• Tidak ada hasil yang ditemukan

Morfologi Benih, Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih Kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Morfologi Benih, Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih Kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander)"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Akar sekunder

Himpunan bagian untuk alpha = .05

(7)

Akar sekunder

ANOVA Akar sekunder

Penjumlahan Kuadrat Df

Rata-rata

Kuadrat F Sig. Antara Kelompok 7.528 3 2.509 3.924 .028 Di dalam Kelompok 10.230 16 .639

Total 17.758 19

Akar sekunder Duncan

Media N

Himpunan Bagian untuk alpha = .05

1 2

4.00 5 1.6840

3.00 5 1.9040

1.00 5 2.3320 2.3320

2.00 5 3.2840

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, H. 2012. Pengaruh Cara Penyemaian dan Pemupukan NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni Daun Lebar di Persemaian. Penelitian.Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman hutan. Yogyakarta.

Adman, B. 2011. Pertumbuhan tiga kelas mutu bibit meranti merah pada tiga IUPHHK di Kalimantan. Jurnal Penelitian Dipterokarpa 5(2): 47-60.

Byrd, W. 1968. Pedoman Teknologi Benih. Hamidin E, penerjemah. Jakarta: PT Pembimbing Masa. Terjemahan dari: Seed Technology Handbook.

Cengiz, Y. 2011. Effects of cracking and sowing time on germination of Styrax officinalis L. seeds. African Journal of Biotechnology.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Budidaya Tanaman Kemenyan. Jakarta.

[Dephut] Departemen Kehutan. 2007 b. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35 Tahun 2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta: Dephut. Ri

Elimasni. 2005. Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan. USU. Medan

Fahn, A. 1992. Anatomi Tumbuhan Edisi ke 3. UGM Press. Yogyakarta.

Gardner, F. P., Pearce, R. B., Mitchell, R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Harsono, H. 2002. Pembuatan silika amorf dari limbah sekam padi. Jurnal Ilmu Dasar Vol 3 No 2: 98-103.

Hartman, T. H., Kesterb, D. E., Davies, F. T., dan Geneve, R. L. 1997. Plant Propagation principles and practices. New Delhi: Prentice-hall of India Private Limited.

Jayusman, 1997 b. Percobaan Stek Pucuk Kemenyan Durame (Styrax benzoine Dryand) Pada Beberapa Jenis Hormon Pertumbuhan. Bulletin Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar Vol 13 (1): April 1997.

Jayusman, R. Pasaribu, dan W, Sipayung. 1999. Budidaya Kemenyan (Styrax spp). Pedoman Teknis. Konifera Vol.2 No. 1.Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar.

(9)

Jayusman, 2014. Mengenal Pohon Kemenyan (styrax spp) jenis dengan spectrum pemanfaatan luas yang belum dioptimalkan, November 2014. Jakarta.

Kartasapoetra, G., A. G. Kartasapoetra., dan M. M. Sutedjo. 2010. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Rineka Cipta.

Kurniawati, P. dan Danu. 2014. Pengaruh Umur Bahan Stek dan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Keberhasilan Stek Kemenyan (Styrax benzoin Dryand). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Bogor.

Kramer, P. J., dan Th, T. Kozlowski. 1960. Physiology of Trees. McGraw-Hill Book Company, New York

Lensari, D. 2009. Pengaruh Pematahan Dormansi Terhadap Kemampuan Perkecambahan Benih Angsana (Pterocarpus indicus Will). IPB, Bogor.

Lubis, Iskandar., H. M, Pandapotan., Nasution, S., Aman, dan A. W. Lubis. 1984. Laporan Akhir Pemeriksaan Mutu Kemenyan Yang Ditanam Oleh Rakyat di Tapanuli Utara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Direktorat Jendral PendidikanTinggi; Proyek P3T Universitas Sumatera Utara. Medan

Pinyopusarerk. 1994. Styrax tonkinensis. Taxonomi, Ecology, Silvicultur and Uses. The Australian Centre For International Agriculture Research (ACIAR). ACIAR Technical Report No. 31. Canberra.

Prianto. D., Edris, I. dan Widyana, Y. 2006. Pemeliharaan Semai dan Pengujian mutu bibit (Bahan Ajar Kuliah Teknologi Persemaian Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

Riandri, Henny. 2007. SAINS BIOLOGI 3 untuk kelas XII SMA. Solo : PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI.

Rizlani, C. 2015. Strategi Pemuliaan dan Teknik Silvikultur Untuk Peningkatan Kualitas Kemenyan Toba (Styrax sumatrana). Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementrian.

Roh M, S., Bentz J-A., Wang, P., Li, E., Koshioka M. 2004. Maturity and temperature stratification affect the germination of styrax japonicas seeds. The Journal of Horticultural Science and Biotechnology, 79: 645 – 651.

Sadjad, S. 1980. Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan Di Indonesia. IPB, Bogor.

(10)

Schmidth L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub

Tropis (terjemahan) Dr. Mohammad Na’iem dkk. Bandung

Sianipar, H. dan Simanjuntak, B. (2000) Isolasi dan identifikasi asam sinamat dari Kemenyan Sumatrana, Media Farmasi 4(1): 22-28.

Sitompul, Maruari. 2011. Kajian Pengelolaan Hutan Kemenyan (Styrax Sp) Di Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara [Tesis]. IPB, Bogor.

Sutopo L. 2004. Teknologi Benih. Fakultas pertanian.UNBRAW

Villareal, R. L., and Donald, H. W. 1969.Vegetable Training Manual.The Departments of Agricultural Communications, Laguna.

Vogel, E. F. de. 1980. Seedling of Dicotyledons: Structure, Development, Types; Description of ISO Woody MalesianTaxa, Centre for Agricultural Publishing and Documentation (PUDOC), Wageningen.

Widyawati, N. Tohari, P. Yudono, dan I, Soemardi. 2009. Permeabilitas dan perkecambahan benih aren (Arenga pinnata (wurmb) Merr. Jurnal Agronomi Indonesia 37(2) :152- 158.

Wudianto, 1998. Membuat Stek Cangkok. Cangkok dan Okulasi.PT.Penebar Swadaya, Jakarta.

Yuniarti, N. 1997. Penentuan Cara Perlakuan Pendahuluan Benih Merbau (instia bijuga) Balai Teknologi Perbenihan. Balitbang Kehutanan Bogor.

Yuniarti, N. Dan Djaman, D. F. 2015. Teknik pengemasan yang tepat untuk mempertahankan viabilitas benih bakau (Rhizopora apiculata) selama penyimpanan. Bogor.

(11)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – November 2015. Bahan penelitian

diambil dari pohon induk yang ada di desa Banuaji Tapanuli Utara, sedangkan

perkecambahan benih dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk perkecambahan benih dan perbanyakan secara

generatif antara lain bak kecambah, sprayer, polibag, cangkul, alat-alat tulis dan

paranet untuk naungan. Sedangkan bahan untuk media perkecambahan adalah top

soil : pasir (1:0 v/v, 0:1 v/v dan 1:1 v/v)

Metode Penelitian

Sub penelitian I

Pengamatan Morfologi Benih

Pengamatan morfologi benih dilakukan dengan mengamati dan mengukur

parameter berat benih, diameter benih, dan tebal masing masing bagian benih

seperti tebal tempurung dan tebal endosperm, sampel yang digunakan untuk

pengamatan ini adalah sebanyak 10 benih. Pengukuran berat benih dilakukan

dengan menimbang sampel benih untuk mengetahui berat tiap benih dan berat 1

kg benih. Pengukuran tebal benih dilakukan dengan membelah benih menjadi 2

bagian yang sama, selanjutnya benih tersebut diukur ketebalan tempurung dan

(12)

Sub penelitian II

Teknik Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih

Untuk teknik ini ada 3 kegiatan yang dilakukan yaitu ekstraksi benih, perlakuan

pematahan dormansi dan perkecambahan benih.

Ekstraksi Benih

Ekstraksi benih dilakukan dengan mengupas dan membuang daging buah

menggunakan pisau. Benih dibersihkan dari sisa daging buah sebelum dijemur

dengan sinar matahari. Setelah kering benih disortir dan diseleksi dengan

membuang benih cacat (gepeng, benih pecah, benih berukuran ekstrim kecil dan

benih cacat lainnya seperti berlubang karena hama). Benih yang digunakan tidak

terlalu besar maupun kecil.

Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih

Penelitian ini disusun dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor

yaitu Faktor A (media perkecambahan) dan Faktor B (perlakuan pematahan

dormansi). Faktor media kecambah (faktor A) terdiri atas media top soil, pasir

dan top soil+ pasir dengan perbandingan 1:0 v/v (A1) 0:1 v/v (A2) dan

perbandingan 1:1 v/v (A3). Faktor pematahan dormansi (faktor B) yang terdiri

dari perendaman benih selama 1 jam dengan air panas dan 24 jam air dingin (B1);

perendaman air panas dan air dingin serta pengamplasan (B2); pengamplasan (B3)

dan tanpa perlakuan (B4). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali

dengan treeplot sebanyak 4. Dengan demikian terdapat 4 x 3 x 5 x 4 = 240

sampel. Adapun rancangan statistik untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

Model umum rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

(13)

keterangan :

I = 1.2.3 dan 4 j= 1 dan 2. K=1.2 dan 3

Yijk = pengamatan pada perlakuan ke-I dan perlakuan ke-j dan ulangan ke-k

μ = rataan umum

Ai = pengaruh faktor A pada taraf ke-i

Bi = pengaruh faktor B pada taraf ke-j

ABij = interaksi antara faktor A dengan faktor B

Єijk = pengaruh galat pada faktor A taraf ke-i. Faktor B taraf ke-j dan ulangan

ke-k

Kaidah keputusan yang harus diambil adalah sebagai berikut:

1. Jika F Hitung > F Tabel maka H1 diterima H0 ditolak

2. Jika F Hitung < F Tabel maka H1ditolak H0 diterima

Parameter yang diamati

Parameter yang diamati dalam perkecambahan benih ini adalah :

1 Pengamatan hari berkecambah dilakukan mulai dari saat benih ditanam

hingga benih berkecambah.

2 Persentase kecambah dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah

benih yang berkecambah dengan jumlah seluruh benih yang ditanam.

Persentase Kecambah = Jumlah benih yang berkecambah x 100%

Jumlah seluruh benih yang dikecambahkan

3. Pengamatan visual dilakukan dengan melihat penampilan fisik kecambah yang

dihasilkan pada 4 (empat) media kecambah yang berbeda selama waktu

(14)

Sub penelitian III

Pertumbuhan semai kemenyan pada media yang berbeda

Penelitian ini disusun menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan perlakuan media tanam. Media yang digunakan adalah top soil (A1), pasir

murni (A2), pasir dan top soil 1:1 (v/v) (A3), top soil dan kompos 1:1 (v/v) (A4).

Masing- masing perlakuan diulang sebanyak 5 (lima) ulangan dengan treeplot

sebanyak 3. Dengan demikian terdapat 4 x 5 x 3 = 60 sampel. Adapun rancangan

statistik untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

Yij = µ + αi + ∑ij

Keterangan :

Yij = Respon pengamatan pada perlakuan media tanam tarafke-i dan

ulanganke-j

µ = nilai rata-rata umum

αi = pengaruh perlakuan media tanam taraf ke-i

∑ij = sisaan acak dari satuan percobaan ulangan ke-j yang

Dikenai perlakuan media tanam taraf ke-i

i = 1.2.3....

j = 1.2.3....

Parameter yang diamati

1. Tinggi semai. Pengukuran tinggi bibit dilakukan setiap minggu selama 3

(15)

2. Diameter semai. Pengukuran diameter bibit dilakukan setiap minggu

selama 3 bulan.

3. Kekokohan semai. Kekokohan semai dihitung dengan membandingkan

tinggi akhir dan diameter akhir semai.

Kekokohan Semai = Tinggi semai akhir (cm)

Diameter semai akhir (cm)

4. Jumlah akar primer dan sekunder. Pengukuran jumlah akar dilakukan

pada akhir pengamatan.

5. Panjang akar primer dan sekunder. Pengukuran jumlah akar dilakukan

pada akhir pengamatan.

Perlakuan yang menunjukkan beda nyata selanjutnya diuji lanjut dengan uji

DMRT.

Penilaian / Skoring

Untuk mempermudah memberikan rekomendasi perlakuan terbaik maka

dilakukan penilaian skoring terhadap parameter yang diamati. Skor diberikan dari

1 - 4.

Skor 1 = Sangat rendah

Skor 2 = Sedang

Skor 3 = Tinggi

(16)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Morfologi Benih Kemenyan

Fenologi pembungaan

Kemenyan durame (Styrax benzoin Dryander) merupakan jenis kedua yang paling

banyak dibudidayakan di daerah Tapanuli setelah kemenyan Toba. Kemenyan

durame (Styrax benzoin Dryander) merupakan pohon yang berbunga dan berbuah

pada bulan Desember-Januari. Musim buah masak biasanya terjadi pada bulan

Juni – Agustus setiap tahunnya. Bunga kemenyan memiliki struktur majemuk.

Bunga –bunga tersusun dalam satu tandan atau malai (infloresence) dengan

jumlah bunga 5-12 buah dalam satu tandan. Terdapat kecenderungan bunga

bagian atas mekar terlebih dahulu, dilanjutkan dengan bunga di bagian bawahnya

(Rizlani,2015). Berdasarkan tipe, bentuk dan warna bunga dapat diidentifikasi

bahwa kemenyan durame memiliki tipe penyerbukan alami dengan bantuan

vektor serangga.

Benih

Benih kemenyan durame yang sudah masak fisiologis, ditandai dengan warna

kulit hijau tua dan warna tempurung berwarna coklat, sedangkan yang masih

muda ditandai dengan warna hijau muda dengan warna tempurung benih krem

keputihan. Secara morfologi, benih kemenyan durame berbentuk bulat gepeng dan

lonjong berukuran 2,5-3 cm sedangkan bijinya berukuran 15-19 mm. Buah

tersusun atas lapisan kulit luar yang keras seperti tempurung lapisan tengah dan

lapisan endosperm. Benih kemenyan bersifat rekalsitran sehingga cepat

mengalami penurunan viabilitas. Benih tersusun atas kulit biji bagian luar yang

(17)

ketebalan rata-rata 0,3 mm dan ketebalan kotiledon mencapai 0,8 cm. Adapun

keragaan benih kemenyaan Durame dapat dilihat pada Gambar 1 dan Tabel 1.

Gambar 1. Keragaan Benih kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander)

Tabel 1. Hasil pengukuran berat, diameter dan ketebalan kulit dan kotiledon benih

Biji ke- Berat (g) Diameter (cm) Tebal

Kulit Luar (cm) Endosperm (cm)

1 2,16 1,2 0,3 0,9

2 2,95 1,2 0,2 1

3 2,11 1,1 0,2 0,9

4 2,37 1 0,2 0,8

5 2,86 1 0,2 0,8

6 2,45 1,2 0,3 0,9

7 2,37 1 0,2 0,8

8 2,62 1,1 0,2 0,9

9 1,23 1,2 1 0,2

10 2,5 1 0,2 0,8

Rata-rata 2,36 1,1 0,3 0,8

Berdasarkan data sampel percobaan sebanyak 10 benih kemenyan durame,

diperoleh nilai berat benih satu buah benih kemenyan antara 1,23–2,95 gram,

dengan rata-rata berat sebesar 2,36 gram. Dengan demikian dapat diketahui

bahwasanya 1 kg benih kemenyan terdiri atas ± 435 benih kemenyan. Nilai

diameter benih kemenyan durame berkisar antara 1,0 cm – 1,20 cm dengan

(18)

berbagai sisi karena bentuk benih kemenyan durame tidak bulat sempurna.

Sedangkan nilai ketebalan tempurung yaitu antara 0,20 cm sampai dengan 1,0

cm, dengan rata-ratanya sebesar 0,30 cm. Nilai ketebalan endosperm berkisar 0,2

cm sampai 1,0 cm, dengan tebal rata-ratanyaadalah sebesar 0,80 cm.

Benih kemenyan merupakan benih rekalsitran yaitu benih cepat rusak (viabilitas /

daya kecambah menurun) apabila diturunkan kadar airnya, dan tidak tahan

disimpan pada suhu dan kelembaban rendah. Namun walaupun bersifat

rekalsitran benih kemenyan memiliki waktu berkecambah yang lama. Menurut

Jayusman (2014), kemenyan durame memiliki waktu berkecambah 2-3 bulan,

sedangkan kemenyan toba memiliki waktu berkecambah 8 bulan sampai 1 tahun.

Lamanya waktu berkecambah tersebut kemungkinan disebabkan karena tebalnya

lapisan tempurung yang dimiliki oleh kemenyan. Hal yang sama juga dijumpai

pada benih tanaman kehutanan lainnya seperti jati, panggal buaya, ganitri dan

kepuh. Tebal tempurung menjadi penyebab adanya dormansi mekanik pada

benih. Dormansi mekanis dapat terlihat ketika pertumbuhan embrio secarafisik

dihalangi struktur kulit benih yang keras. Imbibisi dapat terjadi tetapi radicle

tidak dapat membelah atau menembus kulitnya. Pada dasarnyahampir semua

benih yang mempunyai dormansi mekanis mengalami keterbatasan dalam

penyerapan air.

Dormansi benih dapat menguntungkan atau merugikan dalam penangananbenih.

Keuntungannya adalah bahwa dormansi mencegah benih dariperkecambahan

selama penyimpanan dan prosedur penanganan lain. Di satu sisi, apabila

dormansi sangat kompleks dan benih membutuhkan perlakuan awal yang khusus.

(19)

perkecambahan pada benih (Schmidth 2002). Berdasarkan permasalahan tersebut,

pada penelitian ini dilakukan beberapa teknik pematahan dormansi untuk

mengatasi permasalahan dormansi mekanik benih kemenyan, sehingga diharapkan

akan diperoleh persentase perkecambahan yang tinggi.

Teknik Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih Kemenyan

Durame.

Teknik pematahan dormansi

Menurut Schmidth (2002), dormansi benih menunjukkan suatu keadaan

benih-benih sehat (viable) gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara

normal baik untuk perkecambahan, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan

cahaya yang sesuai. Untuk mengatasi permasalahan dormansi benih,pada

penelitian ini dilakukan kegiatan skarifikasi dengan penggosokan benih dan

kegiatan stratifikasi melalui perendaman dalam air panas dan air dingin.

Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang diujikan yaitu A1B1 (media topsoil dan

perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam), A1B2 (media topsoil dengan

perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam dan pengamplasan), A1B3

(media topsoil dan pengamplasan, A1B4 (media topsoil tanpa perlakuan), A2B1

(media pasir dan perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam), A2B2

(media pasir dengan perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam dan

pengamplasan), A2B3 (media pasir dan pengamplasan, A2B4 (media pasir tanpa

perlakuan), A3B1 (media topsoil:pasir (1:1 v/v) dan perendaman air panas dan air

dingin selama 24 jam), A3B2 (media topsoil:pasir (1:1 v/v) dengan perendaman

(20)

topsoil:pasir (1:1 v/v) dan pengamplasan), A3B4 (media media topsoil:pasir (1:1

v/v) tanpa perlakuan).

Pengujian secara statistik dilakukan terhadap parameter jumlah kecambah dan

hari berkecambah benih kemenyan durame untuk mengetahui perlakuan yang

memberikan hasil terbaik. Rekapitulasi hasil sidik ragam, perkecambahan dengan

teknik pematahan dormansi yang berbeda menunjukkan bahwa perlakuan media,

teknik permatahan dormansi dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata

terhadap parameter jumlah kecambahdan hari berkecambah (Tabel 2).

Tabel 2.Rekapitulasi sidik ragam perkecambahan kemenyan durame.

Sumber Keragaman P value

Jumlah kecambah Hari berkecambah

Pematahan dormansi(A) 0,190 tn 0,234 tn

Media (B) 0,827tn 0,111 tn

Interaksi(A*B) 0,154 tn 0,425 tn

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05 ( ) ; * = berbeda nyata pada taraf uji 0,05;

**= berbeda nyata pada taraf uji 0,01

Hasil pengamatan visual menunjukkan hari berkecambah tercepat ditemui A2B2

(hari ke-11) sedangkan perkecambahan terlama diperoleh pada kombinasi

perlakuan A1B3 dan A3B1 (hari ke-60). Persentase perkecambahan yang

tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan A1B3 dan A2B2 (55%) sedangkan

kombinasi perlakuan yang menghasilkan persentase perkecambahan terendah

diperoleh pada kombinasi perlakuan A1B2 (10%). Adapun data perkecambahan

dan grafik kumulatif perkecambahan setiap minggu, disajikan pada Tabel 3 dan

(21)

Tabel 3.Hari Berkecambah dan Jumlah Kecambah Kemenyan Durame.

Gambar 2. Jumlah kecambah kumulatif (Minggu Setelah Semai)

Hari berkecambah tercepat dan jumlah kecambah terbanyakdiperoleh perlakuan

media pasir dengan perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam dan

pengamplasan. Terkait dengan media yang digunakan, Hartman dkk(1997)

menyatakan pasir merupakan media yang mudah tersedia bersih dan daya

(22)

media lain akan membuat pasir bersifat kasar sehingga memberikan hasil yang

baik, hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah kecambah yang lebih banyak dan

waktu kecambah yang lebih cepat. Media yang sesuai tersebut juga didukung

oleh proses pematahan dormansi yang sesuai. Kombinasi perendaman benih

dengan air panas dan air dingin 24 jam (metode stratifikasi), serta pengamplasan

(metode skarifikasi) ternyata mampu mempercepat perkecambahan benih.

Seperti diketahui, dormansi bisa disebabkan karena sifat fisik kulit benih, keadaan

fisiologis dari embrio, atau interaksi dari keduanya (Sadjad 1980). Penyebab

dormansi yang sangat meluas adalah karena pada beberapa jenis tanaman benih

memiliki organ tambahan berupa struktur penutup benih yang keras. Kulit benih

yang keras ini biasanya menyebabkan dormansi melalui satu dari tiga cara, adalah

kulit yang keras mungkin menyebabkan impermeabel terhadap air, gas atau

mungkin secara mekanik menekan perkembangan embrio (Yuniarti dan Djaman

2015).

Dormansi pada benih kemenyan disebabkan adanya dormansi mekanik karena

kulit yang tebal dan keras. Kulit benih yang tebal dan keras tersebut

menyebabkan tidak dapat ditembus oleh akar. Selain itu udara dan air yang

berperan dalam proses perkecambahan terhambat untuk masuk ke dalam

benih.Hal tersebut yang menghambat perkecambahan walaupun disemaikan pada

kondisi perkecambahan yang optimum.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan perendaman benih

(stratifikasi) dengan perendaman air panas dan dingin yang diikuti pengurangan

ketebalan benih dengan kegiatan pengamplasan (skarifikasi) mampu

(23)

dingin dapat melunakkan benih, sehingga dapat memacu kegiatan sel-sel dan

enzim serta naiknya respirasi. Menurut Schmidth (2002), air panas mematahkan

dormansi fisik pada leguminoseae melalui tegangan yang menyebabkan pecahnya

lapisan macrosclereid atau merusak tutup strophiolar. Dengan demikian proses

perombakan bahan makanan dapat berlangsung, sehingga menghasilkan energi

yang dapat diuraikan ke titik-titik tumbuh dan benih dapat berkecambah.

Perlakuan pengamplasan dapat mengurangi tebal benih. Dormansi mekanik

terjadi pada benih-benih yang berkulit keras seperti halnya pada benih kemenyan

(Jayusman 2014), angsana (Lensari 2009), merbau (Yuniarti 1997) dan panggal

buaya. Kandungan lignin yang tinggi pada benih diduga menyebabkan kulit

Kemenyan menjadi keras. Hal ini sesuai dengan fungsi lignin pada awal

pembentuan sel, yaitu menambah kekuatan struktural sel dan berperan sebagai

pelindung polisakarida dari hidrolisis enzim selulase (Fahn, 1992). Umumnya

lignin adalah bahan pertama yangmuncul di bahan intraseluler dan dinding

primer, kemudian bahan tersebut akan tersebar ke arah pusat menembus dinding

sekunder.Hasil ini juga sesuai dengan Jayusman (2014) yang menggunakan

penggosokan maupun pengikiran kulit benih dan perendaman dengan air panas

selama 1 jam dan air dingin 24 jam sebelum disemai mampu menghasilkan persen

kecambah 50-75%. Lebih lanjut Yuniarti dan Djaman (2015) menyatakan bahwa

perlakuan pendahuluan dengan skarifikasi telah terbukti mampu memecahkan

dormansi pada benih sengonbuto, merbau, mindi, dan kenari.

Perkecambahan benih

Proses perkecambahan benih kemenyan melewati tiga fase yaitu fase imbibisi,

(24)

radikula (Sutopo 2004). Sedangkan menurut Kozlowski dan Kramer (1960)

proses perkecambahan benih meliputi tujuh tahap yaitu penyerapan air secara

imbibisi, peningkatan pernapasan, peningkatan aktifitas enzim β dan α amilase

oleh GA3 digerakkan oleh H2O, pembelahan sel, degradasi cadangan makanan

oleh enzim β dan α amilase, peningkatan pembesaran dan pertumbuhan sel dan

translokasi cadangan makanan ke titik-titiktumbuh, dan pembentukan organ

makanan.

Kecambah yang dihasilkan pada penelitian ini merupakan kecambah normal.

Kecambah normal adalah kecambah yang memiliki semua struktur kecambah

yang penting berkembang baik. Kecambah normal dicirikan atas struktur yang

terdiri atas sistem perakaran, tunas aksial, kotiledon, dan kuncup terminal.

Panjang kecambah harus paling tidak dua kali panjang benih, dan kecambah harus

dalam keadaan sehat, sedangkan kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak

memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal (Sutopo

2004).

Hasil pengamatan proses perkecambahan menunjukkan, kemenyan memiliki

kecambah dengan tipe epigeal. Tipe epigeal dicirikan dengan kotiledon (keping

biji) terangkat ke permukaan tanah. Terangkatnya kotiledon tersebut disebabkan

karena hipokotil tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon terdesak

kepermukaan tanah. Proses perkecambahan benih kemenyan disajikan pada

Gambar 3. Proses perkecambahan benih diawali dengan pecahnya tempurung

pelindung benih (a), dilanjutkan dengan munculnya hipokotil (b, c), keluarnya

seluruh bagian hipokotil dan kotildon dari tempurung (d) sampai terbentuk

(25)

Gambar 3. Tipe Perkecambahan dan Proses Perkecambahan benih kemenyan

Kotiledon pada tipe epigeal terpisah satu sama lain dan menjadi daun pertama

yang berfotosintesis (paracotyledons) (Vogel, 1980). Paracotyledon ini secara

morfologi berbeda dengan daun sebenarnya, paracotyledon tidak berkembang

menjadi lebih besar, tidak mempunyai urat daun dan mempunyai struktur tidak

berdaging (fleshy), sejalan dengan perkembangan epikotil dan plamula,

paracotyledon kemudian gugur.

Pertumbuhan Semai Kemenyan Durame

Rekapitulasi Sidik Ragam Pertumbuhan Semai

Kesuburan media yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan

bibit tergantung pada komposisi media tumbuh. Media tumbuh yang baik adalah

media tumbuh yang porous sehingga akar dapat memperoleh udara dan air yang

a b c

(26)

cukup, serta mampu menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.

Pada penelitan ini media yang digunakan adalah tanah (A1), pasir murni (A2),

pasir dan top soil 1:1 (v/v) (A3), top soil dan kompos 1:1 (v/v) (A4). Hasil

rekapitulasi sidik ragam (Tabel 4), menunjukkan bahwa media pertumbuhan

berpengaruh nyata terhadap kekokohan semai, jumlah akar primer dan panjang

akar sekunder serta berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah akar sekunder.

Tabel 4. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh media terhadap pertumbuhan semai kemenyan 12 Minggu Setelah Tanam (MST)

Parameter Media P value

A1 A2 A3 A4

Pertambahan tinggi 18,84a 20,06a 21,21a 16,23a 0,58 Pertambahan diameter 0,11a 0,10a 0,11a 0,11a 0,53 Kekokohan Semai 38,31ab 41,07b 44,04b 31,18a 0,05 Jumlah akar primer 10,00b 9,00ab 9,00b 8,00a 0,04 Jumlah akar sekunder 20,60ab 22,00b 24,60c 19,40a 0,00 Panjang akar primer 9,51a 9,54a 8,24a 8,89a 0,80 Panjang akar sekunder 2,33ab 3,28b 1,90a 1,68a 0,02

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak padataraf 5 % Pertumbuhan semai kemenyan pada penelitian ini ditunjukkan dengan parameter

pertambahan tinggi semai, pertambahan diameter semai, kekokohan semai,

jumlah akar (primer dan sekunder) serta panjang akar (primer dan sekunder).

Keragaan semai hasil pertumbuhan pada media yang berbeda, disajikan pada

(27)

Gambar 4. Keragaan bibit kemenyan

Pertumbuhan Semai Kemenyan

Pertumbuhan semai pada penelitian ini, ditunjukkan dengan parameter

pertambahan tinggi tanaman, diameter tanaman, kekokohan semai, jumlah akar

(primer dan sekunder) dan panjang akar (primer dan sekunder).

a. Pertambahan Tinggi Tanaman

Pertambahan tinggi tanaman diperoleh dari selisih tinggi semai pada akhir

pegamatan dikurangi tinggi semai pada awal pengamatan (Gambar 5). Hasil

pengamatan pertambahan tinggi semai menunjukkan bahwa semai kemenyan

yang ditanampada media kombinasi top soil dan pasir (media A3) menghasilkan

(28)

Gambar 5. Hasil pengamatan pertambahan tinggi semai

Media kombinasi top soil dan pasir (A3) menghasilkan rata-rata pertambahan

tinggi tertinggi (21,21 cm). Sedangkan media kombinasi top soil dan kompos

(A4) menghasilkan rata-rata pertambahan tinggi terendah yaitu 16,23 cm (Gambar

6).

(29)

Hasil pengujian secara statistik (Tabel 4) memperlihatkan bahwa media

tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi semai. Hal tersebut

menunjukkan bahwa semua media yang digunakan pada penelitian ini mampu

menghasilkan respon pertambahan tinggi bibit yang baik. Hasil tersebut sesuai

dengan penelitian Jayusman (2014) yang mengemukakan bahwa kemenyan

mampu tumbuh dengan baik pada berbagai kondisi lahan kecuali tanah tergenang.

Media yang digunakan pada penelitian ini memiliki aerasi yang baik, sehingga

memungkinkan semai kemenyan dapat tumbuh dengan baik.

b. Diamater Semai

Nilai pertumbuhan diameter merupakan selisih antara pengukuran diameter akhir

dengan diameter awal pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui

bahwa media tanah dan kompos (A4) memiliki rata-rata pertambahan diameter

yang tertinggi (0,20 cm)sedangkan media pasir (A2) memiliki rata-rata

pertambahan diameter terendah sebesar 0,10 cm (Gambar 7).

Gambar 7. Histogram pertumbuhan diameter bibit kemenyan

(30)

yang digunakan pada penelitian ini menghasilkan nilai rerata diameter yang

hampir sama. Media tanam campuran pasir maupun tanah bersifat gembur dan

memiliki aerasi yang baik sehingga unsur hara yang ada pada media tanam akan cepat

terserap oleh akar tanaman yang nantinya akan mempercepat besarnya lingkar batang.

Menurut Heddy (2002), bahwa perbedaan kemampuan tanaman dalam

memanfaatkan faktor-faktor lingkungan seperti air, CO2, suhu, energi matahari

dan sebagainya, akan mempengaruhi kemampuan tanaman melakukan

fotosintesis, dengan demikian akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman,

terutama lingkar batang.

c. Kekokohan Semai

Kekokohan semai merupakan perbandingan antara tinggi terhadap diameter yang

diukur pada akhir pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa

media A3 memiliki nilai kekokohan rata-rata tertinggi yaitu sebesar 44,04

sedangkan media A4 memiliki nilai kekokohan rata-rata terendah yaitu sebesar

(31)

Gambar 8. Kekokohan semai kemenyan durame umur 12 minggu pada empat media tumbuh

Rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa media berpengaruh nyata terhadap

kekokohan semai. Nilai kekokohan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

media, bentuk container, kerapatan tanaman, faktor cekaman cahaya, dan air.

Adman (2011) mengatakan bahwa nilai kekokohan yang tinggi menunjukkan

kemampuan hidup yang rendah karena ketidak seimbangan tinggi dan diameter

dengan nilai baik antara 6,3- 10,8. Menurut Prianto dkk, (2006) dan Adinugraha

(2012) nilai kekokohan bibit yang baik /optimum adalah mendekati nilai 4-5.

Namun untuk standar mutu beberapa jenis bibit sesuai dengan SNI

01-5006-1-1999 nilai kekokohan semai optimal adalah 5,1 – 12 tergantung jenis bibit dan

mutu.

Pasir merupakan media yang sesuai di gunakan sebagai media penyemaian benih,

pertumbuhan bibit tanaman dan perakaran stek batang. Sifatnya yang kering akan

memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang sudah cukup umur untuk

di pindah tanamkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan

mempermudah tegaknya batang.Karena memiliki pori-pori makro, maka pasir

menjadi mudah basa dan cepat kering untuk proses penguapan. Ketahanan

terhadap proses pemisahan pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air dan

angin. Dengan demikian media pasir lebih membutuhkan pengairan dan

pemupukan yang lebih imtensif. Penggunaan pasir sering di kombinasikan

dengan campuran bahan organik seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik

yang di sesuaikan dengan jenis tanaman (Riandri, 2007).

(32)

Jumlah akar adalah akar (primer dan sekunder) yang dihitung pada akhir

pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa media A1 (tanah)

menghasilkan jumlah akar primer terbanyak (10 buah), sedangkan jumlah akar

primer paling sedikit diperoleh pada media A4 sebanyak 8 buah (Gambar 9).

Gambar 9. Histogram Jumlah Akar Primer

Sidik ragam (Tabel 4) menunjukkan bahwa media berpengaruh nyata terhadap

jumlah akar primer bibit kemenyan. Media tanah menghasilkan jumlah akar

terbanyak. Hal tersebut sesuai denganVillareal dan Donald (1969), disamping

memberikan dukungan secara fisik pada tanaman, tanah merupakan sumber

mineral dan air bagi tanaman. Kondisi tanah dan mineral dapat mempengaruhi

pertumbuhan tanaman. Lingkungan atmosfer harus tersedia pada kedalaman yang

cukup dalam tanah sehingga akar tanaman dapat memperoleh oksigen yang

dibutuhkan untuk respirasi secara langsung dari udara.

Jumlah rata-rata akar sekunder terbanyak diperoleh pada media A3 (pasir dan

(33)

pada media A4 yaitu 19 buah. Sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam

berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah akar sekunder semai dan media A3

menghasilkan jumlah akar sekunder terbanyak.

Gambar 10. Histogram Jumlah Akar Sekunder

Media tanam pasir memiliki keunggulan mudah dalam penggunaan dan dapat

meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir

bangunan merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.

Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir

menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan

konsistensi (ketahanan terhadap proses misahan) pasir sangat kecil sehingga

mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih

membutuhkan pengairan dan memupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang

menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.

Penggunaan pasir sebagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran

(34)

merupakan salah satu sumber daya alam yang paling penting. Sebab tanah

mempunyai dua fungsi utama, yaitu; (1) sebagai sumber hara bagi tumbuhan,dan

(2) sebagai matrik tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan, serta

sebagai tempat unsur-unsur hara dan air ditambatkan. Kedua fungsi tersebut

dapat menurun atau hilang, yang dikenal sebagai kerusakan tanah atau degradasi

tanah. Baik degradasi secara fisik maupun kimia. Pertumbuhan tanaman tidak

hanya tergantung pada persediaan unsur hara yang cukup dan seimbang tetapi

juga harus ditunjang oleh keadaan fisik tanah yang baik. Sifat fisik tanah

berpengaruh langsung terhadap mintakat perakaran, air dan udara tanah. Tanah

dan pasir memiliki kemampuan menahan air dan mengikat unsur hara rendah.

Aerasi yang baik dan pori makro cukup banyak pada tanah dan pasir mendukung

perkembangan akar tanaman dan mendukung respirasi yang dilakukan oleh akar

sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman (Kartasapoetra dkk,2010).

e. Panjang Akar

Panjang akar adalah akar (primer dan sekunder) dihitung pada akhir pengamatan.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa media A2 (pasir) menghasilkan

akar terpanjang (9,54 cm), sedangkan akar primer terpendek diperoleh pada

media A3yaitu 8,24 cm. Media A2 (pasir) menghasilkan akar sekunder

terpanjang (3,28 cm), sedangkan akar sekunder terpendek diperoleh pada media

(35)

Gambar 11. Histogram Panjang Akar Primer

Gambar 12. Histogram Panjang Akar Sekunder

Sidik ragam (Tabel 4) menunjukkan bahwa media tanam tidak berpengaruh nyata

terhadap panjang akar primer bibit, namun berpengaruh nyata terhadap panjang

akar sekunder bibit. Pasir merupakan media yang mudah tersedia bersih dan daya

rekatnya rendah serta memiliki porositas yang tinggi. Pasir tidak menyimpan

(36)

Penggunaan tunggal tanpa adanya campuran media lain akan membuat pasir

bersifat kasar sehingga memberikan hasil yang baik (Hartman dkk, 1997).

Penilaian /Skoring Hasil Pertumbuhan Semai Pada Media Yang Berbeda

Skoring hasil pertumbuhan semai pada Tabel 5 menunjukkan media pasir

memiliki total skor yang paling tinggi.

Tabel 5. Hasil skoring pertumbuhan semai pada media yang berbeda

Parameter Media

A1 A2 A3 A4 Tinggi semai 2 3 4 1 Diameter semai 2 3 2 4 Kekokohan semai 2 3 4 1 Jaumlah akar primer 4 2 3 1 Jumlah akar sekunder 2 3 4 1 Panjang akar primer 3 4 1 2 Panjang akar sekunder 3 4 2 1 Total skor 18 22 20 11

Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil skoring tinggi semai, kekokohan semai

dan jumlah akar sekunder yang paling tinggi adalah pada media A3, diameter

semai yang paling tinggi adalah pada media A4. Jumlah akar primer yang paling

tinggi adalah pada media A1, dan panjang akar primer dan sekunder yang paling

tinggi adalah pada media A2. Berdasarkan total jumlah skor dari media tersebut,

media yang memiliki jumlah skor terbanyak adalah pasir.

(37)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kemenyan durame memiliki benih yang berbentuk bulat lonjong dengan

diameter rata-rata 1,1 cm dan berat rata-rata benih 2,36 gram. Benih tersusun

atas bagian kulit luar yang berupa tempurung dengan ketebalan 0,3 cm, dan

endosperm dengan ketebalan 0,8 cm.

2. Pematahan dormansi dengan perlakuan perendaman air dingin selama 24 jam

dan air panas selama 1 jam diikuti pengamplasan pada media pasir

menghasilkan persentase perkecambahan tertinggi 55% dan hari berkecambah

tercepat (11 hari). Rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi

perlakuan pematahan dormansi dan media tidak berpengaruh nyata terhadap

hari dan persentase perkecambahan.

3. Rekapitulasi sidik ragam menunjukkan, media tidak berpengaruh nyata pada

parameter, tinggi semai, diameter semai, kekokohan semai dan panjang akar

primer namun berpengaruh nyata pada jumlah akar primer dan sekunder serta

panjang akar sekunder. Hasil pengamatan menunjukkan media pasir

menghasilkan parameter pertumbuhan terbaik dibanding media yang lain.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai teknik pematahan dormansi dengan

berbagai perlakuan. Perlakuan tersebut diantaranya dengan perendaman

(38)

TINJAUAN PUSTAKA

Kemenyan (Styrax spp)

Jayusman dkk, (1999) menyatakan bahwasanya pohon kemenyan termasuk ke

dalam ordo Ebenales, famili Styracaceae dan genus styrax. Terdapat 7 (tujuh)

jenis kemenyan yang menghasilkan getah tetapi hanya 4 jenis yang secara umum

lebih dikenal dan bernilai ekonomis yaitu: (a) kemenyan durame (S. benzoine

DRYAND), (b) kemenyan bulu (S. benzoine var. hiliferum), (c) kemenyan toba

(S. sumatrana J.J.Sm) dan (d) kemenyan siam (S. tokinensis). Tetapi jenis

kemenyan toba dan durame yang paling umum dibudidayakan secara luas di

Sumatera Utara. Klasifikasi tanaman kemenyan (Styrax spp) dalam sistematika

tumbuhan dapat disusun sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dikotiledonae

Ordo : Ebeneles

Famili : Styraceae

Genus : Styrax

Spesies : Styrax benzoin Dryander

Secara morfologis tanaman kemenyan memiliki ciri-ciri yaitu: habitusnya berupa

pohon besar, tinggi dapat mencapai 24-40 m dengan diameter 60-100 cm. Batang

lurus dengan percabangan sedikit. Kulit beralur tidak terlalu dalam (3-7 mm) dan

kulit berwarna merah anggur. Batangnya mengandung resin yang bila dibakar

berbau wangi. Daunnya tersusun spiral. Bunganya berbentuk tandan dan berbau

(39)

lebih. Kulit bagian dalam lunak, berwarna coklat sampai merah, merah muda atau

merah keunguan (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999)

Kemenyan berdaun tunggal dan tersusun secara spiral, daun berbentuk oval bulat,

bulat memanjang (ellips) dengan dasar daun bulat dan ujung runcing. Panjang

daun dapat mencapai 4-15 cm dengan lebar daun 5-7,5 cm, tangkai daun 5-13 cm,

helai daun mempunyai nervi 7-13 pasang. Helai daun halus, permukaan bawah

agak mengkilap berwarna putih sampai abu-abu. Warna daun jenis toba lebih

gelap kecoklatan dan lebih tebal dibandingkan jenis durame (Jayusman dkk,

1999).

Bunga kemenyan berkelamin dua dimana bunganya bertangkai panjang antara

6-11 cm, daun mahkota bunga 9-12 helai dengan ukuran 2-3,5 mm. Buah masak

berbentuk bulat sampai agak gepeng, berdiameter 2-3,8 cm (Jayusman dkk, 1999).

Buah kemenyan berbentuk bulat gepeng dan lonjong berukuran 2,5-3 cm. Biji

kemenyan berukuran 15-19 mm, bijinya berwarna coklat keputihan. Biji

kemenyan terdapat di dalam daging buah yang cukup tebal dan keras

(Jayusman dkk, 1999).

Potensi dan Penyebaran Kemenyan

Pohon kemenyan tersebar di beberapa negara antara lain Malaysia, Thailand,

Indonesia dan Laos. Di Indonesia jenis ini terdapat di Sumatera, Jawa dan

Kalimantan Barat. Di pulau Sumatera kemenyan dijumpai secara alami di pantai

barat, hidupnya berkelompok dan berasosiasi dengan pohon lain. Selain itu pohon

ini dijumpai di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Di Sumatera Utara terdapat

beberapa kabupaten penghasil kemenyan, seperti Dairi, Tapanuli Utara, Tapanuli

(40)

secara luas di daerah Tapanuli (Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli

Tengah) dan Kabupaten Dairi (Jayusman dkk, 1999).

Tanaman kemenyan tersebar di seluruh kecamatan Tapanuli Utara seperti di

Kecamatan Parmonangan, Adiankoting, Sipoholon, Tarutung, Siatasbarita,

Pahaejulu, Purbatua, Simangumban, Pangaribuan, Garoga, Sipahutar,

Siborong-borong, Pagaran, dan Muara. Luas tanaman kemenyan diseluruh kecamatan

Tapanuli Utara pada tahun 2007 seluas 16,395.00 Ha dengan hasil produksi

261,85 ton, pada tahun 2008 seluas 16,413.50 Ha dengan hasil produksi 260,73

ton, pada tahun 2009 seluas 16,413.00 Ha dengan hasil produksi 260,73 ton , pada

tahun 2010 seluas 16,181.50 Ha dengan hasil produksi 260,23 ton dan pada tahun

2011 seluas 16,208,50 Ha dengan hasil produksi 260,23 ton (Sumber: Kabupaten

Tapanuli Utara Dalam Angka, 2012).

Manfaat dan Kegunaan Kemenyan

Pohon kemenyan prospektif dikembangkan untuk tanaman hutan rakyat, hutan

kemasyarakatan, rehabilitasi lahan, sekat bakar, penghara industri pulp, maupun

untuk pohon ornamen. Selain itu kayunya dapat digunakan untuk bangunan

rumah dan jembatan serta akarnya mengandung cairan berwarna

kemerah-merahan yang berfungsi sebagai insektisida (Pinyopusarerk, 1994).

Pengolahan kemenyan saat ini masih dilakukan secara tradisional tanpa ada

pengolahan lanjut dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas. Kemenyan yang

dipasarkan baik lokal maupun ekspor pada umumnya masih berupa bahan mentah

(raw material). Pengolahan kemenyan menjadi bentuk barang setengah jadi

(semifinal goods) atau barang jadi (final goods) berupa hasil-hasil ekstrak sesuai

(41)

Utara. Pemanfaatan kemenyan yang diketahui oleh masyarakat secara umum

masih terbatas pada penggunaannya untuk industri rokok dan kegiatan tradisional

atau religius (Sasmuko, 2003).

Sebagian besar kegunaan lainnya adalah sebagai bahan baku dalam industri antara

lain industri parfum, farmasi, obat-obatan, kosmetik, sabun, kimia dan industri

pangan. Ekstraksi kemenyan dapat menghasilkan beberapa senyawa kimia yang

diperlukan oleh industri farmasi, antara lain asam balsamat, asam sinamat, benzyl

benzoat, sodiumbenzoat, benzophenone, dan ester aromatis (Sasmuko,2003)

Perbanyakan Tanaman Kemenyan

Perbanyakan tanaman kemenyan dapat dilakukan dengan secara generatif dan

vegetatif. Kurniawati dan Danu (2014) telah berhasil memperbanyak tanaman

kemenyan secara vegetatif dengan stek dan mampu menghasilkan presentase stek

berakar sebesar 83,54 % yang dihasilkan oleh stek dari bibit umur 4 bulan dengan

tanpa pemberian ZPT IBA. Elimasni (2005) telah melakukan perbanyakan bibit

kemenyan dengan teknik kultur jaringan dan menghasilkan presentase

keberhasilan yaitu 50-83%.

Perbanyakan generatif kemenyan

Perbanyakan generatif adalah perbanyakan tanaman dari bahan yang berasal dari

biji. Perbanyakan generatif dapat dilakukan dengan mudah dan murah bila biji

pohon tersedia secara melimpah, tingkat kemudahan penanganan benih amat

ditentukan oleh karakteristik fisiologis biji dari setiap jenis pohon.

Perkecambahan benih adalah proses pembentukan organ tumbuhan yang berasal

(42)

pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan embrionik di dalam biji untuk

kemudian membentuk bibit (seedling). Secara morfologis suatu biji yang sedang

berkecambah (germinate) umumnya ditandai dengan terlihatnya akar (radikula)

atau daun (plumula) yang menonjol keluar dari biji.

Selain perlakuan pendahuluan, media tumbuh juga merupakan elemen penting

bagi tumbuhan karena merupakan tempat berjangkarnya akar, penopang batang

agar dapat berdiri kokoh dan juga sebagai sumber hara dan mineral yang

diperlukan bagi keberlangsungan hidupnya. Media tumbuh yang baik harus

memenuhi persyaratan fisik (tekstur, strutur, porositas dan kosistensi) dan kimia

(pH unsur hara mikro dan makro). Media yang sering digunakan untuk

perkecambahan adalah tanah dan pasir.

a. Tanah

Tanah yang baik untuk usaha penanaman adalah tanah yang mampu berfungsi

baik untuk penopang mekanis, mampu menahan air sesuai keperluan tumbuhan,

mampu menyerap kelebihan air (porous), menjamin terjadinya pertukaran gas

(aerasi) yang baik serta mampu menyediakan unsur hara yang diperlukan untuk

pertumbuhan tumbuhan. Tanah harus subur, tidak asam atau basa, dalam,dan

berdrainase baik agar terhindar dari terendam air, tetapi cukup menyimpan air

sehingga tidak terjadi kekeringan.

b. Pasir

Pasir merupakan media yang mudah tersedia bersih dan daya rekatnya rendah.

Pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga membutuhkan frekuensi

(43)

akan membuat pasir bersifat kasar sehingga memberikan hasil yang baik

(Hartman dkk,1997).

c. Kompos

Kompos merupakan bahan organik yang berfungsi sebagai pupuk. Selain itu

dapat memperbaiki sifat fisik tanah karena tanah remah dan mikroba-mikroba

tanah yang bermanfaat dapat hidup dengan subur (Wudianto, 1998). Bahan

organik yang telah terkompos dengan baik mempunyai banyak peranan antara lain

memperbesar daya ikat tanah yang berpasir sehingga struktur tanah akan lebih

baik, Memper tinggi kemampuan tanah untuk menyerap air dan menyediakannya

untuk kepentingan tumbuhan, memperbaiki drainase dan tata udara tanah serta

mempertinggi daya ikat tanah terhadap hara sehingga tidak mudah larut oleh air

hujan atau pengairan.

Dormansi Benih

Dormansi benih dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan benih hidup untuk

berkecambah pada suatu kisaran keadaan yang luas yang dianggap

menguntungkan untuk benih tersebut. Dormansi dapat terjadi karena tidak

mempunyai benih secara total untuk berkecambah atau hanya karena

bertambahnya kebutuhan yang khusus untuk perkecambahnnya (Byrd, 1968).

Menurut Schmidth (2002), dormansi benih menunjukkan suatu keadaan

benih-benih sehat (viable) gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara

normal baik untuk perkecambahan, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan

cahaya yang sesuai. Gardner dkk (1991) mengemukakan bahwa tekanan seleksi

selama ribuan tahun pembudidayaan sebenarnya menghilangkan dormansi pada

(44)

setelah pemasakan dan pengeringan, atau pengawetan dengan pengeringan.

Tanaman budidaya yang lama belum dibudidayakan seringkali menunjukkan

dormansi sampai tingkat tertentu dan memerlukan kondisi khusus atau waktu

penyimpanan yang lebih panjang sebelum berkecambah.

Perlakuan awal atau perlakuan pendahuluan merupakan istilah yang digunakan

untuk kondisi atau proses yang diterapkan pada pematahan dormansi untuk

perkecambahan. Perlakuan awal dilakukan untuk menjamin bahwa benih akan

berkecambah, dan bahwa perkecambahan berlangsung cepat dan seragam.

Metode perlakuan awal sering harus disesuaikan dengan individu jenis benih

berdasarkan pengalaman dan percobaan-percobaan. Perlakuan awal umumnya

dilakukan sesaat sebelum penaburan misalnya setelah penyimpanan karena

dormansi umumnya memperpanjang daya simpan. Berdasarkan beberapa

permasalahan tersebut penelitian mengenai perbanyakan generatif tanaman

kemenyan perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan ketersediaan bibit

kemenyan yang berkualitas. Jayusman (1997) mencoba meningkatkan

persentase kecambah dengan cara dilakukannya upaya stratifikasi.

Teknik stratifikasi ditujukan untuk memecahkan dormansi embrio melalui

perendaman dan pemanasan bertahap. Seleksi benih dilakukan dengan terlebih

dahulu merendam dalam air dingin, benih yang terapung dibuang. Salah satu cara

stratifikasi benih adalah dengan perendaman sebelum penggosokan maupun

pengikiran kulit benih dan perendaman dengan air panas selama 1 jam dan air

dingin 24 jam sebelum disemai mampu menghasilkan persen kecambah 50-75%.

Teknik skarifikasi adalah salah satu proses yang dapat mematahkan dormansi

(45)

dilakukan pada perlakuan skarifikasi yaitu pengamplasan, pengikiran dan

pemotongan. Skarifikasi memungkinkan air masuk kedalam benih untuk

(46)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegiatan pelestarian dan peningkatan kualitas tanaman hutan perlu mendapat

perhatian, terutama terhadap tanaman yang dapat menghasilkan produk bukan

kayu dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Satu diantara tanaman hutan yang sangat

penting untuk dikembangkan dan dibudidayakan adalah kemenyan durame

(Styrax benzoin Dryander) karena menghasilkan getah kulit yang disebut

kemenyan dan mengandung senyawa bioaktif sebagai bahan baku obat. Tanaman

ini tumbuh dengan baik di hutan Sumatera Utara, khususnya di tiga Kabupaten

yaitu Tapanuli Utara, Dairi dan Toba Samosir (Sianipar dan Simanjuntak, 2000).

Kemenyan adalah sejenis getah yang dihasilkan oleh pohon kemenyan (Styrax

spp) melalui proses penyadapan. Sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu getah

kemenyan dapat diolah dan dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan. Sesuai

peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut/2007 tentang hasil hutan

bukan kayu, kemenyan ditetapkan sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu

(HHBK) nabati yang masuk dalam kelompok resin.

Permasalahan yang terdapat dalam keberlanjutan produksi kemenyan (Styrax spp)

yaitu keadaan pasar yang tidak stabil, banyaknya tanaman yang tidak produktif,

regenerasi alami yang rendah sehingga diperlukan usaha untuk meningkatkan

keberlanjutan produksi bibit. Walaupun kemenyan sudah termasuk komuditas

unggulan dari Tapanuli, akan tetapi budidaya kemenyan belum dilakukan dengan

baik. Pohon kemenyan yang diproduksi dari Tapanuli Utara masih berasal dari

kemenyan yang tumbuh secara liar di hutan alam. Budidaya kemenyan dalam

(47)

ini menyebabkan usaha budidaya kemenyan menjadi sulit dilakukan. Dengan

demikian apabila budidaya kemenyan tidak dilakukan, diperkirakan tanaman ini

akan mengalami kepunahan (Elimasni, 2005).

Permasalahan lain dalam penyediaan benih kemenyan adalah dormansi benih.

Benih kemenyan memiliki sifat dorman 2-3 bulan sebelum berkecambah, karakter

dorman tersebut sangat dipengaruhi oleh tebal dan kerasnya kulit benih. Secara

alami benih kemenyan durame memerlukan waktu berkecambah antara 3 sampai

6 bulan. (Jayusman, 2014). Menurut Schmidth (2002) benih kemenyan

memiliki kulit yang tebal dan keras, sehingga diperlukan adanya kegiatan

pematahan dormansi untuk mempercepat proses perkecambahannya. Terdapat 2

(dua) macam metode pematahan dormansi benih yaitu stratifikasi dan skarifikasi

benih. Teknik stratifikasi ditujukan untuk memecahkan dormansi embrio melalui

perendaman dan pemanasan bertahap. Teknik skarifikasi menggunakan

pendekatan fisik dan kimia untuk memecahkan dormansi kulit biji. Beberapa

metode perlakuan pendahuluan benih kemenyan telah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya.

Hasil penelitian Jayusman (2014) teknik skarifikasi dan stratifikasi benih

kemenyan toba dengan penggosokan maupun pengikiran kulit benih dan

perendaman dengan air panas selama 1 jam dan air dingin 24 jam sebelum

disemai mampu menghasilkan persen kecambah 50 - 75%. Hasil penelitian lain

yang dilakukan oleh Cengizz (2011) pada Styrax officcinalis dengan

menggunakan metode perendaman dan pemecahan tempurung benih

(48)

perendaman air panas selama 1 bulan, diikuti perendaman dengan air dingin

selama 2 bulan, untuk memperoleh persentase kecambah 80% (Roh dkk, 2004).

Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan untuk memberikan

informasi terkait dengan morfologi benih, teknik pematahan dormansi yang paling

sesuai untuk benih kemenyan dan peluang keberhasilannya secera generatif.

Dengan diketahuinya informasi tersebut diharapkan dapat memberikan solusi

untuk permasalahan ketersediaan bibit.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh informasi mengenai morfologi benih kemenyan.

2. Untuk memperoleh informasi mengenai teknik pematahan dormansi yang

menghasilkan persentase perkecambahan tertinggi.

3. Untuk memperoleh informasi mengenai kualitas bibit yang dihasilkan dari

perbanyakan generatif dan media yang sesuai untuk pertumbuhannya.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan masukan bagi pemerintah kabupaten dalam mengembangkan

potensi daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang hidup

berdampingan langsung dengan kawasan hutan.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang ingin mengembangkan usaha

di bidang budidaya tanaman kemenyan dan menjadi referensi bagi pihak- pihak

(49)

ABSTRACT

FATMA SAFIRA. Seed Morphology, Breaking Dormancy and Seed Germination

of Kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander). Supervised by ARIDA SUSILOWATI dan KANSIH SRI HARTINI.

The research on kemenyan durame (Styrax benzoin Dryander) seed morphology, breaking dormancy and seed germination was carried out in order to solve the problem of kemenyan seedling stock/supply problem. The objectives of this research were : 1). To get information about seed morphology of kemenyan durame; 2). To get information about breaking dormancy and its germination percentage; 3). To get information about seedling quality and its suitable growing media. This research were divided into tree parts namely observation of seed morphology (part 1), breaking dormancy using scarification and stratification technique (part 2) and seedling growth on different planting media (part 3). Research on seed morphology carried out through direct observation and measurement. While research on breaking dormancy was arranged by Factorial Randomized Completely Design with 5 replications and four tree plot (part 2). Randomized Completely Design using 5 replication and 3 tree plot was used for seedling growth measurement. The result showed that morphology of kemenyan durame as follow: oval shape, 1,1 cm diameter widts, 2,36 g weight, 0,3 cm outher shell thickness and 0,8 cm endosperm thickness. Analysis of variance using statistical software showed that breaking dormancy and germination media, not significantly affected germination percentage and day of germination. But treatment with immersion for 24 hours in warm water following by 1 hours hot water and sanding, resulting the highest germination percentage (55%) and fastest germinate (11 days). Result on seedling grow analysis showed that medium treatment affected seedling firm, secondary root lenght and number of primary and secondary root. Sand medium produced the best growth parameters compared to the others.

(50)

ABSTRAK

FATMA SAFIRA. Morfologi Benih, Pematahan Dormansi dan Perkecambahan

Benih Kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander). Dibimbing oleh

ARIDA SUSILOWATI dan KANSIH SRI HARTINI.

Penelitian morfologi benih, pematahan dormansi dan perkecambahan benih kemenyan dilakukan dalam rangka memberikan solusi terhadap permasalahan benih penyediaan bibit kemenyan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: (1). Mendapatkan informasi mengenai morfologi benih kemenyan durame; (2). Mendapatkan informasi mengenai teknik pematahan dormansi yang menghasilkan persentase perkecambahan tertinggi dan (3). Mendapatkan informasi mengenai kualitas bibit yang dihasilkan dan media terbaik untuk pertumbuhan. Penelitian ini terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengamatan morfologi benih (sub 1), pematahan dormansi dengan menggunakan teknik skarifikasi dan stratifikasi (sub 2) dan pengamatan pertumbuhan semai pada media yang berbeda (sub 3). Penelitian dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran langsung secara acak terhadap 10 benih (sub 1), sedangkan pada teknik pematahan dormansi digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan 5 ulangan dan 4 tree plot (sub 2) dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) sederhana dengan 5 ulangan dan 3 tree plot pada pengamatan pertumbuhan bibit (sub 3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara morfologi kemenyan durame memiliki bentuk bulat lonjong dengan rata-rata diameter 1,1 cm, berat benih 2,36 g, tebal tempurung 0,3 cm dan tebal endosperm 0,8 cm. Sidik ragam menunjukkan perlakuan pematahan dormansi dan media perkecambahan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kecambah dan hari berkecambah. Namun hasil pengamatan menunjukkan perlakuan perendaman air dingin selama 24 jam dan air panas selama 1 jam diikuti pengamplasan pada media pasir menghasilkan persentase perkecambahan tertinggi 55% dan hari berkecambah tercepat (11 hari). Pertumbuhan semai menunjukkan media berpengaruh nyata terhadap kekokohan semai, panjang akar sekunder dan jumlah akar primer dan sekunder. Media pasir menghasilkan parameter parameter pertumbuhan terbaik dibanding media yang lain.

Kata kunci : kemenyan, benih, morfologi, dormansi, media

(51)

MORFOLOGI BENIH, PEMATAHAN DORMANSI DAN

PERKECAMBAHAN BENIH KEMENYAN DURAME

(Styrax benzoin Dryander)

SKRIPSI

Oleh: Fatma Safira

121201007 BUDIDAYA HUTAN

Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(52)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Morfologi Benih, Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih Kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander)

Nama : Fatma Safira

NIM : 121201007

Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Arida Susilowati, S.Hut., M.Si Dr. Kansih Sri Hartini,S.Hut.,MP

Ketua Anggota

Mengetahui

(53)

ABSTRACT

FATMA SAFIRA. Seed Morphology, Breaking Dormancy and Seed Germination

of Kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander). Supervised by ARIDA SUSILOWATI dan KANSIH SRI HARTINI.

The research on kemenyan durame (Styrax benzoin Dryander) seed morphology, breaking dormancy and seed germination was carried out in order to solve the problem of kemenyan seedling stock/supply problem. The objectives of this research were : 1). To get information about seed morphology of kemenyan durame; 2). To get information about breaking dormancy and its germination percentage; 3). To get information about seedling quality and its suitable growing media. This research were divided into tree parts namely observation of seed morphology (part 1), breaking dormancy using scarification and stratification technique (part 2) and seedling growth on different planting media (part 3). Research on seed morphology carried out through direct observation and measurement. While research on breaking dormancy was arranged by Factorial Randomized Completely Design with 5 replications and four tree plot (part 2). Randomized Completely Design using 5 replication and 3 tree plot was used for seedling growth measurement. The result showed that morphology of kemenyan durame as follow: oval shape, 1,1 cm diameter widts, 2,36 g weight, 0,3 cm outher shell thickness and 0,8 cm endosperm thickness. Analysis of variance using statistical software showed that breaking dormancy and germination media, not significantly affected germination percentage and day of germination. But treatment with immersion for 24 hours in warm water following by 1 hours hot water and sanding, resulting the highest germination percentage (55%) and fastest germinate (11 days). Result on seedling grow analysis showed that medium treatment affected seedling firm, secondary root lenght and number of primary and secondary root. Sand medium produced the best growth parameters compared to the others.

(54)

ABSTRAK

FATMA SAFIRA. Morfologi Benih, Pematahan Dormansi dan Perkecambahan

Benih Kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander). Dibimbing oleh

ARIDA SUSILOWATI dan KANSIH SRI HARTINI.

Penelitian morfologi benih, pematahan dormansi dan perkecambahan benih kemenyan dilakukan dalam rangka memberikan solusi terhadap permasalahan benih penyediaan bibit kemenyan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: (1). Mendapatkan informasi mengenai morfologi benih kemenyan durame; (2). Mendapatkan informasi mengenai teknik pematahan dormansi yang menghasilkan persentase perkecambahan tertinggi dan (3). Mendapatkan informasi mengenai kualitas bibit yang dihasilkan dan media terbaik untuk pertumbuhan. Penelitian ini terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengamatan morfologi benih (sub 1), pematahan dormansi dengan menggunakan teknik skarifikasi dan stratifikasi (sub 2) dan pengamatan pertumbuhan semai pada media yang berbeda (sub 3). Penelitian dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran langsung secara acak terhadap 10 benih (sub 1), sedangkan pada teknik pematahan dormansi digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan 5 ulangan dan 4 tree plot (sub 2) dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) sederhana dengan 5 ulangan dan 3 tree plot pada pengamatan pertumbuhan bibit (sub 3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara morfologi kemenyan durame memiliki bentuk bulat lonjong dengan rata-rata diameter 1,1 cm, berat benih 2,36 g, tebal tempurung 0,3 cm dan tebal endosperm 0,8 cm. Sidik ragam menunjukkan perlakuan pematahan dormansi dan media perkecambahan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kecambah dan hari berkecambah. Namun hasil pengamatan menunjukkan perlakuan perendaman air dingin selama 24 jam dan air panas selama 1 jam diikuti pengamplasan pada media pasir menghasilkan persentase perkecambahan tertinggi 55% dan hari berkecambah tercepat (11 hari). Pertumbuhan semai menunjukkan media berpengaruh nyata terhadap kekokohan semai, panjang akar sekunder dan jumlah akar primer dan sekunder. Media pasir menghasilkan parameter parameter pertumbuhan terbaik dibanding media yang lain.

Kata kunci : kemenyan, benih, morfologi, dormansi, media

(55)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Perbaungan pada tanggal 05 Juni 1994 dari Ayah

Mansyur Rahman dan Ibu Eni Darlina S.Pd. Penulis merupakan anak kedua dari

empat bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SD Negeri No. 101930 Perbaungan. Tahun

2009 penulis lulus dari SMP Negeri 1 Perbaungan. Tahun 2012 penulis lulus dari

SMA Negeri 1 Perbaungan, pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian SNMPTN ( Seleksi Nasional

Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Penulis memilih Program Studi Kehutanan.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif sebagai anggota Rain

Forest Community. Penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan

( EH) pada tahun 2014 di Pulau Sembilan, Kecamatan Pangkalan Susu,

Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan

(PKL) di PT. Arara Abadi Sinarmas Forestry, di Distrik Tapung, Kecamatan

Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, Riau dari tanggal 26 Januari sampai 24

Gambar

Gambar 1.  Keragaan Benih kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander)
Tabel 3.Hari Berkecambah dan Jumlah Kecambah Kemenyan Durame.
Gambar 3.  Tipe Perkecambahan dan Proses Perkecambahan benih kemenyan
Tabel 4. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh media terhadap pertumbuhan semai       kemenyan 12 Minggu Setelah Tanam (MST)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa berbagai perlakuan pematahan dormansi terhadap benih pasak bumi (E. longifolia) memberi pengaruh yang nyata terhadap seluruh

Keefektifan metode pematahan dormansi pada kulit benih yang keras tidak hanya dapat dilihat dari hasil uji tolok ukur vigor dan viabilitas benih. Jumlah benih keras yang

Tabel 14 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan pematahan dormansi benih Angsana berpengaruh sangat nyata terhadap parameter daya berkecambah, nilai perkecambahan, kecepatan

pada salah satu sisi benih dapat meningkatkan persentase daya berkecambah hingga &gt;90% dan merupakan teknik pematahan dormansi yang mampu meningkatkan daya berkecambah pada

Dormansi pada benih delima dapat diatasi dengan perlakuan

4.2.4 Perbandingan metode pemecahan dormansi skarifikasi dengan stratifikasi Lopez dkk (2011) menyatakan bahwa dormansi benih dianggap sebagai kegagalan benih

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur panen benih 28 minggu setelah antesis, sortasi dengan larutan gula 15% atau air, dan kombinasi pematahan dormansi benih dipanaskan

Studi Teknik Pematahan Dormansi dan Media Perkecambahan Terhadap Viabilitas Benih Aren 8 Rofik dan Murniati (2008) menyatakan bahwa perlakuan deoperkulasi benih