• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Perancangan Cakupan Sinyal Sistem WCDMA Di Dalam Ruangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Perancangan Cakupan Sinyal Sistem WCDMA Di Dalam Ruangan"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

STUDI PERANCANGAN CAKUPAN SINYAL SISTEM WCDMA

DI DALAM RUANGAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan

sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Oleh

ESRON TARIGAN 020402088

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Industri wireless saat ini mengalami perkembangan sangat pesat. Teknologi ini mampu memberikan peluang serta tantangan yang baru setiap waktunya. IMT 2000 sebagai standard telekomunikasi di dunia menetapkan sebuah standard yang disebut dengan 3G. WCDMA (UMTS) adalah teknologi 3G yang telah ditetapkan oleh ITU dalam standard IMT 2000 diatas. Dengan berkembangnya jumlah pelanggan seluler WCDMA dipastikan membutuhkan cakupan jaringan tidak terlepas di dalam ruangan. Hal yang jarang menjadi perhatian, yakni cakupan sinyal di dalam sebuah ruangan. Apakah perangkat komunikasi kita masih dapat berfungsi dengan baik atau tidak. Apabila ruangan sudah terisolasi dengan sinyal di luar, sebaiknya dirancang sebuah sistem jaringan agar sinyal bagi perangkat komunikasi kita masih dapat diakses dengan baik. Pembahasan berupa studi kasus mengenai perancangan cakupan sinyal sistem WCDMA di dalam ruangan. Pembahasan tidak mencakup optimasi sistem yang telah dirancang, namun berupa perhitungan serta analisa sistem sebagai tahap awal implementasi perancangan sistem coverage WCDMA yang sesungguhnya. Melalui studi perancangan ini, diharapkan memberikan gambaran awal bagaimana merancang sebuah sistem cakupan sinyal di dalam sebuah ruangan. Performansi sistem yang akan dirancang akan dianalisa sesuai dengan rumusan teori, sehingga tingkat kehandalan sistem dapat diprediksi yakni sebuah sistem cakupan sinyal di dalam ruangan.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kasih karunia yang dilimpahkan oleh

Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul

StudiPerancangan Cakupan Sinyal Sistem WCDMA Di Dalam Ruangan”. Adapun

Tugas Akhir ini dibuat untuk memenuhi syarat kesarjanaan di Departemen Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta, yang telah banyak memberikan dukungan moril,

doa dan materil serta limpahan kasih sayang yang tiada terkira dan tiada

mungkin terbalaskan.

2. Bapak Ir. Sihar P.Panjaitan, MT selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir, atas

segala bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman S. Baafai selaku Ketua Departemen Teknik Elektro,

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Bangsa Sitepu, selaku dosen wali penulis atas bimbingan dan

arahannya dalam menyelesaikan perkuliahan.

5. Kedua kakakku, kak Erta dan kak Frida atas bantuan dan motivasi yang telah

diberikan selama ini kepada penulis.

6. Rekanan satu angkatan, stambuk 2002 Yos Tarigan “ma sehat senina”

(4)

yang tidak dapat penulis tampilkan, yang selama ini telah menjadi teman

diskusi dan bekerjasama dalam kegiatan kampus.

7. Adekku Elen ectty yang telah banyak mendukung dan memberikan motivasi

selama ini, juga tidak lupa Juli ya, terima kasih.

8. Seluruh staf pengajar dan Civitas Akademika Departemen Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

9. Dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Berbagai usaha telah penulis lakukan demi terselesaikannya Tugas Akhir ini

dengan baik, namun penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini belum sempurna,

karena masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun susunannya. Saran dan

kritik dari pembaca sangat diharapkan dengan tujuan menyempurnakan dan

mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat penulis harapkan.

Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan Tugas Akhir ini dapat

bermanfaat.

Medan, September 2007

Penulis,

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK . . . i

KATA PENGANTAR . . . ii

DAFTAR ISI . . . iv

DAFTAR TABEL . . . vii

DAFTAR GAMBAR . . . viii

BAB I PENDAHULUAN . . . 1

1.1Latar Belakang . . . 1

1.2Rumusan Masalah . . . 2

1.3Tujuan Penulisan . . . 3

1.4Batasan Masalah . . . 3

1.5Metodologi Penulisan . . . 4

1.6Sistematika Penulisan . . . 4

BAB II TEORI DASAR WCDMA . . . 6

2.1 Umum . . . 6

2.2 Karakteristik Sistem WCDMA . . . 10

2.2.1 Alokasi Frekuensi . . . 10

2.2.2 Spreading, Scrambling, dan Modulasi . . . 11

2.2.3 Power Control . . . .14

2.2.4 Rake Receiver . . . 15

2.3 Handover . . . . . . 16

2.3.1 Proses Handover . . . 18

(6)

2.3.2.1 Intra-System Handover . . . 22

2.3.2.2 Inter-Sistem Handover . . . 22

2.3.2.3 Hard Handover . . . 22

2.3.2.4 Soft Handover dan Softer Handover . . . 22

2.4 Arsitektur Jaringan UMTS . . . 24

2.4.1 Arsitektur Jaringan 3GPP Release 1999 . . . 24

2.4.2 Arsitektur Jaringan 3GPP Release 4 . . . 27

2.4.3 Arsitektur Jaringan 3GPP Release 5 All-IP Multimedia. . . 30

BAB III PERANCANGAN SISTEM COVERAGE DALAM RUANGAN . . . 32

3.1 Umum . . . 32

3.2 Perancangan Sistem Radio . . . 33

3.3 Perancangan Sistem Antena . . . 35

3.4 Model Propagasi Dalam Ruangan (Indoor) . . . 37

3.4.1 Model Inverse Eksponensial . . . 38

3.4.2 Model Free Space Loss . . . 38

3.4.3 Model Motley Keenan . . . .. . . 38

3.5 Rancangan Indoor WCDMA . . . 39

BAB IV ANALISA PERANCANGAN SISTEM . . . 43

4.1 Analisa Link Budget . . . 43

4.1.1 Grafik Analisa Link Budget . . . 47

4.2 Analisa Performansi WCDMA . . . . . . 49

4.2.1 Grafik Analisa Performansi . . . 53

(7)

4.2.1.2 Grafik Jumlah User N vs Noise Rise . . . 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN . . . 56

5.1 Kesimpulan . . . . . . 56

5.2 Saran . . . .. . . 57

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Spesifikasi WCDMA . . . . . . 23

Tabel 3.1 WCDMA Indoor Link Budget . . . 36

Tabel 3.2 Peralatan Perancangan Indoor WCDMA . . . . . . 42

Tabel 4.1 Downlink WCDMA Link budget . . . .. . . 43

Tabel 4.2 WCDMA Indoor Link Budget . . . 45

Tabel 4.3 Analisa Link Budget . . . .. . . 47

Tabel 4.4 Asumsi perhitungan data . . . .. . . 49

Tabel 4.5 Analisa Performansi 12,2 kbps Speech Service . . . 51

Tabel 4.6 Analisa Performansi 64 kbps CS Data Service . . . 52

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jalur migrasi antar generasi . . . . .. . . 7

Gambar 2.2 Jalur upgrade pada 3G . . . 8

Gambar 2.3 Layanan pada IMT 2000 . . . 9

Gambar 2.4 Alokasi Frekuensi WCDMA . . . 11

Gambar 2.5 Konsep Dasar Spreading dan Scrambling . . . 12

Gambar 2.6 Struktur Kanal WCDMA . . . 13

Gambar 2.7 Modulasi QPSK pada WCDMA . . . 13

Gambar 2.8 Efek “Jauh-Dekat” . . . 14

Gambar 2.9 Skema Open Loop Power Control . . . 14

Gambar 2.10 Efek Multipath . . . 15

Gambar 2.11 Prinsip Rake Receiver . . . 16

Gambar 2.12 Komponen Propagasi . . . 17

Gambar 2.13 Proses Handover . . . 19

Gambar 2.14 Model-model Handover pada Sistem WCDMA/UMTS . . . 21

Gambar 2.15 Soft Handover dan Softer Handover . . . . . . . 23

Gambar 2.16 Arsitektur Jaringan 3GPP Release 1999 . . . 25

Gambar 2.17 Arsitektur Jaringan GSM . . . 27

Gambar 2.18 Arsitektur Jaringan 3GPP Release 4 . . . 28

Gambar 2.19 Arsitektur Jaringan 3GPP Release 5 All-IP Multimedia . . . 30

Gambar 3.1 Ilustrasi sistem radio dan sistem antena di dalam ruangan . . . 32

(10)

Gambar 3.3 Berbagai tipe koneksi repeater . . . . . . 34

Gambar 3.4 Diagram alur rancangan . . . 40

Gambar 3.5 Instalasi peralatan dalam ruangan . . . 41

Gambar 4.1 Grafik Analisa Link Budget . . . 48

Gambar 4.2 Grafik Throughput vs Noise Rise . . . 54

Gambar 4.3 Grafik Jumlah User N vs Noise Rise . . . 55

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi telekomunikasi akan terus berkembang dengan pesat. Hal serupa

juga terjadi dalam bidang komunikasi wireless. Akar dari perkembangan digital

wireless dan seluler dimulai sejak 1940 saat teknologi telepon bergerak

dikomersialkan. Revolusi perkembangan wireless semakin bertambah pesat saat

dapat ditekannya harga mikroprosesor dan ketersediaan digital switching.

Perkembangan teknologi komunikasi bergerak ternyata berkembang dengan

pesatnya. Evolusi sistem komunikasi kini telah mencapai generasi ke-3 (3G) dimana

generasi ini telah merambah pada layanan internet secara wireless. Teknologi ini

telah mampu mengakses web secara permanen, video interaktif, dengan kualitas

suara yang sangat baik sekualitas CD audio player hingga ke teknologi kamera video

yang di integrasikan dalam telepon seluler.

Sistem komunikasi generasi ke-3 pertama kali dirancang pada tahun 1992

ketika ITU (International Telecomunications Union) menyadari bahwa komunikasi

mobile akan berperan sangat penting dan semakin dominan dalam perkembangan

teknologi komunikasi. IMT-2000 yang dikeluarkan oleh ITU sebagai standard 3-G

didalamnya mencakup teknologi UMTS (Universal Mobile Telecomunications

Service). UMTS memakai teknologi WCDMA sebagai teknik komuikasi digital

(12)

Perancangan sistem WCDMA secara makro baik itu meliputi konfigurasi

MSC (Mobile Service Center), Base Station maupun Mobile Station telah diatur

dengan sistematis. Namun bagaimana dengan skema jaringan didalam sebuah

ruangan gedung yang secara otomatis terisolasi dari dunia luar. Dapat dikatakan

sinyal pemancar dari BTS tidak mampu menjangkau perangkat komunikasi pemakai

yang berada dalam gedung. Namun tidaklah mudah untuk membangun jaringan baik

itu didalam ruangan dengan skala kecil atau mikrosel ditinjau dari segi ekonomisnya.

Namun akibat adanya kebutuhan layanan didalam ruangan, maka perlu

dirancang sebuah sistem yang dapat diterapkan didalam ruangan. Sebuah solusi yang

diterapkan dapat menyediakan layanan komunikasi yang baik namun secara

ekonomis masih layak untuk diterapkan.

Pada Tugas Akhir ini akan diulas rancangan bagaimana cakupan sinyal di

dalam sebuah ruangan dengan teknologi komunikasi WCDMA secara teoritis, berupa

rancangan lokasi antena, loss tiap antena, Maximum Allowable Path Loss (MAPL),

serta luas daerah cakupan sinyal antena di dalam ruangan.

1.2Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara

lain :

1. Bagaimana konsep dan sistem WCDMA sebagai teknologi 3-G ?

2. Bagaimana merancang cakupan sinyal sistem WCDMA agar dapat menjangkau

User Equipment (UE) ?

(13)

1.3Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Untuk menjelaskan karakteristik teknologi Wideband-CDMA (WCDMA).

2. Untuk merancang sebuah sistem jaringan komunikasi dengan acuan pada ruangan

gedung, dengan teknologi WCDMA sebagai teknik komunikasi digital seluler.

1.4Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang lebih meluas dan agar pembahasan ini

lebih terarah, maka penulis perlu membatasi pembahasan tugas akhir ini dengan

hal-hal sebagai berikut :

1. Membahas teknik WCDMA secara umum.

2. Menitik-beratkan pembahasan dalam bidang rancangan sistem cakupan sinyal

didalam ruangan.

3. Rancangan sistem hanya dibahas menurut bagian sistem radio dan sistem antena

yang dipakai.

4. Tidak membahas perangkat komunikasi secara mendetail.

5. Pembahasan hanya sebatas rumusan teori dalam menganalisa link budget sistem

WCDMA.

6. Untuk memudahkan perhitungan dipakai software dengan menggunakan Bahasa

(14)

1.5 Metodologi Penulisan

Metode Penulisan yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah:

1. Studi literature, berupa penelaahan terhadap buku-buku dan jurnal-jurnal

referensi yang berhubungan dengan teknik WCDMA.

2. Studi kasus, berupa studi perancangan secara teoritis sistem jaringan komunikasi

WCDMA di dalam ruangan.

1.6Sistematika Penulisan

Tugas akhir ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Tujuan

Penulisan, Rumusan Masalah, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan

sebagai gambaran umum dari pembahasan secara keseluruhan.

BAB II : TEORI DASAR WCDMA

Berisikan teori-teori yang mendukung dan melandasi penulisan Tugas

Akhir ini yang memberikan gambaran tentang WCDMA sebagai salah satu

teknologi komunikasi 3-G.

BAB III : PERANCANGAN SISTEM COVERAGE DALAM RUANGAN

Bab ini membahas tentang perancangan sistem yang dimulai dengan

(15)

BAB IV : ANALISA PERANCANGAN SISTEM

Bab ini berisi analisa mengenai perancangan sistem WCDMA di dalam

ruangan, perhitungan total loss maksimum serta jangkauan sinyal antena di

dalam ruangan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil analisa yang telah

(16)

BAB II

TEORI DASAR WCDMA

2.1 Umum

Dunia telekomunikasi sekarang ini dibangun berdasarkan standard teknis dan

defenisi dari dunia telekomunikasi yang dikembangkan dan ditetapkan menjadi

pedoman agar tiap bagian peralatan tersambung dengan baik antara satu dengan yang

lainnya. Dengan kata lain, agar tiap peralatan dan subsistem dapat bekerjasama

timbal balik dengan baik, yang disebut sebagai interoperability.

Awal tahun 2006 merupakan suatu babak baru dalam industri telekomunikasi

Indonesia dimulai dengan adanya layanan telepon bergerak seluler generasi ketiga

(3G) secara komersial. Teknologi komunikasi itu sendiri memiliki perkembangan

yang signifikan. Pada awalnya generasi pertama (1G) ditandai dengan penggunaan

telepon nirkabel. Aplikasi yang digunakan pada platform 1G baru berupa suara

sebagaimana telepon umumnya. Awal tahun 1980-an 1G merupakan layanan mobile

phone komersial pertama di dunia, yang memakai teknologi seperti AMPS (Advance

Mobile Phone System) di Amerika Serikat, TACS (Total Access Communication

Services) di Inggris, atau NMT (Nordic Mobile Telephone) di negara negara

Skandinavia.

Generasi kedua (2G) hadir untuk mengatasi berbagai kelemahan mendasar

pada teknologi generasi pertama (1G). Dimana pada generasi pertama memiliki

kapasitas user yang terbatas, tidak memiliki perlindungan terhadap penyadapan

(17)

percakapan, dan memiliki keterbatasan dalam layanan-layanan yang beragam.

Teknologi generasi kedua (2G) dirancang untuk memperbaiki berbagai semua

masalah diatas, dan ternyata sangat sukses dalam aplikasinya.

Generasi ketiga (3G) menawarkan peningkatan aplikasi yang ada sekarang

ini. Transfer data yang dapat dilayani pada jaringan 3G mencapai kecepatan 2 Mbps

sehingga jaringan dapat digunakan untuk streaming secara realtime nyaris tanpa

jeda. Aplikasi dengan kecepatan demikian mampu memberikan layanan streaming

TV, layanan internet secara wireless, video interaktif dengan kualitas suara sangat

baik, hingga teknologi kamera video yang diintegrasikan dalam telepon seluler.

Adapun perkembangan teknologi komunikasi dari 1G sampai 3G dapat dilihat seperti

pada Gambar 2.1.

(18)

ITU sebagai lembaga standardisasi bidang telekomunikasi di dunia,

menetapkan sebuah sistem IMT-2000 dalam mengelola layanan komunikasi generasi

ketiga (3G). Adapun alur evolusi pada generasi ketiga (3G) terlihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Jalur Upgrade pada 3G*

*) Keterangan Gambar

IMT-2000 mengembangkan layanan-layanan yang dapat diakses melalui

sistem 3G, yaitu :

1. Suara, merupakan layanan standard dengan kualitas yang lebih baik dari jaringan

telepon biasa.

2. Pesan, tidak seperti pada sistem 2G di mana layanan pesan hanya berupa teks,

akan tetapi pada sistem 3G telah menyertakan attachment e-mail. Mudah untuk di-upgrade.

Upgrade membutuhkan modulasi baru.

(19)

2. Switched Data, layanan ini meliputi fax dan akses dial-up ke jaringan Intranet

atau Internet.

4. Medium Multimedia, layanan ini populer di teknologi 3G dengan kecepatan

downstream yang sangat ideal untuk web surfing.

5. High Multimedia, layanan ini digunakan untuk akses high-speed internet dengan

kualitas multimedia yang sangat baik.

6. Interaktif High Multimedia, layanan ini menghasilkan kualitas multimedia yang

sangat baik sehingga mampu melakukan video converencing atau videophone,

dan telepresence.

Secara garis besar, layanan teknologi 3G pada IMT-2000 diilustrasikan seperti pada

Gambar 2.3.

(20)

2.2 Karakteristik Sistem WCDMA

Sistem WCDMA adalah teknologi multiple akses dengan menggunakan

teknik direct sequence-spread spectrum (DS-SS). Teknologi ini berbeda dengan

teknik akses radio konvensional yang menggunakan teknik pembagian bandwidth

frekuensi yang tersedia di kanal sempit ke dalam time slot tertentu. Teknologi

WCDMA dalam mengakses data dilakukan secara terus menerus selebar bandwidth

tertentu (5-15 MHz). Untuk masing-masing UE yang memakai servis seperti telepon,

facsimile data atau multimedia maka digunakan kode-kode tertentu yang saling

berkorelasi untuk masing-masing servis dan dipenerima akan digunakan kode-kode

yang sama yang saling berkorelasi sama seperti sebelumnya. Selanjutnya

pembahasan teknik WCDMA akan dilihat dari karakteristiknya, mulai dari alokasi

frekuensi, pengkodean, scrambling dan spreading serta jenis modulasi yang dipakai.

2.2.1 Alokasi Frekuensi

WCDMA dan CDMA2000 telah dirancang sebagai standart 3G oleh ITU

(International Telecommunications Union) yang dikenal dengan IMT-2000

(International Mobile Telecommunications 2000). WCDMA diatur dengan standart

yang disebut dengan 3GPP (3G-Partnership Project) sedangkan CDMA2000 diatur

oleh standart 3GPP2 (3G- Partnership Project 2).

Dalam 3GPP, WCDMA mengalokasikan frekuensi dengan susunan seperti

Gambar 2.4. Frekuensi uplink ( dari User Equipment ke Base Station ) 1920 MHz –

(21)

MHz – 2170 MHz. Dengan bandwidth sebesar 5 MHz dan chip rate sebesar 3,84

Mcps[5].

Gambar 2.4 Alokasi Frekuensi WCDMA

Akibat Indonesia mengakomodasi dua jalur dalam akses teknologi 3G, maka

dari gambar terlihat adanya interferensi antara uplink WCDMA dengan downlink

CDMA2000. Maka diperlukan guardband minimal 5 MHz antara uplink WCDMA

dan downlink CDMA 2000.

2.2.2 Spreading, Scrambling dan Modulasi

Keseluruhan teknologi CDMA memakai teknik spreading (tersebar) untuk

memisahkan seorang pelanggan dengan pelanggan lainnya. Faktanya, akan ada laju

data dari banyak pelanggan yang akan dilayani oleh sebuah base station (Node B).

Oleh karena itu tidak cukup hanya memisahkan satu pelanggan dengan pelanggan

lainnya saja, namun perlu dipisahkan satu pelanggan diantara banyaknya pelanggan

yang dilayani dengan laju data masing-masing. Dengan kata lain seorang pelanggan

A mengirimkan data dan kontrol informasi (information control), base station

(22)

pelanggan lainnya. Lalu kemudian memisahkan kontrol informasi tadi dari data

pelanggan yang dikirimkannya.

Untuk memenuhi kriteria diatas, WCDMA menerapkan dua langkah di dalam

transmisi data pelanggan, seperti yang terlihat dalam Gambar 2.5. Pertama kali, laju

data masing-masing pelanggan akan disebar dengan chip rate sebesar 3,84 Mcps.

Sinyal yang tersebar akan tergabung di dalam saluran (channel) kemudian akan di

acak dengan kode pengacak yang memiliki satuan dalam chip juga. Walaupun kode

pengacak ini juga dalam satuan chip, namun tidak akan meningkatkan besaran laju

data (bandwidth). Penyaluran (channelization) laju data pelanggan yang telah disebar

akan meningkatkan bandwidth. Pada bagian penerima, sinyal yang telah tergabung

tadi akan diacak ulang dengan aplikasi kode acak yang bersesuaian. Kemudian laju

data masing-masing pelanggan diperoleh dengan membentuk penyaluran

(channelization) yang sesuai pula. Jelas, sangat penting bila pelanggan yang satu

memiliki kode pengacak yang berbeda dengan pelanggan yang lain.

(23)

Chip rate sebesar 3,84 Mcps diperoleh dari struktur kanal yang terpakai di

dalam WCDMA seperti pada Gambar 2.6 [1]:

Gambar 2.6 Struktul Kanal WCDMA

3,84Mcps

10

chips/slot 2560

slot 15 rate

Chip = × 2 =

Modulasi di dalam WCDMA itu sendiri memakai teknik Quadrature Phase

Shift Keying (QPSK). Teknik modulasi ini dapat dilihat pada Gambar 2.7. Sinyal

yang telah disebar dan diacak seperti diatas memiliki nilai chip yang kompleks.

Bagian nyata dan khayal akan dipisahkan, dimana chip yang nyata berada pada

cabang in-phase (I) dan bagian khayal pada cabang quadrature phase (Q).

(24)

2.2.3 Power Control

Tantangan terbesar di dalam sistem komunikasi spread spectrum seperti

CDMA2000 dan WCDMA yakni berkenaan dengan efek “jauh-dekat” yang

ditunjukkan oleh Gambar 2.8. Ini adalah fenomena yang disebabkan oleh banyaknya

user pada berbagai posisi terhadap base station yang ingin berkomunikasi secara

bersamaan. Karena daya pancaran sinyal radio sangat tergantung dari fungsi jarak,

biasanya user dengan posisi yang jauh memiliki sinyal lemah dan sinyal yang lebih

kuat pada user dengan jarak yang lebih dekat dengan base station.

Gambar 2.8 Efek “Jauh-Dekat”

Sistem WCDMA mengatasi efek “jauh-dekat” ini dengan cara meminimalkan

daya pancar mobile equipment (ME) yang terdekat melalui teknik “power control

pada Gambar 2.9. Dengan metode ini daya pancar pada ME dapat diatur melalui

teknik open loop, dengan metode ini base station dapat mengatur daya pancar

berdasarkan daya total yang diterima pada perangkat komunikasi.

(25)

Dengan menerapkan metode ini akan menyelesaikan masalah efek jauh dekat dengan

membiarkan ME hanya memancarkan daya yang cukup saja agar komunikasi masih

dapat berlangsung yang memberikan efek manfaat sebagai berikut :

a) Meminimalkan interferensi ke user lain.

b) Memperpanjang umur baterai handset.

2.2.4 Rake Receiver

Pada sistem seluler, peralatan komunikasi menerima berbagai sinyal yang

sama dari satu user dengan daya sinyal yang berbeda-beda akibat adanya pantulan

sinyal di berbagai tempat serperti pada Gambar 2.10. Sinyal ini sering sekali tiba di

penerima dengan beda phasa 1800 dan akan menimbulkan interferensi yang merusak.

Gambar 2.10 Efek Multipath

Rake receiver juga mampu mendukung “soft handover” antara base station

karena dua atau lebih sinyal yang sama dipancarkan base station, akan diterima dan

diproses terus menerus melalui teknik rake receiver yang ditunjukkan pada Gambar

(26)

Gambar 2.11 Prinsip Rake Receiver

Dengan teknik yang disebut rake receiver, WCDMA maupun CDMA2000

sebenarnya diuntungkan dari multipath ini. Rake receiver dirancang untuk menerima

sinyal yang tiba padanya pada waktu yang berbeda (akibat delay pantulan),

menghubungkannya, lalu menjumlahkannya menjadi sebuah sinyal koheren tunggal

dengan daya yang telah diperkuat. Dengan kemampuannya ini tidak hanya kebal

akan efek multipath fading namun diperoleh peningkatan kualitas suara dan cakupan

sinyal yang lebih baik.

2.3Handover

Kondisi komunikasi selalu sulit untuk diprediksi, karena kondisinya yang

bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Terdapat tiga komponen propagasi seperti

yang diilustrasikan seperti Gambar 2.12 yang digunakan untuk menggambarkan

kondisi seluler yaitu path loss, shadowing (slow fading) dan multipath fading (fast

fading). Path loss adalah fenomena menurunnya daya yang diterima terhadap jarak

(27)

gedung-gedung, pohon dan lain sebagainya. Multipath fading disebabkan refleksi multipath

dari suatu gelombang transmisi oleh objek seperti rumah-rumah, gedung-gedung dan

sebagainya. Perbedaan panjang saluran propagasi dari sinyal multipath memberikan

peningkatan untuk waktu delay propagasi yang berbeda.

Gambar 2.12 Komponen Propagasi

Handover merupakan proses pengalihan kanal trafik secara otomatis pada

Mobile Station (MS) yang sedang digunakan untuk berkomunikasi tanpa terjadinya

pemutusan hubungan. Hal ini menjelaskan bahwa handover pada dasarnya adalah

sebuah “call” koneksi yang bergerak dari satu sel ke sel lainnya. Secara umum

handover dapat didefenisikan sebagai prosedur, dimana ada perubahan layanan pada

MS dari satu Base Station (BS) ke BS yang lain. Proses ini memerlukan alat

pendeteksi untuk mengubah status dedicated node (persiapan handover) dan alat

untuk menswitch komunikasi yang sedang berlangsung dari suatu kanal pada sel

tertentu ke kanal lain pada sel yang lain. Keputusan untuk sebuah handover dibuat

oleh Base Station Centre (BSC), yaitu dengan mengevaluasi secara permanen

pengukuran yang diambil oleh BTS dan MS. Pengukuran rata-rata (Px) oleh BSC

(28)

threshold maka dimulai proses handover dengan mencari sebuah sel target yang

cocok. Sehingga, handover diperlukan saat :

1. Kualitas signal yang diterima MS lebih kecil dibandingkan dengan threshold.

2. Kualitas dikonversi terhadap Eb/Io.

Eb/Io merupakan perbandingan antara tiap energi tiap bit sinyal informasi

terhadap sinyal interferensi atau sinyal derau (noise) yang menyertainya. Pada

intinya adalah perbandingan antara kuat sinyal yang dikehendaki terhadap kuat

sinyal yang tidak dikehendaki.Makin besar nilai Eb/Io akan semakin memberikan

performansi yang lebih baik.

2.3.1 Proses Handover

Proses handover dimulai ketika MS mendeteksi sinyal pilot yang secara

signifikan lebih kuat dibandingkan kanal trafik forward lainnya yang ditujukan

kepadanya. MS tersebut akan mengirimkan pesan pilot measurement ke BS tujuan

dengan sinyal terkuat tadi sekaligus menginstruksikan untuk memulai proses

handover. Cell site tersebut akan mengrimkan pesan handover direction ke MS,

mengarahkannya untuk melakukan handover. Setelah mengeksekusi pesan handover

direction tersebut, MS akan mengirim pesan handover completion pada kanal trafik

reverse yang baru. Handover dapat terjadi karena faktor propagasi radio, distribusi

trafik, aktifitas WCDMA, kegagalan peralatan. Pembagian ini juga bisa dilakukan

berdasarkan bagian yang mengkontrol handover, eksternal dan internal handover.

Eksternal handover dikontrol oleh MS asal (inter –BSS & inter-MSC handover).

(29)

oleh BSS. Internal handover diinisialisasi dan dilakukan dalam BSS tanpa referensi

ke MSC asal (controlling MSC). Disini MSC hanya diinformasikan bahwa sebuah

proses handover internal otomatis telah selesai dilakukan. Internal handover hanya

terjadi antar sel pada BSS yang sama dengan multisel/multi BTS. Proses Handover

dapat ditunjukkan pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Proses Handover

Adapun prosedur handover dijelaskan pada keterangan berikut ini :

(1)MS hanya dilayani oleh sel A dan active set hanya terdiri dari pilot A. MS

mengukur pilot B (Eb/Io), diperoleh kecenderungan > T_ADD. MS mengirim

pesan hasil ukur pilot B dan memindahkan status pilot B dari neighbour ke

candidate set.

(2)MS menerima pesan dari sel A berisi PN offset sel B dan alokasi Walsh code

untuk TCH dan MS start komunikasi menggunakan TCH tersebut.

(30)

(4)MS mendeteksi pilot A jatuh <T_DROP, MS start mengaktifkan timer.

(5)Timer mencatat T_TDROP, MS mengirim PSMM (Pilot Strength Measurement

Message).

(6)MS menerima handoff direction message, pesan ini berisi hanya PN offset sel B

(tanpa offset sel A).

(7)MS memindahkan status pilot A dari active set ke neighbour set.

Pada saat Mobile Station (MS) bergerak menjauhi suatu sel maka daya yang

diterima oleh MS akan berkurang. Jika MS bergerak semakin menjauhi Base Station

(Cell) maka daya pancar akan semakin berkurang. Menjauhnya MS pada sel asal

menjadikan MS mendekati sel lainnya. Sel lainnya dikatakan sebagai sel kandidat

yaitu sel yang akan menerima pelimpahan MS dari sel sebelumnya.

MSC melalui sel kandidat akan memonitor pergerakan MS dan menangkap

daya pancar MS. Diantara sel kandidat yang menerima daya pancar MS terbesar

maka pelimpahan MS akan berada pada sel tersebut. Sel kandidat yang menerima

pelimpahan MS akan melakukan monitoring. Proses monitoring dilakukan oleh MSC

dan menginstruksikan pada sel kandidat tersebut. Pada saat handover, MSC akan

melakukan prioritas pendudukan kanal pada MS yang mengalami handover.

Untuk kelangsungan komunikasi seluler, handover sangat diperlukan agar

percakapan yang terjadi antar pelanggan tetap berlangsung tanpa terputus, meskipun

pelanggan berpindah sel/wilayah. Apabila terjadi kegagalan handover akan berakibat

(31)

Faktor-faktor penyebab gagalnya handover antara lain :

1. Interferensi yang tinggi

2. Setting parameter yang tidak baik

3. Kerusakan Hardware

4. Area cakupan radio yang jelek

5. Masalah antena receiver atau hardware BTS

2.3.2 Jenis-Jenis Handover pada WCDMA

Handover merupakan suatu aspek penting dalam sistem radio seluler yang

perlu ditangani dan dikaji dengan teliti untuk memastikan sambungan kepada jalur

yang benar dan panggilan tidak akan digugurkan.

Secara umum handover digolongkan ke dalam dua kategori yaitu, soft

handover (handover lembut) dan hard handover (handover keras). Pada jaringan

bergerak Wideband Code Division Multiple Access (WCDMA) terdapat empat model

handover yang berbeda yaitu Intra-System Handover, Inter-System Handover, Hard

Handover, Soft Handover dan Softer Handover seperti pada gambar 2.14.

(32)

2.3.2.1Intra-System Handover

Intra-System Handover terjadi pada satu sistem, yang dibagi menjadi

intra-frequency handover dan inter-frequency handover.

2.3.2.2Inter-System Handover

Inter-System Handover terjadi diantara sel-sel yang berhubungan dengan dua

Radio Access Mode yang berbeda, misalnya diantara WCDMA dan GSM/EDGE.

2.3.2.3Hard Handover

Hard Handover merupakan kategori dari handover dimana radio link

sebelumnya dari suatu pergerakan dibebaskan atau diputuskan sebelum radio link

yang baru dibentuk. Hard handover memungkinkan MS untuk berpindah dari

WCDMA ke sistem lainnya, dan termasuk tipe koneksi “break-before make”. Hard

handover juga bisa terjadi antara dua sel WCDMA yang beroperasi pada frekuensi

yang berbeda.

2.3.2.4Soft Handover dan Softer Handover

Soft handover melibatkan inter-cell handover dan termasuk tipe “make before

–breakconnection. Koneksi antara MS dan cell site dilakukan oleh beberapa cell

site selama proses handover. Soft handover hanya terjadi jika sel asal dan sel tujuan

beroperasi pada kanal frekuensi yang sama. Softer handover adalah

intracell-handover yang terjadi antar sektor dalam suatu cell site, dan termasuk dalam tipe

koneksi “make before-break”. Perbedaan Soft Handover dan Softer Handover

(33)

Gambar 2.15Soft handover dan softer handover

Proses Soft handover berbeda dari Hard handover. Pada hard handover suatu

keputusan dibuat untuk handover atau tidak, maka MS yang bergerak hanya

berkomunikasi dengan satu BS pada saat itu. Sedangkan pada soft handover, suatu

keputusan handover tergantung pada perubahan dari kekuatan sinyal pilot dari dua

atau lebih BS yang terlibat, sehingga pada akhirnya keputusan harus dibuat untuk

komunikasi dengan satu BS, hal ini biasanya terjadi jika sinyal yang datang dari BS

lebih kuat dibandingkan dari BS yang lain.

Selama soft handover, MS yang bergerak akan berkomunikasi secara

bersamaan dengan semua BS yang aktif. Hard handover terjadi pada saat yang

tertentu sedangkan soft handover terjadi pada suatu periode waktu. Berbagai

karakteristik singkat WCDMA dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Spesifikasi WCDMA

No Spesifikasi Keterangan

1 Bandwidth 5 MHz

2 Frekuensi 1920 MHz-1980 MHz (UL) dan 2110 MHz-2170 MHz (DL)

3 Chip rate 3,84 Mcps

(34)

Tabel 2.1 Spesifikasi WCDMA (Lanjutan)

No Spesifikasi Keterangan

5 Jumlah Slot/Frame 15 slot

6 Jumlah chips/slot 2560 chips

7 Modulation Quadrature Phase Shift Keying (QPSK)

8 Pulse Shaping Root raised cosine, roll-off= 0,22

9 Tipe Data Packet dan circuit switch

10 Handover Soft, Softer, Hard Handover

11 Receiver Rake Type

2.4 Arsitektur Jaringan UMTS

Arsitektur sebuah jaringan komunikasi harus mampu beradaptasi dengan

interface sebuah jaringan akses radio yang baru, namun tidak memerlukan perubahan

total pada jaringan. Adapun UMTS itu sendiri memiliki perkembangan di dalam

arsitektur jaringannya berikut dengan interface baru, dimulai dari arsitektur 3GPP

Release 1999, 3GPP Release 4, 3GPP Release 5 All-IP Multimedia.

2.4.1 Arsitektur Jaringan 3GPP Release 1999

Arsitektur jaringan 3GPP Release 1999 merupakan spesifikasi awal dari

UMTS seperti pada Gambar 2.16. Dari gambar terlihat berbagai perlengkapan yang

digunakan oleh pelanggan yang disebut dengan User Equipment (UE). Pada

umumnya UE terdiri dari Mobile Equipment (ME) dan UMTS Subscriber Identity

(35)

ditambah dengan sebuah kunci keamanan. USIM identik dengan SIM pada jaringan

GSM.

Interface antara UE dan jaringan disebut dengan Uu interface. Dengan kata

lain Uu berada diantara UE dan Base Transceiver Station (BTS). Sebuah base station

di dalam 3GPP dikenal dengan istilah Node B. Sebuah Node B terhubung dengan

sebuah Radio Network Controller (RNC). RNC berfungsi mengatur berbagai akses

radio dari Node B yang terhubung dengannya. RNC serupa dengan BSC pada GSM.

Gabungan antara RNC dan Node B disebut dengan Radio Network Subsystem (RNS).

Interface antara Node B dan RNC disebut dengan Iub interface. Iub interface

memberikan keleluasaan berupa Node B dan RNC dapat terhubung walau berasal

dari perusahaan/vendor yang berbeda.

Internet Internet

PSTN PSTN

SS7 SS7

(36)

Beda halnya dengan GSM yakni BSC tidak terhubung dengan BSC lainnya,

pada UMTS Terestrial Access Network (UTRAN) berbagai RNC terhubung dengan

melalui sebuah interface. Fungsi interface ini untuk mendukung pergerakan antar

RNC dan soft handover antara Node B yang terhubung dengan RNC yang berbeda.

UTRAN terhubung dengan jaringan inti melalui Iu interface. Iu interface memiliki

dua komponen yang berbeda. Koneksi UTRAN dengan bagian circuit-switched pada

jaringan inti melalui Iu-CS interface, yang menghubungkan RNC dengan sebuah

Mobile Switching Center (MSC)/Visitor Location Register (VLR). Koneksi UTRAN

dengan bagian packet switched pada jaringan inti melalui Iu-PS interface, yang

menghubungkan RNC dengan SGSN.

Pada arsitektur jaringan 3GPP release 1999 semua interface UTRAN pada

3GPP Release 1999 berlandaskan Asynchronous Transfer Mode (ATM). ATM

dipilih karena kemampuannya mendukung ragam layanan yang berbeda (seperti

pemakaian variabel bit rate untuk layanan packet switched dan bit rate yang konstan

untuk layanan circuit switched).

Jaringan inti seperti pada Gambar 2.16 menggunakan arsitektur yang sama

dengan GSM/GPRS seperti pada Gambar 2.17. Hal ini bertujuan agar teknologi

akses yang baru nantinya dapat didukung. Hal inilah yang menyebabkan MSC dapat

terhubung baik pada UTRAN RNC dan GSM BSC. Faktanya, UMTS

menspesifikasikan sebuah layanan hard handover dari UMTS ke GSM dan

sebaliknya. Ini adalah persyaratan penting, sebab dalam pengerjaannya UMTS

(37)

jaringan GSM yang sudah merata. Oleh sebab itu sebuah MSC/VLR memiliki fungsi

yang sama seperti pada UMTS maupun GSM.

Internet Internet PSTN PSTN

SS7 SS7

Gambar 2.17 Arsitektur Jaringan GSM

Dalam aplikasinya, perusahaan telekomunikasi meningkatkan layanan

perangkat komunikasinya demi mendukung GSM/GPRS dan UMTS. Perangkat

tersebut berupa MSC/VLR, Home Location Register (HLR), SGSN dan GGSN.

Beberapa perusahaan, memakai sebuah base station yang mampu melayani GSM

maupun UMTS secara berlanjut. Ini adalah pertimbangan penting bagi operator

komunikasi yang ingin mengembangkan jaringan UMTS sejalan dengan jaringan

GSM yang telah ada. Namun pemakaian interface yang berbeda memaksa

penggunaan RNC pada UMTS dan BSC pada GSM secara terpisah.

2.4.2 Arsitektur Jaringan 3GPP Release 4

(38)

switched yang tradisional pada arsitektur jaringan sebelumnya, arsitektur dengan

metode distributed-switched diperkenalkan.

Pada dasarnya, MSC dibagi menjadi MSC server dan sebuah media gateway

(MGW). MSC server memiliki fungsi pengaturan mobilitas dan kontrol logika

pembicaraan seperti pada MSC standard. Sedangkan MGW berisikan switching

matriks yang diatur melalui MSC server. Media Gateway akan mengambil-alih

pembicaraan dari RNC dan merutekan pembicaraan itu dengan tujuannya melalui

sebuah packet backbone. Pada umumnya, packet backbone memakai Real Time

Transport Protocol (RTP) melalui Internet Protocol (IP). Seperti yang terlihat pada

Gambar 2.18 laju paket data dari RNC diteruskan ke SGSN dan dari SGSN menuju

GGSN melalui IP backbone. Oleh karenanya data dan suara, keduanya dapat

memakai IP transport sehingga dimungkinkannya sebuah backbone tunggal untuk

melayani kedua jenis layanan.

Internet Internet PSTN PSTN

SS7 SS7

(39)

Pada bagian ujung, dimana panggilan akan diteruskan ke jaringan yang

berbeda seperti PSTN maka Media Gateway (MGW) akan diatur oleh Gateway MSC

Server (GMSC server). MGW akan mengubah paket-paket suara ke dalam bentuk

standard PCM untuk dilanjutkan ke PSTN. Pada saat inilah sebuah pengkodean

dibutuhkan. Protokol antara MSC server atau GMSC server dengan MGW disebut

dengan ITU H.248 protocol (MEGACO). ITU H.248 secara sederhana sebagai

berikut, contoh kasus RNC berada pada kota A dan dikontrol oleh MSC di kota B.

Asumsi pelanggan di kota A melakukan panggilan lokal. Sementara itu secara

arsitektur panggilan akan berjalan dari kota A ke kota B (MSC berada), dan

dikembalikan ke PSTN lokal di kota A. Dengan sistem arsitektur terdistribusi

(distributed network), panggilan dapat dikontrol oleh MSC server di kota B, namun

jalur panggilan masih berada di kota A, yang mengakibatkan berkurangnya jalur

transmisi serta biaya operasi sebuah panggilan.

HLR dikenal juga dengan istilah HSS (Home Subscriber Server). HLR dan

HSS memiliki fungsi yang sama. Perbedaannya yakni HSS memakai packet based

transport seperti IP, sementara itu HLR memakai standard SS7 (Signalling System

7) sebagai interfacenya. Jaringan dapat terhubung dengan jaringan standard SS7

menggunakan SS7 gateway (SS7 GW). Pemakaian SS7 GW mengakibatkan HLR

dapat terhubung ke jaringan baik melalui jalur SS7 standard maupun melalui

(40)

2.4.3 Arsitektur Jaringan 3GPP Release 5 All-IP Multimedia

Evolusi UMTS bergerak kearah pengenalan IP untuk semua layanan

multimedia. Hal ini mengakibatkan perubahan di dalam model secara

keseluruhannya. Baik suara maupun data sebagian besar ditangani dengan cara yang

sama dari perangkat pemakai ke tujuan akhirnya. Dari Gambar 2.19 dapat dilihat

perangkat jaringan baru, Call State Control Function (CSCF), Multimedia Resource

Function (MRF), Media Gateway Control Function (MGCF), Transport Signalling

Gateway (T-SGW), dan Roaming Signalling Gateway (R-SGW).

Dengan arsitektur baru ini UE dikembangkan secara luar biasa. UE harus

mendukung Session Initiation Protocol (SIP), yang merupakan sebuah protokol yang

dipakai juga pada teknologi Voice-over-IP (VOIP). Dengan mengakomodasi

protokol ini UE memiliki kontrol kepada layanan yang lebih luas dari sebelumnya.

Internet Internet PSTN PSTN

SS7 SS7

SS7 SS7

(41)

CSCF mengelola pembentukan hubungan, pemeliharaan, dan membentuk

multimedia session dari dan ke User. CSCF berlaku seperti proxy server di dalam

arsitektur SIP seperti pada teknologi VoIP. SGSN dan GGSN merupakan perbaikan

dari versi sebelumnya pada GPRS maupun UMTS Release 1999 dan Release 4.

Perbedaannya, servis data (packet switched) yang ada kini juga melayani suara yang

sebelumnya hanya dilayani melalui circuit switched.

Multimedia Resource Function (MRF) mendukung layanan seperti panggilan

multi-party dan layanan met-me conference. Transport Signalling Gateway (T-SGW)

merupakan gateway SS7 yang menyediakan hubungan ke jaringan standard seperti

PSTN. Roaming Signalling Gateway (R-SGW) menyediakan layanan pensinyalan

kepada jaringan mobile yang memakai standard SS7 dalam pensinyalannya.

Media Gateway (MGW) melakukan koneksi dengan jaringan luar, sama

fungsinya seperti pada arsitektur jaringan 3GPP Release 4. Media Gateway diatur

oleh sebuah Media Gateway Control Function (MGCF). Perlu dicatat bahwa

arsitektur jaringan 3GPP Release 5 All-IP Multimedia merupakan pengembangan

dari arsitektur jaringan 3GPP Release 1999 ataupun 3GPP Release 4. Pengembangan

berupa penambahan domain baru pada jaringan inti yakni domain IP-Multimedia.

Domain inilah yang mengijinkan baik itu suara maupun data dihantarkan melalui IP,

dimana semua trafik pada IM akan dipaketkan dan dihantarkan melalui PS domain

seperti SGSN dan GGSN. Oleh karena itu, UMTS Terrestrial Radio Access Network

(UTRAN) dapat terhubung dengan tiga jenis domain jaringan inti-Circuit Switched

(42)

BAB III

PERANCANGAN SISTEM COVERAGE DALAM RUANGAN

3.1 Umum

Secara umum cakupan sinyal seluler di dalam sebuah ruangan diperoleh dari

sinyal yang berasal dari ruang bebas yang masih mampu dijangkau UE di dalam

ruangan. Seiring dengan mobilitas pelanggan yang meningkat, dibutuhkan sebuah

sistem yang dirancang untuk memenuhi ketersediaan sinyal komuniksai di dalam

ruangan. Perancangan sebuah sistem komunikasi dapat diprediksi melalui sebuah

linkbudget sebagai referensi awal. Melalui link budget kita akan dapat menentukan

nilai Maximum Allowable Path Loss (MAPL) yang dapat diterapkan antara pemancar

dan penerima. Nilai MAPL juga menjadi faktor penentu luas cakupan sebuah sistem

yang didapatkan melalui suatu sistem model propagasi.

Sistem jaringan di dalam ruangan dapat dibagi menjadi dua bagian yakni

sistem radio dan sistem antena seperti yang terlihat dalam Gambar 3.1.

(43)

Sistem radio dipakai untuk menyediakan sarana komunikasi radio melalui sistem

repeater. Sistem antena sendiri dipakai untuk meradiasikan sinyal radio ke arah

ruangan di dalam gedung. Sistem antena sendiri terbagi dalam dua bagian yakni

bagian pasif dan bagian aktif. Antena pasif dimaksudkan hanya komponen pasif yang

digunakan sementara itu antena aktif memiliki peralatan amplifier sehingga mampu

menjangkau wilayah lebih luas dibandingkan dengan antena pasif.

3.2 Perancangan Sistem Radio

Untuk membangkitkan kembali sinyal radio dari dunia luar maka digunakan

repeater sebagai sumber radio di dalam ruangan. Ada banyak jenis tipe dan ukuran

sebuah repeater, namun skema dasar dari repeater dapat dilihat dari Gambar 3.2.

Pada gambar, duplexer digunakan untuk memisahkan sinyal uplink dan downlink

untuk seterusnya ke rangkaian penguat. Besarnya penguatan UL dan DL pada

repeater berdaya rendah diatur dengan fungsi Automatic Gain Control, yang

mengatur secara otomatis besaran penguatan agar sistem pada keadaan optimal.

(44)

Berbagai jenis tipe koneksi repeater dengan Node B dibedakan menjadi tiga

jenis:

a. Koneksi lintas udara, yakni koneksi antara repeater dan Node B memakai

gelombang yang dipancarkan dan diterima oleh sepasang antena di kedua sisi

perangkat yang ditunjukkan pada Gambar 3.3.a.

b. Koneksi kabel, yakni koneksi antara repeater dan Node B baik itu koaxial

ataupun serat optik yang dillihat dari Gambar 3.3.b.

c. Koneksi campuran, baik menggunakan kabel maupun lintas udara seperti

Gambar 3.3.c.

Gambar 3.3 Berbagai Tipe Koneksi Repeater

a. Koneksi lintas udara.

b. Koneksi kabel.

(45)

Ketika repeater terhubung dengan Node B melalui koneksi lintas udara, maka

diperlukan dua antena seperti antena internal dan antena eksternal. Antena eksternal

atau antena donor, biasanya ditempatkan di atas atap gedung yang akan dirancang,

yang akan menerima sinyal downlink dari sel base station. Bersamaan itu pula antena

donor memancarkan sinyal uplink ke base station. Repeater menerima sinyal

downlink, menguatkannya, lalu memancarkan kembali melalui antena cakupan yang

berada di dalam ruangan. Begitu juga dengan sinyal uplink dari UE akan diteruskan

oleh antena cakupan ke arah base station.

Noise figure dan daya puncak adalah faktor penting sebuah repeater. Agar

cakupan sinyal memadai, unit repeater harus mampu memberikan daya output

downlink untuk mengoperasikan antena cakupan. Pada umumnya sebuah repeater

indoor memiliki daya output berkisar antara 10 mW sampai 10 W [2].

3.3 Perancangan Sistem Antena

Untuk perancangan didalam ruangan, biasanya dipakai dua jenis antena

seperti antena omnidirectional dan antena directional. Antena omnidirectional sendiri

ditempatkan di atap ruangan sedangkan antena directional untuk pemasangan di

dinding. Penempatan antena baik itu di atas atap maupun di dinding harus

memastikan cakupan yang baik disamping memastikan jarak aman antara user

dengan Electromagnetic Radiation (EMR) yang dipancarkan antena.

Sistem antena terdistribusi akan memberikan solusi yang baik dalam

menjangkau area. Dengan sistem ini tiap node antena mampu memancarkan dan

(46)

ke sebuah titik pusat yang terhubung ke sistem radio. Sementara sinyal downlink dari

sistem radio akan disebarkan ke tiap node antena untuk kemudian dipancarkan.

Sistem antena terdistribusi ini terbagi dalam dua bagian yakni antena distribusi aktif

dan pasif. Perbedaannya terletak pada kelebihannya didalam jangkauan, dimana

antena distribusi aktif memiliki peralatan aktif seperti bidirectional amplifier (BDA)

untuk menguatkan sinyal. Sementara itu antena distribusi pasif memiliki nilai

spesifikasi tertentu.

Antena yang dipakai didalam perancangan akan menentukan nilai-nilai

parameter link budget. Link budget merupakan awal rancangan sebuah sistem, yang

dipakai sebagai panduan dalam merancang sistem. Tabel 3.1 menunjukkan sebuah

link budget sistem indoor WCDMA [3].

Tabel 3.1 WCDMA Indoor Link Budget

Item WCDMA

Fraction of Total Repeater Power for Pilot

(47)

Tabel 3.1 WCDMA Indoor Link Budget (Lanjutan)

Total Effective Noise + Interference dBm -97,16 -97,16 -97,16

Processing Gain dB 24,98 17,78 10

Required Eb/N0 dB 5 1,5 1

Receiver Sensitivity dBm -117,1 -113,4 -106,2

UE Receiver Antenna Gain dBi 0 0 0

Repeater Cable, Connector & Combiner Losses

Maximum Allowable Path Loss (MAPL) dB 104,4 103,7 96,47

3.4 Model Propagasi Dalam Ruangan (Indoor)

Setelah kita menentukan nilai MAPL dari link budget, langkah berikutnya

yaitu menentukan wilayah cakupan antena. Di dalam menentukan wilayah tersebut

kita dibantu dengan berbagai model propagasi yang akan memprediksi rentang sinyal

antena.

Dalam Tugas Akhir ini akan dibahas tiga jenis model propagasi yang dipakai

sebagai acuan dalam menentukan luas cakupan antena. Adapun ketiga model tersebut

yakni Model Inverse Eksponensial, Model Free Space Loss dan Model

(48)

3.4.1Model Inverse Eksponensial

Model propagasi ini memiliki rumusan sebagai berikut [2]:

log(R)

Po = daya pancar pada jarak 1 meter dari pemancar

n = free space value dengan nilai:

1≤ n ≥2 = pengukuran di dalam gedung

n = 3,9 untuk gedung dimana pemancar dan penerima berada pada lantai berbeda

R = jarak jangkauan antara pemancar dan penerima (meter)

3.4.2Model Free Space Loss

Model ini biasanya dipakai sebagai acuan bagi semua model propagasi loss.

Persamaan yang dipakai dalam menentukan loss dirumuskan sebagai [3]:

log(f)

R = jarak antara pemancar dan penerima (Km)

f = frekuensi kerja (MHz)

3.4.3 Model Motley-Keenan

Salah satu model propagasi yang dapat diterapkan dengan baik di dalam

ruangan yakni sebuah model yang disebut Motley-Keenan Model. Didalam

rumusannya memasukkan elemen penghalang lintasan sinyal yang mempengaruhi

nilai loss lintasan. Adapun nilai loss Lo dan Po dituliskan sebagai berikut [2]:

(49)

Dimana :

WAF = Wall Attenuation Factor

k = jumlah lantai antara pemancar dan penerima

FAF = Floor Attenuation Factor

Nilai WAF ditentukan dari struktur dinding, dimana WAF sebesar 3 dB untuk

gedung modern sementara gedung dengan dinding beton biasa sebesar 10 dB. FAF

sendiri bergantung dari konstruksi gedung, namun memiliki kisaran nilai sebesar 13

dB sampai 18 dB [2].

3.5 Rancangan Indoor WCDMA

Tahapan didalam merancang indoor WCDMA dapat ditunjukkan melalui

diagram alur dibawah. Nampak dari Gambar 3.4 rancangan berpatokan dari link

budget yang telah ditetapkan. Link budget berperan sebagai panduan awal dalam

merancang, dengan tujuan akhir memenuhi kriteria link budget seperti nilai

Maximum Allowable Path Loss yang akan menentukan luas daerah yang akan

(50)
(51)

Sebagai contoh, Gambar 3.5 akan menunjukkan instalasi dalam ruangan

meliputi antena donor, antena coverage, repeater, splitter maupun lokasi antena serta

jalur kabel yang dipakai.

Gambar 3.5 Instalasi Peralatan dalam Ruangan

Antena Yagi dipakai sebagai antena donor yang berperan menangkap sinyal

WCDMA dari Node B (BTS) terdekat. Repeater akan terhubung dengan antena Yagi

pada satu sisi dan terhubung dengan antena coverage pada ujung yang lainnya.

Antena coverage sendiri memakai tipe omnidirectional pada atap dan juga antena

directional yang dipasang pada dinding. Bila dipakai lebih dari satu antena

diperlukan splitter sebagai pembagi sinyal radio dari repeater.

Penambahan jumlah antena akan menambah luas cakupan namun akan

menambah nilai loss. Rugi-rugi tersebut dapat berasal dari rugi –rugi connector,

kabel yang dipakai. Total loss repeater, connector, kabel akan dimasukkan ke dalam

(52)

loss yang diberikan oleh penambahan connector dan kabel. Spesifikasi perangkat

yang digunakan dalam studi perancangan diperlihatkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Peralatan Perancangan Indoor WCDMA

No. Spesifikasi Perangkat Keterangan

1

Indoor Repeater

WCDMA Indoor Repeater dengan daya

pancar mulai dari 10 dBm, 15 dBm,20

Splitter dipakai sebagai pembagi sinyal

WCDMA dari Repeater ke Antena.

Tersedia dalam berbagai jenis seperti

splitter 2 way, splitter 3 way, splitter 4

way.

4

Omnidirectional Antena

Antena coverage dalam ruangan dipakai

antena omnidirectional pada atap.

5

Directional Antena

Indoor panel antena dipasang pada

(53)

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN SISTEM

4.1 Analisa Link Budget

Link budget merupakan patokan dalam rancangan, baik itu dalam

menentukan MAPL maupun jarak jangkauan sinyal antena. Contoh link budget dapat

dilihat pada Tabel 4.1[3]:

Tabel 4.1Downlink WCDMA Link Budget

Item Bitrate(Rj)

=12,2 Kbps Rumusan

Max. Total Repeater Transmitted Power dBm 23 a

Fraction of Total Repeater Power for

Pilot =10log(CPICH_Ec/Ior) dB

UE Receiver Noise Density dB/H

z

-166 h=f+g

UE Receiver Noise Power dBm -102,2 i=h+10*log(3840000)

Interference Margin dB 3 j

Total Effective Noise + Interference dBm -97,16 k=i+j

Processing Gain dB 24,98 l=10*log(3840000/Rj)

(54)

Tabel 4.1Downlink WCDMA Link Budget (Lanjutan)

Item Bitrate(Rj)=

12,2 Kbps Rumusan

Receiver Sensitivity dBm -117,1 n=m-l+k

UE Receiver Antenna Gain dBi 0 o

Repeater Cable, Connector & Combiner

Losses dB

Maximum Allowable Path Loss (MAPL) dB 104,4 u=r-s+t

Setelah nilai MAPL diperoleh, jarak jangkauan sinyal antena dapat diperoleh

dengan mengubah nilai satuan dB ke satuan meter melalui model propagasi yang

sudah dijelaskan pada Bab 3.

(55)

c. Motley Keenan Model

diperoleh nilai R sebagai jarak cakupan sinyal antena dari masing-masing model

propagasi. Untuk memudahkan penghitungan link budget, dirancang sebuah program

Visual Basic untuk menganalisa nilai input link budget. Program telah berjalan

dengan baik dalam perhitungan berbagai model propagasi.

Dengan bantuan program diatas kita lebih mudah memperoleh data analisa untuk

contoh link budget seperti Tabel 4.2.

Tabel 4.2 WCDMA Indoor Link Budget

Item WCDMA

Fraction of Total Repeater Power for Pilot

(56)

Tabel 4.2 WCDMA Indoor Link Budget (Lanjutan)

Item WCDMA

12,2 kbps

WCDMA 64 kbps

WCDMA 384 kbps

Interference Margin dB 3 3 3

Total Effective Noise + Interference dBm -97,16 -97,16 -97,16

Processing Gain dB 24,98 17,78 10

Required Eb/N0 dB 5 1,5 1

Receiver Sensitivity dBm -117,1 -113,4 -106,2

UE Receiver Antenna Gain dBi 0 0 0

Repeater Cable, Connector & Combiner

Losses dB

17 17 17

Fast Fading Margin dB 5 5 5

Max. Path Loss dB 110,1 109,4 102,2

Log-normal Fading Margin dB 7,7 7,7 7,7

Soft Handover Gain dB 2 2 2

Maximum Allowable Path Loss (MAPL) dB 104,4 103,7 96,47

Analisa link budget akan diperlihatkan pada Tabel 4.3. Dengan rentang daya repeater

dari 10 dBm sampai 30 dBm baik untuk model propagasi Free Space Loss (FSL),

model Inverse Eksponential Law (IEL) dan model Motley-Keenan (MKM) dari

(57)

Tabel 4.3 Analisa Link Budget

12,2 kbps speech service 64 kbps CS data service 384 kbps PS data service Repeater

4.1.1 Grafik Analisa Link Budget

Grafik hasil analisa link budget dari Tabel 4.3 dapat dilihat pada Gambar

4.1.(a), 4.1.(b) dan 4.1(c). Pada Gambar 4.1(a) dapat dilihat perubahan luas cakupan

antena R sesuai dengan kenaikan daya repeater untuk model propagasi Free Space

Loss. Pada Gambar 4.1(b) dapat dilihat perubahan luas cakupan antena R dengan

kenaikan daya repeater untuk model propagasi Inverse Exponential Law. Sedangkan

pada Gambar 4.1(c) dapat dilihat perubahan luas cakupan antena terhadap kenaikan

daya repeater untuk model propagasi Motley Keenan. Dari masing-masing Gambar

4.1(a), 4.1(b) dan 4.1(c) dapat dilihat kenaikan luas cakupan antena memiliki sifat

eksponensial baik untuk layanan 12,2 kbps Speech Service, 64 kbps CS Data Service

(58)

Free Space Loss Model

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

R [m eter]

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

R [m eter]

0 500 1000 1500 2000 2500

R [m eter]

Gambar 4.1 Grafik Analisa Link Budget

Keterangan :

Series 1 = 12,2 kbps Speech Service ; Series 2 = 64 kbps CS Data Service ;

(59)

4.2 Analisa Performansi WCDMA

Selanjutnya kita akan menentukan performansi WCDMA ditinjau dari

throughput kanal, N sebagai jumlah user, ηDL sebagai downlink load factor, serta

tingkat kenaikan Noise Rise sistem WCDMA.

Langkah-langkah analisa :

1. Asumsikan repeater berlaku sama terhadap BTS, sehingga rumusan pada BTS

berlaku juga terhadap repeater.

2. Asumsikan total throughput sistem dalam kbps.

3. Hitung nilai load faktor ηDL dari persamaan 4.7 dibawah [3].

6. Data perhitungan dilihat dari Tabel 4.4 [3].

Tabel 4.4 Asumsi Perhitungan Data

Speech Service Data Service

Parameter 12,2 kbps 64 kbps 384 kbps

(60)

Tabel 4.4 Asumsi Perhitungan Data (Lanjutan)

Contoh perhitungan untuk 12,2 kbps :

(61)

3. Noise Rise :

4. Untuk throughput selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama.

5. Begitu juga dengan bitrate 64 kbps, 384 kbps dilakukan dengan cara yang sama

melihat data pada Tabel 4.4.

6. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.5, Tabel 4.6 dan Tabel 4.7.

Tabel 4.5 Analisa Performansi 12,2 kbps Speech Service

(62)

Tabel 4.6 Analisa Performansi 64 kbps CS Data Service

Throughput (kbps) N

ή

DL Noise Rise (dB)

100 1 9,58 % 0,43

200 3 28,75 % 1,47

300 5 47,92 % 2,83

400 6 57,5 % 3,71

500 8 76,67 % 6,32

600 10 95,83 % 13,79

650 - pole capacity -

Tabel 4.7 Analisa Performansi 384 kbps PS Data Service

Throughput (kbps) N

ή

DL Noise Rise (dB)

100 0 0 0

500 1 11,5 % 0,53

1000 2 23 % 1,13

1500 4 46 % 2,67

2000 5 57,5 % 3,71

2500 7 80,5 % 7,09

3000 8 92 % 10,96

(63)

4.2.1 Grafik Analisa Performansi

Grafik analisa performansi WCDMA akan diberikan pada Gambar 4.2 dan

Gambar 4.3. Pada Gambar 4.2 akan dilihat pengaruh kenaikan throughput terhadap

kenaikan noise sedangkan pada Gambar 4.3 akan dilihat pengaruh kenaikan jumlah

user terhadap kenaikan noise.

4.2.1.1 Grafik Throughput vs Noise Rise

Grafik hasil analisa performansi dapat dilihat pada Gambar 4.2(a), 4.2(b) dan

4.2(c). Dimana untuk layanan 12,2 kbps Speech Service ditunjukkan pada Gambar

4.2(a), layanan 64 kbps CS Data Service pada Gambar 4.2(b) dan layanan 384 kbps

PS Data Service pada Gambar 4.2(c). Dapat dilihat kenaikan noise bertambah seiring

dengan kenaikan throughput sistem secara logaritma untuk masing-masing layanan

bitrate.

12,2 kbps Speech Service Noise Rise Capacity

0

64 kbps CS Data Service Noise Rise Capacity

(64)

384 kbps PS Data Service Noise Rise Capacity

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

Throughput [kbps]

Grafik analisa performansi sebagai fungsi Jumlah User N vs Noise Rise dapat

dilihat pada Gambar 4.3(a), 4.3(b) dan 4.3(c). Dimana untuk layanan 12,2 kbps

Speech Service ditunjukkan pada Gambar 4.3(a), layanan 64 kbps CS Data Service

pada Gambar 4.3(b) dan layanan 384 kbps PS Data Service pada Gambar 4.3(c).

Dapat dilihat kenaikan noise bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah user

secara logaritma untuk masing-masing layanan bitrate.

(65)
(66)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa data pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Dengan daya repeater yang sama, jarak jangkauan untuk layanan 12,2 kbps lebih

luas dari 64 kbps dan 384 kbps memiliki jangkauan terkecil, baik itu dilihat dari

model propagasi Free Space Loss, Inverse Exponential Law maupun Motley

Keenan Model.

2. Dengan meningkatnya throughput sistem, akan diikuti oleh kenaikan noise yang

bertambah secara logaritma, dengan kenaikan noise terbesar pada layanan 12,2

kbps speech service. Bertambahnya jumlah user yang dilayani akan seiring

dengan meningkatnya noise sistem.

3. Setelah memperoleh karakteristik rancangan repeater seperti jarak jangkauan

antena, tingkat kenaikan noise, serta ramalan jumlah user yang akan terlayani,

kita dapat melakukan implementasi rancangan bila telah sesuai dengan kebutuhan

perancangan dalam ruangan.

4. Untuk menunjukkan performansi cakupan sinyal WCDMA yang akurat, perlu

(67)

5.2 Saran

Beberapa saran yang penulis dapat berikan adalah :

1. Sebagai perbandingan perlu dilakukan perhitungan MAPL dengan model

propagasi yang lebih spesifik selain tiga model yang telah dibahas.

2. Perlu analisa yang lebih mendalam untuk mendapatkan karakteristik sistem

repeater yang telah dirancang.

Gambar

Gambar 4.3 Grafik Jumlah User N vs Noise Rise . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Gambar 2.1 Jalur migrasi antar generasi
Gambar 2.3.
Gambar 2.5 Konsep Dasar Spreading dan Scrambling
+7

Referensi

Dokumen terkait

:  Menunjukkan perilaku responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan listrik statis dan dampaknya bagi kehidupan

Maka dengan ilmu nahwu, kita bisa memahami bagaimana membunyikan bagian akhir dari satu kata dalam bahasa Arab.!. َناَط dipakai khusus untuk kata benda penunjuk jauh

Melakukan Kunjungan Perorangan (anjangsana) pelaku usaha perikanan 3.. Pembuatan materi penyuluhan dalam

Camsha!t  terletak di kepala silinder dan ber0ungsi untuk  menggerakkan katup isap dan katup buang tanpa menggunakan rocer  arm dan push rod . Camsha!t   digerakkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur kadar senyawa polifenol dalam ekstrak metanol biji Tamarindus indica dan mengetahui potensi anti inflamasi

PKi dan Di/Tii selalu membuat ribet ketika bangsa kita sedang berjuang menghadapi penjajah, sehingga sejarah pun sudah menunjukkan ketegasan pemerintah Ri dalam menumpas habis

Sekalipun dalam kasus ini tanggung jawab penjual yang belum cukup umur dalam pengiriman barang dalam spesifikasi tidak sesuai pesanan dalam transaksi jual

Selama dan sesudah reaktor PLTN mulai beroperasi, semua sampel filter aerosol dan iodin dari fasilitas kontrol effluen di cerobong harus dikontrol analisisnya dengan spektrometri