• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh bahan pengisi kemasan terhadap kerusakan mekanis pada buah markisa kuning (Passiflora flavicarpa) selama transportasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh bahan pengisi kemasan terhadap kerusakan mekanis pada buah markisa kuning (Passiflora flavicarpa) selama transportasi"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BAHAN PENGISI KEMASAN TERHADAP

KERUSAKAN MEKANIS PADA BUAH MARKISA KUNING

(

Passiflora flavicarpa

) SELAMA TRANSPORTASI

MUHAMMAD IMAN ROCHMAT AFANDI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Bahan Pengisi Kemasan Terhadap Kerusakan Mekanis Pada Buah Markisa Kuning (Passiflora flavicarpa) Selama Transportasi adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD IMAN ROCHMAT AFANDI. Pengaruh Bahan Pengisi Kemasan Terhadap Kerusakan Mekanis Buah Markisa Kuning (Passiflora flavicarpa) Selama Transportasi. Dibimbing oleh LILIK PUJANTORO.

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan nilai kerusakan mekanis buah markisa kuning di setiap perlakuan setelah simulasi transportasi, menentukan pengaruh bahan pengisi kemasan terhadap kerusakan mekanis pada buah markisa kuning selama transportasi, dan menentukan bahan pengisi yang terbaik dari berbagai bahan pengisi kemasan yang digunakan selama transportasi buah markisa kuning. Ada lima perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini, yang terdiri dari empat perlakuan untuk dengan bahan pengisi dan satu perlakuan untuk control (tanpa bahan pengisi). Keempat perlakuan adalah: pengisi potongan kertas, pembungkus kertas, jerami, dan daun pisang kering. Semua perlakuan dilakukan simulasi transportasi (frekuensi 3.38 Hz , amplitudo 4.04 cm, selama 154 menit). Dapat disimpulkan bahwa buah markisa kuning yang dikemas dengan bahan pengisi kertas pembungkus memiliki kerusakan mekanis terendah, sehingga bahan pengisi tersebut merupakan bahan pengisi terbaik untuk transportasi buah markisa kuning dalam kemasan karton .

Kata kunci: bahan pengisi kemasan, buah markisa kuning, kerusakan mekanis, pengemasan

ABSTRACT

MUHAMMAD IMAN ROCHMAT AFANDI. The Effect of Filler Material of Packaging to Mechanical Damages of Yellow Passion Fruit (Passiflora flavicarpa) During Transportation. Supervised by LILIK PUJANTORO.

The purpose of this study were to examine the amount of mechanical damage of yellow passion fruit in each package after transportation simulation, to study the effect of filler materials to the damage of those yellow passion fruit during transportation, and to determine the best among used filler materials for yellow passion fruit transportation. There were five packages used in this study which consist of four packages for treatment and one package for control. The four treatment packages were package with: shredded paper filler, wrapping paper filler, rice straw filler, and dried banana leaves filler. All of the packaged were simulated on the road (frequency 3.38 Hz, amplitude 4.04 cm for vertical vibration, during 154 minutes). It can be concluded that the yellow passion fruit packaged by wrapping paper filler only has a lowest mechanical damage, so this package method should be a good filler material of package for the distribution transportation of yellow passion fruit in carton.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

PENGARUH BAHAN PENGISI KEMASAN TERHADAP

KERUSAKAN MEKANIS PADA BUAH MARKISA KUNING

(

Passiflora flavicarpa

) SELAMA TRANSPORTASI

MUHAMMAD IMAN ROCHMAT AFANDI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Pengaruh Bahan Pengisi Kemasan Terhadap Kerusakan Mekanis Pada Buah Markisa Kuning (Passiflora flavicarpa) Selama Transportasi

Nama : Muhammad Iman Rochmat Afandi NIM : F14070108

Disetujui oleh

Dr. Ir. Lilik Pujantoro Eko Nugroho, M.Agr Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen

(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Alhamdulillah..dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Pengaruh Bahan Pengisi Kemasan Terhadap Kerusakan Mekanis Pada Buah Markisa Kuning (Passiflora flavicarpa) Selama Transportasi”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, para sahabat, tabi’in, dan umatnya hingga akhir zaman. Skripsi penelitian ini dibuat berdasarkan diskusi dan konsultasi dengan dosen pembimbing dan tinjauan pustaka baik dari perpustakaan maupun website.

Penulisan skripsi penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu, mengarahkan, dan membimbing sehingga skripsi penelitian ini dapat diselesaikan. Terimakasih penulis ucapkan kepada:

1. Dr. Ir. Lilik Pujantoro Eko Nugroho, M.Agr, sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi penelitian ini dan sebagai staf pengajar Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

2. Kedua orang tua dan saudara-saudariku yang selalu memberikan dukungan, bantuan dan do’anya.

3. Bapak Sulyaden dan Bapak Ahmad yang telah banyak membantu selama penelitian.

4. Teman-teman di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem angkatan 44

(“Ensemble”) atas semangat dan dukungannya.

5. Yuni Maria, Waqif Agusta, dan Wendianing Putri yang merupakan teman satu bimbingan atas kebersamaan serta kerjasamanya.

Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan dalam penulisan dan penyusunan skripsi penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Markisa 2

Pengemasan 3

Bahan Pengisi Kemasan 4

Simulasi Transportasi 4

Peti Karton Bergelombang 5

Kerusakan Mekanis 6

Pengemasan Buah Markisa Kuning 6

METODE PENELITIAN 7

Lokasi dan Waktu Penelitian 7

Alat 7

Bahan 8

Prosedur Penelitian 8

Pengamatan 9

Rancangan Percobaan 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Kesetaraan Waktu Simulasi Transportasi 11

Kerusakan Mekanis 12

Susut Bobot 14

Total Padatan Terlarut 15

SIMPULAN DAN SARAN 17

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 20

(11)

DAFTAR TABEL

1 Tabel 1. Data produksi buah-buahan di Indonesia (2008 - 2012) 1 2 Tabel 2. Kadar komponen gizi dalam setiap 100 gram buah markisa 3 3 Tabel 3. Kadar presentase kandungan biji buah markisa kuning 3 4 Tabel 4. Data amplitudo dan kondisi jalan terhadap (guncangan truk) 5 5 Tabel 5. Lembar pengukuran nilai kerusakan mekanis 9

DAFTAR GAMBAR

1 Penampang irisan buah markisa 1

2 Penggolongan karton gelombang 5

3 Kemasan karton tipe double flute ukuran 35x30x25 cm 6

4 Kardus tanpa bahan pengisi 7

5 Bahan pengisi cacahan kertas 7

6 Bahan pengisis kertas pembungkus 7

7 Bahan pengisi daun pisang kering 7

8 Bahan pengisi jerami 7

9 Ilustrasi gerakan simulasi transportasi buah markisa kuning 9

10 Timbangan Mettler 10

11 Hand Refractometer 10

12 Kerusakan mekanis pada buah markisa 12

13 Grafik pengaruh perlakuan bahan pengisi kemasan terhadap kerusakan

mekanis buah markisa selama penyimpanan 13

14 Grafik pengaruh perlakuan bahan pengisi kemasan terhadap perubahan susut

bobot buah markisa selama penyimpanan 14

15 Grafik pengaruh perlakuan bahan pengisi kemasan terhadap total padatan

terlarut buah markisa selama penyimpanan 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan kesetaraan waktu simulasi transportasi 20 2 Hasil ANOVA pengaruh bahan pengisi kemasan terhadap susut bobot

buah markisa 22

3 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh bahan pengisi kemasan terhadap susut bobot buah markisa selama delapan hari penyimpanan 22 4 Hasil ANOVA pengaruh bahan pengisi kemasan terhadap total padatan

terlarut buah markisa 22

5 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh bahan pengisi kemasan terhadap susut bobot buah markisa selama delapan hari penyimpanan 22 6 Hasil ANOVA pengaruh bahan pengisi kemasan terhadap kerusakan

mekanis buah markisa 23

(12)

10 Data kerusakan mekanis buah markisa kuning (H+4) 26 11 Data kerusakan mekanis buah markisa kuning (H+6) 27 12 Data kerusakan mekanis buah markisa kuning (H+8) 28

13 Data susut bobot buah markisa kuning 29

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Buah-buahan merupakan salah satu sumber utama serat, vitamin A, B, C, dan D, serta zat mineral bagi tubuh manusia. Buah-buahan yang bermutu dan terjaga kualitasnya, baik rasa, bentuk, dan warna buah, dapat meningkatkan nilai tambah bagi produsen dan konsumen sebagai penerima manfaat dan khasiat dengan adanya buah.

Penanganan yang kurang hati-hati pada saat panen, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan akan menyebabkan jumlah kerusakan buah yang tinggi. Kerusakan selama proses pengangkutan umumnya buah menjadi memar, hancur, dan mutunya tidak seragam. Penyebab utama kerusakan tersebut adalah pengemasan yang tidak tepat (Pantastico 1975). Karena itu perlu adanya penelitian yang dapat menentukan seperti apa kemasan yang baik digunakan selama transportasi bagi buah markisa dan bagaimana interaksinya dengan bahan pengisi kemasan untuk menjaga mutu buah markisa yang dikemas didalamnya.

Indonesia memiliki iklim tropis yang memungkinkan berbagai jenis tanaman markisa dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Peluang pengembangan komoditas markisa semakin besar, baik ditinjau dari aspek industri pasar maupun aspek kesehatan dan gizi masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan jumlah permintaan pasar dan bahan baku industri makanan ataupun minuman terhadap markisa yang diikuti oleh perluasan area penanaman markisa yang telah mencapai sekitar 4000 hektar pada tahun 2009 (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian 2010). Tabel 1 menyajikan data produksi buah-buahan secara nasional yang dikeluarkan oleh BPS (2012).

Tabel 1. Data produksi buah-buahan di Indonesia (2008 - 2012)

Komoditas Produksi (ton) Rata-rata

(14)

2

Perumusan Masalah

Buah markisa kuning akan disimulasikan transportasi yang sebelumnya dikemas dengan bahan pengisi berupa kertas pembungkus, cacahan kertas, daun pisang kering, dan jerami kemudian akan diukur pengaruhnya terhadap kerusakan mekanis dan mutu fisik buah markisa kuning.

Tujuan Penelitian

1. Menentukan nilai kerusakan mekanis pada buah markisa kuning pasca simulasi transportasi dan penyimpanan selama tujuh hari menggunakan kemasan karton dengan perlakuan berbagai bahan pengisi kemasan.

2. Menentukan besarnya pengaruh bahan pengisi kemasan yang digunakan terhadap perubahan susut bobot dan kandungan total padatan terlarut pada buah markisa kuning pasca simulasi transportasi dan penyimpanan selama tujuh hari.

3. Menentukan bahan pengisi kemasan yang paling optimum untuk kemasan karton dalam transportasi buah markisa kuning.

TINJAUAN PUSTAKA

Markisa

Buah markisa (Passiflora flavicarpa) terdapat di daerah yang bersuhu tinggi. Di Indonesia, markisa dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tanaman markisa membutuhkan tanah gembur dan banyak mengandung humus serta berdrainase baik Tanaman markisa secara sistematika diklasifikasikan sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae Divisi : Spermathopyta Ordo : Malpighiales Famili : Passifloraceae Genus : Passiflora

Spesies : Passiflora flavicarpa

(15)

3

yaitu dari hasil penelitian laboratorium, markisa mengandung vitamin C dosis tinggi dan antioksidan (Rismunandar 1986). Kandungan gizi dalam setiap 100 gram bagian adalah sebagai berikut:

Perlakuan pasca panen buah markisa yang akan dijual sebagai buah segar atau sari buah berbeda. Isi buah markisa banyak mengandung zat-zat yang penting bagi tubuh manusia, oleh karena itu bijinya langsung dapat dimakan. Kandungan biji markisa dapat dilihat pada tabel 3.

Beberapa buah-buahan klimaterik seperti apricot, “peach”, mangga, dan markisa menunjukkan kandungan total padatan terlarut yang tinggi pada saat matang tetapi tidak seperti aprikot dan “peach” yang kandungan total padatan terlarutnya mengalami peningkatan selama proses pematangan, pada markisa justru terjadi sedikit penurunan (Pruthi 1963 diacu dalam Surianta 2011).

Markisa berkualitas paling baik (super) yaitu bebas dari cacat kecuali cacat sangat kecil pada permukaan. Markisa berkualitas baik (Kelas A), dengan cacat yang diperbolehkan sebagai berikut: cacat sedikit pada kulit dan kelopak buah seperti lecet, tergores atau kerusakan mekanis lainnya, total area yang cacat tidak lebih dari 10 % dari luas total seluruh permukaan buah, dan cacat tersebut tidak mempengaruhi isi buah. Markisa berkualitas cukup baik (Kelas B), dengan cacat yang diperbolehkan sebagai berikut: cacat sedikit pada kulit dan kelopak buah seperti lecet, tergores atau kerusakan mekanis lainnya, total area yang cacat tidak lebih dari 15 % dari luas total seluruh permukaan buah, dan cacat tersebut tidak mempengaruhi isi buah. (SNI 2009)

Pengemasan

(16)

4

mekanis, fisiologis, kimiawi, dan biologis (Satuhu 2004). Kegitan pengemasan ini sering juga disebut pengepakan atau packaging. Buah-buahan yang akan ditransportasikan harus disusun secara rapi ke dalam kemasan supaya kedudukan menjadi lebih kompak dan stabil selama pengangkutan. Hal tersebut akan mengurangi kerusakan mekanis yang terjadi akibat guncangan dan getaran. Menurut Satuhu (2004), bahan dan bentuk kemasan secara umum dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kemasan langsung

Yakni kemasan utama yang langsung berhubungan dengan buah yang dikemas. Bahan pengemas utama ini dapat berupa karung, plastik, kertas, atau daun.

2. Kemasan tidak langsung

Merupakan kemasan kedua dari buah yang tidak bersentuhan langsung. Wadah kedua dimaksudkan untuk melindungi bahan dari kerusakan fisik dan mekanis terutama untuk memudahkan pengaturan dalam gudang penyimpanan, dan distribusi serta memudahkan pengaturan dalam alat angkut. Bahan pengemas ini dapat dibuat dari peti kayu, peti karton, dan keranjang bambu.

Bahan Pengisi Kemasan

Selama transportasi, kemasan dan bahan segar akan menghadapi beberapa bahaya, baik dari segi mekanis, lingkungan, ataupun biologi. Bahaya mekanis dapat dinyatakan sebagai bahaya yang disebabkan oleh tumbukan, getaran, kompresi, dan tusukan. Kemasan kaku yang terlampau penuh atau cacat dapat menyebabkan gaya kompresi yang ada dari penumpukan lebih banyak dilanjutkan kepada produk daripada kemasannya. Hasilnya, produk menjadi memar dan keparahannya tergantung pada besarnya gaya yang terjadi serta tingkat kematangan dari produk (Pantastico 1975).

Beberapa dari kerusakan ini dapat diminalisir dengan menghindari adanya ruang kosong yang terdapat didalam kemasan serta melindungi tekanan dan gesekan antara sesama produk ataupun antara produk dengan kemasan selama kegiatan transportasi. Bahan yang digunakan untuk mengisi ruang tersebut sering disebut dengan istilah bahan pengisi kemasan yang dapat mengurangi sebagian besar kerusakan yang terjadi selama transportasi. Menurut Syarief et al. (1988) bahan pengisi merupakan material yang dijejalkan di antara kelebihan ruang gerak guna menahan gerak barang atau abrasi terhadap isi ruang.

Simulasi Transportasi

(17)

5

adalah data guncangan truk pada kondisi jalan berbeda yang telah diteliti oleh Lembaga Uji Konstruksi BPPT.

Peti Karton Bergelombang (Kardus)

Karton gelombang adalah karton yang dibuat dari satu atau beberapa lapisan kertas medium bergelombang dengan kertas liner sebagai penyekat dan pelapisnya. Karton gelombang terdiri dari kertas liner dan kertas medium. Kertas medium adalah kertas yang digunakan sebagai lapisan bergelombang pada karton gelombang. Sedangkan kertas liner adalah kertas yang digunakan untuk lapisan datar, baik pada bagian luar maupun bagian dalam karton gelombang (Haryadi 1994).

Gambar 2. Penggolongan karton gelombang

Terdapat dua lapisan pada paperboard, yaitu lapisan utama (primary layer) dan lapisan pendukung (secondary layer). Primary layer terdiri dari serat kasar yang kuat sedangkan secondary layer tersusun dari serat yang telah diperlakukan

Keterangan: (a) single face dengan single flute (c) double wall

(18)

6

dengan baik. Secondary layer menyebabkan permukaan paperboard menjadi halus, sedangkan primary layer memberikan kekuatan. (Peleg, 1985).

Kerusakan Mekanis

Kerusakan mekanis pada produk pertanian dapat disebabkan oleh gaya-gaya luar (statik maupun dinamis) dan gaya-gaya dalam disebabkan oleh perubahan fisik bahan tersebut. Perubahan fisik dapat menyebabkan perubahan kadar air, temperatur, biologis, dan kimia. Kerusakan mekanis dapat terjadi karena buah menerima pembebanan, baik berupa tekanan maupun pukulan (Pantastico 1975). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kerusakan mekanis buah antara lain :

1. Gaya-gaya luar

Tingkat kerusakan mekanis yang terjadi dipengaruhi oleh besarnya gaya luar (beban) yang mengenai buah. Kerusakan akan semakin tinggi jika gaya luar (beban) yang diterima oleh buah semakin besar.

2. Sifat mekanis buah

Sifat mekanis yaitu respon bahan yang sesuai dengan perilakunya apabila diberi gaya. Dalam ilmu rheology mempelajari sifat mekanis bahan. Secara reologis, sifat mekanis buah dapat dinyatakan dalam tiga bentuk parameter yaitu gaya, deformasi dan waktu.

Pengemasan Buah Markisa Kuning

Pada penelitian ini, simulasi transportasi buah markisa kuning mengggunakan kemasan karton dengan berat buah di dalam masing-masing kemasan adalah 5 kg. Hal ini sesuai dengan kapasitas yang dianjurkan oleh Deptan (1991) yaitu maksimal 10 kg. Kemasan yang digunakan adalah kardus tipe double flute berukuran 35 x 30 x 25 cm ditunjukkan pada Gambar 3. Pemilihan dinding kardus ber-flute ganda dengan tujuan kemasan ini mampu menahan beban lebih kuat pada buah markisa per buahnya selama transportasi berlangsung, selain itu mampu menahan tumpukan yang lebih banyak dalam keadaan yang lembab yang disebabkan uap air sisa transpirasi buah markisa dalam kemasan, serta dapat dengan baik meredam guncangan yang dihasilkan selama transportasi.

Gambar 3. Kemasan karton tipe double flute ukuran 35x30x25 cm

(19)

7

pendistribusian buah markisa, sehingga akan lebih ekonomis dan bahan pengisi kemasan yang digunakan ini merupakan bahan yang mudah didapat serta memanfaatkan kembali fungsi limbah yang ada (recycle).

Gambar 8. Bahan pengisi jerami

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem IPB, pada bulan Desember 2011 – Februari 2012.

Alat

(20)

8

Bahan

Bahan yang digunakan adalah buah markisa sebanyak 50 kg yang diperoleh di Pasar Kramat Jati, Jakarta. Bahan lain yang digunakan adalah kemasan kotak karton (dimensi = 35 cm x 30 cm x 25 cm), ketebalan karton 0.5 cm, bahan lainnya berupa kertas bekas, daun pisang kering, dan jerami.

Prosedur Penelitian

Diagram alir penelitian:

Sortasi, umur panen yang seragam

Buah markisa utuh disusun ke dalam kemasan karton (@ 5 kg)

Penggetaran dan pengamatan visual menggunakan kamera video di atas meja getar selama ± 154 menit,

dengan frekuensi 3.89 Hz dan amplitudo 4.07 cm

Penyimpanan pada suhu kamar selama 7 hari Pengukuran mutu buah markisa (Kerusakan

mekanis, TPT, Susut Bobot) Pengamatan TPT dan bobot awal

buah markisa

Dibungkus menggunakan kertas

Dengan bahan pengisi daun pisang kering Dengan bahan

pengisi jerami Dengan bahan pengisi

potongan kertas

Tanpa bahan pengisi (Kontrol) Buah Markisa Utuh

Penurunan komoditi dari meja getar

Analisa dan penentuan bahan pengisi terbaik Pengukuran mutu buah markisa (Kerusakan mekanis,

(21)

9

Gambar 9. Ilustrasi gerakan simulasi transportasi buah markisa kuning

Pengamatan 1. Kerusakan Mekanis

Uji kerusakan mekanis dilakukan secara visual pada kulit buah markisa setelah simulasi transportasi di atas meja getar. Kriteria rusak didasarkan pada terdapatnya luka gores pada kulit, memar, retak, hingga pecah. Lembar pengujian adalah seperti pada tabel berikut:

Tabel 5. Lembar pengukuran nilai kerusakan mekanis Waktu

Penggetaran

Jenis Bahan Pengisi Area Rusak Buah Markisa (cm)

Jumlah Persentase Rusak (%)

154 menit

A B C D E

Keterangan:

A = Kotak karton tanpa bahan pengisi

B = Kotak karton dengan bahan pengisi kertas yang membungkus tiap buah C = Kotak karton dengan bahan pengisi potongan/cacahan kertas

D= Kotak karton dengan bahan pengisi daun pisang kering E= Kotak karton dengan bahan pengisi jerami

Persamaan yang digunakan untuk menghitung persentase kerusakan mekanis pada markisa tersebut adalah:

Klasifikasi kerusakan pada buah markisa sebagai berikut:

(22)

10

2. Luka gores, terjadi akibat adanya gesekan antara produk dengan kemasan atau gesekan sesama produk.

3. Luka pecah, terjadi akibat tekanan yang terjadi dari arah vertikal maupun dari arah horizontal produk, selain itu juga dapat diakibatkan karena guncangan selama proses pengangkutan.

2. Susut Bobot

Susut bobot buah markisa diukur menggunakan timbangan mettler dengan ketelitian pengukuran hingga 0.1 gram.

dimana: W = bobot awal bahan (gram) Wa = bobot akhir bahan (gram)

Gambar 10. Timbangan Mettler 3. Total Padatan Terlarut

Pengukuran total padatan terlarut dilakukan dengan menggunakan refractometer. Markisa dihancurkan kemudian dilakukan pengukuran kadar gula dengan meletakan cairan daging buah yang telah dihancurkan pada prisma refractometer. Sebelum dan sesudah pembacaan, prisma refractometer dibersihkan dengan alkohol. Angka yang tertera pada refractometer menunjukan kadar total padatan terlarut (oBrix) yang mewakili rasa manis.

Gambar 11. Hand Refractometer Rancangan Percobaan

(23)

tiap-11

tiap kemasan buah markisa. Faktor-faktor yang digunakan untuk masing-masing kemasan buah markisa adalah:

ά = Bahan pengisi kemasan

ά1 = tanpa menggunakan bahan pengisi kemasan

ά2 = menggunakan kertas pembungkus

ά3 = menggunakan cacahan kertas ά4 = menggunakan jerami

ά5 = menggunakan daun pisang kering

Yij = μ + άi + ε ik

Data yang diperoleh dianalisa dengan analisis sidik ragam menggunakan SAS 9 pada tingkat kepercayaan 95%, jika terdapat pengaruh perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan. Pengamatan dilakukan setiap dua hari sekali terhadap beberapa respon. Respon yang akan diamati, yaitu: (1) susut bobot, (2) total padatan terlarut, (3) kerusakan mekanis. Uji Statistik diawali dengan analisis ragam ANOVA untuk melihat interaksi, kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) sebagai penentu beda nyata dari hasil perhitungan. Acuan dalam analisis ragam untuk dapat dilanjutkan ke uji Duncan apabila:

1. jika P-value ≥ 5% maka tidak signifikan / tidak berpengaruh 2. jika P-value < 5% maka signifikan / berpengaruh

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kesetaraan Waktu Simulasi Transportasi

(24)

12

cocok adalah kemasan karton dengan penambahan kertas pembungkus sebagai bahan pengisi kemasan. Kombinasi bahan pengisi cacahan kertas juga dapat digunakan untuk pendistribusian buah markisa.

Penggunaan alat meja getar simulasi transportasi dalam penelitian ini berlangsung dalam waktu 2.5 jam. Lama penggetaran merupakan hasil konversi perhitungan jarak tempuh dengan analisis amplitudo dan frekuensi dari alat meja getar simulasi. Contoh perhitungan terdapat pada (Lampiran 1, hal 20), dimana harus diukur terlebih dahulu rata-rata amplitudo dan frekuensi dari alat simulasi hingga mengetahui jarak tempuh aktual untuk transportasi. Penggunaan alat simulasi ini terkendala dengan penurunan kinerja alat simulasi tersebut, hal ini mengakibatkan tidak stabilnya nilai amplitudo dan frekuensi saat penelitian berlangsung.

Kerusakan Mekanis

Buah markisa dikemas ke dalam kemasan karton dengan bahan pengisi yang berbeda-beda untuk selanjutnya dilakukan simulasi transportasi. Masing-masing kemasan karton disusun di atas meja simulator dalam dua lapis tumpukan. Selanjutnya simulasi dijalankan selama 154 menit berdasarkan perhitungan kesetaraan waktu simulasi transportasi (Lampiran 1, hal 21)

Pengukuran kerusakan mekanis dilakukan setelah simulasi transportasi dengan melihat jumlah buah yang mengalami kerusakan mekanis pada tiap perlakuan. Pengujian dilakukan secara visual berdasarkan kriteria kerusakan mekanis yang telah ditetapkan dalam metode. Kerusakan yang diakibatkan dari gesekan-gesekan tersebut adalah lecet, memar, dan pecah. Buah markisa dalam kemasan karton atau kardus akan mengalami guncangan selama simulasi transportasi berlangsung. Guncangan tersebut menyebabkan buah markisa mengalami pergerakan sehingga buah markisa tersebut mengalami pembebanan baik berupa tekanan, benturan ataupun gesekan dengan bahan pengisi kemasan, antar buah markisa maupun antara buah dengan kemasan primer (kardus). Kerusakan mekanis ditandai dengan perubahan warna, bentuk, serta penurunan kekerasan buah markisa tersebut. Penampakan kerusakan luka pada buah markisa dapat dilihat pada Gambar 12.

(25)

13 transportasi berlangsung agar kerusakan mekanis dapat terdeteksi semua karena aktivitas respirasi dari buah markisa. Permukaan kulit yang lembab karena respirasi pada buah menyebabkan pertumbuhan jamur. Kerusakan mekanis dan penurunan mutu terdeteksi selama penyimpanan.

Pengambilan sampel yang dilakukan yaitu dengan mengambil 5 buah pada tiap perlakuan. Pengambilan 5 sampel tersebut dipilih secara acak dari tiap perlakuan. Buah yang mengalami kerusakan mekanis berupa pecah tidak dijadikan sebagai sampel karena cacat tersebut (pecah) dapat mempengaruhi isi buah. Sampel-sampel yang sudah terpilih, diukur terlebih dahulu luas permukaannya dengan asumsi buah markisa berbentuk bola. Menggunakan jangka sorong, diukur diameter dari buah markisa kuning. Diameter pertama yaitu ujung-pangkal buah, kemudian diameter kedua yaitu bagian tengah buah. Total area kerusakan mekanis diukur pada seluruh permukaan buah markisa yang mengalami cacat baik lecet, maupun memar.

Gambar 13. Grafik pengaruh perlakuan bahan pengisi kemasan terhadap kerusakan mekanis buah markisa selama penyimpanan (setelah simulasi transportasi)

(26)

14 1.25%. Hal ini dikarenakan kertas pembungkus mampu menutup seluruh permukaan buah markisa sehingga mampu melindungi dan meredam guncangan yang terjadi pada buah markisa. Kerusakan mekanis dengan bahan pengisi berupa cacahan kertas (C), daun pisang kering (D), jerami (E), dan tanpa penggunaan bahan pengisi kemasan (kontrol/A) mencapai nilai persen kerusakan berturut-turut sebesar 2.55%, 3.29%, 4.10%, dan 2.75%.

Untuk mendukung hasil yang telah diperoleh dan mengetahui ada tidaknya pengaruh antara tiap perlakuan dengan parameter pyang diamati maka dilakukan pengujian statistik atas data yang diperoleh. Uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan program Statistical Analysis System (SAS 9.1) dengan analisis ragam ANOVA dan uji lanjutan menggunakan Duncan’s Multiple Range Test untuk menganalisa perbedaan pengaruh nyata atau tidak nyata (Lampiran 6, hal 23). Hasil analisis ragam menunjukan bahwa bahan pengisi kemasan berpengaruh nyata terhadap kerusakan mekanis pada buah markisa dengan nilai P-value < 5% yaitu sebesar 0.0051. Sehingga perlu dilakukan uji lanjut, maka hasil uji lanjut menunjukan bahwa (Lampiran 7, hal 23), perlakuan B, D, dan A mempunyai pengaruh yang tidak berbeda nyata. Artinya, kerusakan mekanis yang terjadi pada ketiga perlakuan tersebut memiliki nilai yang kecil bila digunakan saat pengemasan buah markisa.

Susut Bobot

Pengukuran susut bobot pada penelitian ini yaitu dengan mengambil 5 buah secara acak pada setiap perlakuan. Sampel tersebut diukur nilai susut bobotnya mulai dari sebelum simulasi transportasi dilakukan hingga masa penyimpanan selama 7 hari. Pengukuran susut bobot pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan timbangan mettler.

Keterangan :

A : Kemasan tanpa bahan pengisi

B : Kemasan menggunakan bahan pengisi kertas pembungkus C : Kemasan menggunakan bahan pengisi cacahan kertas D : Kemasan menggunakan bahan pengisi daun pisang kering E : Kemasan menggunakan bahan pengisi jerami

(27)

15

Pada Gambar 14. pengukuran susut bobot pada buah markisa (5 sampel tiap perlakuan) dilakukan setiap 2 hari sekali dengan skala gram. Berdasarkan hasil perhitungan yang dirata-ratakan pada buah markisa (lampiran 13, hal 29) didapatkan nilai tertinggi susut bobot buah markisa perlakuan tanpa menggunakan bahan pengisi kemasan (A) yaitu 17.56%, kemudian nilai susut bobot terendah yaitu 10.53% untuk markisa dengan bahan pengisi kemasan menggunakan kertas pembungkus (B). Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah markisa dengan perlakuan tanpa menggunakan bahan pengisi kemasan (A) memiliki persentase susut bobot paling besar. Hal ini dapat disebabkan karena guncangan yang terjadi dalam perlakuan A lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya sehingga buah markisa dalam perlakuan tersebut mengalami penurunan kadar air lebih cepat dan penurunan kadar air dapat mempengaruhi susut bobot buah markisa. Menurut hasil dari pengolahan data ke dalam bentuk data statistik (lampiran 2, hal 22), diperoleh nilai P-value ≥ 5% yaitu sebesar 0.8622 yang menyatakan bahwa perbedaan bahan pengisi kemasan (perlakuan) yang digunakan pada simulasi transportasi buah markisa tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot buah markisa.

Susut bobot merupakan kehilangan kandungan air pada produk yang mempengaruhi kenampakan, tekstur seperti kelunakan atau kelembekan, berkurangnya kandungan gizi, dan menyebabkan kerusakan lain seperti kelayuan dan pengerutan dari buah tersebut. Susut pada saat setelah simulasi transportasi lebih banyak disebabkan faktor metabolisme buah markisa kuning yaitu respirasi, transpirasi, dan proses hidrolisis pati menjadi komponen-komponen yang sederhana seperti glukosa dan akan terurai menjadi karbohidrat dan air bereaksi dengan oksigen. Kandungan air pada buah markisa akan berkurang segera setelah buah dipetik yang disebabkan proses transpirasi. Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis. Menurut Wijandi (1981), penurunan bobot pada komoditi setelah panen disebabkan oleh hilangnya air dari jaringan-jaringan hidup selama proses transpirasi. Susut bobot juga disebabkan oleh terurainya glukosa menjadi CO2 dan air selama proses respirasi, walaupun dalam jumlah yang kecil.

Total Padatan Terlarut

Pada penelitian ini, sampel yang digunakan yaitu dengan mengambil 5 buah secara acak pada setiap perlakuan. Pengukuran total padatan terlarut dilakukan sebelum simulasi transportasi, setelah simulasi transportasi, dan selama 7 hari penyimpanan. Adapun pengukuran total padatan terlarut ini menggunakan alat hand refractometer. Sampel yang akan diukur, terlebih dahulu dibuka kulit buahnya hingga cairan dan biji buah dapat terambil. Hal ini bertujuan agar cairan dan biji buah dapat diambil sarinya, kemudian diletakan pada sensor yang terdapat dalam hand refractometer. Sampel yang telah diukur total padatan terlarutnya tidak dapat digunakan kembali, sehingga untuk pengukuran berikutnya harus diambil sampel yang baru pada setiap perlakuan.

(28)

16

lainnya yang bagian dalamnya berupa daging buah. Disamping itu, diperolehnya hasil pengukuran kekerasan buah markisa yang fluktuatif disebabkan juga oleh belum adanya ketentuan tersendiri untuk pengaturan alat dalam mengukur kekerasan buah markisa (Surianta, 2011).

Tingginya nilai kerusakan mekanis memacu laju pembusukan lebih tinggi. Laju pembusukan membutuhkan energi yang didapatkan dari perombakan zat-zat gula melalui proses oksidasi sehingga mengakibatkan tingginya nilai total padatan terlarut. Berdasarkan analisa statistik (lampiran 4, hal 22), diperoleh nilai P-value ≥ 5% yaitu sebesar 0.2664 yang menyatakan bahwa penggunaan bahan pengisi kemasan (perlakuan) yang digunakan pada simulasi transportasi buah markisa tidak berpengaruh nyata terhadap nilai total padatan terlarut pada buah. Penggunaan bahan pengisi kemasan tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap total padatan terlarut buah markisa.

Keterangan :

A : Kemasan tanpa bahan pengisi

B : Kemasan menggunakan bahan pengisi kertas pembungkus C : Kemasan menggunakan bahan pengisi cacahan kertas D : Kemasan menggunakan bahan pengisi daun pisang kering E : Kemasan menggunakan bahan pengisi jerami

Gambar 15. Grafik pengaruh perlakuan bahan pengisi kemasan terhadap perubahan total padatan terlarut dalam buah markisa selama penyimpanan (setelah simulasi transportasi)

(29)

17

Surianta 2011), yang menyatakan bahwa pada buah markisa (klimakterik), justru terjadi sedikit penurunan selama proses pematangan. Perbedaan nilai total padatan terlarut antara buah markisa dengan buah klimakterik lain dapat dikarenakan adanya kandungan kimia pada buah markisa yang tidak terdapat pada buah klimakterik lainnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Bahan pengisi kemasan pada buah markisa mempengaruhi kerusakan mekanis selama simulasi transportasi dan penyimpanan. Menurut hasil pengujian, perlakuan dengan berbagai bahan pengisi kemasan mengalami peningkatan pada nilai persen kerusakan mekanis. Hal ini karena buah markisa bergerak bebas saat simulasi transportasi berlangsung, serta terjadi benturan dan gesekan baik antar buah yang dikemas maupun antara buah dengan dinding kemasan. 2. Pada parameter susut bobot, terjadi penurunan nilai bobot buah seiring

lamanya penyimpanan. Hal ini dikarenakan adanya dampak getaran yang terjadi saat simulasi transportasi dan kehilangan kadar air selama penyimpanan. Jenis bahan pengisi kemasan tidak berpengaruh signifikan (analisa statistik) terhadap susut bobot buah markisa pasca simulasi transportasi dan penyimpanan. Pada parameter total padatan terlarut, buah markisa dapat digolongkan ke dalam buah klimaterik karena terdapat kandungan sukrosa dan total padatan terlarutnya mengalami penurunan selama proses pematangan buah markisa terjadi. Bahan pengisi kemasan tidak berpengaruh signifikan (analisa statistik) terhadap total padatan terlarut pada buah markisa pasca simulasi transportasi dan penyimpanan.

3. Bahan pengisi kemasan yang paling baik untuk mengurangi kerusakan mekanis adalah kemasan dengan bahan pengisi kertas pembungkus (B), karena menunjukkan nilai kerusakan mekanis terkecil dibandingkan dengan bahan pengisi kemasan lainnya, yaitu dengan nilai rata-rata persen kerusakan sebesar 1.25%. Kerusakan mekanis dengan bahan pengisi berupa cacahan kertas (C), daun pisang kering (D), jerami (E), dan tanpa penggunaan bahan pengisi kemasan (kontrol/A) mencapai nilai persen kerusakan berturut-turut sebesar 2.55%, 3.29%, 4.10%, dan 2.75%.

Saran

1. Perlu analisa lebih lanjut tentang pengukuran luasan buah markisa dan area kerusakan mekanis pada permukaan buah markisa.

(30)

18

3. Penentuan kematangan komoditas lebih diperhatikan untuk pendistribusian buah dengan jarak jauh dalam skala yang besar agar bisa meminimalisir kerusakan mekanis dan penurunan mutu buah markisa pasca transportasi (pendistribusian).

4. Perlu diuji kekerasan buah markisa. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengukuran kekerasan buah, hal ini dikarenakan keterbatasan dari sampel buah dan metode pengukuran yang belum adanya ketentuan tersendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, RS. 2005. Dampak Kemasan dan Suhu Penyimpanan Terhadap Perubahan Sifat Fisik dan Masa Simpan Brokoli Setelah Transportasi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Aspihani, Hilalliyah. 2006. Kajian Pengaruh Tipe Kemasan, Bahan Kemasan, dan Penggunaan Ventilasi Terhadap Kekuatan Kemasan Peti Karton Untuk Distribusi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Anonim. 2010. Markisa (Passiflora spp). (www.wannura.com) [7 Februari 2011]. Badan Pusat Statistik. 2009. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia 2009.

Jakarta. Badan Pusat Statistik.

[BPS] Biro Pusat Statistik. 2012. Produktivitas Buah-Buahan di Indonesia. BPS – Jakarta.

Handerberg, R.E. 1975. Dasar-dasar Pengemasan. Didalam E.B. Pantastico (ed). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan, dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Darmawati, E. 1994. Simulasi Komputer untuk Perancangan Kemasan Karton Bergelombang dalam Pengangkutan Buah-buahan. Tesis. Program Studi Keteknikan Pertanian, IPB. Bogor.

Direktorat Gizi Dept. Kes. R.I. 1990. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Penerbit Bhratar : Jakarta.

Hanlon, J. F. 1984. Handbook of Package Engineering. McGraw Hill Book Co., New York.

Kartasapoetra, A.G. 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. PT Rieneka Cipta, Jakarta.

Luketsi, Wendianing Putri. 2011. Pengaruh Perlakuan Bahan Pengisi Kemasan terhadap Mutu Fisik Buah Pepaya Varietas IPB 9 (Callina) Selama Transportasi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Lokasari, Kadek Noni. 2011. Pengkajian Kemasan Dalam dan Pengisi Terhadap Mutu Tomat (Lycopersicom esculentum) Pada Kemasan Peti Kayu Selama Transportasi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Mc. Gregor, B.M. 1989. Tropical Products Transport Handbook. USA. United States Department of Agriculture.

(31)

19

Peleg, Kalman. 1985. Produce Handling, Packaging, and Distribution. AVI Publishing Co.Inc.,USA.

Phan CT, Pantastico ErB, Ogata K, Chochin K. 1986. Respirasi dan Puncak Respirasi di dalam Pantastico (Ed). Fisiologi Pasca Panen. Gajah Mada Univesity Press. Yogyakarta.

Pradnyawati, P. I. 2006. Pengaruh Kemasan dan Goncangan Terhadap Mutu Fisik Jambu Biji. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian, IPB. Bogor.

Pruthi JS. 1963. Physiology, Chemistry and Technology of Passion Fruit. Adv. Food Res. 12: 203-282

Rismunandar. 1986. Mengenal Tanaman Buah-buahan. Sinar Baru, Bandung. Ryall AL, Lipton WJ. 1972. Handling Transportation and Storage of Fruits and

Vegetables. An AVI Publ., Co., Ltd., Westport.

Satuhu, Suyanti. 2004. Penanganan dan Pengolahan Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sjaifullah. 1996. Petunjuk Memilih Buah Segar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soedibyo. 1985. Penanganan Pasca Panen Buah-buahan dan Sayur-sayuran (Khusus Pengepakan, Pengangkutan, dan Penyimpanan). Badan Penelitian dan Pengembangaan Pertanian, Sub Balai Penelitian Tanaman Pangan. Jakarta.

Subdirektorat Teknologi Pasca panen. 1991. Penanganan Pasca Panen Buah Markisa. Deptan. Jakarta

Surianta. 2011. Sifat Fisik dan Daya Simpan Buah Markisa Kuning (Passiflora flavicarpa) yang Dilapisi Kitosan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Soedibyo, T.M. 1992. Alat Simulasi Pengangkutan Buah-Buahan Segar dengan Mobil dan Kereta Api. Jurnal Hortikultura 2(1): 66-73.

Syarief et al. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.

Wikipedia. USDA National Nutrient data base dan Wikipedia. [2008]

Watkins JB. 1971. Postharvest Handling of Fruits and Vegetables. Sand Trout Preservation Research Laboratorium. Queensland. Australia.

(32)

20

Lampiran 1. Perhitungan Kesetaraan Waktu Simulasi Transportasi A.Tranportasi Jalan Luar Kota

Berdasarkan data tabel 4 (halaman 8), maka:

1. Amplitudo rata-rata getaran bak truk (P) = Σ (Ni x Ai)/Σ(Ni) Dimana: P = Rata-rata getaran bak truk

N = Jumlah kejadian amplitudo

A = Amplitudo getaran vertikal (cm) jalan luar kota 2. Luas satu siklus bak truk kondisi jalan kota = ∫

Dimana: T = Periode (detik/getaran) ω = Kecepatan sudut (getaran/detik)

3. Amplitudo rata-rata getaran bak truk bila melalui jalan luar kota: P =

= 1.742 cm

4. Jika diketahui frekuensi bak truk = 1.442 Hz Maka: T = =

= 0.693 getaran/detik ω = =

= 9.067 getaran/detik 5. Luas siklus getaran bak truk di jalan luar kota

= ∫

6. Jumlah luas seluruh getaran bak truk jalan luar kota selama 0.5 jam: = 30 menit x 60 detik/menit x 1.442 getaran/detik x 0.00115 cm2/getaran

= 2.985 cm2

Kesetaraan waktu simulasi transportasi yang dilakukan menggunakan meja simulator dapat dihitung dengan metode di bawah ini:

Frekuensi = 3.89 Hz Amplitudo = 4.07 cm

Jarak tempuh aktual (Bandung- Jakarta) = 180 km

(33)

21

Lampiran 1. Perhitungan Kesetaraan Waktu Simulasi Transportasi (Lanjutan) Jumlah seluruh getaran selama 1 jam:

= 1 jam x 60 menit/jam x 60 detik/menit x 3.38 getaran/detik = 12168 getaran/jam

Jumlah luas seluruh getaran selama 1 jam: = 12168 getaran/jam x 0.001143 cm2/getaran = 13.91 cm2/jam

Berdasarkan konversi angkutan truk selama 0.5 jam 30 km, maka simulasi pengangkutan dengan truk selama 1 jam di jalan luar kota:

=

x jarak tempuh

=

= 69.9 km/jam

Jarak tempuh aktual yang diinginkan adalah 180 km (Jarak Bandung - Jakarta), 367 km (Jarak Bandung- Semarang), 675 km (Jarak Bandung - Surabaya) maka lamanya simulasi transportasi di atas simulator adalah:

=

(34)

22

Lampiran 2. Hasil ANOVA pengaruh bahan pengisi kemasan terhadap susut bobot buah markisa

Galat 20 2824.340560 141.217028

Total 24 3004.255904

Bahan pengisi kemasan tidak berpengaruh signifikan terhadap susut bobot pada taraf nyata 5% dengan nilai (Pr > F) =0.8622, dimana nilai (Pr > F) > Alpha (0,05)

Lampiran 3. Hasil uji lanjut Duncan pengaruh bahan pengisi kemasan terhadap susut bobot buah markisa selama delapan hari penyimpanan

perlakuan susut bobot hari ke-

2 4 6 8

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%

Lampiran 4. Hasil ANOVA pengaruh bahan pengisi kemasan terhadap total padatan terlarut buah markisa

Perlakuan 4 3.69126400 0.92281600 1.41 0.2664

Galat 20 13.07632000 0.65381600

Total 24 16.76758400

Bahan pengisi kemasan tidak berpengaruh signifikan terhadap total padatan terlarut pada taraf nyata 5% dengan nilai (Pr > F) =0.2664, dimana nilai (Pr > F) > Alpha (0,05)

Lampiran 5. Hasil uji lanjut Duncan pengaruh bahan pengisi kemasan terhadap total padatan terlarut buah markisa selama enam hari penyimpanan

perlakuan total padatan terlarut hari ke-

0 2 4 6

(35)

23

Lampiran 6. Hasil ANOVA pengaruh bahan pengisi kemasan terhadap kerusakan mekanis buah markisa

Sumber Keragaman

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat

tengah F hitung Pr > F

Perlakuan 4 6.39092000 1.59773000 5.15 0.0051

Galat 20 6.20028000 0.31001400

Total 24 12.59120000

Bahan pengisi kemasan berpengaruh signifikan terhadap kerusakan mekanis pada taraf nyata 5% dengan nilai (Pr > F) =0.0051, dimana nilai (Pr > F) < Alpha (0,05)

Lampiran 7. Hasil uji lanjut Duncan pengaruh bahan pengisi kemasan terhadap kerusakan mekanis buah markisa selama delapan hari penyimpanan

perlakuan kerusakan mekanis hari ke-

0 2 4 6 8

A 1.5620 bc 2.1240 bc 2.3520 bc 2.6000 bc 2.7440 bc

B 0.9760 c 1.0980 c 1.1780 c 1.2200 c 1.2520 c

C 2.3680 a 2.4020 a 2.4520 a 2.4520 a 2.5480 a

(36)

24

(37)

25

(38)

26

(39)

27

(40)
(41)

29

29

(42)

30

(43)

1

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Iman Rochmat Afandi. Lahir di Jakarta, 19 Februari 1989 dari ayah Hudiono dan ibu Nanis Tjandrawati, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menamatkan SMA pada tahun 2007 dari SMA Negeri 109 Jakarta dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Mayor Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan termasuk menjadi pengurus pusat Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia (IMATETANI) sebagai ketua Lembaga Pengembangan Akademik Mahasiswa (2008-2009), Forum Bina Islami (FBI-Fateta) sebagai kepala divisi Syi’ar (2009 -2010), asisten mata kuliah Lingkungan dan Bangunan Pertanian (LBP), Teknologi Greenhouse dan Hidroponik (TGH) pada tahun 2010 - 2011 dan mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk tingkat persiapan bersama. Pada tahun 2011, penulis mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) bidang penerapan teknologi di Universitas Hasanuddin, Makassar, kemudian inovasi teknologi tersebut dinobatkan sebagai 104 Inovasi Indonesia Paling Prospektif 2012 yang diberikan oleh Kemenristek RI tahun 2012. Penulis melaksanakan Praktik Lapangan dengan judul Aspek Keteknikan Pertanian pada Budidaya Sayuran dan Buah-buahan pada tahun 2010 di Kusuma Agrowisata, Malang.

Gambar

Tabel 1. Data produksi buah-buahan di Indonesia (2008 - 2012)
Gambar 2. Penggolongan karton gelombang
Gambar 8. Bahan pengisi jerami
Gambar 9. Ilustrasi gerakan simulasi transportasi buah markisa kuning
+4

Referensi

Dokumen terkait

The Rainforest Alliance works to conserve biodiversity and ensure sustainable livelihoods by transforming land-use practices, business practices and consumer behavior. The

Dilihat dari semua hasil yang telah diperoleh pada proses pembelajaran ketrampilan menulis cerita sederhana dengan menggunakan media gambar pada siklus I dan siklus II

[r]

Kendala yang dihadapi dalam Proses Pembinaan Karakter pada Siswa di Homeschooling Kak Seto di Cirebon Jawa Barat .... Upaya yang dilakukan dalam Mengatasi Kendala yang ada

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS.

Berdasarkan pemikiran tersebut, adat dan ‘uruf atau kebiasaan dalam masyarakat Aceh dapat diterima menjadi landasan hukum sosial karena uruf yang diterapkan

Bioleaching merupakan suatu proses untuk melepaskan (remove) atau mengekstraksi logam dari mineral atau sedimen dengan bantuan organisme hidup atau untuk mengubah mineral

Secara teoritis tinggi rendahnya tingkat rasio pertumbuhan perusahaan tidak mempengaruhi para pihak manajemen perusahaan untuk menyebarluaskan informasi keuangan