PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE DI DESA PAYATUSAM KECAMATAN WAMPU KABUPATEN LANGKAT
TAHUN 2014
TESIS
Oleh
NURHAIDA BR KABAN 127032101/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE DI DESA PAYATUSAM KECAMATAN WAMPU KABUPATEN LANGKAT
TAHUN 2014
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
NURHAIDA BR KABAN 127032101/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Judul Tesis : PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE DI DESA PAYATUSAM KECAMATAN WAMPU KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014
Nama Mahasiswa : Nurhaida Br Kaban Nomor Induk Mahasiswa : 127032101
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui Komisi Pembimbing
Ketua Anggota (Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D)(Asfriyati, S.K.M, M.Kes)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah Diuji
pada Tanggal :27 Agustus 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Ir. Etty Sudaryati M.Kes, Ph.D Anggota : 1. Asfriyati, S.K.M, M.Kes
PERNYATAAN
PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE DI DESA PAYATUSAM KECAMATAN WAMPU KABUPATEN LANGKAT
TAHUN 2014
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Oktober 2014
ABSTRAK
Pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas. Tujuan dari ANC adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Perilaku ibu yang lebih mempercayai dukun bayi dalam proses pemeriksaan kehamilan. Kepercayaan ibu terhadap keterampilan dukun bayi berkaitan dengan sisitem nilai budaya yang ada di masyarakat dimana dukun bayi diperlakukan sebagai tokoh masyarakat setempat sehingga memiliki potensi dalam pelayanan kesehatan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam bagaimana pemeriksaan antenatal care di Desa Payatusam Kecamatan Wampu tahun 2014. Jenis penelitian ini penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk mengungkap faktor yang melatar belakangi ibu melakukan pemeriksaan kehamilan kepada dukun bayi. Penelitian dilaksanakan di Desa Payatusam Kecamatan Wampu dari Mei hingga Juni 2014. informan dalam penelitian ini adalah ibu yang pernah hamil dan pernah memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan dan dukun bayi pada masa kehamilannya. Metode analisa data, pengumpulan data lapangan, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menyatakan bahwa ibu hamil di Desa Payatusam Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat sudah memiliki perilaku kesehatan yang sudah baik yaitu rutin melakukan pemeriksaan kehamilan yang mayoritas dilakukan setiap bulan sekali yaitu pada saat Posyandu. Ibu hamil di Desa Payatusam Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat juga melakukan perawatan kehamilan ke dukun melahirkan. Perawatan kehamilan yang dilakukan oleh ibu yaitu melakukanterapi pijat dan ini dilakukan oleh dukun pada saat kehamilan memasuki umur 5 bulan. Perawatan kehamilan pada bidan/ dokter dan juga dukun melahirkanyang dilakukan ibu hamil mendapatkan dukungan dari suami.
Diharapkan kepada ibu hamil untuk mempertahankan perilaku rutin melakukan pemeriksaan kehamilan kepada petugas kesehatan sehingga dapat menghindari resiko pada saat melahirkan dan kepada ibu hamil untuk tidak selalu melakukan pemeriksaan kehamilan oleh dukun melahirkaan saat mengalami masalah pada masa kehamilan karena pemeriksan kehamilan kepada dukun tidak memiliki standart kesehatan dan keselamatan untuk ibu dan janinDiharapakan kepada keluarga terutama suami untuk mengutamakan perawatan kehamilan oleh petugas kesehatan dan perawatan kehamilan oleh dukun digunakan sebagai alternatif lain pada masa kehamilan.
ABSTRACT
Antenatal care is the maternatal and neonatal health care quality. The purpose of the ANCis to keep pregnant women can go trough pregnancy, childbirth and post-partum well and safety, and to produce a healthy baby. A mother’s behavior is more trusting TBA’s in prenatal care. The mother’strust to midwife’s sklills related to system cultural values that exist in communities were TBA’s are treated as local community leaders that have potential in health care.
The purpose of this study is to investigate in depth how antenatal care in Village District OF Wampu Payatusam 2014 this type of qualitative research study with a case study approach to reveal the background factors do antenatal mothers to TBAs. The experiment was conducted in the village of the District Payatusam Wampu from May to June 2014. Informants in this study were women who had been pregnant and never checkups at khealth workers and traditional birth attendants during pregnancy. Methods of data analysis, field data collection, data reduction, data presentation, and conclusion.
The study that pregnan women in the village of the District Payatusam Wampu Langkat already have good health behaviors that have the routine pregnancy examination conducted every month once the majority of which is when IHC. Pregnant women in the village of the District Payatusam Wampu Langkat also do prenatal care to traditional birth attendant. Prenatal care is done by the mother and the message therapy is performed by shaman during pregnancy entered the age of 5 months. Prenatal care in the midwife/doctor and also traditional birth attendant who carried pregnant women get the support from a husband
Expected to pregnant women to maintain behavioral conduct routine prenatal care to health workers so as to avoid the risk during childbirth and to pregnant women to not always do prenatal care by TBS because TBA do not have health standard and safety for the mother and fetus is hoped that family, especially the husband to give priority to prenatal care by health workers and care of pregnancy by TBA used as an altenative during pregnancy.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat serta pertolongan-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Pemeriksaan
Antenatal Care Di Desa Payatusam Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat Tahun
2014”.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 IlmuKesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk
itu penulismengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc.(CTM)., Sp.A, (K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
4. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D dan Asfriyati, S.K.M, M.Kes, selaku Komisi
Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing,
mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari
pengajuan judul hingga penulisan Proposal ini selesai.
5. Dra. Jumirah, Apt. M.Kes dan Drs. Tukiman, M.K.Mselaku Komisi Penguji
yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan
penulisan tesis ini.
6. Para Dosen dan Staf di Lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Secara khusus terima kasih yang tak terhingga penulis persembahkan atas
perhatian, dukungan baik moral maupun materil dari kedua orang tua Alm.
Martin Kaban dan Ni’mah Sirait beserta seluruh keluarga besar karna doa
yang selalu menjadi penyemangat sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
8. Kepada semua sahabat yang selalu memberikan motivasi dan semangat
sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Minat Studi Kesehatan Reproduksi angkatan 2012 Universitas Sumatera
10.Semua pihak yang tidak dapat penulissebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam proses penyelesaian tesis ini.
Akhir kata, semoga Tuhan melimpahkan berkat dan kasihnya bagi kita
semua dan penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tesis ini
dengan harapan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Medan, September 2014 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Nurhaida Br. Kaban dilahirkan di Medan pada tanggal 5 September 1986.
Beragama Islam. Anak ke dua dari empat bersaudara dari pasangan ayahanda Alm.
Martin Kaban dan Ibunda Ni’mah Sirait. Saat ini bertempat tinggal di Jalan Budi
Luhur Gg. Keluarga Baru, Medan.
Menamatkan pendidikan formal dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar
YPMA Medan tahun 1992-1998, Sekolah Menengah Pertama di MTS Al-Azhar,
Medan tahun 1999-2001, MAS Miftahussalam, Medan tahun 2002-2004, D3
Kebidanan Flora, Medan tahun 2004-2007, Program D4 Bidan Pendidik Universitas
Sumatera Utara, Medan 2008-2009. Tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan
ke Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Bekerja di STIKES Flora Medan sebagai Staf Dosen pada tahun 2009
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 10
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Antenatal Care ... 11
2.1.1 Pelayanan/Asuhan Standar Minimal 7T yang Diberikan .. 13
2.1.2 Standar Minimal Kunjungan Kehamilan... 17
2.1.3 Kunjungan Antenatal Care(ANC)... ... 21
2.2. Bidan ... 22
2.2.1 Pelayanan Kebidanan ... 24
2.3. Dukun Bayi ... 26
2.4. Model kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model) ... 28
2.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku ... 30
2.6. Kerangka Pikir ... 35
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 37
3.1. Jenis Penelitian ... 37
3.2. Lokasi dan WaktuPenelitian ... 37
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 37
3.2.2. Waktu Penelitian ... 38
3.3. Informan ... 38
3.3.1. Syarat Informan ... 40
3.3.2. Proses Penelurusan Informan ... 41
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 42
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 47
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 47
4.2. Deskripsi Karakteristik Informan ... 48
4.3. Pemeriksaan Kehamilan pada Ibu Hamil ... 49
4.4. Pemeriksaan Kehamilan oleh Bidan ... 61
4.5. Pemeriksaan Kehamilan oleh Dukun Bayi ... 62
4.6. Peran suami terhadap pemeriksaan ANC ... 67
BAB 5 PEMBAHASAN ... 70
5.1 Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) ... 70
5.2 Pemeriksaan Kehamilan oleh Dukun Bayi ... 75
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81
6.1 Kesimpulan ... 81
6.2 Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 83
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Rekomendasi Kenaikan Total Berat Badan Ibu Hamil
Berdasarkan Berat Badan Ibu Sebelum Hamil ... 13
2.2. Tinggi Fundus Berdasarkan Usia Kehamilan ... 15
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Teori Perubahan Perilaku ... 34
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Formulir Persetujuan Menjadi Responden ... 86
2. Pedoman Wawancara Mendalam ... 87
ABSTRAK
Pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas. Tujuan dari ANC adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Perilaku ibu yang lebih mempercayai dukun bayi dalam proses pemeriksaan kehamilan. Kepercayaan ibu terhadap keterampilan dukun bayi berkaitan dengan sisitem nilai budaya yang ada di masyarakat dimana dukun bayi diperlakukan sebagai tokoh masyarakat setempat sehingga memiliki potensi dalam pelayanan kesehatan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam bagaimana pemeriksaan antenatal care di Desa Payatusam Kecamatan Wampu tahun 2014. Jenis penelitian ini penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk mengungkap faktor yang melatar belakangi ibu melakukan pemeriksaan kehamilan kepada dukun bayi. Penelitian dilaksanakan di Desa Payatusam Kecamatan Wampu dari Mei hingga Juni 2014. informan dalam penelitian ini adalah ibu yang pernah hamil dan pernah memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan dan dukun bayi pada masa kehamilannya. Metode analisa data, pengumpulan data lapangan, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menyatakan bahwa ibu hamil di Desa Payatusam Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat sudah memiliki perilaku kesehatan yang sudah baik yaitu rutin melakukan pemeriksaan kehamilan yang mayoritas dilakukan setiap bulan sekali yaitu pada saat Posyandu. Ibu hamil di Desa Payatusam Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat juga melakukan perawatan kehamilan ke dukun melahirkan. Perawatan kehamilan yang dilakukan oleh ibu yaitu melakukanterapi pijat dan ini dilakukan oleh dukun pada saat kehamilan memasuki umur 5 bulan. Perawatan kehamilan pada bidan/ dokter dan juga dukun melahirkanyang dilakukan ibu hamil mendapatkan dukungan dari suami.
Diharapkan kepada ibu hamil untuk mempertahankan perilaku rutin melakukan pemeriksaan kehamilan kepada petugas kesehatan sehingga dapat menghindari resiko pada saat melahirkan dan kepada ibu hamil untuk tidak selalu melakukan pemeriksaan kehamilan oleh dukun melahirkaan saat mengalami masalah pada masa kehamilan karena pemeriksan kehamilan kepada dukun tidak memiliki standart kesehatan dan keselamatan untuk ibu dan janinDiharapakan kepada keluarga terutama suami untuk mengutamakan perawatan kehamilan oleh petugas kesehatan dan perawatan kehamilan oleh dukun digunakan sebagai alternatif lain pada masa kehamilan.
ABSTRACT
Antenatal care is the maternatal and neonatal health care quality. The purpose of the ANCis to keep pregnant women can go trough pregnancy, childbirth and post-partum well and safety, and to produce a healthy baby. A mother’s behavior is more trusting TBA’s in prenatal care. The mother’strust to midwife’s sklills related to system cultural values that exist in communities were TBA’s are treated as local community leaders that have potential in health care.
The purpose of this study is to investigate in depth how antenatal care in Village District OF Wampu Payatusam 2014 this type of qualitative research study with a case study approach to reveal the background factors do antenatal mothers to TBAs. The experiment was conducted in the village of the District Payatusam Wampu from May to June 2014. Informants in this study were women who had been pregnant and never checkups at khealth workers and traditional birth attendants during pregnancy. Methods of data analysis, field data collection, data reduction, data presentation, and conclusion.
The study that pregnan women in the village of the District Payatusam Wampu Langkat already have good health behaviors that have the routine pregnancy examination conducted every month once the majority of which is when IHC. Pregnant women in the village of the District Payatusam Wampu Langkat also do prenatal care to traditional birth attendant. Prenatal care is done by the mother and the message therapy is performed by shaman during pregnancy entered the age of 5 months. Prenatal care in the midwife/doctor and also traditional birth attendant who carried pregnant women get the support from a husband
Expected to pregnant women to maintain behavioral conduct routine prenatal care to health workers so as to avoid the risk during childbirth and to pregnant women to not always do prenatal care by TBS because TBA do not have health standard and safety for the mother and fetus is hoped that family, especially the husband to give priority to prenatal care by health workers and care of pregnancy by TBA used as an altenative during pregnancy.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap negara di dunia memiliki konsep pemeriksaan kehamilan yang
berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi
(AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Dari hasil penelilitan (Yousif, dkk 2006),
perawatan kehamilan sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan bayi
yang akan dilahirkan. Wanita yang secara teratur pergi ke fasilitas pelayanan
kesehatan dalam melakukan pemeriksaan kehamilan akan memiliki kesehatan yang
baik dan melahirkan bayi yang sehat, sedangkan wanita yang memiliki kesehatan
yang buruk akan lebih rentan menyebabkan kematian bayi. Kematian ibu dan
perinatal merupakan persoalan yang terselubung sebagai akibat dari berbagai faktor
seperti kemiskinan, kebodohan, kurangnya nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan
hamil dan menyusui, jumlah dan jarak hamil terlalu pendek, dan usia yang terlalu
tua atau masih sangat muda untuk hamil. Semuanya memberikan kontribusi
kehamilan dengan resiko tinggi (Manuaba, 2011).
Morbiditas dan mortalitas wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di
negara berkembang contohnya Indonesia dan menanggapi masalahibu yang
sedemikian besar tahun 1989 untuk pertama kalinya di tingkat Internasional
diadakan konfrensi tentang kematian ibu di Neirobu di Kenya. Tahun 1994 diadakan
Mesir yang menyatakan bahwa kebutuhan kesehatan pria dan wanita sangat vital
bagi pembangunan social dan pembangunan sumber daya manusia (SDM).
Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai pelayanan yang integral dari
pelayanan dasar yang akan terjangkau oleh masyarakat, di dalamnya termasuk
pelayanan kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui
kehamilan dan persalinan dengan selamat (Saifudin, 2003).
World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 585.000
pertahunnya meninggal saat hamil dan bersalin. Di negara miskin, sekitar 25-50%
kematian wanita usia subur (WUS) disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan.
(Saifudin, 2001). Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI)
tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh
melonjak dibanding hasil SDKI 2007, dimana pada Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB)
34/1000 Kelahiran Hidup (KH), Angka Kematian Balita (AKBA) 44/1000 KH dan
Angka Kematian Ibu (AKI) 228/100.000 KH. Target pencapaian sasaran di tahun
2015 yaitu AKB 23/1000 KH dan AKBA 32/1000 KH,sedangkan Angka Kematian
Ibu (AKI) di Sumatera Utara (Sumut) masih tinggi, yakni mencapai 230/100.000
kelahiran hidup pada tahun 2012. Ini jauh di atasAKI nasional yang hanya
102/100.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2012). Menurut Riskesdas (2011), tingginya
AKI di Indonesia disebabkan beberapa penyebab yaitu pendarahan (26,99%),
Sedangkan menurut Depkes RI (2009) penyebab tingginya angka kematian ibu di
Indonesia disebabkan langsung oleh beberapa faktor diantaranya yaitu perdarahan
(28%), eklamsi (24%), dan infeksi (11%). Selain itu, terdapat penyebab tidak
langsung yaitu 4T: terlambat mendeksi ibu hamil resiko tinggi, terlambat
mengambil keputusan keluarga untuk merujuk, terlambat mencapai fasilitas rujukan
dan terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas rujukan
Menurut Depkes RI 2003 komplikasi - komplikasi yang terjadi sebagian
besar dapat dicegah apabila kesehatan ibu selama hamil selalu terjaga melalui
pemeriksaan antenatal yang teratur dan pertolongan yang bersih dan aman. Dalam
upaya konkritnya antara lain adalah melalui upaya meningkatkan mutu dan menjaga
kesinambungan pelayanan kesehatan ibu serta perinatal di tingkat pelayanan dasar
dan pelayanan rujukan primer, dapat juga dilakukan dengan mengembangkan
konsep Audit Maternal-Perinatal (AMP), selain itu ditingkat masyarakat adalah
dengan cara meningkatkan pemahaman ( pengetahuan, sikap, praktik dan persepsi )
masyarakat tersebut dengan pelayanan ANC tersebut.
Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam rangka
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi adalah pendekatan pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas, yaitu melakukan kunjungan
pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC). Tujuan dari ANC sendiri
menurut Depkes RI (2008) adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa
sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik selama
kehamilan untuk menghadapi persalinan, dengan pengawasan pada masa kehamilan
dapat diketahui berbagai komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan
sehingga segera dapat diatasi. Tingginya komplikasi obstetric seperti perdarahan
pasca persalinan, eklamsia, sepsis dan komplikasi keguguran menyebabkan
tingginya kasus kesakitan ibu dibanyak negara berkembang (Depkes RI, 2004).
Menurut Organisasi kesehatan Dunia (WHO, 2005) Antenatal Care (ANC)
adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan
medic pada ibu hamil, untuk memperoleh satu proses kehamilan serta persalinan
yang aman dan memuaskan. Tujuan antenatal care adalah untuk menjaga agar ibu
sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang
dilahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya resiko – resiko kehamilan, dan
merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan resiko tinggi serta
menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal (Prawirohardjo,2006).
Kunjungan ANC yang teratur dan pengawasan yang rutin dari bidan
maupun dokter selama masa kehamilan tersebut diharapkan membuat komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum dapat
dikenali secara lebih dini. Hal ini dapat mengurangi resiko kematian ibu hamil.
Menurut Depkes RI (2008) faktor yang mempengaruhi pencapaian kunjungan KI
dan K4 ibu hamil diantaranya adalah faktor internal (paritas dan usia) dan eksternal
112% dan 90,7%. Perbedaan persentase cakupan kunjungan K1 dan K4
mengindikasikan beberapa ibu hamil tidak melakukan kunjungan awal (K1) atau
melewatkan kunjungan K4 selama masa kehamilannya. Pemeriksaan kehamilan
yang teratur akan menurunkan bukan saja angka kematian ibu hamil, ibu bersalin
dan nifas tetapi juga menurunkan angka kecacatan bayi di Indonesia.
Menurut lestari (2011) dampak dari ibu hamil yang tidak mengikuti ANC
adalah meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas ibu, tidak terdeteksinya
kelainan-kelainan kehamilan dan kelainan fisik yang terjadi pada saat persalinan
tidak dapat dideteksi secara dini. Cakupan pelayanan ANC dapat dipantau melalui
pelayanan kunjungan baru ibu hamil (KI) untuk melihat akses dan pelayanan
kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit 4 kali (K4) dengan distribusi sekali
pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester
ketiga.
Sekitar 61% perempuan usia 20-59 tahun melakukan kunjungan pelayanan
antenatal yang disyaratkan selama masa kehamilan terakhir mereka, 72%
melakukan kunjungan pertama, tapi putus sebelum 4 kunjungan yang disyaratkan,
ini disebabkan pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat tidak memadai.
Pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan oleh ibu dan bayinya karena sebagian besar
kematian ibu dan bayibaru lahir terjadi pada masa persalinan dan paska persalinan
(Qomariah, 2013).
kematian yang rendah, hal ini karena pendidikan membuat ibu mendapatkan
informasi tentang perawatan kehamilan dan anak yang lebih baik. Sebagai contoh,
angka kematian bayi 77 % lebih rendah pada anak yang ibunya berpendidikan
perguruan tinggi dibanding anak yang ibunya tidak berpendidikan (masing-masing
15 dan 66 kematian per 1.000 kelahiran) (SDKI, 2012).
Penelitian Srimarti (2009) membuktikan bahwa Health Education
merupakan salah satu kegiatan yang tepat guna dalam upaya penurunan angka
kematian ibu hamil yaitu “Modifikasi Model Community Development Guna
Peningkatan Pemeriksaan Kehamilan dan Persalinan pada Tenaga Kesehatan”.
Berdasarkan penelitian tersebut, terungkap alasan ibu hamil lebih memilih
melahirkan pada dukun karena latar belakang budaya. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bila ibu hamil melakukan persalinan pada bidan maka persalinannya
dianggap sulit yang dalam bahasa Madura yaitu malarat. Sehingga ibu hamil
cenderung malu bila persalinannya dikatakan malarat. Selain karena latar belakang
budaya, hasil penelitian tersebut juga menyatakan beberapa alasan lain yang
menyebabkan ibu hamil tidak melakukan persalinan pada bidan, yaitu karena biaya
persalinan bidan mahal, keluarga yang ikut campur dalam memberi keputusan, takut
operasi dan berobat ke puskesmas, serta rendahnya pengetahuan kesehatan ibu
hamil.
Berdasarkan penelitian Devi (2009) dan teori Dignan tentang Health
efektif. Budaya bagi masyarakat adalah suatu hal yang penting, bahkan diantaranya
dipercaya dan menjadi pegangan hidup oleh masyarakat.
Ada banyak alasan yang dikemukakan oleh pengguna jasa dukun bayi,
antara lain dukun bayi dianggap sebagai tokoh masyarakat danmasih memegang
peranan penting dimasyarakat tersebut. Masyarakat masih mempercayakan
pertolongan persalinan oleh dukun, karena dukun dianggap murah dan dukun tetap
memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat bayi dan
memandikan bayi (Diah, 2012).
Selain berkaitan dengan budaya, pengaruh dukun bayi sulit tergantikan oleh
bidan maupun dokter karena dukun bayi mampu memberikan pelayanan paripurna
mulai dari menolong persalinan sampai memimpin kelahiran bayi. Dukun bayi
merupakan orang yang dituakan dan sangat dikenal dimasyarakat sehingga mampu
memberikan rasa aman dan nyaman. Selain itu dukun bayi juga selalu siap jika
dibutuhkan (Qomariah, 2013).
Penelitian Werner (2001) menyebutkan bahwa perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi pada wanita hamil meningkatkan dependency need
/kebutuhan. Penelitian tersebut juga menunjukan kebutuhan akan perhatian yang
lebih besar, keinginan memastikan bahwa bantuan yang dibutuhkan telah tersedia
dan keinginan akan keterlibatan teman dan keluarga. Mensosialisasikan hidup sehat
bagi ibu hamil. Suami istri perlu mendapatkan pelayanan antenatal yang tepat,
yang dikandung. Hal ini agar ibu yang sedang hamil terhindar dari anemia dan
kekurangan Vit A (BKKBN, 2007).
Perilaku ibu yang lebih mempercayai dukun bayi dalam proses pemeriksaan
kehamilan juga berperan penting dalam mempengaruhi kunjugan antenatal care.
Kepercayaan ibu terhadap keterampilan dukun bayi berkaitan dengan sistem nilai
budaya yang ada di masyarakat dimana dukun bayi diperlakukan sebagai tokoh
masyarakat setempat sehingga memiliki potensi dalam pelayanan kesehatan.
Berdasarkan data kunjungan antenatal care di puskesmas pembantu (pustu) di desa
Payatusam terdapat 58 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya namun setelah
dilakukan wawancara oleh peneliti terhadap 5 ibu hamil yang menyatakan bahwa
selain berkunjung ke pustu, mereka tetap memeriksakan kehamilannya pada dukun
bayi tanpa adanya tentangan dari suami. Ibu mengatakan lebih sering memeriksakan
kehamilannya pada dukun bayi daripada tenaga kesehatan yang ada di daerah
tersebut karena letak puskesmas yang berada ± 5 km dari rumah warga, jumlah
bidan yang berpengalaman 1 orang dan 2 orang bidan muda serta ibu hamil
berpendapat bahwa jika ibu hamil melakukan pemeriksaan ke dukun bayi maka
dapat mencegah terjadinya perdarahan pada saat persalinan, dapat memperbaiki
letak janin dalam kandungan dan mencegah terjadinya kematian janin dalam
kandungan. Sedangkan setelah melakukan pemeriksaan pada dukun bayi ibu hamil
sering mengeluhkan sakit dibagian perut ± 2 hari.
sampai pada tingkat SD, pekerjaan sebagai petani dan pola tempat tinggal tergolong
keluarga luas. Pengaruh budaya seputar kehamilan masih cukup kuat sehingga
mereka lebih percaya dukun dari pada anjuran petugas kesehatan (dokter dan bidan)
dalam perawatan kehamilan. Pada persalinan, mereka masih memilih dukun karena
bersalin ke bidan dianggap persalinan yang susah atau sulit.
Hasil penelitian Wahyuni (2013) di Desa Galang daerah Pontianak juga
menunjukkan selain rutin memeriksakan kehamilan di posyandu masyarakat juga
menggunakan jasa dukun baik dalam perawatan kehamilan maupun menolong
persalinan. Menurut mereka akan lebih mudah melahirkan di dukun jika sudah tiba
waktu persalinan karena selain dukun bayi mengetahui umur kandungan melalui
urut (pijatan) saat bulan pertama ibu hamil dan melalui pemijatan pula dukun bayi
dapat memperbaiki posisi janin atau kandungan yang bermasalah, pada bulan-bulan
seterusnya seperti yang dirasakan ibu hamil pada umumnya sehingga bayi mudah
dilahirkan.
Melihat permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Pemeriksaan Antenatal Care Di Desa Paya Tusam Kecamatan
Wampu Kabupaten Langkat Tahun 2014.
1.2. Permasalahan
Melihat data yang diperoleh dari ibu hamil yang mengatakan masih
menggunakan jasa dukun bayi dalam memantau kehamilannya dan dengan
pada penelitian ini adalah : “Bagaimana Pemeriksaan Antenatal Care di Desa Paya
Tusam Kecamatan Wampu Tahun 2014”.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara
mendalam bagaimana pemeriksaan antenatal care di Desa Paya Tusam Kecamatan
Wampu Tahun 2014.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi puskesmas untuk meningkatan sosialisasi pada ibu
hamil dan suami untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan ANC.
2. Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan agar melakukan sosialisasi dan
promosi tentang perlunya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan pada masa
kehamilan.
3. Sebagai bahan masukan bagi pihak yang melanjutkan penelitian ataupun
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Antenatal Care
Antenatal Careadalah merupakan cara penting untuk memonitoring dan
mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan
tidak normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan dan dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan
asuhan antenatal. Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu
hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan dan masa nifas, sehingga masa post partum berjalan sehat dan normal,
tidak hanya fisik tetapi juga mental (Wiknjosastro, 2005).
Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal
rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas
Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan
antenatal.Pelayananantenatal care(ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan Antenatal
Care(ANC), selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik baik umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas
indikasi serta intervensi dasar dan khusus sesuai dengan resiko yang ada. Namun
a. Timbang (Berat Badan)
b. Ukur (Tekanan) darah
c. Ukur (Tinggi) fundus uteri
d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap
e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama hamil
f. Tes terhadap penyakit menular seksual
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Tujuan Antenatal Care adalah :
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial
ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Menyiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
2.1.1. Pelayanan/Asuhan Standar Minimal 7T yang Diberikan
1. Timbang Berat Badan dan Pengukuran Tinggi Badan
Penimbangan berat badan pada umur kehamilan trimester I dan II bertujuan
untuk mengetahui kenaikan berat badan ibu sebelum dan sesudah hamil. Dalam
keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil, di hitung mulai
trimester I sampai trimester III berkisar antara 9-13,5 kg, penimbangan berat badan
mulai trimester III bertujuan untuk mengetahui kenaikan berat badan setiap minggu.
Kenaikan berat badan setiap minggu pada kehamilan yang tergolong normal adalah
[image:31.612.124.528.404.493.2]0,4-0,5 kg (Mandriwati, 2008).
Tabel 2.1. Rekomendasi Kenaikan Total Berat Badan Ibu Hamil Berdasarkan Berat Badan Ibu Sebelum Hamil
Berat badan Sebelum Hamil (BB/TB(m2)
BMI Kenaikan BB Total yang Dianjurkan (Kg)
Berat badan kurang (underweight) <19,8 12,5-18 Berat badan normal (normal weight) 19,8-26,0 11,5-16 Berat badan berlebih (overweight) 26,0-29.0 7-11,5
Obesitas > 29,0 < 6,8
Sumber : Dewi, 2012
Bahaya kenaikan berat badan yang berlebih pada ibu hamil meliputi :
1. Bayi besar resiko kesulitan pada saat persalinan.
2. Pada kehamilan trimester III merupakan tanda bahaya kemungkinan terjadinya
preeklamsia.
Sedangkan bahaya penurunan berat badan yang berlebih meliputi :
1. Janin tidak Berkembang
2. Kurang gizi dan anemia sehingga mengalami kesulitan saat persalinan.
Pengukuran tinggi badan bertujuan untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil
seehingga bisa mendeteksi faktor resiko. Faktor resiko terhadap kehamilan yang
sering berhubungan dengan tinggi badan adalah keadaan rongga panggul
(Mandriwati, 2008).
2. Ukur Tekanan Darah
Pemeriksaan ini sangat penting untuk memastikan kesehatan ibu dan janin
selama masa kehamilan. Tekanan darah yang terlalu rendah dapat menyebabkan
ibu mudah lelah sehingga dapat menambah buruk morning sickness yang
dihadapi di awal kehamilan. Tekanan darah yang terlalu rendah juga berakibat
menurunnya pasokan darah yang diterima organ tubuh karena jantung tidak
memompa dengan kuat. Adapun tekanan darah yang terlalu tinggi juga sangat
berbahaya. Tekanan darah tinggi dapat memicu preeklampsia yang berakibat
fatal bagi ibu dan janin (Dewi, 2012).
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri
Untuk mengukur tinggi fundus uteri berdasarkan usia kehamilan dapat
dilakukan dengan menggunakan pita meter (cm) dan menggunakan penunjuk
Tabel 2.2. Tinggi Fundus Berdasarkan Usia Kehamilan
Usia kehamilan Tinggi Fundus
Dalam cm Menggunakan Penunjuk Badan
12 minggu - Teraba di atas simfisis fubis
16 minggu - Di tengah, antara simfisis pubis dan
umbilikus. 20 minggu 20 cm (±2 cm) Pada umbilikus 22-27 minggu Usia kehamilan dalam
minggu = cm (±2 cm) -
28 minggu 28 cm (±2 cm) Di tengah, antara umbilikus dan prosesus sifoideus.
29-35 minggu Usia kehamilan dalam
minggu = cm (±2 cm) -
36 minggu 36 cm (±2 cm) Pada prosesus sifoideus. Sumber :Rukiyah, 2009
4. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) Lengkap
Pemberian imunisasi TT lengkap dapat dilakukan dengan interval, lama
perlindungan serta persentase yang berbeda.
Tabel 2.3.Pemberian Imunisasi TT 0,5 CC
Imunisasi Interval Lama Perlindungan Perlindungan %
TT 1 Pada ANC pertama - -
TT 2 4 mgg setelah TT 1 3 tahun 80%
TT 3 6 bln setelah TT 2 10 tahun 95 %
TT 4 1 thn setelah TT 3 10 tahun 99%
TT 5 1 thn setelah TT 4 25 thn/seumur hidup. 99% Sumber : Vivian, 2012
5. Pemberian Tablet Besi Minimal 90 Tablet Selama Kehamilan
Zat besi berfungsi dalam pembentukan darah, terutama membentuk sel darah
merah (hemoglobin) dan mengurangi resiko ibu hamil terkena anemia. Zat besi
sebanyak 30 mg per hari. Zat besi dapat diperoleh dari hati, daging, dan
ikan(yani, 2013).Tablet yang mengandung FeSO4 320 mg (=zat besi 60 mg) dan
asam folat 500 µg sebanyak 1 tablet/ hari segera setelah rasa mual hilang.
Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus dinasehati agar tidak
meminumnya bersama teh/ kopi agar tidak mengganggu penyerapannya(Dewi,
2012).
Menurut Hilman et al. (1999) dalam Sue Jordan (2004), efek samping zat
besi meliputi obstipasi, mual, muntah, dan kram. Penyerapan zat besi bisa
meningkat bila ada zat asam dalam lambung dan bisa terhambat bila diminum
bersamaan dengan makanan minuman yang mengandung alkohol, teh, kopi,
cokelat, buah-buahan yang mengandung alkohol (durian, nanas). Cara minum
tablet besi sehingga membantu penyerapan lebih baik bersamaan dengan
minuman vitamin C/ jus/ buah jeruk atau minum bersamaan dengan makan
daging atau ikan sehingga menstimulasi asam lambung(Mandriwati, 2008).
6. Tes terhadap Penyakit Menular Seksual
Selama kehamilan, ibu perlu dilakukan tes terhadap penyakit menular seksual
seperti HIV/AIDS, Gonorrhoe, Siphilis. Hal tersebut dikarenakan sangat
berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Apabila ditemukan penyakit –
penyakit menular seksual harus segera ditangani (Rukiyah, 2009).
7. Temu Wicara (Konseling dan Pemecahan Masalah)
permasalahan yang berkaitan dengan kehamilannya, pemahaman diri tentang
permasalahan yang dihadapi, dan penyusunan rencana pemecahan masalah yang
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki(Mandriwati, 2008).
Temu wicara meliputi anamnesa yaitu biodata, riwayat menstruasi, riwayat
kesehatan,riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, biopsikososial, dan
pengetahuan klien(Rukiyah, 2009).
2.1.2.Standar Minimal Kunjungan Kehamilan
Untuk menerima manfaat yang maksimum dari kunjungan-kunjungan
antenatal ini, maka sebaiknya ibu tersebut memperoleh sedikitnya 4 kali kunjungan
selama kehamilan, yang terdistribusi dalam 3 trimester, atau dengan istilah rumus 1
1 2, yaitu sebagai berikut:
a. 1 kali pada trimester I (sebelum 14 minggu).
b. 1 kali pada trimester II (antara minggu 14-28).
c. 2 kali pada trimester III (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36).
Pada setiap kali kunjungan antenatal care perlu didapatkan informasi yang
sangat penting.
a.Trimester I (sebelum minggu ke 14)
1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu
hamil.
2) Mendeteksi masalah dan menanganinya.
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi.
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan, kebersihan, istirahat dan
sebagainya).
b. Trimester II (sebelum minggu ke 28)
1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu
hamil.
2) Mendeteksi masalah dan mananganinya.
3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia
kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi.
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan, kebersihan, istirahat dan
sebagainya).
6) Kewaspadaan khusus mengenai preeklamsi (tanya ibu tentang gejala-
gejala preeklamsi, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk
mengetahui proteinuria).
c. Trimester III (antara minggu ke 28-36)
1) Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.
2) Mendeteksi masalah dan menanganinya.
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi.
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan, kebersihan, istirahat dan
sebagainya).
6) Kewaspadaan khusus mengenai preeklamsi (tanya ibu tentang gejala-
gejala preeklamsi, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk
mengetahui proteinuria).
7) Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
d. Trimester III (setelah minggu 36)
1) Menjalin hubungan saling percya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.
2) Mendeteksi masalah dan menanganinya.
3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia
kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
4) Memulai persipan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi.
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan, kebersihan, istirahat dan
sebagainya).
6) Kewaspadaan khusus mengenai preeklamsi (tanya ibu tentang gejala-
gejala preeklamsi, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk
mengetahui proteinuria).
8) Deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan
kelahiran di rumah sakit.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), pemantauan dan pelayanan
antenatal yaitu bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan meliputi anamnesis
dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
berlangsung normal. Bidan juga haras mengenal kehamilan resiko tinggi atau
kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, penyakit menular seksual
(PMS) dan infeksi human immune deficiency virus/ acquired immune deficiency
syndrome (HIV/AIDS), memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan
kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Bila
ditemukan kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan
melakukan rujukan.
Hasil yang diharapkan adalah :
a. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama
kehamilan.
b. Meningkatkannya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat.
c. Deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan.
d. Ibu hamil, suami dan keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya
kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan.
2.1.3. Kunjungan Antenatal Care(ANC)
Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional
untuk mendapatkan pelayanan Antenatal Care (ANC) sesuai standar yang
ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil
yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi adalah setiap kontak tenaga kesehatan
baik diposyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil tidak
memberikan pelayanan Antenatal Care (ANC) sesuai dengan standar dapat
dianggap sebagai kunjungan ibu hamil.
a. Kunjungan Ibu Hamil K1
Kunjungan baru ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada
masa kehamilan.
b. Kunjungan Ulang
Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua
dan seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar
selama satu periode kehamilan berlangsung.
c. Kunjungan Ibu Hamil K4
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih
untuk mendapatkan pelayanan Antenatal Care(ANC). Sesuai standar yang
ditetapkan dengan syarat:
1) Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu).
3) Dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan setelah minggu ke
36).
2.2. Bidan
Bidan merupakan profesi yang diakui secara internasional maupun nasional
dengan sejumlah praktisi di seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang praktiknya
secara internasional telah diakui oleh International Confederation of Midwives
(ICM) tahun 1972 dan International Federation of International Gynecologist and
Obstetritian (FIGO) Tahun 1973, WHO dan badan lainnya. Pada tahun 1980 pada
pertemuan dewan di Kobe, ICM menyempurnakan definisi tersebut yang kemudian
disahkan oleh FIGO (1991) dan WHO (1992). Secara lengkap pengertian bidan
adalah sebagai berikut :
Menurut kutipan asli pengertian bidan sebagai berikut
A midwife is a person who having been regulary admitted to a midwifery educational program fully recognized in the country in which it is located, has succsessfully completed the prescribed course of studies in midwifery and has acquired the requiste qualificatin to be registered and or legally licensed to practise midwifery.
Pengertian tersebut diatas, memberikan arti :
Bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan
yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk
menjalankan praktik kebidanan di negeri itu. Bidan harus mampu memberikan
supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita
memimpin persalinan atas tanggungjawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru
lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi
abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan
tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya.
Pekerjaan ini termasuk pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi orang
tua, dan meluas ke daerah tertentu dari ginekologi, keluarga berencana, dan asuhan
anak. Bidan bisa berpraktik di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah perawatan
atau tempat- tempat pelayanan lainnya.
Defenisi tersebut secara berkala direview dalam pertemuan Internasional/
Kongres ICM. Defenisi terakhir disusun melalui kongres ICM ke 27, pada bulan juli
tahun 2005 di Brisbane, Australia ditetapkan sebagai berikut :
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan yang
diakui di negaranya telah lulus dari pendidikan tersebut serta memenuhi kualifikasi
Pengertian bidan menurut Kepmenkes No. 900/ MENKES/ SK/ VII/2002
:Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan kebidanan
dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, sedangkan menurut Ikatan
Bidan Indonesia (IBI)ialah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan
yang diakui pemerintahdan organisasi profesi di wilayah negara republik Indonesia
serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau
secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
2.2.1. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab
praktik profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan
meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan
keluarga dan masyarakat.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari layanan kesehatan,
yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya
keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan
oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang di berikannya dengan maksud
peningkataan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga
berkualitas, bahagia dan sejahtera.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan masyarakat yang
a. Layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi:
1. Layanan kebidanan primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi
tanggung jawab bidan.
2. Layanan kebidanan kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan
sebagai anggota tim kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai
salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan layanan kesehatan.
3. Layanan kebidanan rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam
rangka rujukan kesistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya, yaitu
pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun
yang menolong persalinan juga layanan rujukan yang dilakukan bidan
ketempat/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun
vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya. Layanan kebidanan yang tepat
akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
b. Parameter kemajuan sosial ekonomi dalam pelayanan kebidanan.
Kemajuan sosial ekonomi merupakan parameter yang amat penting dalam
pelayanan kebidanan. parameter tersebut antara lain:
1. Perbaikan status gizi ibu dan bayi.
2. Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan.
3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan.
4. Menurunnya angka kematian neonatal.
c. Pelayanan kebidanan yang adil
Keadilan dalam memberikan pelayanan kebidanan adalah aspek yang pokok
dalam pelayanan bidan di Indonesia. Keadilan dalam pelayanan inidimulai
dengan:
1. Pemenuhan kebutuhan klien yang sesuai.
2. Keadaan sumber daya kebidanan yang selalu siap untuk melayani.
3. Adanya penelitian untuk mengembangkan /meningkatkan pelayanan.
4. Adanya keterjangkauan ke tempat pelayanan.
Tingkat ketersediaan tersebut di atas adalah syarat utama untuk
terlaksananya pelayanan kebidanan yang aman. Selanjutnya diteruskan dengan
sikap bidan yang tanggap dengan klien, sesuai kebutuhan klien dan tidak
membedakan pelayanan kepada siapapun (Dwiana, 2009).
2.3. Dukun Bayi
Menurut Anggorodi (2009) dukun bayi adalah seorang wanita atau pria yang
menolong persalinan. Kemampuan ini diperoleh secara turun temurun dari ibu
kepada anak atau dari keluarga dekat lainnya. Cara mendapatkan kemampuan ini
adalah melalui magang dari pengalaman sendiri atau saat membantu melahirkan.
Pengertian dukun bayi terlatih adalah seorang dengan jenis kelamin wanita
yang dapat dan mampu membantu persalinan dan merawat bayi yang telah
persalinan.
Peran dukun bayi terlatih ini tidak berbeda jauh dengan peran bidan dalam
kehidupan dimasyarakat, yang membedakan hanya latar belakang dan jenis
pendidikan formal yang peroleh, disamping itu dukun bayi terlatih berada langsung
dibawah pengawasan pimpinan puskesmasatau bidan kordinator di puskesmas,
dengan demikian seluruh tugas dan kegiatanyang dilakukannya langsung dilaporkan
dan dipertanggungjawabkan kepada pimpinan puskesmas dan bidan kordinator di
Puskesmas.
Saat ini fasilitas pelayanan belum mampu menjangkau masyarakat secara
luas seperti saat ini yang dilakukan melalui program pembangunan dibidang
kesehatan. Masyarakat didaerah pedesaan umumnya memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang bersifat tradisional, pelayanan kesehatan tersebut tidak terbatas pada
penyembuhan penyakit tetapi juga pertolongan peralinan.
Sampai saat ini keberadaan dukun bayi masih menjadi pilihan yang utama
bagi masyarakat didesa kurang mampu untuk menjangkau pelayanan persalinan
yang disediakan oleh pemerintah seperti bidan didesa maupun bidan dipuskesmas,
atau masyarakat itu sendiri yang tidak mampu untuk menjangkau pelayanan akibat
keterbatasan tingkat ekonomi, masalah sosial budaya yang ditradisikan oleh nenek
moyang maupun faktor lainnya.
Secara historis keberadaan dukun bayi terlatih sangat dekat dengan
sedikit. Keadaan ini berlangsung cukup lama sampai pemerintah membuat program
penempatan bidan didesa (Diah, 2012).
2.4. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)
Model kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosio-
psikologis seperti pengertian kerentanan terhadap penyakit, pengertian keseluruhan
dari penyakit, keuntungan yang diharapakan dari pengambilan tindakan dalam
menghadapi penyakit, kesiapan tindakan individu (Notoatmodjo, 2007).
Health Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangkan sebagai
kerangkautama dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan, dimulai dari
pertimbangan orang mengenai kesehatan. Health Belief Model (HBM) ini digunakan
untukmeramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Health Belief Model (HBM)
merupakanmodel kognitif yang berarti bahwa khususnya proses kognitif
dipengaruhi olehinformasi dari lingkungan. Menurut Health Belief Model (HBM)
kemungkinanindividu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung secara
langsung pada hasildari dua keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu ancaman yang
dirasakan dari sakitdan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian (Machfoedz,
2006)
Teori HBM oleh Lewin (1954) adalah Apabila individu bertindak untuk
melawan atau mengobati penyakitnya, adaempat variabel kunci yang terlibat di
1. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility)
Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya,ia harus
merasakan bahwa ia rentan (susceptible) terhadap penyakit tersebut.Dengan kata
lain, suatu tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akantimbul apabila
seseorang telah merasakan bahwa ia atau keluarganya rentan terhadap penyakit
2. Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness)
Tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakitakan
didorong pula oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu
ataumasyarakat. Penyakit polio misalnya, akan dirasakan lebih serius bila
dibandingkan dengan flu. Oleh karena itu, tindakan pencegahan polio akanlebih
banyak dilakukan apabila dibandingkan dengan pencegahan (pengobatan)flu.
3. Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (perceived benafis
andbarriers).Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit-penyakit
yangdianggap gawat (serius), ia akan melakukan suatu tindakan tertentu.
Tindakanini akan tergantung pada manfaat yang dirasakan dan
rintangan-rintangan yangditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Pada umumnya
manfaattindakan lebih menentukan daripada rintangan-rintangan yang
mungkinditemukan didalam menentukan tindakan tersebut.
4. Isyarat atau tanda-tanda
Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang
pesanpada media massa,nasihat atau anjuran kawan-kawan atau anggota
keluargalain dari si sakit, dan sebagainya.
2.5.Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Greenmengemukakan bahwa untuk mencoba
menganalisis dari perilaku kesehatan orang dapat dipengaruhi 3 faktor yaitu :
a. Faktor yang Mempermudah (Predisposing Faktors)
Mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, moral sosial dan unsur lain
yang terdapat dalam diri individu.
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan itu terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan,
dan perasa. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan yang kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang.
Pengetahuan bagi masyarakat yang di desa-desa mereka tidak selalu membaca
pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan kahamilan dari media cetak. Terlebih
lagi kesadaran masyarakat untuk membeli bahan-bahan bacaan baik yang berupa
buku maupun koran atau majalah masih rendah yang akibat dari minimalnya
memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan (Notoadmojo, 2005).
2) Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan
(reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi praktik (tindakan)
atau (reaksi tertutup).
Sikap terhadap pentingnya pemeriksaan ANC merupakan reaksi (respon)
yang masih tertutup dari seseorang atau ibu hamil. Sikap secara nyata menunjukkan
konotasi atau arti tambahan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial. Sikap tersebut merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan ANC, penghayatan tentang
pengetahuan ini meliputi komponen pokok untuk pemeriksaan ANC yaitu
kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep, kehidupan emosional (evaluasi)
kecenderungan untuk bertindak, ketiga komponen ini secara bersama-sama
membentuk sikap yang utuh. Dalam pemantauannya, pengetahuan berfikir,
keyakinan, dan emosi memang peran penting .
menghargai, dan bertanggung jawab menerima sendiri. Artinya orang mau
memperhatikan pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan ANC. Merespon
(reponding) dapat diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikator dari sikap. Dihargai
(valuing) artinya mengajak orang lain untuk mengerjakan suatu masalah adalah
suatu indikasi tingkat tiga, sedangkan tanggung jawab (responsible), bertanggung
jawab atas segala suatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap
yang paling tinggi.
b. Faktor Pemungkin (Enabling Faktors)
Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya yang
perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas
pelayanan kesehatan, klinik atau sumber daya yang serupa itu. Faktor pemungkin ini
juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya yaitu biaya, jarak, dan
ketersediaan transportasi.
1) Keterjangkauan Fasilitas
Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari faktor-faktor yang
menjadi mata rantai terjadinya penyakit yang kesemua itu tidak terlepas dari faktor
lingkungan dimana masyarakat itu berada, perilaku masyarakat yang merugikan
kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat merusak tatanan masyarakat dalam bidang
kesehatan, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan yang dapat
2) Ekonomi
Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, krisis ekonomi yang
berkepanjangan berakibat pada penurunan kemampuan daya beli masyarakat
termasuk kebutuhan kesehatan ibu hamil. Ketika biaya hidup semakin meningkat
sementara pendapatan tidak meningkat maka banyak ibu hamil tidak mampu untuk
menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga
dengan tingkat ekonomi rendah ibu hamil kekurangan energi dan protein (KEK) hal
ini disebabkan tidak mampunya keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan
protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.
3) Jarak
Indonesia merupakan negara yang sangat luas sayangnya banyak masyarakat
yang tinggal jauh dari sarana kesehatan. Jarak sangat menentukan terhadap
pelayanan kesehatan, ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan
kehamilannya, hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat
terpencil.
c. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Faktor penguat adalah faktor yang memperkuat perubahan perilaku
seseorang dikarenakan adanya sikap dan perilaku yang lain seperti sikap suami,
orang tua, tokoh kesehatan. Perilaku individu sangat besar pengaruhnya terhadap
kesehatan, perilaku yang positif akan menunjang atau meningkatkan derajat
Masyarakat Indonesia terdiri banyak suku bangsa yang mempunyai latar
belakang budaya yang beraneka ragam. Lingkungan budaya tersebut sangat
mempengaruhi tingkah laku masyarakat yang memiliki budaya tersebut, sehingga
dengan keanekaragaman budaya menimbulkan variasi dalam perilaku masyarakat
termasuk dalam perilaku kesehatan. Keadaan lingkungan keluarga yang tidak
mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Perilaku
keluarga yang tidak mengizinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk
memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat keteraturan
[image:52.612.122.535.358.654.2]kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya.
Gambar 2.1 Teori Perubahan Perilaku
Faktor Predisposisi :
1. Demografi (umur, Pendidikan dan Besar Keluarga)
2. Pengetahuan
3. Sikap Masyarakat terhadap Kesehatan
4. Tingkat Sosial Ekonomi
Faktor pemungkin : 1. Sarana 2. Prasarana
Faktor penguat :
1. Dukungan Tokoh Masyarakat 2. Dukungan Tokoh Agama 3. Dukungan Petugas Kesehatan 4. Dukungan Swasta
2.6.Kerangka Pikir
Kehamilan adalah sebuah impian dan cara untuk mencapai kepuasan
tertinggi untuk prestasi seorang ibu dan suami. Kehamilan di mulai dari pembuahan
dan berakhir dengan kelahiran manusia baru. Kehamilan dan persalinan merupakan
proses yang alami, tetapi bukannya tanpa resiko dan merupakan beban tersendiri
bagi seorang wanita. Namun demikian tidak semua hasil persalinan dan kehamilan
akan menggembirakan suami dan ibu. Ibu hamil bisa menghadapi kegawatan
dengan derajat ringan sampai berat yang dapat memberikan bahaya pada ibu dan
janin.
Tujuan antenatal care (ANC) Menurut Depkes RI (2008) adalah untuk
menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan
baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Pemeriksaan Antenatal
adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksakan keadaan ibu dan janin
secara berkala yang diikuti upaya koreksi/deteksi terhadap penyimpangan yang
ditemukan. Tujuannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa
kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat.
Pemeriksaan Kunjungan ANC yang teratur dan pengawasan yang rutin dari
bidan maupun dokter selama masa kehamilan tersebut diharapkan jika ada
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum dapat dikenali secara lebih dini. Hal ini dapat mengurangi resiko kematian
dukungan suami, status pendidikan, riwayat kehamilan dan petugas kesehatan. ANC
menggambarkan perilaku ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya, dimana
pemeriksaan tersebut dilakukan oleh ibu hamil baik ditenaga kesehatan (bidan),
maupun dengan dukun bayi. Pemeriksaan tersebut akan berdampak pada kesehatan
janinnya, jika ibu hamil memeriksakan kehamilannya pada dukun bayi maka
janinnya akan beresiko mengalami abortus, persalinan prematur, janin cacat, dan
kematian janin dalam kandungan.
[image:54.612.118.532.306.643.2]= Diteliti’ --- = tidak diteliti
Gambar 2.2.Kerangka Pikir Penelitian Kehamilan
Antenatal Care
•Trimester I
•Trimester II
•Trimester III
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
fenomenologi deskriftif untuk menggali dan memahami bagaimana perilaku
masyarakat khususnya ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan pada masa
kehamilan. Orientasi fenomenologi deskriftif adalah untuk memaparkan secara
konkrit orang – orang dalam hubungan dengan orang lain, keyakinan dan praktik
secara niat untuk memahami makna dari pengalaman seseorang (Zalm & Bergum,
2000)
Metode penelitian fenomenologi adalah sama dan sebangun dengan cita –
cita ilmu kesehatan, dimana pemahaman humanistic dihargai dan pengetahuan
tentang pengalaman unik seseorang dapat diakses melalui wawancara (Kim &
Kollak 2005; dalam Edward & Welch, 2011). Penelitian ini akan menggali apa
penyebab ibu melakukan pemeriksaan kehamilan pada dukun bayi, apa yang
dirasakan ibu setelah mendapat asuhan kehamilan dari dukun bayi dan apa ibu
mengerti dampak yang akan terjadi pada ibu dan bayi.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
langsung masyarakat masih meyakini kepercayaan yang dikaitkan dalam kehidupan
sehari-hari khususnya kepercayaan tentang pemeriksaan kehamilan yang dilakukan
pada saat ibu hamil dan hasil wawancara dengan 5 (lima)informan di Desa
Payatusam pada bulan Maret 2014 bahwa masyarakat di desa tersebut yang
berkaitan dengan persepsi kehamilan selalu dikaitan jaga dengan keberadaan dukun
bayi yang memang telah membudaya contohnya seperti apabila ibu hamil terpeleset
atau jatuh maka keluarga lebih percaya dan menyarankan ibu untuk kedukun bayi
setelah itu baru memeriksakannya kembali ke bidan. Masyarakat menganggap
dukun bayi lebih bisa untuk menyembuhkannya.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dimulai dari bulan Desember 2013 sampai Agustus
Tahun 2014
3.3. Informan
Pada penelitian kualitatif, jumlah informan bukan menjadi prioritas
utamauntuk menjamin tingginya akurasi, validitas dan keberhasilan dalam
penelitian kualitatif (Poerwandari, 2005). Informan penelitian merupakan individu –
individu yang akan menjadi fokus yang diamati dari suatu penelitian, sesuai dengan
judul penelitian “pemeriksaan antenatal care di Desa Paya Tusam Kecamatan
Wampu Kabupaten Langkat Tahun 2014”. Maka yang menjadi subyek penelitian
Pengambilan Informan dijelaskan Patton dengan mengkategorikan variasi
maksimum, dimana pengambilan informan dilakukan bila subyek penelitian
menampilkan banyak variasi, dan keterwakilan semua variasi penting untuk
memanfaatkan adanya perbedaan – perbedaan yang ada untuk menampilkan
kekayaan data. Pengambilan informan dipertimbangkan dari variasi data yang ada di
lapangan. Dari variasi latar belakang subyek, diharapkan mendapatkan informasi
yang lebih akurat, dan mendekati dari tujuan penelitian yang hendak dicapai.
Informan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kecukupan. Informan dalam
penelitian ini adalah ibu hamil dan pernah hamil, tenaga kesehatan (Bidan) dan
dukun bayi. Informan dalam penelitian sebanyak 9 orang yang diantaranya yaitu :
1. Empat (4) orang ibu yang sedang hamil dan dua (2) ibu yang pernah hamil
yang masih mengingat betul kejadian – kejadian yang terjadi pada saat
pemeriksaan.
2. Dua (2) orang tenaga kesehatan ( Bidan) yang ada di desa tersebut.
3. Satu (1) orang dukun bayi yang biasa dikunjungi oleh ibu pada waktu
kehamilan.
4. Enam (6) orang suami dari ibu yang mengetahui tentang pemeriksaan yang
ibu lakukan pada masa kehamilan.
Dari subyek ini sudah mewakili dan memenuhi kriteria dari masalah –
masalah yang peneliti rumuskan. Selain itu metode dalam melakukan penelitian ini
Informan dalam penelitian ini disesuaikan dengan k