• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan pendekatan kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa IPA pada materi kenampakan matahari: PTK di Kelas II MI. Miftahul Huda Sawah Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan pendekatan kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa IPA pada materi kenampakan matahari: PTK di Kelas II MI. Miftahul Huda Sawah Ciputat"

Copied!
218
0
0

Teks penuh

(1)

PADA MATERI KENAMPAKAN MATAHARI

(PTK Di Kelas II MI. Miftahul Huda Sawah Ciputat)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

SARTIKA NIM. 1811018300095

JURUSAN

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa IPA Pada Materi Kenampakan Matahari.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan pendekatan kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa IPA pada materi kenampakan matahari. Penelitian dilaksanakan di MI. Miftahul Huda Sawah Ciputat. Metode penelitian yang digunakan adalah demonstrasi dan eksperimen.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan dalam upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas. Metode ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu, perencanaan, pelaksanaan dan refleksi. Ketiga tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama dan difokuskan pada penggunaan pembelajaran kooperatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar IPA dengan menggunakan pendekatan kooperatif mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui siklus/pertemuan yang telah dilakukan. Pada siklus I hasil belajar rata-rata ̅) diperoleh 55,2 dan mengalami peningkatan pada pertemuan siklus II dengan rata-rata ( ̅) diperoleh 78,5. Tingkat keberhasilan siswa pada siklus I adalah 16,67% dan mengalami peningkatan pada siklus II adalah 88,89%. Rata-rata aktivitas siswa dalam aspek siswa serius mengerjakan tugas yang diberikan guru, pada siklus I diperoleh 60,62% dan pada siklus II meningkat menjadi 75,62%. Rata-rata aktivitas yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar pada siklus I diperoleh 73,75% pada kategori baik dan mengalami peningkatan pada siklus II diperoleh 95% berada pada kategori sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa IPA pada materi kenampakan matahari.

(7)

ii

telah memberikan bermacam-macam nikmat, kesabaran, ketabahan serta karunia

dan rahmat-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam

semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta

keluarganya, sahabatnya dan pengikutya.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak. Dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan, MA, selaku Ketua Program PGMI Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Fathiah Alatas, M.Si, Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya

untuk membimbing, memberikan saran, masukan serta mengarahkan penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen yang telah membimbing, mendidik dan memberikan ilmunya

kepada penulis, semoga ilmu yang telah diberikan mendapat keberkahan dan

bermanfaat.

5. Kedua orang tua tercinta yang selalu mendo’akan penulis.

6. Suami dan anak-anakku tercinta yang telah memberikan dukungan moril

selama ini sehingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Keluarga dan orang-orang terdekat yang selalu memberi motivasi dan

do’anya.

8. H. Muhammad Yasin, S.Ag, selaku Kepala MI Madrasah Miftahul Huda

Sawah Ciputat yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian di sekolah tersebut.

9. Seluruh dewan guru yayasan Miftahul Huda Sawah Ciputat yang selalu

memberikan bantuan dan dukungan sehngga skripsi ini selesai.

10.Seluruh teman-teman penulis kelas A.32 yang telah banyak membantu dan

(8)

iii

Jakarta, Desember 2014

(9)

iv

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Indentifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian... 6

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 7

1. Penelitian Tindakan Kelas ……… 7

2. Model Kooperatif ... 9

3. Hasil Belajar ... 15

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 25

C. Hipotesis Tindakan... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………... 28

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 28

1. Metode Penelitian... 28

2. Rancangan Penelitian ... 29

(10)

v

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 32

G. Data dan Sumber Data ... 33

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 33

I. Teknik Pengumpulan Data ... 37

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ... 38

K. Analisis Data dan Interprestasi Data ... 43

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Temuan Hasil Penelitian ... 45

1. Siklus I ... 45

2. Siklus II ... 54

B. Pembahasan ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

(11)

vi

Tabel 3.3 Tabel kisi-kisi observasi siswa ... 34

Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara ... 34

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I ... 35

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II ... 36

Tabel 3.7 Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa Siklus I Siklus II ... 37

Tabel 3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 37

Tabel 3.9 Interpretasi Uji Validitas ... 39

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus I dan Siklus II ... 39

Tabel 3.11 Kriteria Reliabilitas ... 40

Tabel 3.12 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I dan II ... 40

Tabel 3.13 Kriteria Taraf Kesukaran ... 41

Tabel 3.14 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Siklus I dan Siklus II ... 41

Tabel 3.15 Kriteria Daya Pembeda ... 42

Tabel 3.16 Kriteria Interprestasi Data ... 43

Tabel 4.1 Perbedaan Tindakan Pada Siklus I ... 47

Tabel 4.2 Data Statistik Hasil Belajar Siklus I ... 48

Tabel 4.3 Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus I... 49

Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 50

Tabel 4.5 Nilai Hasil Belajar Kelompok Siswa Siklus I ... 50

Tabel 4.6 Hasil Wawancara Siswa Siklus I ... 51

Tabel 4.7 Data Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus I ... 52

Tabel 4.8 Perencanaan Perbaikan Siklus Untuk Siklus II ... 53

Tabel 4.9 Perbedaan Tindakan Pada Siklus II ... 56

Tabel 4.10 Data Statistik Hasil Belajar Siklus II ... 57

Tabel 4.11 Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 58

Tabel 4.12 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II ... 58

Tabel 4.13 Nilai Hasil Belajar Kelompok Siswa Siklus II... 59

Tabel 4.14 Hasil Wawancara Siklus II ... 59

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang terhadap

orang lain, agar orang lain memiliki pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses

pendidikan selalu terjadi perubahan tingkah laku tetap, bukan hanya perubahan

dari tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil

menjadi lebih terampil, dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru.1 Perubahan

yang diharapkan meliputi seluruh aspek-aspek pendidikan, seperti kognitif,

afektif, dan psikomotor.

IPA adalah ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan

kebendaan yang sistematis, tersusun secara teratur, berlaku secara umum, berupa

kumpulan hasil observasi dan eksperimen. Dengan demikian sains tidak hanya

sebagai kumpulan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi tentang cara kerja,

cara berpikir, dan cara memecahkan masalah.2Secara ringkas dapat dikatakan

merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan

yang tepat (correct) pada sasaran, menggunakan prosedur yang benar (true), dan

dijelaskan dengan penalaran yang shahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan

yang betul (truth).3IPA juga perlu memusatkan perhatiannya pada hal-hal pokok,

yaitu berorientasi untuk membiasakan siswa bekerja melalui langkah-langkah

seperti, mengamati, menggolongkan, menggunakan mengukur, menafsirkan,

menyimpulkan dan mengkomunikasikan hasil secara umum dan tulisan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang siswa dan guru

terhadap proses pembelajaran IPA di MI Miftahul Huda, ternyata sebagian siswa

belum mampu mencapai kompetensi individual yang diharapkan yaitu KKM 70,

keaktifan dan kerjasama antar siswa dalam pembelajaran masih kurang meskipun

1

Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2010), cet I, h. 21

2

Nana Jumhana, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), cet. I h. 2

3

Ibid.

(13)

diterapkan diskusi siswa tidak fokus, hanya sebagian kecil yang berpartisipasi

sedangkan siswa yang lain berbicara sendiri. Siswa yang memiliki kemampuan

lebih dalam KBM cenderung lebih aktif dalam bertanya dan menggali informasi

dari guru maupun sumber belajar yang lain, sehingga pencapaian kompetensinya

lebih tinggi. Siswa yang memiliki kemampuan rendah cenderung pasif dalam

KBM hanya menerima pengetahuan yang datang padanya sehingga memiliki

pencapaian kompetensi yang lebih rendah. Hal ini juga dipengaruhi dengan

kurangnya fasilitas pembelajaran IPA seperti lab dan media.Pembelajaran yang

dilakukan lebih banyak menggunakan metode ceramah dan menghapal

(konvensional). Siswa hanya mengambil peran sedikit dalam proses belajar

mengajar dan cenderung menggunakan konsep pembelajaran yang berpusat pada

guru (teacher center).

Hal inilah yang akhirnya membuat siswa menjadi jenuh dan malas dalam

pembelajaran dan berakibat pada rendahnya hasil belajar IPA di MI Miftahul

Huda, sebagian siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang

diharapkan. Selama ini rata-rata hasil belajar IPA kelas II, adalah 55. Rata-rata ini

masih kurang dari nilai KKM yang diharapkan yakni 70. Hal ini disebabkan

faktor-faktor sebagai berikut. Pertama, sarana dan prasarana di sekolah yang

kurang mendukung dalam pembelajaran IPA. Kedua, siswa dalam belajar masih

banyak yang kurang konsentrasinya selama pembelajaran berlangsung sehingga

siswa merasa kesulitan dalam memahami pelajaran. Ketiga, pembelajaran yang

dilakukan masih banyak memakai metode konvensional yang mengakibatkan

siswa menjadi jenuh dan bosan dalam belajar. Keempat, siswa lebih suka belajar

secara individual daripada bekerjasama dengan teman. Kelima, kurangnya

keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi

atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam suatu pembelajaran.

Guru sebagai komponen dalam proses pembelajaran mempunyai peran yang

sangat penting karena guru bukan hanya penyampai materi tapi juga merupakan

sentral pembelajaran. Untuk itu seorang guru harus menguasai pengetahuan yang

(14)

berkorelasi dengan bidang studinya tersebut. Agar mereka bisa menjawab

pertanyaan dan memberikan pengetahuan yang luas bagi siswanya. Jika seorang

guru tidak menguasai cara menyampaikan materi pembelajaran dengan baik, akan

dapat menimbulkan kesulitan bagi siswa dalam memahami dan mengerti

pembelajaran yang pada akhirnya menimbulkan kejenuhan, malas dalam proses

pembelajaran. Maka hal tersebut tentu tidak akan efektif dalam proses

pembelajaran. Sesuatu dapat dikatakan efektif bila tujuan yang diharapkan

tercapai sesuai dengan yang di inginkan.

Dengan kondisi yang demikian, guru perlu membuat terobosan baru dalam

kegiatan belajar mengajar, yaitu dengan melakukan variasi dalam proses

pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih terarah dan bermakna bagi

siswa. Peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting. Guru harus

mampu melaksanakan prosedur pembelajaran dengan baik agar tujuan belajar

dapat tercapai. Oleh karena itu, peranan guru sangat dibutuhkan sebagai

fasilisator, motivator dan evaluator agar hasil belajar dapat tercapai dengan

maksimal.

Peranan guru sebagai fasilisator penyampai informasi kepada siswa terjadi

dalam proses belajar mengajar, dalam hal ini akan memberikan kemudahan

kepada siswa dalam proses belajar mengajar. Selain sebagai fasilisator, guru juga

berperan sebagai sebagai motivator dan evaluator dalam rangka meningkatkan

kegairahan dan pengembangan kegiatan siswa. Guru sebagai motivator harus

merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement (penguatan) untuk

mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas dan daya kreativitas,

sehingga akan terjadi dinamika dalam proses pembelajaran. Peranan guru sebagai

evaluator mempunyai otoritas untuk menilai prestasi siswa dalam bidang

akademis maupun tingkah laku sosialnya.

Pendekatan pembelajaran kooperatif merupakan model atau metode

pembelajaran yang tepat bagi siswa kelas II. Karena metode sangat memegang

peranan penting dalam pembelajaran serta dalam mengajar berperan sebagai alat

untuk menciptakan proses pembelajaran. Makin tepat model atau metode yang

(15)

pencapaian tujuan pembelajaran.4 Sebab siswa kelas II dalam belajar masih dalam

tahap belajar sambil bermain. Dalam model pembelajaran kooperatif banyak

metode atau variasi yang dapat digunakan guru kepada siswa. Sehingga siswa

diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan saling

berargumentasi mengenai pelajaran yang sedang berlangsung sambil bermain.

Untuk mengasah pengetahuan yang siswa kuasai saat itu, dan untuk menutup

kekurangan dalam pemahaman masing-masing.

Disini siswa dapat saling berinteraksi dengan teman sebaya sehingga

siswa akan merasa lebih senang dalam belajar dan tidak merasa terpaksa dalam

menerima pelajaran, terutama pada pembelajaran IPA. Model kooperatif dapat

digunakan sebagai alternatif solusi dalam mengatasi rendahnya hasil belajar IPA

di MI Miftahul Huda. Pembelajaran kooperatif merujuk kepada berbagai macam

metode pembelajaran, dimana para siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok

kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi

pembelajaran. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan

siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke

siswa.5

Slavin mengemukakan bahwa hasil penelitian membuktikan pembelajaran

kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan hubungan sosial

serta dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan

masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.6

Guru yang efektif adalah orang-orang yang dapat menjalin hubungan baik dengan

siswa, menciptakan lingkungan kelas yang kondusif, menguasai bidang studi dan

dapat memotivasi siswa bukan hanya dalam berprestasi namun juga menjadi

anggota masyarakat yang baik.7

4

M. Sobry Sutikno, Metode & Model-model Pembelajaran Menjadikan Proses Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan, (Lombok: Holistica, 2014), cet I, h. 71

5

Trianto, op.cit., h. 10

6

Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013), cet. 6, h. 205-206

7

(16)

Soejono berpendapat bahwa pembelajaran akan lebih berhasil bila bahan ajar

menarik perhatian siswa. Sebab tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan

siswa yang memiliki kompetensi yang handal dalam pemecahan masalah. Untuk

itu diperlukan pendekatan pembelajaran pemecahan masalah.8

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul

penelitian Penggunaan Pendekatan Kooperatif Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa IPA Pada Materi Kenampakan Matahari ”

B. Indentifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka

beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Hasil belajar IPA masih kurang dari KKM

2. Guru masih terbatas pada metode konvensional

3. Siswa mudah terpengaruh oleh sosialisasi ditengah-tengah pembelajaran

sehingga menimbulkan kesulitan belajar IPA pada siswa

4. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung dalam pembelajaran IPA

5. Kurangnya kerjasama siswa dalam pembelajaran.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Peneliti membatasi fokus penelitian ini pada:

1. Hasil belajar yang diukur pada kemampuan kognitif siswa mulai dari CI

sampai C2

2. Penelitian ini diterapkan pada konsep kenampakan matahari

3. Pendekatan kooperatif yang digunakan metode demonstrasi dan eksperimen

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka masalah

yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut “ Bagaimana penggunaan

pendekatan kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas II pada

materi kenampakan matahari ?”

8

(17)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

peningkatan ketuntasan dan KKM siswa dengan menerapkan hasil belajar

menggunakan pendekatan kooperatif pada mata pelajaran IPA materi kenampakan

matahari pada siswa kelas II di MI Miftahul Huda Sawah Ciputat.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

1. Peneliti, dapat menambah wawasan dalam mempelajari pelajaran IPA melalui

pendekatan kooperatif dalam upaya mengarahkan siswa untuk mencapai hasil

belajar yang optimal.

2. Guru, menjadi bahan perbaikan dan peningkatan perannya di dunia

pendidikan terutama pada pelajaran IPA

3. Siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu yang dapat

(18)

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang diteliti 1. Penelitian Tindakan Kelas

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sering disebut classroom action research

adalah alat untuk memperbaiki atau menyempurnakan mutu pelaksanaan tugas

sehari-hari (mengajar yang mendidik),9 Oleh karena itu hendaknya sedapat

mungkin memilih metode atau pendekatan pembelajaran yang sesuai yang tidak

menghambat tugas sehari-hari dalam mengajar. Penelitian Tindakan Kelas

termasuk penelitian kualitatif, walaupun data yang dikumpulkan bisa saja

kuantitatif atau analisisnya menggunakan analisis statistik deskriptif hasilnya

tidak untuk digeneralisasi.

b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Karakteristik penelitian tindakan, diantaranya:10

1) Masalah yang diteliti adalah masalah yang riil yang muncul dari dunia kerja

peneliti

2) Berorientasi pada pemecahan masalah

3) Berorientasi pada peningkatan kualitas

4) Berbagai cara koleksi data dipergunakan

5) Siklus konsep tindakan yang diterapkan melalui urutan-urutan perencanaan,

observasi/pengamatan, tindakan dan refleksi

6) Partisipasi kolaborasi

c. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas, yaitu:11

9

Maifalinda Fatra dan Abdul Rozak, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), cet. 1, h. 4

10

Ibid., h. 14

11

(19)

1) Penelitian Tindakan Kelas seyogyanya tidak berpengaruh pada komitmen

sebagai pengajar

2) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang

berlebihan sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran

3) Metode yang digunakan harus bersifat reliabel

4) Masalah penelitian diusahakan yang bersumber dan bertolak dari tanggung

jawab profesionalnya

5) Guru sebagai penyelenggara penelitian tindakan kelas harus konsisten dan

memiliki kepedulian tinggi dengan pekerjaannya

6) Menggunakan tindakan perspektif kelas

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah untuk perbaikan dan

peningkatan praktek pembelajaran serta peningkatan layanan professional guru

dalam menangani proses pembelajaran. Manfaat PTK adalah untuk

menumbuhkan budaya meneliti yang merupakan dampak dari pelaksanaan

tindakan secara berkesinambungan memberi manfaat pada munculnya inovasi

pendidikan.

d. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Tindakan Kelas

Kelebihan Penelitian Tindakan Kelas, diantaranya:

1) Tumbuhnya rasa memiliki melalui kerjasama dalam PTK

2) Tumbuhnya kretivitas dan pemikiran kritis

3) Adanya motivasi untuk saling berubah

4) Meningkatnya kesepakatan lewat kerjasama demokratis dan dialogis dalam

PTK

Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas:

1) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian

2) Rendahnya efisiensi waktu

3) Konsepsi proses kelompok yang menuntut pemimpin kelompok yang

demokratis dengan kepekaan tinggi terhadap kebutuhan dan keinginan

(20)

2. Model Kooperatif a. Pengertian Kooperatif

Cooperative berarti bekerjasama dan learning berarti belajar, jadi belajar melalui kegiatan yang dilakukan bersama. Menurut Ibrahim strategi pembelajaran

kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang membantu siswa mempelajari

isi akademik dan hubungan sosial.12 Kagan mendefinisikan pembelajaran

kooperatif sebagai suatu strategi instruksional yang melibatkan interaksi siswa

secara kooperatif dalam mempelajari suatu topik sebagai bagian integral dari

proses pembelajaran.13 Jacob menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

suatu metode instruksional dimana siswa dalam kelompok kecil bekerjasama dan

saling membantu dalam menyelesaikan tugas akademik.14

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar

menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan

guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa.15 Menurut Lie, pembelajaran

kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa

untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas yang terstruktur dan guru

bertindak sebagai fasilisator.16

Sedangkan Abdurrahman dan Bintoro, mengatakan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran yang secara sistematis mengembangkan interaksi

yang silih asah, silih asuh, silih asih antar sesama siswa sebagai latihan hidup di

dalam masyarakat nyata.17 Hal ini adalah karena siswa memiliki keinginan yang

kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok, serta merasa tidak puas bila tidak

bersama-sama temannya.18

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok yang

memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kelompok adalah

siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk

mencapai tujuan bersama dalam suasana yang menyenangkan.19

12

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), cet. I, h. 232

13

Ibid.

14

Ibid.

15

Wena, op.cit., h. 198

16

Ibid., h. 190

17

Ibid.

18

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 2, h. 224

(21)

Pembelajaran cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan

pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang

dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud.20

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai

enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis

kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan

terhadap kelompok. Para siswa dinilai secara ketat berdasarkan hasil kerja

masing-masing.21 Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.22

Model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah

rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok

tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat

unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Adanya peserta dalam kelompok yaitu siswa yang melakukan proses

pembelajaran dalam setiap kelompok. Pengelompokan berdasarkan minat,

bakat, latar belakang kemampuan siswa dan campuran dari minat maupun

kemampuan siswa

2) Adanya aturan kelompok yaitu segala sesuatu yang menjadi kesepakatan siswa

sebagai pembelajar maupun siswa sebagai anggota kelompok

3) Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok yaitu segala aktivitas siswa

untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki maupun meningkatkan

kemampuan baru

4) Adanya tujuan yang harus dicapai yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi.

Pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu:23

20

Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), cet 7, h. 54-55

21

David W. Johnson, dkk, Colaborative Learning, (Bandung: Nusa Media, 2010), cet I, h. 78

22

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006), cet I, h. 242

23

(22)

1) Komponen tugas kooperatif. Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang

menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok

2) Struktur intensif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi

individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok.

Berdasarkan beberapa pengertian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman

sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar

lainnya.24

b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif( Cooperative Learning)

Karakteristik pembelajaran kooperatif, antara lain:25

1) Pembelajaran secara tim untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai bersama

2) Pembelajaran didasarkan pada manajemen kooperatif, diantaranya

perencanaaan, organisasi,pelaksanaan dan control

3) Kemauan untuk bekerjasama, kemauan ini perlu ditekankan untuk keberhasilan

bagi kelompok

4) Ketrampilan bekerjasama, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup

berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lainnya untuk keberhasilan

kelompok.

c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif(Cooperative Learning)

Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif, diantaranya :26

1) Prinsip ketergantungan positif yaitu suatu penyelesaian tugas yang dilakukan

sangat tergantung dengan usaha yang dilakukan setiap anggota kelompok.

2) Tanggung jawab perseorangan yaitu setiap anggota harus memberikan yang

terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Karena nilai kelompok didasarkan

atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya.

24

Wena, op. cit., h.190

25

Sanjaya, op.cit., h.244-246

26

(23)

3) Interaksi tatap muka yaitu pembelajaran kooperatif memberikan ruang dan

kesempatan kepada setiap anggota untuk bertatap muka saling memberikan

informasi dan saling membelajarkan.

4) Partisipasi dan komunikasi yaitu pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk

dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi

d. Sintak pembelajaran Kooperatif

Sintak pembelajaran kooperatif, diantaranya:27

1) Penjelasan materi, tujuan dan mempersiapkan siswa

2) Menyajikan informasi. Melalui pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk

melakukan tukar menukar informasi dan pendapat, mendiskusikan

permasalahan, membandingkan jawaban, dan mengoreksi hal-hal yang kurang

tepat

3) Mengorganisir siswa ke dalam tim-tim belajar.

4) Membantu kerja tim dan belajar. Setelah pembagian tugas dan kelompok,

masing-masing kelompok harus saling membantu dan bekerjasama dalam

menyelesaikan tugas yang diberikan

5) Mengevaluasi. Penilaian dalam kooperatif biasa dilakukan dengan tes atau

kuis baik secara individu maupun kelompok.

6) Memberikan pengakuan dan penghargaan. Diharapkan dapat memotivasi tim

untuk berprestasi dan membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih

meningkatkan prestasi.

e. Metode-metode Pembelajaran Kooperatif

Macam-macam metode yang merupakan pembelajaran kooperatif :

1) Metode Student Team-Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh

Robert Slavin dari Universitas John Hopkin USA, adalah aktivitas dan

interaksi antara siswa, untuk memotivasi siswa supaya dapat saling

mendukung dan membantu satu sama lainnya dalam menguasai materi yang

diajarkan oleh guru, guna mencapai hasil yang diharapkan. Dalam STAD,

27

(24)

siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang beragam

kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memastikanbahwa semua

anggota itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa

menjalani kuis perseorangan tentang materi, dan pada saat itu siswa tidak

boleh saling membantu satu sama lain untuk mendapat nilai. Nilai-nilai itu

kemudian di jumlah untuk mendapat nilai kelompok.28

2) Metode Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Arronson dari Universitas Texas

USA, adalah siswa bekerjasama dengan sesama siswa dalam suasana gotong

royong dan mempunyai kesempatan untuk mengolah informasi dan

meningkatkan keterampilan berkomunikasi.29

3) Metode Team Games-Tournament (TGT) adalah metode belajar kelompok

siswa satu sama lain saling mendukung dan membantu dalam menguasai

pembelajaran yang sedang berlangsung, metode ini menggunakan pelajaran

yang sama disampaikan guru dan tim kerja yang sama seperti dalam STAD.30

4) Metode Think Pair Share dikembangkan oleh Frang Lyman adalah metode

dimana guru membagi siswa dalam kelompok dan memberi tugas kepada

semua kelompok, setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas yang

diberikan guru sendiri, siswa berpasangan dengan salah satu rekan kelompok

dan berdiskusi dengan pasangannya, kemudian kedua pasangan bertemu

kembali dalam kelompok dan siswa mempunyai kesempatan untuk

membagikan hasil kerjanya kepada kelompok.31

5) Metode belajar SQ3R, dikembangkan oleh Francis P. Robinson di Universitas

Negeri Ohio Amerika Serikat, adalah metode belajar dengan memeriksa atau

meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks, menyusun daftar pertanyaan yang

relevan dengan teks, membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun, menghafal setiap jawaban yang

28

Rahayu Karyadinata, dkk., Bahan Ajar PLPG PAIKEM, (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), cet I, h. 49

29

M. A. Hertiavi, H. Langlang, S. Khanafiyah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Siswa SMP, 2010, h. 54, (http://journal.unnes.ac.id).

30

Rusman, op. cit., h.224

31

(25)

telah ditemukan, dan meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang

telah tersusun pada langkah kedua dan ketiga.32

6) Metode belajar make a match, adalah metode belajar kelompok dengan

menggunakan media kertas atau karton yang berisi pertanyaan dan jawaban,

disini siswa diminta untuk mencari sendiri pasangan dari pertanyaan dan

jawaban yang dipegang dengan guru sebagai fasilisatornya.33

7) Metode demonstrasi, adalah metode membelajarkan siswa dengan cara

memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu

kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media

pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang disajikan.34

8) Metode eksperimen, adalah metode pembelajaran yang memungkinkan siswa

melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau

hipotesis yang dipelajari sesuai dengan data yang akan diangkat untuk

mengukur kecepatan bereaksi siswa terhadap stimulus tertentu dalam proses

belajar.35

f. Kelebihan dan kelemahan Pendekatan Kooperatif

Kelebihan-kelebihan pendekatan kooperatif, antara lain:36

1) Dengan pendekatan kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan diri pada

guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,

menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa lain

2) Dengan pendekatan kooperatif siswa dapat mengembangkan kemampuan

mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan

membandingkannya dengan ide-ide orang lain

3) Pendekatan kooperatif dapat membantu siswa respek pada orang lain dan

menyadari akan segala keterbatasan serta menerima segala perbedaan

4) Pendekatan kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk

lebih bertanggungjawab dalam belajar

32

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 16, h. 128

33

Rusman, op. cit., h.223

34

Sutikno, op.cit., h.44

35

Ibid., h.51

36

(26)

5) Pendekatan kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk

meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial anak

6) Pendekatan kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk

menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik

7) Pendekatan kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan

informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata

Kelemahan-kelemahan pendekatan kooperatif, antara lain:37

1) Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif memang

butuh waktu

2) Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah siswa saling membelajarkan. Oleh

karena itu jika tanpa peer teaching yang efektif, maka apa yang seharusnya

dipelajari dan dipahami tidak akan dicapai oleh siswa

3) Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja kelompok

4) Keberhasilan dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok

memerlukan waktu yang cukup panjang, sehingga tidak mungkin tujuan

dapat tercapai hanya dengan satu kali penerapan pendekatan ini

5) Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat

penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang

hanya didasarkan kemampuan individu.

3. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki tingkah laku, sikap dan mengokohkan

kepribadian.38 Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan

latihan.39 Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan

adanya perubahan pada diri seseorang.40

37

Ibid.

38

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), cet. 3, h. 9

39 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2010), cet. 4, h. 10

40

(27)

Seperti dikemukakan oleh George J. Mouly dalam bukunya Psycology for

Effective Teaching, bahwa belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah

laku seseorang berkat adanya pengalaman.41 Karena belajar merupakan aktivitas

yang berproses,sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang

bertahap.42 Pandangan baru menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses

perubahan tingkah laku akibat latihan dan pengalaman.43

Ivan Pavlov menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah

laku yang terus menerus timbul sebagai akibat dari persyaratan kondisi.Sifatnya

adalah membentuk hubungan antara stimulus dengan respon.44 Hilgard & Bower

dalam bukunya Theories of Learning, mengemukakan bahwa belajar berhubungan

dengan perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang,

dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan.45

M. Sobry Sutikno dalam bukunya Menuju Pendidikan Bermutu,

mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya sendiri.46 Skinner mengartikan

belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang bersifat

progresif.47 Belajar adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah

laku pada individu yang belajar.48 Tujuan proses belajar mengajar secara ideal

adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh siswa.49

41

Ibid.

42

Syah,op. cit., h. 111

43

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), cet 3, h. 106

44

Asep Herry Hernawan, dkk., Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI Press, 2007), cet I, h.29

45

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), cet 3, h. 5

46

Ibid.

47

Ibid., h. 6

48

Karyadinata, dkk., op. cit., h. 8

49

(28)

Ciri-ciri belajar diantaranya, adalah :50

1) Memiliki tujuan yaitu untuk membentuk siswa dalam suatu perkembangan

tertentu

2) Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik yang

direncanakan dandidesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

3) Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik

4) Adanya aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya

pembelajaran

5) Aktor guru yang cermat dan tepat

6) Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam proporsi

masing-masing

7) Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran

8) Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.

Unsur-unsur belajar adalah unsur-unsur yang harus ada dalam tahapan

pembelajaran, agar tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud. Cronbach sebagai

penganut aliran behaviorisme menyatakan dalam Sukmadinata, adanya tujuh

unsur utama dalam proses belajar, meliputi:51

1) Tujuan. Belajar dimulai karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai, tujuan

ini muncul karena adanya sesuatu kebutuhan. Belajar akan lebih efektif bila

diarahkan kepada tujuan yang jelas dan bermakna bagi individu

2) Kesiapan. Agar mampu melaksanakan belajar yang baik siswa harus memiliki

kesiapan, baik kesiapan fisik, psikis, maupun kesiapan yang berupa

kematangan untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan pengalaman belajar

3) Situasi yaitu tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan pelajaran yang

dipelajari, guru, kepala sekolah, pegawai administrasi dan seluruh warga

sekolah yang lain

4) Interprestasi yaitu melihat hubungan diantara komponen situasi-situasi belajar,

melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan

kemungkinan pencapaian tujuan

50

Djamarah dan Zain,op. cit., h. 39- 41

51

(29)

5) Respon, berupa usaha yang terencana dan sistematis

6) Kosekuensi,berupa hasil, dapat hasil positif (keberhasilan) maupun hasil

negatif (kegagalan) sebagai konsekuensi respon yang dipilih siswa

7) Reaksi terhadap kegagalan. Kegagalan dapat memotivasi siswa lebih semangat

lagi untuk belajar atau sebaliknya.

Sukmadinata menyampaikan prinsip umum belajar, sebagai berikut :52

1) Belajar merupakan hasil dari perkembangan

2) Belajar berlangsung seumur hidup maksudnya belajar adalah proses yang terus

menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas.

Melalui kemampuan bagaimana belajar, siswa akan dapat belajar memecahkan

setiap rintangan yang dihadapi sampai akhir hayatnya

3) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan,

kematangan, serta usaha dari individu secara aktif

4) Belajar mencakup semua aspek kehidupan

5) Kegiatan belajar berlangsung di sembarang tempat dan waktu

6) Belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru

7) Belajar yang terencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi

8) Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang

amat kompleks

9) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan

10)Dalam hal tertentu belajar memerlukan adanya bantuan dan bimbingan dari

orang lain.

Jenis-jenis belajar ada bermacam-macam, baik dalam aspek materi dan

metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang

diharapkan. Menurut para ahli jenis-jenis belajar itu, diantaranya :53

1) Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak,

tujuannya untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah yang tidak

nyata. Contohnya pelajaran matematika.

52

Ibid., h.128-129

53

(30)

2) Belajar sosial adalah belajar memahami masalah dan teknik untuk

memecahkan masalah tersebut,tujuannya untuk menguasai pemahaman dan

kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Contohnya masalah

persahabatan.

3) Belajar pemecahan masalah yaitu belajar menggunakan metode-metode ilmiah

atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya untuk

memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah

secara rasional, lugas dan tuntas. Contoh pelajaran IPA.

4) Belajar rasional yaitu belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara

logis dan rasional (sesuai akal sehat), tujuannya untuk memperoleh aneka

ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.

5) Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan atau

perbaikan-perbaikan yang telah ada, tujuannya agar siswa memperoleh sikap

dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras

dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).

6) Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti penting atau alat suatu

objek, tujuannya agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan

ranah rasa (affektif skill) yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara

tepat terhadap nilai objek tertentu.

7) Belajar pengetahuan ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan

mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu.

Dengan demikian inti dari belajar adalah adanya perubahan tingkah laku

karena adanya pengalaman.54

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari proses pembelajaran yang

dilakukan oleh guru dan siswa. Pembelajaran adalah sebuah proses personal dan

sosial yang akan membawa hasil jika setiap individu saling bekerjasama untuk

membangun pemahaman dan pengetahuan bersama.55 Hasil belajar sebagai objek

54

Trianto, op.cit., h. 7

55

(31)

penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan

instruksional, yaitu menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa

berupa kemampuan siswa untuk menerima setelah menyelesaikan pengalaman

belajarnya.56

Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, guru tidak hanya berfokus

pada hasil belajar saja, tetapi juga harus memperhatikan transfer hasil belajar dan

proses belajar yang dijalani oleh siswa.57 Hasil belajar merupakan cerminan

tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah

dilaksanakan yang pada puncaknya diakhiri dengan evaluasi siswa. Evaluasi

berguna untuk mengetahui hingga manakah siswa telah mencapai tujuan pelajaran

yang ditentukan.58

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar yang ideal menurut Muhibbin

Syah meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat dari

pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian pengungkapan perubahan

tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa (afektif) siswa, sangat

sulit.Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible

(tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan seorang guru dalam hal

ini adalah hanya mengambil sedikit perubahan tingkah laku yang dianggap

penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil

belajar siswa, baik pengetahuan, sikap dan keterampilan.59

Menurut Benyamin S.Bloom, dkk, hasil belajar dapat dikelompokkan ke

dalam tiga, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.60 Setiap domain disusun

menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari yang sederhana sampai dengan

hal yang kompleks, mulai dari yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan

mulai dari yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak.

56

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2012), cet. 17, h. 34

57

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), cet 4, h. 72

58

Nasution, op.cit., h. 78

59

Syah, op.cit., h. 148

60

(32)

Belajar memiliki tujuan yang bersifat permanen atau tetap, yakni

terjadinya perubahan pada diri siswa.61Baik itu dalam intelegensi, sikap maupun

tingkah laku. Menurut Slameto, ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar,

meliputi :62

1) Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, bahwa pengetahuannya

bertambah, sikapnya berubah, kecakapannya berkembang.

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional.

3) Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju

perubahan yang lebih baik.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, jika perubahan bersifat

sementara itu bukan hasil belajar.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah.

6) Perubahan mencakup semua aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian tertentu

secara parsial.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar diartikan sebagai hasil akhir

pengambilan keputusan tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses

pembelajaran, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa

bertambah dari hasil sebelumnya.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, diantaranya:63

1) Faktor internal

a) Fisiologi, yaitu kondisi umum jasmani mempengaruhi semangat dan

intensitas siswa dalam menjalani proses belajar (mata, telinga dan tonus

jasmani)

b) Psikologi, yaitu keadaan dimana hubungan antara belajar, memori dan

pengetahuan itu sangat erat dan tidak dapat dipisahkan (tingkat kecerdasan,

sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa).

61

Fathurrohman dan Sutikno, op.cit., h. 10

62

Ibid.

63

(33)

2) Faktor eksternal

a) Lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga ini sangat memegang peranan

dalam pembelajaran yang pertama kali bagi siswa dalam pembentukan diri

maupun mentalnya. Maka orangtua sebagai guru bagi siswa di rumah,

sebaiknya memberi contoh dan mengajarkan untuk berbuat dan berperilaku

yang baik untuk bekal dalam belajar di lingkungannya nantinya.

b) Lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah juga memegang peranan yang

sangat penting dalam membentuk kepribadian siswa, guru harus berhati-hati

dalam menentukan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran agar tujuan

yang ingin dicapai dapat terwujud dan pembelajaran dapat bermakna bagi

siswa.

c) Lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat sekitar juga menentukan

kepribadian seorang siswa, baik dalam bertutur kata ataupun berperilaku.

Maka pendidikan menjadi sangat penting bagi seorang siswa, agar dapat

membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

d) Pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan

metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari

materi-materi pelajaran.

Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku

kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut

bersifat positif dalam arti berorientasi kearah yang lebih maju daripada keadaan

sebelumnya.

d. Pengukuran Hasil Belajar

Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan

kuantitas sesuatu.64 Dalam konteks hasil belajar, alat ukur atau instrumen tersebut

dapat berbentuk tes atau non-tes. Selama ini tes merupakan alat ukur yang sering

digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa mencapai kompetensi.65 Pada

hakikatnya tes adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus

64

Arifin, op.cit., h. 4

65

(34)

dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh siswa untuk mengukur suatu

aspek perilaku tertentu.66 Alat ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat

validitas dan reliabilitas yang tinggi.67 Pengukur keberhasilan juga dikenal dengan

penilaian. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian,

adalah:68

1) Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif. Ini

berarti bahwa penilaian didasarkan atas sampel yang cukup banyak, baik

macamnya maupun jenisnya.

2) Penilaian harus dibedakan antara penskoran (scoring) dan penilaian

(grading).Penskoran berarti proses pengubahan prestasi menjadi

angka-angka,sedangkan dalam penilaian kita memproses angka-angka hasil

kuantifikasi prestasi itu dalam hubungannya dengan personal siswa dalam

skala tertentu.

3) Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan adanya dua macam

orientasi, yaitu penilaian norm-referenced (berorientasi pada kelompok

tertentu) dan yang criterion-referenced (berorientasi pada suatu standar

absolut, tanpa dihubungkan dengan suatu kelompok tertentu).

4) Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dan proses

belajar-mengajar.

5) Penilaian harus bersifat komparabel, artinya setelah tahap pengukuran yang

menghasilkan angka-angka itu dilaksanakan, prestasi-prestasi yang menduduki

skor yang sama harus memperoleh nilai yang sama pula.

6) Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi

pengajar sendiri.

Menurut Scriven, fungsi evaluasi dapat dibedakan menjadi dua macam,

yaitu: pertama, fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari

kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian

besar bagian kurikulum yang sedang dikembangkan; kedua, fungsi sumatif

66

Arifin, op.cit., h. 3

67

Ibid., h. 4

68

(35)

dihubungkan dengan penyimpulan mengenai kebaikan dari sistem secara

keseluruhan, dan fungsi ini baru dapat dilaksanakan apabila pengembangan suatu

kurikulum telah selesai.

Depdikbud mengemukakan penilaian adalah suatu kegiatan untuk

memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh

tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa. Hasil belajar siswa meliputi tiga

aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar aspek kognitif

berhubungan dengan inteletual siswa, aspek ini terdiri dari 6 tingkatan yaitu 1)

ingatan, 2) pemahaman, 3) aplikasi, 4) analisa, 5) sintesa, 6) evaluasi.69 Hasil

belajar ranah afektif adalah hasil belajar berupa sikap, yang terdiri dari lima

tingkatan yaitu 1) penerimaan, 2) jawaban atau reaksi, 3) penilaian, 4) organisasi,

5) internalisasi.70 Hasil belajar ranah psikomotor adalah hasil belajar yang

berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak, ranah ini terdiri dari

1) gerak reflek, 2) kemampuan gerakan dasar, 3) kemampuan perseptual, 4)

keharmonisan atau ketepatan, 5) gerakan keterampilan kompleks, dan 6) gerakan

ekspresif dan interpretatif.71Adapun tujuan penilaian hasil belajar adalah:72

1) Untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan

2) Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap siswa terhadap

program pembelajaran

3) Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar siswa dengan

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan

4) Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan siswa dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran. Keunggulan siswa dapat dijadikan dasar guru untuk

memberi pengembangan lebih lanjut, sedangkan kelemahannya dapat dijadikan

acuan untuk memberikan bantuan atau bimbingan

5) Untuk seleksi yaitu untuk memilih dan menetukan siswa yang sesuai dengan

jenis pendidikan tertentu

6) Untuk kenaikan kelas

7) Untuk menempatkan siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

69

Yanti Elvita, Transparansi Evaluasi Hasil Belajar, Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islami, Vol.5, 2008,h.164.

70

Ibid.

71

Ibid.

72

(36)

Fungsi penilaian hasil belajar adalah:73

1) Fungsi formatif yaitu untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran

2) Fungsi sumatif yaitu untuk menentukan nilai kemajuan hasil belajar siswa

dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan

kepada berbagai pihak, penentuan kenaikan kelas, dan penentuan

lulus-tidaknya siswa

3) Fungsi diagnostik yaitu untuk memahami latar belakang siswa yang mengalami

kesulitan belajar dan hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam

memecahkan kesulitan tersebut

4) Fungsi penempatan yaitu untuk menempatkan siswa dalam situasi

pembelajaran yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian relevan pendekatan pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, diantaranya :

Penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil

Belajar Kelas IV SD Se-Desa Darmasaba. Penelitian dilaksanakan di SD 2 se-desa

Darmasaba Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung tahun ajaran 2012/2013,

dengan sampel sebanyak 68 siswa dengan menggunakan metode penelitian

eksperimen. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa siswa

yang mengikuti pembelajaran kooperatif lebih unggul hasil belajarnya

dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan

konvensional.74

Penelitian dengan judul Peningkatan Komunikasi Ilmiah Pembelajaran

IPA Melalui Model Kooperatif tipe Think Talk Write. Subyek penelitian adalah siswa Kelas IV dengan jumlah 33 siswa dan guru kelas IV SDN Bulu Lor

Semarang tahun ajaran 2011/2012. Hasil penelitian disimpulkan bahwa

pendekatan kooperatif tipe Think Talk Write dapat meningkatkan kemampuan

73

Ibid., h. 20

74

(37)

guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas komunikasi siswa, dan hasil belajar

siswa kelas IV SDN Bulu Lor Semarang.75

Penelitian yang dilakukan oleh Acung Muzaky Khoir, jurusan pendidikan

IPS, dalam skripsinya yang berjudul Perbedaan Hasil Belajar Melalui Metode

Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan Teams Game Tournament

(TGT) pada pelajaran sejarah. Menurutnya pembelajaran kooperatif tipe STAD

lebih baik digunakan pada mata pelajaran sejarah dibandingkan dengan metode

TGT.76

Penelitian yang dilakukan oleh Reyita Mardati Sakinah dengan judul

Perbedaan hasil belajar IPS dengan Metode Role Playing dan Metode

Demonstrasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa yang

menggunakan pembelajaran kooperatif dengan metode Role Playing lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode demonstrasi.77

Penelitian yang dilakukan oleh Yunita Daniati dengan judul Upaya

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, menunjukkan

bahwa penerapan model pembelaaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematika siswa.78

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pencapaian indikator

hasil belajar siswa yang sedang diukur, antara lain: (a) kriteria harus meluas,

tetapi tidak memakan waktu sehingga sulit dilaksanakan, (b) dapat dipahami

dengan jelas oleh siswa, orangtua dan guru, (c) mencerminkan keadilan, (4) tidak

75

Widya Nurhayati, Peningkatan Komunikasi Ilmiah Pembelajaran IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write, 2012,

(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jlj)

76

Purwa Hendra Setiato, “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS dengan Metode Student Achievement Division (STAD) di Kelas V MIN Pondok Pinang Jakarta”,Skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,Jakarta, 2013, h.29, tidak dipublikasikan

77

Ade Rahmi, “Pengaruh Metode Role Playing Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Pekayon IV Bekasi”,Skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, h.30, tidak dipublikasikan

78

(38)

merefleksikan variabel yang bias, latar belakang budaya, sosial, ekonomi, ras, dan

gender.79

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis penelitian ini adalah “Penggunaan model pembelajaran kooperatif (Coopertive Learning) dapat meningkatkan ketuntasan dan KKM Ilmu

Pengetahuan Alam pada materi Kenampakan Matahari”.

79

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di MI Miftahul Huda yang beralamat di

Jl. Ki Hajar Dewantoro Km 2.20 Rt. 01/04 No. 23 Desa Sawah Ciputat Tangerang

Selatan 15413.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya.80 Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang

berusaha membuat deskripsi dari fenomena yang diselidiki dengan cara

melukiskan dan mengklasifikasikan atau karakteristik fenomena tersebut secara

faktual dan cermat, kemudian menuangkannya dalam bentuk kesimpulan. Oleh

karenanya tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk memberikan gambaran

yang jelas dan akurat tentang material (fenomena) yang sedang diselidiki.

Dengan kata lain, digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang apa, bagaimana

keadaan sesuatu (fenomena) dan melaporkan. Suharsimi Arikunto

mengemukakan, bahwa metode deskriptif merupakan penelitian non hipotesis

sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu melakukan hipotesis.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitian

tindakan kelas (Classroom Action Research), yaitu suatu pencermatan terhadap

kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi didalam kelas.81

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan proses pengkajian suatu masalah

pada suatu kelas melalui sistem daur ulang dari berbagai kegiatan,

tahapan-tahapan kegiatannya mengamati dan melakukan tindakan, merencanakan,

kemudian merefleksikan, mengamati dan menilai, kemudian tindakan dan

80

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet.15, h.203

81

Ibid., h. 130

(40)

seterusnya.82 Penelitian tindakan kelas ini menggunakan siklus. Siklus meliputi

empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Apabila kriteria keberhasilan belum tercapai maka proses pembelajaran akan

dilanjutkan pada siklus berikutnya. Siklus akan berhenti apabila kriteria

keberhasilan telah tercapai.

2. Rancangan Penelitian

Adapun rancangan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan melalui

gambar sebagai berikut:83

Siklus I

[image:40.595.83.519.231.687.2]

Siklus II

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Tindakan

82

Samsu Somadayo, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), cet. I, h. 43

83

Arikunto, op.cit., h. 137

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

pengamatan

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

(41)

Rancangan dilaksanakan meliputi empat tahap utama dalam tiap siklusnya,

yaitu: tahap perencanaan yang merencanakan semua persiapan sebelum dilakukan

pelaksanaan penelitian, kemudian dilanjutkan pada tahap pelaksanaan dimana

proses penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif, kemudian dilakukan pengamatan dari hasil temuan-temuan pada

proses pelaksanaan sebelumnya, selanjutnya dilakukan refleksi berdasarkan

analisis data untuk menentukan apakah penelitian akan dihentikan pada siklus I

atau dilanjutkan pada siklus II begitu seterusnya.

C. Subjek Penelitian

Penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa MI Miftahul

Huda Sawah Ciputat kelas II dengan jumlah 18 siswa.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru. Selain mengajarkan

materi, peneliti juga membuat dan merancang rencana pembelajaran serta

mengevaluasi jalannya kegiatan belajar mengajar (KBM).

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali

[image:41.595.117.518.221.749.2]

pertemuan. Adapun tahapan intervensi tindakan yang dilakukan, ditunjukan pada

table 3.1.

Tabel 3.1

Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan Keterangan

Penelitian pendahuluan

terdapat masalah yang teridentifikasi, antara lain:

Melakukan observasi terhadap

sekolah

Kurangnya fasilitas yang seharusnya

dimiliki sekolah seperti laboratorium IPA

dan media pembelajaran seperti LCD

Melakukan observasi kegiatan

pembelajaran

Metode pembelajaran yang diterapkan

lebih banyak memakai metode

(42)

Hasil belajar IPA siswa kelas II MI

Miftahul Huda rendah, hanya 55% siswa

yang mencapai KKM dengan standar

KKM 70

Kurangnya konsentrasi siswa dalam

menerima materi pelajaran yang

disampaikan oleh guru dan kurangnya

kerjasama siswa dalam belajar

Wawancara dengan siswa 2. Keaktifan siswa masih dinilai kurang,

hanya beberapa orang saja yang

terlihat menjawab pertanyaan guru dan

mengajukan pertanyaan

3. Siswa tidak terbiasa melakukan

kegiatan eksplorasi dalam proses

pembelajaran

4. Siswa tidak mampu mengungkapkan

pemahaman dengan kata-kata mereka

sendiri sehingga siswa menjadikan

guru sebagai satu-satunya sumber

informasi dalam membangun

pengetahuannya dalam belajar IPA

5. Siswa kesulitan dalam

mengungkapkan pengalaman

kehidupan sehari-hari atau mengaitkan

materi pelajaran dengan aplikasi dalam

dunia nyata, sehingga menyebabkan

pembelajaran menjadi kurang

bermakna.

Diagnosa Model pembelajaran kooperatif dapat

diterapkan untuk meningkatkan ketuntasan

(43)

Pelaksanaan Penelitian Siklus I

Tahap perencanaan 1. Direncanakan pembelajaran yang

akan diterapkan dalan KBM dengan

model pembelajaran kooperatif

2. Ditentukan pokok bahasan

3. Dibuat lembar kerja siswa

4. Dibuat lembar kerja wawancara siswa

5. Dibuat lembar observasi proses

pembelajaran

6. Disiapkan sumber belajar

Pengamatan 1. Melakukan observasi dengan

mencatat kegiatan belajar siswa

2. Mengumpulkan data hasil belajar

berupa pretest dan post-test

Refleksi 1. Melakukan evaluasi tindakan yang

telah dilakukan berupa LKS dan post-test

2. Menganalisis temuan-temuan untuk

dilakukan perbaikan yang akan

dilaksanakan pada siklus selanjutnya, bila

tujuan belum tercapai

3. Menarik kesimpulan hal-hal apa saja

yang belum dan sudah tercapai serta

kekurangan atau masalah yang muncul

pada siklus I

Siklus II

Penulisan laporan penelitian

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Harapan intervensi tindakan yang diharapkan adalah ketuntasan hasil

belajar mencapai 75% dari jumlah siswa dengan nilai KKM 70 pada materi

(44)

kooperatif, diharapkan dapat meningkatkan proses pelaksanaan pembelajaran,

seperti proses peningkatan nilai kelompok yang didapat dari hasil penyelesaian

LKS. Selain nilai hasil belajar siswa juga diberikan tes berupa latihan soal pada

tahap evaluasi untuk setiap pertemuannya.

G. Data dan Sumber Data

Pada penelitian ini data diperoleh dari hasil belajar yang mencakup ranah

kognitif. Data diperoleh dari hasil belajar, dan nilai lembar kerja siswa.

Sedangkan data pada proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran diperoleh melalui

wawancara kepada siswa yang di isi oleh observer.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah:

1) Lembar Observasi Guru dan Siswa

Lembar observasi yang digunakan ada dua jenis, yaitu lembar observasi

penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan sekolah secara

umum seperti sarana dan prasarana pembelajaran, serta untuk mengetahui

kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang biasa dilaksanakan sekolah. Lembar

observasi yang kedua digunakan saat berlangsung pembelajaran yang menerapkan

model pembelajaran kooperatif. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh

efek tindakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran

Gambar

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Tindakan
table 3.1.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi Guru
Tabel 3.4 Kisi-kisi wawancara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pembuatan tugas akhir ini adalah untuk membuat program yang berisi proses pemampatan citra yang terdiri dari DCT, kuantisasi, dan penyandian entropi,

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk

Dalam Penulisan Ilmiah ini, penulis berharap jika mendisain tiket konser musik dengan menggunakan Adobe Photoshop versi 5.5 dengan bagus dan menarik nantinya akan dapat

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. © Asep Dedy Sutrisno 2014

Telah dilakukan Penelitian tentang Studi Perbandingan Penambahan Variasi Ragi Tape dan Ragi Roti dalam Pembuatan Bioetanol dari Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa

Perpustakaan secara tradisional memang lebih mudah untuk dikelola, dan memerlukan biaya yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan perpustakaan yang berbasiskan komputer, akan

Penggunaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (Tsts) Berbantuan Simulasi Komputer Untuk Meminimalisasi Miskonsepsi Pada Materi Momentum Dan Impuls.. Universitas Pendidikan

Hasil determinasi bunga tumbuhan Mawar Merah ( Rosa hybrida )... Spektrum Ultraviolet-Visible Beberapa