TO DEPOSIT RATIO (LDR) AND FEE BASED INCOME
EFFECT ON PROFITABILITY AT PT BANK OCBC NISP Tbk.
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia
Disusun Oleh :
HERU SANTOSA MARBUN 21107073
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
i
Penelitian ini dilakukan pada PT Bank OCBC NISP Tbk. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui Loan to Deposit Ratio dan Fee Based Income serta
Profitabilitas (ROA), serta besarnya pengaruh Loan to Deposit Ratio dan Fee Based Income terhadap Profitabilitas (ROA).
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif verifikatif dan metode analisisi statistik. Untuk mengetahui Loan to Deposit Ratio dan Fee Based Income
serta Profitabilitas (ROA) menggunakan teknik sampling purposive yaitu data dari laporan perhitungan neraca dan laba rugi PT Bank OCBC NISP Tbk. Kemudian Loan to Deposit Ratio dan Fee Based Income Profitabilitas (ROA) dianalisis dengan pendekatan kuantitatif yaitu regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruhnya baik secara simultan maupun secara parsial.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif diketahui Loan to Deposit Ratio dan Fee Based Income tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA). Namun secara simultan Loan to Deposit Ratio dan Fee Based Income
memiliki hubungan yang kuat dengan profitabilitas.
The Research held in PT Bank OCBC NISP Tbk. The aim of the research is to know the Loan to Deposit Ratio, Fee Based Income and Profitability (ROA) and how large the influence of Loan to Deposit Ratio, Fee Based Income towards Profitability (ROA).
This research uses descriptive analytical method verifikatif and statistical methods. To determine the Loan to Deposit Ratio, Fee Based Income and Profitability (ROA) using purposive sampling technique in that the data from the report the calculation at the PT Bank OCBC NISP Tbk. balance sheet and income statement. Then the Loan to Deposit Ratio, Fee Based Income and Profitability (ROA) were analyzed with quantitative approach the multiple linear regression to determine the influence either simultaneously or partially.
Based on the results of descriptive statistical analysis known to the Loan to Deposit Ratio, Fee Based Income no significant effect on Profitability (ROA). But simultaneously the Loan to Deposit Ratio, Fee Based Income have a strong relationship on profitability.
iii
karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “ANALISIS LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) DAN FEE BASED INCOME PENGARUHNYA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT BANK OCBC NISP Tbk”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangannya bahkan jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan,
pengalaman dan pengetahuan penulis, baik dalam hal penyajian maupun dalam
penggunaan tata bahasa. Tetapi penulis berupaya menyusun sebaik mungkin
dengan harapan skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, baik berupa petunjuk, bimbingan, pengarahan, maupun bantuan
moril dan materil. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa dengan penuh
ketulusan dan kasih sayang, keikhlasan, kesabaran serta pengorbanan yang tiada
henti mendorong dan selalu memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan segenap ketulusan hati penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas
iv
dan Dosen Wali Kelas Akuntansi-2 serta Selaku Dosen pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan
memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan
skripsi.
4. Lilis Puspitawati SE., M.Si. dan Surtikanti SE., M.Si selaku penguji
skripsi.
5. Staff Kesekretariatan Program Studi Akuntansi (Mbak Senny dan Mbak
Dona serta A gugun) makasih banyak untuk pelayanan dan informasinya.
6. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis
dengan pengetahuan.
7. Adiku Nova, Resinda, si kembar Andre dan Daniel yang telah
memberikan doa, dorongan, semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Untuk sahabat-sahabatku terima kasih atas dukungan dan bantuannya.
9. Semua teman-temanku kelas Akuntansi-2 terima kasih atas dukungan dan
bantuannya.
10.Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan usulan penelitian
v
Bandung, Juli 2011
Penulis,
HERU SANTOSA MARBUN
1
1.1Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini dalam era globalisasi, seiring dengan adanya krisis multidimensi
yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang dimulai dengan
merosotnya nilai Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang telah
menghancurkan sendi–sendi ekonomi yang termasuk pada sektor perbankan,
krisis moneter yang berkepanjangan mengakibatkan krisis kepercayaan akibatnya
banyak bank dilanda penyakit yang sama. Hal ini mengakibatkan banyak bank
yang lumpuh karena dihantam kredit macet, kredit macet ini muncul diakibatkan
karena adanya kredit yang tidak tertagih, sehingga banyak perbankan yang gulung
tikar. Yang paling besar terkena dampak yang luar biasa akibat adanya krisis
moneter ini adalah perbankan.
Menurut Undang–undang No. 7 Tahun 1992 dan dipertegas lagi dengan
keluarnya Undang – undang RI. Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis Bank terdiri
dari Bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Yang dimaksud dengan
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti
dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah
operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank umum sering disebut dengan
Sebagai lembaga keuangan, bank dalam kegiatan sehari–harinya tidak akan
terlepas dari bidang keuangan. Sama seperti halnya dengan kegiatan pihak
perbankan yang secara sederhana dapat kita katakan yaitu menghimpun dana dan
menyalurkan dana kepada masyarakat umum. Kegiatan yang dilaksanakan bank
dibedakan menjadi dua yaitu kegiatan bank umum dengan kegiatan bank
perkreditan rakyat (BPR). Kegiatan bank umum lebih luas dari bank perkreditan
rakyat, artinya produk yang ditawarkan bank umum lebih beragam, hal ini
disebabkan karena bank umum mempunyai kebebasan untuk menentukan produk
dan jasanya. Sedangkan bank perkreditan rakyat mempunyai keterbatasan tertentu
maksudnya dalam kegiatannya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran tidak seperti Bank Umum, sehingga
kegiatannya lebih sempit.
Adapun kegiatan–kegiatan perbankan yang sering dilakukan adalah
menghimpun dana dari masyarakat (simpanan giro, simpanan tabungan, simpanan
deposito), menyalurkan dana ke masyarakat (kredit investasi, kredit modal kerja,
kredit perdagangan), memberi jasa–jasa bank lainnya (transfer, inkaso, kliring, safe deposit box, bank card, bank notes, bank garansi, refrensi bank, bank draft, letter of credit), menerima setoran–setoran (pembayaran pajak, tlp, air, listrik dan uang kuliah), melayani pembayaran–pembayaran (gaji, pembayaran dividen,
kupon, pemberian bonus/hadiah), dan jasa–jasa lainnya.
Untuk dapat terus melayani nasabahnya perbankan nasional harus
meningkatkan profesionalisme kerjanya untuk menghadapi persaingan yang ada
pasar bebas dan perkreditan maupun pelayanan jasa–jasa perbankan, para
perbankan nasional harus lebih bersungguh-sungguh dan berusaha dengan keras
supaya tetap bisa beroperasi.
Akibat adanya krisis moneter maka, dari sejumlah Bank yang beroperasi di
Indonesia ada beberapa bank yang dapat bertahan secara sehat dan dapat
mengembangkan dirinya tetapi, tidak sedikit bank yang mengalami kesulitan
sehubungan dengan adanya krisis moneter yang berkepanjangan ini, bank yang
dapat bertahan secara sehat dan mengembangkan dirinya yaitu bank yang
mempunyai kinerja dan kepercayaan diri yang cukup besar dan untuk
meningkatkan pendapatannya perbankan menawarkan produk–produk dan jasa–
jasa kepada masyarakat yang menjadi nasabah mereka dan menggiatkan
pemasarannya dengan menjalin kerjasama dengan pemerintah, swasta maupun
universitas dalam jangka panjang, sehingga sampai saat ini mereka masih bisa
memperoleh laba dari pendapatan bunga kredit.
Tidak jarang bank-bank menetapkan suku bunga terselubung, yaitu suku
bunga simpanan yang diberikan lebih tinggi dari yang diinformasikan secara
resmi melalui media massa dengan harapan tingkat suku bunga yang dinaikkan
akan menyebabkan jumlah uang yang beredar akan berkurang karena orang lebih
senang menabung daripada memutarkan uangnya pada sektor-sektor produktif
atau menyimpannya dalam bentuk kas dirumah. Sebaliknya, jika tingkat suku
bunga terlalu rendah, jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah
karena orang akan lebih senang memutarkan uangnya pada sektor-sektor yang
menanamkan dananya di bank daripada menginvestasikannya pada sektor
produksi atau industri yang memiliki tingkat risiko lebih besar. Sehingga dengan
demikian, tingkat inflasi dapat dikendalikan melalui kebijakan tingkat suku
bunga.
Informasi yang dapat digunakan oleh investor dalam menilai kinerja
perusahaan adalah dengan menganalisa tingkat likuiditas, solvabilitas, serta
tingkat profitabilitas perusahaan. Perusahaan yang mempunyai kemampuan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan tepat waktu maka dikatakan
dalam keadaan likuid. Dalam penelitian ini, tingkat likuiditas diukur dengan
menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR). Semakin tinggi tingkat LDR, berarti banyak dana yang disalurkan dalam perkreditan sehingga perbankan akan
memperoleh laba dari bunga kredit.
Pada saat ini seharusnya perbankan tidak mengandalkan pendapatan yang
hanya dihasilkan dari bunga kredit saja, apabila perbankan hanya mengandalkan
pendapatan yang dihasilkan dari bunga kredit maka, profitabilitas perbankan
tidak akan meningkat. Untuk meningkatkan profitabilitas maka, perbankan harus
pintar atau jeli dengan mencari sumber–sumber atau produk-produk diluar dari
kegiatan perkreditan, seperti dari jasa–jasa perbankan yang diberikan atau yang
lebih dikenal dengan Fee Based Income. Dengan adanya fee based income maka pendapatan akan naik sehingga laba pun ikut naik.
Dengan potensi Fee Based di Indonesia yang sangat besar maka, masih banyak yang dapat dikembangkan sejalan dengan berkembangnya perekonomian
adanya Fee Based Income ini pendapatan perbankan nasional bisa semakin meningkat dan sudah merupakan keharusan perbankan nasional berkiprah atau
terjun secara langsung dalam persaingan global.
Setiap tindakan yang dilakukan oleh perusahaan atau badan usaha tentu
mengandung suatu maksud dan tujuan. Kondisi inipun terjadi pada bank ,
penetapan tujuan ini disesuaikan dengan keinginan pihak manajemen bank itu
sendiri. Perusahaan atau bank dalam menetapakan tujuan yang hendak dicapai
dapat dilakukan dengan berbagai pertimbangan yang matang, kemudian
ditetapkan cara–cara untuk mencapai tujuan tersebut. Adapun tujuan yang ingin
dicapai oleh bank adalah laba dan dalam prakteknya bank untuk memperoleh laba
adalah bisa bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Dalam jangka pendek
biasanya hanya bersifat sementara dan juga dilakukan sebagai langkah untuk
mencapai tujuan jangka panjang. Secara singkat laba adalah merupakan selisih
pendapatan dan keuntungan setelah dikurangi beban dan kerugian. Laba
merupakan salah satu pengukur aktivitas operasi dan dihitung berdasarkan atas
dasar akuntansi akrual.
Kemampuan bank untuk memperoleh laba tergantung pada efisiensi dan
efektifitas pelaksanaan operasi, serta sumber daya yang tersedia untuk
melakukannya. Karena itu, analisis profitabilitas secara umum memfokuskan pada
hubungan antara hasil operasi, seperti yang dilaporkan dalam laporan laba/rugi,
dan sumber daya yang tersedia bagi perusahaan, seperti yang dilaporkan dalam
kebijakan dan kepuasan yang dilakukan oleh perusahaan. Salah satu ukuran untuk
melihat laba adalah profitabilitas.
PT Bank OCBC NISP merupakan salah satu bank yang telah berdiri lama
sehingga PT Bank OCBC NISP menyalurkan dana pihak ketiga yang
diperolehnya untuk kegiatan kredit dan jasa bank lainnya seperti kliring dan safety box. Hal ini disebabkan karena penempatan dalam bentuk jasa-jasa bank tersebut dapat memberikan kontribusi berupa keuntungan.
Tabel 1.1
Perkembangan Pemberian Kredit dan Laba Sebelum Pajak PT. Bank OCBC NISP
Tahun 2004-2010
(dalam jutaan rupiah)
Tahun Pemberian Kredit Laba Sebelum Pajak
2004 9.898.915 395.085
tahun 2009 laba sebelum pajak yang diperoleh PT Bank OCBC NISP sebesar Rp
612.115 sementara pada tahun 2010 laba sebelum pajak yang diperolehnya
karena laba yang ada digunakan untuk membiayai merger. Laba sebelum pajak
adalah salah satu elemen yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas
yang diperoleh perusahaan. Peningkatan Loan to Deposit Ratio sejalan dengan meningkatnya profitabilitas. Teori ini didukung oleh penelitan Pompong B. Setiadi
(2010) bahwa Loan to Deposit Ratio searah dengan profitabilitas yang diperoleh. Dari data tabel diatas penulis dapat memperkirakan penurunan dan kenaikan
Fee Based Income berdasarkan pada laba tahun 2004-2010. Penulis memperkirakan laba Fee Based Income pada tahun 2004, 2006, 2007, 2008, 2009 mengalami kenaikan sesuai dengan laba yang mengalami kenaikan juga.
Sedangkan pada tahun 2005 dan 2010 Fee Based Income mengalami penurunan dikarenakan laba pada tahun 2005 dan 2010 mengalami penurunan. Hal ini
didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Fujianti Yunus (2008) yang
menyatakan bahwa Fee Based Income naik maka labanya pun ikut naik.
Berdasarkan penelitian sebelumnya dan hasil penelitiannya, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Fee Based Income
pengaruhnya terhadap Profitabilitas pada PT Bank OCBC NISP Tbk”.
1.2 Identifikasi Masalah Dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang penelitian yang dikemukakan di atas, maka
penulis mencoba mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian
1. Terjadinya penurunan laba di tahun 2005 dan 2010 akibat dari biaya
merger.
2. Loan to Deposit Ratio mengalami kenaikan dan penurunan yang fluktuatif.
3. Fee Based Income mengalami perkembangan dan peningkatan kinerja yang sejalan dengan strategi yang didukung oleh ekspansi produk dan
jasa.
1.2.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang penelitian yang dikemukakan di atas, maka
penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Fee Based Income pada PT Bank OCBC NISP.
2. Bagaimana tingkat Profitabilitas pada PT Bank OCBC NISP.
3. Seberapa besar pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Profitabilitas.
4. Seberapa besar pengaruh Fee Based Income terhadap Profitabilitas.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
Loan to Deposit Ratio (LDR) dan tingkat Fee Based Income terhadap Profitabilitas pada PT Bank OCBC NISP.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan
dari penelitian ini, adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Loan to Deposi Ratio (LDR) dan Fee Based Income
pada PT Bank OCBC NISP.
2. Untuk mengetahui Profitabilitas pada PT Bank OCBC NISP.
3. Untuk menganalisis pengaruh Loan to Deposi Ratio (LDR) terhadap Profitabilitas.
4. Untuk menganalisis pengaruh Fee Based Income terhadap Profitabilitas. 5. Untuk menganalisis pengaruh Loan to Deposi Ratio (LDR) dan Fee Based
Income terhadap Profitabilitas secara parsial dan simultan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah dapat bermanfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan bagi penulis mengenai analisis laporan keuangan yang
2. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan,
umumnya mengenai dunia perbankan, khususnya mengenai loan to deposit ratio, fee based income dan tingkat profitabilitas pada Bank serta sebagai bahan referensi untuk penelitian dalam bidang yang sama.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di PT Bank OCBC NISP Tbk, yang
1.5.2 Waktu Penelitian
Adapun jadwal kegiatan penelitian yang dilakukan pada bulan Februari
sampai dengan Oktober 2011 berdasarkan tabel berikut:
12
LDR = t t r t y r
III x 100%
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Nilai LDR
dapat ditentukan melalui suatu formula yang ditentukan oleh Bank Indonesia
melalui SE BI No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001
Jumlah kredit yang diberikan dalam arti kredit yang telah direalisir atau
dicairkan, tetapi tidak termasuk kredit yang diberikan kepada bank lain. Dana
pihak ketiga meliputi giro, tabungan dan deposit. Tetapi tidak termasuk giro dan
deposito antar bank. Modal inti yang dimaksud adalah sesuai dengan ketentuan
Bank Indonesia yang terdiri atas modal disetor pemilik bank, agio saham,
berbagai cadangan, laba ditahan dan laba tahun berjalan. Selanjutnya, BI juga
menetapkan batas maksimum rasio pemberian kredit terhadap dana yang
terhimpun adalah maksimal sebesar 102 %. Pembatasan maksimum ditentukan BI
karena bank yang sehat tidak akan terlalu besar LDR nya. Karena jika LDR terlalu
besar, berarti bank terlalu banyak melakukan penyaluran kredit ke debitur.
Akibatnya bank tersebut memiliki kemungkinan untuk mengalami kesulitan
Loan to Deposit Ratio umumnya digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas sebuah bank. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank
dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Angka Loan to Deposit Ratio yang rendah menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang rendah dibandingkan dana yang diterima maka dapat diketahui bahwa
bank masih jauh dari maksimal dalam melaksanakan fungsi intermeditasi. Dengan
rendahnya ekspansi kredit maka kemungkinan sebagian besar deposito nasabah
masih berupa uang tunai. Sehingga dari keadaan itulah dikatakan jika suatu bank
memiliki angka Loan to Deposit Ratio yang rendah berarti bank tersebut belum melaksanakan fungsi intermeditasinya dengan maksimal. Dimana standar besar
tingkat LDR yanng optimal adalah 75%-102%.
Semakin besar LDR berarti semakin besar profitabilitas bank. Dengan
semakin besar LDR berarti semakin besar ekspansi kredit yang dilakukan oleh
bank. Dengan semakin besar ekspansi kredit, maka akan semakin besar pula
profibilitas bank karena pendapatan yang berasal dari kredit, yaitu pendapatan
bunga, akan semakin besar pula.
Menurut Kasmir (2003: 272)pengertian Loan to Deposit Ratio,adalah : “Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio untuk mengukur
komposisi jumlah kredit yang disalurkan dibandingkan dengan jumlah
dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan”.
Sedangkan menurut Dendawijaya (2000: 118) :
“Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Loan to Deposit Ratio
adalah rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang disalurkan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
2.1.2 Fee Based Income
Kalau kita mengikuti perkembangan neraca rugi/laba bank–bank di
Indonesia pendapatan utama dari hasil operasional bank–bank itu terutama masih
cenderung tergantung pada pendapatan hasil bunga kredit. Bank juga dapat
meningkatkan pendapatannya dari hasil pemberian jasa–jasa perbankan yang
dapat ditawarkan kepada nasabahnya atau yang lebih dikenal dengan fee based income.
Fee Based Income menurut N. Lapoliwa ( 2000:195)adalah :
“Tujuan dari pemberian jasa–jasa ini selain untuk mengembangkan pangsa
pasar bank juga untuk meningkatkan pendapatan bank dalam bentuk
komisi”.
Sedangkan Fee Based Income menurut Kasmir (2004:136) adalah :
”Keuntungan yang didapat dari transaksi yang diberikan dalam jasa–jasa
Dari beberapa pengertian diatas dapat digambarkan bahwa kegiatan
perbankan adalah selain menghimpun dana dan menyalurkan dana adalah
memberikan jasa–jasa lainnya. Tujuannya adalah mendukung dan memperlancar
kedua kegiatan tersebut. Semakin lengkap jasa bank yang ditawarkan maka
semakin baik, hal ini disebabkan jika nasabah hendak melakukan suatu transaksi
perbankan, cukup berhenti disatu bank saja.
2.1.2.1Fee Based Income dan Aktivitasnya
Dalam operasinya bank selain melakukan penanaman dalam aktiva
produktif, seperti kredit dan surat-surat berharga juga memberikan komitmen dan
jasa-jasa lain yang digolongkan sebagai ”fee based operation” atau ”off balance
sheet activities”.
Menurut”PSAK No. 31” (2004;23.1)adalah :
“Pemberian jasa pelayanan Bank dengan imbalan yang diperoleh Bank”.
Jika pengertian diatas dihubungkan dengan kutipan yang terdapat pada
buku Widjanarto (2000:72)adalah sebagai berikut :
”Kalau kita mengikuti neraca Rugi/Laba bank-bank di Indonesia, pendapatan utama dari hasil operasional bank-bank tersebut cenderung masih tergantung pada pendapatan hasil bunga kredit. Seyogianya bank juga dapat meningkatkan pendapatannya dari hasil pemberian jasa-jasa perbankan yang dapat ditawarkan kepada nasabahnya atau yang lebih dikenal dengan fee based income”.
Dari kutipan tersebut diatas dapat disimpulakan bahwa fee based income
adalah pendapatan operasional non bunga yang diperoleh bank sebagai
2.1.2.2Produk Jasa Perbankan yang Menghasilkan Fee Based Income
Berikut ini akan dibahas beberapa produk jasa perbankan yang
menghasilkan fee based income dan pengrtiannya berdasarkan literatur yang diperoleh, yaitu :
a. Transfer
Transfer Menurut N. Lapoliwa/Kusnadi (2000:196)adalah :
”Suatu kegiatan jasa bank untuk memindahkan sejumlah dana tertentu
sesuai dengan perintah si pemberi amanat yang ditujukan untuk
keuntungan seseorang yang ditunjuk sebagai penerima transfer
(beneficiery)”.
Jenis-jenis alat transfer adalah sebagai berikut :
1. Wesel
2. Surat bukti pengiriman uang, yang terdiri dari :
a. Surat bukti pengiriman uang dengan surat/mail transfer.
b. Surat bukti pengiriman uang dengan surat telegram.
c. Surat bukti pengiriman uang dengan surat telepon/telex.
Dengan adanya alat transfer yang bermacam-macam tersebut dan mengingat kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat bank
berusaha menawarkan fasilitas yang lebih luas kepada nasabah
dan calon nasabahnya dalam hal pengiriman uang. Fasilitas
tersebut menjadi semakin luas dengan tesedianya pula jasa
b. Inkaso (Collection ) adalah merupakan jasa bank untuk menagihkan warkat-warkat yang berasal dari luar negeri.
c. Safe Defosit Box adalah merupakan jasa-jasa bank yang diberikan kepada para nasabahnya. Jasa ini dikenal juga dengan nama safe loket.
d. Kliring (Clearing) adalah merupakan jasa penyelesaian hutang piutang antar bank dengan cara menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan di
lembaga kliring.
e. Letter of credit (L/C) adalah suatu fasilitas atau jasa yang diberikan kepada nasabah dalam rangka mempermudah dan memperlancar transaksi jual beli
barang terutama yang berkaitan dengan transaksi internasional.
f. Credit card adalah alat pembayaran pengganti uang tunai atau cek. Kartu ini memberikan fasilitas penggunaan ung sampai dengan pagu/batas tertentu yang
didasarkan pada pertimbangan tertentu yang ditetapkan oleh bank, biasanya
berdasarkan pada tingkat pendapatan dan kedudukan/reputasi nasabah.
g. Dana Pembayaran Rekening Titipan (payment point) adalah pembayaran dari masyarakat yang ditujukan untuk keuntungan pajak tertentu, biasanya
giro milik perusahaan yang pembayarannya dilakukan melalui bank.
h. Garansi Bank adalah semua bentuk garansi yang tau jaminan yang diterima atau diberikan oleh bank yang mengakibatkan pembayaran kepada pihak yang
i. Jual Beli atau Perdagangan Valuta Asing
Untuk melakukan transaksi valuta asing harus memelihara rekening giro pada
bank koresponden di luar negeri dan dalam pelaksanaannya transaksi jual beli
valuta asing dapat dilakukan melalui dua cara :
a. Tunai (Spot), penyelesaian dalam beberapa hari (biasanya 2-7 hari) b. Berjangka (forward), penyelesaian pada saat jatuh tempo yang disepakati
(biasanya lebih 7 hari).
j. Commercial Paper adalah promes yang tidak disertai dengan jaminan (unsecured promissory) yang diterbitkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana jangka pendek dan dijual kepada investor yang melakukan investasi
dalam instrumen pasar uang. Sampai saat ini semua jenis-jenis perbankan
diatas merupakan sumber fee based income yang cukup potensial.
2.1.2.3Unsur-unsur Fee Based Income dalam Laporan Laba Rugi Bank
Oleh karena pengertian fee based income merupakan pendapatan operasionalnya non bunga maka unsur-unsur pendapatan operasional yang masuk
kedalamnya adalah :
1. Pendapatan provisi dan komisi
2. Pendapatan dari hasil transaksi valuta asing/devisa
Akan tetapi jika merujuk kepada format laporan laba rugi standar terbaru
menurut IAI (2004;31.17) yang dijelaskan dalam “PSAK No. 31” yang
menyatakan bahwa fee based income disusun sebagai bagian dari “pendapatan
dan beban lainnya” dengan pos-pos :
a. Provisi dan komisi yang diterima selain dari pemberian kredit b. Pendapatan lain.
c.Pendapatan Bunga d.Beban bunga
e.Keuntungan atau kerugian penjualan efek f. Keuntungan atau kerugian investasi efek
g.Keuntungan atau kerugian kegiatan valuta asing h.Pendapatan dividen
i. Beban penyisihan kerugian kredit dan aktiva produkif lainnya j. Beban administrasi umum
2.1.2.4 Beberapa Keuntungan Meningkatkan Aktivitas Fee Based
Keuntungan meningkatkan aktivitas fee based menurut Kasmir (2004;120) adalah sebagai berikut :
”Perolehan keuntungan dari jasa-jasa bank ini walaupun relatif kecil, namun mengandung suatu kepastian, hal ini disebabkan resiko terhadap jasa-jasa bank ini lebih kecil jika dibandingkan dengan kredit. Disamping faktor risiko ragam paenghasilan dari jasa ini pun cukup banyak, sehingga pihak perbankan dapat lebih meningkatkan jasa-jasa banknya dan yang paling penting justru jasa-jasa bank ini sangat bereperan besar dalam memperlancar transaksi simpanan yang ada didunia perbankan”.
Dari gambaran beberapa keuntungan diatas, kiranya cukup bahwa strategi
2.1.3 Pengertian Profitabilitas
Kemampuan bank untuk memperoleh laba tergantung pada efisiensi dan
efektifitas pelaksanaan operasi, serta sumber daya yang tersedia untuk
melakukannya. Karena itu, analisis profitabilitas secara umum memfokuskan pada
hubungan antara hasil operasi, seperti yang dilaporkan dalam laporan laba/rugi,
dan sumber daya yang tersedia bagi perusahaan, seperti yang dilaporkan dalam
neraca. Dan yang dimaksud dengan profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah
kebijakan dan kepuasan yang dilakukan oleh perusahaan.
Profitabilitas menurut Brigham & Houston (2006;107)yang diterjemahkan
oleh Ali Akbar Yulianto adalah :
”Hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh
perusahaan”.
Sedangkan yang dimaksud Profabilitas menurut Mamduh Hanafi dan Abdul (2003;159)adalah sebagai berikut :
”Mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
menggunakan total asset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah
disesuaikan dengan biaya-biaya untuk menandai asset tersebut”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah rasio
keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam
2.1.3.1Analisis Rasio Profitabilitas
Analisis profitabilitas adalah alat untuk menganalisis atau laporan keuangan dan analisis pemgembalian.
Rasio Profitabilitas menurut James C. Horne dan John M. Wachoeicz Jr (2005;222) yang diterjemahkan oleh Dewi fitriasari dan Deny Arnos Kwary
adalah :
”Rasio yang menghubungkanlaba dari penjualan dan investasi”.
Sedangkan menurut Sutrisno (2007;254)Rasio Profitabilitas adalah : ”Rasio keuntungan untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan
yang diperoleh oleh perusahaan”.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio Profitabilitas
memiliki peranan yang sangat penting dalam menganalisis laporan keuangan
khususnya bagi investor untuk menilai atau mengukur kinerja suatu perusahaan
dalam menanamkan investasinya dan seberapa besar tingkat keuntungannya.
Adapun rasio yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) menurut Sutrisno (2007;254) adalah :
“ROA juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis merupakan
ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua
Sedangkan menurut Boy Loen & Sonny Ericson (2008;120) Return On Asset (ROA) adalah :
“Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin
besar ROA, semakin besarnya tingkat keuntungan yang dicapai bank dan
semakin baik posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Return On Asset adalah merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam mengoperasikan
harta atau aktiva dalam menghasilkan laba. Rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan
(laba) secara keseluruhan.
Sumber : Manajemen Aktiva Pasiva Bank Devisa; Boy loen dan Sony Ericson; 2008
Semakin besar ROA maka, semakin besarnya tingkat keuntungan yang
dicapai bank dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi penggunaan
asset.
2. Return On Equty (ROE)
Merupakan indikator yang mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh laba bersih. ROE amat penting bagi para pemegang saham dan
calon investor karena ROE yang tinggi berarti para pemegang saham akan Laba Sebelum Pajak
memperoleh deviden yang tinggi pula dan kenaikan ROE akan menyebabkan
kenaikan harga saham.
Sumber : Manajemen Aktiva Pasiva Bank Devisa; Boy loen dan Sony Ericson; 2008
3. Rasio Biaya Operasional / Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
Sumber : Manajemen Aktiva Pasiva Bank Devisa; Boy loen dan Sony Ericson; 2008
2.1.4 Hubungan Loan To Deposite Ratio (LDR) Dengan Profitabilitas
Bank merupakan suatu bentuk badan usaha yang aktivitas utamanya
adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada
masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk pinjaman. Karena bank merupakan
badan usaha profit oriented, maka bank akan berusaha menyalurkan kredit dalam jumlah yang besar dengan tujuan untuk memperoleh laba yang besar. Di lain
pihak kemampuan bank dalam menyalurkan kredit ini akan sangat bergantung
kepada sumber dana yang dimiliki bank untuk menyalurkan kredit. Dana yang
dapat dihimpun oleh bank akan melibatkan beban yang cukup berat bagi bank itu Laba Bersih
ROE = X 100%
Modal sendiri
Biaya (beban) Operasional
BOPO = X 100%
sendiri dengan biaya modal atau bunga untuk memberikan jasa dari dana yang
terkumpul. Rasio yang memperlihatkan perbandingan antara kredit yang dimiliki
bank dikenal dengan istilah Loan to Deposits Ratio (LDR). Pengelolaan kredit harus dilakukan dengan benar sehingga terhindar dari kredit bermasalah.
Loan to Deposit Ratio ini memperlihatkan tingkat kredit yang diberikan oleh suatu bank dalam usaha meningkatkan profitabilitasnya yang dapat terlihat
dari ROA yang diperolehnya. ROA merupakan kemampuan manajemen bank,
sejauh mana manajemen mampu menjalankan operasional bank secara efisien dan
efektif dalam menggunakan sumber-suber (resources) untuk mengembangkan
usaha yang menciptakan pendapatan bank secara optimal.
Secara konsep teori, LDR berpengaruh terhadap ROA, apabila LDR besar
maka ROA besar. Namun LDR bergantung pada management bank dan besarnya
LDR bank tidak sama,oleh karena itu hubungan LDR dengan ROA bersifat bebas
dan tidak autokorelasi. Semakin besar LDR semakin besar potensi mencapai
ROA, sejauh NPL – Non Permorming Loan bisa ditekan. Oleh karena itu
hubungan antara LDR dan EAT bersifat bebas bergantung pada hasil manajemen
kredit bank (Muljono, 1999).
Peningkatan LDR berarti penyaluran dana ke pinjaman semakin besar
sehingga laba akan meningkat. Peningkatan laba tersebut mengakibatkan kinerja
bank yang diukur dengan ROA semakin tinggi. Standar yang digunakan
Bank Indonesia untuk LDR yang baik adalah 75% sampai dengan 102%. Apabila
maka bank dalam hal ini dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya
sebagai pihak intermediasi (perantara) dengan baik.
Gibson (1992) dalam bukunya financial statement analysis menyatakan
pengertian LDR dan hubungannya dengan resiko yang harus ditanggung oleh
bank atas kegiatannya sebagai berikut:
“ Loan to deposit ratio is a type of asset to liability ratio. Loans comprise
a large portion of the bank’s assets, and its principal obligations are the
deposits that can be withdrawn on request within time limitation. This is a type of debt coverage ratio, and it measures the positive of the bank with
regard to taking risks.”
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa dalam usahanya
menghimpun dana dan menyalurkannya dana tersebut kepada sektor riil, bank
harus dapat mengelola tingkat rasio likuiditasnya yang diukur oleh Loan to
Deposit Ratio. Rasio ini mengindikasikan mengenai jumlah dana pihak ketiga
yang disalurkan dalam bentuk kredit. Jadi dengan adanya rasio ini, pengguna
laporan keuangan dapat mengetahui keadaan likuiditas bank. Dengan adanya
Loan to Deposit Ratio yang besar, berarti dana nasabah yang digunakan oleh bank
dalam bentuk penyaluran kredit besar pula.
2.1.5 Hubungan Fee Based Income Dengan Profitabilitas
diperoleh bank adalah berupa imbalan/fee/komisi atas jasa–jasa keuangan yang telah diberikan kepada nasabah.
Menurut Panutomo yang dikutip dalam Buku ”Kelembagaan Perbankan”
adalah :
”Dengan pengelolaan yang baik, diharapkan kegiatan fee based income
akan makin berkembang dan akan membuat laba Bank melonjak naik, yang pada akhirnya akan menambah modal bank sehingga lebih leluasa dalam melakukan ekspansi”.
Selanjutnya menurut Kasmir (2005;31)adalah sebagai berikut :
”Dari kegiatan jual beli inilah bank akan memperoleh keuntungan yaitu dari selisih harga beli (bunga simpanan) dengan harga jual (bunga pinjaman). Disamping itu, kegiatan bank lainnya dalam mendukung kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana adalah memberikan jasa– jasa lainnya”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan dari kegiatan pemberian jasa-jasa
atau fee based income diharapkan dapat pendapatan akan bertambah sehingga laba perusahaanpun akan naik.
Begitu juga dengan profitabiitas jika terpenuhi dengan baik, yaitu mengukur kemampuan bank dalam mengelola asset yang dikuasainya, maka bank
akan memperoleh pendapatan (income), profitabilitas dapat dihitung dengan jalan membagi laba sebelum pajak dengan rata – rata volume usaha.
Dengan Fee Based Income dan profitabilitas yang baik, dan sama–sama bertujuan menghasilkan pendapatan bagi bank, maka Fee Based Income
mempunyai pengaruh terhdap profitabiitas. Peningkatan Fee Based Income
perusahaan, khususnya profitabilitas menjadi semakin baik. Dengan kata lain peningkatan Fee Based Income dapat mengakibatkan meningkatnya profitabilitas.
2.1.6 Hubungan Loan to Deposit Ratio dan Fee Based Income dengan Profitabilitas
Sumber utama pendapatan bank sebagai financial intermediary adalah selisih bunga dari dana yang dihimpun dengan pinjaman yang diberikan. Bank
sebagai perantara keuangan selalu dihadapkan pada situasi dilematis, antara lain :
resiko besar–pendapatan besar atau high risk–high return yang berupa kredit macet yang setiap saat dapat terjadi dalam dunia perbankan.
Penilaian kesehatan bank dapat dilihat dari salah satu rasio likuiditas yaitu
rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan
dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir,
2008:290). Rasio ini dikenal dengan sebutan Loan to Deposit Ratio atau dapat disingkat dengan LDR.
Dengan memperhatikan jumlah kredit yang diberikan sebagai salah satu
indikator yang dapat mempengaruhi loan to deposit ratio (LDR), maka semakin banyak jumlah kredit yang diberikan semakin tinggi pula LDR, dan begitu
sebaliknya. Hal ini dapat pula menunjukkan bahwa pada saat jumlah kredit yang
diberikan dan LDR tinggi maka laba yang diperoleh bank melalui pndapatan
bunga pun akan tinggi.
Sinungan (1994:295), menyatakan bahwa pendapatan yang berasal dari
dalam bisnis perbankan dewasa ini. Dengan demikian bank harus meningkatkan
kemampuan manajemen sumber daya manusia yang ditunjang dengan jaringan
distribusi serta teknologi yang canggih agar dapat memberikan pelayanan yang
baik terhadap setiap nasabah sehingga bank mampu meningkatkan pendapatan
dari fee-based services.
2.2Kerangka Pemikiran
Pada dasarnya kelangsungan usaha suatu bank sangat tergantung pada
bagaimana bank tersebut menghimpun dana dan memanfaatkan atau memutar
dana yang diperolehnya dalam bentuk usaha bank yang bersangkutan, baik dalam
bentuk pinjaman yang diberikan (loan) maupun dalam bentuk penempatan di
usaha unit lain. Sehubungan dengan terjadinya krisis perekonomian yang melanda
negara–negara Asia khususnya Negara Indonesia yang sejak pertengahan bulan
juli 1997, hampir semua perbankan di Indonesia mengalami kerugian yang
disebabkan oleh terjadinya negatif spread antara pendapatan bunga dengan biaya bunga. Persaingan yang semakin ketat, dan kondisi industri perbankan yang yang
sangat terpuruk yang dibuktikan dengan adanya sejumlah bank yang di BBO
(Bank Beku Operasi) dan BTO (Bank Take Over), maka bank tidak lagi dapat mengandalkan usahanya hanya dari pinjaman yang diberikan atau penempatan
saja akan tetapi harus memanfaatkan strategi usaha lain untuk menghindari
ketergantungan dari kedua bentuk usaha tersebut diatas.
Salah satu strategi usaha yang menjadi sasaran perbankan nasional dan
fee based income. Secara singkat fee based income adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil pemberian atau penjualan jasa–jasa perbankan seperti komisi
atau fee transaksi valuta asing, bank garansi, biaya sewa safe deposit box, biaya
transfer atau inkaso dan lain segalanya. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas lagi aktivitas fee based dapat disimpulkan sebagai usaha–usaha yang berkaitan dengan kegiatan pemberian berbagai jasa keuangan selain pemberian
kredit oleh bank, dan secara umum di istilahkan sebagai fee base operation.
Karena bank akan mengusut jasa pelayanan yang dinikmati nasabah sebagai fee based income. Keuntungan lain yang diperoleh dari bisnis fee based ini adalah dituntutnya kesiapan bank dalam hal pemanfaatan teknologi dan faktor
profesionalisme sumber daya manusianya, yang secara keseluruhan akan
menandakan semakin survive industri perbankan di Indonesia. Kecenderungan
semakin berkembangnya kegiatan fee based dapat diketahui dari pendapat berbagai pihak yang secara umum telah dipublikasikan.
Fee Based Income Menurut Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru dan A. Totok Budi Santoso (2000;86) adalah :
“Penerimaan atau income yang berasal dari pemberian jasa-jasa”.
Keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan tergantung pada
permintaan atas produk-produknya atau aturannya, semakin tinggi nilai
penjualannya semakin besar keuntungan yang didapatnya dan didukung pula
Untuk melakukan transaksi valuta asing harus memelihara rekening giro
pada bank koresponden di luar negeri dan dalam pelaksanaannya transaksi jual
beli valuta asing dapat dilakukan melalui dua cara :
1.Tunai (Spot), penyelesaian dalam beberapa hari (biasanya 2-7 hari)
2.Berjangka (forward), penyelesaian pada saat jatuh tempo yang disepakati (biasanya lebih 7 hari).
Sampai saat ini semua jenis-jenis perbankan diatas merupkan sumber fee based income fee based income yang cukup potensial.
Adapun beberapa keuntungan-keuntungan yang dapat meningkatkan
aktivitas-aktivitas fee based income. Keuntungan meningkatkan aktivitas fee based
menurut Kasmir (2004;120)adalah sebagai berikut:
”Perolehan keuntungan dari jasa-jasa bank ini walaupun relatif kecil, namun mengandung suatu kepastian, hal ini disebabkan resiko terhadap jasa-jasa bank ini lebih kecil jika dibandingkan dengan kredit. Disamping faktor risiko ragam paenghasilan dari jasa ini pun cukup banyak, sehingga pihak perbankan dapat lebih meningkatkan jasa-jasa banknya dan yang paling penting justru jasa-jasa bank ini sangat bereperan besar dalam memperlancar transaksi simpanan yang ada didunia perbankan”.
Dari gambaran beberapa keuntungan diatas, kiranya cukup bahwa strategi
peningkatan pendapatan dari fee based income harus segera dilaksanakan terutama dalam kondisi persaingan industri perbankan yang semakin ketat.
Dalam menilai kinerja suatu perusahaan kita biasanya menggunakan
berbagai macam indikator, salah satunya dengan menggunakan analisis laporan
keuangan melalui analisis rasio. Analisis rasio merupakan salah satu cara
laporan keuangan sehingga dengan analisis rasio ini dapat diketahui kekuatan dan
kelemahan perusahaan di bidang keuangan
Menurut Erich A. Helfert (2007:112) yang dimaksud dengan Profitabilitas
adalah :
“ Hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen atas dana yang di investasikan ”.
Analisis profitabilitas penting dalam analisis laporan keuangan. Analisis
profitabilitas lebih dari ukuran akuntansi seperti penjualan, harga pokok penjualan, seta beban operasi dan beban non operasi untuk menilai sumber, daya
tahan (persistence), pengukuran dan hubungan ekonomi utamanya. Hasil penilaian ini memungkinkan kita untuk mengestimasi pengembalian dan
karakteristik risiko perusahaan dengan lebih baik. Analisis profitabilitas juga memungkinkan kita untuk membedakan antara kinerja yang terkait dengan
keputusan operasi dam kinerja yang terkait dengan kaeputusan pendapaan dan
investasi.
Profitabilitas merupakan hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan keuntungan (profitabilitas) sangat penting bagi perusahaan, rasio ini juga mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas)
Adapun teori penghubung yang dikemukakan menurut IAI (2007;23.6)
yang dijelaskan dalam “PSAK No. 23” adalah :
”Bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi
dengan andal, pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan beban
yang telah diakui yang dapat diperoleh kembali”.
Oleh karena itu aktivitas fee based yang ditingkatkan secara optimal, diharapkan akan menghasilkan pendapatan maksimal sehingga pendapatan
operasional perbankan semakin meningkat, dan kemampuan perbankan dalam
menghasilkan laba yang diukur dengan tingkat Profitabilitas, misalnya diukur dari
return on asset semakin baik.
Return On Asset yang sehat merupakan salah satu tujuan setiap perbankan karena rentabilitas digunakan sebagai alat untuk mengukur seberapa besar
kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba atas penggunaan asset–asset
yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut dan kemampuan manajemen dalam
menekan biaya operasionalnya. Ukuran Profitabilitas lebih penting daripada ukuran pendapatan atau laba karena sesungguhnya walaupun perusahaan
memperoleh laba yang besar akan tetapi belum tentu perusahaan menunjukan
prestasi kerja yang efektif dan efisien.
Dari sudut pandang perbankan di Indonesia, dalam hal ini ROA (Return On Asset) merupakan salah satu faktor yang digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank. Adapun keseluruhan unsur penilaian tingkat kesehatan
Menurut Kasmir (2004;47)CAMELadalah :
1. CAR (Capital Adequaci Ratio) yaitu rasio modal. 2. Asset yaitu kualitas aktiva produktif.
3. Management yaitu kualitas manajemen. 4. Earning/ Rentabilitas.
5. Liquidity.
Menurut Boy loen dan Sonny Ericson (2008;120) Bank yang sehat dapat
dilihat dari dua rasio yaitu :
”Bank yang sehat adalah bank diukur secara rentabilitas yang terus meningkat. Penilaian juga dilakukan dengan dua rasio, yaitu :
1.Rasio laba terhadap Total asset (ROA) yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemapuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.
2.Dan perbandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi (BOPO) yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya”.
Dari penjelasan diatas, jadi pihak manajemen sangat berkepentingan
dalam pengelolaan aktivitas fee based dan peningkatan fee based income karena secara langsung berkaitan dengan tingkat kesehatan bank dan fee based income
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Gambar 2.1
Loan to Deposiit Ratio (LDR) dan Fee Based Income secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas pada PT Bank OCBC
2.3 Hipotesis
Kata hipotesis berasal dari kata “hipo” yang artinya lemah dan “tesis”
berarti pernyataan. Dengan demikian hipotesis berarti pernyataan yang lemah,
disebut demikian karena masih berupa dugaan yang belum teruji kebenarannya.
MenurutSugiyono (2010:64), hipotesis penelitian adalah:
“Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian
kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat
ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif”.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis
penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap
masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji
secara empiris.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka penulis mencoba
merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian
sebagai berikut:
H0 : Loan to Deposiit Ratio (LDR) dan Fee Based Income tidak berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas pada PT Bank OCBC NISP secara
parsial dan simultan.
H1 : Loan to Deposiit Ratio (LDR) dan Fee Based Income secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas pada PT Bank OCBC NISP.
H2 : Loan to Deposiit Ratio (LDR) dan Fee Based Income secara parsial
37
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data. Sesuai
dengan pendapat Sugiyono (2004:58) mendefinisikan objek penelitian sebagai
berikut:
“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan guna tertentu tentang sesuatu hal atau objektif, valid dan reliabel tentang
sesuatu hal (variabel tertentu).”
Objek dalam penelitian ini adalah Loan to Deposit Ratio dan Fee Based Income serta Profitabilitas.
3.2 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono(2010:2), menjelaskan bahwa:
“Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu dengan ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional,
empiris dan sistematis”.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian
mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan
untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor
yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat
kebenaran atas data yang diperoleh.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Dengan menggunakan metode penelitian
akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga
kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.
Menurut Sugiyono (2009:14), pengertian metode deskriptif analisis adalah:
”Statistika yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya”.
Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah satu
sampai tiga. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah
yang ada sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data dapat dikumpulkan,
dianalisis, dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang telah dipelajari.
Sedangkan menurut Mashuri (2009:45) pengertian Metode verifikatif adalah
sebagai berikut :
“Metode Verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk
menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat
Dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif
merupakan:
”Metode yang bertujuan menggambarkan benar tidaknya fakta – fakta yang
ada serta menjelaskan tentang hubungan antar variabel yang diselidiki dengan cara
mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi data dalam
pengujian hipotesis statistik”.
Dalam penelitian ini, metode deskriptif verifikatif tersebut digunakan untuk
menguji Loan to Deposit Ratio dan Fee Based Income terhadap Profitabilitas PT. Bank OCBC NISP Tbk serta menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah
diterima atau ditolak.
3.2.1 Desain Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan penelitian terlebih
dahulu agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis serta
efektif. Desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh
penulis dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan
pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu.
Menurut Jonathan Sarwono (2006:27) bahwa:
“Desain penelitian bagaikan alat penuntun bagi peneliti dalam melakukan
proses penentuan instrumen pengambilan data, penentuan sampel, koleksi data dan
Lebih jelasnya lagi Jonathan Sarwono (2006:79), mengibaratkan bahwa:
”Desain penelitian, seperti sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta
menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan”.
Sedangkan menurut Imam Fachruddin (2009), pengertian desain penelitian,
yaitu:
“Desain penelitian merupakan kerangka atau perincian prosedur kerja yang akan dilakukan pada waktu meneliti, sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran dan arah mana yang akan dilakukan dalam melaksanakan penetian tersebut, serta memberikan gambaran jika penelitian itu telah jadi atau selesai penelitian tersebut diberlakukan”.
Menurut Sugiyono (2008:13) penjelasan proses penelitian dapat disimpulkan
seperti teori sebagai berikut :
“Proses penelitian meliputi:
1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis
5. Metode penelitian
6. Menyusun instrument penelitian 7. Kesimpulan”.
Menurut Sugiyono (2008:13) :
Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan di atas, maka desain pada
1. Sumber Masalah
Membuat identifikasi masalah berdasarkan latar belakang penelitian sehingga
mendapatkan judul sesuai dengan masalah yang ditemukan. Identifikasi
masalah diperoleh dari adanya fenomena yang terjadi yaitu adanya
peningkatan kredit tetapi tidak disertai dengan peningkatan laba.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya
melalui pengumpulan data. rumusan masalah dalam penelitian ini telah
dipaparkan dalam latar belakang penelitian dan diperinci dalam identifikasi
masalah dan perumusan masalah.
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis)
maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah.
Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat
digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap
masalah penelitian (hipotesis).
4. Pengajuan hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan
empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat
pada penelitian ini adalah Analisis Loan to Deposit Ratio dan Fee Based Income berpengaruh terhadap Profitabilitas.
5. Metode penelitian
Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian
yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat
ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan
pertimbangan praktis adalah, tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang
lain. Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.
6. Menyusun instrumen penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun
instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data.
instrument pada penelitian ini berbentuk data yang didapatkan dari data
Laporan Keuangan PT Bank OCBC NISP Tbk . Setelah data terkumpul maka
selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji
7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa
jawaban terhadap rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan
masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai
dasar untuk pembuatan keputusan.
Dengan demikian desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Paradigma Penelitian
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Menurut Sugiyono (2010:38) , menjelaskan bahwa:
“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
Loan to Deposit Ratio (X1) (Variabel Independen)
Fee Based Income (X2)
(Variabel Independen)
Profitabilitas (Y)
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta
skala dari variabel – variabel yang terkait dalam penelitian. Variabel –variabel yang
terkait dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen (variabel X)
Variabel independen atau variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi
variabel lainnya dan merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan timbulnya
variable dependent (terikat).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen atau variabel bebas
(X1) dan (X2) adalah Loan to Deposit Ratio dan Fee based income maka indikator
yang digunakan untuk menghitung Loan to Deposit Ratio adalah sebagai berikut:
Menurut (Kasmir 2003:272)
Sedangkan indikator yang digunakan untuk Fee Based Income yaitu keseluruhan dari total pendapatan operasional.
2. Variabel Dependen (variabel Y)
Variabel dependen atau variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang
LDR = � ℎ � � �
menjadi variabel dependen atau variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah
Profitabilitas. Dan indikator yang digunakan untuk menghitung Profitabilitas dapat
dilihat dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rasio, berikut ini
penjelasan mengenai rasio.
Menurut Moh. Nazir (2003:132) menjelaskan bahwa:
“Ukuran Rasio adalah ukuran yang mencakup semua ukuran yang
memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang di ukur”.
Sedangkan menurut Supangat (2007:12), mengemukakan bahwa:
“Skala rasio adalah merupakan skala dengan hierarki yang paling tinggi
dibandingkan dengan skala-skala lainnya”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa skala rasio adalah angka nol
yang mempunyai makna, sehingga angka nol dalam skala ini diperlukan sebagai
dasar dalam perhitungan dan pengukuran terhadap objek yang diteliti.
Maka dengan demikian, operasionalisasi variabel merupakan definisi yang
dinyatakan dengan cara menentukan pemikiran atau gagasan berupa kriteria-kriteria
yang dapat diuji secara khusus bagi suatu penelitian menjadi variabel-variabel yang
dapat diukur.
ROA = � �
Secara lebih jelas mengenai ketiga variabel tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Indikator Skala
keuntungan. (Frederic Mishkin 305: 2008)
3.2.3 Teknik Penarikan Sampel
Dalam melaksanakan penelitian ini, terlebih dahulu harus mengidentifikasi
dan mempelajari mengenai populasi yang akan diteliti. Apakah populasi tersebut
memerlukan sampel atau tidak dan bagaimana cara pengambilan sampel tersebut.
3.2.3.1 Populasi
Menurut Sugiyono(2010:80) dalam bukunya mengemukakan mengenai
populasi yaitu:
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.
Berdasarkan pengertian di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang
berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan
masalah dalam penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa
laporan keuangan tahunan PT OCBC NISP periode 1940 – 2010 selama 70 tahun.
3.2.3.2 Sampel
Dengan meneliti secara sampel, diharapkan hasil yang telah diperoleh akan
memberikan kesimpulan gambaran sesuai dengan karakteristik populasi.
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”.
Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat
berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan penulis yaitu dengan menggunakan teknik nonprobability sampling.
Menurut Sugiyono (2010:84), memaparkan bahwa:
“Nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak member
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel”.
Teknik nonprobability sampling yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik sampling purposive.
Menurut Sugiyono (2010:85), menjelaskan bahwa:
“Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.
Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Data yang diambil merupakan Neraca, Laporan Laba Rugi dan Catatan atas
Laporan Keuangan PT OCBC NISP merupakan data keuangan terbaru.
2. Data yang diambil pada keuangan PT OCBC NISP dalam kurun waktu selama
tujuh tahun yaitu dari tahun 2004 sampai tahun 2010, dimana selama kurun
Jumlah Kredit yang diberikan meningkat sedangkan laba perusahaan
mengalami penurunan.
3. Data yang diambil ada yang sudah di audit.
4. Data yang diolah merupakan data selama tahun 2004-2010.
5. Sampel yang diambil sebanyak tujuh tahun karena sudah dianggap
representatif (mewakili) untuk dilakukan penelitian.
3.2.4 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.4.1 Sumber Data
Menurut Arikunto (2006:129), mengemukakan bahwa:
“ Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh”.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu dalam
bentuk angka-angka yang menunjukkan nilai dari besaran atau variabel yang
mewakilinya.
Jenis data dalam penelitian dibagi dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut:
1) Data Primer
Menurut Sugiyanto (2010:137), memaparkan bahwa:
pengumpul data”.
Sedangkan menurut Supangat (2007:2), menjelaskan bahwa:
“Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang
diteliti, baik dari objek individual (responden) maupun dari suatu instansi yang
mengolah data untuk keperluan dirinya sendiri”.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sumber data primer
merupakan data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti baik dari
pribadi (responden) maupun dari suatu instansi yang mengolah data untuk keperluan penelitian, seperti dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan
pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Data primer diperoleh
dengan mengadakan penelitian dan kuesioner.
2) Data Sekunder
Menurut Jogiyanto(2010:137) menjelaskan bahwa :
”Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen”.
Supangat (2007:2) juga menjelaskan bahwa: