• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Perilaku Tentang Seks Bebas Pada Pelajar SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Perilaku Tentang Seks Bebas Pada Pelajar SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan Tahun 2012"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Pada masa remaja, rasa ingin tahu mengenai seksualitas sangat penting terutama dalam pembentukan hubungan dengan lawan jenisnya. Besarnya keingintahuan remaja mengenai hal -hal yang berhubungan dengan seksualitas menyebabkan remaja selalu berusaha mencari tahu lebih banyak informasi mengenai seksualitas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku tentang seks bebas pada siswa dan siswi di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan pada tahun 2012. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriprif. Jumlah sampel sebanyak 86 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan secara proporsional berdasarkan usia dan jenis kelamin. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif.

Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan siswa -siswi di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan mengenai seks bebas sebanyak 43.1% dikategorikan baik, dan 56,9% dikategorikan cukup dan sikap siswa-siswi di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan mengenai seks bebas sebanyak 4 4,2% dikategorikan baik dan 5 5.8% dikategorikan cukup. Dari penelitian tidak dijumpai satu pun dari responden yang memiliki sikap dan pengeta huan yang kurang.

Secara keseluruhan berdasarkan penelitian tingkat pengetahuan dan sikap siswa/siswi SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan tergolong cukup. Diharapkan upaya dari sekolah untuk lebih meningkatkan pengetahuan mengenai dampak dari perilaku seks bebas.

(5)

ABSTRACT

In the adolescent, the will to know the sexuality is very important expecially in the building of relations to opposed sex. The will of adolescent ab out anything related to the sexuality cause the adolescent seek more of information about the sexuality.

This research was conducted to apprehend the knowledge and attitudes of SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan adolescent students towards free sex. Descriptiv e study was chosen in this study. A total of 86 samples were included with 0,1 as the precisions (d). Stratified random sampling was used and samples were then distributed proportionally based on age and sex. Data were collected by utilizing questionaires and analyzed by using descriptive statistic.

Based of the results of re search indicates that more of respondent s as a student of SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan has knowldege about the free sex is good for 43.1%, and 56.9% is sufficient. The attitude of students of SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan about free sex is good for 4 4.2% and 55.8 is sufficient. From the studies there have no resopondents who have the attitude and lack of knowledge.

Totally, based on research, the knowledge level and attitudes of s tudents of SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan is sufficient. It hope there is affort of school in increase the knowledge about the impact of the atitude on free sex.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunia -Nya yang begitu besar sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian yang berjudul : ”Gambaran Perilaku Tentang Seks Bebas Pada Pelajar SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan Tahun 2012”.

Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setin ggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD -KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak DR. dr. Muhammad Fidel Ganis Siregar, M.Ked (OG),Sp.OG(K), sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Ibu dr. Elmeida Effendy, Sp. (K J) dan Ibu dr. Yetty Machrina, M.Kes selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

4. Para dosen dan staf pegawai di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Syahruddin dan Ibunda saya Yanti Mala, SH, Sp.N serta Kakak saya drg. Liony Alda Syahruddin, serta Kakek saya Prof. dr. H. Delfi Lu tan, Msc, Sp.OG(K) yang menjadi motifasi saya untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini atas doa, semangat dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini

6. Seluruh teman-teman saya khususnya teman -teman Stambuk 2009 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama mengikuti pendidikan.

(7)

Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Januari 2014 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

1.2.Perumusan Masalah ... ... ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... ... ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... ... ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... ... ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... ... ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... ... 5

2.1. Perilaku... ... ... .... 5

2.1.1 Pengertian Perilaku ... ... ... 5

2.1.2 Bentuk Perilaku ... ... ... 5

2.1.3 Perubahan Perilaku ... ... ... 6

2.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku ... . 6

2.1.5 Proses Adopsi Perilaku ... ... .... 7

2.2. Remaja... ... ... ... 7

2.2.1 Pengertian Remaja... ... ... 7

2.2.2 Tahap Perkembangan Remaja... ... 8

2.2.3 Karakteristik... ... ... 8

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Remaja... ... ... 10

2.3 Seks Bebas ... ... ... 12

2.3.1 Pengertian Seks Bebas... ... ... 12

2.3.2 Perilaku Seksual ... ... ... 12

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual ... 13

2.3.4 Tingkatan- Tingkatan Menurut Derajat Keintiman ... 14

2.4 Dampak Dari Melakukan Hubungan Seksual Pra -Nikah... 14

2.4.1 Aspek Medis ... ... ... 14

2.4.2 Aspek Sosial-Psikologis ... ... .. 15

2.5 Pendidikan Seksual ... ... ... 16

(9)

BAB III KERANGKA KONSEP ... ... . 18

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... ... ... 18

3.2. Defenisi Operasional ... ... ... 18

BAB IV METODE PENELITIAN ... ... 20

4.1. Jenis Penelitian ... ... ... 20

4.2. Waktu Dan Tempat Penelitian ... ... .. 20

4.2.1 Waktu Penelitian ... ... ... 20

4.2.2 Lokasi Penelitian ... ... ... 20

4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ... ... 20

4.3.1 Populasi ... ... ... 20

4.3.2 Sampel ... ... ... 21

4.4 Metode Pengumpulan Data ... ... ... 21

4.4.1 Data Primer ... ... ... 21

4.4.2 Data Sekunder ... ... ... 21

4.4.3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... ... 22

4.5 Analisa Data ... ... ... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... . 24

5.1. Hasil Penelitian ... ... ... 24

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... ... 24

5.1.2. Karakteristik Individu ... ... .... 24

5.1.3. Hasil Analisa Data ... ... ... 25

5.1.4 Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seks Bebas di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan pada Tahun 2012 ... ... 27

5.2 Pembahasan ... ... ... 29

5.2.1 Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas ... 29

5.2.2 Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas ... .... 30

BAB 6KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 32

6.1. Kesimpulan ... ... ... 32

6.2. Saran ... ... ... ... 32

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Variabel, Defenisi Operasi onal, Alat Ukur, Hasil ukur, dan Skala ukur ... ... ... 19

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Kelas ... ... ... 24

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... ... ... 25

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... ... ... 26

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel Pengetahuan ... ... ... 26

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel Sikap ... 27

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahu an Berdasarkan Jenis Kelamin ... ... ... 27

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tingkatan Kelas ... ... ... 28

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Umur .... 29

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup

(12)

ABSTRAK

Pada masa remaja, rasa ingin tahu mengenai seksualitas sangat penting terutama dalam pembentukan hubungan dengan lawan jenisnya. Besarnya keingintahuan remaja mengenai hal -hal yang berhubungan dengan seksualitas menyebabkan remaja selalu berusaha mencari tahu lebih banyak informasi mengenai seksualitas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku tentang seks bebas pada siswa dan siswi di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan pada tahun 2012. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriprif. Jumlah sampel sebanyak 86 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan secara proporsional berdasarkan usia dan jenis kelamin. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif.

Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan siswa -siswi di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan mengenai seks bebas sebanyak 43.1% dikategorikan baik, dan 56,9% dikategorikan cukup dan sikap siswa-siswi di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan mengenai seks bebas sebanyak 4 4,2% dikategorikan baik dan 5 5.8% dikategorikan cukup. Dari penelitian tidak dijumpai satu pun dari responden yang memiliki sikap dan pengeta huan yang kurang.

Secara keseluruhan berdasarkan penelitian tingkat pengetahuan dan sikap siswa/siswi SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan tergolong cukup. Diharapkan upaya dari sekolah untuk lebih meningkatkan pengetahuan mengenai dampak dari perilaku seks bebas.

(13)

ABSTRACT

In the adolescent, the will to know the sexuality is very important expecially in the building of relations to opposed sex. The will of adolescent ab out anything related to the sexuality cause the adolescent seek more of information about the sexuality.

This research was conducted to apprehend the knowledge and attitudes of SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan adolescent students towards free sex. Descriptiv e study was chosen in this study. A total of 86 samples were included with 0,1 as the precisions (d). Stratified random sampling was used and samples were then distributed proportionally based on age and sex. Data were collected by utilizing questionaires and analyzed by using descriptive statistic.

Based of the results of re search indicates that more of respondent s as a student of SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan has knowldege about the free sex is good for 43.1%, and 56.9% is sufficient. The attitude of students of SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan about free sex is good for 4 4.2% and 55.8 is sufficient. From the studies there have no resopondents who have the attitude and lack of knowledge.

Totally, based on research, the knowledge level and attitudes of s tudents of SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan is sufficient. It hope there is affort of school in increase the knowledge about the impact of the atitude on free sex.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak -kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health Organization) adalah mereka yang berusia 10 -19 tahun, sementara PBB menyebut anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Batasan ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yaitu usia 10-24 tahun (Killbourne et.al, 2000).

Menurut Pardede (2002), masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dew asa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial yang berlangsung pada dekade kedua kehidupan.

Pada masa remaja, rasa ingin tahu mengenai seksualitas sangat penting terutama dalam pembentukan hubungan dengan lawan jenisn ya. Besarnya keingintahuan remaja mengenai hal -hal yang berhubungan dengan seksualitas menyebabkan remaja selalu berusaha mencari tahu lebih banyak informasi mengenai seksualitas. Remaja merupakan suatu masa peralihan baik secara fisik, psikis, maupun sosial dari masa kanak-kanak menuju dewasa (Arma, 2007).

Keingitahuan remaja mengenai hubungan lawan jenis dan tidak adanya informasi yang tepat mengenai hubungan lawan jenis membuat remaja melakukan hal yang menyimpang yaitu seks bebas.Seks bebas merupakan ak tivitas seksual yang dilakukan tanpa dilandasi oleh suatu ikatan perkawinan yang sah. Perilaku ini cenderung disukai oleh anak muda terutama kalangan remaja yang secara bio -psikologis sedang tumbuh menuju proses pematangan (Amirudin dkk, 1997).

(15)

mempunyai pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Sebesar 35% informasi di peroleh dari teman, 22% dari film porno, 11% dari buku, 8% dari orang tua dan selebihnya dari pacar, televisi, sekolah, pengalaman maupun fi lm di bioskop dan tentang perilaku seks remaja (15 - 24 tahun), selain itu 44% responden mengaku mereka sudah pernah punya pengalaman seks di usia 16 -18 tahun. Sementara 16% lainnya mengaku pengalaman seks itu sudah mereka dapat antara usia 13-15 tahun (BKKBN, 2005)

Menurut Saparie (2005) yang menunjukan data dari WHO lebih dari 500 juta remaja usia 10-14 tahun hidup di negara berkembang dan pernah melakukan hubungan seks pertama kali di bawah usia 15 tahun. Kurang lebih 60% kehamilan yang terjadi pada re maja di negara berkembang adalah kehamilan yang tidak diinginkan dan 15 juta remaja pernah melahirkan. Survey yang dilakukan Wilopo (2004) di dua belas kota menunjukan bahwa responden yang telah melakukan hubungan seks (di luar nikah) disebabkan karena ket idaktahuan mereka tentang seks (Dinkes Kota Medan, 2006).

Perilaku seks bebas pada remaja akan menimbulkan beberapa manifestasi khususnya di kalangan remaja itu sendiri. Dampak yang berkaitan dengan perilaku seks bebas ini adalah masalah penyakit menular s eksual termasuk HIV/AIDS, kehamilan yang tidak diinginkan, dampak sosial seperti putus sekolah, Kanker Infertilitas/kemandulan (BKKBN, 2008).

Kasus HIV/AIDS yang ditemukan dari tahun ke tahun kian meningkat. Menurut WHO (2007) jumlah penderita AIDS di duni a ada sebanyak 33.300.000 dan di asia ada sebanyak 4.900.000 kasus. Di Indonesia sendiri menurut perkiraan Depkes RI pada tahun 2002 penderita HIV/AIDS ada sebanyak 110.000 dan pada 2006 naik menjadi 193.000 dan pada tahun 2007 -2008 jumlah kasus ini ditafs ir menjadi 270.000 orang (Depkes RI, 2008).

(16)

Hasil monitoring sebuah Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) bekerjasama dengan Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak di Medan, diperkirakan 1500 remaja di Medan terlibat bisnis pelacur an, baik karena kemauan sendiri maupun paksaan. Dari jumlah tersebut yang tergolong profesional 45%, kemudian untuk kesenangan tidak dalam kerangka profesionalitas sebanyak 20% dan yang ikut -ikutan sebanyak 35% (Ikhwan, 2008).

Dari penelusuran Tim Pusat Kajian dan Perlidungan Anak (PKPA) terhadap anak sekolah di Medan, di satu sekolah sudah terdapat rata -rata 10-15 anak per kelas yang sudah membisniskan diri dan selanjutnya "membantu" temannya membisniskan keperawanannya. Ada beberapa faktor pem icu yang menyebabkan remaja melakukan hubungan seks di luar nikah, yaitu karena dia sudah terlanjur tidak perawan lagi, desakan ekonomi, untuk bayar uang sekolah, pengaruh narkoba, dan akibat menonton VCD porno (Apulina, 2008).

Berdasarkan dari pemaparan d iatas, peneliti ingin mengetahui Gambaran Perilaku Tentang Seks Bebas Pada Siswa dan Siswi di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan Pada tahun 2012.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana Gambaran Perilaku Tentang Seks Bebas Pada Pelajar SMA Kemala Bhayangkari 1 Tahun 2012

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

(17)

1.3.2. Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan umum di atas, maka tujuan khusus yang ingin dieapai pada penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa tentang hubungan seks bebas.

b. Untuk mengetahui gambaran sikap siswa tentang hubungan seks bebas.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Sebagai masukan bagi pihak sekolah agar dapat mengenalkan pendidikan kesehatan reproduksi pada siswa dan siswinya.

b. Sebagai masukan bagi pihak -pihak yang membutuhkan baik dari kalangan akademis dan peneliti.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati langsung oleh pihak luar. Menurut Skiner (1938) (dalam Notoadmodjo, 2007) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau ransangan dari luar. Oleh karena itu perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon,

maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon. Skiner membedakan adanya dua respon, yakni:

a. Respondent respons atau reflesive, yakni respon yang ditimbulkan oleh ransangan-ransangan (stimulus tertentu).

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulu s atau perangsang tertentu.(Notoadmodjo, 2007)

2.1.2 Bentuk Perilaku

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

(19)

2.1.3 Perubahan Perilaku

Menurut Notoadmodjo (2003), perubaha n perilaku dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:

a. Perubahan alamiah (natural change)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamia. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi maka anggota masyarakat didalamnya akan berubah.

b. Perubahan terencana (planned change)

Perubahan ini memang karena direncanakan subjek. c. Kesediaan untuk berubah (readdiness change)

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan didalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat menerima perubahan tersebut (berubah perilaku) dan sebagian orang lagi sangat lambat. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan yang berbeda-beda untuk berubah. (Notoadmodjo, 2003)

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dariLawrence Green(1980) (dalam Notoadmodjo, 2007). Menurut Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal -hal yang berkaitan dengan kesehatan, syste m nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pemungkin (enambling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

(20)

undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. (Notoadmodjo, 2007) 2.1.5 Proses Adopsi Perilaku

Penelitian Rogers (1974) (dalam Notoadmodjo, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru atau berperilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness(kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik terhadap stimulus.

c. Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.(Notoadmodjo, 2007)

2.2 Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence memiliki arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Ali dan Asrori, 2004).

(21)

Menurut defenisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rema ja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun (Sherris (ed), 2000). Menurut WHO defenisi tentang remaja lebih bersifat konseptual. Dalam defenisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi (Sarwono, 2006).

2.2.2 Tahap Perkembangan Remaja

Menurut ciri-ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

a. Masa remaja awal (10-12 tahun), dengan ciri khas antara lain: 1) Lebih dekat dengan teman sebaya.

2) Ingin bebas.

3) Lebih banyak memperha tikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak.

b. Masa remaja tengah (13 -15 tahun), dengan ciri khas antara lain: 1. Mencari identatas diri.

2. Timbulnya keinginan untuk kencan. 3. Mempunyai rasa cinta yang mendalam. 4. Mengembangkan kemampuan ber pikir abstra. 5. Berkhayal tentang aktivitas seks.

c. Masa remaja akhir (16-19), dengan ciri khas antara lain: 1. Pengungkapan kebebasan diri.

2. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya. 3. Mempunyai citra jasmani dirinya.

4. Mampu berpikir abstrak (Depkes, 2003). 2.2.3 Karakteristik Masa Remaja

Hurlock (2007) menyatakan bahwa masa remaja mempunyai ciri -ciri atau karakteristik tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut meliputi:

1. Masa remaja sebagai per iode penting

(22)

Perkembangan fisik yang cepat disertai dengan perkembangan mental yang cepat. Semua kejadian perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan

Pada periode ini status remaja menjadi tidak jelas karena terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada ma sa remaja, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Disisi lain, status remaja yang tidak jelas tersebut memberikan keuntungan karena status tersebut memberi ruang dan waktu mereka untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan p ola perilaku, nilai dan sikap yang paling sesuai bagi dirinya.

3. Masa remaja sebagai usia perubahan

Saat perubahan fisik berlangsung dengan cepat maka akan terjadi juga perubahan sikap dan perilaku dengan cepat dan sebaliknya.

4. Masa remaja sebagai ma sa bermasalah

Berbagai masalah yang terjadi dimasa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Ada dua alasan penyebabnya yaitu remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah yang dihadapinya karena pada masa kanak -kanak segala masalah diselesaikan oleh orang tua ataupun guru. Alasan kedua para remaja merasa telah mandiri sehingga menolak bantuan orang tua atau guru dengan alasan ingin mengatasi masalahnya sendiri. Karena tidak mampu maka banyak kegagalan yang seringkali disertai dengan akibat ya ng tragis.

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Identitas diri yang dicari remaja adalah suatu upaya untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya di masyarakat. Salah satu cara memunculkan identitas adalah dengan menggunkan simbol status yan g modah terlihat seperti model pakaian, gaya hidup dan pergaulan, jenis kendaraan dan lain -lain.

6. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan

(23)

banyak kalangan dewasa takut bertanggung jawab dan bersikap tid ak simpatik terhadap perilaku remaja walaupun dilakukan dengan normal.

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja memandang dirinya dan orang lain seperti yang diinginkannya dan bukan sebagaimana adanya, terutama dalam hal cita -cita. Cita-cita yang tidak realistik ini bukan hanya kepada dirinya semata tetapi juga terhadap teman -teman dan keluarganya. Kondisi ini menyebabkan meningginya emosi terutama di awal masa remaja. Semakin cita -citanya tidak realistis maka individu tersebut semakin menjadi pemarah.

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Remaja mulai lebih memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa seperti merokok, minum -minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, terlibat dalam perbuatan seks. Mereka m enganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan. Hurlock (2007)

2.2.4 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Remaja

Pratiwi (2004) mengatakan bahwa perilaku seksual remaja disebabkan oleh beberapa faktor. Fakto r–faktor tersebut adalah :

1. Biologis

Yaitu, perubahan biologis yang terjadi pada masa pubertas dan pengaktifan hormonal yang dapat menimbulkan perilaku seksual.

2. Pengaruh Orangtua

kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan remaj a dalam masalah seksual, dapat memperkuat munculnya penyimpangan perilaku seksual.

3. Pengaruh teman sebaya

(24)

4. Akademik

Remaja yang prestasi dan aspirasi yang rendah cenderung lebih sering memunculkan perilaku seksual dibandingkan remaja dengan prestasi yang baik di sekolah.

5. Pemahaman

Pemahaman kehidupan sosial akan membuat remaja mampu untuk mengambil keputusan ya ng akan memberikan pemahaman perilaku seksual dikalangan remaja. Remaja yang mampu mengambil keputusan secara tepat berdasarkan nilai – nilai yang dianutnya akan menampilkan perilaku seksual yang sehat.

6. Pengalaman Seksual

Semakin banyak remaja menden gar, melihat dan mengalami hubungan seksual maka semakin kuat stimulasi yang mendorong munculnya perilaku seksual tersebut, misalnya melihat gambar –gambar porno diinternet ataupun mendengar obrolan dari teman mengenai pengalaman seksual.

7. Pengalaman dan Penghayatan Nilai –Nilai Keagamaan

Remaja yang memiliki penghayatan yang kuat mengenai nilai – nilai keagamaan, integritas yang baik juga cenderung mampu menampilkan seksual selaras dengan nilai yang diyakininya serta mencari kepuasan dari perilaku yang produktif.

8. Faktor Kepribadian

Faktor kepribadian seperti harga diri, kontrol diri dan tanggung jawab akan membuat remaja mampu mengambil dan membuat keputusan.

9. Pengetahuan mengenai Kesehatan Reproduksi

Remaja yang memiliki pemahaman secara b enar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami perilaku seksual serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksual secara sehat dan bertanggung jawab.

(25)

pengalaman seksual, pengalaman dan penghayatan nilai – nilai keagamaan, kepribadian dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi.

2.3 Seks Bebas

2.3.1 Pengertian Seks Bebas

Seks bebas merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa dilandasi oleh suatu ikatan perkawinan yang sah. Perilaku ini cenderung disukai oleh anak muda terutama kalangan r emaja yang secara bio -psikologis sedang tumbuh menuju proses pematangan (Amirudin dkk, 1997).

Pada hakekatnya, dalam eksesivitasnya seks bebas itu tidak ada bedanya denganpromiscuityatau campur aduk seksual tanpa aturan (Kartono, 200 7).

Dalam beberapa tahun terakhir ini telah disaksikan adanya perubahan yang sangat besar dalam sikap terhadap kegiatan seksual. Pandangan mengenai hubungan seksual pranikah sekarang lebih terbuka dan bebas dibandingkan dengan pandangan masa lalu. Para remaja mendapatkan tont onan seks yang merangsang dalam majalah, televisi, dan bioskop, tanpa ada batasnya. Metode pencegahan kelahiran yang berhasil dan adanya sarana menggugurkan mengurangi perasaan takut hamil. Semua perubahan ini sekarang memberi lebih banyak kebebasan kepada individu yang baru matang. (Atkinson, 2002)

2.3.2 Perilaku Seksual

Berbagai perilaku seksual remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai berikut :

1. Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buru k berupa manipulasiterhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual pemenuhan kenikmatan yang sering kali menimbulkan guncangan pribadi dan emosi.

2. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai ciuman dan sentuhan -sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.

(26)

mengendalikan atau kegagalan dalam mengalihkan dorongan tersebut. Kegiatan lain yang masih dapat dikerjakan. Contohnya, menonton atau membaca hal-hal yang berbau pornogafi, dan berfantasi.

Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncu l pada remaja, oleh karena itu bila ada penyaluran yang tidak sesuai (pra -nikah) maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut. (Gunarsa, dkk, 2000).

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks untuk pertama kali :

- Waktu / saat mengalami pubertas. Saat itu mereka tidak pernah memahami tentang apa yang dialaminya.

- Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar.

- Frekuensi pertemuan dengan pacarnya. Mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan, pertemuan yang makin sering tanpa kontrol yang baik sehingga hubungan akan makin mendalam.

- Kondisi keluarga yang yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak -anak untuk memasuki masa remaja dengan baik.

- Status ekonomi. Mereka yang hidup dengan fasilitas yang berkecukupan akan mudah mendapatkan akses ke tempat -tempat rawan yang memungkinkan adanya kesempatan melakukan hubungan seksual. Sebaliknya kelompok yang ekonomi lemah tetapi banyak kebutuhan/tuntutan, mereka mencari kesempatan memanfaatkan dorongan seksnya demi mendapatkan sesuatu. - Tekanan dari teman sebaya. Kelompok sebaya kadang -kadang saling ingin

menunjukkan kematangannya. Misalnya : mereka (pria) i ngin menunjukkan bahwa mereka mampu membujuk pasangannya untuk melakukan hubungan seks.

- Adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya. - Penerimaan aktifitas seksual dari pacarnya.

(27)

2.3.4 Tingkatan-Tingkatan Menurut Derajat Keintiman

a. Tingkatan pertama berupa pegangan -pegangan tangan, pelukan - pelukan ringan, meletakkan tangan ke pundak, ciuman ringan di pipi dan bibir. b. Tingkatan kedua berkembang menjadi pelukan yang lebih mendalam,

ciuman pada dahi dan mata, memepat telinga, adu mulut dengan lidah, dan mengusap pinggang.

c. Tingkatan ketiga yaitu mencumbui buah dada.

d. Tingkatan keempat yaitu melakukan perangsangan pada bagian - bagian organ seksual. Pada tingkatan inilah biasanya remaja sulit mengendalikan nafsu seksualnya, sehingga bisa mengakibatkan ke arah tindakan atau aktivitas seks bebas. Yaitu melakukan hubungan intim atau hubungan kelamin sebelum menikah ( Lim Su Min, 200 7).

2.4 Dampak Dari Melakukan Hubungan Seksual Pra -Nikah 2.4.1 Aspek Medis

Dari aspek medis, melakukan hubungan seksual pra -nikah memiliki banyak konsekuensi, yaitu sebagai berikut :

- Kehamilan yang Tidak diinginkan (KTD) pada usia muda

Mudanya usia ditambah lagi minimnya informasi tentang ”bagaimana seorang perempuan bisa hamil” , mempertinggi kemungkinan terjadinya

kasus kehamilan yang tidak diinginkan. Menurut data PKBI (Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia), 37.700 perempuan mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Dari jumlah itu, 30% adalah masih remaja, 27,0% belum menikah, 12,5% masih berstatus pelajar dan sisanya adalah ibu rumah tangga (Adiningsih, 2007)

- Aborsi

(28)

700 ribu diantaranya dilakukan oleh remaja (perempuan) berusia di bawah 20 tahun. Sebanyak 11,13% dari semua kasus aborsi dilakukan karena kehamilan yang tidak dinginkan (Adiningsih, 2007)

- Meningkatkan resiko terkena kanker rahim

Boyke Dian Nugroho mengungkapkan bahwa hubungan seksual yang dilakukan sebelum usia 17 tahun resiko terkena penyakit kanker mulut rahim menjadi empat hingga lima kali lipat lebih tinggi (Adiningsih, 2007).

- Terjangkit Penyakit Menular Seksual (PMS)

PMS adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual dengan berganti -ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadi nya kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian. Ada banyak macam penyakit yang bisa digolongkan sebagai PMS. Di Indonesia yang banyak ditemukan saat ini adalah gonore (GO), sifilis (raja singa), herpes kelamin, klamidia, tikomoniasis va gina, kutil kelamin hingga HIV/AIDS (Djuanda, 2007)

2.4.2 Aspek Sosial-Psikologis

Dari aspek-psikologis, melakukan hubungan seksual pra -nikah akan menyebabkan remaja menjadi memiliki perasaan dan kecemasan tertentu, sehinggabisa mempengaruhi kondisi kualit as sumber daya manusia (remaja) di masa yang akan datang. Kualitas SDM remaja ini adalah :

1. Kualitas Mentalis. Kualitas mentalis remaja laki -laki dan perempuan yang terlibat perilaku seksual pra -nikah akan rendah bahkan cenderung memburuk. Mereka tidak memiliki etos kerja dan disiplin yang tinggi, karena dibayangi masa lalunya. Cepat menyerah pada nasib, tidak sanggup menghadapi tantangan dan ancaman hidup, rendah diri dan berkompetisi.

(29)

3. Kualitas keberfungsian keluarga. Seandainya mereka (remaja) menikah dengan cara terpaksa, akan mengakibatkan kurang dipahaminya peran -peran baru yang disandangnya untuk membentuk keluarga yang sakinah

4. Kualitas ekonomi keluarga. Kualitas ekonomi yang dibangun oleh keluarga yang menikah karena terpaksa, akan mengalami kurangnya persiapan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.

5. Kualitas pendidikan. Remaja yang terlibat perilaku seksual pra -nikah, kemudian menikah, tentunya akan memilki keterbatasan terhadap pendidikan formal.

6. Kualitas partisipasi dalam pembangunan. Karena kondisi fisik, mental dan sosial yang kurang baik, remaja yan g terlibat perilaku seksual pra -nikah, tidak dapat berpatisipasi dalam pembangunan (Iriany, 2005).

2.5 Pendidikan Seksual

Menurut Sarlito (2005), pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, melipu ti proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma -norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang di lazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan -aturan yang berlaku di masyarakat.

(30)

dengan kondisi masyarakat, guna mengurangi konflik dan mitos -mitos yang salah selama ini berkembang dimasyarakat. Tentunya setelah mengetahui kesehatan reproduksi dan resiko-resiko serta konsekuensi yang harus ditanggung jika melakukan hubungan seks pra nikah, yang akan membuat remaja lebih berhati -hati dan menjaga dirinya, termasuk ketikamemutuskan untuk berpacaran. Dengan adanya pendidikan seks, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan intelektual remaja.

2.5.1. Tujuan Pendidikan Seksual

(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel independen pada penelitian ini yaitu pengetahuan dan sikap siswa tentang seks bebas dan variabel dependen yaitu seks bebas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar ber ikut ini:

Variabel Independen Vaariabel Dependen

Gambar 3.3 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Defenisi Operasional

Variabel penelitian yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Pengetahuan siswa adalah segala sesuatu yang diketahui siswa tenta ng hubungan seksual pranikah dan memahaminya. Pengetahuan responden diukur melalui 8 pertanyaan, responden yang menjawab benar akan diberi skor 1, sedangkan Salah diberi skor 0, sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 8.

2. Sikap siswa adalah respon/penilaian siswa terhadap segala sesuatu tentang hubungan seksual pranikah. Sikap diukur melalui 12 petanyaan, responden yang menjawab salah diberi skor 0, Benar akan diberi skor 1. sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 12.

Pengetahuan

Seks Bebas

(32)

Tabel 3.1 Variabel, Defenisi Operasional, Alat Ukur, Hasil ukur, dan Skala ukur

Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional yang bertujuan untuk menentukan tingkat pengetahuan dan sikap remaja di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan mengenai seks bebas.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu

Penelitian ini dilakukan di SMA Bhayangkari 1 Medan mulai bulan Maret hingga Desember 2012. Dimulai dari penelusuran pustaka, survei a wal, pengumpulan data, sampai penulisan laporan.

4.2.2 Lokasi

Lokasi yang dipilih menjadi tempat penelitian adalah SMA Bhayangkari 1 Medan. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sekolah tersebut berada pada wilayah yang ban yak dijumpai warung internet dengan harga yang mudah dijangkau oleh siswa sehingga memudahkan masuknya informasi secara bebas, khususnya informasi yang bersifat negatif.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

(34)

4.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari siswa -siswi di SMA Bhayangkari 1 Medan pada tahun ajaran 2011/2012. Perkiraan besar sampel yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus dibawah ini, dimana tingkat ketepatan relatif 10%. Jumlah populasi sebanyak 620 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Sampel tersebut kemudian didis tribusikan merata pada siswa SMA tersebut .

n = _____N_ dimana: N = besar populasi

1 + N(d2) n = besar sampel

Maka, d = tingkat ketepatan (0.1)

n = ____620_ 1 + 620(0.12) = 86,11

Jadi, besar sampel = 86,11 orang digena pkan menjadi 86 orang dengan perincian sebagai berikut:

a. Siswa SMA kelas X = 28 orang. b. Siswa SMA kelas XI = 29 orang. c. Siswa SMA kelas XII = 29 orang.

4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sam pel penelitian diperoleh dengan menggunakan kuesioner serta memberikan penjelasan dan cara pengisian kuesioner tersebut sebelumnya. Dan telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner.

4.4.2 Data Sekunder

(35)

tersebut dalam penelitian ini diperoleh melalui catatan administator kantor tata usaha SMA Bhayangkari 1 Medan mengenai data siswa dan gambaran umum SMA Bhayangkari 1 Medan.

4.4.3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan

reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji

Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunak an program SPSS. Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah sebanyak 20 orang. Setelah uji validitas dilakukan hanya pad a soal-soal yang telah dinyatakan valid saja yang akan diuji reliabilitasnya. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner Variabel No. Total Pearson

Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0.821 Valid 0.758 Reliabel

(36)

4.5. Analisa Data

(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan berbatasan disebelah Timur dengan Rumah Dinas Kapolda, sebelah Bara t berbatasan dengan Kantor Brimob sebelah Utara berbatasan dengan Rumah Sakit Brimob Bhayangkari, sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan KH. Wahid Hasyim.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini responden yang terpilih sebanyak 86 siswa yang terdiri dari 28 siswa kelas X, 29 siswa kelas XI dan 29 siswa kelas XII.

Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi : Usia dan jenis kelamin. Data lengkap distribusi frekuensi responden berdasarkan usia d an jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

(38)

sebanyak 50 orang (58.1%) dan terendah pada kelompok laki-laki yaitu sebanyak 36 orang (41.9%).

5.1.3. Pengetahuan Remaja Terhadap Perilaku Seks Bebas di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan Tahun 2012

Data lengkap distribusi frekuensi pengetahuan remaja terhadap perilaku seks bebas di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan berdasarkan jawaban responden dapat dilihat pada tabel 5. 2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Terhadap Perilaku Seks Bebas Berdasarkan Jawaban Responden

No Pertanyaan Benar Salah

F Persen F Persen

1 Yang dimaksud dengan hubungan seksual 80 93.0 6 7.0

2 Yang dimaksud dengan hubungan seksual pranikah

78 90.7 8 9.3

3 Hubungan seksual sebelum menikah dapat berakibat

71 82.6 15 17.4

4 Kehamilan dapat terjadi karena 67 77.9 19 22.1

5 Yang dimaksud dengan Penyakit Menular Seksual adalah

59 68.6 27 31.4

6 Pada usia berapa melakukan hubungan seksual yang meningkatkan resiko terk ena kanker rahim

59 68.6 27 31.4

7 Dampak psikologis yang dapat

ditimbulkan akibat hubungan seksual pranikah adalah

56 65.1 30 34.9

8 Gangguan yang sering timbul pada seorang pria akibat melakukan hubungan seksual pranikah adalah

65 75.6 21 24.4

(39)

Berdasarkan tabel di atas pada pertanyaan/pernyataan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pada nomor 1 yaitu sebesar 9 3.0%. Sedangkan yang paling menjawab salah adalah pada pertanyaan/pernyataan nomor 7 yaitu sebesar 34.9%. Berdasarkan hasil tersebut maka tingkat pengetahuan remaja seputar seks bebas dapat dikategorikan pada tabel 5. 3.

Tabel 5.3. Distribusi Kategori Pengetahuan Remaja Terhadap Perilaku Seks Bebas di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan

Pengetahuan F Persen

Kurang 0 0

Cukup 49 56.9

Baik 37 43.1

Total 86 100

Dari hasil diatas didapati tingkat pengetahuan remaja di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan rata -rata cukup sebesar 49 orang (56.9%) dan rata-rata baik sebesar 37 orang (43.1%).

Data lengkap distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks bebas berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5. 4.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia

Umur Tingkat Pengetahuan Total

Kurang Cukup Baik

F Persen F Persen F Persen

14 0 0 8 16.4 6 16.2 14

15 0 0 14 28.6 9 24.4 23

16 0 0 18 36.7 10 27.0 28

17 0 0 9 18.3 12 32.4 21

Total 0 0 49 100 37 100 70

(40)

Data lengkap distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks bebas berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5. 5.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan Total

Kurang Cukup Baik

F Persen F Persen F Persen

Laki-laki 0 0 24 48.9 12 32.4 36

Perempuan 0 0 25 51.1 25 67.6 50

Total 0 0 49 100 37 100 86

Dilihat dari tabel 5.5 diatas, tingkat pengetahuan laki -laki dan perempuan tidak jauh berbeda karena sebena rnya saat ini perempuan juga memiliki akses yang sama dengan laki-laki dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan tentang seks dan kesehatan reproduksi.

5.1.4. Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seks Bebas di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan pada Tahun 2012

Data lengkap distribusi frekuensi sikap remaja terhadap perilaku seks bebas di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan berdasarkan jawaban responden dapat dilihat pada tabel 5. 6.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seks Bebas Berdasarkan Jawaban Responden

No Pertanyaan Benar Salah

F Persen F Persen 1 Perilaku seksual pranikah adalah hal yang

tidak wajar untuk remaja yang bersekolah seperti kamu

72 83.7 14 16.3

2 Berhubungan kelamin dengan lawan jenis tanpa ikatan perkawinan adalah ha l yang sah-sah saja asalkan dengan dasar rasa saling suka sama suka

58 67.4 28 32.6

3 Sebaiknya memakai alat kontrasepsi ketika melakukan hubungan seksual pranikah

61 71.0 25 29.0

4 Berpegangan tangan merupakan hal yang wajar bagi saat berpacaran

(41)

5 Berciuman adalah hal yang wajar dalam berpacaran

52 60.5 34 39.5

6 Kurangnya informasi yang tepat tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas dapat menimbulkan kejadian hubungan seksual pranikah

62 72.1 24 27.9

7 Remaja dipandang belum pan tas mendapatkan pengetahuan tentang seksual

68 79.0 18 21.0

8 Menikah akibat kehamilan yang tidak diinginkan akan mengakibatkan kualitas hidup dan keluarga menurun

62 72.1 24 27.9

9 Bergonta-ganti pasangan merupakan hal yang wajar saat berpacaran

60 69.8 26 30.2

10 Melakukan hubungan seksual di lu ar nikah didasari cinta sama cinta merupakan hal yang wajar

54 62.7 32 37.2

11 Film porno bukan salah satu pemicu untuk melakukan hubungan seksual pranikah

65 75.6 21 24.4

12 Menikah dini merupakan hal yang wajar 66 76.8 22 23.2

Berdasarkan tabel di atas pada pertanyaan/pernyataan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pada nomor 1 yaitu sebesar 83,7%. Sedangkan yang paling menjawab salah adalah pada pertanyaan/pernyataan nomor 5 yaitu sebesar 39.5%. Berdasarkan hasil tersebut maka sikap remaja terhadap seks bebas dapat dikategorikan pada tabel 5. 7.

Tabel 5.7. Distribusi Kategori Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seks Bebas di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan

Sikap F Persen

Kurang 0 0

Cukup 48 55.8

Baik 38 44.2

TOTAL 86 100

Dari hasil diatas didapati sikap remaja di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan rata-rata cukup sebesar 48 orang (55.8%) dan rata-rata baik sebesar 38 orang (44.2%).

(42)

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Sikap Berdasarkan U sia

Umur Sikap Total

Kurang Cukup Baik

F Persen F Persen F Persen

14 Tahun 0 0 8 16.7 6 15.8 14 berusia 14-15 tahun memiliki sikap yang dikategorikan baik dan sebanyak 57.9% dari 34 siswa/i yang berusia >15 tahun memiliki s ikap yang dikategorikan baik .

Data lengkap distribusi frekuensi sikap remaja tentang seks bebas berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat tabel 5.9.

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Sikap Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis

Kelamin

Sikap Total

Kurang Cukup Baik

F Persen F persen F Persen

Laki-laki 0 0 26 54.1 10 26.3 36

Perempuan 0 0 22 45.9 28 73.7 50

Total 0 0 48 100 38 100 70

Pada tabel 5.9 tidak tampak perbedaan yang berarti antara laki -laki dengan perempuan. Perempuan lebih memiliki sikap yang baik dalam menilai perilaku seks bebas sebanyak 28 orang (73.7%).

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Remaja tentang Perilaku Seks Bebas

(43)

Hal ini sesuai penelitian Prihyugiarto (2008), salah satu hal yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seksualitas adalah usia. Dikatakan bahwa pada kelompok usia yang lebih tua akan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan pada kelompok usia yang muda . Hal ini sesuai dengan Notoadmojo (2007), pengetahuan diperoleh setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Semakin bertambahnya usia seseorang maka semakin sering seseorang melakukan pengind eraan terhadap objek tertentu sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan akan suatu hal/objek.

Dari hasil penelitian, tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda karena sebenarnya saat ini perempuan juga memiliki akses yang sama dengan laki -laki dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan tentang seks dan kesehatan reproduksi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hadi, et al (2008), tidak ditemukannya kolerasi yang bermakna antara pengetahuan seksualitas dengan jenis kelamin.

Menurut Zainun ( 2002 ) sebagian besar remaja tidak mengetahui dampak dari perilaku seks bebas, yang menyebabkan meningkatnya perilaku seks bebas. Hal ini berarti bahwa pengetahuan siswa yang baik tentang seks bebas dan dampaknya akan memperkecil perilaku seks bebas, karena perilaku seks bebas sangat dipengaruhi oleh ketidaktahuan remaja dan apa sebenarnya dampak bila remaja tersebut melakukan seks bebas.

5.2.2 Sikap Remaja tentang Perilaku Seks Bebas

Dari hasil penelitian, didapati sikap remaja di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan rata-rata cukup sebesar 48 orang (55.8%) dan rata-rata baik sebesar 38 orang (44.2%). Dari tabel tersebut terlihat bahwa seiring dengan pertambahan usia maka sikap akan semakin baik. Pertambahan usia sese orang akan berhubungan dengan perkembangan kognitif, penalaran moral, perkembangan psiko seksual dan perkembangan sosial (Hadi, et al, 2008).

(44)

akan mempengaruhi seseorang menilai ataupun bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut.

Menurut pendapat Green dalam Notoatmodjo (2007) bahwa sikap seseorang sangat mempengaruhi perilakunya. Ini berarti bagaimana seseo rang itu bersikap dapat mencerminkan bagaimana dia akan berperilaku, artinya jika sikap seseorang negatif akan menghasilkan perilaku yang negatif pula demikian sebaliknya. Hal ini sesuai pengamatan peneliti siswa -siswi SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan menunj ukkan sikap yang baik.

(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan remaja SMA Kemala Bha yangkari 1 Medan mengenai seks bebas sebanyak 49 orang (56.9%) dikategorikan cukup dan 37 orang (43.1%) dikategorikan baik.

b. Sikap remaja SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan mengenai seks bebas sebanyak 48 orang (55.8%) dikategorikan cukup dan 38 orang (44.2%) dikategorikan cukup.

c. Dilihat berdasarkan hasil penelitian tidak begitu berbeda antara pengetahuan dan sikap, hal ini dapat disimpulkan bahwa pemahaman serta perilaku remaja di SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan tahun 2012 cukup.

6.2. Saran

a. Bagi pihak sekolah agar mewaspadai masalah ini karena masalah ini sangat rawan. Pihak sekolah mungkin dapat membuat suatu program pendidikan baik berupa penyediaan suatu tempat pelayanan/konseling (UKS) ataupun penyuluhan di sekolah tersebut yang mencakup pendi dikan kesehatan reproduksi, pendidikan seks dan narkoba. Program tersebut diharapkan dapat melibatkan psikiatri, guru maupun petugas kesehatan di sekolah tersebut sehingga siswa -siswi di sekolah tersebut dapat mendapat informasi yang tepat dan dapat melaku kan konsultasi bila berhadapan dengan suatu masalah.

b. Bagi pihak orang tua agar orang tua juga dapat memberikan informasi seputar kesehatan reproduksi kepada anak -anaknya. Sehingga siswa -siswi tersebut dapat terpantau baik di dalam maupun di luar lingkunga n sekolah. c. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih memperluas variabel

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, N.U., 2004. Fenomena Remaja : Seks, Aborsi, HIV/AIDS. http://www.suarapembaharuan.com , diakses 9 Maret 2012.

Ali dan Asrori. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.z

Amirudin, dkk. 1997. Kecenderungan Perilaku Seks Bebas Remaja Perkotaan. Semarang. http://infokes/seksbebas.go.id

Apulina, E. 2008. Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Seks Remaja di Kelurahan Padang Bulan. Skripsi. Medan

Arma, A.J.A., 2007. Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Perilaku Seks Remaja Masyarakat : The Journal of Public Health. 11 (2) : 189- 197.

Atkinson R.L,dkk, 2002.Pengantar Psikologi.Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 200 5. Pendidikan Seks dan Kespro Sebaiknya Masuk Kurikulum . Diperoleh dari : http://www.bkkbn-go.id/Webs/DetailRubrik.aspx?MyID=2128.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2008. Survey Terakhir, 63 Persen Remaja di Indonesia Usia Sekolah SMP dan SMA Sudah Melakukan Hubungan Seksual di Luar Nikah. Diperoleh dari : http://www.bkkbn-63-

persen-remaja-Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi Untuk Petugas Kesehatan di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan RI. 200 8. Berantas HIV Berdayakan Keluarga . Jakarta: Departemen Kesehatan.

Dinkes Kota Medan. 2006. Profil Kesehatan Kota Medan 2005. Dinas Kesehatan Kota Medan. Medan

Djuanda, A, dkk., 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5 cetakan ke-1. Jakarta : FKUI

(47)

Gunarsa, Singgih, 1991. Psikologi Praktis ; Anak, Remaja dan Keluarga. Cet.4. PT BPK Gunung Mulya : Jakarta.

Hadi, et al., 2008.Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja Jakarta Tentang Seks Aman dan Faktor yang berhubungan. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional.

Hurlock B.E, 2007. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.Penerbit Erlangga. Jakarta.

Ikhwan, K. 2008. Hasil Penelitian Ratusan Pelajar Medan Terjuni Bisnis Se ks.

http://www.detiknews.com/index.php/195944/idnews/86943/idkanal/10.

Iriany. 2006. Dampak dan Penanggulangan Penyimpangan Perilaku Seksual Remaja.http://situs.kesrepro.info/krr/2002/referensi4.html.

Kartono, Kartini. 2007. Patologi Sosial. Jilid I. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Killbourne, et al., 2000. Kesehatan Reproduksi Remaja Membangun Perubaha n yang Bermakna. http://www.Path.org/Files/Indonesia. diakses pada 10 juni 2012.

Lim Su Min. 2007. 101 Questions about Sex. Surabaya: PT. Java Pustaka Media Utama.

Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan,Rineka Cipta. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S., 2007. Domain Perilaku. Dalam : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 139 -146.

Pardede, N., 2002. Masa remaja. Dalam : Narendra, M.B., Sula ryo, T.S., Soetjiningsih, Suyitno, H., Ranug, IG.N.G., ed. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja.Jakarta : Sagung Seto, 138 -170.

Pratiwi. (2004). Pendidikan Seks Untuk Remaja. Edisi revisi. Jakarta : Raja grafindo Persada.

Prihyugiaato, T.Y., 2008. Faktor -faktor yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Perilaku Seks Pranikah pada Remaja di Indonesia. Dalam : Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi II (2). Diperoleh dari :

(48)

Saparie. 2005. Kessehatan Reproduksi Remaja Berbasis Sekolah???. Dalam : http:/situs.kesrepro.info/krr/nov/200/krr03.htm. diakses pada 29 Juni 2012).

Sherris, J. 2000. Out look.Washington : Path

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto.

Wilopo. S.A. 2004. Perlu layanan Konseling Seks Bagi Remaja. Dalam :

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=93686 (diakses pada 11 april 2012).

(49)

SYARAT MENGAJUKAN ETHICAL CLEARANCE:

1. Proposal Penelitian (dijilid)

2. Mengisi Formulir Isian oleh Peneliti (ditanda tangani

ka.dep. & stempel)

3. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek penelitian

(dengan bahasa AWAM)

4. Lembar Persetujuan Subjek (Informed Consent)

5. Curriculum Vitae

6. Surat Pengantar dari Departemen

7. Rician Biaya Penelitian

8. Tanda tangan pengesahan di proposal penelitian

(50)

HEALTH RESEARCH ETHICAL COMMITTEE

Of North Sumatera

c/o MEDICAL SCHOOL, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jl. Dr. mansyur No. 5 Medan, 20155 INDONESIA TEL: +62-61-8211045; 8210555 Fax: +62 -61-8216264 Email:

komet_fkusu@yahoo.com

FORMULIR ISIAN OLEH PENELITI Nama Lengkap Anda:

1 SADDAM AKBAR

Alamat (harap ditulis dengan lengkap): 2 Jl. Sei Belutu No. 103

Telp/Fax/Hp/E-mail/lain-lain: 3 087868842408

Alamat lain yang dapat dihubungi:

4

-Telp/Fax/Hp/E-mail/lain-lain: 5 061-8217588

Nama Institusi Anda (tulis beserta alamatnya):

6 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(JL. DR. MANSYUR No. 5 MEDAN) Judul Penelitian:

7 GAMBARAN PERILAKU TENTANG SEKS BEBAS PADA PELAJAR

SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN PADA TAHUN 2012

DAFTAR PERTANYAAN:

1. Subjek yang digunakan pada penelitian Anda: Penderita Non Penderita Hewan

2. Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian Anda: 60 (orang/ekor/lain -lain)*

(51)

4. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini (perkiraan) untuk setiap subjek: (detik/menit/jam/hari/bulan/tahun)*

5. Rangkaian usulan penelitian mencakup objektif penelitian, manfaat/relevansi dari hasil penelitian disertai alas an/motivasi dilakukannya penelitian dan resiko yang mungkin timbul disertai cara penyelesaian masalahnya (ditulis dengan bahasa yang dapat dimengerti secara umum).

Manfaat:

- Sebagai masukan bagi pihak sekolah agar dapat mengenalkan pendidikan kesehatan reproduksi pada siswa dan s iswinya.

- Sebagai masukan bagi pihak -pihak yang membutuhkan baik dari kalangan akademis dan peneliti.

- Sebagai masukan bagi pelaksana pelayanan kesehatan sekolah agar dapat memberikan dan mengenalkan pendidikan seks remaja kepada anak didik. Tujuan:

Tujuan Umum :

- Untuk mengetahui gambaran perilaku siswa tentang hubungan seks bebas Tujuan Khusus :

- Untuk mengetahui gambaran tentang hubungan seks bebas.

- Untuk mengetahui gambaran sikap siswa tentang hubungan seks bebas - Untuk mengetahui gambaran tindakan siswa ten tang hubungan seks bebas

6. Apakah masalah etik menurut Anda dapat terjadi pada penelitian Anda ini. - Tidak ada

_______________________________________________________________ _______________________________________________________________ ______________________________________________________________

7. Jika subjeknya manusia, apakah percobaan terhadap hewan sudah per nah dilakukan? Jika tidak, sebutkan alasan mengapa langsung dilakukan terhadap manusia (berikan argumentasi Anda secara jelas dan mudah dimengerti). - Tidak pernah

Karena penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perilaku seks bebas pada pelajar

(52)

- Tidak ada

9. Bahaya potensial yang lang sung atau tidak langsung, segera atau tidak langsung, segera atau kemudian dan cara yang digunakan untuk pencegahannya (disebutkan jenis bahayanya).

- Tidak ada

10. Pengalaman terdahulu sebelum atau sesudah penelitian dari tindakan yang akan dilakukan (baik sendiri ataupun perorangan).

- Tidak ada

11. Jika penelitian dilaksanakan pada orang sakit, sebutkan apa kegunaan bagi si sakit, dan bagaimana pula kompensasi yang diberikan jika terjadi kerugian pada jiwanya.

- Penelitian ini tidak dilakukan pad a orang sakit

12. Bagaimana cara memilih penderita dan sukarelawan yang sehat? - Secara acak/ ad random

13. Apa hak dan kewajiban yang bisa Anda berikan sebagai jaminan dan imbalan bagi subjek/objek tersebut? Jika terdapat ganti rugi, sebutkan pula be rapa jumlah yang diberikan!

- Kewajiban merahasiakan identitas objek

14. Sejauh mana hubungan antara subjek manusia yang diteliti dengan penelitian (checklist yang benar):

(53)

b. Hubungan guru-murid

c. Hubungan majikan-anak buah d. Mitra

e. Keluarga f. Lain-lain

15. Jelaskan cara pencatatan selama penelitian, termasuk efek samping dan komplikasinya bila ada!

Menggunakan kuesioner penelitian, kemudian melakukan metode wawancara kepada responden. Setelah melakukan wawancara kemudian menandai atau mencontreng pada pilihan jawaban yang tertera di kuesioner sesuai dengan jawaban responden.

16. Jelaskan cara memberitahu dan mengajak subjek (lampirkan contoh surat persetujuan penderita)! Bila memberitahukan dan kesediaannya secara lisan, tulisan atau karena sesuatu ha l penderita tidak dapat dimintakan pernyataan ataupun persetujuannya, beri pula alasan untuk itu.

- Dengan menggunakan inform consent

17. Apakah subjek diasuransikan? (pilih salah satu) a. Ya

b. Tidak

Medan,

Mengetahui: Menyatakan:

Dosen Pembimbing KTI Peneliti Utama

(DR. dr. Muhammad Fidel Ganis Siregar, M.Ked (OG),Sp.OG(K)) (Saddam Akbar)

(54)

INFORMED CONSENT

Saya adalah mahasiswa program S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui Gambaran Perilaku Tentang Seks Bebas Pada Pelajar SMA Kemala Bhayangkari 1 Pada tahun 2012

Setiap data yang ada pada kuesioner ini tidak akan disebarluaskan. Data -data tersebut hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan segala kerahasiaan menjadi tanggungjawab peneliti. Sehingga saya mengharapkan jawaban yang saudara berikan sesuai dengan pendapat saudara dan jujur tanpa dipengaruhi oleh orang lain.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Alamat :

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian

yang berjudul “Gambaran Perilaku Tentang Seks Bebas Pada Pelajar SMA Kemala Bhayangkari 1 Pada tahun 2012”.

Demikian surat pernyataan persetujuan ini saya sampaikan dengan sadar tanpa ada paksaan dari siapapun

Responden Peneliti

(55)

KUESIONER

GAMBARAN PERILAKU TENTANG SEX BEBAS PADA PELAJAR SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN PADA

TAHUN 2012 No. Responden :

Umur :

Jenis Kelamin :

Kelas :

I. Pengetahuan remaja tentang hubungan seksual 1. Yang dimaksud dengan hubungan seksual ialah...

a. Pengetahuan mengenai berhubungan kelamin antara laki -laki dan perempuan

b. Kekuatan/dorongan hidup yang ada d iantara laki-laki dan perempuan yang memungkinkan terjadinya keturunan/kelangsungan hidup manusia

c. Persenyawaan, persetubuhan & aktivitas merangsang dari sentuhan kulit secara keseluruhan, sampai mempertemukan alat kemaluan laki -laki kedalam organ vital wanita

2. Yang dimaksud dengan hubungan seksual pranikah adalah….

a. Tindakan yang dilakukan seseorang untuk memuaskan nafsunya baik dengan lawan jenis maupun sesama jenisnya

b. Tindakan yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pri a dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim tanpa ikatan perkawinan

c. Masuknya penis ke dalam vagina dengan dasar suka sama suka

3. Hubungan kelamin sebelum menikah dapat berakibat…..

a. Menyebabkan ketidaksuburan / kemandulan b. Menyebabkan penyakit kandungan

(56)

4. Kehamilan dapat terjadi karena…..

a. Bertemunya antara sperma dan ovum

b. Bercumbu/bermesraan antara laki -laki dan perempuan c. Hubungan kelamin antara laki -laki dan perempuan

5. Yang dimaksud dengan Penyakit Menular Seksual adalah….

a. Penyakit yang diderita akibat ganti -ganti pasangan

b. Penyakit yang diderita orang -orang yang mempunyai perilaku seks menyimpang

c. Sekelompok penyakit yang ditularkan/menular m elalui hubungan seksual

6. Pada usia berapa melakukan hubungan sexual yang meningkatkan resiko

terkena kanker rahim…

a. <17 tahun b. 17-20 tahun c. >20 tahun

7. Dampak psikologis yang dapat ditimbulkan akibat hubungan seksual pranikah adalah....

a. Pendiam, kaku, lebih suka menyendiri dan tidak mau berteman dengan orang lain

b. Putus sekolah c. Aborsi

8. Gangguan yang sering timbul pada seorang pria akibat melakukan hubungan

seksual pranikah adalah….

a. Kemandulan

(57)

Sikap tentang Seks Pranikah Keterangan: S = setuju

TS = tidak setuju

Pertanyaan S TS

Perilaku seksual pranikah adalah hal yang tidak wajar untuk remaja yang bersekolah seperti kamu

Berhubungan kelamin dengan lawan jenis tanpa ikatan perkawinan adalah hal yang sah-sah saja asalkan dengan dasar rasa saling suka sama suka:

Sebaiknya memakai alat kontrasepsi ketika melakukan hubungan seksual pranikah

Berpegangan tangan merupakan hal yang wajar bagi saat berpacaran Berciuman adalah hal yang wajar dalam berpacaran

Kurangnya informasi yang tepat tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas dapat menimbulkan kejadian hubungan seksual pranikah Remaja dipandang belum pantas mendapatkan pengetahuan tentang seksual

Menikah akibat kehamilan yang tidak diinginkan akan mengakibatkan kualitas hidup dan keluarga menurun

Bergonta-ganti pasangan merupakan hal yang wajar saat berpacaran Melakukan hubungan sexual di laur nikah didasari cinta sama cinta merupakan hal yang wajar

Film porno bukan salah satu pemicu untuk melakukan hubungan seksual pranikah

Menikah dini merupakan hal yang wajar

(58)

Tingkat Kelas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kelas X 19 27.1 27.1 27.1

Kelas XI 27 38.6 38.6 65.7

Kelas XII 24 34.3 34.3 100.0

Total 70 100.0 100.0

Valid laki-laki 42 60.0 60.0 60.0

perempuan 28 40.0 40.0 100.0

Total 70 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 14 tahun 11 15.7 15.7 15.7

15 tahun 19 27.1 27.1 42.9

16 tahun 23 32.9 32.9 75.7

17 tahun 17 24.3 24.3 100.0

Total 70 100.0 100.0

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid cukup 38 54.3 54.3 54.3

baik 32 45.7 45.7 100.0

Gambar

Tabel 3.1Variabel, Defenisi Operasional, Alat Ukur, Hasil ukur, dan
Gambar 3.3 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Variabel, Defenisi Operasional, Alat Ukur, Hasil ukur, dan Skala
Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kalimat terakhir yang mengandung gaya bahasa sinisme atau bahkan sarkasme tersebut menunjukkan --seperti telah dikemu- kakan di depan-- perang yang identik dengan

Sebaiknya pihak bank dan pihak Pemerintah Provinsi Jawa Timur ikut memberikan sosialisasi kepada pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah khususnya pada level Start Up

Untuk menentukan keakurasian yang lebih baik pada penelitian ini maka ditambahkan sistem seleksi ciri yang menggunakan pohon keputusan ( Decision Tree ) menggunakan aplikasi

Koperasi dan UKM merupakan bagian integral dunia usaha nasional, mempunyai kedudukan, potensi, dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan

Kami sadari penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna, Tiada Gading Yang Tak Retak , oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami

Jika terdapat kredit pajak PPh Pasal 24, maka jumlah yang diisi adalah maksimum yang dapat dikreditkan sesuai lampiran tersendiriU. (Rupiah) DEPARTEMEN

If the distribution of errors had a normal behavior and there were no extreme values, the error metrics of the root mean square, the average error and the standard deviation would

Menimbang : bahwa sehubungan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan