PENGARUH KESIAPAN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN
LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATA
PELAJARAN MEMAHAMI PRINSIP PENYELENGGARAAN
ADMINISTRASI PERKANTORAN KELAS X
JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
DI SMK TEUKU UMAR SEMARANG
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh:
Devi Kumala Anggraeni NIM 7101411254
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada:
Hari :
Tanggal :
Dosen Pembimbing
Dra. Nanik Suryani, M.Pd.
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Senin
Tanggal : 24 Januari 2016
Penguji I Penguji II Penguji III
Ade Rustiana Ismiyati, S.Pd., M.Pd Dra. Nanik Suryani, M.Pd.
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain,
baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan dari orang lain yang terdapat
dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di
kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, Oktober 2015
Devi Kumala Anggraeni
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Banyak kegagalan dalam hidup
ini dikarenakan orang-orang
tidak menyadari betapa dekatnya
mereka dengan keberhasilan saat
mereka menyerah”
(Thomas Alva Edison)
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho Allah
SWT, skripsi ini saya
persembahkan kepada:
1. Untuk ibu saya, bapak saya
dan adik saya, terima kasih
atas doa dan dukungannya.
2. Almamater saya Universitas
vi PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Kesiapan Belajar, Motivasi Belajar dan Lingkungan Sekolah terhadap
Hasil Belajar Mata Pelajaran Memahami Prinsip Penyelenggaraan Administrasi
Perkantoran Siswa kelas X di SMK Teuku Umar Semarang”, dalam rangka menyelesaikan Studi Strata Satu untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini dapat terselesaikan berkat
dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan
Studi Strata Satu di Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Wahyono, M. M., Dekan Fakultas Ekonomi yang telah mengesahkan
skripsi ini.
3. Ade Rustiana, Ketua Jurusan Ekonomi dan sebagai Dosen Penguji I yang telah
memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan pelaksanaan penelitian
dan yang telah memberikan masukan dan arahan dalam kesempurnaan skripsi
ini.
4. Dra. Nanik Suryani, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan
vii
5. Ismiyati, S.Pd., M.Pd, Dosen Penguji II yang dengan bijak memberi
pengarahan dan masukan dalam skripsi ini.
6. Seluruh Dosen beserta staf Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan
kemudahan administrasi dalam perijinan pelaksanaan penelitian.
7. Dra. Sulasih, Kepala SMK Teuku Umar Semarang yang telah memberikan ijin
untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
8. Bapak, Ibu Guru, dan siswa di SMK Teuku Umar Semarang yang telah
memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian.
9. Teman seperjuangan mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran
angkatan 2011 yang senantiasa memberi dukungan dan membantu
pelaksanaan penelitian.
10.Sahabat-sahabat SMA yang senantiasa memberi semangat, dukungan dan
bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan balasan atas segala kebaikan yang telah
diberikan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Terimakasih.
Semarang, Oktober 2015
viii SARI
Anggraeni, Devi Kumala. 2015. “Pengaruh Kesiapan Belajar, Motivasi Belajar dan Lingkungan Sekolah terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Memahami Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran Siswa Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Teuku Umar Semarang”. Skripsi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Dra. Nanik Suryani, M. Pd.
Kata Kunci: Kesiapan Belajar, Motivasi Belajar, Lingkungan Sekolah, dan Hasil Belajar.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, dan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa.Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa hasil belajar mata pelajaran memahami prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran siswa kelas X jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Teuku Umar Semarang tergolong masih rendah. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kesiapan belajar, motivasi belajar dan lingkungan sekolah terhadap hasil belajar mata pelajaran memahami prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran siswa kelas X jurusan administrasi perkantoran di SMK Teuku Umar Semarang.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 67 siswa yang terdiri dari seluruh siswa kelas X jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Teuku Umar Semarang yang sekaligus dipakai sebagai sampel karena jumlah responden kurang dari 100. Variabel yang diteliti yaitu kesiapan belajar, motivasi belajar dan lingkungan sekolah sebagai variabel bebas, dan hasil belajar sebagai variabel terikat. Metode pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda dan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara kesiapan belajar, motivasi belajar dan lingkungan sekolah terhadap hasil belajar mata pelajaran memahami prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran siswa kelas X di SMK Teuku Umar Semarang secara simultan maupun parsial yang dibuktikan dari hasil uji simultan (F) yang diperoleh signifikansi < 0,05 dan secara parsial diperoleh signifikansi < 0,05. Besarnya pengaruh secara simultan sebesar 64,3% selebihnya 35,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Secara parsial kesiapan belajar sebesar 22,47%, motivasi belajar sebesar 9,12% dan lingkungan sekolah sebesar 6,55%.
ix ABSTRACT
Anggraeni, Devi Kumala. 2015. "The Effect of Learning Readiness, Learning Motivation, and School Environment againsts The Results of The Study Subjects, to Understand The Principles of Organizing The Administration of Office Grade X Office Administration Department in SMK Teuku Umar Semarang".Final Project. Economics Education Department, Economics Faculty, Semarang State University. Advisor: Dra. Nanik Suryani, M.Pd.
Keywords: Learning Readiness, Learning Motivation, School Environment, Result of The Study Subjects.
Student learning result was highly influenced by many factors, the internal factor was factor that came from the student him/herself and the external factor was factor that came from outside of the student. The result of the initial observation indicated that the results of the study subjects, to understand the principles of organizing the administration of office grade X Office Administration Department in SMK Teuku Umar Semarang was still low. The purpose of this research was to find out the influence of learning readiness, learning motivation and school environment to learning result of student.
The population of this research in total are 67 students. They comprise the entire grade Office Administration major in X in SMK Teuku Umar Semarang who at one time be used as a sample because the number of respondents is less than 100. The variables examined, named the learning readiness, learning motivation and the school environment as a free variable, and the results of the study as a bound variable. To collect the data, the researcher applied question form and documentation. Data analysis using multiple regression analysis and descriptive analysis.
The results showed that the existence of significant influence between the learning readiness, learning motivation and school environment againsts the results of the study subjects, to understand the principles of organizing the administration of Office grade X Office Administration Department in SMK Teuku Umar Semarang simultaneously as well as partial proof of simultaneous test results (F) gained significance < 0,05 and partially obtained significance < 0.05. The magnitude of the simultaneous influence of 64,3% rest by 35.7 per cent of affected by other factors not examined in this study. The result are 22.47% for learning readiness, 9,12% for learning motivation and for the school environment is 6,55%.
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
SARI……. ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 10
1.3 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Manfaat Penelitian ... 12
BAB II LANDASAN TEORI ... 13
2.1 Tinjauan tentang Hasil Belajar ... 13
2.1.1 Pengertian Belajar ... 13
xi
2.1.3 Prinsip-Prinsip Belajar ... 15
2.1.4 Unsur-Unsur Belajar ... 15
2.1.5 Hasil Belajar ... 16
2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 17
2.2 Tinjauan tentang Kesiapan Belajar Siswa ... 23
2.2.1 Pengertian Kesiapan Belajar ... 23
2.2.2 Prinsip-Prinsip Kesiapan Belajar ... 23
2.2.3 Faktor-Faktor Kesiapan Belajar ... 24
2.2.4 Indikator Kesiapan Belajar ... 25
2.3 Tinjauan tentang Motivasi Belajar ... 25
2.3.1 Pengertian Motivasi ... 25
2.3.2 Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 26
2.3.3 Macam-Macam Motivasi ... 26
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 27
2.3.5 Faktor-Faktor yang Dapat Menurunkan Motivasi Belajar ... 27
2.3.6 Penerapan Motivasi dalam Pendidikan dan Pembelajaran ... 29
2.3.7 Ciri-Ciri Motivasi ... 30
2.3.8 Indikator Motivasi Belajar ... 30
2.4 Tinjauan tentang Lingkungan Sekolah ... 30
2.4.1 Pengertian Lingkungan Sekolah ... 30
2.4.2 Faktor-Faktor Lingkungan Sekolah ... 32
2.4.3 Indikator Lingkungan Sekolah ... 34
xii
2.6 Kerangka Berfikir dan Pengembangan Hipotesis ... 36
2.6.1 Kerangka Berpikir ... 36
2.6.2 Hipotesis Penelitian ... 39
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 40
3.2 Populasi ... 41
3.3 Variabel Penelitian ... 42
3.1.1 Variabel Bebas (X) ... 42
3.1.2 Variabel Terikat (Y) ... 43
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 43
3.4.1 Metode Angket (Kuesioner)... 43
3.4.2 Metode Dokumentasi ... 44
3.4.3 Metode Wawancara... 44
3.5 Uji Coba Instrumen ... 45
3.5.1 Validitas ... 45
3.5.2 Reliabilitas ... 48
3.6 Metode Analisis Data ... 50
3.6.1 Analisis Deskriptif Persentase ... 50
3.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 52
3.6.2.1 Uji Normalitas ... 53
3.6.2.2 Uji Multikolinieritas ... 53
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 54
xiii
3.6.4 Uji Hipotesis ... 55
3.6.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 55
3.6.4.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 56
3.6.4.3 Koefisien Determinasi ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58
4.1 Hasil Penelitian ... 58
4.1.1 Analisis Deskripif Persentase ... 58
4.1.2 Analisis Regresi Berganda ... 79
4.1.3 Uji Hipotesis ... 81
4.1.4 Uji Asumsi Klasik ... 87
4.2 Pembahasan ... 91
BAB V PENUTUP ... 98
5.1 Simpulan ... 98
5.2 Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 100
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Jumlah Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X AP Tahun Pelajaran
2014/2015 ... 4
Tabel 1.2 Data Peran Kesiapan Belajar Siswa Kelas X AP SMK Teuku Umar Semarang Tahun Ajaran 2014/2015... 5
Tabel 1.3 Data Peran Motivasi Belajar Siswa Kelas X AP SMK Teuku Umar Semarang Tahun Ajaran 2014/2015... 7
Tabel 1.4 Data Peran Lingkungan Sekolah Siswa Kelas X AP SMK Teuku Umar Semarang Tahun Ajaran 2014/2015 ... 9
Tabel 3.1 Data Populasi Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Teuku Umar Semarang ... 41
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kesiapan Belajar ... 46
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Motivasi Belajar ... 47
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Motivasi Belajar ... 48
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 49
Tabel 3.6 Interval Persentase Variabel Kesiapan Belajar, Motivasi Belajar, & Lingkungan Sekolah ... 52
Tabel 4.1 Interval Persentase dan Kriteria Variabel Independen ... 59
Tabel 4.2 Kriteria Hasil Belajar ... 59
Tabel 4.3 Deskriptif Variabel Kesiapan Belajar ... 60
Tabel 4.4 Deskriptif Indikator Kondisi Fisik ... 61
xv
Tabel 4.6 Deskriptif Indikator Kondisi Emosional ... 63
Tabel 4.7 Deskriptif Indikator Kebutuhan ... 63
Tabel 4.8 Deskriptif Indikator Motif dan Tujuan... 64
Tabel 4.9 Deskriptif Indikator Keterampilan ... 65
Tabel 4.10 Deskriptif Indikator Pengetahuan dan Pengertian yang lain yang telah dipelajari ... 65
Tabel 4.11 Deskriptif Variabel Motivasi Belajar ... 66
Tabel 4.12 Deskriptif Indikator Tekun Menghadapi Tugas ... 67
Tabel 4.13 Deskriptif Indikator Ulet Menghadapi Kesulitan ... 68
Tabel 4.14 Deskriptif Indikator Menunjukkan Minat Terhadap Mata Pelajaran ... 69
Tabel 4.15 Deskriptif Indikator Dapat Mempertahankan Pendapatnya ... 70
Tabel 4.16 Deskriptif Indikator Sedang Mencari dan Memecahkan Soal .... 71
Tabel 4.17 Deskriptif Variabel Lingkungan Sekolah ... 72
Tabel 4.18 Deskriptif Indikator Metode Mengajar ... 73
Tabel 4.19 Deskriptif Indikator Kurikulum ... 74
Tabel 4.20 Deskriptif Indikator Relasi Guru Dengan Siswa ... 75
Tabel 4.21 Deskriptif Indikator Relasi Siswa Dengan Siswa ... 76
Tabel 4.22 Deskriptif Indikator Disiplin Sekolah ... 77
Tabel 4.23 Deskriptif Indikator Fasilitas Sekolah... 78
Tabel 4.24 Deskriptif Variabel Hasil Belajar ... 79
Tabel 4.25 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 80
xvi
Tabel 4.27 Hasil Uji Coba Parsial (Uji t) Variabel X1, X2, X3 terhadap Y ... 83
Tabel 4.28 Hasil Uji Koefisien Determinasi Simultan (R2) ... 85
Tabel 4.29 Hasil Koefisien Determinasi Parsial (r2) ... 86
Tabel 4.30 Hasil Uji Normalitas Kolmogrov Smirnov ... 88
Tabel 4.31 Hasil Uji Multikolinier ... 89
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 38
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Grafik P-Plot ... 87
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Observasi ... 103
Lampiran 2 Nilai Mid Semester Kelas X AP 1 ... 104
Lampiran 3 Nilai Mid Semester Kelas X AP 2 ... 105
Lampiran 4 Hasil Pengamatan Awal... 106
Lampiran 5 Hasil Wawancara Observasi Awal Guru dan Siswa ... 108
Lampiran 6 Daftar Pertanyaan Observasi Awal... 112
Lampiran 7 Tabulasi Observasi Awal ... 117
Lampiran 8 Hasil Perhitungan Observasi Awal ... 120
Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian ... 122
Lampiran 10 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Penelitian dan Angket Uji Coba 123 Lampiran 11 Tabulasi Hasil Uji Validitas Variabel Kesiapan Belajar ... 131
Lampiran 12 Tabulasi Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Motivasi Belajar 133 Lampiran 13 Tabulasi Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Lingkungan Sekolah ... 134
Lampiran 14 Hasil Uji Validitas Variabel Kesiapan Belajar (X1) ... 135
Lampiran 15 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar (X2) ... 137
Lampiran 16 Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan Sekolah (X3) ... 139
Lampiran 17 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kesiapan Belajar, Motivasi Belajar dan Lingkugan Sekolah ... 141
Lampiran 18 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian dan Angket Penelitian ... 142
xix
Lampiran 20 Tabulasi Data Penelitian Variabel Motivasi Belajar ... 152
Lampiran 21 Tabulasi Data Penelitian Variabel Lingkungan Sekolah ... 155
Lampiran 22 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 158
Lampiran 23 Deskriptif Persentase Variabel Kesiapan Belajar, Motivasi Belajar dan Lingkungan Sekolah ... 159
Lampiran 24 Deskriptif Persentase Per Indikator Variabel Kesiapan Belajar 161 Lampiran 25 Deskriptif Persentase Per Indikator Variabel Motivasi Belajar 164 Lampiran 26 Deskriptif Persentase Per Indikator Variabel Lingkungan Sekolah ... 167
Lampiran 27 Tabel Persiapan Analisis Regresi Linier ... 170
Lampiran 28 Hasil Analisis Regresi ... 172
Lampiran 29 Uji Asumsi Klasik ... 174
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangat penting, setiap orang berhak memperoleh pendidikan,
sesuai yang tertuang di dalam UUD 1945 pasal 31 (1) yang menyebutkan bahwa:
“setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”, maka dari itu usaha
pemerintah untuk memajukan pendidikan di Indonesia yaitu dengan adanya
sekolah gratis. Program ini membantu anak–anak yang ingin bersekolah tetapi tidak mempunyai biaya. Anak–anak harus terus belajar dan sekolah supaya mendapat pengetahuan dan karena mereka adalah generasi penerus bangsa.
Sekolah dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas,
sekolah menengah kejuruan itu semua merupakan proses yang umumnya dilalui
anak dalam jenjang pendidikan, sesuai dengan tingkatan atau umur mereka.
Anak–anak yang nantinya setelah lulus ingin bekerja atau tidak meneruskan belajar ke perguruan tinggi, umumnya mereka memilih sekolah menengah
kejuruan (SMK). Jumlah sekolah kejuruan di Indonesia ini banyak mulai dari
yang negeri maupun swasta. Setiap sekolah kejuruan membekali siswa siswi
mereka dalam hal keterampilan, sehingga setelah lulus dapat memenuhi
kebutuhan dunia kerja, bagi mereka yang tidak melanjutkan di perguruan tinggi.
Pengertian belajar secara psikologis dalam Slameto (2010:2), belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu proses perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”. Belajar itu merupakan proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya. Belajar dalam Rifa’i
dan Catharina (2011:82) merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap
orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan
oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting didalam perkembangan,
kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan presepsi seseorang.
Dalam proses belajar mengajar akan menghasilkan hasil belajar. Hasil
belajar dalam Rifa’i dan Catharina (2011:85) merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan
aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh
peserta didik, oleh karena itu, apabila peserta didik mempelajari pengetahuan
tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa
penguasaan konsep. Perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik
setelah melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan peserta didik.
Tujuan peserta didik merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang
diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukan bahwa belajar telah terjadi.
Hasil belajar disekolah dilihat dari tuntas atau tidaknya seorang siswa dalam
pelajaran yang ditempuhnya. Hasil belajar dapat memberikan manfaat bagi guru
maupun siswa, bagi guru dapat digunakan untuk mengetahui informasi
mereka dapat mengetahui sejauh mana kemampuan mereka pada satu mata
pelajaran tertentu, sehingga dapat membantu siswa dalam membuat perencanaan
studi lanjutan. Hasil belajar di sekolah bisa dilihat dari nilai ulangan harian dan
nilai ulangan tengah semester (UTS), nilai yang diberikan berupa angka, dari
angka tersebut dapat dilihat seorang siswa sudah mencapai Kriteria Batas Minimal
(KKM) atau belum, jika sudah memenuhi atau melebihi KKM itu menandakan
seorang siswa sudah baik nilainya, jika belum maka seorang siswa harus
memperbaiki dalam studi lanjutannya. Kriteria Ketuntasan Minimal tiap–tiap sekolah berbeda. Kriteria Ketuntasan Minimal di SMK Teuku Umar Semarang
yaitu sebesar 75, dalam nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) siswa–siswi kelas X AP 1 dan X AP 2 pada pelajaran Memahami Prinsip Penyelenggaraan
Administrasi Perkantoran. Hasil belajar seharusnya siswa mendapat hasil yang
bagus, tapi kenyataannya di kelas X jurusn AP di SMK Teuku umar ini hasil
belajar sebagian besar siswa tidak tuntas, ini dibuktikkan dari hasil pengamatan
observasi awal pada tanggal 11 Februari 2015 yang menyatakan hasil belajar
siswa kurang maksimal karena ada beberapa siswa yang terlihat gugup saat
menghadapi ulangan tengah semester, jam mengerjakkan ulangan tengah semester
pada saat jam siang, siswa pada mengantuk dan sudah tidak bersemangat
mengerjakkan.Berikut ini tabel data nilai UTS/ Mid Semester siswa kelas X AP 1
Tabel 1.1
Jumlah Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X AP Tahun Pelajaran 2014/2015
Sumber : Data Kelas X AP SMK Teuku Umar Semarang
Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa hasil belajar kelas X AP masih
belum optimal. Dapat dilihat kelas X AP 1 yang belum tuntas ada 18 siswa atau
54,55 %, yang sudah tuntas ada 15 siswa atau 45,45%, sedangkan untuk kelas X
AP 2 yang belum tuntas ada 27 siswa atau 79,41%, yang sudah tuntas ada 7 siswa
atau 20,59%, presentase yang belum tuntas dengan yang sudah tuntas lebih besar
yang belum tuntas.
Faktor–faktor yang memberikan kontribusi terhadap hasil belajar dalam Slameto (2010:54) adalah kondisi internal dan eksternal. Faktor internal seperti
faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan, sedangkan faktor
eksternal meliputi, faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Untuk
dugaan sementara pencapaian hasil belajar belum optimal pada mata pelajaran
Memahami Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran siswa kelas X AP
karena dipengaruhi oleh faktor kesiapan belajar, motivasi belajar dan lingkungan
sekolah.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada tanggal11 Februari 2015,
saat akan dimulai pelajaran ada beberapa siswa yang masih mengobrol dengan
teman sebangku, jika tidak ditegur tidak diam, untuk buku panduan satu meja ada
dengan guru AP Bu Rumdihastuti S.Pd. pada tanggal 14 Februari 2015 untuk
mengetahui kesiapan awal siswa, menurut beliau siswa susah digerakkan untuk
belajar, ketika akan diadakan ulangan, sudah diberi tahu, tapi tetap saja tidak
belajar, selain itu untuk buku panduan sudah baik karena disediakan oleh perpus.
Kesiapan dalam Slameto (2010:113) adalah keseluruhan kondisi seseorang yang
membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap
suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada atau
kecenderungan untuk memberi respon. Kesiapan belajar yang baik akan
berpengaruh baik juga terhadap hasil belajar.
Kesiapan belajar yang seharusnya, siswa saat akan dimulai pelajaran sudah
siap tidak ada yang mengobrol, tapi kenyataannya ada beberapa siswa yang masih
mengobrol ketika akan dimulai pelajaran, lalu seharusnya saat guru menerangkan
siswa mendengarkan dan memperhatikan tapi kenyataannya tidak. Ini dibuktikan
dengan hasil pengamatan observasi awal yang sudah diterangkan diawal dan hasil
angket observasi awal yang dibagikan kepada 31 siswa untuk melihat gambaran
awal tentang peran kesiapan belajar, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.2
Data Peran Kesiapan Belajar Siswa Kelas X AP SMK Teuku Umar Semarang Tahun Ajaran 2014/2015
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1 21 – 24 5 siswa 16,13% Sangat Siap
2 17 – 20 8 siswa 25,81% Siap
3 13 – 16 8 siswa 25,81% Cukup
4 9 -12 9 siswa 29,03% Kurang Siap
5 5 – 8 1 siswa 3,22% Tidak Siap
Jumlah 31 100%
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa kondisi kesiapan belajar siswa dalam
keadaan kurang siap. Hal ini dapat dilihat melalui penyebaran angket kepada 31
siswa. Hasilnya menunjukkan paling banyak ada 9 siswa termasuk dalam kreteria
kurang siap. Dengan melihat kondisi di atas, maka kesiapan belajar siswa perlu
dikaji dalam penelitian ini.
Jurnal yang dapat mendukung penelitian ini adalah jurnal dari Antara I
Nyoman Runia dengan judul “Pengaruh Kesiapan Dan Transfer Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Di SMA Negeri 1 Ubud” menunjukkan bahwa ada
pengaruh antara kesiapan belajar terhadap hasil belajar secara signifikan yang
terlihat dari nilai signifikansi 0,009<0,05.
Motivasi dalam Sardiman (2012:75) dapat dikatakan sebagai keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Hasil pengamatan, saat guru menjelaskan materi ada beberapa siswa yang tidak
memperhatikan, mengobrol dengan teman sebangku, saat diberi tugas ada
beberapa siswa tidak mengerjakan dengan sungguh–sungguh, ada pula siswa yang mengerjakan tugas dengan mencontek milik teman tidak mengerjakan sendiri,
ketika pengumpulan tugaspun ada beberapa siswa yang mengumpulkan tidak
sesuai dengan kesepakatan atau mengumpulkan lebih dari batas waktu
pengumpulan tugas. Selain itu hasil wawancara dengan guru AP saat siswa diberi
Motivasi belajar yang seharusnya, siswa tepat waktu saat mengumpulkan
tugas, tapi kenyataannya tidak, saat pengumpulan tugas ada beberapa siswa yang
tidak tepat waktu mengumpulkan. Ini dibuktikan dengan hasil pengamatan
observasi awal yang sudah diterangkan diawal dan hasil angket observasi awal
yang dibagikan kepada 31 siswa untuk melihat gambaran awal tentang peran
kesiapan belajar, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.3
Data Peran Motivasi Belajar Siswa Kelas X AP SMK Teuku Umar Semarang Tahun Ajaran 2014/2015
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1 21 – 24 7 siswa 22,58% Sangat Tinggi
2 17 – 20 10 siswa 32,26% Tinggi
3 13 – 16 13 siswa 41,94% Cukup
4 9 -12 - 0,00% Kurang
Tinggi
5 5 – 8 1 siswa 3,22% Tidak Tinggi
Jumlah 31 100%
Sumber : Data Kelas X AP SMK Teuku Umar Semarang
Tabel 1.3 menunjukkan bahwa kondisi motivasi belajar siswa dalam
keadaan cukup. Hal ini dapat dilihat melalui penyebaran angket kepada 31 siswa.
Hasilnya menunjukkan paling banyak ada 13 siswa termasuk dalam kreteria
cukup. Dengan melihat kondisi di atas, maka motivasi belajar siswa perlu dikaji
dalam penelitian ini.
Jurnal yang dapat mendukung penelitian ini adalah jurnal dari Kurniawan
Rizal dengan judul “Pengaruh Lingkungan Sekolah, Motivasi Belajar Dan
Kantor Kelas X Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Kudus Tahun Pelajaran
2012/2013” menunjukkan bahwa besarnya pengaruh motivasi belajar terhadap
hasil belajar sebesar 11,95%. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sardiman
(2012:75) yang mengungkapkan bahwa hasil belajar akan optimal kalau ada
motivasi yang tepat, sedangkan pendapat Rifa’i dan Catharina (2011:160)
pentingnya motivasi dalam belajar yaitu sebagai berikut:
“Motivasi adalah penting, bahkan tanpa kesepakatan tertentu mengenai definisi konsep tersebut. Apabila terdapat dua anak yang memiliki kemampuan sama dan memberikan peluang dan kondisi yang sama untuk mencapai tujuan, kinerja dan hasil yang dicapai oleh anakyang termotivasi akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak termotivasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Walaupun begitu, hal itu kadang–kadang menjadi masalah, karena motivasi bukanlah suatu kondisi. Apabila motivasi peserta didik anak itu rendah, umumnya diasumsikan bahwa prestasi peserta didik anak yang
bersangkutan rendah”.
Faktor lain yang diduga mempengaruhi hasil belajar dilihat dari faktor
eksternnya adalah lingkungan sekolah, pengamatan awal terlihat hubungan siswa
dengan guru baik, ketika berpapasan dengan guru siswa menyapa, hubungan
dengan teman sekelas juga baik, tetapi ada beberapa siswa yang memakai seragam
tidak rapi, saat akan dimulai pelajaran ada beberapa siswa yang masih belum
diam, saat masuk sekolah ada beberapa siswa yang terlambat masuk kelas, ada
beberapa siswa yang tidak menaati peraturan sekolah, seperti saat guru tidak di
kelas, siswa keluar kelas membeli makanan di kantin, perbuatan itu dalam aturan
sekolah tidak memperbolehkan. Hasil wawancara dengan tiga siswa, mereka ada
yang tepat waktu sampai sekolah dan ada juga yang terlambat. Faktor sekolah
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar dan tugas rumah. Lingkungan sekolah yang seharusnya, siswa datang
kesekolah tepat waktu, tapi kenyataannya tidak, ada beberapa siswa yang
terlambat masuk sekolah, lalu seharusnya ketika guru tidak dikelas siswa tetap
dikelas, tapi kenyataannya ketika guru tidak dikelas mereka pergi ke kantin. Ini
dibuktikan dengan hasil pengamatan observasi awal yang sudah diterangkan
diawal dan hasil angket observasi awal untuk melihat gambaran awal tentang
peran kesiapan belajar, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.4
Data Peran Lingkungan Sekolah Siswa Kelas X AP SMK Teuku Umar Semarang Tahun Ajaran 2014/2015
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1 21 – 24 6 siswa 19,36% Sangat Baik
2 17 – 20 9 siswa 29,03% Baik
3 13 – 16 15 siswa 48,39% Cukup
4 9 -12 - 0,00% Kurang Baik
5 5 – 8 1 siswa 3,22% Tidak Baik
Jumlah 31 100%
Sumber : Data Kelas X AP SMK Teuku Umar Semarang
Tabel 1.4 menunjukkan bahwa kondisi lingkungan sekolah siswa dalam
keadaan cukup. Hal ini dapat dilihat melalui penyebaran angket kepada 31 siswa.
Hasilnya menunjukkan paling banyak ada 15 siswa termasuk dalam kreteria
cukup. Dengan melihat kondisi di atas, maka lingkungan sekolah siswa perlu
dikaji dalam penelitian ini, didukung penelitian Rizal Kurniawan (2014)
sebesar 30,7 %. Lingkungan sekolah yang baik atau mendukung kegiatan belajar,
akan mempengaruhi hasil belajar yang baik.
Berdasarkan uraian di atas serta dengan melihat kesenjangan antara teori
dan fakta yang terjadi di SMK Teuku Umar Semarang, peneliti tertarik
mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Kesiapan Belajar, Motivasi
Belajar dan Lingkungan Sekolah Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Memahami Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran Siswa Kelas X Jurusan AdministrasiPerkantoran Di SMK Teuku Umar Semarang” 1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka dapat
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran umum tentang kesiapan belajar, motivasi belajar dan
lingkungan sekolah secara simultan terhadap hasil belajar Mata Pelajaran
Memahami Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran Siswa Kelas
X Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Teuku Umar Semarang ?
2. Adakah pengaruh kesiapan belajar, motivasi belajar dan lingkungan sekolah
secara simultan terhadap hasil belajar Mata Pelajaran Memahami Prinsip
Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran Siswa Kelas X Jurusan
Administrasi Perkantoran di SMK Teuku Umar Semarang ?
3. Adakah pengaruh kesiapan belajar terhadap hasil belajar Mata Pelajaran
Memahami Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran Siswa Kelas
4. Adakah pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar Mata Pelajaran
Memahami Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran Siswa Kelas
X Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Teuku Umar Semarang ?
5. Adakah pengaruh lingkungan sekolah terhadap hasil belajar Mata Pelajaran
Memahami Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran Siswa Kelas
X Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Teuku Umar Semarang ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran umum tentang kesiapan belajar, motivasi
belajar, dan lingkungan sekolah secara simultan terhadap hasil belajar Mata
Pelajaran Memahami Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran
Siswa Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Teuku Umar
Semarang.
2. Untuk mengetahui pengaruh kesiapan belajar, motivasi belajar, dan
lingkungan sekolah secara simultan terhadap hasil belajar Mata Pelajaran
Memahami Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran Siswa Kelas
X Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Teuku Umar Semarang.
3. Untuk mengetahui pengaruh kesiapan belajar terhadap hasil belajar Mata
Pelajaran Memahami Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran
Siswa Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Teuku Umar
Semarang.
4. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar Mata
Siswa Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Teuku Umar
Semarang.
5. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekolah terhadap hasil belajar Mata
Pelajaran Memahami Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran
Siswa Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Teuku Umar
Semarang.
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis (manfaat bagi ilmu pengetahuan)
Manfaat teoritis dalam penelitian ini yaitu dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan atau mengembangkan wawasan baru dalam pembelajaran
administrasi perkantoran.
1.4.2 Manfaat Praktis
a). Bagi guru sebagai informasi agar lebih dapat meningkatkan
pengawasan dan proses belajar mengajar.
b). Bagi siswa dapat digunakan sebagai tolak ukur hasil prestasi dalam
belajar sehingga siswa dapat melihat hasil yang telah diraihnya dan
untuk dapat lebih meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik.
c). Bagi peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil
pengamatan langsung serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu
13 BAB II
LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Hasil Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar meruapakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan–perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat
didefinisikan sebagai berikut :
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2010:2).
Menurut Sardiman (2012:20-21) belajar senantiasa merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Juga belajar
itu akan lebih baik, lalu si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi
tidak bersifat verbalistik. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai
kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya, kemudian dalam
arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu
pengetahuan yang merupakan sebagian kegaiatan menuju terbentuknya
kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini, ada pengertian bahwa belajar adalah
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan
belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh
seseorang. Belajar memegang peranan penting didalam perkembangan, kebiasaan,
sikap, keyakinan, tujuan,kepribadian, dan bahkan persepsi orang, oleh karena itu
dengan menguasai konsep dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami
bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologi.
2.1.2 Tujuan Belajar
Menurut Sardiman (2012:25-29) tujuan belajar ada tiga jenis, yaitu :
1. Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Jenis interaksi atau cara yang digunakan untuk kepentingan pada umumnya dengan model presentasi, pemberian tugas-tugas bacaan. Cara demikian, siswa akan diberikan pengetahuan sehingga menambah pengetahuannya dan sekaligus akan mencarinya sendiri untuk mengembangkan cara berpikir dalam rangka memperkaya pengetahuannya.
2. Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu ketrampilan, keterampilan sifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar, termasuk dalam hal ini masalah-masalah teknik dan pengulangan, sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah–masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan dan keterampilan berpikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah, jadi semata–mata bukan soal pengulangan, tetapi mencari jawab yang cepat dan tepat.
Keterampilan memang dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan. Interaksi yang mengarah pada pencapaian keterampilan itu akan menuruti kaidah-kaidah dan bukan semata–mata hanya menghafal atau meniru.
3. Pembentukan sikap
pengajar tapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dilandasi nilai-nilai–nilai itu, anak didikan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dipelajari. Cara berinteraksi atau metode-metode yang digunakan misalnya dengan diskusi.
2.1.3 Prinsip–Prinsip Belajar
Prinsip–prinsip belajar menurut Slameto (2010:27-28), yaitu : a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.
2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
3. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.
4. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. b. Sesuai hakikat belajar
1. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.
2. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery. 3. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang
satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang diharapkan.
c. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
d. Syarat keberhasilan belajar
1. Belajar memerlukan sarana yanng cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.
2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali–kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
2.1.4 Unsur–Unsur Belajar
Unsur–unsur belajar menurut Rifai dan Catharina (2011:84-85), yaitu: 1. Peserta didik. Istilah peserta didik dapat diartikan sebagai peserta didik,
belajar. Peserta didik memiliki organ penginderaan yang digunakan untuk menangkap rangsangan, otak yang digunakan untuk mentrasformasikan hasil penginderaan ke dalam memori yang kompleks, dan syaraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari.
2. Rangsangan (stimulus). Peristiwa yang merangsang penginderaan peserta didik disebut stimulus. Banyak stimulus yang berada di lingkungan seseorang. Suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman, gedung, dan orang adalah stimulus yang selalu berada di lingkungan seseorang, agar peserta didik mampu belajar optimal, ia harus memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati.
3. Memori. Memori yang ada pada peserta didik berisi pelbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari kegiatan belajar sebelumnya.
4. Respon. Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut respon. Peserta didik yang sedang mengamati stimulus akan mendorong memori memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon dalam peserta didik diamati pada akhir proses belajar yang disebut dengan perubahan perilaku atau perubahan kinerja.
Keempat unsur belajar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Kegiatan belajar akan terjadi pada diri peserta didik apabila terdapat interaksi
antara stimulus dengan isi memori, sehingga perilakunya berubah dari waktu
sebelum dan setelah adanya stimulus tersebut, apabila terjadi perubahan perilaku,
maka perubahan perilaku itu menjadi indikator bahwa peserta didik telah
melakukan kegiatan belajar.
2.1.5 Hasil Belajar
Kemampuan masing–masing siswa berbeda–beda. Hasil belajar yang dicapai juga berbeda–beda. Menurut Tu’u (2004:5) hasil belajar merupakan sesuatu yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan belajar
yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf, atau kalimat dan dapat
dicerminkan hasil yang telah dicapai oleh sikap siswa dalam periode tertentu.
perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan
aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa,
oleh karena itu apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep,
maka perilaku yang diperoleh adalah berupa pengusaan konsep, sedangkan
menurut Sudjana (2009:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Jadi hasil belajar
merupakan hasil yang dicapai siswa ketika mengerjakan tugas atau kegiatan
belajar dalam bentuk simbol, angka atau huruf.
2.1.6 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2010:54-72) faktor–faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor
intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang belajar. Faktor intern ada 3 faktor yaitu:
1. Faktor Jasmaniah a. Faktor Kesehatan
Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/kelainan-kelainan fungsi alat indera serta tubuhnya. Seseorang agar dapat belajar dengan baik harus mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu menindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.
b. Cacat Tubuh
Keadaan cacat tubuh mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaklah ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya tadi. 2. Faktor Psikologis
a. Intelegensi
Inteligensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif mengetahui relasi dan mempelajarinya cepat. Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
b. Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata–mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Hasil belajar agar menjadi baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Siswa agar dapat belajar dengan baik, usahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai denga hobi atau bakatnya.
c. Minat
Minat adalah sebagai berikut : “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content” artinya minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus–menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik–baiknya, karena tidak ada daya tarik siswa. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar denngan cara menjelaskan hal–hal yang berhubungan dengan cita–cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.
d. Bakat
dan menempatkan siswa belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya.
e. Motif
Pengertian motif sebagai berikut : Motive is an effective-conative factor which operates in determining the direction of an individual's behavior to words an end or goal, consioustly apprehended or unconsioustly. Jadi motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorongnya.
f. Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat–alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar. g. Kesiapan
Kesiapan atau readiness adalah : preparedness to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. 3. Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehiungga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan rohani dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal–hal yang selalu sama/konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya. Kelelahan mempengaruhi belajar. Siswa agar dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya, sehingga perilaku diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.
Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu (Slameto,
1. Faktor Keluarga
a. Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas dengan pertanyaannya yang menyatakan bahwa: Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama, keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.
b. Relasi Anggota Keluarga
Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri
c. Suasana Rumah
Anak agar dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam suasana rumah yang tenang dan tenteram selain anak kerasan/betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik.
d. Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain–lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku–buku dan lain–lain.
e. Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang–kadang anak mengalami lemah semangat, orangtua wajib, memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Orang tua jika perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya. f. Latar Belakang Kebudayaan
2. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup : a. Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode belajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar guru yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya, akibatnya siswa malas untuk belajar.
b. Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegitan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengambangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar.
c. Relasi Guru dengan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.
d. Relasi Siswa dengan Siswa
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan–tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar.
e. Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah dan lain–lain. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik dalam sekolah, dirumah dan di perpustakaan, agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin.
f. Metode belajar
hasil belajar siswa itu. Siswa perlu belajar setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.
3. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat dibagi menjadi :
a. Kegiatan Siswa Dalam Masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya, tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, belajarnya akan terganggu. Kegiatan siswa dalam masyarakat perlu dibatasi supaya jangan sampai menganggu belajarnya.
b. Mass Media
Mass media termasuk didalamnya yaitu bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik–komik dan lain–lain. Semuanya ada dan beredar dalam masyarakat. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya, sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa, maka perlu kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
c. Teman Bergaul
Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga. Siswa agar dapat belajar dengan baik, maka perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik–baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana. d. Bentuk Kehidupan Masyarakat
2.2 Tinjauan Tentang Kesiapan Belajar Siswa 2.2.1 Pengertian Kesiapan Belajar
Menurut Slameto (2010:113-114) kesiapan adalah keseluruhan kondisi
seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara
tertentu terhadap suatu situasi. Menurut Thorndike dalam Slameto (2010:114)
kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya. Kesiapan individu sebagai
seorang peserta didik dalam belajar akan menentukan kualitas proses dan prestasi
belajar peserta didik. Menurut Soejanto (1991:5) kesiapan diri peserta didik
sangat penting untuk meraih keberhasilan dalam kegiatan belajar. Keberhasilan
peserta didik melakukan kesiapan sebelum mengikuti pelajaran dapat menentukan
kesuksesan peserta didik dalam belajar, sehingga akan mempengaruhi prestasi
belajar peserta didik. Berhasil tidaknya suatu pembelajaran tergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik.
Berdasarkan penjelasan diatas maka kesiapan belajar adalah kondisi siswa
cenderung siap memberi respons sebagai prasyarat untuk belajar yang berikutnya,
jadi apabila siswa sebelum pelajaran sudah siap dalam arti sudah siap untuk
menerima pelajaran dan sebelumnya siswa tersebut sudah belajar, maka siswa
tersebut akan bertambah mengerti tentang materi yang diajarkan.
2.2.2 Prinsip–Prinsip Kesiapan Belajar
Menurut Slameto (2010:115) prinsip–prinsip kesiapan ada 4, yaitu sebagai berikut :
1. Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi). 2. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari
3. Pengalaman–pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan.
4. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentuk dalam masa perkembangan.
2.2.3 Faktor-Faktor Kesiapan Belajar
Menurut Slameto (2010:113) kondisi kesiapan mencakup 3 aspek, yaitu:
1. Kondisi fisik, mental, emosional
Kondisi fisik yang dimaksud misal lelah, keadaan dan alat indera dan lain-lain, dan permanen (cacat tubuh). Kondisi mental menyangkut kecerdasan siswa, misalnya, kecakapan seseorang dalam memberi pendapat, berbicara dalam forum diskusi, dan rasa percaya diri terhadap kemampuan. Kondisi emosional adalah kemampuan siswa untuk mengatur emosinya dalam menghadapi masalah, misalnya saat kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan harapan, hasrat kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. Kondisi emosional juga mempengaruhi kesiapan untuk berbuat sesuatu, hal ini karena ada hubungannya dengan motif.
2. Kebutuhan–kebutuhan, motif, dan tujuan
Kebutuhan adalah rasa membutuhkan terhadap materi yang diajarkan. Hubungan antara kebutuhan, motif, tujuan dan kesiapan adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan ada yang disadari dan ada yang tidak disadari.
b. Kebutuhan yang tidak disadari akan mengakibatkan tidak adanya dorongan untuk berusaha.
c. Kebutuhan mendorong usaha, dengan kata lain timbul motif. Motif tersebut diarahkan ke pencapaian tujuan.
2.2.4 Indikator Kesiapan Belajar
Berdasarkan faktor–faktor yang mempengaruhi kesiapan belajar dalam Slameto (2010:113), penelitian ini yang digunakan sebagai indikator kesiapan
belajar yaitu :
1. Kondisi fisik, mental dan emosional
2. Kebutuhan–kebutuhan, motif dan tujuan
3. Keterampilan, pengetahuan, dan pengertian yang lain yang telah dipelajari
2.3 Tinjauan Tentang Motivasi Belajar Siswa 2.3.1 Pengertian Motivasi
Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2012:73), motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi dapat juga
dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi–kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka,
maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Menurut Hamalik (2014:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri
(pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan. Mulyasa (2009:195) berpendapat bahwa “motivasi adalah
tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya perilaku seseorang
kearah suatu tujuan tertentu”. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang
menggerakkan atau melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi
untuk melakukan kegiatan belajar. Jadi kesimpulannya motivasi adalah dorongan
yang menyebabkan seseorang mencapai tujuan tertentu. Hasil belajar akan
optimal kalau ada motivasi yang tepat (Sardiman, 2012:75).
2.3.2 Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Ada 3 fungsi motivasi menurut Sardiman (2012:85), yaitu:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan–perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan–perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
2.3.3 Macam–Macam Motivasi
Macam-macam motivasi menurut Biggs dan Telfer (dalam Subini 2011:93)
dibedakan menjadi empat kelompok:
1. Motivasi Instrumental
Motivasi instrumental terjadi jika seseorang yang belajar karena menginginkan hadiah atau bahkan menghindari hukuman. Misalnya, mau berangkat sekolah karena mendapat uang saku atau jika tidak berangkat maka dimarahi orangtua dan sebagainya.
2. Motivasi Sosial
3. Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi merupakan motivasi seseorang karena ingin meraih prestasi atau keberhasilan yang sudah ditetapkan sendiri, misalnya agar lulus ujian dengan nilai minimal 8 maka harus rajin belajar dan sebagainya.
4. Motivasi Intrinsik
Motivasi yang diperoleh karena keingininnya sendiri, misalnya seseorang yang bercita-cita menjadi pilot maka tujuannya fokus pada keingininannya menjadi seorang pilot.
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Rifa‟i dan Catharina (2011:162) berpendapat bahwa ada enam faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar, antara lain: 1. Sikap
Sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi dan emosi yang dihasilkan di dalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan. 2. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai suatu kekuatan internal yang memandu peserta didik untuk mencapai tujuan.
3. Rangsangan
Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif.
4. Afeksi
Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional, kecemasan, kepedulian dan pemilikan dari individu atau kelompok pada waktu belajar. 5. Kompetensi
Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetensi dari lingkungannya. Teori kompetensi mengasumsikan bahwa peserta didik secara alamiah berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkungannya secara efektif. Peserta didik secara intrinsik termotivasi untuk menguasai lingkungan dan mengerjakan tugas-tugas secara berhasil agar menjadi puas.
6. Penguatan
Prinsip penguatan (reinforcement) adalah salah satu hukum psikologi paling fundamental. Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon.
2.3.5 Faktor-Faktor yang Dapat Menurunkan Motivasi Belajar
Beberapa faktor yang dapat menurunkan motivasi belajar seseorang
1. Ketidaknyaman
Fisik merupakan aspek fisiologis atau penampakan yang penting untuk meningkatkan motivasi belajar. Seorang siswa biasanya selalu memperhatikan penampilan fisiknya, jika fisiknya tidak membuat ia nyaman, motivasi belajarnya pun akan menurun.
2. Materi yang terlalu sulit atau mudah
Motivasi belajar seseorang juga dipengaruhi oleh sulit tidaknya suatu materi, meskipun tingkat kesulitan masing-masing juga tidak sama. Ada yang menganggap pelajaran tertentu seperti kalkulus, fisika, kimia termasuk materi yang sulit, tetapi ada juga yang menganggap bahwa itu bukanlah pelajaran yang harus dipusingkan. Orang yang menganggap mata pelajaran tertentu sulit akan sangat berpengaruih pada motivasi belajarnya.
3. Frustasi
Frustasi pada seseorang akan mempengaruhi konsentrasi dan motivasinya dalam menyimak pelajaran yang ada. Seseorang yang mengalami frustasi lebih banyak tenggelam dalam masalahnya daripada menyerap pelajaran yang diberikan. Motivasi untuk terus belajar akan menurun sejalan dengan rasa frustasinya, oleh karena itu hendaknya tidakmencampuradukkan semua masalah yang ada karena setiap orang mempunyai problema masing-masing yang harus dicari jalan keluarnya. Semakin menumpuk masalah maka semangat untuk belajar akan semakin menurun.
4. Persaingan yang tidak sehat
Persaingan yang tidak sehat juga dapat mengganggu motivasi belajar seseorang. Sementara setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Terkadang dalam ujian ada anak yang berbuat curang dengan mencontek pekerjaan teman. Seseorang yang rela belajar mati-matian dan meraih hasil yang sempurna tentu akan kecewa jika mendapati temannya yang tidak pernah belajar memperoleh nilai sama. Apabila hal ini dibiarkan terus-menerus, motivasi belajar akan hilang seiring dengan menjamurnya cara memperoleh hasil yang tidak jujur seperti mencontek buku atau mengutip pekerjaan teman.
5. Presentasi yang membosankan
Proses kegiatan belajar mengajar tidak pernah terlepas dari cara guru menyampaikan pelajaran. Bagaimana gaya seorang guru dalam menyampaikan materi akan sangat mempengaruhi konsentrasi dan motivasi seseorang dalam menangkap informasi.
6. Kehilangan harga diri