• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Islam di Negeri Serawak Kuching : kajian tantang penerapan dalam batas - batas pergaulan antara laki - laki dan wanita dalam masyarakat kini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hukum Islam di Negeri Serawak Kuching : kajian tantang penerapan dalam batas - batas pergaulan antara laki - laki dan wanita dalam masyarakat kini"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM ISLAM DI NEGERI SARAWAK KUCHING (KAJIAN TENTANG PENERAPAN DALAM BATAS-BATAS PERGAULAN ANTARA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM

MASYARAKAT KINI)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Loqmanulhakim Bin Ahmad Sharkawi 106044103566

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

HUKUM ISLAM DI NEGERI SARAWAK KUCHING (KAJIAN TENTANG PENERAPAN DALAM BATAS-BATAS PERGAULAN ANTARA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM

MASYARAKAT KINI)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Loqmanulhakim Bin Ahmad Sharkawi NIM : 106044103566

Pembimbing :

Drs. H. Husni Thoyyar, M.Ag NIP : 150050919

K O S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

PENGESAHAN PANATIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “HUKUM ISLAM DI NEGERI SARAWAK KUCHING, KAJIAN TENTANG PENERAPAN DALAM BATAS-BATAS PERGAULAN ANTARA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM MASYARAKAT KINI” telah diuji dalam Sidang Munaqasyah Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam pada Jurusan Ahwal Syakhshiyah, Kosenterasi Peradilan Agama.

Jakarta, 13 Juni 2008 Mengesahkan

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM Nip: 150 210 422

PANITIA UJIAN

Ketua : Drs. H.A.Basiq Djalil SH, M.A (_______________________)

Nip: 150 169 102

Seketaris : Kamarusdiana,S Ag M.H (_______________________) Nip: 150 285 972

Pembimbing : Drs H. Husni Thoyyar, M. Ag (_______________________) Nip: 150 050 919

Penguji I : Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, S.Ag, M.(_______________________) Nip: 150 275 509

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….………i

DAFTAR ISI……….………ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….………….. 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah……….………. ….3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……… ….3

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan………. ….4

E. Sistematik Penulisan………..5

BAB II BATAS-BATAS PERGAULAN ANTARA PRIA DAN WANITA DALAM MASYARAKAT SEKARANG: SATU URAIAN HUKUM ISLAM A. Pengertian Pergaulan………..…...7

B. Pandangan Hukum Islam Mengenai Pergaulan Yang Bukan Mahram………...12

C. Hukum Pergaulan Di antara Laki-laki Dan Wanita Muda-mudi Sekarang……….…………. 17

D. Batas-Batas Pergaulan Antara Laki-Laki Dan Wanita Yang Dibolehkan……….………..20

(5)

B. Agama dan kepercayaan...27

C. Kegiatan Sosiobudaya...28

D. Pendidikan...28

E. Peraturan dan adat resam...28

F. Jenis Tindakan Yang Di Berlakukan Dalam Pergaulan Antara Pria Dan Wanita………..29

G. Peranan Kerajaan Dalam Menerapkan Hukum Islam TerhadapPelaku KesalahanKhalwat……….…….……….……36

BAB IV: KEBERHASILAN TINDAKAN YANG DILAKUKAN OLEH PIHAK YANG BERWEWENANG A. Contoh Kasus Khalwat………40

B. Contoh Kasus Khalwat Yang Melibatkan Pasangan Beragama Islam Belum Berkahwin………...………42

C. Fakta Kasus Khalwat……….……….43

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan...44

B. Saran-Saran...45

DAFTAR PUSTAKA...47

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Pencipta dan Penguasa alam semester yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis terutamanya dalam rangka penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya shalawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menyelamatkan umat dari Alam kegelapan ke alam terang benderang.

Skripsi ini ditulis dalam rangka melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar starta satu (S.1), pada jurusan Ahwal Syakhsiyah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Hukum Islam Di Negeri Sarawak Kuching Kajian Tentang Penerapan Dalam Batas-Batas Pergaulan Antara Laki-laki Dan Wanita Dalam Masyarakat Kini”

Untuk menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat petunjuk dari berbagai pihak, baik secara langsung dan tidak langsung. Dalam hal ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Drs. H Muhammad Amin Suma,SH.,MA.,MM. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dengan kewenangan yang dimiliki telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

2. Drs. Basiq Djalil SH, Drs. Kamarusdiana Sag, MA,masing-masing selaku ketua dan sekretarias jurusan Ahwal Syakhshiyah yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis.

3. Bapak Drs Husni H. Thoyyar M.Ag, selaku dosen pembimbing yang dengan

(7)

tuntasnya sebuah skripsi ini, hanya Allah saja yang selayaknya membalas jasanya.

4. Seluruh staf pengajar (dosen) jurusan Akhwal Syakhsyiah Fakultas Syariah dan Hukum,serta kepada karyawan dan staff perpustakaan yang telah memfasiliti penulis menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh tenaga kerja para dosen Akademi Pengajian Islam Dan Dakwah terutamanya Bapak Rektor Al-Fadhil Ustaz Edy Amin Bin Ibrahim, yang telah banyak memberikan sokongan dan dukungan kepada penulis hingga dapat meneruskan pengajian di bumi Jakarta ini.

6. Teristimewa buat tatapan ayahanda Ahmad Sharkawi Bin Suhaili dan Ibunda Shakirah Bt Adul Razak yang amat disayangi lagi dicintai. Terima kasih atas perhatian segala doa dan kesabarannya atas jerih dan segala pengorbanan yang tidak terbalas serta senantiasa memberikan semangat dan harapan tanpa jemu hingga anakanda dapat menyelesaikan pengajian, segala jasa pengorbanan kalian sentiasa terpahat di ingatan. Tiada apa yang dapat dipersembahkan sebagai balasan, melainkan hanya dengan sebuah kejayaan. 7. Buat ahli keluarga tersayang, khususnya buat Kak Husna, Kak Salwa, Kak

Safura serta adik-adik yang dikasihi, yang telah banyak memotivasi dan memberi inspirasi kepada penulis untuk mencapai kejayaan yang diimpikan. 8. Sahabat seperjuanganku, teman APID, KIDU dan KUDKI

(8)

Akhirnya, Sirru ‘ala barakatillah’ dan semoga skripsi ini dapat memberikan masukan yang positif kepada pembaca sekalian, semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari yang Maha Kuasa. Penulis amat menyedari bahawa dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari kekhilafan dan kesalahan, maka kritikan dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan di dalam rangka perbaikan dan kesempurnaan penulisan ini.

-Amin Ya Rabbal A’lamin-

23 Muharam 1428 H Jakarta,1 Februari 2007 M

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sungguhpun Islam telah lama berada di Malaysia, tapi dengan datangnya penjajah barat ia telah meninggalkan beberapa kesan negatif terhadap umat, terutamanya dalam aspek hukum. Antara lain kesan negatif itu terhadap umat Islam adalah menimbulkan rasa tidak yakin terhadap keupayaan sendiri dan sikap kebergantungan kepada kuasa dan budaya barat. Dengan itu maka timbullah sikap mencemuh hukum Islam itu sendiri, seperti ianya didakwa telah ketinggalan zaman, zalim dan tidak sesuai dan terutama sekali boleh menimbulkan ketegangan kaum dalam sebuah negara, dan pelaksanaanya akan membawa kepada tekanan kuasa barat terhadap negara tersebut.

Masalah lain yang timbul adalah keterbatasan ilmuan yang benar-benar mahir dalam bidang hukum Islam yang mampu memenuhi keperluan dan tuntutan semasa untuk keperluan negara moderen. Ditambah lagi dengan kejahilan besar sebahagian umat terhadap hukum Islam itu sendiri. Malah hukum Islam yang benar –benar lengkap untuk pelaksanaan di negara moderen belum ada model yang jelas.

Selain daripada itu kelemahan umat dari segi, sosial dan pendidikan juga menjadi masalah kepada penghayatan dan hukum Islam yang menyeluruh. Walaupun pelbagai permaslahan yang timbul yang menjadi masalah kepada penerapan hukum Islam dalam konteks Malaysia terutamanya Kuching Sarawak,

(10)

permasalahan ini semakin dirasakan berkurangan dan penghayatan Islam semakin meningkat. Walau bagaimanapun ia dianggap tidak lengkap kalau sekiranya hukum Islam yang menyeluruh itu tidak dilaksanakan spenuhnya.

Makanya, semua pihak harus mengambil langkah yang positif bagi menggunakan keupayaan masing-masing untuk meningkatkan penghayatan dan penerapan hukum Islam yang menyeluruh. Ahli politik hendaklah berperanan lebih berani untuk mengembalikan identitas Islam itu itu dalam persepktifnya yang benar, dan bagi ahli hukum dalam bidang sipil atau syariah perlu berusaha untuk membersihkan undang-undang sekular daripada unsur-unsur yang bercanggah dengan Islam dan undang-undang atau hukum Islam pula perlu difahami serta diamalkan mengikut perubahan semasa.

Dalam penerapan hukum Islam kita perolehi ada dua pendekatan yang digunakan. Pertama, hukum Islam mesti dihayati dan dilaksanakan sepenuhnya, tanpa mengambil kira kondisi ekonomi, sosial, pendidikan dan politik masyarakat. Manakala pendekatan kedua adalah penerapan Islam perlu mengambil kira kondisi masyarakat dari segi ekonomi, sosial, pendidikan dan politik umat. Maksudnya, penerapan Islam dapat dijalankan apabila kebutuhan asas masyarakat di segi ekonomi, sosial, pendidikan dan politik diselesaikan.

(11)

Penerapan Dalam Batas-Batas Pergaulan Antara Laki-laki Dan Wanita Dalam Masyarakat Kini”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi pada: 1. Pembatasan Masalah

Mengingat bahwa ruang lingkup hukum Islam yang begitu luas, juga agar pembahasan skripsi ini menjadi lebih praktis dan operasional sehingga para pembaca sekalian dapat mengoptimalkan manfaat dari skripsi ini, maka penulis memandang perlu diadakan pembatasan dan perumusan bagi persoalan-persoalan di atas. Permasalahan di atas dapat diuraikan secara lengkap dalam skop dan batas-batas berikut:

1. Kajian ini hanya membahas tentang hukum Islam yang berkaitan dengan pergaulan antara laki-laki dan wanita dalam masyarakat dan penerapannya. 2. Melihat dan menganalisa jenis undang-undang yang diberlakukan

Selanjutnya, bagi mencapai sasaran dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis memandang perlu mempertajam masalah dengan melakukan perumusan masalah. Setelah diidentifikasi, masalah ini dirumuskan seperti berikut:

a. Bagaimana hukum Islam mengatur pergaulan antara laki-laki dan wanita? b. Sejauh manakah peran undang-undang yang diberlakukan bagi masyarakat

(12)

C. Tujuan Penulisan Dan Manfaat Penelitian

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memperlihatkan batas-batas pergaulan antara laki-laki dan wanita yang dipandang menurut kacamata hukum Islam. Dan juga menjelaskan bagaimana hukum itu berfungsi dalam hal yang berkaitan dengan pergaulan ini. Penulisan ini juga menjelaskan bentuk pergaulan yang bagaimana yang bisa dihadapi oleh masyarakat Islam dalam bermuamalah. Selain itu, penulisan ini menjelas bagaimanakah hukum pergaulan di Kuching dan undang-undang yang diberlakukan dalam persoalan ini. Dan peran pemerintah dalam menerapkan hukum yang berkaitan batas-batas pergaulan ini.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Agar mengetahui batas-batas pergaulan antara laki-laki dan wanita yang dibenarkan oleh Islam dan kondisi seperti apakah Islam membenarkan pergaulan antara laki-laki dan wanita.

2. Penelitian ini akan memperluaskan wawasan dan intelektualitas umat Islam, para pelaku akademisi, pemerintah dan pegawai JAIS dibidang hukum terutamanya dalam hal yang berkaitan dengan batas-batas pergaulan antara laki-laki dan wanita.

3. Fakultas, dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan khazanah ilmu dan pertukaran pemikiran serta literasi pada fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

(13)

terkumpul dan diolah berdasarkan proses pengamatan dan lebih bersifat deskriptif (pemaparan)

Proses pengumpulan data yang dilakukan penulis untuk menghasilkan penelitian kualitatif menggunakan pengambilan data primer dan sekunder. Data primer yaitu, data yang penulis langsung dapatkan dari petugas atau sumber pertamanaya dimana data primer tersebut penulis dapatkan dari Jabatan Agama Islam Sarawak (JAIS) disamping data primer, terdapat data sekunder yang penulis dapatkan dalam bentuk dokumen-dokumen.

Dalam proses menyusun dan mengumpulkan bahan skripsi ini, peneliti menggunakan dua macam tehnis pengumpulan data, yaitu melalui penelitian perpustakaan (Library Reserch) dan penelitian lapangan (Field Research). 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan, yaitu dimana peneliti melakukan penelusuran literatur atau buku rujukan yang berkaitan dengan hukum Islam yang membicarakan mengenai batas-batas pergaulan antara laki-laki dan wanita. Untuk mendapat gambaran yang teoritis penulis telah melakukan penelitian terhadap beberapa undang-undang yang terdapat dalam buku Undang-Undang Sarawak Tahun 2001 mengenai Ordinan Kesalahan Jenayah Syariah 2001 dan bebrapa buku yang mebahaskan mengenai hukum Islam mengenai pergaulan.

2. Observasi

(14)

dan wanita. Kemungkinan pengamatan hanya dilakukan di sebahagian lapangan kajian sahaja.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai materi yang menjadi pokok penulisan dan memudahkan para pembaca dalam memahami tata aturan penulisan skripsi ini maka penulis menyusun sistematika penulisan seperti berikut:

BAB I : Dalam bab ini penulis menyajikan gambaran pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metedologi penelitian dan teknik penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II : Dalam bab ini penulis mencoba untuk melihat pengertian pergaulan, batas-batas pergaulan yang dibolehkan oleh Islam. Selain daripada melihat hukum pergaulan bebas antara laki-laki dan wanita yang dibolehkan dan pandangan Islam mengenai perkara ini.

BAB III : Dalam bab ini diterangkan bagaimana hukum Islam itu sendiri diterapkan di Kuching. Bagaimanakah pihak yang berwewenang memberlakukan undang-undang yang berkaitan dengan pergaulan bebas ini.

(15)
(16)

BAB II

BATAS-BATAS PERGAULAN ANTARA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM MASYARAKAT SEKARANG: SATU URAIAN HUKUM ISLAM

A. Pengertian Pergaulan

Islam memuliakan wanita sebagai manusia yang diberi tugas (taklif) dan tanggung jawab yang utuh seperti halnya laki-laki, yang kelak akan mendapatkan pahala atau siksa sebagai balasannya. Tugas yang mula-mula diberikan Allah kepada manusia bukan khusus untuk laki-laki, tetapi juga untuk perempuan, yakni Adam dan istrinya

!

"#$%#&'(

)* +

& ,-

./*0 1

23'4

5

68'9,:

);

< ='>"?

AB4

C

AD =

E9FG

H

8"

I ,-

JK,LM :NG

OPQR

Artinya: “Dan Kami berfirman: "Wahai Adam! Tinggalah Engkau dan isterimu dalam syurga, dan makanlah dari makanannya sepuas-puasnya apa sahaja kamu berdua sukai, dan janganlah kamu hampiri pokok ini, (jika kamu menghampirinya) maka akan menjadilah kamu dari golongan orang-orang yang zalim". (Q.S. al-Baqarah 2:35)

Banyak orang berlebihan dalam menggunakan istilah an-nizham al-ijitima’i untuk menyebut seluruh peraturan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat. Istilah yang lebih tepat untuk menyebut peraturan kehidupan bermasyarakat adalah anzhimah al-mujtama’ (sistem sosial). Sebab sistem ini hakikatnya mengatur seluruh interaksi yang terjadi dalam suatu masyarakat

(17)

tertentu tanpa memperhatikan ada tidaknya aspek ijtima (pergaulan/pertemuan laki-laki wanita). Dalam sistem sosial, tidaklah diperhatikan adanya ijitima karena yang dilihat hanyalah interaksi-interaksi yang ada. Dari sinilah muncul berbagai macam peraturan (sistem) yang bermacam-macam sesuai jenis dan perbedaan interaksinya, yang mencakup aspek ekonomi,pemerintahan, politik, pendidikan, pidana, muamalah dan sebagainya. Dengan demikian, penggunaan istilah an-nizam al-ijtima’i untuk menyebut sistem sosial tidaklah beralasan dan tidak sesuai dengan fakta. Lebih dari itu, kata ijtima’i adalah kata sifat bagi sistem (nizham). Pengertiannya, sistem tersebut dibuat hendaknya untuk mengatur berbagai problem yang muncul dari ijtima (pergaulan pertemuan laki-laki dan wanita,) atau berbagai interaksi (alaqah) yang timbul dari ijitima’i tersebut.1

Pergaulan (ijtima) seorang laki-laki dengan seorang laki-laki atau seorang wanita dengan dengan sesama wanita tidak memerlukan peraturan. Sebab, pergaulan sesama jenis tidak memerlukan peraturan. Sebab, pergaulan sesama jenis tidak akan menimbulkan problem ataupun melahirkan berbagai interaksi yang mengharuskan adanya seperangkat peraturan. Pengaturan kepentingan di antara keduanya hanyalah memerlukan sebuah peraturan (nizham) karena faktanya mereka hidup bersama dalam satu negeri, sekalipun mereka tidak saling bergaul. Adapun pergaulan antara laki-laki dan wanita atau sebaliknya, maka itulah yang menimbulkan berbagai problem yang memerlukan pengaturan dengan suatu peraturan (nizham) tertentu. Pergaulan laki-laki dan wanita itu pulalah yang melahirkan berbagai interaksi yang memerlukan pengaturan dengan

1

(18)

suatu peraturan tertentu. Maka peraturan pergaulan laki-laki dan wanita seperti inilah sesungguhnya yang lebih tepat disebut sebagai an-nizham al-ijtima’i. Alasannya, sistem inilah yang pada hakikatnya mengatur pergaulan antara dua lawan jenis (laki-laki dan wanita) serta mengatur berbagai interaksi yang timbul dari pergaulan tersebut.

#ST/ U

V$

$ G

Q>

<

D%'>A

I

,W-

G=*+"X

YZ"[ \

]^

D%

[<H

:

)_`a

"

b

cH

1

d,G

Y

$OePR

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenmengenal.”(Q.S. 49: al-Hujurat:13)

(19)

Allah telah menciptakan pada masing-masingnya potensi kehidupan (tahaqah hayawiyyah), yaitu potensi yang juga diciptakan Allah pada yang lainnya. Allah telah menjadikan pada masing-masingnya kebutuhan jasmani (hajat udhwiyyah) seperti rasa lapar, dahaga atau buang hajat serta berbagai naluri (ghara’iz), yaitu naluri yang mempertahankan diri, naluri melestarikan keturunan dan naluri beragama.

Pergaulan dalam bahasa Arab disebutkan ikhtilat barakar dari kalimat “khalata yakhlutu khaltan”. Yang berarti bercampur.2

Beberapa kata mempunyai makna baru dan bahkan ada yang meluas penggunaannya. Salah satunya adalah kata “percampuran atau pergaulan”.3 Dari perkataan berkenaan dengan percampuran antara laki-laki dan wanita dalam satu tempat, atau berbagai tempat.

Menurut kamus Malaysia Indonesia kalimat gaul, bergaul berarti bercampur, teraduk, menggaulkan dan mengaduk seperti pasir dengan semen.4

Sebenarnya pertemuan antara laki-laki dengan perempuan tidak haram, melainkan jaiz (boleh). Bahkan, hal itu kadang-kadang dituntut apabila bertujuan untuk kebaikan, seperti dalam urusan ilmu yang bermanfaat, amal saleh, kebajikan, perjuangan, atau lain-lain yang memerlukan banyak tenaga, baik dari laki-laki maupun perempuan.

2

Ibnu Manzur, Lisa al-Arab,jilid 9 h 120

3

Dr Yusuf Qradhawi Fiqih Wanita Segala Hal Mengenai Wanita, Bandung: Jabal 2006 Cet Ke-1 h 99

4

(20)

Namun, kebolehan itu tidak berarti bahwa batas-batas diantara keduanya menjadi lebur dan ikatan-ikatan syar`iyah yang baku dilupakan. Kita tidak perlu menganggap diri kita sebagai malaikat yang suci yang dikhawatirkan melakukan pelanggaran, dan kita pun tidak perlu memindahkan budaya Barat kepada kita. Yang harus kita lakukan ialah bekerja sama dalam kebaikan serta tolong-menolong dalam kebajikan dan takwa, dalam batas-batas hukum yang telah ditetapkan oleh Islam. Islam telah menggariskan batas-batas pergaulan antara wanita dan laki-laki.

Islam memandang pergaulan antara laki-laki dan wanita sebagai satu hal yang amat penting. Tetapi bagaimanapun juga, Islam telah menetapkan hukum secara umum mengenai masalah ini. Islam justru memperhatikannya dengan melihat tujuan atau kebaikkan yang hendak diwujudkan, atau bahaya yang dimungkinkan, gambarannya, dan syarat-syarat yang harus dipenuhinya atau lainnya. Sebaik-sebaik petunjuk dalam masalah ini ialah petunjuk Rasulullah, petunjuk para sahabat yang menjadi pedoman. Orang yang ingin memperhatikan petunjuk ini, niscaya akan tahu bahawa Islam tidaklah memenjarakan kaum wanita atau mengisolasi mereka seperti yang terjadi pada zaman kemunduran Islam.5

B. Pandangan Hukum Islam Mengenai Pergaulan Yang Bukan Mahram Adapun pandangan hukum Islam mengenai pergaulan ini adalah berdasarkan pada ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Islam itu sendiri. Kebolehan yang telah ditentukan oleh Islam itu tidak berarti bahawa

5

(21)

pertemuan antara laki-laki dan wanita dibolehkan tanpa melihat ikatan-ikatan syar’iyah yang baku dilupakan. Adapun ketentuan yang digariskan oleh Islam adalah untuk tujuan kebaikan seperti dalam urusan ilmu yang bermanfaat,amal saleh, kebajikan, perjuangan atau lain-lain yang memerlukan banyak tenaga, baik dari laki-laki ataupun perempuan.

1. Menahan pandangan dari kedua belah pihak6 berarti kedua belah pihak tidak boleh melihat aurat, memandang dengan syahwat, tidak boleh memandang terlalu lama tanpa ada keperluan. Firman Allah:

_

TfK, ,- "26

,gG

b

H1h 

,-

,CP=

i]<

b

HjN*k' "l

m2&

=

Y

,Gn"X

Yo"p'!

]^q5r

$sQ>

:a

t=Q

I

6Q<

sH

D%i

OPBR

Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat"(Q.S.24: An-Nur : 30)

2. Pihak wanita dan juga laki-laki harus mengenakan pakaian yang sopan yang

menutup seluruh anggota badan kecuali muka dan tapak tangan,7 kecuali laki-laki Dilarang mengenakan pakaian yang tipis yang terlalu ketat dan yang boleh

menunjukkan bentuk badan. Ini bisa membawa kepada tertariknya laki-laki terhadap wanita tersebut. Firman Allah:

_

,

,- "26

,gG

I

hNh'

,-

u ,CP=

i]<

I

N*k' "l

u 2&

=

);

6

Dr Yusuf Qradhawi Fiqih Wanita Segala Hal Mengenai Wanita, Bandung: Jabal 2006 Cet Ke-1 hh 107

7

(22)

Tfv,/]

u 2& 8 w Q!

x;Q>

-

=

&"2

& %,- OPeR

Artinya:”Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya”(Q.S.24: An-Nur: 31)

Namun ada beberapa riwayat para sahabat yang mengatakan bahawa perhiasan yang bisa tampak adalah muka dan telapak tangan. Allah befirman mengenai sebab diperintahkan-Nya berlaku sopan

Y

,Gn"X

oDy

s

I '

=

)*"

J'v"X "

Tz *+

{a

%1HNk*0

|6 ,5}1 OQhR

Artinya: “Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”(Q.S. 33: al-Ahzab: 59)

Dengan pakaian tersebut, dapat dibedakan antara wanita yang baik dengan wanita yang buruk. Bagi wanita yang baik-baik tidak ada laki-laki yang suka menganggunya, sebab pakaian dan kesopanannya mengharuskan setiap orang yang melihatnya untuk menghormatinya.

3. Mematuhi adab-adab Islam baik laki-laki dan wanita dalam segala hal, terutama dalam pergaulan.8

a) Dalam perkataan, wanita dan laki-laki haruslah menghindari daripada perkataan yang merayu dan membangkitkan rangsangan sehingga

8

Dr Yusuf Qradhawi Fiqih Wanita Segala Hal Mengenai Wanita, Bandung: Jabal 2006 Cet

(23)

berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik”

b) Dalam berjalan, wanita muslimah janganlah memancing pandangan orang laki-laki yang mungkin berniat jahat terhadap mereka. Firman Allah

b

);

J'Qt ~D•

u Q&Q

]1 UQ<

I^A

4,G

-

JK,k'

l

,-u Q&,8 w Q!

OPeR

Artinya: “Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan”(Q.S. 24: An-Nur: 31)

Hendaklah mencontohi wanita yang telah Allah tunjukkan dalam Al-Quran seperti yang difirmankan oleh-Nya:

5'?

a

5&5f

62&p

/ AQ>

Z€. 6"?

oA?

a

",8

O•QR

Artinya “Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan”(Q.S. 28: Al-Qashash: 25)

c) Dalam pergerakan, jangan berjingkrak atau berlenggang-lenggok, karena hal ini boleh menarik perhatian laki-laki.

(24)

5. Jangan berdua-duaan (laki-laki dan wanita) tanpa disertai dengan mahram. Banyak hadits sahih yang melarang hal ini seraya mengatakan karena yang ketiga adalah syaitan.

Jangan berdua-duan dengan yang bukan mahram. Hal yang serupa ialah keluarga perempuan yang bukan mahramnya, seperti kemenakannya baik dari pihak ibu atau ayah. Dia tidak boleh berkhalwat dengan mereka. Yang dimaksud dengan ipar yaitu keluarga isteri atau keluarga suami. Bahwa berkhalwat (bersendirian) dengan ipar akan membawa bahaya dan kehancuran, yaitu hancurnya agama kerana terjadinya perbuatan maksiat. Ini karena keluarga si isteri berburuk sangka kepadanya.9 Jadi berduaan dengan ipar lebih besar bahayanya daripada berdua-duan dengan orang lain. Sebabnya bisa saja dia dapat berbuat kebaikkan yang banyak kepada si ipar tersebut dan akhirnya memberatkan hati menerima suaminya sendiri. Karena bisa jadi ia mendapati beberapa hal yang suaminya sendiri tidak memilikinya atau pergaulan yang baik atau lainnya.10.

Walau apa pun, satu kesimpulan dapat dilakukan yaitu pergaulan antara laki-laki dan wanita bukan mahram adalah diharamkan. Namun pengharaman ini bukanlah didasarkan kepada suatu nash syara yang benar karena tidak ada nash syara yang jelas menyatakan demikian. Disamping itu oleh karena khalwat antara laki-laki dan wanita bukan mahram diharamkan, maka pergaulan antara laki-laki dan wanita bukan mahram juga adalah haram. Begitu juga, oleh karena wanita dilarang mengerjakan haji tanpa mahram kerana perbuatan itu mendekatkannya

9

Dr Yusuf Qradhawi Halal dan Haram,Bandung: Jabal 2007 Cet ke-1 h 159

10

(25)

kepada pergaulan dengan laki-laki maka semua bentuk pergaulan wanita dengan laki-laki bukan mahram adalah haram.

C. Hukum Pergaulan Antara Laki-Laki Dan Wanita Muda-Mudi Sekarang 1. Boleh bergaul karena kebutuhan.

a) Boleh bergaul karena urusan muamalah yang syar`i seperti jual beli dan lainnya

b) Boleh bergaul karena melaksanakan tugas kehakiman dan perbicaraan. Dalam Mazhab Hanafi wanita boleh jadi hakim dalam kasus-kasus bukan hudud, malah Mazhab al-Zahiri berpendapat boleh dalam semua kasus.

c) Boleh bergaul karena wanita perlu mengemukakan kesaksian dalam perbicaraan. Wanita memang boleh jadi saksi. Firman Allah

b

sQ‚"

]^:G

H

RJ KA

1

_

="

Rs

"?

I„]…

u6,-s]H e]="?

I ,-

, a

/#So†G

O••R

Artinya “Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang laki-laki (di antaramu). jika tak ada dua orang laki, Maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai”(Q.S. 2: al-Baqarah: 282)

Boleh bergaul kerana wanita menjalankan tugas-tugas kekuasaan. Umar bin Khattab telah melantik al-Syifa’ sebagai pegawai penguasa di majlis perbendaharaan.

(26)

menghidangkan makanan kecuali isterinya Ummu Usaid. Dia membasahkan kurma dan meletakkannya ke dalam tempat yang terbuat dari batu. Kejadian itu berlaku waktu malam. Apabila Baginda selesai makan Ummu Usaid membersihkan tangan Baginda dan memberinya minum. Dia melayani Baginda dengan baik. Jelas hadis ini menunjukkan Ummu Usaid berada bersama suaminya memberi khidmat kepada Rasulullah SAW sebagai tamu. Bagi saya, kedudukan Baginda sebagai Rasul perlu diperhatikan.11

e) Boleh bergaul karana menghormati tamu. Dalam Sahih Muslim dikisahkan tentang seseorang yang datang menemui Rasulullah SAW. Baginda lantas bertanya pada sahabat, siapa yang sanggup menerima laki-laki tersebut sebagai tamu. Seorang sahabat dari Anshar mengatakan “Saya ya Rasulullah”. Setelah itu dia pun kembali ke rumah bertanyakan isterinya “Kamu ada sesuatu untuk dimakan”?. Jawab isterinya “Tidak, kecuali untuk makanan anak-anak saya”. Jawab lelaki itu “Berikan mereka sesuatu, apabila tamu kita datang matikan lampu dan perlihatkan seolah-olah kita makan. Apabila dia mulai makan, kamu berdiri dan matikanlah lampu”. Suami isteri tersebut duduk bersama tamu mereka yang terus makan. Apabila subuh, laki-laki itu bertemu Rasulullah SAW, Baginda bersabda kepadanya “Allah kagum terhadap apa yang kamu lakukan kepada tetamu kamu malam tadi”. Hadis ini menunjukkan isteri Anshar tersebut berada bersama suaminya melayan tamu mereka makan.12

11

Muhammad Fuad Abdul Baqi Mutiara Hadits Sahih Bukhari Muslim, Surabaya 2007 Cet ke-3 h 134

12

(27)

f) Boleh bergaul dalam kendaraan umum karena keperluan menggunakannya. Wanita dibenarkan keluar untuk menunaikan keperluan yang syar`i seperti menziarahi keluarga, mendapat perawatan dirumah sakit dan lainnya. Ini membuatkan mereka (wanita) terpaksa menggunakan kendaraan umum. Mungkin berlaku pergaulan dalam kendaraan umum atau semasa menunggu untuk mendapat perawatan dokter atau semasa mengambil obat di apotek. Pergaulan wanita dan lelaki ajnabi dalam bentuk ini diharuskan atas dasar hajah dan kebutuhan syar`i dan dengan syarat mematuhi hukum-hukum dan adab-adab Islam lain.

g) Boleh bergaul karena tujuan berjihad fi sabilillah. Ini telah berlaku apabila sahabiyat turut serta dalam medan perang memberikan rawatan kepada mereka yang luka, menyediakan makanan dan mengantar pulang mereka yang syahid ke Madinah.

h) Boleh bergaul laki-laki dan wanita untuk tujuan mendapatkan nasihat, teguran dan bimbingan. (mendengar ceramah agama dalam konteks hari ini) Bukhari meriwayatkan daripada Ibnu Abbas: “Pada (suatu) hari raya Baginda keluar dan shalat dua rakaat. Baginda tidak solat sebelum dan sesudahnya. Kemudian baginda menarahkan kepada kumpulan kaum wanita dan mengarahkan mereka supaya bersedekah. Mereka pun menyerahkan gelang dan kalung. Hadis ini jelas menunjukkan kaum wanita turut berada dalam majlis tersebut.

(28)

sambutan hari tertentu dan lainnya. Dalam ziarah dan majlis seperti ini biasanya akan berlaku pergaulan antara wanita dan laki-laki dalam satu kamar, ruang, makan bersama dalam satu hidangan, atau mesyuarat di satu meja. Sudah pasti berlaku interaksi, pembicaraan dan sebagainya.

Pergaulan seperti ini adalah diharuskan dengan syarat semua pihak yang hadir haruslah berpegang teguh dengan hukum-hukum syara yang berkaitan dengan pakaian, percakapan dan pandang memandang antara laki-laki dan wanita. Mereka yang hadir haruslah menutup aurat dengan sempurna. Wanita tidak boleh menampakkan tubuhnya walau sedikit pun kecuali muka dan telapak tangan. Pakaian yang mereka pakai juga haruslah tidak tipis, tidak ketat sehingga mennampakkan bentuk tubuh mereka. Tidak bertabarruj. Percakapan mereka juga mestilah berlaku seperti biasa, tidak dimanja-manja dan dilunak-lunakkan. Pandang memandang haruslah tidak ada unsur nafsu dan syahwat, beradab, tidak berlaku khalwat, tidak bercampur aduk melampaui yang tiada batas. Jika hukum, peraturan, adab dan tata susila ini tidak dapat dipatuhi, pergaulan itu adalah dilarang.

D. Batas-Batas Pergaulan Antara Laki-Laki Dan Wanita Yang Dibolehkan

1. Ketika melakukan aktifitas sehari-hari13

Dalam pembahasan sebelumnya sedikit banyaknya telah menyinggung tentang kondisi seseorang yang sedang dalam aktifitas kesehariannya. Seperti wanita yang sedang beraktifitas di luar rumah tentunya akan besar

13

(29)

kemungkinannya berpapasan dengan laki-laki , wanita non muslim, dan anak-anak yang menjelang baligh (mumyyiz). Berkaitan dengan laki-laki ajnabi sudah jelas dalam pembahasan sebelumnya, menurut pendapat yang kuat jika dalam kondisi normal (bukan darurat dan keperluan muamalah) tidak boleh terlihat bagian tubuhnya. Demikian pula halnya wanita yang melihat kaum laki-laki yang sedang melakukan aktifitasnya, hanya saja para ulama mentolerir kondisi ini karena sudah menjadi hal yang umum wanita melihat laki-laki yang beraktifitas di tempat umum, selama tidak menimbulkan fitnah.

a . Fukaha’ telah mengharuskan pergaulan silang laki-laki untuk tujuan hajat dan

keperluan yang syar`i seperti dijelaskan di atas. Jika pergaulan karena kebutuhan seperti

menaiki kendaraan umum, melayani tamu, ziarah menziarahi diharuskan maka bergaul

antara laki-laki atau wanita untuk tujuan menuntut ilmu sepatutnya lebih diharuskan,

karena suasana menuntut ilmu lebih beradab, lebih wara dan lebih selamat daripada fitnah

dibandingkan majlis-majlis di atas. Namun pergaulan itu mestilah mematuhi

hukum-hukum syar’a, adab-adab Islam dan bersistem. Amat baik jika tempat wanita dalam majlis

itu di pisahkan dari tempat laki-laki. Bukan bergaul sampai ke tingkat yang lebih intim.

b. Keringanan Dalam Pengobatan

Adakalanya manusia berhadapan dengan keadaan darurat, dimana kehidupan seseorang sedang dalam kondisi tidak normal. Pada saat ini hukum tidak dapat diterapkan sebagaimana dalam kondisi normal, kondisi darurat membolehkan keringinan-keringanan yang berkaitan dengan kondisi itu.

(30)

membolehkan keringanan-keringanan yang berkaitan dengan kondisi itu. Jika seseorang sedang sakit dan butuh penanganan medis, maka baginya berlaku rukhsah dalam ketentuan tentang aurat. Orang yang mengobati boleh melihat dan menyentuh sesuai kebutuhan bagian tubuh yang akan diobati walau organ intim sekalipun. Seorang dokter laki-laki mengobati pasien wanita, demikian juga sebaliknya. Hanya saja para ulama berbeda pendapat dalam hal keharusan hadirnya mahram (suami).

c . Keringanan dalam bermua`amalah

Dalam bermuamalah misalnya, jual beli, baik si wanita yang membeli atau laki-laki yang membeli dari wanita, berlaku keringanan yaitu boleh melihat wajah si wanita14. Dalam aktifitas transaksi lain dibolehkan karena tabiat urusan jenis ini membutuhkan berlaku interaksi antara kedua pihak sebelum berlaku aqad. Jadi inti kebolehan melihat wajah adalah untuk mengenalnya, guna memudahkan proses hukum jika ada kecurangan. Menurut Imam Qurthubi “Kalau menurut biasanya muka dan dua telapak tangan itu dinampakkan, baik menurut adat ataupun dalam ibadah seperti shalat dan haji, maka layak kiranya kalui pengecualian itu kembalinya kepada kedua anggota tersebut.15

d . Keringanan Dalam Persaksian

Dalam persaksian, wanita bisa saja bergaul dengan laki-laki. Dalam hal ini, seandainya wanita enggan memperlihatkan wajahnya, maka wajahnya boleh dibuka oleh wanita yang lain supaya orang yang menjadi saksi dapat melihat

14

Ibid http:// tulisan_hasanoel_b_aurat_ dalam_persepktif_fuqaha_syafieah

15

(31)

untuk mengenal wanita dengan pasti. Kebolehan melihat dalam syahadah disesuaikan dengan kasus yang terjadi untuk zina.

e . Keringanan Semasa Bekerja

Semasa melaksanakan, pada kebiasaannya berlaku pergaulan antara laki-laki dan wanita. Pergaulan ini dibolehkan dengan syarat kedua belah pihak menjaga batas-batas syara seperti berpakaian menutup aurat, menundukkan pandangan, perbualan yang tidak mengandungi unsur-unsur fitnah dan tidak bisa berkhalwat.16

f . Keringanan dalam kendaraan umum.

Pergaulan antara laki-laki dan wanita dalam kendaraan umum dibolehkan atas alasan kebutuhan yang terdesak. Namun demikian, keharusan ini terletak pada syara bahwa wanita keluar rumah bukan untuk tujuan suka-suka. Dia haruslah bertujuan syar’i seperti bekerja untuk menangung keluarga, melayat keluarga yang sakit dan lain-lain

Bagi sebagian ahli fiqih shalat jamaah wajib atas laki-laki tetapi mereka sepakat mengatakan bahwa shalat jamaah tidak tidak wajib atas wanita, malah ia diharuskan sendiri saja. Itu hanya dengan syarat-syarat tertentu. Pensyaratan ini menunjukkan bahwa hukum asal pergaulan beda muhrim adalah dilarang. Walau bagaimanapun, wanita dibolehkan (harus) melakukan shalat jamaah di masjid. Hukum shalat di rumah lebih afdhal bagi wanita dan pengharusan berjamaah di

16

(32)

masjid bagi mereka dinyatakan Rasulullah dalam sabdanya yang melarang wanita dihalang ke masjid dan menyatakan rumah lebih afdhal bagi mereka17

Keizinan bagi wanita shalat berjemaah di masjid tidak mutlak. Ia diikat dengan berbagai syarat, izin suami atau wali, tidak memakai parfum, tidak berhias dan tidak bergaul dengan laki-laki semasa shalat di masjid. Syara menentukan barisan bagi wanita dalam solat jamaah mestilah di belakang barisan laki-laki. Penentuan ini pasti melalui nash hadis. Persyaratan-persyaratan yang dikenakan dalam hal wanita shalat jamaah dengan laki-laki ini menunjukkan bahawa pergaulan antara laki-laki dan wanita adalah haram. Apa lagi jika dihubungkan dengan persoalan kedudukan barisan bagi wanita, di belakang barisan laki-laki. Artinya wanita tidak boleh berada dalam satu barisan dengan laki-laki. Jika dalam solat yang suasananya penuh taqwa, jauh dari fitnah pun wanita tidak dibenarkan bergaul dalam satu barisan dengan laki-laki apa lagi dalam situasi lain yang jauh lebih tidak taqwa dan lebih mendekati kepada fitnah, sudah barang tentu tegahan bergaul dalam kondisi seperti itu lebih dilarang.

Kesimpulan daripada ini, pengharaman pergaulan laki-laki dan wanita adalah bersumber kepada nash yang melarang wanita bergaul dalam satu barisan sewaktu melakukan shalat jamaah bersama laki-laki di samping syarat-syarat lain. Ini berarti kebolehan berlaku pergaulan dengan wanita dan laki-laki adalah bergantung kepada syarat boleh berlakunya shalat jamaah wanita bersama

17

(33)

laki. Dengan kata lain, pergaulan wanita dan laki-laki, bukan boleh secara mutlak, tetapi boleh dengan syarat-syarat yang ditentukan.18

Ahli fikih sepakat wanita tidak wajib menunaikan shalat Jumat. Alasannya karena wanita sibuk dengan urusan rumah tangga dan dicegah keluar ke perhimpunan kaum laki-laki bagi menghindar fitnah. Alasan ini membawa arti bahwa hukum pergaulan antara wanita dan laki-laki adalah haram. Telah dinyatakan bahwa tiada nash sarih yang langsung mengharamkan pergaulan lak-laki dan wanita . Namun demikian, dalam konteks ini, kaidah al-Asl fi al-Asyia’al-Ibahah, tidak dapat digunakan untuk menyatakan bahwa hukum asal pergaulan laki-laki dan wanita adalah harus, karena nash-nash yang dikemukakan di atas secara tidak langsung telah mengandungi unsur-unsur larangan dari pergaulan antara laki-laki dan wanita. Oleh karena itu, keharusan yang mutlak dalam kasus ini sudah tidak ada lagi.

18

(34)

BAB III

PENERAPAN HUKUM ISLAM DI KUCHING DALAM PERGAULAN LAKI-LAKI DAN WANITA

A. Gambaran Umum Masyarakat Kuching Sarawak

(35)

Dengan kota Kuching sebagai ibukota, dua pertiga dari Sarawak adalah hutan hujan dan populasinya 1,7 juta yang terdiri atas 23 kelompok etnis. Sarawak sangat terkenal dengan keajaiban budaya dan alamnya. Burung engang, burung yang dilindungi, adalah lambang negara bagian.

Nama Sarawak berasal daripada nama Batang Sarawak atau Sungai Sarawak. Batang Sarawak meliputi kawasan di sekitar Kuching hingga ke seluruh Sarawak19. Negeri Sarawak atau juga dikenali sebagai Sarawak Bumi Kenyalang merupakan salah satu daripada 14 negeri (termasuk Wilayah Persekutuan yang membentuk Persekutuan Malaysia)20. Sarawak merupakan negeri yang terbesar di Malaysia. Kedua-dua Sarawak dan Sabah yang terletak di pulau Borneo biasanya digolongkan bersama sebagai Malaysia Timur.

Nama Sungai Sarawak adalah diambil dari nama sejenis galian batu bijih yaitu "serawak" yang mengandung belerang dan antimoni. Ini bertepatan sekali dengan sejarahnya yaitu semasa Sarawak di bawah pemerintahan Kesultanan Brunai, wilayah Sarawak ketika itu kaya dengan antimoni. Sarawak terasing daripada Semenanjung Malaysia ke barat dengan Laut Cina Selatan yang kira-kira 600 km dan dicantum ke negeri Sabah secara langsung ke timur laut di mana kesultanan Brunei di tengah-tengahnya. Atas tanah, negeri ini berdekatan dengan Kalimantan, Indonesia.

Sarawak adalah kawasan tropika dengan iklim khatulistiwa yang panas dan lembap sepanjang tahun. Hutan Sarawak adalah sumber dan aset yang paling penting.

19

Zainal Abidin, “Sejarah Sarawak” artikel diakses pada 16 Maret 2007 dari http;//ms.wikipedia.org/wiki/sejarah Sarawak.

2 Ibid., h.2

(36)

B. Agama dan kepercayaan

Pada tahun 2002, data dari kantor “Jabatan Agama Islam Sarawak” masyarakat yang beragama Islam hanya sebesar 23 % berbanding agama-agama lain termasuk Kristian, Hindu, Buddha dan Atheis (tidak beragama). Sedangkan, ada juga masyarakat yang terlalu patuh dengan kepercayaan Animisme yang biasanya dianut oleh masyarakat yang tinggal di bagian pedalaman (terasing).

C. Kegiatan Sosial Budaya

Belbagai etnik di Sarawak telah mewujudkan Budaya yang berbeda tetapi masih memupuk semangat kebersamaan di masyarakat Sarawak.

D. Pendidikan

Penduduk Bumiputera Sarawak menerima pendidikan tidak formal dan formal. Pendidikan tidak formal melalui cerita lisan yang berkaitan dengan amalan dan kepercayaan turun temurun seperti cara berburu dan memungut hasil hutan. Biasanya pendidikan formal dijalankan di masjid dan sekolah agama yang diajarkan kepada anak-anak manakala pendidikan Agama Islam ialah membaca al-quran dan tulisan jawi.(tulisan begon)

(37)

a. Setiap suku etnik mempunyai adat istiadat yang tersendiri.

b. Mereka yang beragama Islam adalah berasaskan ajaran Al-Quran dan Sunnah.

c. Mereka yang bukan beragama Islam akan patuh pada cara hidup dan adat istiadat yang diwarisi turun-temurun daripada nenek moyang mereka . d. Masyarakat bumiputera Sarawak mempunyai tuan rumah yang

bertanggungjawab untuk menyelesaikan masalah perkawinan, perceraian, peraturan dan perayaan.

e. Dua upacara penting yang perlu ditentukan oleh tuan rumah ialah hari gawai dayak atau pesta menuai dan perayaan berangi

E. Jenis Tindakan Dan Undang-Undang Yang Diberlakukan Dalam Pergaulan Antara Laki-Laki dan Wanita

Dari hari ke hari, masyarakat Islam di Sarawak semakin menuju ke arah moderenisasi. Dalam menjalankan kehidupan ini, masyarakat seringkali terlibat ke arah kemaksiatan tanpa mereka sadari. Dilihat semakin terjadinya masalah sosial syariah ini, maka sudah pasti tugas JAIS atau Dapartemen Agama di Sarawak terutamanya di Kuching ini semakin bertambah berat. Kriminal syariah yang melibatkan pergaulan bebas antara laki-laki dan wanita zaman sekarang tidak hanya melibatkan kesalahan satu kedudukan, bahkan dia melibatkan kriminal yang lebih berat seperti melahirkan anak di luar nikah dan sebagainya.

(38)

yang perlu diambil. Kewajipan untuk membentras perbuatan maksiat ini juga telah ditekankan dalam firman Allah

]^d

+

t]=

I

M#$-\

P= I\

$

$% ,G

s V„2… U"?

=

6'G

Q<

Tz]H

& %"?

O

P=*‰ 26'G

sH

,- "

?

a

Q<

OeeBR

Artinya”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (Q.S.3: al-Imran: 110)

Berdasarkan ayat di atas, jelas kepada kita bahwa menghapuskan maksiat adalah satu kewajipan. Oleh karena itu, bagi merealisasikan maksud ayat ini, pihak JAIS berperan utama dalam tugas ini karana mereka mempunyai kuasa untuk berbuat demikian.

Bagi menjalankan tugas untuk mencegah kriminal syariah ini,tindakan Bagian Penguatkuasa dan Pendakwaan JAIS hendaklah tidak menyimpang jauh dari Pasal Kriminal Syariah 1991, tidak kepada pasal kriminal jenayah yang lain. Jika dilihat kepada serangkaian jenis kesalahan daripada empat puluh satu kesalahan itu yang sering dilakukan adalah:

1. Perbuatan kurang sopan (pasal4); 2. Sewenang-wenang (pasal 5);

3. Laki-laki meyerupai wanita (pasal 6); 4. Khalwat (pasal 8);

(39)

7. Hamil dan melahirkan anak di luar nikah (pasal 15); 8. Anak dara kabur dari penjagaan orang tua (pasal 20); 9. Minum minuman haram (pasal 25);

10. Menjual, makan dengan sengaja dan sebagainya dalam bulan puasa (pasal 26);

11. Ingkar perintah mahkamh (pasal 28); 12. Mengajar agama tanpa kebenaran (pasal 38).

Daripada tiga belas kesalahan kriminal syariah di atas, penulis hanya membahaskan tindakan-tindakan yang dilakukan berkaitan dengan pergaulan bebas antara laki-laki dan wanita yaitu kasus khalwat. Ini karena penulis melihat bahwa daripada kasus khalwat inilah bermulanya perbuatan tidak sopan sehingga berlaku beberapa kesalahn lebih berat termasuk melahirkan anak di luar nikah. Bagi melaksanakan tugas pencegahan maksiat ini, UU Tahun 1991 telah menetapkan prosedur yang terentu. Ini jelas dalam pasal 3 Kriminal Syariah yaitu:

“Semua kesalahan yang mana Mahkamah mempunyai bidang kuasa hendaklah diperiksa dan dibicara menurut peruntukan yang terdapat dalam pasal ini”

(UU Kriminal Syariah 1991)

(40)

Dalam kasus khalwat, bagi membuktikan kesalahan khalwat, terdapat tiga unsur penting yang harus dibuktikan. Jika kurang daripadanya tiga bukti tadi maka si tertuduh bisa dikenakan kesalahan khalwat21. Tiga unsur tadi adalah:

a. Dikurung di dalam rumah atau tidak menampakan diri; b. Mendatangkan syak;

c. Bersama perempuan yang bukan mahrm selain daripada isteri atau laki-laki bukan mahramnya selain suami.

Dilihat kepada prosedur yang dinyatakan, bagi menetapkankan kesalahan seseorang itu bukanlah satu perkara yang mudah. Ia memerlukan bukti yang kuat dan saksi-saksi yang dapat dipercaya. Orang-orang yang dibenarkan menangkap serta memeriksa kesalahan kriminal syariah ini adalah pegawai-pegawai penegak hukum serta polisi. Selain daripada ketua masyarakat yang diyakini sebagai pegawai sipil oleh pasal 3 Undang-Undang Sarawak 1985 dan boleh juga dilantik sebagai Pegawai Penegak hukum Agama. Perkara ini berdasarkan Pasal 22 (4) Ayat Mahkamah Syariah 1991 (Bagian Penegak hukum JAIS). Selain itu, Kepala Jabatan Agama Islam boleh melantik pegawai penegak hukum Agama atas budi bicaranya. Perkara ini jelas dinyatakan dalam Pasal 22 (4) Mahkamah Syariah 1991.

1. Tindakan Yang Dilaksanakan Berdasarkan Maklumat

Tindakan atau langkah yang diambil oleh Bagian Penegak hukum boleh dikategorikan kepada dua jenis yaitu;

a. Tindakan yang dilakukan berdasarkan maklumat;

21

(41)

b. Tindakan yang dilakukan semasa razia.

Tindakan yang dilakukan berdasarkan maklumat ini dilakukan setelah pihak Penegak hukum menerima laporan. Laporan tersebut boleh dilakukan secara tertulis di Kantor Bagian Penegak hukum atau boleh dilaporkan terus melalui telepon. Sekiranya kriminal tersebut dilakukan di tempat umum, laporan yang diterima akan ditulis dalam formulir 5 yang disediakan oleh bagian tersebut.

Setelah laporan diterima, maka interograsi akan dilakukan. Namun interograsi ini hanya boleh dilakukan setelah mendapat kebenaran daripada Pegawai Mahkamah Syari. Pemohonan untuk memeriksa ini boleh dilakukan setelah formulir permohonan untuk memeriksa diluluskan. Akan tetapi, jika maklumat yang diterima tidak benar, maka laporan dari orang yang melihat itu akan disimpan sebagai simpanan saja hingga ada laporan lain yang diterima, maka pada ketika itu satu lagi pemeriksaan akan dilakukan bagi mempastikan kebenaran laporan tersebut.22

Sekiranya laporan tadi benar maka razia akan dilakukan ke tempat yang dinyatakan. Sebelum razia dilakukan para Pegawai Agama akan melakukan pemeriksaan bagi mempastikan kedudukan serta lokasi tempat dengan tepat. Ini adalah untuk mempermudah razia dilaksanakan. Razia juga hanya dilakukan setelah mereka mendapat maklumat yang benar. Namun sekiranya semasa razia dilakukan dan didapati tidak benar, maka sekali lagi maklumat si pelapor akan

22

(42)

disimpan. Dan sekiranya perlu para Pegawai Agama akan mengadakan razia susulan untuk mendapatkan bukti.

Berbeda pula apabila terdapat bukti yang didapati semasa razia dilakukan. Bagi kasus khalwat kasus ini kemungkinan akan menjadi kasus tangkap atau kasus tilang. Ia boleh menjadi kasus tilang jika unsur-unsur yang terdapat dalam kasus tersebut tidak terdapat dalam Ayat 18 dan 19 Pasal Kriminal 1991. Walau bagaimanapun, sekiranya unsur kasus tersebut terdapat dalam Ayat 18 dan 19 Pasal Kriminal, maka ia akan menjadi kasus boleh tangkap. Contoh kasus khalwat yang menjadi kasus boleh tangkap adalah apabila alamat pesalah tersebut bukan dalam Propinsi Sarawak atau beliau dipercayakan memberi keterangan tidak benar. Seseorang yang dikenakan kasus tangkap hanya boleh ditangkap tidak melebihi 24 jam saja. Tempo ini tidak termasuk masa perjalanan atau libur. Namun jika pesalah tersebut membayar uang jaminan, maka ia akan dibebaskan segera.

Semasa tangkapan dilakukan, yaitu ketika berada di tempat razia, beberapa tindakan yang mesti dilakukan oleh Pegawai Penegak hukum Agama. Menurut penelitian daripada Pegawai Penegak hukum Agama, semasa tangkapan tersebut dilakukan, para pesalah akan diambil keterangan mereka dan diambil foto. Pasangan yang bukan Islam akan diambil keterangan saja.

(43)

tanpa hukuman oleh mahkamah. Ini karena dalam Islam, setiap kesalahan atau perbuatan yang dilakukan akan mendapat balasannya yang setimpal.

Bagi yang mengaku kesalahannya,orang tersebut akan dibebaskan dengan jaminan, tapi beliau kan dipanggil semula untuk dibicarakan sekali lagi dengan mengemukakan saksi-saksi. Saksi ini adalah terdiri daripada saksi bagi pihak tergugat dan saksi bagi pihak penggugat. Sekiranya beliau masih tidak mengaku, maka salah satu yang tergugat akan dibebaskan. Walaupun begitu, jika kesalahannya dapat dibuktikan, maka dia akan dikenakan hukuman.23

Prosedur kasus khalwat yang termasuk dalam kasus tilang ini mempunyai sedikit perbedaan dengan kasus boleh tangkap. Orang yang ditilang tanggal perbicaraannya ditentukan. Sekiranya dia gagal hadir pada hari yang ditentukan, maka surat tangkap akan diberikan. Surat ini hanya boleh diberi mengikut Pasal 31 Hukum Kriminal Syariah 1991.

2 Tindakan Yang Dilakukan Berdasarkan Razia

Selain daripada melakukan tangkapan berdasarkan laporan daripada masyarakat, pihak Bagian Penegak hukum Jabatan Agama Islam Sarawak (JAIS) juga mengadakan razia dari semasa ke semasa. Masa razia ini seringkali tidak ditentukan. Kebiasaannya para Pegawai Penegak hukum ditemani oleh anggota polisi yang menjamin keselamatan para Pegawai Penguatkuasa yang mudah terkena bahaya.24

Razia yang dilakukan ini hanyalah melibatkan kawasan di sekitar Bandaraya Kuching saja. Tangkapan biasanya dilakukan di kawasan taman-taman

23

Ibid h 39 24

(44)

bunga dan kawasan yang rawan terdapatnya pasangan yang berkhalwat. Kesalahan yang biasa didapati tidak hanya melibatkan kasus khalwat, bahkan kebanyakkan kasus yang dijumpai adalah berkelakuan tidak sopan, minum minuman memabukkan dan beberapa kesalahan lain. Golongan yang terlibat dalam kasus ini adalah anak muda dan orang dewasa. Pelaku-pelaku yang besalah ditahan dan diambil keterangan dan mereka dipanggil ke kantor Bagian Penegak hukum untuk dinterogasi. Mereka juga akan dibawa ke pengadilan agama untuk pembicaraan.

F. Peranan Kerajaan Dalam Menerapkan Hukum Islam Terhadap Kesalahan Khalwat

Disamping mengadakan razia dan mendapat laporan dari banyak orang, Unit Penegak hukum juga turut mengantar para pegawai mereka ke sekolah-sekolah di sekitar Bandaraya Kuching. Para pegawai Penegak hukum ini diamanahkan untuk menyampaikan ceramah serta nasihat yang berkaitan dengan kesalahan kriminal syariah. Target utama mereka adalah anak-anak sekolah SMA yang msih bersekolah. Selain itu, dijelaskan juga tentang dampak perbuatan tersebut dan hukuman yang dikenakan

(45)

Dalam usaha untuk membendung kesalahan kriminal syariah ini, tindakan yang diambil oleh JAIS umumnya agak berbeda sedikit dengan Jabatan agama yang terdapat di negeri Bagian di Semenanjung Malaysia. Ia jelas dari segi tindakan selepas pesalah-pesalah itu telah divonis dengan kesalahan khalwat. Contohnya kesalahan khalwat seringkali dijadikan bahan dalam koran-koran dan nama sebenar pesalah digunakan dalam koran tersebut.

1. Memberi hukuman kepada pelaku khalwat

Syariat Islam telah menetapkan bahawa kriminal yang tidak dikenakan hukuman hudud, qisas atau diyat akan dikenakan hukuman ta’zir. Contoh hukuman yang dikenakan ta’zir adalah seperti riba, khianat dan korupsi. Oleh karena kriminal khalwat tidak dikenakan hukuman qisas atau hudud atau diyat maka pelakunya akan dikenakan hukuman ta’zir. Hukuman ta’zir bertujuan memberi asuhan atau didikan kepada pelaku.

Maksud ta’zir dari segi bahasa adalah mencegah dan melarang. Dari segi istilah ialah pembalasan yang tidak ditentukan kadarnya berdasarkan nas. Hukuman ini diwajibkan karena ia meliputi hak Allah dan hak manusia. Disebabkan hukuman ini tidak ditentukan kadarnya oleh nash, maka pemerintah atau qadhi bertanggung jawab menentukan kadar hukuman tersebut. Akan tetapi, pemerintah atau qadhi yang mujtahid masih berpegang kepada syarat-syarat yang ditentukan oleh syara. Syarat-syarat tersebut seperti berikut:

(46)

2. Kadar hukuman yang dikenakan bersesuaian dengan kriminal yang dilakukan.

3. Kesan hukuman itu diyakini tidak akan membawa darurat kepada masyarakat dan kehormatan manusia.

4. Pelaksanaan hukuman hendaklah adil tanpa membedakan kedudukan pelaku kriminal.25

Berdasarkan definisi ta’zir di atas, oleh karena hukuman kesalahan khalwat ini tidak ditetapkan oleh Al-Quran dan hadits maka ia juga dikenakan hukuman ta’zir. Bagi negeri Bagian Sarawak,hukuman ta’zir yang dikenakan atas pelaku hendaklah berdasarkan kepada Pasal Kesalahan Kriminal Syariah 1991. Hukuman terhadap kriminal khalwat ini terdapat dalam Ayat 8 yang dikenakan hukuman tilang tidak melebihi dua ribu ringgit (Rp 5 juta)atau penjara tidak lebih daripada 1 tahun atau keduanya sekali.

25

(47)

BAB IV

KEBERHASILAN TINDAKAN YANG DILAKUKAN OLEH PIHAK YANG BERWENANG

Dalam membicarakan mengenai tindakan yang dilaksanakan oleh pihak yang berwenang khususnya, memang tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat tanda dampak positif terhadap tindakan yang dilaksanakan oleh pihak berwenang. Meskipun ia tidak menunjukan kejayaan yang total, namun ia telah dapat mengurangi penangkapan kasus-kasus khalwat. Ini dapat dilihat pada statistik penangkapan kasus khalwat dilakukan dari tahun 2000-2002:

Jadual: Catatan Tngkapan Tahunan Bahagian Penguatkuasa dan Pendakwahan Jabatan Agama Islam Sarawak (JAIS)26 Tahun

Jumlah Tangkapan Pria

Jumlah Tangkapan Wanita

Jumlah

26

(48)

2000 20 21 41

2001 18 14 32

2002 12 12 24

Daripada bilangan tangkapan yang dilakukan oleh Bahagian Penegak hukum dan Pendakwahan pada tahun 2000 jumlah tangkapan adalah empat puluh satu orang. Ini merujuk kepada jumlah laki-laki sebanyak dua puluh orang dan wanita pula dua puluh satu orang. Pada tahun 2001 pula bilangannya menurun kepada tiga puluh dua orang saja dengan jumlah laki-laki seramai delapan belas orang dan wanita sebanyak empat belas orang. Dan pada tahun 2002, jumlah yang tercatat hingga bulan Mei hanya dua puluh empat orang yaitu sebanyak dua belas laki-laki dan dua belas wanita. Daripada jadual tadi didapati tidak ada persamaan jumlah pelaku laki-laki dan wanita yang tercatat. Kondisi ini berlaku karena terdapat pasangan mereka yang tidak beragama Islam dan mereka tidak boleh divonis dengan kesalahan khalwat.

Menurut Pak Merais27 yaitu Pembantu Penegak hukum, keberhasilan ini jelas jika dilihat semasa razia dilakukan. Sebagai contoh adalah sekitar tahun 2000, kasus khalwat ini lebih mudah ditemui, namun pada masa kini tangkapan yang berkaitan dengan kasus khalwat kurang ditemui. Kebanyakan adalah yang terkait dengan pelakuan tidak sopan.

Dari pengamatan penulis, penurunan statistik jumlah tangkapan ini terkait dengan beraneka cara tindakan atau langkah yang diambil oleh kerajaan

27

Wawancara bersama Pembantu Penegak Hukum JAIS di kantor JAIS tanggal 15 Januari 2007 jam 2.30 sore.

(49)

terutamanya Jabatan Agama Islam Sarawak. Ceramah-ceramah dan pembagian risalah-risalah sedikit sebanyak telah memberikan kesadaran kepada umat Islam di Sarawak.

A. Contoh Kasus Khalwat

Contoh 1 kasus khalwat yang melibat pasangan pria Islam dan wanita mualaf. Kasus Kriminal : No 56/95

Tempat : Mahkamah Syariah Kuching

Waktu : 9.20 pagi

Tanggal : 5.3.2000

Di hadapan : Awang Suhaili bin Ledi

Pendakwa : Ahmad Sukarno Saini

Tersangka : Mahmud Ali (nama samaran) Dalam mahkamah terbuka .

Tersangka hadir dan bersumpah dengan berkata benar. Pertuduhan dibaca oleh Pegawai mahkamah.

Fakta Kasus

(50)

bersama dengan Norain Binti Abdullah (nama samaran). Tersangka duduk dengan meletakkan tangan di atas pundak wanita. Pasangan wanita adalah mualaf yang berasal dari Kota Samarahan.

Pendakwa :

Memohon tersangka dikenakan hukuman yang setimpal dengan kondisi mereka agar menjadi pengajaran kepada mereka

Tersangka: Berumur 25 tahun

Pekerjaan mengambil upah berkebun di kampung dan itu bukan pekerjaan yang tetap. Tersangka belum menikah.

Mahkamah:

Setelah mendengar pengakuan salah tersangka terhadap pertuduhan yang dibacakan dalam fakta kasus, maka mahkamah dengan ini menyatakan tersangka Mahmud Ali (nama samaran) telah melakukan kesalahan khalwat Pasal No 8 Ayat Kriminal Syariah 1991

Keputusan Mahkamah

Tersangka ditilang RM 600.00 (Rp 1.5 juta atau 7 hari penjara jika gagal membayar tilang tersebut

B. Contoh Kasus Khalwat Yang Melibatkan Pasangan Beragama Islam dan belum Berkawin

(51)

Tempat : Mahkamah Syariah Kuching Di hadapan : Awang Suhaili Ledi

Masa : 8.55 pagi Tanggal : 4.3.2000 Diantara

Pendakwa : Ustaz Ahmad Sukarno Saini Terdakwa : Umar bin Ahmad (nama samaran)

Mahkamah sekali lagi membacakan pertuduhan karena tersangka kurang memahami fakta kasus tersebut. Tersangka bertanya mengapa kasus tersebut tidak didengar selepas tersangka ditahan. Pendakwa menjelaskan bahwa kasus tersebut adalah kasus tilang. Oleh karena itu, kasus ini tidak didengarkan pada saat itu. C. Fakta Kasus Khalwat

Ketika ditemui oleh Pegawai Penegak hukum, tersangka barada di 136 H.A.R Enterprise. Semasa razia, tersangka tidak mengenakan pakaian. Menurut tersangka, perlakuan bercumbu adalah perkara lumrah baginya. Keduanya telah berkenalan selama 3 tahun dan sering menjemput pasanganya dari sekolah. Tersangka bekerja sebagai pedagang.

Tersangka telah mendengar pertuduhan kasus, dan mengaku benar apa yang dinyatakan dan mengaku bersalah. Tersangka belum menikah dan mempunya penghasilan yang tidak tetap.

(52)

Mahkamah telah menetapkan bahawa tilang sebanyak RM 700.00 (Rp1.8 juta) atau 10 hari penjara sekiranya gagal membayar tilang. Bayaran secara nyicil ditolak.28

BAB V PENUTUP A Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian terhadap hukum Islam yang membahas tentang penerapannya dalam batas-batas pergaulan antara laki-laki dan wanita, maka disimpulkan bahwa:

1. Adapun bagaimana hukum Islam itu mengatur mengenai pergaulan adalah berdasarkan pada ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Islam itu sendiri. Islam memandang berat mengenai pergaulan antara laki-laki dan wanita ini sebagai mana yang telah digariskan dalam Islam. Kebolehan yang telah ditentukan oleh Islam itu tidak berarti bahawa pertemuan antara laki-laki dan wanita dibolehkan tanpa melihat ikatan-ikatan syar’iyah yang baku dilupakan. Adapun ketentuan yang digariskan oleh Islam adalah untuk tujuan kebaikkan seperti dalam urusan ilmu yang

28

(53)

bermanfaat,amal saleh, kebajikkan, perjuangan atau lain-lain yang memerlukan banyak tenaga, baik dari laki-laki maupun perempuan. Pandangan hukum Islam dalam pergaulan ini hanya sebatas perkara yang dinyatakan tadi.

2. Dalam menjalankan kehidupan ini, masyarakat seringkali terlibat ke arah kemaksiatan tanpa mereka sadari. Dilihat semakin terjadinya masalah sosial syaria’h ini, maka sudah pasti tugas JAIS atau Dapartemen Agama di Sarawak terutamanya di Kuching ini semakin bertambah berat. Kriminal syariah yang melibatkan pergaulan bebas antara laki-laki dan wanita zaman kini tidak hanya melibatkan kesalahan yang sama, bahkan melibatkan kriminal yang lebih berat seperti melahirkan anak di luar nikah dan sebagainya. Ianya memerlukan bukti yang kuat dan saksi-saksi yang dapat dipercaya. Orang-orang yang dibenarkan menangkap serta memeriksa kesalahan kriminal syariah ini adalah pegawai-pegawai penegak hukum serta polisi. Selain daripada ketua masyarakat yang diyakini sebagai pegawai sipil oleh pasal 3 Undang-Undang Sarawak 1985 dan boleh juga dilantik sebagai Pegawai Penegak hukum Agama. Perkara ini berdasarkan Pasal 22 (4) Ayat Mahkamah Syariah 1991 (Bagian Penegak hukum JAIS). Selain itu, Kepala Jabatan Agama Islam boleh melantik pegawai penegak hukum Agama atas budi bicaranya. Perkara ini jelas dinyatakan dalam Pasal 22 (4) Mahkamah Syariah 1991. . Pelaku yang ditangakap agan dikenakan sanksi penjara atau tilang atau keduanya sekali. Namun hukuman ini belum lagi menyedarkan mereka.

Undang-41

(54)

undang yang dijalankan mestilah tegas bersesuaian dengan hukum zina jika didapati telah melakukan perzinaan.

B. Saran-saran

Penulis berpendapat bahwa pergaulan bebas antara laki-laki dan wanita ini suatu hal yang tidak boleh dianggap sebagai hal yang sepele. Ini kerana dalam masyarakat yang beragama Islam kita seharusnya mengikuti garis panduan yang telah di atur oleh Islam. Dampak daripada khalwat ini besar yang sehingga membawa kepada perzinaan. Maka, berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan penulis, penulis memberikan beberapa saran sebagai langkah untuk memberantas khalwat dikalangan masyarakat antaranya:

1. Pemerintah hendaklah bersikap positif dalam menjalankan hukum Islam. Islam telah mengatur bagaimana hubungan antara laki-laki dan wanita, jadi aturan yang tadi hanya dijalankan dan tindakan juga hendakalah mengikut aturan yang dinyatakan oleh Islam. Pemerintah juga haruslah bertanggung jawab terhadap masyarakat yang seringkali melakukan keslahan yang sama yaitu khalwat. Pelaku yang didapati bersalah dan didapati berzina hendaklah dicambuk dan sebaliknya sebagaimana hukum Islam. Mengenakan hukuman yang berat terhadap pelaku.

(55)

masyarakat bekerjasama dalam membrantras masalah khalwat. Menjaga adab-adab pergaulan antara laki-laki dan wanita walau dimana berada. Mematuhi setiap tindakan yang membawa kepada terjadinya pergaulan bebas atau khalwat.

3. Setiap individu laki-laki dan wanita haruslah menjaga kehormatan masing-masing. Islam tidak melarang pergaulan bebas tetapi haruslah berdasarkan kepada kebutuhan yang utama. Tidak terlalu mengikut hawa nafsu semata-mata dan tidak dalam keadaan yang boleh membawa hubungan keduanya kepada zina, dan menghampirinya. 4. Kepada teman-teman semua agar dapat melanjutkan karya ilmiah ini

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Abd Rauf, Idris, Kamus Idris al-Marbawi Arab-Melayu Beirut: Dar al Fikr

Abd Halim M.A, Politik Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: Ciputat Press 2005 Cet Ke-1

Amran YS Chaniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung, Pustaka Setia, 2002, Cet. Ke 5

Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, Hukum Islam Semasa bagi Masyarakat Malaysia Yang Membangun, Kuala Lumpur: Akademi Pengajian Islam, 1997 Cet Ke-1.

Abdurrahman SH.M.H, Kompilasi Hukum Islam. Jakarta CV Akademika Pressindo 2004 Cet Ke-5

Atho Muzdhar dan Khairuddin Nasution, Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam Moderen Studi Perbandingan Dan Keberanjakan UU Moderen dari Kitab-Kitab Fiqih,Jakarta: Ciputat Press 2003 Cet Ke-1

Abdul Chaer, Kamus Malaysia Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta 2004 Cet Ke-1 Basiq Djalil SH MA, Pernikahan Lintas Agama, Jakarta: Qolbun Salim 2005

(57)

Ahmad Rofiq MA, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2003 Cet Ke-6

Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta:, 1994

Dewan Bahasa Dan Pustaka, Daftar Ejaan Rumi Bahasa Malaysia, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka ,1987 Cet Ke-1

Dr.H. Chuzaimah T. Yanggo, Drs. HA. Hafiz Ansyari AZ, MA Problematika Hukum Islam Kotemporer, Buku Ke-4 Jakarta, PT Pustaka Firdaus, 2002, Cet Ke-1

---Problematika Hukum Islam Kotemporerer, Buku Ke- 2

Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: 2007 Cet Ke-1

Hsanuddin AF MA,Huzaimah Tahido Yanggo, MA,Afifi Fauzi Abbas,MA, Jainal Ariffin,Mag,Asep Syaifuddin,SH, Azharuddin,SH, Bambang Catur, SH,MH, Abu Thamrin SH,MH, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta.

Ibnul Jauzi, Bertutur Tentang Cinta Dan Syahwat, Jakarta: Darul Haq 2005 Cet- 1 Muhd Daud Ali SH, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum

Islam di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo 1990 Cet Ke-1

Muhammad Fu’ad Abdul Baqi Mutiara Sahih Bukhari Muslim, Surabaya: PT Bina Ilmu 2007 Cet Ke-3

Syaikh Abdul Aziz Bin Abdulah bin Baz dkk, Fatwa-Fatwa

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari hasil penelitian tentang pola makan dengan hipertensi terhadap 40 responden di daerah Puskesmas Parongpong adalah ada hubungan yang

Meningkatkan pengawasan terhadap tingkah laku Hakim, Panitera/Wakil Panitera/Panitera Muda/Panitera Pengganti dan Jurusita/Jurusita Pengganti, dalam pelaksanaan tugas

Pada tahap pertama keterampilan tata rias adalah rias wajah atau make up. Difabel yang memiliki keterampilan dasar dalam merias wajah diperdalam dalam pelatihan

Salah satu cara yang paling efektif untuk menambah kemampuan pengamatan dan kesanggupan membeda-bedakan hal-hal yang penting dan yang tidak penting adalah dengan selalu

Pintu ini juga dapat bergeser untuk membuka lubang pintu secara otomatis pada saat siang hari dan kondisi cuaca tidak hujan serta jika terdeteksi burung Merpati yang

untuk melaksanakan riset dalam rangka penyusunan Skripsi selama 2 Bulan dari tanggal 10 September s/d 10 November 2020 dengan judul:.. Persepsi Masyarakat Tanjung Seloka

Menurut syariat Islam menutup aurat hukumnya wajib bagi setiap orang mukmin baik laki-laki maupun perempuan terutama yang telah dewasa dan dilarang memperhatikannya kepada orang

Jika persyaratan dalam Ketentuan ini dilanggar oleh Mitra, maka Perusahaan memiliki hak untuk menutup dompet personal mitra, begitu juga dengan akun trading Mitra, samapi