• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA TAMBAK BAGI ETNIS BATAK TOBA DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKNA TAMBAK BAGI ETNIS BATAK TOBA DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA TAMBAK BAGI ETNIS BATAK TOBA

DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA

KABUPATEN HUMBANG

HASUNDUTAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

LUHUT SINAGA

3113122029

PRODI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)

36

36

ABSTRAK

Luhut sinaga, NIM.3113122029, Makna Tambak Bagi Etnis Batak Toba Di Kecamatan Lintong nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan, skripsi. Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna tambak bagi Etnis Batak Toba di Kecamatan Lintong nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan yang dimana tambak menjadi salah satu symbol status dalam Etnis Batak Toba sehingga tambak dibangun dan di isi oleh acara-acara adat dan membutuhkan biaya besar demi keindahan/kemegahan serta kemewahan tambak.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi,wawancara mendalam dan dokumentasi. Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah ketua dari Lembaga Adat Dalihan Natolu (LADN) dan berbagai orang masyarakat Etnis Batak Toba di Kecamatan Lintong nihuta sebagai informan biasa.

Berdasarkan hasil penelitian Tambak bermakna sebagai pelestarian silsilah keluarga, sebagai pertanda bahwa marga memiliki huta (kampung) dalam suatu Desa, meneruskan budaya leluhur dan ungkapan penghormatan terhadap leluhur tetapi tambak juga sudah menjadi symbol status pada Etnis Batak Toba di Kecamatan Lintong nihuta. Tambak menggambarkan kemegahan dan keindahannya, banyak marga yang berlomba-lomba untuk membangun tambak dan masing-masing memamerkan keindahannya. Hal ini terlihat dari letak tambak yang dibangun pada tempat yang mudah dilihat orang secara visual seperti di Harbangan ni huta (gerbang kampung) dan pinggiran jalan raya.

Pada akhirnya penulis menyimpulkan bahwa pembangunan tambak mempunyai makna sebagai penerusan tradisi leluhur, pelestarian silsilah keluarga, ekstensi marga dalam huta,penghormatan terhadap leluhur dan tambak berperan sebagai status simbol dalam Etnis Batak Toba. Objektif tambak mengakibatkan stratifikasi social dan menggambarkan keadaan status, kondisi, pendidikan, sumberdaya manusia dari keturunan leluhur yang ada dalam tambak

(6)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas kasih

dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Makna

Tambak Bagi Etnis Batak Toba Di Kecamatan Lintong nihuta Kabupaten

Humbang Hasundutan”. Skripsi ini diajukan unuk memenuhi syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan dari jurusan Antropologi Prodi Pendidikan Antropologi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Penulis juga tidak lupa menyampaikanrasa terimakasih bagi pihak-pihak yang

telah memberikan motivasi maupun kontribusi bagi penulis, sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

telah membantu dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Teristimewa penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada

orang tua, Lasmaria Sihombing ibunda dan Amat Boyan sinaga yang telah merawat,

membesarkan dan memenuhi kebutuhan hidup penulis selama ini. Pengorbanan

beliau tidak akan pernah bisa dibalas dan hanya Doa yang dapat dipanjatkan penulis

kepada Tuhan Yesus Kristus agar memberikan kesehatan dan selalu dalam

(7)

Penulis juga mengucapkan kesempatan sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. syawal Gultom, Mpd. Selaku Rektor Universitas Negeri

Medan

2. Bapak Dr. H Restu M.si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta PD I, PD

II, dan PD III.

3. Ibu Puspitawati M.si selaku Ketua Prodi Pendidikan Antropologi yang telah

memberikan fasilitas dan banyak motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dr. Nurjannah M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

memberikan saran-saran kepada penulis sejak awal penyusunan proposal

sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Puspitawati M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah

banyak memberikan masukan dan araha selama mengikuti perkuliahan

sekaligus sebagai dosen penguji.

6. Ucapan terimakasih kepada Bapak Drs. Waston Malau MSP, Sulian Ekomila

S.Sos, MSP selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran-saran

(8)

7. Seluruh staf pengajar dan administrasi Prodi Antropologi Universitas Negeri

Medan

8. Kepada adik saya Arianto P. Sinaga, Montel Sinaga, Mariani cahaya sinaga,

dan Rama Sarinah sinaga yang selalu memberi motivasi dalam hidup saya dan

selama dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada keluarga Besar Oppu

Heppy dan seluruh tulang saya yang selalu mendoakan dan memerikan

dukungan moral maupun moril terhadap penulis selama kuliah.

10.Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Camat Lintong nihuta, Bapak

Benget sihombing, Oppu Ester, Haramudi Nababan, dan Pomparan Abidan

Sitinjak selaku informan dan memberikan fasilitas selama penelitian

dilapangan.

11.Kepada Hiranty Dora Faramita Naibaho Am.Keb yang selalu memberikan

motivasi terhadap penulis selama kuliah dan penyelesaian skripsi ini.

12.Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Andini Nurfadila Sinaga

SP.d selaku ito terbaik yang selalu membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

13.Buat teman seperjuangan mengerjakan proposal hingga penyelesaian skripsi

Rafael Salas Sinaga SP.d, Robert purba, Ansori sinaga, Kardo Sinaga, Andi

(9)

Serta kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu

persatu. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian semua. Penulis telah berupaya

semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini namun penulis menyadari masih

banyak kekurangan dan kelemahan dalam skripsi ini dari segi isi maupun tata bahasa,

untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifa membangun dari

pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaa dalam

memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan , September 2016

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan

Lembar Pengesahan

Pernyataan Keaslian Tulisan………. iii

Absrak………. iv

Kata Pengantar……… v

Daftar Isi……….. viii

Daftar Tabel………. . xi

Daftar Lampiran………. xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 4

1.4 Rumusan Masalah ... 5

(11)

1.6 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. KajianPustaka ... 7

2.1.1. Kajian Pustaka Terdahulu………. 6

2.2. Kerangka Teori ... 9

2.2.1. Tambak sebagai bagian dari budaya Enis Batak Toba ... 9

2.2.2. Simbol ... 11

2.2.3. Stratifikasi Sosial ... 12

2.2.4. Kedudukan (Status) ... 19

2.3. Kerangka Konsep ... 22

2.3.1. Etnis Batak Toba……….. 22

2.3.2. Tambak………. 24

2.4. KerangkaBerpikir ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 21

(12)

3.3 Subjek Dan Objek Penelitiaan ... 22

3.3.1 Subjek Penelitian ... 22

3.3.2 Objek Penelitian ... 23

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.4.1 Pengamatan ... 23

3.4.2 wawancara ... 24

3.4.3 Dokumentasi ... 24

3.5 TeknikAnalisa Data ... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 GambaranUmumKecamatanLintongNihuta ... 36

4.1.1 LetakGeografis ... 37

4.1.2 KeadaanPenduduk ... 38

4.1.3 SistemKepercayaan ... 37

4.1.4 Sistem Mata Pencaharian ... 40

4.1.5 SaranadanPrasarana... 42

(13)

4.1.7 Kekerabatan... 43

4.2 LatarBelakangTambak ... 45

4.3 Mangokkal Holi ... 48

4.4 MamestahonTambak (PeresmianTambak)... 49

4.5 MaknadanTujuanMembangunTambak ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

5.1 Kesimpulan ... 55

5.2 Saran ... 56

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Penduduk Kecamatan Lintong nihuta Pada Tiap Desa………..38

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Etnis Batak Toba merupakan salah satu etnis dari lima suku batak yang

ada di sumatera utara yaitu Karo,Simalungun, Pakpak,dan Mandailing. Etnis ini

tinggal hampir di seluruh Sumatera Utara, namun Etnis Batak Toba mendiami

daerah Samosir dan Toba.Etnis Batak Toba mempunyai adat istiadat yang sangat

dipertahankan hingga saat ini pelaksanaan adat itu dapat terlihat ketika ada acara

kelahiran, pemberian nama, pernikahan, dan kematian.

Etnis Batak Toba terkenal dengan makamnya yang indah dibangun oleh

keturunan yang meninggal.Makam ini biasa disebut dengan Tambak. Jika

melintasi jalan lintas antara Pematang Siantar – Parapat - Lumban Julu –

Porsea-Balige, maka akan terlihat Tambak Etnis Batak Toba tersebut. Namun yang

menjadi dilema adalah ketika kita mengamati Tambak itu, Tambak yang satu

dengan Tambak yang lain berbeda dan perbedaanya adalah seolah-olah makam

saling menunjukkan keindahan masing-masing.

Jika ditinjau dari sudut agama mayoritas Etnis Batak Toba yaitu agama

Kristen, agama tidak menuntut pembangunan Tambak yang harus demikian indah

tetapi hanya pemakaman yang layak saja yang bertujuan untuk mengenang orang

(16)

2

Dilihat dari segi pembiayaan untuk pembangunan Tambakini

membutuhkan biaya yang besar, meskipun biaya itu dikumpulkan dari keturunan

orang yang sudah meninggal dan sumbangan dari keturunanya tersebut.Struktur

suatu bangunan Tambak mempunyai struktur yang sama dengan bangunan rumah

hunian seperti menggunakan seng, keramik, bata, dan material bangunan lain dan

bahkan ada pemasangan instalasi listrik untuk penerangan dan lampu-lampu hias.

Pembangunan Tambak juga salah satu dari pelaksanaan adat istiadat Etnis

Batak Toba yang didalamnya terkandung juga upacara-upacara adat seperti

peletakan batu pertama dan acara mamestahon Tambak (acara adat Tambak). Pada

dasarnya dari setiap kegiatan dalam proses pembangunan Tambak ini marga yang

mengadakan pembangunan Tambak memperlihatkan melalui pelaksanaan

upacara adat dan bentuk serta estetika Tambak kepada masyarakat Etnis Batak

Toba, bagaimana status sosial suatu marga didalam lingkungan Etnis Batak Toba

tersebut, untuk mengetahui suatu marga sudah mencapai hagabeon (keturunan),

hamoraon (kekayaan), hasangapon (martabat).

Tambak biasanya dibangun berdasarkan mufakat dari keluarga suatu

marga yang meninggal, biasanya pesan dari orang yang meninggal tak jarang

menjadi acuan dari penentuan letak pembangunan Tambak yang mana

kepemilikan tanah adalah marga yang melakukan pembangunan Tambak.

Hal yang menjadi dilema adalah pembangunan Tambak yang

(17)

3

sementara keturunan dari orangtua yang telah meninggal masih membutuhkan

uang untuk keperluan pendidikan, perbaikan rumah dan kebutuhan lainnya. Untuk

hal pengadaan dana ini biasanya diangkat dari hasil mufakat musyawarah

keluarga marga yang akan membangun Tambak apakah sistemnya dipungut

berdasarkan nominal yg disetujui untuk setiap keluarga berdasarkan

kedudukannya dalam marga tesebut atau kerelaan masing-masing anggota

keluarga marga tersebut. Namun pada dasarnya pengadaan dana pembangunan

Tambak merupakan kegiatan yang menuntut kesadaran setiap individu dalam

keluarga tesebut, apalagi setiap individu Etnis Batak Toba mempunyai posisi

kedudukan yang dirujuk dari Dalihan Natolu.

Meskipun sistem pengadaan dana untuk pembangunan Tambak ini tidak

seutuhnya bergantung pada komposisi Dalihan Na Tolu, namun dalam keluarga

dari marga yang membangun Tambak terdapat juga bagian dari Dalihan natolu,

biarpun itu hanya antara hula hula dan boru. Namun dalam pengadaan dana

pembangunan Tambak seakan-akan memberikan tekanan sosial padajumlah dana

(18)

4

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, permasalahan yang

diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Makna Tambak bagi Etnis Batak Toba.

2. Hubungan Tambak dengan status dan simbol masyarakat Etnis BatakToba.

3. Upacara adat dalam pembangunan Tambak.

4. Pandangan agama terhadap pembangunan Tambak.

5. Biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan Tambak.

1.3.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas tampak bahwa banyak masalah

yang dihadapi. Untuk itu penelitian ini perlu diadakan pembatasan masalah yaitu:

1. Makna Tambak bagi Etnis Batak Toba di Kecamatan Lintong Nihuta

Kabupaten Humbang Hasundutan.

2. Dampak pembangunan Tambak terhadap status dan simbol dalam

masyarakat Etnis Batak Toba.

1.4.Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan yang telah dikemukakan diatas maka masalah

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana maknaTambak pada Etnis Batak Toba di Kecamatan Lintong

(19)

5

2. Bagaimana hubunganTambak dengan status sosial dan simbol Etnis Batak

Toba di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan?

1.5.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui maknaTambak bagi Etnis Batak Toba.

2. Mengetahui hubungan Tambak dengan status dan simbol pada masyarakat

Etnis Batak Toba di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang

Hasundutan.

1.6.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah

1.6.1. Manfaat secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

Sosial terutama dalam bidang ilmu Antropologi dan ilmu Sosiologi.

1.6.2. Manfaat secara Praktis

1. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai makna

Tambak bagi Etnis Batak Toba dan dampaknya bagi ketersediaan

lahan atau tanah.

2. Penelitian ini diharapakan bermanfaat bagi masyarakat untuk

menambah wawasan masyarakat.

3. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Ada empat hal yang menjadi makna bagi Etnis Batak Toba membangun

Tambak yaitu:

1. Menghormati orang tuanya/leluhurnya) dan melanjutkan tradisi dan

budaya leluhur

2. Mempertahankan eksistensi marganya di Bona Pasogit (kampung

halaman);

3. Sebagai pertanda bahwa suatu marga tersebut mempunyai tanah

diperkampungan tersebut sebagai warisan dari peninggalan leluhur

4. Alat untuk melestarikan silsialah keluarga sehingga ikatan kefamilian

selalu terpelihara dengan baik.

Itulah alasan Etnis Batak Toba membangun Tambak. Etnis Batak Toba

memiliki falsafah yakni,Hamoraon (kekayaan), hagabeon (banyak keturunan/

anak) , dan hasangapon (kehormatan di mata masyarakat) . Ketiga hal tersebut

dipercaya akan diberikan Tuhan jika sudah melaksanakan titah ke 5 dalam

Alkitab, yaitu Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah

yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu (Alkitab.Keluaran 20:12).

Membangun Tambak sudah diwariskan dari nenek moyang sampai turun

temurun dalam Etnis Batak Toba sehingga bentuk Tambak dibuat sedemikian

indah sebagai wujud kebesaran hati dari anak terhadap jasa orangtuanya. Tambak

(21)

awet sehingga dapat dijiarahi oleh keturunannya maupun generasi selanjutnya.

Seluruh keturunan dari leluhur akan saling berkaitan dengan adanya tambak

tersebut

2. Adapun hubungan antara tambak dengan status simbol pada Etnis Batak Toba yaitu letak tambak dibuat di depan gerbang huta (kampung), samping rumah,

lingkungan pinggir jalan bertujuan agar tambak terlihat secara jelas sehingga

wibawa,kemegahan dan eksistensi tambak tersebut dirasakan orang yang melihat.

Dalam hal ini tambak berperan sebagai simbol status dari marga pemilik tambak

didalam masyarakat Etnis Batak Toba.

5.2 Saran

1. Dalam pelaksanaan pembangunan Tambak pada jaman modern ini hendaknya acara-acara adat yang berbau Animisme dihilangkan karena Etnis Batak Toba

sudah menganut agama yang berupaya menghilangkan kepercayaan animisme.

Pandangan Etnis Batak Toba terhadap Tambak dan upacara-upacara yang ada

dalam pembangunan Tambak hendaknya diselaraskan melalui pemuka agama

seperti pendeta maupun pastor sehingga tidak terdapat berbagai macam polemik

dalam Etnis Batak Toba. Sebaiknya setiap marga pada Etnis Batak Toba dapat

membangun Tambak sebagai wadah pemersatu dan pelestari untuk

mempertahankan identitas marganya sehingga keturunannya dapat mengetahui

sejarah marganya serta Tarombo (silsilah) dalam partuturon(adat istiadat) Etnis

(22)

2. Hendaknya keturunan dari leluhur membuat kesepakatan untuk membuat pertemuan sekali setahun ataupun sekali dalam dua tahun untuk menggelar acara

bersama seperti, hari besar Natal, hari besar tahun baru, dan melaksanakan

musyawarah bersama saling tolong menolong antar keluarga. Memberikan

motivasi bagi anak-anak mereka seperti memberikan beasiswa, membantu sanak

keluarga yang kurang mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya.

3. Hendaknya pelaksanaan adat istiadat dalam tambak dilakukan secukupnya sesuai nilai-nilai dasar yang ditinggalkan leluhur sehingga pembangunan tambak

tidak menjadi ajang kompetisi antar marga yang mengorbankan segalanya demi

(23)

Daftar Pustaka

Anonimous. 2010. Stratifikasi Sosial dan Diferensiasi Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia.

Arikunto Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. PT Rhineka cipta, Jakarta.

Billy Situmorang, Ruhut-ruhut Ni Adat Batak (Jakarta: Gunung Mulia, 1983), 96.

Bogdan, R.Taylor, SJ. 1992. Introduction To Qualitative Research Methods a Phenomenological Approach to the Social Science. New York: Jhon Willey and Sons

Cunningham, Clark E. 1958. The Post-war Migration of the Toba Bataks to East Sumatera. New Haven: Yale University Southeast Asia Studies.

Geertz, Clifford. 2008. Tafsir Kebudayaan Yogyakarta; Kanisius

Henry James Silalahi, Pandangan Injil Terhadap Upacara Adat Batak (Medan: Pelayanan Misi Kristus, 2000), 63.

Koentjaraningrat. 1981. Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta; Dian Rakyat

Loftland,Jhon and Lyn.H.Loftland. 1984. Analyzing Social Settings. California: Wadsworth Publishing Company.

Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2000). 173.

Mangapul Sagala, Injil Dan Adat Batak (Jakarta: Yayasan Bina Dunia, 2008), Sinaga,Richard.2013.Silsilah marga-marga Batak,Jakarta. Dian Utami

M. Sihombing, Jambar Hata Dongan Tu Ulaon Adat (Tt: Tulus Jaya, 1989),

Moeis, S. 2008. Buku Ajar Struktur Sosial: Stratifikasi Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja Rosda karya

Simanjuntak, B.A. 2006. Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba Hingga 1945, Jakarta; Yayasan Obor Indonesia

(24)

Suh Sung Min, Injil dan Penyembahan nenek Moyang (Yogyakarta: Media Presindo, 2001), 144.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Ruang Lingkup Dan Aplikasinya. Bandung: Remaja Rosdakarya

Soemardjan, Selo. 1998. Stereotip, Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial. Jakarta : PT Pustaka Grafika Kita

.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV Alfabeta: Bandung.

Sipangkar, Dwi Theresia, 2014. Makna Tugu Silahi Sabungan Bagi Marga-marga Silahi Sabungan. Skripsi

Sumber Internet :

http://110.139.54.25/dir/datapdf/DIFERENSIASI SOSIAL DAN STRATIFIKASI SOSIAL.pdf.

Gambar

Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Yang dianut…………………..40

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam perencanaan PNPM MP di Desa Sitio II masih rendah dilihat dari kehadiran masyarakat dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: proses pengobatan atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan dampol tongosan sebagai pengobatan alternative, untuk

Masyarakat di Kecamatan Baktiraja memiliki banyak keanekaragaman pangan seperti yang telah peneliti jelaskan singkat di atas, masyarakatnya masih tergolong tradisional karena masih

Metode Mempergunakan Folklor Sebagai Bahan Penelitian Antropologi Psikologi dalam Antropologi Psikologi: Teori, Metode, dan Perkembangannya.. Jakarta:

Berdasarkan hasil wawancara dengan nara sumber fungsi sosial ulos dalam acara pernikahan adat istiadat batak toba yaitu adalah pada saat prosesi penyerahan ulos

Teks tentu saja adalah bahasa tingkah laku yang lebih dari bunnyi musik, mereka merupakan. suatu kesatuan yang integral

Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan perlu melakukan pembangunan daerah irigasi di desa lain di Kecamatan Lintong Nihuta pada khususnya dan Kabupaten Humbang Hasundutan

Pendekatan antropologi sejarah peneliti gunakan untuk mengetahui strategi-strategi yang dijalankan masyarakat dahulu untuk mengolah tanaman pangan pokok masyarakat,