasaran, menggunakan prosedur yang benar (true), dan
dijelaskan dengan penalaran yang shahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan
yang betul (truth).3IPA juga perlu memusatkan perhatiannya pada hal-hal pokok,
yaitu berorientasi untuk membiasakan siswa bekerja melalui langkah-langkah
seperti, mengamati, menggolongkan, menggunakan mengukur, menafsirkan,
menyimpulkan dan mengkomunikasikan hasil secara umum dan tulisan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang siswa dan guru
terhadap proses pembelajaran IPA di MI Miftahul Huda, ternyata sebagian siswa
belum mampu mencapai kompetensi individual yang diharapkan yaitu KKM 70,
keaktifan dan kerjasama antar siswa dalam pembelajaran masih kurang meskipun
1
Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2010), cet I, h. 21
2
Nana Jumhana, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), cet. I h. 2
3
Ibid.
diterapkan diskusi siswa tidak fokus, hanya sebagian kecil yang berpartisipasi
sedangkan siswa yang lain berbicara sendiri. Siswa yang memiliki kemampuan
lebih dalam KBM cenderung lebih aktif dalam bertanya dan menggali informasi
dari guru maupun sumber belajar yang lain, sehingga pencapaian kompetensinya
lebih tinggi. Siswa yang memiliki kemampuan rendah cenderung pasif dalam
KBM hanya menerima pengetahuan yang datang padanya sehingga memiliki
pencapaian kompetensi yang lebih rendah. Hal ini juga dipengaruhi dengan
kurangnya fasilitas pembelajaran IPA seperti lab dan media.Pembelajaran yang
dilakukan lebih banyak menggunakan metode ceramah dan menghapal
(konvensional). Siswa hanya mengambil peran sedikit dalam proses belajar
mengajar dan cenderung menggunakan konsep pembelajaran yang berpusat pada
guru (teacher center).
Hal inilah yang akhirnya membuat siswa menjadi jenuh dan malas dalam
pembelajaran dan berakibat pada rendahnya hasil belajar IPA di MI Miftahul
Huda, sebagian siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang
diharapkan. Selama ini rata-rata hasil belajar IPA kelas II, adalah 55. Rata-rata ini
masih kurang dari nilai KKM yang diharapkan yakni 70. Hal ini disebabkan
faktor-faktor sebagai berikut. Pertama, sarana dan prasarana di sekolah yang
kurang mendukung dalam pembelajaran IPA. Kedua, siswa dalam belajar masih
banyak yang kurang konsentrasinya selama pembelajaran berlangsung sehingga
siswa merasa kesulitan dalam memahami pelajaran. Ketiga, pembelajaran yang
dilakukan masih banyak memakai metode konvensional yang mengakibatkan
siswa menjadi jenuh dan bosan dalam belajar. Keempat, siswa lebih suka belajar
secara individual daripada bekerjasama dengan teman. Kelima, kurangnya
keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi
atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam suatu pembelajaran.
Guru sebagai komponen dalam proses pembelajaran mempunyai peran yang
sangat penting karena guru bukan hanya penyampai materi tapi juga merupakan
sentral pembelajaran. Untuk itu seorang guru harus menguasai pengetahuan yang
berkorelasi dengan bidang studinya tersebut. Agar mereka bisa menjawab
pertanyaan dan memberikan pengetahuan yang luas bagi siswanya. Jika seorang
guru tidak menguasai cara menyampaikan materi pembelajaran dengan baik, akan
dapat menimbulkan kesulitan bagi siswa dalam memahami dan mengerti
pembelajaran yang pada akhirnya menimbulkan kejenuhan, malas dalam proses
pembelajaran. Maka hal tersebut tentu tidak akan efektif dalam proses
pembelajaran. Sesuatu dapat dikatakan efektif bila tujuan yang diharapkan
tercapai sesuai dengan yang di inginkan.
Dengan kondisi yang demikian, guru perlu membuat terobosan baru dalam
kegiatan belajar mengajar, yaitu dengan melakukan variasi dalam proses
pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih terarah dan bermakna bagi
siswa. Peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting. Guru harus
mampu melaksanakan prosedur pembelajaran dengan baik agar tujuan belajar
dapat tercapai. Oleh karena itu, peranan guru sangat dibutuhkan sebagai
fasilisator, motivator dan evaluator agar hasil belajar dapat tercapai dengan
maksimal.
Peranan guru sebagai fasilisator penyampai informasi kepada siswa terjadi
dalam proses belajar mengajar, dalam hal ini akan memberikan kemudahan
kepada siswa dalam proses belajar mengajar. Selain sebagai fasilisator, guru juga
berperan sebagai sebagai motivator dan evaluator dalam rangka meningkatkan
kegairahan dan pengembangan kegiatan siswa. Guru sebagai motivator harus
merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement (penguatan) untuk
mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas dan daya kreativitas,
sehingga akan terjadi dinamika dalam proses pembelajaran. Peranan guru sebagai
evaluator mempunyai otoritas untuk menilai prestasi siswa dalam bidang
akademis maupun tingkah laku sosialnya.
Pendekatan pembelajaran kooperatif merupakan model atau metode
pembelajaran yang tepat bagi siswa kelas II. Karena metode sangat memegang
peranan penting dalam pembelajaran serta dalam mengajar berperan sebagai alat
untuk menciptakan proses pembelajaran. Makin tepat model atau metode yang
pencapaian tujuan pembelajaran.4 Sebab siswa kelas II dalam belajar masih dalam
tahap belajar sambil bermain. Dalam model pembelajaran kooperatif banyak
metode atau variasi yang dapat digunakan guru kepada siswa. Sehingga siswa
diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan saling
berargumentasi mengenai pelajaran yang sedang berlangsung sambil bermain.
Untuk mengasah pengetahuan yang siswa kuasai saat itu, dan untuk menutup
kekurangan dalam pemahaman masing-masing.
Disini siswa dapat saling berinteraksi dengan teman sebaya sehingga
siswa akan merasa lebih senang dalam belajar dan tidak merasa terpaksa dalam
menerima pelajaran, terutama pada pembelajaran IPA. Model kooperatif dapat
digunakan sebagai alternatif solusi dalam mengatasi rendahnya hasil belajar IPA
di MI Miftahul Huda. Pembelajaran kooperatif merujuk kepada berbagai macam
metode pembelajaran, dimana para siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok
kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi
pembelajaran. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke
siswa.5
Slavin mengemukakan bahwa hasil penelitian membuktikan pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan hubungan sosial
serta dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan
masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.6
Guru yang efektif adalah orang-orang yang dapat menjalin hubungan baik dengan
siswa, menciptakan lingkungan kelas yang kondusif, menguasai bidang studi dan
dapat memotivasi siswa bukan hanya dalam berprestasi namun juga menjadi
anggota masyarakat yang baik.7
4
M. Sobry Sutikno, Metode & Model-model Pembelajaran Menjadikan Proses Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan, (Lombok: Holistica, 2014), cet I, h. 71
5
Trianto, op.cit., h. 10
6
Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013), cet. 6, h. 205-206
7
Soejono berpendapat bahwa pembelajaran akan lebih berhasil bila bahan ajar
menarik perhatian siswa. Sebab tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan
siswa yang memiliki kompetensi yang handal dalam pemecahan masalah. Untuk
itu diperlukan pendekatan pembelajaran pemecahan masalah.8
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul
penelitian “ Penggunaan Pendekatan Kooperatif Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa IPA Pada Materi Kenampakan Matahari ”
B. Indentifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka
beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Hasil belajar IPA masih kurang dari KKM
2. Guru masih terbatas pada metode konvensional
3. Siswa mudah terpengaruh oleh sosialisasi ditengah-tengah pembelajaran
sehingga menimbulkan kesulitan belajar IPA pada siswa
4. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung dalam pembelajaran IPA
5. Kurangnya kerjasama siswa dalam pembelajaran.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Peneliti membatasi fokus penelitian ini pada:
1. Hasil belajar yang diukur pada kemampuan kognitif siswa mulai dari CI
sampai C2
2. Penelitian ini diterapkan pada konsep kenampakan matahari
3. Pendekatan kooperatif yang digunakan metode demonstrasi dan eksperimen
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka masalah
yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut “ Bagaimana penggunaan
pendekatan kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas II pada
materi kenampakan matahari ?”
8
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan ketuntasan dan KKM siswa dengan menerapkan hasil belajar
menggunakan pendekatan kooperatif pada mata pelajaran IPA materi kenampakan
matahari pada siswa kelas II di MI Miftahul Huda Sawah Ciputat.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:
1. Peneliti, dapat menambah wawasan dalam mempelajari pelajaran IPA melalui
pendekatan kooperatif dalam upaya mengarahkan siswa untuk mencapai hasil
belajar yang optimal.
2. Guru, menjadi bahan perbaikan dan peningkatan perannya di dunia
pendidikan terutama pada pelajaran IPA
3. Siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu yang dapat
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang diteliti 1. Penelitian Tindakan Kelas
a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sering disebut classroom action research
adalah alat untuk memperbaiki atau menyempurnakan mutu pelaksanaan tugas
sehari-hari (mengajar yang mendidik),9 Oleh karena itu hendaknya sedapat
mungkin memilih metode atau pendekatan pembelajaran yang sesuai yang tidak
menghambat tugas sehari-hari dalam mengajar. Penelitian Tindakan Kelas
termasuk penelitian kualitatif, walaupun data yang dikumpulkan bisa saja
kuantitatif atau analisisnya menggunakan analisis statistik deskriptif hasilnya
tidak untuk digeneralisasi.
b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Karakteristik penelitian tindakan, diantaranya:10
1) Masalah yang diteliti adalah masalah yang riil yang muncul dari dunia kerja
peneliti
2) Berorientasi pada pemecahan masalah
3) Berorientasi pada peningkatan kualitas
4) Berbagai cara koleksi data dipergunakan
5) Siklus konsep tindakan yang diterapkan melalui urutan-urutan perencanaan,
observasi/pengamatan, tindakan dan refleksi
6) Partisipasi kolaborasi
c. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas, yaitu:11
9
Maifalinda Fatra dan Abdul Rozak, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), cet. 1, h. 4
10
Ibid., h. 14
11
1) Penelitian Tindakan Kelas seyogyanya tidak berpengaruh pada komitmen
sebagai pengajar
2) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang
berlebihan sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran
3) Metode yang digunakan harus bersifat reliabel
4) Masalah penelitian diusahakan yang bersumber dan bertolak dari tanggung
jawab profesionalnya
5) Guru sebagai penyelenggara penelitian tindakan kelas harus konsisten dan
memiliki kepedulian tinggi dengan pekerjaannya
6) Menggunakan tindakan perspektif kelas
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah untuk perbaikan dan
peningkatan praktek pembelajaran serta peningkatan layanan professional guru
dalam menangani proses pembelajaran. Manfaat PTK adalah untuk
menumbuhkan budaya meneliti yang merupakan dampak dari pelaksanaan
tindakan secara berkesinambungan memberi manfaat pada munculnya inovasi
pendidikan.
d. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Tindakan Kelas
Kelebihan Penelitian Tindakan Kelas, diantaranya:
1) Tumbuhnya rasa memiliki melalui kerjasama dalam PTK
2) Tumbuhnya kretivitas dan pemikiran kritis
3) Adanya motivasi untuk saling berubah
4) Meningkatnya kesepakatan lewat kerjasama demokratis dan dialogis dalam
PTK
Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas:
1) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian
2) Rendahnya efisiensi waktu
3) Konsepsi proses kelompok yang menuntut pemimpin kelompok yang
demokratis dengan kepekaan tinggi terhadap kebutuhan dan keinginan
2. Model Kooperatif a. Pengertian Kooperatif
Cooperative berarti bekerjasama dan learning berarti belajar, jadi belajar melalui kegiatan yang dilakukan bersama. Menurut Ibrahim strategi pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang membantu siswa mempelajari
isi akademik dan hubungan sosial.12 Kagan mendefinisikan pembelajaran
kooperatif sebagai suatu strategi instruksional yang melibatkan interaksi siswa
secara kooperatif dalam mempelajari suatu topik sebagai bagian integral dari
proses pembelajaran.13 Jacob menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
suatu metode instruksional dimana siswa dalam kelompok kecil bekerjasama dan
saling membantu dalam menyelesaikan tugas akademik.14
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar
menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan
guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa.15 Menurut Lie, pembelajaran
kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa
untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas yang terstruktur dan guru
bertindak sebagai fasilisator.16
Sedangkan Abdurrahman dan Bintoro, mengatakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sistematis mengembangkan interaksi
yang silih asah, silih asuh, silih asih antar sesama siswa sebagai latihan hidup di
dalam masyarakat nyata.17 Hal ini adalah karena siswa memiliki keinginan yang
kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok, serta merasa tidak puas bila tidak
bersama-sama temannya.18
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok yang
memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kelompok adalah
siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk
mencapai tujuan bersama dalam suasana yang menyenangkan.19
12
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), cet. I, h. 232
13
Ibid.
14
Ibid.
15
Wena, op.cit., h. 198
16
Ibid., h. 190
17
Ibid.
18
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 2, h. 224
Pembelajaran cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud.20
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai
enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan
terhadap kelompok. Para siswa dinilai secara ketat berdasarkan hasil kerja
masing-masing.21 Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.22
Model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah
rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat
unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Adanya peserta dalam kelompok yaitu siswa yang melakukan proses
pembelajaran dalam setiap kelompok. Pengelompokan berdasarkan minat,
bakat, latar belakang kemampuan siswa dan campuran dari minat maupun
kemampuan siswa
2) Adanya aturan kelompok yaitu segala sesuatu yang menjadi kesepakatan siswa
sebagai pembelajar maupun siswa sebagai anggota kelompok
3) Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok yaitu segala aktivitas siswa
untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki maupun meningkatkan
kemampuan baru
4) Adanya tujuan yang harus dicapai yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
Pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu:23
20
Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), cet 7, h. 54-55
21
David W. Johnson, dkk, Colaborative Learning, (Bandung: Nusa Media, 2010), cet I, h. 78
22
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006), cet I, h. 242
23
1) Komponen tugas kooperatif. Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang
menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok
2) Struktur intensif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi
individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok.
Berdasarkan beberapa pengertian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman
sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar
lainnya.24
b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif( Cooperative Learning)
Karakteristik pembelajaran kooperatif, antara lain:25
1) Pembelajaran secara tim untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai bersama
2) Pembelajaran didasarkan pada manajemen kooperatif, diantaranya
perencanaaan, organisasi,pelaksanaan dan control
3) Kemauan untuk bekerjasama, kemauan ini perlu ditekankan untuk keberhasilan
bagi kelompok
4) Ketrampilan bekerjasama, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup
berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lainnya untuk keberhasilan
kelompok.
c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif(Cooperative Learning)
Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif, diantaranya :26
1) Prinsip ketergantungan positif yaitu suatu penyelesaian tugas yang dilakukan
sangat tergantung dengan usaha yang dilakukan setiap anggota kelompok.
2) Tanggung jawab perseorangan yaitu setiap anggota harus memberikan yang
terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Karena nilai kelompok didasarkan
atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya.
24
Wena, op. cit., h.190
25
Sanjaya, op.cit., h.244-246
26
3) Interaksi tatap muka yaitu pembelajaran kooperatif memberikan ruang dan
kesempatan kepada setiap anggota untuk bertatap muka saling memberikan
informasi dan saling membelajarkan.
4) Partisipasi dan komunikasi yaitu pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk
dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi
d. Sintak pembelajaran Kooperatif
Sintak pembelajaran kooperatif, diantaranya:27
1) Penjelasan materi, tujuan dan mempersiapkan siswa
2) Menyajikan informasi. Melalui pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk
melakukan tukar menukar informasi dan pendapat, mendiskusikan
permasalahan, membandingkan jawaban, dan mengoreksi hal-hal yang kurang
tepat
3) Mengorganisir siswa ke dalam tim-tim belajar.
4) Membantu kerja tim dan belajar. Setelah pembagian tugas dan kelompok,
masing-masing kelompok harus saling membantu dan bekerjasama dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan
5) Mengevaluasi. Penilaian dalam kooperatif biasa dilakukan dengan tes atau
kuis baik secara individu maupun kelompok.
6) Memberikan pengakuan dan penghargaan. Diharapkan dapat memotivasi tim
untuk berprestasi dan membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih
meningkatkan prestasi.
e. Metode-metode Pembelajaran Kooperatif
Macam-macam metode yang merupakan pembelajaran kooperatif :
1) Metode Student Team-Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh
Robert Slavin dari Universitas John Hopkin USA, adalah aktivitas dan
interaksi antara siswa, untuk memotivasi siswa supaya dapat saling
mendukung dan membantu satu sama lainnya dalam menguasai materi yang
diajarkan oleh guru, guna mencapai hasil yang diharapkan. Dalam STAD,
27
siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang beragam
kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memastikanbahwa semua
anggota itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa
menjalani kuis perseorangan tentang materi, dan pada saat itu siswa tidak
boleh saling membantu satu sama lain untuk mendapat nilai. Nilai-nilai itu
kemudian di jumlah untuk mendapat nilai kelompok.28
2) Metode Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Arronson dari Universitas Texas
USA, adalah siswa bekerjasama dengan sesama siswa dalam suasana gotong
royong dan mempunyai kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.29
3) Metode Team Games-Tournament (TGT) adalah metode belajar kelompok
siswa satu sama lain saling mendukung dan membantu dalam menguasai
pembelajaran yang sedang berlangsung, metode ini menggunakan pelajaran
yang sama disampaikan guru dan tim kerja yang sama seperti dalam STAD.30
4) Metode Think Pair Share dikembangkan oleh Frang Lyman adalah metode
dimana guru membagi siswa dalam kelompok dan memberi tugas kepada
semua kelompok, setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas yang
diberikan guru sendiri, siswa berpasangan dengan salah satu rekan kelompok
dan berdiskusi dengan pasangannya, kemudian kedua pasangan bertemu
kembali dalam kelompok dan siswa mempunyai kesempatan untuk
membagikan hasil kerjanya kepada kelompok.31
5) Metode belajar SQ3R, dikembangkan oleh Francis P. Robinson di Universitas
Negeri Ohio Amerika Serikat, adalah metode belajar dengan memeriksa atau
meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks, menyusun daftar pertanyaan yang
relevan dengan teks, membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun, menghafal setiap jawaban yang
28
Rahayu Karyadinata, dkk., Bahan Ajar PLPG PAIKEM, (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), cet I, h. 49
29
M. A. Hertiavi, H. Langlang, S. Khanafiyah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Siswa SMP, 2010, h. 54, (http://journal.unnes.ac.id).
30
Rusman, op. cit., h.224
31
telah ditemukan, dan meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang
telah tersusun pada langkah kedua dan ketiga.32
6) Metode belajar make a match, adalah metode belajar kelompok dengan
menggunakan media kertas atau karton yang berisi pertanyaan dan jawaban,
disini siswa diminta untuk mencari sendiri pasangan dari pertanyaan dan
jawaban yang dipegang dengan guru sebagai fasilisatornya.33
7) Metode demonstrasi, adalah metode membelajarkan siswa dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang disajikan.34
8) Metode eksperimen, adalah metode pembelajaran yang memungkinkan siswa
melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau
hipotesis yang dipelajari sesuai dengan data yang akan diangkat untuk
mengukur kecepatan bereaksi siswa terhadap stimulus tertentu dalam proses
belajar.35
f. Kelebihan dan kelemahan Pendekatan Kooperatif
Kelebihan-kelebihan pendekatan kooperatif, antara lain:36
1) Dengan pendekatan kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan diri pada
guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa lain
2) Dengan pendekatan kooperatif siswa dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain
3) Pendekatan kooperatif dapat membantu siswa respek pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasan serta menerima segala perbedaan
4) Pendekatan kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk
lebih bertanggungjawab dalam belajar
32
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 16, h. 128
33
Rusman, op. cit., h.223
34
Sutikno, op.cit., h.44
35
Ibid., h.51
36
5) Pendekatan kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial anak
6) Pendekatan kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik
7) Pendekatan kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan
informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata
Kelemahan-kelemahan pendekatan kooperatif, antara lain:37
1) Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif memang
butuh waktu
2) Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah siswa saling membelajarkan. Oleh
karena itu jika tanpa peer teaching yang efektif, maka apa yang seharusnya
dipelajari dan dipahami tidak akan dicapai oleh siswa
3) Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja kelompok
4) Keberhasilan dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan waktu yang cukup panjang, sehingga tidak mungkin tujuan
dapat tercapai hanya dengan satu kali penerapan pendekatan ini
5) Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang
hanya didasarkan kemampuan individu.
3. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki tingkah laku, sikap dan mengokohkan
kepribadian.38 Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan
latihan.39 Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang.40
37
Ibid.
38
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), cet. 3, h. 9
39 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2010), cet. 4, h. 10
40
Seperti dikemukakan oleh George J. Mouly dalam bukunya Psycology for
Effective Teaching, bahwa belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah
laku seseorang berkat adanya pengalaman.41 Karena belajar merupakan aktivitas
yang berproses,sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang
bertahap.42 Pandangan baru menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku akibat latihan dan pengalaman.43
Ivan Pavlov menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah
laku yang terus menerus timbul sebagai akibat dari persyaratan kondisi.Sifatnya
adalah membentuk hubungan antara stimulus dengan respon.44 Hilgard & Bower
dalam bukunya Theories of Learning, mengemukakan bahwa belajar berhubungan
dengan perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang,
dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan.45
M. Sobry Sutikno dalam bukunya Menuju Pendidikan Bermutu,
mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya sendiri.46 Skinner mengartikan
belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang bersifat
progresif.47 Belajar adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah
laku pada individu yang belajar.48 Tujuan proses belajar mengajar secara ideal
adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh siswa.49
41
Ibid.
42
Syah,op. cit., h. 111
43
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), cet 3, h. 106
44
Asep Herry Hernawan, dkk., Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI Press, 2007), cet I, h.29
45
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), cet 3, h. 5
46
Ibid.
47
Ibid., h. 6
48
Karyadinata, dkk., op. cit., h. 8
49
Ciri-ciri belajar diantaranya, adalah :50
1) Memiliki tujuan yaitu untuk membentuk siswa dalam suatu perkembangan
tertentu
2) Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik yang
direncanakan dandidesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
3) Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik
4) Adanya aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya
pembelajaran
5) Aktor guru yang cermat dan tepat
6) Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam proporsi
masing-masing
7) Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran
8) Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.
Unsur-unsur belajar adalah unsur-unsur yang harus ada dalam tahapan
pembelajaran, agar tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud. Cronbach sebagai
penganut aliran behaviorisme menyatakan dalam Sukmadinata, adanya tujuh
unsur utama dalam proses belajar, meliputi:51
1) Tujuan. Belajar dimulai karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai, tujuan
ini muncul karena adanya sesuatu kebutuhan. Belajar akan lebih efektif bila
diarahkan kepada tujuan yang jelas dan bermakna bagi individu
2) Kesiapan. Agar mampu melaksanakan belajar yang baik siswa harus memiliki
kesiapan, baik kesiapan fisik, psikis, maupun kesiapan yang berupa
kematangan untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan pengalaman belajar
3) Situasi yaitu tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan pelajaran yang
dipelajari, guru, kepala sekolah, pegawai administrasi dan seluruh warga
sekolah yang lain
4) Interprestasi yaitu melihat hubungan diantara komponen situasi-situasi belajar,
melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan
kemungkinan pencapaian tujuan
50
Djamarah dan Zain,op. cit., h. 39- 41
51
5) Respon, berupa usaha yang terencana dan sistematis
6) Kosekuensi,berupa hasil, dapat hasil positif (keberhasilan) maupun hasil
negatif (kegagalan) sebagai konsekuensi respon yang dipilih siswa
7) Reaksi terhadap kegagalan. Kegagalan dapat memotivasi siswa lebih semangat
lagi untuk belajar atau sebaliknya.
Sukmadinata menyampaikan prinsip umum belajar, sebagai berikut :52
1) Belajar merupakan hasil dari perkembangan
2) Belajar berlangsung seumur hidup maksudnya belajar adalah proses yang terus
menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas.
Melalui kemampuan bagaimana belajar, siswa akan dapat belajar memecahkan
setiap rintangan yang dihadapi sampai akhir hayatnya
3) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan,
kematangan, serta usaha dari individu secara aktif
4) Belajar mencakup semua aspek kehidupan
5) Kegiatan belajar berlangsung di sembarang tempat dan waktu
6) Belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru
7) Belajar yang terencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi
8) Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang
amat kompleks
9) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan
10)Dalam hal tertentu belajar memerlukan adanya bantuan dan bimbingan dari
orang lain.
Jenis-jenis belajar ada bermacam-macam, baik dalam aspek materi dan
metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang
diharapkan. Menurut para ahli jenis-jenis belajar itu, diantaranya :53
1) Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak,
tujuannya untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah yang tidak
nyata. Contohnya pelajaran matematika.
52
Ibid., h.128-129
53
2) Belajar sosial adalah belajar memahami masalah dan teknik untuk
memecahkan masalah tersebut,tujuannya untuk menguasai pemahaman dan
kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Contohnya masalah
persahabatan.
3) Belajar pemecahan masalah yaitu belajar menggunakan metode-metode ilmiah
atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya untuk
memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah
secara rasional, lugas dan tuntas. Contoh pelajaran IPA.
4) Belajar rasional yaitu belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara
logis dan rasional (sesuai akal sehat), tujuannya untuk memperoleh aneka
ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.
5) Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan atau
perbaikan-perbaikan yang telah ada, tujuannya agar siswa memperoleh sikap
dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras
dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).
6) Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti penting atau alat suatu
objek, tujuannya agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan
ranah rasa (affektif skill) yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara
tepat terhadap nilai objek tertentu.
7) Belajar pengetahuan ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan
mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu.
Dengan demikian inti dari belajar adalah adanya perubahan tingkah laku
karena adanya pengalaman.54
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dan siswa. Pembelajaran adalah sebuah proses personal dan
sosial yang akan membawa hasil jika setiap individu saling bekerjasama untuk
membangun pemahaman dan pengetahuan bersama.55 Hasil belajar sebagai objek
54
Trianto, op.cit., h. 7
55
penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan
instruksional, yaitu menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa
berupa kemampuan siswa untuk menerima setelah menyelesaikan pengalaman
belajarnya.56
Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, guru tidak hanya berfokus
pada hasil belajar saja, tetapi juga harus memperhatikan transfer hasil belajar dan
proses belajar yang dijalani oleh siswa.57 Hasil belajar merupakan cerminan
tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah
dilaksanakan yang pada puncaknya diakhiri dengan evaluasi siswa. Evaluasi
berguna untuk mengetahui hingga manakah siswa telah mencapai tujuan pelajaran
yang ditentukan.58
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar yang ideal menurut Muhibbin
Syah meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat dari
pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian pengungkapan perubahan
tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa (afektif) siswa, sangat
sulit.Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible
(tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan seorang guru dalam hal
ini adalah hanya mengambil sedikit perubahan tingkah laku yang dianggap
penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil
belajar siswa, baik pengetahuan, sikap dan keterampilan.59
Menurut Benyamin S.Bloom, dkk, hasil belajar dapat dikelompokkan ke
dalam tiga, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.60 Setiap domain disusun
menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari yang sederhana sampai dengan
hal yang kompleks, mulai dari yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan
mulai dari yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak.
56
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2012), cet. 17, h. 34
57
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), cet 4, h. 72
58
Nasution, op.cit., h. 78
59
Syah, op.cit., h. 148
60
Belajar memiliki tujuan yang bersifat permanen atau tetap, yakni
terjadinya perubahan pada diri siswa.61Baik itu dalam intelegensi, sikap maupun
tingkah laku. Menurut Slameto, ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar,
meliputi :62
1) Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, bahwa pengetahuannya
bertambah, sikapnya berubah, kecakapannya berkembang.
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional.
3) Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju
perubahan yang lebih baik.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, jika perubahan bersifat
sementara itu bukan hasil belajar.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah.
6) Perubahan mencakup semua aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian tertentu
secara parsial.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar diartikan sebagai hasil akhir
pengambilan keputusan tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses
pembelajaran, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa
bertambah dari hasil sebelumnya.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, diantaranya:63
1) Faktor internal
a) Fisiologi, yaitu kondisi umum jasmani mempengaruhi semangat dan
intensitas siswa dalam menjalani proses belajar (mata, telinga dan tonus
jasmani)
b) Psikologi, yaitu keadaan dimana hubungan antara belajar, memori dan
pengetahuan itu sangat erat dan tidak dapat dipisahkan (tingkat kecerdasan,
sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa).
61
Fathurrohman dan Sutikno, op.cit., h. 10
62
Ibid.
63
2) Faktor eksternal
a) Lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga ini sangat memegang peranan
dalam pembelajaran yang pertama kali bagi siswa dalam pembentukan diri
maupun mentalnya. Maka orangtua sebagai guru bagi siswa di rumah,
sebaiknya memberi contoh dan mengajarkan untuk berbuat dan berperilaku
yang baik untuk bekal dalam belajar di lingkungannya nantinya.
b) Lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah juga memegang peranan yang
sangat penting dalam membentuk kepribadian siswa, guru harus berhati-hati
dalam menentukan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran agar tujuan
yang ingin dicapai dapat terwujud dan pembelajaran dapat bermakna bagi
siswa.
c) Lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat sekitar juga menentukan
kepribadian seorang siswa, baik dalam bertutur kata ataupun berperilaku.
Maka pendidikan menjadi sangat penting bagi seorang siswa, agar dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
d) Pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan
metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari
materi-materi pelajaran.
Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku
kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut
bersifat positif dalam arti berorientasi kearah yang lebih maju daripada keadaan
sebelumnya.
d. Pengukuran Hasil Belajar
Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan
kuantitas sesuatu.64 Dalam konteks hasil belajar, alat ukur atau instrumen tersebut
dapat berbentuk tes atau non-tes. Selama ini tes merupakan alat ukur yang sering
digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa mencapai kompetensi.65 Pada
hakikatnya tes adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus
64
Arifin, op.cit., h. 4
65
dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh siswa untuk mengukur suatu
aspek perilaku tertentu.66 Alat ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat
validitas dan reliabilitas yang tinggi.67 Pengukur keberhasilan juga dikenal dengan
penilaian. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian,
adalah:68
1) Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif. Ini
berarti bahwa penilaian didasarkan atas sampel yang cukup banyak, baik
macamnya maupun jenisnya.
2) Penilaian harus dibedakan antara penskoran (scoring) dan penilaian
(grading).Penskoran berarti proses pengubahan prestasi menjadi
angka-angka,sedangkan dalam penilaian kita memproses angka-angka hasil
kuantifikasi prestasi itu dalam hubungannya dengan personal siswa dalam
skala tertentu.
3) Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan adanya dua macam
orientasi, yaitu penilaian norm-referenced (berorientasi pada kelompok
tertentu) dan yang criterion-referenced (berorientasi pada suatu standar
absolut, tanpa dihubungkan dengan suatu kelompok tertentu).
4) Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dan proses
belajar-mengajar.
5) Penilaian harus bersifat komparabel, artinya setelah tahap pengukuran yang
menghasilkan angka-angka itu dilaksanakan, prestasi-prestasi yang menduduki
skor yang sama harus memperoleh nilai yang sama pula.
6) Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi
pengajar sendiri.
Menurut Scriven, fungsi evaluasi dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu: pertama, fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian
besar bagian kurikulum yang sedang dikembangkan; kedua, fungsi sumatif
66
Arifin, op.cit., h. 3
67
Ibid., h. 4
68
dihubungkan dengan penyimpulan mengenai kebaikan dari sistem secara
keseluruhan, dan fungsi ini baru dapat dilaksanakan apabila pengembangan suatu
kurikulum telah selesai.
Depdikbud mengemukakan penilaian adalah suatu kegiatan untuk
memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh
tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa. Hasil belajar siswa meliputi tiga
aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar aspek kognitif
berhubungan dengan inteletual siswa, aspek ini terdiri dari 6 tingkatan yaitu 1)
ingatan, 2) pemahaman, 3) aplikasi, 4) analisa, 5) sintesa, 6) evaluasi.69 Hasil
belajar ranah afektif adalah hasil belajar berupa sikap, yang terdiri dari lima
tingkatan yaitu 1) penerimaan, 2) jawaban atau reaksi, 3) penilaian, 4) organisasi,
5) internalisasi.70 Hasil belajar ranah psikomotor adalah hasil belajar yang
berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak, ranah ini terdiri dari
1) gerak reflek, 2) kemampuan gerakan dasar, 3) kemampuan perseptual, 4)
keharmonisan atau ketepatan, 5) gerakan keterampilan kompleks, dan 6) gerakan
ekspresif dan interpretatif.71Adapun tujuan penilaian hasil belajar adalah:72
1) Untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan
2) Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap siswa terhadap
program pembelajaran
3) Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar siswa dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan
4) Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Keunggulan siswa dapat dijadikan dasar guru untuk
memberi pengembangan lebih lanjut, sedangkan kelemahannya dapat dijadikan
acuan untuk memberikan bantuan atau bimbingan
5) Untuk seleksi yaitu untuk memilih dan menetukan siswa yang sesuai dengan
jenis pendidikan tertentu
6) Untuk kenaikan kelas
7) Untuk menempatkan siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
69
Yanti Elvita, Transparansi Evaluasi Hasil Belajar, Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islami, Vol.5, 2008,h.164.
70
Ibid.
71
Ibid.
72
Fungsi penilaian hasil belajar adalah:73
1) Fungsi formatif yaitu untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran
2) Fungsi sumatif yaitu untuk menentukan nilai kemajuan hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan
kepada berbagai pihak, penentuan kenaikan kelas, dan penentuan
lulus-tidaknya siswa
3) Fungsi diagnostik yaitu untuk memahami latar belakang siswa yang mengalami
kesulitan belajar dan hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam
memecahkan kesulitan tersebut
4) Fungsi penempatan yaitu untuk menempatkan siswa dalam situasi
pembelajaran yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian relevan pendekatan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, diantaranya :
Penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil
Belajar Kelas IV SD Se-Desa Darmasaba. Penelitian dilaksanakan di SD 2 se-desa
Darmasaba Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung tahun ajaran 2012/2013,
dengan sampel sebanyak 68 siswa dengan menggunakan metode penelitian
eksperimen. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa siswa
yang mengikuti pembelajaran kooperatif lebih unggul hasil belajarnya
dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan
konvensional.74
Penelitian dengan judul Peningkatan Komunikasi Ilmiah Pembelajaran
IPA Melalui Model Kooperatif tipe Think Talk Write. Subyek penelitian adalah siswa Kelas IV dengan jumlah 33 siswa dan guru kelas IV SDN Bulu Lor
Semarang tahun ajaran 2011/2012. Hasil penelitian disimpulkan bahwa
pendekatan kooperatif tipe Think Talk Write dapat meningkatkan kemampuan
73
Ibid., h. 20
74
guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas komunikasi siswa, dan hasil belajar
siswa kelas IV SDN Bulu Lor Semarang.75
Penelitian yang dilakukan oleh Acung Muzaky Khoir, jurusan pendidikan
IPS, dalam skripsinya yang berjudul Perbedaan Hasil Belajar Melalui Metode
Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan Teams Game Tournament
(TGT) pada pelajaran sejarah. Menurutnya pembelajaran kooperatif tipe STAD
lebih baik digunakan pada mata pelajaran sejarah dibandingkan dengan metode
TGT.76
Penelitian yang dilakukan oleh Reyita Mardati Sakinah dengan judul
Perbedaan hasil belajar IPS dengan Metode Role Playing dan Metode
Demonstrasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa yang
menggunakan pembelajaran kooperatif dengan metode Role Playing lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode demonstrasi.77
Penelitian yang dilakukan oleh Yunita Daniati dengan judul Upaya
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Matematika
dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, menunjukkan
bahwa penerapan model pembelaaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika siswa.78
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pencapaian indikator
hasil belajar siswa yang sedang diukur, antara lain: (a) kriteria harus meluas,
tetapi tidak memakan waktu sehingga sulit dilaksanakan, (b) dapat dipahami
dengan jelas oleh siswa, orangtua dan guru, (c) mencerminkan keadilan, (4) tidak
75
Widya Nurhayati, Peningkatan Komunikasi Ilmiah Pembelajaran IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write, 2012,
(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jlj)
76
Purwa Hendra Setiato, “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS dengan Metode Student Achievement Division (STAD) di Kelas V MIN Pondok Pinang Jakarta”,Skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,Jakarta, 2013, h.29, tidak dipublikasikan
77
Ade Rahmi, “Pengaruh Metode Role Playing Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Pekayon IV Bekasi”,Skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, h.30, tidak dipublikasikan
78
merefleksikan variabel yang bias, latar belakang budaya, sosial, ekonomi, ras, dan
gender.79
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian ini adalah “Penggunaan model pembelajaran kooperatif (Coopertive Learning) dapat meningkatkan ketuntasan dan KKM Ilmu
Pengetahuan Alam pada materi Kenampakan Matahari”.
79
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di MI Miftahul Huda yang beralamat di
Jl. Ki Hajar Dewantoro Km 2.20 Rt. 01/04 No. 23 Desa Sawah Ciputat Tangerang
Selatan 15413.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya.80 Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang
berusaha membuat deskripsi dari fenomena yang diselidiki dengan cara
melukiskan dan mengklasifikasikan atau karakteristik fenomena tersebut secara
faktual dan cermat, kemudian menuangkannya dalam bentuk kesimpulan. Oleh
karenanya tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk memberikan gambaran
yang jelas dan akurat tentang material (fenomena) yang sedang diselidiki.
Dengan kata lain, digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang apa, bagaimana
keadaan sesuatu (fenomena) dan melaporkan. Suharsimi Arikunto
mengemukakan, bahwa metode deskriptif merupakan penelitian non hipotesis
sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu melakukan hipotesis.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research), yaitu suatu pencermatan terhadap
kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi didalam kelas.81
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan proses pengkajian suatu masalah
pada suatu kelas melalui sistem daur ulang dari berbagai kegiatan,
tahapan-tahapan kegiatannya mengamati dan melakukan tindakan, merencanakan,
kemudian merefleksikan, mengamati dan menilai, kemudian tindakan dan
80
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet.15, h.203
81
Ibid., h. 130
seterusnya.82 Penelitian tindakan kelas ini menggunakan siklus. Siklus meliputi
empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Apabila kriteria keberhasilan belum tercapai maka proses pembelajaran akan
dilanjutkan pada siklus berikutnya. Siklus akan berhenti apabila kriteria
keberhasilan telah tercapai.
2. Rancangan Penelitian
Adapun rancangan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan melalui
gambar sebagai berikut:83
Siklus I
[image:40.595.83.519.231.687.2]Siklus II
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Tindakan
82
Samsu Somadayo, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), cet. I, h. 43
83
Arikunto, op.cit., h. 137
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan
pengamatan
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Rancangan dilaksanakan meliputi empat tahap utama dalam tiap siklusnya,
yaitu: tahap perencanaan yang merencanakan semua persiapan sebelum dilakukan
pelaksanaan penelitian, kemudian dilanjutkan pada tahap pelaksanaan dimana
proses penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif, kemudian dilakukan pengamatan dari hasil temuan-temuan pada
proses pelaksanaan sebelumnya, selanjutnya dilakukan refleksi berdasarkan
analisis data untuk menentukan apakah penelitian akan dihentikan pada siklus I
atau dilanjutkan pada siklus II begitu seterusnya.
C. Subjek Penelitian
Penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa MI Miftahul
Huda Sawah Ciputat kelas II dengan jumlah 18 siswa.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru. Selain mengajarkan
materi, peneliti juga membuat dan merancang rencana pembelajaran serta
mengevaluasi jalannya kegiatan belajar mengajar (KBM).
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali
[image:41.595.117.518.221.749.2]pertemuan. Adapun tahapan intervensi tindakan yang dilakukan, ditunjukan pada
table 3.1.
Tabel 3.1
Tahapan Intervensi Tindakan
Tahapan Keterangan
Penelitian pendahuluan
terdapat masalah yang teridentifikasi, antara lain:
Melakukan observasi terhadap
sekolah
Kurangnya fasilitas yang seharusnya
dimiliki sekolah seperti laboratorium IPA
dan media pembelajaran seperti LCD
Melakukan observasi kegiatan
pembelajaran
Metode pembelajaran yang diterapkan
lebih banyak memakai metode
Hasil belajar IPA siswa kelas II MI
Miftahul Huda rendah, hanya 55% siswa
yang mencapai KKM dengan standar
KKM 70
Kurangnya konsentrasi siswa dalam
menerima materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru dan kurangnya
kerjasama siswa dalam belajar
Wawancara dengan siswa 2. Keaktifan siswa masih dinilai kurang,
hanya beberapa orang saja yang
terlihat menjawab pertanyaan guru dan
mengajukan pertanyaan
3. Siswa tidak terbiasa melakukan
kegiatan eksplorasi dalam proses
pembelajaran
4. Siswa tidak mampu mengungkapkan
pemahaman dengan kata-kata mereka
sendiri sehingga siswa menjadikan
guru sebagai satu-satunya sumber
informasi dalam membangun
pengetahuannya dalam belajar IPA
5. Siswa kesulitan dalam
mengungkapkan pengalaman
kehidupan sehari-hari atau mengaitkan
materi pelajaran dengan aplikasi dalam
dunia nyata, sehingga menyebabkan
pembelajaran menjadi kurang
bermakna.
Diagnosa Model pembelajaran kooperatif dapat
diterapkan untuk meningkatkan ketuntasan
Pelaksanaan Penelitian Siklus I
Tahap perencanaan 1. Direncanakan pembelajaran yang
akan diterapkan dalan KBM dengan
model pembelajaran kooperatif
2. Ditentukan pokok bahasan
3. Dibuat lembar kerja siswa
4. Dibuat lembar kerja wawancara siswa
5. Dibuat lembar observasi proses
pembelajaran
6. Disiapkan sumber belajar
Pengamatan 1. Melakukan observasi dengan
mencatat kegiatan belajar siswa
2. Mengumpulkan data hasil belajar
berupa pretest dan post-test
Refleksi 1. Melakukan evaluasi tindakan yang
telah dilakukan berupa LKS dan post-test
2. Menganalisis temuan-temuan untuk
dilakukan perbaikan yang akan
dilaksanakan pada siklus selanjutnya, bila
tujuan belum tercapai
3. Menarik kesimpulan hal-hal apa saja
yang belum dan sudah tercapai serta
kekurangan atau masalah yang muncul
pada siklus I
Siklus II
Penulisan laporan penelitian
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Harapan intervensi tindakan yang diharapkan adalah ketuntasan hasil
belajar mencapai 75% dari jumlah siswa dengan nilai KKM 70 pada materi
kooperatif, diharapkan dapat meningkatkan proses pelaksanaan pembelajaran,
seperti proses peningkatan nilai kelompok yang didapat dari hasil penyelesaian
LKS. Selain nilai hasil belajar siswa juga diberikan tes berupa latihan soal pada
tahap evaluasi untuk setiap pertemuannya.
G. Data dan Sumber Data
Pada penelitian ini data diperoleh dari hasil belajar yang mencakup ranah
kognitif. Data diperoleh dari hasil belajar, dan nilai lembar kerja siswa.
Sedangkan data pada proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran diperoleh melalui
wawancara kepada siswa yang di isi oleh observer.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah:
1) Lembar Observasi Guru dan Siswa
Lembar observasi yang digunakan ada dua jenis, yaitu lembar observasi
penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan sekolah secara
umum seperti sarana dan prasarana pembelajaran, serta untuk mengetahui
kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang biasa dilaksanakan sekolah. Lembar
observasi yang kedua digunakan saat berlangsung pembelajaran yang menerapkan
model pembelajaran kooperatif. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh
efek tindakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran