• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMATANGAN SOSIAL PADA ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMATANGAN SOSIAL PADA ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya setiap orang menginginkan sebuah keluarga yang harmonis. Keluarga yang harmonis, damai dan bahagia adalah tujuan utama setiap manusia yang memiliki keluarga. Akan tetapi, tidak semua orang dapat mewujudkan keinginannya untuk membangun keluarga yang harmonis. Di jaman yang semakin modern seperti sekarang ini semakin jarang kita temui keluarga yang harmonis, damai dan bahagia. Justru pertengkaran dan perceraian terjadi dimana-mana. Banyak penyebab terjadinya perceraian, salah satunya adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), baik kekerasan fisik maupun psikis.

Undang-undang kekerasan dalam rumah tangga tahun 2004 menjelaskan bahwa Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah kekerasan yang dilakukan di dalam rumah tangga baik oleh suami maupun istri. Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (PKDRT) adalah jaminan yang diberikan oleh negara untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

(2)

2

kekerasan psikis dijelaskan sebagai perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan penderitaan psikis berat pada seseorang.

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tidak hanya terjadi pada wanita, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) ini juga bisa terjadi terhadap pria maupun tehadap anak. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan persoalan baru bagi masyarakat, karena kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sudah ada sejak jaman dulu, hanya saja saat ini perkembangan kasus-kasusnya semakin bervariasi. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) ini juga sangat berdampak besar terhadap anak.

Bell dan Naugle menjelaskan bahwa istilah “keluarga” mengacu pada rasa aman dan dilindungi, kondisi yang private dan tempat berteduh dari tekanan-tekanan dan kesulitan di luar, tempat dimana anggota keluarga bisa merasakan eksistensinya dalam keadaan damai, aman dan tentram. Namun ironisnya, sudah banyak penelitian menunjukkan bahwa keluarga bisa menjadi “the cradle of violence” dimana anggota keluarga bisa menjadi sasaran kekerasan dalam rumah tangga, yang biasa mengalaminya dalam hal ini kaum yang sering dianggap lemah oleh beberapa kelompok masyarakat yaitu kaum perempuan dan anak-anak (Asmarany, 2008).

(3)

3

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) ini sangat berpengaruh buruk terhadap anak. Adapun anak-anak yang dibesarkan di keluarga atau lingkungan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga akan mengalami perkembangan yang terhambat, seperti contoh dalam hal kematangan sosialnya anak akan cenderung sulit mengembangkan perasaan tentram dan tenang, anak akan selalu merasa ketakutan, sulit dalam berinteraksi dengan orang lain, dan cenderung lebih agresif saat bermain dengan teman-teman sebayanya. Kebanyakan anak yang tumbuh dalam keluarga yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) akan banyak belajar untuk hidup mandiri dan belajar bagaimana cara untuk bertahan hidup, karena mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki orang tua yang dapat memberikan perlindungan dan kehidupan bagi mereka. Sebagai orangtua, baik ayah maupun ibu seharusnya mempunyai kesadaran bahwa kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) memiliki konsekuensi buruk pada anak, contohnya seperti anak cenderung tertutup dan sulit untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Semakin cepat mereka menyadari dampak apa saja yang akan timbul pada anak karena kekerasan dalam rumah tangga, maka semakin baik untuk perkembangan anak tersebut untuk masa depannya (Saputra, 2011).

Anak-anak yang tumbuh dilingkungan atau keluarga yang bermasalah akan cenderung lebih introvert daripada ekstrovert, serta memiliki rasa percaya diri yang rendah karena anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga bermasalah seperti ini, kebanyakan mereka menjadi pendiam, karena mereka tidak di berikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya, kehilangan jati diri dan juga kehilangan haknya untuk bahagia dan berkembang selayaknya anak-anak lain yang hidup dalam keharmonisan keluarga. (Retno, 2010).

(4)

4

yang masuk ke Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Kabupaten Malang.

Menurut Kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Kabupaten Malang, jumlah laporan yang masuk ke Ruang Pengaduan dan Konsultasi (RPK) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A), memang mengalami peningkatan sangat tajam. Sementara laporan yang masuk pada tahun 2007 hanya sekitar 127 kasus. Dan pada tahun 2008 kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) ini meningkat menjadi 222 kasus.

Peningkatan masuknya laporan itu cukup melegakan, karena sudah banyak keluarga yang berani untuk melaporkan tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi selama ini. Masyarakat tidak hanya mulai memiliki keberanian untuk melapor. Akan tetapi, tumbuhnya kesadaran dari masyarakat terhadap persoalan hukum. Tumbuhnya kesadaran tersebut, merupakan awal yang baik untuk meminimalisir terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di wilayah Kabupaten Malang.

Rakyat merdeka online menjelaskan bahwa data yang diperoleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) pada tahun 2007 kasus ke-kerasan terhadap anak terdeteksi mencapai 1.510 kasus. Setahun kemudian tepatnya pada tahun 2008 jumlahnya meningkat menjadi 1.826 kasus. Ke-mudian pada tahun 2009 jumlahnya melonjak menjadi 1.998 kasus, dan tahun 2010 hingga pekan ketiga September tercatat sudah 2.044 kasus.

Dari tiga kategori kekerasan yang ditetapkan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) yakni, kekerasan fisik, kekerasan seksual dan kekerasan psikis, terhitung sepanjang 2007-2010, kasus kekerasan psikis menempati peringkat pertama dengan 2.094 kasus, diikuti kasus kekerasan seksual berjumlah 1.858 kasus, dan kekerasan fisik sebanyak 1.382 kasus.

(5)

5

Kekerasan anak di indonesia tidak semakin berkurang, tetapi meningkat dari tahun ke tahun. Seto Mulyadi dari komisi perlindungan anak indonesia, misalnya tercatat pada tahun 2003 terdapat 481 kasus kekerasan. Jumlah itu meningkat menjadi 547 kasus pada tahun 2004, dengan 221 kasus merupakan kekerasan seksual, 140 kekerasan fisik, 80 kekerasan psikis, dan 106 permasalahan lainnya. Sebelumnya majalah medika mencatat pada tahun 1992 lalu, dilaporkan terjadi tiga juta kasus perlakuan keji terhadap anak-anak di bawah umur 18 tahun, dan 1.299 diantaranya meninggal dunia. Kekerasan terhadap anak sebenarnya bukan sekedar urusan fisik dan seksual, tetapi juga meliputi kekerasan psikis dan sosial.

Masih banyak anak indonesia yang belum memperoleh jaminan dapat terpenuhi hak-haknya, antara lain banyak yang menjadi korban kekerasan, penelantaran, eksploitasi, diskriminasi dan perlakuan yang tidak manusiawi. Semua tindakan kekerasan kepada anak-anak direkam dalam bawah sadar mereka dan dibawa sampai kepada masa dewasa, dan bahkan akan terus di ingat sepanjang hidupnya.

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) mempunyai banyak pengaruh, salah satunya terhadap kematangan sosial pada anak. Anak manusia itu menurut kodratnya adalah makhluk sosial dapat dibuktikan pula ketidak-berdayaannya itu menuntut adanya perlindungan dan bantuan dari orang lain. Tanpa bantuan manusia lain dan lingkungan sosialnya, anak tidak mungkin mencapai taraf kemanusiaan yang normal.

Perkembangan individu meliputi perkembangan sosial yaitu suatu perkembangan yang dapat diperoleh melalui lingkungan, dengan kata lain berarti kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial sehingga mampu menjadi manusia bermasyarakat. Untuk dapat berperilaku yang sesuai dengan tuntutan masyarakat seseorang harus memiliki kemasakan sosial yang baik (Hurlock, 1988).

(6)

6

orang lain. Untuk menyesuaikan diri harus sudah dimulai sejak masa kanak-kanak awal dimana anak mulai bermain dengan anak-anak sebayanya yang merupakan latihan yang baik bagi penyesuaian sosialnya. Semakin cepat anak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya, maka kemasakan sosial anak juga cepat berkembang dengan baik. Hanya dalam lingkungan sosial manusia dapat memenuhi dan terpenuhi kebutuhan hidupnya yang mencapai kesejahteraan hidup.

Begitu juga yang dialami oleh anak korban KDRT harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak korban KDRT di tuntut untuk dapat menyesuai diri dengan lingkungannya agar dapat berkembang dengan baik. Kebanyakan anak dalam KDRT mengalami trauma dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. Mereka lupa bahwa orangtua adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam mengupayakan kesejahteraan, perlindungan, peningkatan kelangsungan hidup, dan mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya. Kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa atau anak yang lebih tua dengan menggunakan kekuasaan atau otoritasnya terhadap anak yang tak berdaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab pengasuhnya, yang berakibat penderitaan, kesengsaraan, cacat atau kematian.

Dalam mencapai kematangan sosial pada anak, sangat dibutuhkan peran orangtua dalam proses perkembangan dan kematangan sosialnya. Karena orangtua dan keluarga adalah lingkungan sosial yang pertama yang dikenal oleh anak, dimana orangtua berkewajiban sebagai pendidik utama dalam mecapai kematangan sosialnya.

(7)

7

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : - Bagaimana kematangan sosial pada anak korban kekerasan dalam rumah

tangga (KDRT) .

- Bagaimana peran orangtua dalam mendukung proses kematangan sosial pada anak.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

- Untuk mengetahui kematangan sosial pada anak korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

- Untuk mengetahui peran orangtua dalam mendukung proses kematangan sosial pada anak.

D. Manfaat

Adapun manfaat penelitian ini adalah : a. Secara teoritis

Menambah pengetahuan di bidang keilmuan psikologi perkembangan. Khususnya yang berkaitan dengan tema Kematangan Sosial Pada Anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

b. Secara praktis

(8)

KEMATANGAN SOSIAL PADA ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM

RUMAH TANGGA (KDRT)

SKRIPSI

OLEH:

FARAH DIBA MUVIDAH

08810317

FAKULTAS PSIKOLOGI

(9)

KEMATANGAN SOSIAL PADA ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM

RUMAH TANGGA (KDRT)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi S-1

Disusun Oleh :

Farah Diba Muvidah

08810317

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(10)
(11)
(12)
(13)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan.

Adanya karya tulis ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada :

1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dra. Tri Dayakisni. M. Si selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam menyelesaikann karya tulis ini. 3. Linda Yani. P, M. Si selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak

memberikan masukan dan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan karya tulis ini.

4. Zakarija Achmad. M. Si selaku Dosen Wali yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. 5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan ilmu bagi

penulis dan staf TU Fakultas Psikologi yang telah memberikan layanan terbaik selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi.

6. Kedua orang tua, terima kasih atas kasih sayang dan dukungannya, aku janji tidak akan pernah mengecewakan kalian.

7. Kakak serta adikku, yang telah memberikan dukungan serta kebersamaannya. 8. Saudara D.V dan S.N yang telah bersedia menjadi subyek karya ini, sehingga

karya ini dapat terselesaikan.

9. Fista dan Anggi, terima kasih atas dukungan kalian, serta kebersamaan dan persahabatan kita, walau jarak dan waktu memisahkan kita, semoga persahabatan ini tetap terjalin sampai nanti.

(14)

11.Ana, Wike, dan Didin, terimakasih karena telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi sehingga dapat terselesaikan skripsi ini.

12.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini, sehingga dapat terselesaikan.

Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya dan membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Malang, 20 September 2012 Peneliti

(15)

DAFTAR ISI A.Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 1. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) ... 8

2. Macam-macam Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) .. 9

3. Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) ... 10

4. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Pada Anak ... 12

5. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Pada Anak ... 13

6. Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Pada Anak ... 13

7. Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Pada Anak ... 14

B.Kematangan Sosial 1. Pengertian Kematangan Sosial ... 15

(16)

3. Aspek-aspek Kematangan Sosial ... 19

4. Ciri-ciri Kematangan Sosial ... 19

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Sosial ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A.Rancangan Penelitian ... 22

B.Batasan Istilah ... 23

C.Subyek Penelitian ... 23

D.Metode Pengumpulan Data 1. Metode Test ... 23

2. Metode Wawancara ... 25

E. Prosedur Penelitian ... 25

F. Analisa Data ... 26

G.Keabsahan Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subyek ... 28

2. Deskripsi Data ... 29

B.Analisa Data ... 37

C.Pembahasan ... 40

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 42

B.Saran 1. Bagi Orangtua ... 42

(17)

DAFTAR TABEL

No. Tabel

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A., & Sholeh, M (2005). Psikologi perkembangan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Asmarani, A. I. (2008). Bias gender sebagai prediktor kekerasan dalam rumah tangga. Jurnal psikologi. 35(1), 1-20.

Hawari, D. (2009). Penyiksaan fisik dan mental dalam rumah tangga. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Henny, E. W. (2009). Dampak buruk kekerasan dalam rumah tangga pada anak.

Diakses 4 maret 2012 diperoleh dari

http://www.infobunda.com/pages/articles/artikelshow.php?id=190&c atid=15.

Hurlock, E. B. (1978). Perkembangan anak. Jakarta : Erlangga.

Kartono, K. (1995). Psikologi anak (psikologi perkembangan). Bandung : Mandar Maju.

Lianawati. (2009). Tinjauan komprehensif terhadap pelaku KDRT sebagai dasar rancangan modul intervensi pelaku. Jurnal ilmiah psikologi “Arkhe” 14(1), 21-30.

Maleong, L. (2007). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Margaretha, (2012). Trauma menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga pada masa kanak-kanak dan keterlibatan dalam kekerasan dalam relasi intim di masa remaja-dewasa. Diakses 14 maret 2012 diperoleh dari http://margaretha-fpsi.web.unair.ac.id/artikel_detail-44446-KDRT. Poerwanti, E. (1998). Dimensi-dimensi riset ilmiah. Malang : Universitas

Muhammadiyah Malang.

Saputra, S. (2011). Dampak psikologis anak yang terlibat kekerasan dalam rumah tangga. Diakses 4 maret 2012 diperoleh dari http://sckomaka.blogspot.com/2011/07/dampak-psikologis-anak-yang-terlibat.html.

Soeroso, M. H. (2010). Kekerasan dalam rumah tangga. Jakarta : Sinar Grafika. Sujanto, A. (1988). Psikologi perkembangan. Jakarta : Aksara Baru

(20)

Sujiono, B., & Sujiono, Y. N. (2005). Mencerdaskan perilaku anak usia dini. panduan bagi orangtua dalam membina perilaku anak sejak dini. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo

Yusuf, S. (2005). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah deskripsi HOTS peserta didik setalah diterapkannya model PBL yaitu: (1) HOTS peserta didik berada di bawah rata-rata tingkat standar

Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian dengan analisis sensori metode uji pembedaan serta uji hedonik didapatkan bahwa camilan nori artifisial berbahan baku bayam

Sedangkan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar meliputi: tenaga kerja; koperasi dan usaha kecil dan menengah;

Sistem Bursa Usaha Santri dan Alumni memilikitiga entitas luar yang berhubungan dengan sistem yaitu pengguna umum, anggota dan administrator.Rancangan kerja sistem

Intisari--- Bengkel bubut adalah salah satu unit usaha jasa yang bergerak dalam bidang otomotif dan berkembang dengan baik. Sebagian besar pengusaha bengkel bubut masih

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “ Meningkatkan Kemampuan naturalis anak melalui pemanfaatan lingkungan alam sekitar “. B.

Berdasakan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 orang responden di instalasi rawat inap RSI Ibnu Sina Bukittinggi didapatkan hasil ada hubungan

GSO merupakan suatu orbit lingkaran yang terletak sejajar dengan bidang khatulistiwa bumi dengan ketinggian ± 35.786 km dari permukaan wilayah khatulistiwa bumi, berupa