• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspektasi pelanggan dan aplikasi bauran pemasaran terhadap loyalitas toko modern dengan kepuasan pelanggan sebagai intervening : studi kasus pada hipermarket carrofour lebak bulus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ekspektasi pelanggan dan aplikasi bauran pemasaran terhadap loyalitas toko modern dengan kepuasan pelanggan sebagai intervening : studi kasus pada hipermarket carrofour lebak bulus"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPEKTASI PELANGGAN DAN APLIKASI BAURAN PEMASARAN TERHADAP LOYALITAS TOKO MODEREN DENGAN KEPUASAN

PELANGGAN SEBAGAI INTERVENING (Studi Kasus pada Hipermarket Carrefour Lebak Bulus)

oleh:

MAKHRUS NIM: 105081002481

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

EKSPEKTASI PELANGGAN DAN APLIKASI BAURAN PEMASARAN TERHADAP LOYALITAS TOKO MODEREN DENGAN KEPUASAN

PELANGGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Pada Hipermarket Carrefour Lebak Bulus)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh Makhrus Nim: 105081002481

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Ttd Ttd

Dr. Yahya Hamza, MM Cut Erika AF, SE., MBA

NIP. 130 676 334 NIP.

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Hari ini kamis tanggal 18 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama MAKHRUS, NIM : 105081002481 dengan judul

Skripsi EKSPEKTASI PELANGGAN DAN APLIKASI BAURAN

PEMASARAN TERHADAP LOYALITAS TOKO MODEREN DENGAN KEPUASAN PELANGGAN SEBAGAI INTERVENING“ (Studi Kasus Pada Hipermarket Carrefour Lebak Bulus). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Maret 2010

Tim Penguji Komprehensif

Ttd Ttd

Suhendra, S.Ag, MM Lies suzanawati, SE, MSi

Ketua Sekertaris

Ttd

(4)

EKSPEKTASI PELANGGAN DAN APLIKASI BAURAN PEMASARAN TERHADAP LOYALITAS TOKO MODEREN DENGAN KEPUASAN

PELANGGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Pada Hipermarket Carrefour Lebak Bulus)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh Makhrus Nim: 105081002481

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Ttd Ttd

Dr. Yahya Hamza, MM Cut Erika AF, SE., MBA NIP. 19490602 197803 1001 NIP. -

Penguji Ahli

Ttd Ttd

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Leis Suzanawaty, SE, MSi

NIP. 19690203 200112 1003 NIP. 19720809 200501 2004

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(5)

KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

Telp : (62-21-7493318, 7496006, Fax: (62-21) 7496006) Jl. Ir.H.Juanda No. 95, Ciputat 15412, Indonesia Website : www.fitk-uinjkt.ac.id email: feis@uinjkt.ac.id

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : MAKHRUS

NIM : 105081002481

Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk meyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 28 Juni 2010

(6)

ABSTRACT

This research on customer loyalty of modern stores to investigate the direct

inflience between customes expextation and retail marketing mix aplication towards

customer loyalty of modern stores. In addition to this, it is also to see indirect

influence of customer satisfaction as an intervening variable. 100 customeer of

Carrefour Lebak Bulus are taken as samples, and the result of the research proves

that there is a negative direct influence of customer expectation toward customer

loyaly of modern stores; while retail marketing mix application has a positive

influence. Retail marketing mix application has more dominant influences than

customer expectation. The result of the research also shows that customer

satisfaction has positive intervening between customer expectation retail marketing

mix aplication toward customer loyalty of Carrefour Lebak Bulus modern stores.

(7)

ABSTRAK

Penelitian tentang loyalitas pelanggan toko moderen untuk melihat pengaruh

langsung antara ekspektasi pelanggan, aplikasi bauran pemasaran eceran, terhadap

loyalitas pelanggan toko moderen. Selain itu melihat pengaruh tidak langsung dengan

kepuasan pelanggan sebagai variabel intervening. 100 pelanggan Carrefour Lebak

Bulus diambil sebagai sampel, dan hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat

pengaruh langsung secara negatif antara ekspektasi pelanggan terhadap loyalitas toko

moderen; sedangkan aplikasi bauran pemasaran mempunyai pengaruh yang lebih

dominan dibandingkan ekspektasi pelanggan. Hasil penelitian juga membuktikan

bahwa kepuasan pelanggan merupakan intervening positif antara ekspektasi

pelanggan dan aplikasi bauran pemasaran terhadap loyalitas toko moderen Carrefour

Lebak Bulus.

(8)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang. Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan yang mula-mula menciptakan dan yang menghidupkan kembali sesudah mati. Tuhan yang memperbuat apa saja yang dikehendaki-Nya, Yang maha besar, Yang tunggal dan Maha Esa, tiada yang menyerupai Dia, Yang mempunyai sifat-sifat kebesaran dan kemuliaan. Atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Subhanallah walhamdulillah, Allah Akbar...

Shalawat dan salam tak henti-hentinya kita junjungkan untuk penghulu pemimpin kami, sang pembawa kejayaan imam sekalian rasul, nabi akhir zaman yang diutus menjadi saksi, pembawa kabar gembira yakni Muhmmad SAW.

Alhamdulillah, skripsi yang penulis selesaikan ini merupakan salah satu banyaknya nikmat dan karunia yang telah Allah SWT berikan. Dalam kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung penulis.

Ucapkan terimakasih saya sampaikan kepada:

1. Kedua orang tua saya, abah lan mimi yang senantiasa mendoakan dan memotivasi penulis tanpa lelah. Jasa-jasamu sungguh takkan pernah terlupakan walaupun sedikit. Aku sangat sayang kalian....

2. Kakakku Istiamah & K’ Budi Santoso, maksih banyak yah... semoga kalian menjadi suami istri yang sakinah mawaddah warohmah. Amin... juga buat ade-adeku; Maesaroh, Ma’arif Hamzah, Fatihatusyifa Nur Fajri dan juga buat keponakanku yang imut; Aulia sayidah Az-zahra dan ’Arifah Hayatunnufush . I Love My Fammily

(9)

4. Bapak Prof. DR. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Indoyama selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Yahya Hamza selaku Dosen Pembimbing I Skripsi, terimakasih banyak atas segala bimbingan dan waktunya hingga penyusunan skripsi ini selesai. 7. Ibu Cut Erika selaku Dosen Pembimbing II, terimaksih banyak buat semuanya

baik waktu, tenaga or lainnya hingga penyusunan skripsi ini selesai. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian.

8. Seluruh Dosen serta staff dan karyawan FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas partisipasi dan bantuannya selama penulis menuntut ilmu.

9. Immanawan/i; Ikatan Mutaharrijin Madrasah Aliyah Negeri (IMMAN) Cab. Jakarta wabilhusus angkatan 2005-2006, tetap semangat N jaya slalu.

10. Ang Yayu Himpunan Mahasiswa Jakarta Raya (HIMA-CITA), jaga selalu silaturahmi dan warisan budaya.

11. Juga buat Keluarga Besar Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD).

12. Keluarga besar PONPES MIFTAHUL MUTA’ALIMIN BABAKAN CIWARINGIN CIREBON, terimakasih atas do’a dan motivasinya.

13. Kelas Manajemen B & Marketing A angkatan 2005-2006 yang telah memberikan warna dalam perjalanan penulis.

Dan buat teman-teman saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terimakasih banyak semoga kalian semuanya sukses slalu. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki sangat terbatas. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan dari semua pihak yang sekiranya dapat membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi civitas akademis ataupun masyarakat pada umumnya. Amin...

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ...i

LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ... ...ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... ...iii

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...6

1. Manfaat Teoritis ...6

2. Manfaat Empiris ...6

BAB II LANDASAN TEORI 8 A. Pengertian Umum Pemasaran...8

B. Ekspektasi Pelanggan (Customer expectation) ...9

1. Pengertian Ekspektasi Pelanggan...9

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspektasi...10

C. Aplikasi Bauran Pemasaran Eceran (Retail Marketing Mix) ...15

1. Pengertian Bauran Pemasaran Eceran ...16

2. Jenis-jenis Toko Eceran...20

D. Loyalitas Terhadap Toko (Store Loyality) ...21

1. Pengertian Loyalitas ...21

2. Pengukuran Loyalitas ...30

E. Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) ...34

(11)

F. Penelitian Terdahulu ...42

G. Kerangka Pemikiran ...45

H. Hipotesis ...46

BAB III METODE PENELITIAN ...50

A. Gambaran Populasi ...50

B. Teknik dan Prosedur Penarikan Sempel ...50

C. Metode Pengumpulan Data ...51

D. Metode Analisis ...53

1. Uji Validitas dan Reliabilitas ...53

2. Analisis Koefisiensi Korelasi...57

3. Analisa Jalur...59

4. Pengujian Hipotesis...62

a. Uji Simultan (F-test) ...62

b. Uji Persial (T-test) ...63

E. Operasional Variabl Penelitian ...65

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ...70

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...70

1. Sejarah Carrefour ...70

2. Profil Perusahaan...71

3. Pelayanan Carrefour ...71

B. Validitas dan Reliabilitas Instrumen...74

(12)

b. Citra ...96

c. Kepuasan Keseluruhan...97

5. Loyalitas... 100

D. Metode Analisis Jalur ... 103

E. Pengujian Hipotesis ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 132

A. Kesimpulan ... 132

B. Implikasi ... 133

C. Saran ... 135

(13)

DAFTAR TABEL

3.1 Skala Likert...56

3.2 Operasional Variabel Penelitian ...67

4.1 Hasil Try Out Penelitian ...75

4.2 Janji-Janji Dalam Pesan Iklan Carrefour Sesuai Dengan Kenyataan ...81

4.3 Harga Barang Yang Di Bayar Oleh Konsumen Sesuai Dengan Harapan...81

4.4 Konsumen Ingin Merasakan Kepuasan Pelayanan Yang Telah Didapatkan Dari Sebelumnya...82

4.5 Konsumen Ingin Merasakan Kepuasan Yang Sama Dari Pelayanan Yang Diterima/Dialami Oleh Orang Lain...83

4.6 Bentuk Produk Yang Ditawarkan Oleh Carrefour Sesuai Kebutuhan...84

4.7 Kualitas Barang Memuaskan...84

4.8 Pilihan Produk Carrefour Bervariasi Sesuai Dengan Kebutuhan Konsumen .85 4.9 Harga Yang Ditawarkan Sangat Kompetitif Dengan Pengecer Lain...86

4.10 Harga Khusus Pada Hari-Hari Besar Agama Ataupun Lainnya...86

4.11 Harga-Harga Produk Sesuai Dengan Kualitas Poduk...87

4.12 Tersedianya Katalog Keterangan Produk Lengkap Dengan Harganya...88

4.13 Adanya Potongan Harga (Discount) Pada Produk-Produk Tertentu ...88

4.14 Iklan Yang Menarik Baik Melalui Media Elektronik Ataupun Cetak ...89

4.15 Desain Eksterior dan Interior Dibuat Unik dan Menarik ...90

4.16 Ruangan Dalam Carrefour Nyaman...90

4.17 Produk/Barang Jualan Ditempatkan Pada Rak Berdasarkan Fungsi dan Manfaat...91

4.18 Lokasi Carrefour Lebak Bulus Sangat Strategis dan Mudah Dijangkau ...92

4.19 Tersedianya Tempat Parkir Gratis dan Aman ...92

4.20 Karyawan Baik dan Ramah Dalam Memberikan Setiap Pelayanannya ...93

4.21 Karyawan Carrefour Sangat Sigap Dalam Melayani Pelanggan...94

4.22 Komunikasi Karyawan Dengan Konsumen Terjalin Dengan Baik ...94

4.23 Fasilitas-Fasilitas Yang Diberikan Lengkap...95

(14)

4.25 Citra Perusahaan Baik dan Memiliki Penilaian Positif Dimata Konsumen ..96

4.26 Konsumen Puas Akan Fasilitas Yang Diberikan Carrefour ...97

4.27 Konsumen Puas Akan Produk-Produk Yang Ditawarkan...98

4.28 Konsumen Puas Akan Kenyamanan Gedung...98

4.29 Konsumen Puas Akan Keamanan Gedung...99

4.30 Jika Saya Berbelanja Maka Saya Pergi Ke Carrefour... 100

4.31 Saya Merasa Senang Berbelanja Di Carrefour ... 100

4.32 Saya Yakin Dengan Pelayanan Yang Diberikan Carrefour ... 101

4.33 Saya Tidak Tertarik Berbalanja Ditempat Lain... 102

4.35 Saya Akan Memberikan Informasi dan Merekomendasikan Ke Kerabat dan Teman Tentang Kemudahan Berbelanja Di Carrefour .... 102

4.36 Model Summary... 105

4.37 Anova... 106

4.38 Coefficients... 107

4.39 Correlations... 109

4.40 Model Summary... 111

4.41 Anova... 112

4.42 Coefficients... 114

4.43 Model Summary setelah Trimming... 118

4.44 Anova setelah Trimming... 118

4.45 Coefficients setelah Trimming... 119

4.46 Rangkuman Model Summary... 119

4.47 Rangkuman Anova... 119

4.48 Rangkuman Coeffeicients... 120

(15)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Harapan Pelanggan ...11

2.2 4P Dalam Bauran Pemasaran...20

2.3 Loyalitas Pelanggan Berdasarkan Sikap dan Perilaku Pembelian Ulang ...25

2.4 Kepuasan Pelanggan ...37

2.5 Bagan Kerangka Konseptual ...45

4.1 Data Responden Menurut Jenis Kelamin ...76

4.2 Data Responden Menurut Usia...77

4.3 Data Responden Menurut Pendidikan...78

4.4 Data Responden Menurut Pekerjaan...78

4.5 Data Responden Menurut Waktu Berlangganan ...79

4.6 Data Responden Menurut Penghasilan ...80

4.7 Model Diagram Jalur Berdasarkan Paradigma Hubungan Antar Variabel ... 103

4.8 Diagram Jalur Berdasarkan Persamaan Strukturalnya... 103

4.9 Diagram Jalur Berdasarkan Persamaan Struktural I ... 104

4.10 Diagram Jalur Berdasarkan Persamaan Struktural 2... 110

4.11 Diagram Jalur Berdasarkan Persamaan Struktural 2 setelah Trimming... 124

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdagangan eceran pada pasar moderen di Indonesia mengalami

pertumbuhan dan persaingan pesat dengan masuknya perusahaan besar

seperti: Alfa, Makro, Carrefour, Giant, Hypermarket dan lainnya. Saat ini

terdapat sekitar 62 perusahaan ritel dengan sekitar 2700 gerai di seluruh

Indonesia (www.republika.co.id/koran_detail.asp).

Adanya berbagai macam bentuk toko moderen ini, mengakibatkan

beragam ekspektasi atau harapan pelanggan terhadap pelayanan dan fasilitas

yang diberikan toko-toko ini. Keberagaman ekspektasi pelanggan secara

literature dapat diterangkan dalam sembilan faktor, yaitu: harga, kelengkapan

produk, keunikan, kenyamanan, dapat dipercaya, kualitas pelayanan, nilai

uang, informasi yang dapat dipercaya, dan tempat yang tepat untuk berbelanja.

Ekspektasi atau harapan pelanggan dan aplikasi bauran pemasaran ternyata

dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan (Omar, 1999) dalam Hatane Samuel

(2006 : 53). Jika kepuasan pelanggan terwujud maka loyalitas pada toko juga

(17)

penting dalam kesuksesan perdagangan eceran dan kemampuan toko untuk

bertahan. Selain itu pada era pasar moderen saat ini, loyalitas terhadap sebuah

toko dapat ditentukan langsung oleh ekspektasi pelanggan terhadap produk

dan jasa yang ditawarkan, atau juga aplikasi bauran pemasaran eceran yang

diterapkan. (Omar, 1999; Chang dan Tu, 2005) dalam Hatane Samuel

(2006:53).

Menciptakan pelanggan yang loyal bukan merupakan hal yang mudah

untuk dilakukan, disamping membutuhkan waktu yang banyak, juga

membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pelanggan yang loyal merupakan

harapan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Pelanggan yang loyal ditandai

antara lain, melakukan pembelian yang berulang-ulang dan penyampaian hal

positif tentang perusahaan kepada pihak lain.

Fenomena munculnya berbagai perusahaan pengecer besar di

Indonesia dalam berbagai bentuk toko moderen berlaku juga di Jakarta. Hal

ini mendorong perusahaan pengecer besar untuk tetap melakukan penelitian

terhadap perilaku para pelanggannya. Hal ini diperlukan untuk dapat memberi

masukan kepada pihak manajemen dalam menyusun strategi bersaingnya

(18)

Salah satu perusahaan pengecer dengan skala usaha besar adalah

Carrefour yang berasal dari Prancis. Carrefour memulai sejarahnya di

Indonesia pada bulan Oktober 1998 dengan membuka unit pertama di

Cempaka Putih pada saat yang sama Continent yang juga sebuah paserba

(Pasar Serba Ada) dari Perancis, membuka unit utamanya di Pasar Festival.

Pada penghujung tahun 1999, Carrefour dan Promodes (induk perusahaan

Continent) sepakat untuk melakukan penggabungan atas semua usahanya di

seluruh dunia. Penggabungan ini membentuk suatu grup usaha ritel terbesar

kedua di dunia dengan memakai nama Carrefour. Selain di Jakarta,

perusahaan ini membuka cabang lagi di beberapa kota besar di Indonesia

seperti di Surabaya, Bandung, Palembang dan Medan. Fokus terhadap

konsumen diterjemahkan dalam 3 pilar utama Carrefour, yang diyakini akan

dapat membuat Carrefour menjadi pilihan tempat belanja bagi para konsumen

Indonesia. Ketiga pilar utama tersebut adalah (a) harga yang bersaing, (b)

pilihan yang lengkap, (c) pelayanan yang memuaskan. Konsep Paserba

merupakan konsep perdagangan eceran yang diciptakan oleh Carrefour, dan

dirancang untuk memuaskan para konsumen. Adanya fasilitas-fasilitas

(19)

tertentu, bahkan dengan adanya garansi harga dan garansi kualitas, maka

paserba Carrefour merupakan tempat belanja keluarga yang nyaman.

Carrefour menerapkan retail marketing mix, seperti; Store Location,

yang tepat dengan prospek pengembangan daerah hunian elite; Product

Characteristic dengan memfokuskan pada barang-barang keperluan rumah

tangga; Customer Service, seperti disediakan bagian informasi, bagian

penitipan barang, layanan pengaduan pelanggan, karyawan yang tersebar di

sekitar area perbelanjaan yang siap melayani dan membantu pembelanja;

Retail Communication dengan adanya brosur dan keanggotaan melalui

program kartu belanja Carrefour yang tersedia di pintu masuk; In Store

Ambience, seperti alunan musik, adanya kenyamanan ruangan (air

conditioner), Retail Price Consideration, mempertimbangkan harga eceran

pesaing dalam menetapkan harga, dan harga khusus pada hari-hari besar

agama. Desain eksterior dibuat menarik dengan adanya etalase, sedangkan

desain interior mempunyai keunikan, dengan barang-barang tertentu yang

dijual dikelompokan pada tiap rak. Barang jualan dikelompokan berdasarkan

fungsi dan manfaatnya, misalnya rak khusus barang elektronik, barang

(20)

beberapa produk baru yang ditempatkan di rak atau counter tersendiri dengan

dilengkapi brosur dan poster-poster bahkan dapat juga ditambahi dengan Sales

Promotion Girl (SPG) dengan pelayanan simpatik.

Berdasarkan gambaran yang dikemukakan di atas maka Carrefour

dipandang sangat representative untuk mewakili kelompok pasar moderen di

Jakarta. Sehingga penelitian ini akan menggunakan Carrefour sebagai objek

penelitian mewakili pasar moderen (toko pengecer moderen) di Jakarta.

Penelitian ini akan mencoba untuk menelusuri kepuasan pelanggan (customer

satisfaction), aplikasi bauran pemasaran eceran (retail marketing mix

application) dan dampaknya pada loyalitas toko (store loyalty). Penelitian ini

berjudul Ekspektasi Pelanggan dan Aplikasi Bauran Pemasaran terhadap

Loyalitas Toko Moderen Dengan Kepuasan Pelanggan Sebagai Intervening.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disusun

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ekspektasi pelanggan dan aplikasi bauran pemasaran berkontribusi

(21)

2. Apakah ekspektasi pelanggan, aplikasi bauran pemasaran dan kepuasan

pelanggan berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap kepuasan

pelanggan

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui apakah ekspektasi pelanggan dan aplikasi bauran pemasaran

berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan.

2. Mengetahui apakah ekspektasi pelanggan, aplikasi bauran pemasaran dan

kepuasan pelanggan berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap

kepuasan pelanggan

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis

maupun empiris, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai salah satu bagian dari pengembangan konsep perilaku pelanggan,

khususnya pada pelanggan toko eceran (Retail Store) moderen.

b. Sebagai masukan dalam pengembangan ilmu pemasaran, terutama pada

(22)

2. Manfaat Empiris

a. Untuk perusahaan pengecer di Jakarta, dapat digunakan sebagai informasi

dalam memahami perilaku pelanggannya.

b. Untuk manajemen toko moderen, dapat digunakan untuk meningkatkan

pelayanan kepada pelanggannya.

c. Dapat digunakan sebagai masukan dalam menyusun strategi bersaing antar

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Umum Pemasaran

Kotler (1995 : 8) mendefinisikan Pemasaran adalah suatu proses sosial

dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan

keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu

yang bernilai satu sama lain.

Miller & Layton (2000) dalam Fandi Tjiptono (2008 : 3) mendifinisikan

pemasaran merupakan sistem total aktivitas bisnis yang dirancang untuk

merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan dan mendistribusikan

produk, jasa dan gagasan yang mampu memuaskan keinginan pasar sasaran

dalam rangka mencapai tujuan organisasional.

Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi

kebutuhan manusia dan masyarakat. Salah satu dari definisi terpendek

pemasaran adalah “memenuhi kebutuhan secara menguntungkan”. Pemasaran

(marketing) merupakan instrument yang mutlak diperlukan bagi kelangsungan

(24)

pemasaran memang bukan satu-satunya yang menggiring kesuksesan suatu

perusahaan, namun ia merupakan “the key factor”. Pemasaran dalam artian ini

bukan hanya sebatas bagaimana mendorong penjualan suatu produk,

melainkan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Amerikan Marketing Association (2004) dalam Fandi Fandi Tjiptono

(2008 : 4) menyatakan bahwa pemasaran adalah fungsi organisasi dan

serangkaian proses menciptakan, mengomunikasikan dan menyampaikan nilai

bagi para pelanggan, serta mengelola relasi pelanggan sedemikian rupa

sehingga memberikan manfaat bagi organisasi dan para stekeholder-nya.

B. Ekspektasi Pelanggan (Customer Expectations)

1. Pengertian Ekspektasi Pelanggan

Menurut Hill (1992) dalam Rangga Pratama (2009 : 25) ekspektasi

adalah apa yang dipikirkan oleh konsumen yang harus disediakan oleh

penyedia jasa. ekspektasi atau harapan bukan merupakan prediksi dari apa

yang akan disediakan oleh penyedia jasa, ekspektasi atau harapan akan

timbul saat konsumen memerlukan suatu barang atau jasa. Menurut

Schiffman dan Kanuk (2007) dalam Rangga Pratama (2009 : 25) orang

(25)

mereka harapkan untuk dilihat biasanya berdasar atas kebiasaan dan

pengalaman masa lalu.

Ekspektasi pelanggan adalah apa yang diinginkan atau diharapkan

pelanggan untuk ”ada” di suatu tempat perbelanjaan, terutamasaat sedang

berbelanja. Kata ”ada” disinimaksudnya tidak hanya terbatas pada sesuatu

yang tangible tetapi jauh lebih luas lagi, seperti suasana, pelayanan, dan

mungkin termasuk sistem pembayaran. Harapan pelanggan memiliki sifat

yang tidak tetap atau dapat berubah-ubah mengikuti perkembangan

teknologi, sosial budaya, dan ekonomi. Apa yang diharapkan pelanggan

saat ini, belum tentu akan sama dengan masa lalu atau masa yang akan

datang.

2. Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi Harapan

Menurut Horovitz (2000 : 8) harapan (expectation) dapat terbentuk

(26)

Gambar 2.1 Harapan Pelanggan

Sumber: Horovitz (2000 : 8) “Customer Expectation”

a. Communications by the service provider

Para penyedia jasa akan saling bersaing untuk mengkomunikasikan

jasanya kepada konsumen. Salah satunya dengan cara memberikan

janji-janji iklan dan media lainnya. Janji-janji-janji tersebut nantinya akan

menimbulkan ekspektasi atau harapan dalam diri konsumen.

b. Price paid

Semakin besar jumlah uang yang dikeluarkan oleh konsumen, maka

semakin besar ekspektasi atau harapan konsumen untuk mendapatkan

pelayanan yang lebih memuaskan dibandingkan bila mengeluarkan uang

dalam jumlah kecil.

1.Communications by The Service Provider

2. Price Paid Experience 3. Similar

(27)

c. Past experience

Jika seorang konsumen pernah menikmati pelayanan yang memuaskan

disuatu tempat, maka konsumen akan mengharapkan pengalaman yang

sama seperti yang pernah dialami pada waktu menggunakan lagi layanan

yang sama.

d. Similiar experience

Bila konsumen merasa puas pada pelayanan yang diberikan, konsumen

akan menceritakan pengalaman tersebut kepada teman atau relasinya

sehingga teman atau relasi ini akan menggunakan pelayanan tersebut dan

berharap mendapat pengalaman yang sama.

Sedangkan menurut Lovelock (2001) dalam Rangga Pratama (2009 :

27), faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi harapan terhadap

pelayanan antara lain:

a. Desired and adequate service level

Desired service adalah pelayanan yang diharapkan konsumen untuk

diterima. Hal ini merupakan gabungan antara apa yang konsumen percaya

(Beliefs about what is possible) dan kebutuhan pribadi (personal needs).

(28)

pelayanan yang baik sehingga konsumen mempunyai batasan yang disebut

dengan Adequate servive. Adequate service adalah tingkatan terendah dari

suatu pelayanan dimana konsumen masih mau menerima tanpa merasa

kecewa. Hal ini dipengaruhi oleh faktor situasi (siuational factors) dan

pemberian alternatif suatu layanan (preceived service alterations)

b. Predicted service

Predicted service adalah tingkatan layanan yang diprediksikan oleh

konsumen. Hal ini akan berpengaruh secara langsung kepada tingkat

adequate service. Jika konsumen memprediksikan akan menerima

pelayanan yang baik maka tingkat adequate service akan tinggi bila

dibandingkan jika konsumen memprediksikan akan menerima pelayanan

yang buruk.

c. Zone of tolerance

Zone of tolerance adalah suatu tingkatan dimana konsumen memberikan

toleransi tehadap pelayanan yang kurang konsisten dari hari ke kehari.

Dalam zone of tolerance konsumen tidak terlalu memperhatikan pelayanan

yang diterima. Jika layanan berada diluar zone of tolerance maka

(29)

Ekspektasi pelanggan adalah apa yang diinginkan atau diharapkan

pelanggan untuk ”ada” di suatu tempat perbelanjaan, terutamasaat sedang

berbelanja. Kata ”ada” disinimaksudnya tidak hanya terbatas pada sesuatu

yang tangible tetapi jauh lebih luas lagi, seperti suasana, pelayanan, dan

mungkin termasuk sistem pembayaran. Harapan pelanggan memiliki sifat

yang tidak tetap atau dapat berubah-ubah mengikuti perkembangan

teknologi, sosial budaya, dan ekonomi. Apa yang diharapkan pelanggan

saat ini, belum tentu akan sama dengan masa lalu atau masa yang akan

datang.

Kualitas layanan (service quality) merupakan salah satu faktor dari

ekspektasi pelanggan, mempunyai beberapa elemen. Menurut Gilbert

(2003) dalam Hatane Samuel (2006 : 55), elemen dari ekspektasi

pelanggan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Tangible adalah segala sesuatu yang berwujud dan mendukung

operasional suatu layanan jasa seperti: fasilitas fisik, penampilan

karyawan, peralatan atau perlengkapan yang digunakan, bentuk fisik lain

(30)

b. Realibility adalah kemampuan pengelola atau pelayan jasa dalam

mewujudkan, memberikan layanan jasa sesuai dengan yang telah dijanjika,

seperti: keakuratan dalam memberi harga, menjaga catatan keakuratan

yang sudah tercapai, tepat waktu.

c. Responsiveness adalah kesediaan pengelola atau pelayan untuk

membantu pelanggan, termasuk tanggapan akan kebutuhan dan keinginan

pelanggan, seperti: menjawab pertanyaan pelanggan, memberikan

pelayanan dengan cepat, memberikan bon pembelian pada pelanggan.

d. Competence adalah jaminan pengetahuan pengelola atau pelayan

mengenai jasa layanan yang diberikan dan kemampuan untuk menciptakan

kepercayaan pada pelanggan, seperti: pengetahuan contact personel,

mendengarkan kebutuhan pelanggan dan menjelaskan produk atau jasa

yang bisa memenuhi kebutuhan pelanggan, memperkuat reputasi dari

badan usaha, mampu menjaga kerahasiaan data finansial dan sistem

keamanan.

e. Emphaty adalah sikap peduli, perhatian, pengertian dari pengelola atau

pelayanan jasa akan kebutuhan dan keinginan pelanggan, seperti:

(31)

spesifik pelanggan dan mengantisipasinya, menyediakan layanan secara

individual.

Konsumen setelah menerima pelayanan, mereka akan

membandingkan antara pelayanan yang diharapkan dan pelayanan yang

mereka terima. Jika pelayanan yang diterima dibawah pelayanan yang

diharapkan, konsumen akan tidak puas dan kehilangan kepercayaan

terhadap penyedia produk tersebut. Sebaliknya jika pelayanannya sesuai

dengan apa yang dihaapkan maka konsumen akan puas. jadi kuncinya

adalah menyesuaikan atau melebihi ekspektasi pelanggan.

C. Bauran Pemasaran Eceran (Retail Marketing Mix)

1. Pengertian Bauran Pemasaran Eceran

Kotler & Armstrong (1997 : 42) perdagangan eceran (retailing)

adalah meliputi semua aktivitas yang dilakukan untuk menjual barang atau

jasa langsung kepada konsumen akhir bagi penggunaan pribadi, dan bukan

untuk bisnis. Sedangkan Gilbert (2003) dalam Hatane Samuel (2006 : 55)

mendefinisikan retailing atau usaha eceran sebagai. Any Business that

(32)

upon the organization of selling goods and services as a means of

distribution. ( p.6).

Aplikasi bauran pemasaran eceran (retail marketing mix

application) terdiri dari: store location, product characteristic, customer

service, retail communication, in-store ambience, retail price

consideration, store design, visual merchandising (Omar, 1999) dalam

Hatane samuel (2006 : 56). Semua yang disebutkan dapat dilakukan

perusahaan atau toko moderen dalam menciptakan sinergi bauran

pemasaran ecerannya. Gilbert (2003) dalam Hatane Samuel (2005 : 56)

menyatakan bahwa promosi dapat saja merangsang pelanggan

mengunjungi toko, tetapi tampilan atau penataan produk oleh pengecer

akan membuat perbedaan pada tingkat penjualan. Visual merchandising

terdiri dari visual materials dan window displayas. Visual merchandising

adalah suatu presentasi non personal dan pameran barang dagangan,

dengan penjelasan rinci. Pendekatan ini untuk mendapatkan kepastian

mengenai penampilan produk secara optimal, memperlengkapi pameran

yang akan meningkatkan penyajian produk dan menggugah minat beli,

(33)

brosur dan poster-poster, menjamin ketersediaan barang, meningkatkan

penambahan penjualan melalui rangsangan pembelian atau dengan

mengingatkan si pembeli apa yang akan didapat berdasarkan slogan

produk tersebut.

Menurut Bellenger and Goldstrucker (1983) dalam Hatane Samuel

(2006 : 56), bauran eceran terdiri dari lima atribut untuk kegiatan operasi

usaha eceran yang dapat dikendalikan oleh pengecer suatu badan usaha

yang terdiri dari: physical facilities (fasilitas fisik), merchandise (produk),

pricing (harga), promotion (promosi) dan service (layanan).

Bauran pemasaran adalah kelompok kiat pemasaran yang

digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar

sasaran (Kotler, 1995 : 112). Konsep bauran pemasaran dipopulerkan

pertama kali beberapa dekade yang lalu yaitu oleh Jerome McCharty

(1968) yang merumuskan bauran pemasaran ke dalam empat aspek pokok:

product, price, place, dan promotion (hingga dikenal dengan istilah 4P).

model 4P versi McCharty hingga kini tetap paling populer dan masih

menjadi elemen kunci dalam mayoritas teks pemasaran. Teori tersebut

(34)

terkadang ada tambahan tapi tak lepas dari 4P tersebut. (Fandy Tjiptono,

2008:7).

a. Product, produk merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang

ditunjukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan

dan keinginan pelanggan. Dalam konteks ini, produk bisa berupa apa saja

(baik yang berwujud fisik maupun yang tidak) yang dapat ditawarkan

kepada pelanggan potensial untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan

tertentu.

b. Pricing, kepuutusan bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategis

dan taktis, seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran dan

tingkat diskriminasi harga di antara berbagai kelompok pelanggan.

c. Promotion, bauran promosi tradisional meliuti berbagai metode untuk

mengkomunikasikan manfaat kepada pelanggan potensial dan aktual.

d. Place, keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa

(35)

Macam produk Saluran

Harga dasar Promosi Penjualan

Potongan Harga Iklan

Rabat Hubungan Masyarakat

Jangka waktu Pembayaran Wiraniaga

Gambar 2. 2 4P Dalam Bauran Pemasaran

Sumber: Kotler (1995 :112) ”Marketing Mix”

2. Jenis-Jenis Toko Eceran (Stores Retail)

Pengecer sendiri dapat diklasifikasikan menurut ragam produknya

secara vertikal dan horizontal. Kotler dan Armstrong (1997 : 43)

mengklasifikasikan sebagai berikut:

a. Toko spesial, yang menjual lini produk dengan sedikit jenisnya tetapi

ragam barang yang luas dalam lini ini, seperti toko yang menjual alat-alat

olahraga, perabot rumah tangga, buku, alat-alat elektronik, bunga atau

(36)

b. Toko serba ada atau Department store, yang menjual sejumlah besar lini

produk, biasanya pakaian, perlengkapan rumah tangga dan barangbarang

keperluan rumah tangga.

c. Pasar swalayan adalah toko besar, berbiaya rendah, berlaba rendah dan

jumlah penjualan yang besar seperti menjual beraneka ragam barang

seperti makanan, pencuci pakaian dan produk rumah tangga.

d. Toko konviniens adalah toko-toko kecil yang menjual lini produk terbatas

barang-barang konviniens yang tinggi perputarannya, sering juga disebut

warung serba ada.

Superstore, toko kombinasi dan Hypermarket, tiga jenis ini lebih

besar dibandingkan pasar swalayan konvensional. Superstore besarnya

hampir dua kali pasar swalayan biasa dan menjual banyak ragam barang

yang dibeli secara rutin, makanan maupun bukan makanan.

D. Loyalitas Terhadap Toko (Store Loyalty)

1. Pengertian Loyalitas

Kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang

sangat unggul kepada para pelanggannya, menyebabkan pelanggan merasa

(37)

kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan, maka akan dapat menciptakan

pelanggan yang loyal kepada perusahaan.

Assael (1998 : 130) mendefinisikan loyalitas sebagai “a favorable

attitude toward a brand resulting in consistent purchase of the brand over

time.” Literatur-literatur pemasaran menyatakan bahwa loyalitas dapat

dipahami dari dua dimensi sebagai berikut (Jacoby dan Kyner, 1973

seperti dikutip oleh Hallowel, 1996) dalam Licen Indahwati Darsono

(2008 : 5):

a. Loyalty is behavioral, artinya loyalitas dapat dipahami sebagai konsep yang

menekankan pada runtutan pembelian, proporsi pembelian, probabilitas

pembelian (Dick dan Basu, 1994). Pemahaman ini sering disebut

pendekatan keperilakuan (behavioral approach).

b. Loyalty as an attitude, artinya loyalitas dipahami sebagai komitmen

psikologis pelanggan terhadap obyek tertentu (Dharmmesta, 1999).

Pemahaman ini sering disebut sebagai pendekatan attitudinal (attitudinal

approach).

Menurut Wong dan Sohal (2003) dalam Ilham Saputra (2007 : 20)

(38)

yang sangat berharga yang harus dijaga agar konsumen tidak beralih

kepada perusahaan atau pesaing lainnya. Penelitian mengatakan bahwa

loyalitas pelanggan adalah hal yang sangat vital bagi kelangsungan bisnis

pada perusahaan jasa.

Loyalitas konsumen secara umum dapat diartikan kesetiaan seseorang

atas suatu produk, baik barang maupun jasa tertentu. Loyalitas konsumen

merupakan manifestasi dan kelanjutan dari kepuasan konsumen dalam

menggunakan fasilitas maupun jasa pelayanan yang diberikan oleh pihak

perusahaan, serta untuk tetap menjadi konsumen dari perusahaan tersebut.

Loyalitas adalah bukti konsumen yang selalu menjadi pelanggan, yang

memiliki kekuatan dan sikap positif atas perusahaan itu. Dari penjelasan di

atas dapat diketahui bahwa masing-masing pelanggan mempunyai dasar

loyalitas yang berbeda, hal ini tergantung dari obyektivitas mereka

masing-masing.

Lovelock (1991 : 44) menjelaskan bahwa tingkat kesetiaan dari para

konsumen terhadap suatu barang atau jasa merek tertentu tergantung pada

beberapa faktor: besarnya biaya untuk berpindah ke merek barang atau jasa

(39)

atau jasa pengganti, adanya risiko perubahan biaya akibat barang atau jasa

pengganti dan berubahnya tingkat kepuasan yang didapat dari merek baru

dibanding dengan pengalaman terhadap merek sebelumnya yang pernah

dipakai.”

Loyalitas bukan tentang persentase dari konsumen yang sebelumnya

membeli dari anda, tetapi tentang pembelian ulang. Loyalitas adalah tentang

persentase dari orang yang pernah membeli dalam kerangka waktu tertentu

dan melakukan pembelian ulang sejak pembeliannya yang pertama.

Menurut Fandy Tjiptono (2000 : 110) loyalitas pelanggan

merupakan komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko atau pemasok

berdasarkan sikap yang positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang

konsisten.

Menurut Jill Grifin (2003) dalam Ilham Saputra (2007 : 22)

“Customer Loyality” merupakan kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan

yang menyediakan barang atau jasa. Kepuasan pelanggan merupakan

faktor yang menentukan tingkat loyalitas konsumen. Pelanggan yang loyal

akan menunjukan prilaku seperti: menolak pesaiang lain, membeli kembali

(40)

Menurut Jill Grifin (2003 : 22) menyatakan bahwa faktor kedua

yang dapat menentukan loyalitas konsumen tehadap produk atau jasa

adalah pembelian ulang. Empat jenis loyalitas yang berbeda muncul

apabila keterkaitan rendah dan tinggi diklasifikasi silang dengan pola

pembelian ulang yang rendah dan tinggi.

Perilaku Pembelian Ulang Kuat Lemah Kuat Loyality Latent Loyality Sikap

Lemah Spurious Loyality

No Loyality

Gambar 2.3 Loyaltas Pelanggan Berdasarkan sikap dan Perilaku Pembelian Ulang

Sumber: Tjiptono, Fandy (2004 : 393) “Pemasaran Jasa”

a. No Loyality

Bila sikap dan perilaku pembelian ulang pelanggan sama-sama lemah,

maka loyalitas tidak terbentuk. Ada dua kemungkinan penyebabnya.

Pertama, sikap yang lemah (mendekati netral) bisa terjadi bila suatu

produk/jasa baru diperkenalkan dan/atau pemasarannya tidak mampu

mengomunikasikan keunggulan produknya. Tantangan bagi pemasar

(41)

konsumen melalui berbagai strategi bauran promosi. Penyebab kedua

berkaitan dengan dinamika pasar, dimana merek-merek yang berkompetisi

dipersepsikan serupa/sama. Konsekuensinya, pemasar mungkin sangat

sukar membentuk sikap yang positif/kuat terhadap produk atau

perusahaannya, namun ia bisa meencoba menciptakan spurious loyalty

melalui pemilihan lokasi yang strategis, promosi yang agresif,

meningkatkan shelf space untuk mereknya, dan lain-lain.

b. Spurious Loyalitas

Bila sikap yang relatif lemah disertai dengan pola pembelian ulang yang

kuat, maka yang terjadi adalah spurious loyalty atau captive loyalty.

Situasi semacam ini ditandai dengan pengaruh faktor nonsikap terhadap

prilaku, misalnya norma subjektif dan faktor situasional. Situasi ini bisa

dikatakan pula inertia, di mana konsumen sulit membedakan berbagai

merek dalam kategori produk dengan tingkat keterlibatan rendah, sehingga

pembelian ulang atas dasar pertimbangan situasional, seperti familiarty

(karena penempatan produk yang strategis pada rak pajangan, lokasi outlet

jasa dipusat perbelanjaan atau persimpangan yang ramai) atau faktor

(42)

c. Latent Loyality

Situasi latent loyalty tercermin bila sikap yang kuat disertai dengan pola

pembelian ulang yang lemah. Situasi yang menjadi perhatian besar para

pemasar ini disebabkan pengaruh faktor-faktor nonsikap yang sama kuat

atau bahkan cenderung lebih kuat dari pada faktor sikap dalam

menentukan pembelian ulang. Sebagai contoh, bisa saja seorang bersikap

positif terhadap restoran tertentu, namun tetap saja ia berusaha mencari

variasi karena pertimbangan harga atau preferensi terhadap berbagai

variasi menu atau masakan.

d. Loyality

Situasi ini merupakan situasi ideal yang paling diharapkan para pemasar,

di mana konsumen bersikap positif terhadap jasa atau penyedia jasa

bersangkutan dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten. Jenis

loyalitas ini adalah jenis loyalitas yang paling ditingkatkan, terjadi apabila

ada tingkat keterkaitan yang tinggi dan tingkat pembelian berulang yang

juga tinggi. Ini merupakan jenis loyalitas yang lebih disukai untuk semua

pelanggan disetiap perusahaan. Pada tingkat preferensi palig tinggi

(43)

menggunakan produk tersebut dan mereka senang membagi pengetahuan

mereka dengan rekan dan keluarga. Para pelanggan ini akan menjadi

pendukung vokal produk atau jasa tersebut dan selalu menyarankan orang

lain untuk membelinya.

Tingkah laku loyalitas sebenarnya mulai muncul pada era tahun

1970-an, sesudah suatu periode dimana sebagian besar penelitian

membuktikan bahwa loyalitas adalah suatu pola pembelian ulang (Oliver,

1997) dalam Hatane Samuel (2006 : 56). Loyalitas toko adalah salah satu

faktor terpenting dalam menentukan kesuksesan suatu bisnis eceran dan

keberlangsungan toko tersebut, dan tanpa adanya loyalitas dalam suatu

bisnis eceran, maka keunggulan kompetitif yang dimiliki seperti tidak

pernah ada dan tidak akan sukses (Omar 1999) dalam Hatane Samuel

(2006 : 56). Uncle dan Hammond (1997) dalam Hatane Samuel (2006 :

56) menyarankan bahwa harus ada pengklasifikasian konsumen secara

lebih luas dalam hal pemilihan suatu toko secara individual, frekuensi

dalam mengunjungi toko, jumlah pembelanjaan dan tingkatan atau level

dari loyalitas toko. Smith (1970) memperkirakan bahwa pembelanja secara

(44)

berbelanja. Kelompok pertama adalah .the pre-sold consumer., yaitu

konsumen yang telah memutuskan produk apa yang akan dibeli sebelum

memasuki suatu toko. Kelompok kedua adalah .the pliable consumer.

yaitu konsumen yang pada pokoknya terpengaruh oleh in-store factors.

Kelompok yang ketiga adalah .the store loyalist. yaitu mereka (konsumen)

yang setia terhadap suatu toko. Kelompok yang terakhir adalah .the

rational shoppers. yaitu mereka yang menjadi fokus dalam filosofi

manajemen. Menurut Loudon and Della Bitta (1993), store loyalty refers

to the customer’s inclination to patronize a given store during a spesified

periode of time (p. 548). Pelanggan yang dianggap loyal akan

berlangganan atau melakukan pembelian ulang selama jangka waktu

tertentu. Store loyalty is the degree to which a consumer consistenly

patronize the same store when shopping for partikular types of product.

dan pelanggan yang loyal sangat berarti bagi badan usaha karena biaya

untuk mendapatkan pelanggan baru lebih mahal daripada memelihara

(45)

2. Pengukuran Loyalitas

Salah satu model yang paling relevan dalam mengukur loyalitas toko

adalah menurut Oliver (1997) dalam Hatane Samuel (2006 : 56), yaitu four

stage loyalty model terbagi seperti berikut:

a. Cognitive loyalty, loyalitas pada tahap ini berhubungan langsung dengan

informasi yang tersedia dari barang atau jasa dalam hal harga dan

manfaatnya. Loyalitas pada tahap ini tergolong rendah, sehingga jika toko

lain menawarkan harga yang lebih baik, maka pelanggan akan berpindah

ke toko tersebut untuk berbelanja. Hal ini karena pelanggan sadar atau

peka akan harga dan manfaat produk.

b. Affective loyalty, misalnya kenyamanan pelayanan, kebersihan toko,

suasana, harga yang kompetitif kemudahan berbelanja, dan lain-lain.

c. Conative loyalty, loyalitas berhubungan dengan komitmen dalam

pembelian kembali suatu produk spesifik. Pelanggan pada tahap ini

memilih untuk berkomitmen membeli lagi suatu barang atau jasa secara

konsisten di masa mendatang.

d. Action loyalty, merupakan tahap paling akhir dari loyalitas pelanggan

(46)

respons secara rutin. Action atau tindakan dipandang sebagai suatu hal

yang sangat penting dalam menggabungkan tahapan sebelumnya.

Loyalitas pelanggan merupakan kesetiaan pelanggan terhadap

perusahaan yang menyediakan barang atau jasa, kepuasan pelanggan

merupakan faktor yang menentukan tingkat loyalitas konsumen.

Fandi Tjiptono (2008 : 76) perspektif loyalitas pelanggan meliputi:

a. Perspektif Behavioral (Stokastik), berdasrkan perspektif ini, loyalitas

merek diartikan sebagai pembelian ulang sebuah merek secara

konsisten oleh pelanggan. Model ini dipandang mampu menjelaskan

prilaku konsumen secara agregat. Argumentasi utamanya: loyalitas

pelanggan dipengaruhi oleh begitu banyak variabel yang saling

berinteraksi dalam frekuensi yang tidak bisa diprediksi, sehingga

dalam praktik prosesnya bersifat stokastik (fenomena random).

b. Perspektif Sikap (Deterministik), perspektif ini berfokus pada

komitmen psikologis konsumen dalam pembelian, tanpa perlu

mempertimbangkan secara spesifik perilaku pembelian efektif (aktual).

Berbeda dengan aliran behavioral yang mengoprasionalisasikan

(47)

mengukur loyalitas sebagai skala interval atau kontinum (a degree of

loyalty). Karena itu, tujuan utama pengukuran loyalitas berdasarkan

perspektif sikap bukanlah untuk mengetahui apakah seseorang loyal

atau tidak, namun untuk memahami intensitas loyalitasnya terhadap

merek atau toko tertentu.

Menurut Kotler (1997 : 262), loyalitas konsumen berdasarkan pola

pembeliannya dapat dibagi menjadi empat golongan:

a. Golongan Fanatik, adalah konsumen yang selalu membeli satu merek

sepanjang waktu, sehingga pola membelinya adalah X, X, X, X, yaitu setia

pada merek X tanpa syarat

b. Golongan Agak Setia, adalah konsumen yang setia pada dua atau tiga merek.

Di mana kesetiaan yang terpecah antara dua pola (X dan Y) dapat dituliskan

dengan pola membeli X, X, Y, Y, X, Y

c. Golongan Berpindah Kesetiaan, adalah golongan konsumen yang bergeser

dari satu merek ke merek lain, maka bila konsumen pada awalnya setia pada

merek X tetapi kemudian pada saat berikutnya berpindah ke merek Y. Pola

(48)

d. Golongan Selalu Berpindah-pindah, adalah kelompok konsumen yang sama

sekali tidak setia pada merek apapun, maka pola membelinya dapat dituliskan

X, Y, Z, S, Z

Beberapa pendekatan mengukur loyalitas pelanggan menurut

Oliver (1996 : 392), diantaranya dengan cara mengukur hal-hal sebagai

berikut:

a. Behaviour measures

Dapat digunakan secara langsung untuk mengukur loyalitas konsumen

dengan mempertimbangkan pola belanja aktual konsumen. Jenis pengukuran

yang digunakan:

1) Repurchase rate adalah pembelian ulang yang dilakukan oleh konsumen

terhadap suatu produk atau jasa

2) Percent of purchase adalah persentase seorang konsumen membeli

produk atau jasa yang sama dalam beberapa kali pembelian.

3) Number of brand purchase, berapa banyak jenis produk atau jasa yang

(49)

b. Measuring satisfaction

Pengukuran terhadap kepuasan pelanggan atau bahkan ketidak puasan

konsumen terhadap suatu produk atau jasa.

c. Liking the brand

Liking atau kesukaan terhadap suatu produk atau jasa dapat digunakan

sebagai alat mengukur loyalitas konsumen tingkatan kesukaan akan

terhadap ini dimulai dari liking, respect, friendship, dan trust.

d. Commitment

Konsumen yang memiliki komitmen terhadap suatu produk atau jasa

terlebih mudah untuk dideteksi. Komitmen yang tinggi yang digunakan

oleh pelanggan untuk membeli kembali atau berlanggan suatu produk atau

jasa secara terus menerus dimasa yang akan datang walaupun terdapat

situasi atau kondisi yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku dalam

pembelian.

E. Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction)

1. Pengertian Kepuasan Pelanggan

Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa latin “satis” (artinya

(50)

diartikan sebagai ’upaya pemenuhan sesuatu” atau ”membuat sesuatu

memadai”. (fandi Tjiptono, 2004 : 349). Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis

adalah menciptakan para pelanggan merasa puas. Terciptanya kepuasan

pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara

perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik

bagi pembelian ulang dari terciptanya loyalitas pelanggan, dan membentuk

suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang menguntungkan

bagi perusahaan.

Menurut Kotler A. B. Susanto (2000 : 52) kepuasan pelanggan adalah

tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang

dia rasakan dibandingkan dengan harapannya.

Sedangkan menurut Engel, et al (1994 : 409) kepuasan (satisfaction)

adalah evaluasi pasca konsumsi bahwa suatu alternatif terpilih memenuhi atau

melampaui harapan sedangkan ketidakpuasan timbul apabila penilaian

mengenai apakah hasil pembelian memenuhi harapan.

Dari beberapa uraian definisi mengenai kepuasan, maka secara umum

kepuasan dapat diartikan sebagai suatu perbandingan antara layanan atau hasil

(51)

yang diterima itu paling tidak harus sama dengan harapan konsumen, atau bahkan

melebihinya.

Dari definisi tersebut dapat dirumuskan

Kepuasan pelanggan = f (expectation, Perceived performance)

Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa terdapat dua variabel

utama yang menentukan kepuasan pelanggan yaitu harapan dan kinerja.

Pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan dan

kinerja atau hasil yang dirasakan. Engel (1990) dan Pawita (1993) seperti

dikutip oleh Fandi Tjiptono (2005) dalam Hanny Setiani (2008 : 22)

mengatakan bahwa pengertian tersebut dapat diterapkan dalam penilaian

kepuasan atau ketidakpuasan terhadap mutu perusahaan tertentu, karena

keduanya berkaitan erat dengan konsep kepuasan pelanggan, sebagaimana

(52)

Gambar 2. 4 Kepuasan Pelanggan

Sumber: Rangkuti, Freddy (2003), Measuring Customer Stisfaction, PT. Gramedia Pustaka Utama

Untuk menentukan kebutuhan dan keinginan pelanggan yang akan

dipuaskan bukanlah hal yang mudah, hal ini disebabkan karena kebutuhan

dan keinginan pelanggan selalu mengalami perubahan dari waktu ke

waktu. Jika pelanggan merasa puas, maka ada kecenderungan untuk

melakukan pembelian ulang.

Dalam era kompetisi bisnis yang ketat seperti sekarang ini, kepuasan

pelanggan merupakan hal yang utama. Pelanggan diibaratkan seorang raja

yang harus dilayani, namun hal ini bukan berarti menyerahkan segala-galanya

Tingkat Kepuasan Pelanggan Nilia Produk bagi

pelanggan

Ekspektasi Pelangan Terhadap produk Tujuan

perusahaan

Produk

(53)

kepada pelanggan. Usaha memuaskan kebutuhan pelanggan harus dilakukan

secara menguntungkan atau bersifat “win-win situation” yaitu keadaan

dimana kedua belah pihak merasa menang dan tidak ada yang dirugikan.

Kurtz and Boone (1995) dalam Hatane Samuel (2006 : 57),

customer satisfaction is the ability of goods or services to meet or exceed

buyer need and expectations (p. 46). Jika saat pelanggan membeli dan

menggunakan suatu produk, dan mampu memenuhi bahkan melampaui

kebutuhan dan harapannya, maka akan terjadi kepuasan. Kepuasan

konsumen atau pelanggan dapat diartikan sebagai perasaan senang atau

kecewa (ketidakpuasan) seseorang setelah membandingkan kinerja

(performance) produk dengan apa yang diharapkan (expectation). Hanan

and Karp (1989) dalam Hatane Samuel (2006 : 57) menyatakan bahwa

didalam mengevaluasi kepuasan pelanggan terhadap suatu produk selalu

mengacu pada atribut-atribut pembentuk kepuasan, dikenal dengan istilah

.The Big Eight.. The Big Eight sendiri terdisri dari: product related

factors; value to price relationship, product quality, products features,

reliability, service related factors, warranty, response to and remedy of

(54)

Secara umum, kepuasan pelanggan ditentukan oleh terpenuhi

tidaknya harapan pelanggan. Definisi umum tersebut mengacu pada

paradigma expectancydisconfirmation. Berdasarkan paradigma ini,

pelanggan membentuk ekspektasi atau harapan, ekspektasi ini akan

menjadi standar untuk menilai kinerja aktual suatu produk atau jasa. Jika

apa yang diharapkan pelanggan terpenuhi, maka akan terjadi confirmation.

Dengan kata lain, pelanggan puas. Sebaliknya, jika apa yang diharapkan

pelanggan tidak terpenuhi, maka akan terjadi disconfirmation. Ada

disconfirmation yang positif, ada disconfirmation yang negatif.

Disconfirmation positif terjadi jika suatu produk atau jasa dapat memenuhi

kebutuhan pelanggan melebihi apa yang diharapkan oleh pelanggan.

Disconfirmation negatif terjadi jika suatu produk atau jasa tidak dapat

memenuhi harapan pelanggan. Confirmation dan disconfirmation positif

dapat membuat pelanggan puas, sedangkan disconfirmation negatif dapat

menyebabkan pelanggan tidak puas (Licen, 2008 : 9). Oleh karena itu,

Oliver (1996) seperti dikutip oleh Ruyter dan Bloemer (1999 : 323) dalam

(55)

thus perceived to be a postconsumption evaluation or a pleasureable level

of consumption-related fulfillment.”

Peneliti sependapat dengan Oliver (1996), sehingga kepuasan

dalam penelitian ini adalah evaluasi pasca konsumsi yang dilakukan

pelanggan. Penelitian ini menggunakan konseptualisasi kepuasan yang

dikemukakan oleh Oliver (1999 : 34) sebagai “Satisfaction is defined as

pleasureable fulfillment. That is, the consumer senses that consumption

fulfills some need, desire, goal, or so forth and this fulfillment is

pleasureable.” Jadi, pada dasarnya kepuasan merefleksikan dampak

kinerja suatu produk atau jasa terhadap perasaaan konsumen (Rosenberg,

1960 seperti dikutip oleh Olsen, 2002) dalam Licen Indahwati Darsono

(2008 : 9). Konsumen merasakan apakah konsumsi yang dilakukannya

telah memenuhi kebutuhan dan keinginannya, apakah konsumsi tersebut

menyenangkan atau tidak.

Dalam memberikan layanan yang bertujuan untuk memberi kepuasan

bagi pelanggan, ada beberapa keuntungan yang dapat diambil. Keuntungan

pertama yang terbesar yaitu kepercayaan pelanggan, karena pelanggan

(56)

kedua, bahwa pelanggan mendapat nilai maksimum dari pembeliannya dan

memungkinkan pelanggan dengan cepat dan mudah menggunakan seluruh

manfaat dari produk yang telah dibelinya. Manfaat dari produk dan layanan

yang diberikan kepada pelanggan harus mengarah kepada peningkatan

kesetiaan pelanggan (Armistead dan Clark, 1996:5-7) dalam (Theresia

Widyaratna Danny dan Filicia Chandra, 2001 : 89). Ada dua macam

kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan:

a. Kepuasan Fungsional, merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi atau

pemakaian suatu produk. Misalnya dengan makan, membuat orang menjadi

kenyang dan tubuhnya sehat.

b. Kepuasan Psikologikal, merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang

bersifat tak berwujud atas pembelian produk. Misalnya orang akan bangga

bila mengendarai mobil BMW.

Kepuasan pelanggan diimplementasikan dalam 4 dimensi yaitu harga

(price), pelayanan (service), citra (image), dan kepuasan keseluruhan (overall

customer satisfaction). Keemmpat dimensi tersebut dikembangkan oleh

Nauman dan Gie (1995), madu, kueh dan Jacob (1996) dalam Rangga

(57)

F. Penelitian Terdahulu

Licen Indahwati darsono (2008) dalam penelitiannya yang berjudul

Hubungan Perceived Service Quality dan Loyalitas: Peran Trust dan

Satisfaction sebagai mediator menunjukan bahwa perceived service quality

merupakan anteseden satisfaction dan trust. Jadi, dalam penelitian ini,

semakin tinggi perceived service quality, semakin besar kemungkinan

terbentuknya satisfaction dan trust.

Hatane samuel (2006) dalam penelitiannya yang berjudul ekspektasi

pelanggan dan aplikasi bauran pemasaran terhadap loyalitas toko moderen

dengan kepuasan pelanggan sebagai intervening, Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa:

1. Ekspektasi pelanggan terhadap produk dan jasa yang ditawarkan oleh toko

moderen ternyata berpengaruh langsung secara negatip terhadap kepuasan

pelanggan dan loyalitas pelanggan toko moderen.

2. Aplikasi Bauran Pemasaran Eceran yang dilakukan oleh toko moderen

berpengaruh langsung secara positip terhadap kepuasan pelanggan dan

loyalitas toko moderen.

(58)

Eceran secara bersama mepengaruhi Loyalitas pelanggan, namun variabel

Aplikasi Bauran Pemasaran mempunyai pengaruh yang lebih dominan.

4. Kepuasan pelanggan dapat merupakan variable intervening positip antara

Ekspektasi pelanggan dan Aplikasi Bauran Pemasaran Eceran terhadap

Loyalitas toko moderen.

Theresia Widyaratna Danny dan Filicia Chandra (2001) dalam

penelitiannya yang berjudul Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen

Terhadap Tingkat Penjualan di Warung Bu Kris (Studi Kasus Pada Ayam

Penyet Sebagai Menu Unggulan Warung Bu Kris). Teknik penarikan sampel

dalam penelitian ini dipilih secara non probabilitas (Non Random Sampling

Method), yaitu tidak semua subyek atau individu dari populasi mendapatkan

kemungkinan (probabilitas) yang sama untuk dijadikan anggota sampel. Dalam

penelitian ini, kriteria non random yang digunakan adalah orang yang sedang

makan (menyantap makanan). Untuk survei awal dalam penelitian ini, diambil

sampel penelitian sebanyak 60 orang responden, dan untuk survei lanjutan

sebanyak 200 orang responden. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang

telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

(59)

b. Terdapat asosiasi antara kepuasan dan loyalitas konsumen yang makan di Warung

Bu Kris.

c. Terdapat asosiasi antara kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap tingkat penjualan di Warung Bu Kris.

Diah Dharmayanti (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis

Dampak Service Performance dan Kepuasan sebagai Moderating Variable

Terhadap Loyalias Nasabah (study pada nasabah tabungan Bank Mandiri

Cabang Surabaya) menyimpulkan bahwa Service performance memiliki pengaruh

langsung yang kuat terhadap loyalitas nasabah dan service performance yang baik

tidak selalu menghasilkan kepuasan nasabah tetapi hadirnya kepuasan nasabah

sebagai variabel moderator, bukan sebagai variabel intervening, adalah tepat karena

telah terbukti bahwa kepuasan nasabah mampu memoderate pengaruh service

performance terhadap loyalitas nasabah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai R2 dari

model persamaan regresi moderator dimana peningkatan R2 semakin tinggi pada

model ketiga yang memasukkan interaksi variabel service performance dan kepuasan

nasabah sebagai moderatingvariable. Hasil penelitian ini mengajukan teori bahwa

mengukur kualitas jasa/pelayanan tidak tepat lagi menggunakan skala servqual

dengan analisis persepsi-harapan. Dari pembuktian model MRA, kepuasan pelanggan

(60)

penting bagi manajemen bank dalam menentukan apakah bank akan melaksanakan

service performance semaksimal mungkin, ataukah bank akan memberikan pelayanan

yang dapat memuaskan pelanggan.

G. Kerangka Pemikiran

Model konseptual dalam penelitian ini, meneruskan penelitian yang

dilakukan oleh Hatane Samuel (2006) yang menjelaskan ekspektasi pelanggan

dan aplikasi bauran pemasaran terhadap loyalitas toko moderen dengan

kepuasan pelanggan sebagai intervening.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka didapatkan model konsepual

yang ditunjukan pada gambar 2.5

(61)

Persamaan subtruturalnya adalah:

X3 = ρx3x1 X1 + ρx3x2 X2 + ρx3ε1 (Substruktur 1)

Y = ρyx1 X1 + ρyx2 X2 + ρyx3X3 + ρyε2 (Substruktur 2)

H. Hipotesis

1. Persamaan Struktural 1

a. Uji Hipotesis Simultan

Ha: ρx1x3= ρx2X3 ≠ 0

Ekspektasi pelanggan dan bauran pemasaran berkontribusi secara simultan

dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan

Ho: ρx1x3 = ρx2X3 = 0

Ekspektasi pelanggan dan bauran pemasaran tidak berkontribusi secara

simultan dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan

b. Uji Hipotesis Parsial (Individual)

1) Ha: ρx3x1 > 0

Ekspektasi pelanggan berkontribusi secara signifikan terhadap

(62)

Ho: ρx3x1 = 0

Ekspektasi pelanggan tidak berkontribusi secara signifikan terhadap

kepuasan pelanggan.

2) Ha: ρx3x2 > 0

Bauran pemasaran berkontribusi secara signifikan terhadap kepuasan

pelanggan.

Ho: ρx3x2 = 0

Bauran pemasaran tidak berkontribusi secara signifikan terhadap

kepuasan pelanggan.

2. Persamaan Struktural 2

a. Uji Hipotesis Simultan

Ha: ρyx3 = ρyx2 = ρyx1 ≠ 0

Ekspektasi pelanggan, bauran pemasaran dan kepuasan pelanggan

berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap loyalitas toko

(63)

Ho: ρyx3 = ρyx2 = ρyx1 = 0

Ekspektasi pelanggan, bauran pemasaran dan kepuasan pelanggan tidak

berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap loyalitas toko

moderen

b. Uji Hipotesis Parsial

1) Ha: ρyx1 > 0

Ekspektasi berkontribusi secara signifikan terhadap loyalitas toko

moderen

Ho: ρyx1 = 0

Ekspektasi tidak berkontribusi secara signifikan terhadap loyalitas toko

moderen

2) Ha: ρyx2 > 0

Bauran pemasaran berkontribusi secara signifikan terhadap loyalitas

toko moderen

Ho: ρyx1 = 0

Bauran pemasaran tidak berkontribusi secara signifikan terhadap

(64)

3) Ha: ρyx3 > 0

Kepuasan pelanggan berkonstribusi secara signifikan terhadap

loyalitas toko moderen

Ho: ρyx3 = 0

Kepuasan pelanggan tidak berkonstribusi secara signifikan terhadap

Gambar

Gambar 2.5
Tabel 3.1
Gambar 4.6 Data Responden Menurut Penghasilan
Tabel 4.2 Janji-janji dalam pesan iklan Carrefour sesuai dengan kenyaatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menambah sumber informasi dalam pembahasan mengenai manajemen pemasaran khususnya tentang topik pengaruh bauran pemasaran ritel terhadap loyalitas pelanggan dengan

Untuk itu, melalui penelitian ini maka akan diteliti lebih mendalam mengenai pengaruh Kepuasaan Pelanggan dan aplikasi bauran pemasaran dari pelanggan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh produk, harga, lokasi, personalia, promosi dan layout terhadap kepuasan pelanggan dan untuk menganalisis

Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh Kepuasaan Pelanggan terhadap loyalitas pelanggan Alfmart, Untuk

Hasil dari penelitian ini adalah bauran pemasaran berpengaruh positif signifikan terhadap loyalitas konsumen baik secara langsung ataupun dimediasi oleh variabel kepuasan

Karena apabila dilihat dari pelayanan sudah tidak memuaskan maka tidak menutup kemungkinan pelanggan akan pindah ke pesaing. Salah satu cara menilai sebuah perusahaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel merchandise, harga, atmosfer dalam gerai dan pelayanan pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan

Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh Kepuasaan Pelanggan terhadap loyalitas pelanggan Alfmart, Untuk