• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Happiness at Work

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Happiness at Work"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP HAPPINESS AT WORK

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh

NENITA SARI SALSALINA GINTING 111301069

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

iii

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Happiness at Work

Nenita Sari Salsalina Ginting & Vivi Gusrini Pohan

ABSTRAK

Karyawan perlu memiliki emosi-emosi positif saat bekerja seperti rasa bahagia saat bekerja. Karyawan yang bahagia akan memberikan yang terbaik untuk pekerjaan serta dapat meningkatkan produktifitas perusahaan. Salah satu faktor pembentuk rasa bahagia saat bekerja adalah budaya organisasi yang kuat dalam perusahaan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh budaya organisasi terhadap happiness at work. Penelitian ini melibatkan 120 karyawan asuransi AJB Bumiputera 1912 Kantor Wilayah Medan dan dipilih melalui teknik incidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan skala

happiness at work dan skala budaya organisasi. Analisis data menggunakan teknik analisa regresi sederhana dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif yang signifikan antara budaya organisasi dengan happiness at work dengan signifikansi r = 0.702, R square = 0.493 dan p = 0.000 (p<0.01). Hasil dari penelitian ini diharapkan untuk dapat memberikan pemahaman mengenai bagaimana budaya organisasi dapat mempengaruhi happiness at work

yang dirasakan karyawan dan agar perusahaan dapat mempertahankan budaya organisasiyang kuat di tempat kerja.

(5)

iv

The Impact of Organizational Culture on Happiness at Work

Nenita Sari Salsalina Ginting & Vivi Gusrini Pohan

ABSTRACT

Employees need to have positive emotions such as happiness at work. Employees who are happy will give the best for their job and can improving productivity of the company.One of the determining factors of happiness at work is a strong organizational culture within the company. This study aims to examine the impact organizational culture on happiness at work. This study involved 120 insurance employees in AJB Bumiputera 1912 Kantor Wilayah Medan and are selected through incidental sampling technique. Data were collected by using the scale of organization culture and the scale of happiness at work. Data analysis using linear regression and the result showed a significant positive impact of organizational culture on happiness at work with significancy r = 0.702, R square = 0.493 and p = 0.000 (p<0.01). The results of this study are expected to provide an understanding of how organization culture affects happiness at work of employees, as well as information to organization to mantain a workplace with strong organizational culture.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

kasih dan karuniaNya yang selalu memberikan kekuatan baik jasmani maupun

rohani kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi di bidang Psikologi

Industri dan Organisasi ini. Adapun judul skripsi ini “Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Happiness at Work”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi gelar sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai

upaya untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan yang telah di dapatkan selama

kuliah dan menambah wawasan pada bidang yang dipelajari.

Selesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari

banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Dra. Irmawati Soeprapto, Psikolog, M.Si selaku dekan

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Vivi Gusrini Pohan, M.Sc., M. A selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan tepat pada waktunya.

3. Bapak Ferry Novliadi, S. Psi., M. Si dan Ibu Siti Zahreni, S. Psi., M.Psi

(7)

vi

4. Ibu Rodiatul Hasanah Siregar, M.Si., psi sebagai dosen pembimbing

akademik yang selalu memberikan kemudahan bagi proses penyelesaian

perkuliahan pada tiap semester.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara yang senantiasa membantu dan mendukung saya dalam

menyelesaikan berbagai urusan di kampus.

6. Ayah dan Ibu ( Bapak S. Ginting dan Ibu A. Sembiring ) untuk seluruh

cinta, doa, dukungan, motivasi, dan kepercayaan yang senantiasa

diberikan. Aku cinta kalian ma, pa.

7. Nenek ( Iting ) atas doa, dukungan, dan motivasi yang telah diberikan

selama ini. Semoga iting sehat terus ya,terimakasih ting.

8. Adikku tersayang, Ninka Indah Ginting, buat motivasi dan udah

disemangatin. Terimakasih sayang.

9. Pimpinan dan seluruh karyawan Asuransi AJB Bumiputera 1912 kantor

wilayah Medan, yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk

mengambil data penelitian.

10.Seluruh teman-teman kampus sekalian yang telah membantu dan memberi

dukungan sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik. Terutama

buat desi, mira, dan lias atas semangat, tawa, cerita yang dibagi bersama

selama kuliah.

11.Sahabat terbaik dari 2 SMA, Nhora Sandria Manurung. Sahabat sejak

dekat lalu mejauh namun tetap terasa dekat. Terimakasih buat pemberian

(8)

vii

12.Sahabat kedua setelah yang jauh disana, kak Debi Kaban, terimakasih ya

atas doa, dukungan, dan atas banyak hal yang saling kita pelajari satu sama

lain kak.

13.Teman dekatku, Debby Irma Kristi, yang menjadi teman curhat walaupun

kebanyakan dia yang curhat haha. Terimasih buat motivasi dan

dukungannya.

14.Permata Agave dan rekan-rekan Guru KaKr GBKP Pasar Pitu Medan,

khusunya Permata Sektor 3 atas doa dan dukungannya.

15.Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat peneliti tuliskan satu

persatu. Terimakasih semua.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

keterbatasan wawasan, pengalaman, dan referensi peneliti. Oleh karena itu,

dengan kerendahan hati peneliti mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya

membangun dari semua pihak untuk menjadi masukan agar di kemudian hari

dapat melakukan perbaikan diri. Atas saran dan kritik yang sifatnya membangun

yang diberikan, peneliti mengucapkan terimakasih.

Besar harapan peneliti, semoga apa yang peneliti persembahkan dapat

bermanfaat bagi kita semua. Semoga Tuhan senantiasa mencurahkan berkat dan

rahmatNya kepada kita menuju cita-cita kita. Amin.

Medan, 2 April 2015

(9)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...i

LEMBAR PERNYATAAN...ii

ABSTRAK...iii

ABSTRACT...iv

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR GRAFIK...xii

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...6

C. Tujuan Penelitian...6

D. Manfaat Penelitian...6

E. Sistematika Penulisan...8

BAB II. LANDASAN TEORI...9

A. Happiness at Work...9

1. Definisi Happiness at Work...9

(10)

ix

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Happiness at Work...11

B. Budaya Organisasi...12

1. Definisi Budaya Organisasi...12

2. Sumber-sumber Budaya Organisasi...13

3. Dimensi Budaya Organisasi...14

4. Fungsi Budaya Organisasi...16

5. Manifestasi Budaya Organisasi...17

C. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Happiness at Work....19

D. Hipotesis Penelitian...22

BAB III. METODE PENELITIAN...23

A. Identifikasi Variabel...23

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian...23

1. Happiness at Work...23

2. Budaya Organisasi...24

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel...25

1. Populasi dan Sampel...25

2. Metode Pengambilan Sampel...25

3. Jumlah Sampel...26

D. Metode Pengumpulan Data...26

(11)

x

2. Skala Budaya Organisasi...28

E. Uji Instrumen Penelitian...30

1. Validitas Alat Ukur...30

2. Reliabilitas Alat Ukur...31

3. Uji Daya Beda Aitem...31

F. Hasil Uji Instrumen Penelitian...32

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian...35

1. Tahap Persiapan...35

2. Tahap Pelaksanaan...35

3. Tahap Pengolahan...36

H. Metode Analisa Data...36

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...38

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian...38

B. Uji Asumsi...40

C. Hasil Pengujian Hipotesis...42

D. Pembahasan...46

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...50

A.Kesimpulan...50

B.Saran...51

DAFTAR PUSTAKA...52

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Aitem-aitem Skala Happiness at Work Sebelum Uji Coba...28

Tabel 2. Distribusi Aitem-aitem Skala Budaya Organisasi Sebelum Uji Coba...29

Tabel 3. Distribusi Aitem-aitem Skala Happiness at Work Setelah Uji Coba...33

Tabel 4. Distribusi Aitem-aitem Skala Budaya Organisasi Setelah Uji Coba...34

Tabel 5. Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin...38

Tabel 6. Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia...39

Tabel 7. Penyebaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja...40

Tabel 8. Hasil Uji Linearitas...42

Tabel 9. Hasil Regresi Budaya Organisasi dengan Happiness at Work...43

Tabel 10. Perbandingan Mean Empirik dan Mean Hipotetik...44

Tabel 11. Norma Kategorisasi Happiness at Work...45

Tabel 12. Kategorisasi Data Penelitian Happiness at Work...45

Tabel 13. Norma Kategorisasi Data Penelitian Budaya Organisasi...46

(13)

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Uji Normalitas Happiness at Work...41

(14)

iii

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Happiness at Work

Nenita Sari Salsalina Ginting & Vivi Gusrini Pohan

ABSTRAK

Karyawan perlu memiliki emosi-emosi positif saat bekerja seperti rasa bahagia saat bekerja. Karyawan yang bahagia akan memberikan yang terbaik untuk pekerjaan serta dapat meningkatkan produktifitas perusahaan. Salah satu faktor pembentuk rasa bahagia saat bekerja adalah budaya organisasi yang kuat dalam perusahaan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh budaya organisasi terhadap happiness at work. Penelitian ini melibatkan 120 karyawan asuransi AJB Bumiputera 1912 Kantor Wilayah Medan dan dipilih melalui teknik incidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan skala

happiness at work dan skala budaya organisasi. Analisis data menggunakan teknik analisa regresi sederhana dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif yang signifikan antara budaya organisasi dengan happiness at work dengan signifikansi r = 0.702, R square = 0.493 dan p = 0.000 (p<0.01). Hasil dari penelitian ini diharapkan untuk dapat memberikan pemahaman mengenai bagaimana budaya organisasi dapat mempengaruhi happiness at work

yang dirasakan karyawan dan agar perusahaan dapat mempertahankan budaya organisasiyang kuat di tempat kerja.

(15)

iv

The Impact of Organizational Culture on Happiness at Work

Nenita Sari Salsalina Ginting & Vivi Gusrini Pohan

ABSTRACT

Employees need to have positive emotions such as happiness at work. Employees who are happy will give the best for their job and can improving productivity of the company.One of the determining factors of happiness at work is a strong organizational culture within the company. This study aims to examine the impact organizational culture on happiness at work. This study involved 120 insurance employees in AJB Bumiputera 1912 Kantor Wilayah Medan and are selected through incidental sampling technique. Data were collected by using the scale of organization culture and the scale of happiness at work. Data analysis using linear regression and the result showed a significant positive impact of organizational culture on happiness at work with significancy r = 0.702, R square = 0.493 and p = 0.000 (p<0.01). The results of this study are expected to provide an understanding of how organization culture affects happiness at work of employees, as well as information to organization to mantain a workplace with strong organizational culture.

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan memiliki visi, misi, serta tujuannya masing-masing. Hal

ini menjadi dasar bahwa setiap organisasi yang didirikan nantinya mempunyai

harapan kelak akan mengalami perkembangan yang pesat di dalam lingkup

kegiatannya dan menginginkan terciptanya produktivitas yang tinggi di dalam

pekerjaan. Namun pada masa krisis global seperti ini, banyak perusahaan

mengalami kelesuan dalam menjalankan kehidupan berorganisasi terlebih karena

perusahaan juga harus dihadapkan pada lingkungan bisnis yang terus berubah

sehingga hal ini akan menjadi tantangan bagi perusahaan tersebut (Brahmasari &

Siregar, 2009).

Perusahaan yang selalu dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti

ini disebabkan karena selalu terdapat perubahan selera dari para konsumen

maupun kehadiran perusahaan lain yang dapat menjadi pesaing bagi perusahaan

tersebut. Lingkungan bisnis dewasa ini yang tumbuh dan berkembang dengan

sangat dinamis, sangat memerlukan adanya sistem dalam perusahaan yang tidak

lagi berupa sistem tertutup (closed-system) tetapi menjadikan perusahaan sebagai suatu sistem yang terbuka (opened system) yang harus dapat merespon dan mengakomodasi berbagai perubahan eksternal dengan cepat dan efisien

(17)

2

Oleh karena itu perlu adanya usaha dari dalam perusahaan untuk tetap

mencapai berbagai tujuan organisasi dan mengembangkan diri serta

mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Kelangsungan hidup dan

pertumbuhan dari suatu perusahaan bukan hanya ditentukan dari keberhasilan

dalam mengelola keuangan yang berdasarkan pada kekuatan modal atau uang

semata, tetapi juga ditentukan dari keberhasilan perusahaan dalam mengelola

sumber daya manusia (Barney, 1991). Pengelolaan sumber daya manusia yang

dimaksudkan adalah perusahaan harus mampu menyatukan persepsi atau cara

pandang karyawan dan pimpinan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan

perusahaan secara bersama-sama (Brahmasari & Suprayetno, 2008).

Gibson, Ivancevich, & Donnely (1997) mengemukakan bahwa kinerja

organisasi bergantung pada kinerja individu, artinya perilaku anggota organisasi

baik secara individu maupun kelompok memberikan kekuatan atas kinerja

organisasi sebab motivasi individu akan berpengaruh terhadap kinerja organisasi.

Perilaku karyawan yang positif pada dasarnya akan memberikan kontribusi

kinerja yang lebih baik kepada organisasi dan salah satu faktor pembentuk

perilaku karyawan yang positif adalah karena ia memiliki emosi yang positif dan

bahagia saat bekerja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Boehm &

Lyubormirsky (2008) ditemukan bahwa perasaan yang positif dapat membawa

kesuksesan terhadap organisasi serta orang-orang yang bahagia akan merasa lebih

puas terhadap pekerjaan mereka dan melaporkan memiliki otonomi yang lebih

(18)

3

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Fisher (2010) ditemukan juga

bahwa individu merasa lebih bahagia ketika mereka percaya dapat memiliki

performa kerja yang lebih baik daripada performa kerja mereka yang dianggap

biasa. Karyawan yang merasa bahagia saat bekerja berhubungan dengan performa

inti dan kontekstual, kepuasan pelanggan, rasa aman, kehadiran kerja yang tinggi,

dan retensi. Terdapat juga hubungan yang kuat antara happiness at work dengan hasil kerja atau outcomes yang dihasilkan pekerja. Hal tersebut juga sejalan dengan apa yang dikatakan Jones (2010) bahwa happiness at work secara kuat dan konstan berhubungan dengan produktivitas karyawan. Happiness at work tidak harus selalu berkaitan dengan senantiasa tersenyum, berpikir positif, atau mood

positif yang permanen. Namun happiness at work dapat diidentifikasikan sebagai suatu pola pikir yang memungkinkan karyawan untuk memaksimalkan performa

dan meraih potensi mereka, yang dilakukan dengan menyadari tinggi rendahnya

perasaan bahagia tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain

(Jones, 2010).

Happiness at work akan memberikan efek positif bagi organisasi antara lain dapat memiliki produktivitas yang lebih besar dan berperilaku selayaknya

warga organisasi, dan lebih sedikit menarik diri dari pekerjaan (Lyubomirsky,

King, & Diener, 2005). Estrada, Isen, & Young (1994) juga menyatakan bahwa

karyawan yang bahagia juga memiliki outcome kerja yang luar biasa, mampu meningkatkan produktifitas perusahaan, dan memiliki kualitas kerja dan

(19)

4

Happiness at work tidak hanya terbentuk dari usaha karyawan semata namun adanya pengaruh dari organisasi sendiri seperti pemimpin, gaya

komunikasi dalam organisasi, rekan kerja, maupun budaya organisasi dapat

memberikan kontribusi dalam terciptanya rasa bahagia dalam diri karyawan

(Jones, 2010). Budaya organisasi memiliki konsep yang sama dengan budaya

perusahaan, dimana budaya perusahaan merupakan aplikasi dari budaya

organisasi terhadap badan usaha atau perusahaan. Kedua istilah ini sering

dipergunakan untuk maksud yang sama secara bergantian (Ndraha, 2003).

Membangun budaya perusahaan yang khas merupakan salah satu strategi

menciptakan happiness at work pada diri karyawan yang perlu diperhatikan oleh para manajer, perusahaan harus mempromosikan budaya kerja yang kuat dimana

pimpinan dan rekan kerja memiliku hubungan kerja yang kuat serta adanya

budaya saling menghargai dan menghormati antar setiap bagian di perusahaan

(Jones, 2010).

Turner (1992) menyatakan bahwa suatu budaya merupakan perangkat

yang sangat kuat yang akan mengarahkan perilaku para anggotanya, dimana suatu

budaya organisasi yang kuat akan memperlihatkan kesepakatan yang tinggi di

kalangan anggota organisasi mengenai apa yang dipertahankan oleh organisasi.

Sejalan dengan hal tersebut perilaku seluruh elemen individu di perusahaan yang

kuat akan menunjang happiness at work pada karyawan.

Teori “budaya kuat” menyatakan bahwa budaya organisasi yang kuat akan

meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan dalam jangka panjang, dengan teori ini

(20)

5

perusahaan (Boejoeng, 1995). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh

Porter, Lawler, & Hackman (1975) bahwa budaya organisasi adalah seperangkat

kebiasaan dan pola cara yang khas dalam melakukan sesuatu pekerjaan. Kekuatan,

kegunaan dan sifat organisasi, seperti nilai modal kepercayaan bervariasi dari satu

organisasi ke organisasi lainnya. Budaya organisasi yang kuat merupakan

perangkat yang sangat bermanfaat untuk mengarahkan perilaku, karena membantu

setiap anggota organisasi untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik (Turner,

1992).

Budaya organisasi mengacu pada suatu sistem yang diselenggarakan oleh

anggota-anggotanya yang membedakan organisasi yang satu dengan organisasi

lain. Suatu organisasi yang memiliki sejarah telah mengembangkan semacam

budaya, akan memiliki dampak yang penting dalam mencapai kesuksesan, dengan

setiap upaya untuk mengubah atau memperbaiki organisasi menjadi lebih baik

lagi (Porter, Lawler, & Hackman, 1975).

Suatu budaya yang terdapat dalam perusahaan harus dapat berperan efektif

bagi perusahaan sendiri dan seluruh elemen di dalam perusahaan. Hal ini

dibutuhkan guna membuat perusahaan semakin solid dan mampu memelihara

seluruh karyawan guna mengatasi segala perubahan lingkungan bisnis yang sangat

dinamis (Moeljono & Sudjatmiko, 2007). Seperti telah diuraikan sebelumnya

bahwa karyawan akan merasa bahagia saat bekerja ketika adanya suatu budaya

organisasi yang kuat dan efektif di dalam suatu perusahaan. Hal ini perlu

dilakukan agar tujuan perusahaan dapat terwujud dan perusahaan dapat terus

(21)

6

mengetahui bagaimana pengaruh antara budaya organisasi dengan happiness at work.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh budaya

organisasi terhadap happiness at work dan seberapa besar pengaruh budaya organisasi tersebut terhadap happiness at work yang dirasakan oleh para karyawan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh budaya

organisasi terhadap happiness at work yang dirasakan karyawan dan seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap happiness at work yang dirasakan karyawan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat:

a. Menguji teori atau memberikan bukti empiris tentang budaya organisasi dan

(22)

7

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya temuan di

dalam ilmu Psikologi khususnya bidang Psikologi Industri dan Organisasi

mengenai budaya organisasi dan happiness at work.

c. Hasil penelitian ini bisa bermanfaat untuk dijadikan bahan perbandingan bagi

penelitian-penelitian selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan budaya

organisasi dan happiness at work.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat:

a. Pada pihak perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi pimpinan

tentang gambaran budaya organisasi terhadap happiness at work yang dirasakan karyawan dan memberikan gambaran mengenai tingkat kuatnya budaya organisasi

dalam perusahaan tersebut dan tingkat happiness at work yang dirasakan oleh karyawan selama bekerja di perusahaan tersebut.

b. Pada penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan data empirik dari

budaya organisasi dan happiness at work yang dirasakan karyawan sehingga penelitian ini diharapkan untuk dapat dijadikan acuan untuk penelitian

(23)

8 E. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini menguraikan tentang tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam

pembahasan permasalahan. Memuat landasan teori tentang budaya organisasi dan

happiness at work.

Bab III : Metode Penelitian

Dalam bab ini dijelaskan tentang identifikasi variabel penelitian, definisi

operasional, populasi dan metode pengambilan sampel, jumlah sampel, metode

pengumpulan data, uji validitas dan uji daya beda aitem, uji reliabilitas alat ukur,

prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisa data penelitian.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum dan karakteristik dari subjek

penelitian serta cara analisa data dilakukan dengan menggunakan analisa statistik

dengan bantuan program SPSS versi 21.0 for windows. Selain itu, pada bab ini juga akan dibahas mengenai interpretasi data hasil penelitian beserta

pembahasan.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini kesimpulan dari hasil penelitian yang disusun berdasarkan analisa dan

interpretasi data serta dilengkapi dengan saran-saran bagi perusahaan dan bagi

(24)

9 BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Happiness at Work

1. Definisi Happiness at Work

Happiness at work dapat diidentifikasikan sebagai suatu pola pikir yang memungkinkan karyawan untuk memaksimalkan performa dan meraih potensi

mereka, yang dilakukan dengan menyadari tinggi rendahnya perasaan bahagia

tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010).

Diener & Diener (2008) menjabarkan bahwa happiness at work dapat diartikan sebagai perasaan antusias terhadap pekerjaan, bersemangat untuk datang

bekerja, memiliki hubungan yang baik dengan rekan kerja, menunjukkan saling

ketergantungan dengan orang lain atau bidang lain di tempat kerja, memiliki

performa kerja yang baik, dapat bergaul dengan karyawan lain, bersedia

meng-cover atau mau menggantikan jadwal kerja temannya ketika dibutuhkan, bekerja pada beberapa proyek sampingan yang bertujuan untuk meningkatkan tempat

kerja, produk, dan pelayanannya terhadap pekerjaan.

Sejalan dengan beberapa definisi happiness at work yang diungkapkan oleh beberapa tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa happiness at work

merupakan suatu perasaan antusias yang dirasakan karyawan terhadap pekerjaan

mereka sehingga memungkinkan karyawan untuk memaksimalkan performa

(25)

10 2. Indikator Happiness at Work

Diener & Diener (2008) menyatakan bahwa terdapat tiga tipe pekerja yaitu

job worker, career worker, dan calling worker. Dan pekerja yang merasa bahagia saat bekerja akan masuk kedalam tipe pekerja yang menganggap pekerjaannya

sebagai suatu panggilan (calling) dalam dirinya. Karyawan dengan calling orientation biasanya mencintai pekerjaan mereka, menganggap bahwa pekerjaan mereka adalah hal yang penting, dan memberikan kontribusi terhadap perusahaan.

Karyawan tersebut merasa tertarik dan tertantang oleh pekerjaan sehari-hari yang

dilakukan oleh mereka. Pekerja dengan calling orientation bukanlah seorang

pekerja yang “gila kerja” akan tetapi mereka mencintai pekerjaan mereka dan percaya pada apa yang mereka kerjakan serta mereka juga senang berlibur tetapi

senantiasa akan menikmati ketika kembali bekerja. Karyawan dengan calling orientation dicirikan sebagai berikut:

- Menikmati pekerjaan mereka.

- Termotivasi oleh rasa ingin berkontribusi terhadap organisasi.

- Merekomendasikan pekerjaan mereka.

- Berpikir tentang pekerjaan bahkan saat bukan pada jam kerja.

- Melakukan pekerjaan karena mendapat reward dari dalam dirinya sendiri. - Bekerja keras karena menemukan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan

(26)

11

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Happiness at Work

Terdapat faktor yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri karyawan

yang dapat membuat karyawan merasa bahagia saat bekerja (Jones, 2010), antara

lain:

Faktor dari dalam diri karyawan ke organisasi (from the in-outside) : a. Dapat meraih tujuan-tujuan yang dimiliki oleh karyawan tersebut.

b. Memiliki objektifitas terhadap pekerjaan.

c. Meningkatkan isu yang dianggap penting bagi karyawan.

d. Merasa aman saat bekerja.

Faktor dari kondisi organisasi terhadap diri karyawan (from the outside-in) : a. Merasa bahwa pendapatnya didengarkan oleh rekan kerja maupun pimpinan.

b. Menerima umpan-balik yang positif yang dapat membantu dalam

mengklarifikasi peran yang dimiliki, membuat karyawan merasa lebih baik,

memvalidasi hasil kerja karyawan, meningkatkan rasa untuk dapat mengontrol

pekerjaan dalam arti mampu bersikap profesional, mengurangi perasaan negatif

tentang politik organisasi, meningkatkan motivasi kerja, dan memperkuat

hubungan kerja antar rekan kerja maupun dengan pimpinan.

c. Merasa bahwa ia dihargai saat bekerja, yang artinya bahwa ia merasa bernilai

dan berharga karena apa adanya dirinya sendiri.

d. Dihargai dan diperlakukan secara baik oleh pimpinan.

Dari berbagai faktor yang dapat menciptakan happiness at work yang telah diuraikan di atas, maka dapat dilihat bahwa faktor yang berasal dari kondisi

(27)

12

pendapatnya ditanggapi oleh rekan kerja maupun pimpinan merupakan bagian

dari dimensi involvement dari budaya organisasi (Denison, Haalaand, & Goelzer, 2002). Hal ini memperlihatkan adanya hubungan budaya organisasi dengan

kebahagiaan saat bekerja yang dirasakan oleh karyawan di suatu perusahaan.

B.Budaya Organisasi

1. Definisi Budaya Organisasi

Budaya organisasi didefinisikan sebagai berbagai cara pikir, merasa, dan

bereaksi yang didasarkan pada pola-pola tertentu yang terdapat di dalam suatu

organisasi dan pada setiap bagian organisasi (Tosi, Rizzo, & Carrol, 2001).

Budaya organisasi dapat juga dijabarkan sebagai seperangkat sistem

nilai-nilai atau values, beliefs, asumsi-asumsi, atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota organisasi sebagai pedoman

perilaku dan pemecahan masalah-masalah dalam organisasi. Budaya organisasi

juga disebut sebagai budaya perusahaan, yaitu seperangkat nilai-nilai atau

norma-norma yang telah relatif lama berlaku, dianut bersama oleh para anggota

organisasi (karyawan) sebagai norma perilaku dalam menyelesaikan

masalah-masalah yang terdapat di dalam organisasi atau perusahaan (Kilmann, Saxton,

Mary, & Serpa, 1988). Dalam budaya organisasi terjadi sosialisasi nilai-nilai dan

nilai-nilai tersebut pada akhirnya menjadi terinternalisasi dalam diri karyawan,

(28)

13

bahwa budaya organisasi merupakan jiwa organisasi dan juga jiwa para anggota

organisasi (Kilmann, Saxton, Mary, & Serpa, 1988).

Kreitner & Kinicki (2003) juga menyatakan budaya organisasi sebagai

suatu wujud anggapan yang dimiliki karyawan, diterima secara implisit oleh

kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut merasakan,

memikirkan, dan bereaksi terhadap lingkungan yang beraneka ragam. Definisi ini

menyoroti tiga karakteristik budaya organisasi yang penting. Pertama, budaya

organisasi diberikan kepada para karyawan baru melalui proses sosialisasi. Kedua,

budaya organisasi mempengaruhi perilaku karyawan di tempat kerja. Ketiga,

budaya organisasi berlaku pada dua tingkat yang berbeda yakni bagi karyawan

baru maupun karyawan lama di perusahaan.

Sejalan dengan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa

budaya organisasi dapat dijabarkan sebagai seperangkat nilai-nilai atau

norma-norma yang telah relatif lama berlaku, dianut bersama oleh para anggota

organisasi (karyawan) sebagai norma perilaku dalam berperilaku di perusahaan

terutama dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terdapat di dalam

organisasi atau perusahaan.

2. Sumber-sumber Budaya Organisasi

Munandar (2001) mengatakan bahwa budaya organisasi terdiri dari :

a. Pengaruh eksternal yang luas.

Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau sebagian dapat

dikendalikan oleh organisasi, seperti: lingkungan alam dan berbagai kejadian

(29)

14

b. Nilai-nilai masyarakat dan budaya nasional.

Nilai-nilai yang ada di masyarakat dan budaya nasional mencakup berbagai

keyakinan dan nilai yang dominan dari masyarakat luas.

c. Unsur-unsur khas dari organisasi.

Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya dalam usaha mengatasi

masalah-masalah internal maupun eksternal yang timbul dalam organisasi.

Keberhasilan dalam mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi

tumbuhnya budaya organisasi, seperti dalam menghadapi kesulitan usaha, biaya

produksi yang terlalu tinggi, dan lain sebagainya.

3. Dimensi Budaya Organisasi

Denison berpendapat bahwa ada empat dimensi budaya organisasi, yaitu:

involvement (keterlibatan), consistency (konsistensi), adaptability (adaptabilitas), dan mission (misi) (Denison, Haaland, & Goelzer, 2002).

1. Involvement (Keterlibatan)

Involvement adalah dimensi budaya organisasi yang menujukkan tingkat partisipasi karyawan (anggota organisasi) dalam pengambilan keputusan.

Organisasi yang efektif memberdayakan masyarakat, membangun organisasi

mereka di sekitar tim, dan mengembangkan kemampuan manusia di semua

tingkatan (Denison, Haaland, & Goelzer, 2002). Eksekutif, manajer, dan

karyawan berkomitmen untuk pekerjaan mereka dan merasa bahwa mereka

memiliki sebagian dari organisasi. Orang-orang di semua tingkatan merasa bahwa

(30)

15

keputusan yang akan mempengaruhi pekerjaan mereka dan bahwa pekerjaan

mereka terhubung langsung dengan tujuan dari organisasi.

2. Consistency (Konsistensi)

Consistency menunjukkan tingkat kesepakatan anggota organisasi terhadap asumsi dasar dan nilai-nilai organisasi (Denison, Haaland, & Goelzer, 2002).

Organisasi juga cenderung efektif karena memiliki budaya "kuat" yang sangat

konsisten, terkoordinasi, dan terintegrasi dengan baik. Perilaku karyawan dalam

organisasi berakar dari seperangkat nilai-nilai inti perusahaan, pemimpin dan

karyawan akan tetap mencapai suatu kesepakatan bahkan ketika terdapat beragam

sudut pandang.

3. Adaptability (Adaptabilitas)

Adaptability adalah kemampuan organisasi dalam merespon perubahan-perubahan lingkungan eksternal dengan melakukan perubahan internal pada organisasi

(Denison, Haaland, & Goelzer, 2002). Namun terkadang organisasi yang

terintegrasi dengan baik yang paling sering sulit untuk berubah. Integrasi internal

dan adaptasi eksternal sering dapat bertentangan dalam organisasi itu sendiri.

Adaptasi organisasi didorong oleh pelanggan mereka dan melihat dari pengalaman

dalam menciptakan perubahan. Organisasi terus merubah sistem sehingga

organisasi dapat memperbaiki kemampuan kolektif organisasi untuk memberikan

nilai bagi para pelanggan.

4. Mission (Misi)

(31)

16

penting oleh organisasi (Denison, Haaland, & Goelzer, 2002). Organisasi yang

sukses memiliki tujuan yang jelas dan arah yang mendefinisikan tujuan organisasi

serta mengungkapkan visi tentang bagaimana organisasi akan terlihat di masa

depan. Ketika perubahan misi yang mendasari organisasi terjadi, perubahan juga

terjadi pada aspek lain dari budaya organisasi.

4. Fungsi Budaya Organisasi

Robbins (2001) menjabarkan beberapa fungsi dari budaya organisasi yaitu

sebagai berikut : Pertama, budaya organisasi berperan sebagai pembeda yang mampu membedakan satu organisasi dengan organisasi lain. Kedua, budaya organisasi memberikan suatu identitas diri bagi anggota organisasi tersebut.

Ketiga, budaya organisasi memudahkan pertumbuhan komitmen pada hal yang bersifat lebih meluas daripada hanya sebatas pada kepentingan individual dari

para anggota semata. Keempat, budaya organisasi semakin memberi kemantapan terhadap sistem sosial yang ada. Gordon (1993) juga menyatakan bahwa budaya

organisasi dalam hubungannya dengan segi sosial berfungsi sebagai perekat sosial

yang membantu mempersatukan organisasi dengan memberikan standar-standar

yang tepat atas apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan.

Akhirnya, budaya organisasi berfungsi sebagai mekanisme yang menciptakan

makna dan kendali atas sikap serta perilaku para karyawan.

Budaya organisasi yang kuat meletakkan kepercayaan-kepercayaan,

tingkah laku, dan cara melakukan sesuatu dalam organisasi. Oleh sebab itu,

(32)

17

mencerminkan apa yang dilakukan dalam perusahaan (Pastin, 1986). Terdapat

juga empat fungsi budaya organisasi bagi perusahaan maupun karyawannya

menurut Kreitner & Kinicki (2003), yaitu Pertama, memberikan identitas organisasi kepada karyawannya. Kedua, memudahkan kolektif karyawan.Ketiga,

mempromosikan stabilitas sistem sosial. Keempat, membentuk perilaku dengan membantu manajer merasakan keberadaan budaya tersebut.

5. Manifestasi dari Budaya Organisasi

Tosi, Rizzo, & Carrol (1994) menyatakan terdapat beberapa konsep,

makna, serta pesan yang mencerminkan budaya organisasi yang dapat ditemukan

dalam praktek-praktek organisasi, seperti :

a. Rancangan Organisasi

Bergantung pada nilai-nilai utama dari budaya organisasi yang dianut maka

rancangan organisasi ini nantinya akan berbentuk suatu struktur organisasi

sehingga para karyawan tidak perlu lagi diawasi secara ketat, pengambilan

keputusan dalam perusahaan lebih decentralised, dan akan didapatkan nilai-nilai organisasi yang dianggap penting.

b. Strategi Seleksi dan Sosialisasi

Organisasi akan menyeleksi calon karyawan yang menganut nilai-nilai utama

dalam dirinya yang sama dengan nilai-nilai utama perusahaan.

c. Pembedaan Kelas

Pembedaan kelas mengacu pada daya dan status yang dimiliki

(33)

18

organisasi. Pembedaan yang muncul biasanya berupa pembedaan hierarki dalam

organisasi yang dapat dilihat dari wewenang yang berbeda dan diberikan kepada

setiap lapisan yang berbeda dalam organisasi tersebut.

d. Ideologi

Budaya organisasi terbentuk dalam ideologi yang dimiliki bersama oleh anggota

organisasi. Ideologi membantu para anggota organisasi memberikan makna pada

setiap keputusan yang dihasilkan.

e. Mitos dan simbol-simbol

Mitos dan simbol-simbol yang terbentuk dari budaya organisasi seperti ruang

kerja pimpinan dalam perusahaan yang lebih besar dari ruang kerja karyawan

lainnya.

f. Bahasa

Dalam setiap organisasi terdapat kata-kata yang merupakan kata yang khas dari

organisasi yang tidak dikenal oleh orang yang bukan anggota organisasi tersebut,

selain itu terdapat juga gaya bahasa yang khas yang terdapat dalam organisasi

tersebut.

g. Ritual dan Upacara

Terdapat berbagai ritual ataupun seperti upacara yang terdapat dalam suatu

organisasi, contohnya acara makan siang bersama bagi setiap manajer di awal

(34)

19

C.Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Happiness at Work

Budaya organisasi merupakan seperangkat kebiasaan dan pola cara khas

dalam melakukan sesuatu yang dapat dijadikan pedoman bagi karyawan (Porter,

Lawler, & Hackman; 1975). Turner (1992) menyatakan bahwa suatu budaya

organisasi yang kuat akan memperlihatkan kesepakatan yang tinggi antar anggota

organisasi mengenai apa yang dipertahankan oleh organisasi tersebut, dan budaya

organisasi yang kuat bermanfaat untuk mengarahkan perilaku para anggotanya

karena membantu setiap anggota organisasi untuk melakukan pekerjaan yang

lebih baik.

Budaya organisasi sangat berperan penting bagi kemajuan suatu

organisasi. Budaya organisasi yang kuat dan positif sangat berpengaruh terhadap

perilaku dan efektivitas kinerja perusahaan sebagaimana dinyatakan oleh Deal &

Kennedy (1982). Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Deal sebelumnya,

Sutrisno (2011) juga merangkum berbagai peranan budaya organisasi yang ada

yaitu bahwa budaya organisasi yang benar-benar dikelola sebagai alat manajemen

akan berpengaruh dan menjadi pendorong bagi karyawan untuk berperilaku

positif, dedikatif, dan produktif.

Miller (1984) menyatakan bahwa perusahaan yang efektif adalah

perusahaan yang membudayakan nilai-nilai primer yang diperlukan untuk

kepentingan operasi perusahaan, yaitu asas-asas tujuan, konsensus, keunggualan,

prestasi, empiris, kesatuan, keakraban, dan integritas dalam organisasi tersebut.

(35)

20

trait spesifik dari suatu budaya yang dapat menjadi prediktor yang berguna bagi peningkatan performa dan efektivitas kerja karyawan (Denison & Mishra, 1995).

Hatch & Schultz (2007) juga menyatakan bahwa budaya organisasi sangat

dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan dalam menjabarkan mengenai

perkembangan dan penetapan identitas organisasi. Identitas mencakup bagaimana

kita menjabarkan dan menghayati diri kita sendiri dan hal tersebut akan

berpengaruh pada berbagai aktivitas dan beliefs yang kita anut dalam diri kita yang telah tertanam dan dibenarkan oleh asumsi budaya dan nilai-nilai budaya

tersebut. Apa yang menjadi perhatian mengenai diri kita dan bagaimana cara

menjabarkan bagaimana diri kita dengan begitu akan membentuk identitas dalam

gambaran kita mengenai budaya yang kita anut. Budaya perusahaan yang kuat akan mengarahkan perilaku karyawan, dimana suatu budaya perusahaan yang kuat

memperlihatkan kesepakatan yang tinggi di kalangan anggota organisasi tentang

apa saja yang dipertahankan oleh organisasi (Turner, 1992).

Membangun budaya perusahaan yang khas merupakan salah satu strategi

menciptakan happiness at work pada diri karyawan yang perlu untuk diperhatikan oleh para manajer, perusahaan harus mempromosikan budaya kerja yang kuat

dimana tujuan dan nilai-nilai manajer sejajar di semua bagian pekerjaan (Markos

& Sridevi, 2010). Ketika budaya organisasi di suatu perusahaan kuat maka

ditemukan bahwa adanya konsistensi termasuk terdapat tingkat kesepakatan yang

tinggi pada karyawan dan pimpinan tentang bagaimana asumsi dasar dan

nilai-nilai organisasi, kesepakatan ini diperoleh ketika seluruh rekan kerja dan

(36)

21

sehingga kesatuan semacam itu membina kekohesifan, kesetiaan, rasa bahagia,

dan komitmen organisasi yang dimiliki oleh karyawan (Robbins, 2006).

Karyawan yang dihargai dan diperlakukan secara baik oleh pimpinan dan merasa

bahwa ia bernilai dan berharga merupakan salah satu peran dari budaya organisasi

yaitu menjadi penyatu organisasi (Wirawan, 2007). Budaya organisasi juga dapat

berperan dalam meningkatkan motivasi kerja bagi karyawan sehingga karyawan

merasa bahagia saat bekerja (Wirawan, 2007).

Weiten & Lloyd (2006) mengatakan bahwa kenyataan yang bersifat

objektif tidak akan sama pentingnya dengan perasaan subjektif. Dengan kata lain,

pekerjaan yang dimiliki seseorang tidak akan sama penting pengaruhnya jika

dibandingkan dengan bagaimana perasaan dan apa yang ia rasakan terhadap

pekerjaannya. Oleh sebab itulah penting bagi pekerja untuk dapat merasa bahagia

saat bekerja.

Kebahagiaan saat bekerja lebih dalam dari kepuasan kerja. Pengukuran

yang komprehensif pada level individual dalam mengukur kebahagiaan saat

bekerja melibatkan work engagement, kepuasan kerja, dan komitmen pada organisasi (Fisher, 2010). Perusahaan perlu menimbulkan dan menjaga rasa

bahagia saat bekerja dalam diri karyawan mereka karena hal tersebut akan

membawa banyak dampak positif bagi perusahaan sendiri, seperti yang dikatakan

oleh Diener & Diener (2008) bahwa pekerja yang bahagia adalah seorang yang

bersemangat untuk pergi bekerja, antusias akan pekerjaan mereka, menunjukkan

sikap saling ketergantungan dengan karyawan lain, memiliki performa kerja yang

(37)

22

ketika diperlukan, dan bekerja pada beberapa bagian yang bertujuan untuk

meningkatkan organisasi, produk, maupun pelayanan mereka. Kebahagiaan juga

diartikan sebagai kondisi yang lebih kreatif saat bekerja. Karyawan yang bahagia

akan menghasilkan ide-ide segar yang lebih baik untuk merubah produk dan

pelayanan organisasi agar bisa meraih tujuan-tujuan penting yang dimiliki

perusahaan (Diener & Diener, 2008).

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti memiliki hipotesis bahwa

terdapat pengaruh positif budaya organisasiterhadap happiness at work. Hipotesis di atas mengandung pengertian bahwa budaya organisasi dapat menaikkan

(38)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut

cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data, dan pengambilan

kesimpulan hasil penelitian (Hadi, 2000).

A.Identifikasi Variabel Penelitian

Identifikasi variabel penelitian merupakan langkah penetapan variabel-variabel

utama yang menjadi fokus dalam penelitian serta penentuan fungsinya

masing-masing (Azwar, 2000). Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan

hipotesis penelitian maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel terikat (dependent) : Happiness at Work

2. Variabel bebas (independent) : Budaya Organisasi

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Happiness at Work

Happiness at work atau kebahagiaan saat bekerja dapat diartikan sebagai suatu perasaan antusias karyawan terhadap pekerjaan dalam suatu organisasi dan

karyawan menemukan reward dari pekerjaan mereka sehingga memungkinkan karyawan untuk memaksimalkan performa mereka dalam bekerja. Happiness at work diukur dengan skala happiness at work berdasarkan indikator kebahagiaan dari Diener & Diener (2008) yaitu bersifat karyawan menikmati pekerjaan,

(39)

24

pekerjaan mereka, karyawan memikirkan pekerjaan, dan karyawan melakukan

pekerjaan karena memperoleh reward dari pekerjaan tersebut. Tingkat happiness at work dapat dilihat dari skor nilai yang diperoleh seseorang dari skala tersebut. Semakin tinggi nilai skala happiness at work yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula nilai happiness at work. Demikian sebaliknya semakin rendah nilai skala happiness at work maka semakin rendah happiness at work yang dimiliki seseorang.

2. Budaya Organisasi

Budaya organisasi dapat dijabarkan sebagai seperangkat nilai-nilai atau

norma-norma yang telah relatif lama berlaku, dianut bersama oleh para anggota

organisasi (karyawan) sebagai norma perilaku terutama dalam menyelesaikan

masalah-masalah yang terdapat di dalam organisasi atau perusahaan. Budaya

organisasi diukur dengan memakai skala yang disusun berdasarkan dimensi

budaya organisasi yang dikemukakan oleh Denison, Haaland, & Goelzer (2002)

yaitu: involvement (keterlibatan), consistency (konsistensi), adaptability

(adaptabilitas), dan mission (misi). Tingkat budaya organisasi dapat dilihat dari skor nilai yang diperoleh seseorang dari skala tersebut. Semakin tinggi nilai

budaya organisasi maka semakin kuat budaya organisasi dalam perusahaan

tersebut. Dan sebaliknya semakin rendah nilai skala budaya organisasi maka

(40)

25 C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang

ingin diteliti (Sugiarto, Siagian, Sunaryanto, & Oetomo, 2003). Populasi dari

penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja di perusahaan asuransi AJB

Bumiputera 1912 Kantor Wilayah Medan yang berjumlah 240 orang. Mengingat

keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti

hanya meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subjek

penelitian, atau yang dikenal dengan nama sampel. Menurut Sugiarto, Siagian,

Sunaryanto, & Oetomo (2003) sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang

dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat

mewakili populasinya. Selanjutnya Hadi (2000), syarat utama dalam penelitian

harus dapat mencerminkan keadaan populasinya. Dalam istilah teknik statistik

dikatakan, sampel harus merupakan populasi dalam bentuk kecil. Adapun

karakteristik sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Pria maupun wanita yang bekerja di asuransi AJB Bumiputera 1912

Kantor Wilayah Medan.

b. Telah bekerja minimal 2 tahun di asuransi AJB Bumiputera 1912 Kantor

Wilayah Medan.

2. Metode Pengambilan Sampel

(41)

26

harus digunakan teknik pengambilan sampel yang benar. Penelitian ini merupakan

penelitian yang memakai non-probability sampling, dimana non-probability sampling adalah teknik yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Salah satu

teknik non-probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

incidental sampling dimana peneliti akan mengambil data dari subjek manapun yang ditemui peneliti sepanjang subjek tersebut memenuhi kriteria penelitian

(Azwar, 2013).

3. Jumlah Sampel

Menurut Azwar (2000), secara tradisional statistika menganggap bahwa

jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. Dalam penelitian

ini, jumlah sampel yang dipakai yaitu 120 orang.

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah

dengan memakai metode skala Likert. Nilai skala setiap pertanyaan diperoleh dari

jawaban subjek yang menyatakan mendukung (favourable) atau yang tidak mendukung (unfavourable).

1. Skala Happiness at Work

(42)

27

indikator kebahagiaan dari Diener & Diener (2008). Skala ini bertujuan untuk

mengungkapkan seberapa besar rasa bahagia saat bekerja yang dirasakan seorang

karyawan di perusahaan. Skala ini dibuat berdasarkan indikator kebahagiaan saat

bekerja dari Diener & Diener (2008) yaitu bersifat karyawan menikmati

pekerjaan, karyawan ingin berkontribusi terhadap pekerjaan, karyawan

merekomendasikan pekerjaan mereka, karyawan memikirkan pekerjaan, dan

karyawan melakukan pekerjaan karena memperoleh reward dari pekerjaan tersebut.

Model skala happiness at work ini menggunakan skala Likert yang berbentuk tipe pilihan dan tiap butir diberi lima pilihan jawaban. Untuk butir

favourable, jawaban “SS (Sangat Sesuai)” diberi nilai 5, jawaban “S (Sesuai)”

diberi nilai 4, jawaban “N (Netral)” diberi nilai 3, jawaban “TS (Tidak Sesuai)” diberi nilai 2, dan jawaban “STS (Sangat Tidak Sesuai)” diberi nilai 1. Subjek lalu

diminta untuk memilih salah satu dari kelima alternatif jawaban yang telah

tersedia dan yang paling sesuai atau tepat dengan keadaan atau yang subjek

(43)

28

Tabel 1. Distribusi Aitem-aitem Skala Happiness at Work Sebelum Uji Coba

No

Indikator happiness at work

Favourable Unfavourable Total (%)

1 Individu menikmati

Pengambilan data budaya organisasi dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan skala budaya organisasi. Skala ini merupakan skala psikologis yang

(44)

29

budaya organisasi yang dikemukakan oleh Denison, Haaland, & Goelzer (2002).

Skala ini bertujuan untuk mengungkapkan seberapa kuat budaya organisasi atau

seberapa melekat budaya organisasi dalam perusahaan tersebut di dalam diri

setiap karyawan. Skala ini dibuat berdasarkan dimensi budaya organisasi dari

Denison, Haaland, & Goelzer (2002) yaitu bersifat involvement (keterlibatan),

consistency (konsistensi), adaptability (adaptabilitas), dan mission (misi). Model skala budaya organisasi ini menggunakan skala Likert yang berbentuk tipe pilihan

dan tiap butir diberi lima pilihan jawaban. Untuk butir favourable, jawaban “SS

(Sangat Sesuai)” diberi nilai 5, jawaban “S (Sesuai)” diberi nilai 4, jawaban “N (Netral)” diberi nilai 3, jawaban “TS (Tidak Sesuai)” diberi nilai 2, dan jawaban “STS (Sangat Tidak Sesuai)” diberi nilai 1. Subjek lalu diminta untuk memilih salah satu dari kelima alternatif jawaban yang telah tersedia dan yang paling

sesuai atau tepat dengan keadaan atau yang subjek rasakan.

Tabel 2. Distribusi Aitem-aitem Skala Budaya Organisasi Sebelum Uji Coba

No

Aspek budaya organisasi

Favourable Unfavourable Total (%)

1 Involvement 1,2,3 4 4 25

2 Consistency 5,6,7 - 3 25

3 Adaptability 8,9,10 11,12,13 6 25

4 Mission 14,15,16 - 3 25

(45)

30 E. Uji Instrumen Penelitian

1. Validitas Alat Ukur

Validitas didefinisikan sebagai ketetapan dan kecermatan alat ukur

menjalankan fungsi pengukuran. Suatu alat ukut atau pengumpul data dikatakan

valid adalah alat ukur memberikan hasil pengukuran yang sesuai dengan maksud

dan tujuan diadakan pengukuran (Azwar, 2013). Penelitian ini menggunakan face validity, dan content validity.

Face validity adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan

(appearance) tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur, maka dapat dikatakan bahwa

face validity telah terpenuhi. Content validity berkaitan dengan aitem-aitem alat ukur sesuai dengan apa yang akan di ukur.

Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan

terhadap aitem total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara

mengkorelasikan antara skor aitem dengan skor total aitem. Dalam penentuan

layak atau tidaknya suatu aitem yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji

signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0.05, artinya suatu aitem

dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total. Atau jika

melakukan penilaian langsung terhadap koefisien korelasi, bisa digunakan batas

nilai minimal korelasi 0.30. Menurut Azwar (2000) semua item yang mencapai

(46)

31

korelasi atau uji validitas yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment.

2. Reliabilitas Alat Ukur

Konsep dari reliabilitas alat ukur adalah untuk mencari dan mengetahui

sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Reliabel dapat dikatakan

kepercayaan, keandalan, keajaiban, kestabilan, dan konsistensi. Hasil pengukuran

dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap

kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama selama aspek

dalam diri subyek yang diukur memang belum berubah (Azwar, 1992). Teknik

yang digunakan untuk pengukuran reliabilitas alat ukur penelitian ini adalah

teknik koefisien Alpha Cronbach. Untuk menguji reliabilitas ini menggunakan bantuan program SPSS versi 21.0 for Windows.

3. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem pernyataan untuk melihat sejauh mana butir

pernyataan mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang

memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan

dalam analisis butir pernyataan ini adalah dengan memilih aitem-aitem pernyataan

yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Atau dengan kata

lain, memilih butir pernyataan yang mengukur hal yang sama dengan apa yang

diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 2000). Pengujian daya beda butir

(47)

32

skor pada setiap butir pernyataan dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu skor

total tes itu sendiri dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien korelasi item total yang dikenal dengan indeks daya beda butir pernyataan (Azwar, 2000). Uji daya

beda aitem pernyataan ini akan dilakukan pada alat ukur dalam penelitian ini,

yaitu skala happiness at work dan skala budaya organisasi.

Besarnya koefisien korelasi aitem total bergerak dari 0 sampai dengan 1.00

dengan nilai positif dan negatif. Semakin baik daya diskriminasi aitem maka

koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1.00 (Azwar, 2000). Batasan nilai

indeks daya beda item dalam penelitian ini adalah 0.3, sehingga setiap aitem yang

memiliki harga kritis ≥ 0.3 sajalah yang akan digunakan dalam pengambilan data

yang sebenarnya.

F. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Uji Reliabilitas Alat Ukur

Sarjono, Haryadi, & Julianita (2011) menyatakan bahwa suatu kuesioner

atau skala penelitian dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha > 0.6. Berikut

adalah nilai Cronbach’s Alpha dari tiap skala setelah dilakukan uji coba.

a. Skala happiness at work memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.89. b. Skala budaya organisasi memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.91.

Dari hasil uji reliabilitas yang telah dipaparkan di atas maka dapat dilihat tingkat

(48)

33 2. Uji Validitas dan Uji Daya Beda Aitem a. Skala Happiness at Work

Hasil analisis skala happiness at work menunjukkan bahwa dari 30 aitem terdapat 22 aitem yang layak digunakan untuk mengukur happiness at work. Ada 8 aitem yang gugur (daya beda aitem lebih kecil dari 0.3) yaitu aitem nomor 4, 14,

16, 17, 18, 21, 23, dan 27. Hasil uji daya beda aitem ini menggunakan batasan rix

≥ 0.30. Koefisien korelasi item total bergerak dari 0.320 sampai 0.662.

Tabel 3. Distribusi Aitem-aitem Skala Happiness at Work Setelah Uji Coba No Indikator happiness at work Favourable Unfavourable Total

1 Individu menikmati

pekerjaan bahkan di luar jam

(49)

34 b. Skala Budaya Organisasi

Hasil analisis skala budaya organisasi menunjukkan bahwa dari 16 item terdapat

12 aitem yang layak digunakan untuk mengukur budaya organisasi. Ada 4 aitem

yang gugur (daya beda aitem lebih kecil dari 0.3) yaitu aitem nomor 4,9,10, dan

15. Hasil uji daya beda aitem ini menggunakan batasan rix ≥ 0.30. Koefisien

korelasi aitem total bergerak dari 0.467 sampai 0.770.

Tabel 4. Distribusi Aitem-aitem Skala Budaya Organisasi Setelah Uji Coba

No Aspek budaya organisasi Favourable Unfavourable Total

1 Involvement 1,2,3 - 3

2 Consistency 4,5,6 - 3

3 Adaptability 7 8,9,10 4

4 Mission 11,12 - 2

Total 9 3 12

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini memiliki prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya yang

terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap

(50)

35 1. Tahap Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian dilakukan peneliti dengan:

a. Pembuatan alat ukur

Alat ukur dibuat oleh peneliti berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan

sebelumnya. Ada dua buah skala yang dibuat, yaitu skala budaya organisasi dan

skala happiness at work yang nantinya akan dibentuk seperti sebuah buku untuk memudahkan subjek penelitian memberikan jawabannya.

b. Uji coba alat ukur

Uji coba alat ukur penelitian dilakukan di Asuransi AJB Bumiputera 1912 Kantor

Wilayah Medan. Subjek pada uji coba ini berjumlah 90 orang dan semuanya

memenuhi kelengkapan pengisian skala, sehingga dapat digunakan. Perhitungan

vaiditas, reliabilitas, dan daya diskriminasi aitem menggunakan SPSS version 21.0 for Windows.

c. Revisi alat ukur

Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur, peneliti menguji daya beda aitem,

validitas dan reliabilitas kedua skala dengan menggunakan bantuan aplikasi

komputer SPSS version 21.0 for Windows. Setelah diketahui aitem-aitem mana saja yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya, peneliti mengambil aitem-aitem

yang sesuai untuk dijadikan aitem-aitem dalam skala.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah dilakukan uji coba dan revisi, maka dilaksanakan penelitian. Sebelum

menyebarkan skala, peneliti mencari subyek penelitian yang sesuai dengan

(51)

36 3. Tahap Pengolahan Data

Setelah diperoleh data dari masing-masing subyek penelitian, maka untuk

pengolahan data selanjutnya, diolah dengan menggunakan paket SPSS for windows 21.0 version.

H. Metode Analisa Data 1. Metode Analisa Data

Azwar (2000) menyatakan bahwa pengolahan data penelitian yang sudah

diperoleh dimaksudkan sebagai suatu cara mengorganisasikan data sedemikian

rupa sehingga dapat dibaca dan dapat diinterpretasikan. Data dalam penelitian

akan dianalisa dengan analisa statistik yang bekerja dengan angka–angka, bersifat objektif, dan universal. Penelitian ini menggunakan metode analisa data

inferensial, yaitu penarikan kesimpulan berdasarkan hubungan atau komparasi

dari dua buah variabel. Teknik inferensial yang akan digunakan adalah statistika

parametrik dengan menggunakan teknik analisa regresi sederhana. Seluruh analisa

data pada penelitian ini akan dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer, yaitu

program SPSS 21.0 for windows. Sebelum dilakukan analisa data terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap hasil penelitian yang meliputi uji normalitas dan uji

linearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk menguji apakah data yang

(52)

37

dilakukan untuk membuktikan bahwa data semua variabel yang berupa skor–skor yang diperoleh dari hasil penelitian tersebar sesuai dengan kaidah normal. Pada

penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan QQ-plots dengan

bantuan program komputer SPSS version 21.0 for Windows.

b. Uji Linearitas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah data pada variabel bebas

mempunyai hubungan yang linier dengan data pada variabel tergantung. Uji

(53)

38 BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Pembahasan

akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan

dengan analisa dan interpretasi data penelitian.

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Penelitian ini secara keseluruhan melibatkan 120 orang subjek yang

merupakan karyawan perbankan. Pada awalnya peneliti menyebar 160 skala, akan

tetapi peneliti hanya mengolah data dari 120 responden karena sebanyak 40

responden tidak mengembalikan skala penelitian. Berikut ini gambaran umum

subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, dan masa kerja..

1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat

pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (N)

1 Laki-laki 49

2 Perempuan 71

Total 120

Dari tabel 5 dilihat bahwa jumlah subjek laki laki lebih banyak dari subjek

perempuan. Subjek laki laki berjumlah 49 orang sedangkan subjek perempuan

(54)

39 2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian dikategorisasikan

berdasarkan tahap perkembangan menurut Hurlock (1980) yaitu masa dewasa

awal dengan usia 21-40 tahun dan masa dewasa madya dengan usia 41-60 tahun.

Tabel 6. Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia

No Usia Kategori Tahap Perkembangan Jumlah (N)

1 21-40 Tahun Dewasa awal 63

2 41-60 Tahun Dewasa madya 57

Total 120

Dari tabel 6 dilihat bahwa jumlah subjek terbanyak berada pada rentang usia

21-40 yaitu sebanyak 63 orang. Dan yang berada dalam rentang usia 41-60 yaitu

sebanyak 57 orang.

3. Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja

Berdasarkan masa kerja, penyebaran subjek penelitian dikategorisasikan

berdasarkan teori Morrow dan Mcelroy (1986) terdiri 3 tahap, tahap pertama

(55)

40

Tabel 7. Penyebaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja

No Masa Kerja Kategori Tahapan Masa Kerja Jumlah (N)

1 Kurang dari 2 Tahun Establishment stage 0

2 2-10 Tahun Advancement stage 71

3 Lebih dari 10 Tahun Maintenance stage 49

Total 120

Dari tabel 7 dilihat bahwa jumlah subjek terbanyak memiliki masa kerja antara 2

sampai 10 tahun yang berada dalam advancement stage yaitu 71 orang, selanjutnya subjek yang memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun (maintenance stage) berjumlah 49 orang.

B.Uji Asumsi

Sebelum data data yang terkumpul dianalisa, terlebih dahulu dilakukan uji

asumsi yang meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi

secara normal dalam kurva sebaran normalitas. Hasil uji normalitas menggunakan

(56)

41

Hasil uji normalitas dengan normal QQ plots dapat dilihat dalam grafik berikut :

Grafik 1. Uji Normalitas Happiness at Work

Dari grafik 1 dilihat bahwa titik-titik nilai data happiness at work kurang lebih dalam suatu garis lurus. Hal ini menunjukan bahwa data happiness at work

berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Grafik 2. Uji Normalitas Budaya Organisasi

Dari grafik 2 dilihat bahwa titik-titik nilai data budaya organisasi kurang lebih

dalam suatu garis lurus. Hal ini menunjukan bahwa data budaya organisasi berasal

Gambar

Tabel 1. Distribusi Aitem-aitem Skala Happiness at Work Sebelum Uji Coba
Tabel 2. Distribusi Aitem-aitem Skala Budaya Organisasi Sebelum Uji Coba
Tabel 3. Distribusi Aitem-aitem Skala Happiness at Work Setelah Uji Coba
Tabel 4. Distribusi Aitem-aitem Skala Budaya Organisasi Setelah Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data menunjukkan adanya pengaruh positif antara Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan, maka perlu diperhatikan atau

Beberapa karyawan juga memiliki nilai yang buruk dalam bekerja seperti terkadang berbicara tidak sopan baik dengan rekan kerja yang senior maupun dengan konsumen pada saat

Budaya organisasi yang kuat berpengaruh terhadap organizational outcomes, seperti: kinerja yang baik, perilaku organisasi karyawan positif, kontrak psikologis antar

Saran penelitian ini adalah: 1) Dalam perekrutan karyawan, perlu dipastikan bahwa karyawan yang direkrut adalah yang mempunyai motivasi yang kuat untuk bekerja, hal ini bisa

bersemangat dalam bekerja, seperti karyawan yang tidak masuk kerja dan datang terlambat, adanya sebagian karyawan yang kurang berorientasi terhadap hasil sehingga pada

Salah satu faktor yang penting dari lingkungan kerja yang dapat memberikan semangat dalam bekerja adalah penerangan yang baik. Karyawan yang terlibat dalam pekerjaan

Gaji yang saya terima memotivasi saya untuk berbuat yang terbaik terhadap KAP tempat saya bekerja.. Saya merasa puas dengan bidang pekerjaan saya

Pimpinan juga tidak mempercayai akan kemampuan yang dimiliki karyawan baru, sehingga saat ada pekerjaan yang sulit pimpinan memberikan pekerjaan tersebut kepada karyawan