• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Otitis Media Supuratif Kronik Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Otitis Media Supuratif Kronik Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK RAWAT JALAN DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

SISKA ARVINA NIM. 071000065

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK RAWAT JALAN DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

SISKA ARVINA NIM. 071000065

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripisi dengan Judul :

KARAKTERISTIK PENDERITA OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK RAWAT JALAN DI RSUD PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

SISKA ARVINA NIM. 071000065

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 9 Juni 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH Drs.Jemadi, M.Kes NIP.19490417 197902 1 001 NIP.19640404 199203 1 005

Penguji II Penguji III

dr.Heldy B.Z.,MPH drh. Hiswani, M.Kes NIP.19520601 198203 1 003 NIP.19650112 199402 2 001

Medan, Juni 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan keluarnya cairan (sekret) dari telinga baik terus menerus atau hilang timbul selama lebih dari 2 bulan. OMSK menempati urutan ketiga dari sepuluh penyakit terbesar rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita Otitis Media Supuratif Kronik Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010. Penelitian bersifat deskriptif dengan desain case series. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien OMSK yang rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Populasi sebanyak 301 data dan sampel sebanyak 172 data. Analisa data dengan uji Chi-square, Exact Fisher, dan t-test.

Hasil penelitian menunjukkan proporsi tertinggi penderita OMSK pada kelompok umur 1-9 tahun 26,2%, sex ratio 75,4%, tingkat pendidikan SLTA/Sederajat 37,8%, pekerjaan Pelajar 24,5%, dan sumber biaya Umum 78,5%, keluhan otore 98,3%, tipe benigna 94,2%, tidak mengalami komplikasi 94,2%, komplikasi intratemporal 100,0%, penatalaksanaan medis non-operasi 98,8%, kunjungan rata-rata 1,51 kali.

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur berdasarkan tipe OMSK(p=1,000), jenis kelamin berdasarkan tipe OMSK(p= 0,518), ada perbedaan proporsi yang bermakna antara komplikasi berdasarkan tipe OMSK (p=0,000),penatalaksanaan medis berdasarkan tipe OMSK (p=0,003), penatalaksanaan medis berdasarkan komplikasi (p=0,003), sumber biaya berdasarkan penatalaksanaan medis (p=0,045), kunjungan rata-rata berdasarkan tipe OMSK (p 0,000), kunjungan rata-rata berdasarkan sumber biaya (p 0,017).

Komplikasi tinggi pada tipe maligna, penatalaksanaan medis operasi lebih tinggi pada tipe maligna, penatalaksanaan medis operasi lebih tinggi pada penderita yang mengalami komplikasi, penatalaksanaan medis operasi lebih tinggi pada sumber biaya bukan biaya sendiri, kunjungan rata-rata lebih sering pada tipe maligna, dan kunjungan rata-rata lebih sering pada sumber biaya bukan biaya sendiri. OMSK dapat dicegah dengan menjalani pengobatan secara tuntas agar tidak terjadi infeksi berulang dan komplikasi, meningkatkan daya tahan tubuh, hygiene dan sanitasi.

(5)

ABSTRACT

Chronic Suppurative Otitis Media (OMSK ) is a chronic infection of the middle ear with the existence perforation of tympanic membrane and its exit discharge continuous or intermittent more than 2 months. OMSK third position of the ten largest disease outpatient in RSUD Dr. Pirngadi Medan.

This study to know the characteristics of patients with chronic suppurative otitis media outpatient in RSUD Dr. Pirngadi Medan in 2010. This study was a descriptive case series design. The data were collected from medical records of patients with chronic suppurative otitis media at RSUD Dr.Pirngadi Medan in 2010. Population were as many as 301 data and sample were as many as 172 data. Data analysis with Chi-square test, Fisher Exact, and t-test.

The results showed the highest proportion in the age group 1-9 years 26.2%, sex ratio 75.4%, senior secondary education level or equivalent 37.8%, Students 24.5 %, and the source of General expenses 78.5%, 98.3% sensitivity otorrhoea complaints, 94.2% benign type, not had complications 94.2%, 100.0% intratemporal complications, medical management of non-surgical 98.8%, 1.51 average visit times.

Statistical analysis showed no significant difference in proportion between the ages based on the type of OMSK (p = 1.000), gender by type of OMSK (p = 0.518), there was a significant difference between the proportion of complications by type of OMSK (p = 0.000), medical management by type of OMSK (p = 0.003), medical treatment based on complications (p = 0.003), the source based on the cost of medical treatment (p = 0,045), the average visits by type of OMSK (p = 0.000), the average visit costs based on the source (p = 0.017).

Complication was high at malign type, medical management of surgical was higher at malign type, medical management of surgical was higher at had complications, medical management of surgical was higher at non general expenses, average visit times was more often at malign type, and average visit times was more often at non general expenses. OMSK could be prevented by doing treatment completely to avoid recurrent infection and complication, to increase endurance, hygiene, and sanitation.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siska Arvina

Tempat/Tanggal Lahir : Binjai, 29 Desember 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah Jumlah anggota keluarga : 4 (empat) bersaudara

Alamat rumah : Jl. Mayjen Sutoyo No. 9 Kel. Suka Maju Kec. Binjai Barat

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik Penderita Otitis Media Supuratif Kronik Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda Sarpin dan Ibunda Ina Kumala yang telah membesarkan, membimbing, dan mendidik penulis dengan kasih sayang serta memberikan dukungan, doa dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

Terima kasih kepada Dosen Pembimbing I Bapak Prof.dr.Sori Muda Sarumpaet, MPH dan Dosen Pembimbing II Bapak Drs. Jemadi, M.Kes serta Dosen Pembanding I Bapak dr. Heldy, B.Z., MPH dan Dosen Pembanding II Ibu drh. Hiswani, M.Kes yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberi saran, kritikan dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(8)

4. Ibu Direktur dan Bapak Wakil Direktur RSUD Dr.Pirngadi Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Seluruh staf Komite Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Teknologi Kesehatan RSUD Dr. Pirngadi Medan yang telah mempermudah administrasi penulis selama melakukan penelitian.

6. Seluruh staf Rekam Medik RSUD Dr. Pirngadi Medan yang telah membantu penulis memperoleh data penelitian.

7. Seluruh Dosen dan Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Ibu Ratna yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh keluarga yang penulis sayangi: Ayahanda Sarpin, Ibunda Ina Kumala, Abangda M.Irfan, Indra Gunawan, S.E., Irdian Putra, serta keponakan-keponakan yang senantiasa memberikan dukungan, kasih sayang, doa, dan motivasi kepada penulis.

10.Sahabat-sahabat terbaik yang tergabung dalam Epidemiologers terima kasih atas doa, bantuan, semangat, dan kebersamaannya dalam meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

11.Para alumni yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Medan, Juni 2011 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang ... .1

1.2.Perumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Definisi Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ... 6

2.2. Anatomi Telinga ... 6

2.2.1. Telinga Luar ... 7

2.2.2. Telinga Tengah... 7

2.2.3. Telinga Dalam ... 8

2.3. Fungsi Telinga ... 8

2.4. Tipe OMSK ... 9

2.5. Patogenesis ... 10

2.6. Gejala Klinis ... 10

2.7. Epidemiologi ... 12

2.7.1. Distribusi dan Frekuensi ... 12

2.7.2. Determinan ... 13

2.8.Komplikasi OMSK ... 16

2.9.Pencegahan ... 17

2.9.1. Pencegahan Primer ... 17

2.9.2. Pencegahan Sekunder ... 17

2.9.3. Pencegahan Tersier ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 20

3.1. Kerangka Konsep ... 20

3.2.Definisi Operasional ... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 24

4.1. Jenis Penelitian ... 24

(11)

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 24

4.2.2. Waktu Penelitian ... 24

4.3. Populasi dan Sampel ... 24

4.3.1. Populasi ... 24

4.3.2. Sampel ... 24

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 25

4.5. Teknik Analisa Data ... 26

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 27

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 27

5.2. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Berdasarkan Sosiodemografi ... 29

5.3. Disribusi Proporsi Penderita OMSK Berdasarkan Keluhan Utama ... 31

5.4. Lama Keluhan Rata-rata Penderita OMSK ... 31

5.5. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Berdasarkan Tipe OMSK ... 31

5.6. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Berdasarkan Komplikasi ... 32

5.7. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Berdasarkan Jenis Komplikasi ... 32

5.8. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 33

5.9. Kunjungan Rata-rata Penderita OMSK ... 33

5.10. Analisa Statistik ... 34

5.10.1. Umur Berdasarkan Tipe OMSK ... 34

5.10.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Tipe OMSK ... 35

5.10.3. Komplikasi Berdasarkan Tipe OMSK ... 36

5.10.4. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Tipe OMSK ... 37

5.10.5. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Komplikasi ... 38

5.10.6. Sumber Biaya Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 39

5.10.7. Kunjungan Rata-rata Berdasarkan Tipe OMSK... 40

5.10.8. Kunjungan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya ... 40

BAB 6 PEMBAHASAN ... 42

6.1. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Berdasarkan Sosiodemografi ... 42

6.1.1. Umur dan Jenis Kelamin ... 42

6.1.2. Tingkat Pendidikan ... 43

6.1.3. Pekerjaan ... 44

6.1.4. Sumber Biaya ... 45

6.2. Disribusi Proporsi Penderita OMSK Berdasarkan Keluhan Utama ... 46

(12)

6.4. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Berdasarkan

Komplikasi ... 48

6.5. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Berdasarkan Jenis Komplikasi ... 49

6.6. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 49

6.7. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Kunjungan Rata-rata ... 50

6.8. Analisa Statistik ... 51

6.8.1. Umur Berdasarkan Tipe OMSK ... 51

6.8.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Tipe OMSK ... 52

6.8.3. Komplikasi Berdasarkan Tipe OMSK ... 53

6.8.4. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Tipe OMSK ... 54

6.8.5. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Komplikasi ... 56

6.8.6. Sumber Biaya Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 57

6.8.7. Kunjungan Rata-rata Berdasarkan Tipe OMSK... 59

6.8.8. Kunjungan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya ... 60

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

7.1. Kesimpulan ... 62

7.2. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Rawat Jalan Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2010 ... 29 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Rawat Jalan Berdasarkan

Sosiodemografi di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2010 ... 30 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Rawat Jalan Berdasarkan

Keluhan Utama di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2010 ... 31 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Rawat Jalan Berdasarkan

Tipe OMSK di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2010 ... 32 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Rawat Jalan Berdasarkan

Komplikasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 32 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Rawat Jalan Berdasarkan

Jenis Komplikasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 33 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Rawat Jalan Berdasarkan

Penatalaksanaan Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2010 ... 33 Tabel 5.8. Kunjungan Rata-rata Penderita OMSK Rawat Jalan di RSUD

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 34 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Umur Penderita OMSK Berdasarkan

Tipe OMSK Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2010 ... 34 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita OMSK

Berdasarkan Tipe OMSK Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 35 Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Komplikasi Penderita OMSK

(14)

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita OMSK Berdasarkan Tipe OMSK Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 37 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita OMSK

Berdasarkan Komplikasi Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2010 ... 38 Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Sumber Biaya Penderita OMSK

Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Rawat Jalan di RSUD

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 39 Tabel 5.15. Distribusi Kunjungan Rata-rata Penderita OMSK

Berdasarkan Tipe OMSK Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 40 Tabel 5.16. Distribusi Kunjungan Rata-rata Penderita OMSK

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi Telinga ... 6 Gambar 6.1. Diagram Bar Penderita OMSK Berdasarkan Kelompok

Umur dan Jenis Kelamin yang Rawat Jalan di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2010... 42 Gambar 6.2. Diagram Bar Penderita OMSK Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 42 Gambar 6.3. Diagram Bar Penderita OMSK Berdasarkan Pekerjaan yang

Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 44 Gambar 6.4. Diagram Pie Penderita OMSK Berdasarkan Sumber Biaya yang

Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 45 Gambar 6.5. Diagram Bar Penderita OMSK Berdasarkan Keluhan Utama

yang Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2010 ... 46 Gambar 6.6. Diagram Pie Penderita OMSK Berdasarkan Tipe OMSK yang

Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 47 Gambar 6.7. Diagram Pie Penderita OMSK Berdasarkan Komplikasi yang

Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 48 Gambar 6.8. Diagram Pie Penderita OMSK Berdasarkan Penatalaksanaan

Medis yang Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2010 ... 50 Gambar 6.9. Diagram Bar Umur Penderita OMSK Berdasarkan Tipe OMSK

Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 51 Gambar 6.10. Diagram Bar Jenis Kelamin Penderita OMSK Berdasarkan Tipe

OMSK Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2010 ... 52 Gambar 6.11. Diagram Bar Komplikasi Penderita OMSK Berdasarkan Tipe

OMSK Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan

(16)

Gambar 6.12. Diagram Bar Penatalaksanaan Medis Penderita OMSK Berdasarkan Tipe OMSK Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2010 ... 55 Gambar 6.13. Diagram Bar Penatalaksanaan Medis Penderita OMSK Berdasarkan

Komplikasi Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2010 ... 56 Gambar 6.14. Diagram Bar Sumber Biaya Penderita OMSK Berdasarkan

Penatalaksanaan Medis Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 58 Gambar 6.15. Diagram Bar Kunjungan Rata-rata Penderita OMSK Berdasarkan

Tipe OMSK Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2010 ... 59 Gambar 6.16. Diagram Bar Kunjungan Rata-rata Penderita OMSK Berdasarkan

(17)

ABSTRAK

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan keluarnya cairan (sekret) dari telinga baik terus menerus atau hilang timbul selama lebih dari 2 bulan. OMSK menempati urutan ketiga dari sepuluh penyakit terbesar rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita Otitis Media Supuratif Kronik Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010. Penelitian bersifat deskriptif dengan desain case series. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien OMSK yang rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Populasi sebanyak 301 data dan sampel sebanyak 172 data. Analisa data dengan uji Chi-square, Exact Fisher, dan t-test.

Hasil penelitian menunjukkan proporsi tertinggi penderita OMSK pada kelompok umur 1-9 tahun 26,2%, sex ratio 75,4%, tingkat pendidikan SLTA/Sederajat 37,8%, pekerjaan Pelajar 24,5%, dan sumber biaya Umum 78,5%, keluhan otore 98,3%, tipe benigna 94,2%, tidak mengalami komplikasi 94,2%, komplikasi intratemporal 100,0%, penatalaksanaan medis non-operasi 98,8%, kunjungan rata-rata 1,51 kali.

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur berdasarkan tipe OMSK(p=1,000), jenis kelamin berdasarkan tipe OMSK(p= 0,518), ada perbedaan proporsi yang bermakna antara komplikasi berdasarkan tipe OMSK (p=0,000),penatalaksanaan medis berdasarkan tipe OMSK (p=0,003), penatalaksanaan medis berdasarkan komplikasi (p=0,003), sumber biaya berdasarkan penatalaksanaan medis (p=0,045), kunjungan rata-rata berdasarkan tipe OMSK (p 0,000), kunjungan rata-rata berdasarkan sumber biaya (p 0,017).

Komplikasi tinggi pada tipe maligna, penatalaksanaan medis operasi lebih tinggi pada tipe maligna, penatalaksanaan medis operasi lebih tinggi pada penderita yang mengalami komplikasi, penatalaksanaan medis operasi lebih tinggi pada sumber biaya bukan biaya sendiri, kunjungan rata-rata lebih sering pada tipe maligna, dan kunjungan rata-rata lebih sering pada sumber biaya bukan biaya sendiri. OMSK dapat dicegah dengan menjalani pengobatan secara tuntas agar tidak terjadi infeksi berulang dan komplikasi, meningkatkan daya tahan tubuh, hygiene dan sanitasi.

(18)

ABSTRACT

Chronic Suppurative Otitis Media (OMSK ) is a chronic infection of the middle ear with the existence perforation of tympanic membrane and its exit discharge continuous or intermittent more than 2 months. OMSK third position of the ten largest disease outpatient in RSUD Dr. Pirngadi Medan.

This study to know the characteristics of patients with chronic suppurative otitis media outpatient in RSUD Dr. Pirngadi Medan in 2010. This study was a descriptive case series design. The data were collected from medical records of patients with chronic suppurative otitis media at RSUD Dr.Pirngadi Medan in 2010. Population were as many as 301 data and sample were as many as 172 data. Data analysis with Chi-square test, Fisher Exact, and t-test.

The results showed the highest proportion in the age group 1-9 years 26.2%, sex ratio 75.4%, senior secondary education level or equivalent 37.8%, Students 24.5 %, and the source of General expenses 78.5%, 98.3% sensitivity otorrhoea complaints, 94.2% benign type, not had complications 94.2%, 100.0% intratemporal complications, medical management of non-surgical 98.8%, 1.51 average visit times.

Statistical analysis showed no significant difference in proportion between the ages based on the type of OMSK (p = 1.000), gender by type of OMSK (p = 0.518), there was a significant difference between the proportion of complications by type of OMSK (p = 0.000), medical management by type of OMSK (p = 0.003), medical treatment based on complications (p = 0.003), the source based on the cost of medical treatment (p = 0,045), the average visits by type of OMSK (p = 0.000), the average visit costs based on the source (p = 0.017).

Complication was high at malign type, medical management of surgical was higher at malign type, medical management of surgical was higher at had complications, medical management of surgical was higher at non general expenses, average visit times was more often at malign type, and average visit times was more often at non general expenses. OMSK could be prevented by doing treatment completely to avoid recurrent infection and complication, to increase endurance, hygiene, and sanitation.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan yang dilaksanakan masih menghadapi berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi.1

Memasuki abad ke-21, Indonesia menghadapi berbagai perubahan dan tantangan strategis yang memberikan kontribusi terhadap terjadinya transisi epidemiologi dimana penyakit tidak menular semakin meningkat dan penyakit menular tetap menjadi perhatian serius. Salah satu penyakit menular yaitu Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).2

ISPA adalah infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran bagian atas) hingga alveoli (saluran bagian bawah) termasuk juga adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (selaput paru).3 ISPA yang tidak diobati dapat menjadi serius dan menyebabkan komplikasi seperti otitis media dimana fungsi tuba eustachius sebagai protektif, drainase, dan ventilasi terganggu sehingga terjadi peradangan di telinga tengah yang kemudian berlanjut menjadi OMSK jika tidak ditangani secara adekuat. 4,5

(20)

tingkat kecerdasan, perkembangan kognitif, dan kemampuan berkomunikasi. Kemiskinan, kepadatan hunian, hygiene serta nutrisi yang buruk memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan atas berulang yang mempengaruhi peningkatan OMSK di negara berkembang.6

World Health Organization (WHO) tahun 2004 melaporkan bahwa masalah global akibat OMSK dimana proporsi penderita OMSK mengalami kurang pendengaran yang signifikan yaitu sebesar 60%.WHO (1990) di beberapa regional ( Afrika, Mediterania Timur, Asia Tenggara, Pasifik Barat, Amerika, dan Eropa) menunjukkan bahwa proprosi kekurangan pendengaran terjadi pada ± 50% penderita OMSK dan 164 juta kasus dengan kekurangan pendengaran merupakan akibat dari OMSK.6

Di negara maju seperti Inggris (2000) prevalensi OMSK 0,9% pada anak-anak dan 0,5% pada orang dewasa, di Israel (2000) prevalensi OMSK hanya 0,039% yang terjadi pada anak-anak.6 Di negara berkembang seperti Taipei (2007) prevalensi OMSK 4% pada orang dewasa dan di Nepal (2006) prevalensi OMSK 5% pada anak-anak.7,8

Berdasarkan Survei Multi Center Study di Asia Tenggara (2005) Indonesia termasuk empat negara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi yaitu 4,6%, sedangkan tiga negara lainnya yakni Sri Lanka (8,8%), Myanmar (8,4%) dan India (6,3%) dimana 36 juta orang menderita gangguan pendengaran dan 800.000 orang menderita ketulian di Indonesia.9

(21)

0,4%, morbiditas telinga 18,5% dengan penyakit telinga tengah 3,9% dimana penyebab terbanyak morbiditas telinga tengah adalah OMSK tipe jinak 3,0%.9

Prevalensi OMSK di Indonesia (2002) secara umum adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.Penderita OMSK di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta sebanyak 90 orang pada Oktober-Desember 2004, di RSUP Dr. Kariadi Semarang sebanyak 30 orang pada Maret-Juni 2008 dan penderita OMSK di RS Dr. Sardjito Yogyakarta sebanyak 460 orang pada tahun 2002.10

Menurut Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian Daerah Sumut (2006) setiap tahunnya terdapat 4,7 per seratus ribu penduduk yang menderita OMSK.11 Data poliklinik THT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2002 menunjukkan pasien OMSK merupakan 26% dari seluruh kunjungan pasien.10 Penelitian yang dilakukan oleh Rambe pada April-Juli 2002 di RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh penderita OMSK sebanyak 94 orang.12 Penelitian yang dilakukan oleh Amaleen (2010) di RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh penderita OMSK sebanyak 59 orang.13 Penelitian yang dilakukan oleh Tala pada Mei 2009-Agustus 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh penderita OMSK sebanyak 47 orang.14

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di bagian Rekam Medik RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 ditemukan penderita OMSK rawat jalan sebanyak 301 orang.

(22)

1.2. Rumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita OMSK menurut sosiodemografi (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, sumber biaya).

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita OMSK berdasarkan keluhan utama.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita OMSK berdasarkan lama keluhan rata-rata.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita OMSK berdasarkan tipe OMSK.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita OMSK berdasarkan komplikasi.

(23)

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita OMSK berdasarkan penatalaksanaan medis.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita OMSK berdasarkan kunjungan rata-rata.

i. Untuk mengetahui proporsi umur berdasarkan tipe OMSK.

j. Untuk mengetahui proporsi jenis kelamin berdasarkan tipe OMSK. k. Untuk mengetahui lama keluhan rata-rata berdasarkan tipe OMSK l. Untuk mengetahui proporsi komplikasi berdasarkan tipe OMSK.

m. Untuk mengetahui proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan tipe OMSK. n. Untuk mengetahui proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan komplikasi. o. Untuk mengetahui proporsi sumber biaya berdasarkan penatalaksanaan medis. p. Untuk mengetahui kunjungan rata-rata berdasarkan tipe OMSK.

q. Untuk mengetahui kunjungan rata-rata berdasarkan sumber biaya.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan dan informasi tentang karakteristik penderita OMSK mengenai tipe dan komplikasinya yang dapat dimanfaatkan dalam penatalaksanaan medis untuk tindakan pencegahan dan penanggulangan bagi penderita OMSK di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan keluarnya cairan (sekret) dari telinga baik terus menerus atau hilang timbul selama lebih dari 2 bulan.5 Menurut WHO (2004) penyakit ini dapat menyebabkan ketulian atau kekurang pendengaran pada ± 50% penderita OMSK serta dapat menimbulkan kematian pada 18,6% kasus OMSK dengan komplikasi intracranial.6

2.2. Anatomi Telinga

Telinga merupakan organ penginderaan dengan fungsi pendengaran dan keseimbangan. Telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.15

(25)

2.2.1. Telinga luar15

Telinga luar terdiri darpinna) dan liang telinga (meatus auditorius eksternus). Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S dengan rangka tulang rawan pada 1/3 (satu pertiga) bagian luar, sedangkan 2/3 (dua pertiga) bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang, panjangnya kira-kira 2,5-3 cm.

Satu pertiga bagian liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut, namun pada 2/3 (dua pertiga) bagian dalam hanya dijumpai sedikit kelenjar serumen. 2.2.2. Telinga Tengah15

Telinga tengah terdiri dari gendang telinga (membrane tympanic), tulang pendengaran (malleus, incus, stapes ), dan tuba eustachius.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila di lihat dari arah liang telinga, mempunyai ukuran panjang vertikal rata-rata 9-10 mm, diameter 8-9 mm dan tebalnya kira-kira 0,1 mm. Bagian atas disebut pars flaksida, sedangkan bagian bawah disebut pars tensa. Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler di bagian dalam.

Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus malleus melekat pada membran timpani, malleus melekat pada incus, dan

(26)

Tuba eustachius merupakan saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Tuba eustachius terdiri dari tulang pada 1/3 (satu pertiga) bagian dan tulang rawan pada 2/3 (dua pertiga) ke arah nasofaring. Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar, dan kedudukannya lebih horizontal dari tuba orang dewasa. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada anak di bawah 9 bulan adalah 17,5 mm. 2.2.3. Telinga dalam15

Telinga dalam terdiri dari semicircular canalis dan rumah siput (cochlea).

Semicircular canalis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap.

Cochlea melengkung seperti cangkang siput, pada irisan melintang cochlea

tampak vestibuli di sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut membran vestibuli, sedangkan dasar skala media adalah membran basalis, pada membran ini terletak organ corti.

2.3. Fungsi Telinga

(27)

bergerak. Gerakan ini mengubah energi mekanik tersebut menjadi energi elektrik ke saraf pendengaran ( auditory nerve) dan menuju ke pusat pendengaran di otak. Pusat ini akan menerjemahkan energi tersebut menjadi suara yang dapat dikenal oleh otak.15

Dalam fungsi keseimbangan, rangsangan ditransmisikan sepanjang serat saraf

nervus cranialis kedelapan (auditorius) pars vestibularis ke otak tengah, medulla oblongata, cerebelum dan medulla spinalis. Rangsangan ini memulai perubahan refleks pada otot-otot leher, mata, badan, dan ekstremitas untuk mempertahankan keseimbangan dan postur, serta mata dapat difiksasi pada objek yang bergerak.16

2.4. Tipe OMSK 5

Letak perforasi membran timpani penting untuk menentukan tipe atau jenis otitis media supuratif kronik (OMSK), yaitu :

2.4.1. Tipe tubotimpani

Peradangan pada OMSK tipe tubotimpani atau disebut juga tipe benigna (jinak) terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang, perforasinya terletak di sentral atau di pars tensa, dan umumnya jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya.

2.4.2. Tipe atikoantral

(28)

2.5. Patogenesis 17,18

Kejadian OMSK sampai saat ini masih belum diketahui secara jelas. Peradangan telinga tengah sering diawali dengan infeksi pada saluran napas biasanya berasal dari nasofaring yang menyebar ke telinga tengah melalui tuba eustachius. Infeksi organisme menyebabkan tersumbatnya tuba eustachius. Sel darah putih akan memfagosit organisme sehingga terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Tersumbatnya tuba eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga. Adanya tekanan dari cairan yang terkumpul di dalam telinga tengah akan merobek gendang telinga dan cairan tersebut keluar. OMSK terjadi jika gendang telinga yang robek tidak menutup dan keluar sekret yang terus menerus atau hilang timbul selama lebih dari dua bulan. Infeksi dari telinga luar dapat masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran timpani bersama air sewaktu berenang.

2.6. Gejala Klinis

2.6.1. Telinga berair (otore)

(29)

2.6.2. Gangguan pendengaran

Infeksi pada telinga tengah hampir selalu menyebabkan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran yang biasa dikeluhkan berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis atau berbagai bunyi yang lain, rasa penuh dalam telinga serta tuli. Jika rangkaian tulang pendengaran di telinga tengah terputus akan menyebabkan tuli konduktif yang berat. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatoma dapat menghantarkan bunyi ke fenestra ovale.19

2.6.3. Nyeri (otalgia)

Nyeri pada OMSK jarang terjadi tetapi dapat terjadi akibat masuknya air ke telinga tengah, adanya ancaman komplikasi, terpaparnya duramater atau dinding sinus lateralis atau pembentukan abses otak.19

2.6.4. Vertigo

Vertigo adalah suatu sensasi abnormal mengenai adanya gerakan keadaan sekitar terhadap penderita atau penderita terhadap keadaan sekitarnya.18 Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala serius lainnya. Gejala ini memberikan kesan adanya suatu fistula, berarti ada erosi pada labirin tulang dan sering terjadi pada

(30)

2.7. Epidemiologi

2.7.1. Distribusi dan Frekuensi a. Orang

Prevalensi OMSK tinggi ditemukan pada ras tertentu yaitu Australian Aborigin (2005) 15% , Inuit Alaska (1998) 30-46%, Inuit Canadian 7-31%,

Greenland Inuit 7-12%, dan Native American (Navajo, Apache 4-8%).20,21

Berdasarkan survei pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insiden OMSK sebesar 3% dari penduduk Indonesia atau dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia lebih kurang terdapat 6,6 juta penderita OMSK.11

Penelitian yang dilakukan Periasamy (2010) di RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh penderita OMSK sebanyak 65 orang dimana kelompok usia yang terbanyak menderita (OMSK) adalah kelompok umur 11-20 tahun (35,4%).22

Abnormalitas anatomi dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit telinga tengah. Kelainan kraniofasial akan mempengaruhi fungsi tuba eustachius sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya otitis media. Anak-anak dengan celah palatum atau kelainan bentuk wajah, dasar tengkorak dan sinus paranasal mempunyai insidens otitis media yang tinggi. Bentuk tuba bayi dan anak belum berkembang sempurna sehingga sangat rentan untuk menderita otitis media.18,19

b. Tempat dan Waktu

(31)

WHO (1999) prevalensi OMSK di Afrika 0,4 - 4,2%, Mediterania Timur 0,2- 1,5%, Asia Tenggara 1,4-7,8%, Pasifik Barat 2,3-10%, Amerika 0,2-1,2%, dan Eropa 0,2-0,6%.6

Survei di Nigeria (2003) pada anak-anak sekolah di daerah rural dan urban

diperoleh hasil bahwa OMSK lebih banyak ditemukan pada anak di daerah rural

dibandingkan dengan anak di daerah urban dengan ratio 4 : 1.23

Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, Depkes tahun 1993-1996 prevalensi OMSK adalah 3,1%-5,2%.9 Proporsi penderita OMSK 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT RS Dr Sardjito Yogyakarta (2004). Data poliklinik THT RS St.Elisabeth Medan (1998) terdapat 135 penderita OMSK dan di RSUP H. Adam Malik Medan (2009) terdapat 30 penderita OMSK.10

2.7.2. Determinan a. Host

a.1.Umur

OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak-anak, jarang dimulai setelah dewasa. Anak- anak lebih mudah mendapatkan infeksi telinga tengah karena pada anak ukuran tuba eustachius lebih pendek, lebih lebar dan lebih datar. 24

(32)

pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial yang berlangsung hingga usia 20 tahun.25

Penelitian yang dilakukan Kemaloglu et al (2000) di Jepang menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial berpengaruh pada ukuran panjang tuba eustachius dan otot – ototnya yang merupakan faktor penting terjadinya otitis media.25

a.2. Riwayat otitis media sebelumnya

OMSK merupakan hasil atau akibat dari beberapa episode otitis media akut yang ditandai dengan keluarnya sekret terus menerus atau hilang timbul dari telinga tengah dan adanya perforasi pada membran timpani. Otitis media akut yang berulang merupakan predisposisi terjadinya OMSK.18

Otitis media akut berubah menjadi OMSK dapat disebabkan karena terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi organisme, daya tahan tubuh yang rendah, serta hygiene yang buruk, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan suatu telinga berkembang menjadi kronis.19

a.3. Infeksi saluran napas

Sebagian besar pasien mengeluh keluarnya cairan dari telinga setelah mengalami infeksi saluran napas atas seperti radang tenggorokan atau pilek. Infeksi organisme mempengaruhi mukosa telinga tengah yang menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah.19

(33)

Keadaan ini meningkatkan tekanan negatif telinga tengah sehingga menyebabkan masuknya organisme dari nasofaring pada saat tuba eustachius terbuka dan otitis media merupakan komplikasi yang sering terjadi bila infeksi saluran pernapasan atas tidak diobati secara adekuat.19,5

a.4. Alergi

Salah satu mekanisme alergi dapat menimbulkan otitis media adalah melalui reaksi inflamasi alergi pada mukosa hidung yang meluas ke tuba eustachius. Reaksi inflamasi ini akan menyebabkan edema mukosa yang lebih lanjut akan mempengaruhi fungsi tuba, yaitu ventilasi, proteksi, dan drainase telinga tengah. 26 a.5.Gangguan fungsi tuba eustachius

Pada otitis media kronis yang aktif, tuba eustachius sering mengalami sumbatan akibat edema. Pada telinga yang inaktif, berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan sebagian besar menduga bahwa tuba telah gagal untuk mengembalikan tekanan dalam telinga tengah menjadi normal.26 b. Agent

OMSK merupakan lanjutan dari infeksi akut, namun organisme yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang ditemukan pada akut. Organisme penyebab OMSK dapat berupa bakteri aerob (Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Proteus mirabilis,

Klebsiella sp.) dan bakteri anaerob (Bacterioides, Preptostreptococcus, Proprionibacterium).6

(34)

perforasi kronis pada membran timpani. Di antara bakteri-bakteri tersebut

Pseudomonas aeruginosa merupakan pernyebab utama kerusakan progresif telinga dan struktur mastoid akibat toksin dan enzim yang dimilikinya.6

c. Environment

Dijumpai hubungan yang erat antara pasien OMSK dan sosial ekonomi, dimana insiden yang tinggi dijumpai pada sosial ekonomi yang rendah dibanding penduduk dengan sosial ekonomi baik.26

Dalam penelitian Wakode et al (2000) di India terhadap anak sekolah ditemukan bahwa insiden OMSK dijumpai lebih tinggi pada anak sekolah yang berasal dari sosial ekonomi rendah (78,05%) dibandingkan dengan anak sekolah yang berasal dari sosial ekonomi baik (21,95%).27

2.8. Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis

OMSK mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi tipe beningna pun dapat menyebabkan suatu komplikasi, bila terinfeksi bakteri yang virulen.5

(35)

2.9. Pencegahan

2.9.1. Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit.29 Pencegahan primer OMSK dapat dilakukan dengan cara mencegah terjadinya pencetus OMSK yaitu infeksi saluran pernapasan atas dengan meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, meningkatkan hygiene

perorangan dan sanitasi lingkungan, rajin berolahraga, tidak membersihkan telinga dengan benda yang berujung keras, serta tidak terlalu lama berada dalam air ketika berenang jika tidak menggunakan pelindung telinga.18

2.9.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk membantu orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan.29 Pencegahan ini dapat dilakukan dengan :

a. Diagnosis a.1. Anamnesis

(36)

a.2. Pemeriksaan otoskopi

Pemeriksaan otoskopi dapat melihat lebih jelas lokasi perforasi, kondisi sisa membran timpani dan kavum timpani. OMSK ditegakkan jika ditemukan perforasi membran timpani.30

a.3. Pemeriksaan audiometri

Pemeriksaan audiometri penting untuk menilai hantaran tulang dan udara serta untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran. Melalui audiogram dapat dilihat jenis ketulian dan derajat ketulian. Berdasarkan ISO (International Standard Organization ) derajat ketulian dibagi atas : 0-25 dB (normal) , 26-40 dB (tuli ringan), 41-60 dB (tuli sedang), 61-90 dB (tuli berat), > 91 dB (sangat berat).31

a.4. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologi untuk melihat tingkat perkembangan pneumatisasi mastoid, menggambarkan perluasan penyakit dan tulang-tulang pendengaran. Foto polos untuk menunjukkan adanya gambaran kolesteatoma sedangkan CT - Scan lebih efektif untuk menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.31

a.5. Pemeriksaan mikrobiologi

Pemeriksaan mikrobiologi sekret telinga penting untuk menentukan organisme penyebab OMSK dan pemberian antibiotika yang tepat.32

b. Pengobatan

(37)

(timpanoplasti). Prinsip pengobatan pada OMSK tipe maligna adalah operasi, yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Hal ini dilakukan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.5

2.9.3 Pencegahan Tersier

(38)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Penderita OMSK adalah seseorang yang dinyatakan menderita OMSK berdasarkan hasil diagnosa dokter dan tercatat dalam kartu status.

3.2.2. Sosiodemografi dibedakan atas:

a. Umur adalah usia penderita OMSK yang tercatat dalam kartu status yang dikategorikan berdasarkan rumus Sturgest.

Untuk analisis statistik umur dikategorikan berdasarkan nilai median : 1. ≤ 28 tahun

2. > 28 tahun

1. Sosio Demografi Umur

Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Pekerjaan

Sumber Biaya 2. Keluhan Utama

3. Lama Keluhan Rata-Rata 4. Tipe OMSK

5. Komplikasi 6. Jenis Komplikasi 7. Penatalaksanaan Medis 8. Kunjungan Rata-rata

Karakteristik Penderita

(39)

b. Jenis kelamin adalah ciri khas organ reproduksi yang dimiliki oleh penderita OMSK yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas:

1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir penderita OMSK yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas:

1. Belum sekolah 2. Belum tamat SD 3. SD/Sederajat 4. SLTP/Sederajat 5. SLTA/Sederajat 6. Akademi/PT 7. Tidak tercatat

d. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita OMSK yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas:

1. PNS/TNI/POLRI

2. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 3. Pegawai Swasta

4. Wiraswasta

5. Ibu Rumah Tangga (IRT) 6. Pelajar

7. Mahasiswa 8. Tidak Bekerja 9. Tidak tercatat

e. Sumber biaya adalah jenis sumber biaya yang digunakan oleh penderita OMSK selama dirawat di rumah sakit sesuai yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas:

1. Umum

(40)

Untuk analisis statistik, sumber biaya dikategorikan atas: 1. Biaya sendiri

2. Bukan biaya sendiri

3.2.3. Keluhan utama adalah gejala yang dirasakan penderita OMSK pada saat datang berobat ke rumah sakit, yang dikategorikan atas:18

1. Telinga berair (otore) 2. Gangguan pendengaran 3. Nyeri telinga (otalgia) 4. Vertigo

3.2.4. Lama keluhan rata-rata adalah rata-rata lamanya penderita OMSK merasakan keluhan sebelum penderita datang berobat ke rumah sakit seperti yang tercatat pada kartu status.

3.2.5. Tipe OMSK adalah jenis kerusakan pada telinga tengah berdasarkan letak perforasi yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas:5

1. Tipe benigna (jinak) 2. Tipe maligna (ganas)

3.2.6. Komplikasi adalah penyakit yang baru timbul kemudian dari penyakit OMSK yang dikategorikan atas:

1. Ada 2. Tidak ada

3.2.7. Jenis komplikasi adalah penyakit yang baru timbul kemudian sebagai tambahan atau kelanjutan dari penyakit OMSK yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas:5,28

(41)

3.2.8. Penatalaksanaan medis adalah usaha yang dilakukan terhadap penderita OMSK sehubungan dengan tindakan penyembuhan yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas:5

1. Non - operasi 2. Operasi

(42)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan menggunakan desain

case series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan pertimbangan bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit pusat rujukan, berbagai lapisan masyarakat datang untuk berobat ke rumah sakit ini, serta memiliki data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak bulan Februari sampai Juni 2011.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua data penderita OMSK yang rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 sebanyak 301 data.

4.3.2. Sampel a. Besar Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian data penderita OMSK yang rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 sebanyak 172 data.

(43)

n = N = N = 171,7 ≈ 172 data. 1 + N (d)2 1 + N (d)2

Keterangan :

N = besar populasi yaitu sebanyak 301 data.

n = besar sampel minimal yang dibutuhkan yaitu 172 data. d = tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05).

b. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dari daftar populasi yang telah disiapkan dilakukan secara acak sederhana dengan menggunakan tabel random. Cara ini dilakukan dengan melakukan pengundian dimana angka pertama yang diambil sebagai kolom dan angka kedua yang diambil sebagai baris. Pertemuan antara kolom dan baris tersebut merupakan sampel pertama kemudian sampel berikutnya ditentukan dengan bergerak sejajar dari kiri ke kanan. Angka tertinggi yang diambil adalah 301, maka setiap angka yang terpilih pada tabel random yang > 301 diabaikan dan hanya mengambil angka ≤ 301 sebanyak 172 data. Apabila ada angka yang sama maka angka yang muncul kemudian diabaikan.

4.4. Metode Pengumpulan Data

(44)

4.5. Teknik Analisa Data

(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada tahun 1930. Pimpinan yang pertama adalah Dr. W. Bays, pada tahun 1939 pimpinan Rumah Sakit ini diserahkan kepada Dr. A. A. Messing.

Pada masa Negara Sumatera Timur pada tahun 1947 nama Rumah Sakit ini diganti menjadi Rumah Sakit Kota Medan, kemudian pada tahun 1952 berubah menjadi Rumah Sakit Umum Medan. Pada tahun 1958 Rumah Sakit ini berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Besar, kemudian pada tahun 1969 kembali berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi Medan. Pada tanggal 25 Juni 1979 RSU Pusat Propinsi Medan ini diberi nama Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Kemudian sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, RSU Dr. Pirngadi pada tanggal 27 Desember 2001 diserahkan kepemilikannya dari Pemerintah Propinsi Sumatera Utara kepada Pemerintah Kota Medan.

Visi Badan Pelayanan Kesehatan RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah terwujudnya Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan MANTAP TAHUN 2010 (Mandiri, Tanggap, dan Profesional), dengan motto “Aegroti Salus Lex Suprema (Kepentingan penderita adalah yang utama)”

(46)

pengembangan IPTEK, mewujudkan rumah sakit sebagai pusat rujukan se-Sumatera Utara, serta meningkatkan pelaksanaan administrasi dan manajemen RS yang berkualitas, transparan dan akuntabel.

(47)

5.2. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Berdasarkan Sosiodemografi

[image:47.612.113.527.204.467.2]

Proporsi penderita OMSK rawat jalan berdasarkan sosiodemografi di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Rawat Jalan Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

No Umur

(Tahun)

Jenis Kelamin

Jumlah Laki – laki Perempuan

f % f % f %

1 1 - 9 23 13,4 22 12,8 45 26,2

2 10 - 18 8 4,6 16 9,3 24 13,9

3 19 - 27 4 2,3 13 7,6 17 9,9

4 28 - 36 9 5,2 18 10,5 27 15,7

5 37 - 45 13 7,6 14 8,1 27 15,7

6 46 - 54 9 5,2 7 4,1 16 9,3

7 55 - 63 6 3,5 3 1,7 9 5,2

8 64 – 72 2 1,2 5 2,9 7 4,1

Total 74 43,0 98 57,0 172 100,0

(48)
[image:48.612.114.528.118.498.2]

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Rawat Jalan Berdasarkan Sosiodemografi di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

No. Sosiodemografi f %

1 Tingkat Pendidikan Belum sekolah Belum tamat SD SD/Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat Akademi/PT Tidak tercatat 27 20 13 19 65 5 23 15,7 11,6 7,6 11,0 37,8 2,9 13,4

Total 172 100,0

2 Pekerjaan

PNS/TNI/POLRI

Pensiunan PNS/TNI/POLRI Pegawai Swasta

Wiraswasta

Ibu Rumah Tangga Pelajar Mahasiswa Tidak bekerja Tidak tercatat 4 3 17 24 26 42 3 39 14 2,3 1,7 9,9 14,0 15,1 24,5 1,7 22,7 8,1

Total 172 100,0

3 Sumber Biaya Umum Askes Jamkesmas/Medan Sehat 135 9 28 78,5 5,2 16,3

Total 172 100,0

(49)

tertinggi berdasarkan sumber biaya adalah Umum 78,5% dan terendah adalah Askes 5,2%.

5.3. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Rawat Jalan Berdasarkan Keluhan Utama

[image:49.612.117.528.279.376.2]

Proporsi penderita OMSK rawat jalan berdasarkan keluhan utama di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Rawat Jalan Berdasarkan Keluhan Utama di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

No. Keluhan Utama (n=172) f %

1 Otore 169 98,3

3 Gangguan pendengaran 21 12,2

4 Otalgia 12 7,0

Dari tabel di atas 5.3. dapat dilihat bahwa proporsi penderita OMSK berdasarkan keluhan utama tertinggi adalah otore 98,3% dan terendah adalah otalgia 7,0% serta tidak ditemukan penderita OMSK dengan keluhan vertigo.

5.4. Lama Keluhan Rata-rata Penderita OMSK

Lama keluhan rata-rata penderita OMSK tidak dapat dilihat karena tidak tersedianya data pada kartu status.

5.5. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Berdasarkan Tipe OMSK

(50)
[image:50.612.108.527.124.209.2]

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Rawat Jalan Berdasarkan Tipe OMSK di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

No. Tipe OMSK f %

1 Benigna 162 94,2

2 Maligna 10 5,8

Total 172 100,0

Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa proporsi penderita OMSK tertinggi berdasarkan tipe OMSK adalah benigna 94,2% dan maligna 5,8%.

5.6. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Berdasarkan Komplikasi

Proporsi penderita OMSK rawat jalan berdasarkan komplikasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Rawat Jalan Berdasarkan Komplikasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

No Komplikasi f %

1 Ada 10 5,8

2 Tidak Ada 162 94,2

Total 172 100,0

Dari tabel 5.5. dapat dilihat bahwa proporsi penderita OMSK berdasarkan komplikasi terdapat 5,8% yang mengalami komplikasi dan 94,2% tidak mengalami komplikasi.

5.7. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Berdasarkan Jenis Komplikasi

[image:50.612.114.528.414.499.2]
(51)

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Komplikasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

No Jenis Komplikasi f %

1 Intratemporal 10 100,0

2 Intrakranial 0 0

Total 10 100,0

Dari tabel 5.6. dapat dilihat bahwa proporsi penderita OMSK berdasarkan jenis komplikasi adalah intratemporal 100,0% dan tidak ditemukan penderita OMSK dengan komplikasi intrakranial.

[image:51.612.109.527.123.208.2]

5.8. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Proporsi penderita OMSK rawat jalan berdasarkan penatalaksanaan medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Rawat Jalan Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

No. Penatalaksanaan Medis f %

1 Non-Operasi 170 98,8

2 Operasi 2 1,2

Total 172 100,0

Dari tabel 5.7. dapat dilihat bahwa proporsi penderita OMSK tertinggi berdasarkan penatalaksanaan medis yaitu non-operasi 98,8% dan terendah yaitu operasi 1,2%.

5.9. Kunjungan Rata-rata Penderita OMSK

(52)
[image:52.612.113.531.506.616.2]

Tabel 5.8. Kunjungan Rata-rata Penderita OMSK Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010

Kunjungan Rata-rata (Kali)

Mean

Standar Deviasi (SD)

95 % Confidence Interval

Minimum

Maximum

1,51 1,095 1,35-1,68 1

8

Dari tabel 5.8. dapat dilihat bahwa kunjungan rata-rata penderita OMSK adalah 1,51 kali. SD (Standar Deviation) 1,095 dengan kunjungan minimum 1 kali dan kunjungan maximum 8 kali.

5.10. Analisa statistik

5.10.1. Umur Berdasarkan Tipe OMSK

Proporsi umur penderita OMSK berdasarkan tipe OMSK rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Umur Penderita OMSK Berdasarkan Tipe OMSK Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 No

Tipe OMSK

Umur (tahun)

Total

≤28 >28

f % f % f %

1 Benigna 85 52,5 77 47,5 162 100,0

2 Maligna 5 50,0 5 50,0 10 100,0

(53)

sedangkan dari 10 penderita OMSK dengan tipe maligna pada kelompok umur ≤ 28 tahun adalah 50,0 % dan > 28 tahun 50,0%.

Analisa statistik dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 1 sel (25,0%) expected count yang besarnya kurang dari 5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher. Hasil analisis statistik dengan menggunakan Exact Fisher diperoleh p > 0,05 (p=1,000) berarti tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur berdasarkan tipe OMSK.

5.10.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Tipe OMSK

[image:53.612.112.530.409.520.2]

Proporsi jenis kelamin penderita OMSK berdasarkan tipe OMSK rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita OMSK Berdasarkan Tipe OMSK Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

No

Tipe OMSK

Jenis Kelamin

Total

Laki-laki Perempuan

f % f % f %

1 Benigna 71 43,8 91 56,2 162 100,0

2 Maligna 3 30,0 7 70,0 10 100,0

Dari tabel 5.10. dapat dilihat bahwa dari 162 penderita OMSK dengan tipe benigna pada laki-laki 43,8% dan perempuan 56,2% sedangkan dari 10 penderita OMSK tipe maligna pada laki-laki 30,0% dan perempuan 70,0%.

(54)

menggunakan Exact Fisher diperoleh p > 0,05 (p=0,518) berarti tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan tipe OMSK.

5.10.3. Komplikasi Berdasarkan Tipe OMSK

[image:54.612.113.529.276.382.2]

Proporsi komplikasi penderita OMSK berdasarkan tipe OMSK rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Komplikasi Penderita OMSK Berdasarkan Tipe OMSK Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 No

Tipe OMSK

Komplikasi

Total

Ada Tidak ada

f % f % f %

1 Benigna 0 0 162 100,0 162 100,0

2 Maligna 10 100,0 0 0 10 100,0

Dari tabel 5.11. dapat dilihat bahwa dari 162 penderita OMSK tipe benigna tidak ditemukan penderita yang mengalami komplikasi dan terdapat 100,0% yang tidak mengalami komplikasi. Dari 10 penderita OMSK tipe maligna terdapat 100,0% yang mengalami komplikasi dan tidak ditemukan penderita yang tidak mengalami komplikasi.

(55)

5.10.4. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Tipe OMSK

[image:55.612.113.531.246.355.2]

Proporsi penatalaksanaan medis penderita OMSK berdasarkan tipe OMSK rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita OMSK Berdasarkan Tipe OMSK Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

No

Tipe OMSK

Penatalaksanaan Medis

Total

Non-operasi Operasi

f % f % f %

1 Benigna 162 100,0 0 0 162 100,0

2 Maligna 8 80,0 2 20,0 10 100,0

Dari tabel 5.12. dapat dilihat bahwa dari 162 penderita OMSK tipe benigna yang mendapat penatalaksanaan medis non-operasi 100,0% dan tidak ditemukan yang operasi sedangkan dari 10 penderita OMSK tipe maligna yang mendapatkan penatalaksanaan medis non-operasi 80,0% dan operasi 20,0 %.

(56)

5.10.5. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Komplikasi

[image:56.612.115.530.246.355.2]

Proporsi penatalaksanaan medis penderita OMSK berdasarkan komplikasi rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita OMSK Berdasarkan Komplikasi Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

No

Komplikasi

Penatalaksanaan Medis

Total

Non-operasi Operasi

f % f % f %

1 Ada 8 80,0 2 20,0 10 100,0

2 Tidak ada 162 100,0 0 0 162 100,0

Dari tabel 5.13. dapat dilihat bahwa dari 10 penderita OMSK yang mengalami komplikasi yang mendapat penatalaksanaan medis non-operasi 80,0% dan operasi 20,0% sedangkan dari 162 penderita OMSK yang tidak mengalami komplikasi mendapat penatalaksanaan medis non-operasi 100,0% dan tidak ditemukan yang operasi.

(57)

5.10.6. Sumber Biaya Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

[image:57.612.110.531.247.378.2]

Proporsi sumber biaya penderita OMSK berdasarkan penatalaksanaan medis rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Sumber Biaya Penderita OMSK Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

No

Penatalaksanaan Medis

Sumber Biaya

Total Biaya Sendiri Bukan Biaya

Sendiri

f % f % f %

1 Non-operasi 135 79,4 35 20,6 170 100,0

2 Operasi 0 0 2 100,0 2 100,0

Dari tabel 5.14. dapat dilihat bahwa dari 170 penderita OMSK yang mendapat penatalaksanaan medis non-operasi dengan sumber biaya sendiri 79,4% dan bukan biaya sendiri 20,6% sedangkan dari 2 penderita OMSK tidak ditemukan yang mendapat penatalaksanaan medis operasi dengan sumber biaya sendiri dan dengan sumber biaya bukan biaya sendiri 100,0%.

(58)

5.10.7. Kunjungan Rata-rata Berdasarkan Tipe OMSK

[image:58.612.111.528.208.309.2]

Kunjungan rata- rata penderita OMSK berdasarkan tipe OMSK rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.15. Distribusi Kunjungan Rata-rata Penderita OMSK Berdasarkan Tipe OMSK Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 No.

Tipe

Kunjungan Rata-rata (Kali)

f Mean SD

1 Benigna 162 1,39 0,986

2 Maligna 10 3,50 0,850

t = - 6,617 df = 170 p = 0,000

Dari tabel 5.15. dapat dilihat bahwa dari 162 penderita OMSK tipe benigna dengan jumlah kunjungan 225 kali memiliki kunjungan rata-rata 1,39 kali sedangkan dari 10 penderita OMSK tipe maligna dengan jumlah kunjungan 35 kali memiliki kunjungan rata-rata 3,50 kali.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t diperoleh p < 0,05 berarti secara statistik ada perbedaan yang bermakna antara kunjungan rata-rata berdasarkan tipe OMSK.

5.10.8. Kunjungan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya

(59)
[image:59.612.113.528.139.236.2]

Tabel 5.16. Distribusi Kunjungan Rata-rata Penderita OMSK Berdasarkan Sumber Biaya Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

No.

Sumber Biaya

Kunjungan Rata-rata (Kali)

f Mean SD

1 Biaya sendiri 135 1,41 0,972

2 Bukan biaya sendiri 37 1,89 1,410

t = - 2, 418 df = 170 p = 0,017

Dari tabel 5.16. dapat dilihat bahwa dari 135 penderita OMSK dengan sumber biaya sendiri dengan jumlah kunjungan 190 kali memiliki kunjungan rata-rata 1,41 kali sedangkan dari 37 penderita OMSK dengan sumber biaya bukan biaya sendiri (Askes, Jamkesmas/Medan Sehat) dengan jumlah kunjungan 70 kali memiliki kunjungan rata-rata 1,89 kali.

(60)

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Berdasarkan Sosiodemografi 6.1.1. Umur dan Jenis Kelamin

[image:60.612.115.524.275.466.2]

Distribusi proporsi penderita OMSK berdasarkan umur dan jenis kelamin yang rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.1.Diagram Bar Penderita OMSK Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

Dari gambar 6.1. dapat dilihat bahwa proporsi penderita OMSK puncaknya pada kelompok umur 1-9 tahun, pada laki-laki 13,4% dan pada perempuan 12,8%, proporsi penderita OMSK terbanyak pada perempuan 57,0% sedangkan pada laki-laki 43,0%.

Kejadian OMSK sering terjadi pada anak-anak karena bentuk tuba eustachius

lebih pendek, lebih lebar dan lebih horizontal yang menyebabkan lebih rentan terhadap infeksi telinga tengah.24

13,4 12,8

9,3 7,6 10,5 8,1 4,1 1,7 2,9

4,6 2,3 5,2 7,6

5,2 3,5

(61)

Hal ini sesuai dengan penelitian Alabbasi et al di Basrah, Irak (2009) dengan

clinical study, dari 120 penderita OMSK proporsi kelompok umur tertinggi penderita OMSK adalah 1-9 tahun 40,8% (49 orang).33

Proporsi penderita OMSK terbanyak pada perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian Amusa et al (2005) di Nigeria dengan desain cross sectional, dari 600 penderita OMSK proporsi tertinggi pada jenis kelamin perempuan 50,2% (301 orang).34

6.1.2. Tingkat Pendidikan

[image:61.612.117.526.383.570.2]

Distribusi proporsi penderita OMSK berdasarkan tingkat pendidikan yang rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.2. Diagram Bar Penderita OMSK Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

Dari gambar 6.2. dapat dilihat bahwa proporsi penderita OMSK berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yaitu SLTA/Sederajat 37,8% dan terendah yaitu

15,7

13,4 11,6 11,0

7,6

(62)

Akademi/Perguruan Tinggi 2,9% serta terdapat 13,4% proporsi penderita OMSK yang tidak tercatat tingkat pendidikannya.

Proporsi penderita OMSK berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yaitu SLTA/Sederajat. Hal ini dikaitkan dengan umur penderita OMSK dimana, umur ≥ 18 tahun (62,2%) pada umumnya sudah menyelesaikan pendidikan SLTA/Sederajat.

6.1.3. Pekerjaan

[image:62.612.117.524.313.506.2]

Distribusi proporsi penderita OMSK berdasarkan pekerjaan yang rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.3. Diagram Bar Penderita OMSK Berdasarkan Pekerjaan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

Dari tabel 6.3. dapat dilihat bahwa proporsi penderita OMSK berdasarkan pekerjaan tertinggi yaitu Pelajar 24,5% dan terendah yaitu Pensiunan PNS/TNI/POLRI dan Mahasiswa 1,7% serta terdapat 8,1% proporsi penderita yang tidak tercatat pekerjaannya.

24,5

22,7

15,1 14,0

9,9

8,1

(63)

Proporsi penderita OMSK berdasarkan pekerjaan tertinggi yaitu pelajar. Hal ini dikaitkan dengan umur penderita OMSK dimana kelompok umur 6 - 18 tahun pada umumnya merupakan pelajar.

6.1.4. Sumber Biaya

[image:63.612.119.521.276.466.2]

Distribusi proporsi penderita OMSK berdasarkan sumber biaya yang rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.4. Diagram Pie Penderita OMSK Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

Dari gambar 6.4. dapat dilihat bahwa proporsi penderita OMSK berdasarkan sumber biaya tertinggi yaitu umum/biaya sendiri 78,5% dan terendah Askes 5,2%.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan adalah rumah sakit pemerintah kota Medan yang melayani pasien dengan Jaminan Sosial (Askes, Jamkesmas, Medan Sehat) dan umum. Proporsi tertinggi penderita OMSK berasal dari Umum, ini berarti bahwa sebagain besar penderita OMSK bukan berasal dari sosial ekonomi rendah.

78,5% 16,3%

(64)

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian O

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Rawat Jalan Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Dr
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Rawat Jalan Berdasarkan
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Rawat Jalan Berdasarkan Keluhan Utama  di RSUD Dr
Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita OMSK Rawat Jalan Berdasarkan Komplikasi di RSUD Dr
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak terdapat perbedaan yang bermakna distribusi proporsi umur berdasarkan stadium karies (p=0,552), tidak terdapat perbedaan yang bermakna distribusi proporsi jenis

Ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur berdasarkan jenis komplikasi (p = 0,006), tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelamin

Ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur berdasarkan jenis komplikasi (p = 0,006), tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelamin

Ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur berdasarkan jenis komplikasi (p = 0,006), tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelamin

Tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur berdasarkan komplikasi Hipertensi (p = 0,101), tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelamin

Hasil uji statistik menunjukkan ada proporsi perbedaan yang bermakna antara Umur penderita berdasarkan jenis konjungtivitis (p&lt;0,05), lokasi konjungtivitis berdasarkan

Hasil uji statistik menunjukkan ada proporsi perbedaan yang bermakna antara umur penderita berdasarkan jenis Bronkitis (p&lt;0,05), jenis kelamin berdasarkan jenis

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi proporsi penderita berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan,