• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebutuhan dan Ketersediaan Air Baku di Kabupaten Tangerang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kebutuhan dan Ketersediaan Air Baku di Kabupaten Tangerang."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR BAKU

DI KABUPATEN TANGERANG

DEDI ADE PAHRIN HASIBUAN

F44090044

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kebutuhan dan Ketersediaan Air Baku di Kabupaten Tangerang adalah benar karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013

Dedi Ade Pahrin Hasibuan

(3)

ABSTRAK

DEDI ADE PAHRIN HASIBUAN. Analisis Kebutuhan dan Ketersediaan Air Baku di Kabupaten Tangerang. Dibimbing oleh ROH SANTOSO BUDI WASPODO

Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk melangsungkan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraannya. Indonesia terletak di daerah tropis dan mempunyai tingkat ketersediaan air baku yang cukup. Rawan kekeringan merupakan salah satu permasalahan dalam penyediaan air baku akibat dari distribusi air yang tidak merata di wilayah Indonesia. Kabupaten Tangerang sebagai salah satu wilayah Indonesia yang terletak di Propinsi Banten memiliki tantangan di masa yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan air baku, karena meningkatnya jumlah penduduk dan menurunnya kemampuan lingkungan baik secara kualitas maupun kuantitas dalam penyediaan air baku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dan ketersediaan air baku di Kabupaten Tangerang di masa yang akan datang. Metode yang digunakan pada analisis kebutuhan air adalah metode pendekatan eksponensial, sedangkan untuk ketersediaan air baku dianalisis berdasarkan persamaan linear yang diperoleh dari regresi linear menggunakan Microsoft Excel 2007. Kebutuhan air baku dianalisa berdasarkan keperluannya, seperti kebutuhan air untuk keperluan domestik, non-domestik, perikanan, industri, ternak, dan irigasi. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat kebutuhan air dari tahun 2010 sampai 2030 secara keseluruhan mengalami peningkatan, dimana untuk tahun 2010 sebesar 71,61 m3/det, tahun 2015 sebesar 72,86 m3/det, tahun 2020 sebesar 76,24 m3/det, tahun 2025 sebesar 82,75 m3/det, dan tahun 2030 sebesar 95,35 m3/det. Sedangkan total ketersediaan air dari tahun 2010 sampai 2030 dari sumber air sungai dan air tanah mengalami penurunan, dimana tahun 2010 sebesar 143,17 m3/det, tahun 2015 sebesar 127,28 m3/det, tahun 2020 sebesar 114,02 m3/det, tahun 2025 sebesar 100,75 m3/det, dan tahun 2030 sebesar 87,50 m3/det. Pada tahun 2030 ketersediaan air tidak dapat memenuhi kebutuhan air, dimana terjadi defisit air sebesar -7,85 m3/det.

Kata kunci : Air Baku, Kebutuhan Air Baku, Ketersediaan Air Baku, Air Sungai, Airtanah

ABSTRACT

DEDI ADE PAHRIN HASIBUAN. Analysis is the need and availability of raw water in Tangerang Regency. Supervised by ROH SANTOSO BUDI WASPODO

(4)

availability was analyzed based on linear equations obtained from linear regression using Microsoft Excel 2007. Water requirements were analyzed based on demand, such as the water needs for domestic, non-domestic, industrial, fisheries, livestock and irrigation. From the results obtained that level of water needs from 2010 to 2030 as a whole has increased, which for 2010 of 71,61 m3/sec, 2015 amounting to 72,86 m3/sec, by 2020 of 76,24 m3/sec, 2025 of 82,75 m3/sec, and 2030 of 95,35 m3/sec. While the total availability of water from 2010 to 2030 from water source river and groundwater degradation, which in 2010 of 143,17 m3/sec, 2015 amounting to 127,28 m3/sec, by 2020 of 114,02 m3/sec, 2025 of 100,75 m3/sec, and 2030 of 87,50 m3/sec. By 2030 water availability can’t meet water demand, with a water deficit -7,85 m3/sec.

(5)

ANALISIS KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR BAKU

DI KABUPATEN TANGERANG

DEDI ADE PAHRIN HASIBUAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik

Pada

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Kebutuhan dan Ketersediaan Air Baku di Kabupaten Tangerang” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulisan skripsi ini merupakan tahap akhir dari penelitian yang dilaksanakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, MT yang telah membimbing dan memberikan dukungan serta semangat sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada :

1. Ayahanda Jurman Hasibuan dan Ibunda Juita Harahap yang telah memberikan kasih sayang dan dukungannya, serta kepada kakak dan adik-adik

2. Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil unuk pengembangan putra putri daerah

3. Para dosen dan staf di Departemen Teknik Sipil dan Lingkunngan IPB

4. Tim BUD Institut Pertanian Bogor yang selalu membantu dalam mengurus berbagai keperluan selama berada di Institut Pertanian Bogor

5. Rekan-rekan mahasiswa Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 46 IPB

6. Abang, Kakak, Teman, dan Adik-adik keluarga besar Imatapsel Bogor atas masukan dan nesahat kepada penulis

Diharapkan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan mudah-mudahan penelitian ini menjadi amal ibadah bagi penulis. Amin.

Bogor, Mei 2013

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii i

DAFTAR GAMBAR vii i

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Topik penelitian 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Air Baku 2

Ketersediaan Air Baku 3

Kebutuhan Air Baku 4

METODE PENELITIAN 5

Waktu dan Tempat Penelitian 5

Alat dan Bahan 5

Metodologi Penelitian 6

Kebutuhan Air Baku 6

Ketersediaan Air Baku 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Keadaan Wilayah Kabupaten Tangerang 8

Kebutuhan Air Baku 9

Ketersediaan Air Baku 12

Keseimbangan Air di Wilayah Kabupaten Tangerang 14

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 19

(9)

DAFTAR TABEL

1 Standar Kebutuhan Air yang Digunakan dalam Penelitian 7 2 Besarnya Kebutuhan Air Non-domestik Menurut Jumlah Penduduk 7

3 Proyeksi Ketersediaan Air Baku 14

4 Keseimbangan Air Wilayah 15

DAFTAR GAMBAR

1 Metodologi Penelitian 6

2 Proyeksi Jumlah Penduduk 10

3 Proyeksi Luas Lahan Budidaya Perikanan 10

4 Proyeksi Jumlah Ternak 10

5 Proyeksi Kebutuhan Air untuk Semua Jenis Penggunaan 11

6 Proyeksi Total Kebutuhan Air 12

7 Sungai Cisadane 12

8 Sungai Cidurian 12

9 Sungai Cimanceri 12

10 Sungai Cirarab 12

11 Debit Sungai dalam 10 Tahun Terakhir 13 12 Proyeksi Ketersediaan Air Aliran Sungai 14

(10)
(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan air semakin meningkat. Air sebagai kebutuhan dasar bagi kehidupan makhluk hidup akan selalu meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan kebutuhan air sering tidak diiringi dengan ketersediaan air baku yang memadai. Keterbatasan air baku baik air pemukaan, air hujan maupun airtanah diakibatkan kurangnya pembangunan dibidang sumberdaya air baik pada air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya. Selain kurangnya pembangunan dibidang sumberdaya air, masalah tingkat pembangunan dan perubahan tata guna lahan yang tinggi sering kurang mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan ekosistem air yang ada di sekitarnya.

Indonesia yang terletak di daerah tropis merupakan negara yang mempunyai tingkat ketersediaan air yang cukup. Namun secara nyata Indonesia memiliki kendala dalam memenuhi kebutuhan air karena distribusi dan ditambah dengan pola penyebaran penduduk yang tidak merata, sehingga air yang tersedia tidak selalu dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Bumi meiliki potensi air yang sangat besar, yaitu sekitar 1,454 juta km, dengan komposisi 97,5% berupa air laut dan 2,5% berupa air tawar. Air yang berupa air permukaan (sungai dan danau) dan 0,4% berupa air tanah (sumur dan mata air).

Kondisi alam dan musim yang berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain dapat menyebabkan beberapa daerah mengalami kondisi rawan air (kekeringan). Hal ini disebabkan potensi ketersediaan air relatif tetap dan beragam menurut tempat dan waktu. Sumber-sumber air utama yang ada di bumi terdiri dari air permukaan (surface water), air tanah (ground water), air laut, dan air hujan.

Kabupaten Tangerang merupakan salah satu wilayah Indonesia yang terletak di Proponsi Banten memiliki potensi permasalahan tersebut. Dimana pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Tangerang menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) adalah sebesar 2.834.376 jiwa dengan luas wilayah 959,60 km2 dan memiliki rata-rata kepadatan penduduk sebesar 2.954 jiwa per km2. Diperkirakan dengan meningkatnya jumlah penduduk setiap tahun di Kabupaten Tangerang akan mempengaruhi tingkat pembangunan di wilayah tersebut, baik dibidang struktur maupun infrastruktur. Dimana hal ini akan mempengaruhi besarnya kebutuhan akan air oleh masyarakat, namun pembangunan yang tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan akan memberikan dampak negatif bagi ketersediaan air baku.

Topik Penelitian

Topik penelitian ini adalah “Analisis Kebutuhan dan Ketersediaan Air Baku di Kabupaten Tangerang”.

Perumusan Masalah

(12)

2

akan selalu meningkat dalam artian akan meningkat berdasarkan peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah kebutuhan air seperti indutri, ternak, pertanian, dan perikanan dalam suatu wilayah. Peningkatan jumlah kebutuhan air tidak diikuti dengan pengelolaan sumberdaya air yang tersedia agar tetap dapat memenuhi kebutuhan air. Ketersediaan air dalam suatu wilayah akan mengalami penurunan akibat dari tingginya tingkat pembangunan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan di sekitarnya yang merupakan dampak dari peningkatan jumlah penduduk.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis jumlah kebutuhan air baku untuk domestik, non-domestik, irigasi, perikanan, ternak dan industri di Kabupaten Tangerang pada masa yang akan datang.

2. Untuk menduga jumlah ketersediaan air baku yang berasal dari air sungai dan airtanah di Kabupaten Tangerang pada masa yang akan datang.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat dan pada khususnya bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang. Sebagai informasi awal ataupun bahan perencanaan dalam pengelolaan sumberdaya air agar ketersediaan air yang ada tetap dapat memenuhi kebutuhan air baik dari segi kuantitas maupun kualitas di masa yang akan datang.

TINJAUAN PUSTAKA

Air Baku

Air baku adalah air yang dijadikan sebagai sumber untuk pengolahan air bersih. Air baku dapat berasal dari berbagai macam sumberdaya air. Pengertian air bersih adalah air yang terbebas dari zat-zat terlarut dan telah memenuhi syarat kualitas sehingga dapat dikonsumsi sebagai air minum (Ariansyah 2009). Namun tidak selamanya air bersih dapat diartikan sebagai air yang dapat langsung dikonsumsi atau diminum, karena air yang digunakan untuk menunjang kegiatan seperti mandi, cuci, irigasi, ternak, industri, dan perikanan membutuhkan air bersih yang kualitas airnya tidak perlu seperti air layak minum. Sumber air baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air bersih yaitu air hujan, air permukaan, dan air tanah.

(13)

3

Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu;

Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum;

Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan;

Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.

Hal-hal yang mempengaruhi kualitas air bersih ataupun air baku adalah pencemaran air baik pencemar berupa padatan maupun komponen organik yang dapat menimbulkan penampakan fisik, bau, dan reaksi kimia yang tidak diinginkan. Limbah rumah tangga merupakan salah satu sumber pencemar air. Dari limbah rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan orgamik yang terbawa air parit, kemudian ikut aliran sungai. Adapula bahan-bahan anorganik seperti plastik, alumunium, dan botol yang hanyut terbawa arus air.

Ketersediaan Air Baku

Ketersediaan air baku merupakan kemampuan suatu sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan air baik secara kuantitas maupun kualitas dalam suatu wilayah. Ketersediaan air baku dapat diperoleh dari beberapa sumber air yang ada di bumi. Sumber air adalah keberadaan air sebagai air baku untuk air bersih bagi kebutuhan hidup manusia, hewan, dan tumbuhan dalam mempertahankan hidupnya (Sumarman, 2006). Definisi sumber air dalam UU Sumberdaya Air (UU No. 7 Tahun 2004) menyebutkan bahwa sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.

Berikut adalah sumber-sumber air yang dapat digunakan sebagai sumber air baku untuk pengolahan air bersih :

1. Air Laut

Dua per tiga dari luas permukaan bumi merupakan lautan. Namun jumlah yang besar ini tidak membuat air laut dapat dengan mudah dimanfaatkan sebagai air baku untuk penyediaan air bersih. Air laut mempunyai sifat yang asin karena mengandung garam NaCl.

2. Air Atmosfir

Air atmosfir adalah air yang terdapat di lapisan atmosfir dan turun ke bumi dalam bentuk air hujan. Pada dasarnya air ini dalam keadaan murni dan bersih, namun dengan adanya pengotoran udara sehingga membutuhkan pengelolaan lebih lanjut.

3. Air Permukaan

(14)

4 tanah dangkal, air tanah dalam, dan mata air.

Kebutuhan Air Baku

Kebutuhan mengembangkan sumberdaya air timbul dari adanya kebutuhan air untuk suatu tujuan. Kebutuhan air adalah jumlah air yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dalam suatu wilayah. Kebutuhan air suatu kota besarnya sebanding dengan jumlah penduduk dan pola konsumsi perkapita, sehingga perkembangan jumlah penduduk di kota tersebut sangat menentukan tingkat kebutuhan air di masa mendatang (Pawitan et al, 1994).

Berdasarkan Undang-undang No. 11 Tahun 1974 tentang pengairan, terdapat urutan prioritas pemanfaatan air, yaitu sebagai berikut :

1. Air minum (kebutuhan air rumah tangga dan perkotaan) 2. Pertanian (pertanian rakyat dan usaha pertanian lainnya) 3. Peternakan

Kebutuhan air yang dimaksud berdasarkan jenis kebutuhan air adalah untuk menunjang segala kegiatan manusia, secara garis besar dibedakan menjadi 2 (Kodoatie dan Sjarief, 2005), yaitu :

1. Kebutuhan Air Domestik, yaitu kebutuhan air yang digunakan sebagai keperluan rumah tangga. Kebutuhan air ini ditentukan oleh jumlah penduduk dan konsumsi perkapita. Kecenderungan populasi dan sejarah populasi dipakai sebagai dasar perhitungan kebutuhan air domestik terutama dalam penentuan kecenderungan laju pertumbuhan.

2. Kebutuhan Air Non-Domestik, yaitu kebutuhan air yang meliputi pemanfaatan komersial, kebutuhan institusi, dan kebutuhan industri. Kebutuhan air komersil untuk suatu daerah cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan penduduk dan perubahan tataguna lahan. Kebutuhan institusi antara lain meliputi kebutuhan- kebutuhan air untuk sekolah, rumah sakit, gedung-gedung pemerintah, tempat ibadah dan lain-lain.

(15)

5

Pengertian kebutuhan air perikanan adalah kebutuhan air yang mencakup kebutuhan air untuk penggenangan kolam dan pengaliran/pembilasan. Dan kebutuhan air industri adalah besaran air yang digunakan berdasarkan jenis proses industri yang dilakukan atau luas areal industri. Sedangkan kebutuhan air peternakan adalah jumlah kebutuhan air yang dibutuhkan ternak, dimana jumlah kebutuhan air ternak didasarkan pada jenis ternak. Hasil penelitian dari FIDP yang dimuat dalam Technical Report National Water Resources Policy pada tahun 1992 jenis ternak dikelompokkan pada 4 jenis, yaitu sapi/kerbau/kuda, kambing/domba, babi, dan unggas.

Penentuan standar kebutuhan air untuk menunjang segala kegiatan dapat didasarkan kepada beberapa pedoman, seperti Puslitbang Padi tahun 2007 untuk standar perencanaan irigasi, Buku Pedoman Konstruksi dan Bangunan yang dikeluarkan Departemen Pekerjaan Umum untuk perencanaan air domesik, non-domestik, dan industri, serta standar yang dikeluarkan FIDP pada tahun 1992 dalam Technical Report National Water Resources Policy untuk perencanaan pemberian air untuk perikanan dan ternak.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitiaan

Penelitiaan mengenai analisis kebutuhan dan ketersediaan air baku dilakukan di Kabupaten Tangerang. Penelitiaan ini dilaksanakan selama 3 bulan terhitung dari Februari sampai April 2013.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitiaan yaitu : 1. Peta administratif Kabupaten Tangerang

2. Data debit Sungai Cisadane dan Sungai Cidurian 3. Data Kabupaten Tangerang dalam angka :

(16)

6

Metodologi Penelitian

Gambar 1 Metodologi penelitian

Kebutuhan Air Baku

Kebutuhan air adalah jumlah air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari pengguna air. Tingkat kebutuhan air suatu wilayah ditentukan jumlah pengguna air itu sendiri. Penduduk, luas lahan, dan jenis ternak merupakan beberapa diantara contoh pengguna air. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah kebutuhan air di Kabupaten Tangerang merupakan data skunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tangerang, yaitu jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, jumlah ternak, dan luas tempat budidaya perikanan.

Jumlah penduduk, ternak, industri, dan luas lahan irigasi ataupun perikanan pada saat ini akan memberikan jumlah kebutuhan air yang dibutuhkan dalam suatu wilayah saat ini. Sedangkan untuk mengetahui kebutuhan air di masa yang akan datang dibutuhkan jumlah pengguna di masa itu sendiri. Dalam penelitian ini untuk mengetahui jumlah pengguna air di masa yang akan datang sebagai faktor utama dalam perhitungan kebutuhan air menggunakan metode pendekatan eksponensial yang telah direkomendasikan di dalam buku Pedoman Perencanaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai yang telah diterbitkan Direktorat Jenderal Sumberdaya Air tahun 2001. Metode ini memakai anggapan persentase pertumbuhan pengguna tiap-tiap tahun adalah konstan.

Keterangan :

Pn : Jumlah Pengguna pada tahun n (jiwa/luas)

P0 : Jumlah pengguna pada tahun awal dasar (jiwa/luas) r : angka pertumbuhan pengguna (%)

(17)

7

Sedangkan untuk memperoleh besaran jumlah kebutuhan air dalam satu wilayah digunakan persamaan yang merupakan perkalian antara jumlah pengguna dengan standar kebutuhan air untuk setiap jenis penggunaan. Berikut adalah persamaan umum yang digunakan dalam perhitungan :

Keterangan :

Qy : Kebutuhan Air (m3/detik)

dy : Standar Kebutuhan

Py : Jumlah Pengguna

Besarnya konsumsi air dapat mengacu pada berbagai macam standar yang digunakan dalam perhitungan. Standar kebutuhan air yang digunakan dapat didasarkan pada kriteria jumlah pengguna dan jenis proses yang dilakukan pengguna air itu sendiri. Jumlah pengguna air yang digunakan dalam standar perhitungan adalah jumlah pengguna yang menetap pada suatu wilayah. Standar kebutuhan air yang digunakan dalam penelitian untuk semua jenis penggunaan air disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar Kebutuhan Air yang Digunakan dalam Penelitian

No. Jenis Pengguna Standar

Kebutuhan Satuan Sumber

1. Domestik 100 liter/orang/hari Direktorat Pengairan

4. Irigasi 1,2 liter/detik/ha Balitbang Padi, 2007

Kebutuhan air industri dihitung berdasarkan jumlah pemberian air dari PDAM Kerta Raharja Kabupaten Tangerang karena kurangnya informasi mengenai jumlah dan proses industri yang ada. Untuk besaran air kebutuhan non-domestik diperoleh dari persentase jumlah kebutuhan air non-domestik/rumah tangga yang didasarkan pada kriteria jumlah penduduk. Besaran kebutuhan air non-domestik disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Besarnya Kebutuhan Air Non-Domestik Menurut Jumlah Penduduk

Kriteria

(18)

8

Ketersediaan Air Baku

Air hujan, air permukaan (sungai, rawa, dan danau), dan airtanah merupakan sumber utama dalam sistem penyediaan air baku. Besarnya ketersediaan air dalam suatu wilayah dari semua sumber air yang akan dipengaruhi musim dan iklim. Selain dari pengaruh musim dan iklim ketersediaan air baku juga akan dipengaruhi pola penyebaran pengguna air terhadap sumber air yang ada.

Sumber air baku yang digunakan pada perhitungan ketersediaan air adalah air permukaan dan airtanah, dimana air permukaan yang digunakan adalah air aliran sungai. Pada penelitian ini sungai yang digunakan adalah data debit Sungai Cisadane dan Cidurian. Data debit air aliran sungai yang digunakan adalah data debit dalam 10 tahun terakhir. Untuk mengetahui jumlah ketersediaan air di masa yang akan datang dilakukan analisis regresi linear menggunakan program Microsoft Excel 2007 dengan menggunakan data debit yang telah diperoleh dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane dan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliman-Ciujung-Cidurian. Hasil analisis regresi linear akan diperoleh persamaan linear yang akan digunakan sebagai persamaan dalam proyeksi ketersediaan air permukaan. Data debit yang digunakan adalah data yang memberikan hasil optimum. Berikut adalah bentuk umum dari persamaan linear :

Keterangan :

y : Peubah tidak bebas

m : Kemiringan/gradien

x : Peubah bebas

n : Intersep/perpotongan dengan sumbu tegak

Untuk besaran potensi airtanah diperoleh dari hasil penelitian sumber air baku Kabupaten Tangerang oleh BAPPEDA pada tahun 2012. Dimana diperoleh potensi airtanah untuk aquifer dangkal sebesar 776,15 m3/hari dan 4342,47 m3/hari untuk aquifer dalam.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Wilayah Kabupaten Tangerang

Kabupaten Tangerang adalah wilayah yang terletak di Propinsi Banten. Secara geografis Kabupaten Tangerang berada pada 1060 20’ BT sampai 1060 43’ BT dan 60 00’ LS sampai 60 20’ LS. Peta adminstrasi Kabupaten Tangerang disajikan pada Lampiran 1.

(19)

9

25mdpl yaitu Kecamatan Kronjo, Mauk, Paku Haji, Teluk Naga, Kosambi, Kresek, Rajeg, Sepatan, Balaraja dan Pasar Kemis. Penutupan lahan di Kabupaten Tangerang di dominasi oleh sawah irigasi sekitar 48 % yang banyak terdapat di bagian Barat. Jenis penutupan lahan pemukiman juga cukup dominan, yaitu sekitar 25.5% yang menyebar di bagian Timur atau berdekatan dengan wilayah Jakarta.

Kondisi geologi Kabupaten Tangerang mempunyai 5 jenis yaitu Holosen, Middle Miocene, Pleitocene, Plio-Pleistocene dan Pliocene. Untuk Holosen tersebar di Kecamatan Kronjo, Mauk, Paku Haji, Kosambi dan Sepatan. Middle Miocene tersebar di Kecamatan Tiga raksa dan Cikupa. Pleitocene tersebar di Kecamatan Kresek, Balaraja dan Cisoka. Plio-Pleistocene tersebar di Kecamatan Rajeg, Pasar Kemis, Cikupa dan Curug. Pliocene tersebar di Kecamatan Cisoka, Tigaraksa dan Legok.

Iklim di Kabupaten Tangerang dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Iklim tropis dengan temperatur rata-rata 27,70 C, temperatur maksimum 32,70 C, dan temperatur minimum 23,80 C. Rata-rata curah tahunan adalah 1900-2150 mm/tahun. DAS Cimanceri dan Cisadane rata-rata mempunyai kondisi curah hujan tahunan yang lebih besar jika dibandingkan dengan DAS Cidurian dan Kaliangke. Untuk setiap DAS, masing-masing mempunyai empat bulan basah dengan curah hujan diatas 200 mm/bulan, empat bulan lembab (curah hujan 100-200 mm/bulan) dan empat bulan kering dengan curah hujan kurang dari 100 mm/bulan. Bulan basah rata-rata terjadi pada bulan Desember-Maret, sedangkan bulan kering dimulai pada bulan Juni sampai dengan September. Sebaran hujan wilayah Kab. Tangerang menunjukkan bahwa wilayah-wilayah di bagian Selatan relatif mempunyai curah hujan yang lebih besar jika dibandingkan dengan bagian Utara. Pada bulan-bulan basah (Januari-Februari) wilayah bagian Barat seperti DAS Cidurian dan Cimanceri mempunyai curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian Utara (DAS Cisadane dan Kaliangke).

Kebutuhan Air Baku

Tinjauan jumlah penduduk, ternak, industri, dan luas penggunaan lahan untuk perikanan maupun irigasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi besaran kebutuhan air suatu wilayah saat ini, sedangkan untuk kebutuhan air di masa yang akan datang dilakukan metode pendekatan eksponensial untuk mengetahui perubahan jumlah pengguna air sehingga diketahui jumlah kebutuhan air di masa yang akan datang dimana faktor-faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan air tersebut telah mengalami perubahan. Hasil dan analisa perkembangan jumlah pengguna air akan digunakan sebagai dasar dalam perhitungan perencanaan sistem penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan air saat ini dan masa yang akan datang.

(20)

10

pendekatan eksponensial diketahui perubahan jumlah pengguna air untuk kebutuhan air domestik, kebutuhan air perikanan, dan kebutuhan air ternak.

Gambar 2 Proyeksi jumlah penduduk

Gambar 3 Proyeksi luas lahan budidaya perikanan

Gambar 4 Proyeksi jumlah ternak 0

5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000

2010 2015 2020 2025 2030 2035

Jiw

a

Tahun

1000 2000 3000 4000 5000 6000

2010 2015 2020 2025 2030 2035

ha

Tahun

0 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 30000000 35000000

2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035

Ek

or

(21)

11

Grafik garis pada gambar 2 menunjukkan hubungan antara dua peubah yang menampilkan perubahan jumlah penduduk dan tahun. Dimana jumlah penduduk mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan laju pertumbuhan sebesar 6,75%. Gambar 3 menunjukkan hubungan antara perubahan luas lahan budidaya perikanan dengan tahun dengan laju perubahan sebesar -41,7% atau setiap tahunnya mengalami penurunan.

Gambar 4 menunjukkan hubungan antara jumlah ternak dan tahun dengan laju pertumbuhan ternak sebesar 1,5% setiap tahunnya. Dimana laju pertmbuhan ternak ini merupakan hasil penelitian tentang analisa kebutuhan dan pemanfaatan air oleh Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane pada tahun 2009. Kebutuhan air industri dihitung berdasarkan jumlah pemberian air oleh PDAM Kerta Raharja Kabupaten Tangerang dengan laju pertumbuhan sebesar 7% setiap tahunnya. Dan pada penelitian ini luas lahan irigasi dianggap tetap setiap tahunnya.

Gambar 5 Proyeksi kebutuhan air untuk semua jenis penggunaan

Gambar 5 menunjukkan hubungan antara kebutuhan air untuk keperluan domestik, non-domestik, peternakan, industri, perikanan, dan irigasi dengan tahun. Pada gambar ditunjukkan kebutuhan air domestik, non-domestik, industri, dan peternakan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan jumlah kebutuhan air untuk keperluan domestik, non-domestik, dan ternak dipengaruhi dari pertambahan jumlah penduduk dan jumlah ternak. Kebutuhan air perikanan pada gambar 5 menunjukkan penurunan setiap tahunnya. Dan kebutuhan air irigasi setiap tahunnya tetap. Peningkatan dan penurunan jumlah kebutuhan air domestik, non-domestik, industri, ternak, perikanan, dan irigasi sangat dipengaruhi dari perubahan pertumbuhan jumlah pengguna. Seperti jumlah penduduk, ternak, luas lahan irigasi, luas lahan perikanan, dan industri.

Secara keseluruhan kebutuhan air di Kabupaten Tangerang mengalami peningkatan, seperti disajikan pada Gambar 6.

(22)

12

Gambar 6 Proyeksi total kebutuhan air

Ketersediaan Air Baku

Pemanfaatan sumberdaya air sebagai sumber ketersediaan untuk memenuhi kebutuhan air di Kabupaten Tangerang pada penelitian ini adalah air aliran sungai (air permukaan) dan potensi airtanah. Kabupaten Tangerang dilewati oleh 4 sungai utama, yaitu Sungai Cisadane, Sungai Cidurian, Sungai Cimanceri, dan Sungai Cirarab. Tetapi berdasarkan kualitasnya hanya dua sungai yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku, yaitu Sungai Cisadane dan Sungai Cidurian. Hal ini dikuatkan dari hasil laporan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang pada tahun 2009.

Gambar 7 Sungai Cisadane Gambar 8 Sungai Cidurian

Gambar 9 Sungai Cimanceri Gambar 10 Sungai Cirarab 60.00

70.00 80.00 90.00 100.00

2010 2015 2020 2025 2030

De

b

it (

m

3/d

(23)

13

Dari sisi kandungan kimiawi, sungai yang memiliki kandungan BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) lebih besar dari baku mutu adalah Sungai Cimanceri dan Sungai Cirarab terutama di bagian muara sungai. Besarnya kandungan BOD dan COD dipengaruhi besarnya limbah domestik yang dibuang langsung ke badan sungai. Beberapa logam berat seperti Khrom dan Tembaga kandungannya dalam air sungai sudah melewati ambang batas baku mutu. Kandungan tembaga di Sungai Cimanceri dan Sungai Cirarab pada bagian muara tercatat mencapai 3,41 mg/l dan 2,43 mg/l sementara ketetapan baku mutu adalah 0,02 mg/L. Di sungai Cimanceri kandungan Khorm tercatat telah melampaui baku mutu terutama pada bagian hulu dan tengah yakni tercatat 0,07 mg/L dan 0,06 mg/l. Kandungan klorida bebas dan belerang (H2S) tercatat juga telah melebihi baku mutu yang ditetapkan yakni masing-masing sebesar 0,03 mg/L dan 0,002 mg/L. Hal itu terjadi pada seluruh bagian sungai pada ketiga sungai yakni Cisadane, Cimanceri dan Cirarab (BLHD Kab. Tangerang, 2009).

Tingkat ketersediaan air baku yang berasal dari air aliran sungai dihitung berdasarkan persamaan linear yang diperoleh dari hasil regresi linear menggunakan program Microsoft excel 2007. Persamaan yang digunakan adalah persamaan yang memberikan hasil paling optimum atau persamaan yang memiliki nilai R2 tertinggi. Data yang digunakan adalah data debit Sungai Cisadane dan Sungai Cidurian. Untuk Sungai Cisadane digunakan data debit dari tahun 2002 sampai 2011 dan Sungai Cidurian digunakan data debit tahun 2000 sampai 2010.

Gambar 11 Debit sungai dalam 10 tahun terakhir

(24)

14

Gambar 12 Proyeksi ketersediaan air aliran sungai

Potensi airtanah yang diperoleh dari hasil penelitian sumber air baku oleh BAPPEDA Kabupaten Tangerang adalah sebesar 776,15 m3/hari untuk aquifer dangkal dan 4342,47 m3/hari dari aquifer dalam. Total ketersediaan air baku dari sumber air aliran sungai dan airtanah secara umum setiap tahunnya mengalami penurunan. Besaran debit sungai dan potensi airtanah untuk berbagai sumber dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Proyeksi Total Ketersediaan Air Baku

No. Sumber Proyeksi Ketersediaan Air Baku (m3/detik)

2010 2015 2020 2025 2030

Keseimbangan Air di Wilayah Kabupaten Tangerang

Keseimbangan air dalam suatu wilayah dinyatakan seimbang apabila ketersediaan air yang ada mampu memenuhi seluruh kebutuhan air untuk semua keperluan dalam satu wilayah. Dimana ketersediaan yang ada mampu memenuhi kebutuhan air dalam suatu wilayah baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Keseimbangan air wilayah dapat dihitung dengan cara membandingkan kebutuhan air total yang meliputi kebutuhan air untuk semua keperluan dengan ketersediaan air yang ada.

(25)

15

Gambar 13 Keseimbangan air wilayah

Gambar 13 menunjukkan bahwa ketersediaan air baku yang ada di Kabupaten Tangerang saat ini bisa memenuhi kebutuhan air wilayah hingga tahun 2025. Dan pada tahun 2030 diprediksi terjadi defisit air sebesar -7,85 m3/detik. Dimana kebutuhan air setiap tahunnya mengalami peningkatan, sedangkan ketersediaan air yang ada setiap tahunnya mengalami penurunan. Berikut besaran surplus dan defisit air wilayah Kabupaten Tangerang untuk beberapa tahun kedepan.

Tabel 4. Keseimbangan Air Wilayah

2010 2015 2020 2025 2030

Ketersediaan 143,17 127,28 114,02 100,75 87,50

Kebutuhan 71,67 72,86 76,24 82,75 95,35

Selisih 71,50 54,41 37,78 18,00 -7,85

Sumber : Hasil perhitungan

Perubahan jumlah kebutuhan dan keteresediaan air di Kabupaten Tangerang tidak terlepas dari laju perkembangan wilayah tersebut. Perkembangan wilayah Kabupaten Tangerang tidak terlepas dari perkembangan Jakarta sebagai pusat kegiatan nasional, perubahan kebijakan dalam penggunaan lahan atau rencana tata ruang wilayah di DKI Jakarta akan berpengaruh langsung terhadap wilayah yang berada disekitarnya, termasuk diantaranya Kabupaten Tangerang. Ketidakmampuan DKI Jakarta untuk menampung segala aktifitas perekonomian dan penyediaan ruang sebagai tempat hunian bagi penduduk yang bekerja di Jakarta menyebabkan Kabupaten Tangerang sebagai salah satu wilayah penyangga yang menjadi alternatif pilihan untuk menampung sebagian dari aktifitas di DKI Jakarta.

Pertambahan jumlah penduduk dan perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Tangerang akan mempengaruhi tingkat kebutuhan dan ketersediaaan air baku. Pertama kebutuhan air sebagai kebutuhan dasar manusia untuk melakukan aktifitasnya merupakan hal yang tidak bisa ditawar. Semakin besar pertumbuhan dan jumlah penduduk dalam suatu wilayah akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara teoritis cenderung menyebabkan beberapa sektor ekonomi akan tumbuh pesat dan pertumbuhan jumlah penduduk setiap tahunnya akan terus meningkat.

(26)

16

Pertambahan jumlah penduduk secara langsung akan mempengaruhi jumlah kebutuhan air. peningkatan jumlah penduduk secara tidak langsung juga akan mempengaruhi sektor indutri, peternakan, perikanan, pertanian, dan penyediaan fasilitas umum dimana merupakan faktor penentu jumlah kebutuhan air suatu wilayah. Selain mempengaruhi faktor-faktor diatas, pertambahan jumlah penduduk juga akan mempengaruhi perubahan tata guna lahan.

Perubahan tata guna lahan akibat pertumbuhan jumlah penduduk di Kabupaten Tangerang secara langsung akan mempengaruhi jumlah limpasan permukaan dan besarnya penguapan yang terjadi. Besarnya ruang terbangun di Kabupaten Tangerang untuk memenuhi kebutuhan penduduk baik sebagai tempat tinggal, industri, dan pusat pelayanan publik akan mempengaruhi besar limpasan permukaan yang terjadi. Dimana besaran limpasan permukaan secara langsung akan mempengaruhi besaran ketersediaan air di Kabupaten Tangerang. Perubahan tata guna lahan sebagai salah satu faktor penentu besarnya limpasan permukaan akan mempengaruhi jumlah air yang tersedia baik dari potensi air tanah maupun aliran sungai. Tingginya limpasan langsung yang terjadi akan mengakibatkan hujan yang jatuh ke tanah akan langsung mengalir saluran dan jumlah air yang terserap ke dalam tanah sedikit. Selain besarnya limpasan langsung yang terjadi dan besarnya air hujan yang terserap tanah, kemungkinan terjadinya erosi akan semakin besar. Tingginya limpasan langsung, rendahnya air hujan yang terserap tanah, dan besarnya erosi yang terjadi akan mempengaruhi jumlah potensi airtanah dan air aliran sungai sebagai sumber dari ketersediaan air baku wilayah.

Selain jumlah penduduk dan perubahan tata guna lahan, perubahan iklim global juga memiliki peranan tersendiri dalam penurunan jumlah ketersediaan air baku. Dimana perubahan iklim akan mempengaruhi pola penyebaran hujan, baik dari segi waktu terjadinya hujan maupun besar curah hujan yang terjadi dan perubahan musim. Perubahan iklim global juga akan mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat sehingga evapotranspirasi yang terjadi cukup tinggi. Perubahan iklim global dipengaruhi terjadinya kerusakan lingkungan dan efek gas rumah kaca.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Secara umum kebutuhan air di Kabupaten Tangerang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Besaran kebutuhan air baku wilayah tahun 2010 adalah sebesar 71,67 m3/detik, tahun 2015 sebesar 72,86 m3/detik, tahun 2020 sebesar 76,24 m3/detik, tahun 2025 sebesar 82,75 m3/detik, dan tahun 2030 sebesar 95,35 m3/detik. Peningkatan kebutuhan air terjadi pada penggunaan air untuk keperluan domestik, non-domestik, ternak, dan industri. Sedangkan untuk kebutuhan perikanan mengalami penurunan serta kebutuhan air irigasi dianggap tetap setiap tahunnya.

(27)

17

baku wilayah tahun 2010 adalah sebesar 143,17 m3/detik, tahun 2015 sebesar 127,28 m3/detik, tahun 2020 sebesar 114,02 m3/detik, tahun 2025 sebesar 100,75 m3/detik, dan tahun 2030 sebesar 87,50 m3/detik.

3. Ketersediaan air baku yang ada di Kabupaten Tangerang dari 2010 sampai 2025 masih dapat memenuhi kebutuhan air baku. Diperkirakan pada tahun 2030 terjadi defisit air sebesar -7,85 m3/detik.

Saran

Untuk menjaga ketersediaan air agar tetap dapat memenuhi kebutuhan air di Kabupaten Tangerang perlu dilakukan berbagai tindakan, diantaranya :

1. Perlu dilakukan survei dan pengamatan langsung mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan air terutama untuk kebutuhan air domestik, non-domestik, ternak, dan industri untuk mengetahui waktu-waktu penggunaan air terbesar sebagai bahan perencanaan dalam penyediaan air agar tidak terjadi penggunaan air secara berlebihan.

2. Pembuatan sumur resapan pada setiap kawasan perkantoran, industri, perumahan, dan perdagangan untuk mengurangi terjadinya limpasan langsung dan meningkatkan cadangan airtanah.

3. Perencanaan pola penyebaran penduduk dan kawasan industri yang disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah agar kepadatan penduduk dan industri tidak terpusat dalam satu kawasan sehingga kelestarian sumberdaya air yang ada tetap terjaga dan air terdistribusi secara merata. 4. Terkait dengan analisis ketersediaan air, diperlukan penelitian lanjutan

dengan memperhatikan kondisi klimatologi, geologi, topografi, dan penutupan lahan sehingga sumber air yang diperhitungkan tidak hanya terletak pada sumber air aliran sungai dan airtanah, namun juga mencakup kepada seluruh komponen neraca air.

DAFTAR PUSTAKA

Ananda, R. D. 2003. Model Pendugaan Kebutuhan Air Kawasan Pemukiman dan Industri di Cilegon, Banten [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Apriyanto, B. 2011. Analisis Kebutuhan Air dan Head Loss Pada Distribusi Air Bersih di Kampus IPB Darmaga Bogor [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Ariansyah. 2009. Tinjauan Sistem Jaringan Pipa Distribusi Air Bersih Di Kelurahan Talang Betutu Palembang. Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang.

Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

(28)

18

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah [BAPPEDA]. 2012. Penelitian Sumber Air Baku. Kabupaten Tangerang

Badan Lingkungan Hidup Daerah [BLHD]. 2009. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya. Kabupaten Tangerang

Direktorat Pengairan dan Irigasi. 2006. Identifikasi Masalah Pengelolaan Sumber Daya Air di Pulau Jawa. BAPPENAS. Jakarta

Harto, S. 1993. Analisis Hidrologi. PT. Gramedia Pustaka Tama. Jakarta

Kodoatie dan Sjarief. 2005. Pengelolaan Sumberdarya Air (Edisi Revisi). Penerbit Andi. Yogyakarta.

Linsley, R. K. 1964. Water Resources Enginering. McGraw Hill Inc. New York. Nurdhawata, S. 2009. Analisa Potensi Waduk Rukoh Dalam Memenuhi

Kebutuhan Air di Kabupaten Pidie [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. 1990. PP No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta

Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. 2004. PP No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air. Jakarta

Pawitan, H., H. Suharsono dan Bambang D. Dasanto. 1994. Kesetimbangan Air Wilayah Pulau Jawa [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Riyadi, M. 2000. Kajian Pendayagunaan Sumber Air Ciparay di Cinagara Kec. Caringin Kab. Bogor [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Sekar, D. R. 2012. Analisis Kapasitas Simpan Air di Wilayah Kampus IPB Dramaga Bogor [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Seyhan, E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Suhendar, D. 2005. Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Ketersediaan Sumberdaya Air di Kota Tangerang [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

(29)

19

19

L

AM

PIRA

(30)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sosopan Pargarutan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 24 Agustus 1991 sebagai anak kedua dari enam bersaudara dari pasangan Jurman Hasibuan (ayah) dan Juita Harahap (ibu). Penulis menempuh pendidikan SD Inpres Pargarutan Jae lulus pada tahun 2003, Pondok Pesantren Modern Baharuddin Tapanuli Selatan lulus pada tahun 2006, dan SMA N 2 Plus Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima sebgai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) pada program studi Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Selama melaksanakan studi, penulis aktif di organisasi mahasiswa daerah dan kepanitiaan diantaranya Pengurus Bidang Olahraga Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan Bogor pada tahun 2010, Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan Bogor pada tahun 2011 sampai bulan Februari 2013, Ketua Pelaksana Bakti Sosial yang bertema “SD Ceria Tahun 2010” Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan, Ketua Pelaksana Masa Perkenalan Departemen Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan pada tahun 2011, dan Ketua Divisi Konsumsi acara SIL-Expo 2011. Pada bulan Juli hingga Agustus 2012 penulis melaksanakan Praktik Lapang (PL) di Perum Jasa Tirta II, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat.

Gambar

Gambar 1 Metodologi penelitian
Tabel 1. Standar Kebutuhan Air yang Digunakan dalam Penelitian
Gambar 2 Proyeksi jumlah penduduk
Gambar 5 Proyeksi kebutuhan air untuk semua jenis penggunaan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Kebutuhan Luas Lahan Pertanian Pangan dalam Pemenuhan Kebutuhan Pangan Penduduk Kabupaten Lampung Barat adalah karya

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Kebutuhan Luas Lahan Pertanian Pangan dalam Pemenuhan Kebutuhan Pangan Penduduk Kabupaten Lampung Barat adalah karya

Proyeksi ketersediaan airtanah dengan Metode CAT (Cekungan Airtanah) akan terjadi titik kritis dengan kebutuhan air industri pada tahun 2033, dimana ketersediaan

Dari hasil perhitungan kebutuhan traktor berdasarkan ketersediaan air yang dilakukan untuk mengetahui banyaknya traktor rotari yang diperlukan untuk mengolah lahan

Penelitian ini mencoba untuk menguji bberapa faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap ketersediaan beras, yaitu produksi beras, kebutuhan beras, luas lahan dan jumlah

Langkah pertama dalam analisis ini adalah mengumpulkan data sekunder berupa data potensi desa di DAS Babon yang meliputi data jumlah penduduk, luas lahan untuk pertanian irigasi,

Dengan: IG = kebutuhan air irigasi m3/detik IR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan mm/hari ETc = kebutuhan air konsumtif mm/hari RW = kebutuhan untuk pergantian air mm/hari P =

Kebutuhan lahan permukiman Kota Padang pada tahun 2030 yaitu 788.62 ha, kebutuhan lahan permukiman Kota Padang dihitung berdasarkan asumsi jumlah penduduk tahun 2020 dengan luas lahan