Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN GURU SEKOLAH DASAR TERHADAP MAKANAN YANG MENGANDUNG BAHAN TAMBAHAN PANGAN DAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA PADA SEKOLAH DASAR
DI KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2009
S K R I P S I
Oleh :
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN GURU SEKOLAH DASAR TERHADAP MAKANAN YANG MENGANDUNG BAHAN TAMBAHAN PANGAN DAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA PADA SEKOLAH DASAR
DI KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2009
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
HELENA SINAGA NIM. 071000238
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul
PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN GURU SEKOLAH DASAR TERHADAP MAKANAN YANG MENGANDUNG BAHAN TAMBAHAN PANGAN DAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA PADA SEKOLAH DASAR
DI KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2009
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
HELENA SINAGA NIM. 071000238
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 01 Agustus 2009 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
dr. Taufik Ashar, MKM Ir. Evi Naria, M.Kes NIP. 197803312003121001 NIP. 196803201993032001
Penguji II Penguji III
Ir. Indra Chahaya S, MSi DR. Dra. Irnawati Marsaulina, MS NIP. 196811011993032005 NIP. 196501091994032002
Medan, Agustus 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, Dekan,
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
ABSTRAK
Makanan yang mengandung Bahan Tambahan Pangan dan bahan kimia berbahaya adalah makanan yang didalamnya ditambahkan bahan-bahan pangan dan bahan kimia. Hal ini bertujuan untuk membuat cita rasa, warna, tekstur dari makanan menjadi lebih baik. Penggunaan BTP secara berlebihan dan bahan kimia pada makanan akan sangat membahayakan kesehatan orang yang mengkonsumsinya. Perilaku guru tentang kesehatan khususnya makanan yang mengandung BTP sangat diperlukan karena mereka merupakan informan terbaik dalam menyampaikan informasi tentang makanan yang mengandung BTP dan bahan kimia berbahaya kepada masyarakat terutama kepada anak didiknya di sekolah.
Metode penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif. Sampel penelitian ini sebanyak 35 responden yang merupakan total populasi. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan guru sekolah dasar terhadap makanan yang mengandung BTP dan Bahan Kimia Berbahaya pada Sekolah Dasar di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 65,72% responden memiliki pengetahuan dalam kategori baik, 60% responden memiliki sikap dalam kategori baik dan 51,42% responden memiliki tindakan dalam kategori sedang terhadap makanan yang mengandung BTP dan Bahan Kimia Berbahaya.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap responden sudah baik, tetapi tindakan responden pada umumnya berada pada kategori sedang. Oleh karena itu peneliti menyarankan kepada pihak sekolah khususnya guru agar lebih teliti lagi dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi terutama makanan yang mengandung BTP serta lebih meningkatkan pengawasan terhadap makanan yang dijual di lingkungan sekolah.
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
ABSTRACT
Food additive and chemical agent in food that contains chemicals and food material. Its aim to made a taste, colour, texture better. Use of food additive and chemicals agent would be health for many people. Behavior of teacher about health especially for food additive and chemical agent was needed because they are best informant in submits information about food that contains food additive and chemical agent for theirs students.
The methodology of research was descriptive survey. Research sample as much 35 respondent representing total population, the data collected quisioner and interview. A result of research that is the tables of frequency distribution.
This research aim to know of knowledge, attitude, action from primary school teachers in Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan.
The result of this research that 65,72% respondent had knowledge in good category, ,60% responder had attitude in good category and 51,42% respondent had action in medium category in food that contains food additive and chemicals agent.
Based on the research that attitude and knowledge had been good, but respondent in middle category. Therefore researcher suggest to school especially to teacher so that theirs choose food which will be consumed for theirs students at school.
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Helena Sinaga
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 27 Maret 1984
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Jumlah Anggota Keluarga : 4 (empat) orang
Alamat Rumah : Jl. Tempirai Lestari 9 Blok 5 No. 254 Griya
Martubung Medan – Belawan
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri 060941 Medan Tahun 1990 - 1996
2. SLTP Negeri 11 Medan Tahun 1996 – 1999
3. SMU Negeri 16 Medan Tahun 1999 – 2002
4. Akademi Kebidanan Imelda Medan Tahun 2002 – 2005
5. Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU Medan Tahun 2007 - 2009
RIWAYAT PEKERJAAN
1. RSU IMELDA PEKERJA INDONESIA (IPI) MEDAN
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatNyalah
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan
Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan
Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli
Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009 ”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dibuat untuk dapat
menyelesaikan pendidikan Strata I pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara (FKM USU).
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan masih sangat jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan dari berbagai
hal. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang
bersifat membangu n demi kebaikan isi skripsi ini.
Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak
mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :
1. Ibu dr. Ria Masniari, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Ir. Indra Chahaya, MSi selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
3. Bapak dr. Taufik Ashar, MKM selaku Dosen Pembimbing skripsi I yang telah banyak
meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, petunjuk dan saran
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Ibu Ir. Evi Naria, M. Kes selaku Dosen Pembimbing skripsi II yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
5. Ibu drh. Rasmaliah, M. Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh keluarga terutama Ibu serta adik-adikku yang telah banyak memberikan doa
dan semangat selama penulis mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan ini.
7. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa Angkatan 2007 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam
penyelesaian skripsi ini.
Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa akan membalas semua kebaikan dan bantuan
yang telah penulis terima selama ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan
berkat dan rahmatNyabagi kita semua. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi para pembaca khususnya keluarga besar Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juli 2009
Penulis
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Riwayat Hidup Penulis ... iv
Kata Pengantar ... v
2.2.1. Pengertian Makanan... 8
2.2.2. Makanan Yang Baik ... 9
2.2.3. Bahan Pencemar Makanan ... 9
2.3. Bahan Tambahan Pangan... 10
2.3.9. Ciri-ciri Makanan Menggunakan Bahan Tambahan Pangan ... 24
2.3.10. Upaya Meminimalisasi Bahan Kimia Berbahaya Dalam Tubuh ... 26
2.4. Perilaku ... 28
2.4.1. Pengertian Perilaku ... 28
2.4.2. Pengetahuan ... 30
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
3.2.1.Lokasi Penelitian ... 36
3.2.2. Waktu Penelitian ... 36
4.9.1. Tabulasi Silang Pengetahuan Dengan Pendidikan Dan Masa Kerja ... 56
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di
Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan ... 43
Tabel 4.2. Distribusi Pekerjaan Penduduk di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan
Medan Marelan ... 44
Tabel 4.3. Jenis Sarana Kesehatan di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan
Marelan ... 45
Tabel 4.4. Jenis Sarana Pendidikan Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan
Marelan... 45
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin Pendidikan dan Masa Kerja Guru SD di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan
Medan Marelan Tahun 2009 ... 46
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Makanan Yang Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan
Marelan Tahun 2009 ... 48
Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Terhadap Sumber Informasi Yang Diperoleh Tentang Makanan Yang Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya di Kelurahan
Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009 ... 49
Tabel 4.8. Gambaran Pengetahuan Responden Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya
di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009 50
Tabel 4.9. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya
di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009 52
Tabel 4.10. Gambaran Sikap Responden Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya di Kelurahan
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
Tabel 4.11. Distribusi Kategori Sikap Responden Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya
di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009 54
Tabel 4.12. Gambaran Tindakan Responden Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya
di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009 55
Tabel 4.13. Distribusi Kategori Tindakan Responden Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya
di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009 56
Tabel 4.14. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendiddikan dan Masa Kerja Guru SD Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya
di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009 57
Tabel 4.15. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Responden Dengan Sikap Responden Distribusi Kategori Sikap Responden Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan
Tahun 2009 ... 58
Tabel 4.16. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Responden dengan Tindakan Responden Distribusi Kategori Sikap Responden Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan
Tahun 2009 ... 59
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009
Lampiran 2. Master Data Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
Lampiran 3. Hasil Perolehan Data Sumber Informasi
Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan
nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
memperhatikan tantangan global maupun spesifik lokal. Salah satu tujuan dari
pembangunan kesehatan adalah untuk mewujudkan tercapainya kemampuan hidup sehat
bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. (Depkes RI, 2005)
Masa depan bangsa dapat dipertahankan apabila didukung oleh upaya
pembangunan yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup masa depan
yang lebih baik dari masa kini. Ketersediaan pangan sebagai salah satu faktor yang
mendukung upaya pembangunan, karena pangan termasuk kebutuhan dasar terpenting
dan sangat esensial dalam kehidupan manusia, termasuk juga memperhatikan keamanan
pangan yang dikonsumsi. (Cahyadi, 2008)
Salah satu masalah keamanan pangan yang masih memerlukan pemecahan, yaitu
penggunaan bahan tambahan pangan untuk berbagai keperluan. Penggunaan bahan
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
berbagai pangan jajanan, yang umumnya dihasilkan industri kecil atau rumah tangga.
(Cahyadi, 2008)
Sejak pertengahan abad 20 ini, peranan Bahan Tambahan Pangan (BTP),
khususnya bahan pengawet, menjadi semakin penting sejalan dengan kemajuan teknologi
produksi bahan tambahan pangan sintetis. Banyaknya bahan tambahan pangan dalam
bentuk lebih murni dan tersedia secara komersil dengan harga yang relatif murah akan
mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan yang berarti meningkatkan
konsumsi bahan tersebut bagi setiap individu. (Cahyadi, 2008).
Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang dalam proses pengolahannya
menggunakan bahan tambahan pangan (Food Additive) dan zat kimia yang
disalahgunakan pemakaiannya. Penggunaan zat pewarna disinyalir banyak digunakan
pada makanan, minuman, obat dan kosmetika. (Saparinto dkk, 2006)
BTP juga sering digunakan pada produk makanan untuk kelompok konsumen
tertentu. Misalnya, produk pangan untuk bayi, ibu hamil, ibu menyusui, penderita
penyakit tertentu, penderita pasca operasi, orang yang menjalani diet rendah kalori atau
rendah lemak dan lain sebagainya. Produk makanan untuk kelompok konsumen tertentu
ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan kualitas kesehatan, mengingat kelompok
konsumen ini termasuk kelompok beresiko tinggi. (Saparinto dkk, 2006)
Penggunaan BTP dalam proses produksi pangan perlu diwaspadai bersama baik
oleh produsen maupun oleh konsumen. Dampak penggunaannya dapat berakibat positif
maupun negatif bagi masyarakat. Penyimpangan dalam penggunaannya akan
membahayakan kita bersama, khususnya generasi muda sebagai penerus pembangunan
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
datang, yaitu pangan yang aman untuk dikonsumsi, lebih bermutu, bergizi dan lebih
mampu bersaing dalam pasar global. Kebijakan keamanan pangan (food safety) dan
pembangunan gizi nasional (food nutrient) merupakan bagian integral dari kebijakan
pangan nasional, termasuk penggunaan BTP. (Cahyadi, 2008)
Hasil penelitian selama ini menemukan bahw
Metanil Yellow banyak digunakan pada produk makanan industri rumah tangga.
Rhodamin B adalah bahan kimia yang digunakan untuk pewarna merah pada industri
tekstil dan plastik. Untuk makanan, Rhodamin B dan Metanil Yellow sering dipakai
mewarnai kerupuk, makanan ringan, terasi, kembang gula, sirup, biskuit, sosis, makaroni
goreng, minuman ringan, cendol, manisan, dan ikan asap. Makanan yang diberi zat
pewarna tersebut biasanya berwarna lebih terang dan memiliki rasa yang agak pahit.
(Eddy, S.M, 2007)
Salah satu kasus yang pernah ditemukan adalah penggunaan asam salisilat pada
produksi buah dan sayur. Asam salisilat bukanlah pestisida, melainkan sejenis antiseptik
yang salah satu fungsinya untuk memperpanjang daya keawetan. Biasanya sayuran yang
disemprot asam salisilat akan berpenampilan sangat mulus dan tak ada lubang bekas
hama. Sebagian besar petani sering mencoba-coba menggunakan bahan kimia untuk
mengusir hama. Salah satu bahan yang digunakan adalah asam salisilat. Asam salisilat
disemprotkan pada buah untuk mencegah jamur, sementara pada sayuran digunakan
untuk mencegah hama. Sebuah survei menyebutkan bahwa asam salisilat pada sayuran
non-organik jumlahnya enam kali lebih banyak dibandingkan pada sayuran organik.
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
tanaman. Karena residunya ada di dalam jaringan, maka asam salisilat tak akan hilang
meskipun sayur atau buahnya dicuci bersih. (Eddy, S.M, 2007)
Beberapa penelitian tentang penggunaan bahan tambahan pangan pada makanan
dilakukan di kota Medan. Penelitian oleh Nova (2004) menemukan boraks pada bakso
ayam jajanan anak-anak yang di jajakan di lingkungan sekolah kecamatan Medan
Helvetia. Sinaga (2007) menemukan natrium benzoat dan siklamat pada agar-agar jelly
yang beredar di kota Medan.
Selain itu dilakukan juga penelitian terhadap perilaku siswa sekolah dasar tentang
makanan dan minuman jajanan yang mengandung bahan tambahan pangan yang
dilakukan oleh Sitorus (2007) yang menemukan bahwa perilaku dari siswa sekolah dasar
di kecamatan Medan Denai sudah cukup baik tentang makanan yang menggunakan bahan
tambahan pangan. Meskipun perilaku siswa sekolah dasar sudah cukup baik, namun
masih diperlukan peranan berbagai pihak terutama peran serta guru dalam mengawasi
makanan yang dikonsumsi oleh siswa melalui kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),
yaitu mengawasi makanan yang dijual, kebersihan kantin, serta memberikan pelatihan
bagi petugas kantin, guru juga sebaiknya berperan dalam memberikan pengertian dan
pengetahuan kepada anak–anak mengenai dampak negatif yang timbul apabila jajan di
sembarang tempat. Dari penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kita perlu
lebih teliti dan berhati-hati dalam memilih makanan terutama makanan yang mengandung
BTP dan bahan kimia berbahaya.
Di Kelurahan Labuhan Deli terdapat dua sekolah dasar yang saling berdekatan
yaitu sekolah dasar negeri 066430 dan sekolah dasar swasta Mandiri, kedua sekolah
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
nafkah dengan berjualan di lingkungan sekolah tersebut. Banyak dari makanan yang
dijual di lingkungan sekolah tersebut menggunakan bahan tambahan pangan terbukti
dengan warna yang pekat dan mencolok, dan rasa yang sangat manis yang membuat
anak-anak tertarik untuk membelinya, tanpa memperhatikan efeknya terhadap kesehatan.
Dalam hal ini sangat diperlukan perhatian dari para guru yang berperan sebagai pendidik
sekaligus orang tua bagi siswa-siswinya, dan merupakan informan terbaik dalam
menyampaikan informasi tentang makanan yang mengandung BTP dan bahan kimia
berbahaya kepada masyarakat terutama kepada anak didiknya di sekolah. Selama
anak-anak berada di sekolah mereka sepenuhnya menjadi tanggung jawab para guru terutama
memperhatikan apa saja yang dilakukan siswa-siswinya dan makanan apa yang mereka
makan, karena selama kurang lebih 7 jam anak sekolah menghabiskan waktunya di
sekolah dan untuk menahan lapar dan haus mereka membeli makanan yang dijual di
lingkungan sekolah. Alasan inilah yang melatar belakangi penulis untuk melakukan
penelitian tentang ”Perilaku Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung
Bahan Tambahan Pangan dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan
Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan Guru Sekolah Dasar terhadap makanan
yang mengandung bahan tambahan pangan dan bahan kimia berbahaya.
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, tindakan dan karakteristik Guru Sekolah
Dasar terhadap makanan yang mengandung bahan tambahan pangan dan bahan kimia
berbahaya.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan guru terhadap makanan yang mengandung BTP dan
bahan kimia berbahaya.
2. Untuk mengetahui sikap guru terhadap makanan yang mengandung BTP dan bahan
kimia berbahaya.
3. Untuk mengetahui tindakan guru terhadap makanan yang mengandung BTP dan
bahan kimia berbahaya.
4. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur.
5. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.
6. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan.
7. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan masa kerja.
8. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan sumber informasi tentang
makanan yang mengandung BTP dan bahan kimia berbahaya.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan bahan masukan bagi masyarakat khususnya guru untuk lebih teliti dalam
memilih pangan dan sebagai informan dalam menyampaikan informasi tentang
makanan yang mengandung bahan tambahan pangan kepada masyarakat terutama
anak didiknya di sekolah.
2. Sebagai bahan masukan bagi Instansi kesehatan dan lembaga – lembaga lainnya yang
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
3. Memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai
perilaku guru terhadap makanan yang mengandung bahan tambahan pangan dan
bahan kimia berbahaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bahan Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan
lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan
atau minuman. (Saparinto dkk, 2006)
Berdasarkan cara perolehannya, pangan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu
(Saparinto dkk, 2006) :
1. Pangan segar, adalah pangan yang belum mengalami pengolahan, pangan segar dapat
dikonsumsi langsung ataupun tidak langsung, yakni dijadikan bahan baku pengolahan
pangan.
2. Pangan olahan, adalah pangan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode
tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Pangan olahan bisa dibedakan lagi
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
a. Pangan olahan siap saji adalah makanan dan minuman yang sudah diolah dan siap
disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan.
b. Pangan olahan tidak siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah
mengalami proses pengolahan, akan tetapi masih memerlukan tahapan
pengolahan lanjutan untuk dapat dimakan atau diminum.
3. Pangan olahan tertentu, adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok
tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan.
Adapun cara penggunaan pangan yang baik dapat ditinjau dari berbagai segi,
dintaranya (Cahyadi, 2008) :
1. Ditinjau dari segi pengadaan bahan pangan : (a) pangan tersedia dalam jumlah yang
cukup banyak, (b) pangan harus enak dan menarik, (c) nilai gizi/nutrisi dijaga sekecil
mungkin kerusakan, hubungan langsung dengan udara, dan tekanan, (d) pada
penyimpanan agar dijaga sekecil mungkin kerusakan, hubungan langsung dengan
udara, dan tekanan, (e) pangan dijaga agar bebas dari pencemaran atau bebas dari
penambahan yang tidak dikehendaki, contoh penggunaan bahan pengawet yang
berlebihan, (f) pangan dijaga agar bebas dari zat-zat beracun, baik racun alami
maupun dari luar (sengaja/tidak), (g) pangan dijaga agar bebas dari mikroorganisme.
2. Ditinjau dari segi mikrobiologi/toksikologi/hygiene : (a) pangan dijaga agar bebas
dari mikroorganisme, (b) pangan dijaga agar bebas dari zat-zat beracun, baik racun
alami maupun dari luar (sengaja/tidak), (c) pangan dijaga agar bebas dari pencemaran
atau bebas dari penambahan yang tidak dikehendaki, contoh penggunaan bahan
pengawet yang berlebihan, (d) pada penyimpanan agar dijaga sekecil mungkin
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
supaya tinggi, (f) pangan harus enak dan menarik, (g) pangan tersedia dalam jumlah
yang cukup banyak.
2.2. Makanan
2.2.1. Pengertian Makanan
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat
melangsungkan kehidupan selain kebutuhan sandang dan perumahan. Makanan selain
mengandung nilai gizi juga merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba
atau kuman terutama makanan yang mudah membusuk yaitu makanan yang mengandung
kadar air serta nilai protein yang tinggi. Kemungkinan lain masuknya atau beradanya
bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, residu pestisida serta bahan lainnya antara
lain debu, tanah, rambut manusia dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan manusia.
(Depkes RI, 2004)
2.2.2. Makanan Yang Baik
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan
tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya (Prabu,
2008) :
1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
2. Bebas dari pencemaran disetiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari
pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan
kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
2.2.3. Bahan Pencemar Makanan
Bahan pencemar makanan adalah bahan-bahan asing yang keberadaannya tidak
diinginkan dalam makanan, kecuali yang secara alami terdapat pada bahan makanan
dalam jumlah yang sedikit, di luar dari bakteri.
Bahan pencemar makanan di luar bakteri adalah :
1. Bahan pencemar oleh virus
2. Bahan pencemar makanan yang bersifat kimia, adalah kontaminan makanan berupa
bahan-bahan kimia. Beradanya jenis bahan pencemar ini karena dimasukkan sengaja
kedalam makanan seperti bahan pengawet, pewarna, dan bahan tambahan lainnya
dalam jumlah yang melebihi takarannya.
3. Bahan pencemar makanan fisik, adalah berupa kontaminan yang dapat terlihat secara
kasat mata. Keberadaannya karena dibawa oleh hewan maupun karena manusia atau
penjamah makanan yang mengelola makanan dengan tidak hygienis (bersih). (Depkes
RI, 2004)
2.3. Bahan Tambahan Pangan (BTP) 2.3.1. Defenisi Bahan Tambahan Pangan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, Bahan
Tambahan Pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan atau
minuman dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak
mempunyai nilai gizi yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk
maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan,
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas pangan
tersebut.
Menurut FAO di dalam Saparinto (2006), bahan tambahan pangan adalah
senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dengan jumlah dan ukuran
tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan,
dimana bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta
memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan (ingredient) utama.
(Saparinto dkk, 2006)
Penggunaan bahan tambahan pangan sangat sulit dihindari, mengingat bahan ini
sangat bermanfaat dalam pengolahan makanan. Lagi pula, tidak semua bahan tambahan
pangan memiliki efek samping terhadap kesehatan. Namun, masyarakat harus memiliki
pengetahuan mengenai bahan tambahan pangan sebelum menggunakannya. (Saparinto
dkk, 2006).
Untuk membuat makanan yang lezat, menarik, dan tahan lama, diperlukan
penanganan serta penambahan tambahan pangan yang tepat. Memang penggunaan bahan
tambahan pangan bukan merupakan keharusan, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa
bahan ini dapat memberikan nilai tambah terhadap suatu produk makanan. (Saparinto
dkk, 2006)
Banyaknya bahan tambahan pangan dalam bentuk lebih murni dan tersedia secara
komersial dengan harga yang relatif murah akan mendorong meningkatnya pemakaian
bahan tambahan pangan yang berarti meningkatkan konsumsi bahan tersebut bagi setiap
individu. Dewasa ini, masyarakat bukan hanya tertarik pada aspek apakah bahan pangan
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
tetapi lebih dari itu masyarakat telah tertarik pada hal-hal apakah bahan pangan itu baik
untuk dikonsumsi dan komponen apa saja yang terdapat di dalamnya. (Cahyadi, 2008)
Penggunaan BTP dalam proses produksi pangan perlu diwaspadai bersama baik
oleh produsen maupun oleh konsumen. Dampak penggunaannya dapat berakibat positif
maupun negatif bagi masyarakat. Penyimpangan dalam penggunaannya akan
membahayakan kita bersama, khususnya generasi muda sebagai penerus pembangunan
bangsa. Dibidang pangan kita memerlukan sesuatu yang lebih baik untuk masa yang akan
datang, yaitu pangan yang aman untuk dikonsumsi, lebih bermutu, bergizi dan lebih
mampu bersaing dalam pasar global. Kebijakan keamanan pangan (food safety) dan
pembangunan gizi nasional (food nutrient) merupakan bagian integral dari kebijakan
pangan nasional, termasuk penggunaan BTP. (Cahyadi, 2008)
2.3.2. Sumber-sumber Bahan Tambahan Pangan
Berdasarkan sumbernya, bahan tambahan pangan dapat digolongkan menjadi 2
golongan, yakni bahan tambahan alami dan buatan, (Saparinto dkk, 2006)
1. Bahan tambahan pangan alami
Bahan tambahan pangan alami hingga saat ini masih mendapat tempat di hati
masyarakat. Bahan ini dipandang lebih aman bagi kesehatan dan mudah didapat.
Namun disisi lain, bahan tambahan pangan alami mempunyai kelemahan, yaitu relatif
kurang stabil kepekatannya karena mudah terpengaruh oleh panas. Selain itu, dalam
penggunaannya dibutuhkan jumlah yang cukup banyak.
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
Bahan tambahan pangan sintetis merupakan hasil sintetis secara kimia. Keuntungan
menggunakan bahan tambahan pangan sintetis adalah lebih stabil, lebih pekat, dan
penggunaannya hanya dalam jumlah sedikit. Namun kelemahannya, bahan ini
dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping terhadap kesehatan, bahkan ada
beberapa bahan tambahan pangan yang bersifat karsinogenik (dapat memicu
timbulnya kanker).
2.3.3. Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau
mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih
mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Pada umumnya bahan
tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu sebagai berikut :
1. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan,
dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat
mempertahankan kesegaran, cita rasa, dan membantu pengolahan, sebagai contoh
pengawet, pewarna dan pengeras.
2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan yaitu bahan yang tidak
mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik dalam
jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses produksi,
pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau
kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi bahan
mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa ke dalam makanan yang akan
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
pestisida (termasuk insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida), antibiotik, dan
hidrokarbon aromatik polisiklis. (Cahyadi, 2008)
2.3.4. Jenis-jenis Bahan Tambahan Pangan
Adapun jenis-jenis bahan tambahan pangan adalah :
1. Pengikat Logam (Sekuestran)
Sekuestran atau zat pengikat logam merupakan bahan penstabil yang digunakan
dalam berbagai pengolahan bahan makanan. (FAO, 2005)
2. Zat Antikerak
Zat antikerak biasanya ditambahkan pada bahan-bahan berbentuk tepung atau
butiran yang bersifat higroskopik untuk mempertahankan sifat butirannya. Zat antikerak
akan melapisi partikel-partikel bahan dan menyerap air yang berlebihan atau membentuk
campuran senyawa yang tidak dapat larut. Karena itulah Ca-silikat sering dipakai dalam
campuran tepung maupun rempah-rempah yang mengandung minyak atsiri. (FAO, 2005)
3. Zat Pemantap
Pada proses pengolahan, pemanasan, atau pembekuan dapat melunakkan sayuran
sehingga menjadi lunak yang sebelumnya ’tegar’. Hal ini karena komponen penyusun
dinding sayuran tersebut yang disebut pektin. Agar tetap menjadi ’tegar’, maka
ditambahkan zat pemantap yang umumnya dibuat dari garam seperti CaCl2, Ca-sitrat,
CaS04, Ca-laktat, dan Ca-monofosfat , namun rasanya pahit dan sulit larut. (FAO, 2005)
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
Zat pemanis sintetik biasanya digunakan sebagai pemanis yang menggantikan
gula tetapi memiliki nilai kalori yang lebih rendah daripada gula. Meskipun telah banyak
ditemukan zat pemanis sintetik, tetapi beberapa saja yang boleh dipakai dalam bahan
makanan. Seperti Natrium siklamat, kalsium siklamat yang dilarang penggunaannya di
Amerika Serikat sedangkan natrium sakarin telah dilarang di Kanada karena diperkirakan
bersifat karsinogen (penyebab kanker). Di Indonesia pengunaan siklamat masih diijinkan,
tetapi sebenarnya hasil metabolisme siklamat yaitu sikloheksamina merupakan senyawa
karsinogenik, pembuangan sikloheksamina melalui urin dapat merangsang tumbuhnya
tumor kandung kemih pada tikus. (FAO, 2005)
5. Penjernih Larutan
Masalah yang utama dalam pembuatan bit, anggur, dan sari buah adalah
timbulnya kekeruhan, pengendapan, dan oksidasi yang menyebabkan perubahan warna.
Untuk menghilangkan kekeruhan itu dapat dipakai enzim yang dapat menjernihkan
larutan, tetapi kadang-kadang terbentuk busa bila kadar enzim terlalu banyak. (FAO,
2005)
6. Zat Pemucat
Tepung terigu yang baru berwarna kekuningan dan bersifat kurang elastis. Bila
dijadikan adonan roti, tidak dapat mengembang dengan baik. Untuk memperoleh terigu
dengan mutu baik, terigu dibiarkan (diperam) lebih kurang enam minggu. Tentu saja
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
biasanya ditambahkan zat pemucat. Zat pemucat ini bersifat oksidator. Pemakaian zat
pemucat yang berlebihan akan menghasilkan adonan roti yang pecah-pecah dan
butirannya tidak merata, berwama keabu-abuan, dan volumenya menyusut. (FAO, 2005)
7. Asidulan (Zat Pengasam)
Asidulan berguna sebagai penegas rasa dan wama yang tidak disukai. Sifat
asamnya dapat mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet.
Asam yang banyak digunakan pada bahan makanan adalah asam organik seperti asam
asetat, asam laktat, asam sitrat, asam fumarat, asam malat, asam suksinat, dan asam
tartrat. Sedangkan satu-satunya asam organik yang digunakan sebagai pengasam
makanan adalah asam fosfat. (FAO, 2005)
8. Pengembang Adonan
Bahan pengembang adonan yang sekarang dipakai menggunakan bahan-bahan
kimia yang dapat menghasilkan gas C02 sehingga adonan menjadi bervolume. (FAO,
2005)
9. Zat Pengawet
- Zat Pengawet Organik.
- Zat Pengawet Anorganik.
Salah satu zat pengawet anorganik yang tidak boleh digunakan adalah formalin
dan boraks. Formalin merupakan zat pengawet terlarang yang paling banyak
disalahgunakan untuk produk pangan. Zat ini termasuk bahan beracun dan berbahaya
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan
menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh. (FAO, 2005)
12. Surfaktan
Surfaktan digunakan dalam pengolahan pangan untuk meningkatkan mutu produk
dan mengurangi kesulitan penanganan bahan yang mudah rusak. Pemakaian surfaktan
selama produk disimpan akan mempertahankan viskositas, tekstur, mouthfeel, dan
memperpanjang masa simpannya. Yang termasuk dalam golongan surfaktan adalah
pengemulsi, penstabil, pengental, dan pembasah. (FAO, 2005)
13. Pewarna
- Pewarna Alami.
Adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau
dari sumber-sumber mineral. Keterbatasan pewarna alami adalah seringkali
memberikan rasa dan flavor khas yang tidak diinginkan, konsentrasi pigmen
rendah, stabilitas pigmen rendah, keseragaman warna kurang baik dan spektrum
warna tidak seluas pewarna sintetik.
- Pewarna sintetis.
Pewarna sintetis mempunyai keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna
alami, yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam,
lebih stabil, dan biasanya lebih murah. Berdasarkan rumus kimianya, zat warna
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
Additives (JECFA) dapat digolongkan dalam beberapa kelas yaitu : azo, triaril
metana, quinolin, xantin dan indigoid. (FAO, 2005)
2.3.5. Bahan Tambahan Pangan Yang Diizinkan
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 1186/Menkes/Per/X/1999, Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang diizinkan digunakan pada makanan adalah :
1. Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang terdiri dari golongan :
a. Antioksidan
BTP yang dapat mencegah atau menghambat proses oksidasi lemak sehingga
mencegah terjadinya ketengikan.
Contoh : asam askorbat, asam eritorbat, butyl hidroksi toluene.
b. Antikempal
BTP yang dapat mencegah mengempalnya (menggumpalnya) makanan yang
berupa serbuk seperti tepung atau bubuk.
Contoh : aluminium silikat, magnesium karbonat, miristat.
c. Pengatur keasaman (pengasam, penetral, pendapar)
BTP yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat
keasaman.
d. Pemanis buatan
BTP yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan yang tidak atau hampir
tidak mempunyai nilai gizi.
Contoh : sakarin, siklamat sorbitol.
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
BTP yang dapat mempercepat proses pemutihan dan atau pematangan tepung
sehingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan.
Contoh : natrium karbonat, natrium sitrat, natrium malat.
f. Pengemulsi, pemantap, pengental
BTP yang dapat membantu terbentuknya dan memantapkan system disperse yang
homogen pada makanan.
Contoh : agar, ammonium arginat, gelatin.
g. Pengawet
BTP yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau
penguraian lain pada makanan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba.
Contoh : natrium benzoat, asam sorbat, natrium bisulfit.
h. Pengeras
BTP yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan.
Contoh : aluminium sulfat, kalsium glukonat, kalsium laktat.
i. Pewarna
BTP yang dapat memperbaiki dan memberi warna pada makanan.
Contoh : caramel, kantasatin, betakaroten.
j. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa
BTP yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma.
Contoh : asam butirat, etil vanillin, benzal dehida.
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
BTP yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam makanan, sehingga
memantapkan warna, aroma dan tekstur.
Contoh : asam fosfat, asam sitrat, natrium pirofosfat.
2. Untuk makanan yang diizinkan mengandung lebih dari satu makanan antioksidan,
maka hasil bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum penggunaannya jika
dijumlahkan tidak boleh lebih dari satu.
3. Untuk makanan yang diizinkan mengandung lebih dari satu macam pengawet, maka
hasil bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum penggunaannya jika
dijumlahkan tidak boleh lebih dari satu.
4. Batas penggunaan ”secukupnya” adalah penggunaan yang sesuai dengan cara
produksi yang baik, yang maksudnya jumlah yang ditambahkan pada makanan tidak
melebihi jumlah wajar yang diperlukan sesuai dengan tujuan penggunaan bahan
tambahan pangan tersebut.
5. Pada bahan tambahan pangan golongan pengawet, batas maksimum penggunaan
garam benzoate dihitung sebagai asam benzoate, garam sorbet sebagai asam sorbet.
2.3.6. Persyaratan Bahan Tambahan Pangan
Pada dasarnya persyaratan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang digunakan
adalah sebagai berikut (Depkes, 2004) :
1. Harus telah mengalami pengujian dan evaluasi toksikologi.
2. Harus tidak membahayakan kesehatan konsumen pada kadar yang diperlukan
dalam penggunaannya.
3. Harus selalu dipantau terus-menerus dan dilakukan evaluasi kembali jika perlu
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
4. Harus selalu memenuhi persyaratan spesifikasi dan kemurnian yang telah
ditetapkan.
5. Harus dibatasi penggunaannya hanya untuk tujuan tertentu dan hanya jika maksud
penggunaan tersebut tidak dapat dicapai dengan cara lain secara ekonomis dan
teknis.
6. Sedapat mungkin penggunaannya dibatasi agar makanan tertentu dengan maksud
tertentu dan kondisi tertentu serta dengan kadar serendah mungkin tetapi masih
berfungsi seperti yang dikehendaki.
2.3.7. Bahan Tambahan Pangan Yang Tidak Diizinkan
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 1186/Menkes/Per/X/1999, bahan tambahan
pangan yang tidak diizinkan atau dilarang digunakan dalam makanan yaitu bahan yang
tidak mempunyai fungsi dalam makanan, terdapat secara tidak sengaja baik dalam jumlah
sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama produksi, pengolahan, atau
pengemasan.
Bahan kimia berbahaya juga sering disalahgunakan pada pangan antara lain
boraks, formalin, rhodamin B, dan kuning metanil. Keempat bahan kimia tersebut
dilarang digunakan untuk pangan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Berikut ini merupakan sejumlah tujuan penggunaan dari senyawa-senyawa
tersebut yaitu (Joomla, 2006) :
a. Boraks digunakan untuk mematri logam, pembuatan gelas dan enamel, anti jamur
kayu, pembasmi kecoa, antiseptik, obat untuk kulit dalam bentuk salep, campuran
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
b. Formalin digunakan untuk pembunuh kuman sehingga banyak dimanfaatkan sebagai
pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian; pembasmi lalat dan berbagai serangga
lain, bahan untuk pembuatan sutra buatan, zat pewarna, pembuatan gelas dan bahan
peledak, dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin
dan kertas, bahan untuk pengawet mayat, bahan pembuatan pupuk lepas lambat
(slow- release fertilizer) dalam bentuk urea, formaldehid: bahan untuk pembuatan
parfum, bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku, pencegah korosi
untuk sumur minyak, bahan untuk insulasi busa, bahan perekat untuk produk kayu
lapis (plywood), dalam konsentrasi yang sangat kecil (< 1%) digunakan sebagai
pengawet untuk berbagai produk konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan
pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan pembersih karpet.
c. Rhodamin B digunakan sebagai zat warna untuk kertas, tekstil (sutra, wool, kapas),
sabun, kayu dan kulit, sebagai reagensia di laboratorium untuk pengujian antimon,
kobal, niobium, emas, mangan, air raksa, tantalum, talium dan tungsten; untuk
pewarna biologik.
d. Kuning metanil selain digunakan sebagai pewarna tekstil dan cat, juga digunakan
sebagai indikator reaksi netralisasi (asam-basa).
Ada beberapa jenis bahan tambahan pangan yang dilarang penggunaannya,
sebagaimana diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
722/Menkes/Per/IX/1988 tanggal 22 September 1988 dan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1186/Menkes/Per/X/1999. Beberapa bahan tambahan pangan
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
Dietilpirokarbonat, Dulsin, Kalium klorat, Kloramfenikol, Minyak nabati yang
dibrominasi, Nitrofurazon, dan Formalin.
2.3.8. Efek Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya
Pada umumnya beberapa bahan tambahan pangan (BTP) digunakan dalam pangan
untuk memperbaiki tekstur, flavor, warna atau mempertahankan mutu. Beberapa bahan
kimia yang bersifat toksik (beracun) jika digunakan dalam pangan akan menyebabkan
penyakit atau bahkan kematian. Oleh karena itu, dalam peraturan pangan dilarang
menggunakan bahan kimia berbahaya dalam pangan. Adapun masalah yang dapat timbul
apabila menggunakan bahan kimia berbahaya untuk pangan seperti berikut adalah :
1. Rhodamin B
Rhodamin B adalah pewarna merah terang komersial, ditemukan bersifat racun
dan dapat menyebabkan kanker. Rhodamin B bisa menumpuk di lemak sehingga
lama-kelamaan jumlahnya akan terus bertambah. Rhodamin B diserap lebih banyak pada
saluran pencernaan dan menunjukkan ikatan protein yang kuat. Kerusakan pada hati tikus
terjadi akibat makanan yang mengandung rhodamin B dalam konsentrasi tinggi. Paparan
Rhodamin B dalam waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan
kanker hati.(Joomla, 2006)
2. Formalin
Formalin adalah larutan formaldehida dalam air dan dilarang digunakan dalam
industri pangan sebagai pengawet. Paparan formaldehid melalui saluran pencernaan dapat
mengakibatkan luka korosif terhadap selaput lendir saluran pencernaan disertai mual,
muntah, rasa perih yang hebat dan perforasi lambung. Efek sistemik dapat berupa depresi
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
(hematuria) dan asidosis metabolik. Dosis fatal formalin melalui saluran pencernaan
pernah dilaporkan sebesar 30 ml. Formaldehid dapat mematikan sisi aktif dari protein-
protein vital dalam tubuh, maka molekul-molekul itu akan kehilangan fungsi dalam
metabolisme. Akibatnya fungsi sel akan terhenti. Pada dasarnya, formaldehid dalam
jaringan tubuh sebagian besar akan dimetabolisir kurang dari 2 menit oleh enzim
formaldehid dehidrogenase menjadi asam format yang kemudian diekskresikan tubuh
melalui urin dan sebagian dirubah menjadi CO2 yang dibuang melalui nafas. Fraksi
formaldehid yang tidak mengalami metabolisme akan terikat secara stabil dengan
makromolekul seluler protein DNA yang dapat berupa ikatan silang (cross-linked). Ikatan
silang formaldehid dengan DNA dan protein ini diduga bertanggungjawab atas terjadinya
kekacauan informasi genetik dan konsekuensi lebih lanjut seperti terjadi mutasi genetik
dan sel kanker. Bila gen-gen rusak itu diwariskan, maka akan terlahir generasi dengan
cacat gen. Dalam pada itu, International Agency Research on Cancer (IARC)
mengklasifikasikannya sebagai karsinogenik golongan 1 (cukup bukti sebagai karsinogen
pada manusia), khususnya pada saluran pernafasan. (Joomla, 2006)
3. Boraks
Boraks disalahgunakan untuk pangan dengan tujuan memperbaiki warna, tekstur
dan flavor. Boraks bersifat sangat beracun, sehingga peraturan pangan tidak
membolehkan boraks untuk digunakan dalam pangan. Ketika asam borat masuk ke dalam
tubuh, dapat menyebabkan mual, muntah, diare, sakit perut, penyakit kulit, kerusakan
ginjal, kegagalan sistem sirkulasi akut, dan bahkan kematian. (Badan POM RI, 2004)
Dosis fatal untuk dewasa berkisar antara 15-20 g dan untuk anak-anak 3-6 g. Bila
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
nyaman (malaise), mual, nyeri hebat pada perut bagian atas (epigastrik), pendarahan
gastroenteritis disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam, dan rasa sakit
kepala. (Joomla, 2006)
4. Kuning Metanil
Kuning Metanil dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa
tidak enak dan tekanan darah rendah. Pada jangka panjang dapat menyebabkan kanker
kandung kemih.Meskipun bahan kimia tersebut telah dilarang penggunaannya untuk
pangan, namun potensi penggunaan yang salah hingga saat ini bukan tidak mungkin.
(Joomla, 2006)
Terdapat berbagai faktor yang mendorong banyak pihak untuk melakukan praktek
penggunaan bahan kimia terlarang untuk pangan, yakni (Joomla, 2006) :
1. Bahan kimia tersebut mudah diperoleh di pasaran.
2. Harganya relatif murah.
3. Pangan yang mengandung bahan tersebut menampakkan tampilan fisik yang
memikat.
4. Tidak menimbulkan efek negatif seketika.
5. Informasi bahan berbahaya tersebut relatif terbatas, dan pola penggunaannya telah
dipraktekkan secara turun-temurun.
2.3.9. Ciri-Ciri Makanan Menggunakan Bahan Tambahan Pangan
Untuk menyikapi keadaan yang berkembang tentang bahan tambahan pangan (BTP)
yang beredar di pasaran, diharapkan konsumen/pembeli harus lebih berhati-hati, karena
tidak semua makanan yang dilarang, mungkin hanya beberapa saja produsen yang
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
berbahaya) pada makanan, untuk itu konsumen perlu mengetahui ciri-ciri makanan yang
menggunakan bahan kimia berbahanya.
Adapun ciri-ciri makanan yang menggunakan bahan kimia berbahaya yaitu
(Supriyadi, 2001) :
1. Apabila produk makanan basah, secara normal cepat basi, begitu menggunakan bahan
tambahan makanan pengawet, produk itu akan lebih bertahan lama, dan tektur/bentuk
makanannya lebih padat dan keras, (bahan yang digunakan mungkin resmi, mungkin
juga dilarang perlu konfirmasi lebih lanjut). Tapi apabila setelah makan makanan
tersebut ada rasa sensitive (mual, pusing, muntah), perlu dicurigai bahan tambahan
makanan tersebut dilarang digunakan dan harus dihindari produk tersebut untuk
dikonsumsi, jika terus dikonsumsi akan timbul akibat yang lebih parah lagi yaitu
timbulnya penyakit kanker.
2. Untuk makanan yang berwarna ada dua cara untuk mengetahui apakah mengandung
pewarna resmi atau tidak, yaitu :
- Warnanya terlalu mencolok atau ekstrem, apakah itu warna merah atau kuning, itu
dicurigai sebagai zat pewarna yang dilarang untuk digunakan dalam makananan
atau minuman, biasanya produk tersebut dipasarkan di kalangan anak-anak karena
warnanya yang menarik (dijual disekitar SD/TK).
- Makanan/minuman yang mengandung warna sintetis (bukan pewarna untuk
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
2.3.10. Mekanisme Bahan Toksik Pada Tubuh Manusia
Metabolisme atau proses fisiologis tubuh, dikenal juga dengan transformasi
biologis (bio-transformasi). Metabolisme atau transformasi biologis (bio-transformasi)
dari bahan-bahan beracun seperti kandungan bahan kimia berbahaya dan bahan tambahan
pangan dengan jumlah yang berlebihan pada makanan, merupakan faktor penentu utama
terhadap daya racun dari zat terkait. Melalui proses bio-transformasi ini, bahan-bahan
beracun yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami peningkatan daya racunnya atau
akan mengalami penurunan dari daya racun yang dimilikinya. (Palar, H, 2008)
Proses bio-transformasi ini dapat diklasifikasikan ke dalam 3 bentuk, yaitu:
1. Transformasi yang bersifat destruktif (oksidasi, reduksi dan hidrolisis)
Pelaksanaan dari proses bio-transformasi destruktif berkenaan dengan
perombakan atau penghancuran bentuk suatu persenyawaan dari suatu unsur yang dituju
menjadi bentuk lain tanpa menghapus unsur yang dituju tersebut. Pada proses
transformasi destruktif ini , dikenal tiga bentuk reaksi yaitu:
a. Oksidasi, merupakan bentuk bio-transformasi yang paling umum terjadi, sebagai
respon dari tubuh terhadap zat racun yang masuk.
b. Reduksi, merupakan kebalikan dari reaksi oksidasi. Reaksi ini tidak begitu umum
ditemukan dalam tubuh. Reaksi reduksi baru akan terjadi apabila
senyawa-senyawa asing yang masuk ke dalam tubuh mempunyai potensial
oksidasi-reduksi.
c. Hidrolisis, merupakan suatu bentuk reaksi perombakan struktur dari suatu
senyawa. Pada peristiwa hidrolisis, air mempunyai peranan yang sangat penting
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
beracun yang masuk ke dalam tubuh, reaksi hidrolisis yang terjadi adalah
perubahan bentuk metabolisme tubuh dari reaksi hidrolisis yang normal menjadi
degradasi tehadap bahan-bahan beracun tersebut. Bahan-bahan beracun seperti
formalin dan boraks yang memiliki sifat larut dalam air dapat dihidrolisis jika
masuk kedalam tubuh yaitu dengan banyak mengkonsumsi air dengan demikian
maka bahan-bahan tersebut akan diekskresikan melalui urine. (Palar, H, 2008)
2. Transformasi yang bersifat sintesis (konjugasi)
Reaksi ini merupakan reaksi yang terlibat langsung dalam mekanisme sintesa
dalam metabolisme normal. Reaksi ini berperan banyak dalam proses penurunan daya
racun dari suatu zat yang masuk ke dalam tubuh. (Palar, H, 2008)
Sebagai contoh adalah zat warna yang dimetabolisme dan atau dikonjugasi di
hati, selanjutnya ada juga yang ke empedu memasuki jalur sirkulasi enterohepatik. Zat
warna azo yang larut dalam air diekskresi secara kuantitatif melalui empedu, sedangkan
yang larut dalam lemak diabsorpsi sempurna tanpa metabolisme dalam usus, melainkan
dimetabolisme dalam hati oleh azo-reduktase membentuk amin primer yang sesuai.
Senyawa yang merupakan metabolit polar cepat dieliminasi lewat urine. (Cahyadi, 2008)
3. Transformasi yang bersifat induksi enzim
Pada peristiwa metabolisme, enzim memegang peranan yang sangat penting
sebagai zat perangsang untuk memperlancar atau mempercepat proses metabolisme
tersebut. Karena itu enzim disebut juga sebagai bio-katalisator. Fungsi dari enzim adalah
untuk mengartur dan mempercepat terjadinya proses atau aktivitas metabolisme dalam
tubuh 108 sampai 1011 kali lebih cepat dari yang sama, yang terjadi tanpa menggunakan
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
2.4. Perilaku
2.4.1. Pengertian Perilaku
Pengertian perilaku dari segi biologis adalah kegiatan atau aktivitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua
makhluk hidup mulai dari tumbuh- tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing- masing. Sehingga yang
dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2003)
Skiner (1938), dikutip dari Notoatmodjo (2003) seorang ahli psikologi,
merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini
disebut teori “S-O-R” atau Stimulus − Organisme − Respons. Skiner membedakan
adanya dua respons.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).
Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh
sebab itu disebut covert behavior atau unobservable behavior.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek
(practice).
Perilaku manusia sebagian besar adalah operant respons. Maka untuk membentuk
jenis respon atau perilaku perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut
operant conditioning. Cara pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini
menurut Skiner adalah :
b. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer
berupa hadiah- hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.
c. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut
disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang
dimaksud.
d. Menggunakan secara urut komponen- komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara,
mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing- masing komponen tersebut.
e. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah
Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.
Benyamin Bloom (1908) dikutip dari Notoatdmojo (2003) seorang ahli psikologi
pendidikan membagi perilaku manusia kedalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan
yakni: a) kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c) psikomotor (psychomotor).
2.4.2. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
(knowledge) apa yang diketahui dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa
pengetahuan atau tahu adalah mengerti sesudah dilihat atau sesudah menyaksikan,
mengalami, atau setelah diajari. (Notoatdmojo, 2003)
Pengetahuan yang dimaksud disini adalah pengetahuan guru sekolah dasar dalam
memilih makanan yang mengandung bahan tambahan makanan. Dengan pengetahuan
yang cukup diharapkan dapat memberi pengaruh yang baik terhadap tindakan guru
sekolah dasar dalam memilih makanan yang aman dan sehat.
Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan
kelangsungan hidupnya. Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan 2
hal utama yaitu (mar’at, 1981) :
a. Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan
pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.
b. Manusia mempunyai kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka tertentu.
Dalam domain kognitif, pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu