• Tidak ada hasil yang ditemukan

aviara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "aviara"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Di susun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

Nama : AVIARA SUMARSONO

NIM : 20120610217

Bagian : HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

(2)

i

GUNUNG MERAPI

SKRIPSI

Di susun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

Nama : AVIARA SUMARSONO

NIM : 20120610217

Bagian : HUKUMADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

ii

GUNUNG MERAPI

Diajukan Oleh :

Nama : AVIARA SUMARSONO NIM : 20120610217

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing pada tanggal 20 Januari 2016

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing II

Sunarno, SH.,M.Hum NIK. 19721228200004 153 046

(4)

iii

GUNUNG MERAPI

Telah dipertahankan dihadapan tim penelaah pada tanggal 27 Februari 2016

yang terdiri dari:

Ketua

Bagus Sarnawa, S. H., M. Hum. NIK. 19680821 199303 1003

Anggota Anggota

Sunarno, SH.,M.Hum NIK. 19721228200004 153 046

Beni Hidayat, SH.,M.Hum. NIK. 19731231199804 153 030

Mengesahkan Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(5)

iv Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Aviara Sumarsono

NIM : 20120610217

Program Studi : Ilmu Hukum

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KONSERVASI KAWASAN

WISATA ALAM TLOGO MUNCAR TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI” ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang

pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 20Januari 2016

(6)

v

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama

kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan),

tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah

engkau berharap. “

~QS. Al. Insyirah, 6-8~

Siapapun yang menempuh suatu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah akan

memberikan kemudahan jalannya menuju syurga.

~H.R. Muslim~

Your time is limited, dont waste it livingsomeone else’e life

~Steve Jobs~

Fall seven times, stand eight times.

Sukses tidak diukur menggunakan kekayaan, sukses adalah sebuah pencapaian

yang kita inginkan.

(7)

vi

Alhamdulillahirabbil’alamin .

Segala puji bagi Allah SWT atas Rahmat dan KaruniaNya sehingga kini aku telah

selesai dalam studi sarjana, setetes keberhasilan yang Engkau hadiahkan padaku

ya Allah. Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaanMu.

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk malaikat tanpa sayapku, Ibundaku

Sukarmi, yang selalu menyayangiku, dan tak henti-hentinya memberiku

semangat, motivasi, serta lantunan doa di setiap malammu. Tanpamu aku

bukanlah siapa-siapa dan Pengorbananmu tanpa balas jasa.

Serta pahlawanku, ayahandaku Sumarsono, yang selalu memberikan kasih

sayangnya, selalu memberikan dukungan, yang selalu mengeluarkan

keringatnya demi masa depanku yang lebih cerah.

Terakhir, untuk seseorang yang menjadi partner perjuanganku “Umiatun

Handari”, lewat doa doamu, aku bisa menyelesaikan tugasku, dan siap untuk

menggapai cita-citaku selanjutnya. Terima kasih untuk pengertiannya,

(8)

vii

Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas berkat, rahmat serta

karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi penulisan Hukum yang

berjudul :“TINJAUAN YURIDIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

KONSERVASI KAWASAN WISATA ALAM TLOGO MUNCAR TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI”.

Skripsi Penulisan Hukum ini ditujukan untuk memenuhi dan melengkapi

salah satu persyaratan ujian guna memperoleh gelar SarjanaHukum (S.H) pada

Jurusan Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,

dan banyak kekurangan baik dalam metode penulisan maupun dalam pembahasa

nmateri. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Sehingga

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun

mudah-mudahan dikemudian hari dapat memperbaiki segala kekuranganya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis selalu mendapatkan bimbingan,

dorongan, serta semangat dari banyak pihak. Oleh karena itu Penulis ingin

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak

diantaranya:

1. Bapak DR. Trisno Raharjo, SH., M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum

(9)

viii

3. Bapak Sunarno, SH.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing I penulisan Hukum

yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan dalam penulisan

hukum ini.

4. Bapak Beni Hidayat, SH.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing II penulisan

Hukum yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan dalam

penulisan hukum ini.

5. Seluruh Dosen Bagian Hukum Administrasi Negara yang telah memberikan

ilmu, bimbingan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studinya.

6. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhmmadiyah Yogyakarta atas

semua ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi kehidupan sejak penulis

menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Hukum Yogyakarta.

7. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta atas semua kemudahan yang telah diberikan selama penulis

menempuh pendidikan.

8. Seluruh staff Balai Taman Nasional Gunung Merapi atas semua bantuan dan

informasinya, Bapak Teguh Wardaya Terimakasih atas semua bantuanya.

9. Kedua orang tua Bapak Sumarsono dan Ibu Sukarmi, atas semua

pengorbanan yang telah dilakukan, yang telah membiayai, membimbing

(10)

ix

10.Kakaku Tri Galuh Pemiluwati, SH. Yang telah banyak membantu penulisan

hukum penulis dan telah memberikan semangat selama ini kepada penulis.

11.Nenek, Bulek Dan Omku, Simbah Ponirah, Bulek Sudarmi, Om Yono, Bulek

Tri Suwarni, Om Agus Indarto yang telah memberikan semangat dan

dukungan, nasehat serta doa selama ini kepada penulis.

12.Adik-Adiku Tersayang Cesar Apri W, Eky Nurbaya, Nurus Saroyah yang

telah membantu kelancaran penulisan hukum ini, dan memberikan semangat

dan doa selama ini kepada penulis.

13.Sahabatku Ivonny Nuzula F, Kurniawan Andre P, Rizky D Ningrum yang

selalu mendukung penulis dan yang pasti terimakasih untuk bantuanya atas

kelancaran penulisan Hukum ini.

14.Teman Baikku di Fakultas Hukum UMY, Ivan Vata, Sigit Dhanu, Khairul

Azis, Andika, Bogy Gunanda, Aditya Rizki Trinanda, Yusuf Khairul

Gunawan, David Febrianto dan semua teman-teman perempuan yang ngga

bisa saya sebutkan satu persatu yang dari awal semester pertama hingga

semester akhir yang selalu mendukung dan yang pasti terima kasih untuk

bantuanya dan hari-hari ceria yang mengurangi rasa lelah penulis.

15.Teman-teman KKN 51 Temuwuh Kidul 2015, Tri Hartanto, Ahmad Fatoni,

Dimas Mei Ansyah P, M yusuf, Nur Fadila H, Yulia Dewi R, Annisa Fitriani

yang telah memberikan semangat dan doa dalam menyelesaikan penulisan

(11)

x

17.Seluruh pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas

semua bantuan baik materiil maupun imateriil.

Penulis menyadari bahwa penulisan Hukum ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan demi lebih baiknya penulisan Hukum ini. Akhir kata semoga

penulisan Hukum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 20 Januari 2016

(12)

xi

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Peneltian ... 7

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN SUMBER DAYA ALAM A. Pengertian dan Konsep Partisipasi Masyarakat Dalam Konservasi .... 9

B. Faktor-Faktor Yang Mempengahuhi Partisipasi Masyarakat ... 13

C. Macam Dan Bentuk Partisipasi Masyarakat ... 15

(13)

xii

1. Istilah Taman Nasional ... 24

2. Pengelolaan Taman Nasional ... 27

3. Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Taman Nasional ... 30

B. Tinjauan Umum Balai Taman Nasional Gunung Merapi ... 33

C. Kawasan Tlogo Muncar ... 46

D. Pengelolaaan Taman Nasional Gunung Merapi ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 54

B. Sumber Data Penelitian ... 54

C. Lokasi Penelitian ... 56

D. Teknik Pengumpulan Data ... 58

E. Metode Analisis Data ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengelolaan Konversi Kawasan Tlogo Muncar Taman Nasional Gunung Merapi ... 59

B. Aspek Keterlibatan Masyarakat Dalam Pengembangan dan Pengelolaan Konservasi Kawasan Wisata Alam Tlogo Muncar ... 67

(14)

xiii

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA... xv

(15)
(16)

xv

BUKU

Amperawati,Tjatur. 2009. Kajian Potensi Flora Untuk Souvernir Di kawasan Wisata Alam Plawangan-Turgo Taman Nasional Gunung Merapi. Tesis Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Anonim. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdikbud RI, jakarta

Balai Konservasi Sumber Daya Alam, 2004. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Merapi Periode 2005-2024. Pusat Studi Agreokologi UGM. Yogyakarta.

Bambang Pamulardi, 1996. Hukum Khutanan dan Pembangunan Bidang Kehutanan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional,2003, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Hlm.952

Fandeli, chafid. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Leberi, Yogyakarata.

_____. 2000. Pengushaan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

_____. 2000. Pencanaan Kepariwisataan Alam, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Harjasoemantri, 1991. Konversi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Heli Restiati, 2009. Kecukupan Disclosure Atas Kondisi Lingkungan Pada Perusahaan Perkayuan. ELSDA Institute. Jakarta.

H, Khairudin. 1992. Pembangunan Masyarakat. Liberty, Yogyakarta.

Koentjaningrat.1991. Metode-Metode Penelitian Masayarakat. Gramedia, Yogyakarta.

Ndraha, Taliziduhu.1996. Pembangunan Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Rineka Cipta, Jakarta.

(17)

xvi

Renstra Balai Taman Nasional Gunung Merapi Tahun 2010-2014.

Soetrisno, Loekman.1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Kanisius, Yogyakarta.

Susanto, Agung. 2008, Kajian Peran Serta Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata Alam Ngebel Kabupaten Ponorogo. Tesis Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Yoeti, Oka, A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata, jakarta : PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

UNDANG UNDANG

UU RI No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan.

UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

UU No 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

UU No 10 tahun 2009 Tentang Pariwisata.

Peraturan Mentri Kehutanan No 56 Tahun 2006 tentang penetapan Zonasi.

Peraturan Pemrintah No 68 Kawasan Pelestarian Alam dan Kawasan Suaka Alam.

Kepmenhut No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar Alam dan Wisata Alam pada Kelompok Hutan Gunung Merapi.

(18)

xvii

januari 2010, http://www.tngunung merapi.org//, Diakses : 02 oktober 2015 pukul 15.00

"kawasan wisata alam plawangan", http://www.blogspot.com. Diakses : 18 September 2015 pukul 20.00

"Taman Nasional Gunung Merapi Pasca Erupsi", http//www.dppm.uii.ac.id,

http://www.academia.edu/8324260/Valuasi_Ekonomi_Sumberdaya_AlamDiak ses : 18 September 2015 pukul 20.00

(19)
(20)

masyarakat dalam konservasi kawasan wisata alam tlogo muncar Taman Nasional

Gunung Merapi. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian hukum empiris dan sumber data penelitian yang digunakan adalah data

primer, sekunder, dan tersier. Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan

metode deskriptif dan metode kualitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa upaya Taman Nasional Gunung Merapi

dalam pengelolaan konservasi kawasan wisata alam Tlogo Muncar adalah dengan

melakukan pendekatan terhadap masyarakat yang tinggal disekitar kawasan wisata

alam Tlogo Muncar dengan cara melakukan kegiatan seperti Masyarakat Peduli Api

(MPA), Model Desa Konservasi (MDK), dan budidaya anggrek. Sedangkan untuk

partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan wisata alam adalah peran serta

masyarakat secara suka rela dalam kegiatan teknis maupun non teknis yang

diwujudkan dalam bentuk jasa dan dana.

Kata Kunci: Kawasan Wisata Alam Tlogo Muncar, Taman Nasional Gunung

(21)

Mount National Park. The type of this study is the empirical law and the data

sources used in this research are primary data, secondary, and tertiary. The methods

of data analysis used descriptive and qualitative methods.

The results showed that the efforts of the National Park of Mount Merapi in

the management of conservation of natural tourism area Tlogo Muncar is to

approach the people who live around of Tlogo Muncar by doing some activities like

Fire Care Community (FCC), Conservation Village Model (CVM), and orchids

cultivation. As for society participation in the management of nature tourism is a

voluntary of community on technical and non-technical activities are realized in the

form of services and funding.

Keywords: Natural Tourist Areas of Tlogo Muncar, National Park of Merapi

(22)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Industri pariwisata merupakan sektor andalan dan merupakan

pilihan bagi pembangunan ekonomi di negara berkembang. Sumber

kekayaan alam Indonesia untuk jasa lingkungan cukup luas dan

menjanjikan memiliki prospek baik, potensi hutan alam yang menarik

dapat sebagai obyek Pariwisata Alam. Pengembangan Pariwisata Alam

memiliki potensi yang baik apabila digarap dan sungguh-sungguh

memperhatikan aspek lingkungan,sehingga hutan dengan segala potensi

yang dimilikinya, baik keanekaragaman flora dan fauna maupun keunikan

serta keindahan alamnya berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek

wisata yang menarik.

Pengembangan Pariwisata diharapkan mampu memberikan

dampak ekonomi baik tingkat nasional maupun daerah. Dalam rangka

kerangka daerah saat ini, peran pariwisata diharapkan dapat memberikan

manfaat langsung kepada masyarakat lokal, secara garis besar kebijakan

pengembangan Pariwisata Alam sejalan dengan kebijakan pariwisata

secara nasional. Tujuan pengembangan kepariwisataan adalah :1

1. Meningkatkan pendapatan devisa, mendorong kegiatan industri

dan pendapatan masyarakat serta perluasan kesempatan kerja

lainya.

1

(23)

2. Memperkenalkan dan memberdayagunakan keindahan alam dan

kebudayaan manusia.

3. Meningkatkan persaudaraan/persahabatan Nasional dan

Internasional.

Perjalanan perkembangan wisata alam pada umumnya

mengandalkan kualitas alam dan menjamin kepariwisataan tetap

terpeliharanya keberadaan obyek dan daya tarik wisata. Perkembangan

kepewariwisataan cukup berarti dalam kepariwisataan global yang

berbasis pada masayarakat dan diharapkan dapat membina atas

terpeliharanya obyek dan atraksi alam yang potensial bagi masyarakat

untuk tetap menjaga kondisi lingkungan. Bentuk kepariwisataan yang

berhubungan dengan masyarakat lokal adalah pariwisata berbasis alam dan

berbasis ekologi. Masyarakat setempat mempunyai prospek bagus ditinjau

dari upaya pembedaan masyarakat dan peningkatan ekonomi masyarakat

sekitar dan dapat mengurangi kerusakan yang disebabkan pemanfaatan

yang berlebihan oleh rakyat.2

Pariwisata alam memiliki 4 (empat) ciri-ciri utama yang perlu

mendapatkan perhatian, yaitu: pertama, obyek-obyek yang akan

dikembangkan adalah obyek-obyek yang ada dialam

(hutan,kebun,pantai/laut) dan budaya yang tidak mengalami perubahan,

baik bentang alam maupun sumber dayanya. Kedua, dalam pemanfaatanya

dampak negatif yang ditimbulkan terhadap lingkungan sangat kecil,

(24)

namun sebaliknya dampak positif yang diperoleh dapat menunjang

upaya-upaya pelestarian kawasan atau obyeknya itu sendiri sesuai dengan aspek

konservasi. Ketiga, masyarakat sekitar kawasan obyek dapat memperoleh

keuntungan langsung dari kegiatan pariwisata alam karena mereka ikut

teribat didalamnya dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Keempat,

adanya unsur pendidikan, pelatihan dan penyuluhan bagi masyarakat

tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, sehingga

pemahaman dan kesadaran masyarakat semakin meningkatkan untuk ikut

serta melestarikan obyek.3

Memperhatikan hal-hal tersebut, maka pembangunan pariwisata

alam harus diarahkan kepada pembangunan pariwisata alam yang

berbasiskan kepada masyarakat, agar masyarakat sekitar kawasan dapat

merasakan manfaat secara langsung dari kawasan tersebut.

Mengikuti perkembangan dan pengelolaan hutan agar perambahan

tidak terjadi dengan cepat khususnya hutan konservasi, maka harus ada

alternatif yang bisa dikemukakan, ekowisata sangat peduli dengan upaya

konservasi dan perkembangan hutan juga partisipasi masyarakat lokal

yang berada disekitar kawasan hutan tersebut.

Hutan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Fungsi

hutan adalah fungsi produksi sebagai fungsi produksi, fungsi konservasi

dan fungsi ekonomi.4

1) Fungsi produksi hutan adalah dapat menghasilkan kayu maupun

3Ibid, hlm 2 4

(25)

non kayu yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

2) Fungsi konservasi adalah memberikan pertahanan suatu kawasan.

3) Fungsi ekonomi adalah dapat membangun perekonomian negara.

Kawasan Hutan Indonesia saat ini menghadapi masalah degradasi

dan deforestasi hutan sebagai akibat dari kelemahan dan kebijakan

pengelolaan hutan. Ketidakmampuan hutan untuk mengakomodasi

perkembangan sosial ekonomi masyarakat menyebabkan tekanan terhadap

kawasan hutan semakin tinggi, termasuk hutan konservasi. Pariwisata

yang mendapat perhatian besar dan sedang dikembangkan dibeberapa

negara adalah ekowisata.5 Pengertian ekowisata sebagai suatu industri

telah mengembangkan pemahaman bahwa kegiatan-kegiatan wisata

diwilayah yang masih alami harus dilakukan dengan membangun kerja

sama antara seluruh pelakunya : pemerintah, swasta, dan masyarakat

sehingga manfaat yang diperoleh selayaknya tidak hanya kepada para

pelakunya namun terutama kepada usah usaha untuk melestarikan wilayah

tersebut dan mensejahterakan rakyat.6

Masyarakat sekitar daerah wisata pada umumnya adalah

masyarakat yang golongan ekomominya menengah kebawah. Peningkatan

peran serta masyarakat disekitar hutan atau daerah wisata dapat

diupayakan dengan taman nasional menurut Undang-Undang RI No. 5

tahun 1990 Pasal 1 angka 14 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

5

Susanto, Op.Cit., hlm 3

6Chafid Fandeli, 2000, Penguasaan Ekowisata, Yogyakarta, fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada,

(26)

Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan pelestarian alam yang

mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

mununjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.7

Taman Nasional Gunung Merapi memiliki obyek wisata alam yang

cukup potensial, selain memiliki keanekaragaman flora, fauna dan bentang

alam yang spesifik juga memiliki kekhasan daya tarik wisata geologi dan

wisata budaya. Salah satu obyek wisata alam yang ada di TNGM adalah

taman Wisata Alam Tlogo Muncar yang berada di wisata Kaliurang.

Alasan penunjukan taman wisata ini adalah keindahan alam dan udara

yang sejuk serta kebutuhan wisata alam berupa hutan. Oleh karena itu

taman wisata alam Tlogo Muncar digunakan sebagai tempat rekreasi, dan

untuk mendukung kehidupan ekonomi masyarakat sekitar. Dasar hukum

Taman Nasional Gunung Merapi adalah kepmenhut No.

134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar Alam

dan Wisata alam pada kelompok hutan gunung merapi, yang terletak di

Kab. Magelang, Boyolali dan klaten Provinsi Jateng, serta Kab. Sleman

Provinsi DIY. Yogyakarta menjadi Taman Nasional Gunung Merapi.8

Kegiatan ekowisata di pariwisata alam kawasan kaliurang belum

begitu berkembang dengan baik, digunakan penelitian saja tentu sangat

sedikit pengaruhnya terhadap kawasan dan sosial ekonomi masyarakat.

Oleh karena itu guna mengembangkan ekowisata dikawasan ini alternatif

7

Pasl 1 angka 14 undnag-undang RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

8

(27)

pengelolaan kawasan perlu mengikut sertakan masyarakat. Ekowisata

bukanlah konsep yang sulit di aktualisasikan, namun dengan mengadakan

perkembangan komprehensif yang ada, ekowisata bukan lagi hanya

konsep tetapi bisa merupakan praktek dari kerjasama dalam pemberdayaan

masyarakat yang berkeinginan untuk mengkonservasi kawasan dan

meningkatkan taraf hidup. Hal-hal diatas menjadikan dasar utama

dilakukan penelitian tentang pengembangan potensi ekowisata dengan

mengambil lokasi studi dipariwisata Alam Kaliurang Taman Nasional

Gunung Merapi.9

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana upaya TNGM dalam pengelolaan konservasi kawasan

wisata alam Tlogo Muncar Kaliurang?

2. Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan

pengelolaan konservasi kawasan wisata alam Tlogo Muncar

Kaliurang?

C. Tujuan Penelitian

1. Memperoleh data dan pengetahuan sebagai hasil penelitian untuk

menjawab pernasalahan yang ada dalam rangka penyusunan penulisan

hukum yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

kesarjanaan Fakultas Hukum Muhammadiyah Yogyakarta.

9

(28)

2. a. Mengetahui partisipasi ide, partisipasi tenaga dan partisipsi

pemanfaatan masyarakat dalam perkembangan wisata alam Muncar

Kaliurang.

b. Mengetahui upaya TNGM dalam pengelolaan konservasi kawasan

wisata alam kaliurang berdasarkan presepsi narasumber dan

masyarakat setempat.

c. Mengetahui partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan

pengelolaan konservasi kawasan wisata alam Togo Muncar

Kaliurang.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi dunia pendidikan, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan

kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan, dan memberikan

manfaat pada proses pembangunan sekarang dan masa yang akan

datang.

2. Penelitian, penelitian ini selain menambah pengetahuan juga

merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas

Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

a. Masyarakat, sebagai bahan dan koreksi terhadap pelaksanaan

pengembangan obyek wisata alam Tlogo Muncar Kaliurang

sehingga nantinya masyarakat dapat meningkatkan partisipasinya.

b. Balai Taman Nasional Gunung Merapi, sebagai bahan

pertimbangan dalam menentukan kebijakan pada tingkat

(29)

c. Wisatawan sebagai informasi bagi yang ingin berwisata ke

kawasan wisata alam Tlogo Muncar Kaliurang bahwa obyek wisata

(30)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN SUMBER DAYA ALAM A. Pengertian dan Konsep Partisipasi Masyarakat Dalam Konservasi

Partisipasi adalah keterlibatan aktif dan bermakna dari masa

penduduk pada tingkatan-tingkatan yang berada seperti (a) di dalam proses

pembentukan keputusan untuk menentukan tujuan-tujuan kemasyarakatan

dalam pengalokasian untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, (b)

pelaksanaan program-program dan proyek-proyek secara sukarela dan

pembagian yang merata dan (c) pemanfaatan hasil-hasil dari suatu progam

atau suatu proyek.1

Peran seacara umum dikaitkan dengan partisipasi yang memiliki

pengertian berbeda-beda tergantung dari sisi mana parisipasi

dicermati.Istilah partisipasi telah lama dikenal khususnya didalam

pengkajian peranan anggota di dalam suatu organisasi, baik organisasi

yang sifatnya tidak sukarela maupun sukarela. Dalam konteks

pembangunan sebuah progam aau proyek istilah partisipasi telah

digunakan didalam konteks yang beragam. Partisipasi sering diartikan

dalam kaitanya dengan pembangunan masyarakat yang mandiri, mobilisasi

sosial,reformasial, atau revolusi rakyat.2

Dalam hubunganya dengan pembangunan, Soetrisno menyatakan

bahwa partisipasi rakyat dalam pembangunan adalah kerjasama antara

1 Awang San Afri, 2003, Politik Kehutanan Masyarakat, Yogyakarta : Kreasi Wacana, hln 17 2

(31)

rakyat dan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, dan

membiayai pembangunan.Kritik dan pikiran alternatif merupakan suatu

bentuk partisipasi rakyat dalam pembangunan. Konsep pengertian ini

mengatakan bahwa partisipasi dalam pembangunan meliputi 3 hal

berikut:3

1. Peluang ikut menentukan kebijaksanaan pembangunan (ditingkat desa

atau kecamatan khususnya) lebih-lebih dibidang dimana diharapkan

bekerja.

2. Peluang ikut merencanakan pelaksanaan pembangunan (ditingkat desa

atau kecamatan khususnya) lebih-lebih dibidang dimana mereka

diharapakan bekerja.

3. Peluang ikut menilai hasil pembangunan, sampai dimana sudah

diperbaiki keadaan mereka dan pengalaman mereka sendiri.

Istilah partisipasi mengandung makna sangat beragam, tergantung

dari disdiplin ilmu yang kita tinjau, dari perspektif ilmu sosial, politik,

ekonomi, dan sosiologi.Dengan demikian terminologi partisipasi menjadi

sangat komplek.

Dalam kamus bahasa Indonesia partisipasi diartikan sebagai

keikutsertaan atau keterlibatan seseorang dalam kegiatan. Sedangkan

menurut kamus sosiologi memberikan batasan bahwa partisipasi adalah

setiap proses identifikasi atau menjadi peserta suatu proses komunikasi

3

(32)

atau merupakan kegiatan bersama daolam situasi sosial tertentu.4

Mikelsen mengemukakan:5

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada

proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.

2. Partsipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti

bahwa orang atau kelompok yang terkait mengambil inisiatif dan

menggunakan kebebasanya.

3. Partisipasi adalah pemanfaatan dialog antara masyarakat setempat

dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan,

monitoring, proyek agar memperoleh informasi mengenai konteks

lokal dan dampak-dampak sosial.

4. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam

perubahan yang ditentukanya sendiri.

5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan

diri, kehidupan dan lingkungan mereka.

Menurut M Rogers, partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota

sistem sosial dalam proses pengambilan keputusan. Ada pengertian yang

lebih luas yang tidak terbatas pada keterlibatannya dalam pengambilan

keputusan yaitu meliputi proses perencanaan, pengambilan keputusan,

pelaksanaan, evaluasi serta menikmati hasil pembangunan itu sendiri.6

Cohen dan Uphoff mengartikan partisipasi sebagai keterlibatan

4

Prasmanungrum, 2009, Kajaian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata Alam Kawasan Zona Pemanfaatan TNGM, Yogyakarta, hlm 8

5 Ibid,

(33)

masyarakat dalam proses perencanaan atau pembuatan keputusan,

penerapan keputusan, menikmati dan mengevaluasi hasil itu. Secara

substansi partisipasi mencakup:7

1. Voice (suara), artinya setiap warga mempunyai hak dan ruang

untuk menyampaikan suaranya dalam proses pemerintah dan

pembangunan. Pemerintah mengakomodasi setiap suara yang

berkembang dalam masyarakat dan dijadikan basis pembuatan

keputusan.

2. Acces, yaitu setiap warga mempunyai kesempatan untuk

mengakses atau mempengaruhi pembuatan kebijakan termasuk

akses dalam pelayanan pubik.

3. Control, yakni setiap warga atau elemen masyarakat mempunyai

kesempatan dan hak untuk melakukan pengawasan atau kontrol

terhadap jalannya pemerintah, pengelolaan kebijakan dan

keuangan pemerintah.

Tingkat partisipasi masyarakat Tlogo Muncar jika dinilai

berdasarkan pengertian Cohen dan Uphoff tingkat partisipasinya adalah

rendah menurut informasi dari narasumber dan masyarakat.Voice (suara)

masyarakat dan access cukup diperhatikan dalam pembuatan keputusan

dan kebijakan oleh pihak TNGM namun tetap disesuaikan dengan

ketentuan yang berlaku atau yang telah ada. Sedangkan untuk control,

masyarakat sekitar kawasan wisata alam Tlogo Muncar sama sekali tidak

7

(34)

mempunyai kesempatan ataupun hak untuk melakukan pengawasan karena

pengawasan ataupun kontrol dilakukan langsung oleh pemerintah pusat.

Segala kegiatan yang berjalan di TNGM diawasi oleh pemerintah pusat

bukan masyarakat.Masyarakat disini hanya sebagai pelaksana dengan

adanya kegiatan-kegiatan yang dibuat oleh TNGM dalam pengembangan

dan pengelolaan konservasi.Diharapkan dengan keikutsertakan masyarakat

dalam kegiatan ini juga menciptakan kerjasama yang baik dalam

konservasi antara TNGM dengan masyarakat sekitar kawasan wisata alam

Tlogo Muncar Taman Nasional Gunung Merapi.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengharuhi Partisipasi Masyarakat.

Pengembangan kehutanan sebagai bagian integral pembangunan

nasional, dilaksanakan dalam rangka pendayagunaan sumberdaya alam

hutan sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat yang dilakukan secara

terencana, rasiona dan optimal, bertanggungjawab dan sesuai dengan

kemampuan daya dukungnya sehingga memberikan kesejahteraan bagi

rakyat secara berkelanjutan. Keberhasilan pembangunan kehutanan

tergantung kepada ketersediaan dan kualitas SDM yang mendukungnya,

yaitu SDM yang menguasai serat mampu memanfaatkan dan

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penelolaan hutan

lestari.8

8

(35)

Pengembangan Sumber Daya Manusia pada hakekatnya adalah

upaya membangun manusia seutuhnya, yaitu membangun manusia

sebagai insan (makhluk sosial) dan membangun manusia sebagai

sumberdaya pelaku pembangunan. Pembangunan manusia sebagai

sumberdaya ditekankan pada etoskerja produktif, ketrampilan dan

keahlian, kreatif, disiplin dan profesional.9

Ada dua faktor yang menentukan seseorang untuk berpartisipasi

dalam perencanaan suatu progam yaitu faktor hasil dari keterlibatanya.

Orang tidak akan berpartisipasi secara atusias apabila dia merasa bahwa

keterlibatanya tidak mempunyai akibat bermakna dalam rencana-rencana

yang final. Faktor kedua adalah karena tidak mempunyai kepentingan

khusus yang mempengaruhinya secara langsung atau manfaat yang dapat

diperoleh.10

Faktor yang mempengahruhi partisipasi masyarakat terhadap suatu

progam dapat dibagi menjadi dua faktor sosial ekonomi dan faktor

wilayah.Faktor sosial yang dimaksud meliputi tingkat pendidikan, umur

dan jenis pekerjaan.Sementara faktor ekonomi meliputi jenis usaha dan

pendapatan.

Faktor sosial ekonomi sering juga disamakan dengan faktor status

sosial.Khairudin mengemukakan tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam

mendorong masyarakat yaitu faktor kepemimpinan, faktor kebijakan,

rencana/progam, komunikasi dan faktor pendidikan.Faktor kebijakan dan

9 Ibid, hlm 83 10

(36)

progam menjadi faktor penting dalam menentukan partisipasi masyarakat

dalam suatu kegitan.11

Progam yang akomodatif memberikan ruang partisipasi masyarakat

baik dalam bentuk aktivitas maupun dalam ruang komunikasi antar pihak

terkait.Hal ini adalah beberapa faktor yang berpengaruh terhadap

partisipasi masyarakat yaitu tingkat pendidikan dan pemahaman terhadap

progam, tersedianya kesempatan untuk berpartispasi dalam berbagai

progam, tersedia tidaknya kesempatan kerja yang lebih baik diluar

tempatnya.12

C. Macam dan Bentuk partisipasi Masyarakat

Menurut Koentjaraningrat partisipasi dibedakan menjadi:13

1. Partispasi dalam aktivitas-aktivitas bersama dalam proyek-proyek

pembangunan yang khusus yang biasanya bersifat fisik, misal

proyek padat karya, penghijauan, dan perbaikan saluran irigasi.

2. Partispasi sebagai individu diluar kegiatan bersama dalam

pembangunan yang tidak bersifat fisik dan memperlakukan

partisipasi rakyat atas dasar untuk keamanan mereka sendiri,

misalnya menjadi aseptor KB, dan lain-lain.

11

Ibid

12 H. Khairuddin, 1992. Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta : liberty, hlm 9 13

(37)

Berdasarkan cara keterlibatanya partisipasi dapat dibedakan menjadi:14

1. Partisipasi langsung, merupakan partisipasi yang terjadi bila

seseorang menampilkan kegiatan tertentu didalam proses

partisipasi musyawarah mengambil peranan dalam

pertemuan-pertemuan, turut berdiskusi dan dapat berupa kegiatan secara

langsung berkenan dengan pembangunan.

2. Partisipasi tidak langsung, terjadi bila seseorang mendelegasikan

hasil partisipasinya kepada orang lain, dapat berupa saran-saran

untuk ikut berpartisipasi secara langsung atau dukungan moral

dalam pembangunan yang dilaksanakan.

Bentuk partisipasi terdiri dari:15

1. Partisipasi buah pikiran atau ide yang diberikan pada waktu rapat.

2. Partisipasi tenaga yang diberikan pada waktu perbaikan atau

pembangunan.

3. Partisipasi harta benda yang diberikan pada kegitan pertolongan.

4. Partisipasi ketrampilan yang diberikan dalam mendorong aneka

ragam industri.

5. Partisipasi sosial yang diberikan sebagai tanda kedekatan hati

antara lain pada arisan koperasi dan lain-lain.

14 Ibid, hlm 11 15

(38)

Bryant dan White menyebutkan ada dua macam partisipasi yaitu,

partisipasi antara sesama warga atau anggota suatu perkumpulan yang

dinamakan partisipasi horizontal dan partisipasi yang dilaksanakan oleh

bawahan dengan atasan, antara klien dengan patron atau masyarakat

sebagai suatu keseluruhan dengan pemerintah yang disebut dengan

partisipasi vertikal.16

Hofsteedee dalam Khairudin membagi partisipasi dalam tiga

tingkatan antara lain:17

1. Partisipasi inisiatif (inisiation participation) adalah partisipasi yang

mengundang inisiatif dari pemimpin desa, baik formal maupun

informal, ataupun dari anggota masyarakat mengenai suatu

proyek, yang nantinya proyek tersebut merupakan kebutuhan bagi

masyarakat.

2. Partisipasi legitimasi (legitimtion participation) adalah partispasi

pada tingkat pembicaraan atau pembuatan keputusan tentang

proyek tersebut.

3. Partisipasi eksekusi (execition participation) adalah partisipasi

pada tingkat pelaksnaan.

16 H. Khairuddin, 1992. Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta : Liberty, hlm 13 17

(39)

D. Partispasi Mayarakat Dalam pengelolaan Konservasi Wisata Alam

Pemulihan dan pengelolaan konservasi di kawasan wisata alam

memiliki dampak penting terhadap perkembangan pariwisata.

Perkembanagan dalam sektor kepariwisataan pada saat ini melahirkan

konsep pengembangan pariwisata alternatif yang tepat dan secara aktif

membantu menjaga keberlangsungan pemanfaatan budaya dan alam secara

berkelanjutan dengan memperhatikan segala aspek dari pariwisata

berkelanjutan yaitu: ekonomi masyarakat, lingkungan, dan sosial budaya.

Pemgembangan alternatif berkelanjutan khususnya wisata alam

merupakan pembangunan yang layak secara ekonomi dan adil secara etika

dan sosial terhadap masyarakat.

Rekreasi pada saat ini sudah menjadi kebutuhan manusia. Oleh

sebab itu tidak mustahil jika beberapa tahun mendatang akan merupakan

kebutuhan pokok disamping sandang, pangan dan papan. Kecenderungan

untuk kembali pada tata kehidupan sehari-hari mendorong manusia untuk

melakukakan kegitan rekreasi dialam terbuka.Ini tercermin dari

peningkatan kegiatan-kegiatan wisata alam.Keadaan ini menuntut untuk

segera disediakannya obyek-obyek wisata alam yang memadai baik

kualitas maupun kulaitas.18

Wisata alam adalah bentuk kegitan yang memanfaatkan potensi

sumber daya alam dan tata lingkungannya.Pada saat ini ada

kecenderungan, kegitan wisata alam mengarah pada ekowisata.Obyek

18 Amperawati, 2009, Kjian Potensi Flora Untuk Soevernir di Kawasan Wisata Alam Tlogo Muncar TNGM,

(40)

wisata alam adalah alam besreta ekosistemnya baik asli maupun setelah

adanya perpaduan dengan daya cipta manusia, yang mempunyai daya tarik

untuk dilihat dan dikunjungi wisatawan. Berdasarkan jenis kawasannya,

obyek wista alam dibedakan menjadi dua bagian yaitu: obyek wisata alam

yang ada dalam kawasan hutan dan obyek wisata alam diluar kawasan.

Berdasarkan status kawasannya,obyek wisata alam dalam hutan dibagi

menjadi obyek wisata alam kawasan konservasi dan obyek wisata alam

bukan kawasan konservasi.19

Komponen-komponen produk wisata yang dapat dikembangkan

untuk pariwisata alam dapat diuraikan sebagai berikut:20

1. Komponen Atraksi

Kepariwisataan alam dietentukan oleh keberadaan, perilaku

dan sifat dari obyek dan daya tarik alam. Atraksi alam berupa

gunung, pantai, sungai, hutan, lembah, ngarai, dan laut mempunyai

kondisi, sifat dan perilaku yang harus diperhatikan dalam

perencanaan pengembangan obyek dan daya tarik wisata alam

2. Komponen Amenitas

Amenitas berkaitan dengan kebutuhan akan fasilitas dan

utilitas wisatawan akan merasa puas dengan fasilitas dan utilitas

apa adanya di alam atau seperti yang dilakukan penduduk

setempat. Aspek penunjang dari amenitas adalah kemudahan dalam

mendapatkantelepon, kantor pos dan penukaran uang. Hal yang

19 Ibid 20

(41)

patut mendapatakan perhatian adalah pelayanan yang baik,

makanan bergizi sehat, akomodasi yang aman dan sanitasi yang

baik.

3. Komponen Aksesibilitas

Aksesbilitas berkaitan dengan sarana

transportasi.Tersedianya alat transportasi yang banyak dan beragam

serata menjamin keselamatan sangat membantu kelancaran

perjalanan wistawan.Hal yang sangat penting dalam alat

transportasi ini adalah jaminan keselamatan. Wisatawan sangat

peduli akan keamanan dan keselamatan diri dalam perjalanan

berwisata, terutama untuk wisatawan mancanegara.

4. Komponen Kelembagaan

Di dalam pengembangan kepariwisataan alam diperlukan

koordinasi yang bagus bagi seluruh stakeholder. Adanya

keterkaitan yang banyak antar lembaga yaitu: mulai dari pengelola

proyek, fasilitas, prasarana dan sarana transportasi, masyarakat dan

pemerintah daerah kesemuanya perlu mempunyai visi yang sama.

Lembaga pengambil kebijakan baik pusat maupun daerah, seluruh

kebijakan harus sejalan dengan visi dan misi dari seluruh pelaku

(42)

5. Komponen Lingkungan

Lingkungan berkaitan dengan daya dukung fisik, ekologi

dan psikologis. Oleh karena itu setiap kawasan atau ODTW yang

akan dikembangkan menjadi wisata alam terlebih dahulu dilakukan

analisis daya dukungnya. Hal ini dimaksud untuk menghindari

terjadinya kerusakan lingkungan, yanga akan nantinya dapat

menurunkan kualitas ODTW.

Saat ini perkembangan industri pariwisata sangat pesat, sehingga

muncul bermacam-macam jenis obyek wisata yang lama-kelamaan

mempunyai ciri khas tersendiri.Perkembangan ini bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan wisatawan yang saat ini melakukan perjalanan

wisata berdasarkan wisata berdasarkan alasan dan tujuan yang

berbeda-beda.

Menurut brandon dalam Chafid fandeli terdapat sepuluh aspek

kepariwisataan alam pada umumnya dan ekowisata pada khususnya,

sepuluh aspek tersebut adalah:21

1. Peranan Partisipasi Lokal

Partisipasi masyarakat lokal harus didorong dan diberi kesempatan

yang lebih besar dari waktu ke waktu dalam seluruh aspek kegiatan.

2. Pemberian Otoritas Sebagai Tujuan

Setiap upaya pengembangan diarahkan agar semakin lama

kekuasaan semakin besar yang diberikan pada masyarakat lokal.

21

(43)

3. Partisipasi Dalam Siklus Proyek

Apabila ada pengembangan kegiatan, dilaksanakan dengan cara

mengikutsertakan masyarakat lokal dalam semua tahapan

pengembangan mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga

beroperasinya pengembangan wisata alam.

4. Penciptaan Pemilik Lahan

Didalam pengembangan wisata alam perlu diciptakan suatu bentuk

usaha yang mendorong masyarakat untuk dapat ikut memiliki saham.

5. Mengaitkan Keuntungan dan Kelestarian

Keuntungan finansial yang diperoleh dari usaha wisata alam harus

dikembalikan ke kawasan dalam rangka membiayai peningkatan

kelestarian ekologis.

6. Menyebaratkan Keuntungan

Keuntungan diperoleh dari usaha ekowisata disebaratakan kepada

seluruh penduduk lokal.Distribusi secara merata ini dilakukan dengan

menciptakan peluang usaha yang bnyak jenisnya yang terkait dengan

pariwisata.

7. Melibatkan Pemimpin Masyarakat.

Sejauh mungkin dalam pengembangan wisata alam dapat

mengikutseratkan seluruh komponen masyarakat.Sesuai statusnya

pemimpin formal maupun informal dilibatkan dalam posisi jabatan

(44)

8. Menggunakan Agen Perubahan

Biasanya didalam masyarakat telah ada beberapa kelompok

masyarakat.Seluruh kelompok masyarakat dicatat dan kemudian

dilibatkan dalam kegiatan kepariwisataan, tidak perlu kelompok

masyarakat berbasis ekonomi saja, bahkan kelompok pengajian

dipertimbangkan untuk menjadi pelaku wisata alam.

9. Memahami Kondisi Yang Apesifik

Pengembangan wisata alam dilaksanakan terhadap atraksi yang

spesifik. Setiap obyek daya tarik wisata pasti dapat ditemukan suatu

atraksi yang spesifik.

10.Pengawasan dan Penilaian

Upaya peningkatan pengembangan wisata alam harus disusun

dengan suatu sistem pengawasan dan penilaian yang baik.Sebab

aktivitas wisata atau ekowisata berpotensi meningkatkan kerusakan

lingkungan dan perubahan sosialnya agar perubahan yang terjadi ini

dapat terkendali dan terarah perlu disusun suatu sistem pengawasan

dan penilaian yang baik. Dengan cara demikaan setiap kerusakan atau

perubahan sedini mungkin dapat diketahui.

Dalam pengembangan wista alam juga harus memperhitungkan

pula adanya hubungan dengan obyek wisata lain yanga ada disekitar

kawasa wisata alam dan masih dijangkau dengan jarak tidak terlalu jauh.

Indikator yang mudah untuk melihatkan prospek pengembangan wisata

(45)

yang didokumentasikan secara baik. Kendala permasalahan yang langsung

mempengahruhi wisatawan untuk berkunjung kelokasi adalah: aksebilitas,

perawatan pelayanan pengelolaan dan obyek wisata alain yang ada

disekitar obyek wisata alam.22

TINJAUAN UMUM TENTANG TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI DAN PENGELOLAANYA

A. Tinjauan Umum Taman Nasional 1. Istilah Taman Nasional

Soewarto secara umum memberikan definisi tentang Taman

Nasional adalah Kawasan Pelestarian Alam yang mempunyai ekosistem

asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan

penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,

pariwisata, dan rekreasi.23 Sementara john Mac Kinnon dan Khaty Mac

Kinnon membatasi definisi Taman Nasional sebagai suatu kawasan luas

yang relatif tidak terganggu, mempunyai nilai alam yang menonjol dengan

kepentingan pelestarian yang tinggi, potensi rekreasi besar, mudah di capai

oleh pengunjung dan manfaat jelas bagi wilayah tersebut. Bedasarkan

Undang-undang Nomor 5 tahun 1990, yang dinamakan “Taman Nasional

adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola

berdasarkan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,

22

Amperawati, 2009, Kjian Potensi Flora Untuk Soevernir di Kawasan Wisata Alam Tlogo Muncar TNGM, Yogyakarta, hlm 22

23Otto Soemarwoto, 1997, Ekologi, Lingkungan hidup dan Pembangunan, Penerbit Djambatan, Jakarta, hlm.

(46)

pendidikan ilmu pengetahuan, menunjang budidaya, pariwisata dan

rekreasi (Dephut, 1990)”.24Bahkan di di dalam Pasal 4 PP no 68 tahun

1998 disebutkan bahwa keduanya memiliki fungsi yang sama persis.

Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam

dilakukan sesuai dengan fungsi kawasan:

a. Sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan.

b. Sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan

atau satwa beserta ekosistemnya.

c. Untuk pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya

Menurut IUCN (International Union For Conservation of Nature

and Natural Resources), Taman Nasional dikategorikan pada kawasan

yang dilindungi dengan tujuan untuk melindungi kawasan alam dan

berpemandangan indah yang penting secara Nasional atau Internasional

serta memiliki nilai bagi pemanfaatan ilmiah, pendidikan, dan rekreasi.

Kawasan alami ini relatif luas, materinya tidak diubah oleh kegiatan

manusia serta pemanfaatan sumberdaya tambang tidak diperkenankan

(John dan Kathy Mackinon, 1990).

Di Indonesia terdapat 5 kategori kawasan yang di dilindungi dan

masing-masing mempunyai kriteria umum sebagai berikut:

24 John Mac Kinnon dan kathy Mac Kinnon,1993, Pengelolaan kawasan Yang Dilindungi d Daerah Tropika,

(47)

a. Taman Nasional

Kawasan luas yang relatif tidak terganggu dan mempunyai nilai

alam yang menonjol dengan kepentingan pelestarian tinggi, potensi

rekreasi yang besar, mudah dicapai oleh pengunjung dan manfaat yang

jelas bagi wilayah tersebut.

b. Cagar Alam

Umumnya kecil, habitat rapuh yang tidak terganggu dengan

kepentingan pelestarian yang tinggi, keunikan alam, habitat spesies

langka tertentu, dll.Kawasan ini merupakan perlindungan mutlak.

c. Suaka Margasatwa

Umumnya kawasan berukuran sedang atau luas dengan habitat

stabil yang relatif utuh serta memiliki kepentingan mulai sedang

sampai tinggi.

d. Taman Buru

Habitat alami atau semi alami berukuran sedang sampai besar

yang memiliki potensi satwa yang boleh diburu, yang populasinya

cukup besar, terdapat minat untuk berburu, tersedia fasilitas berburu

yang memadai dan lokasinya mudah dijangkau oleh pemburu. Cagar

semacam ini harus memiliki kepentingan dan nilai pelestarian yang

rendah yang tidak akan terancam oleh kegiatan perburuan atau

(48)

e. Hutan Lindung

Kawasan alami atau hutan tanaman berukuran sedang atau besar,

pada lokasi yang curam, tinggi, mudah tererosi, serta tanah yang

mudah terbasuh hujan, penutup tanah berupa hutan adalah mutlak

perlu untuk melindungi kawasan tangkapan air, mencegah longsor,

dan erosi. Prioritas pelestarian tidak begitu tinggi untuk dapat diberi

status cagar (John & Kathy Mackinnon, 1990).

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan

menjelaskan apa yang dimaksud dengan kawasan hutan suaka alam dan

kawasan hutan pelestarian alam. Kawasan hutan suaka alam adalah hutan

dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan

pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serat ekosistemnya,

yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan,

pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta

pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

2. Pengelolaan Taman Nasional

Pengelolaan taman Nasioanal di Indonesia selama ini

dilaksanakan oleh pemerintah melalui sebuah institusi Balai Taman

Nasional dengan sistem zonasi berdasarkan suatu rencana pengelolaan

yang telah disusun melalui berbagai kajian sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 68 tahun 1998 tentang Suaka Alam dan Kawasan

(49)

kawasan Taman Nasional dibagi menjadi 3 zona yaitu zona inti, zona

rimba dan zona pemanfaatan atau zona lain.25

Zona inti adalah zona yang terdapat dalam kawasan Taman

Nasional yang luas dan bentuknya mempunyai kapabilitas untuk

menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami, belum

terjamah oleh kegitan manusia dengan berbagai jenis satwa maupun

tumbuhan yang cukup beragam serta keberadaanya yang memerlukan

upaya konservasi. Dalam zona ini tidak diperkenankan melakukan

kegiatan yang mengakibatkan perubahan, mengurangi menghilangkan

fungsi dan luas zona serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain

yang tidak asli. Pada zona inti kegiatan yang dilakukan adalah murni

perlindungan dan pengembangan hutan.

Zona rimba adalah zona didalam kawasan Taman Nasional yang

memiliki kapabilitas untuk mendukung perkembangbiakan satwa dan

memiliki kegunaan sebagai penyangga pelestarian zona inti dan zona

pemanfaatan. Di samping itu zona rimba merupakan zona yang

diperuntukan bagi jenis satwa migran atau satwa lain yang tidak asli

dengan jenis tertentu. Pada zona ini masih diperkenakan melakukan

kegiatan wisata alam seara terbatas.

Zona pemanfaatan adalah suatu zona di dalam kawasan Taman

Nasional yang kondisi sumber daya alamnya mempunyai daya tarik

yang luas dan mampu menjamin kelestarian potensi dan daya tarik

25Sulthoni dalam Gembong Purwanto Nugroho, 2004, Strategi Pengembangan Ekowisata Di Kawasan Dieng,

(50)

tersebut, serta mendukung bagian upaya pengembangan pariwisata

alam.Pada zona pemanfaatan ini masyarakat sekitar dapat

mengupayakan untuk melakukan kegiatan pariwisata dan membangun

sarana dan prasarana kepariwisataan dengan tetap memperhatikan

kepentingan konservasi.

Apabila zona rimba juga termasuk zona yang diperkenankan

hanya untuk kegiatan perindungan maka berkaitan dengan hal tersebut

Sulthoni menambah kawsan Taman Nasional menjadi empat zona,

yakni menambah zona penyangga.Zona penyangga adalah kawasan

yang berbatasan dengan Taman Nasional yang secara ekologis masih

mempunyai pengaruh baik dari dalam maupun dari luar kawasan.Zona

ini memiliki fungsi melindungi zona-zona yang mutlak harus dilindungi

seperti zona inti dan zona rimba sebagai jalur perlindungan dari

aktivitas masyarakat yang dapat merusak ekosistemnya.26

Berbagai bentuk kegiatan lain untuk kepentingan penelitian,

pendidikan, ilmu pengetahuan dan budi daya diperkenankan untuk

dilakukan dalam kawasan Taman Nasional sepanjang hal tersebut sesuai

dengan fungsi masing-masing zona yang telah diterapkan sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Selain itu jenis-jenis kegiatan

yang dapat menimbulkan perubahan terhadap fungsi kawasan tidak

dibenarkan untuk dilakukan, seperti merusak keindahan alam,

26Sulthoni dalam Gembong Purwanto Nugroho, 2004, Strategi Pengembangan Ekowisata Di Kawasan Dieng,

(51)

mengurangi luas kawasan dan melakukan kegiatan usaha yang tidak

sesuai dengan rencana pengelolaan. Secara lebih rinci mengenai

aktivitas yang tidak boleh dilakukan dalam zona kawasan Taman

Nasional antara lain menanam tanaman pangan, menanam pohon,

penebangan pohon untuk keperluan komersial, pengambilan kayu

bakar, berburu, mengambil rotan dan kayu.27

3. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Taman Nasional

Secara normatif pelaksanaan konservasi sumber daya alam

hayati dan ekosistemnya menjadi tanggung jawab dan kewajiban

pemerintah serta masyarakat, namun dalam prakteknya keterlibatan

masyarakat dalam pengelolaan Taman Nasional sering kali masih sebatas

pada penjaringan issu, informasi dan terputusnya hubungan antara

masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dengan lingkungan alam yang

sebelumnya terkait erat dalam kehidupan sehari-harinya. Padahal tidak

ada kawasan cagar alam yang terjamin untuk jangka waktu yang panjang

tanpa adanya dukungan masyarakat.28

Berkaitan dengan keberadaan masyarakat di kawasan pelestarian

alam, beberapa hal penting dalam pengelolaan kawasan tersebut, yakni

sebagai berikut:29

a. Dalam penetapan kawasan, pemukiman kembali penduduk asli dapat

mungkin menghindari, karena budaya asli akan tetap utuh hanya di

27

John Mac kinnon dan Kathy Mac Kinnon, op.cit, hlm. 26

28

Indriyastuti dkk, 2001, Menuju Pengelolaan Partisipatif dan Kolaboratif: Pengembangan Semangat Partisipatif dan Kolaboratif Dalam Pengelolaan Wisata Alam dan Pendidikan Lingkungan di TNGP, Bina Usaha Lingungan, UNDP, hlm. 166

29

(52)

wilayahnya sendiri, dimana kapasitas produksi lingkungan telah

benar-benar dipahami.

b. Kawasan harus cukup luas untuk berfungsi sebagai cagar alam cagar

bagi penduduk setempat.

c. Perencanaan kawasan harus dapat mengantisipasi pertambahan

penduduk dan perubahan budaya.

d. Pegawai penjaga kawasa harus diambil dari penduduk setempat.

Berkaitan dengan itu perlu dilakukan upaya menghubungkan

kembali masyarakat dengan lingkunganya yang telah beralih fungsi

menjadi Taman Nasional sebagai langkah strategis untuk membangun

dukungan terhadap pelestarian kawasan. Di samping itu tingkat peran

serta masyarakat yang tinggi dapat menjamin dukungan sosial dan politik

yang sebesar-besarnya.

Berdasarkan kondisi ini maka paradigma pengelolaan saat ini

perlu diubah dari mengeluarkan manusia dari alam menjadi

mengitegrasikan kembali manusia dengan alam, dan peran serta

masyarakat harus dikembangkan tidak hanya sekedar pemberi informasi,

namun terlibat langsung dalam proses menjadi lebih paham mengapa

(53)

Burke mengkategorikan peran serat masyarakat dalam sebuah

perencanaan ke dalam lima kategori:30

a. Tinjauan dan komentar, dimana peran masyarakat bersifat pasif karena

hanya memiliki kesempatan untuk meninjau dan berkomentar, tetapi

organisai perencanaan tidak terikat pada hasil tinjauan dan komentar

masyarakat tersebut.

b. Konsultasi, peran ini bersifat dua arah di mana masyarakat dapat

memberi masukan dan informasi untuk menemukan

hambata-hambatan yang mungkin dihadapi, namun keputusan masih di tangan

organisasi perencanaan.

c. Pemberi nasihat, dimana peran masyarakat diwadahi dalam sebuah

organisasi formal sebagi pemberi nasihat untuk memperoleh informasi

dan dukungan teroganisir.

d. Pengambilan keputusan terkendali, di mana wewenang penuh berada

di tangan masyarakat, sementara organisasi perencanaan hanya

berfungsi sebagi fasilitor. Dalam hal ini masyarakat dapat mengambil

lebih dari satu persen.

Kelima peran masyarakat tersebut dapat dicapai melalui trategi

terapi pendidikan perubahan perilaku, staf tambahan, kooptasi,

community power, dan advokasi.31

30

Edmund M. Burke, 2004, Pendekatan Partisipatif Dalam Perencanaan Kota, Penerbit Yayasan Sugjanto Soegijoko, Bandung, hlm. 52

31 Edmund M.Burke, 2004, Pendekatan Partisipatif Dalam Perencanaan Kota, Penerbit Yayasan Sugijanto

(54)

B. Tinjaun Umum Balai Taman Nasional Gunung Merapi

Balai Taman Nasional Gunung Merapi merupakan unit pelaksana

teknis yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola kawasan hutan

pelestarian alam yang berada disekitar areal Gunung Merapi, balai ini

secara hirarki berada dibawah Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan

Konservasi Alam Kementrian Kehutanan. Balai Taman Nasional Gunung

Merapi didirikan sejak tahun 2007 dengan dasar Peraturan Menteri

Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II Tahun 2007 Organisasi dan Tata Kerja

Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional yang dikeluarkan pada tanggal 1

februari 2007.

Balai Taman Nasional Gunung Merapi merupakan Balai Taman

Nasional Tipe B, yang terdiri dari:32

1. Sub Bagian Tata Usah

2. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I

3. Seksi Pengelolaan Taman Nasinoal wilayah II

4. Kelompok Jabatan Fungsional

Dalam pengelolaanya Taman Nasional Gunung Merapi, Balai ini

dibagi enjadi 2 seksi dan tiap seksi memiliki resort yang merupakan

bagian terkecil dari pengelolaan berkedudukan setingkat dengan

kecamatan. Kedua seksi tersebut terdiri dari:

32

(55)

1. Seksi Pengeloaan Taman Nasional Wilayah I, meliputi wilayah

Sleman dan Magelang dengan kedudukan di Magelang.

2. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II, meliputi wilayah

Boyolali dan Klaten dengan kedudukan di Boyolali.

Manajemen penegelolaan terkecil Balai Taman Nasional Gunung

Merapi merupakan wilayah kerja resort, yang terdiri dari:33

1. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I:

a. Resort Wilayah Srumbung Kabupaten Magelang.

b. Resort Wilayah Dukun Kabupaten Magelang.

c. Resort Wilayah Turi dan Pakem Kabupaten Sleman.

d. Resort Wilayah Cangkrinagn Kabupaten Sleman.

2. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II:

a) Resort Wilayah Musuk dan Cepego Kabupaten Boyolali.

b) Resort Wilyah Selo Kabupaten Boyolali.

c) Resort Wilayah Kemalang Kabupaten Klaten.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II Tahun 2007

tentang Organsasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional

merupakan tindak lanjut dari surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor

134/Menhut-II Thun 2004 tentang Alih fungsi Kawasan Hutan Negara

yang dikeluarkan pada tanggal 4 Mei 2004.34

33 Ibid, 34

(56)

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Nomor 134/Menut-II Tahun

2004, fungsi kawasan hutan lindung, cagar alam dan taman wisata alam

pada kelompok hutan Guung Merapi seluas 6.410 ha yang terletak di

kawasan Pemangkuan Hutan Kedu Utara, Kawasan Pemangkuan Hutan

Surakarta, Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten Propinsi Jawa tegah

dan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dirubah

menjadi Taman Nasional Gunung Merapi.35

Sebelum menjadi Taman Nasional, kawasan hutan tersebut

merupakan kawasan lindung yang ditetapkan dengan Gouvernements

Besluits Nomor 419/b tertanggal 4 Mei 1931 oleh pemerintah Belanda

untuk perlindungan sumber air, sungai dan penyangga sistem kehidupan di

Kabupaten Sleman, Magelang, Boyolali dan Klaten dengan luas 6.472,1

ha pada waktu itu. Kemudian setelah Indonesia merdeka dan memiliki

pemerintahan yang berdaulat terjadi bebrapa perubahan mengenai luas

lahan dan fungsinya antara lain melalui Syarat Keputusan menteri

Pertanian Nomor 374/Kpts/Um/8 Tahun 1975 tertanggal 20 agustus 1975

mengenai penetapan kawasan lindung di DIY menjadi cagar Alam dan

Taman Wisata Alam Tlogo Muncar Kaliurang.

Pada tahun 1989 mengenai penetapan luas lahan kawasan Istimewa

Yogyakarta Nomor 6 Tahun 1957 tertanggal 16 februari 1975 menetapkan

Dusun Kumpulrejo dan Patuk yang termasuk dalam Kelutrahan Girikerto

Kecamatan Turi Kabupaten Sleman sebagai daerah tertutup dan terlarang

35

(57)

baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagi tempat kediaman.36

Dengan didirikannya Perum Perhutani di Pulau Jawa sebagai

perusahaan milik pemerintah yang bergerak di bidang Kehutanan, maka

kawasan lindung di daerah Jawa Tengah kemudian dikelola oleh Perum

Perhutani dan dibagi menurut wilayah kerja ke dalam 2 Kesatuan

Pemangkuan Hutan yaitu Kesatuan Pemangkuan Hutan Kedu Utara dan

Kesatuan Pemangkuan Hutan Surakarta. Perum Perhutani memiliki

kontribusi dalam mendukung sistem kelestarian lingkungan, sistem sosial

budaya dan sistem perekonomian masyarakat kehutanan.Perum Perhutani

melaksanakan bisnis kehutanan di kawasan hutan seluas 2.426.206 ha

yang terbesar di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa tiur dan Banten

dengan sistem pengelolaan berbentuk manajeman perusahaan.37

Hutan-hutan di Gunung Merapi telah ditetapkan sebagai kawasan

lindung sejak tahun 1931 untuk perlindungan sumber air, sungai dan

penyangga sistem kehidupan kabupaten/kota Sleman, Yogyakarta, Klaten,

Boyolali, dan Magelang. Sebelum ditunjuk menjadi TNG Merapi, kawasan

hutan di wilayah yang termasuk propinsi DI Yogyakarta terdiri dari

fungsi-fungsi hutan lindung seluas 1.041,38 ha, cagar alam (CA) Plawangan

Turgo 146,16 ha; dan taman wisata alam (TWA) Plawangan Turgo 96,45

ha. Kawasan hutan di wilayah Jateng yang masuk dalam wilayah TN ini

merupakan hutan lindung seluas 5.126 ha.38

36

Renstra Balai Taman Nasonal Gunug Merapi Tahun 2010-2014

37 Ibid, 38

(58)

Nilai-nilai penting yang dimiliki oleh Kawasan taman Nasional

Gunung Merapi mencakup :39

1. Keanekaragaman hayati, ditinjuau dari keanekaragaman jenis

tumbuhan dan satwa liar, berdasarkan hasil invetarisasi terdapat lebih

dari 1000 jenis tumbuhan termasuk 75 jenis anggrek langka.

Sedangkan potensi satwa liar adalah terdapat jenis mamalia kecil dan

besar 147 jenis burung termasuk 90 jenis diantaranya burung-burung

menetap.

2. Perlindungan Fungsi Hidro-orologi, Kawasan Taman Nasional

Gunung Merapi merupakan salah satu daerah tangkapan air penting

dan merupakan sumber air dari beberapa sungai yang mengalir di

daerah pertanian dan perkotaan

3. Potensi Pariwisata Alam, Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi

menyimpan banyak potensi untuk dikembangkan sebagai lokasi

pariwisata alam baik keunikan dan keanekaragaman hayati,

puncaknya gunung, air terjun, maupun panorama indah lainnya.

Berikut adalah gambaran umum Taman Nasional Gunung Merapi:40

1. Letak Geografis Taman Nasional Gunung Merapi

Kawasan hutan Taman Nasional Gunung Merapi terletak

diantara koordinat 07°22'33" - 07°52'30" Lintang Selatan dan

110°15'00" - 110°37'30" Bujur Timur sehingga secara administratif

gunung ini termasuk di wilayah Sleman, Magelang, Boyolali, dan

39Laporan Tahunan Tahun 2008, Balai Taman Nasional Gunung Merapi, hlm. 2 40

(59)

Klaten. Dan berada di lereng Gunung Merapi adalah satu-satunya

gunung berapi yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta dan

bahkan disebut-sebut sebagai gunung berapi yang paling aktif di

seluruh dunia. Dengan ketinggian 2968 m. dml (kondisi tahun 2001)

atau 3079 meter di atas kota Jogja.

2. Kondisi Fisik Alam

Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.

Letaknya cukup dekat dengan Kota Yogyakarta dan masih terdapat

desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1700 m. Bagi masyarakat di

tempat tersebut, merapi membawa berkah material pasir, sedangkan

bagi pemerintah daerah, gunung merapi menjadi obyek wisata bagi

para wisatawan. Kini merapi termasuk ke dalam kawasan Taman

Nasional Gunung Merapi.Gunung Gunung Merapi adalah yang

termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau

Jawa.Gunung ini terletak di zona subduksi, dimana Lempeng

Indo-Australia terus bergerak ke bawah lempeng Eurasia. Letusan di daerah

tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000

tahun gunung merapi adalah yang termuda dalam kumpulan gunung

berapi di bagian selatan Pulau Jawa. Gunung ini terletak di zona

subduksi, dimana lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah

Lempeng Eurasia.Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak

(60)

ad

Gambar

Tabel 4.1 Data Progam Pengelolaan Kawasan Wisata Alam Tlogo Muncar

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

lanskap desa wisata di sekitar Resort Gunung Tujuh Taman Nasional Kerinci.. Seblat yang terintegrasi dengan kawasan wisata alam Gunung Tujuh,

Kawasan konservasi in situ meliputi suaka alam (cagar alam dan suaka margasatwa) dan kawasan pelestarian alam (taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam).

Pilihan Desa Konservasi adalah desa-desa yang berada di dalam dan sekitar kawasan konservasi (taman nasional, cagar alam, taman wisata alam, suaka margasatwa dan taman hutan

Obyek wisata alam yang dicantumkan dalam homepage ini, adalah : taman nasional Ujung Kulon, taman wisata gunung Tangkuban Perahu, taman wisata Pananjung Pangandaran, Taman

Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi mempunyai pesona daya tarik wisata yang sangat indah dan menakjubkan, tidak hanya alamnya saja, tetapi juga sosial budaya masyarakat setempat

134/2004 tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar Alam dan Taman Wisata Alam pada Kelompok Hutan Gunung Merapi seluas ± 6410 ha yang terletak di

Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, dengan ketinggian sekitar 800 mdpl. Letak dan curah hujannya

Potensi Terkuat TWA Gunung Tunak Taman Wisata Alam Gunung Tunak merupakan salah satu kawasan konservasi yang menjadi daya tarik wisata di Desa Mertak, Kecamatan Pujut, Kabupaten