UKURAN DAN BENTUK TUBUH PADA DOMBA EKOR
TIPIS DOMBA BATUR DOMBA WONOSOBO
DAN DOMBA GARUT
NURISWANTONI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Domba Ekor Tipis, Domba Batur, Domba Wonosobo dan Domba Garut adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Nuriswantoni
ABSTRAK
NURISWANTONI. Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Domba Ekor Tipis, Domba Batur, Domba Wonosobo dan Domba Garut. Dibimbing oleh RINI HERLINA MULYONO dan MOH. YAMIN
Domba berpotensi besar sebagai penghasil daging dan wol untuk kebutuhan masyarakat dunia. Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi genetik karakteristik morfometrik berdasarkan ukuran dan bentuk tubuh domba Ekor Tipis (DET), domba Batur (Dombat), domba Wonosobo (Dombos), dan domba Garut (Tangkas dan Pedaging) berumur 1.5-2.0 tahun. Data diperoleh dengan melakukan pengukuran pada ukuran-ukuran liniear tubuh domba dan diolah dengan statistik deskriptip, statistik T2-hotelling dan analisis komponen utama. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh yang sangat nyata (P<0.01) antara bangsa. Hasil analisis komponen utama diperoleh tinggi pundak merupakan penciri ukuran DET, Dombat, Dombos, domba Garut Tangkas dan domba Garut Pedaging. Tinggi pinggul merupakan penciri ukuran DET, domba Garut Tangkas dan domba Garut Pedaging. Panjang badan merupakan penciri ukuran pada Dombat dan Dombos. Tinggi pundak merupakan penciri bentuk DET dan domba Garut Tangkas. Panjang badan merupakan penciri bentuk Dombat, Dombos dan domba Garut Pedaging. Tinggi pinggul merupakan penciri bentuk pada Dombos dan lebar dada merupakan penciri bentuk pada domba Garut Pedaging. Diagram kerumunan menunjukkan bahwa data individual untuk setiap domba adalah khas karena membentuk kerumunan sendiri. Kerumunan data semua domba beririsan terhadap DET, hal ini menunjukan bahwa semua domba penelitian memiliki darah DET sebagai tetua mereka.
Kata kunci: analisis komponen utama, domba, ukuran tubuh
ABSTRACT
NURISWANTONI. Size and Shape Body of Thin-tailed Sheep, Batur Sheep, Wonosobo Sheep, and Garut sheep. Supervised by RINI HERLINA MULYONO dan MOH. YAMIN
Dombat and Dombos. Shoulder height is a form discriminator on DET and Fighting-type Garut sheep. Body length is the shape discriminator on Dombat, Dombos and Meat-producing-type Garut sheep. Hip height is a form discriminator in Dombos while chest wid this a form discriminator in Meat-producing-type Garut sheep. Group diagram showed that the individual data for each sheep was unique because it formedits own group. Data group all sheep intersecting against DET, this shows that all sheep research had blood DET as their elders.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
UKURAN DAN BENTUK TUBUH PADA DOMBA EKOR
TIPIS DOMBA BATUR DOMBA WONOSOBO
DAN DOMBA GARUT
NURISWANTONI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi :Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Domba Ekor Tipis, Domba Batur, Domba Wonosobo dan Domba Garut
Nama : Nuriswantoni NIM : D14090002
Disetujui oleh
Ir Rini HerlinaMulyono. MSi Pembimbing I
Dr Ir M. Yamin. MAgrSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof.Dr.Ir. Cece Sumantri, MAgrSc Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 dengan judul Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Domba Ekor Tipis, Domba Batur, Domba Wonosobo dan Domba Garut. Shalawat dan salam Penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad dan para sahabatnya yang menjadi suri tauladan manusia. Terima kasih Penulis ucapkan kepada ibu Ir Rini Herlina Mulyono MSi dan bapak Dr Ir Moh. Yamin MAgrSc selaku pembimbing, bapak Ir Kukuh Budi Satoto MS dan bapak Dr Jakaria SPt MSi sebagai dosen penguji, ibu Niken Ullupi MSi sebagai wakil departemen. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Wonosobo, Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara, Dinas Pertanian Kabupaten Garut,bapak Mishad, bapak Sugiarto, bapak Yono, Pak guru, Firman, Tatan dan Emak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dilapang. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tuaserta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Bogor, Agustus 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PRAKATA viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 1
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Alat 2
Bahan 2
Prosedur 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Analisis Statistik Deskriptif 4
Uji StatistikT2- Hotelling 6
Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh Domba Penelitian 8 Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh Domba Peneltian
dan Diagram Kerumunan 10
SIMPULAN DAN SARAN 13
DAFTAR PUSTAKA 13
DAFTAR TABEL
1 Jumlah domba penelitian 2
2 Statistik deskriptif variabel penelitian domba jantan 5 3 Statistik deskriptif variabel penelitian domba betina 6
4 Persamaan ukuran dan bentuk domba penelitian 7
5 Korelasi antara ukuran atau bentuk terhadap setiap variabel permukaan
tubuh DET 8
6 Korelasi antara ukuran atau bentuk terhadap setiap variabel permukaan
tubuh Dombat 8
7 Korelasi antara ukuran atau bentuk terhadap setiap variabel permukaan
tubuh dombos 9
8 Korelasi antara ukuran atau bentuk terhadap setiap variabel permukaan
tubuh domba Garut Tangkas 9
9 Korelasi antara ukuran atau bentuk terhadap setiap variabel permukaan
tubuh domba Garut Pedaging 10
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ternak domba merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh peternak di Indonesia karena kemudahan dalam melakukan manajemen pemeliharaan yaitu mudah dalam perawatannya, mudah berkembang biak serta mudah beradaptasi terhadap lingkungannya. Domba berpotensi besar sebagai penghasil daging dan wol untuk kebutuhan masyarakat dunia. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) melaporkan bahwa populasi domba di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini diperlihatkan dari data bahwa populasi domba di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 10 725 000 ekor pada tahun 2011 populasi domba menjadi 11 790 612 ekor.
Domba lokal memiliki nama yang sesuai dengan nama daerah tempat berkembang seperti domba Garut, domba Kisar, domba Rote, domba Ekor Tipis, domba Batur (Dombat) dan domba Wonosobo (Dombos). Domba lokal Indonesia merupakan suatu kekayaan yang perlu dijaga keasliaanya. Produktivitas domba lokal masih sangat beragam, karena program pemuliaan yang belum terarah.
Ukuran (size) dan bentuk (shape) tubuh domba lokal merupakan karakteristik berdasarkan pada variabel-variabel permukaan tubuh. Pengelompokan data individu berdasarkan skor ukuran dan bentuk memberikan informasi keberagaman genetik morfometrik rumpun domba yang diamati.
Tujuan Penelitian
1. Memperoleh informasi genetik karakteristik morfometrik berdasarkan ukuran (size) dan bentuk (shape) tubuh pada domba Ekor Tipis (DET), domba Batur (Dombat), domba Wonosobo (Dombos), dan domba Garut (Tangkas dan Pedaging).
2. Menentukan penciri ukuran (size) dan bentuk (shape) tubuh pada domba penelitian.
3. Melihat keragaman pada setiap kerumunan data individu domba penelitian yang divisualisasikan pada diagram kerumunan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan DET, domba Batur (Dombat), domba Wonosobo (Dombos), domba Garut Tangkas dan domba Garut Pedaging umur 1.5-2 tahun (I2). Tinggi pundak (X1), tinggi pinggul (X2), panjang badan (X3),
lebar dada (X4), dalam dada (X5), lebar pinggul (X6), lebar kelangkang (X7),
panjang kelangkang (X8), panjang metacarpus (X9), panjang metatarsus (X10),
lingkar kanon (X11) dengan melalui pendekatan T2-Hotelling, analisis komponen
2
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari Desember 2012-Februari 2013. Penelitian ini dilakukan di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) Fakultas Peternakan IPB Kabupaten Bogor, desa Batur Kabupaten Banjarnegara, desa Surengede Kabupaten Wonosobo dan desa Sindangprabu Kabupaten Garut.
Alat
Peralatan penelitian terdiri atas alat ukur yaitu tongkat ukur, caliper, jangka sorong dan pita ukur. Pengolahan data menggunakan MINITAB ®16.1.0.0. Peralatan penunjang lain yang digunakan yaitu alat tulis dan kamera digital.
Bahan
Penelitian ini menggunakan 32 ekor domba jantan dan 78 ekor domba betina dari domba Ekor Tipis (DET) Jonggol yang menurut peternak telah terjadi persilangan dengan domba Garut, domba Batur (Dombat), domba Wonosobo (Dombos) dan domba Garut (Tangkas dan Pedaging) pada kondisi gigi I2 (umur
1.5-2.0 tahun). Jumlah domba penelitian disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah domba penelitian
Jenis Domba Jantan Betina Asal Ternak
(ekor)
DET 4 15 Jonggol (Bogor)
Dombat 7 19 Batur (Banjar Negara)
Dombos 3 17 Kejajar (Wonosobo)
Garut Tangkas 15 12 Wanaraja (Garut)
Garut Pedaging 3 15 Wanaraja (Garut)
Jumlah 32 78 110
Prosedur
Pengukuran Tubuh Domba
Data diperoleh mengukur 11 variabel permukaan tubuh yang terdiri atas tinggi pundak (X1), tinggi pinggul (X2), panjang badan (X3), lebar dada (X4),
dalam dada (X5), lebar pinggul (X6), lebar kelangkang (X7), panjang kelangkang
(X8), panjang metacarpus (X9), panjang metatarsus (X10) dan lingkar kanon (X11).
3 dengan kaliper digital, X11 dengan pita ukur, dalam satuan cm.Tinggi pundak
diukur dari jarak tertinggi pundak sampai permukaan tanah, tinggi pinggul dari jarak tertinggi pinggul sampai permukaan tanah, panjang badan dari jarak garis lurus tepi tulang processus spinosus sampai os ischium, lebar dada dari jarak antara penonjolan sendi bahu (os scapula) kanan dan kiri, dalam dada dari jarak antara titik tertinggi pundak dan tulang dada, lebar pinggul dari jarak antara sendi pinggul kanan dan kiri, lebar kelangkang dari jarak antara sisi luar sudut pangkal paha kanan dan kiri, panjang kelangkang antara jarak antara muka pangkal paha sampai ke benjolan tulang tapis, panjang metacarpus antara carpus sampai kanon, panjang metatarsus dari jarak tarsus sampai kanon, lingkar kanon diukur melingkar di tengah-tengah tulang pipa kaki depan sebelah kiri.
Analisis Data
Data diolah secara deskriptif (Walpole 1993). T2-Hotelling digunakan untuk membedakan ukuran-ukuran tubuh antara galur domba penelitian (Gaspersz 1992) dengan hipotesis:
H0 : U1 = U2 : jika vektor rata-rata galur domba ke-1 sama dengan ke-2
H1 : U1≠ U2 : jika vektor rata-rata galur domba ke-1 dan ke-2 tidak sama
Rumus T2-Hotelling:
=
(
1-
2)' S
G-1
(
1-
2)
Selanjutnya besaran:
F =
--
T
2Akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = p dan V1 =
Keterangan:
T2 = nilaiT2-Hotelling F = nilai hitung T2-Hotelling
= jumlah data pengamatan pada galur domba ke-1 = jumlah data pengamatan pada galur domba ke-2
1 = vektor nilai rata-rata peubah acak galur domba ke-1 2 = vektor nilai rata-rata peubah acak galur domba ke-2
SG -1 = invers matriks gabungan
P = banyak variabel Analisis Komponen Utama
Analisis Komponen Utama (AKU) menentukan penciri ukuran dan bentuk pada masing-masing galur domba penelitian. Persamaan AKU diturunkan dari matriks kovarian. Persamaan komponen utama pertama disetarakan dengan persamaan ukuran dan persamaan komponen utama kedua disetarakan dengan persamaan bentuk (Nishida et al. 1982). Persamaan ukuran dan bentuk berdasarkan Gaspersz (1992):
Y1 = a11X1 +a21X2 +a31X3 … a111X11
4
Keterangan:
Y1 = skor ukuran
Y2 = skor bentuk
X1...X11 = variabel penelitian
a11…a23 = vektor eigen
Penciri ukuran dan bentuk ditentukan berdasarkan vektor eigen tertinggi pada persamaan ukuran dan bentuk. Korelasi antara ukuran dan atau bentuk tehadap variabel-variabel penelitian dihitung berdasarkan rumus Gaspersz (1992):
rZiYj= rij = a
Keterangan:
rZiY = koefisien korelasi variabel ke-i dari komponen ke-j
= vektor eigen variabel ke-i dari komponen ke-j = nilai eigen (akar ciri) komponen utama ke-j
= simpangan baku variabel ke-i.
Diagram Kerumunan
Diagram kerumunan dibuat berdasarkan skor ukuran (sumbu X) dan skor bentuk tubuh (sumbu Y) yang diperoleh dari persamaan ukuran dan persamaan bentuk. Setiap plot pada diagram kerumunan mencerminkan data setiap individu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Statistik Deskriptif
Tabel 2 dan 3 menyajikan hasil statistik despkriptif pada setiap variabel penelitian. Ukuran-ukuran variabel pada jantan lebih besar. Menurut Soeparno (2005) sekresi testosterone jantan lebih tinggi sehingga sekresi androgen juga tinggi yang menyebabkan pertumbuhan jantan lebih cepat. Perolehan nilai koefisien keragaman yang rendah secara tidak langsung mengindikasikan upaya seleksi telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa domba Garut Tangkas paling ketat diseleksi berdasarkan perolehan 4 variabel penelitian (panjang badan, lebar dada, dalam dada dan lebar pinggul) dengan keragaman terendah pada bagian permukaan tubuh yang berhubungan dengan pernapasan yang lebih kuat dan panjang untuk tujuan aduan. Baik DET, Dombat, Dombos maupun Garut Pedaging hanya diseleksi terketat pada satu variabel. Perbedaan arah seleksi penyebab dari perolehan variabel paling seragam. Garut Tangkas diseleksi ke arah tipe tangkas, sedangkan empat galur domba lainnya ke arah pedaging. Menurut Riwantoro (2005) seleksi terhadap ukuran tubuh sangat penting karena dapat menduga produktivitas ternak.
5 mencukupi, tetapi berdasarkan perolehan koefisien keragaman, ukuran tubuh Dombat masih dapat ditingkatkan.
Menurut Martojo (1992) seleksi akan efektif bila terdapat keragaman tinggi. Panjang metacarpus, metatarsus dan lingkar kanon merupakan variabel penelitian yang tidak berhubungan langsung dengan bobot badan, sehingga tidak terlalu diperhatikan. Perolehan ukuran ketiga variabel tersebut, selain secara genetis juga dipengaruhi oleh seleksi alam. Ukuran ketiga variabel tersebut pada DET jantan lebih besar dibandingkan dengan galur domba lain yang berukuran lebih besar, bahkan untuk panjang metacarpus dan metatarsus jantan paling besar pada kondisi beragam. Hal tersebut dapat terjadi karena lingkungan tempat hidup mengharuskan DET untuk mencari makan di padang penggembalaan. Seleksi alam lebih berperanan. Hal tersebut tidak terjadi pada betina. Domba DET betina memiliki panjang metacarpus terkecil dan masih beragam, meskipun panjang
metatarsus dan lingkar kanon sudah terseleksi ketat. Pada jantan panjang
metacarpus dan lingkar kanon sudah terseleksi dengan ketat. Dombat memiliki lingkar kanon terbesar untuk menopang tubuh yang besar. Panjang metatarsus
Garut Tangkas sangat terseleksi karena pada jantan digunakan untuk Tabel 2 Statistik deskriptif variabel penelitian domba jantan
6
berlari saat memperagakan ketangkasan saat beradu, meskipun berukuran tidak tertinggi diantara galur domba penelitian. Seleksi peternak yang berakibat pada keseragaman panjang metatarsus. Kecepatan lari seekor hewan berkaki empat sangat ditentukan dengan panjang kaki belakang, disamping ukuran tubuh yang ramping. Alexxander (2000) menyatakan bahwa kecepatan berlari merupakan salah satu sifat agresif pada Garut Tangkas yang merupakan salah satu kriteria tipe tangkas pada domba. Sifat tangkas yang ditunjukkan dari panjang metatarsus pada Garut Tangkas, berasal dari moyang domba Garut yang salah satunya adalah DET. Panjang metatarsus DET jantan ditemukan paling tinggi pada penelitian ini. Hal ini tidak terjadi pada DET betina. Panjang metatarsus Garut Tangkas betina tertinggi, karena sifat agresif yang tidak ditemukan pada galur domba lain.
Tabel 3 Statistik deskriptif variabel penelitian domba betina
Variabel DET
Uji StatistikT2- Hotelling
7 merupakan karakteristik suatu bangsa ternak. Hasil statistik T2-Hotelling menyatakan perbedaan ukuran-ukuran tubuh ditemukan diantara galur domba penelitian (P<0.01). Menurut Riva et al.(2003) dan Gizaw et al. (2007) perbedaan karakter morfologi domba disebabkan oleh perbedaan adaptasi terhadap kondisi ekologi tempat dikembangbiakan domba. Adaptasi melibatkan interaksi antara genotip dan lingkungan.
Tabel 4 Persamaan ukuran dan bentuk domba penelitian DET
Persamaan Ukuran
Y1 = 0.550 X1+0.738 X2+0.252 X3+0.132 X4+0.176 X5+ 0.010 X6 +0.106 X7+0.042 X8+0.098 X9+0.102 X10+0.087 X11
Persamaan Bentuk
Y2 = -0.668 X1+0.389 X2+0.361 X3–0 .049 X4+0.043 X5+0.358 X6 + 0.146 X7+0.176 X8–0.225 X9–0.193 X10+0.033 X11
Dombat Persamaan
Ukuran
Y1 = 0.644 X1+0.288 X2+0.528 X3+0.267 X4+0.321 X5+0.168 X6 +0.161 X7+0.141 X8–0.005 X9+0.007 X10+0.074 X11
Persamaan +0.090 X7+0.161 X8+0.025 X9+0.046 X10+0.105 X11
Persamaan Bentuk
Y2 = 0.474 X1+0.534 X2–0.492 X3–0 .298 X4–0.133 X5–0.136 X6– 0.096 X7–0.137 X8+0.162 X9–0.183 X10–0.189 X11
Garut Tangkas Persamaan
Ukuran
Y1 = 0.538 X1+0.513 X2+0.463 X3+0.219 X4+0.309 X5+ 0.136 X6 +0.166 X7+0.158 X8+0.061 X9+0.069 X10+0.098 X11
Persamaan
8
Pedaging dan Garut Tangkas meskipun dipelihara pada tempat yang sama, tetapi menurut Mulliadi (1996) diarahkan ke tujuan yang berbeda. Menurut Gunawan et al. (2010) seleksi ke arah tipe tangkas dan pedaging berakibat pada perbedaan ukuran dan bentuk tubuh.
Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh Domba Penelitian
Persamaan ukuran dan bentuk tubuh DET, Dombat, Dombos, Garut Tangkas dan Garut Pedaging disajikan pada Tabel 4. Ukuran dan bentuk tubuh sering dipakai sebagai indikator penentu bangsa dan asal ternak (Itty et al. 1997). Penciri ukuran DET adalah tinggi pinggul (X2) dan tinggi pundak (X1). Kedua
variabel berkorelasi positif terhadap ukuran (Tabel 4 dan 5). Penciri bentuk DET adalah tinggi pundak (X1) dan berkorelasi negatif terhadap bentuk. Hasil
penelitian sesuai dengan Prahadian (2011). Penciri ukuran Dombat adalah tinggi pundak (X1) dan panjang badan (X3) dan berkorelasi positif terhadap ukuran.
Tabel 5 Korelasi antara ukuran atau bentuk terhadap setiap variabel permukaan tubuh DET
Variabel Ukuran Bentuk
Tinggi Pundak (X1) + 0.87 -0.43
Tinggi Pinggul (X2) +0.95 +0.20
Panjang Badan (X3) +0.64 +0.38
Lebar Dada (X4) +0.45 -0.06
Dalam Dada (X5) +0.65 +0.07
Lebar Pinggul (X6) +0.04 +0.54
Lebar Kelangkang (X7) +0.41 +0.23
Panjang Kelangkang (X8) +0.12 +0.21
Panjang Metacarpus (X9) +0.50 -0.48
Panjang Metatarsus (X10) +0.49 -0.38
Lingkar Kanon (X11) +0.62 +0.10
Tabel 6 Korelasi antara ukuran atau bentuk terhadap setiap variabel permukaan tubuh Dombat
Variabel Ukuran Bentuk
Tinggi Pundak (X1) +0.95 +0.04
Tinggi Pinggul (X2) +0.80 +0.38
Panjang Badan (X3) +0.84 -0.52
Lebar Dada (X4) +0.73 +0.53
Dalam Dada (X5) +0.83 +0.30
Lebar Pinggul (X6) +0.72 +0.36
Lebar Kelangkang (X7) +0.73 +0.32
Panjang Kelangkang (X8) +0.64 +0.27
Panjang Metacarpus (X9) +0.03 -0.36
Panjang Metatarsus (X10) +0.07 -0.22
9 Penciri bentuk Dombat adalah panjang badan (X3) dan berkorelasi negatif
terhadap bentuk (Tabel 4 dan 6). Penciri ukuran Dombos adalah tinggi pundak (X1) dan panjang badan (X3) yang berkorelasi positif terhadap ukuran. Penciri
bentuk Dombos adalah tinggi pinggul (X2) yang berkorelasi positif dan panjang
badan (X3) yang berkorelasi negatif terhadap bentuk (Tabel 4 dan 8).
Tabel 7 Korelasi antara ukuran atau bentuk terhadap setiap variabel permukaan tubuh dombos
Variabel Ukuran Bentuk
Tinggi Pundak (X1) +0.88 +0.38
Tinggi Pinggul (X2) +0.79 +0.53
Panjang Badan (X3) +0.87 -0.36
Lebar Dada (X4) +0.73 -0.40
Dalam Dada (X5) +0.85 -0.18
Lebar Pinggul (X6) +0.65 -0.30
Lebar Kelangkang (X7) +0.47 -0.25
Panjang Kelangkang (X8) +0.56 -0.23
Panjang Metacarpus (X9) +0.19 +0.61
Panjang Metatarsus (X10) +0.28 -0.56
Lingkar Kanon (X11) +0.75 -0.41
Tabel 8 Korelasi antara ukuran atau bentuk terhadap setiap variabel permukaan tubuh Garut Tangkas
Variabel Ukuran Bentuk
Tinggi Pundak (X1) +0.91 +0.25
Tinggi Pinggul (X2) +0.91 +0.22
Panjang Badan (X3) +0.87 -0.18
Lebar Dada (X4) +0.68 -0.49
Dalam Dada (X5) +0.87 -0.11
Lebar Pinggul (X6) +0.72 -0.41
Lebar Kelangkang (X7) +0.65 -0.45
Panjang Kelangkang (X8) +0.65 -0.52
Panjang Metacarpus (X9) +0.61 +0.02
Panjang Metatarsus (X10) +0.51 +0.10
Lingkar Kanon (X11) +0.59 -0.09
Penciri ukuran Garut Tangkas adalah tinggi pundak (X1) dan tinggi pinggul
(X2) yang berkorelasi positif dengan ukuran. Penciri bentuk Garut Tangkas
adalah tinggi pundak (X1) yang berkorelasi positif dan lebar dada (X4) yang
berkorelasi negatif terhadap bentuk. Penciri ukuran Garut Pedaging adalah tinggi pundak (X1) dan tinggi pinggul (X2) yang berkorelasi positif dengan ukuran.
Penciri bentuk Garut Pedaging adalah panjang badan (X3) yang berkorelasi positif
10
Tabel 9 Korelasi antara ukuran atau bentuk terhadap setiap variabel permukaan tubuh Garut Pedaging
Variabel Ukuran Bentuk
Tinggi Pundak (X1) +0.95 -0.10
Tinggi Pinggul (X2) +0.93 -0.24
Panjang Badan (X3) +0.64 +0.73
Lebar Dada (X4) +0.68 +0.41
Dalam Dada (X5) +0.71 +0.12
Lebar Pinggul (X6) +0.18 +0.14
Lebar Kelangkang (X7) +0.51 +0.43
Panjang Kelangkang (X8) +0.59 +0.07
Panjang Metacarpus (X9) +0.74 -0.22
Panjang Metatarsus (X10) +0.75 +0.22
Lingkar Kanon (X11) +0.71 +0.34
Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh Domba Peneltian dan Diagram Kerumunan
Rekapitulasi penciri ukuran dan bentuk domba penelitian disajikan pada Tabel 10. Secara umum tinggi pundak (X1) merupakan penciri ukuran yang
berkorelasi positif terhadap skor ukuran pada seluruh domba penelitian. Tinggi pundak merupakan ukuran permukaan linear tubuh yang berkaitan dengan
Tabel 10 Rekapitulasi penciri ukuran dan penciri bentuk domba penelitian
Kelompok Penciri Ukuran Penciri Bentuk
DET Tinggi Pinggul (X2) (+)
Tinggi Pundak (X1) (+)
Tinggi Pundak (X1) (-)
Dombat Tinggi Pundak (X1) (+)
Panjang Badan (X3) (+)
Panjang Badan (X3) (-)
Dombos Tinggi Pundak (X1) (+)
Panjang Badan (X3) (+)
Tinggi Pinggul (X2) (+)
Panjang Badan (X3) (-)
Domba Garut Tangkas Tinggi Pundak (X1) (+)
Tinggi Pinggul (X2) (+)
Lebar Dada (X4) (-)
Tinggi Pundak (X1) (-)
Domba Garut Pedaging Tinggi Pundak (X1) (+)
Tinggi Pinggul (X2) (+)
Panjang Badan (X3) (+)
Ket: (+) (-) merupakan korelasi ukuran dan bentuk
panjang tulang. Panjang tulang tidak banyak dipengaruhi lingkungan. Secara genetis, sifat panjang tulang ini banyak diwariskan karena memiliki heritabilitas tinggi. Tinggi pundak berkaitan dengan panjang tulang scapula dan humerus, tempat otot terpaut, sehingga dijadikan sebagai penciri ukuran pada penelitian ini. Menurut Gizaw et al. (2008) nilai heritabitas tinggi pundak domba adalah 0.36.
11 dengan bobot yang ringan. Sifat prolifik pada DET, Garut Tangkas dan Garut Pedaging diperlihatkan dengan penciri ukuran tinggi pinggul (X2). Menurut
Sutiyono (2006) ruang abdomen dan rahim yang luas dipengaruhi ukuran pinggul yang berpengaruh terhadap kemampuan induk beranak lebih dari satu. Panjang badan (X3) merupakan penciri ukuran pada Dombat dan Dombos, yang secara
visual panjang badan pada kedua jenis domba ini lebih tampak dominan dibandingkan DET dan Garut. Darah domba unggul yang mewarisi Dombat dan Dombos diperlihat dengan ukuran panjang badan.
Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa taksonomis lebih tertarik pada komponen utama kedua yang disetarakan dengan bentuk yang mempengaruhi faktor genetik yang sangat besar. Bentuk pada ternak mencerminkan hasil seleksi ke arah mana suatu ternak ditujukan untuk dipelihara. Bentuk DET dan Garut Tangkas dicirikan dengan tinggi pundak (X1). Baik DET maupun Garut Tangkas
merupakan jenis domba dengan sifat tangkas yang masih dominan. Perbedaan arah pemuliaan Garut Tangkas dengan DET diperlihat dengan lebar dada (X4)
yang memberikan kontribusi tinggi pada skor bentuk Garut Tangkas, sehingga bentuk Garut Tangkas dapat dibedakan dari DET. Garut Tangkas merupakan tipe domba aduan yang memerlukan ukuran dada lebar, disamping tinggi pundak. Panjang badan merupakan penciri bentuk pada Dombat, Dombos dan Garut Pedaging karena ketiga domba tersebut di arahkan ke tipe pedaging. Menurut Gunawan et al. (2010) penciri bentuk yang sama menunjukan bahwa secara genetis antara kelompok domba memiliki kesamaan. Panjang badan juga merupakan penciri ukuran pada Dombat dan Dombos, tetapi tidak pada Garut Pedaging. Hal ini mengindikasikan bahwa ketiga domba ini memiliki tujuan yang sama saat diseleksi yaitu kearah produksi daging, tetapi skor size yang berkorelasi positif dengan bobot badan pada Garut Pedaging lebih kecil dibandingkan Dombat dan Dombos karena tinggi pinggul mempengaruhi skor size Garut Pedaging lebih besar.
12
Gambar 1 Diagram kerumunan data individu pada DET, Dombat, Dombos, Domba Garut Tangkas dan Domba Garut Pedaging
13
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil statistik T2-Hotelling menyatakan perbedaan ukuran-ukuran tubuh ditemukan diantara galur domba penelitian. Hasil Analisis Komponen Utama (AKU) menyatakan tinggi pundak merupakan penciri ukuran pada semua domba Tinggi pinggul merupakan penciri ukuran pada DET, Garut Tangkas dan Garut Pedaging. Panjang badan merupakan penciri ukuran pada Dombat dan Dombos. Tinggi pundak juga merupakan penciri bentuk pada DET dan Garut Tangkas. Panjang badan merupakan penciri bentuk pada Dombat, Dombos dan Garut Pedaging Tinggi pinggul merupakan penciri bentuk pada Dombos. Lebar dada merupakan penciri bentuk pada Garut Tangkas. Kerumunan data individu pada masing-masing domba bersifat khas karena membentuk kerumunan sendiri. Hal ini disebab arah pemuliaan yang berbeda. Kerumunan data semua domba beririsan terhadap DET, hal ini menunjukan bahwa semua domba penelitian memiliki darah DET sebagai tetua mereka.
Saran
Pengamatan karakteristik ukuran dan bentuk linier kepala domba dapat melengkapi hasil penelitian ini. Serta penambahan galur domba lain yang ada di Indonesia dapat memberikan informasi yang lebih lengkap tentang karakteristik domba lokal. Perubahan arah pemuliaan domba penelitian dapat menggeser kerumunan galur domba penelitian yang telah ada. Sebaran kerumunan data DET jonggol yang mendekati kerumunan domba Garut Tangkas menyarankan DET jonggol dijadikan galur baru yaitu domba Jonggol.
DAFTAR PUSTAKA
Alexxander Y. 2000. Comparative study of metatarsus of length between Cibuluh and Wanaraja Ram [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012. Jakarta (ID): Penerbit CV Alnindra Dunia Perkasa
Einstiana A. 2006. Studi keragaman fenotipik dan pendugaan jarak genetik antar domba lokal di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID) :Institut Pertanian Bogor. Everitt BS, G Dunn. 1999. Applied Multivariate Data Analysis. London (GB):
Edwar Arnold.
GasperszV. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Ed ke-2. Bandung (ID): Tarsito.
14
Gizaw S, Komen H, Arendonk JAMV. 2008. Selection on linear size trits to improve live weight in Menz sheep under nucleus and village breeding programs. Livest Sci. 118 (2008): 92‐98.
Gunawan A, Mulyono RH, Sumantri C. 2010. Identifikasi ukuran tubuh dan bentuk tubuh domba garut tipe tangkas, tipe pedaging dan persilangannya melalui pendekatan analisis komponen utama. Anim Prod. 11(1) : 8-14 Hanibal MV. 2008. Ukuran dan bentuk serta pendugaan bobot badan berdasarkan
ukuran tubuh domba silangan lokal Garut jantan di kabupaten Tasikmalaya. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Itty P, Ankers P, Zinsstag J, Trawally S, Pfister K. 1997. Productivity and profitability of sheep production in the Gamba: Implications for livestock development in West Africa. J. of Int.Agric. 36(1997): 153‐172.
Kuncoro A, Sutarno, Astirin OP.2009. Bobot badan dan statistik vital domba Texel di Kabupaten Wonosobo dengan pemberian limbah rami sebagai pakan tambahan. J Biotek. 6(1): 29-39.
Martojo H. 1992. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Bogor (ID): Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.
Muliadi D.1996. Sifat fenotipik domba priangan di Kabupaten Pendeglang dan Garut [disertasi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Nishida T, Nozawa K, Hashiguchi T, Mansjoer SS. 1982. Body measurement and analysis of external genectic characters of Indonesian native fowl. In: The Origin and Phylogeny of Indonesian Native Livestock : 75-83.
Noor RR. 2008. Genetika Ternak: Cetakan Ke-4. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Prahadian Y. 2011. Karakteristik ukuran dan bentuk tubuh domba Ekor Tipis
melalui analisis regresi komponen utama di UP3J, peternakan Tawakal dan Mitra Tani[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Riva J, Rizzi R, Marelli S, Cavalchini LG. 2003. Body measurenments in Bergamasca sheep. Small Rumin. Res. 55:221‐227.
Riwantoro. 2005. Konservasi plasma nutfah domba Garut dan strategi pengembangannya secara berkelanjutan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sodiq A, Yuwono P, Santosa SA. 2011. Litter size lamb survivability of Batur sheep in upland areas of Banjarnegara regency Indonesia. Anim Prod. 13(3): 166-172
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging: Cetakan Ke-4. Yogyakarta(ID): Gadjah Mada University Press.
Sutiyono B, Widyani JN, Purbawati E. 2006. Studi performans induk kambing peranakan Etawa berdasarkan jumlah anak sekelahiran di desa Banyuringin Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal. Seminar Nasional Pengolahan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Semarang (ID): Deptan. hlm 1-7; [diunduh 2013 Mei 29]. Tersedia pada: http://peternakan.litbang. deptan.go.id/fulltek/lokakarya/igen06.28.pdf
15
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 19 April 1991 di Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur, Propinsi Lampung. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Iswanto, M.Pd dan Ibu Relmani, S.Pd.
Pendidikan Penulis diawali pada tahun 1995 di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Labtu diselesaikan pada tahun 1997. Penulis memulai pendidikan dasar pada tahun 1997-2003 di SDN 1 Labuhan Ratu I. Selanjutnya pada tahun 2006 penulis lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri I Way Jepara, kemudian melanjutkan Pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri I Way Jepara pada tahun 2006-2009.