• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stres dan Koping Pasien Karsinoma Nasofaring Stadium III dan IV di RA3 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Stres dan Koping Pasien Karsinoma Nasofaring Stadium III dan IV di RA3 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bernama Nur Aisyah Lubis NIM. 141121129 adalah mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Stres dan Koping Pasien Karsinoma Nasofaring Stadium III dan IV di RA3 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Penelitian merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara/ i untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaannya untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu/ Saudara/i.

Partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/ i dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi Bapak/Ibu/ Saudara/ i dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Terimakasih atas partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/ i dalam penelitian ini.

Medan, Nopember 2015

Peneliti Responden

(3)

Kode:

Tanggal/ Waktu:

Bagian 1. Kuesioner Data Demografi

Jawablah pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda (√) pada tempat yang disediakan sesuai dengan keadaan sebenarnya.

1. Usia :

2. Jenis Kelamin : □ Pria □ Wanita

3. Agama : □ Islam □ Kristen

□ Budha □ Hindu

4. Suku : □ Batak □ Karo

□ Jawa □ Minang

□ Lain-lain, sebutkan

5. Pekerjaan :

6. Status Perkawinan : □ Menikah

□ Janda/ Duda

(4)

Bagian 2. Kuesioner stres pasien Karsinoma Nasofaring Stadium III dan IV

Petunjuk Pengisian:

- Berilah tanda (√) pada setiap kolom yang tersedia sesuai

dengan kondisi yang anda dialami.

- Untuk tiap pernyataan berisi jawaban Selalu (Sl), Sering (Sr), Jarang (Jr) dan Tidak Pernah (TP).

No.  PERTANYAAN  Sl  Sr  Jr TP

  Gejala Emosional 

8  Saya merasa gelisah         

  Gejala Intelektual 

15  Saya susah berkonsentrasi         

  Gejala Interpersonal 

(5)

28  Saya bertahan dengan pendapat saya sendiri         

Bagian 3. Kuesioner koping pasien Karsinoma Nasofaring Stadium III dan

IV

Petunjuk Pengisian:

- Berilah tanda (√) pada setiap kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi yang anda dialami.

- Untuk tiap pernyataan berisi jawaban Selalu (Sl), Sering (Sr), Jarang (Jr) dan Tidak Pernah (TP).

No.  PERNYATAAN  Sl  Sr  Jr  TP 

  Koping yang berfokus pada masalah          1  Saya mengekspresikan kemarahan saya kepada orang sekitar 

saya  15  Saya berusaha supaya masalah tersebut tidak mengganggu 

(6)
(7)

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

  No  Aktivitas Penelitian April  Mei Juni Juli Agustus  September Oktober Nopember Desember Januari  Februari 

Minggu ke‐ 1  2  3  4  1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4  1  2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3  4  1  2  3  4 

1  Pengajuan Judul penelitian      

2  Menyusun bab 1      

3  Menyusun bab 2      

4  Menyusun bab 3      

5  Menyusun bab 4      

6  Menyusun kuesioner      

7  Menyerahkan proposal      

8  Ujian sidang proposal      

9  Revisi proposal       

10  Uji validitas & reliabilitas      

11  Pengumpulan data  responden 

       

12  Analisa data       

13  Pengajuan sidang skripsi      

14  Ujian sidang skripsi      

15  Revisi skripsi       

(8)

ANGGARAN PENELITIAN

No Kegiatan Biaya

1 PROPOSAL

Biaya internet

Kertas A4 2rim

Fotocopy sumber-sumber daftar pustaka Buku

2 PENGUMPULAN DATA

Transportasi

3 ANALISA DATA DAN PENGUMPULAN

LAPORAN

(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

K13 44.5000 43.526 .283 .769

K14 44.4500 44.892 .102 .777

K15 44.3500 44.450 .326 .770

K16 44.3000 44.747 .362 .771

K17 44.3500 46.029 -.057 .783

K18 45.5500 46.682 -.131 .799

K19 44.5500 42.050 .347 .765

K20 44.8000 36.379 .592 .742

(18)

MASTER TABEL 

1. DATA DEMOGRAFI  No. 

Res.  Usia  Jenis Kelamin  Agama Suku Pekerjaan Status Perkawinan  Pendidikan 

(19)
(20)

25 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 0 1 0 1 1 1 2 1 1 37

26 0 2 0 0 0 3 1 3 3 2 2 0 3 2 0 1 1 2 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 33

27 1 2 2 2 2 2 0 1 0 2 0 0 0 0 2 1 2 2 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 22

28 2 2 2 0 1 2 0 1 1 2 2 0 2 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 28

29 3 2 2 2 2 3 0 2 2 1 0 0 0 0 1 0 0 2 3 1 1 0 1 1 0 0 0 0 28

30 3 2 2 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 15

31 2 1 2 0 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 0 0 2 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 28

32 1 3 3 3 1 0 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28

33 1 0 2 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 1 0 2 2 1 1 0 1 0 1 0 0 0 16

34 0 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 0 2 1 0 0 0 2 1 0 0 0 1 0 1 2 2 1 29

35 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 0 0 0 1 0 1 2 1 1 34

36 1 1 2 0 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 0 0 2 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 27

37 1 3 3 3 1 0 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28

38 1 0 2 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 1 0 2 2 1 1 0 1 0 1 0 0 0 16

39 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 0 2 1 0 0 0 2 1 0 0 0 1 0 1 2 2 1 31

40 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 0 0 0 1 0 1 2 1 1 34

41 0 0 2 1 1 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 1 1 2 1 0 0 0 0 0 1 2 0 0 24

42 2 2 2 0 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 45

(21)

3. Kuesioner Koping 

No. Res

Koping

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 JLH K11 K12 K13 K14 K15 K16 K17 K18 K19 K20 JLH

1 2 3 2 2 1 2 2 3 2 3 22 2 1 2 2 3 2 3 1 2 2 20

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 21

3 2 2 2 1 2 1 2 1 1 3 17 2 2 2 2 2 1 3 1 2 2 19

4 0 2 3 1 3 2 3 3 2 0 19 2 2 2 3 2 2 3 1 3 3 23

5 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 24 2 3 3 2 2 2 3 1 2 2 22

6 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 25 1 3 3 3 3 3 2 3 3 2 26

7 1 1 3 2 2 2 1 2 1 1 16 2 2 2 1 1 2 1 2 1 3 17

8 2 2 3 1 1 2 2 2 2 2 19 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 16

9 1 2 1 1 1 3 2 1 2 1 15 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19

10 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 24 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 25

11 2 2 1 1 0 3 2 2 2 2 17 0 2 3 3 0 3 2 2 1 3 19

12 0 3 2 1 2 2 2 2 1 2 17 2 1 1 1 0 2 2 1 1 2 13

13 1 1 2 1 0 3 2 3 3 2 18 2 2 2 2 1 3 2 2 1 2 19

14 0 2 2 2 2 2 1 2 2 1 16 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 18

15 3 2 3 1 1 2 2 1 0 2 17 3 1 2 2 2 2 2 2 1 2 19

16 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 25 2 2 1 2 3 3 3 2 3 3 24

17 1 2 2 1 0 1 2 2 1 2 14 2 1 1 3 2 2 3 1 0 2 17

18 3 2 2 1 1 2 1 2 2 1 17 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 26

19 1 2 2 1 1 2 1 2 1 3 16 2 2 2 2 2 3 3 2 3 1 22

(22)

21 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 25 2 1 2 2 1 3 2 1 1 2 17

22 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 18 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 23

23 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 23 3 2 3 2 2 3 1 1 3 1 21

24 1 2 1 2 2 1 2 1 2 3 17 2 1 2 3 3 2 2 3 0 2 20

25 1 2 1 0 1 3 2 2 2 2 16 3 2 3 2 1 3 2 2 3 2 23

26 2 2 2 1 2 3 2 0 1 2 17 1 3 3 2 2 3 3 3 2 2 24

27 0 3 3 2 0 3 3 3 3 3 23 1 1 1 2 1 2 2 0 2 2 14

28 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 24 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 23

29 1 2 3 2 2 1 2 1 0 1 15 0 2 1 3 3 2 1 0 2 2 16

30 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 16 0 2 2 2 2 0 1 1 2 1 13

31 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 25 1 2 2 2 0 1 2 2 0 2 14

32 1 3 2 3 1 3 3 2 2 2 22 2 2 1 2 2 1 1 1 2 3 17

33 2 1 3 0 3 2 0 2 1 2 16 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 28

34 2 2 2 2 3 3 3 3 1 3 24 3 3 0 1 2 3 3 2 2 2 21

35 3 1 2 2 2 3 2 3 2 3 23 3 2 2 3 1 2 1 3 2 2 21

36 1 3 3 2 3 2 2 2 2 2 22 2 1 0 1 2 2 2 1 1 2 14

37 0 2 3 2 2 3 3 2 2 2 21 1 3 1 1 1 3 2 3 1 3 19

38 2 1 2 1 0 1 1 2 1 2 13 2 1 3 1 3 3 3 3 3 3 25

39 3 1 1 0 2 1 2 0 2 2 14 3 3 2 3 1 2 1 2 1 2 20

40 3 2 2 0 2 2 3 2 2 1 19 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 25

41 2 3 2 1 2 1 2 2 1 2 18 1 0 1 1 2 2 1 1 2 2 13

(23)

Keterangan:

1.Data Demografi:

a.

sia: 1= dewasa awal, 2= dewasa menengah, 3= dewasa akhir b.

enis Kelamin: 1= Pria, 2= Wanita c.

gama: 1= Islam, 2= Kristen, 3= Buddha, 4= Hindu d.

uku: 1= Batak, 2= Karo, 3= Jawa, 4= Minang, 5= dan lain-lain e.

ekerjaan: 1= IRT, 2= Pegawai Swasta, 3= Wiraswasta, 4= PNS/TNI/POLRI, 5= Lain-lain

f.

tatus pernikahan: 1= Menikah, 2= Janda/ Duda, 3= TBelum menikah

2. Kuesioner stres :

Pernyataan: tidak pernah= 0, jarang= 1, sering= 2, selalu= 3

1.

uesioner koping

Pernyataan positif: tidak pernah= 0, jarang= 1, sering= 2, selalu= 3

(24)

MASTER TABEL

USIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Dewasa awal (18-40 tahun)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 28 66,7 66,7 66,7

Perempuan 14 33,3 33,3 100,0

Total 42 100,0 100,0

AGAMA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Islam 17 40,5 40,5 40,5

Kristen 25 59,5 59,5 100,0

Total 42 100,0 100,0

SUKU

Frequency Percent Valid Percent

(25)

Valid Batak 30 71,4 71,4 71,4

Karo 2 4,8 4,8 76,2

Jawa 1 2,4 2,4 78,6

Minang 1 2,4 2,4 81,0

Lain-lain 8 19,0 19,0 100,0

Total 42 100,0 100,0

PEKERJAAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid IBU RUMAH TANGGA

7 16.7 16.7 16.7

PEGAWAI SWASTA 8 19.0 19.0 35.7

WIRASWASTA 6 14.3 14.3 50.0

PNS/TNI/POLRI 7 16.7 16.7 66.7

Lain-lain 14 33.3 33.3 100.0

Total 42 100.0 100.0

PERKAWINAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Menikah 33 78.6 78.6 78.6

Janda/duda 6 14.3 14.3 92.9

Belum menikah 3 7.1 7.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

SPSS STRES

HASILSTRES

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid RINGAN 15 35.7 35.7 35.7

SEDANG 27 64.3 64.3 100.0

(26)

SPSS KOPING

HASILKOPING

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid BERFOKUS PADA MASALAH

Jawaban kuesioner stres tiap pernyataan

Pernyataan  16  Saya mengalami kesulitan membuat 

keputusan  22  Saya  kehilangan  kepercayaan 

kepada orang lain 

(27)

23  Saya mudah menyalahkan orang lain  0  0  30(71,4)  12(28,6)

Jawaban kuesioner koping tiap pernyataan

Pernyataan  Saya  mengekspresikan  kemarahan 

saya kepada orang sekitar saya 

untuk memahami keadaan 

11(26,2)  25(59,5)  6(14,3)  0 

gesa dalam mengambil keputusan 

11(25,2)  19(45,2)  11(26,2)  1(2,4)  13  Saya memikirkan apa yang harus saya 

katakan atau lakukan 

12(28,6)  20(47,6)  8(19,0)  2(4,8)  14  Saya berusaha melihat sisi baik dari 

setiap hal 

11(26,2)  24(57,1)  7(16,7)  0  15  Saya  berusaha  supaya  masalah 

tersebut  tidak  mengganggu  pikiran 

(28)

saya 

16  Saya berdoa  16(38,1)  22(52,4)  3(7,1)  1(2,4)  17  Saya mencoba untuk menerima 

penyakit yang saya alami 

14(33,3)  19(45,2)  9(21,4)  0  18  Saya lebih banyak tidur dari biasanya  2(4,8)  15(35,7)  16(38,1)  9(21,4)  19  Saya  menyalahkan  orang  lain  atas 

kondisi saya saat ini 

3(7,1)  9(21,4)  20(47,6)  10(23,8) 20  Saya menyangkal kalau saya berada di 

rawat di rumah sakit 

(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Aisyah Lubis

NIM : 141121129

Tempat, Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 17 September 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sei Padang Gg. Berkah No. 15 Kec. Medan Baru Kel. Merdeka Riwayat Pendidikan :

(38)

Aisyah, F. F. (2013). Gambaran Spiritualitas Pada Pelaku Konversi Agama. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia

Aliandri. (2007). Efek Samping Hematologis Pemberian Kemoterapi Pada Penderita Karsinoma Nasofaring di RSUP H. Adam Malik Medan. Tesis. Ardila, F & Herdiana, I (2013). Jurnal Pisikologi Keperibadian dan Sosial Vol.2

No.1 Fakultas Pisikologi Universitas Airlangga. Surabaya. Arikunto. (2010). Prosedur penelitian kesehatan. Jakarta: EGC

Arima, A.C. (2006). Paralisis Saraf Kranial Multipel pada Karsinoma Nasofaring.Diunduh dari:http://library.usu.ac. Pada tanggal 17 Mei 2015 Azwar, A. & Prihartono, J. (1987). Metodelogi Penelitian. Jakarta EGC

Azwar, S. (2003). Reliabilitas &validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Brecht, G. (2000). Mengenal dan menanggulangi stres. Jakarta: PT Prenhallindo

Chan J.K.C. dkk. (2005). Nashopharyngeal Carcinoma. In: Patology & Genetics Head and Neck Tumour. WHO Classification of Tumours, edited by Leon Barnes et al, IARC Press. 85-87

Cottrill CP, Nutting CM, ‘Tumours of The Nasopharynx’, dalam Evans PHR, Montgomery PQ, Gullane PJ (Eds) Principles and Practice of Head and Neck Oncology, Martin-Dunitz, UK, 2003, 473-81

Depkes, (2012). Profil PP dan PL Tahun 2011. Available at: https://dl.boxcloud.com/bc/3/07ae2925f3f734786bfb671c9721a377/fylyNs FqY5sBmFWUL Diakses:25 Mei 2015; 3:55PM

Diananda, Rama. (2009). Mengenal Seluk-Beluk Kanker. Jogjakarta: Katahati

Efiaty, Arsyad dkk.2009, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi 6. Cetakan ke 3: EGC, Jakarta

Folkman, S., & Lazarus, R. (1998). Way of coping questionnaire manual

Grimsbø, G. dkk (2012). Cancer patients’ expressions of emotional cues and concerns and oncology nurses' responses, in an online patient-nurse

communication service. Patient education and counseling, 88(1), 36–43.

doi:10.1016/j.pec.2012.01.007

Haber, A.,dan Runyon, R. P. (2004). Psychology of Adjustment. Illinois: The Dorsey Press

Hardjana, A. M. (2007). Stres tanpa Distres: Seni Mengolah Stres. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

(39)

Kedua. Jakarta: Salemba Medika

IARC, (2008). Prevalensi Kanker di Indonesia dan Dunia. Available at file:///C:/Users/Yes/Documents/SKRIPSI%20NET/Prevalensi%20Kanker %20di%20Indonesia%20dan%20Dunia%20_%20Manajemen%20Rumah %20Sakit%20PKMK%20FK%20UGM.htm Mei 2015, 3.55 PM

Isaacs. (2004). Panduan Belajar: Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarta: EGC

Keliat B.A. (2005). Proses keperawatan jiwa. Edisi ke-2. Jakarta; EGC

Kusmyadi & Desminiarti. (1990). Dasar-dasar perilaku. (Edisi ke-1). Jakarta: Pusdiknakes

Lumongga, Namora. (2009). Terapi Perilaku Kognitif pada pasien kanker. Medan: USU Press

Maramis, W. F. (2009). Catatatn ilmu kedokteran jiwa. Surabaya: Airlangga Unversity Press

Musbikin, Imam. (2008). Melogikakan Rukun Islam Bagi Kesehatan Fisik dan Psikologi Manusia, Yogyakarta: Diva Press

Muhtadin, Z. (2002). Mengembangkan Keterampilan Sosial pada Remaja. Skripsi

Munir, Delfitri. (2010). Karsinoma Nasofaring. Medan: USU Press

Muwarni, Arita. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya

Nasir, N. (2010). Karsinoma Nasofaring Kedokteran Islam. Available from: http://www.nasriyadinasri.co.cc/2009/12/karsinomanasofaring_20.htm1 (accesed 23 Mei 2015)

Nasir, A. dan Abdul, M. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa, Pengantardan Teoti. Jakarta: Salemba Medika

National Cancer Institute, (2009). Nasopharyngeal Cancer Treatment. U.S.A: National Cancerinstitute. Diunduh dari: http://www.cancer.gov. Pada tanggal 19 Mei 2015.

Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, (2000). Keperawatan gerontik. Jakarta: EGC

(40)

Pandi, Purnama S. (1983). Aspek Klinik Tumor Ganas

Telinga-Hidung-Tenggorok. In himawan, sutisna. tumor kepala dan leher : diagnosis dan

terapi. Jakarta : FKUI

Pascoe, S.W., Neal, R. D., Allgar, V. L., Selby, P. J., Wright, E. P., (2004). Psychosocial care for cancer patients in primary care ? Recognition of opportunities for cancer care. Journal of Family Practise, 2 (4) 437-442

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.

Punagi, A.Q. (2007). Ekspresi vaskular Endothelial Grawth Factor ReseFRptor (VEGFR) dan Latent Membran Protein (LMP-1) pada Karsinoma Nasofaring. Otorhinolaryngologika Indonesia. Vol. XXXXVII

Rasmun. (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Jakarta: Katalog Dalam Terbitan

Rasjidi, Imam.(2013). Buku Ajar Onkologi Kliniik. Jakarta: EGC

Riwidikdo, H. (2008). Statistik Kesehatan, Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Roezin, A. Anida, S. (2007). Karsinoma Nasofaring Dalam :Buku Ajar Telinga Hidung, Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6, Jakarta: FKUI.

Safaria, T. & Saputra, NE. (2009).Manajemen Emosi. Jakarta: Bumi Aksara

Sijingga, N.W. (2010). Hubungan Strategi Coping dengan Tingkat Kecemasan Ibu Bersalin Hipertensi di Rumah Sakit Umum Kabupaten Boyolali

Stuart, G.W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta. EGC.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono.(2007). Metode Penelitian pedidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA

Suliswati, dkk (2005). Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC

Sunaryo, (2014). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC

Suryani, E. & H. Widyasih. (2008). Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta: Fitramaya

Taylor, S. (2000). Health Psycology. USA: Mc Graw-Hill

WHO, (2010). Prevalensi Kanker di Indonesia dan Dunia. Available at file:///C:/Users/Yes/Documents/SKRIPSI%20NET/Prevalensi%20Kanker %20di%20Indonesia%20dan%20Dunia%20_%20Manajemen%20Rumah %20Sakit%20PKMK%20FK%20UGM.htm Mei 2015, 3.55 PM

(41)

1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan

stres dan koping yang ditunjukkan pasien karsinoma nasofaring Stadium III

dan IV di RA3 RSUD H. Adam Malik Medan. Adapun skema kerangka

penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Skema 3.1 Kerangka konseptual stres dan koping pasien karsinoma nasofaring

stadium III dan IV di RA3 RSUD H. Adam Malik Medan adalah:

Ringan

Sedang

Berat

berfokus pada masalah

berfokus pada emosi

Stres pasien karsinoma nasofaring stadium III dan IV

- Gejala fisikal - Gejala emosional - Gejala intelektual - Gejala interpersonal

(42)

2. Definisi operasional

Tabel 3.2 Definisi operasional stres dan koping pasien karsinoma nasofaring

stadium III dan IV di RA3 RSUD H. Adam Malik Medan

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Stres

ditunjukkan oleh pasien

karsinoma nasofaring

stadium III dan IV secara

(43)

2. Koping

Usaha atau cara yang

dilakukan oleh pasien

karsinoma nasofaring

stadium III dan IV dalam

(44)

4.1Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang

bertujuan untuk mengidentifikasi stres dan koping pasien karsinoma nasofaring

Stadium III dan IV di RA3 RSUP H. Adam Malik Medan.

4.2Polpulasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang didiagnosa karsinoma

nasofaring Stadium III dan IV di RA3 yang di rawat inap dan kemoterapi

dari bulan Nopember 2015 sampai Januari 2016 sebanyak 42 orang.

2. Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2006). Sedangkan menurut Sugiyono, 2010 Sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dapat

disimpulkan bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang

mempunyai karakteristik dan sifat yang mewakili seluruh populasi yang

ada. Dikarenakan jumlah pasien karsinoma nasofaring stadium III dan IV

di RA3 RSUP H. Adam Malik Medan kurang dari 100 orang, maka

sampel yang diambil sejumlah populasi yaitu 42 orang. Dengan demikian

(45)

teknik total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah

sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Adapun kriteria khusus

dalam pemilihan sampel ini adalah pasien karsinoma nasofaring Stadium

III dan IV yang dikemoterapi, tidak dalam kondisi lemah dan dapat

diwawancara, serta bersedia menjadi responden.

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2015 sampai Januari 2016

di RSUP H. Adam Malik Medan dengan alasan bahwa (1) rumah sakit tersebut

adalah rumah sakit pemerintah (2) merupakan rumah sakit pendidikan dan (3)

memiliki jumlah pasien yang cukup banyak.

4.4Pertimbangan Etik

Pada dasarnya seluruh penelitian/ riset yang menggunakan manusia

sebagai subyek penelitian harus mendapatkan ethical clearance. Penelitian ini

menggunakan objek manusia, oleh karena itu peneliti harus memahami

prinsip-prinsip etika penelitian dengan tidak melanggar hak-hak (otonomi) manusia,

penelitian ini tidak mengakibatkan penderitaan kepada subjek penelitian, bebas

dari eksploitasi dengan meyakinkan responden bahwa hasil penelitian ini tidak

akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan responden. Menghargai

hak asasi manusia (respect human dignity) yaitu responden mempunyai hak untuk

tidak bersedia menjadi responden dan peneliti memberi penjelasan secara rinci

serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek, selanjutnya

(46)

penelitian secara adil dan jujur (justice), peneliti juga menjelaskan kepada

responden bahwa data yang diberikan dirahasiakan (confidentility), untuk itu perlu

adanya tanpa nama atau inisial nama (anonymity) dan responden diminta untuk

berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan kemudian peneliti menanyakan

kesediaan menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan

(informed consent), jika responden menolak berpartisipasi dalam penelitian ini,

maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

4.5Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat

pengumpul data berupa kuesioner. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari tiga bagian yaitu, bagian pertama instrumen penelitian mengenai data

demografi pasien karsinoma nasofaring Stadium III dan IV di RA3 RSUP H.

Adam Malik Medan meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, status

pernikahan. Bagian kedua instrumen yang berkaitan dengan stres dan yang

tarakhir koping pasien karsinoma nasofaring Stadium III dan IV di RA3 RSUP H.

Adam Malik Medan.

Kuesioner stres dalam penelitian ini diambil dari Hardjana (2007), dan

dimodifikasi dan tidak menggunakan seluruh pernyataan dikarenakan bahasanya

yang rancu dan jumlah pernyataan yang terlalu banyak. jumlah pernyataan yang

diambil sebanyak 28 pertanyaan, dengan menggunakan skala likert. Komponen

dari kuesioner ini berisi pernyataan mengenai gejala fisikal, gejala emosional,

gejala intelektual dan gejala interpersonal, masing-masing 7 pernyataan dengan

(47)

stres responden, dalam penelitian ini akan dikategorikan sebagai stres ringan,

sedang dan berat. Menurut Sudjana (2005) untuk menentukan kategori stres

digunakan rumus statistik yaitu:

Rentang kelas

Berdasarkan rumus statistik P =

Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi

dikurangi rentang nilai terendah. Sehingga diperoleh rentang nilai tertinggi adalah

84 dan terendah adalah 0 dengan banyak kelas tiga kategori yaitu stres berat, stres

sedang, dan stres ringan, dengan P adalah 28. Semakin tinggi skor yang diperoleh,

semakin berat tingkat stresnya.

Maka dapat dikategorikan tingkat stres sebagai berikut:

Stres tingkat ringan --- 0-27

Stres tingkat sedang --- 28-55

Stres tingkat berat --- 56-84

Kuesioner koping dalam penelitian ini menggunakan Ways of Coping

Questionnaire (Folkman & Lazarus, 1988) yang dimodifikasi dan tidak

mengambil keseluruhan item karena jumlahnya terlalu banyak serta berdasarkan

penelitian sebelumnya oleh Sri, A.M yang berjudul Stres dan Koping Narapidana

Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wanita Tanjung Gusta Medan pada

tahun 2015. Pernyataan yang diambil sebanyak 20 pernyataan, dan untuk

(48)

meliputi 10 pernyataan koping berfokus pada masalah, 10 pernyataan koping

berfokus pada emosi. Pengkategorian koping pasien karsinoma nasofaring

Stadium III dan IV dihitung dengan cara menghitung skor dari pernyataan koping

yang berfokus pada masalah dan koping yang berfokus pada emosi. Setelah itu

skor ke dua koping tersebut dibandingkan, koping mana yang jumlah skornya

paling tinggi berarti responden tersebut lebih dominan menggunakan koping

tersebut.

4.6Validitas dan Reliabilitas Instrumen

4.6.1 Uji validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih

mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti

validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan

data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen

menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran

tentang validitas yang dimaksud. Untuk mengetahui ketepatan data ini diperlukan

teknik uji validitas. Teknik uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan validitas isi. Uji validitas ini dilakukan oleh dosen Keperawatan di

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Departemen Keperawatan Jiwa

yaitu ibu Wardiyah, S.Kep. Ns. M.Kep. Hasil validasi instrumen penelitian ini,

baik kuesioner stres dan kuesioner kopingnya memiliki CVI (Content Validity

(49)

4.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta

atau kenyataan diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu berlainan. Uji

reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau

kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsistensi sasaran yang akan

diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama

bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel.

Uji realibilitas dilakukan pada 20 orang pasien karsinoma nasofaring

stadium III dan IV di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan. Uji

reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan Cronbach Alfa untuk pernyataan

stres dan koping pasien karsinoma nasofaring. Hasil realibilitas dari kuesioner

stres bernilai 0,813 dan kuesioner koping bernilai 0,775. Kuisioner ini dikatakan

reliabel bila hasil reliabilitasnya bernilai > 0.70 (Hidayat, 2007).

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti terlebih dahulu mengajukan

permohonan izin pelaksanaan penelitian pada istitusi pendidikan (Program Studi

Ilmu Keperwatan) Universitas Sumatera Utara dan permohonan ijin penelitian

yang diperoleh dikirim ke Poliklinik RSUP H. Adam Malik Medan. Kemudian

peneliti menentukan calon responden yang memenuhi kriteria maka dipilih

sebagai responden sesuai dengan keinginan peneliti. Setelah mendapatkan

responden, peneliti menjelaskan pada responden dengan tujuan, manfaat dan cara

pengisian kuesioner kemudian responden diminta untuk menandatangani surat

(50)

Selanjutnya semua responden mengisi kuesioner yang diberikan di RA3 selama

30 menit, maka peneliti mengumpulkan data untuk dianalisa.

4.8 Analisa Data

Setelah semua kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa data menurut

Notoatmodjo, 2010 dengan memeriksa semua kuesioner apabila data belum

lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewawancarai ulang

responden (editing). Kemudian data diberi kode secara manual sebelum diolah

dengan komputer (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa

data, untuk memperoleh atau memasukkan data ke dalam tabel (Tabulating)

mengelola data ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah

analisa data, pengelolahan data, serta pengambilan kesimpulan. Data yang

dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer (entry). Setelah

data dimasukkan ke dalam komputer lakukan pemeriksaan terhadap semua data

guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data (cleaning). Tahap

terakhir dilakukan melakukan penyimpanan data untuk siap dianalisis (saving).

Untuk mengetahui tingkat stres pasien karsinoma nasofaring Stadium III

dan IV dibagi menjadi tiga yaitu tingkat stres ringan, sedang dan berat. Untuk

mengetahui koping pasien karsinoma nasofaring Stadium III dan IV dibagi

menjadi dua yaitu koping yang berfokus pada emosi, dan koping berfokus pada

masalah. Data demografi dan hasil kuisioner akan disajikan dalam bentuk tabel

(51)

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan

mengenai gambaran stres dan koping pasien Karsinoma Nasofaring stadium III

dan IV di RA3 RSUP H. Adam Malik Medan yang dilakukan pada bulan

Nopember 2015 sampai Januari 2016. Penyajian data meliputi karakteristik

responden, gambaran stres dan koping responden yang disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi dan persentase.

5.1Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik responden

Data demografi responden meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku,

pekerjaan, status perkawinan. Hasil penelitian dari 42 responden menunjukkan

bahwa karakteristik usia responden terbanyak adalah dewasa menengah (41-60

tahun) sebanyak 25 orang (59,5%), jenis kelamin responden terbanyak adalah

laki-laki sebanyak 28 orang (66,7%), agama responden terbanyak adalah

beragama kristen yaitu 25 orang (59,5%), suku responden terbanyak adalah suku

batak yaitu 30 orang (71,4%), pekerjaan responden terbanyak adalah kategori

lain-lain (petani dan nelayan) sebanyak 14 orang (33,3%), status perkawinan

responden yang terbanyak adalah menikah sebanyak 33 orang (78,6%). Distribusi

frekuensi dan persentase karakteristik responden karsinoma nasofaring stadium III

(52)

Tabel 5.1: Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik pasien karsinoma

nasofaring Stadium III dan IV di RA3 RSUP. H. Adam Malik Medan

(n= 42)

5.1.2 Stres pasien karsinoma nasofaring stadium III dan IV

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori tingkat stres pada karsinoma

nasofaring stadium III dan IV di RA3 RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan

hasil skor kuesioner yang diberikan pada responden terbanyak adalah stres sedang

yaitu 27 orang (64,3%), stres ringan 15 orang (35,7%).

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)

(53)

Tabel 5.2: Distribusi frekuensi dan persentase Stres pasien karsinoma

nasofaring stadium III dan IV di RA3 RSUP H. Adam Malik

Medan

Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)

Ringan 15 35,7

Sedang 27 64,3

Total 42 100

5.1.3 Koping pasien karsinoma nasofaring stadium III dan IV

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koping pasien karsinoma nasofaring

stadium III dan IV di RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan hasil skor

kuesioner yang diberikan pada responden yang terbanyak adalah menggunakan

koping yang berfokus pada emosi, yaitu 25 orang (59,5%) sedangkan yang

menggunakan koping yang berfokus pada masalah sebanyak 17 orang (40,5%).

Tabel 5.3 : Distribusi frekuensi dan persentase Koping pasien Karsinoma

Nasofaring stadium III dan IV di RA3 RSUP H. Adam Malik Medan

Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)

Koping berfokus pada masalah

17 40,5

Koping berfokus pada emosi

25 59,5

Total 42 100

5.2 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi stres dan koping pasien

karsinoma nasofaring stadium III dan IV di RA3 RSUP H. Adam Malik Medan.

(54)

pernyataan peneliti tentang stres dan koping pasien karsinoma nasofaring stadium

III dan IV di RA3 RSUP H. Adam Malik Medan.

1. Stres pasien karsinoma nasofaring stadium III dan IV di RA3 RSUP H. Adam

Malik Medan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa gambaran stres responden

terbanyak berada pada kategori sedang yaitu 27 orang (64,3%) dinilai dari tanda

dan gejala stres sedangkan responden yang mengalami stres kategori ringan

sebanyak 15 orang (35,7%) dan tidak ada responden dengan stres kategori berat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Petty dan Noyes 1981 dalam Haskel

1995 bahwa sebanyak 17-25% pasien kanker yang dikemoterapi mengalami stres.

Potter & Perry, 2005 menjelaskan bahwa tingkat stress sedang adalah

stress karena menghadapi stressor dalam hitungan hari dan tingkat stress berat

adalah karena stres menghadapi stressor kronis yaitu dalam hitungan tahun. Hal

ini berbeda dengan hasil yang didapatkan dimana pasien yang dikemoterapi di

RA3 memiliki tingkat stress ringan sampai sedang adalah pasien yang sudah

menjalani pengobatan kemoterapi dalam hitungan tahun. Penilaian individu

terhadap stressor akan mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan

pencegahan terhadap stressor yang membuat stress (Safaria & Saputra, 2009).

Responden menilai bahwa kemoterapi merupakan salah satu penanganan yang

dapat membantu untuk mengatasi penyakit yang diderita saat ini.

Selanjutnya bila dianalisa dari pernyataan jawaban responden tentang stres

menunjukkan bahwa sebanyak 50% responden sering sakit kepala, 73,8%

(55)

telinga, hidung dan tenggorokannya, 54,8% responden merasa kurang

pendengaran pada satu telinga, 45,2% responden selera makan sering berkurang,

50% responden tidak pernah sulit bernafas. Hal ini sesuai dengan pendapat Potter

& Perry, 2005 yang menyatakan bahwa beberapa pasien kanker yang menjalani

kemoterapi akan mengalami stres berupa sakit kepala, selera makan berkurang

yang diakibatkan adanya stresor yang berkepanjangan dan tidak teratasi. Selain itu

menurut Haskel, 2005 bahwa sebagian pasien kanker mengnalami gangguan tidur.

Stres seperti ini diakibatkan karena adanya gangguan pada aspek fisik dari

kepoterapi berupa rasa mual, muntah, rasa panas dan peningkatan frekuensi

berkemih yang membuat tidur mereka terganggu (Taylor, 2000).

Selanjutnya sebanyak 50% responden sering merasa gelisah dan merasa

tertekan, 54,8% reponden sering mudah marah, 78,6% responden sering

menangis, 61,9% responden tidak pernah malu bertemu dengan yang dikenal,

59,5% responden sering merasa mudah tersinggung, 45,2% responden sering

merasa harga dirinya menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Haskel, 2005

bahwa stres pada pasien kanker ditandai dengan timbulnya gangguan mood yang

jelek berupa perasaan sensitif dan merasa tidak berharga. Menurut Hidayat, 2007

jika seseorang sakit akan memiliki reaksi emosional yang tinggi (menangis,

mudah tersinggung dan marah).

Selanjutnya sebanyak 33,3% responden jarang susah berkonsentrasi,

59,5% responden jarang mengalami kesulitan membuat keputusan, 45,2%

respinden tidak pernah kacau pikirannya kacau, 76,2% responden sering suka

melamun, 33,3% responden merasa tidak pernah kehilangan rasa humor, 76,2%

(56)

responden tidak pernah melakukan kesalahan saat mengikuti kegiatan di rumah

sakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat, 2007 jika seseorang yang sakit

maka terjadi perubahan intelektual berupa pikiran kacau, sering malamun,

kehilangan rasa humor dan malas melakukan melakukan kegiatan.

Berdasarkan hasil penelitian responden mengatakan tidak bisa melakukan

kegiatan di rumah sakit karena pasien yang dirawat di RA3 dengan diagnosa

karsinoma nasofaring stadium III dan IV adalah pasien yang menjalani

kemoterapi. Sebagaimana efek dari kemoterapi yang responden jalani

menyebabkan mual, muntah, selara makan berkurang, sakit kepala, lemas dan

tidak bersemangat. Selain itu responden juga mengatakan mereka sering

mengalami sakit pada bagian kepala sampai leher diakibatkan pembengkakan dari

karsinoma nasofaring, sehingga banyak efek yang timbul dari pembengkakan

tersebut seperti berkurangnya pendengaran pada telinga, bahkan responden juga

mengatakan kesulitan membuka mulut.

Selanjutnya sebanyak 81% responden tidak pernah kehilangan

kepercayaan kepada orang lain, 71,4% responden jarang menyalahkan orang lain,

61,9% tidak pernah membatalkan janji, 57,1% reponden jarang mencari-cari

kesalahan orang lain, 40,5% tidak pernah menyerang orang dengan kata-kata,

47,6% responden tertutup dengan orang lain, 54,8% tidak pernah bertahan dengan

pendapatnya sendiri. Berdasarkan hasil penelitian responden mengatakan masih

mau dijenguk oleh orang yang dikenal, masih melakukan aktifitas seperti biasa

apabila tidak dalam masa pengobatan dan menerima setiap masukan dari setiap

(57)

Menurut Haskel, 2005 bahwa stres pada pasien kanker dapat ditandai

dengan timbulnya gangguan nafsu makan sulit berkonsentrasi, gangguan sosial,

mood yang jelek berupa sensitif. Sebagaimana kita ketahui seseorang yang

mengalami stres itu akan mengalami perubahan secara fisikal, emosional,

intelektual dan personal, tetapi dari hasil kuesioner perubahan-perubahan ini tidak

terlalu dialami oleh para responden. Hal ini jugalah yang mendukung hasil

penelitian ini tentang tingkat stres pasien karsinoma nasofaring Stadium III dan

IV di RA3 RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Koping pasien karsinoma nasofaring stadium III dan IV di RA3 RSUP H.

Adam Malik Medan

Berdasarkan hasil penelitian tentang koping pasien karsinoma nasofaring

di RA3 RSUP H. Adam Malik yang ditentukan dengan kuesioner diperoleh bahwa

pasien berfokus pada emosi sebanyak 25 orang (64,3%) dan berfokus pada

masalah 17 orang (35,7%). Hasil penelitian sejalan dengan pendapat Lazarus dan

Folkman (2004) ada dua pendekatan strategi koping yang dapat digunakan yaitu

strategi koping yang berfokus pada masalah dan strategi koping yang berfokus

pada emosi. Pasien cenderung akan menggunakan koping berfokus pada emosi

dalam menghadapi masalah-masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti

masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat seperti

kanker, sebaliknya pasien akan cenderung menggunakan koping berfokus pada

emosi dalam menghadapi masalah-masalah yang menurutnya bisa dikontrol

(58)

Secara keseluruhan, responden memeiliki koping yang adaptif dalam

menghadapi stresor yang mereka alami. Berdasarkan jawaban yang paling banyak,

responden mengatakan berdoa merupakan salah satu cara yang mereka gunakan

dalam menghadapi stressor, dimana dengan berdoa mereka semakin diteguhkan

dalam menjalani kehidupan dan mampu menerima kondisinya saat ini. Berdoa

merupakan bentuk mendekatkan diri kepada Tuhan karena hal itu dianggap

sebagai sumber kekuatan agar mampu menerima keadaan yang hadapi (Aisyah,

2013). Menurut Musbikin, 2008 ketika harapan muncul, maka tingkat strespun

akan menurun. Jadi, berdoa dan mendekatkan diri pada Tuhan merupakan strategi

koping yang efektif dilakukan pasien karsinoma nasofaring untuk mengatasi stres.

Selain itu dari hasil observasi dengan hadirnya tokoh agama kedalam

setiap kamar pasien dengan memberikan dorongan serta semangat untuk dapat

mengatasi masalah stres yang muncul, sehingga responden diharapkan tidak putus

asa, tidak menyalahkan penyakit yang dialami saat ini, dan tidak mengganggu

pikiran responden. Adapun dengan dilibatkannya dukungan dari keluarga juga

dapat memberikan masukan serta pemahaman kepada setiap responden untuk

lebih menerima penyakit yang saat ini dan berusaha melihat dari sisi baik dari

setiap hal yang dialami.

Berdasarkan hasil yang didapatkan terdapat sebanyak 17 responden

(35,7%) menggunakan koping yang berfokus pada masalah. Dimana pasien pasien

sering belajar dari pengalaman penderita sebelumnya, sering berdiskusi dengan

keluarga untuk memahami keadaan responden saati ini. Adapun responden dalam

penelitian ini adalah pasien yang sudah sering menjalani kemoterapi. Adapun dari

(59)

penyakit dan pengobatan yang harus responden jalani hanyalah pada saat awal

terdiagnosa dan pertama kali menjalani kemoterapi, namun pada kemoterapi

berulang banyak responden yang jarang mendapatkan informasi tentang

bagaimana penyakit dan pengobatan berikutnya. Hal tersebut yang menyebabkan

banyak pasien karsinoma nasofaring lebih menggunakan koping yang berfokus

pada emosi, dimana responden menerima keadaan dan berserah diri kepada

Tuhan.

Didapatkan data dari American Cancer Society, 2005 yang menyatakan

bahwa bersosialisasi dan berhungan dengan orang lain akan mampu membantu

pasien untuk beradaptasi dengan lebih baik. Hal tersebut dilihat dari jawaban

pernyataan responden yang menerima pengertian dan pemahaman dari orang lain,

sering mencari saran dan nasehat kepada keluarga dan teman serta menerima

solusi yang berbeda untuk mengatasi masalah yang dialami. Selain itu menurut

Keliat, 2005 dukungan sosial termasuk pasangan, orangtua, anak, sanak saudara,

teman maupun tim kesehatan sangat diperlukan terutama dalam mengatasi

masalah pelik termasuk masalah yang serius.

Selanjutnya kondisi dimana pasien tidak menyangkal kalau pasien sakit,

berusaha supaya masalah tersebut tidak mengganggu pikiran dan berusaha melihat

sisi baik dari setiap hal merupakan koping yang sering digunakan oleh responden.

Menurut Muhtadin, 2002 menerima kenyataan dan berfikir positif dapat menjadi

sumber daya psikologis yang sangat penting untuk membentuk koping yang

adaptif dalam mengatasi stres. Responden juga mendapatkan dukungan yang baik

dari keluarga dan teman-temannya. Sehingga mereka mampu menerima

(60)

Hal ini didukung oleh hasil penelitian Ardila & Herdiana, 2013 tentang

penerimaan diri pada pasien karsinoma yang mampu mengubah pengalaman

negatif menjadi pengalaman positif dalam hidupnya karena memeiliki

pemahaman diri yang baik. Penerimaan diri pada pasien karsinoma nasofaring ini

dipengaruhi oleh adanya dukungan keluarga secara konsisten dan adanya sikap

yang menyenangkan dari lingkungan keluarga.

Berdasarkan asumsi peneliti bahwa pasien nasofaring karsinoma di RA3

RSUP H. Adam Malik Medan memeiliki stres sedang dikarenakan mereka

mempunyai penerimaan diri yang baik, juga memeiliki keyakinan atau pandangan

yang positif terhadap keadaan dirinya. Sehingga perubahan-perubahan yang

mereka alami selama sakit mampu mereka atasi. Hal ini juga dikarenakan mereka

mendapat dukungan yang baik. Selain dukungan keagamaan, mereka juga

menadaptkan dukungan dari keluarga maupun teman-temannya. Hal inilah yang

membuat mereka untuk dapat menerima keadaan saat ini dan mengubah

pandangan terhadap diri mereka sendiri. Peneliti juga berpendapat koping yang

digunakan pasien karsinoma nasofaring adaptif, sehingga mereka dapat mengatasi

stres dan tekanan yang muncul sebagai ancaman serta untuk mengatasi masalah

(61)

6.1Kesimpulan

- Stres pasien karsinoma nasofaring stadium III dan IV di RA3 RSUP H. Adam

Malik Medan termasuk kategori stres ringan dan sedang.

- Koping pasien karsinoma nasofaring stadium III dan IV di RA3 RSUP H.

Adam Malik Medan adalah koping yang berfokus pada emosi.

6.2Saran

6.2.1 Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dan

masukan bagi pendidikan keperawatan, serta dapat mendidik calon-calon perawat

kedepannya sehingga lebih memahami kebutuhan psikologis manusia dan mampu

membantu orang-orang sekitarnya yang sedang berhadapan dengan

sumber-sumber stres dalam hidupnya.

6.2.2 Bagi pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan

keperawatan bagi masyarakat yang sedang mengalami tekanan-tekanan dalam

hidupnya, dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan tentang cara-cara adaptif

untuk mengatasi stres yang dihadapi, terkhusus bagi pasien nasofaring stadium III

(62)

6.2.3 Bagi penelitian keperawatan

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan lebih mengembangkan penelitian ini

dengan melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi stres dan pemilihan

(63)

2.1 Konsep Stres

2.1.1 Pengertian Stres

Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan

seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan. Respon atau tindakan

ini termasuk respon fisiologis dan psikologis. Stres dapat menyebabkan perasaan

negatif atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam

kesejahteraan emosional. Stres dapat mengganggu cara seseorang dalam mencerap

realitas, menyelesaikan masalah, berpikir secara umum, hubungan seseorang dan

rasa memiliki (Potter & Perry, 2005).

2.1.2 Sumber stresor

Sumber stresor menurut Hidayat (2008) merupakan asal dari penyebab

suatu stres yang dapat mempengaruhi sifat dari stresor seperti lingkungan, baik

secara fisik, psikososial maupun spiritual. Sumber stresor lingkungan fisik dapat

berupa fasilitas-fasilitas seperti air minum, makan, atau tempat-tempat umum

sedangkan lingkungan psikososial dapat berupa suara atau sikap kesehatan atau

orang yang ada disekitarnya, sedangkan lingkungan spiritual dapat berupa tempat

pelayanan keagamaan seperti fasilitas ibadah atau lainnya.

2.1.3 Penyebab stres

Stres menurut Muwarni (2009) dapat disebabkan karena faktor biologis,

(64)

kekurangan air, oksigen, makanan, cacat, nyeri, dll. 2) Faktor psikologis:

kehilangan orang yang dicintai, perpisahan. 3) Faktor sosial: perubahan tempat

tingal, masalah ekonomi, dikucilkan. 4) Faktor mikrobiologi: kuman penyakit.

2.1.4 Tanda & gejala stres

Gejala-gejala ini bisa menjadi tanda-tanda awal dari bakal timbulnya

masalah kesehatan, atau bahkan dari kondisi yang memerlukan perhatian medis.

Gejala-gejala stres menurut Hardjana (2007) dibagi dalam a) Gejala Fisikal: sakit

kepala, pusing, pening, tidur tidak teratur: insomnia (susah tidur), tidur terlantur,

bangun terlalu awal, sakit punggung, terutama di bagian bawah, mencret-mencret

dan radang usus besar, sulit buang air besar, sembelit, gatal-gatal pada kulit, urat

tegang-tegang terutama pada leher dan bahu, tekanan darah tinggi atau serangan

jantung, keringat berlebih, selera makan berubah, lelah atau kehilangan daya

energi. b) Gejala emosional: gelisah atau cemas, sedih, depresi, mudah menangis,

mood/suasana hati berubah-ubah cepat, mudah panas/ emosi dan marah, gugup,

rasa harga diri menurun atau merasa tidak aman, terlalu peka dan mudah

tersingung, marah-marah, gampang menyerang orang dan bermusuhan, emosi

mengering atau kehabisan sumber daya mental (burn out). c) Gejala intelektual:

susah berkonsentrasi atau memusatkan pikiran, sulit membuat keputusan, mudah

terlupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun secara berlebihan, pikiran

dipenuhi oleh satu pikiran saja, kehilangan rasa humor yang sehat, produktivitas

atau prestasi kerja menurun, mutu kerja rendah, dalam kerja bertambah jumlah

kekeliruan yang dibuat. d) Gejala interpersonal: kehilangan kepercayaan kepada

orang lain, mudah menyalahkan orang lain, mudah membatalkan janji atau tidak

(65)

dengan kata-kata, mengambil sikap terlalu membentengi dan mempertahankan

diri, mendiamkan orang lain.

2.1.5 Tahapan stres

Gejala-gejala stres pada diri seseorang sering sekali tidak disadari karena

perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat. Dan, baru dirasakan bilamana

tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari

baik di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan lingkungan sosialnya. Amberg

(1979 dalam Hawari, 2001) dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres

sebagai berikut:

2.1.5.1Stres tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya

disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut, yaitu: Semangat bekerja besar,

berlebihan (over acting), penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya, merasa

mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya; namun tanpa disadari

cadangan energi habis (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula, merasa

senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun tanpa

disadari cadangan energi semakin menipis.

2.1.5.2Stres tahapan II

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan”

sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul

keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup

sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk istirahat. Istirahat antara lain

dengan tidur yang cukup bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan

(66)

(HP) yang sudah lemah harus kembali diisi ulang (dicharge) agar dapat digunakan

lagi dengan baik. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang

berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut, yaitu: Merasa letih sewaktu

bangun pagi, yang seharusnya merasa segar, merasa mudah lelah sesudah makan

siang, lekas merasa capai menjelang sore hari, sering mengeluh lambung atau

perut tidak nyaman (bowel discomfort), detakan jantung lebih keras dari biasanya

(berdebar-debar), otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang, tidak bisa santai.

2.1.5.3Stres tahapan III

Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa

menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II tersebut

di atas, maka yang bersangkutan akan menunjukkan keluhan-keluhan yang

semakin nyata dan mengganggu yaitu: Gangguan lambung dan usus semakin

nyata; misalnya keluhan “maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare),

ketegangan otot-otot semakin terasa, perasaan ketidaktenangan dan ketegangan

emosional semakin meningkat, gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar

kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi/ dini hari dan tidak

dapat kembali tidur (late insomnia), koordinasi tubuh terganggu (badan terasa

oyong dan serasa mau pingsan).

Pada tahap ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk

memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh

memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang

(67)

2.1.5.4Stres tahapan IV

Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter

sehubungan dengan keluhan-keluhan stres tahap III di atas, oleh dinyatakan tidak

sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila

hal ini terjadi dan yang bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa

mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul sebagai berikut: untuk

bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit, aktivitas pekerjaan yang

semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa

lebih sulit, yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan

untuk merespons secara memadai (adequate), ketidakmampuan untuk

melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari, gangguan pola tidur disertai dengan

mimpi-mimpi yang menegangkan, seringkali menolak ajakan (negativism) karena

tiada semangat dan kegairahan, daya konsentrasi dan daya ingat menurun, timbul

perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.

2.1.5.5Tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V

yang ditandai dengan hal-hal berikut, yaitu: Kelelahan fisik dan mental yang

semakin mendalam (physical and psychological exhaustion), ketidakmampuan

untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana, gangguan

sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder), timbul perasaan

(68)

2.1.5.6Stres tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan

panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang mengalami stres

tahap VI ini berulang-kali dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ke ICU,

meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ

tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut, yaitu: Debaran jantung

teramat keras, susah bernafas (sesak dan megap-megap), sekujur badan terasa

gemetar, dingin dan keringat bercucuran, ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang

ringan, pingsan atau kolaps (collapse)

Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana digambarkan

diatas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh

gangguan faal (fungsional) organ tubuh sebagai akibat stresor psikososial yang

melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

2.1.6 Tingkatan stres

Tingkatan stres menurut Acdiat (2000), stres dapat dibedakan yaitu:

2.1.6.1Stres ringan

Dalam tingkatan yang masih ringan belum berpengaruh kepada fisik dan

mental hanya saja sudah mulai agak sedikit tegang dan was-was.

2.1.6.2 Stres sedang (medium)

Pada tingkat medium ini individu mulai kesulitan tidur, sering menyendiri

(69)

2.1.6.3Stres berat (kronis)

Pada keadaan stres berat ini individu sudah mulai ada gangguan fisik dan

mental. Dan yang paling berat akan terjadi stroke dan memerlukan bantuan

penanganan dokter saraf

2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres

Rasmun (2001) menyatakan setiap individu akan mendapat efek stres yang

beda-beda. Hal ini bergantung pada beberapa faktor, yaitu:

2.1.7.1Kemampuan individu mempersepsikan stresor

Jika stresor dipersepsikan mengancam akan berakibat buruk bagi individu

tersebut, maka tingkat stres yang dirasakan kan semakin berat. Sebaliknya, jika

stresor dipersepsikan tidak mengancam dan individu tersebut mampu

mengatasinya, maka tingkat stres yang dirasakan akan lebih ringan.

2.1.7.2Intensitas terhadap stimulus

Jika intensitas serangan stres terhadap individu tinggi, maka kemungkinan

kekuatan fisik dan mental individu tersebut mungkin tidak akan mampu

mengadaptasikannya.

2.1.7.3Jumlah stresor yang harus dihadapi dalam waktu yang sama

Jika pada waktu yang bersamaan bertumpuk sejumlah stresor yang harus

dihadapi, stresor yang kecil dapat menjadi pemicu yang mengakibatkan reaksi

(70)

2.1.7.4Lamanya pemaparan stresor

Memanjangnya lama pemaparan stresor dapat menyebabkan menurunnya

kemampuan individu dalam mengatasi stres.

2.1.7.5Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam

menghadapi stresor yang sama.

2.1.7.6Tingkat perkembangan

Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stresor

yang berbeda sehingga resiko terjadinya stres pada tingkat perkembangan akan

berbeda.

2.2 Konsep Koping

2.2.1 Pengertian koping

Koping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan

situasi stresfull. Koping tersebut adalah merupakan respon individu terhadap

situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. Koping yang

efektif menghasilkan adaptasi yang menetap yang merupakan kebiasaan baru dan

perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping yang tidak efektif berakhir

dengan maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang dari keinginan normatif dan

dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain atau lingkungan. Setiap individu

dalam melakukan koping tidak sendiri dan tidak hanya menggunakan satu strategi

tetapi dapat melakukannya bervariasi, hal ini tergantung dari kemampuan dan

(71)

2.2.2 Strategi koping

Strategi koping yang bisa digunakan menurut Lazarus dan Folkman (1984)

dalam Nazir, 2001 yaitu:

2.2.2.1Koping yang berfokus pada masalah (problem focused coping)

Problem focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara

mengatur atau mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang

menyebabkan terjadinya tekanan. Problem focused coping ditujukan dengan

mengurangi demands dari situasi yang penuh dengan stres atau memperluas

sumber untuk mengatasinya. Strategi yang dipakai dalam problem focused coping

antara lain sebagai berikut: a) Confrontative coping: usaha untuk mengubah

keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan

yang cukup tinggi, dan pengambilan risiko, b) Seeking social support: usaha

untuk mendapatkan kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari orang lain,

c) Planful problem solving: usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap

menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan analistis.

2.2.2.2 Emotion Focused Coping

Emotion focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara

mengatur respons emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak

yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh

tekanan. Strategi yang digunakan dalam emotion focused coping antara lain

sebagai berikut: a) Self-control: usaha mengatur perasaan ketika menghadapi

situasi yang menekan, b) Distancing: usaha untuk tidak terlibat dalam

(72)

atau menciptakan pandangan-pandangan yang positif, seperti menganggap

masalah sebagai lelucon, c) Positive reappraisal: usaha mencari makna positif

dari permasalahan dengan berfokus pada pengembangan diri, biasanya juga

melibatkan hal-hal yang bersifat religius, d) Accepting responsbility: usaha untuk

menyadari tanggung jawab diri sendiri dalam permasalahan yang dihadapinya dan

mencoba menerimanya untuk membuat semuanya menjadi lebih baik, e)

Escape/avoidance: usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari dari situasi

tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal lain seperti makan, minum,

merokok atau menggunakan obat-obatan.

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi koping

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi strategi koping menurut Lazarus

dan Folkman (1984) dalam Nazir (2001) yaitu:

2.2.3.1Kesehatan fisik

Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha

mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar.

2.2.3.2Keyakinan atau pandangan positif

Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti

keyakinan akan nasib (external locus of control) yang mengerahkan individu pada

penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan

(73)

2.2.3.3Keterampilan memecahkan masalah

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi,

menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan

alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan

dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan

melakukan suatu tindakan yang tepat.

2.2.3.4 Keterampilan sosial

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan

bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang

berlaku di masyarakat.

2.2.3.5Dukungan sosial

Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan

emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain,

saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.

2.2.4 Penggolongan Mekanisme Koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi dua

(Stuart, 2007) yaitu:

2.2.4.1Mekanisme koping adaptif

Mekanisme koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung

(74)

berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi,

latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.

2.2.4.2Mekanisme koping maladaptif

Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme koping yang

menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan

cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan/tidak

makan, bekerja berlebihan, menghindar.

2.2.5 Jenis-jenis koping

Nazir, 2001 membagi koping menjadi dua jenis, yaitu:

2.2.5.1Tindakan langsung (Direct Action) koping jenis ini adalah setiap usaha

tingkah laku yang dijalankan oleh individu untuk mengatasi kesakitan dan

luka. Ancaman atau tantangan dengan cara mengubah hubungan yang

bermasalah dengan lingkungan. Individu menjalankan koping jenis direct

action atau tindakan langsung bila dia melakukan perubahan posisi

terhadap masalah yang di alami.

Ada empat macam koping jenis tindakan langsung:

a. Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka

Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif (beraksi) untuk

menghilangkan atau mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara

langsung pada keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan

(75)

b. Agresi

Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang

agen yang dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu

merasa atau menilai dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap agen yang

mengancam tersebut.

c. Penghidaran (Avoidance)

Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan

berbahaya sehingga individu memilh cara menghindari atau melarikan diri dari

situasi yang mengancam tersebut

d. Apati

Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan

dengan cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja

agen yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan

diri dari situasi yang mengancam tersebut.

2.2.5.2Peredaan atau Peringanan (pallitation) koping jenis ini mengacu pada

mengurangi atau menghilangkan atau mentoleransi tekanan-tekanan

kebeutuhan atau fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan emosi

yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa di artikan

bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan

masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu

(76)

Ada 2 macam koping jenis peredaan atau pallitation:

a. Diarahkan pada gejala (Symptom Directed Modes)

Macam koping ini digunakan bila gejala-gejala gangguan muncul dari diri

individu, kemudian individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi

gangguan yang berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan

atau ancaman tersebut.

b. Cara Intrapsikis ( Intrapsykis Modes)

Koping jenis ini peredaan dengan cara intra psikis adalah cara-cara yang

menggunakan perlengkapan-perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal

dengan istilah defense mechanism ( mekanisme pertahanan diri)

Macam-macam mekanisme pertahanan diri (defense mechanism atau

pembelaan ego): 1) Fantasi: Memuaskan keinginan yang terhalang dengan

prestasi dan khayalan. 2) Penyangkalan: Melindungi diri sendiri terhadap

kenyataan yang tak menyenangkan, dengan menolak menghadapi hal itu, sering

dengan melarikan diri seperti menjadi sakit atau kesibukan dengan hal-hal lain. 3)

Rasionalisasi: Berusaha membuktikan bahwa perilakunya itu masuk akal dan

dapat dibenarkan sehingga dapat di setujui oleh diri sendiri dan masyarakat. 4)

Identifikasi: Menambah rasa harga diri, dengan menyamakan dirinya dengan

orang atau institusi yang mempunyai nama. 5) Introyeksi: Menyatukan nilai dan

norma luar dengan sturktur egonya sehingga individu tidak tergantung pada belas

kasihan, hal-hal itu yang dirasakn sebagai ancaman luar. 6) Represi: Mencegah

pikiran yang menyakitkan atau berbahaya masuk ke alam sadar. 7) Regresi :

Mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah, dengan respon yang kurang

(77)

orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik. 9)

Penyusunan reaksi: Mencegah keinginan yang berbahaya, bila di ekspresikan

dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan

menggunakannya sebagai rintangan. 10) Sublimasi: Mencari pemuasan atau

menghilangkan keinginan sexual dalam kegiatan non sexual. 11) Kompensasi:

Menutupi kelemahan, dengan menonjolkan sifat yang dinginkan atau pemuasan

secara berlebihan dalam suatu bidang karena mengalami frustasi dalam bidang

lain. 12) Salah pindah: Melepaskan perasaan yang terkekang, biasanya

permusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya

membangkitkan emosi itu. 13) Pelepasan: Menebus dan dengan demikian

meniadakan keinginan atau tindakan yang tak bermoral.14) Penyekatan

emosional: Mengurangi keterlibatan ego dan menarik diri menjadi pasif untuk

melindungi diri sendiri dari kesakitan. 15) Isolasi: memutuskan pelepasan afektif

karena keadaan yang menyakitkan atau memisahkan sikap-sikap yang

bertentangan, dengan tembok-tembok yang tahan logika.16) Simpatisme:

berusaha memperoleh simpati dari orang lain dan demikian menyokong rasa harga

diri, meskipu gagal. 17) Pemeranan: Menurangi kecemasan yang dibangkitkan

oleh keinginan yang terlarang, dengan membiarkan ekspresinya. (Maramis, 2009).

Pada dasarnya mekanisme pertahanan diri terjadi tanpa disadari dan

bersifat membohongi diri sendiri terhadap realita yang ada, baik realita yang ada

diluar (fakta atau kebenaran) maupun realita yang ada di dalam ( dorongan atau

impuls atau nafsu). Mekanisme pertahanan bersifat menyaring realita yang ada

Gambar

Tabel 5.1: Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik pasien karsinoma
Tabel 5.2:  Distribusi frekuensi dan persentase Stres pasien karsinoma

Referensi

Dokumen terkait

Nama Lengkap dan

5 Darul Hikmah 6 Babussalam 7 Ar Raudah 8 Al Huda 9 Miftahul Ulum 10 Baitul Yaqin 11 Nurul Qomariah 12 Raudah Salafiyah 13 Ar Rasyid.. 14 Attaqwa 15 Nailul Authar

Introduction: This study aims to determine the level of physical fitness related to gateball players' health of Bantul Regency which includes: heart lung endurance, muscular

Diberitahukan bahwa berdasarkan hasil evaluasi dokumen penawaran, Kelompok Kerja 1 Unit Layanan Pengadaan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah menetapkan

Aplikasi sewa mobil adalah sebuah aplikasi pengolah database yang mengolah suatu data mobil, pelanggan dan transaksi menjadi sebuah informasi bagi konsumen dan laporan untuk

[r]

[r]

[r]