• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE CORRELATON OF SCHOOL CLIMATE AND FEASIBILITY OF INFRASTRUCTURE FACILITIES TOWARD TEACHER PERFORMANCE AT SENIOR HIGH SCHOOLS IN THE DISTRICT OF PESISIR BARAT YEAR 2013 HUBUNGAN IKLIM SEKOLAH DAN KELAYAKAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA GURU PADA SMA D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "THE CORRELATON OF SCHOOL CLIMATE AND FEASIBILITY OF INFRASTRUCTURE FACILITIES TOWARD TEACHER PERFORMANCE AT SENIOR HIGH SCHOOLS IN THE DISTRICT OF PESISIR BARAT YEAR 2013 HUBUNGAN IKLIM SEKOLAH DAN KELAYAKAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA GURU PADA SMA D"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE CORRELATON OF SCHOOL CLIMATE AND FEASIBILITY OF INFRASTRUCTURE FACILITIES TOWARD TEACHER

PERFORMANCE AT SENIOR HIGH SCHOOLS IN THE DISTRICT OF PESISIR BARAT

YEAR 2013

By RODI SATRIA

This research aims to identify and analyze the correlation: 1) the school climate with teacher performance, 2) feasibility infrastructure with teacher performance, 3) school climate and feasibility infrastructure simultaneously with the performance of high school teachers in the District of the Pesisir Barat.

The method used is an ex post facto with analyzed using correlation. Cluster Sampling is used for sampling research. Meanwhile the determination of the sample obtained using Taro Yamane formula, which is a total of 106 teachers from the 145 teachers who teach in high schools in the District of the Pesisir Barat. Data were obtained through a questionnaire and analyzed using correlation. The results showed that: 1) there is a positive and significant correlation between school climate with teacher performance, 2) there is a positive and significant correlation between the feasibility of the infrastructure with the performance of teachers, 3) there is a positive and significant correlation between school climate and infrastructure feasibility simultaneously the performance of teachers at senior high schools in the District of the Pesisir Barat.

(2)

ABSTRAK

HUBUNGAN IKLIM SEKOLAH DAN KELAYAKAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA GURU PADA SMA

DI KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN 2013

Oleh RODI SATRIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan : 1) iklim sekolah dengan kinerja guru, 2) kelayakan sarana prasarana dengan kinerja guru, 3) iklim sekolah dan kelayakan sarana prasarana secara simultan dengan kinerja guru SMA di Kabupaten Pesisir Barat.

Metode penelitian yang digunakan adalah ex post facto dengan analisis deskriptif korelasional. Populasi adalah guru SMA Kabupaten Pesisir Barat, Teknik Cluster Sampling digunakan untuk pengambilan sampel penelitian. Sementara itu, penentuan responden diperoleh dengan menggunakan rumus Taro Yamane, yaitu sebanyak 106 guru dari 145 guru yang mengajar pada SMA di Kabupaten Pesisir Barat. Data diperoleh melalui angket kemudian dianalisis menggunakan teknik korelasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat hubungan positif dan signifikan antara iklim sekolah dengan kinerja guru, 2) terdapat hubungan positif dan signifikan antara kelayakan sarana prasarana dengan kinerja guru, 3) terdapat hubungan positif dan signifikan antara iklim sekolah dan kelayakan sarana prasarana secara simultan dengan kinerja guru pada Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Pesisir Barat.

(3)

HUBUNGAN IKLIM SEKOLAH DAN KELAYAKAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA GURU PADA SMA

DI KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN 2013

Oleh RODI SATRIA

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ngaras, 06 Desember 1981, Anak pertama dari lima bersaudara pasangan suami-istri, Bapak M. Siddik (Alm) dengan Ibu Patah Ronnah.

Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SD Negeri Ratu Ngaras, Lampung Barat pada tahun 1994. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Negeri 1 Pesisir Tengah Krui, Lampung Barat pada tahun 1997. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Krui, Lampung Barat pada tahun 2000. Serta Pendidikan Sarjana (S1) pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di STKIP-PGRI Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2004.

Tahun 2005, penulis diangkat sebagai Guru Bantu Pusat kemudian pada tahun 2008 diangkat sebagai PNS dan bertugas di SMPN 1 Bengkunat, Kabupaten Lampung Barat hingga September 2010. Sejak Oktober 2010 hingga sekarang pindah tugas di SMAN 1 Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat.

(8)

MOTO

“Saat berbicara mode, berenanglah mengikuti arus, saat berbicara prinsif tegarlah seperti batu karang” (Thomas Jefferson)

“Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kesanksian. Tetapi, jika orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah

keyakinan” (Sir Francis Bacon)

“Semulia-mulia manusia ialah siapa yang mempunyai adab, merendahkan diri ketika berkedudukan tinggi, memaafkan ketika berdaya membalas dan bersikap

adil ketika kuat” (Khalifah Abdul Malik bin Marwan)

“Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak

mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Alloh mengetahui apa yang mereka kerjakan(QS. Ali „ Imran:120)

(9)

PERSEMBAHAN

Tesis ini kudedikasikan kepada yang tercinta:

Kedua orang tuaku, Ayahanda M.Siddik (Alm) dan Ibunda Patah Ronnah; Istriku (Rohimah) dan kedua anakku (M.Asiddiki Rinra dan Elvina Daiba) yang selalu menanti keberhasilanku;

Adik-adikku yang juga mendambakan keberhasilanku;

(10)

SANWACANA

Syukur Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kepada Alloh SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat terselesaikan sesuai dengan harapan. Penulisan tesis ini tersaji dalam lima bab memaparkan dan menganalisis masalah hubungan Iklim sekolah dan Kelayakan Sarana Prasarana dengan Kinerja Guru pada SMA di Kabupaten Pesisir Barat. Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis sampaikan apresiasi yang tinggi serta ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. selaku rektor Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Pascasarjana Manajemen Pendidikan Universitas Lampung. 2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana

Manajemen Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan arahan dan kemudahan.

3. Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memfasilitasi penelitian ini. 4. Dr. Sumadi, M.S. selaku Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan

Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, koreksi, dan masukan berharga.

(11)

berharga salama penyusunan tesis ini.

7. Dr. Irawan Suntoro, M.S. selaku pembahas dalam penyusunan tesis ini yang telah mengoreksi dan memberikan masukan berharga.

8. Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku anggota penguji I yang telah memberikan masukan berharga.

9. Kepala SMA N. 1 Bengkunat, SMA N. 1 Pesisir Selatan, SMA N. 1 Pesisir Tengah, dan SMA N. 1 Karya Penggawa, Kabupaten Pesisir Barat yang telah memfasilitasi penelitian ini.

10.Dewan guru di SMA N. 1 Bengkunat, Pesisir Selatan, Pesisir Tengah, dan Karya Penggawa, Kabupaten Pesisir Barat yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

11.Teman-teman Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Pendidikan FKIP Unila, khususnya angkatan ke-4 yang senantiasa membantu dan menyemangati penulis.

12.Pak Subagiyo, Staf Sekretariat Pascasarjana Manajemen Pendidikan FKIP Unila yang telah bersedia membantu menyediakan fasilitas seminar proposal, seminar hasil, dan sidang tesis.

Semoga Alloh SWT memberikan ganjaran atas semua bantuan, saran, dan masukan yang konstruktif sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dan semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat bagi Keilmuan Manajemen Pendidikan.

Bandar Lampung, Februari 2014

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

PERSETUJUAN ... iv

PENGESAHAN ... v

PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah ... 7

1.4 Rumusan Masalah ... 7

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 8

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... 10

1.7.1 Lingkup Ilmu ... 10

1.7.2 Subjek Penelitian ... 10

1.7.3 Objek Penelitian ... 10

1.7.4 Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPO TESIS 12 2.1 Tinjauan Pustaka ... 12

2.1.1 Teori-Teori Manajemen ... 12

2.1.2 Kinerja Guru ... 13

(13)

2.1.3.2 Iklim Organisasi Terbuka dan tertutup ... 22

2.1.4 Sarana dan Prasarana ... 25

2.1.4.1 Hakikat Sarana dan Prasarana ... 25

2.1.5 Penelitian yang Relevan ... 29

2.2 Kerangka Pikir ... 30

2.2.1 Hubungan Iklim Sekolah dengan Kinerja Guru ... 31

2.2.2 Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Kinerja Guru ... 31

2.2.3 Hubungan Iklim Sekolah dan Sarana dan Prasarana dengan Kinerja Guru secara simultan ... 33

2.3 Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 35

3.2 Populasi dan Sampel ... 35

3.2.1 Teknik Penentuan Responden ... 37

3.3 Variabel Penelitian ... 38

3.4 Defenisi Variabel Penelitian ... 39

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.6 Kalibrasi Instrumen ... 46

3.6.1 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 46

3.6.1.1 Hasil Uji Validitas Kinerja Guru ... 47

3.6.1.2 Hasil Uji Validitas Iklim Sekolah ... 48

3.6.1.3 Hasil Uji Validitas Kelayakan Sarana Prasarana ... 49

3.6.2 Realibilitas Instrumen ... 50

3.6.2.1 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 52

3.7 Teknik Analisis Data... 53

3.7.1 Teknik Analisis Deskripsi ... 54

3.7.2 Uji Prasyarat Analisis ... 54

3.7.3 Pengujian Hipotesis ... 55

3.7.3.1 Hipotesis Statistik ... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 58

4.1.1 SMA Negeri 1 Pesisir Tengah ... 58

4.1.2 SMA Negeri 1 Karya Penggawa ... 59

4.1.3 SMA Negeri 1 Pesisir Selatan ... 61

4.1.4 SMA Negeri 1 Bengkunat ... 61

4.2 Deskripsi Data ... 63

(14)

4.3 Pengujian Persyaratan analisis ... 69

4.3.1 Uji Normalitas ... 69

4.3.2 Uji homogenitas ... 70

4.4 Pengujian Hipotesis ... 71

4.4.1 Hipotesis Pertama... 72

4.4.2 Hipotesis Kedua ... 74

4.4.3 Hipotesis Ketiga ... 76

4.5 Pembahasan ... 79

4.5.1 Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Pertama ... 80

4.5.2 Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Kedua ... 82

4.5.3 Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Ketiga ... 85

4.6 Keterbatasan Penelitian ... 86

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 89

5.1 Kesimpulan ... 89

5.1.1 Iklim Sekolah ... 89

5.1.2 Kelayakan Sarana Prasarana ... 89

5.1.3 Iklim Sekolah dan Kelayakan Sarana Prasarana ... 90

5.2 Implikasi ... 90

5.2.1 Meningkatkan Iklim Sekolah ... 91

5.2.2 Meningkatkan Kelayakan Sarana Prasarana ... 91

5.3 Saran ... 92

5.3.1 Bagi Guru ... 92

5.3.2 Bagi Kepala Sekolah ... 93

5.3.3 Bagi Dinas Pendidikan ... 93

5.3.4 Bagi Peneliti ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(15)

Halaman

1.1 Penyebab rendahnya Kinerja Guru SMA Kab. Pesisir Barat ... 5

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

3.4 Kisi-kisi Instrumen Kinerja guru ... 42

3.5 Kisi-kisi Instrumen Iklim Sekolah ... 43

3.6 Kisi-kisi Instrumen Sarana Prasarana ... 45

3.7 Ikhtisar Perhitungan Validitas Kinerja Guru ... 48

3.8 Ikhtisar Perhitungan Validitas Iklim Sekolah ... 49

3.9 Ikhtisar Perhitungan Validitas Sarana Prasarana ... 50

3.10 Ikhtisar Hasil Uji Reliabilitas Ketiga Variabel ... 53

3.11 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 56

4.1 Data Statistik Dasar Variabel Penelitian ... 64

4.2 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kinerja Guru ... 64

4.3 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Iklim Sekolah ... 66

4.4 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Sarana Prasarana ... 68

4.5 Hasil Pengujian Normalitas Kolmogorov-Smirnov Test ... 70

4.6 Ikhtisar Hasil Pengujian Normalitas Data Penelitian ... 70

4.7 Hasil Uji Homogenitas ... 71

4.8 Hasil Olah Data Product Moment untuk mengetahui hubungan Iklim Sekolah dengan Kinerja Guru ... 72

4.9 Hasil Konsultasi t Hitung dengan t Tabel ... 73

4.10 Hasil Olah Data Product Moment untuk mengetahui hubungan Sarana Prasarana dengan Kinerja Guru ... 74

4.11 Hasil Konsultasi t Hitung dengan t Tabel ... 76

4.12 Hasil Uji Korelasi secara Simultan ... 77

4.13 Hasil Konsultasi F Hitung dengan F Tabel ... 79

(16)

DAFTAR GAMBAR

1.1Kerangka Pikir Penelitian ... 34

3.2 Teknik Cluster Sampling ... 36

3.3 Populasi dan Sampel ... 38

4.1 Histogram Variabel Kinerja Guru... 65

4.2 Histogram Variabel Iklim Sekolah ... 67

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Uji Coba Angket ... 98

2. Rekapitulasi Skor Uji Instrumen ... 104

3. Hasil Olahan Uji Validitas Instrumen ... 107

4. Hasil Uji Reliabilitas ... 117

5. Angket Penelitian ... 118

6. Sebaran Skor Angket Penelitian... 125

7. Olahan Analisis Deskriptif ... 140

8. Tabel Frekuensi ... 141

9. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas ... 142

10.Analisis Korelasi antara Kinerja Guru dengan Iklim Sekolah ... 145

11.Analisis Korelasi antara Kinerja Guru dengan Sarana Prasarana ... 146

12.Analisis Korelasi antara Kinerja Guru dengan Iklim sekolah dan Sarana Prasarana ... 147

13.Tabel product moment (r), distribusi t, dan distribusi F ... 149

14.Surat Izin Penelitian ... 157

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Menjadi guru diperlukan persyaratan khusus dan memiliki beberapa kompetensi yang harus dipenuhi. Persyaratan menjadi seorang guru yang ideal adalah menguasai sejumlah kompetensi, yaitu paedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial serta ditunjang dengan kemampuan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Begitu pula dengan tugas dan peran guru dari hari ke hari bertambah berat, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui semangat, kiprah, dan idealisme guru di sekolah diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan dengan penuh keyakinan dan percaya diri.

Murphi dalam Mulyasa (2009:8) menyatakan bahwa “keberhasilan pembaharuan sekolah sangat ditentukan oleh guru karena guru adalah pemimpin pembelajaran, fasilitator, dan sekaligus merupakan pusat inisiatif pembelajaran. Karena itu, guru harus senantiasa mengembangkan diri secara mandiri serta tidak bergantung kepada inisiatif kepala sekolah dan pengawas sekolah.”

(19)

faktor-faktor tertentu, baik faktor internal maupun faktor eksternal sama-sama membawa dampak terhadap kinerja guru. Barnawi dan Mohammad Arifin (2012:43) mengungkapkan bahwa “faktor eksternal kinerja guru adalah faktor yang datang dari luar guru yang memengaruhi kinerjanya, contohnya ialah (1) gaji; (2) sarana dan prasarana; (3) lingkungan kerja fisik; dan (4) kepemimpinan.”

Kinerja guru akan mengalami peningkatan yang signifikan manakala ditunjang oleh beberapa variabel lain. Satu variabel yang dimaksud adalah iklim organisasi sekolah. Variabel ini akan turut memengaruhi dan berperan dalam menentukan keberhasilan guru dalam meningkatkan kinerjanya.

Usman (2011:202) menjelaskan bahwa “iklim sekolah atau suasana kerja dapat bersifat kasat mata atau fisik dan dapat pula bersifat tidak kasat mata atau emosional.” Iklim organisasi sekolah atau suasana lingkungan kerja di sekolah adalah segala sesuatu yang dialami oleh guru dan warga sekolah ketika berinteraksi di dalam lingkungan sekolah. Manakala guru berinteraksi dengan lingkungan sekolah terdapat satu variabel yang perlu disikapi guru secara positif agar dalam menjalankan tugas lebih menyenangkan dan bermakna. Satu variabel yang dimaksud adalah iklim sekolah yang bersifat tidak kasat mata atau nonfisik. Guru berinteraksi dengan iklim sekolah yang bersifat nonfisik, misalnya lewat jaminan social yang memadai, promosi, jabatan, kedudukan, pengawasan, penghargaan, dan lain-lain.

(20)

ilmiah memantau kekuatan iklim yang bersifat nonfisik. Pemantauan ini menjadi sumber informasi yang sangat dibutuhkan untuk mengadakan perubahan dan pengembangan organisasi. Maknanya, iklim sekolah nonfisik yang kondusif berkontribusi terhadap kinerja anggota organisasi sekolah. Dengan kata lain, maju atau mundur dan hidup atau matinya suatu sekolah bergantung pada kemampuan sekolah tersebut memanfaatkan iklim sekolah, dalam hal ini yang bersifat nonfisik.

Variabel lain yang tidak kalah pentingnya yakni sarana dan prasarana sekolah. Sarana dan prasarana sangat menunjang pekerjaan guru. Guru yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang layak, akan mewujudkan kinerja yang lebih baik daripada yang tidak dilengkapi oleh sarana dan prasarana yang memadai. Sarana adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah.

Barnawi dan Mohammad Arifin (2012:49) menjelaskan bahwa “sarana pendidikan diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu (1) habis tidaknya dipakai; (2) bergerak tidaknya pada saat digunakan; (3) hubungannya dengan proses belajar-mengajar. Prasarana pendidikan di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu (1) prasarana yang secara langsung digunakan untuk proses pembelajaran; (2) prasrana yang tidak langsung digunakan untuk proses pembelajaran, tetapi sangat menunjang proses pembelajaran.”

(21)

para guru berada dalam suasana yang tidak nyaman, tidak menggairahkan, dan kurang menyenangkan. Mereka sering terjebak dalam kegiatan yang sifatnya hanya rutinitas semata. Perasaan terpaksa berada di lingkungan sekolah cenderung menghinggapi para guru karena mereka hanya menjalankan tugas, tanpa diiringi kesadaran dan sikap positif yang memadai terhadap iklim organisasi sekolah.

Tambahan pula, kondisi sarana dan prasarana sekolah di Kabupaten Pesisir Barat kurang layak untuk terselenggaranya pembelajaran yang memenuhi standar sarana prasarana sebagaimana yang diamanatkan dalam Permendiknas RI, Nomor 24 Tahun 2007, tentang Stadar Sarana Prasarana Sekolah. Indikasinya secara umum SMA di Kabupaten Pesisir Barat belum memiliki fasilitas yang layak, seperti laboratorium baik IPA, bahasa, maupun komputer, multi media, daya listrik, perpustakaan, olahraga, dan lain-lain.

Fakta empirik mengenai kondisi para guru dewasa ini secara umum masih memprihatinkan, khususnya di Kabupaten Pesisir Barat. Merujuk kepada hasil wawancara yang telah dikemukakan di atas, nampaknya relevan sekali dengan kondisi para guru di Kabupaten Pesisir Barat yang menunjukkan bahwa kinerja mereka belum sesuai dengan harapan. Rendahnya kinerja sebagian guru diduga penyebabnya adalah masalah-masalah tersebut.

(22)

Pesisir Barat masih rendah. Hal ini, dapat dilihat dari salah satu indikasi yang ada, yaitu jumlah siswa yang diterima di perguruan tinggi negeri pada dua tahun terahir ini masih kurang dari 15% dari jumlah lulusan. Selain itu, juga memperhatikan informasi melalui internet tentang hasil Uji Kompetensi Awal (UKA) Guru Kab. Lampung Barat Tahun 2012 dengan rata-rata nilai 29,97 yang merupakan urutan kelima dari 10 kabupaten dengan nilai rata-rata terendah secara nasional (Kemendikbud/Hasil UKA, 2012).

Hasil wawancara tersebut yang menginformasikan bahwa kinerja sebagian guru SMA di Kabupaten Pesisir Barat masih rendah, disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya sebagai berikut.

Tabel 1.1 Penyebab Rendahnya Kinerja Guru SMA Kabupaten Pesisir Barat

No. Penyebab Jumlah Guru

(%) 1. Tidak membuat perencanaan pembelajaran dan

kurang menguasai materi pembelajaran. 40 % 2. Jarang menggunakan alat/media dalam melaksanakan

pembelajaran. 75 %

3. Kecenderungan mengabaikan iklim sekolah yang

bersifat nonfisik. 60 %

Sumber : Data Sekunder Tahun 2013 (Hasil Supervisi Kepala Sekolah dan Pengawas SMA Kab. Pesisir Barat).

Berdasarkan uraian-uraian dan informasi pada tabel di atas, maka peneliti menganggap perlu untuk melakukan kajian terhadap kinerja guru SMA di Kabupaten Pesisir Barat dan yang dapat menyebabkan tinggi rendahnya kinerja guru tersebut.

(23)

Berdasarkan paparan pada latar belakang permasalahan di atas, teridentifikasi beberapa masalah dalam penelitian yaitu sebagai berikut.

1.2.1 Sebagian guru SMA di Kabupaten Pesisir Barat kurang optimal dalam penguasaan kompetensi baik kompetensi paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, maupun kompetensi kepribadian.

1.2.2 Presensi kehadiran sebagian guru SMA Kabupaten Pesisir Barat untuk mengajar di kelas tergolong masih rendah.

1.2.3 Terdapat hampir 75% guru menggunakan teknik ceramah sebagai teknik yang paling diminati dalam mengajar sehingga aktivitas siswa hanya mendengarkan. Dampaknya, siswa cenderung pasif dalam belajar.

1.2.4 Sebagian guru di Kabupaten Pesisir Barat ada kecenderungan mengabaikan situasi dan iklim di sekolah.

1.2.5 Kemampuan para guru di Kabupaten Pesisir Barat dalam mengorganisasi waktu masih kurang. Kecenderungan yang terjadi mereka mengambil jalan pintas yang penting cepat selesai dan target penyampaian materi tercapai. 1.2.6 Sebagian guru di Kabupaten Pesisir Barat kurang berinisiatif dalam

memanfaatkan dan menggunakan media pembelajaran.

1.2.7 Lingkungan kerja atau iklim organisasi sekolah Kabupaten Pesisir Barat pada umumnya tidak kondusif.

(24)

1.3Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, menggambarkan adanya beberapa aspek yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah yang dapat mempengaruhi kinerja guru. Mengingat dan mempertimbangkan kemampuan, tenaga, dana, dan waktu, maka permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut.

1.3.1 Iklim sekolah pada SMA di Kabupaten Pesisir Barat .

1.3.2 Kelayakan sarana dan prasarana belajar pada SMA di Kabupaten Pesisir Barat.

1.4Rumusan Masalah

Bertolak dari sejumlah batasan masalah tersebut, dapat dirumuskan bahwa yang menjadi masalah dalam penelitian ini yakni kinerja sebagian guru SMA di Kabupaten Pesisir Barat cenderung masih rendah. Selanjutnya peneliti dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut.

1.4.1 Bagaimanakah hubungan yang erat dan signifikan antara iklim sekolah dengan kinerja guru pada SMA di Kabupaten Pesisir Barat?

1.4.2 Bagaimanakah hubungan yang erat dan signifikan antara kelayakan sarana dan prasarana belajar dengan kinerja guru pada SMA di Kabupaten Pesisir Barat?

(25)

Berdasarkan masalah dan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka penulis menganggap perlu untuk melakukan penelitian yang berjudul, “Hubungan Iklim Sekolah dan Kelayakan Sarana Prasarana dengan Kinerja Guru pada SMA di Kabupaten Pesisir Barat.”

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang penulis maksudkan adalah untuk mengetahui dan menganalisis :

1.5.1 hubungan iklim sekolah dengan kinerja guru pada SMA di Kabupaten Pesisir Barat;

1.5.2 hubungan kelayakan sarana prasarana dengan kinerja guru pada SMA di Kabupaten Pesisir Barat;

1.5.3 hubungan antara iklim sekolah dan kelayakan sarana prasarana secara simultan dengan kinerja guru pada SMA di Kabupaten Pesisir Barat.

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, antara lain: secara teoritis, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.6.1 Memperkaya khasanah teori yang telah diperolah melalui penelitian yang telah lebih dahulu dilakukan oleh peneliti lain.

(26)

Secara empirik, penelitian ini berguna bagi beberapa pihak sebagai berikut. 1.6.3 Bagi guru di sekolah untuk hal sebagai berikut.

1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai iklim sekolah dalam mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagai guru. 2 Menambah pengetahuan dan wawasan berkenaan dengan peranan sarana

prasarana dalam meningkatkan kinerja guru.

3. Menerapkan berbagai upaya dalam menyikapi iklim sekolah dan sarana prasarana guru dan sekolah dalam meningkatkan kinerja guru.

1.6.4 Bagi kepala sekolah, penelitian ini berguna untuk perihal sebagai berikut. 1. Memahami akan tugas manajerial dalam meningkatkan kinerja guru. 2. Membina guru dengan menciptakan iklim sekolah yang kondusif.

3. Meningkatkan kinerja guru dengan mengupayakan pemenuhan sarana prasarana sekolah.

1.6.5 Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Pesisir Barat, penelitian ini berguna untuk menjadi bahan masukan dalam menyediakan sarana prasarana pembelajaran yang layak dan dalam menciptakan iklim sekolah yang kondusif untuk meningkatkan kinerja guru.

1.6.6 Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk perihal sebagai berikut.

1. Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan secara teoritis dan empirik dengan mengumpulkan data yang diperoleh

(27)

2 Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Lampung.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Lingkup Ilmu

Ranah yang dijadikan lingkup penelitian ini adalah ilmu Manajemen Pendidikan karena kinerja tenaga pendidik, iklim sekolah, dan sarana prasarana merupakan bagian dari sumber daya pendidikan yang membutuhkan pengaturan sesuai dengan substansi garapan manajemen pendidikan sebagai fungsi manajemen.

1.7.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru yang mengajar di SMA Negeri yang terdapat di Kabupaten Pesisir Barat, yakni SMA Negeri 1 Pesisir Tengah, SMA Negeri 1 Karya Penggawa, SMA Negeri 1 Pesisir Selatan, dan SMA Negeri 1 Bengkunat.

1.7.3 Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah kinerja guru sebagai variabel terikat, iklim sekolah, dan kelayakan sarana prasarana sebagai variabel bebas.

1.7.4 Tempat dan Waktu Penelitian 1.7.4.1 Tempat Penelitian

(28)

1.7.4.2 Waktu Penelitian

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Teori-Teori Manajemen

Kata manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari kata manus yang berarti tangan dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.

Sejalan dengan pengertian manajemen di atas, teori manajemen klasik pada aliran manajemen ilmiah yang dikembangkan oleh Federik W. Taylor dalam Usman (2011: 23) bahwa “manajemen ilmiah ialah seperangkat mekanisme atau teknik (a bag of tricks) guna meningkatkan efisiensi dan keefektifan organisasi.” Selanjutnya, Henry Fayol dalam Usman (2011:30) membagi “lima fungsi manajemen, yaitu Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, and controlling yang disingkat POCCC.

(30)

tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya.”

Pendapat lain, Fattah (2001:1) bahwa “manajemen merupakan suatu proses sedangkan manajer dikaitkan dengan aspek organisasi (orang - struktur - tugas - teknologi) dan bagaimana mengaitkan aspek yang satu dengan yang lain serta bagaimana mengaturnya sehingga tercapailah tujuan sebuah sistem.”

Dari teori dan berbagai pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu proses pengelolaan pendidikan melalui kerja sama sekelompok orang dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang berupaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pencapaian tujuan pendidikan tersebut diperlukan fungsi manajemen pendidikan yang meliputi tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksana, dan pengawasan proses pendidikan sehingga tujuan pendidikan yang ditetapkan dapat tercapai.

2.1.2 Kinerja Guru

(31)

seorang guru tidak mudah, menjadi guru tidak cukup hanya pengetahuan saja, tetapi perlu ditunjang dengan iklim organisasi sekolah dan sarana prasarana pembelajaran lain yang mendukung proses dan tanggung jawab itu.

Stoner dan Freeman dalam Usman (2011: 487) mengemukakan, “kinerja adalah

kunci yang harus berfungsi secara efektif agar organisasi secara keseluruhan dapat berhasil.” Kemudian menurut Ilyas dalam Barnawi (2013:12),

“kinerja adalah penampilan hasil karya personel, baik kuanitas maupun kualitas

dalam suatu organisasi dan merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel.”

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab dan wewenangnya berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu untuk mencapai tujuan organisasi.

2.1.2.1 Hakikat Kinerja Guru

Kata kinerja merupakan terjemahan dari bahasa inggris, yaitu dari kata performance. Kata performace berasal dari kata to perform yang berarti

(32)

Selanjutnya Mathis dan Jackson (2002:78) menyatakan bahwa “kinerja diartikan sebagai apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan yang memengaruhi seberapa banyak karyawan member kontribusi kepada organisasi, antara lain termasuk kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran di tempat kerja, dan sikap kooperatif. Suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari out put yang dihasilkan baik kualitas maupun kuantitasnya.”

Pendapat yang lain, Hasibuan (2001:94) menjelaskan perihal “prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.” Prestasi kerja merupakan penggabungan tiga faktor penting yaitu, kemampuan dan minat pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor di atas, semakin tinggi pula kinerjanya. Pekerja yang memiliki kemampuan dalam penguasaan bidang kerjanya, memiliki minat untuk melakukan pekerjaan tersebut, adanya kejelasan peran dan motivasi kerja yang baik, maka pekerja tersebut memiliki landasan kuat untuk berprestasi.

Menurut Aritonang dalam Barnawi (2012 : 11), “kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”

(33)

prestasi yang lebih baik. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah produk yang dihasilkan oleh seorang pegawai dalam satuan waktu yang telah ditentukan dengan kriteria tertentu pula. Kriteria ditentukan oleh persyaratan yang telah ditetapkan oleh pihak berwenang yang mengadakan penilaian kinerja.

2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Guru

Kinerja guru tidak terwujud begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Baik faktor internal maupun faktor eksternal sama-sama membawa dampak terhadap kinerja guru.

Menurut Barnawi dan Mohammad Arifin (2013:43) “faktor internal kinerja guru adalah faktor yang datang dari dalam diri guru contohnya ialah kemampuan,keterampilan, kepribadian, persepsi, motivasi menjadi guru, pengalaman lapangan, dan latar belakang keluarga. Faktor eksternal kinerja guru adalah faktor yang datang dari luar guru yang dapat memengaruhi kinerjanya, contohnya ialah (1) gaji; (2) sarana dan prasarana; (3) lingku-ngan kerja fisik; dan (4) kepemimpinan.”

Faktor-faktor eksternal tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena pengaruhnya cukup kuat terhadap guru. Setiap hari, faktor-faktor tersebut akan terus-menerus memengaruhi guru sehingga akan lebih dominan dalam menentukan seberapa baik kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya. Menurut Suharsaputra (2012) bahwa “kinerja pegawai akan efektif apabila memerhatikan faktor-faktor yang dapat memengaruhinya.”

(34)

kerja, derajat kesehatan dan tingkat upah minimal, serta kepemimpinan dalam hal ini kepala sekolah.”

Sejalan dengan pendapat tersebut Sedarmayanti (2001:67) menyatakan “bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kinerja antara lain: (1) sikap mental (motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja, dan budaya kerja); (2) pendidikan; (3) keterampilan; (4) manajemen kepemimpinan; (5) tingkat penghasilan; (6) gaji dan kesehatan; (7) jaminan sosial dan kesejahteraan; (8) iklim kerja; (9) sarana dan prasarana yang memadai; (10) teknologi; dan (11) kesempatan untuk berprestasi, kedua pendapat tersebut merujuk pada variabel yang sama, yakni beberapa espek yang terdapat pada individu, lingkungan dan budaya kerja, sarana prasarana, dan kesejahteraan sebagai motivasi kerja.”

Secara umum kinerja menurut Hasibuan (2001:126) “dapat diterjemahkan dalam penilaian perilaku yang secara mendasar meliputi hal-hal sebagai berikut: (l) kualitas kerja, (2) kuantitas kerja, (3) pengetahuan tentang pekerjaan,(4) pendapat atau pernyataan yang disampaikan, (5) keputusan yang diambil, (6) perencanaan kerja, dan (7) daerah organisasi kerja.”

Jika kinerja adalah kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh seseorang, maka kinerja merupakan output pelaksanaan tugas. Kinerja berhubungan erat dengan produktivitas karena merupakan indikator dalam menentukan bagaimanan upaya untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi dalam organisasi.

(35)

Berdasarkan uraian di atas mengarahkan pada satu simpulan bahwa yang dimaksud dengan kinerja guru adalah merupakan hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, didasarkan atas kecakapan atau kemampuan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu dengan output yang dihasilkan tercermin secara kuantitas maupun kualitas yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi, yang meliputi kegiatan merencanakan, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan menilai, menganalisis hasil penilaian, dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian dalam menerapkan empat domain kompetensi yang harus dimiliki oleh guru.

2.1.3 Iklim Sekolah

Sekolah merupkan sistem sosial yang di dalamnya terdiri dari berbagai individu yang saling berinteraksi satu dengan lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dalam Sulistyorini (2000:42) bahwa “sekolah merupakan suatu kesatuan dari pribadi-pribadi yang berinteraksi satu dengan lainnya.” Interaksi antar individu ini di sekolah menimbulkan satu hubungan organisasi dinamis yang akan mewarnai situasi organisasi sekolah. Hubungan yang dinamis antarpribadi tersebut akan saling berpengarah terhadap munculnya tingkah laku pribadi-pribadi dalam organisasi tersebut.

(36)

dalam bekerja, penerangan dan sirkulasi udara yang memadai, jaminan sosial, promosi, jabatan dan kedudukan, pengawasan, dan lain sebagainya.

Iklim sekolah menjadi faktor penting dalam pemberdayaan sekolah sebagai sebuah organisasi karena iklim sekolah erat kaitannya dengan tugas guru dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang efektif. Hal ini, merupakan satu kenyataan yang menunjukan bahwa terdapat sekolah secara ilmiah memantau kekuatan lingkungan sekolah.

Variabel-variabel yang terdapat dalam lingkungan dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang sangat dibutuhkan untuk mengadakan pengembangan dalam organisasi sekolah. Sekolah sebagai sebuah organisasi terlibat langsung dengan iklim organisasi, karena itu merupakan bagian yang tidak dipisahkan dari sebuah organisasi.

2.1.3.2 Hakikat Iklim Sekolah

Terdapat banyak batasan iklim organisasi yang dikemukakan oleh para ahli. Iklim sekolah mengacu pada berbagai persepsi guru akan lingkungan kerja sekolah yang dipengaruhi oleh organisasi formal, informal, dan seluruh kepribadian para partisipan serta kepemimpinan organisasi.

(37)

Pendapat di atas memberi batasan tentang hakikat iklim sekolah secara umum sedangkan penjelasan secara lebih spesifik tentang hakikat iklim sekolah sebagai berikut.

Hoy and Miskel (2008:234) menyatakan “iklim sekolah adalah, school climate is a relatively enduring quality of the school environment that is experienced by participants, affects their behavior, and is based on their collective perceptions of behavior in school. (Iklim sekolah adalah kualitas yang relatif abadi dari lingkungan sekolah yang dialami oleh para anggotanya dan hal ini dapat memengaruhi perilaku mereka, dan di dasarkan pada persepsi mereka tentang perilaku kolektif di sekolah).”

Pendapat lain mengenai iklim organisasi dikemukakan oleh Devis dan Newstrom dalam Suharsyahputra (2010:73). Mereka berpendapat “iklim organisasi merupakan lingkungan maksimal di dalam, dimana pegawai organisasi melakukan pekerjaan mereka. Iklim organisasi dapat mempengaruhi motivasi, prestasi, dan kepuasan kerja melalui pembentukan harapan pegawai tentang konsekuensi yang timbul dari berbagai tindakan.”

(38)

organisasi sekolah adalah merupakan suatu istilah yang cukup luas yang merujuk pada persepsi guru-guru terhadap lingkungan kerja secara umum di suatu sekolah, juga iklim organisasi sekolah dipengaruhi oleh organisasi formal dan informal, partisipasi individu dalam organisasi.

Selanjutnya, Hoy dan Miskel (2008:250) juga mengemukakan bahwa “terdapat tiga unsur pokok yang memengaruhi tingkah laku sosial di sekolah, yaitu unsur institusi, budaya, dan individu.” Mereka juga menambahkan bahwa interaksi di antara guru, siswa, dan kepala sekolah mempunyai dampak yang signifikan terhadap sikap dan tingkah laku. Pengertian tentang iklim organisasi sekolah telah banyak yang mengemukakan, seperti dikutip oleh Sargiovani dalam Sulistiyorini (2000:45) dari pendapat Pitchart dan Karastek yang menjelaskan bahwa “ secara organisasi iklim sekolah adalah karakteristik sekolah yang membedakan antara sekolah yang satu dengan yang lainnya, yang memengaruhi tingkah laku kepala sekolah, para pengajar, dan para siswa.” Secara psikologis iklim sekolah merupakan perasaan yang dirasakan oleh pengajar, para siswa suatu sekolah. Dengan demikian, iklim sekolah akan berpengaruh terhadap pola tingkah laku para anggota organisasi sekolah yang selanjutnya dijadikan dasar untuk menerjemahkan situasi serta merupakan sumber tekanan bagi aktifitas kepemimpinan.

(39)

(1) belajar mengajar, (2) sikap dan moral, (3) kesehatan mental, (4) produktivitas, (5) perasaan percaya dan pengertian, dan (6) perubahan dan pembaharuan.”

Peran kepala sekolah sebagai manajer, organisator, koordinator, dan evaluator. Faktor-faktor terebut dapat memberikan kontribusi yang tinggi, apakah positif atau negatif dalam iklim organisasi sekolah yang dipimpinnya. Sedangkan sekolah itu sendiri ditandai dengan banyak ciri kebersamaan, kekeluargaan, dan kepercayaan di antara para guru. Berdasarkan pemikiran tersebut, Halpin dan Croft dalam Sulistyorini (2000:49) “mencari faktor-faktor kritis dari perilaku guru yang pada umumnya merupakan factor utama untuk menggambarkan iklim organisasi sekolah.”

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa iklim organiasi sekolah dapat memengaruhi perilaku individu yang tergabung dalam organisasi sekolah tersebut yang terdiri dari kepala sekolah, para guru, staf administrai, dan siswa. Kepala sekolah sebagai pemimpin di organisasi sekolah tersebut dapat memberikan kontribusi yang positif maupun negatif dalam menciptakan iklim organisasi di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah pula dapat memainkan peranan kunci untuk mencapai keberhasilan dalam menciptakan iklim organisasi sekolah tersebut.

2.1.3.3 Iklim Organisasi Sekolah Terbuka dan Tertutup

(40)

pada suatu organisasi tertentu beserta subsistemnya yang disebabkan cara organisasi dan subsistemnya bekerja dengan anggota dan lingkungannya.

Lebih lanjut Helpin dan Croft dalam Sulistyorini (2000:52) menambahkan bahwa “terdapat dua tipe ekstrem iklim organisasi sekolah, yaitu iklim organisasi terbuka

dan iklim organisasi tertutup.” Pada iklim organisasi terbuka memiliki karakteristik semangat kerja karyawan sangat tinggi, dorongan pimpinan untuk memotivasi karyawan agar berprestasi sangat besar; sedang rutinitas administrasi rendah, karyawan yang meninggalkan pekerjaan seperti bolos, ijin, dan sebagainya juga rendah; perasaan terpaksa berada di perusahaan untuk bekerja juga rendah. Sebaliknya, pada iklim organisasi yang tertutup kondisinya bertolak belakang dengan keadaan pada tipe iklim organisasi terbuka. Berdasarkan hal tersebut, keterbukaan dalam hal-hal tertentu bagi pihak pengelola sekolah ternyata lebih menguntungkan, baik bagi karyawan maupun organisasi.

Menganalisis organisasi sekolah melalui perilaku guru dan kepala sekolah di-arahkan kepada iklim sekolah terbuka dan tertutup. Hasil penelitian Halpin dan Croft yang dikutif oleh Hoy dan Miskel dalam Sulistyorini (2000:47) menjelaskan “iklim organisasi sekolah terbuka dimana pada iklim organisasi tersebut tumbuh

(41)

ada. Para guru bekerja dengan baik dalam menyelesaikan tugas dibebankan kepadanya. Jadi, sekolah dengan iklim yang terbuka tidak semata-mata berupaya tercapainya prestasi kerja juga memperhatikan juga pemenuhan terhadap kebutuhan sosial mereka.

Berkenaan dengan iklim sekolah yang mempunyai iklim terbuka, Hoy dan miskel dalam Sulistyorini (2000:48) “menandai adanya kerja sama serta sikap saling menghormati antarguru, kepala sekolah dengan guru.” Kepala sekolah bersedia mendengarkan dan sangat terbuka atas masukan dari guru dan selanjutnya memberikan pujian hangat dan menyanjung tinggi kompetensi dan profesionalitas para guru.

Pendapat Litwin dan Stringer dalam Gunbayi (2007: 1), yang menjelaskan “iklim sekolah sebagai "a set of measurable properties of the work environment, perceived directly or indirectly by people who live and work in this environment and assumed to influence their motivation and behaviour" (iklim organisasi sekolah merupakan kondisi lingkungan kerja yang dirasakan langsung maupun tidak langsung oleh orang-orang yang tinggal dan bekerja di lingkungan tersebut dan diasumsikan dapat berpengaruh terhadap perilaku dan motivasi mereka).”

Selanjutnya Affandi (2002:87) yang menyimpulkan bahwa “iklim organisasi yang meliputi struktur, tanggung jawab, penghargaan, resiko, keramahan, dukungan, standarisasi, konflik, pelatihan dan pengembangan memiliki pengaruh positif terhadap signifikan terhadap kepuasan kerja, komitmen kerja dan kinerja pegawai.”

(42)

memengaruhi perilaku masing-masing anggota sekolah, yaitu perilaku kepala sekolah dan perilaku guru. Karakteristik internal tersebut, meliputi semangat kerja, dorongan pimpinan agar berprestasi, keramahan, tanggung jawab, kepuasan, dan komitmen kerja.

2.1.4 Sarana dan Prasarana

Dalam khazanah peristilahan pendidikan sering disebut-sebut istilah sarana dan prasarana pendidikan. Kerap kali istilah itu digabung begitu saja menjadi sarana prasarana pendidikan. Dalam bahasa Inggris sarana dan prasarana itu disebut dengan facility (facilities). Jadi, sarana dan prasarana pendidikan disebut educational facilities. Sebutan itu jika diadopsi ke dalam bahasa Indonesia akan menjadi fasilitas pendidikan. Fasilitas pendidikan artinya segala sesuatu (alat

dan barang) yang memfasilitasi (memberikan kemudahan) dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan.

Sarana adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Adapun, prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan pelaksanaan proses pendidikan di sekolah (Arcow:2013).

2.1.4.1 Hakikat Sarana Prasarana

(43)

ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana. Moenir (1992 : 119) mengemukakan bahwa “sarana adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama / pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja.” Pengertian yang dikemukakan oleh Moenir, jelas memberi arah bahwa sarana dan prasarana adalah merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.

Barnawi (2013: 49) menjelaskan bahwa “sarana adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sarana pendidikan diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu (1) habis tidaknya dipakai; (2) bergerak tidaknya pada saat digunakan; (3) hubungannya dengan proses belajar mengajar. Sementara prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.”

(44)

Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana yang dimaksud di atas berikut ini akan diuraikan istilah sarana kerja/fasilitas kerja yang ditinjau dari segi kegunaan menurut Moenir ( 1992 : 120) membagi sarana dan prasarana sebagai berikut:

1) Peralatan kerja, yaitu semua jenis benda yang berfungsi langsung sebagai alat produksi untuk menghasilkan barang atau berfungsi memproses suatu barang

yang berlainan fungsi dan gunanya.

2) Perlengkapan kerja, yaitu semua jenis benda yang berfungsi sebagai alat pembantu tidak langsung dalam produksi, mempercepat proses, membangkit dan menambah kenyamanan dalam pekerjaan.

3) Perlengkapan bantu atau fasilitas, yaitu semua jenis benda yang berfungsi

membantu kelancaran gerak dalam pekerjaan, misalnya mesin ketik, mesin pendingin ruangan, mesin absensi, dan mesin pembangkit tenaga.

(45)

ruang (Permendiknas R.I. Nomor 24 tahun 2007, Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah).

Ditinjau dari hubungannya dengan belajar mengajar, sarana pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu alat pelajaran, alat peraga, dan media pengajaran. Selanjutnya, prasarana dibedakan menjadi dua, yaitu prasarana yang digunakan langsung dalam proses pembelajaran dan prasarana yang tidak digunakan dalam proses pembelajaran, Barnawi dan Mohammad Arifin, (2013:50).

Berdasarkan beberapa pendapat para pakar di atas tentang sarana prasarana, maka dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana pembelajaran adalah alat atau fasilitas yang diperlukan secara langsung dalam proses kegiatan belajar mengajar, karena apabila hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan.

(46)

tiga jenis media, yaitu media audio, media visual, dan media audio visual. Adapun prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: 1) Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang laboratorium; 2) Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar, misalnya ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.

2.1.5 Penelitian yang Relevan

A. Peneltian yang sebelumnya yang dilakukan oleh Ismail (2011) berjudul

Hubungan Kompetensi Paedagogik, Iklim Sekolah, dan Kecerdasan

Emosional dengan Kinerja Guru Pada SMP di Kecamatan Bangun Rejo

Lampung Tengah” dengan menggunakan cara Simple Random Sampling

bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Kompetensi Paedagogik, Iklim Sekolah, dan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja Guru Pada SMP di Kecamatan Bangun Rejo Lampung Tengah sebesar 7, 85 %.

(47)

B. Penelitian yang telah dilakukan oleh Tuti Rospasari (2011) berjudul

“Hubungan antara Sikap Guru terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah,

Motivasi Kerja Guru, dan Kompetensi Paedagogik dengan Kinerja Guru

SMA di Lampung Utara” dengan menggunakan cara proporsional Random

Sampling bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kompetensi

paedagogik dengan kinerja guru sebesar 68,5 %.

Peneitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu pada jenis penelitian hubungan, pada variabel kinerja guru. Sedangkan perbedaannya

yaitu pada variabel lain selain yang sama tersebut di atas dan cara menentukan sampel.

C. Penelitian yang telah dilakukan oleh Joko Santosa (2011) berjudul

Hubungan Sarana dan Prasarana Sekolah, Dampak Sertifikasi Guru, Iklim

Sekolah, dan Motivasi Berprestasi Guru dengan Kinerja Guru pada SMK

Negeri di Malang Raya dengan model survey yang menggunakan angket sebagai intrumen penelitian. Bahwa terdapat hubungan secara tidak langsung yang signifikan antara manajemen sarana dan prasarana sekolah dengan kinerja guru melalui motivasi berprestasi guru sebesar 67,3 %.

Peneitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu pada jenis penelitian hubungan, pada variabel sarana prasarana dan kinerja guru. Sedangkan perbedaannya yaitu pada variabel lain selain yang sama tersebut di atas dan jenis pendidikan obyek penelitian.

(48)

Kerangka pikir merupakan penjelasan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat berdasarkan teori-teori yang ada, sehingga akan memberikan gambaran utuh hubungan antarvariabel tersebut.

2.2.1 Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Kinerja Guru

Iklim sekolah atau suasana lingkungan kerja di sekolah adalah segala sesuatu yang dialami oleh guru dan warga sekolah ketika berinteraksi di dalam lingkungan sekolah. Mereka secara langsung dan tidak langsung berinteraksi dengan lingkungan atau iklim sekolah ketika menjalani tugas. Iklim sekolah dapat bersifat fisik dan dapat pula bersifat nonfisik atau emosional, misalnya ruang kerja yang menyenangkan,rasa aman dalam bekerja, penerangan dan sirkulasi udara memadai jaminan sosial, promosi, jabatan dan kedudukan, pengawasan, dan lain sebagainya.

(49)

2.2.2 Hubungan antara Kelayakan Sarana Prasarana dengan Kinerja Guru

Sarana dan prasarana pembelajaran adalah alat atau fasilitas yang diperlukan secara langsung dalam proses kegiatan belajar mengajar, karena apabila hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan.

(50)

Guru sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam dunia pembelajaran dituntut agar dapatmelaksanakan secara maksimal yang memerlukan berbagai fasilitas penunjang untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan demikian, diduga terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sarana dan prasarana dengan kinerja guru.

2.2.3 Hubungan antara Iklim Sekolah dan Kelayakan Sarana Prasarana dengan Kinerja Guru

Guru merupakan salah satu komponen yang turut menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Ketika guru berada di sekolah saat menjalani tugas mengajar secara langsung berinteraksi dengan iklim sekolah. Terdapat dua jenis lingkungan atau iklim sekolah, yakni yang bersifat fisik dan nonfisik atau emosional.

(51)

Hubungan antarvariabel penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.

(x1,y) (rX1Y)

(RX12Y)

[image:51.595.114.495.110.333.2]

(rX2Y)

Gambar 2.1: Kerangka Pikir Penelitian

2.3 Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka pikir, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berukut.

2.3.1 Terdapat hubungan positif dan signifikan antara iklim sekolah dengan kinerja guru SMA di Kabupaten Pesisir Barat.

2.3.2 Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kelayakan sarana prasarana pembelajaran dengan kinerja guru SMA di Kabupaten Pesisir Barat. 2.3.3 Terdapat hubungan positif dan signifikan antara iklim sekolah dan

kelayakan sarana prasarana Pembelajaran secara bersama-sama dengan kinerja guru SMA di Kabupaten Pesisir Barat.

Variabel (X1)

Iklim Sekolah

Variabel (X2)

Kelayakan Sarana Prasarana

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian ex post facto, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut (Sugiyono, 2013:7). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional. Metode ini mendeskripsikan hubungan antarvariabel penelitian.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

(53)
[image:53.595.111.467.92.164.2]

Gambar 3.2 Teknik Cluster Sampling Sumber: Sugiyono (2013:122)

Berdasarkan konsep teknik Cluster Sampling di atas, maka dalam penelitian ini dilakukan penentuan sampel melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah dalam hal ini sampel SMA. Karena SMA yang ada di Kabupaten Pesisir Barat itu berstrata (berbeda tingkat akreditasinya), maka sampel SMA tersebut ditentukan secara strata (keterwakilan tingkat akreditasi). Tahap kedua, menentukan orang-orang untuk dijadikan responden yang ada pada sampel SMA tersebut secara random dengan menggunakan rumus Taro Yamane atau Slovin dalam Ridwan (2005:65). Rumus dimaksud adalah sebagai berikut.

Keterangan

n = jumlah responden N = jumlah guru

d = presisi atau batas toleransi kesalahan pengambian responden yang digunakan (0,05)

(54)

Kemudian dilakukan penentuan jumlah responden pada masing-masing sekolah yang menjadi sampel dari tiap tingkat akreditasi dalam dua subrayon dengan menentukan proporsinya sesuai dengan jumlah guru pada sekolah yang diteliti. Jumlah responden setiap sekolah didapatkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

N : jumlah responden tiap sekolah n : jumlah guru tiap sekolah

S : jumlah total guru di semua sekolah

3.2.1 Teknik Penentuan Responden

(55)

sampel, maka dikembalikan lagi dan dikocok lagi hingga keluar nama yang lain sebanyak jumlah guru yang dibutuhkan. Begitu dilakukan seterusnya pada sekolah yang lain hingga terpenuhi sejumlah guru yang akan dijadikan sampel penelitian.

Jumlah sampel penelitian selengkapnya disajikan pada tampilan berikut.

[image:55.595.112.516.220.445.2]

Populasi secara strata random sampel area secara random sampel individu

Gambar 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3 Variabel Penelitian

Penelitian ini akan mengukur tiga variabel yang diteliti, yakni kinerja guru (Y) yang merupakan variabel terikat, iklim sekolah (X1), dan sarana prasarana (X2)

yang merupakan variabel bebas.

SUBRAYON I

SMAN Pss.Tengah (B) SMAN Lemong (C) SMAN Pss. Utara (C) SMAN Karya P. (C)

SUBRAYON II

SMAN Pss. Selatan (B) SMAN Ngambur (C) SMAN Bengkunat (C) SMAN Bengkunat

Belimbing (C)

1) SMAN Pss.Tengah (B) 2) SMAN Karya

Penggawa (C) 3) SMAN Pss.

Selatan (B) 4) SMAN Bengkunat (C)

1) 40 dari 55 guru 2) 18 dari 25 guru 3) 33 dari 45 guru 4) 15 dari 20 guru TOTAL: 106

(56)

3.4 Definisi Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konseptual

Definisi konseptual penelitian yang dimaksud adalah penjelasan teoritis mengenai konsep yang berhubungan dengan variabel penelitian yang berdasarkan pendapat para pakar yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya. Definisi konseptual penelitian ini secara rinci dijelaskan sebagai berikut.

3.4.1.1 Kinerja Guru

Kinerja guru dalam konteks penelitian ini merupakan hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan atau kemampuan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu dengan output yang dihasilkan. Semua hasil yang dicapai tercermin secara kuantitas maupun kualitas yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi, yang meliputi kegiatan merencanakan, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan menilai, menganalisis hasil penilaian, dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian dalam menerapkan 4 (empat) domain kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi paedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian.

3.4.1.2 Iklim Sekolah

(57)

internal yang membedakan satu sekolah dengan sekolah lainnya dan memengaruhi perilaku masing-masing anggota sekolah.

3.4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan pembelajaran, baik alat tersebut merupakan peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.

3.4.2 Definisi Operasional

Dimaksud definisi operasional pada penelitian ini adalah penjelasan secara aplikatif perihal hubungan langsung antarvariabel yang digunakan dalam penelitian, secara detail perihal definisi operasional dapat dijelaskan seperti berikut.

3.4.2.1 Kinerja Guru

Kinerja guru adalah skor keseluruhan yang diperoleh dari angket setelah guru menjawab pertanyaan angket mengenai kinerja guru yang meliputi kegiatan merencanakan, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan menilai, menganalisis hasil penilaian, dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian dalam menerapkan 4 (empat) domain kompetensi yang harus dimiliki oleh guru.

(58)

oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Rincian jumlah kompetensi tersebut diuraikan dalam Tabel berikut.

Kompetensi Guru Kelas/Guru Mata Pelajaran

No Ranah Kompetensi Jumlah Indikator

1 Pedagogik 7

2 Kepribadian 3

3 Sosial 2

4 Profesional 2

Total 14

Dilengkapi alternatif jawaban (SB) sangat baik, (B) baik, (S) sedang, (KB) kurang baik, dan (SKB) sangat kurang baik. Pernyataan dikemukakan dalam bentuk pernyataan yang bersifat positif dan negatif. Dengan demikian akan diperoleh skor maksimal 135 dan skor minimal 27. Setiap pilihan jawaban menggunakan bobot penilaian sebagai berikut.

No Alternatif Jawaban Bobot nilai

1 (SB) sangat baik 5

2 (B) baik 4

3 (S) sedang 3

4 (R) rendah 2

5 (SR) sangat rendah 1

(59)
[image:59.595.115.516.107.535.2]

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Kinerja Guru (Y) Ranah

Kompetensi

Indikator Kompetensi Nomor Butir

Jumlah

1. Pedagogik 1 Menguasai karakteristik peserta didik 2 Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik 3 Pengembangan kurikulum

4 Kegiatan pembelajaran yang mendidik 5 Pengembangan potensi peserta didik 6 Komunikasi dengan peserta didik 7 Penilaian dan evaluasi

1,2 3, 4,5 6,7 8,9 10,11 12,13 2 1 2 2 2 2 2 2. Kepribadian 8 Bertindak sesuai dengan norma agama,

hukum, sosial dan kebudayaan nasional

9 Menunjukkan pribadi yang dewasa dan

Teladan

10 Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi,

rasa bangga menjadi guru

14,15 16,17 18,19 2 2 2

3. Sosial 11 Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif

12 Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik, dan masyarakat

20,21 22,23

2 2

4. Profesional 13 Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu

14 Mengembangkan keprofesionalan melalui Tindakan yang reflektif

24,25

26,27 2

2

Jumlah 27

3.4.2.2 Iklim Sekolah

(60)

dideskripsikan berdasarkan dimensi (a) perilaku kepala sekolah dan (b) perilaku guru.

Variabel iklim sekolah pada penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala Likert dengan empat alternatif, yaitu (SK) sangat kondusif, (K) kondusif, (KK) kurang kondusif, dan (SKK) sangat kurang kondusif. Pernyataan dilakukan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang bersifat positif dan negatif. Dengan demikian, akan diperoleh skor maksimal 96 dan skor minimal 24. Setiap jawaban bernilai dengan pembobotan berikut.

No Alternatif Jawaban Bobot nilai

1 (SK) sangat kondusif 4

2 (K) kondusif 3

3 (KK) kurang kondusif 2

4 (SKK) sangat kurang kondusif 1

[image:60.595.113.402.311.390.2]

Secara rinci indikator dan jumlah item pernyataan yang digunakan untuk mendapatkan data mengenai iklim sekolah sebagai berikut.

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Iklim Sekolah (X1)

Dimensi Indikator Nomor

Butir

Jumlah 1. 1. Perilaku a. Kepala sekolah menekankanpada hasil. 1,2,3 3

Kepala Sekolah b. Kepala sekolah memastikan pelaksanaan pembelajaran berjalan baik.

4,5,6, 3

c. Kepala sekolah bersikap akrab dan mau membantu para guru.

7,8,9 3

d. Kepala sekolah memberikan teladan kepada para guru.

10,11, 12

3

2.Prilaku Guru a. Perasaan guru terhadap tugas yang diberikan kepala sekolah.

13,14, 15

3 b. Guru-guru melakukan pekerjaan dengan baik 16,17, 3 disertai rasa tanggungjawab. 18

c. Para guru berupaya mencapai tujuan 19,20, 3 pekerjaan dan memperoleh kepuasan. 21

d. Hubungan antarpribadi guru yang erat dan 22,23 3

menyenangkan. 24

(61)

3.4.2.3 Kelayakan Sarana Prasarana

Sarana dan prasarana adalah skor keseluruhan yang diperoleh guru dari angket setelah guru menjawab pertanyaan/pernyataan angket tentang ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Variabel yang diukur pada sarana dan prasarana adalah sebagai berikut.

Sarana pendidikan yang berhubungannya dengan proses belajar mengajar, yaitu: a) Alat pelajaran; b) Alat peraga; c) Media pengajaran. Adapun prasarana adalah Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang laboratorium;

Variabel sarana dan prasarana pada penelitian ini hendak diukur menggunakan angket. Pernyataan dilakukan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang bersifat positif. Dengan demikian, akan diperoleh skor maksimal 72 dan skor minimal 18.

Setiap alternatif jawaban bernilai dengan pembobotansebagai berikut.

No Alternatif Jawaban Bobot nilai

1 (SL) sangat layak 4

2 (L) layak 3

3 (TL) tidak layak 2

4 (STL) sangat tidak layak 1

(62)

3.6 Kisi-kisi Instrumen Kelayakan Sarana Prasarana (X2)

Komponen Aspek Indikator Nomor

Butir

Jumlah Kelayakan

Sarana dan Prasarana Pembelajaran

1. Ruang Kelas Jumlah, kapastas, rasio/siswa ruang kelas dengan standar sarananya

1,2 2

2. Ruang Perpustakaan

Terdapat perpustakaan deng- an standar sarananya

3,4 2

3. Ruang Lab. Biologi

Terdapat Lab. Biologi deng- an standar sarananya

5,6 2

4. Ruang Lab. Fisika

Terdapat Lab. Fisika deng- an standar sarananya

7,8 2

5. Ruang Lab. Kimia

Terdapat Lab. Kimia deng- an standar sarananya

9,10 2 6. Ruang

Lab.Komputer

Terdapat Lab. Komputer dengan standar sarananya

11,12 2 7. Ruang

Lab. Bahasa

Terdapat Lab. Bahasa deng- an standar sarananya

13,14 2 8. Ruang Guru

Terdapat Ruang Guru deng- an standar sarananya

15,16 2

9. Tempat Olahraga

Terdapat tempat olaharaga Dengan standar sarananya

17,18 2

Jumlah 18

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik angket. Pengumpulan data dengan teknik ini dilakukan dengan cara mendistribusikan sejumlah instrumen berupa kuisioner kepada responden. Kuisioner yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis kuisioner tertutup dengan menggunakan skala Likert.

Teknik angket dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner untuk menggali data mengenai kinerja guru, iklim sekolah, dan sarana dan prasarana.

(63)

Penggunaan instrumen untuk mendapatkan data pada sampel yang telah ditentukan h

Gambar

Tabel 1.1 Penyebab Rendahnya Kinerja Guru SMA Kabupaten Pesisir Barat
Gambar 2.1: Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 3.2  Teknik Cluster Sampling
Gambar 3.3  Populasi dan Sampel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman vegetatif, tinggi tanaman generatif, tinggi runduk, jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, diameter batang, panjang ruas

Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah: Mendis- kripsikan peran dan kinerja kelembagaan yang mendukung budidaya padi hemat input; Merancang sistem insentif yang tepat bagi

Mahasiswa perempuan menunjukkan respon pujian benda kepemilikan yang lebih terbuka dengan menerima pujian secara dominan pada seting percakapan sesama gender, tetapi

Tanaman yang paling sering ditemukan adalah pohon akasia ( Acacia mangium ) dan tanaman yang paling jarang ditemukan adalah pohon manggis ( Garcinia mangostana ). Rasio

By this method the writer uses translation done by Inside the Kingdom’s novel by Carmen Bin Ladin as the data source, and the data taken are sentences that containing

tidak memilih suatu pre-school akan ditentukan tingkat kepuasan yang.

Persoalan yang sering muncul dalam pengaturan kewenangan bidang perindustrian pasca otonomi daerah di Propinsi DIY (Kota Yogyakarta & Kabupaten Sleman) adalah dalam

Mengingat pentingnya acara ini diminta kepada saudara hadir tepat waktu dan membawa berkas kelengkapan kualifikasi yang terdiri dari :..  Dukungan