UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur
Jl. Dr. Mansyur No. 09 Padang Bulan, Medan
LAMPIRAN
Bapak/Ibu yang saya hormati,
Saya mahasiswa jurusan Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara. Dalam hal ini sedang melakukan penelitian dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Skripsi. Kuisioner ini berhubungan dengan persepsi anda mengenai ornament Melayu pada bangunan rumah tinggal dan pemerintahan di Kota Medan. Hasil kuisioner ini tidak dipublikasikan melainkan untuk kepentingan penelitian semata.
Atas bantuan, kesediaan waktu, dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.
DATA RESPONDEN
2. Sudah berapa lama anda tinggal dirumah tinggal anda yang sekarang?
≤ 5 tahun 20 tahun
10 tahun ….tahun
3. Apakah rumah tinggal yang anda tempati sekarang adalah rumah anda sendiri?
Iya Tidak
4. Apakah rumah tinggal yang anda tempati sekarang adalah rumah yang anda bangun sendiri?
Iya Tidak
5. Pada tahun berapakah anda membangun rumah?
………..
6. Berapa usia rumah tinggal anda sekarang?
……tahun
7. Material apa yang anda gunakan pada bangunan rumah tinggal anda?
Batu Bata Kayu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur
Jl. Dr. Mansyur No. 09 Padang Bulan, Medan
8. Berapa luas bangunan rumah tinggal anda?
………m2
9. Berapa lantai bangunan rumah tinggal anda?
1 lantai 3 lantai
2 lantai …lantai
10.Apakah anda mengetahui ornamen Melayu?
Mengetahui Tidakmengetahui
11.Apakah anda mengetahui ornamen ornamen dibawah ini? Beri tanda pada ornamen yang anda ketahui.
Kelompok daun pakis
Genting tak putus
Bunga Kundur Bunga Melati
Bunga Manggis
Bunga cengkeh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur
Jl. Dr. Mansyur No. 09 Padang Bulan, Medan
Bunga Kala
Daun Salada
Ornamen Bayam peraksi Ornamen Bayam peraksi
Gambar
Semut beriring
Lebah bergantung
Pelana Kuda Kencana
Itik sekawan
Ikan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur
Jl. Dr. Mansyur No. 09 Padang Bulan, Medan
Gambar
Bintang-bintang
Ukiran Kiambang
Awan selimpat Ukiran Awan Boyan
Ukiran Awan Semayang Ukiran Awan Jawa
Gambar
Ragam hias jala-jala Ricih Wajid
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur
Jl. Dr. Mansyur No. 09 Padang Bulan, Medan
12.Apakah anda menggunakan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal anda? Ya
Tidak
13.Ornamen Melayu apa yang anda gunakan pada bangunan rumah tinggal anda?
………...
14.Menurut anda pentingkah penggunaan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal dan bangunan lainnya di Kota Medan?
Ya, alasannya... ...
Tidak, alasannya ... ... 15.Kenapa anda tidak menggunakan ornament Melayu pada bangunan rumah tinggal
anda?
Biaya yang mahal
Sudah ketinggalan jaman
Tidak Menarik
Alasan lainnya……….
16.Apakah leluhur (kakek. Nenek, Ayah, ibu, saudara) anda dahulu pernah menggunakan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal?
Iya Tidak
17.Apakah menurut anda ornamen Melayu mengalami perubahan?
Iya Tidak
18.Apakah masih ada ornamen Melayu yang masih bertahan hingga saat ini?
Ada (sebutkan)………
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Dwi Retno Sri (2008). Kontinuitas dan Perubahan Vastusastra pada Bangunan Joglo Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta.
Amanati, Ratna (2010). Kearifan Arsitektur Melayu dalam Menanggapi Lingkungan Tropis, Teknik Arsitektur Universitas Riau Najoan, Stephanie Jill, Mandey, Johansen, 2011. Transformasi sebagai Trategi Desain. Vol 8 NO 2.
Fram dan Weiler (1984). Continuity with Change,Planning for the conservation of
man-made heritage.Toronto and Charlottetown.
Ismudiyanto dan Haryadi (1988-1989). Kontinuitas dan Perubahan dari
Bangunan Tradisional Jawa di Kotagede dalam Hubungan dengan
Pengaruh Kebudayaan Belanda. Media Teknik. Jurnal.
Julaihi Wahid dan Bhakti Alamsyah (2013). Jelajah Identifikasi Arsitektur di
Sumatera Utara, Graha Ilmu.
Kartini, Ayu (2014). Analisa penerapan ornamen bernuansa Melayu ditinjau dari
bentuk dan warna di Kota Medan, Universitas Negeri Medan.
Moleong, L, J (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Muhadjir, Noeng (2000). Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin
Prawoto, Amran E. Makna simbolikRagam Hias Pada Arsitektur Rumah Melayu. Perpustakaan Tengku Luckman Sinar.
Rahmi, D.H. dkk (2012). Pusaka saujana Borobudur:Perubahan dan
kontinuitasnya (Borobudur Cultural Landscape: Change and Continuity)
Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
Mada.
Sinar, Tengku Luckman, SH, (1993). Motif dan Ornamen Melayu. Lembaga
pembinaan dan pengembangan seni budaya Melayu (SATGAS- MABMI)
Stone, Sally (2012). Continuity in Architecture, Manchester school of Architecture, University of East London, Docklands Campus. Conference
Proceedings.
Thompson, G. F. dan Steiner, F. R. (ed), (1997). Ecological Design and Planning, John Wiley & Sons, Inc, New York.
Takari, Muhammad (2013). Kesenian Melayu : Kesinambungan, Perubahan, dan strategi budaya. Departemen etnomusikologi FIB USU dan Majelis adat
Budaya Melayu Indonesia (MABMI).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Moleong (2002) penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada, baik fenomena alamiah maupun rekayasa manusia. Selanjutnya Moleong (2002) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti misalnya prilaku,
persepsi, motivasi, dan tindakan.
3.2. Variabel Penelitian
Menurut Silaen S. dan Widiyono (2013) variabel merupakan segala sesuatu dalam berbagai nilai, yaitu suatu fenomena yang dapat memperlihatkan sesuatu yang dapat diobservasi dan diukur. Sedangkan variabel menurut Muhadjir
(2000) adalah objek penelitian yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi atau pendapat masyarakat Melayu
tentang jarang ditemukan penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal di Kota Medan.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Melayu di Kota Medan.
Sampel adalah sebagian jumlah dan karakteristik dari populasi tersebut,
yang hendak dijadikan penelitian. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik sampling acak secara proporsional dengan stratifikasi (Proportionate Stratified
Random Sampling). Teknik sampling acak dibagikan pada organisasi masyarakat
Melayu yaitu Laskar Melayu Hangtuah dengan menggunakan rumus Slovin yaitu : h = N / 1 + Ne2. Dari data Laskar Melayu Hangtuah diketahui bahwa ada ± 1000
anggota di Kota Medan. Hasil rumus Slovin dari ±1000 didapatkan hasil 91 kuesioner dengan toleransi kesalahan 10%. Peneliti menambahkan 9 kuesioner
lagi agar genap menjadi 100 kuesioner.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Jenis pengumpulan data yang digunakan ada dua yaitu pengumpulan data
primer dan pengumpulan data sekunder.
3.4.1. Pengumpulan Data Primer
pengamatan dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi, di mana peneliti terlibat langsung dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dibagikan ke responden.
3.4.2. Pengumpulan Data Sekunder
Menurut Moleong (2002) data sekunder adalah data yang tidak dilakukan
secara langsung oleh peneliti, seperti buku, majalah ilmiah, arsip, dokumentasi pribadi dan resmi dan sebagainya. Data sekunder dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan teori.
3.5. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini ditetapkan sesuai keberadaan masyarakat
Melayu yang mengisi kuesioner yaitu masyarakat Melayu yang berdomisili di Kota Medan. Masyarakat Melayu yang mengisi kuesioner adalah organisasi
masyarakat Melayu yaitu Laskar Melayu Hangtuah.
3.6. Metoda Analisis Data
Menurut Moleong (2002) metoda analisis data merupakan proses
dari penelitian yang sifatnya terbuka. Berdasarkan uraian diatas, maka metoda
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
3.6.1. Reduksi data
Reduksi data adalah termasuk dalam kategori pekerjaan metoda data. Data yang berupa catatan lapangan sebagai bahan mentah, dirangkum, diseleksi. Masing-masing dimasukkan tema yang sama atau permasalahan yang sama.
Jadi laporan yang berasal dari lapangan sebagai bahan mentah, disingkat dan dirangkum, direduksi, disusun lebih sistematis, difokuskan pada pokok-pokok
yang penting sehingga lebih mudah dikendalikan dan mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh jika diperlukan.
3.6.2. Display Data
Hasil reduksi perlu mendisplay secara tertentu untuk masing-masing pola, kategori, fokus, tema yang hendak dipahami dan dimengerti persoalannya.
Display data dapat membantu peneliti untuk dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian.
3.6.3. Kesimpulan
Muara dari kesimpulan kegiatan análisis data kualitatif terletak pada penuturan tentang apa yang dihasilkan, dapat dimengerti berkenaan dangan suatu
masalah yang diteliti. Dari sinilah lahir kesimpulan atau permasalahan yang bobotnya tergolong komprehensif dan mendalam. Hal ini akan sangat bergantung
Merinci fokus masalah yang benar-benar menjadi pusat perhatian untuk
ditelaah secara mendalam
Melacak, mencatat, mengorganisasikan setiap data yang relevan untuk
masing-masing fokus masalah yang telah ditelaah
Manyatakan apa yang dimengerti secara utuh tentang suatu masalah yang
BAB IV
DATA RESPONDEN
4.1. Umur
Responden berdasarkan umur tidak ditentukan oleh peneliti tetapi
ditentukan oleh responden yang mengisi. Responden yang paling muda adalah berumur 24 tahun dan paling yang tua adalah 67 tahun (Usia lanjut). Responden yang lebih banyak berumur > 40 tahun yaitu 47%, dan umur 30 – 40 tahun
sebanyak 34%. Sedangkan responden yang mempunyai nilai terendah adalah umur 24 – 30 tahun yaitu 19%. Responden berdasarkan umur dapat dilihat pada
diagram dibawah ini.
Diagram 4.1. Responden Berdasarkan Umur 19%
34%
47%
Umur
4.2. Jenis Kelamin
Responden berdasarkan jenis kelamin. Laki- laki adalah responden yang paling banyak mengisi yaitu sebanyak 91% berbanding sangat jauh dari
perempuan yaitu hanya 9%. Responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada diagram dibawah ini.
Diagram 4.2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 91%
9%
4.3. Pendidikan Terakhir
Responden berdasarkan pendidikan terakhir. Responden yang paling banyak mengisi adalah berpendidikan SMA yaitu 76%, dan S1 sebanyak 17%.
Sedangkan responden yang mempunyai nilai terendah adalah S2 dan SMP yaitu 4% dan 3%. Responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada
diagram dibawah ini.
Diagram 4.3. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 3%
69%
24%
4%
Pendidikan Terakhir
4.4. Data Pertanyaan Kuesioner Berdasarkan Variabel Yang Dinilai 4.4.1. Pengetahuan Terhadap Ornamen Melayu
Berdasarkan hasil penelitian dari seluruh kuesioner yang dibagikan bahwa
pengetahuan responden terhadap ornamen Melayu lebih banyak yang mengetahui, yaitu sebanyak 97 %. Sedangkan responden yang tidak mengetahui lebih sedikit
yaitu 3 %. Pengetahuan responden terhadap ornamen Melayu dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
Diagram 4.4. Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Ornamen Melayu
4.4.2. Jenis Ornamen Melayu Yang Paling Banyak Diketahui
Jenis ornamen Melayu yang paling banyak diketahui oleh responden hanya ada tiga jenis ornamen. Ketiga jenis ornamen tersebut adalah lebah
bergantung, bunga kuda laut, dan kelompok daun pakis. Responden lebih banyak mengetahui ornamen lebah bergantung yaitu sebanyak 30%. Ornamen bunga kuda
laut dan kelompok daun pakis sama – sama 6%. Sedangkan ragam hias jala-jala 97%
lebih sedikit yaitu 2%. Responden yang tidak mengetahui (mengisi) kuesioner jenis ornamen Melayu adalah 38% dari total keseluruhan. Jenis ornamen Melayu yang paling banyak diketahui oleh responden dapat dilihat pada gambar diagram
dibawah ini.
Diagram 4.5. Ornamen Melayu Yang Paling Banyak Diketahui
4.4.3. Penggunaan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal Oleh Leluhur
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa responden lebih banyak
mengatakan bahwa dahulu leluhur mereka menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal yaitu sebanyak 79 %. Sedangkan leluhur yang tidak menggunakan
adalah 21%. Penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal oleh leluhur dapat dilihat pada diagram dibawah ini.
30%
6% 6% 5%
2% 3%
5% 5%
38% Lebah bergantung Bunga kuda laut Kelompok daun pakis
Bunga sekaki Semut beriring Bintang-bintang
Diagram 4.6. Penggunaan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal Oleh Leluhur
4.4.4. Penggunaan Ornamen Melayu pada Rumah Tinggal
Penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal, diketahui bahwa
responden banyak yang tidak menggunakan ornamen pada rumah tinggal yaitu sebanyak 86 %. Sedangkan responden yang menggunakan ornamen pada rumah
tinggal lebih sedikit yaitu 14 %. Penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal dapat dilihat pada gambar diagram dibawah ini.
Diagram 4.7. Penggunaan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal 79%
21%
Iya Tidak
14%
86%
4.4.5. Ornamen Melayu Yang Digunakan Pada Rumah Tinggal
Ornamen lebah bergantung adalah ornamen yang paling banyak digunakan pada bangunan rumah tinggal yaitu 38%. Sedangkan ornamen bunga melur dan
jala – jala sama yaitu 15%. Ornamen semut beriring, awan boyan, bintang – bintang, dan pucuk rebung sama – sama 8%. Ornamen Melayu yang digunakan
pada rumah tinggal dapat dilihat pada gambar diagram dibawah ini.
Diagram 4.8. Ornamen Melayu Yang Digunakan Pada Rumah Tinggal
4.4.6. Alasan Mengapa Tidak Menggunakan Ornamen Pada Rumah Tinggal
Alasan mengapa tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal
diketahui bahwa responden lebih banyak mengatakan alasan biaya yang mahal yaitu 76 % dan alasan lainnya sebanyak 22 %. Sedangkan untuk alasan sudah ketinggalan jaman dan tidak menarik yaitu sama – sama 1 %. Alasan mengapa
38%
15%
8% 8% 8% 8%
15% Lebah bergantung Bunga Melur Semut beriring Awan boyan
tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal dapat dilihat pada diagram dibawah ini.
Diagram 4.9. Alasan Mengapa Tidak Menggunakan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal
4.4.7. Rumah Yang Ditempati Sekarang Adalah Rumah Sendiri
Responden lebih banyak yang mempunyai rumah sendiri yaitu 67%. Sedangkan responden yang tidak mempunyai rumah sendiri yaitu 33%. Rumah
tinggal yang ditempati adalah rumah tinggal sendiri dapat dilihat pada diagram dibawah ini
Diagram 4.10. Rumah Tinggal Yang Ditempati Adalah Rumah Sendiri 65%
1% 1%
19%
Biaya yang mahal Sudah Ketiggalan jaman Tidak Menarik Alasan Lainnya
67%
33%
4.4.8. Rumah Yang Ditempati Adalah Rumah Yang Dibangun Sendiri
Responden lebih banyak tidak membangun rumah tinggal sendiri yaitu sebanyak 69 %. Sedangkan responden yang membangun rumah tinggal sendiri
sebanyak 31%. Rumah tinggal yang ditempati adalah rumah tinggal yang dibangun sendiri dapat dilihat pada gambar diagram dibawah ini.
Diagram 4.11. Rumah Yang Ditempati Adalah Rumah Yang Dibangun Sendiri
4.4.9. Tahun Pembangunan Rumah Tinggal
Tahun pembangunan rumah tinggal responden lebih banyak dibangun diatas tahun 2000 yaitu 56% dan dibangun pada tahun 1986 – 2000 yaitu 21%.
Sedangkan yang paling sedikit adalah dibangun sekitaran tahun 1966 – 1985 yaitu 9%. Tahun pembangunan rumah tinggal yang ditempati dapat dilihat pada
diagram dibawah ini.
31%
69%
Diagram 4.12. Tahun Pembangunan Rumah Tinggal Yang Ditempati
4.4.10. Lama Tinggal Dirumah Yang Sekarang
Responden banyak yang menjawab lama tinggal pada rumah yang sekarang adalah 10 tahun sampai 20 tahun yaitu 35%. 1 tahun sampai 10 tahun
30%. Sedangkan yang menjawab >40 tahun adalah yang paling sedikit yaitu 12%. Berapa lama tinggal di rumah yang sekarang dapat dilihat pada gambar diagram
dibawah ini.
Diagram 4.13. Berapa Lama Tinggal Dirumah Yang Sekarang 14%
9%
21%
56% 1945 - 1965 1966 - 1985 1986 - 2000 > 2000
30%
35%
23%
12%
4.4.11. Usia Rumah Tinggal
Responden paling banyak tidak mengisi (tidak tahu) yaitu 68%. Yang mengisi (menjawab)10 tahun – 20 tahun yaitu 11%. Sedangkan yang paling
sedikit menjawab adalah 20 tahun – 30 tahun yaitu 3%. Usia rumah tinggal dapat dilihat pada gambar diagram dibawah ini.
Diagram 4.14. Usia Rumah Tinggal
4.4.12. Jumlah Lantai Rumah Tinggal
Responden yang mempunyai rumah tinggal satu lantai lebih banyak yaitu 74% dibandingkan dengan bangunan rumah tinggal dua lantai yaitu 26% sedangkan untuk bangunan tiga lantai dan seterusnya tidak ada yaitu 0%. Jumlah
lantai rumah tinggal yang sekarang dapat dilihat pada diagram dibawah ini.
9% 11%
3%
9%
68% 1 tahun - 10 tahun 10 tahun - 20 tahun 20 tahun - 40 tahun
Diagram 4.15. Jumlah Lantai Rumah Tinggal
4.4.13. Material Dasar Yang Digunakan Pada Rumah Tinggal
Responden lebih banyak menggunakan batu bata sebagai bahan dasar
rumah tinggal yaitu sebanyak 78%, dan responden yang menggunakan bahan dasar kayu lebih sedikit yaitu 5%. Sedangkan yang menggunakan bahan lainnya yaitu 17 %. Penggunaan batu bata, kayu dan bahan lainnya dapat dilihat pada
diagram dibawah ini. 74%
26%
0% 0%
Diagram 4.16. Material Yang Digunakan Pada Rumah Tinggal
4.4.14. Luas Rumah Tinggal
Luas bangunan yang paling banyak adalah > 90. Tipe 70 dan 90 sama –
sama 26%. Sedangkan tipe yang paling sedikit adalah tipe 45 yaitu 11%. Luas rumah tinggal yang ditempati dapat dilihat pada gambar diagram dibawah ini.
Diagram 4.17. Luas Bangunan Rumah Tinggal 78%
5%
17% Batu Bata Kayu Lainnya
11%
26% 26%
37%
4.4.15. Kawasan Rumah Tinggal
Responden banyak yang bertempat tinggal pada kawasan urban (perkotaan) yaitu sebanyak 71%, dan pada kawasan rural (pedesaan) atau
pinggiran Kota sebanyak 26%. Sedangkan pada kawasan industrial park paling sedikit yaitu 3%. Lokasi rumah tinggal dapat dilihat pada gambar diagram
dibawah ini.
Diagram 4.18. Lokasi Rumah Tinggal
4.4.16. Kepentingan Penggunakan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal Dan Bangunan Lainnya
Responden lebih banyak merasa pentingnya penggunaan ornamen Melayu
pada bangunan rumah tinggal dan lainnya di Kota Medan yaitu sebanyak 95%. Sedangkan responden yang tidak merasa pentingnya penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal dan bangunan lainnya lebih sedikit yaitu 5%.
57%
21%
2%
Pentingkah penggunaan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal dan bangunan lainnya oleh responden dapat dilihat pada diagram dibawah ini.
Diagram 4.19. Pentingkah Menggunakan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal Dan
Bangunan Lainnya
4.4.17. Perubahan Pada Ornamen Melayu
Responden banyak yang mengatakan bahwa ornamen Melayu tidak
mengalami perubahan dengan persentase 76%. Sedangkan yang mengatakan mengalami perubahan hanya 24%. Perubahan pada ornamen Melayu dapat dilihat
pada diagram di bawah ini. 95
5
Diagram 4.20. Perubahan Pada Ornamen Melayu
4.4.18. Ornamen Melayu Yang Bertahan Hingga Saat Ini
Responden lebih banyak mengatakan bahwa masih ada ornamen Melayu
yang bertahan hingga saat ini yaitu 97%. Sedangkan yang mengatakan tidak ada yang bertahan hanya 3%. Responden menjawab ornamen yang bertahan adalah
ornamen lebah bergantung. Tetapi ada juga responden yang tidak mengerti tentang ornamen Melayu. Dengan mengatakan bahwa ornamen yang masih bertahan hingga saat ini adalah Istana Maimun dan kantor Camat, Lurah di Kota
Medan.Yang mereka sebutkan adalah bangunan yang menggunkan ornamen Melayu bukan ornamennya. Ornamen Melayu yang bertahan hingga saat ini dapat
dilihat pada diagram dibawah ini. 24%
76%
Diagram 4.21. Ornamen Melayu Yang Bertahan Hingga Saat Ini 97%
3%
BAB V ANALISA HASIL
5.1. Analisa berdasarkan Umur
Berdasarkan data yang telah diketahui bahwa responden lebih banyak
berumur > 40 tahun yaitu 47%, dan umur 30 – 40 tahun sebanyak 34% sedangkan responden yang mempunyai nilai terendah adalah umur 24 – 30 tahun yaitu 19%.
Dari data di atas dapat dianalisa bahwa responden yang mengisi kuesioner
81 % adalah usia diatas 30 tahun yaitu dari penjumlahan umur > 40 tahun dengan umur 30 – 40 tahun (47% + 34% = 81%). Pengisian ini memenuhi kebutuhan dari
yang diharapkan karena diasumsikan pada umur seperti ini sudah dewasa dan rata – rata sudah menikah dan sudah memiliki rumah. Responden yang sudah dewasa
sudah bertanggung jawab atas kondisi rumah tinggal yang ditempati dan dapat
merawat dan memperbaiki jika rumah yang ditempati mengalami kerusakan.
5.2. Analisa Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data pada jenis kelamin diketahui bahwa laki – laki adalah yang paling banyak mengisi kuesioner yaitu 91%. Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa pengisian ini sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan karena
tidak terkecuali dalam pembangunan rumah tinggal. Laki – laki juga mengerti bila terjadi kerusakan pada rumah tinggal dan diharapkan mampu untuk merawat dan
memperbaiki jika terjadi kerusakan pada rumah.
5.3. Analisa Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Berdasarkan data yang diketahui bahwa responden banyak berpendidikan
terakhir SMA yaitu 76%, dan S1 sebanyak 17% sedangkan responden yang mempunyai nilai terendah adalah S2 dan SMP yaitu 4% dan 3%. Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa pengisian ini memenuhi kebutuhan, karena
diasumsikan responden lebih banyak yang berpendidikan bahkan responden yang paling sedikit berpendidikan SMP. Responden yang berpendidikan diasumsikan
mengetahui ornamen Melayu dari bangku pendidikan (sekolah) dan mereka dapat mempelajari ornamen Melayu melalui buku – buku. Responden yang berpendidikan diharapkan mampu mempelajari dan membedakan yang mana
ornamen Melayu dan yang bukan, bahkan responden dapat mengetahui penempatan ornamen Melayu pada bagian – bagian rumah tinggal dan mengetahui
5.4. Analisa Pertanyaan Kuesioner Berdasarkan Variabel Yang Dinilai
5.4.1. Analisa Pengetahuan Terhadap Ornamen Melayu
Berdasarkan data yang telah diketahui bahwa responden lebih banyak
mengetahui ornamen Melayu yaitu sebanyak 97 % sedangkan responden yang tidak mengetahui ornamen Melayu lebih sedikit yaitu 3 %. Dari data tersebut
dapat dianalisa bahwa pengetahuan responden terhadap ornamen Melayu masih banyak yang mengetahui dibandingkan dengan yang tidak mengetahui ornamen Melayu. Banyaknya responden yang mengetahui ornamen Melayu membuktikan
bahwa masyarakat Melayu di Kota Medan masih banyak yang mengenal dan mempertahankan peninggalan leluhur mereka tentang ornamen Melayu. Jumlah
responden yang tidak mengetahui ornamen Melayu (3%) membuktikan bahwa perubahan terjadi pada pengetahuan responden terhadap ornamen Melayu dimana jumlah yang mengetahui tidak mencapai 100%. Sedangkan dari contoh – contoh
ornamen Melayu yang dibagikan kepada responden membuktikan bahwa keberlanjutan terjadi pada ornamen Melayu. Keberlanjutan yang terjadi yaitu
5.4.2. Analisa Jenis Ornamen Melayu Yang Paling Banyak Diketahui
Berdasarkan teori yang didapat ada 30 jenis ornamen Melayu, diketahui bahwa hanya ada tiga jenis ornamen Melayu yang paling banyak diketahui oleh
responden. Ketiga jenis ornamen tersebut adalah lebah bergantung, bunga kuda laut, dan kelompok daun pakis.
Data di atas dapat dianalisa bahwa dari 30 jenis ornamen Melayu hanya ada 8 jenis ornamen Melayu yang diketahui oleh responden dan ornamen yang paling banyak diketahui adalah lebah bergantung. Sedangkan ada 22 jenis
ornamen Melayu yang tidak lagi diketahui (dikenal) oleh responden. Berdasarkan pernyataan responden diketahui bahwa banyaknya ornamen Melayu yang tidak
diketahui (dikenal) mengalami perubahan dan keberlanjutan. Perubahan yang terjadi pada ornamen yang tidak diketahui terjadi karena banyaknya responden yang tidak menggunakan ornamen Melayu dan saat ini sangat jarang ornamen
Melayu ditemui tetapi, masih ada ornamen yang bertahan hingga saat ini yaitu 8 jenis ornamen yang telah disebutkan pada data diatas. Peneliti menyimpulkan
bahwa yang mengetahui ornamen Melayu tidak sebanyak 97% tetapi dapat diasumsikan dengan 97% -38% = 59%. Jadi responden yang mengetahui ornamen Melayu adalah 59% dengan lebah bergantung sebagai ornamen yang paling
banyak diketahui. Ornamen Melayu yang mengalami perubahan adalah ornamen yang sudah tidak diketahui lagi oleh responden yaitu ada 22 ornamen. 22 ornamen
selimpat, awan Jawa, awan semayang. Sedangkan ornamen yang masih bertahan ada delapan ornamen yaitu ornamen lebah bergantung, bunga sekaki, ragam hias jala – jala, bunga kuda laut, semut beriring, ricih wajid, kelompok daun pakis, dan
bintang – bintang.
5.4.3. Analisa Penggunaan Ornamen Melayu pada Rumah Tinggal Oleh Leluhur
Responden lebih banyak mengatakan bahwa dahulu leluhur mereka menggunakan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal yaitu 79 % ,
sedangkan leluhur yang tidak menggunakan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal adalah 21%.
Berdasarkan data diatas dapat dianalisa bahwa leluhur responden dahulu menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Penggunaan ornamen Melayu oleh leluhur responden dapat membuktikan bahwa dahulu masyarakat
Melayu banyak yang bangga dengan ornamen Melayu dan dijadikan simbol rumah tinggal dimana hal tersebut dapat membedakan jenis rumah tinggal mereka
dengan rumah tinggal masyarakat lainnya. Sekarang penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal responden sebagian dipengaruhi oleh kekeluargaan karena leluhur pakai maka responden pakai. Saat ini sebagian penggunaan
ornamen Melayu pada rumah tinggal sudah mengalami perubahan dimana responden yang menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal hanya 14%
5.4.4. Analisa Penggunaan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal
Penggunaan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal diketahui bahwa responden banyak yang tidak menggunakannya. Responden hanya
mengetahui saja ornamen Melayu tetapi tidak menggunakannya pada bangunan rumah tinggal sendiri 86%. Hanya sebagian kecil saja yang menggunakan
ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggalnya 14%. Pernyataan responden di atas dapat dianalisa bahwa penggunaan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal mengalami perubahan dan keberlanjutan (Change and Continuity).
Perubahan yang terjadi yaitu dahulu leluhur responden menggunakan ornamen pada rumah tinggal tetapi sekarang sebagian besar responden tidak
menggunakannya lagi pada rumah tinggal. Keberlanjutan yang terjadi yaitu masih ada responden yang menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal mereka walaupun hanya sebagian kecil saja. Hal ini membuktikan bahwa sebagian
responden ingin mempertahankan peninggalan leluhur mereka dengan masih mempertahankan penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal.
5.4.5. Analisa Ornamen Melayu yang Digunakan Pada Rumah Tinggal
Ornamen lebah bergantung adalah ornamen yang paling banyak digunakan pada bangunan rumah tinggal yaitu 38%, sedangkan ornamen bunga melur dan
jala – jala sama yaitu 15%. Sedangkan ornamen semut beriring, awan boyan, bintang – bintang, dan pucuk rebung sama – sama 8%.
tinggal, hal ini membuktikan pertanyaan jenis ornamen Melayu yang paling banyak diketahui dimana lebah bergantung adalah ornamen yang paling banyak diketahui oleh responden. Peneliti menyimpulkan bahwa salah satu faktor yang
membuat lebah bergantung banyak diketahui oleh responden adalah karena lebah bergantung banyak juga digunakan pada rumah tinggal dan bangunan lainnya di
Kota Medan hal ini menunjukkan bahwa continuity terjadi pada penggunaan ornamen Melayu di rumah tinggal responden.
5.4.6. Analisa Mengapa Tidak Menggunakan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal
Responden lebih banyak mengatakan alasan biaya yang mahal yaitu 76 % ,
alasan lainnya sebanyak 22 %, sedangkan untuk alasan sudah ketinggalan jaman dan tidak menarik yaitu sama – sama 1 %.
Berdasarkan data diatas bahwa responden tidak menggunakan ornamen
Melayu pada bangunan rumah tinggal karena alasan biaya yang mahal. Penggunaan ornamen Melayu memang memerlukan biaya yang mahal karena
ukiran ornamen Melayu sangat sulit dan tukang yang mengerjakan juga sangat sulit dijumpai saat sini. Bahan yang digunakan adalah kayu yang berkualis agar tidak cepat rusak dan saat ini untuk mencari kayu yang berkualitas baik sangat
mahal, hal ini yang menjadikan andil dalam perubahan yang terjadi pada penggunaan ornamen Melayu di rumah tinggal. Dahulu masyarakat tidak susah
didapatkan. Berdasarkan penjelasan di atas bahwa perubahan terjadi pada penggunaan ornamen Melayu di rumah tinggal karena biaya yang mahal dan
masyarakat yang miskin.
5.4.7. Rumah yang ditempati sekarang adalah rumah sendiri
Responden lebih banyak yang mempunyai rumah sendiri yaitu 67%
sedangkan responden yang tidak mempunyai rumah sendiri yaitu 33%.
Berdasarkan data di atas bahwa responden lebih banyak yang mempunyai rumah sendiri. Diasumsikan bahwa responden yang mempunyai rumah sendiri
dapat dengan leluasa menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Responden yang mempunyai rumah sendiri akan mampu melakukan perawatan
dan perbaikan bila terjadi kerusakan pada rumah tinggal. Responden yang memiliki rumah sendiri dapat diasumsikan kedalam kelompok masyarakat golongan menengah ke atas (kaya) dan responden yang belum memiliki rumah
tinggal sendiri dapat dikelompokkan kedalam masyarakat golongan menengah ke bawah (miskin) jadi continuity bisa terjadi karena adanya responden yang kaya
5.4.8. Analisa Rumah Yang Ditempati Adalah Rumah Yang Dibangun Sendiri
Responden lebih banyak tidak membangun rumah tinggal sendiri
(membeli langsung jadi) yaitu sebanyak 69 % sedangkan responden yang membangun rumah tinggal sendiri sebanyak 31%.
Berdasarkan data diatas bahwa dari 67% responden yang mempunyai rumah tinggal sendiri dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu rumah tinggal yang dibangun sendiri dengan rumah tinggal yang dibeli langsung jadi. Persentase yang
paling banyak adalah dari 67% responden yang mempunyai rumah sendiri 69% nya membelinya secara rumah langsung jadi dan hanya 31% yang membangun
rumah tinggal tinggal sendiri. Responden yang membeli rumah langsung jadi akan sulit menggunakan ornamen Melayu pada rumah tersebut karena rumah langsung jadi kebanyakan modelnya tidak sesuai dengan rumah adat Melayu disamping itu
jika dilakukan renovasi pada rumah tersebut akan mengeluarkan biaya yang mahal. Hal inilah salah satu faktor yang mempengaruhi responden tidak
menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Berdasarkan analisa di atas bahwa perubahan yang terjadi pada penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal terjadi karena responden saat ini membeli rumah langsung jadi tidak
5.4.9. Analisa Tahun Pembangunan Rumah Tinggal
Pembangunan rumah tinggal responden lebih banyak dibangun diatas tahun 2000 yaitu 56%, dan dibangun pada tahun 1986 – 2000 yaitu 21%,
sedangkan yang paling sedikit adalah dibangun sekitaran tahun 1966 – 1985 yaitu 9%.
Berdasarkan data di atas bahwa pembangunan rumah tinggal responden banyak dilakukan sekitaran tahun 2000 an, dimana pada tahun tersebut bentuk bangunan yang dibangun adalah bangunan modern dan banyak dibangun pada
area perumahan. Rumah tinggal modern sangat jauh berbeda dengan rumah tinggal yang menggunakan ornamen Melayu, hal ini salah satu yang
mempengaruhi responden tidak menggunakan ornamen Melayu. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan responden pada pertanyaan analisa rumah tinggal yang ditempati adalah rumah yang dibeli langsung jadi tidak dibangun sendiri.
Perubahan yang terjadi pada penggunaan ornamen Melayu dirumah tinggal terjadi karena pada tahun 2000 an rumah yang dibangun adalah rumah modern yang
tidak sesuai dengan rumah yang dibangun dahulu yaitu bangunan rumah Melayu.
5.4.10. Analisa Berapa lama tinggal dirumah yang sekarang
Responden lebih banyak tinggal rata – rata pada 10 sampai 20 tahun yaitu
Berdasarkan data di atas bahwa responden sudah lama tinggal pada rumah tinggal mereka yaitu rata – rata 20 tahun. Pernyataan ini tidak berkorelasi dengan pernyataan responden pada pertanyaan analisa tahun pembangunan rumah tinggal
yang diketahui bahwa responden menbangun rumah di atas tahun 2000 an, jika dihitung sampai saat ini responden paling lama tinggal adalah 15 tahun.
Pernyataan responden di atas pada pertanyaan tahun pembangunan rumah tinggal diketahui bahwa responden membangun rumah tinggal di atas tahun 2000 an dimana pada era tersebut bangunan yang dibangun adalah bangunan modern tetapi
pada pernyataan responden berapa lama tinggal dirumah sekarang banyak yang mengatakan 10 sampai 20 tahun. Kesimpulannya adalah jika dilihat dari berapa
lama tinggal dirumah yang sekarang dapat diketahui bahwa rumah tinggal yang mereka ditempati adalah rumah modern.
5.4.11. Analisa Usia Rumah Tinggal
Responden paling banyak tidak mengisi (tidak tahu) usia rumah tinggal yaitu 68%. Sedangkan yang tahu usia rumah tinggal 10 tahun – 20 tahun yaitu
11%, dan yang paling sedikit tahu usia rumah tinggal adalah 20 tahun – 30 tahun yaitu 3%.
Berdasarkan data di atas bahwa responden banyak yang tidak mengetahui
tahun berapa pembangunan rumah tinggal mereka. Jawaban pernyataan responden di atas tentang usia rumah tinggal sesuai dengan jawaban pertanyaan responden
tersebut. Hal ini berkorelasi dengan jawaban tentang rumah yang ditempati adalah rumah yang dibangun sendiri. Perubahan terjadi pada penggunaan ornamen Melayu dirumah tinggal berdasarkan dari usia rumah tinggal diketahui bahwa
jawaban responden tidak membangun rumah tinggal sendiri tetapi membelinya langsung jadi. Rumah langsung jadi tidak menggunakan ornamen Melayu karena
rumah yang dibangun adalah rumah modern. Dahulu leluhur membangun rumah tinggal dengan menggunakan ornamen Melayu. Akan tetapi saat ini sudah mengalami perubahan karena responden tidak menggunakan ornamen Melayu
pada rumah tinggal.
5.4.12. Analisa Jumlah Lantai Rumah Tinggal
Responden yang mempunyai rumah tinggal satu lantai lebih banyak yaitu 74% dibandingkan dengan bangunan rumah tinggal dua lantai yaitu 26%
sedangkan untuk bangunan tiga lantai dan seterusnya tidak ada yaitu 0%.
Berdasarkan data di atas responden jauh lebih banyak menggunakan rumah tinggal satu lantai dibandingkan rumah yang dua lantai (bertingkat) hal ini
tidak mempengaruhi responden untuk menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal karena ornamen Melayu sebenarnya bisa saja digunakan pada pintu, jendela, dan ventilasi. Berdasarkan teori dahulu rumah tinggal Melayu berkolong
saat ini rumah tinggal yang ditempati responden tidak berkolong maka rumah tinggal yang ditempati oleh responden saat ini mengalami perubahan yaitu dari
5.4.13. Analisa Material Yang Digunakan pada Rumah Tinggal
Responden lebih banyak menggunakan batu bata sebagai bahan dasar rumah tinggal yaitu sebanyak 78% sedangkan responden yang menggunakan
bahan dasar kayu lebih sedikit yaitu 5% dan yang menggunakan bahan lainnya yaitu 17 %.
Diasumsikan bahwa responden yang menggunakan bahan kayu adalah masyarakat miskin. Sedangkan responden yang menggunakan bahan dasar batu bata adalah masyarakat kaya. Berdasarkan data di atas bahwa jawaban pertanyaan
yang paling banyak tentang material yang digunakan pada rumah tinggal adalah batu bata. Jika responden kaya maka mampu membeli bahan dan memberi upah
untuk tukang yang mengerjakannya. Jika responden miskin maka tidak mampu untuk membeli bahan dan mempekerjakan tukang karena bahan yang digunakan saat sangat sulit ditemukan dan harganya mahal. Tukang untuk mengerjakan
ukiran ornamen Melayu pun sangat sulit ditemukan dan upahnya mahal.
5.4.14. Analisa Luas Rumah Tinggal
Luas rumah tinggal yang paling banyak adalah > 90. Tipe 70 dan 90 sama – sama 26% sedangkan tipe yang paling sedikit adalah tipe 45 yaitu 11%.
Berdasarkan data di atas bahwa luas rumah tinggal responden lebih banyak
> 90 m2. Hal ini membuktikan bahwa responden adalah dari masyarakat golongan menengah keatas karena bangunan rumah tinggal yang bertipe >90 m2 adalah
yang bisa digunakan untuk penempatan ornamen Melayu. Ornamen Melayu banyak digunakan pada bagian ventilasi, pintu, jendela, tiang, lisplank, dan lain – lain dari bagian – bagian rumah ini maka ornamen yang diketahui lebih banyak
lagi karena banyak yang digunakan pada bagian – bagian rumah tinggal. Jika rumah tinggal tidak luas maka ornamen yang digunakan pada rumah tinggal
sedikit. Kesimpulannya adalah jika banyak ornamen yang digunakan pada rumah tinggal maka ornamen Melayu pada rumah tersebut mengalami keberlanjutan karena ornamen yang digunakan tetap tetapi jika rumah tinggal tidak luas maka
sedikit ornamen yang digunakan yang mengakibatkan perubahan terjadi pada penggunaan ornamen Melayu.
4.2.15. Analisa Kawasan Rumah Tinggal
Responden banyak yang bertempat tinggal pada kawasan urban (perkotaan) yaitu sebanyak 71%, dan pada kawasan rural (Pedesaan) atau
pinggiran kota sebanyak 26%. Sedangkan pada kawasan industrial park paling sedikit yaitu 3%.
Berdasarkan data diatas bahwa responden yang tidak menggunakan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal sebagian dipengaruhi oleh lokasi (kawasan) rumah tinggal responden, dimana pada kawasan perkotaan rata – rata
bangunan rumah tinggal dijadikan perumahan (rumah langsung jadi). Peneliti melihat hal inilah yang menyebabkan responden banyak yang tidak menggunakan
ciri – ciri penggunaan ornamen Melayu. Perubahan yang terjadi pada rumah tinggal adalah karena saat ini pembangunan rumah tinggal diperkotaan sudah
banyak membangun dengan tipe rumah modern.
4.2.16. Kepentingan penggunaan Ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal dan bangunan lainnya
Responden lebih banyak merasa pentingnya penggunaan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal dan lainnya di Kota Medan yaitu sebanyak 95 % sedangkan responden yang tidak merasa pentingnya penggunaan ornamen Melayu
pada bangunan rumah tinggal dan bangunan lainnya lebih sedikit yaitu 5 %.
Berdasarkan data di atas bahwa responden merasa pentingnya penggunaan
ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal dan lainnya di Kota Medan dengan berbagai banyak alasan. Alasan responden yang paling banyak dari kuesioner adalah untuk melestarikan ornamen Melayu, karena kota Medan tanah
Deli, dan identitas. Pernyataan responden tidak berkorelasi dengan pertanyaan analisa penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal yaitu responden tidak
menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal tetapi banyak yang mengatakan bahwa penggunaan ornamen sangat penting pada bangunan rumah tinggal dan bangunan lainnya. Peneliti mengasumsikan bahwa responden merasa
penting penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal dan bangunan lainnya tetapi responden meninggalkan ornamen Melayu dengan cara tidak
pada rumah tinggal dan saat ini sudah jarang digunakan oleh responden pada rumah tinggal.
5.4.17. Analisa Perubahan pada Bentuk Ornamen Melayu
Responden lebih banyak mengatakan bahwa ornamen Melayu tidak mengalami perubahan yaitu 76% , sedangkan yang mengatakan mengalami
perubahan adalah 24 %.
Berdasarkan data diatas bahwa menurut responden bentuk ornamen Melayu di Kota Medan tidak mengalami perubahan. Pernyataan responden tidak
sesuai dengan teori yang ada. Jika dibandingkan ornamen yang ada pada teori dengan jenis ornamen Melayu saat ini yang masih ada dilapangan maka dapat
terlihat perubahan yang terjadi. Salah satu perubahan bentuk ornamen yang terjadi adalah bentuk ornamen lebah bergantung. Jika dilihat pada teori ujung ornamen lebah bergantung tidak runcing tetapi saat ini yang masih ada di lapangan
ornamen lebah bergantung pada ujungnya adalah runcing. Sedangkan yang masih tetap bertahan pada bentuk ornamen lebah bergantung adalah pada warnanya.
5.4.18. Analisa Ornamen Melayu Yang Bertahan Hingga Saat Ini
Responden lebih banyak mengatakan bahwa masih ada ornamen Melayu yang bertahan hingga saat ini yaitu 97 % , sedangkan yang mengatakan tidak ada
yang bertahan adalah 3 %.
Berdasarkan data diatas bahwa menurut responden masih ada ornamen
banyak bertahan yang disebutkan responden adalah ornamen lebah bergantung. Pernyataan responden tentang ornamen Melayu yang bertahan hingga saat ini sesuai dengan yang ada di lapangan. Tetapi ada sebagian responden yang tidak
mengerti tentang peletakan ornamen Melayu. Responden mengatakan bahwa ornamen yang masih bertahan hingga saat ini adalah Istana Maimun dan kantor
Camat, Lurah di Kota Medan. Pernyataan responden tersebut tidak sesuai karena pertanyaannya adalah ornamen Melayu yang masih bertahan hingga saat ini sedangkan yang mereka jawab adalah bangunan yang menggunakan ornamen
5.5. Pembahasan
Berdasarkan pertanyaan tentang pengetahuan responden terhadap ornamen Melayu, diketahui bahwa yang mengetahui ornamen Melayu sebanyak 97%.
Jawaban pertanyaan pengetahuan responden terhadap ornamen Melayu tidak sesuai atau tidak berkorelasi dengan jawaban pertanyaan lainnya yaitu jenis
ornamen yang paling banyak diketahui dan jawaban pertanyaan penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Jawaban responden tentang jenis ornamen yang paling banyak diketahui adalah dari 30 jenis ornamen yang ada hanya 8
ornamen saja yang diketahui. Sedangkan ada 22 jenis ornamen yang tidak diketahui. Jawaban pertanyaan lainnya adalah responden banyak yang tidak
menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ketertarikan responden terhadap ornamen Melayu sudah berkurang karena banyak yang sudah tidak mengetahui dan tidak
menggunakannya pada rumah tinggal.
Perubahan (Change) yang terjadi pada pertanyaan analisa pengetahuan
responden terhadap ornamen Melayu adalah dari jawaban responden banyak yang tidak mengetahui ornamen Melayu dan dari 30 jenis ornamen Melayu hanya 8 ornamen saja yang diketahui oleh responden.
Pertanyaan analisa jenis ornamen Melayu yang paling banyak diketahui oleh responden adalah dari 30 jenis ornamen Melayu hanya 8 ornamen saja yang
kuda laut, semut beriring, ricih wajid, kelompok daun pakis, dan bintang – bintang. Ornamen lebah bergantung adalah ornamen yang paling banyak diketahui oleh responden. Pertanyaan analisa jenis ornamen Melayu yang paling banyak
diketahui yaitu ornamen lebah bergantung sesuai dengan pertanyaan analisa ornamen Melayu yang digunakan pada rumah tinggal. Ornamen yang digunakan
pada rumah tinggal adalah ornamen lebah bergantung. Dari jawaban responden di atas dapat disimpulkan bahwa saat ini tidak semua ornamen Melayu diketahui oleh masyarakat Melayu. Hanya sebagian kecil saja yang masih diketahui oleh
masyarakat Melayu dan ornamen lebah bergantung adalah ornamen yang paling banyak diketahui kerena ornamen lebah bergantung yang paling banyak
digunakan pada rumah tinggal.
Perubahan (Change) yang terjadi pada pertanyaan analisa jenis ornamen Melayu yang paling banyak diketahui adalah banyak jenis ornamen Melayu yang
sudah tidak diketahui oleh responden. Responden hanya mengetahui ornamen lebah bergantung, bunga sekaki, ragam hias jala – jala, bunga kuda laut, semut
beriring, ricih wajid, kelompok daun pakis, dan bintang – bintang.
Pertanyaan analisa penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal oleh leluhur, diketahui bahwa 79% menggunakan ornamen Melayu pada rumah
tinggal. Jawaban pertanyaan tentang penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal oleh leluhur tidak sesuai atau tidak berkorelasi dengan jawaban pertanyaan
tidak menggunakan ornamen Melayu karena biaya yang mahal. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian responden yang tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal diakibatkan karena biaya yang mahal dan
bagi sebagian responden yang menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal dikarenakan pengaruh dari kekeluargaan karena leluhur memakai maka responden
ikut memakai.
Perubahan (Change) yang terjadi pada pertanyaan analisa penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal oleh leluhur adalah saat ini responden
banyak yang tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal hanya sebagian kecil saja yang menggunakannya yaitu 14%. Perubahan terjadi karena
biaya yang mahal dimana saat ini untuk mencari tukang dan kayu yang digunakan untuk pembuatan ornamen Melayu sangat sulit.
Pertanyaan analisa mengapa tidak menggunakan ornamen Melayu pada
rumah tinggal diketahui bahwa responden banyak mengatakan biaya yang mahal. Jawaban pertanyaan responden tentang mengapa tidak menggunakan ornamen
Melayu pada rumah tinggal tidak sesuai atau tidak berkorelasi dengan jawaban pertanyaan lainnya yaitu tentang rumah yang ditempati adalah rumah sendiri dengan persentase sebanyak 67% dan jawaban pertanyaan tentang luas rumah
tinggal dengan tipe 90 dan tipe >90 persentasenya sebanyak 63%. Jawaban pertanyaan rumah tinggal yang ditempati adalah rumah sendiri dan jawaban
menggunakan ornamen Melayu karena biaya yang mahal tidak sesuai karena responden adalah masyarakat kaya.
Perubahan (Change) yang terjadi pada pertanyaan analisa mengapa tidak
menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal adalah karena saat ini untuk menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal membutuhkan biaya yang
mahal. Perubahan terjadi karena biaya yang mahal dimana saat ini untuk mencari tukang dan kayu yang digunakan untuk pembuatan ornamen Melayu sangat sulit.
Pertanyaan analisa rumah yang ditempati adalah rumah sendiri, diketahui
bahwa sebanyak 67% memiliki rumah sendiri. Jawaban pertantaan ini dapat disimpulkan bahwa responden menggunakan ornamen Melayu dan dapat
menjaga, merawat ornamen jika terjadi kerusakan. Jawaban pertanyaan di atas tidak sesuai atau tidak berkorelasi dengan jawaban pertanyaan lainnya yaitu tentang penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Diketahui bahwa
jawaban responden adalah tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal sebanyak 86%. Namun dari jawaban pertanyaan lainnya yaitu tentang
penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal oleh leluhur diketahui bahwa leluhur menggunakan ornamen Melayu, dengan persentase sebanyak 79%. Jawaban pertanyaan – pertanyaan di atas membuktikan bahwa leluhur tidak
memaksakan penerusnya (responden) untuk tetap menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Perubahan (Change) yang terjadi pada pertanyaan analisa
Melayu tetapi saat ini banyak responden yang sudah tidak menggunakan ornamen Melayu.
Pertanyaan analisa rumah yang ditempati adalah rumah yang dibangun
sendiri, diketahui bahwa sebanyak 69% responden tidak membangun rumah sendiri (membeli langsung jadi). Jawaban pertanyaan ini sesuai dengan jawaban
pertanyaan tentang mengapa tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Alasannya karena banyak responden yang tidak membangun rumah tinggal sendiri. Jawaban pernyataan inilah yang mengakibatkan banyak responden
tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Rumah yang tidak dibangun sendiri (rumah dibeli langsung jadi) tidak ada yang menggunakan
ornamen Melayu. Biasanya rumah yang dibangun langsung jadi ditujukan untuk masyarakat luas (tidak memandang suku tertentu) maka rumah yang dibangun adalah rumah modern. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa rumah
yang tidak dibangun sendiri (dibeli langsung jadi) adalah rumah yang tidak menggunakan ornamen Melayu karena rumah yang dibangun adalah rumah
modern.
Perubahan (Change) yang terjadi pada pertanyaan analisa rumah yang ditempati adalah rumah yang dibangun sendiri adalah banyak responden yang
membeli rumah langsung jadi yang tidak menggunakan ornamen Melayu karena rumah yang dibeli langsung jadi biasanya adalah rumah modern.
Responden yang menjawab bahan batu bata sebanyak 78%. Jawaban pertanyaan tentang material yang digunakan sesuai dengan jawaban pertanyaan lainnya yaitu jawaban pertanyaan tentang luas rumah tinggal dan jawaban pertanyaan tentang
rumah yang ditempati adalah rumah sendiri. Dari jawaban pertanyaan - pertanyaan di atas dapat disimpulkan bahwa responden adalah masyarakat kaya
dimana rumah yang ditempati adalah rumah sendiri yaitu sebanyak 67% dengan luas rumah >90 m2 sebanyak 37%, tipe 90m2 sebanyak 26%.
Pertanyaan analisa kawasan rumah tinggal diketahui bahwa responden
banyak yang bertempat tinggal pada kawasan perkotaan (urban). Dimana pada kawasan ini rumah yang dibangun adalah rumah modern. Jawaban pertanyaan
tentang kawasan rumah tinggal sesuai dengan jawaban pertanyaan lainnya yaitu tentang mengapa tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal dan tentang rumah yang ditempati adalah rumah yang dibangun sendiri. Berdasarkan
jawaban pertanyaan – pertanyaan diatas dapat disimpulkan bahwa responden tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal karena rumah yang ditempati
adalah rumah yang tidak dibangun sendiri dan berada pada kawasan perkotaan (urban). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kawasan perkotaan
(urban) adalah kawasan yang penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal
sangat jarang karena rumah tinggal pada kawasan tersebut adalah rumah tinggal modern
kawasan perkotaan (urban) dimana pada kawasan perkotaan rumah yang dibangun adalah rumah modern.
Pertanyaan analisa tentang pentingnya penggunaan ornamen Melayu pada
bangunan rumah tinggal dan bangunan lainnya, diketahui bahwa sebanyak 95% responden mengatakan bahwa ornamen Melayu penting digunakan pada rumah
tinggal dan bangunan lainnya. Alasannya adalah Kota Medan tanah Deli dan penggunaan ornamen Melayu adalah Identitas. Jawaban dari pertanyaan ini tidak sesuai atau tidak berkorelasi dengan jawaban pertanyaan lainnya yaitu tentang
penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Dimana banyak responden menjawab tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal, akan tetapi
responden memberikan alasan bahwa penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal adalah identitas. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa responden mengakui ornamen Melayu penting digunakan sebagai identitas, tetapi
tidak menggunakannya pada rumah tinggal mereka.
Perubahan (Change) yang terjadi pada jawaban pertanyaan kepentingan
penggunaan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal adalah pola pikir responden terhadap pentingnya penggunaan ornamen Melayu.
Pertanyaan analisa perubahan yang terjadi pada ornamen Melayu,
diketahui bahwa jawaban responden banyak yang mengatakan tidak mengalami perubahan yaitu sebanyak 76%. Jawaban pertanyaan di atas tidak sesuai atau tidak
hingga saat ini. Jawaban responden tentang jenis ornamen yang diketahui adalah dari 30 jenis ornamen hanya 8 ornamen saja yang diketahui. Sedangkan jawaban tentang ornamen yang masih bertahan, responden banyak yang menjawab bahwa
ornamen yang bertahan hingga saat ini adalah bangunan Istana Maimun dan kantor pemerintahan di Kota Medan. Yang responden jawab adalah bangunan
yang menggunakan ornamen Melayu bukan ornamen Melayu yang bertahan. Dari jawaban pertanyaan tentang ornamen yang masih bertahan diketahui bahwa responden banyak yang tidak mengenal ornamen Melayu. Jawaban pertanyaan –
pertanyaan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan responden tentang ornamen Melayu sudah mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi adalah
karena saat ini kurangnya pengenalan ornamen Melayu oleh leluhur terhadap responden.
Pertanyaan ornamen Melayu yang bertahan hingga saat ini, diketahui
bahwa sebanyak 97% ornamen Melayu tidak berubah. Jawaban dari pertanyaan ini tidak sesuai dengan pemahaman responden tentang penggunaan ornamen
Melayu. Dimana responden mengatakan bahwa ornamen yang masih bertahan hingga saat ini adalah bangunan Istana Maimun dan kantor pemerintahan di Kota Medan seperti kantor Camat, Lurah, dan lain lain. Yang responden sebutkan
adalah bangunan yang menggunakan ornamen Melayu bukan bentuk ornamennya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa responden sudah tidak
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan ornamen Melayu
pada rumah tinggal mengalami perubahan (Change). Perubahan penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal terjadi karena biaya yang mahal dan bahan yang digunakan untuk ornamen Melayu sudah sulit didapatkan. Faktor yang
mempengaruhi responden tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal adalah karena rumah tinggal yang ditempati tidak dibangun sendiri atau
rumah yang dibeli langsung jadi dan responden banyak yang bertempat tinggal pada kawasan perkotaan (urban) dimana pada kawasan ini rumah yang dibangun
adalah rumah modern.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap ornamen Melayu
maka peneliti memberikan saran yang diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan yaitu :
Pemerintah diharapkan mampu mengajak masyarakat khususnya
masyarakat Melayu untuk menggunakan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal dan bangunan lainnya karena dikhawatirkan ornamen Melayu hilang.
lainnya seperti batak, Nias, Jawa, dll. Bukan hanya pemerintah masyarakat juga harus ikut andil dalam menjaga dan melestarikan ornamen Melayu khusus untuk masyarakat Melayu, seharusnya dapat memelihara dan mempertahankan ornamen
Melayu pada bangunan rumah tinggal dan bangunan lainnya dengan cara menggunakan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal sendiri.
Penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya yang lebih detail tentang jarangnya penggunaan ornamen Melayu di kota Medan (hilang). Selain itu perlu adanya penelitian lebih lanjut yang respondennya lebih heterogen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Neo Vernakular
Neo Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun
1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang berkesan monoton (bangunan berbentuk kotak-kotak).Oleh sebab itu, lahirlah aliran-aliran baru yaitu Post Modern.
Menurut Charles A. Jenck ada 6(enam) aliran yang muncul pada era Post Modern diantaranya, historiscism, straight revivalism, neo
vernakular, contextualism, methapor dan post modern space. Menurut Budi A
Sukada (1988) dari semua aliran yang berkembang pada Era Post Modern ini
memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut.
Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer. Membangkitkan kembali kenangan historik.
Berkonteks urban.
Menerapkan kembali teknik ornamentasi. Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).
Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).
Bersifat plural.
Bersifat ekletik.
Untuk dapat dikategorikan sebagai arsitektur post modern tidak harus memenuhi kesepuluh dari ciri-ciri diatas. Sebuah karya arsitektur yang memiliki
enam atau tujuh dari ciri-ciri diatas sudah dapat dikategorikan kedalam arsitektur post modern.Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya post modern menyebutkan tiga alasan yang mendasari timbulnya era post modern, yaitu.
1. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa batas, ini disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru
manusia.
2. Canggihnya teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat pribadi.
3. Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional atau daerah, sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arsitektur post modern dan
aliran-alirannya merupakan arsitektur yang menggabungkan antara tradisional dengan non tradisinal, modern dengan setengah nonmodern, perpaduan yang lama
dengan yang baru. Dalam timeline arsitektur modern, vernakular berada pada posisi arsitektur modern awal dan berkembang menjadi Neo Vernakular pada masa modern akhir setelah terjadi eklektisme dan kritikan-kritikan terhadap
Kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo Vernakular adalah sebagai berikut.
Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim
setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen)
Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi
juga elemen nonfisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.
Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip
bangunan vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan
visualnya).
Latar belakang penerapan tema arsitektur neo vernakular pada pendopo
bupati berkeinginan melestarikan unsur-unsur atau ciri arsitektur lokal dengan mengikuti perkembangan zaman yang semakin berkembang.
2.1.1. Pengertian Neo Vernakular
Kata NEO atau NEW berarti baru atau hal yang baru, sedangkan kata vernacular berasal dari kata vernaculus (bahasa latin) yang berarti asli. Maka
arsitektur vernakular dapat diartikan sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh masyarakat setempat.
Arsitektur Vernakular konteks dengan lingkungan sumberdaya setempat
memenuhi kebutuhan karakteristik yang mengakomodasi nilai ekonomi dan tatanan budaya masyarakat dari masyarakat tersebut.Dalam pengertian umum, arsitektur Vernacular merupakan istilah yang banyak digunakan untuk menunjuk
arsitektur indigenous kesukaan, tribal, arsitektur kaum petani atau arsitektur tradisional.
Pengertian Arsitektur Vernakular sering disamakan dengan Arsitektur Tradisional. Joseph Prijotomo tahu bahwa secara konotatif tradisi dapat diartikan sebagai pewarisan atau penerusan norma-norma adat istiadat atau pewarisan
budaya yang turun-temurun dari generasi ke generasi.
2.1.2. Arsitektur Neo-Vernakular
Arsitektur neo-vernakular tidak hanya menerapkan elemen-elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain.Menurut Leon Krier(1971)
bangunan adalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan dari jumlah tipe-tipe yang terbatas dan dalam penyesuaiannya terhadap iklim lokal,
material dan adat istiadat.
Arsitektur Neo-Vernakular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post-Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang
mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri. Arsitektur Neo-Vernakular merupakan
normative, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan.
Aliran ArsitekturNeo Vernakular sangat mudah dikenal dan memiliki
kelengkapan berikut ini : hampir selalu beratap bubungan, detrail terpotong, banyak keindahan dan menggunakan material bata-bata.
2.1.3. Ciri – Ciri Arsitektur Neo-Vernakular
Menurut Charles Jencks dalam bukunya “language of Post-Modern Architecture (1990)” maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular
sebagai berikut.
a. Selalu menggunakan atap bumbungan.Atap bumbungan menutupi tingkat
bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang diibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan
permusuhan.
b. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal).Bangunan
didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang merupakan budaya dari arsitektur barat.
c. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan
proporsi yang lebih vertikal.
d. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern
Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernakular tidak ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lebih pada keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan
jelas dan tepat oleh Neo-Vernakular melalui tren akan rehabilitasi dan pemakaian kembali.
1. Pemakaian atap miring
2. Batu bata sebagai elemen lokal 3. Susunan masa yang indah.
Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran antara
unsur setempat dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur setempat, dengan ciri-ciri sebagai berikut.
Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim
setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah,
detail, struktur dan ornamen).
Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi
juga elemen non-fisik yaitu budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religi dan lainnya menjadi konsep dan
kriteria perancangan.
Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip
2.1.4. Prinsip Desain Arsitektur Neo-Vernakular
Adapun beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara
terperinci adalah sebagai berikut.
Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif
terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari
bangunan sekarang.
Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang
dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur. Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan
seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.
Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi,
bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur.
Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi
Tabel 2.1.Perbandingan Arsitektur Ttradisional, Vernakular dan Neo Vernakular. Perbandingan Tradisional Vernakular Neo Vernakular
Ideologi