• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP)

(Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Disusun Oleh :

JUNI LUSYANA PASARIBU

060903077

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan salah satu anugerah dari Tuhan Yesus Kristus yang diberikan-Nya

kepada penulis. Untuk itu, penulis mengucapkan puji dan syukur kepada-Nya atas berkat dan

bimbingan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan

bimbingan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini juga dengan

segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada berbagai pihak yang turut mengambil dalam membantu penulis menyelesaikan tulisan

ini, mulai dari pengarahan di kampus sampai praktek sesungguhnya di lapangan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Humaizi, M.A., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A., selaku ketua Departemen Ilmu Administrasi

Negara.

4. Ibu Asima Yanti Siahaan, M. A., Ph. D., selaku dosen pembimbing yang telah member

tenaga, waktu, pikiran serta penuh kesabaran dan perhatian untuk membimbing penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf pengajar Departemen Ilmu Administrasi Negara yang telah

banyak memberikan ilmu dan pengetahuannya selama ini kepada penulis.

6. Kak Mega, Kak Dian, dan Bang Muliono yang telah membantu saya dalam mengurus

segala keperluan administrasi.

7. Buat kedua orangtuaku S. Pasaribu / T. Munthe yang sangat kukasihi, kusayangi dan

kubanggakan, terimakasih buat semua kasih sayang yang kurasakan selama ini dan yang

(3)

8. Untuk abang- abangku Bg Kobol yang cool, Bg Iwan yang paling gaul, dan Bg Yon yang

parhata, serta adek-adek ku, Sarinah di Sipalakki cepat tamat biar ya,,,Medis adekku paling

rajin dan paling cerewet dan udur alias gusdur adekku paling “punk n cantik katanya jangan

suka melawan bapak, n buat eda ku tambah rezekinya y,,,,

9. Untuk semua keluarga besar Op. Siloam Pasaribu, mak tu, namboru, amang boru, kakak dan

abang-abangku terimakasih buat dukungannya.

10. Buat bg Rimpun makasih buat semua penjelasannya dan dukungannya., cepat dapat jodoh

y..

11. Buat Bapak Julius Sembiring, Bapak Marfin Sitorus, Bapak pangihutan Sihombing serta

seluruh masyarakat Desa Sitio II terimakasih buat informasinya dan waktunya yang sangat

berguna untuk penyelesaian skripsi ku.

12. Kepada temanku BOzak-Bozak yang sudah kurang lebih 4 tahun selalu bersama melewati

hidup yang lawak-lawak, punya karakter yang lawak-lawak pula ,,, Butet alias butas,

temanku yang paling rajin, paling cocok jadi ibu rumah tangga,,(kapan lagi nginap dirumah

tet?? Kami kangen dengan masakanmu, Dina alias dindong, sioppung, temanku yang takut

panas maksih ya bozak da mw jdi pembantuku semenjak jadi s,sos ( kpn kita ke doxa??),

Elida alias elidong “sebentar y” temanku yang paling susah disuruh mandi (mandi kw

elidong,,,,), Yulia alias iyul….teman ku yang paling mentel, lalap mutung ( kpn kita laundry

baju ne leg, lemari da kosong tak ada lagi baju ganti) Julyanti alias julved, lama tak ad

kabarmu, ato da kawin kw ma si kwn?? (kpn kw add aq lg hehehe), Ony alias oneng teman

ku yang paling aneh, terlalu mood2an kadang femi, kadang tomboy anehlah pokoknya dan

satu lagi Martha alias martung teman yang paling cuek, longor, pesong dan selalu “manja”

(4)

13. Kepada semua teman-temanku AN 06, Trisna, Fani, Citra, Rindo, Tahoma, semua yang tak

mungkin disebut satu persatu, terimakasih atas dukungannya.

14. Kepada teman-temanku parDoxa, Holong teman ku dari sd sampe skrang semangat ya bu

ngerjain Skripsinya, Lilies teman seperjuangan, n Carly temanku teknisi printer,,,

15. Kepada Mr. Black yang selalu memberi semangat,,,( da besar babi kita tu bg??) heheheheh

16. Dan semua teman-teman pihak yang mungkin tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu,

yang telah banyak menuangkan ide yang bersifat membangun selama pembuatan skripsi ini

dilakukan.

Seperti kata pepatah “Tak Ada Gading yang Tak Retak” , demikian pula halnya dengan

skripsi ini, tentu ada kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis

menerima saran-saran yang konstruktif, solutif, membangun guna mencapai kesempurnaan

skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2010

Penulis,

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KERANGKA TEORI A. Kerangka Teori ... 13

1. Partisipasi Masyarakat ... 13

2. Perencanaan ... 19

3. PNPM MP ... 25

B. Defenisi Konsep ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... A. Bentuk Penelitian ... 37

B. Lokasi Penelitian ... 37

C. Informan Penelitian ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

E. Teknik Analisis Data ... 42

F. Penerapan Metode Penelitian di Lapangan ... 42

(6)

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Lintong Nihuta ... 45

B. Gambaran Umum Desa Sitio II ... 50

C. Organisasi Pemerintahan Desa ... 54

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Penyajian Data ... 66

1. Karakteristik Informan ... 66

2. Hasil Temuan di Lapangan ... 70

B. Analisa Data ... 98

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 111

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Indonesia ... 2

Tabel 2 Data Luas Wilayah Kecatan Lintong Nihuta ... 46

Tabel 3 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Desa Dan Jenis Kelamin Di Kecamatan Lintong Nihuta, Maret Tahun 2010 ... 47

Tabel 4 Klafikasi Penduduk Berdasarkan Agama ... 48

Tabel 5 Data Sarana/ Prasaran Kecamatan Lintong Nihuta ... 49

Tabel 6 Luas Wilayah Desa Sitio II Berdasarkan Dusun ... 51

Tabel 7 Klasifikasi Penduduk Desa Sitio II Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Tabel 8 Klasifikasi Penduduk Desa Sitio II Berdasarkan Pekerjaan ... 52

Tabel 9 Klasifikasi Penduduk Desa Sitio II Berdasarkan Agama ... 52

Tabel 10 Distribusi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 67

Tabel 11 Distribusi Informan Berdasarkan Usia ... 68

Tabel 12 Distribusi Informan Berdasarkan Pendidikan ... 68

Tabel 13 Distribusi Informan Berdasarkan Pekerjaan ... 69

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar1 Struktur Pemerintahan Desa Sitio Ii Kecamatan Lintong Nihuta ... 60

Gambar 2 Struktur Organisasi Badan Permusyawaratan Desa Sitio II

Kecamatan Lintong Nihuta ... 65

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Judul Skripsi

Lampiran 2 : Surat Rencana Skripsi

Lampiran 3 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran 4 : Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

Lampiran 5 : Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

Lampiran 6 : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Rancangan Usul Penelitian

Lampiran 8 : Surat Izin Riset di Desa Janji Natogu Kecamatan Pahae Julu

Lampirqn 9 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 11 : Pedoman Wawancara Penelitian

Lampiran 12 : Berita Acara Musyawarah Antar Desa Sosialisasi

Lampiran 13 : Daftar Hadir Musyawarah Antar Desa Sosialisasi

Lampiran 14 : Berita Acara Musyawarah Desa Sosialisasi

Lampiran 15 : Daftar Hadir Musyawarah Desa Sosialisasi

Lampiran 16 : Berita Acara Musyawarah Desa Perencanaan

Lampiran 17 : Daftar Hadir Musyawarah Desa Perencanaan

Lampiran 18 : Berita Acara Musyawarah Dusun Khusus Perempuan

(10)

Lampiran 20 : Berita Acara Musyawarah Dusun Perencanaan

Lampiran 21 : Daftar Hadir Musyawarah Dusun Perencanaan

Lampiran 22 : Berita Acara Musyawarah Desa Infomasi

(11)

ABSTRAK

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP)

(Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

Nama : Juni Lusyana Pasaribu NIM : 060903077

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Asimayanti Siahaan, M.A., Ph. D.

Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks di Indonesia saat ini. Namun penanganan selama ini belum optimal dan tidak berkelanjutan. Munculnya Perpres No. 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) merumuskan kembali langkah-langkah konkrit dalam penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan yaitu melalui PNPM. Dalam pelaksanan program ini melibatkan masyarakat mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, masyarakat diharapkan mampu ditumbuhkembangkan sehingga bukan sebagai objek melainkan subjek dari pembangunan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perencanaan dan pelaksanaannya harus berorientasi ke bawah dan melibatkan masyarakat luas sehinga kebutuhan masyarakat bisa terjawab. Dengan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) studi kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam perencanaan PNPM MP dan untuk mengetahui bagaimanakah partisipasi perempuan dalam perencanaan PNPM MP di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi dan studi keputakaan. Informan dalampenelitian ini dibagi dalam tiga kelompok, yaitu informan kunci yaitu PJOK, FK, FT, informan utama yaitu Kepala Desa, KPMD laki-laki dan KPMD perempuan, sedangkan untuk informan tambahan adalah masyarakat Desa Sitio II yang berjumlah 14 orang diambil dengan cara snowball.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam perencanaan PNPM MP di Desa Sitio II masih rendah dilihat dari kehadiran masyarakat dalam setiap musyawarah masih rendah yang diakibatkan keinginan masyarakat lebih memilih untuk mencari nafkah dari pada mengikuti musyawarah, sedangkan partisipasi perempuan lebih rendah daripada laki-laki yang diakibatkan budaya Batak yang bersifat patriarki dan sikap perempuan yang membatasi dirinya pada urusan rumah tangga dan mencari nafkah.

Dalam penelitian ini, kinerja SPP belum dapat diketahui karena masih berjalan 3 bulan, untuk itu diharapkan kepada peneliti berikutnya untuk melanjutkan penelitian ini sehingga penelitian ini lebih baik.

Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat dalam perencanaan PNPM MP.

(12)

ABSTRAK

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP)

(Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

Nama : Juni Lusyana Pasaribu NIM : 060903077

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Asimayanti Siahaan, M.A., Ph. D.

Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks di Indonesia saat ini. Namun penanganan selama ini belum optimal dan tidak berkelanjutan. Munculnya Perpres No. 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) merumuskan kembali langkah-langkah konkrit dalam penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan yaitu melalui PNPM. Dalam pelaksanan program ini melibatkan masyarakat mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, masyarakat diharapkan mampu ditumbuhkembangkan sehingga bukan sebagai objek melainkan subjek dari pembangunan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perencanaan dan pelaksanaannya harus berorientasi ke bawah dan melibatkan masyarakat luas sehinga kebutuhan masyarakat bisa terjawab. Dengan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) studi kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam perencanaan PNPM MP dan untuk mengetahui bagaimanakah partisipasi perempuan dalam perencanaan PNPM MP di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi dan studi keputakaan. Informan dalampenelitian ini dibagi dalam tiga kelompok, yaitu informan kunci yaitu PJOK, FK, FT, informan utama yaitu Kepala Desa, KPMD laki-laki dan KPMD perempuan, sedangkan untuk informan tambahan adalah masyarakat Desa Sitio II yang berjumlah 14 orang diambil dengan cara snowball.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam perencanaan PNPM MP di Desa Sitio II masih rendah dilihat dari kehadiran masyarakat dalam setiap musyawarah masih rendah yang diakibatkan keinginan masyarakat lebih memilih untuk mencari nafkah dari pada mengikuti musyawarah, sedangkan partisipasi perempuan lebih rendah daripada laki-laki yang diakibatkan budaya Batak yang bersifat patriarki dan sikap perempuan yang membatasi dirinya pada urusan rumah tangga dan mencari nafkah.

Dalam penelitian ini, kinerja SPP belum dapat diketahui karena masih berjalan 3 bulan, untuk itu diharapkan kepada peneliti berikutnya untuk melanjutkan penelitian ini sehingga penelitian ini lebih baik.

Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat dalam perencanaan PNPM MP.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia,

sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini

sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial,

ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal di belahan

dunia, khususnya Indonesia yang merupakan Negara berkembang. Kemiskinan telah membuat

jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya

tabungan dan investasi, dan masalah lain yang menjurus ke arah tindakan kekerasan dan

kejahatan.

Kemiskinan yang terjadi dalam suatu negara memang perlu dilihat sebagai suatu masalah

yang sangat serius, karena saat ini kemiskinan, membuat banyak masyarakat Indonesia

mengalami kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Persoalan kemiskinan ini lebih

dipicu karena masih banyaknya masyarakat yang mengalami pengangguran dalam bekerja.

Pengangguran yang dialami sebagian masyarakat inilah yang membuat sulitnya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya, sehingga angka kemiskinan selalu ada.

Menurut Ritonga, pada dasarnya upaya penanggulangan kemiskinan sebenarnya sudah

dilakukan sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap

(14)

Undang-Undang Dasar 1945. Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga

selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan karena pada

dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terus-menerus menjadi

masalah yang berkepanjangan.

Dalam tabel berikut akan terlihat angka kemiskinan di Indonesia, yang menjadi

permasalahan Negara Indonesia.

diakses pada tanggal 18/01/2010)

Tabel 1

Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Indonesia

Tahun Garis Kemiskinan Penduduk Miskin

Perkotaan

Sumber: Statistik Indonesia (BPS, diolah dari berbagai tahun terbitan), dan keterangan Pers BPS September 2006).

Dari tabel garis kemiskinan dan penduduk miskin di atas, dapat kita lihat bahwa

(15)

segi kuantitas atau jumlah masyarakat, baik di desa maupun di kota terus mengalami

peningkatan.

Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak

secara bersama dan terkoordinasi. Namun penangannya selama ini cenderung parsial dan tidak

berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal.

Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting

pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu

diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan

kemiskinan.

Selama ini telah banyak program-program pembangunan dari pemerintah yang bertujuan

untuk mengurangi kasus kemiskinan. Seperti Inpres desa tertinggal, pemberian BLT, raskin,

kompensasi BBM dan berbagai program lain. Namun, dari berbagai program yang telah

dilaksanakan oleh pemerintah tersebut, masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam

pelaksanaanya dan belum mampu mengurangi tingkat kemiskinan.

20/01/2010).

Menurut Ritonga

pada

dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program penanggulangan

kemiskinan di Indonesia. Pertama, program- program penanggulangan kemiskinan selama ini

cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Upaya seperti ini

akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk

(16)

berorientasi pada kedermawanan pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku

masyarakat miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk

menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu membebaskan ketergantungan penduduk

yang bersifat permanen. Di lain pihak, program-program bantuan sosial ini juga dapat

menimbulkan korupsi dalam penyalurannya. Alangkah lebih baik apabila dana-dana bantuan

tersebut langsung digunakan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), seperti

dibebaskannya biaya sekolah, seperti sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP),

serta dibebaskannya biaya- biaya pengobatan di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Faktor

kedua yang dapat mengakibatkan gagalnya program penanggulangan kemiskinan adalah

kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga

program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan, yang

penyebabnya berbeda-beda secara lokal.

Berdasarkan penjelasan Ritonga di atas bahwa penyebab kegagalan program-program

penanggulangan kemiskinan selama ini disebabkan penanggulang yang tidak bersifat

pemberdayaan, dan kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu

sendiri. Batten (dalam Ndraha 1990:110) menyatakan bahwa pembangunan masyarakat adalah

suatu proses dimana masyarakat membahas dan merumuskan kebutuhan mereka, merencanakan

usaha pemenuhannya, dan melaksanakan rencana itu sebaik-baiknya. Proses ini dapat diringkas

dengan nama partisipasi. Maka dalam setiap program yang bertujuan menciptakan kehidupan

yang layak bagi masyarakat harus melibatkan masyarakat itu sendiri dalam setiap tahapan dan

proses dalam kegiatan tersebut. Karena peran masyarakat sangat penting dimana masyarakat

(17)

Sebagai bentuk pemberdayaan tersebut, maka pemerintah mencanangkan program PNPM

Mandiri yang dimulai dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) sebagai dasar

pengembangan pemberdayaan masyarakat di perdesaan beserta program pendukungnya seperti

PNPM Generasi; Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) sebagai dasar bagi

pengembangan pemberdayaan masyarakat di perkotaan; dan Percepatan Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk pengembangan daerah tertinggal, pasca bencana, dan

konflik. Mulai tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan Program Pengembangan

Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) untuk mengintegrasikan pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai

program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai departemen/sektor dan

pemerintah daerah. Pelaksanaan PNPM Mandiri akan diprioritaskan pada desa-desa tertinggal

yaitu dengan memunculkan PNPM Mandiri Pedesaan.

PNPM Mandiri

Pelaksanaan PNPM M tersebut didasarkan pada Perpres No. 54 tahun 2005 tentang Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) yang ditujukan untuk merumuskan

langkah-langkah kongkrit dalam penanggulangan kemiskinan serta Sidang Kabinet tanggal 7 September

2006 dimana presiden menetapkan kebijakan pemerintah untuk percepatan penanggulangan

kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja melalui pemberdayaan masyarakat dan pada tanggal

12 September 2006 Menko Kesra, Menko Perekonomian dan menteri-menteri terkait sepakat

“Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)” sebagai instrumen dalam percepatan

penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Ditindaklanjuti Menko Kesra

mengusulkan kepada Menteri Keuangan untuk alokasi dana BLM (Bantuan Langsung

(18)

Bappenas merancang pendanaan PNPM. Presiden RI menyempurnakan nama PNPM menjadi

PNPM- Mandiri

Melalui pelaksanaan PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya

penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif,

kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, diharapkan mampu

ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai objek melainkan sebagai subjek upaya

penanggulangan kemiskinan. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas

penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja.

diakses pada

tanggal 25/01/2010).

Sesuai dengan amanat yang diemban dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah, perencanaan pembangunan dan pelaksanannya harus berorientaasi ke

bawah dan melibatkan masyarakat luas. Melalui pemberian wewenang perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan ditingkat daerah. Dengan cara ini pemerintah makin mampu

menyerap aspirasi masyarakat banyak, sehingga pembangunan yang dilaksananakan mampu

memberdayakan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Rakyat harus menjadi pelaku dalam

pembangunan, masyarakat perlu dibina dan disiapkan untuk dapat merumuskan sendiri

permasalahan yang dihadapi, merencanakan langkah-langkah yang diperlukan, melaksanakan

rencana yang telah diprogramkan, menikmati produk yang dihasilkan dan melestarikan program

yang telah dirumuskan dan dilaksanakan.

Perencanaan adalah tahap yang paling awal dan paling vital dalam pembangunan.

(19)

akan dilaksanakan. Perencanaan yang baik dan matang akan melahirkan hasil yang baik pula.

Oleh karena itu dalam pembangunan harus melibatkan semua pihak (stakeholders) yang di

dalamnya bukan sebagai objek tetapi sebagai subjek dalam pelaksanaan pembangunan.

Pengikutsertaan masyarakat dalam perencanaan pembangunan merupakan salah satu

cara yang efektif untuk menampung dan mengakomodasikan berbagai kebutuhan yang beragam.

Dengan kata lain upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan

dapat membawa keuntungan substansi, dimana pelaksanaan pembangunan akan lebih efektif dan

efesien, disamping kita juga akan memberi sebuah rasa kepuasan dan dukungan maasyarakat

yang kuat terhadap program-program pemerintah.

Dari kondisi ini, pendekatan partisipasif merupakan konsep yang harus dikembangkan

dan menetapkan masyarakat sebagai pihak utama atau pusat pengembangan. Pendekatan tersebut

lebih bersifat memberdayakan masyarakat atau dapat disebut dengan model partisipasi

masyarakat. Dasar proses partisipasi masyarakat adalah pengalaman dan pengetahuan

masyarakat tentang keberadaannya yang sangat luas dan berguna serta kemauan mereka menjadi

lebih baik. Proses menggunakan dan mengakses sumber daya setempat sebaik mungkin, baik

sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

Partisipasi memiliki maksud dasar menjadi instrument yang memberikan peluang yang

besar bagi masyarakat untuk dapat berkembang sesuai dengan potensinya, terlibat aktif dalam

penyelenggaraan pemerintahan, sehingga pihaknya dapat menikmati mamfaat dari kebijakan,

yang dibuat pihak pemerintah.

Maka di dalam setiap program yang dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan yang

(20)

perencanaan, karena proses perencanaan dalam suatu kegiatan merupakan hal yang sangat

penting dimana tahap perencaan sebagai tahap penentuan keputusan yang akan diambil.

Kesalahan dalam perencanaan dapat dikatakan sebagai suatu kesalahan dalam mengambil

keputusan. Jadi perencanaan yang baik akan menghasilkan keputusan yang baik pula. Keputusan

inilah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Maka dengan

melibatkan masyarakat dalam perencanaan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk

menetukan sendiri apa yang menjadi kebutuhan masyarakat itu sendiri.

Desa Sitio II yang terdapat di Kecamatan Lintong Nihuta termasuk desa tertinggal, hal

itu terlihat dalam data kependudukan tahun 2008 atau setelah pemekaran yang mana jumlah

penduduk Desa Sitio II 874 jiwa dan kepala keluarga kurang mampu 80 KK. Hal ini lah yang

mendorong bahwa desa ini berhak untuk mendapatkan PNPM MP disamping desa harus patuh

pada ketentuan dasar PNPM MP (dapat dilihat dalam bab II, kerangka teori).

Pada tahun 2009 Desa Sitio II mendapatkan dana bantunan PNPM Mandiri sebesar Rp.

211.472.700, dari dana ini digunakan untuk sarana/prasarana sebesar 173.401.000 dan satu

kelompok SPP dan dana yang digunakan adalah sebesar Rp. 25.000.000, dana selebihnya

digunakan untuk biaya operasional UPK (Unit Pengelola Kegiatan) sebesar 2% yaitu Rp.

5.228.700, dan untuk operasional TPK (Tim Pelaksana Kegiatan) sebesar 3% yaitu Rp.

7.843.000. Desa yang berpenduduk 1184 jiwa pada Agustus 2009 ini jumlah termasuk salah satu

desa tertinggal di Kecamatan Lintong Nihuta, dan jika dilihat dari data rumah tangga miskin

yang terdata oleh pemerintah Desa Sitio II atau pun pihak yang terkait dapat dilihat bahwa dari

115 KK yang terdata pada bulan Agustus 2009 ada terdapat 97 KK yang tergolong keluarga

mikin, dan 8 KK yang tergolong sangat miskin, sementara yang tidak miskin hanya 8 KK.Dilihat

(21)

setiap kegiatan PNPM MP. Adapun kegiatan PNPM MP yang dijalankan di Desa Sitio II adalah

bidang sarana prasarana dan SPP ( Simpan Pinjam Kelompok Perempuan).

Pada kegiatan sarana prasarana kegiatan yang dilakukan adalah perkerasan jalan telford

sepanjang 1.545 meter. Sedangkan SPP sebanyak satu kelompok. Dalam setiap kegiatan mulai

dari proses perencanaan, pelaksanaan hingga sampai tahap pemeliharaan harus melibatkan

masyarakat kerena tanpa partisipasi masyarakat kegiatan PNPM MP ini tidak dapat berjalan

dengan lancar.

Partisipasi menurut Soetomo (2006:439) yang diharapkan dalam upaya pengentasan

kemiskinan adalah partisipasi masyarakat dalam setiap proses, yaitu dari proses perencanaan,

pengambilan keputusan, pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi serta menikmati hasil.

Bukan dalam salah satu atau beberapa tahap saja. Masyarakat diharapkan memahami arti penting

kesadaran dan keterlibatan mereka dalam setiap tahap dan proses kegiatan.

Seperti yang dijelaskan oleh Soetomo di atas bahwa masyarakat diharapkan memahami

arti penting kesadaran dan keterlibatan dalam setiap tahap dan proses kegiatan, maka untuk itu

dalam PNPM MP diharapakan partisipasi seluruh masyarakat baik laki-laki dan perempuan.

Maka oleh karena itu Masyarakat perempuan juga harus dilibatkan dalam kegiatan perencanaan

PNPM MP, itu telihat dari salah satu prinsip PNPM MP yang berusaha menciptakan kesetaraan

dan keadilan gender.

Selama ini, pemimpin selalu dikaitkan dengan sifat laki-laki atau maskulin yang

menunjukkan laki-laki hampir selalu mengambil keputusan dominan. Perempuan memang

mempunyai peranan dalam pengambilan keputusan. Namun, peranannya hanya sebagai orang

(22)

kedudukan yang sama dengan laki-laki. Hak, kedudukan, dan peranan mengandung pengertian

yang berbeda, dan arena itu tidak bisa dicampuradukkan. Seseorang yang mempunyai

kedudukan, belum tentu ia memiliki hak yang sebenarnya mengikuti kedudukan tersebut.

Perempuan mempunyai kedudukan yang sama dalam pembangunan, namun hak perempuan

dalam bidang itu belum sama dengan hak laki-laki.(Murniati,55-56)

Hubungan perempuan dan laki-laki di Indonesia, masih didominasi oleh ideology gender

yang membuahkan budaya patriarki. Budaya ini tidak mengakomodasikan kesetaraan,

keseimbangan, sehingga perempuan menjadi tidak penting diperhitungkan. Ideology gender

menjadi rancu dan merusak relasi perempuan dan laki-laki, ketika dicampuradukkan dengan

pengertian jenis kelamin. Pada waktu perbedaan jenis kelamin tidak dilihat secara kritis, maka

muncullah masalah gender yang berwujud ketidakadilan gender. Masalah ketidakadilan gender

bentuknya adalah pandangan posisi subordinat terhadap perempuan, pandangan streotip terhadap

perempuan dan laki-laki, beban ganda dari perempuan, maeginalisasi dan kekerasan terhadap

perempuan (Murniati: 2004:75).

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting agar diketahui arah jalannya suatu penelitian.

Batasan masalah bukan batasan pengertian. Batasan masalah merupakan sejumlah masalah yang

merupakan pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabannya melalui penelitian. Arikunto

(2002) menyatakan agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka penulis

harus dapat merumuskan apa yang menjadi permasalahan sehingga jelas darimana harus

(23)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis di dalam melakukan penelitian ini

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam perencanaan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) di Desa Sitio II?

2. Bagaimanakah partisipasi perempuan dalam perencanaan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP).

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa

yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya. Adapun yang menjadi

tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam perencanaan Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) di Desa Sito II.

2. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi perempuan dalam perencanaan Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP).

(24)

Setelah selesai penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi kami

sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan dalam penelitian ini. Adapun manfaat penelitian

yang diharapkan adalah:

1. Penelitian ini bermamfaat bagi penulis untuk melatih dan mengembangkan kerangka

berpikir ilmiah dan menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah, sekaligus untuk

menambah bahan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya partisipasi

masyarakat dalam perencanaan setiap program pembangunan.

2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa umumnya dan mahasiswa

jurusan Ilmu Administrasi Negara pada khususnya sebagai bahan referensi yang tertarik

dalam bidang kajian ini.

3. Tulisan ini diharapkan mampu memberikan kontribusi ataupun saran bagi masyarakat

(25)

BAB II

KERANGKA TEORI

Sebagai titik tolak atau landasan berpikir dalam menyoroti atau memecahkan masalah

perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu. Landasan teori perlu ditegakkan agar

peneliti mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan caba-coba (trial and error)

landasan teoritis (Sugiyono, 2004: 55).

Menurut Hoy dan Miskel ( dalam Sugiyono, 2004:55) teori adalah seperangkat konsep,

asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku

dalam berbagai organisasi. Sebelum melakukan penelitian yang lenih lanjut seorang peneliti

perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut

mana peneliti menyoroti masalah yang dipilihnya. Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka

teorinya adalah sebagai berikut:

1. Partisipasi Masyarakat

a. Pengertian Partisipasi Masyarakat

Kata partisipasi sering dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang bernuansa

pembangunan, pengambilan keputusan, kebijakan, pelayanan pemerintah. Sehingga partisipasi

itu memiliki arti yang penting dalam kegiatan pembangunan, dimana pembangunan itu bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan masyarkat.

Bhattacharyya (dalam Ndraha,1990: 102) mengartikan partisipasi sebagai pengambilan

(26)

menyebutkan bahwa partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program

sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.

Wahyudi Kumorotomo (1999:112-114) mengatakan bahwa partisipasi adalah berbagai

corak tindakan massa maupun individual yang memperlihatkan adanya hubungan timbale balik

antara pemerintah dengan warganya.

Secara umum corak partisipasi warga Negara dapat dibedakan menjadi empat macam:

1. Partisipasi dalam pemilihan (electoral participation)

2. Partisipasi kelompok (group participation)

3. Kontak antara warga Negara dengan pemerintah (citizen government contacting)

4. Partisipasi warga negara langsung

Begitu juga halnya dengan Soetrisno (dalam Tangkilisan, 2005:320) partisipasi

ditempatkan sebagai style of development yang berarti bahwa partisipasi dalam kaitannya dengan

proses pembangunan haruslah diartikan sebagai usaha mentranformasikan sistem pembangunan

dan bukan sebagai suatu bagian dari usaha system mainternance. Untuk itu, partisipasi

seharusnya diartikan sebagai suatu nilai kerja bagi masyarakat maupun pengelola pembangunan

sehingga partisipasi berfungsi sebagai mesin pendorong pembangunan.

Dalam pembangunan, partisipasi semua unsur masyarakat dengan kerja sama sukarela

merupakan kunci utama bagi keberhasilan pembangunan. Soehardjo (dalam Tangkilisan 2005:

321). Dalam hal ini partisipasi berfungsi menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk

(27)

Davis (dalam Tangkilis 2005: 321) memberikan pengertian partisipasi sebagai berikut:

“Participation is defined as an individual as mental and emosional involvement in a group situasion that encourages him to contribute to group goal and share responsibility for them.”

Bila diterapkan dalam pembangunan, maka pendapat Keith Davis ini mengandung tiga

unsur pokok, yaitu:

1. Adanya keterlibatan mental dan emosi individu dalam melakukan aktifitas kelompok;

2. Adanya motivasi individu untuk memberikan kontribusi tergerak yang dapat

berwujud barang, jasa, buah pikiran, tenaga, dan keterampilan;

3. Timbulnya rasa tanggung jawab dalam diri individu terhadap aktivitas kelompok

dalam usaha pencapaian tujuan.

Dalam hubungannya dengan palaku-pelaku yang terlibat dalam aktifitas pembangunan,

Nelson (dalam Tanggkilisan 2005:323) menyebutkan adanya dua macam bentuk partisipasi,

yaitu: (1). Partisipasi Horizontal yaitu partisipasi di antara sesama warga atau anggota

masyarakat, di mana masyarakat mempunyai kemampuan berprakarsa dalam menyelesaikan

secara bersama suatu kegiatan pembangunan; (2). Partisipasi Vertikal yaitu partisipasi antara

masyarakat sebagai suatu keseluruhan dengan pemerintah, dalam hubungan dimana masyarakat

berada pada posisi sebagai pengikut atau klien.

Partisipasi masyarakat juga dapat diartikan sebagai Adisasmita (2006: 41) pemberdayaan

masyarakat, peran sertanya dalam kegiatan penyusunan perencanaan, dan implementasi

program/proyek pembangunan dan merupakan aktualisasi dan kesediaan dan kemauan

(28)

Dalam proses pembangunan, partisipasi berfungsi sebagai masukan dan keluaran.

Sebagai masukan, partisipasi masyarakat berfungsi menumbuhkan kemampuan masyarakat

untuk berkembang secara madiri. Selain itu, partisipasi masyarakat sebagai masukan

pembangunan dapat meningkatkan usaha perbaikan kondisi dan taraf hidup masyarakat yang

bersangkutan, dan sebagai keluaran partisipasi dapat digerakkan atau dibangun dengan

memberikan motivasi melalui berbagai upaya, seperti Inpres Bantuan Desa, LKMD, KUD, dan

lain sebagainya (Ndraha, 1990:109).

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan menjadi hal yang sangat penting ketika

diletakkan di atas keyakinan bahwa masyarakatlah yang paling penting tahu apa yang menjadi

kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Maka di dalam partisipasi masyarakat

dalam pembagunan dapat dibagi dalam empat tahapan (Kaho 2007: 127) yaitu:

1. Partisipasi dalam Proses Pembuatan Keputusan

Dalam tahap ini partisipasi masyarakat sangat mendasar sekali, terutama karena putusan politik yang diambil menyangkut nasib mereka secara keseluruhan. Masyarakat hanya akan terlihat dalam aktifitas selanjutnya apabila mereka merasa ikut andil dalam menentukan apa yang akan dilaksanakan.

2. Partisipasi dalam Pelaksanaan

Partisipasi ini merupakan tindakan selanjutnya dari tahap pertama, partisipasi dalam pembangunan akan terlihat ketika masyarakat ikutserta dalam memberi kontribusi guna menunjang pelaksanaan pembangunan yang berwujud tenaga, uang, barang material, ataupun informasi yang berguna bagi pelaksanaan pembangunan

3. Partisipasi dalam Memamfaatkan Hasil Pembangunan

Tujuan pembangunan adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur, maka dalam tahap ini masyarakat secara bersama akan menikmati hasil pembangunan dengan adil tanpa ada pengecualian. Setiap masyarakat akan mendapatkan bagian sebesar kontribusi atau pengorbanan yang diberikan. Mamfaat yang dapat diterima dalam pembangunan ini yaitu mamfaat materialnya; mamfaat sosialnya; dan mamfaat pribadi.

4. Partisipasi dalam Evaluasi

(29)

b.Strategi Untuk Menggerakkan Partisipasi

Usaha untuk memperbaiki kondisi masyarakat dan pemenuhan kebutuhan masyarakat

dapat dilakukan dengan menggerakkan partisipasi. Program pembangunan selama ini hanya

melibatkan pemerintah saja sehingga hasilnya kurang mengena pada kebutuhan masyarakat.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan hal yang sangat penting ketika

diletakkan atas dasar keyakinan bahwa masyarakatlah yang paling tahu apa yang mereka

butuhkan dan masyarakat jugalah permasalahan yang mereka hadapi. Namun kenyataan yang

masih terlihat bahwa di setiap program pembangunan, partisipasi masyarakat belum terlihat

secara keseluruhan.

Keadaaan masyarakat yang kurang melibatkan dirinya dalam program pembangunan

dilihat dari belum adanya sistem yang memberikan ruang yang aman memadai atau belum

tersedianya suatu frame work bagi proses partisipasi masyarakat. Dan disamping itu masih

rendahanya kemampuan untuk mengembangkan partisipasi akibat tidak terbiasanya masyarakat

melibatkan diri dalam pemabangunan.

Maka untuk itu, agar suatu program pembangunan berjalan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat, harus ada jaminan bahwa partisipasi masyarakat terlibat didalamnya. Maka untuk

menjamin hal itu terjadi harus ada terciptanya, (Juliantara, 2004:37-38) :

1. Politik Will dari pemerintah daerah untuk membuka ruang dan arena bagi masyarakat

untuk berpartisipasi. Karena selama ini atau selama orde lama dikondisikan dengan menerima apa yang diperintahkan oleh pemerintah pusat, dan tidak dibiasakan untuk melakukan program secara partisipatif.

2. Adanya jaminan atau garansi bagi orang yang berpatisipasi. Bahwa partisipasi

merupakan syarat dari setiap program pembangunan, otomatis harus melibatkan stakeholders.

(30)

Selain di atas menurut Ndraha (1990:104) untuk menciptakan keterlibatan masyarakat

dalam pembangunan dapat dilakukan usaha sebagai berikut:

1. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata.

2. Dijadikan stimulasi terhadapi masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya

jawaban ( respon ) yang dikehendaki.

3. Dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi membangkitkan tingkah

laku yang dikehendaki secara berlanjut.

Selain hal di atas Bryant dan White (dalam Ndraha 1990:105) juga menyebutkan cara

lain dalam meningkatkan partisipasi masyarakat yaitu:

1. Proyek pembangunan desa yang dirancang secara sederhana dan mudah dikelola oleh

masyarakat.

2. Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerakkan dan

menyalurkan aspirasi masyarakat.

3. Peningkatan peranan masyarakat dalam pembangunan.

2. Perencanaan

a. Pengertian Perencanaan

Pengertian perencanaan sangat beranekaragam. Keanekaragaman pengertian dan

defenisi perencanaan dipengaruhi pandangan dari sudut-sudut pandang tertentu sesuai

kepentingan yang diharapkan. Berdasarkan berbagai pengertian perencanaan yang ada,

perencanaan merupakan (Wrihatnolo dan Nugroho,2006:40) :

1. Himpunan asumsi untuk mendapatkan tujuan. Perencanaan adalah pemilihan dan

menghubungkan fakta-fakta, membuat serta menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu.

2. Seleksi Tujuan. Perencanaan adalah proses dasar yang kita gunakan untuk memilih

tujuan-tujuan dan menguraikan bagaimana cara pencapaianny;

3. Pemilihan alternative dan alokasi sumber daya. Perencanaan adalah pemilihan

alternative atau penganalokasian berbagai sumber daya yang tersedia.

(31)

5. Proses penetuan masa depan. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangkaian pencapain tujuan yang telah ditentukan.

Pada hakikatnya perencanaan adalah usaha yang secara sadar, terorganisasi , dan terus

menerus dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk

mencapai tujuan tertentu Waterson (dalam Conyer, 1991: 4) .

Selanjutnya apapun yang terlintas dibenak kita manakala kita membicarakan

perencanaan kiranya tidak terlepas dari kaitan persoalan pengambilan keputusan. Implikasinya

adalah bahwa pasti ada cara yang lebih baik dalam hal pengambilan keputusan tersebut, mungkin

dengan cara lebih memperhatikan lebih banyak data yang ada, ataupun hasil-hasil yang mungkin

dicapai di masa yang akan datang. Schaffer (dalam Conyer, 1991: 4)

Perencanaan juga dapat diartikan sebagai suatu proses menyusun langkah-langkah

untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam konteks masyarakat, perencanaan akan berarti

himpunan langkah untuk memecahkan persoalan dan kebutuhan masyarakat tersebut, guna

mencapai maksud dan tujuan tertentu, yang bisa diidentifikasikan sebagai keadaan (kondisi atau

posisi) yang lebih baik. (Ade, 2005 : 70)

Perencanaan ini merupakan proses pengambilan keputusan dengan menetapkan

langkah-langkah terlebih dahulu guna menjawab kebutuhan masyarakat. Langkah-langkah yang

ditetapakan diharapkan berisi aspirasi masyarakat dalam rangka mencapai suatu kehidupan yang

lebih baik dan bermakna.

Tjokroamidjojo (1998:12), mengemukakan alasan dilakukannya perencanaan sebagai

(32)

a. Dilihat dari segi alat atau cara untuk mencapai tujuan, alasan dilakukannya perencanaan adalah:

1. Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya

pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan-tujuan pembangunan.

2. Dengan adanya perencanaan, maka dilakukan suatu perkiraan (forecasting) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui.

3. Dengan perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternative

tentang cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi yang baik.

4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas memilih urutan-urutan

pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya.

5. Dengan adanya usaha rencana, maka aka nada suatu alat pengukur atau standar untuk

mengadakan pengawasan/evaluasi.

b. Dari segi ekonomi, maka perencanaan dilakukan untuk:

1. Penggunaan dan alokasi sumber-sumber pembangunan yang terbatas secara efektif dan

efesien.

2. Perkembangan ekonomi yang tetap, atau pertumbuhan ekonomi yang secara

terus-menerus meningkat. 3. Stabilitas ekonomi.

Dalam UU No. 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dijelaskan tentang pendekatan-pendekatan dalam proses perencanaan yaitu:

1. Pedekatan politik memandang bahwa pemilihan presiden/ kepala daerah adalah

penyusunan rencana, karena rakyat memilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing Calon presiden/ kepala daerah. Oleh karena itu rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan presiden/kepala daerah. Oleh Karen itu rencan pembangunan yang ditawarkan presiden/kepala daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah.

2. Perencanaan dengan pendekatan teknoktratik dilaksanakan dengan menggunakan metode

dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja secara fungsional bertugas untuk itu.

3. Perencanaan dengan pendekatan partisipastif dilaksanakan dengan melibat semua pihak yang berkepentingan terhadap pembanguna. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki.

4. Sedangkan pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan

menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan Desa.

b. Tahapan dalam Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu proses menyusun langkah-langkah yang akan

diselenggarakan dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat, yaitu untuk mencapai tujuan

(33)

rangka mencapai suatu kehidupan baru yang lebih baik dan bermakna, melalui langkah-langkah

pembangunan.

Sebagai langkah awal, perencanaan melibatkan hal-hal yang menyangkut pengambilan

keputusan atau pilihan mengenai bagaimana memamfaatkan sumber daya yang ada semaksimal

mungkin guna mencapai tujuan tertentu atau kenyataan yang ada di masa depan. Istilah sumber

daya merupakan sumber daya almiah, manusia, modal ( bangunan, pabrik,

saran/prasarana dan sebagainya) dan keuangan.

Ada beberapa tahap perencanaan dalam mencapai tujuan pembangunan yang

berorientasi pada kebutuhan dan keterlibatan masyarakat adalah : ( Abe,2005: 77-84)

1. Penyelidikan

Penyelidikan adalah sebuah proses untuk mengetahui, menggali dan mengumpulkan persoalan-persoalan yang berkembang dalam masyarakat. Dalam proses, penyelidik tidak menempatkan diri sebagai pihak luar, orang asing, melainkan harus mengusahakan agar bisa berintegrasi dengan komunitas yang diselidiki.

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah tahap lanjut dari penyelidikan. Data atau informasi yang telah dikumpulkan diolah sedemikian rupa sehingga diperoleh gambaran yang lebih lengkap, utuh dan mendalam. Untuk memperoleh perumusan, pada dasarnya dilakukan suatu proses analisis atas informasi,dataatau pengalaman hidup masyarakat. Agar masalah tersebut tepat mencerminkan kebutuhan dari komunitas, maka cara yang ditempuh dengan melibatkan masyarakat dalam proses tersebut.

3. Identifikasi Daya Dukung

Daya dukung dalam hal ini tidak harus diartikan sebagai dana konkrit, melainkan keseluruhan aspek yang bisa memungkinkan terselenggaranya aktifitas dalam mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan. Daya dukung akan sangat tergantung pada (1). Persoalan yang dihadapi; (2). Tujuan yang hendak dicapai; (3). Aktivitas yang akan dilakukan.

4. Rumusan Tujuan

(34)

dikeluarkan adalah kenginan pihak luar. Kita harus sadar bahwa kebutuhan luar sangat berbeda dengan kebutuhan komunitas atau masyarakat.

5. Menetapkan Langkah-Langkah

Menetapkan langkah-langkah yaitu proses menyusun apa yang akan dilakukan. Sebetulnya proses ini merupakan proses membuat keputusan yang lebih utuh dari perencanaan. Umumnya rencana tindakan akan memuat, apa yang hendak dicapai, kegiatan yang hendak dilakukan, pembagian tugas atau pembagian tanggung jawab, waktu ( kapan dan berapa lama kegiatan akan dilaksanakan). Untuk menyusun langkah yang baik, maka diperlukan kejelasan rumusan pernyataan yang harus jelas, dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda.

6. Penentuan Anggaran

Anggaran disini bukan berarti menghitung uang, melainkan suatu usaha untuk menyusun alokasi anggaran atau sumber daya yang tersedia. Penyusunan anggaran ini akan sangat menentukan berhasil tidaknya sebuah perencanaan.

c. Perencanaan Partisipatif

Perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang dalam tujuannyan melibatkan kepentingan masyarakat, dan dalam prosesnya melibatkan masyarakat ( baik secara langsung

maupun tidak langsung). Tujuan dan cara harus dipandang sebagai suatu kesatuan. Suatu

kesatuan untuk kepentingan rakyat, yang bila dirumuskan dengan tanpa melibatkan masyarakat,

maka akan sulit dipastikan bahwa rumusannya akan berpihak kepada rakyat (Abe 2005:88).

Melibatkan masyarakat dalam perencanaan merupakan suatu hal yang penting dalam

keberhasilan suatu pembangunan. Keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan akan

memberi hasil yang lebih baik karena yang lebih tahu kebutuhan dan tuntutan masyarakat adalah

masyarakat itu sendiri. Sehingga sangat penting apabila partisipasi masyarakat dalam

perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan lebih ditingkatkan.

Perencanaan partisipatif adalah proses pengambilan keputusan pembangunan yang

(35)

masyarakat dalam pengambilan keputusan dapat secara langsung, yaitu perencanaan yang

langsung disusun bersama masyarakat, maupun perencanaan yang disusun melalui mekanisme

perwakilan sesuai dengan institusi yang sah ( legal –formal), seperti parlamen.

Ada tiga hal dampak dari melibatkan masyarakat secara langsung dalam perencanaan

Abe (2005:91) yaitu:

1. Terhindar dari peluang terjadinya manipulasi. Keterlibatan masyarakat akan memperjelas apa

yang sebetulnya apa yang dikehendaki masyarakat.

2. Memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan perencaan. Semakin banyak jumlah mereka

yang terlibat akan semakin baik.

3. Meningkatkan kesadaran dan keterampilan politik masyarakat.

Proses dalam melibatkan masyarakat secara langsung adalah bahwa masyarakat secara

langsung ikut ambil bagian sejak dari awal, proses dan perumusan hasil. Keterlibatan masyarakat

secara langsung ini akan menjadi penjamin bagi suatu proses yang baik dan benar. Namun harus

diperhatikan juga bagaimana tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat agar mampu

memberikan partisipasi yang berarti pula dalam pembangunan.

Ada tiga kenyataan yang mengakibatkan sulitnya menciptakan suatu partisipasi yang

ideal bagi pembangunan Juliantara (2004: 86) yaitu : (1). Telah berkembangnya suatu tradisi

tanpa partisipasi dalam praktek pembangunan; (2). Kondisi masyarakat yang memiliki kapasitas

rendah dalam mengembangkan suatu format partisipasi; (3). Belum tersedianya perangkat

kebijakan yang dengan sengaja memberi perlindungan, memberi dukungan, dan memberi

(36)

Maka dalam hal ini, pemerintah yang memang peduli dan membutuhkan partisipasi

masyarakat guna mencapai tujuan pembangunan harus dengan serius membangkitkan keinginan

masyarakat untuk turut serta dalam setiap program pembangunan. Menyediakan suatu lembaga

atau organisasi yang dapat menampung setiap aspirasi masyarakat yang berkaitan dengan

kebutuhan masyarakat itu sendiri merupakan suatu langkah yang harus diambil. Dan disamping

itu sangat diperlukan juga rasa kenyamanan masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya tanpa

ada tekanan dari luar yaitu adanya jaminan publik atau kebijakan pemerintah yang mengatur

tentang hak dan kewajiban untuk berpartisipasi.

3. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-PM)

a. Pengertian PNPM MP

PNPM MP adalah PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan

terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM

Mandiri adalah :

1. PNPM Madiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan

acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan

masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem

serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan

untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan

yang berkelanjutan.

2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas

masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai

persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya.

(37)

daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan

berbagai hasil yang dicapai.

pada tanggal 25/01/2010 )

Visi PNPM Mandiri Pedesaan dalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian

masyarakat miskin pedesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.

Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya di luar

lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan.

Misi PNPM Mandiri Pedesaan adalah:

1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan;

2. Pelembagaan system pembangunan partisipatif;

3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintah local;

4. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi

masyarakat;

Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan Dalam rangka mencapai visi dan

misi PNPM Mandiri Pedesaan, strategi yang dikembangkan PNPM Mandiri Pedesaan yaitu

menjadikan rumah tangga miskin (RTM) sebagai kelompok sasaran, menguatkan system

pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerjasama antar desa.

Berdasarkan visi, misi, dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM Mandiri Pedesaan lebih

menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri

Pedesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya

kemandirian dan berkelanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui Progran

Pengembangan Kecamatan (PPK) http://ww.ppk.or.id/downloads/PTO PNPM Mandiri

(38)

c. Dasar Kebijakan PNPM Mandiri Perdesaan

PNPM MP adalah program yang menjadi kerangka kebijakan dan acuan pelaksanaan

berbagai program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan. Adapun yang

menjadi dasar kebijakan PNPM MP adalah sebagai berikut:

1. Perpres No. 54 tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

(TKPK). TKPK diketuai oleh Menkokesra bertugas untuk merumuskan langkah-langkah

kongkrit dalam penanggulangan kemiskinan

2. Hasil Sidang Kabinet tanggal 7 September 2006 yaitu diperlukan percepatan

penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja.

3. TKPK pada tanggal 12 September 2006 menyepakati untuk menindaklanjuti hasil siding

kabinet tersebut dengan merumuskan sebuah program yang bernama PNPM

4. SK Menkokesra No. 28/KEP/Menko/Kesra/XI/2006 yang dipengaruhi dengan

Kepmenkokesra No. 23/Kep/ Menko/ Kesra/VII/2007 tentang Tim Pengendali PNPM

Mandiri (

tanggal 25/01/2010

c. Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan ).

Tujuan Umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya kesejahteraan dan

kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam

pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

(39)

a. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau

kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan dan pelestarian pembangunan.

b. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagun akan sumber

daya lokal.

c. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pengelolaan

pembangunan partisipatif

d. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh

masyarakat.

e. Melembagakan pengelolaan dana bergulir.

f. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan KerjaSama Antar Desa (BKAD)

g. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan

kemiskinan perdesaan .

d. Prinsip - Prinsip Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan

Dalam pelaksanaannya, PNPM Mandiri Perdesaan menekankan prinsip-prinsip pokok

yang terdiri dari :

1. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan dapat

dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legasl

maupun administratif

(40)

3) Keberpihakan pada Orang/ Masyarakat Miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat

yang kurang beruntung

4) Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola

5) Partisipasi/ Pelibatan Masyarakat. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan pembangunan

6) Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya

masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas

7) Kesetaraan dan Keadilan Gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan

pembangunan tersebut

8) Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar-pemangku kepentingan dalam

penanggulangan kemiskinan

9) Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan,

dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

e. Ketentuan Dasar PNPM Mandiri Perdesaan

Ketentuan dasar PNPM Mandiri Perdesaan merupakan ketentuan-ketentuan pokok

(41)

melaksanakan kegiatan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan

pelestarian. Ketentuan dasar PNPM Mandiri Perdesaan dimaksudkan untuk mencapai

tujuan secara lebih terarah. Ketentuan dasar meliputi :

1. Desa Berpartisipasi

Seluruh desa di kecamatan penerima PNPM Mandiri Perdesaan berhak

berpartisipasi dalam seluruh tahapan program. Namun, untuk kecamatan- kecamatan yang

pemilihan maupun penentuan besarnya BLM didasarkan pada adanya desa tertinggal, maka

kegiatan yang diusulkan oleh desa-desa tertinggal akan mendapat prioritas didanai. Besarnya

pendanaan kegiatan dari desa tertinggal tergantung pada besar/volume kegiatan yang

diusulkan. Pembagian dana BLM secara otomatis kepada desa-desa tertinggal sama sekali

tidak diinginkan, karena setiap usulan kegiatan harus dinilai kelayakannya secara teknis

maupun manfaat sosial ekonominya.

Untuk dapat berpartisipasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan, dituntut adanya

kesiapan dari masyarakat dan desa dalam menyelenggarakan pertemuan- pertemuan

musyawarah secara swadaya dan menyediakan kader-kader desa yang bertugas secara

sukarela serta adanya kesanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan dalam PNPM

Mandiri Perdesaan.

2. Kriteria dan Jenis Kegiatan

Kegiatan yang akan dibiayai melalui dana BLM diutamakan untuk kegiatan yang

memenuhi kriteria:

a. Lebih bermanfaat bagi RTM, baik di lokasi desa tertinggal maupun bukan desa

tertinggal.

(42)

c. Dapat dikerjakan oleh masyarakat

d. Didukung oleh sumber daya yang ada

e. Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan

Jenis-jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah

sebagai berikut :

a. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang dapat memberikan

manfaat langsung secara ekonomi bagi RTM,

b. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan, termasuk

kegiatan pelatihan pengembangan ketrampilan masyarakat (pendidikan

nonformal)

c. Kegiatan peningkatan kapasitas/ketrampilan kelompok usaha ekonomi terutama

bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal

(tidak termasuk penambahan modal).

d. Penambahan permodalan simpan pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP)

3. Mekanisme Usulan Kegiatan

Setiap desa dapat mengajukan 3 (tiga) usulan untuk dapat didanai dengan BLM PNPM

Mandiri Perdesaan. Setiap usulan harus merupakan 1 (satu) jenis kegiatan/ satu paket

kegiatan yang secara langsung saling berkaitan.

Tiga usulan dimaksud adalah:

a. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar atau kegiatan peningkatan kualitas hidup

masyarakat (kesehatan atau pendidikan) atau peningkatan kapasitas/ ketrampilan

(43)

b. Usulan kegiatan simpan pinjam bagi Kelompok Perempuan (SPP) yang ditetapkan

oleh musyawarah desa khusus perempuan. Alokasi dana kegiatan SPP ini

maksimal 25% dari BLM kecamatan. Tidak ada batasan alokasi maksimal per desa

namun harus mempertimbangkan hasil verifikasi kelayakan kelompok

c. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar, kegiatan peningkatan kualitas hidup masyarakat

(kesehatan atau pendidikan) dan peningkatan kapasitas/ketrampilan kelompok usaha

ekonomi yang ditetapkan oleh musyawarah desa perencanaan

Jika usulan non-SPP dari musyawarah khusus perempuan sama dengan usulan

musyawarah desa campuran, maka kaum perempuan dapat mengajukan usulan pengganti,

sehingga jumlah usulan kegiatan dari musyawarah desa perencanaan tetap tiga. Maksimal nilai

satu usulan kegiatan yang dapat didanai BLM PNPM Perdesaan adalah sebesar Rp 350 juta.

Usulan kegiatan pendidikan atau kesehatan harus mempertimbangkan rencana induk dari

instansi pendidikan atau kesehatan di kabupaten.

4. Swadaya Masyarakat

Swadaya adalah kemauan dan kemampuan masyarakat yang disumbangkan sebagai

bagian dari rasa ikut memiliki terhadap program. Swadaya masyarakat merupakan salah satu

wujud partisipasi dalam pelaksanaan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan. Swadaya bisa

diwujudkan dengan menyumbangkan tenaga, dana, maupun material pada saat pelaksanaan

kegiatan.

Dasar keswadayaan adalah kerelaan masyarakat, sehingga harus dipastikan bebas

dari tekanan atau keterpaksaan. Upah hari orang kerja (HOK) bagi tenaga kerja RTM, baik

(44)

swadaya masyarakat, karena upah HOK ini ditujukan untuk meningkatkan pendapatan

mereka. Hal ini sesuai dengan tujuan PNPM Mandiri.

5. Kesetaraan dan Keadilan Gender

Untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender salah satu langkah yang dilakukan

adalah dengan pemihakan kepada perempuan. Pemihakan memberi makna berupa upaya

pemberian kesempatan bagi perempuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, ekonomi, dan politik

serta mengakses aset produktif.

Sebagai salah satu wujud keberpihakan kepada perempuan, PNPM Mandiri

Perdesaan mengharuskan adanya keterlibatan perempuan sebagai pengambil keputusan dan

pelaku pada semua tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian. Kepentingan perempuan

harus terwakili secara memadai.

6. Jenis Kegiatan yang Dilarang (Negative List)

Jenis kegiatan yang tidak boleh didanai melalui PNPM Mandiri Perdesaan adalah

sebagai berikut:

a. Pembiayaan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan militer atau angkatan bersenjata,

pembiayaan politik praktis/ partai politik

b. Pembangunan atau rehabilitasi bangunan kantor pemerintahan dan tempat ibadah

c. Pembelian chainsaw, senjata, bahan peledak, asbes dan bahan-bahan lain yang merusak

lingkungan (pestisida, herbisida, obat-obat terlarang dan lain-lain)

d. Pembelian kapal ikan yang berbobot di atas 10 ton dan perlengkapannya

e. Pembiayaan gaji pegawai negeri

(45)

g. Kegiatan yang berkaitan dengan produksi, penyimpanan, atau penjualan barang-barang

yang mengandung tembakau

h. Kehiatan apapun yang dilakukan di lokasi yang ditetapkan sebagi cagar alam, kecuali ada

izin tertulis dari instansi yang mengelola lokasi tersebut

i. Kegiatan pengelolaan tambang atau pengambilan dan penggunaan terumbu karang

j. Kegiatan yang berhubungan pengelolaan sumber daya air dari sungai yang mengalir dari

atau menuju negara lain

k. Kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan jalur sungai

l. Kegiatan yang berkaitan dengan reklamasi daratan yang luasnya lebih dari 50 Ha.

m. Pembangunan jalur irigasi baru yang luasnya lebih dari 50 Ha

n. Kegiatan pembangunan bendungan atau penampungan air dengan kapasitas besar, lebih

dari 10.000 meter kubik.

7. Sanksi

Sanksi adalah salah satu bentuk pemberlakuan kondisi dikarenakan adanya

pelanggaran atas peraturan dan tata cara yang telah ditetapkan di dalam PNPM

Mandiri Perdesaan. Sanksi bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab

berbagai pihak terkait dalam pengelolaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan.

Sanksi dapat berupa :

1. Sanksi masyarakat, yaitu sanksi yang ditetapkan melalui kesepakatan dalam musyawarah

masyarakat. Semua kesepakatan sanksi dituangkan secara tertulis dan dicantumkan dalam

berita acara pertemuan,

2. Sanksi hukum, yaitu sanksi yang diberikan sesuai dengan peraturan perundangan yang

(46)

3. Sanksi program adalah pemberhentian bantuan apabila kecamatan atau desa yang

bersangkutan tidak dapat mengelola PNPM Mandiri Perdesaan dengan baik, seperti:

menyalahi prinsip-prinsip, menyalahgunakan dana atau wewenang, penyimpangan

prosedur, hasil kegiatan tidak terpelihara atau hasil kegiatan tidak dapat

dimanfaatkan. Kecamatan tersebut akan dimasukkan sebagai kecamatan bermasalah

sehingga dapat ditunda pencairan dana yang sedang berlangsung, serta tidak

dialokasikan untuk tahun berikutnya.

B. Defenisi Konsep

Konsep adalah suatu makna yang berada di dalam pikiran atau di dunia kepemahaman

manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan dan kata-kata. Dengan

demikian konsep bukanlah objek gejalanya itu sendiri, tetapi suatu hasil pemaknaan di dalam

intelektual manusia yang memang merujuk kegejala nyata ke dalam empiris. Konsep

menegaskan dan menetapkan apa yang akan diopservasi, dan juga memungkinkan peneliti untuk

mengomunikasikan hasil-hasil penelitian. (Suyanto,2008: 50).

Adapun yang menjadi defenisi konsep dalam penelitian ini adalah

a. Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat secara aktif dengan memberikan kontribusi dalam pembangunan barupa barang, pikiran dan tenaga serta mempunyai rasa

tanggungjawab guna mencapai tujuan.

b. Perencanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar guna menentukan langkah-langkah yang akan diambil guna mencapai tujuan yang ingin dicapai.

(47)

kesempatan kerja di wilayah perdesaan. Program ini dilakukan untuk lebih mendorong upaya

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel Klafikasi Penduduk Berdasarkan Agama
Tabel 6 Luas Wilayah Desa Sitio II Berdasarkan Dusun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah partisipasi masyarakat desa dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan hasil

Di Desa Tompaso II Kecamatan Tompaso Barat, menurut pengamatan penulis, partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan melalui program PNPM-MP tahun 2012

“Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) Bidang Prasarana dan Sarana di Desa Silo Kecamatan Silo Kabupaten Jember”;

Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam perencanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Suka Makmur Kecamatan Delitua, maka peneliti melakukan wawancara dengan

Dalam hal Pemenuhan Kebutuhan Gender, pelaksanaan PNPM MP di Desa Kemang telah mampu memenuhi Kebutuhan Praktis Gender. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis

Tabel 9 Distribusi Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kemang menurut Kategori Simulan, Status Bekerja dan Jenis Kelamin, Tahun 2011 (dalam persen) Status

Secara umum, partisipasi masyarakat desa Babalan Lor dapat disimpulkan bahwa masyarakat sudah berpartisipasi dalam keseluruhan proses pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di

Pelaksanaan pro- gram PNPM ± MP di Desa Bendungan Kecamatan Gondang Kabupaten Tulung- agung adalah sebagai program pember- dayaan masyarakat khususnya masyarakat