SKRIPSI
Di susun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
Nama : AVIARA SUMARSONO
NIM : 20120610217
Bagian : HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS HUKUM
i
GUNUNG MERAPI
SKRIPSI
Di susun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
Nama : AVIARA SUMARSONO
NIM : 20120610217
Bagian : HUKUMADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS HUKUM
UNVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii
GUNUNG MERAPI
Diajukan Oleh :
Nama : AVIARA SUMARSONO NIM : 20120610217
Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing pada tanggal 20 Januari 2016
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing II
Sunarno, SH.,M.Hum NIK. 19721228200004 153 046
iii
GUNUNG MERAPI
Telah dipertahankan dihadapan tim penelaah pada tanggal 27 Februari 2016
yang terdiri dari:
Ketua
Bagus Sarnawa, S. H., M. Hum. NIK. 19680821 199303 1003
Anggota Anggota
Sunarno, SH.,M.Hum NIK. 19721228200004 153 046
Beni Hidayat, SH.,M.Hum. NIK. 19731231199804 153 030
Mengesahkan Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
iv Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : Aviara Sumarsono
NIM : 20120610217
Program Studi : Ilmu Hukum
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KONSERVASI KAWASAN
WISATA ALAM TLOGO MUNCAR TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI” ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 20Januari 2016
v
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah
engkau berharap. “
~QS. Al. Insyirah, 6-8~
Siapapun yang menempuh suatu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah akan
memberikan kemudahan jalannya menuju syurga.
~H.R. Muslim~
Your time is limited, dont waste it livingsomeone else’e life
~Steve Jobs~
Fall seven times, stand eight times.
Sukses tidak diukur menggunakan kekayaan, sukses adalah sebuah pencapaian
yang kita inginkan.
vi
Alhamdulillahirabbil’alamin .
Segala puji bagi Allah SWT atas Rahmat dan KaruniaNya sehingga kini aku telah
selesai dalam studi sarjana, setetes keberhasilan yang Engkau hadiahkan padaku
ya Allah. Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaanMu.
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk malaikat tanpa sayapku, Ibundaku
Sukarmi, yang selalu menyayangiku, dan tak henti-hentinya memberiku
semangat, motivasi, serta lantunan doa di setiap malammu. Tanpamu aku
bukanlah siapa-siapa dan Pengorbananmu tanpa balas jasa.
Serta pahlawanku, ayahandaku Sumarsono, yang selalu memberikan kasih
sayangnya, selalu memberikan dukungan, yang selalu mengeluarkan
keringatnya demi masa depanku yang lebih cerah.
Terakhir, untuk seseorang yang menjadi partner perjuanganku “Umiatun
Handari”, lewat doa doamu, aku bisa menyelesaikan tugasku, dan siap untuk
menggapai cita-citaku selanjutnya. Terima kasih untuk pengertiannya,
vii
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas berkat, rahmat serta
karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi penulisan Hukum yang
berjudul :“TINJAUAN YURIDIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
KONSERVASI KAWASAN WISATA ALAM TLOGO MUNCAR TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI”.
Skripsi Penulisan Hukum ini ditujukan untuk memenuhi dan melengkapi
salah satu persyaratan ujian guna memperoleh gelar SarjanaHukum (S.H) pada
Jurusan Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
dan banyak kekurangan baik dalam metode penulisan maupun dalam pembahasa
nmateri. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Sehingga
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
mudah-mudahan dikemudian hari dapat memperbaiki segala kekuranganya.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis selalu mendapatkan bimbingan,
dorongan, serta semangat dari banyak pihak. Oleh karena itu Penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak
diantaranya:
1. Bapak DR. Trisno Raharjo, SH., M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum
viii
3. Bapak Sunarno, SH.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing I penulisan Hukum
yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan dalam penulisan
hukum ini.
4. Bapak Beni Hidayat, SH.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing II penulisan
Hukum yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan dalam
penulisan hukum ini.
5. Seluruh Dosen Bagian Hukum Administrasi Negara yang telah memberikan
ilmu, bimbingan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studinya.
6. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhmmadiyah Yogyakarta atas
semua ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi kehidupan sejak penulis
menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Hukum Yogyakarta.
7. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta atas semua kemudahan yang telah diberikan selama penulis
menempuh pendidikan.
8. Seluruh staff Balai Taman Nasional Gunung Merapi atas semua bantuan dan
informasinya, Bapak Teguh Wardaya Terimakasih atas semua bantuanya.
9. Kedua orang tua Bapak Sumarsono dan Ibu Sukarmi, atas semua
pengorbanan yang telah dilakukan, yang telah membiayai, membimbing
ix
10.Kakaku Tri Galuh Pemiluwati, SH. Yang telah banyak membantu penulisan
hukum penulis dan telah memberikan semangat selama ini kepada penulis.
11.Nenek, Bulek Dan Omku, Simbah Ponirah, Bulek Sudarmi, Om Yono, Bulek
Tri Suwarni, Om Agus Indarto yang telah memberikan semangat dan
dukungan, nasehat serta doa selama ini kepada penulis.
12.Adik-Adiku Tersayang Cesar Apri W, Eky Nurbaya, Nurus Saroyah yang
telah membantu kelancaran penulisan hukum ini, dan memberikan semangat
dan doa selama ini kepada penulis.
13.Sahabatku Ivonny Nuzula F, Kurniawan Andre P, Rizky D Ningrum yang
selalu mendukung penulis dan yang pasti terimakasih untuk bantuanya atas
kelancaran penulisan Hukum ini.
14.Teman Baikku di Fakultas Hukum UMY, Ivan Vata, Sigit Dhanu, Khairul
Azis, Andika, Bogy Gunanda, Aditya Rizki Trinanda, Yusuf Khairul
Gunawan, David Febrianto dan semua teman-teman perempuan yang ngga
bisa saya sebutkan satu persatu yang dari awal semester pertama hingga
semester akhir yang selalu mendukung dan yang pasti terima kasih untuk
bantuanya dan hari-hari ceria yang mengurangi rasa lelah penulis.
15.Teman-teman KKN 51 Temuwuh Kidul 2015, Tri Hartanto, Ahmad Fatoni,
Dimas Mei Ansyah P, M yusuf, Nur Fadila H, Yulia Dewi R, Annisa Fitriani
yang telah memberikan semangat dan doa dalam menyelesaikan penulisan
x
17.Seluruh pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas
semua bantuan baik materiil maupun imateriil.
Penulis menyadari bahwa penulisan Hukum ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi lebih baiknya penulisan Hukum ini. Akhir kata semoga
penulisan Hukum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 20 Januari 2016
xi
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Peneltian ... 7
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN SUMBER DAYA ALAM A. Pengertian dan Konsep Partisipasi Masyarakat Dalam Konservasi .... 9
B. Faktor-Faktor Yang Mempengahuhi Partisipasi Masyarakat ... 13
C. Macam Dan Bentuk Partisipasi Masyarakat ... 15
xii
1. Istilah Taman Nasional ... 24
2. Pengelolaan Taman Nasional ... 27
3. Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Taman Nasional ... 30
B. Tinjauan Umum Balai Taman Nasional Gunung Merapi ... 33
C. Kawasan Tlogo Muncar ... 46
D. Pengelolaaan Taman Nasional Gunung Merapi ... 48
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 54
B. Sumber Data Penelitian ... 54
C. Lokasi Penelitian ... 56
D. Teknik Pengumpulan Data ... 58
E. Metode Analisis Data ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengelolaan Konversi Kawasan Tlogo Muncar Taman Nasional Gunung Merapi ... 59
B. Aspek Keterlibatan Masyarakat Dalam Pengembangan dan Pengelolaan Konservasi Kawasan Wisata Alam Tlogo Muncar ... 67
xiii
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA... xv
xv
BUKU
Amperawati,Tjatur. 2009. Kajian Potensi Flora Untuk Souvernir Di kawasan Wisata Alam Plawangan-Turgo Taman Nasional Gunung Merapi. Tesis Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Anonim. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdikbud RI, jakarta
Balai Konservasi Sumber Daya Alam, 2004. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Merapi Periode 2005-2024. Pusat Studi Agreokologi UGM. Yogyakarta.
Bambang Pamulardi, 1996. Hukum Khutanan dan Pembangunan Bidang Kehutanan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional,2003, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Hlm.952
Fandeli, chafid. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Leberi, Yogyakarata.
_____. 2000. Pengushaan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
_____. 2000. Pencanaan Kepariwisataan Alam, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Harjasoemantri, 1991. Konversi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Heli Restiati, 2009. Kecukupan Disclosure Atas Kondisi Lingkungan Pada Perusahaan Perkayuan. ELSDA Institute. Jakarta.
H, Khairudin. 1992. Pembangunan Masyarakat. Liberty, Yogyakarta.
Koentjaningrat.1991. Metode-Metode Penelitian Masayarakat. Gramedia, Yogyakarta.
Ndraha, Taliziduhu.1996. Pembangunan Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Rineka Cipta, Jakarta.
xvi
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Merapi Tahun 2010-2014.
Soetrisno, Loekman.1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Kanisius, Yogyakarta.
Susanto, Agung. 2008, Kajian Peran Serta Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata Alam Ngebel Kabupaten Ponorogo. Tesis Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Yoeti, Oka, A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata, jakarta : PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
UNDANG UNDANG
UU RI No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan.
UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
UU No 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
UU No 10 tahun 2009 Tentang Pariwisata.
Peraturan Mentri Kehutanan No 56 Tahun 2006 tentang penetapan Zonasi.
Peraturan Pemrintah No 68 Kawasan Pelestarian Alam dan Kawasan Suaka Alam.
Kepmenhut No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar Alam dan Wisata Alam pada Kelompok Hutan Gunung Merapi.
xvii
januari 2010, http://www.tngunung merapi.org//, Diakses : 02 oktober 2015 pukul 15.00
"kawasan wisata alam plawangan", http://www.blogspot.com. Diakses : 18 September 2015 pukul 20.00
"Taman Nasional Gunung Merapi Pasca Erupsi", http//www.dppm.uii.ac.id,
http://www.academia.edu/8324260/Valuasi_Ekonomi_Sumberdaya_AlamDiak ses : 18 September 2015 pukul 20.00
masyarakat dalam konservasi kawasan wisata alam tlogo muncar Taman Nasional
Gunung Merapi. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian hukum empiris dan sumber data penelitian yang digunakan adalah data
primer, sekunder, dan tersier. Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan
metode deskriptif dan metode kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa upaya Taman Nasional Gunung Merapi
dalam pengelolaan konservasi kawasan wisata alam Tlogo Muncar adalah dengan
melakukan pendekatan terhadap masyarakat yang tinggal disekitar kawasan wisata
alam Tlogo Muncar dengan cara melakukan kegiatan seperti Masyarakat Peduli Api
(MPA), Model Desa Konservasi (MDK), dan budidaya anggrek. Sedangkan untuk
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan wisata alam adalah peran serta
masyarakat secara suka rela dalam kegiatan teknis maupun non teknis yang
diwujudkan dalam bentuk jasa dan dana.
Kata Kunci: Kawasan Wisata Alam Tlogo Muncar, Taman Nasional Gunung
Mount National Park. The type of this study is the empirical law and the data
sources used in this research are primary data, secondary, and tertiary. The methods
of data analysis used descriptive and qualitative methods.
The results showed that the efforts of the National Park of Mount Merapi in
the management of conservation of natural tourism area Tlogo Muncar is to
approach the people who live around of Tlogo Muncar by doing some activities like
Fire Care Community (FCC), Conservation Village Model (CVM), and orchids
cultivation. As for society participation in the management of nature tourism is a
voluntary of community on technical and non-technical activities are realized in the
form of services and funding.
Keywords: Natural Tourist Areas of Tlogo Muncar, National Park of Merapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
Industri pariwisata merupakan sektor andalan dan merupakan
pilihan bagi pembangunan ekonomi di negara berkembang. Sumber
kekayaan alam Indonesia untuk jasa lingkungan cukup luas dan
menjanjikan memiliki prospek baik, potensi hutan alam yang menarik
dapat sebagai obyek Pariwisata Alam. Pengembangan Pariwisata Alam
memiliki potensi yang baik apabila digarap dan sungguh-sungguh
memperhatikan aspek lingkungan,sehingga hutan dengan segala potensi
yang dimilikinya, baik keanekaragaman flora dan fauna maupun keunikan
serta keindahan alamnya berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek
wisata yang menarik.
Pengembangan Pariwisata diharapkan mampu memberikan
dampak ekonomi baik tingkat nasional maupun daerah. Dalam rangka
kerangka daerah saat ini, peran pariwisata diharapkan dapat memberikan
manfaat langsung kepada masyarakat lokal, secara garis besar kebijakan
pengembangan Pariwisata Alam sejalan dengan kebijakan pariwisata
secara nasional. Tujuan pengembangan kepariwisataan adalah :1
1. Meningkatkan pendapatan devisa, mendorong kegiatan industri
dan pendapatan masyarakat serta perluasan kesempatan kerja
lainya.
1
2. Memperkenalkan dan memberdayagunakan keindahan alam dan
kebudayaan manusia.
3. Meningkatkan persaudaraan/persahabatan Nasional dan
Internasional.
Perjalanan perkembangan wisata alam pada umumnya
mengandalkan kualitas alam dan menjamin kepariwisataan tetap
terpeliharanya keberadaan obyek dan daya tarik wisata. Perkembangan
kepewariwisataan cukup berarti dalam kepariwisataan global yang
berbasis pada masayarakat dan diharapkan dapat membina atas
terpeliharanya obyek dan atraksi alam yang potensial bagi masyarakat
untuk tetap menjaga kondisi lingkungan. Bentuk kepariwisataan yang
berhubungan dengan masyarakat lokal adalah pariwisata berbasis alam dan
berbasis ekologi. Masyarakat setempat mempunyai prospek bagus ditinjau
dari upaya pembedaan masyarakat dan peningkatan ekonomi masyarakat
sekitar dan dapat mengurangi kerusakan yang disebabkan pemanfaatan
yang berlebihan oleh rakyat.2
Pariwisata alam memiliki 4 (empat) ciri-ciri utama yang perlu
mendapatkan perhatian, yaitu: pertama, obyek-obyek yang akan
dikembangkan adalah obyek-obyek yang ada dialam
(hutan,kebun,pantai/laut) dan budaya yang tidak mengalami perubahan,
baik bentang alam maupun sumber dayanya. Kedua, dalam pemanfaatanya
dampak negatif yang ditimbulkan terhadap lingkungan sangat kecil,
namun sebaliknya dampak positif yang diperoleh dapat menunjang
upaya-upaya pelestarian kawasan atau obyeknya itu sendiri sesuai dengan aspek
konservasi. Ketiga, masyarakat sekitar kawasan obyek dapat memperoleh
keuntungan langsung dari kegiatan pariwisata alam karena mereka ikut
teribat didalamnya dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Keempat,
adanya unsur pendidikan, pelatihan dan penyuluhan bagi masyarakat
tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, sehingga
pemahaman dan kesadaran masyarakat semakin meningkatkan untuk ikut
serta melestarikan obyek.3
Memperhatikan hal-hal tersebut, maka pembangunan pariwisata
alam harus diarahkan kepada pembangunan pariwisata alam yang
berbasiskan kepada masyarakat, agar masyarakat sekitar kawasan dapat
merasakan manfaat secara langsung dari kawasan tersebut.
Mengikuti perkembangan dan pengelolaan hutan agar perambahan
tidak terjadi dengan cepat khususnya hutan konservasi, maka harus ada
alternatif yang bisa dikemukakan, ekowisata sangat peduli dengan upaya
konservasi dan perkembangan hutan juga partisipasi masyarakat lokal
yang berada disekitar kawasan hutan tersebut.
Hutan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Fungsi
hutan adalah fungsi produksi sebagai fungsi produksi, fungsi konservasi
dan fungsi ekonomi.4
1) Fungsi produksi hutan adalah dapat menghasilkan kayu maupun
3Ibid, hlm 2 4
non kayu yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
2) Fungsi konservasi adalah memberikan pertahanan suatu kawasan.
3) Fungsi ekonomi adalah dapat membangun perekonomian negara.
Kawasan Hutan Indonesia saat ini menghadapi masalah degradasi
dan deforestasi hutan sebagai akibat dari kelemahan dan kebijakan
pengelolaan hutan. Ketidakmampuan hutan untuk mengakomodasi
perkembangan sosial ekonomi masyarakat menyebabkan tekanan terhadap
kawasan hutan semakin tinggi, termasuk hutan konservasi. Pariwisata
yang mendapat perhatian besar dan sedang dikembangkan dibeberapa
negara adalah ekowisata.5 Pengertian ekowisata sebagai suatu industri
telah mengembangkan pemahaman bahwa kegiatan-kegiatan wisata
diwilayah yang masih alami harus dilakukan dengan membangun kerja
sama antara seluruh pelakunya : pemerintah, swasta, dan masyarakat
sehingga manfaat yang diperoleh selayaknya tidak hanya kepada para
pelakunya namun terutama kepada usah usaha untuk melestarikan wilayah
tersebut dan mensejahterakan rakyat.6
Masyarakat sekitar daerah wisata pada umumnya adalah
masyarakat yang golongan ekomominya menengah kebawah. Peningkatan
peran serta masyarakat disekitar hutan atau daerah wisata dapat
diupayakan dengan taman nasional menurut Undang-Undang RI No. 5
tahun 1990 Pasal 1 angka 14 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
5
Susanto, Op.Cit., hlm 3
6Chafid Fandeli, 2000, Penguasaan Ekowisata, Yogyakarta, fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada,
Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan pelestarian alam yang
mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
mununjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.7
Taman Nasional Gunung Merapi memiliki obyek wisata alam yang
cukup potensial, selain memiliki keanekaragaman flora, fauna dan bentang
alam yang spesifik juga memiliki kekhasan daya tarik wisata geologi dan
wisata budaya. Salah satu obyek wisata alam yang ada di TNGM adalah
taman Wisata Alam Tlogo Muncar yang berada di wisata Kaliurang.
Alasan penunjukan taman wisata ini adalah keindahan alam dan udara
yang sejuk serta kebutuhan wisata alam berupa hutan. Oleh karena itu
taman wisata alam Tlogo Muncar digunakan sebagai tempat rekreasi, dan
untuk mendukung kehidupan ekonomi masyarakat sekitar. Dasar hukum
Taman Nasional Gunung Merapi adalah kepmenhut No.
134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar Alam
dan Wisata alam pada kelompok hutan gunung merapi, yang terletak di
Kab. Magelang, Boyolali dan klaten Provinsi Jateng, serta Kab. Sleman
Provinsi DIY. Yogyakarta menjadi Taman Nasional Gunung Merapi.8
Kegiatan ekowisata di pariwisata alam kawasan kaliurang belum
begitu berkembang dengan baik, digunakan penelitian saja tentu sangat
sedikit pengaruhnya terhadap kawasan dan sosial ekonomi masyarakat.
Oleh karena itu guna mengembangkan ekowisata dikawasan ini alternatif
7
Pasl 1 angka 14 undnag-undang RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
8
pengelolaan kawasan perlu mengikut sertakan masyarakat. Ekowisata
bukanlah konsep yang sulit di aktualisasikan, namun dengan mengadakan
perkembangan komprehensif yang ada, ekowisata bukan lagi hanya
konsep tetapi bisa merupakan praktek dari kerjasama dalam pemberdayaan
masyarakat yang berkeinginan untuk mengkonservasi kawasan dan
meningkatkan taraf hidup. Hal-hal diatas menjadikan dasar utama
dilakukan penelitian tentang pengembangan potensi ekowisata dengan
mengambil lokasi studi dipariwisata Alam Kaliurang Taman Nasional
Gunung Merapi.9
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya TNGM dalam pengelolaan konservasi kawasan
wisata alam Tlogo Muncar Kaliurang?
2. Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan
pengelolaan konservasi kawasan wisata alam Tlogo Muncar
Kaliurang?
C. Tujuan Penelitian
1. Memperoleh data dan pengetahuan sebagai hasil penelitian untuk
menjawab pernasalahan yang ada dalam rangka penyusunan penulisan
hukum yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
kesarjanaan Fakultas Hukum Muhammadiyah Yogyakarta.
9
2. a. Mengetahui partisipasi ide, partisipasi tenaga dan partisipsi
pemanfaatan masyarakat dalam perkembangan wisata alam Muncar
Kaliurang.
b. Mengetahui upaya TNGM dalam pengelolaan konservasi kawasan
wisata alam kaliurang berdasarkan presepsi narasumber dan
masyarakat setempat.
c. Mengetahui partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan
pengelolaan konservasi kawasan wisata alam Togo Muncar
Kaliurang.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi dunia pendidikan, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan, dan memberikan
manfaat pada proses pembangunan sekarang dan masa yang akan
datang.
2. Penelitian, penelitian ini selain menambah pengetahuan juga
merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
a. Masyarakat, sebagai bahan dan koreksi terhadap pelaksanaan
pengembangan obyek wisata alam Tlogo Muncar Kaliurang
sehingga nantinya masyarakat dapat meningkatkan partisipasinya.
b. Balai Taman Nasional Gunung Merapi, sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan pada tingkat
c. Wisatawan sebagai informasi bagi yang ingin berwisata ke
kawasan wisata alam Tlogo Muncar Kaliurang bahwa obyek wisata
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN SUMBER DAYA ALAM A. Pengertian dan Konsep Partisipasi Masyarakat Dalam Konservasi
Partisipasi adalah keterlibatan aktif dan bermakna dari masa
penduduk pada tingkatan-tingkatan yang berada seperti (a) di dalam proses
pembentukan keputusan untuk menentukan tujuan-tujuan kemasyarakatan
dalam pengalokasian untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, (b)
pelaksanaan program-program dan proyek-proyek secara sukarela dan
pembagian yang merata dan (c) pemanfaatan hasil-hasil dari suatu progam
atau suatu proyek.1
Peran seacara umum dikaitkan dengan partisipasi yang memiliki
pengertian berbeda-beda tergantung dari sisi mana parisipasi
dicermati.Istilah partisipasi telah lama dikenal khususnya didalam
pengkajian peranan anggota di dalam suatu organisasi, baik organisasi
yang sifatnya tidak sukarela maupun sukarela. Dalam konteks
pembangunan sebuah progam aau proyek istilah partisipasi telah
digunakan didalam konteks yang beragam. Partisipasi sering diartikan
dalam kaitanya dengan pembangunan masyarakat yang mandiri, mobilisasi
sosial,reformasial, atau revolusi rakyat.2
Dalam hubunganya dengan pembangunan, Soetrisno menyatakan
bahwa partisipasi rakyat dalam pembangunan adalah kerjasama antara
1 Awang San Afri, 2003, Politik Kehutanan Masyarakat, Yogyakarta : Kreasi Wacana, hln 17 2
rakyat dan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, dan
membiayai pembangunan.Kritik dan pikiran alternatif merupakan suatu
bentuk partisipasi rakyat dalam pembangunan. Konsep pengertian ini
mengatakan bahwa partisipasi dalam pembangunan meliputi 3 hal
berikut:3
1. Peluang ikut menentukan kebijaksanaan pembangunan (ditingkat desa
atau kecamatan khususnya) lebih-lebih dibidang dimana diharapkan
bekerja.
2. Peluang ikut merencanakan pelaksanaan pembangunan (ditingkat desa
atau kecamatan khususnya) lebih-lebih dibidang dimana mereka
diharapakan bekerja.
3. Peluang ikut menilai hasil pembangunan, sampai dimana sudah
diperbaiki keadaan mereka dan pengalaman mereka sendiri.
Istilah partisipasi mengandung makna sangat beragam, tergantung
dari disdiplin ilmu yang kita tinjau, dari perspektif ilmu sosial, politik,
ekonomi, dan sosiologi.Dengan demikian terminologi partisipasi menjadi
sangat komplek.
Dalam kamus bahasa Indonesia partisipasi diartikan sebagai
keikutsertaan atau keterlibatan seseorang dalam kegiatan. Sedangkan
menurut kamus sosiologi memberikan batasan bahwa partisipasi adalah
setiap proses identifikasi atau menjadi peserta suatu proses komunikasi
3
atau merupakan kegiatan bersama daolam situasi sosial tertentu.4
Mikelsen mengemukakan:5
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada
proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.
2. Partsipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti
bahwa orang atau kelompok yang terkait mengambil inisiatif dan
menggunakan kebebasanya.
3. Partisipasi adalah pemanfaatan dialog antara masyarakat setempat
dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan,
monitoring, proyek agar memperoleh informasi mengenai konteks
lokal dan dampak-dampak sosial.
4. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam
perubahan yang ditentukanya sendiri.
5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan
diri, kehidupan dan lingkungan mereka.
Menurut M Rogers, partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota
sistem sosial dalam proses pengambilan keputusan. Ada pengertian yang
lebih luas yang tidak terbatas pada keterlibatannya dalam pengambilan
keputusan yaitu meliputi proses perencanaan, pengambilan keputusan,
pelaksanaan, evaluasi serta menikmati hasil pembangunan itu sendiri.6
Cohen dan Uphoff mengartikan partisipasi sebagai keterlibatan
4
Prasmanungrum, 2009, Kajaian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata Alam Kawasan Zona Pemanfaatan TNGM, Yogyakarta, hlm 8
5 Ibid,
masyarakat dalam proses perencanaan atau pembuatan keputusan,
penerapan keputusan, menikmati dan mengevaluasi hasil itu. Secara
substansi partisipasi mencakup:7
1. Voice (suara), artinya setiap warga mempunyai hak dan ruang
untuk menyampaikan suaranya dalam proses pemerintah dan
pembangunan. Pemerintah mengakomodasi setiap suara yang
berkembang dalam masyarakat dan dijadikan basis pembuatan
keputusan.
2. Acces, yaitu setiap warga mempunyai kesempatan untuk
mengakses atau mempengaruhi pembuatan kebijakan termasuk
akses dalam pelayanan pubik.
3. Control, yakni setiap warga atau elemen masyarakat mempunyai
kesempatan dan hak untuk melakukan pengawasan atau kontrol
terhadap jalannya pemerintah, pengelolaan kebijakan dan
keuangan pemerintah.
Tingkat partisipasi masyarakat Tlogo Muncar jika dinilai
berdasarkan pengertian Cohen dan Uphoff tingkat partisipasinya adalah
rendah menurut informasi dari narasumber dan masyarakat.Voice (suara)
masyarakat dan access cukup diperhatikan dalam pembuatan keputusan
dan kebijakan oleh pihak TNGM namun tetap disesuaikan dengan
ketentuan yang berlaku atau yang telah ada. Sedangkan untuk control,
masyarakat sekitar kawasan wisata alam Tlogo Muncar sama sekali tidak
7
mempunyai kesempatan ataupun hak untuk melakukan pengawasan karena
pengawasan ataupun kontrol dilakukan langsung oleh pemerintah pusat.
Segala kegiatan yang berjalan di TNGM diawasi oleh pemerintah pusat
bukan masyarakat.Masyarakat disini hanya sebagai pelaksana dengan
adanya kegiatan-kegiatan yang dibuat oleh TNGM dalam pengembangan
dan pengelolaan konservasi.Diharapkan dengan keikutsertakan masyarakat
dalam kegiatan ini juga menciptakan kerjasama yang baik dalam
konservasi antara TNGM dengan masyarakat sekitar kawasan wisata alam
Tlogo Muncar Taman Nasional Gunung Merapi.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengharuhi Partisipasi Masyarakat.
Pengembangan kehutanan sebagai bagian integral pembangunan
nasional, dilaksanakan dalam rangka pendayagunaan sumberdaya alam
hutan sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat yang dilakukan secara
terencana, rasiona dan optimal, bertanggungjawab dan sesuai dengan
kemampuan daya dukungnya sehingga memberikan kesejahteraan bagi
rakyat secara berkelanjutan. Keberhasilan pembangunan kehutanan
tergantung kepada ketersediaan dan kualitas SDM yang mendukungnya,
yaitu SDM yang menguasai serat mampu memanfaatkan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penelolaan hutan
lestari.8
8
Pengembangan Sumber Daya Manusia pada hakekatnya adalah
upaya membangun manusia seutuhnya, yaitu membangun manusia
sebagai insan (makhluk sosial) dan membangun manusia sebagai
sumberdaya pelaku pembangunan. Pembangunan manusia sebagai
sumberdaya ditekankan pada etoskerja produktif, ketrampilan dan
keahlian, kreatif, disiplin dan profesional.9
Ada dua faktor yang menentukan seseorang untuk berpartisipasi
dalam perencanaan suatu progam yaitu faktor hasil dari keterlibatanya.
Orang tidak akan berpartisipasi secara atusias apabila dia merasa bahwa
keterlibatanya tidak mempunyai akibat bermakna dalam rencana-rencana
yang final. Faktor kedua adalah karena tidak mempunyai kepentingan
khusus yang mempengaruhinya secara langsung atau manfaat yang dapat
diperoleh.10
Faktor yang mempengahruhi partisipasi masyarakat terhadap suatu
progam dapat dibagi menjadi dua faktor sosial ekonomi dan faktor
wilayah.Faktor sosial yang dimaksud meliputi tingkat pendidikan, umur
dan jenis pekerjaan.Sementara faktor ekonomi meliputi jenis usaha dan
pendapatan.
Faktor sosial ekonomi sering juga disamakan dengan faktor status
sosial.Khairudin mengemukakan tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam
mendorong masyarakat yaitu faktor kepemimpinan, faktor kebijakan,
rencana/progam, komunikasi dan faktor pendidikan.Faktor kebijakan dan
9 Ibid, hlm 83 10
progam menjadi faktor penting dalam menentukan partisipasi masyarakat
dalam suatu kegitan.11
Progam yang akomodatif memberikan ruang partisipasi masyarakat
baik dalam bentuk aktivitas maupun dalam ruang komunikasi antar pihak
terkait.Hal ini adalah beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
partisipasi masyarakat yaitu tingkat pendidikan dan pemahaman terhadap
progam, tersedianya kesempatan untuk berpartispasi dalam berbagai
progam, tersedia tidaknya kesempatan kerja yang lebih baik diluar
tempatnya.12
C. Macam dan Bentuk partisipasi Masyarakat
Menurut Koentjaraningrat partisipasi dibedakan menjadi:13
1. Partispasi dalam aktivitas-aktivitas bersama dalam proyek-proyek
pembangunan yang khusus yang biasanya bersifat fisik, misal
proyek padat karya, penghijauan, dan perbaikan saluran irigasi.
2. Partispasi sebagai individu diluar kegiatan bersama dalam
pembangunan yang tidak bersifat fisik dan memperlakukan
partisipasi rakyat atas dasar untuk keamanan mereka sendiri,
misalnya menjadi aseptor KB, dan lain-lain.
11
Ibid
12 H. Khairuddin, 1992. Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta : liberty, hlm 9 13
Berdasarkan cara keterlibatanya partisipasi dapat dibedakan menjadi:14
1. Partisipasi langsung, merupakan partisipasi yang terjadi bila
seseorang menampilkan kegiatan tertentu didalam proses
partisipasi musyawarah mengambil peranan dalam
pertemuan-pertemuan, turut berdiskusi dan dapat berupa kegiatan secara
langsung berkenan dengan pembangunan.
2. Partisipasi tidak langsung, terjadi bila seseorang mendelegasikan
hasil partisipasinya kepada orang lain, dapat berupa saran-saran
untuk ikut berpartisipasi secara langsung atau dukungan moral
dalam pembangunan yang dilaksanakan.
Bentuk partisipasi terdiri dari:15
1. Partisipasi buah pikiran atau ide yang diberikan pada waktu rapat.
2. Partisipasi tenaga yang diberikan pada waktu perbaikan atau
pembangunan.
3. Partisipasi harta benda yang diberikan pada kegitan pertolongan.
4. Partisipasi ketrampilan yang diberikan dalam mendorong aneka
ragam industri.
5. Partisipasi sosial yang diberikan sebagai tanda kedekatan hati
antara lain pada arisan koperasi dan lain-lain.
14 Ibid, hlm 11 15
Bryant dan White menyebutkan ada dua macam partisipasi yaitu,
partisipasi antara sesama warga atau anggota suatu perkumpulan yang
dinamakan partisipasi horizontal dan partisipasi yang dilaksanakan oleh
bawahan dengan atasan, antara klien dengan patron atau masyarakat
sebagai suatu keseluruhan dengan pemerintah yang disebut dengan
partisipasi vertikal.16
Hofsteedee dalam Khairudin membagi partisipasi dalam tiga
tingkatan antara lain:17
1. Partisipasi inisiatif (inisiation participation) adalah partisipasi yang
mengundang inisiatif dari pemimpin desa, baik formal maupun
informal, ataupun dari anggota masyarakat mengenai suatu
proyek, yang nantinya proyek tersebut merupakan kebutuhan bagi
masyarakat.
2. Partisipasi legitimasi (legitimtion participation) adalah partispasi
pada tingkat pembicaraan atau pembuatan keputusan tentang
proyek tersebut.
3. Partisipasi eksekusi (execition participation) adalah partisipasi
pada tingkat pelaksnaan.
16 H. Khairuddin, 1992. Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta : Liberty, hlm 13 17
D. Partispasi Mayarakat Dalam pengelolaan Konservasi Wisata Alam
Pemulihan dan pengelolaan konservasi di kawasan wisata alam
memiliki dampak penting terhadap perkembangan pariwisata.
Perkembanagan dalam sektor kepariwisataan pada saat ini melahirkan
konsep pengembangan pariwisata alternatif yang tepat dan secara aktif
membantu menjaga keberlangsungan pemanfaatan budaya dan alam secara
berkelanjutan dengan memperhatikan segala aspek dari pariwisata
berkelanjutan yaitu: ekonomi masyarakat, lingkungan, dan sosial budaya.
Pemgembangan alternatif berkelanjutan khususnya wisata alam
merupakan pembangunan yang layak secara ekonomi dan adil secara etika
dan sosial terhadap masyarakat.
Rekreasi pada saat ini sudah menjadi kebutuhan manusia. Oleh
sebab itu tidak mustahil jika beberapa tahun mendatang akan merupakan
kebutuhan pokok disamping sandang, pangan dan papan. Kecenderungan
untuk kembali pada tata kehidupan sehari-hari mendorong manusia untuk
melakukakan kegitan rekreasi dialam terbuka.Ini tercermin dari
peningkatan kegiatan-kegiatan wisata alam.Keadaan ini menuntut untuk
segera disediakannya obyek-obyek wisata alam yang memadai baik
kualitas maupun kulaitas.18
Wisata alam adalah bentuk kegitan yang memanfaatkan potensi
sumber daya alam dan tata lingkungannya.Pada saat ini ada
kecenderungan, kegitan wisata alam mengarah pada ekowisata.Obyek
18 Amperawati, 2009, Kjian Potensi Flora Untuk Soevernir di Kawasan Wisata Alam Tlogo Muncar TNGM,
wisata alam adalah alam besreta ekosistemnya baik asli maupun setelah
adanya perpaduan dengan daya cipta manusia, yang mempunyai daya tarik
untuk dilihat dan dikunjungi wisatawan. Berdasarkan jenis kawasannya,
obyek wista alam dibedakan menjadi dua bagian yaitu: obyek wisata alam
yang ada dalam kawasan hutan dan obyek wisata alam diluar kawasan.
Berdasarkan status kawasannya,obyek wisata alam dalam hutan dibagi
menjadi obyek wisata alam kawasan konservasi dan obyek wisata alam
bukan kawasan konservasi.19
Komponen-komponen produk wisata yang dapat dikembangkan
untuk pariwisata alam dapat diuraikan sebagai berikut:20
1. Komponen Atraksi
Kepariwisataan alam dietentukan oleh keberadaan, perilaku
dan sifat dari obyek dan daya tarik alam. Atraksi alam berupa
gunung, pantai, sungai, hutan, lembah, ngarai, dan laut mempunyai
kondisi, sifat dan perilaku yang harus diperhatikan dalam
perencanaan pengembangan obyek dan daya tarik wisata alam
2. Komponen Amenitas
Amenitas berkaitan dengan kebutuhan akan fasilitas dan
utilitas wisatawan akan merasa puas dengan fasilitas dan utilitas
apa adanya di alam atau seperti yang dilakukan penduduk
setempat. Aspek penunjang dari amenitas adalah kemudahan dalam
mendapatkantelepon, kantor pos dan penukaran uang. Hal yang
19 Ibid 20
patut mendapatakan perhatian adalah pelayanan yang baik,
makanan bergizi sehat, akomodasi yang aman dan sanitasi yang
baik.
3. Komponen Aksesibilitas
Aksesbilitas berkaitan dengan sarana
transportasi.Tersedianya alat transportasi yang banyak dan beragam
serata menjamin keselamatan sangat membantu kelancaran
perjalanan wistawan.Hal yang sangat penting dalam alat
transportasi ini adalah jaminan keselamatan. Wisatawan sangat
peduli akan keamanan dan keselamatan diri dalam perjalanan
berwisata, terutama untuk wisatawan mancanegara.
4. Komponen Kelembagaan
Di dalam pengembangan kepariwisataan alam diperlukan
koordinasi yang bagus bagi seluruh stakeholder. Adanya
keterkaitan yang banyak antar lembaga yaitu: mulai dari pengelola
proyek, fasilitas, prasarana dan sarana transportasi, masyarakat dan
pemerintah daerah kesemuanya perlu mempunyai visi yang sama.
Lembaga pengambil kebijakan baik pusat maupun daerah, seluruh
kebijakan harus sejalan dengan visi dan misi dari seluruh pelaku
5. Komponen Lingkungan
Lingkungan berkaitan dengan daya dukung fisik, ekologi
dan psikologis. Oleh karena itu setiap kawasan atau ODTW yang
akan dikembangkan menjadi wisata alam terlebih dahulu dilakukan
analisis daya dukungnya. Hal ini dimaksud untuk menghindari
terjadinya kerusakan lingkungan, yanga akan nantinya dapat
menurunkan kualitas ODTW.
Saat ini perkembangan industri pariwisata sangat pesat, sehingga
muncul bermacam-macam jenis obyek wisata yang lama-kelamaan
mempunyai ciri khas tersendiri.Perkembangan ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan wisatawan yang saat ini melakukan perjalanan
wisata berdasarkan wisata berdasarkan alasan dan tujuan yang
berbeda-beda.
Menurut brandon dalam Chafid fandeli terdapat sepuluh aspek
kepariwisataan alam pada umumnya dan ekowisata pada khususnya,
sepuluh aspek tersebut adalah:21
1. Peranan Partisipasi Lokal
Partisipasi masyarakat lokal harus didorong dan diberi kesempatan
yang lebih besar dari waktu ke waktu dalam seluruh aspek kegiatan.
2. Pemberian Otoritas Sebagai Tujuan
Setiap upaya pengembangan diarahkan agar semakin lama
kekuasaan semakin besar yang diberikan pada masyarakat lokal.
21
3. Partisipasi Dalam Siklus Proyek
Apabila ada pengembangan kegiatan, dilaksanakan dengan cara
mengikutsertakan masyarakat lokal dalam semua tahapan
pengembangan mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga
beroperasinya pengembangan wisata alam.
4. Penciptaan Pemilik Lahan
Didalam pengembangan wisata alam perlu diciptakan suatu bentuk
usaha yang mendorong masyarakat untuk dapat ikut memiliki saham.
5. Mengaitkan Keuntungan dan Kelestarian
Keuntungan finansial yang diperoleh dari usaha wisata alam harus
dikembalikan ke kawasan dalam rangka membiayai peningkatan
kelestarian ekologis.
6. Menyebaratkan Keuntungan
Keuntungan diperoleh dari usaha ekowisata disebaratakan kepada
seluruh penduduk lokal.Distribusi secara merata ini dilakukan dengan
menciptakan peluang usaha yang bnyak jenisnya yang terkait dengan
pariwisata.
7. Melibatkan Pemimpin Masyarakat.
Sejauh mungkin dalam pengembangan wisata alam dapat
mengikutseratkan seluruh komponen masyarakat.Sesuai statusnya
pemimpin formal maupun informal dilibatkan dalam posisi jabatan
8. Menggunakan Agen Perubahan
Biasanya didalam masyarakat telah ada beberapa kelompok
masyarakat.Seluruh kelompok masyarakat dicatat dan kemudian
dilibatkan dalam kegiatan kepariwisataan, tidak perlu kelompok
masyarakat berbasis ekonomi saja, bahkan kelompok pengajian
dipertimbangkan untuk menjadi pelaku wisata alam.
9. Memahami Kondisi Yang Apesifik
Pengembangan wisata alam dilaksanakan terhadap atraksi yang
spesifik. Setiap obyek daya tarik wisata pasti dapat ditemukan suatu
atraksi yang spesifik.
10.Pengawasan dan Penilaian
Upaya peningkatan pengembangan wisata alam harus disusun
dengan suatu sistem pengawasan dan penilaian yang baik.Sebab
aktivitas wisata atau ekowisata berpotensi meningkatkan kerusakan
lingkungan dan perubahan sosialnya agar perubahan yang terjadi ini
dapat terkendali dan terarah perlu disusun suatu sistem pengawasan
dan penilaian yang baik. Dengan cara demikaan setiap kerusakan atau
perubahan sedini mungkin dapat diketahui.
Dalam pengembangan wista alam juga harus memperhitungkan
pula adanya hubungan dengan obyek wisata lain yanga ada disekitar
kawasa wisata alam dan masih dijangkau dengan jarak tidak terlalu jauh.
Indikator yang mudah untuk melihatkan prospek pengembangan wisata
yang didokumentasikan secara baik. Kendala permasalahan yang langsung
mempengahruhi wisatawan untuk berkunjung kelokasi adalah: aksebilitas,
perawatan pelayanan pengelolaan dan obyek wisata alain yang ada
disekitar obyek wisata alam.22
TINJAUAN UMUM TENTANG TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI DAN PENGELOLAANYA
A. Tinjauan Umum Taman Nasional 1. Istilah Taman Nasional
Soewarto secara umum memberikan definisi tentang Taman
Nasional adalah Kawasan Pelestarian Alam yang mempunyai ekosistem
asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata, dan rekreasi.23 Sementara john Mac Kinnon dan Khaty Mac
Kinnon membatasi definisi Taman Nasional sebagai suatu kawasan luas
yang relatif tidak terganggu, mempunyai nilai alam yang menonjol dengan
kepentingan pelestarian yang tinggi, potensi rekreasi besar, mudah di capai
oleh pengunjung dan manfaat jelas bagi wilayah tersebut. Bedasarkan
Undang-undang Nomor 5 tahun 1990, yang dinamakan “Taman Nasional
adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola
berdasarkan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,
22
Amperawati, 2009, Kjian Potensi Flora Untuk Soevernir di Kawasan Wisata Alam Tlogo Muncar TNGM, Yogyakarta, hlm 22
23Otto Soemarwoto, 1997, Ekologi, Lingkungan hidup dan Pembangunan, Penerbit Djambatan, Jakarta, hlm.
pendidikan ilmu pengetahuan, menunjang budidaya, pariwisata dan
rekreasi (Dephut, 1990)”.24Bahkan di di dalam Pasal 4 PP no 68 tahun
1998 disebutkan bahwa keduanya memiliki fungsi yang sama persis.
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
dilakukan sesuai dengan fungsi kawasan:
a. Sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan.
b. Sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
atau satwa beserta ekosistemnya.
c. Untuk pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya
Menurut IUCN (International Union For Conservation of Nature
and Natural Resources), Taman Nasional dikategorikan pada kawasan
yang dilindungi dengan tujuan untuk melindungi kawasan alam dan
berpemandangan indah yang penting secara Nasional atau Internasional
serta memiliki nilai bagi pemanfaatan ilmiah, pendidikan, dan rekreasi.
Kawasan alami ini relatif luas, materinya tidak diubah oleh kegiatan
manusia serta pemanfaatan sumberdaya tambang tidak diperkenankan
(John dan Kathy Mackinon, 1990).
Di Indonesia terdapat 5 kategori kawasan yang di dilindungi dan
masing-masing mempunyai kriteria umum sebagai berikut:
24 John Mac Kinnon dan kathy Mac Kinnon,1993, Pengelolaan kawasan Yang Dilindungi d Daerah Tropika,
a. Taman Nasional
Kawasan luas yang relatif tidak terganggu dan mempunyai nilai
alam yang menonjol dengan kepentingan pelestarian tinggi, potensi
rekreasi yang besar, mudah dicapai oleh pengunjung dan manfaat yang
jelas bagi wilayah tersebut.
b. Cagar Alam
Umumnya kecil, habitat rapuh yang tidak terganggu dengan
kepentingan pelestarian yang tinggi, keunikan alam, habitat spesies
langka tertentu, dll.Kawasan ini merupakan perlindungan mutlak.
c. Suaka Margasatwa
Umumnya kawasan berukuran sedang atau luas dengan habitat
stabil yang relatif utuh serta memiliki kepentingan mulai sedang
sampai tinggi.
d. Taman Buru
Habitat alami atau semi alami berukuran sedang sampai besar
yang memiliki potensi satwa yang boleh diburu, yang populasinya
cukup besar, terdapat minat untuk berburu, tersedia fasilitas berburu
yang memadai dan lokasinya mudah dijangkau oleh pemburu. Cagar
semacam ini harus memiliki kepentingan dan nilai pelestarian yang
rendah yang tidak akan terancam oleh kegiatan perburuan atau
e. Hutan Lindung
Kawasan alami atau hutan tanaman berukuran sedang atau besar,
pada lokasi yang curam, tinggi, mudah tererosi, serta tanah yang
mudah terbasuh hujan, penutup tanah berupa hutan adalah mutlak
perlu untuk melindungi kawasan tangkapan air, mencegah longsor,
dan erosi. Prioritas pelestarian tidak begitu tinggi untuk dapat diberi
status cagar (John & Kathy Mackinnon, 1990).
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
menjelaskan apa yang dimaksud dengan kawasan hutan suaka alam dan
kawasan hutan pelestarian alam. Kawasan hutan suaka alam adalah hutan
dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serat ekosistemnya,
yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
2. Pengelolaan Taman Nasional
Pengelolaan taman Nasioanal di Indonesia selama ini
dilaksanakan oleh pemerintah melalui sebuah institusi Balai Taman
Nasional dengan sistem zonasi berdasarkan suatu rencana pengelolaan
yang telah disusun melalui berbagai kajian sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 68 tahun 1998 tentang Suaka Alam dan Kawasan
kawasan Taman Nasional dibagi menjadi 3 zona yaitu zona inti, zona
rimba dan zona pemanfaatan atau zona lain.25
Zona inti adalah zona yang terdapat dalam kawasan Taman
Nasional yang luas dan bentuknya mempunyai kapabilitas untuk
menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami, belum
terjamah oleh kegitan manusia dengan berbagai jenis satwa maupun
tumbuhan yang cukup beragam serta keberadaanya yang memerlukan
upaya konservasi. Dalam zona ini tidak diperkenankan melakukan
kegiatan yang mengakibatkan perubahan, mengurangi menghilangkan
fungsi dan luas zona serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain
yang tidak asli. Pada zona inti kegiatan yang dilakukan adalah murni
perlindungan dan pengembangan hutan.
Zona rimba adalah zona didalam kawasan Taman Nasional yang
memiliki kapabilitas untuk mendukung perkembangbiakan satwa dan
memiliki kegunaan sebagai penyangga pelestarian zona inti dan zona
pemanfaatan. Di samping itu zona rimba merupakan zona yang
diperuntukan bagi jenis satwa migran atau satwa lain yang tidak asli
dengan jenis tertentu. Pada zona ini masih diperkenakan melakukan
kegiatan wisata alam seara terbatas.
Zona pemanfaatan adalah suatu zona di dalam kawasan Taman
Nasional yang kondisi sumber daya alamnya mempunyai daya tarik
yang luas dan mampu menjamin kelestarian potensi dan daya tarik
25Sulthoni dalam Gembong Purwanto Nugroho, 2004, Strategi Pengembangan Ekowisata Di Kawasan Dieng,
tersebut, serta mendukung bagian upaya pengembangan pariwisata
alam.Pada zona pemanfaatan ini masyarakat sekitar dapat
mengupayakan untuk melakukan kegiatan pariwisata dan membangun
sarana dan prasarana kepariwisataan dengan tetap memperhatikan
kepentingan konservasi.
Apabila zona rimba juga termasuk zona yang diperkenankan
hanya untuk kegiatan perindungan maka berkaitan dengan hal tersebut
Sulthoni menambah kawsan Taman Nasional menjadi empat zona,
yakni menambah zona penyangga.Zona penyangga adalah kawasan
yang berbatasan dengan Taman Nasional yang secara ekologis masih
mempunyai pengaruh baik dari dalam maupun dari luar kawasan.Zona
ini memiliki fungsi melindungi zona-zona yang mutlak harus dilindungi
seperti zona inti dan zona rimba sebagai jalur perlindungan dari
aktivitas masyarakat yang dapat merusak ekosistemnya.26
Berbagai bentuk kegiatan lain untuk kepentingan penelitian,
pendidikan, ilmu pengetahuan dan budi daya diperkenankan untuk
dilakukan dalam kawasan Taman Nasional sepanjang hal tersebut sesuai
dengan fungsi masing-masing zona yang telah diterapkan sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Selain itu jenis-jenis kegiatan
yang dapat menimbulkan perubahan terhadap fungsi kawasan tidak
dibenarkan untuk dilakukan, seperti merusak keindahan alam,
26Sulthoni dalam Gembong Purwanto Nugroho, 2004, Strategi Pengembangan Ekowisata Di Kawasan Dieng,
mengurangi luas kawasan dan melakukan kegiatan usaha yang tidak
sesuai dengan rencana pengelolaan. Secara lebih rinci mengenai
aktivitas yang tidak boleh dilakukan dalam zona kawasan Taman
Nasional antara lain menanam tanaman pangan, menanam pohon,
penebangan pohon untuk keperluan komersial, pengambilan kayu
bakar, berburu, mengambil rotan dan kayu.27
3. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Taman Nasional
Secara normatif pelaksanaan konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya menjadi tanggung jawab dan kewajiban
pemerintah serta masyarakat, namun dalam prakteknya keterlibatan
masyarakat dalam pengelolaan Taman Nasional sering kali masih sebatas
pada penjaringan issu, informasi dan terputusnya hubungan antara
masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dengan lingkungan alam yang
sebelumnya terkait erat dalam kehidupan sehari-harinya. Padahal tidak
ada kawasan cagar alam yang terjamin untuk jangka waktu yang panjang
tanpa adanya dukungan masyarakat.28
Berkaitan dengan keberadaan masyarakat di kawasan pelestarian
alam, beberapa hal penting dalam pengelolaan kawasan tersebut, yakni
sebagai berikut:29
a. Dalam penetapan kawasan, pemukiman kembali penduduk asli dapat
mungkin menghindari, karena budaya asli akan tetap utuh hanya di
27
John Mac kinnon dan Kathy Mac Kinnon, op.cit, hlm. 26
28
Indriyastuti dkk, 2001, Menuju Pengelolaan Partisipatif dan Kolaboratif: Pengembangan Semangat Partisipatif dan Kolaboratif Dalam Pengelolaan Wisata Alam dan Pendidikan Lingkungan di TNGP, Bina Usaha Lingungan, UNDP, hlm. 166
29
wilayahnya sendiri, dimana kapasitas produksi lingkungan telah
benar-benar dipahami.
b. Kawasan harus cukup luas untuk berfungsi sebagai cagar alam cagar
bagi penduduk setempat.
c. Perencanaan kawasan harus dapat mengantisipasi pertambahan
penduduk dan perubahan budaya.
d. Pegawai penjaga kawasa harus diambil dari penduduk setempat.
Berkaitan dengan itu perlu dilakukan upaya menghubungkan
kembali masyarakat dengan lingkunganya yang telah beralih fungsi
menjadi Taman Nasional sebagai langkah strategis untuk membangun
dukungan terhadap pelestarian kawasan. Di samping itu tingkat peran
serta masyarakat yang tinggi dapat menjamin dukungan sosial dan politik
yang sebesar-besarnya.
Berdasarkan kondisi ini maka paradigma pengelolaan saat ini
perlu diubah dari mengeluarkan manusia dari alam menjadi
mengitegrasikan kembali manusia dengan alam, dan peran serta
masyarakat harus dikembangkan tidak hanya sekedar pemberi informasi,
namun terlibat langsung dalam proses menjadi lebih paham mengapa
Burke mengkategorikan peran serat masyarakat dalam sebuah
perencanaan ke dalam lima kategori:30
a. Tinjauan dan komentar, dimana peran masyarakat bersifat pasif karena
hanya memiliki kesempatan untuk meninjau dan berkomentar, tetapi
organisai perencanaan tidak terikat pada hasil tinjauan dan komentar
masyarakat tersebut.
b. Konsultasi, peran ini bersifat dua arah di mana masyarakat dapat
memberi masukan dan informasi untuk menemukan
hambata-hambatan yang mungkin dihadapi, namun keputusan masih di tangan
organisasi perencanaan.
c. Pemberi nasihat, dimana peran masyarakat diwadahi dalam sebuah
organisasi formal sebagi pemberi nasihat untuk memperoleh informasi
dan dukungan teroganisir.
d. Pengambilan keputusan terkendali, di mana wewenang penuh berada
di tangan masyarakat, sementara organisasi perencanaan hanya
berfungsi sebagi fasilitor. Dalam hal ini masyarakat dapat mengambil
lebih dari satu persen.
Kelima peran masyarakat tersebut dapat dicapai melalui trategi
terapi pendidikan perubahan perilaku, staf tambahan, kooptasi,
community power, dan advokasi.31
30
Edmund M. Burke, 2004, Pendekatan Partisipatif Dalam Perencanaan Kota, Penerbit Yayasan Sugjanto Soegijoko, Bandung, hlm. 52
31 Edmund M.Burke, 2004, Pendekatan Partisipatif Dalam Perencanaan Kota, Penerbit Yayasan Sugijanto
B. Tinjaun Umum Balai Taman Nasional Gunung Merapi
Balai Taman Nasional Gunung Merapi merupakan unit pelaksana
teknis yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola kawasan hutan
pelestarian alam yang berada disekitar areal Gunung Merapi, balai ini
secara hirarki berada dibawah Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam Kementrian Kehutanan. Balai Taman Nasional Gunung
Merapi didirikan sejak tahun 2007 dengan dasar Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II Tahun 2007 Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional yang dikeluarkan pada tanggal 1
februari 2007.
Balai Taman Nasional Gunung Merapi merupakan Balai Taman
Nasional Tipe B, yang terdiri dari:32
1. Sub Bagian Tata Usah
2. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I
3. Seksi Pengelolaan Taman Nasinoal wilayah II
4. Kelompok Jabatan Fungsional
Dalam pengelolaanya Taman Nasional Gunung Merapi, Balai ini
dibagi enjadi 2 seksi dan tiap seksi memiliki resort yang merupakan
bagian terkecil dari pengelolaan berkedudukan setingkat dengan
kecamatan. Kedua seksi tersebut terdiri dari:
32
1. Seksi Pengeloaan Taman Nasional Wilayah I, meliputi wilayah
Sleman dan Magelang dengan kedudukan di Magelang.
2. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II, meliputi wilayah
Boyolali dan Klaten dengan kedudukan di Boyolali.
Manajemen penegelolaan terkecil Balai Taman Nasional Gunung
Merapi merupakan wilayah kerja resort, yang terdiri dari:33
1. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I:
a. Resort Wilayah Srumbung Kabupaten Magelang.
b. Resort Wilayah Dukun Kabupaten Magelang.
c. Resort Wilayah Turi dan Pakem Kabupaten Sleman.
d. Resort Wilayah Cangkrinagn Kabupaten Sleman.
2. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II:
a) Resort Wilayah Musuk dan Cepego Kabupaten Boyolali.
b) Resort Wilyah Selo Kabupaten Boyolali.
c) Resort Wilayah Kemalang Kabupaten Klaten.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II Tahun 2007
tentang Organsasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional
merupakan tindak lanjut dari surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
134/Menhut-II Thun 2004 tentang Alih fungsi Kawasan Hutan Negara
yang dikeluarkan pada tanggal 4 Mei 2004.34
33 Ibid, 34
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Nomor 134/Menut-II Tahun
2004, fungsi kawasan hutan lindung, cagar alam dan taman wisata alam
pada kelompok hutan Guung Merapi seluas 6.410 ha yang terletak di
kawasan Pemangkuan Hutan Kedu Utara, Kawasan Pemangkuan Hutan
Surakarta, Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten Propinsi Jawa tegah
dan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dirubah
menjadi Taman Nasional Gunung Merapi.35
Sebelum menjadi Taman Nasional, kawasan hutan tersebut
merupakan kawasan lindung yang ditetapkan dengan Gouvernements
Besluits Nomor 419/b tertanggal 4 Mei 1931 oleh pemerintah Belanda
untuk perlindungan sumber air, sungai dan penyangga sistem kehidupan di
Kabupaten Sleman, Magelang, Boyolali dan Klaten dengan luas 6.472,1
ha pada waktu itu. Kemudian setelah Indonesia merdeka dan memiliki
pemerintahan yang berdaulat terjadi bebrapa perubahan mengenai luas
lahan dan fungsinya antara lain melalui Syarat Keputusan menteri
Pertanian Nomor 374/Kpts/Um/8 Tahun 1975 tertanggal 20 agustus 1975
mengenai penetapan kawasan lindung di DIY menjadi cagar Alam dan
Taman Wisata Alam Tlogo Muncar Kaliurang.
Pada tahun 1989 mengenai penetapan luas lahan kawasan Istimewa
Yogyakarta Nomor 6 Tahun 1957 tertanggal 16 februari 1975 menetapkan
Dusun Kumpulrejo dan Patuk yang termasuk dalam Kelutrahan Girikerto
Kecamatan Turi Kabupaten Sleman sebagai daerah tertutup dan terlarang
35
baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagi tempat kediaman.36
Dengan didirikannya Perum Perhutani di Pulau Jawa sebagai
perusahaan milik pemerintah yang bergerak di bidang Kehutanan, maka
kawasan lindung di daerah Jawa Tengah kemudian dikelola oleh Perum
Perhutani dan dibagi menurut wilayah kerja ke dalam 2 Kesatuan
Pemangkuan Hutan yaitu Kesatuan Pemangkuan Hutan Kedu Utara dan
Kesatuan Pemangkuan Hutan Surakarta. Perum Perhutani memiliki
kontribusi dalam mendukung sistem kelestarian lingkungan, sistem sosial
budaya dan sistem perekonomian masyarakat kehutanan.Perum Perhutani
melaksanakan bisnis kehutanan di kawasan hutan seluas 2.426.206 ha
yang terbesar di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa tiur dan Banten
dengan sistem pengelolaan berbentuk manajeman perusahaan.37
Hutan-hutan di Gunung Merapi telah ditetapkan sebagai kawasan
lindung sejak tahun 1931 untuk perlindungan sumber air, sungai dan
penyangga sistem kehidupan kabupaten/kota Sleman, Yogyakarta, Klaten,
Boyolali, dan Magelang. Sebelum ditunjuk menjadi TNG Merapi, kawasan
hutan di wilayah yang termasuk propinsi DI Yogyakarta terdiri dari
fungsi-fungsi hutan lindung seluas 1.041,38 ha, cagar alam (CA) Plawangan
Turgo 146,16 ha; dan taman wisata alam (TWA) Plawangan Turgo 96,45
ha. Kawasan hutan di wilayah Jateng yang masuk dalam wilayah TN ini
merupakan hutan lindung seluas 5.126 ha.38
36
Renstra Balai Taman Nasonal Gunug Merapi Tahun 2010-2014
37 Ibid, 38
Nilai-nilai penting yang dimiliki oleh Kawasan taman Nasional
Gunung Merapi mencakup :39
1. Keanekaragaman hayati, ditinjuau dari keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa liar, berdasarkan hasil invetarisasi terdapat lebih
dari 1000 jenis tumbuhan termasuk 75 jenis anggrek langka.
Sedangkan potensi satwa liar adalah terdapat jenis mamalia kecil dan
besar 147 jenis burung termasuk 90 jenis diantaranya burung-burung
menetap.
2. Perlindungan Fungsi Hidro-orologi, Kawasan Taman Nasional
Gunung Merapi merupakan salah satu daerah tangkapan air penting
dan merupakan sumber air dari beberapa sungai yang mengalir di
daerah pertanian dan perkotaan
3. Potensi Pariwisata Alam, Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
menyimpan banyak potensi untuk dikembangkan sebagai lokasi
pariwisata alam baik keunikan dan keanekaragaman hayati,
puncaknya gunung, air terjun, maupun panorama indah lainnya.
Berikut adalah gambaran umum Taman Nasional Gunung Merapi:40
1. Letak Geografis Taman Nasional Gunung Merapi
Kawasan hutan Taman Nasional Gunung Merapi terletak
diantara koordinat 07°22'33" - 07°52'30" Lintang Selatan dan
110°15'00" - 110°37'30" Bujur Timur sehingga secara administratif
gunung ini termasuk di wilayah Sleman, Magelang, Boyolali, dan
39Laporan Tahunan Tahun 2008, Balai Taman Nasional Gunung Merapi, hlm. 2 40
Klaten. Dan berada di lereng Gunung Merapi adalah satu-satunya
gunung berapi yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta dan
bahkan disebut-sebut sebagai gunung berapi yang paling aktif di
seluruh dunia. Dengan ketinggian 2968 m. dml (kondisi tahun 2001)
atau 3079 meter di atas kota Jogja.
2. Kondisi Fisik Alam
Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.
Letaknya cukup dekat dengan Kota Yogyakarta dan masih terdapat
desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1700 m. Bagi masyarakat di
tempat tersebut, merapi membawa berkah material pasir, sedangkan
bagi pemerintah daerah, gunung merapi menjadi obyek wisata bagi
para wisatawan. Kini merapi termasuk ke dalam kawasan Taman
Nasional Gunung Merapi.Gunung Gunung Merapi adalah yang
termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau
Jawa.Gunung ini terletak di zona subduksi, dimana Lempeng
Indo-Australia terus bergerak ke bawah lempeng Eurasia. Letusan di daerah
tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000
tahun gunung merapi adalah yang termuda dalam kumpulan gunung
berapi di bagian selatan Pulau Jawa. Gunung ini terletak di zona
subduksi, dimana lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah
Lempeng Eurasia.Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak
ad