PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP)
(Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Disusun Oleh :
JUNI LUSYANA PASARIBU
060903077
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
KATA PENGANTAR
Skripsi ini merupakan salah satu anugerah dari Tuhan Yesus Kristus yang diberikan-Nya
kepada penulis. Untuk itu, penulis mengucapkan puji dan syukur kepada-Nya atas berkat dan
bimbingan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini juga dengan
segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada berbagai pihak yang turut mengambil dalam membantu penulis menyelesaikan tulisan
ini, mulai dari pengarahan di kampus sampai praktek sesungguhnya di lapangan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Humaizi, M.A., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A., selaku ketua Departemen Ilmu Administrasi
Negara.
4. Ibu Asima Yanti Siahaan, M. A., Ph. D., selaku dosen pembimbing yang telah member
tenaga, waktu, pikiran serta penuh kesabaran dan perhatian untuk membimbing penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf pengajar Departemen Ilmu Administrasi Negara yang telah
banyak memberikan ilmu dan pengetahuannya selama ini kepada penulis.
6. Kak Mega, Kak Dian, dan Bang Muliono yang telah membantu saya dalam mengurus
segala keperluan administrasi.
7. Buat kedua orangtuaku S. Pasaribu / T. Munthe yang sangat kukasihi, kusayangi dan
kubanggakan, terimakasih buat semua kasih sayang yang kurasakan selama ini dan yang
8. Untuk abang- abangku Bg Kobol yang cool, Bg Iwan yang paling gaul, dan Bg Yon yang
parhata, serta adek-adek ku, Sarinah di Sipalakki cepat tamat biar ya,,,Medis adekku paling
rajin dan paling cerewet dan udur alias gusdur adekku paling “punk n cantik katanya jangan
suka melawan bapak, n buat eda ku tambah rezekinya y,,,,
9. Untuk semua keluarga besar Op. Siloam Pasaribu, mak tu, namboru, amang boru, kakak dan
abang-abangku terimakasih buat dukungannya.
10. Buat bg Rimpun makasih buat semua penjelasannya dan dukungannya., cepat dapat jodoh
y..
11. Buat Bapak Julius Sembiring, Bapak Marfin Sitorus, Bapak pangihutan Sihombing serta
seluruh masyarakat Desa Sitio II terimakasih buat informasinya dan waktunya yang sangat
berguna untuk penyelesaian skripsi ku.
12. Kepada temanku BOzak-Bozak yang sudah kurang lebih 4 tahun selalu bersama melewati
hidup yang lawak-lawak, punya karakter yang lawak-lawak pula ,,, Butet alias butas,
temanku yang paling rajin, paling cocok jadi ibu rumah tangga,,(kapan lagi nginap dirumah
tet?? Kami kangen dengan masakanmu, Dina alias dindong, sioppung, temanku yang takut
panas maksih ya bozak da mw jdi pembantuku semenjak jadi s,sos ( kpn kita ke doxa??),
Elida alias elidong “sebentar y” temanku yang paling susah disuruh mandi (mandi kw
elidong,,,,), Yulia alias iyul….teman ku yang paling mentel, lalap mutung ( kpn kita laundry
baju ne leg, lemari da kosong tak ada lagi baju ganti) Julyanti alias julved, lama tak ad
kabarmu, ato da kawin kw ma si kwn?? (kpn kw add aq lg hehehe), Ony alias oneng teman
ku yang paling aneh, terlalu mood2an kadang femi, kadang tomboy anehlah pokoknya dan
satu lagi Martha alias martung teman yang paling cuek, longor, pesong dan selalu “manja”
13. Kepada semua teman-temanku AN 06, Trisna, Fani, Citra, Rindo, Tahoma, semua yang tak
mungkin disebut satu persatu, terimakasih atas dukungannya.
14. Kepada teman-temanku parDoxa, Holong teman ku dari sd sampe skrang semangat ya bu
ngerjain Skripsinya, Lilies teman seperjuangan, n Carly temanku teknisi printer,,,
15. Kepada Mr. Black yang selalu memberi semangat,,,( da besar babi kita tu bg??) heheheheh
16. Dan semua teman-teman pihak yang mungkin tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu,
yang telah banyak menuangkan ide yang bersifat membangun selama pembuatan skripsi ini
dilakukan.
Seperti kata pepatah “Tak Ada Gading yang Tak Retak” , demikian pula halnya dengan
skripsi ini, tentu ada kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis
menerima saran-saran yang konstruktif, solutif, membangun guna mencapai kesempurnaan
skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2010
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II KERANGKA TEORI A. Kerangka Teori ... 13
1. Partisipasi Masyarakat ... 13
2. Perencanaan ... 19
3. PNPM MP ... 25
B. Defenisi Konsep ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... A. Bentuk Penelitian ... 37
B. Lokasi Penelitian ... 37
C. Informan Penelitian ... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ... 40
E. Teknik Analisis Data ... 42
F. Penerapan Metode Penelitian di Lapangan ... 42
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kecamatan Lintong Nihuta ... 45
B. Gambaran Umum Desa Sitio II ... 50
C. Organisasi Pemerintahan Desa ... 54
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Penyajian Data ... 66
1. Karakteristik Informan ... 66
2. Hasil Temuan di Lapangan ... 70
B. Analisa Data ... 98
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 108
B. Saran ... 111
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Indonesia ... 2
Tabel 2 Data Luas Wilayah Kecatan Lintong Nihuta ... 46
Tabel 3 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Desa Dan Jenis Kelamin Di Kecamatan Lintong Nihuta, Maret Tahun 2010 ... 47
Tabel 4 Klafikasi Penduduk Berdasarkan Agama ... 48
Tabel 5 Data Sarana/ Prasaran Kecamatan Lintong Nihuta ... 49
Tabel 6 Luas Wilayah Desa Sitio II Berdasarkan Dusun ... 51
Tabel 7 Klasifikasi Penduduk Desa Sitio II Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51
Tabel 8 Klasifikasi Penduduk Desa Sitio II Berdasarkan Pekerjaan ... 52
Tabel 9 Klasifikasi Penduduk Desa Sitio II Berdasarkan Agama ... 52
Tabel 10 Distribusi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 67
Tabel 11 Distribusi Informan Berdasarkan Usia ... 68
Tabel 12 Distribusi Informan Berdasarkan Pendidikan ... 68
Tabel 13 Distribusi Informan Berdasarkan Pekerjaan ... 69
DAFTAR GAMBAR
Gambar1 Struktur Pemerintahan Desa Sitio Ii Kecamatan Lintong Nihuta ... 60
Gambar 2 Struktur Organisasi Badan Permusyawaratan Desa Sitio II
Kecamatan Lintong Nihuta ... 65
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Permohonan Judul Skripsi
Lampiran 2 : Surat Rencana Skripsi
Lampiran 3 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing
Lampiran 4 : Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi
Lampiran 5 : Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi
Lampiran 6 : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Rancangan Usul Penelitian
Lampiran 8 : Surat Izin Riset di Desa Janji Natogu Kecamatan Pahae Julu
Lampirqn 9 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 11 : Pedoman Wawancara Penelitian
Lampiran 12 : Berita Acara Musyawarah Antar Desa Sosialisasi
Lampiran 13 : Daftar Hadir Musyawarah Antar Desa Sosialisasi
Lampiran 14 : Berita Acara Musyawarah Desa Sosialisasi
Lampiran 15 : Daftar Hadir Musyawarah Desa Sosialisasi
Lampiran 16 : Berita Acara Musyawarah Desa Perencanaan
Lampiran 17 : Daftar Hadir Musyawarah Desa Perencanaan
Lampiran 18 : Berita Acara Musyawarah Dusun Khusus Perempuan
Lampiran 20 : Berita Acara Musyawarah Dusun Perencanaan
Lampiran 21 : Daftar Hadir Musyawarah Dusun Perencanaan
Lampiran 22 : Berita Acara Musyawarah Desa Infomasi
ABSTRAK
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP)
(Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)
Nama : Juni Lusyana Pasaribu NIM : 060903077
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Asimayanti Siahaan, M.A., Ph. D.
Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks di Indonesia saat ini. Namun penanganan selama ini belum optimal dan tidak berkelanjutan. Munculnya Perpres No. 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) merumuskan kembali langkah-langkah konkrit dalam penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan yaitu melalui PNPM. Dalam pelaksanan program ini melibatkan masyarakat mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, masyarakat diharapkan mampu ditumbuhkembangkan sehingga bukan sebagai objek melainkan subjek dari pembangunan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perencanaan dan pelaksanaannya harus berorientasi ke bawah dan melibatkan masyarakat luas sehinga kebutuhan masyarakat bisa terjawab. Dengan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) studi kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam perencanaan PNPM MP dan untuk mengetahui bagaimanakah partisipasi perempuan dalam perencanaan PNPM MP di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi dan studi keputakaan. Informan dalampenelitian ini dibagi dalam tiga kelompok, yaitu informan kunci yaitu PJOK, FK, FT, informan utama yaitu Kepala Desa, KPMD laki-laki dan KPMD perempuan, sedangkan untuk informan tambahan adalah masyarakat Desa Sitio II yang berjumlah 14 orang diambil dengan cara snowball.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam perencanaan PNPM MP di Desa Sitio II masih rendah dilihat dari kehadiran masyarakat dalam setiap musyawarah masih rendah yang diakibatkan keinginan masyarakat lebih memilih untuk mencari nafkah dari pada mengikuti musyawarah, sedangkan partisipasi perempuan lebih rendah daripada laki-laki yang diakibatkan budaya Batak yang bersifat patriarki dan sikap perempuan yang membatasi dirinya pada urusan rumah tangga dan mencari nafkah.
Dalam penelitian ini, kinerja SPP belum dapat diketahui karena masih berjalan 3 bulan, untuk itu diharapkan kepada peneliti berikutnya untuk melanjutkan penelitian ini sehingga penelitian ini lebih baik.
Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat dalam perencanaan PNPM MP.
ABSTRAK
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP)
(Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)
Nama : Juni Lusyana Pasaribu NIM : 060903077
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Asimayanti Siahaan, M.A., Ph. D.
Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks di Indonesia saat ini. Namun penanganan selama ini belum optimal dan tidak berkelanjutan. Munculnya Perpres No. 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) merumuskan kembali langkah-langkah konkrit dalam penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan yaitu melalui PNPM. Dalam pelaksanan program ini melibatkan masyarakat mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, masyarakat diharapkan mampu ditumbuhkembangkan sehingga bukan sebagai objek melainkan subjek dari pembangunan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perencanaan dan pelaksanaannya harus berorientasi ke bawah dan melibatkan masyarakat luas sehinga kebutuhan masyarakat bisa terjawab. Dengan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) studi kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam perencanaan PNPM MP dan untuk mengetahui bagaimanakah partisipasi perempuan dalam perencanaan PNPM MP di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi dan studi keputakaan. Informan dalampenelitian ini dibagi dalam tiga kelompok, yaitu informan kunci yaitu PJOK, FK, FT, informan utama yaitu Kepala Desa, KPMD laki-laki dan KPMD perempuan, sedangkan untuk informan tambahan adalah masyarakat Desa Sitio II yang berjumlah 14 orang diambil dengan cara snowball.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam perencanaan PNPM MP di Desa Sitio II masih rendah dilihat dari kehadiran masyarakat dalam setiap musyawarah masih rendah yang diakibatkan keinginan masyarakat lebih memilih untuk mencari nafkah dari pada mengikuti musyawarah, sedangkan partisipasi perempuan lebih rendah daripada laki-laki yang diakibatkan budaya Batak yang bersifat patriarki dan sikap perempuan yang membatasi dirinya pada urusan rumah tangga dan mencari nafkah.
Dalam penelitian ini, kinerja SPP belum dapat diketahui karena masih berjalan 3 bulan, untuk itu diharapkan kepada peneliti berikutnya untuk melanjutkan penelitian ini sehingga penelitian ini lebih baik.
Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat dalam perencanaan PNPM MP.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia,
sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini
sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial,
ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal di belahan
dunia, khususnya Indonesia yang merupakan Negara berkembang. Kemiskinan telah membuat
jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya
tabungan dan investasi, dan masalah lain yang menjurus ke arah tindakan kekerasan dan
kejahatan.
Kemiskinan yang terjadi dalam suatu negara memang perlu dilihat sebagai suatu masalah
yang sangat serius, karena saat ini kemiskinan, membuat banyak masyarakat Indonesia
mengalami kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Persoalan kemiskinan ini lebih
dipicu karena masih banyaknya masyarakat yang mengalami pengangguran dalam bekerja.
Pengangguran yang dialami sebagian masyarakat inilah yang membuat sulitnya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, sehingga angka kemiskinan selalu ada.
Menurut Ritonga, pada dasarnya upaya penanggulangan kemiskinan sebenarnya sudah
dilakukan sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap
Undang-Undang Dasar 1945. Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga
selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan karena pada
dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terus-menerus menjadi
masalah yang berkepanjangan.
Dalam tabel berikut akan terlihat angka kemiskinan di Indonesia, yang menjadi
permasalahan Negara Indonesia.
diakses pada tanggal 18/01/2010)
Tabel 1
Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Indonesia
Tahun Garis Kemiskinan Penduduk Miskin
Perkotaan
Sumber: Statistik Indonesia (BPS, diolah dari berbagai tahun terbitan), dan keterangan Pers BPS September 2006).
Dari tabel garis kemiskinan dan penduduk miskin di atas, dapat kita lihat bahwa
segi kuantitas atau jumlah masyarakat, baik di desa maupun di kota terus mengalami
peningkatan.
Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak
secara bersama dan terkoordinasi. Namun penangannya selama ini cenderung parsial dan tidak
berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal.
Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting
pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu
diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan
kemiskinan.
Selama ini telah banyak program-program pembangunan dari pemerintah yang bertujuan
untuk mengurangi kasus kemiskinan. Seperti Inpres desa tertinggal, pemberian BLT, raskin,
kompensasi BBM dan berbagai program lain. Namun, dari berbagai program yang telah
dilaksanakan oleh pemerintah tersebut, masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam
pelaksanaanya dan belum mampu mengurangi tingkat kemiskinan.
20/01/2010).
Menurut Ritonga
pada
dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program penanggulangan
kemiskinan di Indonesia. Pertama, program- program penanggulangan kemiskinan selama ini
cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Upaya seperti ini
akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk
berorientasi pada kedermawanan pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku
masyarakat miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk
menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu membebaskan ketergantungan penduduk
yang bersifat permanen. Di lain pihak, program-program bantuan sosial ini juga dapat
menimbulkan korupsi dalam penyalurannya. Alangkah lebih baik apabila dana-dana bantuan
tersebut langsung digunakan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), seperti
dibebaskannya biaya sekolah, seperti sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP),
serta dibebaskannya biaya- biaya pengobatan di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Faktor
kedua yang dapat mengakibatkan gagalnya program penanggulangan kemiskinan adalah
kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga
program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan, yang
penyebabnya berbeda-beda secara lokal.
Berdasarkan penjelasan Ritonga di atas bahwa penyebab kegagalan program-program
penanggulangan kemiskinan selama ini disebabkan penanggulang yang tidak bersifat
pemberdayaan, dan kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu
sendiri. Batten (dalam Ndraha 1990:110) menyatakan bahwa pembangunan masyarakat adalah
suatu proses dimana masyarakat membahas dan merumuskan kebutuhan mereka, merencanakan
usaha pemenuhannya, dan melaksanakan rencana itu sebaik-baiknya. Proses ini dapat diringkas
dengan nama partisipasi. Maka dalam setiap program yang bertujuan menciptakan kehidupan
yang layak bagi masyarakat harus melibatkan masyarakat itu sendiri dalam setiap tahapan dan
proses dalam kegiatan tersebut. Karena peran masyarakat sangat penting dimana masyarakat
Sebagai bentuk pemberdayaan tersebut, maka pemerintah mencanangkan program PNPM
Mandiri yang dimulai dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) sebagai dasar
pengembangan pemberdayaan masyarakat di perdesaan beserta program pendukungnya seperti
PNPM Generasi; Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) sebagai dasar bagi
pengembangan pemberdayaan masyarakat di perkotaan; dan Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk pengembangan daerah tertinggal, pasca bencana, dan
konflik. Mulai tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan Program Pengembangan
Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) untuk mengintegrasikan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai
program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai departemen/sektor dan
pemerintah daerah. Pelaksanaan PNPM Mandiri akan diprioritaskan pada desa-desa tertinggal
yaitu dengan memunculkan PNPM Mandiri Pedesaan.
PNPM Mandiri
Pelaksanaan PNPM M tersebut didasarkan pada Perpres No. 54 tahun 2005 tentang Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) yang ditujukan untuk merumuskan
langkah-langkah kongkrit dalam penanggulangan kemiskinan serta Sidang Kabinet tanggal 7 September
2006 dimana presiden menetapkan kebijakan pemerintah untuk percepatan penanggulangan
kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja melalui pemberdayaan masyarakat dan pada tanggal
12 September 2006 Menko Kesra, Menko Perekonomian dan menteri-menteri terkait sepakat
“Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)” sebagai instrumen dalam percepatan
penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Ditindaklanjuti Menko Kesra
mengusulkan kepada Menteri Keuangan untuk alokasi dana BLM (Bantuan Langsung
Bappenas merancang pendanaan PNPM. Presiden RI menyempurnakan nama PNPM menjadi
PNPM- Mandiri
Melalui pelaksanaan PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya
penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif,
kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, diharapkan mampu
ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai objek melainkan sebagai subjek upaya
penanggulangan kemiskinan. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas
penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja.
diakses pada
tanggal 25/01/2010).
Sesuai dengan amanat yang diemban dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah, perencanaan pembangunan dan pelaksanannya harus berorientaasi ke
bawah dan melibatkan masyarakat luas. Melalui pemberian wewenang perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan ditingkat daerah. Dengan cara ini pemerintah makin mampu
menyerap aspirasi masyarakat banyak, sehingga pembangunan yang dilaksananakan mampu
memberdayakan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Rakyat harus menjadi pelaku dalam
pembangunan, masyarakat perlu dibina dan disiapkan untuk dapat merumuskan sendiri
permasalahan yang dihadapi, merencanakan langkah-langkah yang diperlukan, melaksanakan
rencana yang telah diprogramkan, menikmati produk yang dihasilkan dan melestarikan program
yang telah dirumuskan dan dilaksanakan.
Perencanaan adalah tahap yang paling awal dan paling vital dalam pembangunan.
akan dilaksanakan. Perencanaan yang baik dan matang akan melahirkan hasil yang baik pula.
Oleh karena itu dalam pembangunan harus melibatkan semua pihak (stakeholders) yang di
dalamnya bukan sebagai objek tetapi sebagai subjek dalam pelaksanaan pembangunan.
Pengikutsertaan masyarakat dalam perencanaan pembangunan merupakan salah satu
cara yang efektif untuk menampung dan mengakomodasikan berbagai kebutuhan yang beragam.
Dengan kata lain upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan
dapat membawa keuntungan substansi, dimana pelaksanaan pembangunan akan lebih efektif dan
efesien, disamping kita juga akan memberi sebuah rasa kepuasan dan dukungan maasyarakat
yang kuat terhadap program-program pemerintah.
Dari kondisi ini, pendekatan partisipasif merupakan konsep yang harus dikembangkan
dan menetapkan masyarakat sebagai pihak utama atau pusat pengembangan. Pendekatan tersebut
lebih bersifat memberdayakan masyarakat atau dapat disebut dengan model partisipasi
masyarakat. Dasar proses partisipasi masyarakat adalah pengalaman dan pengetahuan
masyarakat tentang keberadaannya yang sangat luas dan berguna serta kemauan mereka menjadi
lebih baik. Proses menggunakan dan mengakses sumber daya setempat sebaik mungkin, baik
sumber daya alam maupun sumber daya manusia.
Partisipasi memiliki maksud dasar menjadi instrument yang memberikan peluang yang
besar bagi masyarakat untuk dapat berkembang sesuai dengan potensinya, terlibat aktif dalam
penyelenggaraan pemerintahan, sehingga pihaknya dapat menikmati mamfaat dari kebijakan,
yang dibuat pihak pemerintah.
Maka di dalam setiap program yang dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan yang
perencanaan, karena proses perencanaan dalam suatu kegiatan merupakan hal yang sangat
penting dimana tahap perencaan sebagai tahap penentuan keputusan yang akan diambil.
Kesalahan dalam perencanaan dapat dikatakan sebagai suatu kesalahan dalam mengambil
keputusan. Jadi perencanaan yang baik akan menghasilkan keputusan yang baik pula. Keputusan
inilah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Maka dengan
melibatkan masyarakat dalam perencanaan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk
menetukan sendiri apa yang menjadi kebutuhan masyarakat itu sendiri.
Desa Sitio II yang terdapat di Kecamatan Lintong Nihuta termasuk desa tertinggal, hal
itu terlihat dalam data kependudukan tahun 2008 atau setelah pemekaran yang mana jumlah
penduduk Desa Sitio II 874 jiwa dan kepala keluarga kurang mampu 80 KK. Hal ini lah yang
mendorong bahwa desa ini berhak untuk mendapatkan PNPM MP disamping desa harus patuh
pada ketentuan dasar PNPM MP (dapat dilihat dalam bab II, kerangka teori).
Pada tahun 2009 Desa Sitio II mendapatkan dana bantunan PNPM Mandiri sebesar Rp.
211.472.700, dari dana ini digunakan untuk sarana/prasarana sebesar 173.401.000 dan satu
kelompok SPP dan dana yang digunakan adalah sebesar Rp. 25.000.000, dana selebihnya
digunakan untuk biaya operasional UPK (Unit Pengelola Kegiatan) sebesar 2% yaitu Rp.
5.228.700, dan untuk operasional TPK (Tim Pelaksana Kegiatan) sebesar 3% yaitu Rp.
7.843.000. Desa yang berpenduduk 1184 jiwa pada Agustus 2009 ini jumlah termasuk salah satu
desa tertinggal di Kecamatan Lintong Nihuta, dan jika dilihat dari data rumah tangga miskin
yang terdata oleh pemerintah Desa Sitio II atau pun pihak yang terkait dapat dilihat bahwa dari
115 KK yang terdata pada bulan Agustus 2009 ada terdapat 97 KK yang tergolong keluarga
mikin, dan 8 KK yang tergolong sangat miskin, sementara yang tidak miskin hanya 8 KK.Dilihat
setiap kegiatan PNPM MP. Adapun kegiatan PNPM MP yang dijalankan di Desa Sitio II adalah
bidang sarana prasarana dan SPP ( Simpan Pinjam Kelompok Perempuan).
Pada kegiatan sarana prasarana kegiatan yang dilakukan adalah perkerasan jalan telford
sepanjang 1.545 meter. Sedangkan SPP sebanyak satu kelompok. Dalam setiap kegiatan mulai
dari proses perencanaan, pelaksanaan hingga sampai tahap pemeliharaan harus melibatkan
masyarakat kerena tanpa partisipasi masyarakat kegiatan PNPM MP ini tidak dapat berjalan
dengan lancar.
Partisipasi menurut Soetomo (2006:439) yang diharapkan dalam upaya pengentasan
kemiskinan adalah partisipasi masyarakat dalam setiap proses, yaitu dari proses perencanaan,
pengambilan keputusan, pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi serta menikmati hasil.
Bukan dalam salah satu atau beberapa tahap saja. Masyarakat diharapkan memahami arti penting
kesadaran dan keterlibatan mereka dalam setiap tahap dan proses kegiatan.
Seperti yang dijelaskan oleh Soetomo di atas bahwa masyarakat diharapkan memahami
arti penting kesadaran dan keterlibatan dalam setiap tahap dan proses kegiatan, maka untuk itu
dalam PNPM MP diharapakan partisipasi seluruh masyarakat baik laki-laki dan perempuan.
Maka oleh karena itu Masyarakat perempuan juga harus dilibatkan dalam kegiatan perencanaan
PNPM MP, itu telihat dari salah satu prinsip PNPM MP yang berusaha menciptakan kesetaraan
dan keadilan gender.
Selama ini, pemimpin selalu dikaitkan dengan sifat laki-laki atau maskulin yang
menunjukkan laki-laki hampir selalu mengambil keputusan dominan. Perempuan memang
mempunyai peranan dalam pengambilan keputusan. Namun, peranannya hanya sebagai orang
kedudukan yang sama dengan laki-laki. Hak, kedudukan, dan peranan mengandung pengertian
yang berbeda, dan arena itu tidak bisa dicampuradukkan. Seseorang yang mempunyai
kedudukan, belum tentu ia memiliki hak yang sebenarnya mengikuti kedudukan tersebut.
Perempuan mempunyai kedudukan yang sama dalam pembangunan, namun hak perempuan
dalam bidang itu belum sama dengan hak laki-laki.(Murniati,55-56)
Hubungan perempuan dan laki-laki di Indonesia, masih didominasi oleh ideology gender
yang membuahkan budaya patriarki. Budaya ini tidak mengakomodasikan kesetaraan,
keseimbangan, sehingga perempuan menjadi tidak penting diperhitungkan. Ideology gender
menjadi rancu dan merusak relasi perempuan dan laki-laki, ketika dicampuradukkan dengan
pengertian jenis kelamin. Pada waktu perbedaan jenis kelamin tidak dilihat secara kritis, maka
muncullah masalah gender yang berwujud ketidakadilan gender. Masalah ketidakadilan gender
bentuknya adalah pandangan posisi subordinat terhadap perempuan, pandangan streotip terhadap
perempuan dan laki-laki, beban ganda dari perempuan, maeginalisasi dan kekerasan terhadap
perempuan (Murniati: 2004:75).
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah sangat penting agar diketahui arah jalannya suatu penelitian.
Batasan masalah bukan batasan pengertian. Batasan masalah merupakan sejumlah masalah yang
merupakan pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabannya melalui penelitian. Arikunto
(2002) menyatakan agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka penulis
harus dapat merumuskan apa yang menjadi permasalahan sehingga jelas darimana harus
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis di dalam melakukan penelitian ini
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam perencanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) di Desa Sitio II?
2. Bagaimanakah partisipasi perempuan dalam perencanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP).
C. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa
yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya. Adapun yang menjadi
tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam perencanaan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) di Desa Sito II.
2. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi perempuan dalam perencanaan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP).
Setelah selesai penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi kami
sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan dalam penelitian ini. Adapun manfaat penelitian
yang diharapkan adalah:
1. Penelitian ini bermamfaat bagi penulis untuk melatih dan mengembangkan kerangka
berpikir ilmiah dan menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah, sekaligus untuk
menambah bahan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya partisipasi
masyarakat dalam perencanaan setiap program pembangunan.
2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa umumnya dan mahasiswa
jurusan Ilmu Administrasi Negara pada khususnya sebagai bahan referensi yang tertarik
dalam bidang kajian ini.
3. Tulisan ini diharapkan mampu memberikan kontribusi ataupun saran bagi masyarakat
BAB II
KERANGKA TEORI
Sebagai titik tolak atau landasan berpikir dalam menyoroti atau memecahkan masalah
perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu. Landasan teori perlu ditegakkan agar
peneliti mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan caba-coba (trial and error)
landasan teoritis (Sugiyono, 2004: 55).
Menurut Hoy dan Miskel ( dalam Sugiyono, 2004:55) teori adalah seperangkat konsep,
asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku
dalam berbagai organisasi. Sebelum melakukan penelitian yang lenih lanjut seorang peneliti
perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut
mana peneliti menyoroti masalah yang dipilihnya. Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka
teorinya adalah sebagai berikut:
1. Partisipasi Masyarakat
a. Pengertian Partisipasi Masyarakat
Kata partisipasi sering dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang bernuansa
pembangunan, pengambilan keputusan, kebijakan, pelayanan pemerintah. Sehingga partisipasi
itu memiliki arti yang penting dalam kegiatan pembangunan, dimana pembangunan itu bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan masyarkat.
Bhattacharyya (dalam Ndraha,1990: 102) mengartikan partisipasi sebagai pengambilan
menyebutkan bahwa partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program
sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Wahyudi Kumorotomo (1999:112-114) mengatakan bahwa partisipasi adalah berbagai
corak tindakan massa maupun individual yang memperlihatkan adanya hubungan timbale balik
antara pemerintah dengan warganya.
Secara umum corak partisipasi warga Negara dapat dibedakan menjadi empat macam:
1. Partisipasi dalam pemilihan (electoral participation)
2. Partisipasi kelompok (group participation)
3. Kontak antara warga Negara dengan pemerintah (citizen government contacting)
4. Partisipasi warga negara langsung
Begitu juga halnya dengan Soetrisno (dalam Tangkilisan, 2005:320) partisipasi
ditempatkan sebagai style of development yang berarti bahwa partisipasi dalam kaitannya dengan
proses pembangunan haruslah diartikan sebagai usaha mentranformasikan sistem pembangunan
dan bukan sebagai suatu bagian dari usaha system mainternance. Untuk itu, partisipasi
seharusnya diartikan sebagai suatu nilai kerja bagi masyarakat maupun pengelola pembangunan
sehingga partisipasi berfungsi sebagai mesin pendorong pembangunan.
Dalam pembangunan, partisipasi semua unsur masyarakat dengan kerja sama sukarela
merupakan kunci utama bagi keberhasilan pembangunan. Soehardjo (dalam Tangkilisan 2005:
321). Dalam hal ini partisipasi berfungsi menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk
Davis (dalam Tangkilis 2005: 321) memberikan pengertian partisipasi sebagai berikut:
“Participation is defined as an individual as mental and emosional involvement in a group situasion that encourages him to contribute to group goal and share responsibility for them.”
Bila diterapkan dalam pembangunan, maka pendapat Keith Davis ini mengandung tiga
unsur pokok, yaitu:
1. Adanya keterlibatan mental dan emosi individu dalam melakukan aktifitas kelompok;
2. Adanya motivasi individu untuk memberikan kontribusi tergerak yang dapat
berwujud barang, jasa, buah pikiran, tenaga, dan keterampilan;
3. Timbulnya rasa tanggung jawab dalam diri individu terhadap aktivitas kelompok
dalam usaha pencapaian tujuan.
Dalam hubungannya dengan palaku-pelaku yang terlibat dalam aktifitas pembangunan,
Nelson (dalam Tanggkilisan 2005:323) menyebutkan adanya dua macam bentuk partisipasi,
yaitu: (1). Partisipasi Horizontal yaitu partisipasi di antara sesama warga atau anggota
masyarakat, di mana masyarakat mempunyai kemampuan berprakarsa dalam menyelesaikan
secara bersama suatu kegiatan pembangunan; (2). Partisipasi Vertikal yaitu partisipasi antara
masyarakat sebagai suatu keseluruhan dengan pemerintah, dalam hubungan dimana masyarakat
berada pada posisi sebagai pengikut atau klien.
Partisipasi masyarakat juga dapat diartikan sebagai Adisasmita (2006: 41) pemberdayaan
masyarakat, peran sertanya dalam kegiatan penyusunan perencanaan, dan implementasi
program/proyek pembangunan dan merupakan aktualisasi dan kesediaan dan kemauan
Dalam proses pembangunan, partisipasi berfungsi sebagai masukan dan keluaran.
Sebagai masukan, partisipasi masyarakat berfungsi menumbuhkan kemampuan masyarakat
untuk berkembang secara madiri. Selain itu, partisipasi masyarakat sebagai masukan
pembangunan dapat meningkatkan usaha perbaikan kondisi dan taraf hidup masyarakat yang
bersangkutan, dan sebagai keluaran partisipasi dapat digerakkan atau dibangun dengan
memberikan motivasi melalui berbagai upaya, seperti Inpres Bantuan Desa, LKMD, KUD, dan
lain sebagainya (Ndraha, 1990:109).
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan menjadi hal yang sangat penting ketika
diletakkan di atas keyakinan bahwa masyarakatlah yang paling penting tahu apa yang menjadi
kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Maka di dalam partisipasi masyarakat
dalam pembagunan dapat dibagi dalam empat tahapan (Kaho 2007: 127) yaitu:
1. Partisipasi dalam Proses Pembuatan Keputusan
Dalam tahap ini partisipasi masyarakat sangat mendasar sekali, terutama karena putusan politik yang diambil menyangkut nasib mereka secara keseluruhan. Masyarakat hanya akan terlihat dalam aktifitas selanjutnya apabila mereka merasa ikut andil dalam menentukan apa yang akan dilaksanakan.
2. Partisipasi dalam Pelaksanaan
Partisipasi ini merupakan tindakan selanjutnya dari tahap pertama, partisipasi dalam pembangunan akan terlihat ketika masyarakat ikutserta dalam memberi kontribusi guna menunjang pelaksanaan pembangunan yang berwujud tenaga, uang, barang material, ataupun informasi yang berguna bagi pelaksanaan pembangunan
3. Partisipasi dalam Memamfaatkan Hasil Pembangunan
Tujuan pembangunan adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur, maka dalam tahap ini masyarakat secara bersama akan menikmati hasil pembangunan dengan adil tanpa ada pengecualian. Setiap masyarakat akan mendapatkan bagian sebesar kontribusi atau pengorbanan yang diberikan. Mamfaat yang dapat diterima dalam pembangunan ini yaitu mamfaat materialnya; mamfaat sosialnya; dan mamfaat pribadi.
4. Partisipasi dalam Evaluasi
b.Strategi Untuk Menggerakkan Partisipasi
Usaha untuk memperbaiki kondisi masyarakat dan pemenuhan kebutuhan masyarakat
dapat dilakukan dengan menggerakkan partisipasi. Program pembangunan selama ini hanya
melibatkan pemerintah saja sehingga hasilnya kurang mengena pada kebutuhan masyarakat.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan hal yang sangat penting ketika
diletakkan atas dasar keyakinan bahwa masyarakatlah yang paling tahu apa yang mereka
butuhkan dan masyarakat jugalah permasalahan yang mereka hadapi. Namun kenyataan yang
masih terlihat bahwa di setiap program pembangunan, partisipasi masyarakat belum terlihat
secara keseluruhan.
Keadaaan masyarakat yang kurang melibatkan dirinya dalam program pembangunan
dilihat dari belum adanya sistem yang memberikan ruang yang aman memadai atau belum
tersedianya suatu frame work bagi proses partisipasi masyarakat. Dan disamping itu masih
rendahanya kemampuan untuk mengembangkan partisipasi akibat tidak terbiasanya masyarakat
melibatkan diri dalam pemabangunan.
Maka untuk itu, agar suatu program pembangunan berjalan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, harus ada jaminan bahwa partisipasi masyarakat terlibat didalamnya. Maka untuk
menjamin hal itu terjadi harus ada terciptanya, (Juliantara, 2004:37-38) :
1. Politik Will dari pemerintah daerah untuk membuka ruang dan arena bagi masyarakat
untuk berpartisipasi. Karena selama ini atau selama orde lama dikondisikan dengan menerima apa yang diperintahkan oleh pemerintah pusat, dan tidak dibiasakan untuk melakukan program secara partisipatif.
2. Adanya jaminan atau garansi bagi orang yang berpatisipasi. Bahwa partisipasi
merupakan syarat dari setiap program pembangunan, otomatis harus melibatkan stakeholders.
Selain di atas menurut Ndraha (1990:104) untuk menciptakan keterlibatan masyarakat
dalam pembangunan dapat dilakukan usaha sebagai berikut:
1. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata.
2. Dijadikan stimulasi terhadapi masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya
jawaban ( respon ) yang dikehendaki.
3. Dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi membangkitkan tingkah
laku yang dikehendaki secara berlanjut.
Selain hal di atas Bryant dan White (dalam Ndraha 1990:105) juga menyebutkan cara
lain dalam meningkatkan partisipasi masyarakat yaitu:
1. Proyek pembangunan desa yang dirancang secara sederhana dan mudah dikelola oleh
masyarakat.
2. Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerakkan dan
menyalurkan aspirasi masyarakat.
3. Peningkatan peranan masyarakat dalam pembangunan.
2. Perencanaan
a. Pengertian Perencanaan
Pengertian perencanaan sangat beranekaragam. Keanekaragaman pengertian dan
defenisi perencanaan dipengaruhi pandangan dari sudut-sudut pandang tertentu sesuai
kepentingan yang diharapkan. Berdasarkan berbagai pengertian perencanaan yang ada,
perencanaan merupakan (Wrihatnolo dan Nugroho,2006:40) :
1. Himpunan asumsi untuk mendapatkan tujuan. Perencanaan adalah pemilihan dan
menghubungkan fakta-fakta, membuat serta menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu.
2. Seleksi Tujuan. Perencanaan adalah proses dasar yang kita gunakan untuk memilih
tujuan-tujuan dan menguraikan bagaimana cara pencapaianny;
3. Pemilihan alternative dan alokasi sumber daya. Perencanaan adalah pemilihan
alternative atau penganalokasian berbagai sumber daya yang tersedia.
5. Proses penetuan masa depan. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangkaian pencapain tujuan yang telah ditentukan.
Pada hakikatnya perencanaan adalah usaha yang secara sadar, terorganisasi , dan terus
menerus dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk
mencapai tujuan tertentu Waterson (dalam Conyer, 1991: 4) .
Selanjutnya apapun yang terlintas dibenak kita manakala kita membicarakan
perencanaan kiranya tidak terlepas dari kaitan persoalan pengambilan keputusan. Implikasinya
adalah bahwa pasti ada cara yang lebih baik dalam hal pengambilan keputusan tersebut, mungkin
dengan cara lebih memperhatikan lebih banyak data yang ada, ataupun hasil-hasil yang mungkin
dicapai di masa yang akan datang. Schaffer (dalam Conyer, 1991: 4)
Perencanaan juga dapat diartikan sebagai suatu proses menyusun langkah-langkah
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam konteks masyarakat, perencanaan akan berarti
himpunan langkah untuk memecahkan persoalan dan kebutuhan masyarakat tersebut, guna
mencapai maksud dan tujuan tertentu, yang bisa diidentifikasikan sebagai keadaan (kondisi atau
posisi) yang lebih baik. (Ade, 2005 : 70)
Perencanaan ini merupakan proses pengambilan keputusan dengan menetapkan
langkah-langkah terlebih dahulu guna menjawab kebutuhan masyarakat. Langkah-langkah yang
ditetapakan diharapkan berisi aspirasi masyarakat dalam rangka mencapai suatu kehidupan yang
lebih baik dan bermakna.
Tjokroamidjojo (1998:12), mengemukakan alasan dilakukannya perencanaan sebagai
a. Dilihat dari segi alat atau cara untuk mencapai tujuan, alasan dilakukannya perencanaan adalah:
1. Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya
pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan-tujuan pembangunan.
2. Dengan adanya perencanaan, maka dilakukan suatu perkiraan (forecasting) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui.
3. Dengan perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternative
tentang cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi yang baik.
4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas memilih urutan-urutan
pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya.
5. Dengan adanya usaha rencana, maka aka nada suatu alat pengukur atau standar untuk
mengadakan pengawasan/evaluasi.
b. Dari segi ekonomi, maka perencanaan dilakukan untuk:
1. Penggunaan dan alokasi sumber-sumber pembangunan yang terbatas secara efektif dan
efesien.
2. Perkembangan ekonomi yang tetap, atau pertumbuhan ekonomi yang secara
terus-menerus meningkat. 3. Stabilitas ekonomi.
Dalam UU No. 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dijelaskan tentang pendekatan-pendekatan dalam proses perencanaan yaitu:
1. Pedekatan politik memandang bahwa pemilihan presiden/ kepala daerah adalah
penyusunan rencana, karena rakyat memilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing Calon presiden/ kepala daerah. Oleh karena itu rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan presiden/kepala daerah. Oleh Karen itu rencan pembangunan yang ditawarkan presiden/kepala daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah.
2. Perencanaan dengan pendekatan teknoktratik dilaksanakan dengan menggunakan metode
dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja secara fungsional bertugas untuk itu.
3. Perencanaan dengan pendekatan partisipastif dilaksanakan dengan melibat semua pihak yang berkepentingan terhadap pembanguna. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki.
4. Sedangkan pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan
menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan Desa.
b. Tahapan dalam Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses menyusun langkah-langkah yang akan
diselenggarakan dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat, yaitu untuk mencapai tujuan
rangka mencapai suatu kehidupan baru yang lebih baik dan bermakna, melalui langkah-langkah
pembangunan.
Sebagai langkah awal, perencanaan melibatkan hal-hal yang menyangkut pengambilan
keputusan atau pilihan mengenai bagaimana memamfaatkan sumber daya yang ada semaksimal
mungkin guna mencapai tujuan tertentu atau kenyataan yang ada di masa depan. Istilah sumber
daya merupakan sumber daya almiah, manusia, modal ( bangunan, pabrik,
saran/prasarana dan sebagainya) dan keuangan.
Ada beberapa tahap perencanaan dalam mencapai tujuan pembangunan yang
berorientasi pada kebutuhan dan keterlibatan masyarakat adalah : ( Abe,2005: 77-84)
1. Penyelidikan
Penyelidikan adalah sebuah proses untuk mengetahui, menggali dan mengumpulkan persoalan-persoalan yang berkembang dalam masyarakat. Dalam proses, penyelidik tidak menempatkan diri sebagai pihak luar, orang asing, melainkan harus mengusahakan agar bisa berintegrasi dengan komunitas yang diselidiki.
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah tahap lanjut dari penyelidikan. Data atau informasi yang telah dikumpulkan diolah sedemikian rupa sehingga diperoleh gambaran yang lebih lengkap, utuh dan mendalam. Untuk memperoleh perumusan, pada dasarnya dilakukan suatu proses analisis atas informasi,dataatau pengalaman hidup masyarakat. Agar masalah tersebut tepat mencerminkan kebutuhan dari komunitas, maka cara yang ditempuh dengan melibatkan masyarakat dalam proses tersebut.
3. Identifikasi Daya Dukung
Daya dukung dalam hal ini tidak harus diartikan sebagai dana konkrit, melainkan keseluruhan aspek yang bisa memungkinkan terselenggaranya aktifitas dalam mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan. Daya dukung akan sangat tergantung pada (1). Persoalan yang dihadapi; (2). Tujuan yang hendak dicapai; (3). Aktivitas yang akan dilakukan.
4. Rumusan Tujuan
dikeluarkan adalah kenginan pihak luar. Kita harus sadar bahwa kebutuhan luar sangat berbeda dengan kebutuhan komunitas atau masyarakat.
5. Menetapkan Langkah-Langkah
Menetapkan langkah-langkah yaitu proses menyusun apa yang akan dilakukan. Sebetulnya proses ini merupakan proses membuat keputusan yang lebih utuh dari perencanaan. Umumnya rencana tindakan akan memuat, apa yang hendak dicapai, kegiatan yang hendak dilakukan, pembagian tugas atau pembagian tanggung jawab, waktu ( kapan dan berapa lama kegiatan akan dilaksanakan). Untuk menyusun langkah yang baik, maka diperlukan kejelasan rumusan pernyataan yang harus jelas, dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda.
6. Penentuan Anggaran
Anggaran disini bukan berarti menghitung uang, melainkan suatu usaha untuk menyusun alokasi anggaran atau sumber daya yang tersedia. Penyusunan anggaran ini akan sangat menentukan berhasil tidaknya sebuah perencanaan.
c. Perencanaan Partisipatif
Perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang dalam tujuannyan melibatkan kepentingan masyarakat, dan dalam prosesnya melibatkan masyarakat ( baik secara langsung
maupun tidak langsung). Tujuan dan cara harus dipandang sebagai suatu kesatuan. Suatu
kesatuan untuk kepentingan rakyat, yang bila dirumuskan dengan tanpa melibatkan masyarakat,
maka akan sulit dipastikan bahwa rumusannya akan berpihak kepada rakyat (Abe 2005:88).
Melibatkan masyarakat dalam perencanaan merupakan suatu hal yang penting dalam
keberhasilan suatu pembangunan. Keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan akan
memberi hasil yang lebih baik karena yang lebih tahu kebutuhan dan tuntutan masyarakat adalah
masyarakat itu sendiri. Sehingga sangat penting apabila partisipasi masyarakat dalam
perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan lebih ditingkatkan.
Perencanaan partisipatif adalah proses pengambilan keputusan pembangunan yang
masyarakat dalam pengambilan keputusan dapat secara langsung, yaitu perencanaan yang
langsung disusun bersama masyarakat, maupun perencanaan yang disusun melalui mekanisme
perwakilan sesuai dengan institusi yang sah ( legal –formal), seperti parlamen.
Ada tiga hal dampak dari melibatkan masyarakat secara langsung dalam perencanaan
Abe (2005:91) yaitu:
1. Terhindar dari peluang terjadinya manipulasi. Keterlibatan masyarakat akan memperjelas apa
yang sebetulnya apa yang dikehendaki masyarakat.
2. Memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan perencaan. Semakin banyak jumlah mereka
yang terlibat akan semakin baik.
3. Meningkatkan kesadaran dan keterampilan politik masyarakat.
Proses dalam melibatkan masyarakat secara langsung adalah bahwa masyarakat secara
langsung ikut ambil bagian sejak dari awal, proses dan perumusan hasil. Keterlibatan masyarakat
secara langsung ini akan menjadi penjamin bagi suatu proses yang baik dan benar. Namun harus
diperhatikan juga bagaimana tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat agar mampu
memberikan partisipasi yang berarti pula dalam pembangunan.
Ada tiga kenyataan yang mengakibatkan sulitnya menciptakan suatu partisipasi yang
ideal bagi pembangunan Juliantara (2004: 86) yaitu : (1). Telah berkembangnya suatu tradisi
tanpa partisipasi dalam praktek pembangunan; (2). Kondisi masyarakat yang memiliki kapasitas
rendah dalam mengembangkan suatu format partisipasi; (3). Belum tersedianya perangkat
kebijakan yang dengan sengaja memberi perlindungan, memberi dukungan, dan memberi
Maka dalam hal ini, pemerintah yang memang peduli dan membutuhkan partisipasi
masyarakat guna mencapai tujuan pembangunan harus dengan serius membangkitkan keinginan
masyarakat untuk turut serta dalam setiap program pembangunan. Menyediakan suatu lembaga
atau organisasi yang dapat menampung setiap aspirasi masyarakat yang berkaitan dengan
kebutuhan masyarakat itu sendiri merupakan suatu langkah yang harus diambil. Dan disamping
itu sangat diperlukan juga rasa kenyamanan masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya tanpa
ada tekanan dari luar yaitu adanya jaminan publik atau kebijakan pemerintah yang mengatur
tentang hak dan kewajiban untuk berpartisipasi.
3. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-PM)
a. Pengertian PNPM MP
PNPM MP adalah PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan
terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM
Mandiri adalah :
1. PNPM Madiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan
acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem
serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan
untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan
yang berkelanjutan.
2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas
masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai
persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya.
daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan
berbagai hasil yang dicapai.
pada tanggal 25/01/2010 )
Visi PNPM Mandiri Pedesaan dalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian
masyarakat miskin pedesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.
Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya di luar
lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan.
Misi PNPM Mandiri Pedesaan adalah:
1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan;
2. Pelembagaan system pembangunan partisipatif;
3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintah local;
4. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi
masyarakat;
Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan Dalam rangka mencapai visi dan
misi PNPM Mandiri Pedesaan, strategi yang dikembangkan PNPM Mandiri Pedesaan yaitu
menjadikan rumah tangga miskin (RTM) sebagai kelompok sasaran, menguatkan system
pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerjasama antar desa.
Berdasarkan visi, misi, dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM Mandiri Pedesaan lebih
menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri
Pedesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya
kemandirian dan berkelanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui Progran
Pengembangan Kecamatan (PPK) http://ww.ppk.or.id/downloads/PTO PNPM Mandiri
c. Dasar Kebijakan PNPM Mandiri Perdesaan
PNPM MP adalah program yang menjadi kerangka kebijakan dan acuan pelaksanaan
berbagai program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan. Adapun yang
menjadi dasar kebijakan PNPM MP adalah sebagai berikut:
1. Perpres No. 54 tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
(TKPK). TKPK diketuai oleh Menkokesra bertugas untuk merumuskan langkah-langkah
kongkrit dalam penanggulangan kemiskinan
2. Hasil Sidang Kabinet tanggal 7 September 2006 yaitu diperlukan percepatan
penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja.
3. TKPK pada tanggal 12 September 2006 menyepakati untuk menindaklanjuti hasil siding
kabinet tersebut dengan merumuskan sebuah program yang bernama PNPM
4. SK Menkokesra No. 28/KEP/Menko/Kesra/XI/2006 yang dipengaruhi dengan
Kepmenkokesra No. 23/Kep/ Menko/ Kesra/VII/2007 tentang Tim Pengendali PNPM
Mandiri (
tanggal 25/01/2010
c. Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan ).
Tujuan Umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya kesejahteraan dan
kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam
pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
a. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau
kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan pelestarian pembangunan.
b. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagun akan sumber
daya lokal.
c. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pengelolaan
pembangunan partisipatif
d. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh
masyarakat.
e. Melembagakan pengelolaan dana bergulir.
f. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan KerjaSama Antar Desa (BKAD)
g. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan
kemiskinan perdesaan .
d. Prinsip - Prinsip Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan
Dalam pelaksanaannya, PNPM Mandiri Perdesaan menekankan prinsip-prinsip pokok
yang terdiri dari :
1. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan dapat
dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legasl
maupun administratif
3) Keberpihakan pada Orang/ Masyarakat Miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat
yang kurang beruntung
4) Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola
5) Partisipasi/ Pelibatan Masyarakat. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan pembangunan
6) Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya
masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas
7) Kesetaraan dan Keadilan Gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan
pembangunan tersebut
8) Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar-pemangku kepentingan dalam
penanggulangan kemiskinan
9) Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan,
dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
e. Ketentuan Dasar PNPM Mandiri Perdesaan
Ketentuan dasar PNPM Mandiri Perdesaan merupakan ketentuan-ketentuan pokok
melaksanakan kegiatan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pelestarian. Ketentuan dasar PNPM Mandiri Perdesaan dimaksudkan untuk mencapai
tujuan secara lebih terarah. Ketentuan dasar meliputi :
1. Desa Berpartisipasi
Seluruh desa di kecamatan penerima PNPM Mandiri Perdesaan berhak
berpartisipasi dalam seluruh tahapan program. Namun, untuk kecamatan- kecamatan yang
pemilihan maupun penentuan besarnya BLM didasarkan pada adanya desa tertinggal, maka
kegiatan yang diusulkan oleh desa-desa tertinggal akan mendapat prioritas didanai. Besarnya
pendanaan kegiatan dari desa tertinggal tergantung pada besar/volume kegiatan yang
diusulkan. Pembagian dana BLM secara otomatis kepada desa-desa tertinggal sama sekali
tidak diinginkan, karena setiap usulan kegiatan harus dinilai kelayakannya secara teknis
maupun manfaat sosial ekonominya.
Untuk dapat berpartisipasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan, dituntut adanya
kesiapan dari masyarakat dan desa dalam menyelenggarakan pertemuan- pertemuan
musyawarah secara swadaya dan menyediakan kader-kader desa yang bertugas secara
sukarela serta adanya kesanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan dalam PNPM
Mandiri Perdesaan.
2. Kriteria dan Jenis Kegiatan
Kegiatan yang akan dibiayai melalui dana BLM diutamakan untuk kegiatan yang
memenuhi kriteria:
a. Lebih bermanfaat bagi RTM, baik di lokasi desa tertinggal maupun bukan desa
tertinggal.
c. Dapat dikerjakan oleh masyarakat
d. Didukung oleh sumber daya yang ada
e. Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan
Jenis-jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah
sebagai berikut :
a. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang dapat memberikan
manfaat langsung secara ekonomi bagi RTM,
b. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan, termasuk
kegiatan pelatihan pengembangan ketrampilan masyarakat (pendidikan
nonformal)
c. Kegiatan peningkatan kapasitas/ketrampilan kelompok usaha ekonomi terutama
bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal
(tidak termasuk penambahan modal).
d. Penambahan permodalan simpan pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP)
3. Mekanisme Usulan Kegiatan
Setiap desa dapat mengajukan 3 (tiga) usulan untuk dapat didanai dengan BLM PNPM
Mandiri Perdesaan. Setiap usulan harus merupakan 1 (satu) jenis kegiatan/ satu paket
kegiatan yang secara langsung saling berkaitan.
Tiga usulan dimaksud adalah:
a. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar atau kegiatan peningkatan kualitas hidup
masyarakat (kesehatan atau pendidikan) atau peningkatan kapasitas/ ketrampilan
b. Usulan kegiatan simpan pinjam bagi Kelompok Perempuan (SPP) yang ditetapkan
oleh musyawarah desa khusus perempuan. Alokasi dana kegiatan SPP ini
maksimal 25% dari BLM kecamatan. Tidak ada batasan alokasi maksimal per desa
namun harus mempertimbangkan hasil verifikasi kelayakan kelompok
c. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar, kegiatan peningkatan kualitas hidup masyarakat
(kesehatan atau pendidikan) dan peningkatan kapasitas/ketrampilan kelompok usaha
ekonomi yang ditetapkan oleh musyawarah desa perencanaan
Jika usulan non-SPP dari musyawarah khusus perempuan sama dengan usulan
musyawarah desa campuran, maka kaum perempuan dapat mengajukan usulan pengganti,
sehingga jumlah usulan kegiatan dari musyawarah desa perencanaan tetap tiga. Maksimal nilai
satu usulan kegiatan yang dapat didanai BLM PNPM Perdesaan adalah sebesar Rp 350 juta.
Usulan kegiatan pendidikan atau kesehatan harus mempertimbangkan rencana induk dari
instansi pendidikan atau kesehatan di kabupaten.
4. Swadaya Masyarakat
Swadaya adalah kemauan dan kemampuan masyarakat yang disumbangkan sebagai
bagian dari rasa ikut memiliki terhadap program. Swadaya masyarakat merupakan salah satu
wujud partisipasi dalam pelaksanaan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan. Swadaya bisa
diwujudkan dengan menyumbangkan tenaga, dana, maupun material pada saat pelaksanaan
kegiatan.
Dasar keswadayaan adalah kerelaan masyarakat, sehingga harus dipastikan bebas
dari tekanan atau keterpaksaan. Upah hari orang kerja (HOK) bagi tenaga kerja RTM, baik
swadaya masyarakat, karena upah HOK ini ditujukan untuk meningkatkan pendapatan
mereka. Hal ini sesuai dengan tujuan PNPM Mandiri.
5. Kesetaraan dan Keadilan Gender
Untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender salah satu langkah yang dilakukan
adalah dengan pemihakan kepada perempuan. Pemihakan memberi makna berupa upaya
pemberian kesempatan bagi perempuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, ekonomi, dan politik
serta mengakses aset produktif.
Sebagai salah satu wujud keberpihakan kepada perempuan, PNPM Mandiri
Perdesaan mengharuskan adanya keterlibatan perempuan sebagai pengambil keputusan dan
pelaku pada semua tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian. Kepentingan perempuan
harus terwakili secara memadai.
6. Jenis Kegiatan yang Dilarang (Negative List)
Jenis kegiatan yang tidak boleh didanai melalui PNPM Mandiri Perdesaan adalah
sebagai berikut:
a. Pembiayaan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan militer atau angkatan bersenjata,
pembiayaan politik praktis/ partai politik
b. Pembangunan atau rehabilitasi bangunan kantor pemerintahan dan tempat ibadah
c. Pembelian chainsaw, senjata, bahan peledak, asbes dan bahan-bahan lain yang merusak
lingkungan (pestisida, herbisida, obat-obat terlarang dan lain-lain)
d. Pembelian kapal ikan yang berbobot di atas 10 ton dan perlengkapannya
e. Pembiayaan gaji pegawai negeri
g. Kegiatan yang berkaitan dengan produksi, penyimpanan, atau penjualan barang-barang
yang mengandung tembakau
h. Kehiatan apapun yang dilakukan di lokasi yang ditetapkan sebagi cagar alam, kecuali ada
izin tertulis dari instansi yang mengelola lokasi tersebut
i. Kegiatan pengelolaan tambang atau pengambilan dan penggunaan terumbu karang
j. Kegiatan yang berhubungan pengelolaan sumber daya air dari sungai yang mengalir dari
atau menuju negara lain
k. Kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan jalur sungai
l. Kegiatan yang berkaitan dengan reklamasi daratan yang luasnya lebih dari 50 Ha.
m. Pembangunan jalur irigasi baru yang luasnya lebih dari 50 Ha
n. Kegiatan pembangunan bendungan atau penampungan air dengan kapasitas besar, lebih
dari 10.000 meter kubik.
7. Sanksi
Sanksi adalah salah satu bentuk pemberlakuan kondisi dikarenakan adanya
pelanggaran atas peraturan dan tata cara yang telah ditetapkan di dalam PNPM
Mandiri Perdesaan. Sanksi bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab
berbagai pihak terkait dalam pengelolaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan.
Sanksi dapat berupa :
1. Sanksi masyarakat, yaitu sanksi yang ditetapkan melalui kesepakatan dalam musyawarah
masyarakat. Semua kesepakatan sanksi dituangkan secara tertulis dan dicantumkan dalam
berita acara pertemuan,
2. Sanksi hukum, yaitu sanksi yang diberikan sesuai dengan peraturan perundangan yang
3. Sanksi program adalah pemberhentian bantuan apabila kecamatan atau desa yang
bersangkutan tidak dapat mengelola PNPM Mandiri Perdesaan dengan baik, seperti:
menyalahi prinsip-prinsip, menyalahgunakan dana atau wewenang, penyimpangan
prosedur, hasil kegiatan tidak terpelihara atau hasil kegiatan tidak dapat
dimanfaatkan. Kecamatan tersebut akan dimasukkan sebagai kecamatan bermasalah
sehingga dapat ditunda pencairan dana yang sedang berlangsung, serta tidak
dialokasikan untuk tahun berikutnya.
B. Defenisi Konsep
Konsep adalah suatu makna yang berada di dalam pikiran atau di dunia kepemahaman
manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan dan kata-kata. Dengan
demikian konsep bukanlah objek gejalanya itu sendiri, tetapi suatu hasil pemaknaan di dalam
intelektual manusia yang memang merujuk kegejala nyata ke dalam empiris. Konsep
menegaskan dan menetapkan apa yang akan diopservasi, dan juga memungkinkan peneliti untuk
mengomunikasikan hasil-hasil penelitian. (Suyanto,2008: 50).
Adapun yang menjadi defenisi konsep dalam penelitian ini adalah
a. Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat secara aktif dengan memberikan kontribusi dalam pembangunan barupa barang, pikiran dan tenaga serta mempunyai rasa
tanggungjawab guna mencapai tujuan.
b. Perencanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar guna menentukan langkah-langkah yang akan diambil guna mencapai tujuan yang ingin dicapai.
kesempatan kerja di wilayah perdesaan. Program ini dilakukan untuk lebih mendorong upaya