• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penataan City Walk Pada Pasar Petisah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penataan City Walk Pada Pasar Petisah"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Tampak dari Jl. Kota Baru

(4)

Jalan Kota Baru

Kondisi saat ini Sumber : Pribadi

Usulan Citywalk Sumber : Pribadi

Kondisi saat ini Sumber : Pribadi

(5)

Kondisi saat ini Sumber : Pribadi

Usulan Citywalk Kondisi saat ini

(6)

Jalan Rotan Proyek

Kondisi saat ini Sumber : Pribadi

Kondisi saat ini Sumber : Pribadi

(7)

Jalan Rotan

Kondisi saat ini Sumber : Pribadi

(8)

Kondisi saat ini Sumber : Pribadi

Kondisi saat ini Sumber : Pribadi

Usulan Citywalk Sumber : Pribadi

(9)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur Jalan Dr.T.Mansyur No. 9 Kampus USU,

Telp. 8214033, 8214210, Fax. 8211822, 8211633

MEDAN - 2016

FORMAT KUESIONER (PEMBELI)

PENATAAN CITY WALK PADA PASAR PETISAH

Saya mahasiswa jurusan Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara. Dalam hal ini sedang melakukan penelitian dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Skripsi. Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui potensi serta masalah-masalah yang ada di Pasar Petisah, Medan. Hasil kuisioner ini tidak dipublikasikan melainkan untuk kepentingan penelitian semata. Atas bantuan, kesediaan waktu, dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

DATA RESPONDEN

1. No. Responden : (diisi oleh peneliti)

2. Nama :

3. Alamat :

4. Jenis Kelamin :  Pria  Wanita

5. Usia :

(10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur Jalan Dr.T.Mansyur No. 9 Kampus USU,

Telp. 8214033, 8214210, Fax. 8211822, 8211633

MEDAN - 2016

1. Menurut pendapat saudara, manakah yang keadaannya paling rusak dari :

Jl. Kota Baru Jl. Rotan

 Trotoar  Trotoar

 Jalan raya  Jalan

 Tempat parkir  Tempat Parkir

 Pedagang kaki lima  Pedagang kaki lima

Jl. Razak Baru Jl. Gatot Subroto

 Trotoar  Trotoar

 Jalan raya  Jalan raya

 Lokasi parkir  Lokasi Parkir

 Pedagang kaki lima  Pedagang kaki lima

2. Menurut pendapat saudara, apakah yang menjadi daya tarik dari Pasar Petisah dan yang membedakannya dari pasar tradisonal lainnya?

 Mudah dicapai dari segala arah  Barang dagangannya lebih lengkap

 Tempatnya lebih nyaman dibanding pasar-pasar lainnya

3. Jenis transportasi apa yang biasa anda gunakan menuju Pasar Petisah ?  Kendaraan pribadi

(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur Jalan Dr.T.Mansyur No. 9 Kampus USU,

Telp. 8214033, 8214210, Fax. 8211822, 8211633

MEDAN - 2016

Berilah tanda check () pada pilihan jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Tidak ada jawaban benar atau salah.

1. Bagaimanakah kondisi trotoar yang sekarang ini ?

Jl. Kota Baru Jl. Rotan

 Berlubang  Bersih  Berlubang Bersih  Licin  Lebar  Licin  Lebar

 Sempit  Sempit

 Kotor  Kotor

Jl. Razak Baru Jl. Jend. Gatot Subroto  Berlubang  Bersih  Berlubang  Bersih  Licin  Lebar  Licin  Lebar

 Sempit  Sempit

 Kotor  Kotor

2. Bagaimanalah kondisi parkir kendaraan sekarang ini ?

 Sempit  Teratur

 Campur-campur  Lebar

 Semraut  Sudah cukup

3. Daerah manakah yang paling macet ?  Jl. Kota Baru

 Jl. Rotan  Jl. Razak Baru

 Jl. Jend. Gatot Subroto

4. Kegiatan apa yang biasa anda lakukan di :

Jl. Kota Baru Jl. Rotan

(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur Jalan Dr.T.Mansyur No. 9 Kampus USU,

Telp. 8214033, 8214210, Fax. 8211822, 8211633

MEDAN - 2016

Jl. Razak Baru Jl. Jend.Gatot Subroto

 Kuliner  Kuliner

 Belanja pakaian  Belanja pakaian

 Belanja sembako  Belanja sembako

 Belanja peralatan rumah tangga  Belanja peralatan

 Elektronik  Elektronik

(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur Jalan Dr.T.Mansyur No. 9 Kampus USU,

Telp. 8214033, 8214210, Fax. 8211822, 8211633

MEDAN - 2016

6.. Menurut pendapat anda, daerah manakah yang paling ramai dan paling semraut? (lingkari nama jalannya)

7. Didaerah mana anda sering berbelanja/ yang paling sering anda kunjungi? (lingkari nama jalannya)

(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur Jalan Dr.T.Mansyur No. 9 Kampus USU,

Telp. 8214033, 8214210, Fax. 8211822, 8211633

MEDAN - 2016

8. Jika lelah berbelanja, didaerah manakah biasanya anda beristirahat atau duduk-duduk?

(lingkari salah satu)

9. Didaerah manakah biasanya anda janjian dengan teman atau menunggu teman anda?

(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur Jalan Dr.T.Mansyur No. 9 Kampus USU,

Telp. 8214033, 8214210, Fax. 8211822, 8211633

MEDAN - 2016

(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur Jalan Dr.T.Mansyur No. 9 Kampus USU,

Telp. 8214033, 8214210, Fax. 8211822, 8211633

MEDAN - 2016

FORMAT KUESIONER (PEDAGANG) PENATAAN CITY WALK PADA PASAR PETISAH

Saya mahasiswa jurusan Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara. Dalam hal ini sedang melakukan penelitian dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Skripsi. Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui potensi serta masalah-masalah yang ada di Pasar Petisah, Medan. Hasil kuisioner ini tidak dipublikasikan melainkan untuk kepentingan penelitian semata. Atas bantuan, kesediaan waktu, dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

DATA RESPONDEN

1. No. Responden : (diisi oleh peneliti)

2. Nama :

3. Alamat :

4. Jenis Kelamin :  Pria  Wanita

5. Usia :

6. Pekerjaan : Pedagang

1. Menurut pendapat saudara, manakah yang perlu keadaannya paling rusak dari :

Jl. Kota Baru Jl. Rotan

 Trotoar  Trotoar

 Jalan raya  Jalan

 Tempat parkir  Tempat Parkir

(17)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur Jalan Dr.T.Mansyur No. 9 Kampus USU,

Telp. 8214033, 8214210, Fax. 8211822, 8211633

MEDAN - 2016

Jl. Razak Baru Jl. Gatot Subroto

 Trotoar  Trotoar

 Jalan raya  Jalan raya

 Lokasi parkir  Lokasi Parkir

 Pedagang kaki lima  Pedagang kaki lima

2. Menurut pendapat saudara, apakah yang menjadi daya tarik dari Pasar Petisah dan yang membedakannya dari pasar tradisonal lainnya?

 Mudah dicapai dari segala arah  Barang dagangannya lebih lengkap

 Tempatnya lebih nyaman dibanding pasar-pasar lainnya

3. Jenis transportasi apa yang biasa anda gunakan menuju Pasar Petisah ?  Kendaraan pribadi

(18)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur Jalan Dr.T.Mansyur No. 9 Kampus USU,

Telp. 8214033, 8214210, Fax. 8211822, 8211633

MEDAN - 2016

Berilah tanda check () pada pilihan jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Tidak ada jawaban benar atau salah.

1. Bagaimanakah kondisi trotoar yang sekarang ini ?

Jl. Kota Baru Jl. Rotan

 Berlubang  Bersih  Berlubang  Bersih  Licin  Lebar  Licin  Lebar

 Sempit  Sempit

 Kotor  Kotor

Jl. Razak Baru Jl. Jend. Gatot Subroto  Berlubang  Bersih  Berlubang  Bersih  Licin  Lebar  Lici  Lebar

 Sempit  Sempit

 Kotor  Kotor

2. Bagaimanalah kondisi parkir kendaraan sekarang ini ?

 Sempit  Teratur

 Campur-campur  Lebar

 Semraut  Sudah cukup

3. Daerah manakah yang paling macet ?  Jl. Kota Baru

 Jl. Rotan  Jl. Razak Baru

(19)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur Jalan Dr.T.Mansyur No. 9 Kampus USU,

Telp. 8214033, 8214210, Fax. 8211822, 8211633

MEDAN - 2016

4. Manakah daerah yang paling sering anda jalani/lewati ? (lingkari nama jalannya)

(20)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur Jalan Dr.T.Mansyur No. 9 Kampus USU,

Telp. 8214033, 8214210, Fax. 8211822, 8211633

MEDAN - 2016

6. Didaerah manakah biasanya anda janjian dengan teman atau menunggu teman anda?

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Angga, Aloysius. 2013. Jogja City Walk Sebagai Kawasan Ciri Khas Wisata Kuliner dan Fashion yang Berkonsep Green Architecture di

Yogyakarta. Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atmajaya Yogyakarta

 City Walk- Artikel IAI ; Aditya W.Fitrianto

http://www.informasi-pendidikan.com/2013/08/penelitian-deskriptifkualitatif.html

Muliyandari, Hestin. 2011. Pengantar Arsitektur Kota. Yogyakarta :Andi,

2011

Sukriswanto, Ucang. 2012. Analisis Kelayakan Revitalisasi Pasar Umum Gubug Kabupaten Grobogan. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Diponegoro

(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kawasan Penelitian

Kawasan penelitian terletak di Pasar Petisah, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan, Sumatera Utara. Pasar Petisah merupakan salah satu pasar tradisional tertua di Kota Medan. Lokasinya yang strategis dan berada di kawasan perdagangan membuat pasar ini selalu ramai dikunjungi. Pasar Petisah terletak dianntara tiga jalan yaitu Jl. Kota Baru, Jl. Rotan dan Jl. Razak Baru.

(23)

Berdasarkan gambar 3.1. penelitian ini memiliki batas-bartas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Jl. Gatot Subroto  Sebelah Selatan berbatasan dengan Jl.Rotan  Sebelah Timur berbatasan dengan Jl. Nibung Raya  Sebelah Barat berbatasan dengan Jl. Razak Baru

3.2. Jenis Penelitian

Metodologi penelitian adalah sekumpulan prosedur, peraturan, dan kegiatan yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin. Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Metode penelitian memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan suatu penelitian. Ada banyak jenis metodologi penelitian yang bisa dipilih untuk mendukung keberhasilan suatu penelitian. Berdasarkan metodenya, penelitian dibedakan menjadi 5 jenis (Sinulingga, 2011) yaitu penelitian historis (hystorical research), penelitian eksperimen (experimental research), penelitian deskriptif (descriptive research), penelitian tindakan (action research) dan grounded research.

Menurut Sugiyono (2013:14), terdapat beberapa jenis penelitian yaitu penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan dan penelitian kualitatif, data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema, dan gambar.

(24)

pembeli di Pasar Petisah. Data-data yang diperlukan diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian dan juga pembagian angket. Penataan Citywalk merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu data-data yang sudah

dikumpulkan kemudian dianalisa permasalahan yang terjadi dan didapat pemecahan masalah yang dituangkan menjadi konsep dalam merancang sebuah citywalk di Pasar Petisah.

3.3. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2006:129), variabel dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai variasi atau keragaman. Pengertian konsep sendiri adalah abstraksi atau penggambaran dari suatu gejala atau fenomena tertentu. Konsep yang memiliki cirri-ciri yang beragam dan bervariasi dapat dikatakan sebagai variabel.

Tabel 3.1. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian Metode Pengumpulan Data Masalah utama yang ada disetiap koridor jalan Angket

Daya tarik Pasar Petisah Angket

Kondisi Trotoar Angket

Kebutuhan Parkir -Kendaraan yang digunakan -Kondisi tempat parkir saat ini

Angket

(25)

-Lokasi yang dijadikan tempat beristirahat -Lokasi untuk menunggu teman

Observasi & Angket

Kenyamanan pengguna jalan -Jalan yang sering dilalui -Lokasi berbelanja favorit -Koridor jalan yang paling semraut

Angket

Kegiatan dominan Angket

Sumber : Olah Pribadi

3.4. Populasi / Sampel

Menurut Sugiyono (2008:115), populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Menurut Sugiyono (2008:116), sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Arikunto (2008:116), penentuan pengambilan sample apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-55% atau lebih tergantung sedikit banyaknya dari :

1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana

(26)

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk peneliti yang resikonya besar, tentu saja jika samplenya besar hasilnya akan lebih baik.

3.5. Metoda Pengumpulan Data 3.5.1. Pengumpulan Data Primer

Data primer mempunyai pengertian bahwa data atau informasi tersebut diperoleh dari sumber pertama, data primer didapat dari observasi, pembagian angket dan juga dokumentasi.

Observasi

(27)

Angket

Menurut Arikunto (2006:151), angket adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui. Sedangkan menurut Sugiyono (2008:199), angket atau kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner atau angket langsung yang tertutup karena responden hanya tinggal memberikan tanda pada salah satu jawaban yang dianggap benar. Hal-hal yang akan ditanya dalam angket yaitu hal-hal yang bersangkutan tentang kenyamanan pedagang dan pengunjung sebagai pengguna sarana dan prasarana yang ada di Pasar Petisah seperti trotoar, jalan raya, tempat parkir.

 Dokumentasi

(28)

3.5.2. Pengumpulan Data Sekunder

Pengertian data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder ini disebut juga dengan data tangan kedua. Sumber didapat dari buku-buku, dokumen, dinas-dinas terkait dan sumber referensi lainnya yang berkaitan dengan perubahan fungsi dan aktivitas.

3.6. Metoda Analisa Data

Metode yang digunakan dalam menganalisa data yang didapat yaitu dengan metode desktiptif. Adapun analisa untuk mendapatkan hasil rancangan pada :

1. Pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi lapangan pada penelitian ini yaitu melakukan observasi langsung untuk mendapatkan data-data dalam bentuk gambar, studi kepustakaan didapat dari teori-teori yang berkaitan dengan penelitian dan dari penelitian sejenis. Tahap analisis data dilakukan setelah data kepustakaan dan data lapangan terkumpul.

2. Data yang didapat dianalisis menggunakan metode deskriptif. Data fisik objek penelitian digambarkan kembali sesuai dengan hasil observasi kemudian didapatlah konsep perancangan city walk Pasar Petisah. Dari konsep kemudian dilanjutkan dengan hasil perancangan city walk Pasar Petisah.

(29)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Kawasan Penelitian

(30)

4.1.1. Jalan Kota Baru 3

Jalan Kota Baru 3 merupakan jalan utama yang menjadi entrance Pasar Petisah. Jalan ini dipadati kendaraan roda empat(termasuk kendaraan umum), roda dua maupun roda tiga dari pagi hari hingga sore hari. Badan jalan yang digunakan sebagai tempat parkir membuat jalan ini semakin padat pada jam-jam tertentu.

Gambar 4.2. Jl. Kota Baru 3 Sumber : Data Pribadi

Gambar 4.3. Potongan Jl. Kota Baru

Sumber : Data Pribadi

[image:30.595.119.508.226.605.2]
(31)

Gambar 4.4.

Parkir Kendaraan Jl. Kota Baru 3 Sumber : Data Pribadi

Gambar 4.5.

[image:31.595.172.451.82.538.2]
(32)

Gambar 4.6.

Sirkulasi Kendaraan Jl. Kota Baru 3 Sumber : Data Pribadi 4.1.2. Jalan Kota Baru

Koridor jalan ini merupakan koridor jalan yang juga ramai dilalui oleh kendaraan maupun pejalan kaki. Lokasi jalan yang berada paling dekat dengan Jl. Jend. Gatot Subroto membuat koridor jalan ini ramai dilalui oleh kendaraan dan pejalan kaki. Disepanjang koridor jalan ini juga banyak terdapat ruko-ruko yang menjual pakaian, toko roti, penjual makanan dan juga barang pecah belah. Selain ruko, terdapat juga tenda-tenda pedagang kaki lima yang menjual pakaian, makanan, buah-buahan dan penjual-penjual lainnya di koridor jalan ini.

(33)

Gambar 4.7. Jalan Kota Baru Sumber : Data Pribadi

Gambar 4.8. Potongan Jalan Kota Baru

Sumber : Data Pribadi 4.1.3. Jalan Rotan Proyek

(34)
[image:34.595.150.475.461.689.2]

Gambar 4.10.

Kantor Pemerintahan di Jl. Rotan Proyek Sumber : Data Pribadi

Keberadaan kantor di koridor jalan ini membuat kondisi jalan ini sedikit teratur ditambah lagi jalan ini tidak dilalui oleh angkutan umum. Jalan ini hanya diakses oleh pegawai kantor dan masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi.

Gambar 4.11.

(35)

Kondisi parkir kendaraan di Jl. Rotan Proyek lebih teratur dibanding jalan-jalan lainnya. Ruas jalan ini hanya diperuntukkan parkir kendaraan roda empat. Tidak terdapat tenda-tenda pedagang kaki lima di ruas jalan ini membuat jalan ini terlihat lebih rapi dan bersih.

4.1.4. Jalan Rotan

Gambar 4.12. Jl. Rotan Sumber : Data Pribadi

(36)

Gambar 4.13. Potongan Jl. Rotan Sumber : Data Pribadi

(37)

4.1.5. Jl. Razak Baru

Gambar 4.15. Jalan Razak Baru Sumber : Data Pribadi

[image:37.595.253.403.121.311.2]

Sepanjang koridor Jl. Razak Baru terdapat bangunan ruko 2-3 lantai yang difungsikan sebagai tempat tinggal dan tempat usaha. Pada jam-jam tertentu, kendaraan di Jl. Razak Baru sangat ramai dan membuat sirkulasi sedikit macet, ditambah lagi badan jalan pada kiri dan kanan jalan digunakan sebagai tempat parkir roda empat.

Gambar 4.16. Potongan Jl. Razak Baru

(38)

Gambar 4.17.

Sirkulasi Kendaraan J. Razak Baru Sumber : Data Pribadi

[image:38.595.154.482.82.306.2]

4.1.6. Jl. Jend. Gatot Subroto

Gambar 4.18. Jalan Gatot Subroto Sumber : Data Pribadi

(39)
[image:39.595.148.476.267.500.2]

Gambar 4.19.

Potongan Jalan Gatot Subroto Sumber : Data Pribadi

Pada koridor Jl.Gatot Subroto terdapat banyak bangunan ruko yang difungsikan sebagai tempat tinggal dan tempat usaha. Pedestrian path pada koridor jalan ini

Gambar 4.20.

(40)

4.2. Masalah disetiap Koridor Jalan

Tabel 4.1.

Masalah disetiap Koridor Jalan

Sumber : Data Primer Yang Diolah Nama Jalan Kondisi yang rusak

Pedagang 40 Responden

Pembeli 40 Responden

Jlh Presentasi (%)

Jlh Persentasi (%)

Jl. Kota Baru

Trotoar 13 32.5% 15 37.5%

Jalan Raya 15 37.5% 5 12.5%

Tempat Parkir 12 30.0% 5 12.5%

Pedagang Kaki Lima

0 0 15 37.5%

Jl. Rotan

Trotoar 0 0 0 0

Jalan Raya 31 77.5% 28 70.0%

Tempat Parkir 9 22.5% 12 30.0%

Pedagang Kaki Lima

0 0 0 0

Jl.Razak Baru

Trotoar 11 27.5% 29 72.5%

Jalan Raya 0 0 0 0

Tempat Parkir 29 72.5% 11 27.5%

Pedagang Kaki Lima

0 0 0 0

Jl. Jend. Gatot Subroto

Trotoar 13 32.5% 0 0

Jalan Raya 0 0 0 0

Tempat Parkir 27 67.5% 0 0

Pedagang Kaki Lima

(41)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa trotoar merupakan bagian dari jalan yang kondisinya perlu diperhatikaan dan diperbaiki. Pada Jl. Kota Baru, 15 responden pedagang (37.5 %) menilai bahwa jalan raya di ruas jalan ini dalam kondisi yang kurang baik disusul dengan 13 responden pedagang (32.5%) menilai bahwa kondisi trotoar di ruas jalan ini kurang baik, sedangkan dari 40 responden pembeli 15 responden (37.5 %) menilai bahwa pedagang kaki lima di ruas jalan ini kondisinya kurang baik. Pada Jl. Rotan, dari 40 responden pedagang 31 responden (77.5%) menilai bahwa keadaan jalan raya di ruas jalan ini dalam kondisi yang kurang baik, dari 40 responden pembeli 28 responden (70%) juga menilai bahwa kondisi jalan raya di ruas jalan ini dalam kondisi yang kurang baik. Pada ruas Jl. Razak Baru, dari 40 responden pedagang, 29 responden (72.5%) menilai bahwa tempat parkirnya kurang teratur, sedangkan dari 40 responden, 29 responden (72.5 %) menilai bahwa kondisi trotoar di ruas jalan ini dalam keadaan yang kurang baik. Pada ruas Jl. Jend.Gatot Subroto, dari 40 responden pedagang, 27 responden ( 67.5. %) menilai bahwa tempat parkir di ruas jalan ini kurang teratur sedangkan dari 40 responden pembeli 40 responden (100%) menilai bahwa pedagang kaki lima di ruas jalan ini kurang teratur. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa trotoar dan jalan raya dalam kondisi yang kurang baik disusul dengan kondisi pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima dianggap mengganggu karena menggunakan trotoar dan bahu jalan sebagai tempat berjualan.

(42)

Subroto, pedagang kaki lima yang perlu ditata agar tidak menggangu pengguna jalan.

4.3. Daya Tarik Pasar Petisah

Tabel 4.2.

Daya Tarik Pasar Petisah

Sumber : Data Primer Yang Diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kemudahan dalam mengakses suatu tempat menjadi bahan pertimbangan yang membuat masyarakat ingin berkunjung dan juga pedagang dalam memilih lokasi berdagang. Dari 40 responden pedagang sebanyak 15 responden (37.5%) memilih Pasar Petisah karena mudah diakses, begitupun dengan pembeli dari 40 responden sebanyak 34 responden (85%) memilih berbelanja di Pasar petisah karena mudah diakses. Sebagaimana diketahui bahwa lokasi Pasar Petisah berada di pusat kota. Hal ini menjadi suatu kelebihan Pasar Petisah. Bagi masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi dapat dengan mudah mencapai lokasi karena banyak kendaraan umum yang melewati Pasar Petisah.

Daya Tarik

Pedagang 40 Responden

Pembeli 40 Responden Jlh Persentasi (%) Jlh Persentasi (%)

Mudah diakses 15 37.5% 34 85.0%

Barang dagangan lebih lengkap

12 30.0% 0 0.0%

(43)
[image:43.595.114.511.147.720.2]

4.4. Kondisi Trotoar

Tabel 4.3. Kondisi Trotoar

Nama Jalan Keadaan Trotoar

Pedagang 40 Responden

Pembeli 40 Responden

Jlh Persentasi (%) Jlh Persentasi (%)

Jl. Kota Baru

Berlubang 10 25% 23 57.5%

Licin 0 0% 0 0%

Sempit 11 27.5% 7 17.5%

Kotor 9 22.5% 10 25%

Bersih 2 5.0% 0 0%

Lebar 0 0% 0 0%

Jl. Rotan

Berlubang 0 0% 0 0%

Licin 0 0% 6 15%

Sempit 13 32.5% 4 10%

Kotor 11 27.5% 7 18%

Bersih 16 40.0% 23 58%

Lebar 0 0% 0 0%

Jl. Razak Baru

Berlubang 0 0% 0 0%

Licin 0 0% 0 0%

Sempit 18 45.0% 30 75%

Kotor 13 32.5% 10 25%

Bersih 9 22.5% 0 0%

Lebar 0 0% 0 0%

Jl. Jend. Gatot Subroto

Berlubang 0 0% 0 0%

Licin 0 0% 0 0%

Sempit 0 0% 0 0%

Kotor 15 37.5% 19 47.5%

(44)
(45)

4.5. Kebutuhan Parkir

4.5.1. Kendaraan yang Digunakan

Tabel 4.4.

Kendaraan yang Digunakan

Jenis Kendaraan

Pedagang 40 Responden

Pembeli 40 Responden

Jlh Persentasi (%) Jlh Persentasi (%)

Kendaraan Pribadi 31 77.5% 24 60%

Kendaran Umum 9 22.5% 16 40%

Sumber : Data Primer Yang Diolah

Sebanyak 31 pedagang (77%) dari 40 responden yang berdagang di Pasar Petisah menggunakan kendaraan pribadi . Dari 40 responden, 24 responden ( 60% ) menggunakan kendaraan pribadi menuju Pasar Petisah. Dari data diatas dapat diketahui bahwa kebutuhan parkir di Pasar Petisah cukup tinggi.

4.5.2. Kondisi Lahan Parkir

Tabel 4.5. Kondisi Lahan Parkir Kondisi Parkir Pedagang

40 Responden

Pembeli 40 Responden Jlh Persentasi (%) Jlh Persentasi (%)

Sempit 0 0% 10 25%

Campur- campur 23 57.5% 0 0%

Semraut 17 42.5% 28 70%

Teratur 0 0% 0 0%

Lebar 0 0% 0 0%

(46)

Tabel diatas menunjukkan tentang kondisi lahan parkir yang ada di Pasar Petisah. Sebanyak 23 responden pedagang (57.5%) dari 40 responden menanggapi bahwa kondisi parkir di Pasar Petisah saat ini campur-campur dan 28 responden pembeli (70%) menilai bahwa kondisi parkir di Pasar Petisah saat ini semraut. Selain kebutuhan parkir kendaraan yang cukup tinggi, keadaan tempat parkir kendaraan juga harus dibenahi sehingga pedagang dan pengunjung Pasar Petisah dapat dengan nyaman memarkirkan kendaraan.

4.6. Ketersediaan Ruang Terbuka 4.6.1. Lokasi untuk Tempat Beristirahat

Tabel 4.6. Lokasi Istirahat

Titik Istirahat

Pembeli 40 Responden Jlh Persentasi (%)

Titik A 6 15%

Titik B 18 45%

Titik C 6 15%

Titik D 10 25%

(47)

Gambar 4.21.

Peta Lokasi Tempat Beritirahat Sumber : Data Pribadi

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa titik B merupakan tempat beristirahat ketika lelah berbelanja. Sebanyak 18 responden (45%) dari 40 responden menjawab bahwa titik B merupakan tempat untuk berisitirahat ketika lelah berbelanja.

4.6.2. Lokasi Menunggu

Tabel 4.7 Lokasi Menunggu

Titik Jumpa

Pedagang 40 Responden

Pembeli 40 Responden Jlh Persentasi (%) Jlh Persentasi (%)

Titik A 11 27.5% 0 0%

Titik B 7 17.5% 25 62.5%

(48)

Gambar 4.22. Peta Lokasi Menunggu

Sumber : Data Pribadi

(49)

4.7. Kenyamanan Pengguna Jalan 4.7.1. Jalan Yang Sering Dilalui

Tabel 4.8

Jalan yang Sering Dilalui

Nama Jalan

Pedagang 40 Responden

Pembeli 40 Responden Jlh Persentasi (%) Jlh Persentasi (%)

Jl. Kota Baru 3 11 27.5% 12 30.0%

Jl. Rotan 14 35% 7 17.5%

Jl. Razak Baru 0 0% 0 0%

Jl. Kota Baru 15 37.5% 21 52.5%

Sumber : Data Primer Yang Diolah

Tabel diatas menunjukkan bahwa jalan yang paling sering dilewati oleh pedagang dan pembeli yaitu Jl. Kota Baru 3 dan Jl. Rotan. Sebanyak 14 responden (35%) dari 40 responden pedagang menilai bahwa Jl. Rotan merupakan koridor jalan yang paling sering dilewati. Dari 21 responden (52.5. %) pembeli memilih Jl. Kota Baru 3 sebagai jalan yang paling sering dilalui oleh pembeli. 4.7.2. Lokasi Berbelanja Favorit

Tabel 4.9

Lokasi Berbelanja Favorit

Nama Jalan

Pembeli 40 Responden Jlh Persentasi (%)

Jl. Kota Baru 3 29 72.5%

Jl. Rotan Proyek 0 0%

Jl. Razak Baru 0 0%

(50)

Tabel diatas menunjukkan tentang lokasi yang menjadi lokasi favorit berbelanja Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jalan yang paling sering dilalui oleh pembeli saat berbelanja adalah Jl. Kota Baru 3. Sebanyak 29 responden (72.5%) dari 40 responden menjawab Jl. Kota Baru merupakan jalan yang paling sering dilalui saat berbelanja di Pasar Petisah. Sebanyak 8 responden (20%) memilih Jl. Rotan sebagai jalan yang sering dilalui saat berbelanja.

4.7.3. Koridor Jalan Yang Paling Semraut Tabel 4.10

Koridor Jalan yang Paling Macet

Koridor Jalan yang Paling Macet

Pedagang 40 Responden

Pembeli 40 Responden Jlh Persentasi (%) Jlh Persentasi (%)

Jl. Kota Baru 11 27.5% 19 47.5%

Jl. Rotan 12 30% 0 0%

Jl. Razak Baru 9 22.5% 9 22.5%

Jl. Jend. Gatot Subroto 8 20% 12 30.0%

Sumber : Data Primer Yang Diolah

(51)
[image:51.595.129.502.140.710.2]

4.8. Kegiatan Dominan

Tabel 4.11 Kegiatan Dominan

Nama Jalan Kegiatan

Pembeli 40 Responden Jlh Persentasi (%)

Jl. Kota Baru

Kuliner 21 52.5%

Belanja Pakaian 19 47.5%

Belanja Sembako 0 0%

Belanja Peralatan Rumah Tangga

0 0%

Belanja Elektronik 0 0%

Jl. Rotan

Kuliner 13 32.5%

Belanja Pakaian 0 0%

Belanja Sembako 15 37.5%

Belanja Peralatan Rumah Tangga

12 30%

Belanja Elektronik 0 0%

Jl. Razak Baru

Kuliner 0 0%

Belanja Pakaian 0 0%

Belanja Sembako 5 12.5%

Belanja Peralatan Rumah Tangga

35 87.5%

Belanja Elektronik 0 0%

Jl. Jend. Gatot Subroto

Kuliner 15 37.5%

Belanja Pakaian 18 45%

Belanja Sembako 0 0%

Belanja Peralatan Rumah Tangga

(52)

Tabel diatas menunjukkan kegiatan-kegiatan yang paling sering dilakukan dikoridor Jl. Kota Baru, Jl. Rotan, Jl. Razak Baru dan Jl Jend. Gatot Subroto. Pada Jl. Kota Baru sebanyak 21 responden (52.5.%) dari 40 responden melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kuliner dan sebanyak 13 responden (32.5%) melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kuliner di Jl. Rotan. Pada Jl. Razak Baru dari 40 responden pembeli sebanyak 35 responden (87.5%) dominan berbelanja peralatan rumah tangga seperti furniture. Pada ruas Jl. Jend. Gatot Subroto sebanyak 18 responden (45 %) dari 40 responden memilih berbelanja pakaian.

(53)

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

5.1. Konsep Sirkulasi

Menurut Yempormase (2013) pencapaian sirkulasi secara umum :

 Langsung : jarak tempuh singkat, langsung ke tujuan, dan mudah dicapai,

 Aman : sedikit mungkin terdapat persilangan antar sistem sirkulasi untuk keamanan dan menghindari kepadatan (crowded),

 Terang : supaya pengguna sirkulasi merasa nyaman dan aman,  Unsur-unsur yang logis : tidak membuat bingung pengguna

sirkulasi

Pencapaian sirkulasi dalam City Walk :

 Sirkulasi yang fleksibel : sirkulasi mudah berpindah atau beranjak antar suatu tempat dengan tempat yang lain,

 Sirkulasi yang lancar : sirkulasi yang diusahakan tidak ada hambatan (terus mengalir)

(54)

5.1.1. Sirkulasi Kendaraan Roda Empat

Gambar.5.1.

Sirkulasi Kendaraan Roda Empat Sumber : Olah Pribadi

 Kendaraan roda empat, mobil dan angkutan umum, tidak lagi melewati Jl. Kota Baru dan Jl. Rotan. Badan jalan tidak akan difungsikan sebagai tempat parkir. Satu-satunya akses bagi kendaraan roda empat yaitu melalui Jl. Jend. Gatot Subroto menuju Jl. Razak Baru jika kendaraan ingin parkir.  Akses keluar mobil pribadi yaitu melalui Jl. Razak Baru menuju Jl. Glugur. Kendaraan yang tidak masuk ke Jl. Razak Baru dapat langsung keluar melalui Jl. Jend.Gatot Subroto.

(55)

5.1.2. Sirkulasi Kendaraan Roda Dua dan Becak

Gambar 5.2.

Sirkulasi Kendaraan Roda Dua dan Becak Sumber : Olah Pribadi

 Kendaraan roda dua dan becak juga memiliki jalur masuk tersendiri. Kendaraan roda dua dan becak masuk dari arah Jl. Nibung Raya menuju Jl.Rotan.

[image:55.595.156.440.118.318.2]
(56)

5.1.3. Sirkulasi Pejalan Kaki

Gambar 5.3. Sirkulasi Pejalan Kaki Sumber : Olah Pribadi

Sesuai dengan konsep utama dari city walk yaitu menyediakan ruang lebih untuk pejalan kaki. Koridor Jl. Kota Baru dan Jl. Rotan tidak lagi dilewati kendaraan dan hanya dikhususkan untuk jalur pejalan kaki.

[image:56.595.148.437.111.335.2]
(57)

5.1.4. Entrace Site

Gambar 5.4. Entrance dan Exit site Sumber : Olah Pribadi

Setiap pengguna jalan memiliki entrancenya masing-masing. Hal ini berhubungan dengan pemisahan sirkulasi untuk kendaraan dan pejalan kaki. Pada gambar diatas, terdapat dua entrance bagi pejalan kaki (titik merah jambu) yaitu dari Jl. Kota Baru dan Jl. Kota Baru 3. Kedua jalan tersebut dijadikan sebagai entrance untuk pejalan kaki karena kedua jalan tersebut yang paling ramai dilalui

[image:57.595.112.500.105.432.2]
(58)

Kendaraan roda empat memiliki akses masuk yang berbeda dari pejalan kaki sehingga memberikan kenyamanan bagi pejalan kaki tanpa gangguan kendaraan. Jl. Razak Baru diusulkan menjadi lokasi parkir kendaraan roda empat dari Pasar Patisah sehingga kendaraan tidak perlu lagi berputar-berputar mencari tempat parkir yang membuat sirkulasi menjadi semraut dan tidak teratur.

Untuk roda dua dan becak masuk dari arah Jl Nibung menuju Jl. Rotan (titik hijau). Demi kenyamanan pengendara dan juga jalan yang tidak terlalu lebar maka jalur kendaraan dipisah-pisah. Parkir becak dan roda dua diusulkan di Jl. Rotan. Dengan pengaturan parkir seperti ini, roda dua dan becak tidak lagi parkir disembarang tempat dan menggunakan jalur pejalan kaki sebagai tempat parkir.

5.2. Parkir

(59)

Gambar 5.5.

Usulan Parkir di Jl. Razak Baru Sumber : Olah Pribadi

5.3. Konsep Ruang Luar

[image:59.595.114.511.93.297.2] [image:59.595.150.481.393.600.2]
(60)

a. Air Mancur

Air mancur ini berada di Jl. Kota Baru. Air mancur ini menjadi sebuah penanda citywalk di Pasar Petisah. Dengan adanya air mancur ini diharapkan dapat menjadi salah satu daya tarik Pasar Petisah selain sebagai estetika. Dengan adanya air mancur ini menjadikan Pasar Petisah memiliki keunikan dibanding pasar-pasar tradisional lainnya.

Selain hal-hal diatas, keberadaan air mancur ini juga dapat membuat pejalan kaki yang melewati koridor jalan ini tidak merasa bosan. Keberadaan air mancur ini juga bisa menjadi salah satu meeting point di Pasar Petisah yang selanjutnya dapat menjadi landmark dari Pasar Petisah. Selain berbelanja, pengunjung juga bisa berrekreasi di pasar tradisional. Pasar tradisional tidak hanya ruang publik yang berfungsi sebagai tempat berbelanja tetapi juga sebagai tempat rekreasi.

Gambar 5.7. Fountain di Jl. Kota Baru

[image:60.595.149.511.450.672.2]
(61)

b. Foodcourt

Setelah lelah berbelanja pengunjung biasanya mencari sebuah tempat untuk sekedar istirahat sambil menikmati sebuah minuman segar dan makanan ringan. Sebenarnya sudah banyak tersedia tempat makan dan minum di Pasar Petisah, namun untuk foodcourt yang berkonsep outdoor belum tersedia. Foodcourt outdoor ini akan menampung seluruh pedagang kaki lima yang berjualan makanan dan minuman di bahu jalan ataupun yang menggunakan gerobak makanan. Fakta dilapangan banyak penjual makanan dan minuman menjajakan dagangannya di bahu jalan dan di depan pintu masuk dan keluar bangunan Pasar Petisah sehingga mengganggu sirkulasi keluar masuk ke bangunan utama.

[image:61.595.191.432.370.677.2]
(62)

Gambar 5.9.

PKL penjual minuman di pintu masuk bangunan Petisah Sumber : Data Pribadi

[image:62.595.190.433.82.323.2]

Tersedianya foodcourt ini dapat membantu pedagang sekaligus membuat tatanan pasar menkadi lebih teratur.

Gambar 5.10. Konsep foodcourt

[image:62.595.150.512.444.650.2]
(63)

c. Sitting Area

Sitting area ditempatkan di koridor Jl. Rotan dan Jl. Kota Baru. Sitting

area ini dapat menjadi tempat beristirahat atau tempat menunggu. Wanita

akan menghabiskan waktu berjam-jam untuk berbelanja dan pria yang menunggu istri atau pasangannya berbelanja akan merasa bosan dan memilih untuk menunggu diluar. Jika berbelanja di mall dan tempat berbelanja moderen lainnya pengunjung tidak bingung mencari tempat menunggu karena banyak terdapat lokasi yang nyaman untuk menunggu. Tetapi jika harus menunggu di pasar tradisional pasti pengunjung kebingungan karena tempat yang tersedia tidak sebanyak dan senyaman yang ada di mall. Di sitting area ini pengunjung bisa bertemu dan berkenalan dengan orang-orang baru.

[image:63.595.149.511.416.625.2]

Gambar 5.11.

(64)
[image:64.595.149.512.82.321.2]

Gambar 5.12. Sitting area di Jl. Rotan

Sumber : Pribadi

5.4. Jalan Kota Baru

Berdasarkan data hasil peyebaran kuesioner di Pasar Petisah, dapat ditarik kesimpulan tentang kondisi Jl. Kota Baru saat ini :

- Trotoar dan jalan raya dalam kondisi yang kurang baik. Trotoar yang ada di Jl. Kota Baru ini dinilai dalam keadaan kurang baik karena trotoar yang sempit dan berlubang. Trotoar yang ada di Jl. Kota Baru ini dijadikan sebagai tempat berdagang oleh PKL dan tempat parkir kendaraan roda dua dan roda empat. Bahkan trotoar dijadikan sebagai entrance ruko-ruko yang ada di Jl. Kota Baru.

(65)

- Jl. Kota Baru menjadi spot yang paling banyak dipilih sebagai spot untuk beristirahat jika lelah berbelanja.

- Pengunjung juga lebih sering menjadikan koridor Jl.Kota Baru menjadi spot untuk menunggu teman atau pasangan.

- Koridor jalan yang paling sering dilewati - Lokasi berbelanja favorit

- Aktivitas yang berhubungan dengan kuliner juga dominan di koridor jalan ini selain berbelanja.

Berdasarkan fakta-fakta diatas maka usulan citywalk untuk kotidor Jl. Kota Baru adalah sebagai berikut :

[image:65.595.113.511.347.602.2]

Gambar 5.13.

Usulan Fountain di Jl. Kota Baru Sumber : Olah Pribadi

(66)
[image:66.595.113.510.173.408.2]

mancur di koridor Jl. Kota Baru ini diharapkan dapat menjadi daya tarik dan menarik perhatian. Sebagai koridor jalan yang paling sering dilalui, keberadaan air mancur ini dapat menjadi sebuah ikon di Pasar Petiah.

Gambar 5.14.

Usulan Foodcourt di Jl. Kota Baru Sumber : Olah Pribadi

Selain berbelanja pakaian, pengujung juga melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kuliner di koridor jalan ini. Maka diusulkan sebuah foodcourt outdoor di koridor jalan ini agar pengunjung lebih nyaman untuk

(67)
[image:67.595.115.512.85.314.2]

Gambar 5.15.

Usulan Sitting area di Jl. Kota Baru Sumber : Olah Pribadi

Sitting area pada koridor jalan ini berfungsi sebagai ruang komunal tempat

(68)
[image:68.595.115.512.83.310.2]

Gambar 5.16.

Usulan Pedestrain path di Jl. Kota Baru Sumber : Olah Pribadi

Trotoar di koridor Jl. Kota Baru dirancang demi kenyamanan pejalan kaki. Trotoar memiliki ketinggian yang berbeda dengan jalan raya sehingga pejalan kaki dapat dengan leluasa berjalan tanpa takut bersenggolan dengan kendaraan. Untuk melindungi pejalan kaki dari panas matahari dan hujan, ditambahkan kanopi pada jalur pejalan kaki sehingga pengguna trotoar semakin nyaman menggunakan trotoar. Vegetasi pada koridor jalan ini juga ditambahkan sehingga membuat koridor jalan ini lebih sejuk dan rindang.

5.5. Jalan Rotan Proyek

Beberapa fakta yang diperoleh tentang Jl. Rotan Proyek :

(69)

jalan ini terdapat kantor pemerintahan sehingga tidak ada pedagang kaki lima dan parkir sembarangan. - Koridor jalan ini merupakan koridor jalan yang paling

jarang dilewati dan hanya dilewati oleh pegawai kantor dan juga pengunjung yang menggunakan mobil pribadi. - Di ujung Jl. Rotan Proyek ini terdapat TPS Pasar

Petisah yang membuat jalan ini menjadi kotor dan berbau tak sedap.

[image:69.595.114.511.362.588.2]

Untuk mengatasi masalah yang ada maka diusulkan citywalk untuk koridor Jl. Rotan Proyek sebagai berikut :

Gambar 5.17.

Usulan Pedestrain path di Jl. Rotan Proyek Sumber : Olah Pribadi

(70)

yang berserakan membuat koridor jalan ini menjadi enggan dilewati oleh pejalan kaki. Antara TPS dan pejalan kaki diberi pagar sehingga memberikan keleluasaan bagi pejalan kaki. Usulan jalur pedestrian diatas diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat melewati koriodor ini jalan ini.

5.6. Jalan Rotan

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner didapat beberapa fakta tentang Jl. Rotan yaitu :

- Kondisi jalan di Jl. Rotan dalam keadaan rusak dan berlubang-lubang sehingga ketika hujan jalanan menjadi becek dan sulit untuk dilalui.

- Trotoar pada koridor jalan ini tidak memiliki ketinggain yang berbeda dengan jalan sehingga trotoar berubah fungsi menjadi tempat parkir kendaraan.

- Selain Jl. Kota Baru, Jl. Rotan juga menjadi tempat untuk beristirahat dan lokasi menunggu teman atau pasangan. Pada Jl. Rotan terdapat beberapa ruko yang menjual makanan non halal yang hanya bisa dinikmati oleh sebagian orang.

(71)
[image:71.595.114.510.147.370.2]

Berdasarkan fakta-fakta diatas, maka diusulkan penataan citywalk sebagai berikut :

Gambar 5.18.

Usulan Pedestrain path di Jl. Rotan Sumber : Olah Pribadi

(72)

Gambar 5.19.

Kanopi pada Pedestrain path di Jl. Rotan Sumber : Olah Pribadi

Penambahan kanopi pada trotoar melindungi pejalan kaki dari panas matahari dan juga hujan. Pejalan kaki dengan nyaman berjalan disepanjang trotoar dan tetap dapat berbelanja dalam kondisi apapun.

Gambar 5.20. Usulan Gate di Jl. Rotan

(73)

Welcome gate yang terdapat di Jl. Rotan sebagai penanda citywalk di Pasar

[image:73.595.112.511.227.490.2]

Petisah. Setiap bagian depan koridor jalan terdapat welcome gate. Selain berfungsi sebagai welcome gate, gate ini juga berfungsi sebagai pembatas antara citywalk Petisah dengan kawasan luar. Gate dipilih menjadi pembatas karena memberi batasan tetapi masih terhubung dengan kawasan luar.

Gambar 5.21.

Usulan citywalk di Jl. Rotan Sumber : Olah Pribadi

(74)
[image:74.595.162.469.82.299.2]

Gambar 5.22.

Usulan Foodcourt di Jl. Rotan Sumber : Olah Pribadi

Ruko-ruko penjual makanan yang ada di Jl. Rotan didominasi oleh makanan non halal yang hanya bisa dinikmati oleh sebagian orang. Usulan foodcourt outdoor di Jl. Rotan ini membantu pengunjung tetap dapat menikmati

makanan dan minuman tanpa harus memutar lagi ke Jl. Kota Baru.

5.7. Jl. Razak Baru

(75)

Gambar 5.23.

(76)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan konsep perancangan pada bab sebelumnya maka didapatlah kesimpulan bahwa penataan citywalk pada Pasar Petisah adalah :

 Jl. Kota Baru

Penataan citywalk pada koridor jalan ini yaitu dengan menambah fountain, foodcourt, sitting area dan juga perbaikan jalur pejalan

kaki. Fountain diharapakan dapat menjadi salah satu ikon yang dapat menarik perhatian masyarakat berkunjung ke Pasar Petisah. Jika pengunjung merasa lelah berbelanja, tersedia foodcourt outdoor yang bisa digunakan sebagai tempat beristirahat ataupun

dijadikan sebagai tempat menunggu kerabat atau teman. Jalur pejalan kaki didesain sehingga membuat penggunanya merasa aman dan nyaman. Disepanjang jalur pejalan kaki tersedia sitting area yang bisa dimanfaatkan untuk beristirahat atau sekedar

bercerita dengan kerabat.  Jl. Rotan Proyek

(77)

disediakan sebuah papan signage yang memudahkan pembeli/pengunjung menemukan informasi yang dibutuhkan.  Jl. Rotan

Penataan citywalk pada koridor jalan ini yaitu dengan memperbaiki kondisi trotoar sehingga nyaman digunakan oleh pejalan kaki. Trotoar dilengkapi dengan kanopi sehingga melindungi penggunanya dari panas matahari dan hujan. Terdapat sebuah welcome gate dipersimpangan Jl. Rotan yang berfungsi untuk

mneyambut pengunjung dan juga sebagai pemisah antara citywalk dengan kawasan luar. Dipersimpangan Jl.Rotan Proyek dengan Jl. Razak Baru juga terdapat papan signage yang memudahkan pembeli/pengunjung menemukan informasi yang dibutuhkan.  Jl. Razak Baru

Jalan Razak Baru difungsikan sebagai lokasi parkir kendaraan roda empat. Parkir kendaraan yang terpusat membuat pengguna kendaraan tidak harus berkeliling mencari tempat parkir sehingga sirkulasi kendaraan lebih teratur. Koridor jalan ini dipilih karena jalan yang cukup lebar dan juga koridro jalan yang panjang serta jarang dilalui oleh kendaraan maupun pejalan kaki.

6.2. Saran

(78)

mengunjungi pasar tradisional. Salah satunya yaitu dengan merevitalisasi pasar tradisional. Ada banyak cara merevitalisasi pasar salah satunya dengan menata kawasan pasar menjadi sebuah citywalk. Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi bahan kajian bagi pemerintah maupun tenaga pendidik dalam merevitalisasi pasar tradisional.

(79)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. City Walk

2.1.1. Pengertian City Walk

Dalam bahasa baku urban design,city walk dikenal dengan istilah mall atau pedestrian. Pedestrian berasal dari kata latin Pedos yang artinya kaki. Pedestrian dapat berupa trotoar, alun-alun dan sebagainya. Shivani (1985) dan Lynch (1987) mengemukakan bahwa pedestrian bagian dari public space dan merupakan aspek penting sebuah urban space, baik berupa square (lapangan-open space) maupun street (jalan-koridor). Jika jalan dirancang sebagai public space

(80)

merupakan unsur utama dari shopping mall, dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai ruang komunal bagi terselenggaranya interaksi antar pengunjung dan pedagang.

Menurut Maithland (1987), berdasarkan bentuknya mall terdiri dari tiga jenis dengan keuntungan dan kerugiannya masing-masing, yaitu:

a. Open mall (mall terbuka), adalah mall tanpa penutup atap. Keuntungan dari open mall ini adalah kesan luas dan perencanaan teknis yang mudah sehingga biaya lebih murah. Kerugiannya adalah kendala pada climatic control berpengaruh terhadap kenyamanan dan kesan kewadahan kurang.

b. Enclosed mall (mall tertutup), adalah mall dengan penutup atap. Keuntungannya dari segi kenyamanan. Kerugiaannya adalah biaya yang mahal dan kesan ruang yang kurang luas. c. Integrated mall, adalah penggabungan antara mall terbuka dan

mall tertutup. Biasanya berupa mall tertutup dengan akhiran

mall terbuka.

Berdasarkan dari cara pola penataannya, menurut Rubenstein (1987) mall dapat dibedakan menjadi :

(81)

b. Transit Mall, dibuat dengan memindahkan kendaraan pribadi dan kendaraan angkutan dari jalan yang sudah ada, dan hanya mengizinkan sarana transportasi umum seperti bus, taxi dan kendaraan umum lainnya pada jalan tersebut. Parkir ditepi jalan (on-street parking) dilarang, jalur pejalan kaki diperbesar dan dilengkapi juga elemen. ruang luar seperti paving, bangku dan tempat duduk, pohon-pohon, pencahayaan buatan, patung, air mancur.

c. Semi Mall. Pada mall jenis ini, jumlah lalu lintas dan kendaraan parkir dikurangi,jalur untuk pejalan kaki diperluas serta dilengkapi dengan taman dan pepohonan, penerangan dan elemen luar lainnya.

Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa City Walk merupakan ruang terbuka yang berbentuk koridor bagi pejalan kaki dan yang menghubungkan beberapa massa bangunan dengan fungsi komersial dan ritel yang ada.Setiap persimpangan koridor City Walk bisa digunakan sebagai ruang terbuka untuk panggung pertunjukan, dan juga berfungsi sebagai penghubung atau penyatu massa bangunan yang terpecah.

2.1.2. Tipologi City Walk

a. City Walk Sebagai Ruang Terbuka

(82)

maupun aktivitas ritual yang mempertemukan sekelompok masyarakat dalam rutinitas normal kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan periodik (Carr,1992). Dengan adanya pertemuan antar manusia, maka akan timbul bermacam-macam aktifitas di ruang tersebut. Ruang terbuka harusnya menjadi ruang kota mudah dicapai oleh semua orang dan terkesan terbuka dan masih dapat dirasakan pengaruh dari alam misalnya : angin, matahari, suara, dan air hujan.

Gambar 2.1.

City walk sebagai tempat berkumpul dan berinteraksi Sumber : www.google.com/Ruang Publik

b. City Walk Sebagai Fungsi Komersial

(83)

adalah keuntungan finansial yang akan dihasilkan dengan adanya kegiatan pedagangan dan kegiatan perekonomian didalamnya, dengan prinsip

ekonomi “pengeluaran sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan

sebesar-besarnya”.

Sesuai pengertian diatas, fasilitas komersial mempunyai sifat (skripsi Pranantyo Harwantono) :

1. Marketable, yaitu dapat dipasarkan

2. Profitable, yaitu mendapatkan keuntungan 3. Manageable, yaitu mudah dikelola

4. Adjustable, yaitu mudah disesuaikan dengan kebutuhan 5. Sustainable, yaitu mempunyai keberlangsungan

Klasifikasi fasilitas komersial :

1. Fasilitas komersial untuk menjual barang, yaitu fasilitas komersial yang menjual barang produk-produk berupa barang.

2. Fasilitas komersial yang memberikan pelayanan jasa.

[image:83.595.156.491.473.690.2]
(84)

Sasaran fasilitas komersial dapat dicapai dengan memperhatikan citra bangunan, yang mana perlu diperhatikan adalah (skripsi Pranantyo Harwantono ) :  Clarity (kejelasan), bertujuan memberikan kejelasan kepada seseorang

untuk mengenal suatu fasilitas dengan cepat. Kejelasan ini ditranformasikan dengan bentuk, ukuran dan tekstur yang dominan diantara lingkungannya. Bentuk yang komunikatif, arah bangunan yang jelas, bukaan yang dapat diketahui semua orang, serta view.

Boldness (kemencolokan), yaitu bentuk yang berbeda dengan

bangunan disekitarnya, kemencolokan bangunan ini juga bisa ditunjukan dengan iklan komersial yang besar sehingga mudah diingat bagi orang yang melihatnya. Boldness dapat ditransformasikan melalui bentuk, bahan, letak, tekstur, dan warna.

Intimacy (keakraban), yaitu menciptakan suasana yang membuat orang

merasa betah, yaitu dengan membuat skala manusia pada beberapa bagian bangunan, menciptakan kesan alami, vegetasi yang cukup pada lansekap, dan tangkapan visual dari pusat perbelanjaan.

Flexibility (fleksibilitas), ditransformasikan dalam bentuk peruangan

yang universal, suasana yang dapat berubah, dan dibentuk dengan karakter yang kuat.

Eficiency (efisien), ditransformasikan dengan penggunaan ruang yang

(85)

Inventiveness (kebaruan), ditransformasikan dalam bentuk tatanan fisik

yang inovatif, ekspresif, dan spesifik untuk mencegah kebosanan dan memberi atmosfir yang khas dalam bangunan komersial tersebut. c. City Walk Sebagai Tujuan Perbelanjaan

Pusat perbelanjaan merupakan wadah/ruang terjadinya kegiatan niaga dalam suatu lingkup kawasan maupun kota, dan tercipta transaksi jual beli dan kegiatan didalamnya. Selain itu, pusat perbelanjaan dapat juga diartikan sebagai sebuah kompleks toko-toko dan ritel-ritel dan fasilitas yang berhubungan dengan perbelanjaan yang direncanakan sebagai kelompok yang menyatu untuk memberikan kenyamanan maksimum dalam berbelanja untuk para pelanggan dan keterbukaan maksimum juga untuk barang dan jasa. Secara umum pusat perbelanjaan mempunyai pengertian sebagai suatu wadah dalam masyarakat yang menghidupkan kota atau lingkungan setempat, selain berfungsi sebagai tempat untuk berkumpul, berekreasi, atau rileks.

Maka sebagai kesimpulan pusat perbelanjaan adalah suatu lingkup kawasan dengan bangunan komersial yang dirancang dan direncanakan beserta fasilitas pendukungnya untuk memberikan kenyamanan dan keamanan dalam melakukan aktivitas perdagangan.

2.2. Penataan

(86)

penyelenggaraan pemerintah dimana dalam proses penataan tersebut dapat menjamin terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Penataan dapat dirumuskan sebagai hal, cara, hasil atau proses menata. (Badudu, Zein, 1995:132). Penataan ini membutuhkan suatu proses yang panjang dimana dalam proses penataan ini perlu ada perencanaan dan pelaksanaan yang lebih teratur demi pencapaian tujuan. Dalam kamus Tata Ruang dikemukakan bahwa penataan merupakan suatu proses perencanaan , pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan untuk semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan serta keterbukaan , persamaan keadilan dan perlindungan hukum (Kamus Tata Ruang, Edisi I :1997)

(87)

Permasalahan pembangunan ini tidak terlepas dari peran penataan ruang. Penataan ruang menjadi sangat penting karena dengan penataan ruang tersebut dapat menjamin terciptanya keadaan masyarakat yang tertib dan teratur. Keadaan masyarakat yang tertib dan teratur akan mampu mendukung terselenggaranya pembangunan.

2.2.1. Penataan Ruang

Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Hal tersebut merupakan ruang lingkup penataan ruang sebagai objek Hukum Administrasi Negara. Jadi, hukum penataan ruang menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 yaitu hukum yang berwujud struktur ruang (ialah sususnan pusat-pusat pemukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional) dan pola ruang (ialah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya). Keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar daerah serta antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.

a. Asas dan Tujuan Penataan Ruang

Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 ditegaskan bahwa penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas:

(88)

Keterpaduan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan antara lain, adalah pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

2. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan.

Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan pola ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dengan lingkungannya, keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar daerah serta antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.

3. Keberlanjutan.

Keberlanjutan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tamping lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang.

4. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan.

Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya yang terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang berkualitas.

(89)

Keterbukaan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penataan ruang.

6. Kebersamaan dan kemitraan.

Kebersamaan dan kemitraan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. 7. Perlindungan kepentingan umum.

Perlindungan kepentingan umum adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat. 8. Kepastian hukum dan keadilan.

Kepastian hukum dan keadilan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan berlandaskan hukum/ketentuan peraturan perundang-undangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dan kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian hukum.

9. Akuntabilitas.

Akuntabilitas adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat dipertanggungjawabkan, baik prosesnya, pembiayaannya, maupun hasilnya.

b. Klasifikasi Penataan Ruang

(90)

utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan. Selanjutnya ditegaskan sebagai berikut:

1. Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem internal perkotaan.

2. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budi daya.

3. Penataan ruang berdasarkan wilayah administrasi terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataaan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota.

4. Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan Ruang kawasan perkotaan, dan penataan ruang kawasan perdesaan. 5. Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas

penataan ruang kawasan strategis nasional, penatan ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

2.3. Revitalisasi

(91)

(Danisworo, 2002). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti luas (Laretna, 2002).

Persamaan fungsi yang dimiliki oleh pusat perbelanjaan modern dan pasar tradisional menimbulkan persaingan antara keduanya dan juga menimbulkan modernisasi dari pasar tradisional ke pusat perbelanjaan modern. Preferensi prioritas faktor internal, faktor eksternal, faktor bertahan, dan daya tarik pusat perbelanjaan modern menyebabkan pasar tradisional mengalami kondisi bertahan, kehancuran, maupun modernisasi. Ketiganya ini dapat menyebabkan sebuah pasar tradisional dapat tetap mempertahankan konsep dan fisik bangunannya sebagai pasar, modernisasi dari pasar tradisional ke pusat perbelanjaan modern, dan menyebabkan suatu pasar tradisional ke arah kehancuran (Andreas Y.C. dan Marinus W., 2006).

Menurut Mudrajad Kuncoro (2008), isu utama yang berkaitan dengan perkembangan pasar tradisional adalah sebagai berikut.

(92)

2. Tumbuh pesatnya minimarket (yang dimiliki pengelola jaringan) ke wilayah pemukiman.

3. Penerapan berbagai macam syarat perdagangan oleh ritel modern yang memberatkan pemasok barang.

4. Kondisi pasar tradisional secara fisik sangat tertinggal, maka perlu ada program kebijakan untuk melakukan pengaturan. Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, dikembangkan berbagai upaya untuk mengembangkan pasar tradisional. Salah satunya dilakukan dengan pemberdayaan pasar tradisional, antara lain dengan mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk pemberdayaan, meningkatkan kompetensi pedagang dan pengelola, memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi pedagang pasar tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi, serta mengevaluasi pengelolaan.

Gambar 2.3.

[image:92.595.114.509.443.654.2]
(93)

2.4. Pasar Tradisional

Pasar tradisional terdiri dari dua kata yaitu “pasar” dan tradisional”. Pasar berasal dari kata bazaar yang berasal dari bahasa Parsi dan Arab berarti tempat berjualan (Geertz, 1963, dalam Rochyansyah, 2009:200). Sedangkan dalam

Kamus Bahasa Indonesia “pasar” juga diartikan sebagai tempat berjual beli.

Sehingga dapat disimpulkan kata “pasar” secara umum memiliki arti sebagai

tempat berjualan.

Kata tradisional berasal dari serapam bahasa inggris yaitu traditional. Dalam Kmaus Besar Bahasa Indonesia kata “tradisional” memiliki arti menurut tradisi, yaitu adat kebiasaan yang masih diturunkan secara turun temurun. Sedangkan dalam kamus Oxford for Advance Learners Dictionary, traditional diartikan sesuatu yang bersifat dan didasarkan pada tradisi (kebiasaan). Dari pengertian menurut bahasa, dapat disimpulkan bahwa pasar tradisional yaitu tempat yang mewadahi aktivitas jual beli yang dilakukan secara tradisional yaitu dengan bertemunya penjual dan pembeli secara langsung.

2.5. Ruang Terbuka Publik

(94)

mengenai ruang terbuka publik yang dikemukakan oleh para ahli perencanaan kota sangat beragam, beberapa pengertian ruang terbuka publik tersebut, adalah:

1. Ruang terbuka publik adalah lahan tidak terbangun di dalam kota dengan penggunaan tertentu. Pertama, ruang terbuka kota didefinisikan sebagai bagian dari lahan kota yang tidak ditempati oleh bangunan dan hanya dapat dirasakan keberadaanya jika sebagian atau seluruh lahannya dikelilingi pagar. Selanjutnya ruang terbuka didefinisikan sebagai lahan dengan penggunaan spesifik yang fungsi atau kalitas terlihat dari komposisinya (Rapuano, 1994).

2. Ruang terbuka publik merupakan ruang wadah aktivitas sosial yang melayani dan juga mempengaruhi kehidupan masyarakat kota. Ruang terbuka juga merupakan wadah dari kegiatan fungsional maupun aktivitas ritual yang mempertemukan sekelompok masyarakat dalam rutinitas normal kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan periodik (Carr,1992). 3. Sedangkan menurut Daisy (1974), berdasarkan pemilikannya

ruang terbuka publik dapat diklasifikasikan berdasarkan dua jenis :

(95)

b. Ruang terbuka publik yang merupakan milik publik dan digunakan oleh orang banyak tanpa kecuali. Misalnya jalan kendaraan, jalan pedestrian, arcade, lapangan bermain, taman kota dan lain lain.

2.5.1. Tujuan Ruang Terbuka Publik

Secara umum, tujuan ruang terbuka publik (Carr dkk,1992) adalah:

1. Kesejahteraan Masyarakat Kesejahteraan masyarakat menjadi motivasi dasar dalam penciptaan dan pengembangan ruang terbuka publik yang menyediakan jalur untuk pergerakan, pusat komunikasi, dan tempat untuk merasa bebas dan santai.

2. Peningkatan Visual (Visual Enhancement)

“Keberadaan ruang publik di suatu kota akan meningkatkan kualitas visual kota tersebut menjadi lebih manusiawi,

harmonis, dan indah.”

3. Peningkatan Lingkungan (Environmental Enhancement)

“Penghijauan pada suatu ruang terbuka publik sebagai sebuah

nilai estetika juga paru-paru kota yang memberikan udara segar di tengah-tengah polusi.”

4. Pengembangan Ekonomi (Economic Development)

“Pengembangan ekonomi adalah tujuan yang umum dalam

penciptaan dan pengembangan ruang terbuka publik.”

(96)

“Merupakan tujuan yang tidak tertulis secara jelas dalam

kerangka penciptaan suatu ruang terbuka publik namun selalu

ingin dicapai.”

2.5.2. Fungsi Ruang Terbuka Publik

Ruang terbuka publik sebagai salah satu elemen perancangan mempunyai fungsi-fungsi:

1. Ruang terbuka publik melayani kebutuhan sosial masyarakat kota dan memberikan pengetahuan kepada pengunjungnya. Pemanfaatan ruang terbuka publik oleh masyarakat sebagai tempat untuk bersantai, bermain, berjalan-jalan dan membaca. (Nazarudin, 1994).

2. Ruang terbuka publik adalah simpul dan sarana komunikasi pengikat sosial untuk menciptakan interaksi antarkelompok masyarakat (Carr, 1992).

2.5.3. Jenis Ruang Terbuka Publik

Ruang terbuka publik dapat berupa landscape (ruang terbuka hijau) maupun hardscape (ruang terbuka terbangun), pengkategoriannya adalah:

(97)

2. Ruang terbuka publik skala bagian kota yang melayani beberapa unit lingkungan, seperti taman umum (public park), ruang terbuka untukmasyarakat luas (community space).

3. Ruang terbuka publik dengan fungsi tertentu, seperti ruang sirkulasi kendaraan (jalan raya/freeway, jalan arteri, dll), ruang terbuka publik di pusat komersial (area parkir, plaza, dan mall), ruang terbuka publik kawasan industri, dan ruang terbuka publik peringatan (memorial) (Carr, 1992).

4. Pasar terbuka publik (markets), yaitu ruang terbuka publik atau jalan yang digunakan untuk PKL, bersifat temporer pada ruang yang ada seperti taman, daerah pinggir jalan, atau area parkir (Carr, 1992).

2.6. Ruang Terbuka Hijau

(98)

sengaja ditanam ( Pasal 29 UU No. 26 tahun 2007). Menurut Dinas Tata Kota, ruang terbuka hijau kota meliputi:

1. Ruang terbuka hijau makro, seperti kawasan pertanian, perikanan, hutan lindung, hutan kota, dan landasan pengamanan bandar udara.

Gambar 2.4.

Ruang Terbuka Hijau Makro

Sumber : www.google.com/ruangterbukahijauhutankota 2. Ruang terbuka hijau medium, seperti kawasan area pertamanan

(city park), sa

Gambar

Gambar 4.2. Jl. Kota Baru 3
Gambar 4.4.  Parkir Kendaraan Jl. Kota Baru 3
Gambar 4.10. Kantor Pemerintahan di Jl. Rotan Proyek
Gambar 4.16. Potongan Jl. Razak Baru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya pasar tradisional yang ada di Sukaramai II.Pasar Tradisional Akik mempunyai peranan dalam aktifitas ekonomi ternyata

Pasar Pagi Arengka di Kecamatan Tampan kota Pekanbaru merupakan salah satu pasar tradisional yang aktif setiap hari yang ada di Kecamatan Tampan, pasar ini

Pertumbuhan dan persebaran pasar modern (pusat perbelanjaan) apabila tidak dikendalikan atau diatur penataanya dikuatirkan dapat mematikan peranan pasar tradisional

Kondisi pasar tradisional yang identik dengan kondisi yang bau dan terkesan kumuh, tidak aman dan tidak nyaman menjadi pertimbangan konsumen berbelanja di pasar tradisional,

Fenomena yang muncul di Batam adalah berkembangnya pasar kaget sebagai salah satu jenis pasar tradisional yang ada hampir diseluruh kecamatan, perumahan yang ada di kota

MODEL PENATAAN “STREET MARKET” PADA KAWASAN PASAR PETISAH KOTA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya pasar tradisional yang ada di Sukaramai II.Pasar Tradisional Akik mempunyai peranan dalam aktifitas ekonomi ternyata

Dalam kaitannya dengan pemberdayaan pasar tradisional maka dapat disimpulkan bahwa definisi dari peranan pemerintah daerah dalam pemberdayaan pasar tradisional