PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), RETURN ON ASSET (ROA) DAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERCATAT DI JAKARTA ISLAMIC INDEX
(JII)
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI)
Oleh:
Meutia Gama Pertiwi 205082000270
AKUNTANSI AUDIT
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH
ABSTRACT
In making decision, an investor requires accurate information about the company’s performance. There are two tools in assessing company’s performance, traditional approach (Return on Equity-ROE, Return on Asset-ROA) and modern approach (Economic Value Added-EVA). This study analyzes the effect of ROE, ROA and EVA partially and simultaneously on stock returns which are listed on the Indonesia Stock Exchange. Moreover, this study analyzes the most dominant independent variables that influence the stock returns. This study uses multiple regression analysis. This study uses secondary data obtained from the Indonesian Stock Exchange. The sample was selected from registered companies at the Indonesian Stock Exchange which is categorized in Jakarta Islamic Index (JII) started from year 2007 until 2009. Partially, econometric result shows that stock return was significantly influenced by ROA and EVA, but insignificantly influenced by ROE. In the other hand, ROE, ROA and EVA simultaneously affected the stock return significantly. In addition, the regression result found that the most dominant independent variable which affected the stock return is EVA. The ability of independent variables explained the dependent variable by 19%, while the rest 81% influenced by other variables and not included in this regression analysis.
ABSTRAK
Dalam membuat keputusan, seorang investor membutuhkan informasi yang akurat tentang kinerja perusahaan. Ada dua alat yang digunakan dalam mengukur kinerja perusahaan, pendekatan tradisional (Return On Equity-ROE, Return On Asset-ROA) dan pendekatan modern (Economic Value Added-EVA). Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh ROE, ROA dan EVA secara parsial dan secara simultan terhadap return saham yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis variabel independen yang paling dominan mempengaruhi return saham. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Sampel dipilih dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang masuk kategori JII (Jakarta Islamic Indeks) mulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Secara parsial, hasil ekonometri menunjukkan bahwa return saham secara signifikan dipengaruhi oleh ROA dan EVA tapi tidak dipengaruhi secara signifikan oleh ROE. Di sisi lain, ROE, ROA dan EVA secara simultan mempengaruhi return saham secara signifikan. Selain itu, hasil regresi menemukan bahwa variabel independen yang paling dominan mempengaruhi return saham adalah EVA. Kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen sebesar 19 %, sedangkan sisanya 81% dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk dalam analisis regresi ini.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, shalawat serta salam kepada sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan apa yang saya harapkan. skripsi ini disusun sebagai suatu syarat untuk mencapai tahap kelulusan dalam proses perkuliahan, mudah-mudahan menjadi karya yang spektakuler.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan dalam rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, saya tidak lupa menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam penyusunan skripsi saya ini, antara lain kepada :
1. Orang tua saya (Drs. Lukman Muslimin & Wiwiek Wahyudianti) yang paling berjasa kepada saya, yang telah membesarkan saya dengan kasih sayang dan kesabarannya serta mendoakan yang tiada terputus dan memberikan dukungan yang sangat besar terhadap saya, sehingga tersusunnya skripsi yang menjadi persyaratan mencapai suatu kelulusan. Semoga Allah senantiasa membentangkan ampunan dan rahmat-Nya kepada keduanya. “I Love You Mom n Pop”.
3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan masukan, semangat, dan bimbingan dengan kesabaran dan ketabahannya.
5. Rahmawati, SE., MM, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan
dalam proses penyusunan skripsi saya dengan sabar dan penuh keikhlasan.
6. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku dosen penguji ahli I yang telah memberikan masukan
dalam proses ujian skripsi saya dengan penuh kesabaran.
7. Yulianti, SE., M.Si, selaku dosen penguji ahli II yang telah memberikan masukan dalam proses ujian skripsi saya dengna penuh kesabaran.
8. Untuk ketiga saudara saya yang paling baik dan sangat saya sayangi: kakak saya Maulida Lestari, SE., ME, abang saya Muhammad Ratho Priyasa, SH, dan kembaran saya Dian Aji Pertiwi, terima kasih karena kalian sudah menjadi motivator agar saya tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini walaupun rada bawel sih.
9. Untuk saudara-saudara yang saya sayangi, putri, ayu, lala, deka, dea terima kasih karena
sudah menjadi penyemangat selama ini sehingga selesainya skripsi ini,ke abisan kata-kata nih pokoknya makasih ya saudaraku.
10. Untuk sahabatku M3, Marlia Ulfah, Jannatul Makwa, Ersya Yudikawati, yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada saya dari mulai ujian kompre sampe dengan selesainya skripsi saya, “Semoga kita semua bisa menjadi penyemangat satu sama lainnya”, jangan pada sombong ya kalo udah pada kerja.
12. Untuk Ale Sulaeman (ale”) yang selalu dengan ikhlas menemani saya dalam suka
maupun duka dengan ketulusan dan kesabaran serta dorongan motivasinya sehingga selesainya skripsi ini.
13. Seluruh staf akademik Fakultas Ekonomi Dan Bisnis yang telah bekerja dengan baik
melayani para mahasiswa, semoga amalnya diterima Allah SWT. 14. Pihak-pihak lain, yang saya tidak dapat sebutkan namanya satu persatu.
Saya menyadari sekali bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati saya mohon maaf dan berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua. Dan saya berharap skripsi yang saya susun ini menjadi suatu karya yang baik serta menjadi suatu persembahan terbaik bagi para dosen-dosen dan teman-teman yang berada di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis.
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Riwayat Hidup ... i
Abstract ... ii
Abstrak ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... x
Daftar Gambar ... xi
Daftar Lampiran ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Return On Equity (ROE) ... 11
2. Return On Asset (ROA) ... 13
3. Economic Value Added (EVA) ... 16
4. Saham ... 22
5. Return Saham ... 24
B. Keterkaitan Antara ROE, ROA & EVA dan Pengaruhnya Terhadap Return Saham ... 25
C. Hasil Penelitian Terdahulu ... 30
D. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 31
ii BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ……… 33
B. Metode Penentuan Sampel ……… 33
C. Metode Pengumpulan Data ………... 33
D. Metode Analisis Data ……… 34
E. Operasional Variabel Penelitian ……… 39
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ……….. 41
B. Analisis Deskripitif Pengaruh ROE, ROA dan EVA Terhadap Return Saham ...….. 66
C. Hasil dan Pembahasan ……….…….. 71
1. Uji Asumsi Klasik ………. 71
2. Analisis Regresi Linear Berganda ……….… 75
D. Interpretasi Hasil Analisis ……….……. 82
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….……... 85
B. Implikasi ……….……... 86
C. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 88
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ...29
3.1 Operasional Variabel Penelitian ...39
4.1 Return On Equity Tahun 2007-2009 ...65
4.2 Return On Asset Tahun 2007-2009 ...66
4.3 Economic Value Added Tahun 2007-2009 ...67
4.4 Return Saham Tahun 2007-2009 ...69
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ...70
4.6 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ...74
4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi ...76
4.8 Hasil Uji F Statistik ...78
4.9 Hasil Uji T Statistik ...79
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ………...……….…….. 31
4.1 Uji Normalitas ………...………...…….….. 72
4.2 Uji Heteroskedastisitas ……….………...…... 73
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Data Return On Equity Tahun 2007-2009 ...92
2 Data Return On Asset Tahun 2007-2009 ...93
3 Data Economic Value Added Tahun 2007-2009 ...94
4 Data Return Saham Tahun 2007-2009 ...96
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Persaingan dunia usaha dalam perekonomian pasar bebas sekarang ini
semakin ketat. Hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan yang
berdiri dan berkembang sesuai dengan bertambahnya jumlah unit usaha
ataupun meningkatnya kegiatan ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya
kebutuhan pasar. Pemerintah telah memberikan berbagai kemudahan untuk
dapat lebih meningkatkan kegiatan ekonomi, seperti halnya memberikan
bantuan permodalan dan memberikan ijin untuk usaha. Modal sangat
dibutuhkan bagi kelangsungan suatu usaha, hal ini juga yang merupakan
kendala yang sering dihadapi oleh perusahaan.
Perusahaan yang telah go public dapat memperoleh dana yang lebih murah daripada harus meminjam. Investor akan tertarik untuk menanamkan
dananya pada perusahaan yang dapat memberikan gambaran keadaan serta
prospek masa depan perusahaan yang baik dan juga memberikan tingkat
pengembalian (return) bagi para investor pada tingkat yang menguntungkan. Seorang investor sebelum melakukan investasi dalam saham, ia harus
memastikan terlebih dahulu bahwa investasi tersebut adalah tepat. Ia harus
menilai dari berbagai alternatif yang akan memberikan pengembalian positif
pada masa yang akan datang (Yurico & Lubis, 2008:1).
Dalam pengambilan keputusan investasi, seorang investor
membutuhkan informasi yang relevan tentang perusahaan karena kurangnya
informasi akan menambah keragu-raguan dan menciptakan ketidakpastian.
Umumnya, informasi akuntansi berupa laporan keuangan dianggap dapat
mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan
bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi sebagian besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan
operasionalnya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan,
karena dari laba perusahaan akan dapat diketahui kemampuan perusahaan
dalam pemenuhan kewajiban bagi para investornya dan juga merupakan
elemen penting dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan
prospeknya pada masa yang akan datang. Tingkat profitabilitas perusahaan
dapat dilihat dari laporan keuangan yang secara periodik di up date sebagai salah satu kewajiban perusahaan public. Laporan keuangan menyediakan data mentah berupa angka-angka yang dapat dianalisis lebih lanjut.
Bukit (2003: 2) menyatakan bahwa dalam menilai suatu kinerja suatu
perusahaan, seorang investor biasanya berpandu pada prospektus dan laporan
keuangan perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan
kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi
perusahaan (analisis fundamental perusahaan), karena laba perusahaan selain
merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
bagi para penyandang dananya, juga merupakan elemen dalam menciptakan
nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan dimasa yang akan
datang.
Ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja sangatlah beragam dan
kadang-kadang berbeda antara satu industri dengan industri lainnya. Tetapi
yang biasa digunakan oleh para manajer maupun investor selama ini adalah
menggunakan rasio keuangan perusahaan seperti rasio likuiditas (current ratio, quick ratio), rasio profitabilitas (return on equity, return on asset, return on invesment) serta rasio solvabilitas.
Sebagai contoh alat ukur tradisional yang sering digunakan untuk
menilai kinerja adalah Return on Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA). ROE mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan yang
merupakan perbandingan laba bersih terhadap ekuitas saham. Rasio ini juga
dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, jika proporsi utang
semakin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Sedangkan ROA tidak
lain adalah perbandingan net profit after tax terhadap average total asset. Rasio ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan menggunakan
seluruh asetnya didalamnya menghasilkan keuntungan. Nilai dari kedua rasio
keuangan diatas sudah tercantum dalam setiap laporan keuangan perusahaan
sehingga lebih mudah bagi investor dalam mengalisisnya untuk kemudian
dijadikan dasar menentukan kebijakan portofolio (Handoko, 2008:3).
Namun pada pelaksanaannya disadari juga bahwa ada kelemahan pada
alat ukur akuntansi tradisional yang disebut sebelumnya. Kelemahan alat ukur
tradisional sebagai pengukur penciptaan nilai bahwa alat ukur tersebut
mengabaikan adanya biaya modal, sehingga sulit mengetahui apakah suatu
perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak. Alat ukur tradisional dapat
memberikan kesimpulan yang misleading.
Didorong oleh adanya ketidakpuasan atas lemahnya metode penilaian
yang ada sekarang ini dan juga kelemahan-kelemahan lain yang disebabkan
oleh mitos pasar serta ukuran-ukuran akuntansi yang seringkali menyesatkan,
maka Stewart dan Stern, analis keuangan dari Stern Stewart & Co. of New
York City mencetuskan pendekatan baru yang disebut Economic Value Added (EVA). Pradhono & Christiawan (2004: 141) menerangkan bahwa EVA menghitung economic profit dan bukan accounting profit.
Pada dasarnya, EVA mengukur nilai tambah dalam suatu periode
tertentu. Nilai tambah ini tercipta apabila perusahaan memperoleh keuntungan
(profit) di atas cost of capital perusahaan. Secara matematis, EVA dihitung dari laba setelah pajak dikurangi dengan cost of capital tahunan. Jika EVA positif, menunjukkan perusahaan telah menciptakan kekayaan. Taufik
(2007:5) menyatakan bahwa banyak manajer perusahaan menganggap bahwa
pendekatan EVA lebih menekankan pada penciptaan nilai perusahaan (create value). Kekuatan EVA yang paling berguna di dalam pengukuran kinerja keuangan adalah sangat fokus terhadap penciptaan nilai perusahaan yang
bermanfaat bagi pemegang saham. Sementara itu kelemahan EVA adalah
memerlukan estimasi biaya modal dan estimasi tersebut agak sulit untuk
dilakukan dengan tepat.
Menurut Utama (2003: 30) kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan–
perusahaan di Indonesia dalam menerapkan penilaian kinerja keuangan
dengan metode EVA, disebabkan oleh dua faktor. Pertama, kondisi ekonomi makro yang masih sulit. Kondisi ini menyebabkan penjualan menurun,
sehingga rentetan dampak dari menurunnya penjualan ini adalah menurunnya
tingkat perolehan laba perusahaan. Yang kedua, faktor mikro dalam
perusahaan itu sendiri. Tingkat profitabilitas yang dihasilkan perusahaan
masih rendah, selain itu perekonomian di Indonesia ini masih tergolong
ekonomi biaya tinggi, sehingga manajemen perusahaan harus bekerja keras
agar dapat menekan biaya semaksimal mungkin untuk mencetak nilai tambah.
Namun demikian masih ada juga perusahaan–perusahaan di Indonesia
yang mampu mencetak EVA positif, dan kondisi ini berarti masih ada kemungkinan di masa mendatang perusahaan–perusahaan di Indonesia bisa
menerapkan EVA secara menyeluruh dalam menilai kinerjanya.
Pasar modal mempunyai indikator indeks harga saham yang menjadi
pintu gerbang sekaligus barometer utama untuk para investor dalam
mengambil keputusan stratejiknya. Perhitungan terhadap indeks harga saham
dapat dilakukan dengan berbagai cara dan metode. Cara yang umum
dilakukan melalui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merupakan
indeks komposit seluruh saham yang listing di BEI. Indeks lainnya yang
sangat berpengaruh adalah LQ-45, Kompas-100, Bisnis-27 dan Jakarta Islamic Index (JII).
Salah satu bidang investasi yang banyak diminati oleh para investor
asing maupun dalam negeri adalah perusahaan yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) dimana saham-saham yang masuk ke JII harus melalui filter syariah terlebih dahulu (berdasar ajaran Islam). JII mensyaratkan saham
dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
sudah tercatat lebih dari tiga bulan kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi
besar. Seluruh saham anggota JII tersebut dinilai memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI.
Pemilihan saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahun berakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal
sebesar 90%. Selanjutnya 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan
urutan rata rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir. JII juga
memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata rata nilai
perdagangan regular selama satu tahun terakhir (Kurniawan, 2008:41).
Bagi calon investor yang rasional, keputusan investasi dalam suatu
saham harus didahului oleh suatu proses analisis terhadap variable yang diperkirakan akan mempengaruhi return saham. Hal ini disebabkan oleh sifat saham yang sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik
perubahan kondisi pasar uang, kinerja ekonomi maupun situasi politik dalam
negeri.
Dalam konteks manajemen investasi, return atau tingkat keuntungan merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Tingkat keuntungan
(return) merupakan rasio antara pendapatan investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Pada umumnya investor
mengharapkan keuntungan yang tinggi dengan resiko kerugian yang sekecil
mungkin, sehingga para investor berusaha menentukan tingkat keuntungan
investasi yang optimal dengan menentukan konsep investasi yang memadai.
Konsep ini penting karena tingkat keuntungan yang diharapkan dapat diukur.
Dalam hal ini tingkat keuntungan dihitung berdasarkan selisih antara capital gain dan capital loss. Rata-rata return saham biasanya dihitung dengan mengurangkan harga saham periode tertentu dengan harga saham periode
sebelumnya dibagi dengan harga saham sebelumnya.
Taufik (2007: 5) menjelaskan bahwa return saham sangat ditentukan sekali oleh faktor-faktor non fundamental dan fundamental perusahaan. Faktor
fundamental tersebut antara lain adalah Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA) dan Economic Value Added (EVA).
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian yang dilakukan oleh Taufik
(2007) yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Tradisional Accounting dan
Economic Value Added Terhadap Stock return Perusahaan Sektor Perbankan di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian tersebut dilakukan terhadap perusahaan-
perusahaan yang bergerak pada sektor perbankan sebanyak 23 perusahaan.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang diukur
dengan rasio Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA) dan Economic
Value Added (EVA) mempengaruhi stock return sektor perbankan di PT. Bursa Efek Jakarta, namun dominasinya tidak besar. EVA ternyata lebih
superior mempengaruhi stock return sektor perbankan dibandingkan dengan ROE dan ROA.
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah (1) Objek penelitian
sebelumnya adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak pada sektor
perbankan yang tergabung dalam BEJ, sedangkan pada penelitian ini adalah
perusahaan yang tercatat Jakarta Islamic Index. (2) Tahun pengamatan penelitian sebelumnya adalah 2002-2005 sedangkan penelitian ini 2007–2009.
Dengan adanya kelebihan dan kekuarangan dari ROE, ROA dan EVA,
maka penulis ingin melihat apakah ketiga pendekatan tersebut memberikan
pengaruh yang sangat signifikan terhadap return saham perusahaan yang tercatat di JII.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA) dan Economic Value Added (EVA) terhadap Return Saham pada Perusahaan yang tercatat di Jakarta Islamic Index (JII)”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis akan
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh ROE, ROA dan EVA terhadap return saham pada perusahaan JII?
2. Berapa besar pengaruh ROE, ROA dan EVA terhadap return saham pada perusahaan JII?
3. Variabel apa yang paling dominan mempengaruhi return saham pada perusahaan JII?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain untuk :
a. Menganalisis pengaruh ROE, ROA dan EVA terhadap return saham pada perusahaan JII.
b. Menganalisis besarnya pengaruh ROE, ROA dan EVA terhadap
return saham pada perusahaan JII.
c. Menganalisis variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi
return saham pada perusahaan JII.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang terkait dalam permasalahan ini. Dari penelitian yang dilakukan
penulis diharapkan akan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan ROE, ROA
dan EVA sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan serta
pengaruhnya terhadap return saham di perusahaan JII.
b. Bagi perusahaan yang telah tercatat di perusahaan JII, hasil penelitian
ini dapat menunjukkan apakah ROE, ROA dan EVA sebagai
pengukuran kinerja perusahaan benar-benar mencerminkan nilai yang
berhasil diciptakan oleh perusahaan tersebut dari total modal yang
diinvestasikan sehingga berpengaruh terhadap return saham di perusahaan JII.
c. Bagi dunia akademik, diharapkan dapat memperkaya perbendaharaan
penelitian yang berkaitan dengan ilmu yang dikembangkan
dilingkungan akademik.
d. Bagi dunia praktisi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
referensi dan informasi bagi penelitian sejenis di masa mendatang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Dalam mengukur kinerja perusahaan investor biasanya melihat kinerja
keuangan yang tercermin dari berbagai macam rasio. Menurut Panggabean
(2005:1), Return on Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA) adalah merupakan salah satu indikator penting yang sering digunakan oleh investor
untuk menilai tingkat profitabilitas perusahaan sebelum melakukan investasi.
Namun pada penerapannya kedua alat ukur tersebut memiliki beberapa
kelemahan, sehingga muncul pendekatan baru yang dinamakan Economic Value Added (EVA). EVA memasukkan komponen biaya modal untuk mengukur kinerja perusahaan, dimana dalam alat ukur tradisional (ROE &
ROA) tidak pernah diperhitungkan.
1. Return On Equity (ROE)
a. Pengertian Return On Equity (ROE)
ROE merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap
penyertaan modal saham sendiri yang berarti juga merupakan untuk
menilai seberapa besar tingkat pengembalian (prosentase) dari saham
sendiri yang ditanamkan dalam bisnis (Widiyanto, 1993:53) yang
dikutip oleh Uni (2006:31).
Menurut Riyanto (1995:36) Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal
sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan
laba tersebut di pihak lain atau dengan kata lain rentabilitas modal
sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri
yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan laba yang
diperlukan untuk menghitung return on equity adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau
income tax (earning after tax / EAT).
b. Keunggulan Return On Equity (ROE)
Return saham sangat ditentukan sekali oleh faktor-faktor non fundamental dan fundamental perusahaan. Faktor fundamental tersebut
salah satunya adalah Return On Equity (ROE). ROE mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan yang merupakan
perbandingan laba bersih terhadap ekuitas saham (Weston et.
Al,:1995) kutipan dari Taufik (2007:5). Rasio ini memberikan
gambaran seberapa efektif perusahaan menggunakan seluruh assetnya
didalam menghasilkan keuntungan.
c. Kelemahan Return On Equity (ROE)
Menurut Bodie, Kane and Marcus (2002) yang dikutip oleh
Panggabean (2005:3) Return On Equity (ROE) yang merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas ini merupakan salah
satu dari dua faktor dasar dalam menetukan pertumbuhan tingkat
pendapatan perusahaan. Ada dua sisi dalam menggunakan ROE,
kadang-kadang diasumsikan bahwa ROE yang akan datang merupakan
perkiraan dari ROE yang lalu. Tetapi ROE yang tinggi pada masa yang
lalu tidak menjamin ROE yang akan datang masih tetap tinggi. Dan
salah satu kelemahannya antara lain ROE tidak mempertimbangkan
biaya ekuitas saham.
d. Perhitungan Return On Equty (ROE)
ROE (Return on Equity); yaitu suatu rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan kontribusi pemilik dan/atau seberapa
efektif perusahaan menggunakan sumber-sumber lain untuk
kepentingan pemilik (Handoko, 2008:32).
Laba Bersih
ROE =
Modal pemilik
2. Return on Asset (ROA)
a. Pengertian Return on Asset (ROA)
Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan
antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok
perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan (operatimg asset). Operating Asset adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha
memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan.
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan
kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva
yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA (Return On Asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar
tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula
atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan
laba (Hakim, 2006:19)
b. Keunggulan Return on Asset (ROA)
Keunggulan ROA diantaranya adalah sebagai berikut (Hakim,
2006:20):
• ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana
seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari
rasio ini.
• ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai
absolut.
• ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap
unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan
unit usaha.
c. Kelemahan Return on Asset (ROA)
Disamping beberapa keunggulan diatas ROA juga memiliki kelemahan
yaitu (Lisa,1999):
• Pengukuran kinerja dengan menggunakan ROA membuat manajer
divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan project-project
yang menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya
proyek-proyek tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan
perusahaan ecara keseluruhan.
• Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka
pendek dan bukan tujuan jangka panjang.
• Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka
pendek, tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga
penjualan, pengurangan budget pemasaran, dan penggunaan bahan baku yang relatif murah sehingga menurunkan kualitas produk
dalam jangka panjang.
d. Perhitungan Return on Asset (ROA)
ROA (Return on Asset); Rasio ini sering juga disebut sebagai Return on Investment. Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba.
Untuk menghitung ROA digunakan rumus (Handoko, 2008:32):
Laba bersih
ROA =
Total aktiva
3. Economic Value Added (EVA)
a. Pengertian Economic Value Added (EVA)
Menurut Blocher, Kung H, Thomas W (2001:965), definisi EVA
adalah “laba suatu unit bisnis setelah pajak dan setelah mengurangi
biaya modal”. Economic Value Added menurut Hansen, Mowen (2005 : 126) adalah ukuran kinerja yang dihitung dengan cara mengambil
laba bersih operasional dikurangi total biaya modal tahunan.
Young & O’Byrne dalam bukunya “EVA dan Manajemen Berdasarkan
Nilai” (2001 : 5), menjelaskan bahwa :
“EVA didasarkan pada gagasan laba ekonomis, yaitu mensyaratkan
sebuah perusahaan dapat menutupi tidak hanya biaya operasi tetapi
juga seluruh biaya modal. EVA mengukur perbedaan, dalam
pengertian keuangan antara pengembalian atas modal perusahaan dan
biaya modal. Hal tersebut serupa dengan pengukuran keuntungan
dalam akuntansi konvensional, tetapi dengan satu perbedaan penting,
EVA mengukur biaya seluruh modal”.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Economic Value Added (EVA) merupakan sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi perusahaan yang dapat dijadikan sebagai alat
pengukuran kinerja perusahaan karena EVA diperoleh dari laba yang
tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal.
b. Keunggulan Economic Value Added (EVA)
EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari
kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA
memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja
dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA
berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Pihak
manajemen perusahaan dapat melakukan banyak hal untuk
menciptakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat
jika manajemen melakukan satu dari tiga hal berikut ini (Lisa 1999,
dikutip dalam Steward, 1993) :
1) Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal.
2) Menginvestasikan modal baru ke dalam project yang mendapat
return lebih besar dari biaya modal yang ada.
3) Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak
menguntungkan.
Meningkatnya laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti
manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk
mendapatkan keuntungan yang optimal.
Keunggulan EVA sebagai alat pengukuran kinerja keuangan
perusahaan menurut Govindarajan meliputi :
1) Dengan EVA seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang sama
untuk perbandingan investasi.
2) Dengan meningkatnya EVA maka investasi-investasi akan
menghasilkan laba diatas biaya modal sehingga akan lebih menarik
para manajer untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut.
3) Adanya tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk
jenis asset yang berbeda pula.
4) EVA memiliki korelasi positif yang lebih kuat tehadap
perubahan-perubahan nilai pasar perusahaan.
Keunggulan EVA menurut Mirza, 1997 yaitu EVA memfokuskan
penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhatikan beban biaya
modal sebagai konsekuensi investasi. Dengan diperhitungkannya biaya
modal maka dapat diketahui apakah perusahaan dapat menciptakan
nilai tambah atau tidak. Kelebihan EVA yang lain adalah dapat
digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding.
c. Kelemahan Economic Value Added (EVA)
Disamping beberapa keunggulan diatas, EVA juga memiliki
kelemahan yaitu EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada
suatu periode tahun tertentu. Padahal nilai perusahaan merupakan
akumulasi EVA selama umur perusahaan. Sehingga suatu perusahaan
mempunyai nilai EVA pada periode tertentu postif tetapi nilai
perusahaan tersebut rendah karena nilai EVA dimasa lalunya negatif.
(Dewi dikutip dalam Utama,2002).
Kelemahan EVA menurut Mirza (1997), yaitu dalam perhitungan
biaya modalnya EVA relatif sulit karena memerlukan data yang lebih
banyak dan dianalisa secara lebih mendalam. Dengan demikian secara
tidak langsung mendorong para eksekutif untuk berfikir dan bertindak
seperti para pemegang saham, yaitu memilih tingkat investasi yang
meningkatkan tingkat return dan meminimumkan tingkat biaya modal
(cost of capital) sehingga nilai perusahaan dapat maksimum.
d. Perhitungan Economic Value Added (EVA)
Menghitung EVA adalah laba bersih operasional dikurangi dengan
seluruh biaya modal yang terpakai. (Young & O’byrne, 2001: 49).
Persamaan EVA ditunjukkan sebagai berikut :
Sebelum mendapatkan nilai EVA ada beberapa hal pokok yang harus
dilakukan yaitu, dengan menghitung :
EVA = NOPAT (Net Operating Profit After Tax) – Capital Charges
1)Net Operating Profit After Tax (NOPAT/Laba Operasional Setelah Pajak)
Adalah laba yang diproleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi
pajak perusahaan tetapi tidak mengikutsertakan faktor-faktor
non-operasional dan laba/rugi luar biasa, seperti laba/rugi dari
penghentian usaha. NOPAT dirumuskan sebagai berikut : (Young &
O’byrne, 2001 : 39)
NOPAT = laba usaha + penghasilan bunga + bagian laba / rugi
bersih anak perusahaan + pendapatan investasi lainnya - kerugian
lainnya - pajak penghasilan.
2)Capital Charge
Merupakan hasil perkalian antara modal yang diinvestasikan dengan
rata-rata tertimbang dari biaya modal. Biaya modal merupakan
biaya riil yang harus ditanggung karena menggunakan dana dari
sumber pembiayaan perusahaan, yaitu hutang dan ekuitas.
Dikatakan biaya riil karena besarnya biaya modal didasarkan pada
tingkat hasil pengembalian yang diharapkan oleh
investor/pemegang saham. (Young & O’byrne 2001 : 148). Capital Charge merupakan aspek yang penting dari EVA di dalamnya tidak hanya memperhitungkan charge (bentuk bunga) yang harus dibayarkan kepada kreditor, tapi juga biaya – biaya yang seharusnya
dibayarkan kepemegang saham. (Young & O’byrne, 2001:39).
Capital Charge diformulasikan sebagai berikut :
Capital Charge = WACC (Weighted Average Cost of Capital) x
Invested Capital.
3)Invested Capital / IC (Modal yang diinvestasikan)
Modal yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh keuangan
perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva yang
tidak mengandung bunga, seperti hutang, upah yang akan jatuh
tempo, dan pajak yang akan jatuh tempo. Modal yang akan
diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham,
seluruh hutang jangka pendek dan jangka panjang yang
menanggung bunga, hutang dan kewajiban jangka panjang lainnya.
Modal yang diinvestasikan dirumuskan sebagai berikut :
IC = hutang jangka pendek + hutang jangka panjang +
kewajiban jangka panjang lain + ekuitas pemegang saham
Dalam perhitungan EVA yang digunakan adalah rata-rata IC.
Untuk mencari rata –rata IC adalah sebagai berikut :
Rata-rata IC = (IC awal + IC akhir) / 2
(Young & O’byrne, 2001: 46 & 50).
4)Weighted Average Cost of Capital (WACC / Biaya Tertimbang Rata - Rata Atas Modal).
Biaya modal suatu perusahaan bergantung tidak hanya pada biaya
utang dan pembiayaan ekuitas tetapi juga seberapa banyak dari
masing-masing itu dimiliki dalam struktur modal. Hubungan tersebut
digabungkan dalam biaya modal rata-rata tertimbang (WACC).
WACC merupakan tingkat return minimum yang harus diberikan perusahaan untuk memenuhi harapan kreditur maupun pemegang
saham. WACC dapat diperoleh dengan mengalikan secara langsung
masing-masing komponen biaya modal dengan besarnya proporsi
dalam struktur modal yang bersangkutan. (Young & O’byrne, 2001 :
149).
WACC dirumuskan sebagai berikut :
utang ekuitas
WACC = (b. utang) (1 – T) + (b.ekuitas)
Pembiayaan total Pembiayaan total
Dimana pembiayaan total adalah jumlah dari nilai pasar dari utang
dan pembiayaan ekuitas, dan T adalah tingkat pajak perusahaan.
4. Saham
Salah satu investasi yang cukup menarik masyarakat adalah investasi
dalam bentuk saham. Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan
oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang
biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tesebut adalah
sebagai pemilik perusahaan tersebut. Dengan demikian kalau investor
membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau pemegang saham
perusahaan (Bukit, 2003: 32).
Jenis-jenis Saham
Bukit (2003: 33) Saham terdiri dari beberapa jenis dan dapat dibedakan
melalui cara pengalihan dan manfaat yang diperoleh para pemegang saham,
yaitu :
a. Cara peralihan hak
Saham atas tunjuk (bearer stock). Di atas sertifikat saham ini tidak ditulis nama pemiliknya sehingga kepemilikan atas tunjuk ini dapat
dengan mudah dialihkan atau dipindahtangankan kepada orang lain karena
sifatnya mirip dengan uang.
Saham atas nama (registered stocks). Di atas sertifikat ditulis nama pemiliknya. Cara pengalihannya harus memenuhi suatu prosedur tertentu
yaitu dengan dokumen pengalihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat
dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang
saham. Kalau sertifikat saham ini hilang, pemilik dapat memintakan
penggantian karena namanya sudah ada dalam buku perusahaan.
b. Hak atas tagihan (klaim)
Dilihat dari segi manfaatnya, pada dasarnya saham dapat
digolongkan menjadi saham biasa dan saham preferen.
1) Saham biasa (common stock). Saham biasa menempatkan pemiliknya paling akhir terhadap pembagian deviden dan hak atas keuangan
perusahaan setelah dilikuidasi dibandingkan dengan saham preferen.
2) Saham preferen (preferred stock). Didalam prakteknya, terdapat berbagai jenis saham preferen, yaitu :
Cummulative Preferred Stocks. Saham preferen jenis ini memberikan hak kepada pemiliknya atas pembagian deviden yang
sifatnya kumulatif dalam suatu prosentase atau jumlah tertentu dalam
arti bahwa kalau dalam tahun tertentu dividen yang dibayar tidak
mencukupi atau tidak dibayar sama sekali, maka hal ini
dipertimbangkan pada tahun-tahun berikutnya. Pembayaran diveden
kepada pemegang saham preferen selalu didahulukan dari pemegang
saham biasa.
Non Cummulative Preferred Stock. Pemilik saham jenis ini mendapat prioritas dalam pembagian dividen sampai pada suatu
prosentasi atau jumlah tertentu, tetapi tidak bersifat kumulatif. Dengan
demikian apabila pada suatu tahun tertentu dividen yang dibayarkan
lebih besar daripada jumlah yang ditentukan atau tidak dibayar sama
sekali, maka hal itu tidak diperhitungkan pada tahun berikutnya.
Participacing Preferred Stocks. Pemilik saham jenis ini selain memperoleh dividen ekstra, sete;lah dividen dibayarkan penuh kepada
seluruh pemegang saham preferen, mereka juga memperoleh dividen
ekstra bersama-sama dengan pemegang saham biasa.
Convertible Preferred Stocks. Keistimewaan saham jenis ini adalah karena memberikan kesemnpatan kepada pemiliknya untuk
menukarnya mejadi saham biasa setiap waktu menurut jumlah yang
telah ditentukan sebelumnya.
5. Return Saham
Tingkat keuntungan (return) merupakan rasio antara pendapatan investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan.
Pada umumnya investor mengharapkan keuntungan yang tinggi dengan resiko
kerugian yang sekecil mungkin, sehingga para investor berusaha menentukan
tingkat keuntungan investasi yang optimal dengan menentukan konsep
investasi yang memadai. Konsep ini penting karena tingkat keuntungan yang
diharapkan dapat diukur. Dalam hal ini tingkat keuntungan dihitung
berdasarkan selisih antara capital gain dan capital loss. Rata-rata return
saham biasanya dihitung dengan mengurangkan harga saham periode tertentu
dengan harga saham periode sebelumnya dibagi dengan harga saham
sebelumnya.
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum terjadi namun di harapkan dapat terjadi dimasa mendatang. Return realisasi
(Realized Return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan dan
dihitung berdasarkan data hitoris. return ekspektasi (Expected Return) adalah
return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. (Jogiyanto, 2000) yang dikutip oleh (Hakim, 2006:21).
Komponen return meliputi:
a. Capital Gain (loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) diatas harga beli (harga
jual) yang keduanya terjadi dipasar sekunder.
b. Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik, misalnya berupa deviden atau bunga. Yield dinyatakan dalam presentase dari modal yang ditanamkan (Halim,2003).
B. Keterkaitan Antara ROE, ROA & EVA dan Pengaruhnya Terhadap Return Saham
Secara umum EVA dan ROA dianggap sebagai pengukur terbaik dari
kinerja suatu perusahaan. EVA digunakan untuk menilai kinerja operasional,
karena secara fair juga mempertimbangkan required rate of return yang dituntut oleh para investor dan kreditor. Berkaitan dengan EVA sebagai alat
ukur kinerja yang mempertimbangkan harapan para investor terhadap
investasi yang dilakukan, maka EVA mengidentifikasikan seberapa jauh
perusahaan telah menciptakan nilai bagi pemilik perusahaan.
Menurut Bodie, Kane and Marcus (2002) yang dikutip oleh
Panggabean (2005:3) Return on Equity (ROE) yang merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas ini merupakan salah satu dari dua faktor
dasar dalam menetukan pertumbuhan tingkat pendapatan perusahaan. Ada dua
sisi dalam menggunakan ROE, kadang-kadang diasumsikan bahwa ROE yang
akan datang merupakan perkiraan dari ROE yang lalu. Tetapi ROE yang
tinggi pada masa yang lalu tidak menjamin ROE yang akan datang masih tetap
tinggi. Dan salah satu kelemahannya antara lain ROE tidak
mempertimbangkan biaya ekuitas saham. Teori tersebut membuktikan bahwa
penelitian ini sejalan dengan teori yang menghasilkan data dengan Return On Equity yang tidak signifikan terhadap return saham.
ROA adalah perbandingan net profit after tax terhadap average total asset. Rasio ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan menggunakan seluruh asetnya didalamnya menghasilkan keuntungan. Nilai
dari kedua rasio keuangan diatas sudah tercantum dalam setiap laporan
keuangan perusahaan sehingga lebih mudah bagi investor dalam
menganalisisnya untuk kemudian dijadikan dasar menentukan kebijakan
portofolio (Handoko, 2008:3). Dengan menggunakan rasio keuangan akan
memudahkan investor melakukan investasi untuk mendapatkan keuntungan
atau return sehingga ROA menjadi variabel yang mempengaruhi return
saham.
Menurut analis keuangan dari Stewart & Co. of New York City, EVA mengukur nilai tambah dalam suatu periode tertentu. Nilai tambah ini tercipta
apabila perusahaan memperoleh keuntungan (profit) di atas cost of capital
perusahaan. Secara matematis, EVA dihitung dari laba setelah pajak dikurangi
dengan cost of capital tahunan. Jika EVA positif, menunjukkan perusahaan telah menciptakan kekayaan, maka EVA dijadikan suatu patokan dalam
menentukan jumlah dana yang akan dinvestasikan.
Analisis penilaian kinerja dengan menggunakan ROE, ROA & EVA jika
dihubungkan dengan Return Saham adalah jika kinerja suatu perusahaan semakin baik maka return yang dihasilkan oleh suatu perusahaan semakin tinggi sehingga harga saham perusahaan semakin tinggi sehingga resiko yang
ditimbulkan semakin kecil. Hal ini karena tingkat pengembalian yang
dihasilkan suatu perusahaan lebih tinggi sehingga dapat meminimalkan resiko
menjadi sekecil mungkin.
Sehingga pada tahap akhir penelitian akan dilihat kecenderungan
terhadap perubahan yang akan terjadi. Dari hasil perhitungan antara metode
ROE, ROA & EVA dapat dilihat dari segi mana perusahaan mampu
memperoleh penilaian yang baik dan juga penilaian yang masih kurang baik
dan juga dapat diketahui bagaimana pengaruhnya terhadap Return Saham.
C. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkenaan dengan analisis ROE, ROA dan EVA telah
banyak dilakukan, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Berikut
beberapa penelitian sebelumnya:
Panggabean (2005) mengatakan bahwa berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang analisis perbandingan korelasi EVA dan ROE terhadap
Harga Saham pada 20 perusahaan di Bursa Efek Jakarta dapat disimpulkan
beberapa hal pokok sebagai berikut: Economic Value Added (EVA) perusahaan dalam LQ-45 mempunyai korelasi yang signifikan dengan harga
sahamnya, Namun Return on Equity (ROE) perusahaan dalam LQ-45 tidak mempunyai yang signifikan dengan harga saham.
Taufik (2007) melakukan pengujian asumsi klasik yang pada dasarnya untuk melihat apakah data-data dalam penelitian ini dapat digunakan untuk
meregresikan antara variabel bebas (ROE, ROA dan EVA) dan variabel
terikat (Stock Return). Berdasarkan hasil uji ANOVA terlihat bahwa antara variabel independent (ROE, ROA dan EVA) dengan variabel dependent (stock return) mempunyai pengaruh yang signifikan. Namun demikian dominasi variabel independent terhadap variabel dependent tersebut tidak terlalu besar yaitu hanya 27,9% sedangkan sebagian besar (72,1%) didominasi oleh faktor
lain.
Hakim (2006) menemukan bahwa secara simultan EVA dan ROA berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Namun secara parsial
hanya ROA saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap return saham,
29 sedangkan EVA tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil ini menunjukkan
pengukuran kinerja keuangan dengan metode ROA lebih baik dibandingkan
dengan metode EVA dalam pengaruhnya terhadap return saham. Hal ini disebabkan karena para investor masih menganggap bahwa metode
perhitungan ROA masih efektif dalam memperkirakan tingkat keuntungan
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu dan Kini Peneliti
Pengaruh ROE, ROA dan EVA Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Jakarta Islamic Index (JII)
Pengukuran
Jakarta Islamic Index (JII)
Hasil stock return sektor Perbankan di BEJ stock return sektor perbankan. terhadap return saham, sedangkan metode EVA
sedangkan hasil uji t variabel ROE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
D. Kerangka Pemikiran Teoritis
Dengan mengadakan penilaian terhadap laporan keuangan dengan
menggunakan metode EVA, akan dapat diketahui tentang perkembangan atau
kemunduran keadaan keuangan perusahaan. Selain itu konsep EVA juga dapat
dijadikan sebagai alat pengukuran kinerja bagi perusahaan. Karena EVA
dinilai lebih mencerminkan nilai bisnis secara nyata dengan mengukur nilai
tambah (value added) yang dihasilkan perusahaan kepada investor.
EVA berangkat dari konsep biaya modal, yakni resiko yang dihadapi
perusahaan dalam melakukan investasinya. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa jika nilai EVA lebih besar dari 0 (Nol), maka telah terjadi proses nilai
tambah pada perusahaan. Dan apabila EVA sama dengan 0 (Nol)
menunjukkan posisi impas pada perusahaan, sedangkan jika EVA lebih kecil
dari 0 (Nol) menunjukkan tidak adanya nilai tambah bagi perusahaan, karena
laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan investor.
Selain EVA, pendekatan tradisional seperti ROE dan ROA juga
digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja perusahan dan berpengaruh
terhadap return saham meskipun masih banyak kelemahannya bila menggunakan kedua pendekatan tradisional ini.
Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan dapat
disederhanakan dalam bentuk kerangka pemikiran sebagai berikut:
32
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Jakarta Islamic Index
ROE ROA EVA
Return Saham
E. Hipotesis
Berdsarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan suatu
hipotesis yang merupakan dugaan sementara dalam menguji suatu penilaian,
yaitu:
H0 :“Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ROE, ROA & EVA
terhadap return saham”.
H1 :“Terdapat pengaruh yang signifikan antara ROE, ROA & EVA terhadap
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Perlu kiranya bagi penulis untuk membatasi ruang lingkup penelitian
agar dalam pembahasan tidak menyimpang dari permasalahan yang akan
diteliti. Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian hanya untuk melihat
pengaruh ROE, ROA dan EVA terhadap return saham pada 30 (tiga puluh) perusahaan yang terdaftar di JII berdasarkan laporan keuangan selama 3 (tiga)
tahun yaitu pada tahun 2007-2009.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini, metode penentuan sampel yang digunakan adalah
metode judgement sampling atau purposive sampling. Metode ini pada dasarnya memberikan hak pada penulis untuk menentukan langsung calon
objek penelitian sebagai sampel. Dengan kata lain selama objek yang akan
diteliti sesuai dengan karakteristik/sifat yang diperlukan, maka dapat dijadikan
elemen sampel dalam penelitian. Sampel yang digunakan oleh penulis adalah
laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar pada JII.
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Jakarta
Islamic Index (JII). Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Daftar dan informasi perusahaan yang terdaftar dalam JII pada tahun
2007-2009.
2. Laporan keuangan (Annual Report) 30 (tiga puluh) perusahaan yang dijadikan sampel tahun 2007-2009 yang diterbitkan meliputi Neraca,
Laporan Laba Rugi, dan Laporan Arus Kas.
3. Harga penutupan saham perusahaan pada tahun 2006-2009
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan metode survei terhadap data-data sekunder yang diperoleh dari JII
serta studi literatur yaitu dengan meneliti serta mengkaji dan menelaah
literatur-literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti, kemudian
dijadikan pedoman dalam melakukan studi dan penelitian di lapangan.
D. Metode Analisis
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Metode analisis yang digunakan adalah metode statistik dengan
menggunakan analisis regresi Berganda. Untuk menganalisis pengaruh
ROE, ROA, dan EVA terhadap Return Saham, model linear berganda yang digunakan dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε Dimana:
a = konstanta
b = koefisien regresi
Y = Return Saham
X1 = Return On Equity X2 = Return On Asset X3 = Economic Value Added
ε = standar error
Keandalan analisis regresi linear berganda dengan persamaan
kuadrat terkecil (OLS) sebagai alat estimasi sangat ditentukan oleh
signifikansi parameter-parameter yang ada dalam hal ini adalah koefisien
regresi yang dapat dilakukan dengan uji t dan uji f test.
Pengujian-pengujian tersebut adalah sbb:
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar prosentase variasi
dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan dalam variabel
independen. Nilai R2 terletak antara 0 dan 1. Jika R2 semakin besar,
maka semakin besar variasi dalam variabel independen. Hal ini berarti
semakin tepat garis regresi tersebut mewakili hasil penelitian yang
sebenarnya. Koefisien determinasi dinyatakan dalam prosentase
tertentu.
b. Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
Langkah – langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
a). Perumusan Hipotesis
Ho : ρ = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
H1 : ρ = 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
b). Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5%
c). Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni dengan
melihat nilai signifikan :
Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima
Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak
d). Pengambilan keputusan
c. Pengujian Koefisien Regresi Serentak (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen
secara simultan yang dapat berpengaruh terhadap variabel dependen.
Langkah- langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
a). Pengujian Hipotesis
Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen secara simultan terhadap variabel dependen.
H1 :β=0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen secara simultan terhadap variabel dependen.
b). Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5%
c). Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni dengan
melihat nilai signifikan :
Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima
Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak
d). Pengambilan keputusan
d. Uji Asumsi Klasik
a). Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji f mengasumsikan
bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
statisistik (Ghozali, 2005:110).
b). Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas merupakan pengujian apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas. Kebalikannya jika residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain berbeda, maka disebut heteroskedastisitas
(Handoko, 2008:41). Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Kebanyakan data crossection mengandung situasi
heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang
mewakili berbagai ukuran yaitu kecil, sedang dan besar (Ghozali,
2005:105).
c). Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena
residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya (Ghozali, 2005:95).
d). Uji Multikoloniearitas
Uji multikoloniearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen
saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali,
2005:91).
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan pendefinisian dari
serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan untuk menyamakan
makna dari suatu variabel. Dalam hal ini ada beberapa variabel yang
digunakan yaitu sebagai berikut, variable independent (variabel bebas) terhadap variable dependent (variabel terikat) akan digunakan analisis statistik, yakni model analisis linier berganda.
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Indikator skala
ROE
3. Invested Capital / IC (Modal yang diinvestasikan)
4. Weighted Average Cost of Capital (WACC / Biaya Tertimbang Rata-rata Atas Modal)
Nominal
Return Saham
(Hakim, 2006:21)
Perubahan return saham Nominal
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Jakarta Islamic Indeks (JII)
Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga
rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah.
Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal Indonesia
(dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa Invesment
Management (PT DIM).
Penentuan kriteria dalam pemilihan saham dalam JII melibatkan
Dewan Pengawas Syariah PT DIM. Saham-saham yang akan masuk ke JII
harus melalui filter syariah terlebih dahulu. Berdasarkan arahan Dewan
Pengawas Syariah PT DIM, ada 4 syarat yang harus dipenuhi agar
saham-saham tersebut dapat masuk ke JII:
a. emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang
tergolong judi atau perdagangan yang dilarang
b. bukan lembaga keuangan konvensional yang menerapkan sistem riba,
termasuk perbankan dan asuransi konvensional
c. usaha yang dilakukan bukan memproduksi, mendistribusikan, dan
memperdagangkan makanan/minuman yang haram
d. tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan, dan
menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat
Selain filter syariah, saham yang yang masuk ke dalam JII harus
melalui beberapa proses penyaringan (filter) terhadap saham yang listing, yaitu:
• Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3
bulan, kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar.
• Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahun berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva
maksimal sebesar 90%.
• Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan
rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama 1 (satu) tahun terakhir.
• Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas
rata-rata nilai perdagangan reguler selama 1 (satu) tahun terakhir.
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan
penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap
tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha utama emiten akan
dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia.
Perusahaan yang mengubah kini bisnisnya menjadi tidak konsisten
dengan prinsip syariah akan dikeluarkan dari indeks. Sedangkan saham
emiten yang dikeluarkan akan diganti oleh saham emiten lain. Semua
prosedur tersebut bertujuan untuk mengeliminasi saham spekulatif yang
cukup likuid.Sebagian saham-saham spekulatif memiliki tingkat likuiditas
rata-rata nilai perdagangan reguler yang tinggi dan tingkat kapitalisasi
pasar yang rendah.
2. PT. Aneka Tambang Tbk
Dengan empat dekade pengalaman sejak tahun 1968, Antam
adalah kewajiban Indonesia perusahaan negara terbatas yang terintegrasi
secara vertikal untuk melakukan semua tahapan proses penambangan dari
eksplorasi, pertambangan, peleburan, dan pemurnian hingga pemasaran.
produk utama Antam adalah feronikel, bijih nikel, emas, perak dan
bauksit.
Antam sebesar 35% dimiliki oleh publik, yang sebagian besar
adalah dengan lembaga asing, yang diselenggarakan Antam untuk
beberapa tahun. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Australia, Antam
merupakan salah satu perusahaan di Indonesia sangat sedikit untuk
sepenuhnya terdaftar di bursa saham di luar Indonesia dan oleh karena itu,
harus memenuhi standar internasional dan transparansi pemerintahan.
Sementara Antam adalah 65% dimiliki oleh pemerintah, Antam tidak
dijalankan oleh birokrat.
Tujuan utama Antam adalah menciptakan nilai pemegang saham,
tidak mengikuti arahan dari negara.Secara umum, pendekatan Antam
untuk meningkatkan nilai pemegang saham adalah dengan menurunkan
biaya sementara menguntungkan memperluas operasi secara
berkelanjutan. Antam menawarkan kesempatan yang sangat layak untuk
calon investor dan mitra usaha patungan. Memiliki kuat, fokus,
manajemen yang berorientasi masa depan dan orang-orang terampil,
produk berkualitas tinggi dan pelanggan setia jangka panjang, sebuah
catatan terbukti kinerja menguntungkan sementara menjunjung tinggi
standar internasional pembangunan masyarakat dan pengelolaan
lingkungan hidup; dan prospek masa depan yang baik dengan kualitas
cadangan mineral yang luas masih harus dikembangkan.
3. PT. Bumi Resources Tbk
Pada tahun 1997, PT Bakrie Capital Indonesia mengakuisisi
seluruh saham Perusahaan yang dimiliki oleh Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera 1912 ("AJB Bumiputera") sejumlah 26.328.600 saham, atau
sebesar 58,51% dari total saham yang dikeluarkan oleh Perseroan. Pada
tanggal 13 Agustus 1998, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
mencapai keputusan untuk mengalihkan bisnis inti Perseroan dari hotel
dan pariwisata menjadi minyak, gas alam dan investasi pertambangan.
Perusahaan mengakuisisi 97,5% saham dari Gallo Oil (Jersey) Ltd
pada tahun 2000. Gallo Oil didirikan di Jersey, Chanel Island pada tanggal
17 Desember 1997.
Nama Perusahaan diubah berdasarkan Keputusan Menteri Hukum
dan Perundang-undangan Republik Indonesia No C-21041
HT.01.04-TH.2000 tanggal 20 September 2000, dimana nama PT Bumi Modern
Tbk. menjadi PT BUMI Resources Tbk. Pada bulan November 2001.
4. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
PT. Indah Kiat Pulp & Paper merupakan perusahaan pulp &
kertas,Yang berdiri pada tanggal 07 Desember 1976. Kantor pusat
perusahaan tersebut beralamat di Wisma Indah Kiat Gedung B KM. 8
Jalan Raya Serpong, Tangerang. PT. Indah Kiat Pulp & Paper mempunyai
pabrik di daerah Riau dan Jawa Barat. Presiden komisaris perusahaan
tersebut bernama Teguh Ganda Wijaya dengan tanggal menjabat 25 Juni
2008.
5. PT. Indosat Tbk
PT Indosat Tbk., sebelumnya bernama PT Indonesian Satellite Corporation Tbk., adalah sebuah perusahaan penyelenggara jalur telekomunikasi di Indonesia. Indosat merupakan perusahaan
telekomunikasi dan multimedia terbesar kedua di Indonesia untuk jasa
seluler (Mentari, Matrix, IM3, StarOne). Indosat juga mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Saham Singapura, serta Bursa
Saham New York.
Produk indosat berupa Mentari, kartu prabayar GSM untuk pengguna umum, Matrix, kartu pascabayar GSM untuk pengguna eksekutif dan umum Matrix Auto, kartu prabayar-pascabayar GSM untuk
pengguna eksekutif dan umum, dan IM3, kartu prabayar dan pascabayar GSM untuk pengguna muda-mudi dan umum.
6. PT. International Nickel Indonesia Tbk
Pada bulan Januari tahun 1968, INCO terpilih dari enam perusahaan
untuk merundingkan sebuah Kontrak Karya. Kemudian tanggal 25 Juli
1968, berdirilah sebuah perusahaan baru yang secara resmi akta
pendiriannya disahkan dan didaftarkan yaitu: PT. International Nickel
Indonesia (PT. INCO).
PT. INCO bergerak dalam bidang pertambangan dan pengolahan
nikel, selain itu juga perusahaan ini melakukan eksplorasi dan
pengembangan endapan mineral. Dan pada tanggal 1 April 1978, PT.
INCO mulai berproduksi secara komersial.
7. PT. Kalbe Farma Tbk
PT Kalbe Farma diakui sebagai perusahaan farmasi regional terbesar
di Asia Tenggara. Namun, beberapa orang mungkin menyadari semuanya
dimulai di sebuah garasi kecil di daerah Tanjung Priok Jakarta Utara,
Indonesia.
Ketika mereka mendirikan Kalbe pada tanggal 10 September 1966,
enam pendiri mungkin tidak membayangkan bahwa Kalbe pernah bisa
menjadi kesuksesan yang sekarang ini. Visi tajam, rasa tinggi semangat
kewirausahaan dan kerja keras yang ditampilkan oleh para pendiri dan
semua pekerja telah diaktifkan Kalbe untuk terus tumbuh dan menjadi
perusahaan besar dan sukses hari ini.
Saat ini Kalbe bergerak baik dalam bisnis kesehatan konsumen dan
bisnis produk farmasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan pelanggan