HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN
AGRESIVITAS PADA REMAJA AWAL
PENDUKUNG PERSIJA (THE JAK MANIA)
Disusun Oleh :
Ananda Yoga Pratama
(103070029079)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
MOTTO
Hidup itu seperti naik sepeda.
Agar tetap seimbang, kau harus
terus bergerak.
- Albert Einstein -
- B.B. King -
You're the only one who can make
the difference. Whatever your dream
is, go for it.
iv
Skripsi ini
kupersembahkan untuk
mamah, papap, bapa Omo
v
ABSTRAKSI
(A) Fakultas Psikologi (B) Juni 2010
(C) Ananda Yoga Pratama
(D) Hubungan antara kecerdasan emosi dengan agresivitas remaja awal pendukung Persija (The Jakmania)
(E) Xiii + 74 halaman (belum termasuk lampiran)
(F) Penelitian ini berawal dari banyaknya kasus kericuhan yang terjadi pada saat menonton pertandingan sepak bola yang dilakukan oleh para supporter sepakbola di Indonesia, sebagian besar dari supporter
tersebut adalah remaja.
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja termasuk masa yang menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan psikis dan fisiknya. Selain itu pada masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi yang berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan agresivitas remaja awal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian korelasional. Sampel penelitian ini berjumlah 380 orang supporter Persija (The Jakmania). Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan accidental sampling. Instrumen pengumpulan data penelitian ini menggunakan Skala model Likert. Bentuk pengolahan dan analisa data untuk analisa statistika penelitian menggunakan program SPSS 15.0, pada uji
validitas menggunakan korelasi Product moment dari Pearson dan untuk menguji reliabilitas instrumen dengan menggunakan Alpha Cronbach. Untuk mengujij hipotesis penelitian menggunakan Pearson Product Moment. Jumlah item yang valid untuk skala kecerdasan emosi sebanyak 30, dan 29 item yang tidak valid. Reliabilitas skala
kecerdasan emosi adalah 0.855. sedangkan item yang valid pada skala agresivitas terdapat 28 item yang valid dan 23 item yang tidak valid. Reliabilitas skala agresivitas adalah 0.875.
semakin tinggi kecerdasan emosi seseorang maka semakin rendah agresivitasnya.
Daftar bacaan : 22 buah (1993-2010)
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdullilah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul hubungan kecerdasan emosi dengan
agresivitas pada remaja awal pendukung Persija (The Jakmania).
Salawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah menjadi panutan seluruh umat manusia.
Karya tulis ini tidak dapat muncul begitu saja tanpa bantuan dari banyak
pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikannya. Penulis menemui
banyak kesulitan dan rintangan dalam menyelesaikannya, tetapi
dengan semangat dan motivasi yang diberikan oleh orang-orang
terdekatlah maka Alhamdullilah, selesailah karya tulis ini. Penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta, yang selalu siap membantu dan
memberikan doa, dukungan dan kasih sayang kepada penulis
dengan tanpa lelah. Mom, Terima kasih karena telah menjadi orang
tua yang sabar dan penuh cinta. Pap, terima kasih atas
nasehat-nasehatnya.
2. Kakek ku M. Soeratmo Atmosudiro. Terima kasih atas doa dan kasih
sayang kepada penulis.
3. Bapak Jahja Umar, Ph.D, dekan fakultas psikologi UIN Syarif
4. Bapak Ikhwan Luthfi M.Psi, Psi. Sebagai dosen pembimbing I yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis serta
memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi.
vii
5. Ibu Liany Luzvinda S.Psi, M.si. sebagai pembimbing II yang telah
memberikan petunjuk, arahan serta saran dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Para dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan pengalaman
dan ilmunya kepada penulis. Staff akademik fakultas psikologi, Ibu
Syariah, Ibu Nur, Ibu Sri, Dan Bapak Deden, terimakasih atas
bantuannya selama ini.
7. Para pengurus The Jakmania, bang Rico dan kawan-kawan,
terimakasih atas waktu dan kesediaanya untuk membantu peneliti.
8. Keluarga besarku, Dimas, Ary, Dwi, Idham, dan Nadia. Terima kasih
untuk support kalian. Dan juga tidak ketinggalan mamih, terima
kasih untuk pengetahuannya.
9. Zora Krispriana, yang setia menunggu dengan sabar dan selalu
memberikan dukungan dengan sepenuh hati.
10. Untuk teman-teman satu profesi, Ary, dedi, Bedul, Irfan, Joni, Eric
dan Danu, mari kita taklukkan dunia dengan musik.
11. Teman-teman seperjuangan, Angga, good luck dengan karya
tulisnya, Adang dan Ibnu, tetaplah berjiwa muda, dan tidak
ketinggalan Awink, Acil, Fiqih, Indah, Raip, Apip, Paul, Jose
Mulyono, Aulia, Echa,Jambronk dan Om Jon. Nice to know you all.
12. Teman-teman angkatan 2003 khususnya kelas C, terima kasih atas
kenangan dan kebersamaan kalian.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
Jakarta, 6 Juni 2010
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN ...ii
LEMBAR PENGESAHAN ...iii
MOTTO ...iv
PERSEMBAHAN ...v
ABSTRAKSI ...vi
KATA PENGANTAR ...vii
DAFTAR ISI ...ix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ...xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ...1
1.2. Identifikasi Masalah ...8
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...8
1.3.1. Pembatasan Masalah penelitian ...8
1.3.2. Perumusan Masalah penelitian ...9
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelititan ...9
1.4.1. Tujuan Teoritis dan Praktis ...9
1.4.2. Manfaat Teoritis ...10
1.4.3. Manfaat Praktis ...10
BAB 2 KAJIAN TEORI
2.1. Kecerdasan Emosi ...12
2.1.1. Pengertian Kecerdasan Emosi ...12
ix 2.1.2. Ciri-ciri Kecerdasan Emosi ...14
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi...16
2.2. Agresivitas ...17
2.2.1. Pengertian Agresivitas ...17
2.2.2. Bentuk-bentuk Agresivitas ...19
2.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Agresivitas ...20
2.3. Remaja ...25
2.3.1. Pengertian remaja ...25
2.3.2. Karakteristik pada remaja ...25
2.3.3. Tugas Perkembangan Remaja...27
2.4. Kerangka Berfikir ...28
2.5. Hipotesis Penelitian ...30
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian ...32
3.2. Variabel penelitan, Definisi Konseptual, dan Definisi Operasional .33 3.2.1. Variabel Penelitian ...34
3.2.2. Definisi Konseptual ...34
3.2.3. Definisi operasional ...34
3.3 Pengambilan Sampel ...35
3.3.1 Populasi ...35
3.3.2 Teknik Pengambilan sampel ...36
3.4 Pengumpulan Data ...36
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data ...38
3.5. Uji Instrumen Penelitian ...41
x 3.5.1. Teknik Uji Instrumen Penelitian ...41
3.5.2. Hasil Uji Instrumen Penelitian ...44
3.5.3. Uji Validitas Skala ...45
3.5.4. Uji Reliabilitas Skala...47
3.6. Metode Analisis Data ...48
3.7. Prosedur Penelitian ...49
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian...51
4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ...51
4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ...52
4.1.3 Gambaran Berdasarkan Suku Bangsa ...52
4.1.3 Gambaran Berdasarkan Tingkat Ekonomi / Jajan perhari .53 4.1.5 Gambaran berdasarkan intensitas menonton langsung ....54
4.1.6. Gambaran berdasarkan intensitas tawuran ...55
4.2 Deskrispsi hasil penelitian ...56
4.2.1 Gambaran kecerdasan emosi ...56
4.2.2. Gambaran Agresivitas ...62
4.3. Uji Hipotesis ...68
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...70
5. 2. Diskusi ...70
5. 3. Saran ...73
5.3.1. Saran Teoritis ...73
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 1.1 Data Kerusuhan Sepakbola ... 4
Tabel 3.1 Blue Print Kecerdasan Emosi ... 39
Tabel 3.2 Blue Print Agresivitas ... 39
Tabel 3.3 Skoring Jawaban ... 40
Tabel 3.4 Kaidah Reliabilitas Guilford ... 43
Tabel 3.5 Blue Print Hasil uji instrumen item valid skala kecerdasan emosi ... 46
Tabel 3.6 Blue Print Hasil uji instrumen item valid skala agresivitas ... 47
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ... 51
Tabel 4.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52
Tabel 4.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Suku Bangsa ... 52
Tabel 4.4 Gambaran Subjek Berdasarkan Ekonomi ... 54
Tabel 4.5 Gambaran Berdasarkan Intensitas Menonton ... 55
Tabel 4.6 Gambaran Berdasarkan Intensitas Tawuran ... 55
Tabel 4.7 Statistik Skor Skala Kecerdasan Emosi ... 56
Tabel 4.8 Interpretasi Skor Kecerdasan Emosi ... 57
Tabel 4.9 Kategorisasi Kecerdasan Emosi ... 57
Tabel 4.10 kategorisasi kecerdasan emosi berdasarkan usia... 58
Tabel 4.12 Kategorisasikecerdasan emosi berdasarkan
jenis kelamin... 59
xii Tabel 4.13 Tabel anova kecerdasan emosi berdasarkan pada jenis kelamin... 60
Tabel 4.14 Kategorisasi kecerdasan emosi berdasarkan intensitas tawuran... 61
Tabel 4.15 Tabel anova kecerdasan emosi berdasarkan pada Intensitas tawuran ... 62
Tabel 4.16 Statistik skor skala agresivitas... 62
Tabel 4.17 Interpretasi agresivitas... 63
Tabel 4.18 Kategorisasi agresivitas... 63
Tabel 4.19 Kategorisasi agresivitas berdasarkan usia... 64
Tabel 4.20 Tabel anova agresivitas berdasarkan usia... 65
Tabel 4.21 Kategorisasi agresivitas berdasarkan jenis kelamin... 65
Tabel 4.22 Tabel anova agresivitas berdasarkan pada jenis kelamin.... 66
Tabel 4.23 Kategorisasi agresivitas berdasarkan intensitas tawuran.... 67
Tabel 4.24 Tabel anova intensitas tawuran... 67
Tabel 4.25 Hasil Uji Hipotesis Correlations... 68
Xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan sepak bola di Indonesia saat ini sedang dalam keadaan yang
tidak baik, hal ini dapat dilihat dari prestasi dari timnas Indonesia yang tidak
kunjung membaik. Kekalahan demi kekalahan selalu didapat oleh timnas PSSI.
Belum lagi terdapat korupsi di dalam tubuh PSSI, juga ulah dari pendukung
kesebelasan di Indonesia yang hampir setiap pertandingan melakukan
kerusuhan. Dengan keadaan yang tidak baik tersebut, akhirnya pemerintah
turun tangan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada dunia
sepakbola Indonesia. Pemerintah Khususnya Presiden SBY baru-baru ini
mengadakan Kongres Sepakbola Nasional (KSN) di Malang, dan menghasilkan
butir-butir rekomendasi untuk memperbaiki persepakbolaan di Indonesia.
Semua ini dilakukan pemerintah agar persepakbolaan di Indonesia semakin
Indonesia memiliki banyak klub-klub sepak bola yang mewakili tiap-tiap daerah
di Indonesia, seperti PERSIJA dari Jakarta, PERSITA dari Tangerang, PERSIB
dari Bandung, PERSEBAYA dari Surabaya, dan lain-lain. Para supporter dari
tiap daerah memiliki julukan dan warna masing-masing untuk klub
kesayangannya, seperti The Jakmania untuk pendukung dari PERSIJA dengan
simbol berwarna orange, Viking untuk pendukung dari PERSIB dengan simbol
warna biru, Bonek untuk pendukung dari PERSEBAYA dengan simbol warna
hijau, dan lain sebagainya. Yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah The
Jakmania. Jakmania merupakan salah satu pendukung yang terbesar di
Indonesia adalah The Jakmania yang ada di Jakarta, saat ini jumlah
pendukung The Jakmania berjumlah 33 ribu orang,sesuai dengan pendapat
Nugie( salah satu pengurus The Jakmania), ”The Jakmania kini menjadi salah
satu kelompok suporter yang di perhitungkan di tanah air. 33 ribu anggota yang
tercatat bisa berlipat hingga mencapai angka 100 ribu ketika persija
memainkan laga penting”.). Para supporter ini mengikuti
jadwal pertandingan dan mereka ada untuk menyaksikan pertandingan dari
klub kesayangannya. Klub suporter sepakbola The Jakmania adalah sebuah
organisasi yang memiliki tujuan untuk menghimpun para pecinta bola dan
mendukung klub PERSIJA, sebagian besar supporter dari The Jakmania
adalah remaja. Menurut Littrell,dkk (dalam Hurlock, 1980) remaja hampir selalu
ingin masuk kedalam suatu kelompok tertentu sehingga mau tidak mau remaja
dituntut untuk punya pandangan yang sama dengan anggota kelompok yang
mengikuti apa yang dilakukan oleh kelompoknya tersebut, misalnya saat
sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai model
pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang populer maka kesempatan
bagi mereka untuk diterima oleh kelompoknya lebih besar.
Masa remaja biasanya memilki energi yang besar, emosi yang berkobar-kobar
sedangkan pengendalian diri remaja masih belum sempurna (Ali, 2004)
keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan
hormon, suatu saat remaja bisa merasa sedih sekali atau marah sekali, dan
emosi remaja lebih kuat dan menguasai diri mereka daripada pikiran yang
realistis.(Dzulkifli, 2005). Karena remaja terikat dengan kelompoknya, apa-apa
yang diperbuatnya ingin sama seperti kelompoknya, dalam pengalaman pun
remaja akan berbuat sama seperti, berpacaran, mencuri dan kecenderungan
untuk melakukan agresivitas.
Berkowitz (dalam Luthfi dkk, 2009) mendefinisikan agresivitas sebagai
keinginan yang relatif melekat untuk menjadi agresif dalam situasi yang
berbeda. Dapat juga dikatakan agresivitas sebagai kecenderungan untuk
menjadi agresif , Berkowitz (1993) juga mendefinisikan agresivitas adalah
usaha untuk melukai atau menghancurkan orang lain, baik secara fisik ataupun
psikologis. Agresivitas sering terjadi pada suporter sepakbola, Sejalan dengan
Teori dari Goldstein (dalam Carr,2003) yang mengatakan Bahwa agresivitas
para penonton akan naik ketika sedang menonton pertandingan atau pun
korban jiwa. Berikut ini adalah beberapa data dari kerusuhan yang terjadi pada
[image:15.612.65.524.140.659.2]pendukung kesebelasan Persija atau The Jakmania.
Tabel 1.1
Data Kerusuhan Suporter Sepakbola
No. Tanggal Tempat Kejadian Korban/kerugian Sumber
1. Februari 2008 Semifinal
Liga Indonesi a XIII, Jakarta The Jakmania bentrokan dengan suporter Persipura
Fathul Mulyadin umur 27
tahun anggota The
Jakmania korwil Ragunan
meninggal dunia
www.thejakmania
12.multiply.com
2 27 desember
2008 Bogor Tawuran antara Supporter Persikabo dengan The Jakmania
Korban luka-luka dan
rusaknya beberapa ruko di
tempat kejadian.
3. 22 September
2008 Stadion Lebak Bulus, Jakarta Sporter Persija bentrok dengan suporter Pelita Jaya
1 orang meninggal dunia http://bola.vivane
5. 26 September 2005 Gelora Bung Karno, Senayan Para suporter Persija terlibat bentrok dengan Persipura
22 polisi dan 6 suporter
luka-luka, 11 mobil dan 1
metro mini rusak berat.
6. 29 November
2009 Jakarta Barat Perusakan Bis yang ditumpangi oleh the Jakmania
1 buah mobil bus PPD
rusak
7 4 Februari
2010
Jakarta Supporter
Persija rusuh
Rusaknya mobil angkutan
umum
www.araturka.org
8 19 Februari
2010
Jakarta Kerusuhan
yang
dilakukan oleh
The Jakmania
Tiga orang korban
luka-luka dan rusaknya mobil
bus PPD
http://metrotvnew s.com/
9 17 Maret 2010 Jakarta Tawuran
antara The
Jakmania
dengan Polisi
Rusaknya fasilitas umum
dan Korban luka
Masih banyak kasus-kasus kerusuhan lain selain kejadian diatas yang terjadi
hampir pada setiap pertandingan sepakbola di Indonesia. Dari
kejadian-kejadian tersebut dapat dilihat bahwa hampir pada setiap pertandingan selalu
saja tapi juga terjadi pada pendukung sepakbola di daerah lain di Indonesia.
Kerusuhan terebut erat kaitannya dengan tindak kekerasan yang merupakan
bentuk dari agresivitas. Menurut Zillman (dalam Krahe,2001) menyatakan
bahwa orang-orang yang rentan secara emosional memperlihatkan perilaku
agresif lebih tinggi. Menurut Atkinson (2000) Agresi merupakan reaksi
emosional. sebagai contoh, reaksi dari amarah seseorang merupakan agresi.
Menurut Kartini Kartono (dalam Lutfi, 2009), menyatakan bahwa agresi
merupakan reaksi primitif dalam bentuk kemarahan hebat dan ledakan emosi
tanpa kendali. Orang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi maka ia
dapat mengelola emosinya untuk tidak meledak, karena amarah yang
berlebihan menimbulkan agresivitas. Dari teori-teori yang dikemukakan para
ahli tersebut, tampak bahwa perilaku agresif seorang individu dapat
dikendalikan apabila orang tersebut memiliki kecerdasan emosi.
Kecerdasan Emosi atau lebih dikenal dengan istilah Emotional Intelligence
menurut Daniel Goleman (1995) didefinisikan sebagai suatu kesadaran diri,
rasa percaya diri, penguasaan diri, komitmen dan integritas seseorang serta
kemampuan seseorang dalam mengkomunikasikan, mempengaruhi,
melakukan inisiatif perubahan dan menerimanya. Dengan demikian seseorang
yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi mampu mengenali perasaannya
sendiri dan perasaan orang lain sehingga mampu memotivasi dirinya sendiri
serta mampu mengelola emosinya secara baik dalam hubungannya dengan
adalah kemampuan merasakan, memahami, dam secara efektif menerapkan
daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, koneksi, informasi dan
pengaruh yang manusiawi. Sedang Napoleon Hills menamakan kecerdasan
emosi sebagai kekuatan berfikir alam bawah sadar yang berfungsi sebagai tali
kendali atau pendorong (Ginanjar, 2001). dapat dilihat dari teori kecerdasan
emosi di atas bahwa kecerdasan emosi memiliki peran penting dalam
pekembangan manusia. Dengan memiliki kecerdasan emosi yang tinggi
manusia dapat mengendalikan emosinya termasuk juga kemampuan
seseorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri sehingga tidak meledak
dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya (Daniel Goleman : 2000).
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki
kecerdasan emosi yang tinggi mampu menguasai dirinya untuk tidak
melakukan agresivitas. Peneliti memilih kecerdasan emosi pada remaja karena
keadaan emosi remaja yang masih labil, emosi remaja lebih kuat dan lebih
menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis (Zulkifli : 2005)
Dengan seringnya kerusuhan yang terjadi ketika sepakbola khususnya pada
pendukung PERSIJA (The Jakmania), hingga jatuhnya korban jiwa dan materi
serta larangan atau pencekalan terhadap tim PERSIJA untuk melakukan
pertandingan di Stadion Gelora Bung Karno yang dikutip dari
(http://bola.vivanews.com), maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih
dalam lagi dan mengetahui sejauh mana “Hubungan Kecerdasan Emosi
1.2 Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan agresivitas
pada remaja pendukung PERSIJA (The Jakmania)?
2. Apakah kecerdasan emosi yang tinggi dapat menyebabkan agresivitas ?
3. Apa saja hal-hal yang mempengaruhi remaja untuk melakukan
Agresivitas?
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian
1.3.1 Pembatasan Masalah Penelitian
Untuk menghindari meluasnya dan lebih terarahnya penelitian mengenai
kecerdasan emosi dan Agresivitas, perlu dilakukan pembatasan masalah.
Masalah penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Kecerdasan Emosi atau lebih dikenal dengan istilah Emotional
Intelligence Quotient (EQ) menurut Daniel Goleman (1995) didefinisikan
sebagai suatu kesadaran diri, rasa percaya diri, penguasaan diri,
mengkomunikasikan, mempengaruhi, melakukan inisiatif perubahan dan
menerimanya.
2. Agresivitas adalah perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan
maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain (Berkowitz, 1995).
3. Remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami
berbagai perubahan baik secara fisik maupun psikis.
4. The Jakmania adalah sebutan bagi para pendukung kesebelasan
PERSIJA
1.3.2 Perumusan Masalah Penelitian
Untuk memberikan arah yang jelas dalam penelitian ini, penulis membuat
perumusan masalah, sebagai berikut :
Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan
Agresivitas pada remaja pendukung PERSIJA (The Jakmania)?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Teoritis dan Praktis
Untuk mengetahui apakah adanya hubungan antara kecerdasan emosi
dengan agresivitas remaja pendukung PERSIJA (The Jakmania).
1. Dapat dijadikan langkah awal atau motivator bagi penelitian selanjutnya
yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Memberikan sumbangan literatur secara psikologis mengenai teori
agresivitas dan kecerdasan emosi remaja.
1.4.3 Manfaat Praktis
1. Dapat memberikan informasi tentang agresivitas dan kecerdasan emosi
pada remaja.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi para
remaja untuk tidak ikut-ikutan.
3. Agar dapat memahami gambaran hidup remaja saat ini.
4. Dapat melakukan program pencegahan agar remaja tidak berperilaku
agresif saat menyaksikan pertandingan bola.
1.5 Sistematika Penulisan
Bab 1 Pendahuluan
Meliputi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Sistematika
Penulisan.
Bab 2 Kajian Pustaka
Membahas mengenai teori perilaku agresif, teori kecerdasan emosi,
remaja, The Jakmania
Meliputi Pendekatan Penelitian, Metode Penelitian,Varibel Penelitian,
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel, Teknik
Pengumpulan Data dan Metode Pengolahan Data.
Bab 4 Hasil Penelitian
Meliputi Gambaran Umum Subjek dan Hasil pengumpulan data dari
kuesioner.
Bab 5 Penutup
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1. Kecerdasan Emosi
2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosi
Dalam istilah latin emosi dijelaskan sebagai motus anima yang arti harfiahnya
“jiwa yang menggerakan kita” (Daniel Goleman, 2000). Oxford english
dictionary mendefinisikan emosi sebagai “setiap kegiatan atau pergulakan
pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan yang meluap-luap”(Goleman, 2000).
Dalam kamus filsafat dan psikologi, emosi diartikan sebagai setiap keadaan
bagi seseorang yang disertai warna yang afektif; kepekaan seseorang
menangkap dan menghayati isi perasaan.
Kecerdasan Emosi atau lebih dikenal dengan istilah Emotional Intelligence
menurut Daniel Goleman (2000) didefinisikan sebagai suatu kesadaran diri,
rasa percaya diri, penguasaan diri, komitmen dan integritas seseorang serta
kemampuan seseorang dalam mengkomunikasikan, mempengaruhi,
yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi mampu mengenali perasaannya
sendiri dan perasaan orang lain sehingga mampu memotivasi dirinya sendiri
serta mampu mengelola emosinya secara baik dalam hubungannya dengan
pihak lain.
Daniel Goleman, mengartikan emosi sebagai suatu perasaan dan
pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi, merujuk pada suatu keadaan dalam
diri seseorang yang memperlihatkan ciri-ciri kognisi tertentu, pengindraan,
reaksi fisiologis dan pelampiasan dalam perilaku (Davidoff, 1991). Sedang
Napoleon Hills menamakan kecerdasan emosi sebagai kekuatan berfikir alam
bawah sadar yang berfungsi sebagai tali kendali atau pendorong. (Ginanjar,
2001)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa emosi adalah
reaksi perasaan diri seseorang yang timbul karena ada suatu stimulus dan
memperlihatkan kognisi, reaksi fisiologis, reaksi biologis, dan bahkan reaksi
behavioural tertentu.
Setelah disebutkan beberapa istilah emosi secara umum, dan kemudian di
kaitkan dengan istilah kecerdasan, maka dapat dipersempit pembahasan ini,
yaitu mengenai kecerdasan emosional, maka dapatlah dirumuskan pengertian
Menurut Goleman, kecerdasaan emosi adalah kemampuan-kemampuan untuk
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, empati dan
kemampuan untuk membina hubungan. (Goleman, 2000).
2.1.2 Ciri-ciri kecerdasan emosi
Menurut Daniel Goleman (2000) terdapat 5 ciri kecerdasan emosi, ciri-ciri
tersebut adalah :
1. Mengenali Emosi Diri (self awarness)
Ciri pertama adalah Kemampuan mengenali emosi diri (self awarness)
artinya mengetahui keadaan dalam diri, hal yang lebih disukai dan intuisi.
Kompetensi dalam ciri pertama adalah mengenali emosi sendiri,
mengetahui kekuatan dan keterbasan diri, dan keyakinan akan kemampuan
sendiri dan perasaan positif terhadap diri sendiri. Seseorang yang mampu
mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tajam atas
perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil
keputusan-keputusan secara mantap. Dalam hal ini misalnya sikap yang
diambil dalam menentukan berbagai pilihan, seperti memilih perkerjaan
sampai memilih pasangan hidup.
2. Mengelola Emosi (self regulation)
Ciri kedua adalah mengelola emosi (self regulation), artinya mengelola
kedua ini adalah menahan emosi dan dorongan negatif, menjaga norma
kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes
terhadap perubahan. Termasuk juga kemampuan seseorang untuk
mengendalikan perasaannya sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya
dapat mempengaruhi perilakunya secara salah termasuk juga kemampuan
dalam mengatasi ketegangan.
3. Memotivasi Diri (motivation oneself)
Ciri ketiga adalah kemampuan memotivasi diri (motivation oneself) adalah
kemampuan untuk memberikan semangatkepada diri sendiri untuk
melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Dalam hal ini terkandung
adanya unsur harapan, inisiatif dan optimisme yang tinggi, sehingga
seseorang memiliki kekuatan semangat untuk melakukan suatu aktifitas
tertentu, percaya diri, serta mempunyai dorongan untuk berprestasi.
4. Empati
Ciri keempat adalah empathy, yaitu kesadaran akan perasaan,
kepentingan, dan keprihatinan orang lain. Ciri keempat terdiri dari
kompetensi kemampuan mengenali emosi orang lain (understanding other)
adalah kemampuan untuk mengerti perasaan dan kebutuhan orang lain,
sehingga orang lain akan merasa senang dan dimengerti perasaannya,
menciptakan kesempatan-kesempatan melalui pergaulan dengan berbagai
macam orang. Mempunyai kesadaran akan kebutuhan dan kepentingan
5. Membina Hubungan (interpersonal relationship)
Ciri kelima adalah kemampuan membina hubungan (interpersonal
relationship) adalah kemampuan memahami orang lain, dan memelihara
hubungan kita dengan orang lain. Disebut juga seni sosial atau kecerdasan
sosial. Kita bisa mengerti apa yang memotivasi orang lain, bagaimana
mereka bekerja, bagaimana kita bisa bekerja bahu-membahu dengan orang
lain. Intinya, kemampuan membina hubungan adalah kemampuan untuk
membedakan dan menanggapi suasana hati, tempramen, motivasi dan
hasrat orang lain. Termasuk kemampuan kepemimpinan, kemampuan
membina hubungan, dan mempertahankan persahabatan, kemampuan
menyelesaikan konflik termasuk juga kemahiran dalam menggugah
tanggapan yang dikehendaki oleh orang lain. Diantaranya adalah
kemampuan persuasi, kemampuan mendengar dengan terbuka dan
memberi pesan yang jelas serta mampu menyelesaikan pendapat.
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi
Walgito (1993) membagi faktor yang mempengruhi pesepsi menjadi dua faktor
yaitu :
a. Faktor Internal.
Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi
kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki dua sumber yaitu segi
individu, apabila fisik dan kesehatan seseorang dapat terganggu dapat
dimungkinkan mempengaruhi proses kecerdasan emosinya. Segi psikologis
mencakup didalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan
motivasi.
b. Faktor Eksternal.
Faktor ekstemal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosi
berlangsung. Faktor ekstemal meliputi: 1) Stimulus itu sendiri, kejenuhan
stimulus merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
seseorang dalam memperlakukan kecerdasan emosi tanpa distorsi dan 2)
Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses kecerdasan
emosi. Objek lingkungan yang melatarbelakangi merupakan kebulatan yang
sangat sulit dipisahkan.
2.2. Agresivitas
2.2.1. Pengertian Agresivitas
Berkowitz mendefinisikan agresivitas sebagai keinginan yang relatif melekat
untuk menjadi agresif dalam situasi yang berbeda. Dapat juga dikatakan
agresivitas sebagai kecenderungan untuk menjadi agresif (dalam Luthfi dkk,
2009).
Agresi, menurut Berkowitz didefinisikan sebagai segala bentuk prilaku yang
dimaksudkan menyakiti orang baik secara fisik ataupun mental dengan
maksud tertentu (Berkowitz, 1993). Pendapatnya yang lain adalah agresi tidak
disengaja sebagai usaha untuk tujuan tertentu: menyakiti orang lain, baik fisik
maupun psikis, jadi tindakan agresi adalah tindakan yang memiliki tujuan.
Dalam teori lainnya Berkowitz juga mengatakan bahwa agresi adalah
kekerasan yang dilakukan secara paksa dan tindakan menyerang pada hak
orang lain. Menurut Sarlito (2002) setiap perilaku yang merugikan atau
menimbulkan korban pada pihak orang lain disebut perilaku agresi.
Robert Baron mendefinisikan agresi sebagai siksaan yang diarahkan secara
sengaja dari berbagai bentuk kekerasan terhadap orang lain (Baron, 1994),
Baron (dalam Krahe, 2005) juga mendeskripsikan agresi sebagai bentuk
perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain
yang terdorong untuk menghindari perlakuan itu. Menurut Aronson (2007),
menyatakan perilaku agresi adalah tindakan yang bertujuan untuk menyakiti
membuat orang lain menderita, tindakan tersebut bisa berupa fisikl ataupun
verbal.
Krahe (2005) menyebutkan agar perilaku seseorang memenuhi kualifikasi
agresi, perilaku itu harus dilakukan dengan niat menimbulkan akibat negatif
terhadap targetnya dan sebaliknya, menimbulkan harapan bahwa tindakan itu
menghasilkan sesuatu. Dalam teori lainya Krahe juga menyebutkan bahwa
motif utama dari perilaku agresif adalah keinginan menyakiti orang lain untuk
atau keinginan untuk mencapai tujuan yang diinginkan melalui tindakan agresif,
seperti dalam agresi instrumental.
Dari teori-teori yang telah disebutkan, peneliti mendefinisikan agresi sebagai
perilaku melukai baik fisik maupun mental dengan suatu tujuan tertentu. Maka
tidak dapat dikatakan sebagai agresi apabila perilaku tersebut dilakukan tanpa
memiliki tujuan.
2.2.2. Bentuk-bentuk agresivitas
Berkowitz (dalam Aronson, 2007) membagi agresi menjadi 2 bentuk, yaitu :
a. agresi permusuhan
yaitu sebuah tindakan agresif yang berasal dari perasaan marah dan bertujuan
untuk menyakiti orang lain.
b. agresi instrumental
yaitu agresi yang bertujuan untuk menyakiti orang lain, juga memiliki tujuan
yang lebih dari sekedar menyakiti. Sebagai contoh: Tentara perang yang ingin
menguasai daerah lawan.
Buss dan Perry (dalam Luthfi dkk, 2009) mengelompokan agresivitas kedalam
empat bentuk, yaitu : agresi fisik, agresi verbal, agresi dalam bentuk marah dan
agresi dalam bentuk kebencian.. Bentuk-bentuk agresivitas ini yang akan
dipakai sebagai alat ukur dalam penyusunan skala agresivitas.
adalah merupakan komponen perilaku motorik, seperti melukai dan menyakiti
orang lain secara fisik. Misal menyerang, memukul, menendang, atau
membakar.
b. Agresi verbal
adalah merupakan komponen motorik, seperti melukai dan menyakiti orang lain
melalui verbalis, misalnya berdebat menunjukan ketidaksukaan atau
ketidaksetujuan, menyebar gosip dan kadang bersikap sarkastis.
c. Rasa marah
merupakan emosi atau afektif seperti keterbangkitan dan kesiapan psikologis
untuk bersikap agresif. Misalkan, mudah kesal, hilang kesabaran, dan tidak
mampu mengontrol rasa marah.
d. Sikap permusuhan
sikap permusuhan merupakan perwakilan dari komponen prilaku kognitif
seperti perasaan benci dan curiga pada orang lain, merasa kehidupan yang
dialami tidak adil dan iri hati.
2.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Agresivitas
Agresi, sebagaimana tingkah laku lainnya tidaklah muncul secara kebetulan,
melainkan muncul akibat dari faktor pencetus, baik itu faktor dari dalam diri
(internal) maupun faktor yang berasal dari luar (eksternal).
Adapun faktor-faktor penyebab timbulnya agresivitas adalah (Koeswara, dalam
1. Frustasi
kondisi frustasi yang menjadi sebab timbulnya agresi di kemukakan pertama
kali oleh Dollard-Miller. Yang dimaksud dengan frustasi disini adalah situasi
dimana individu terhambat atau gagal dalam usaha mencapai tujuan tertentu
yang diinginkannya. Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan
agresi jika usahanya untuk memperoleh kepuasan terhalang.
2. Stres
Dalam istilah psikologi stres dikatakan sebagai stimulus, seperti ketakutan,
kesakitan yang mengganggu dan menghambat mekanisme-mekanisme
fisiologis yang normal dari organisme. Eagle mengajukan definisi stres yang
lebih lengkap yang meliputi sumber-sumber stimulasi internal dan eksernal:
Stres eksternal
Beberapa ahli mengatakan bahwa stres eksternal ditimbulkan oleh perubahan
sosial dan kondisi perekonomian itu memberikan andil bagi meningkatnya
kriminalitas, termasuk di dalamnya tindak kekerasan atau agresi.
Stres internal
Hubungan antara stres internal dengan agresi belumlah jelas, sebab stres
internal itu sendiri sulit diukur secara objektif. Meanlinger mengungkapkan
bahwa tingkah laku yang tidak terkendali, termasuk agresi, adalah akibat dari
kegagalan ego untuk mengadaptasi hambatan-hambatan.
Deindividuasi adalah keadaan hilangnya kesadaran akan diri sendiri (self
awareness) dan pengertian evaluatif terhadap diri sendiri (evaluation
apprehension) dalam situasi kelompok yang memungkinkan anonimitas dan
pengalihan atau menjauhkan perhatian dari individu. Keadaan ini dapat
membawa individu kepada perilaku yang diluar batas-batas norma. Pada
kumpulan orang-orang beringas yang sedang menyiksa korban, semakin besar
jumlah mob, semakin lupa diri dan semakin kejam kelakuannya.
4. Kekuasaan dan kepatuhan
Faktor ini sebagai penyebab dan pencetus agresi dikemukakan oleh Lored
Aston. Penyalahgunaan kekuasaan yang mengubah kekuasaan menjadi
kekuatan yang memaksa, memiliki efek langsung maupun tidak langsung
terhadap kemunculan agresi. Hal ini dapat kita saksikan pada
tindakan-tindakan pemimpin seperti Hitler, Musolini dan lainnya
5. Efek senjata
Lorenz mengungkapkan peran senjata yang menentukan agresi dalam diri
manusia. Sejarah mencatat bahwa sejak ditemukannnya senjata, agresi pada
manusia menjadi lebih efektif dan efisien. Bertoitz dan Le Page mencoba
membuktikan dugaan tersebut dengan penelitiannya yang terkenal dengan
nama weapon effect. Banyak kasus yang terjadi di negara-negara yang
dapat kita temukan. Seperti, penembakan yang terjadi di sekolah-sekolah
disana.
6. Provokasi
sejumlah teoris percaya bahwa provokasi bisa mencetuskan agresi karena
provokasi itu oleh pelaku agresi dianggap sebagai ancaman yang harus
dihadapi dengan respon agresif untuk meniadakan bahaya yang diisyaratkan
ancaman tersebut, hal itu diungkapkan oleh moyers. Geen mengungkapkan
bahwa provokasi bisa mencetuskan agresi karena provokasi itu sering
merupakan serangan terhadap sesuatu yang selalu dipelihara keutuhannya,
yaitu harga diri (self-esteem). Hal ini dapat dibuktikan dengan individu yang
diberi provokasi secara verbal atau berupa hinaan akan memperlihatkan
kecenderungan melakukan agresi dibanding individu yang tidak menerima
provokasi.
7. Alkohol dan Obat-obatan
Berita-berita tentang pemabuk yang selalu membuat onar sering kita temukan
di media massa. Taylor dan rekannya telah melakukan beberapa penelitian
eksperimental dengan memberikan alkohol dan ganja pada dengan takaran
tertentu pada subjek-subjek penelitian. Setelah diteliti maka terdapat hasil yaitu
kecenderungan untuk melakukan perilaku agresi. Hail ini sejalan dengan teori
dari Carr (2003), bahwa seseorang yang mengkonsumsi alkohol akan menjadi
lebih agresif.
8. Suhu udara.
Faktor ini jarang sekali deperhatikan oleh para peneliti sebagai penyebab
timbulnya agresi. Spekulasi-spekulasi tentang pengaruh suhu udara terhadap
tingkah laku didukung oleh sejumlah laporan hasil penyelidikan Baron dan
Rans Berger yang mencatat di sejumlah kota besar di Amerika antara tahun
1967-1971 terjadi 102 perkelahian massal yang sangat serius pada suhu udara
29,5o C. Di Indonesia sendiri banyak terdapat kasus perkelahian yang berlangsung pada siang hari ketika suhu udara pada waktu itu sedang
meningkat.
Disamping faktor-faktor di atas, peranan media massa juga memiliki andil yang
tidak kecil dalam peningkatan perilaku agresi masyarakat. Adanya berita-berita
yang menayangkan tentang kekerasan dan kejahatan merupakan sarana untuk
masyarakat untuk mencontoh perilaku tersebut.
Menurut Antony dan Miles (1995), Seorang anak yang melihat seseorang
melakukan agresivitas, baik itu orang tuanya atau orang lain dapat membuat
Hal ini sejalan denga teori Zillmann yang menyebutkan bahwa observasi atau
pengamatan terhadap agresivitas dapat meningkatkan perilaku emosional yang
tinggi.
2.3 Remaja
2.3.1. Pengertian remaja
Menurut Piaget, pengertian remaja secara psikologis adalah masa dimana
individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi
merasa dibawah tigkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam
tingkatan yang sama. (Hurlock, 1980)
Monks (dalam Moh. Ali & Moh. Asrori, 2004) menjelaskan bahwa remaja
sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk
golongan anak-anak tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk
masuk kegolongan orang dewasa.
Masa remaja, menurut Mappiare (dalam Moh. Ali & Moh. Asrori, 2004),
berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan
13 sampai 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu :
2. usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir. (dalam
Moh. Ali dan Moh. Asrori, 2004)
2.3.2. Karakteristik pada remaja
Moh. Ali dan Moh. Asrori (2004) dalam bukunya menyebutkan sejumlah sikap
yang menunjukkan karakteristik remaja, yaitu :
1. Kegelisahan, yaitu remaja mempunyai idealisme,
angan-angan/keinginan yang hendak diwujudkan dimasa depan namun
sesungguhnya remaja belum mempunyai banyak kemampuan yang
memadai untuk mewujudkan semua itu, sehingga mengakibatkan
mereka diliputi oleh perasaan gelisah.
2. Pertentangan, yaitu remaja berada pada situasi psikologis antara ingin
melepaskan diri dari orangtua dan perasaan masih belum mampu untuk
mandiri. Akibatnya pertentangan yang sering terjadi akan menimbulkan
kebingungan dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang lain.
3. Mengkhayal, yaitu dalam menyalurkan keinginan yang tidak terpenuhi,
remaja banyak mengkhayal, mencari kepuasan bahkan menyalurkan
khayalannya melalui dunia fantasi. Khayalan tidak selamanya bersifat
negatif sebab kadang-kadang menghasilkan sesuatu yang bersifat
konstruktif, misalnya timbul ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan.
4. Aktivitas berkelompok, yaitu remaja senang melakukan kegiatan secara
berkelompok karena remaja merasa bahwa masalah yang dihadapinya
merasa bahwa teman sebayanya dapat mengerti apa yang
dirasakannya.
5. Keinginan mencoba segala sesuatu, yaitu pada umumnya remaja
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiously) sehingga remaja
cenderung ingin bertualang menjelajah segala sesuatu dan mencoba
segala sesuatu yang belum pernah dialaminya.
2.3.3. Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan remaja menurut Hurlock, adalah :
1. Mampu menerima keadaan fisiknya.
2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlaina jenis.
4. Mencapai kemandirian emosional.
5. Mencapai kemandirian ekonomi.
6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
disiplin untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orangtua.
8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki usia dewasa.
10. Memberi dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.
2.4 Kerangka Berfikir
Masa remaja adalah periode yang paling penting dan rawan dalam masa
perkembangan manusia. karena masa remaja merupakan masa peralihan
antara anak-anak menjadi dewasa. Menurut Moh. Ali & Moh Asrori (2004) pada
masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik,
mental, sosial dan emosional. Masa remaja biasanya memliki emosi yang
meluap-luap atau dapat dikatakan labil secara emosi.
Seperti yang telah dijelaskan oleh Moh. Ali & Moh Asrori (2004), salah satu
tugas perkembangan remaja adalah mencapai kemandirian emosi. Berkaitan
dengan penilitian yang akan dilakukan, Atkinson (2000), dengan tegas
menyatakan bahwa, agresi merupakan suatu rekasi emasional. Dengan
Didalam aktifitas berkelompok, remaja terikat dengan kelompoknya, karena
remaja merasa bahwa masalah yang dialaminya dapat diatasi bersama dengan
teman kelompok sebayanya. Hal ini berdasar pada pernyataan Litrell, dkk
(dalam Hurlock, 1980) remaja ingin selalu masuk dalam kelompok tertentu
sehingga mau tidak mau remaja selalu dituntut untuk mempunyai pandangan
yang sama dengan anggota kelompok yang lain mengenai berbagai hal.
apapun yang dialkuakn oleh pemimpin kelompoknya, akan ditiru walaupun
yang dilakukan itu adalah suatu sikap yang negatif. Namun, hal ini tidak berlaku
bagi remaja yang mampu mengelola emosi dengan baik, Goleman (1995),
menjelaskan, bahwa salah satu ciri-ciri dari kecerdasan emosi adalah self
regulation, yang berati individu yang cerdas secara emosi adalah individu yang
mampu menahan emosi dan dorongan negatif. Termasuk juga berkemampuan
dalam mengendalikan perasaan sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya
dapat mempengaruhi perilakunya secara baik, termasuk juga kemampuan
dalam mengatasi ketegangan.
Dengan adanya kemandirian emosi sebagai salah satu tugas
perkembangannya, dan juga melihat aktifitas remaja dalam berkelompok,
maka, berdasar pada teori-teori yang ada, dapat ditarik suatu kesimpulan
sementara bahwa, remaja yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, maka
memiliki agresivitas yang rendah, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu
penulis berasumsi adanya hubungan yang negatif antara kecerdasan emosi
Gambar 2.1
Diagram Kerangka Berpikir
Kecerdasan Emosi:
1. self awarness 2. self regulation 3. motivation
oneself 4. empathy 5. interpersonal
relationship
Agresivitas : 1. fisik 2. verbal 3. marah 4. kebencian Remaja
tinggi rendah
[image:41.612.90.507.134.658.2]2.5 Hipotesis Penelitian
Untuk menguji hubungan yang akan diteliti dalam penelitian ini, maka diajukan
hipotesis/pernyataan dugaan tentang hubungan antara 2 variabel/lebih.
Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini :
Ho = Tidak ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi
dengan agresivitas pada remaja pendukung PERSIJA (The
Jakmania).
Ha = Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri dari enam subbab. Subbab pertama membahas Pendekatan
penelitian. Subbab kedua membahas tentang variabel penelitian dan definisi
operasional. Subbab ketiga membahas populasi dan sampel. Subbab keempat
membahas tentang pengumpulan data. Subbab kelima membahas uji
instrumen penelitian. Subbab keenam membahas metode analisa data. Dan
pada subbab ketujuh membahas mengenai prosedur penelitian.
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini ingin melihat hubungan antara kecerdasan emosi dengan
agresivitas pada remaja awal pendukung persija (The Jakmania), hubungan
diketahui nilai hubungannya. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Dengan pendekatan
kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi
hubungan antar variabel-variabel yang diteliti. Untuk mengetahui hubungan
antar variabel menggunakan pengukuran korelasional yang digunakan untuk
menentukan besarnya arah hubungan (Sevilla, 1993).
Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan jenis penelitian korelasional. Menurut Gay (dalam Sevilla,
1993) metode deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data
dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut
keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian.
Menurut Sugiyono (2007) metode deskriptif adalah metode untuk mencari
hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.
Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional, penelitian
korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat
hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Sevilla, 1993).
3.2 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi
Operasional
Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau sifat
yang berdiri sendiri. Kerlinger menyebutkan variabel sebagai konstruksi atau
ada dua, yaitu variabel bebas (IV) dan variabel terikat (DV). Sevilla (1993)
mendefinisikan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
mengakibatkan hasil, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau hasil dari penelitian.
3.2.1 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi kedua variabel itu adalah:
• Independent Variable : Kecerdasan emosi
• Dependent Variable : Agresivitas
3.2.2 Definisi Konseptual
Definisi konseptual kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kecerdasan emosi adalah kesadaran diri, rasa percaya diri, penguasaan
diri, komitmen dan integritas seseorang serta kemampuan seseorang dalam
mengkomunikasikan, mempengaruhi, melakukan inisiatif perubahan dan
menerimanya. (Goleman, 1995).
2. Agresivitas adalah adalah melukai dan menyakiti orang lain secara fisik,
seperti melukai dan menyakiti orang lain melalui verbalis, merupakan emosi
atau afektif, perasaan tidak senang sebagai reaksi fisik atas cereda fisik
maupun psikis yang diderita individu dan sikap permusuhan terhadap orang
lain karena penilaian sendiri yang negatif. Buss dan Perry (dalam Luthfi dkk,
3.2.3 Definisi operasional
Kecerdasan emosi yang dimaksud dalam penelitan ini adalah skor yang
didapat dari pengukuran terhadap kemampuan mengenali emosi diri,
kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan
mengenali emosi orang lain (empathy) dan kemampuan membina hubungan.
Agresivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang didapat dari
skala Agresivitas. Indikator yang digunakan dalam skala agresivitas yaitu
agresi fisik, agresi verbal, rasa marah, sikap permusuhan.
3.3 Pengambilan Sampel
Menurut Sugiyono (2007), Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi yang akan diteliti Suatu penelitian yang
dimaksudkan untuk menarik generalisasi, sangat berkaitan dengan masalah
sampel, yaitu bagaimana mengambil sampel dari suatu populasi sehingga
hasil-hasil penelitian terhadap sampel tersebut dapat melahirkan suatu
kesimpulan yang dapat berlaku umum bagi seluruh populasi.
3.3.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2007), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja awal pendukung Persija (The
menggunakan tabel dari Krejcie dan Morgan (1970) dengan menggunakan
sampel sebanyak 380 orang.
3.3.2 Teknik Pengambilan sampel
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah teknik Accidental
sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa saja yang secara kebetulan bertermu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan itu cocok sebagai
sumber data (Sugiyono, 2007). Pengambilan sampel accidental digunakan
karena dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak
dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Teknik ini berdasarkan pada
kemudahan (covenience). Sample yang di pilih karena berada pada waktu,
situasi, dan tempat yang tepat(Bambang, 2006). Penelitian akan dilaksanakan
pada saat pertandingan Persija sedang berlangsung di Stadion Gelora Bung
Karno dan Stadion Lebak Bulus.
3.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode skala sebagai alat
pengumpul data, yaitu sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh jawaban
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2002). Menurut Sugiyono (2002)
dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert
mempunyai gradasi dari sangat positif (favorable) sampai sangat negatif
(Unfavorable) yang dapat berupa kata-kata (Sugiyono, 2002). Dalam merespon
item tesebut subjek diminta untuk memilih jawaban yang paling mewakili
dirinya, dengan cara memilih sistem rating kategori yang merentang dari
“sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”. Penskoran untuk pernyataan
positif dilakukan dengan memberi skor tertinggi pada pilihan “sangat setuju”
dan terendah pada pilihan “sangat tidak setuju” dan sebaliknya untuk
pernyataan negatif pemberian skor tertinggi pada pilihan “sangat tidak setuju”
dan terendah pada pilihan “sangat setuju”.
Dalam penelitian ini subjek akan diberikan skala yang terdiri dari tiga bagian,
yaitu :
a. Bagian pengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan dari penelitian,
kerahasiaan jawaban yang diberikan oleh responden, dan ucapan terima
kasih peneliti.
b. Bagian inti, berisi dua skala penelitian ini yaitu skala kecerdasan emosi
yang disusun berdasarkan teori Goleman (2000), meliputi 5 aspek yaitu
kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi orang lain
(empathy) dan kemampuan membina hubungan; dan skala agresivitas
yang dibuat berdasarkan faktor yang mengungkap kriteria agresivitas dari
Buss dan Perry (dalam luthfi dkk,2009), yaitu agresi fisik, agresi verbal, rasa
marah, sikap permusuhan.
c. Bagian data kontrol, berisi tentang data-data subjek seperti nama, usia,
jenis kelamin, suku bangsa, ekonomi/ uang saku perhari, intensitas
menonton, intensitas tawuran.
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data
Metode yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Skala yang akan
dipergunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua, yaitu
skala Kecerdasan emosi dan Agresivitas dengan model skala likert.
a. Kecerdasan emosi
Dalam penelitian ini skala yang digunakan peneliti untuk melakukan
pengukuran Kecerdasan emosi, dibuat berdasarkan aspek-aspek dari
kecerdasan emosi, skala kecerdasan emosi disusun berdasarkan teori
Goleman (2000) yang terdiri dari ciri-ciri kecerdasan emosi yaitu : kemampuan
mengenali emosi diri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi
diri, kemampuan mengenali emosi orang lain (empathy) dan kemampuan
Tabel 3.1
Blue Print Kecerdasan Emosi
Pernyataan Jml No Indikator
Favorabel Unfavorabel
1 Mengenali emosi diri 1,13,16,21 8,17,27,36 8
2 Mengelola emosi 2,10, 22, 31, 39,
44,49, 52, 55
11, 28, 35, 43,
45 14
3 Memotivasi diri 6, 19, 23, 38, 51 3, 26, 34, 48,
54, 58 11
4 Mengenali emosi orang lain 7, 15, 18, 24, 32,
40, 46, 56, 59
9, 14, 30, 41,
50, 53 15
5 Membina hubungan 5, 12, 33, 42, 57 4, 20, 25, 29,
37, 47
11
Jumlah 32 27 59
b. Agresivitas
Skala agresivitas yang digunakan dalam blueprint ini merupakan skala yang
disusun oleh peneliti yang dibuat berdasarkan konsep Buss dan Perry, yaitu:
agresi fisik, agresi verbal, rasa marah dan sikap permusuhan.
Tabel 3.2
Pernyataan Jml No Indikator
Favorabel Unfavorabel
1 Agresi fisik 1, 10, 18, 28, 34,
44
6, 11, 16, 23,
31, 41, 48 13
2 Agresi verbal 2, 9, 20, 29, 38,
45, 50
7, 13, 25, 36,
39, 43, 46 14
3 rasa marah 5, 19, 26, 32, 40 3, 14, 24, 33,
42 10
4 Sikap permusuhan 4,15, 21, 30, 37,
49, 51
8, 12, 17, 22,
27, 35, 47 14
Jumlah 25 26 51
Pada masing-masing skala tersebut terdapat pernyataan yang mendukung
(favorable) dan pernyataan yang tidak mendukung (unfavorable). Pengukuran
tersebut berdasarkan skala likert dari empat kategori jawaban, yaitu: sangat
sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Untuk
[image:51.612.90.510.69.664.2]lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3
Skoring Jawaban
Alternatif Jawaban Favorable Unfavorable
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
4
3
2
1
1
2
3
3.5. Uji Instrumen Penelitian
3.5.1. Teknik Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Validitas menurut Azwar (2006) adalah ketetapan dan kecermatan skala
dalam menjalankan fungsi ukurnya. Suatu instrumen dikatakan valid jika
memiliki tingkat validitas yang tinggi. Tinggi rendahnya validitas instrumen
[image:52.612.89.505.139.526.2]menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari
gambaran tentang variabel yang dimaksud.
Sedangkan uji validitas adalah untuk mengukur sejauh mana ketepatan dan
kecepatan skala dalam menjelaskan fungsi ukurnya. Uji validitas skala ini
dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor masing-masing item dengan
skor total. Adapun rumus yang digunakan adalag rumus product moment
yang dikemukakan oleh Pearson (Azwar, 2006). Untuk perhitungannya
menggunakan program SPSS 15.00. Adapun rumus korelasi product
moment sebagai berikut :
rxy =
(
)( )
(
)
[
∑
∑
−∑
∑
]
[
∑
∑
−( )
∑
]
−
n Y Y
n X X
n Y X XY
/ /
/
2 2
Keterangan :
n = Jumlah Subjek
X = Skor Subjek pada item
Y = Skor Total subjek pada skala
Rxy = Korelasi antara skor subjek pada item dan skor total subjek
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu
daftar pernyataan dalam mendefinisikan suatu variabel. Instrumen yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid (Sugiyono,
2002). Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2002). Validitas suatu butir pertanyaan
dapat dilihat dari hasil output SPSS 15.0. Menilai kevalidan masing-masing
butir pernyataan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation
masing-masing butir pernyataan.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas ini mengacu pada konsistensi dan kepercayaan hasil ukur yang
mengandung makna kecermatan pengukuran. Alat pengukuran data
dikatakan baik jika memiliki taraf kepercayaan yang tinggi yaitu ketika alat
pengumpulan data tidak berubah dan tidak bersifat sementara atau konsisten
pelaksanaan pengambilan data. Data yang reliabel adalah data yang sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya (Azwar, 2006)
Untuk penghitungannya peneliti menggunakan program SPSS 15,0. Rumus
yang digunakan untuk menentukan koefisien reliabilitas dalam penelitian ini
adalah dengan rumus alpha cronbach, yaitu sebagai berikut :
Keterangan :
α = Reliabilitas instrumen
K = Jumlah belahan tes
Sj 2 = Jumlah varians dari skor item Sx 2 = Jumlah varians dari skor tes
Untuk menentukan koefisiensi reliabilitas alpha cronbach maka digunakan
[image:54.612.90.501.198.509.2]kaidah reliabilitas menurut Guilford (Kuncono, 2004), sebagai berikut :
Tabel 3.4
Kaidah Reliabilitas Guilford
Kriteria Koefisiensi Reliabilitas
Sangat Reliabel > 0,9
⎟
⎟
⎠
⎞
⎜
⎜
⎝
⎛
−
−
=
∑
x
S
j
S
k
k
2 2
1
1
Reliabel 0,7 – 0,9
Cukup Reliabel 0,4 – 0,7
Kurang Reliabel 0,2 – 0,4
Sedangkan uji reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan
konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan
konstruk-konstruk pernyataan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun
dalam bentuk skala. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika
memiliki nilai Cronbach’s alpha > dari 0.70.
3.5.2. Hasil Uji Instrumen Penelitian
Di dalam penelitian harus digunakan alat ukur yang valid dan reliabel, agar
kesimpulan dalam penelitian yang diperoleh tidak memberikan gambaran yang
jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Pengujian tingkat validitas
dan reliabilitas dari kedua alat ukur dalam penelitian ini dilakukan sebelum
diadakan pengambilan data. Pengujian alat ukur ini dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana dapat mengungkapkan hal-hal yang semestinya
diukur dari suatu variabel.
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen kecerdasan
emosi dengan item yang terdiri dari 59 item dan item agresivitas yang terdiri
dari 51 item. Uji instrumen diberikan pada 30 remaja awal anggota the
jakmania . Adapun tujuan dari pelaksanaan uji instrumen ini dilakukan dengan
maksud :
1. Mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan responden dalam
2. Mengetahui pemahaman responden terhadap pernyataan atau item-item
yang diberikan.
3. Mengetahui validitas instrumen, dimana skor tiap item dikorelasikan
dengan skor total.
4. Mengetahui tingkat realibilitas instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat reliabilitas skala tersebut.
3.5.3. Uji Validitas Skala
Untuk menguji validitas dari setiap item pertanyaan, maka dilakukan analisis
item yaitu mengkorelasikan setiap item dengan skor total.
Koefisien korelasinya diperhitungkan dengan rumus korelasi Product Momen
dari Pearson, yaitu dengan rumus :
rxy =
(
)( )
(
)
[
∑
∑
−∑
∑
]
[
∑
∑
−( )
∑
]
− n Y Y n X X n Y X XY / / / 2 2 2 2 Keterangan :n = Jumlah Subjek
X = Skor Subjek pada item
Y = Skor Total subjek pada skala
Rxy = Korelasi antara skor subjek pada item dan skor total subjek
Perhitungan uji validitas menggunakan program SPSS versi 15.0 for Windows.
a. Hasil pengujian skala kecerdasan emosi
Berdasarkan hasil uji validitas skala dengan teknik Product Moment dari
valid dan 29 item yang gugur. Item-item yang gugur itu antara lain : 1, 2, 3, 5, 8,
9, 10, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 25, 27, 28, 32, 34, 36, 38, 39, 44, 48, 51, 52, 53,
55, 57, 59. Sedangkan item-item yang valid dapat dilihat pada tabel 3.5 di
bawah ini.
[image:57.612.89.508.130.522.2]Tabel 3.5
Blue Print Hasil uji instrumen item valid skala kecerdasan emosi
Pernyataan Jml No Indikator
Favorabel Unfavorabel
1 Mengenali emosi diri 13 17 2
2 Mengelola emosi 22, 31,49 11, 35, 43, 45 7
3 Memotivasi diri 6, 23 26, 54, 58
5
4 Mengenali emosi orang lain 7, 24, 40, 46, 56 14, 30, 41, 50 9
5 Membina hubungan 12, 33, 42 4, 29, 37, 47 7
Jumlah 14 16 30
b. Hasil pengujian skala agresivitas
Berdasarkan hasil uji validitas skala dengan teknik Product Moment dari
Pearson pada skala agresivitas yang diujicobakan, diperoleh 28 item valid dan
23 item yang gugur. Item-item yang gugur itu antara lain : 4, 5, 6, 8, 11, 12, 13,
14, 19, 20, 22, 23, 24, 26, 30, 33, 36, 37, 38, 39, 44, 46, 47. Sedangkan
Tabel 3.6
Blue Print Hasil uji instrumen item valid skala agresivitas
Pernyataan Jml No Indikator
Favorabel Unfavorabel
1 Agresi fisik 1, 10, 18, 28, 34 16, 31, 41, 48 9
2 Agresi verbal 2, 9, 29, 45, 50 7, 25, 43
8
3 Rasa marah 32, 40 3, 42
4
4 Sikap permusuhan 15, 21, 49, 51 17, 27, 35
7
Jumlah 16 12 28
3.5.4. Uji Reliabilitas Skala
Setelah dilakukan uji validitas, maka dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan rumus alpha cronbach dengan menggunakan program SPSS
15.0 for windows. Reliabilitas suatu konstruk variable dikatakan baik jika
memiliki nilai Cronbach Alpha > 0.70.
Hasil yang diperoleh untuk skala kecerdasan emosi dengan 30 item valid
adalah 0,855. Dengan nilai alpha croncbach sebesar 0,855 maka skala
kecerdasan emosi ini memiliki reliabilitas yang baik atau reliabel. Adapun hasil
uji reliabilitas skala agresivitas dengan 28 item valid adalah 0,875. Dengan nilai
alpha croncbach sebesar 0,875 maka skala agresivitas ini memiliki reliabilitas
Σ
XY – (
Σ
X)(
Σ
Y) /n
√
[
Σ
x
2- (
Σ
x)
2/ n][
Σ
y
2– (
Σ
y)
2/ n]
bahwa kedua instrumen yang digunakan reliabel, sehingga dapat dipercaya
untuk dijadikan sebagai alat ukur.
3.6. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari
penelitian ini, dengan metode statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan
untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2002).
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisa statistik, yaitu :
a) Statistik Deskriptif
Digunakan untuk mengolah gambaran umum responden. Analisis deskriptif
memberikan informasi mengenai sekumpulan data dan mendapatkan
gagasan untuk keperluan analisis selanjutnya dengan mencari Mean,
Modus dan Mediannya.
b) Uji Hipotesa
Pengujian hipotesis untuk menjawab pertanyaan utama penelitian ini,
apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi
dengan agresivitas pada remaja awal pendukung Persija (The Jakmania)
pusat, dipergunakan metode korelasi Pearson Product Moment, dengan
formula:
Keterangan :
Rxy : Koefisien korelasi variabel x dan variabel y
N : Jumlah responden
ΣXY : Jumlah hasil perkalian antar skor tiap item dengan
skor total
ΣX : Jumlah skor tiap item
ΣY : Jumlah skor total
Hasil perhitungan diperoleh dengan menggunakan sistem komputerisasi SPSS
versi 15.0 yang akan diinterpretasikan dengan mengacu pada tabel koefisien
korelasi.
3.7. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mencoba merencanakan langkah-langkah yang
diharapkan dapat menunjang kelancaran penelitian, langkah-langkah tersebut
sebagai berikut :
1. Persiapan Penelitian
- Dimulai dengan perumusan masalah dan pembatasan masalah
- Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti.
- Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan
landasan teori yang tepat.
- Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan
2. Tahap Uji Coba
Melakukan uji coba alat ukur kecerdasan emosi dan Agresivitas pada
remaja awal pendukung Persija (The Jakmania) pusat.
3. Tahap Pengambilan Data
- Menentukan jumlah sampel penelitian.
- Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta
kesediaan responden untuk mengisi skala penelitian.
- Memberikan alat ukur yang telah disiapkan kepada responden.
4. Tahap Pengolahan Data
- Melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden.
- Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, kemudian
membuat tabel data.
- Melakukan analisa data dengan menggunakan metode statistik untuk
menguji hipotesis penelitian.
BAB 4<