Akar sekunder
Himpunan bagian untuk alpha = .05
Akar sekunder
ANOVA Akar sekunder
Penjumlahan Kuadrat Df
Rata-rata
Kuadrat F Sig. Antara Kelompok 7.528 3 2.509 3.924 .028 Di dalam Kelompok 10.230 16 .639
Total 17.758 19
Akar sekunder Duncan
Media N
Himpunan Bagian untuk alpha = .05
1 2
4.00 5 1.6840
3.00 5 1.9040
1.00 5 2.3320 2.3320
2.00 5 3.2840
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, H. 2012. Pengaruh Cara Penyemaian dan Pemupukan NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni Daun Lebar di Persemaian. Penelitian.Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman hutan. Yogyakarta.
Adman, B. 2011. Pertumbuhan tiga kelas mutu bibit meranti merah pada tiga IUPHHK di Kalimantan. Jurnal Penelitian Dipterokarpa 5(2): 47-60.
Byrd, W. 1968. Pedoman Teknologi Benih. Hamidin E, penerjemah. Jakarta: PT Pembimbing Masa. Terjemahan dari: Seed Technology Handbook.
Cengiz, Y. 2011. Effects of cracking and sowing time on germination of Styrax officinalis L. seeds. African Journal of Biotechnology.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Budidaya Tanaman Kemenyan. Jakarta.
[Dephut] Departemen Kehutan. 2007 b. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35 Tahun 2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta: Dephut. Ri
Elimasni. 2005. Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan. USU. Medan
Fahn, A. 1992. Anatomi Tumbuhan Edisi ke 3. UGM Press. Yogyakarta.
Gardner, F. P., Pearce, R. B., Mitchell, R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Harsono, H. 2002. Pembuatan silika amorf dari limbah sekam padi. Jurnal Ilmu Dasar Vol 3 No 2: 98-103.
Hartman, T. H., Kesterb, D. E., Davies, F. T., dan Geneve, R. L. 1997. Plant Propagation principles and practices. New Delhi: Prentice-hall of India Private Limited.
Jayusman, 1997 b. Percobaan Stek Pucuk Kemenyan Durame (Styrax benzoine Dryand) Pada Beberapa Jenis Hormon Pertumbuhan. Bulletin Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar Vol 13 (1): April 1997.
Jayusman, R. Pasaribu, dan W, Sipayung. 1999. Budidaya Kemenyan (Styrax spp). Pedoman Teknis. Konifera Vol.2 No. 1.Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar.
Jayusman, 2014. Mengenal Pohon Kemenyan (styrax spp) jenis dengan spectrum pemanfaatan luas yang belum dioptimalkan, November 2014. Jakarta.
Kartasapoetra, G., A. G. Kartasapoetra., dan M. M. Sutedjo. 2010. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Rineka Cipta.
Kurniawati, P. dan Danu. 2014. Pengaruh Umur Bahan Stek dan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Keberhasilan Stek Kemenyan (Styrax benzoin Dryand). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Bogor.
Kramer, P. J., dan Th, T. Kozlowski. 1960. Physiology of Trees. McGraw-Hill Book Company, New York
Lensari, D. 2009. Pengaruh Pematahan Dormansi Terhadap Kemampuan Perkecambahan Benih Angsana (Pterocarpus indicus Will). IPB, Bogor.
Lubis, Iskandar., H. M, Pandapotan., Nasution, S., Aman, dan A. W. Lubis. 1984. Laporan Akhir Pemeriksaan Mutu Kemenyan Yang Ditanam Oleh Rakyat di Tapanuli Utara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Direktorat Jendral PendidikanTinggi; Proyek P3T Universitas Sumatera Utara. Medan
Pinyopusarerk. 1994. Styrax tonkinensis. Taxonomi, Ecology, Silvicultur and Uses. The Australian Centre For International Agriculture Research (ACIAR). ACIAR Technical Report No. 31. Canberra.
Prianto. D., Edris, I. dan Widyana, Y. 2006. Pemeliharaan Semai dan Pengujian mutu bibit (Bahan Ajar Kuliah Teknologi Persemaian Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Riandri, Henny. 2007. SAINS BIOLOGI 3 untuk kelas XII SMA. Solo : PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI.
Rizlani, C. 2015. Strategi Pemuliaan dan Teknik Silvikultur Untuk Peningkatan Kualitas Kemenyan Toba (Styrax sumatrana). Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementrian.
Roh M, S., Bentz J-A., Wang, P., Li, E., Koshioka M. 2004. Maturity and temperature stratification affect the germination of styrax japonicas seeds. The Journal of Horticultural Science and Biotechnology, 79: 645 – 651.
Sadjad, S. 1980. Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan Di Indonesia. IPB, Bogor.
Schmidth L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub
Tropis (terjemahan) Dr. Mohammad Na’iem dkk. Bandung
Sianipar, H. dan Simanjuntak, B. (2000) Isolasi dan identifikasi asam sinamat dari Kemenyan Sumatrana, Media Farmasi 4(1): 22-28.
Sitompul, Maruari. 2011. Kajian Pengelolaan Hutan Kemenyan (Styrax Sp) Di Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara [Tesis]. IPB, Bogor.
Sutopo L. 2004. Teknologi Benih. Fakultas pertanian.UNBRAW
Villareal, R. L., and Donald, H. W. 1969.Vegetable Training Manual.The Departments of Agricultural Communications, Laguna.
Vogel, E. F. de. 1980. Seedling of Dicotyledons: Structure, Development, Types; Description of ISO Woody MalesianTaxa, Centre for Agricultural Publishing and Documentation (PUDOC), Wageningen.
Widyawati, N. Tohari, P. Yudono, dan I, Soemardi. 2009. Permeabilitas dan perkecambahan benih aren (Arenga pinnata (wurmb) Merr. Jurnal Agronomi Indonesia 37(2) :152- 158.
Wudianto, 1998. Membuat Stek Cangkok. Cangkok dan Okulasi.PT.Penebar Swadaya, Jakarta.
Yuniarti, N. 1997. Penentuan Cara Perlakuan Pendahuluan Benih Merbau (instia bijuga) Balai Teknologi Perbenihan. Balitbang Kehutanan Bogor.
Yuniarti, N. Dan Djaman, D. F. 2015. Teknik pengemasan yang tepat untuk mempertahankan viabilitas benih bakau (Rhizopora apiculata) selama penyimpanan. Bogor.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – November 2015. Bahan penelitian
diambil dari pohon induk yang ada di desa Banuaji Tapanuli Utara, sedangkan
perkecambahan benih dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk perkecambahan benih dan perbanyakan secara
generatif antara lain bak kecambah, sprayer, polibag, cangkul, alat-alat tulis dan
paranet untuk naungan. Sedangkan bahan untuk media perkecambahan adalah top
soil : pasir (1:0 v/v, 0:1 v/v dan 1:1 v/v)
Metode Penelitian
Sub penelitian I
Pengamatan Morfologi Benih
Pengamatan morfologi benih dilakukan dengan mengamati dan mengukur
parameter berat benih, diameter benih, dan tebal masing masing bagian benih
seperti tebal tempurung dan tebal endosperm, sampel yang digunakan untuk
pengamatan ini adalah sebanyak 10 benih. Pengukuran berat benih dilakukan
dengan menimbang sampel benih untuk mengetahui berat tiap benih dan berat 1
kg benih. Pengukuran tebal benih dilakukan dengan membelah benih menjadi 2
bagian yang sama, selanjutnya benih tersebut diukur ketebalan tempurung dan
Sub penelitian II
Teknik Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih
Untuk teknik ini ada 3 kegiatan yang dilakukan yaitu ekstraksi benih, perlakuan
pematahan dormansi dan perkecambahan benih.
Ekstraksi Benih
Ekstraksi benih dilakukan dengan mengupas dan membuang daging buah
menggunakan pisau. Benih dibersihkan dari sisa daging buah sebelum dijemur
dengan sinar matahari. Setelah kering benih disortir dan diseleksi dengan
membuang benih cacat (gepeng, benih pecah, benih berukuran ekstrim kecil dan
benih cacat lainnya seperti berlubang karena hama). Benih yang digunakan tidak
terlalu besar maupun kecil.
Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih
Penelitian ini disusun dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor
yaitu Faktor A (media perkecambahan) dan Faktor B (perlakuan pematahan
dormansi). Faktor media kecambah (faktor A) terdiri atas media top soil, pasir
dan top soil+ pasir dengan perbandingan 1:0 v/v (A1) 0:1 v/v (A2) dan
perbandingan 1:1 v/v (A3). Faktor pematahan dormansi (faktor B) yang terdiri
dari perendaman benih selama 1 jam dengan air panas dan 24 jam air dingin (B1);
perendaman air panas dan air dingin serta pengamplasan (B2); pengamplasan (B3)
dan tanpa perlakuan (B4). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali
dengan treeplot sebanyak 4. Dengan demikian terdapat 4 x 3 x 5 x 4 = 240
sampel. Adapun rancangan statistik untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
Model umum rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
keterangan :
I = 1.2.3 dan 4 j= 1 dan 2. K=1.2 dan 3
Yijk = pengamatan pada perlakuan ke-I dan perlakuan ke-j dan ulangan ke-k
μ = rataan umum
Ai = pengaruh faktor A pada taraf ke-i
Bi = pengaruh faktor B pada taraf ke-j
ABij = interaksi antara faktor A dengan faktor B
Єijk = pengaruh galat pada faktor A taraf ke-i. Faktor B taraf ke-j dan ulangan
ke-k
Kaidah keputusan yang harus diambil adalah sebagai berikut:
1. Jika F Hitung > F Tabel maka H1 diterima H0 ditolak
2. Jika F Hitung < F Tabel maka H1ditolak H0 diterima
Parameter yang diamati
Parameter yang diamati dalam perkecambahan benih ini adalah :
1 Pengamatan hari berkecambah dilakukan mulai dari saat benih ditanam
hingga benih berkecambah.
2 Persentase kecambah dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah
benih yang berkecambah dengan jumlah seluruh benih yang ditanam.
Persentase Kecambah = Jumlah benih yang berkecambah x 100%
Jumlah seluruh benih yang dikecambahkan
3. Pengamatan visual dilakukan dengan melihat penampilan fisik kecambah yang
dihasilkan pada 4 (empat) media kecambah yang berbeda selama waktu
Sub penelitian III
Pertumbuhan semai kemenyan pada media yang berbeda
Penelitian ini disusun menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan perlakuan media tanam. Media yang digunakan adalah top soil (A1), pasir
murni (A2), pasir dan top soil 1:1 (v/v) (A3), top soil dan kompos 1:1 (v/v) (A4).
Masing- masing perlakuan diulang sebanyak 5 (lima) ulangan dengan treeplot
sebanyak 3. Dengan demikian terdapat 4 x 5 x 3 = 60 sampel. Adapun rancangan
statistik untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
Yij = µ + αi + ∑ij
Keterangan :
Yij = Respon pengamatan pada perlakuan media tanam tarafke-i dan
ulanganke-j
µ = nilai rata-rata umum
αi = pengaruh perlakuan media tanam taraf ke-i
∑ij = sisaan acak dari satuan percobaan ulangan ke-j yang
Dikenai perlakuan media tanam taraf ke-i
i = 1.2.3....
j = 1.2.3....
Parameter yang diamati
1. Tinggi semai. Pengukuran tinggi bibit dilakukan setiap minggu selama 3
2. Diameter semai. Pengukuran diameter bibit dilakukan setiap minggu
selama 3 bulan.
3. Kekokohan semai. Kekokohan semai dihitung dengan membandingkan
tinggi akhir dan diameter akhir semai.
Kekokohan Semai = Tinggi semai akhir (cm)
Diameter semai akhir (cm)
4. Jumlah akar primer dan sekunder. Pengukuran jumlah akar dilakukan
pada akhir pengamatan.
5. Panjang akar primer dan sekunder. Pengukuran jumlah akar dilakukan
pada akhir pengamatan.
Perlakuan yang menunjukkan beda nyata selanjutnya diuji lanjut dengan uji
DMRT.
Penilaian / Skoring
Untuk mempermudah memberikan rekomendasi perlakuan terbaik maka
dilakukan penilaian skoring terhadap parameter yang diamati. Skor diberikan dari
1 - 4.
Skor 1 = Sangat rendah
Skor 2 = Sedang
Skor 3 = Tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Morfologi Benih Kemenyan
Fenologi pembungaan
Kemenyan durame (Styrax benzoin Dryander) merupakan jenis kedua yang paling
banyak dibudidayakan di daerah Tapanuli setelah kemenyan Toba. Kemenyan
durame (Styrax benzoin Dryander) merupakan pohon yang berbunga dan berbuah
pada bulan Desember-Januari. Musim buah masak biasanya terjadi pada bulan
Juni – Agustus setiap tahunnya. Bunga kemenyan memiliki struktur majemuk.
Bunga –bunga tersusun dalam satu tandan atau malai (infloresence) dengan
jumlah bunga 5-12 buah dalam satu tandan. Terdapat kecenderungan bunga
bagian atas mekar terlebih dahulu, dilanjutkan dengan bunga di bagian bawahnya
(Rizlani,2015). Berdasarkan tipe, bentuk dan warna bunga dapat diidentifikasi
bahwa kemenyan durame memiliki tipe penyerbukan alami dengan bantuan
vektor serangga.
Benih
Benih kemenyan durame yang sudah masak fisiologis, ditandai dengan warna
kulit hijau tua dan warna tempurung berwarna coklat, sedangkan yang masih
muda ditandai dengan warna hijau muda dengan warna tempurung benih krem
keputihan. Secara morfologi, benih kemenyan durame berbentuk bulat gepeng dan
lonjong berukuran 2,5-3 cm sedangkan bijinya berukuran 15-19 mm. Buah
tersusun atas lapisan kulit luar yang keras seperti tempurung lapisan tengah dan
lapisan endosperm. Benih kemenyan bersifat rekalsitran sehingga cepat
mengalami penurunan viabilitas. Benih tersusun atas kulit biji bagian luar yang
ketebalan rata-rata 0,3 mm dan ketebalan kotiledon mencapai 0,8 cm. Adapun
keragaan benih kemenyaan Durame dapat dilihat pada Gambar 1 dan Tabel 1.
Gambar 1. Keragaan Benih kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander)
Tabel 1. Hasil pengukuran berat, diameter dan ketebalan kulit dan kotiledon benih
Biji ke- Berat (g) Diameter (cm) Tebal
Kulit Luar (cm) Endosperm (cm)
1 2,16 1,2 0,3 0,9
2 2,95 1,2 0,2 1
3 2,11 1,1 0,2 0,9
4 2,37 1 0,2 0,8
5 2,86 1 0,2 0,8
6 2,45 1,2 0,3 0,9
7 2,37 1 0,2 0,8
8 2,62 1,1 0,2 0,9
9 1,23 1,2 1 0,2
10 2,5 1 0,2 0,8
Rata-rata 2,36 1,1 0,3 0,8
Berdasarkan data sampel percobaan sebanyak 10 benih kemenyan durame,
diperoleh nilai berat benih satu buah benih kemenyan antara 1,23–2,95 gram,
dengan rata-rata berat sebesar 2,36 gram. Dengan demikian dapat diketahui
bahwasanya 1 kg benih kemenyan terdiri atas ± 435 benih kemenyan. Nilai
diameter benih kemenyan durame berkisar antara 1,0 cm – 1,20 cm dengan
berbagai sisi karena bentuk benih kemenyan durame tidak bulat sempurna.
Sedangkan nilai ketebalan tempurung yaitu antara 0,20 cm sampai dengan 1,0
cm, dengan rata-ratanya sebesar 0,30 cm. Nilai ketebalan endosperm berkisar 0,2
cm sampai 1,0 cm, dengan tebal rata-ratanyaadalah sebesar 0,80 cm.
Benih kemenyan merupakan benih rekalsitran yaitu benih cepat rusak (viabilitas /
daya kecambah menurun) apabila diturunkan kadar airnya, dan tidak tahan
disimpan pada suhu dan kelembaban rendah. Namun walaupun bersifat
rekalsitran benih kemenyan memiliki waktu berkecambah yang lama. Menurut
Jayusman (2014), kemenyan durame memiliki waktu berkecambah 2-3 bulan,
sedangkan kemenyan toba memiliki waktu berkecambah 8 bulan sampai 1 tahun.
Lamanya waktu berkecambah tersebut kemungkinan disebabkan karena tebalnya
lapisan tempurung yang dimiliki oleh kemenyan. Hal yang sama juga dijumpai
pada benih tanaman kehutanan lainnya seperti jati, panggal buaya, ganitri dan
kepuh. Tebal tempurung menjadi penyebab adanya dormansi mekanik pada
benih. Dormansi mekanis dapat terlihat ketika pertumbuhan embrio secarafisik
dihalangi struktur kulit benih yang keras. Imbibisi dapat terjadi tetapi radicle
tidak dapat membelah atau menembus kulitnya. Pada dasarnyahampir semua
benih yang mempunyai dormansi mekanis mengalami keterbatasan dalam
penyerapan air.
Dormansi benih dapat menguntungkan atau merugikan dalam penangananbenih.
Keuntungannya adalah bahwa dormansi mencegah benih dariperkecambahan
selama penyimpanan dan prosedur penanganan lain. Di satu sisi, apabila
dormansi sangat kompleks dan benih membutuhkan perlakuan awal yang khusus.
perkecambahan pada benih (Schmidth 2002). Berdasarkan permasalahan tersebut,
pada penelitian ini dilakukan beberapa teknik pematahan dormansi untuk
mengatasi permasalahan dormansi mekanik benih kemenyan, sehingga diharapkan
akan diperoleh persentase perkecambahan yang tinggi.
Teknik Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih Kemenyan
Durame.
Teknik pematahan dormansi
Menurut Schmidth (2002), dormansi benih menunjukkan suatu keadaan
benih-benih sehat (viable) gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara
normal baik untuk perkecambahan, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan
cahaya yang sesuai. Untuk mengatasi permasalahan dormansi benih,pada
penelitian ini dilakukan kegiatan skarifikasi dengan penggosokan benih dan
kegiatan stratifikasi melalui perendaman dalam air panas dan air dingin.
Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang diujikan yaitu A1B1 (media topsoil dan
perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam), A1B2 (media topsoil dengan
perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam dan pengamplasan), A1B3
(media topsoil dan pengamplasan, A1B4 (media topsoil tanpa perlakuan), A2B1
(media pasir dan perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam), A2B2
(media pasir dengan perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam dan
pengamplasan), A2B3 (media pasir dan pengamplasan, A2B4 (media pasir tanpa
perlakuan), A3B1 (media topsoil:pasir (1:1 v/v) dan perendaman air panas dan air
dingin selama 24 jam), A3B2 (media topsoil:pasir (1:1 v/v) dengan perendaman
topsoil:pasir (1:1 v/v) dan pengamplasan), A3B4 (media media topsoil:pasir (1:1
v/v) tanpa perlakuan).
Pengujian secara statistik dilakukan terhadap parameter jumlah kecambah dan
hari berkecambah benih kemenyan durame untuk mengetahui perlakuan yang
memberikan hasil terbaik. Rekapitulasi hasil sidik ragam, perkecambahan dengan
teknik pematahan dormansi yang berbeda menunjukkan bahwa perlakuan media,
teknik permatahan dormansi dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata
terhadap parameter jumlah kecambahdan hari berkecambah (Tabel 2).
Tabel 2.Rekapitulasi sidik ragam perkecambahan kemenyan durame.
Sumber Keragaman P value
Jumlah kecambah Hari berkecambah
Pematahan dormansi(A) 0,190 tn 0,234 tn
Media (B) 0,827tn 0,111 tn
Interaksi(A*B) 0,154 tn 0,425 tn
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05 ( ) ; * = berbeda nyata pada taraf uji 0,05;
**= berbeda nyata pada taraf uji 0,01
Hasil pengamatan visual menunjukkan hari berkecambah tercepat ditemui A2B2
(hari ke-11) sedangkan perkecambahan terlama diperoleh pada kombinasi
perlakuan A1B3 dan A3B1 (hari ke-60). Persentase perkecambahan yang
tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan A1B3 dan A2B2 (55%) sedangkan
kombinasi perlakuan yang menghasilkan persentase perkecambahan terendah
diperoleh pada kombinasi perlakuan A1B2 (10%). Adapun data perkecambahan
dan grafik kumulatif perkecambahan setiap minggu, disajikan pada Tabel 3 dan
Tabel 3.Hari Berkecambah dan Jumlah Kecambah Kemenyan Durame.
Gambar 2. Jumlah kecambah kumulatif (Minggu Setelah Semai)
Hari berkecambah tercepat dan jumlah kecambah terbanyakdiperoleh perlakuan
media pasir dengan perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam dan
pengamplasan. Terkait dengan media yang digunakan, Hartman dkk(1997)
menyatakan pasir merupakan media yang mudah tersedia bersih dan daya
media lain akan membuat pasir bersifat kasar sehingga memberikan hasil yang
baik, hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah kecambah yang lebih banyak dan
waktu kecambah yang lebih cepat. Media yang sesuai tersebut juga didukung
oleh proses pematahan dormansi yang sesuai. Kombinasi perendaman benih
dengan air panas dan air dingin 24 jam (metode stratifikasi), serta pengamplasan
(metode skarifikasi) ternyata mampu mempercepat perkecambahan benih.
Seperti diketahui, dormansi bisa disebabkan karena sifat fisik kulit benih, keadaan
fisiologis dari embrio, atau interaksi dari keduanya (Sadjad 1980). Penyebab
dormansi yang sangat meluas adalah karena pada beberapa jenis tanaman benih
memiliki organ tambahan berupa struktur penutup benih yang keras. Kulit benih
yang keras ini biasanya menyebabkan dormansi melalui satu dari tiga cara, adalah
kulit yang keras mungkin menyebabkan impermeabel terhadap air, gas atau
mungkin secara mekanik menekan perkembangan embrio (Yuniarti dan Djaman
2015).
Dormansi pada benih kemenyan disebabkan adanya dormansi mekanik karena
kulit yang tebal dan keras. Kulit benih yang tebal dan keras tersebut
menyebabkan tidak dapat ditembus oleh akar. Selain itu udara dan air yang
berperan dalam proses perkecambahan terhambat untuk masuk ke dalam
benih.Hal tersebut yang menghambat perkecambahan walaupun disemaikan pada
kondisi perkecambahan yang optimum.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan perendaman benih
(stratifikasi) dengan perendaman air panas dan dingin yang diikuti pengurangan
ketebalan benih dengan kegiatan pengamplasan (skarifikasi) mampu
dingin dapat melunakkan benih, sehingga dapat memacu kegiatan sel-sel dan
enzim serta naiknya respirasi. Menurut Schmidth (2002), air panas mematahkan
dormansi fisik pada leguminoseae melalui tegangan yang menyebabkan pecahnya
lapisan macrosclereid atau merusak tutup strophiolar. Dengan demikian proses
perombakan bahan makanan dapat berlangsung, sehingga menghasilkan energi
yang dapat diuraikan ke titik-titik tumbuh dan benih dapat berkecambah.
Perlakuan pengamplasan dapat mengurangi tebal benih. Dormansi mekanik
terjadi pada benih-benih yang berkulit keras seperti halnya pada benih kemenyan
(Jayusman 2014), angsana (Lensari 2009), merbau (Yuniarti 1997) dan panggal
buaya. Kandungan lignin yang tinggi pada benih diduga menyebabkan kulit
Kemenyan menjadi keras. Hal ini sesuai dengan fungsi lignin pada awal
pembentuan sel, yaitu menambah kekuatan struktural sel dan berperan sebagai
pelindung polisakarida dari hidrolisis enzim selulase (Fahn, 1992). Umumnya
lignin adalah bahan pertama yangmuncul di bahan intraseluler dan dinding
primer, kemudian bahan tersebut akan tersebar ke arah pusat menembus dinding
sekunder.Hasil ini juga sesuai dengan Jayusman (2014) yang menggunakan
penggosokan maupun pengikiran kulit benih dan perendaman dengan air panas
selama 1 jam dan air dingin 24 jam sebelum disemai mampu menghasilkan persen
kecambah 50-75%. Lebih lanjut Yuniarti dan Djaman (2015) menyatakan bahwa
perlakuan pendahuluan dengan skarifikasi telah terbukti mampu memecahkan
dormansi pada benih sengonbuto, merbau, mindi, dan kenari.
Perkecambahan benih
Proses perkecambahan benih kemenyan melewati tiga fase yaitu fase imbibisi,
radikula (Sutopo 2004). Sedangkan menurut Kozlowski dan Kramer (1960)
proses perkecambahan benih meliputi tujuh tahap yaitu penyerapan air secara
imbibisi, peningkatan pernapasan, peningkatan aktifitas enzim β dan α amilase
oleh GA3 digerakkan oleh H2O, pembelahan sel, degradasi cadangan makanan
oleh enzim β dan α amilase, peningkatan pembesaran dan pertumbuhan sel dan
translokasi cadangan makanan ke titik-titiktumbuh, dan pembentukan organ
makanan.
Kecambah yang dihasilkan pada penelitian ini merupakan kecambah normal.
Kecambah normal adalah kecambah yang memiliki semua struktur kecambah
yang penting berkembang baik. Kecambah normal dicirikan atas struktur yang
terdiri atas sistem perakaran, tunas aksial, kotiledon, dan kuncup terminal.
Panjang kecambah harus paling tidak dua kali panjang benih, dan kecambah harus
dalam keadaan sehat, sedangkan kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak
memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal (Sutopo
2004).
Hasil pengamatan proses perkecambahan menunjukkan, kemenyan memiliki
kecambah dengan tipe epigeal. Tipe epigeal dicirikan dengan kotiledon (keping
biji) terangkat ke permukaan tanah. Terangkatnya kotiledon tersebut disebabkan
karena hipokotil tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon terdesak
kepermukaan tanah. Proses perkecambahan benih kemenyan disajikan pada
Gambar 3. Proses perkecambahan benih diawali dengan pecahnya tempurung
pelindung benih (a), dilanjutkan dengan munculnya hipokotil (b, c), keluarnya
seluruh bagian hipokotil dan kotildon dari tempurung (d) sampai terbentuk
Gambar 3. Tipe Perkecambahan dan Proses Perkecambahan benih kemenyan
Kotiledon pada tipe epigeal terpisah satu sama lain dan menjadi daun pertama
yang berfotosintesis (paracotyledons) (Vogel, 1980). Paracotyledon ini secara
morfologi berbeda dengan daun sebenarnya, paracotyledon tidak berkembang
menjadi lebih besar, tidak mempunyai urat daun dan mempunyai struktur tidak
berdaging (fleshy), sejalan dengan perkembangan epikotil dan plamula,
paracotyledon kemudian gugur.
Pertumbuhan Semai Kemenyan Durame
Rekapitulasi Sidik Ragam Pertumbuhan Semai
Kesuburan media yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan
bibit tergantung pada komposisi media tumbuh. Media tumbuh yang baik adalah
media tumbuh yang porous sehingga akar dapat memperoleh udara dan air yang
a b c
cukup, serta mampu menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.
Pada penelitan ini media yang digunakan adalah tanah (A1), pasir murni (A2),
pasir dan top soil 1:1 (v/v) (A3), top soil dan kompos 1:1 (v/v) (A4). Hasil
rekapitulasi sidik ragam (Tabel 4), menunjukkan bahwa media pertumbuhan
berpengaruh nyata terhadap kekokohan semai, jumlah akar primer dan panjang
akar sekunder serta berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah akar sekunder.
Tabel 4. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh media terhadap pertumbuhan semai kemenyan 12 Minggu Setelah Tanam (MST)
Parameter Media P value
A1 A2 A3 A4
Pertambahan tinggi 18,84a 20,06a 21,21a 16,23a 0,58 Pertambahan diameter 0,11a 0,10a 0,11a 0,11a 0,53 Kekokohan Semai 38,31ab 41,07b 44,04b 31,18a 0,05 Jumlah akar primer 10,00b 9,00ab 9,00b 8,00a 0,04 Jumlah akar sekunder 20,60ab 22,00b 24,60c 19,40a 0,00 Panjang akar primer 9,51a 9,54a 8,24a 8,89a 0,80 Panjang akar sekunder 2,33ab 3,28b 1,90a 1,68a 0,02
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak padataraf 5 % Pertumbuhan semai kemenyan pada penelitian ini ditunjukkan dengan parameter
pertambahan tinggi semai, pertambahan diameter semai, kekokohan semai,
jumlah akar (primer dan sekunder) serta panjang akar (primer dan sekunder).
Keragaan semai hasil pertumbuhan pada media yang berbeda, disajikan pada
Gambar 4. Keragaan bibit kemenyan
Pertumbuhan Semai Kemenyan
Pertumbuhan semai pada penelitian ini, ditunjukkan dengan parameter
pertambahan tinggi tanaman, diameter tanaman, kekokohan semai, jumlah akar
(primer dan sekunder) dan panjang akar (primer dan sekunder).
a. Pertambahan Tinggi Tanaman
Pertambahan tinggi tanaman diperoleh dari selisih tinggi semai pada akhir
pegamatan dikurangi tinggi semai pada awal pengamatan (Gambar 5). Hasil
pengamatan pertambahan tinggi semai menunjukkan bahwa semai kemenyan
yang ditanampada media kombinasi top soil dan pasir (media A3) menghasilkan
Gambar 5. Hasil pengamatan pertambahan tinggi semai
Media kombinasi top soil dan pasir (A3) menghasilkan rata-rata pertambahan
tinggi tertinggi (21,21 cm). Sedangkan media kombinasi top soil dan kompos
(A4) menghasilkan rata-rata pertambahan tinggi terendah yaitu 16,23 cm (Gambar
6).
Hasil pengujian secara statistik (Tabel 4) memperlihatkan bahwa media
tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi semai. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semua media yang digunakan pada penelitian ini mampu
menghasilkan respon pertambahan tinggi bibit yang baik. Hasil tersebut sesuai
dengan penelitian Jayusman (2014) yang mengemukakan bahwa kemenyan
mampu tumbuh dengan baik pada berbagai kondisi lahan kecuali tanah tergenang.
Media yang digunakan pada penelitian ini memiliki aerasi yang baik, sehingga
memungkinkan semai kemenyan dapat tumbuh dengan baik.
b. Diamater Semai
Nilai pertumbuhan diameter merupakan selisih antara pengukuran diameter akhir
dengan diameter awal pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui
bahwa media tanah dan kompos (A4) memiliki rata-rata pertambahan diameter
yang tertinggi (0,20 cm)sedangkan media pasir (A2) memiliki rata-rata
pertambahan diameter terendah sebesar 0,10 cm (Gambar 7).
Gambar 7. Histogram pertumbuhan diameter bibit kemenyan
yang digunakan pada penelitian ini menghasilkan nilai rerata diameter yang
hampir sama. Media tanam campuran pasir maupun tanah bersifat gembur dan
memiliki aerasi yang baik sehingga unsur hara yang ada pada media tanam akan cepat
terserap oleh akar tanaman yang nantinya akan mempercepat besarnya lingkar batang.
Menurut Heddy (2002), bahwa perbedaan kemampuan tanaman dalam
memanfaatkan faktor-faktor lingkungan seperti air, CO2, suhu, energi matahari
dan sebagainya, akan mempengaruhi kemampuan tanaman melakukan
fotosintesis, dengan demikian akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman,
terutama lingkar batang.
c. Kekokohan Semai
Kekokohan semai merupakan perbandingan antara tinggi terhadap diameter yang
diukur pada akhir pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa
media A3 memiliki nilai kekokohan rata-rata tertinggi yaitu sebesar 44,04
sedangkan media A4 memiliki nilai kekokohan rata-rata terendah yaitu sebesar
Gambar 8. Kekokohan semai kemenyan durame umur 12 minggu pada empat media tumbuh
Rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa media berpengaruh nyata terhadap
kekokohan semai. Nilai kekokohan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
media, bentuk container, kerapatan tanaman, faktor cekaman cahaya, dan air.
Adman (2011) mengatakan bahwa nilai kekokohan yang tinggi menunjukkan
kemampuan hidup yang rendah karena ketidak seimbangan tinggi dan diameter
dengan nilai baik antara 6,3- 10,8. Menurut Prianto dkk, (2006) dan Adinugraha
(2012) nilai kekokohan bibit yang baik /optimum adalah mendekati nilai 4-5.
Namun untuk standar mutu beberapa jenis bibit sesuai dengan SNI
01-5006-1-1999 nilai kekokohan semai optimal adalah 5,1 – 12 tergantung jenis bibit dan
mutu.
Pasir merupakan media yang sesuai di gunakan sebagai media penyemaian benih,
pertumbuhan bibit tanaman dan perakaran stek batang. Sifatnya yang kering akan
memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang sudah cukup umur untuk
di pindah tanamkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan
mempermudah tegaknya batang.Karena memiliki pori-pori makro, maka pasir
menjadi mudah basa dan cepat kering untuk proses penguapan. Ketahanan
terhadap proses pemisahan pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air dan
angin. Dengan demikian media pasir lebih membutuhkan pengairan dan
pemupukan yang lebih imtensif. Penggunaan pasir sering di kombinasikan
dengan campuran bahan organik seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik
yang di sesuaikan dengan jenis tanaman (Riandri, 2007).
Jumlah akar adalah akar (primer dan sekunder) yang dihitung pada akhir
pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa media A1 (tanah)
menghasilkan jumlah akar primer terbanyak (10 buah), sedangkan jumlah akar
primer paling sedikit diperoleh pada media A4 sebanyak 8 buah (Gambar 9).
Gambar 9. Histogram Jumlah Akar Primer
Sidik ragam (Tabel 4) menunjukkan bahwa media berpengaruh nyata terhadap
jumlah akar primer bibit kemenyan. Media tanah menghasilkan jumlah akar
terbanyak. Hal tersebut sesuai denganVillareal dan Donald (1969), disamping
memberikan dukungan secara fisik pada tanaman, tanah merupakan sumber
mineral dan air bagi tanaman. Kondisi tanah dan mineral dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Lingkungan atmosfer harus tersedia pada kedalaman yang
cukup dalam tanah sehingga akar tanaman dapat memperoleh oksigen yang
dibutuhkan untuk respirasi secara langsung dari udara.
Jumlah rata-rata akar sekunder terbanyak diperoleh pada media A3 (pasir dan
pada media A4 yaitu 19 buah. Sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah akar sekunder semai dan media A3
menghasilkan jumlah akar sekunder terbanyak.
Gambar 10. Histogram Jumlah Akar Sekunder
Media tanam pasir memiliki keunggulan mudah dalam penggunaan dan dapat
meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir
bangunan merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.
Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir
menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan
konsistensi (ketahanan terhadap proses misahan) pasir sangat kecil sehingga
mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih
membutuhkan pengairan dan memupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang
menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.
Penggunaan pasir sebagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran
merupakan salah satu sumber daya alam yang paling penting. Sebab tanah
mempunyai dua fungsi utama, yaitu; (1) sebagai sumber hara bagi tumbuhan,dan
(2) sebagai matrik tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan, serta
sebagai tempat unsur-unsur hara dan air ditambatkan. Kedua fungsi tersebut
dapat menurun atau hilang, yang dikenal sebagai kerusakan tanah atau degradasi
tanah. Baik degradasi secara fisik maupun kimia. Pertumbuhan tanaman tidak
hanya tergantung pada persediaan unsur hara yang cukup dan seimbang tetapi
juga harus ditunjang oleh keadaan fisik tanah yang baik. Sifat fisik tanah
berpengaruh langsung terhadap mintakat perakaran, air dan udara tanah. Tanah
dan pasir memiliki kemampuan menahan air dan mengikat unsur hara rendah.
Aerasi yang baik dan pori makro cukup banyak pada tanah dan pasir mendukung
perkembangan akar tanaman dan mendukung respirasi yang dilakukan oleh akar
sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman (Kartasapoetra dkk,2010).
e. Panjang Akar
Panjang akar adalah akar (primer dan sekunder) dihitung pada akhir pengamatan.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa media A2 (pasir) menghasilkan
akar terpanjang (9,54 cm), sedangkan akar primer terpendek diperoleh pada
media A3yaitu 8,24 cm. Media A2 (pasir) menghasilkan akar sekunder
terpanjang (3,28 cm), sedangkan akar sekunder terpendek diperoleh pada media
Gambar 11. Histogram Panjang Akar Primer
Gambar 12. Histogram Panjang Akar Sekunder
Sidik ragam (Tabel 4) menunjukkan bahwa media tanam tidak berpengaruh nyata
terhadap panjang akar primer bibit, namun berpengaruh nyata terhadap panjang
akar sekunder bibit. Pasir merupakan media yang mudah tersedia bersih dan daya
rekatnya rendah serta memiliki porositas yang tinggi. Pasir tidak menyimpan
Penggunaan tunggal tanpa adanya campuran media lain akan membuat pasir
bersifat kasar sehingga memberikan hasil yang baik (Hartman dkk, 1997).
Penilaian /Skoring Hasil Pertumbuhan Semai Pada Media Yang Berbeda
Skoring hasil pertumbuhan semai pada Tabel 5 menunjukkan media pasir
memiliki total skor yang paling tinggi.
Tabel 5. Hasil skoring pertumbuhan semai pada media yang berbeda
Parameter Media
A1 A2 A3 A4 Tinggi semai 2 3 4 1 Diameter semai 2 3 2 4 Kekokohan semai 2 3 4 1 Jaumlah akar primer 4 2 3 1 Jumlah akar sekunder 2 3 4 1 Panjang akar primer 3 4 1 2 Panjang akar sekunder 3 4 2 1 Total skor 18 22 20 11
Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil skoring tinggi semai, kekokohan semai
dan jumlah akar sekunder yang paling tinggi adalah pada media A3, diameter
semai yang paling tinggi adalah pada media A4. Jumlah akar primer yang paling
tinggi adalah pada media A1, dan panjang akar primer dan sekunder yang paling
tinggi adalah pada media A2. Berdasarkan total jumlah skor dari media tersebut,
media yang memiliki jumlah skor terbanyak adalah pasir.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kemenyan durame memiliki benih yang berbentuk bulat lonjong dengan
diameter rata-rata 1,1 cm dan berat rata-rata benih 2,36 gram. Benih tersusun
atas bagian kulit luar yang berupa tempurung dengan ketebalan 0,3 cm, dan
endosperm dengan ketebalan 0,8 cm.
2. Pematahan dormansi dengan perlakuan perendaman air dingin selama 24 jam
dan air panas selama 1 jam diikuti pengamplasan pada media pasir
menghasilkan persentase perkecambahan tertinggi 55% dan hari berkecambah
tercepat (11 hari). Rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi
perlakuan pematahan dormansi dan media tidak berpengaruh nyata terhadap
hari dan persentase perkecambahan.
3. Rekapitulasi sidik ragam menunjukkan, media tidak berpengaruh nyata pada
parameter, tinggi semai, diameter semai, kekokohan semai dan panjang akar
primer namun berpengaruh nyata pada jumlah akar primer dan sekunder serta
panjang akar sekunder. Hasil pengamatan menunjukkan media pasir
menghasilkan parameter pertumbuhan terbaik dibanding media yang lain.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai teknik pematahan dormansi dengan
berbagai perlakuan. Perlakuan tersebut diantaranya dengan perendaman
TINJAUAN PUSTAKA
Kemenyan (Styrax spp)
Jayusman dkk, (1999) menyatakan bahwasanya pohon kemenyan termasuk ke
dalam ordo Ebenales, famili Styracaceae dan genus styrax. Terdapat 7 (tujuh)
jenis kemenyan yang menghasilkan getah tetapi hanya 4 jenis yang secara umum
lebih dikenal dan bernilai ekonomis yaitu: (a) kemenyan durame (S. benzoine
DRYAND), (b) kemenyan bulu (S. benzoine var. hiliferum), (c) kemenyan toba
(S. sumatrana J.J.Sm) dan (d) kemenyan siam (S. tokinensis). Tetapi jenis
kemenyan toba dan durame yang paling umum dibudidayakan secara luas di
Sumatera Utara. Klasifikasi tanaman kemenyan (Styrax spp) dalam sistematika
tumbuhan dapat disusun sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dikotiledonae
Ordo : Ebeneles
Famili : Styraceae
Genus : Styrax
Spesies : Styrax benzoin Dryander
Secara morfologis tanaman kemenyan memiliki ciri-ciri yaitu: habitusnya berupa
pohon besar, tinggi dapat mencapai 24-40 m dengan diameter 60-100 cm. Batang
lurus dengan percabangan sedikit. Kulit beralur tidak terlalu dalam (3-7 mm) dan
kulit berwarna merah anggur. Batangnya mengandung resin yang bila dibakar
berbau wangi. Daunnya tersusun spiral. Bunganya berbentuk tandan dan berbau
lebih. Kulit bagian dalam lunak, berwarna coklat sampai merah, merah muda atau
merah keunguan (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999)
Kemenyan berdaun tunggal dan tersusun secara spiral, daun berbentuk oval bulat,
bulat memanjang (ellips) dengan dasar daun bulat dan ujung runcing. Panjang
daun dapat mencapai 4-15 cm dengan lebar daun 5-7,5 cm, tangkai daun 5-13 cm,
helai daun mempunyai nervi 7-13 pasang. Helai daun halus, permukaan bawah
agak mengkilap berwarna putih sampai abu-abu. Warna daun jenis toba lebih
gelap kecoklatan dan lebih tebal dibandingkan jenis durame (Jayusman dkk,
1999).
Bunga kemenyan berkelamin dua dimana bunganya bertangkai panjang antara
6-11 cm, daun mahkota bunga 9-12 helai dengan ukuran 2-3,5 mm. Buah masak
berbentuk bulat sampai agak gepeng, berdiameter 2-3,8 cm (Jayusman dkk, 1999).
Buah kemenyan berbentuk bulat gepeng dan lonjong berukuran 2,5-3 cm. Biji
kemenyan berukuran 15-19 mm, bijinya berwarna coklat keputihan. Biji
kemenyan terdapat di dalam daging buah yang cukup tebal dan keras
(Jayusman dkk, 1999).
Potensi dan Penyebaran Kemenyan
Pohon kemenyan tersebar di beberapa negara antara lain Malaysia, Thailand,
Indonesia dan Laos. Di Indonesia jenis ini terdapat di Sumatera, Jawa dan
Kalimantan Barat. Di pulau Sumatera kemenyan dijumpai secara alami di pantai
barat, hidupnya berkelompok dan berasosiasi dengan pohon lain. Selain itu pohon
ini dijumpai di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Di Sumatera Utara terdapat
beberapa kabupaten penghasil kemenyan, seperti Dairi, Tapanuli Utara, Tapanuli
secara luas di daerah Tapanuli (Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli
Tengah) dan Kabupaten Dairi (Jayusman dkk, 1999).
Tanaman kemenyan tersebar di seluruh kecamatan Tapanuli Utara seperti di
Kecamatan Parmonangan, Adiankoting, Sipoholon, Tarutung, Siatasbarita,
Pahaejulu, Purbatua, Simangumban, Pangaribuan, Garoga, Sipahutar,
Siborong-borong, Pagaran, dan Muara. Luas tanaman kemenyan diseluruh kecamatan
Tapanuli Utara pada tahun 2007 seluas 16,395.00 Ha dengan hasil produksi
261,85 ton, pada tahun 2008 seluas 16,413.50 Ha dengan hasil produksi 260,73
ton, pada tahun 2009 seluas 16,413.00 Ha dengan hasil produksi 260,73 ton , pada
tahun 2010 seluas 16,181.50 Ha dengan hasil produksi 260,23 ton dan pada tahun
2011 seluas 16,208,50 Ha dengan hasil produksi 260,23 ton (Sumber: Kabupaten
Tapanuli Utara Dalam Angka, 2012).
Manfaat dan Kegunaan Kemenyan
Pohon kemenyan prospektif dikembangkan untuk tanaman hutan rakyat, hutan
kemasyarakatan, rehabilitasi lahan, sekat bakar, penghara industri pulp, maupun
untuk pohon ornamen. Selain itu kayunya dapat digunakan untuk bangunan
rumah dan jembatan serta akarnya mengandung cairan berwarna
kemerah-merahan yang berfungsi sebagai insektisida (Pinyopusarerk, 1994).
Pengolahan kemenyan saat ini masih dilakukan secara tradisional tanpa ada
pengolahan lanjut dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas. Kemenyan yang
dipasarkan baik lokal maupun ekspor pada umumnya masih berupa bahan mentah
(raw material). Pengolahan kemenyan menjadi bentuk barang setengah jadi
(semifinal goods) atau barang jadi (final goods) berupa hasil-hasil ekstrak sesuai
Utara. Pemanfaatan kemenyan yang diketahui oleh masyarakat secara umum
masih terbatas pada penggunaannya untuk industri rokok dan kegiatan tradisional
atau religius (Sasmuko, 2003).
Sebagian besar kegunaan lainnya adalah sebagai bahan baku dalam industri antara
lain industri parfum, farmasi, obat-obatan, kosmetik, sabun, kimia dan industri
pangan. Ekstraksi kemenyan dapat menghasilkan beberapa senyawa kimia yang
diperlukan oleh industri farmasi, antara lain asam balsamat, asam sinamat, benzyl
benzoat, sodiumbenzoat, benzophenone, dan ester aromatis (Sasmuko,2003)
Perbanyakan Tanaman Kemenyan
Perbanyakan tanaman kemenyan dapat dilakukan dengan secara generatif dan
vegetatif. Kurniawati dan Danu (2014) telah berhasil memperbanyak tanaman
kemenyan secara vegetatif dengan stek dan mampu menghasilkan presentase stek
berakar sebesar 83,54 % yang dihasilkan oleh stek dari bibit umur 4 bulan dengan
tanpa pemberian ZPT IBA. Elimasni (2005) telah melakukan perbanyakan bibit
kemenyan dengan teknik kultur jaringan dan menghasilkan presentase
keberhasilan yaitu 50-83%.
Perbanyakan generatif kemenyan
Perbanyakan generatif adalah perbanyakan tanaman dari bahan yang berasal dari
biji. Perbanyakan generatif dapat dilakukan dengan mudah dan murah bila biji
pohon tersedia secara melimpah, tingkat kemudahan penanganan benih amat
ditentukan oleh karakteristik fisiologis biji dari setiap jenis pohon.
Perkecambahan benih adalah proses pembentukan organ tumbuhan yang berasal
pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan embrionik di dalam biji untuk
kemudian membentuk bibit (seedling). Secara morfologis suatu biji yang sedang
berkecambah (germinate) umumnya ditandai dengan terlihatnya akar (radikula)
atau daun (plumula) yang menonjol keluar dari biji.
Selain perlakuan pendahuluan, media tumbuh juga merupakan elemen penting
bagi tumbuhan karena merupakan tempat berjangkarnya akar, penopang batang
agar dapat berdiri kokoh dan juga sebagai sumber hara dan mineral yang
diperlukan bagi keberlangsungan hidupnya. Media tumbuh yang baik harus
memenuhi persyaratan fisik (tekstur, strutur, porositas dan kosistensi) dan kimia
(pH unsur hara mikro dan makro). Media yang sering digunakan untuk
perkecambahan adalah tanah dan pasir.
a. Tanah
Tanah yang baik untuk usaha penanaman adalah tanah yang mampu berfungsi
baik untuk penopang mekanis, mampu menahan air sesuai keperluan tumbuhan,
mampu menyerap kelebihan air (porous), menjamin terjadinya pertukaran gas
(aerasi) yang baik serta mampu menyediakan unsur hara yang diperlukan untuk
pertumbuhan tumbuhan. Tanah harus subur, tidak asam atau basa, dalam,dan
berdrainase baik agar terhindar dari terendam air, tetapi cukup menyimpan air
sehingga tidak terjadi kekeringan.
b. Pasir
Pasir merupakan media yang mudah tersedia bersih dan daya rekatnya rendah.
Pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga membutuhkan frekuensi
akan membuat pasir bersifat kasar sehingga memberikan hasil yang baik
(Hartman dkk,1997).
c. Kompos
Kompos merupakan bahan organik yang berfungsi sebagai pupuk. Selain itu
dapat memperbaiki sifat fisik tanah karena tanah remah dan mikroba-mikroba
tanah yang bermanfaat dapat hidup dengan subur (Wudianto, 1998). Bahan
organik yang telah terkompos dengan baik mempunyai banyak peranan antara lain
memperbesar daya ikat tanah yang berpasir sehingga struktur tanah akan lebih
baik, Memper tinggi kemampuan tanah untuk menyerap air dan menyediakannya
untuk kepentingan tumbuhan, memperbaiki drainase dan tata udara tanah serta
mempertinggi daya ikat tanah terhadap hara sehingga tidak mudah larut oleh air
hujan atau pengairan.
Dormansi Benih
Dormansi benih dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan benih hidup untuk
berkecambah pada suatu kisaran keadaan yang luas yang dianggap
menguntungkan untuk benih tersebut. Dormansi dapat terjadi karena tidak
mempunyai benih secara total untuk berkecambah atau hanya karena
bertambahnya kebutuhan yang khusus untuk perkecambahnnya (Byrd, 1968).
Menurut Schmidth (2002), dormansi benih menunjukkan suatu keadaan
benih-benih sehat (viable) gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara
normal baik untuk perkecambahan, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan
cahaya yang sesuai. Gardner dkk (1991) mengemukakan bahwa tekanan seleksi
selama ribuan tahun pembudidayaan sebenarnya menghilangkan dormansi pada
setelah pemasakan dan pengeringan, atau pengawetan dengan pengeringan.
Tanaman budidaya yang lama belum dibudidayakan seringkali menunjukkan
dormansi sampai tingkat tertentu dan memerlukan kondisi khusus atau waktu
penyimpanan yang lebih panjang sebelum berkecambah.
Perlakuan awal atau perlakuan pendahuluan merupakan istilah yang digunakan
untuk kondisi atau proses yang diterapkan pada pematahan dormansi untuk
perkecambahan. Perlakuan awal dilakukan untuk menjamin bahwa benih akan
berkecambah, dan bahwa perkecambahan berlangsung cepat dan seragam.
Metode perlakuan awal sering harus disesuaikan dengan individu jenis benih
berdasarkan pengalaman dan percobaan-percobaan. Perlakuan awal umumnya
dilakukan sesaat sebelum penaburan misalnya setelah penyimpanan karena
dormansi umumnya memperpanjang daya simpan. Berdasarkan beberapa
permasalahan tersebut penelitian mengenai perbanyakan generatif tanaman
kemenyan perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan ketersediaan bibit
kemenyan yang berkualitas. Jayusman (1997) mencoba meningkatkan
persentase kecambah dengan cara dilakukannya upaya stratifikasi.
Teknik stratifikasi ditujukan untuk memecahkan dormansi embrio melalui
perendaman dan pemanasan bertahap. Seleksi benih dilakukan dengan terlebih
dahulu merendam dalam air dingin, benih yang terapung dibuang. Salah satu cara
stratifikasi benih adalah dengan perendaman sebelum penggosokan maupun
pengikiran kulit benih dan perendaman dengan air panas selama 1 jam dan air
dingin 24 jam sebelum disemai mampu menghasilkan persen kecambah 50-75%.
Teknik skarifikasi adalah salah satu proses yang dapat mematahkan dormansi
dilakukan pada perlakuan skarifikasi yaitu pengamplasan, pengikiran dan
pemotongan. Skarifikasi memungkinkan air masuk kedalam benih untuk
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan pelestarian dan peningkatan kualitas tanaman hutan perlu mendapat
perhatian, terutama terhadap tanaman yang dapat menghasilkan produk bukan
kayu dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Satu diantara tanaman hutan yang sangat
penting untuk dikembangkan dan dibudidayakan adalah kemenyan durame
(Styrax benzoin Dryander) karena menghasilkan getah kulit yang disebut
kemenyan dan mengandung senyawa bioaktif sebagai bahan baku obat. Tanaman
ini tumbuh dengan baik di hutan Sumatera Utara, khususnya di tiga Kabupaten
yaitu Tapanuli Utara, Dairi dan Toba Samosir (Sianipar dan Simanjuntak, 2000).
Kemenyan adalah sejenis getah yang dihasilkan oleh pohon kemenyan (Styrax
spp) melalui proses penyadapan. Sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu getah
kemenyan dapat diolah dan dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan. Sesuai
peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut/2007 tentang hasil hutan
bukan kayu, kemenyan ditetapkan sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu
(HHBK) nabati yang masuk dalam kelompok resin.
Permasalahan yang terdapat dalam keberlanjutan produksi kemenyan (Styrax spp)
yaitu keadaan pasar yang tidak stabil, banyaknya tanaman yang tidak produktif,
regenerasi alami yang rendah sehingga diperlukan usaha untuk meningkatkan
keberlanjutan produksi bibit. Walaupun kemenyan sudah termasuk komuditas
unggulan dari Tapanuli, akan tetapi budidaya kemenyan belum dilakukan dengan
baik. Pohon kemenyan yang diproduksi dari Tapanuli Utara masih berasal dari
kemenyan yang tumbuh secara liar di hutan alam. Budidaya kemenyan dalam
ini menyebabkan usaha budidaya kemenyan menjadi sulit dilakukan. Dengan
demikian apabila budidaya kemenyan tidak dilakukan, diperkirakan tanaman ini
akan mengalami kepunahan (Elimasni, 2005).
Permasalahan lain dalam penyediaan benih kemenyan adalah dormansi benih.
Benih kemenyan memiliki sifat dorman 2-3 bulan sebelum berkecambah, karakter
dorman tersebut sangat dipengaruhi oleh tebal dan kerasnya kulit benih. Secara
alami benih kemenyan durame memerlukan waktu berkecambah antara 3 sampai
6 bulan. (Jayusman, 2014). Menurut Schmidth (2002) benih kemenyan
memiliki kulit yang tebal dan keras, sehingga diperlukan adanya kegiatan
pematahan dormansi untuk mempercepat proses perkecambahannya. Terdapat 2
(dua) macam metode pematahan dormansi benih yaitu stratifikasi dan skarifikasi
benih. Teknik stratifikasi ditujukan untuk memecahkan dormansi embrio melalui
perendaman dan pemanasan bertahap. Teknik skarifikasi menggunakan
pendekatan fisik dan kimia untuk memecahkan dormansi kulit biji. Beberapa
metode perlakuan pendahuluan benih kemenyan telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya.
Hasil penelitian Jayusman (2014) teknik skarifikasi dan stratifikasi benih
kemenyan toba dengan penggosokan maupun pengikiran kulit benih dan
perendaman dengan air panas selama 1 jam dan air dingin 24 jam sebelum
disemai mampu menghasilkan persen kecambah 50 - 75%. Hasil penelitian lain
yang dilakukan oleh Cengizz (2011) pada Styrax officcinalis dengan
menggunakan metode perendaman dan pemecahan tempurung benih
perendaman air panas selama 1 bulan, diikuti perendaman dengan air dingin
selama 2 bulan, untuk memperoleh persentase kecambah 80% (Roh dkk, 2004).
Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan untuk memberikan
informasi terkait dengan morfologi benih, teknik pematahan dormansi yang paling
sesuai untuk benih kemenyan dan peluang keberhasilannya secera generatif.
Dengan diketahuinya informasi tersebut diharapkan dapat memberikan solusi
untuk permasalahan ketersediaan bibit.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk memperoleh informasi mengenai morfologi benih kemenyan.
2. Untuk memperoleh informasi mengenai teknik pematahan dormansi yang
menghasilkan persentase perkecambahan tertinggi.
3. Untuk memperoleh informasi mengenai kualitas bibit yang dihasilkan dari
perbanyakan generatif dan media yang sesuai untuk pertumbuhannya.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan masukan bagi pemerintah kabupaten dalam mengembangkan
potensi daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang hidup
berdampingan langsung dengan kawasan hutan.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang ingin mengembangkan usaha
di bidang budidaya tanaman kemenyan dan menjadi referensi bagi pihak- pihak
ABSTRACT
FATMA SAFIRA. Seed Morphology, Breaking Dormancy and Seed Germination
of Kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander). Supervised by ARIDA SUSILOWATI dan KANSIH SRI HARTINI.
The research on kemenyan durame (Styrax benzoin Dryander) seed morphology, breaking dormancy and seed germination was carried out in order to solve the problem of kemenyan seedling stock/supply problem. The objectives of this research were : 1). To get information about seed morphology of kemenyan durame; 2). To get information about breaking dormancy and its germination percentage; 3). To get information about seedling quality and its suitable growing media. This research were divided into tree parts namely observation of seed morphology (part 1), breaking dormancy using scarification and stratification technique (part 2) and seedling growth on different planting media (part 3). Research on seed morphology carried out through direct observation and measurement. While research on breaking dormancy was arranged by Factorial Randomized Completely Design with 5 replications and four tree plot (part 2). Randomized Completely Design using 5 replication and 3 tree plot was used for seedling growth measurement. The result showed that morphology of kemenyan durame as follow: oval shape, 1,1 cm diameter widts, 2,36 g weight, 0,3 cm outher shell thickness and 0,8 cm endosperm thickness. Analysis of variance using statistical software showed that breaking dormancy and germination media, not significantly affected germination percentage and day of germination. But treatment with immersion for 24 hours in warm water following by 1 hours hot water and sanding, resulting the highest germination percentage (55%) and fastest germinate (11 days). Result on seedling grow analysis showed that medium treatment affected seedling firm, secondary root lenght and number of primary and secondary root. Sand medium produced the best growth parameters compared to the others.
ABSTRAK
FATMA SAFIRA. Morfologi Benih, Pematahan Dormansi dan Perkecambahan
Benih Kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander). Dibimbing oleh
ARIDA SUSILOWATI dan KANSIH SRI HARTINI.
Penelitian morfologi benih, pematahan dormansi dan perkecambahan benih kemenyan dilakukan dalam rangka memberikan solusi terhadap permasalahan benih penyediaan bibit kemenyan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: (1). Mendapatkan informasi mengenai morfologi benih kemenyan durame; (2). Mendapatkan informasi mengenai teknik pematahan dormansi yang menghasilkan persentase perkecambahan tertinggi dan (3). Mendapatkan informasi mengenai kualitas bibit yang dihasilkan dan media terbaik untuk pertumbuhan. Penelitian ini terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengamatan morfologi benih (sub 1), pematahan dormansi dengan menggunakan teknik skarifikasi dan stratifikasi (sub 2) dan pengamatan pertumbuhan semai pada media yang berbeda (sub 3). Penelitian dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran langsung secara acak terhadap 10 benih (sub 1), sedangkan pada teknik pematahan dormansi digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan 5 ulangan dan 4 tree plot (sub 2) dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) sederhana dengan 5 ulangan dan 3 tree plot pada pengamatan pertumbuhan bibit (sub 3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara morfologi kemenyan durame memiliki bentuk bulat lonjong dengan rata-rata diameter 1,1 cm, berat benih 2,36 g, tebal tempurung 0,3 cm dan tebal endosperm 0,8 cm. Sidik ragam menunjukkan perlakuan pematahan dormansi dan media perkecambahan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kecambah dan hari berkecambah. Namun hasil pengamatan menunjukkan perlakuan perendaman air dingin selama 24 jam dan air panas selama 1 jam diikuti pengamplasan pada media pasir menghasilkan persentase perkecambahan tertinggi 55% dan hari berkecambah tercepat (11 hari). Pertumbuhan semai menunjukkan media berpengaruh nyata terhadap kekokohan semai, panjang akar sekunder dan jumlah akar primer dan sekunder. Media pasir menghasilkan parameter parameter pertumbuhan terbaik dibanding media yang lain.
Kata kunci : kemenyan, benih, morfologi, dormansi, media
MORFOLOGI BENIH, PEMATAHAN DORMANSI DAN
PERKECAMBAHAN BENIH KEMENYAN DURAME
(Styrax benzoin Dryander)
SKRIPSI
Oleh: Fatma Safira
121201007 BUDIDAYA HUTAN
Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Morfologi Benih, Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih Kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander)
Nama : Fatma Safira
NIM : 121201007
Program Studi : Budidaya Hutan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Dr. Arida Susilowati, S.Hut., M.Si Dr. Kansih Sri Hartini,S.Hut.,MP
Ketua Anggota
Mengetahui
ABSTRACT
FATMA SAFIRA. Seed Morphology, Breaking Dormancy and Seed Germination
of Kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander). Supervised by ARIDA SUSILOWATI dan KANSIH SRI HARTINI.
The research on kemenyan durame (Styrax benzoin Dryander) seed morphology, breaking dormancy and seed germination was carried out in order to solve the problem of kemenyan seedling stock/supply problem. The objectives of this research were : 1). To get information about seed morphology of kemenyan durame; 2). To get information about breaking dormancy and its germination percentage; 3). To get information about seedling quality and its suitable growing media. This research were divided into tree parts namely observation of seed morphology (part 1), breaking dormancy using scarification and stratification technique (part 2) and seedling growth on different planting media (part 3). Research on seed morphology carried out through direct observation and measurement. While research on breaking dormancy was arranged by Factorial Randomized Completely Design with 5 replications and four tree plot (part 2). Randomized Completely Design using 5 replication and 3 tree plot was used for seedling growth measurement. The result showed that morphology of kemenyan durame as follow: oval shape, 1,1 cm diameter widts, 2,36 g weight, 0,3 cm outher shell thickness and 0,8 cm endosperm thickness. Analysis of variance using statistical software showed that breaking dormancy and germination media, not significantly affected germination percentage and day of germination. But treatment with immersion for 24 hours in warm water following by 1 hours hot water and sanding, resulting the highest germination percentage (55%) and fastest germinate (11 days). Result on seedling grow analysis showed that medium treatment affected seedling firm, secondary root lenght and number of primary and secondary root. Sand medium produced the best growth parameters compared to the others.
ABSTRAK
FATMA SAFIRA. Morfologi Benih, Pematahan Dormansi dan Perkecambahan
Benih Kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander). Dibimbing oleh
ARIDA SUSILOWATI dan KANSIH SRI HARTINI.
Penelitian morfologi benih, pematahan dormansi dan perkecambahan benih kemenyan dilakukan dalam rangka memberikan solusi terhadap permasalahan benih penyediaan bibit kemenyan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: (1). Mendapatkan informasi mengenai morfologi benih kemenyan durame; (2). Mendapatkan informasi mengenai teknik pematahan dormansi yang menghasilkan persentase perkecambahan tertinggi dan (3). Mendapatkan informasi mengenai kualitas bibit yang dihasilkan dan media terbaik untuk pertumbuhan. Penelitian ini terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengamatan morfologi benih (sub 1), pematahan dormansi dengan menggunakan teknik skarifikasi dan stratifikasi (sub 2) dan pengamatan pertumbuhan semai pada media yang berbeda (sub 3). Penelitian dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran langsung secara acak terhadap 10 benih (sub 1), sedangkan pada teknik pematahan dormansi digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan 5 ulangan dan 4 tree plot (sub 2) dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) sederhana dengan 5 ulangan dan 3 tree plot pada pengamatan pertumbuhan bibit (sub 3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara morfologi kemenyan durame memiliki bentuk bulat lonjong dengan rata-rata diameter 1,1 cm, berat benih 2,36 g, tebal tempurung 0,3 cm dan tebal endosperm 0,8 cm. Sidik ragam menunjukkan perlakuan pematahan dormansi dan media perkecambahan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kecambah dan hari berkecambah. Namun hasil pengamatan menunjukkan perlakuan perendaman air dingin selama 24 jam dan air panas selama 1 jam diikuti pengamplasan pada media pasir menghasilkan persentase perkecambahan tertinggi 55% dan hari berkecambah tercepat (11 hari). Pertumbuhan semai menunjukkan media berpengaruh nyata terhadap kekokohan semai, panjang akar sekunder dan jumlah akar primer dan sekunder. Media pasir menghasilkan parameter parameter pertumbuhan terbaik dibanding media yang lain.
Kata kunci : kemenyan, benih, morfologi, dormansi, media
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Perbaungan pada tanggal 05 Juni 1994 dari Ayah
Mansyur Rahman dan Ibu Eni Darlina S.Pd. Penulis merupakan anak kedua dari
empat bersaudara.
Tahun 2006 penulis lulus dari SD Negeri No. 101930 Perbaungan. Tahun
2009 penulis lulus dari SMP Negeri 1 Perbaungan. Tahun 2012 penulis lulus dari
SMA Negeri 1 Perbaungan, pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian SNMPTN ( Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Penulis memilih Program Studi Kehutanan.
Selain mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif sebagai anggota Rain
Forest Community. Penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan
( EH) pada tahun 2014 di Pulau Sembilan, Kecamatan Pangkalan Susu,
Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) di PT. Arara Abadi Sinarmas Forestry, di Distrik Tapung, Kecamatan
Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, Riau dari tanggal 26 Januari sampai 24