• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN ORNAMEN BERNUANSA MELAYU DITINJAU DARI BENTUK DAN WARNA DI KOTA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN ORNAMEN BERNUANSA MELAYU DITINJAU DARI BENTUK DAN WARNA DI KOTA MEDAN"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERAPAN ORNAMEN

BERNUANSA MELAYU DITINJAU DARI BENTUK DAN

WARNA DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

AYU KARTINI

NIM 071222610047

JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

DAFTAR ISI ABSTRAK ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoritis ... 7

1. Pengertian Analisis ... 7

2. Pengertian Penerapan ... 8

3. Pengertian Ornamen ... 8

4. Jenis Motif Ragam Hias Melayu ... 13

a. Motif Tumbuhan (Flora) ……… . 13

b. Motif Hewan (Fauna) ……… . 23

c. Motif Alam ……….. 29

d. Motif Kaligrafi dan Kepercayaan ……… 30

e. Motif Beraneka Ragam ………. .. 31

5. Unsur-unsur Desain Ornamen ……….. ... 34

a. Garis ….. ... 35 b. Bidang ……… ... 35 c. Bentuk ……… ... 36 d. Warna ……… 37 e. Tekstur ……….. ... 39 f. Ukuran ………. ... 40

g. Nada Gelap Terang ……….. 40

6. Prinsip-prinsip Desain Ragam Hias …. ... 41

7. Ciri Bangunan Bernuansa Melayu yang Ada di Medan .…. 42 8. Ornamen Melayu ……… 44

9. Bangunan Bernuansa Melayu yang Menjadi Daya Tarik Wisatawan ……… 45

(3)

a. Istana Maimoon ………... 45

b. Mesjid Al- Osmani ……… .. 47

c. Cindai (Arsitektur Rumah Melayu) ………. 48

d. Mesjid Raya Al- Mashun ………. 49

B. Kerangka Konseptual ... 51

BAB III. METODE PENELITIAN ... 54

A. Lokasi Penelitian ... 54

B. Waktu Penelitian ... 54

C. Metode Penelitian ... 55

D. Populasi dan Sampel ... 55

1. Populasi ... 55

2. Sampel ... 56

E. Teknik Pengumpulan Data ... 57

F. Teknik Analisis Data ... 60

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 61

A. Hasil Penelitian ... 61

1. Deskripsi Data Penelitian ………. 61

a. Bangunan Istana Maimoon ………. 61

b. Denah Lokasi Istana Maimoon ………. 62

c. Bagian Istana Maimoon yang Terdapat Ornamen…. . 62

d. Bangunan Mesjid Raya Al-Osmani………. 78

e. Denah Lokasi Mesjid Raya Al- Osmani …………. 78

f. Bagian Mesjid Raya Al-Osmani ……… 79

g. Bangunan Rumah Cindai ………... 95

h. Denah Lokasi Cindai ………. ... 95

i. Bangunan Istana Maimoon ………. 96

2. Penerapan Warna Ornamen Melayu Pada Bangunan di Kota Medan ……… ... 105

3. Pembahasan ……….. 106

B. Analisis Hasil Wawancara ……….. 107

C. Temuan Penelitian ……… 110

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………... 111

A. Kesimpulan ……….. 111

B. Saran ……… 112

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2. 1. Ukiran Motif Dasar Kaluk Pakis... 14

2. 2. Ragam Hias Genting Tak Putus ... 15

2. 3. Ragam Hias Lilit Kangkung ... 16

2. 4. Motif Bunga Kendur ... 16

2. 5. Motif Bunga Melati 1 ... 17

2. 6. Motif Bunga Melati 2 ... 17

2. 7. Motif Bunga Manggis ... 17

2. 8. Motif Bunga Cengkih ... 18

2. 9. Motif Bunga Melur ... 18

2. 10. Motif Bunga Cina ... 18

2. 11. Motif Bunga Hutan ... 19

2. 12. Ragam Hias Bunga Matahari ... 20

2. 13. Ragam Hias Tampuk Pinang ... 20

2. 14. Ragam Hias Roda Bunga ... 21

2. 15. Pucuk Rebung ... 22

2. 16. Sinar Matahari Pagi ………... 24

2. 17. Ukiran Motif Semut Beriring ... 24

2. 18. Ukiran Motif Ikan ... 25

2. 19. Lebah Bergantung Kuntum Setaman ... 25

2. 20. Ukiran Motif Itik Sekawan dan Itik Pulang Petang ... 26

2. 21. Sket Siku Keluang Padu ... 26

2. 22. Motif Burung-burung ... 27

2. 23. Motif Ular-ularan ... 27

2. 24. Lubang Angin dengan Motif Naga Berjuang ... 28

2. 25. Lubang Angin dengan Motif Roda Bunga dan Burung-burung ... 29

2. 26. Motif Ukiran Awan Larat ... 30

2. 27. Motif Bintang-bintang ... 30

2. 28. Motif Kaligrafi ... 31

2. 29. Motif Jala-jala ... 32

2. 30. Motif Sinar Matahari Pagi ... 22

2. 31. Motif Terali Biola ... 33

2. 32. Motif Terali Biola ... 33

2. 33. Motif Ricih Wajid ... 34

2. 34. Bidai Untuk Rumah Orang Biasa ... 43

2. 35. Bidai Untuk Rumah Bangsawan ……… 43

2. 36. Bidai Untuk Rumah Istana Raja ……….... 44

2. 37. Motif Sayap Latang untuk Rumah Penduduk ... 44

2. 38. Istana Maimoon Medan ... 47

2. 39. Mesjid Raya Al-Osmani ... 48

2. 40. Mesjid Raya Al-Mashun ... 50

4. 41. Istana Maimoon ………. 61

4. 42. Denah Lokasi Istana Maimoon ………. 62

(5)

4. 44. Pintu Masuk Tampak Depan Istana Maimoon …… ... 63

4. 45. Ruang Utama Tampak Atas Istana Maimoon ………... 64

4. 46. Ruang Peterakna Sultan Deli Tampak Depan ……… 66

4. 47. Langit-langit Pada Ruang Peterakna Sultan Deli ……….. 68

4. 48. Langit-langit Pada Ruang Peterakna Sultan Deli ……….. 68

4. 49. Langit-langit Pada Ruang Peterakna Tampak Atas ……….. 70

4. 50. Langit-langit Pada Ruang Peterakna Tampak Atas ……… 72

4. 51. Tempat Peterakna Sultan Deli ……… ... 73

4. 52. Lantai Pada Ruang Utama Peterakna Sultan Deli ……….... 75

4. 53. Lantai Pada Ruang Tengah Sultan Deli Tampak Depan ………. 76

4. 54. Lantai Pada Teras Ruang Depan Sultan Deli Tampak Samping .. 77

4. 55. Mesjid Raya Al-Osmani di Belawan ……… 78

4. 56. Denah Lokasi Mesjid Raya Al-Osmani ……… ... 78

4. 57. Mesjid Raya Al-Osmani Tampak Depan ……….. 79

4. 58. Pintu Masuk Tampak Depan Pada Mesjid Raya Al-Osmani …... 80

4. 59. Ruang Dalam Mesjid Pada Mesjid Raya Al-Osmani …………... 82

4. 60. Hiasan Kaligrafi Pada Ruang Dalam Mesjid ………. ... 82

4. 61. Hiasan Kaligrafi Pada Ruang Dalam Mesjid ………. ... 84

4. 62. Hiasan Kaligrafi Pada Ruang Dalam Mesjid ………. ... 85

4. 63. Ventilasi Pada Ruang Dalam Mesjid Tampak Depan ……….. .. 86

4. 64. Ventilasi Pada Ruang Dalam Mesjid ………. ... 86

4. 65. Ornamen yang Ada Pada Ruang Dalam Mesjid ………. ... 88

4. 66. Rumah Penjaga Mesjid ………. ... 89

4. 67. Kamar Mandi Mesjid ………. ... 90

4. 68. Tempat Pengambilan Air Wudu Mesjid ………. ... 91

4. 69. Ornamen Pada Pemakaman di Halaman Dalam Mesjid ………. 92

4. 70. Ornamen Pada Gerbang Pintu Masuk Mesjid ………. ... 92

4. 71. Ornamen Pada Gerbang Mesjid Bagian Dalam ………... 93

4. 72. Rumah Cindai Tampak Depan ………. ... 95

4. 73. Denah Lokasi Cindai ………... 95

4. 74. Rumah Cindai Tampak Luar ………. ... 96

4. 75. Rumah Cindai Tampak Dalam ………. ... 98

4. 76. Rumah Cindai Tampak Dalam Lantai Dua ………. ... 99

4. 77. Rumah Cindai Tampak Dalam Lantai Dua ………. ... 99

4. 78. Rumah Cindai Tampak Dalam Lantai Dua ………. ... 100

4. 79. Rumah Cindai Pada Teras Lantai Dua ………. ... 102

4. 80. Rumah Cindai Pada Teras Samping Lantai Dua ………. ... 103

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

3. 1. Jadwal Penelitian ... 54

3. 2. Bangunan Melayu ... 57

4. 3. Ornamen Pada Pintu Masuk Bangunan ... 63

4. 4. Pintu Masuk Tampak Depan Istana Maimoon ... 64

4. 5. Ornamen Yang Ada Pada Ruang Utama Tampak Atas ... 65

4. 6. Ornamen Yang Ada Pada Ruang Peterakna Tampak Depan ... 67

4. 7. Ornamen Yang Ada Pada Langit-langit Istana Maimoon ... 69

4. 8. Ornamen Yang Ada Pada Langit-langit Istana Maimoon ... 70

4. 9. Ornamen Yang Ada Pada Langit-langit Istana Maimoon ... 72

4. 10. Ornamen Yang Ada Pada Langit-langit Istana Maimoon ... 74

4. 11. Ornamen Yang Ada Pada Lantai Ruang Utama Peterakna ... 75

4. 12. Ornamen Yang Ada Pada Lantai Ruang Utama Peterakna ... 76

4. 13. Ornamen Yang Ada Pada Teras Depan Istana Maimoon ... 77

4. 14. Ornamen Yang Ada Pada Pintu Masuk Tampak Depan ... 79

4. 15. Ornamen Yang Ada Pada Ruang Dalam Mesjid Al-Osmani ... 81

4. 16. Ornamen Yang Ada Pada Kaligrafi Mesjid ... 83

4. 17. Ornamen Yang Ada Pada Kaligrafi Mesjid ... 84

4. 18. Ornamen Yang Ada Pada Sisi Ruang Dalam Mesjid ... 85

4. 19. Ornamen Yang Ada Pada Langit-langit Ruang Dalam Mesjid .. 87

4. 20. Ornamen Yang Ada Pada Rumah Penjaga Mesjid ... 89

4. 21. Ornamen Yang Ada Pada Bangunan Sekitar Mesjid ... 91

4. 22. Ornamen Yang Ada Pada Gerbang Mesjid ... 93

4. 23. Ornamen Yang Ada Pada Sisi Rumah Cindai Cemara Asri ... 94

4. 24. Ornamen Yang Ada Pada Ruang Dalam Cindai Cemara Asri .... 96

4. 25. Ornamen Yang Ada Pada Ruang Lantai Dua Cindai Cemara Asri 98 4. 26. Ornamen Yang Ada Pada Teras Lantai Dua Cindai Cemara Asri 100 4. 27. Ornamen Yang Ada Pada Teras Lantai Rumah Dua Cindai …… 104

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab, Cina, Eropa, dan termasuk kebudayaan sendiri yaitu Melayu. Suku Melayu bermukim di sebagian besar Malaysia, pesisir timur Sumatera, sekeliling pesisir Kalimantan, Thailand Selatan, serta pulau-pulau kecil yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

Di Indonesia, jumlah suku Melayu sekitar 15% dari seluruh populasi, yang sebagian besar mendiami propinsi Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat. Meskipun begitu, banyak pula masyarakat, dan Dayak yang berpindah ke wilayah pesisir timur Sumatera dan pantai barat Kalimantan, mengaku sebagai orang Melayu. Selain di Nusantara, suku Melayu juga terdapat di Sri Langka, Kepulauan Cocos (Keeling) yakni Cocos Malays, dan Afrika Selatan yaitu Cape Malays

(http://ms.wikipedia.org/wiki/Medan, diakses senin, 1 maret 2013, pukul 13:50 WIB).

Selanjutnya keberadaan suku Melayu di kota Medan sebagai ibu kota dari Propinsi Sumatra Utara, dan kota terbesar ketiga di Indonesia, maka Medan merupakan perpaduan dari beberapa etnis dan budaya, karena di kota ini di dapati beberapa etnis Aceh, etnis Batak dan etnis Melayu. Demikian pula keturunan Cina banyak berdiam di kota ini sejak zaman Belanda, menyebabkan terjadi akulturasi

(8)

di kota ini semakin kaya dengan budaya pantai (Bandar). Walaupun penduduk bandar ini terdiri dari berbagai kaum yang menarik, namun penduduk asal bandar ini adalah orang Melayu.

Apabila disoroti dari sisi pariwisata terutama bangunan, Medan memiliki bangunan Melayu, bernuansa seni dan religi yang eksotis untuk dikunjungi khususnya jika kita menyukai bangunan-bangunan khas Melayu.

Misalnya Istana Maimoon, Mesjid Raya dengan arsitekturnya yang unik, Museum Sumatra Utara, Pusat Kesawan, bangunan antik yang indah, Balai Kota dan Kantor Pos Pusat, Menara Air dan sebagainya yang memiliki ciri khas bangunan Melayu. Ada mesjid lama lainnya seperti mesjid Osman di Labuhan Deli.

Selanjutnya Lukman (2007 : 1), mengatakan bahwa :

“Sejak masa kebudayaan Megalith, keahlian orang Melayu dalam pahat-memahat patung seperti dapat kita persaksikan pada sisa biara di Padang Lawas, candi-candi di peninggalan Muara Takus maupun sisa patung dan biara di Palembang, Jambi dan Kota Cina (Labuhan Deli, Medan) ataupun kaligrafi pada batu nisan raja dan orang-orang yang terkemuka, dan pada mesjid dan mimbarnya, pada rumah dan senjata-senjata”.

Ada juga bangunan rumah tinggal Melayu saat ini yang kaya tradisi seperti yang terdapat di Rumah Cindai. Bangunan di kota Medan, khususnya bangunan khas Melayu, desain arsitektur dan dekorasi bangunan Melayu dengan penerapan ornamennya sudah mencerminkan etnis Melayu. Hal ini memperlihatkan bahwa pemerintah maupun masyarakat suku Melayu ingin mengangkat dan melestarikan seni Budaya meskipun terjadi pembaharuan arsitektur tradisional menjadi arsitektur modern, tetapi pada bangunan Melayu tersebut masih memiliki nilai

(9)

estetis dengan berbagai jenis bentuk ornamen, warna dan penempatan ornamen Melayu.

Penerapan ornamen Melayu pada sebagian bangunan yang menggunakan ornamen Melayu di kota Medan kemungkinan terjadi pembaharuan bentuk dan warna ornamen Melayu yang membuat pergeseran makna simbolik ornamen.

Dalam hal pewarnaan ornamen Melayu pada dasarnya menggunakan dua warna yaitu warna hijau dan warna kuning, namun banyak juga ornamen Melayu yang menerapkan warna-warna lain seperti warna putih, cokelat, merah dan biru demi terciptanya nilai estetis yang tinggi. Dengan demikian penulis mencoba untuk mendeskripsikan “Analisis Penerapan Ornamen Bernuansa Melayu Ditinjau Dari Bentuk dan Warna di Kota Medan”.

(10)

B. Identifikasi Masalah

Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah serta cakupan masalah yang diketahui tidak terlalu luas.

Ali (1984 : 49) mengatakan bahwa :

“Untuk kepentingan karya ilmiah, sesuatu yang perlu diperhatikan adalah masalah penelitian sedapat mungkin diusahakan tidak terlalu luas. Masalah yang luas akan menghasilkan analisis yang sempit, dan sebaliknya bila ruang lingkup masalah dipersempit maka diharapkan analisis secara luas dan mendalam”.

Berdasarkan permasalahan dalam latar belakang masalah yang telah dikemukakan, serta berpedoman pada tujuan dari identifikasi masalah, maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:

1. Bentuk ornamen yang sering digunakan pada bangunan Melayu yang ada di kota Medan.

2. Warna ornamen Melayu pada bangunan yang ada di kota Medan tersebut. 3. Penerapan jenis ornamen pada bangunan Melayu yang ada di kota Medan,

seharusnya terdapat pada seluruhnya tetapi hanya terdapat 3% saja.

4. Makna simbolik ornamen Melayu masih difungsikan pada bangunan Melayu yang ada di kota Medan.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu dan kemampuan teoritis maka penulis merasa perlu membatasi masalah-masalah dan lain-lain yang timbul dari rencana tertentu untuk memudahkan pemecahan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini.

(11)

Berdasarkan pendapat tersebut maka penulis membatasi masalah tersebut sebagai berikut :

1. Bentuk ornamen Melayu apa saja yang diterapkan pada bangunan Melayu yang ada di kota Medan.

2. Warna pada setiap bentuk ornamen yang diterapkan pada bangunan Melayu yang ada di kota Medan.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu titik dari pada penelitian yang hendak dilakukan. Berdasarkan identifikasi dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka permasalahan diatas dapat dirumuskan pada :

1. Apa saja bentuk ornamen Melayu yang diterapkan pada bangunan Melayu yang ada di kota Medan.

2. Apa sajakah warna pada setiap bentuk ornamen yang diterapkan pada bangunan Melayu yang ada di kota Medan.

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, pada umumnya pasti mempunyai tujuan tertentu. Tanpa adanya suatu tujuan tertentu yang jelas maka kegiatan tersebut tidak akan dapat terarah karena tidak tahu apa yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut.

(12)

Berhasil tidaknya suatu kegiatan penelitian yang dilaksanakan terlihat pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang penempatan bentuk ornamen pada bangunan Melayu di kota Medan.

2. Untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang penerapan warna ornamen Melayu pada bangunan Melayu di kota Medan.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dicapai, diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai tambahan dokumentasi bagi perpustakaan daerah Sumatera Utara dan museum Medan.

2. Sebagai bahan referensi bagi pemerintah daerah Medan setempat dalam sektor kesenian pariwisata.

3. Sebagai tambahan literature bagi Jurusan Seni rupa UNIMED.

4. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi para mahasiswa jurusan seni rupa untuk menggunakan ornamen tradisional Melayu sebagai konsep berkarya.

5. Sebagai bahan masukan bagi penikmat seni rupa khususnya seni rupa tradisional Melayu.

6. Sebagai bahan pengenalan bagi masyarakat secara khusus generasi muda tentang pentingnya pelestarian ornamen Melayu.

(13)

BAB II

LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Landasan Teoritis

Landasan teoritis adalah deskripsikan dari hasil suatu studi kepustakaan yang berhubung (relevan) serta mendukung pokok permasalahan yang hendak diteliti, sehingga landasan teoritis ini merupakan acuan ataupun pedoman dalam penyelesaian masalah suatu penelitian. Dengan pengembangan teori-teori yang sudah ada disimpulkan bahwa otoritas yang diangkat dari analisis kepustakaan, yang bisa mendukung logika berfikir penulis apalagi didukung fakta-fakta yang ada. Sehingga penelitian ini dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang didasarkan tujuan-tujuan yang telah dibuat.

Adapun yang akan dibahas adalah yang berhubungan dengan ornamen Melayu yang diterapkan pada beberapa bangunan yang ada di kota Medan.

1. Pengertian Analisis

Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003 : 43).

Dalam kamus Ensiklopedi Nasional Indonesia (1988 : 19), dijelaskan bahwa: “Analisis adalah cara memeriksa suatu masalah untuk menemukan semua unsur dasar dan hubungan antar unsur-unsur yang bersangkutan. Oleh karena itu masalah yang diperiksa dapat diketahui susunannya”.

(14)

Depdikbud Dirjen Kebudayaan Museum Propinsi Sumatera Utara, (2008 : 46) menyebutkan :

“Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya) penguraian suatu pokok atau berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan”.

Analisis juga merupakan proses pencarian jalan keluar, pemecahan masalah yang berangkat dari dugaan akan kebenarannya, penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang perlu dianalisis pada bangunan yang ada di kota Medan adalah menjelaskan bagaimana penerapan ornamen tradisional Melayu dan bagaimana hubungan ornamen dengan bangunan-bangunan yang bernuansa Melayu di Medan.

2. Pengertian Penerapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 1506), pengertian penerapan adalah proses perbuatan menerapkan, mengenakan, dan mempraktikan. Sedangkan penerapan ornamen adalah merupakan dekorasi yang digunakan untuk memperindah bagian dari sebuah bangunan atau obyek.

3. Pengertian Ornamen

Menurut Suardi (2000 : 30), ornamen berasal dari kata ornare yang berarti menghias. Dalam Ensiklopedia Indonesia (2004 : 135), ornamen dijelaskan sebagai setiap hiasan bergaya geometrik atau yang lainnya. Ornamen dibuat pada

(15)

suatu bentuk dasar dari hasil kerajinan tangan (perabot, pakaian, dan lain sebagainya) dan arsitektur.

Dalam seni arsitektur dan seni dekoratif, ornamen merupakan dekorasi yang digunakan untuk memperindah bagian dari sebuah bangunan atau obyek. Ornamen arsitektural dapat diukir dari batu, kayu atau logam mulia, dibentuk dengan plester atau tanah liat, atau terkesan ke permukaan sebagai ornamen terapan; dalam seni terapan lainnya, bahan baku obyek, atau yang berbeda dapat digunakan.(http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:ComunityissimetryJhon_Manuel_ 07pl, diakses pada maret 2013, pukul 14.00 WIB).

Fungsi ornamen penghias secara keseluruhan menyangkut segi keindahaan, misalnya untuk menambah keindaahan suatu barang sehingga lebih bagus dan menarik. Selanjutnya ornamen sering terdapat nilai-nilai simbolik atau maksud-maksud tertentu. Bisa berhubungan dengan pandangan hidup (falsafah hidup) dari manusia atau masyarakat pembuatnya. Bahkan berkaitan dengan benda-benda yang diterapinya memiliki arti (makna yang mendalam) dengan disertai harapan-harapan yang tertentu pula.

Menurut Sunaryo (2009 : 14), adalah :

Pada perkembangan-perkembangan lebih lanjut, pemanfaatan ornamen di samping memiliki maksud-maksud tertentu dan pada waktu yang lebih kekinian (saat sekarang) banyak penekannya hanya sekedar sebagai penghias saja, dengan demikian ornamen betul-betul merupakan komponen produk seni yang di tambahkan atau sengaja di buat untuk tujuan sebagai hiasan semata.

Dengan demikian jelas bahwa tugas dan fungsi ornamen adalah sebagai penghias suatu objek, dan apabila ornamen tersebut di letakkan atau diterapkan

(16)

pada benda lain akan memiliki nilai tambah pada benda tersebut. Baik dalam menambah indah, antik, angker, cantik, dan sebagai predikat lainnya.

Menurut Azmi (2012 : 19), Pada hakekatnya keberadaan ragam hias atau disebut ornamen adalah sebagai unsur untuk memperindah. Selanjutnya apabila diteliti lebih mendalam dari pembahasan di atas, cakupan ornamen menjadi sangat luas. Karena sesuatu yang mempunyai tugas menghiasi serta menambah nilai dari benda yang ditempatinya berarti disebut sebagai ornamen. Namun, secara rinci ornamen memiliki ciri, sifat dan karakter yang sangat khusus.

Sunaryo (2009 : 3), menjelaskan bahwa :

“Ornamen merupakan penerapan hiasan pada suatu produk. Bentuk-bentuk hiasan yang menjadi ornamen tersebut fungsi utamanya adalah memperindah benda produk atau barang yang dihias, benda produk tadi mungkin sudah indah, tetapi setelah ditambahkan ornamen padanya diharapkan semakin indah”.

Berbicara tentang pengertian ornamen di atas, maka ornamen berhubungan erat dengan kebudayaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 141) dikatakan bahwa budaya adalah pikiran, akal budi, dan adat istiadat.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, bahwa ornamen atau ragam hias adalah suatu usaha manusia untuk memperindah atau menghias suatu karya seni. Ornamen hadir ditengah-tengah masyarakat merupakan media sebagai ungkapan perasaan yang diwujudkan dalam bentuk visual dan dapat berperan dalam pengembangan masa lampau. Ornamen ini juga diciptakan untuk mengungkapkan dan menyampaikan makna budaya dari suatu daerah terhadap masyarakat setempat.

(17)

Di dalam ornamen, terdapat juga istilah stilasi, distorsi, repetisi dan dekorasi.

1. Stilasi

Defenisi stilasi diungkapkan oleh Sulastianto (2008 : 4) yang menjelaskan stilasi merupakan motif hias yang digayakan. Maksudnya yaitu memberikan suatu gaya atau mode untuk mendisain suatu bentuk motif hias agar tercipta variasi motif hias yang berbeda dan inovatif.

2. Distorsi

Menurut Sulastianto (2008 : 4) distorsi merupakan penyederhanaan motif-motif hias. Distorsi dan stilasi sebenarnya merupakan kegiatan mengubah motif-motif hias dengan melakukan penambahan atau penyederhanaan. Terkadang bentuk aslinya sulit dikenali lagi.

3. Repetisi

Sulastianto dalam bukunya Seni Budaya untuk kelas IX (2008 : 4) menjelaskan bahwa repetisi merupakan pengulangan motif-motif hias, motif digambarkan secara berulang-ulang. Dari defenisi tersebut dapat dijelaskan bahwa repetisi ini merupakan suatu kegiatan mengulangi penggambaran motif-motif hias agar terwujud motif hias yang inovatif. 4. Dekorasi

Defenisi mengenai dekorasi diungkapkan oleh Sulastianto (2008 : 4) yang menjelaskan bahwa dekorasi adalah hiasan atau gambar yang dibuat untuk memperindah sesuatu untuk lebih menarik. Dekorasi umumnya dilakukan

(18)

dengan melakukan penambahan-penambahan bentuk agar terlihat lebih indah dan penyederhanaan bentuk agar terlihat lebih indah dan penyederhanaan bentuk agar terkesan lebih minimalis.

Selanjutnya di dalam ornamen juga dapat menunjukkan periode perkembangannya seperti ornamen jenis primitif, ornamen tradisional, ornamen klasik dan ornamen modern. Ornamen adalah komponen dari suatu produk seni yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan.

a. Ornamen Primitif

Menurut Sunaryo (2009 : 3) ornamen primitif ini hidup dan berkembang pada masa nenek moyang. Dalam perwujudannya biasanya memiliki bentuk-bentuk yang sederhana, naif dan selalu dikaitkan pada hal-hal magis, juga merupakan penggambaran dari para leluhurnya yang telah meninggal dunia. Contoh : ukir Asmat yang ada di Irian Jaya.

b. Ornamen Tradisional

Menurut Sunaryo (2009 : 3) ornamen tradisional merupakan ornamen yang hidup dan berkembang pada masa nenek moyang, dan dipelihara secara turun menurun hingga sekarang.

c. Ornamen Klasik

Menurut Sunaryo (2009 : 4) ornamen klasik merupakan ornamen yang telah mencapai puncak kejayaannya, sehingga ciri dan bentuknya sudah tidak dapat diubah kembali karena apabila sudah mengalami perubahan walaupun sedikit saja maka ornamen tersebut sudah tidak bisa dikatakan ornamen klasik. Contoh : Ornamen Pajajaran, Ornamen Majapahit,

(19)

Ornamen Yogyakarta, Ornamen Surakarta, Ornamen Madura, Ornamen Jepara, Ornamen Cirebon, dan Ornamen Bali.

d. Ornamen Modern

Menurut Sunaryo (2009 : 4) ornamen modern merupakan hasil kreasi individu yang telah keluar dari aturan-aturan ornamen tradisional modern maupun klasik. Bahkan, sering kali ornamen modern ini menyimpang dari bentuk aslinya dan sulit untuk dikenali lagi.

4. Jenis Motif Ragam Hias Melayu

Berdasarkan motif hiasnya, ornamen dibagi menjadi beberapa jenis. Adapun jenis-jenis ornamen berdasarkan bentuknya antara lain yaitu :

a. Motif Tumbuh- Tumbuhan (Flora)

Motif hias tumbuh-tumbuhan merupakan motif hias yang diambil dari berbagai jenis-jenis tumbuhan seperti bentuk daun, bunga dan batang. Kemudian distilir menjadi bentuk hiasan yang merambat bersulur meliuk kekiri dan kekanan. Motif tumbuh-tumbuhan diterapkan secara luas sebagai ornamen yang dipahat pada batu untuk hiasan candi, pada benda-benda pakai mulai dari yang terbuat dari tanah liat atau keramik, kain bersulam, bordir, tenun dan batik, barang-barang yang terbuat dari emas, perak, kuningan, perunggu, sampai benda-benda berukir dari kayu.

Hiasan yang menstilir tumbuh-tumbuhan sangat banyak dipergunakan. Motif tumbuh-tumbuhan hampir menguasai setiap bentuk hiasan yang dibuat.

(20)

Namun secara umum, berbagai ukiran itu dimasukkan kedalam tiga kelompok induk yang menjadi dasar ukiran, yaitu kelompok Kaluk Pakis, kelompok

Bunga-bungaan, dan kelompok Pucuk Rebung.

1. Kelompok Kaluk Pakis

Ukiran Kaluk Pakis biasanya ditempatkan pada bidang memanjang, seperti pada papan tutup kaki dinding, daun pintu, lis dinding, tiang dan lis ventilasi. Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah semua bentuk bermotif daun-daunan dan akar-akaran.

Gambar 2.1. Ukiran Motif Dasar Kaluk Pakis Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw

Motif daun-daunan dipakai oleh daun susun, daun tunggal, dan daun bersanggit. Sementara yang memakai motif akar-akaran adalah akar pakis, akar rotan, dan akar tunjang. Selain motif daun-daunan dan akar-akaran diatas, yang termasuk kedalam kelompok kaluk pakis adalah Genting Tak Putus dan Lilit Kangkung.

a. Genting Tak Putus

Genting tak putus merupakan langkung yang berlilit-lilit ke kanan dan ke kiri, kait-mengait dengan variasi daun yang disesuaikan dengan tempatnya berada. Adakalanya lilitan daun digabung dengan bentuk-bentuk fauna seperti burung ataupun ikan. Makna yang terkandung dalam ragam hias genting tak putus adalah bahwa sesusah-susahnya manusia menjalanai hidup, tidak akan habis sama sekali.

(21)

Gambar 2.2. Ragam Hias Genting Tak Putus Sumber : Amran Ekoprawoto

Genting Tak Putus ditempatkan pada lubang bawah bagian dalam, yang dimaksud dengan lubang bawah bagian dalam adalah batas antara serambi tengah dengan ruang kamar, dibatasi oleh dinding sebagai penyekatnya. Dibagian atas dinding penyekat ditempatkan papan yang diberi ukiran terawang yang berbentuk segi tiga atau segi empat, sesuai dengan bentuk dari susunan konstruksi atap rumah. Ragam hias ini berfungsi sebagai ventilasi pada bagian dalam.

b. Lilit Kangkung

Lilit kangkung merupakan hiasan memanjang yang mengikuti garis-garis lurus, meliuk atau ke kiri dengan berbagai variasi, sehinga mengesankan menjunjung bagi arah yang tegak dan melebar bagi arah horizontal. Ragam hias ini ditempatkan pada tiang atau sebagai lis dinding rumah, yang memiliki makna semangat yang tak kunjung padam, maju terus walaupun mendapat halangan, namun tujuan disesuaikan dengan kondisi waktu itu.

(22)

Gambar 2.3. Ragam Hias Lilit Kangkung Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw

2. Kelompok Bunga-bungaan a. Kelompok Bunga Tunggal

1. Bunga Kundur

Motif ini diambil dari bentuk bunga kundur (sejenis sayuran). Makna dari Bunga Kundur adalah melambangkan ketabahan dalam hidup.

Gambar 2.4. Motif Bunga Kendur Sumber : Mahyudin Al Mudra

2. Bunga Melati

Motif ini diambil dari bunga melati. Makna dari Bunga Melati ini adalah melambangkan kesucian, dan selalu dipergunakan di berbagai upacara sebagai alat upacara.

(23)

Gambar 2.5. Moambar tif Bunga Melati 1 Sumber : Mahyudin Al Mudra

Gambar 2.6. Motif Bunga Melati 2 Sumber : Mahyudin Al Mudra

3. Bunga Manggis

Disebut juga tampuk manggis. Bunga Manggis memiliki makna kemegahan.

Gambar 2.7. Motif Bunga Manggis Sumber : Mahyudin Al Mudra

4. Bunga Cengkih

Bentuk motif sama seperti bunga cengkih. Bunga Cengkih ini memiliki makna kemegahan.

(24)

Gambar 2.8. Motif Bunga Cengkih Sumber : Mahyudin Al Mudra

5. Bunga Melur

Bentuk motif sama seperti bunga melur. Bunga Melur ini mempunyai makna yang sama dengan Bunga Melati, yaitu melambangkan kesucian.

Gambar 2.9. Motif Bunga Melur Sumber : Mahyudin Al Mudra

6. Bunga Cina

Bunga cina disebut juga Bunga Susun Kelapa. Bunga Cina ini mempunyai makna keikhlasan hati.

Gambar 2.10. Motif Bunga Cina Sumber : Mahyudin Al Mudra

(25)

7. Bunga Hutan

Motif ini menggambarkan segala bentuk bunga, baik yang dalam kenyataan maupun khayalan. Bunga Hutan ini mempunyai makna keanekaragaman dalam kehidupan masyarakat.

Gambar 2.11. Motif Bunga Hutan Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw

b. Kelompok Bunga Rangkai a. Bunga Matahari

Sinar matahari dipercaya sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat Melayu. Ragam Hias Bunga Matahari berbentuk setangkai bunga matahari yang dikelilingi secara simetris dengan sulur daun-daunan. Ragam hias Bunga Matahari mempunyai makna ketentraman dan kerukunan pemilik rumah, serta memberi berkah dan rasa nyaman bagi penghuninya.

Menurut Julaihi Wahid dan Bhakti Alamsyah (2013 : 29), Ukiran Bunga Matahari terdapat pada singab dalam (singap yang berada di dalam sebagai penyekat atas bagian serambi tengah dan serambi belakang). Onamen ini sering disebut dengan bentukan Groda (roda) merupakan ornamen dengan berbagai varian.

Ukiran ini juga berfungsi sebagai lubang angin (ventilasi) dan menambah keindahan rumah.

(26)

Gambar 2.12. Ragam Hias Bunga Matahari Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw

b. Tampuk Pinang

Ragam Hias Tampuk Pinang merupakan susunan tampuk pinang. Satu sama lainnya saling berkaitan dan berhubungan, sehingga menyerupai bentuk tegel. Ragam hias tampuk pinang di tempatkan pada singap bagian dalam diatas singap penyekat pada rumah keluarga bangsawan.

Gambar 2.13. Ragam Hias Tampuk Pinang Sumber : Amran Ekoprawoto

(27)

c. Roda Bunga

Ornamen roda bunga berasal dari bentuk bunga-bungaan, yang dimaksudkan hanya sebagai keindahan dan menandakan ketentraman siempunya rumah. Selain itu, ragam hias Roda Bunga berbentuk setengah lingkaran, yang mengingatkan setengah roda dengan hiasannya dibuat jari-jari dibuat dari tangkupan bunga. Pada bagian atas disudut kanan dan kiri diisi dengan hiasan berbentuk mahkota dari sulur-sulur daun dan bunga.

Kesemuanya ini dibingkai dengan empat persegi. Ragam hias roda bunga berarti ketentraman bagi pemilik rumah.

Gambar 2.14. Ragam Hias Roda Bunga Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw

a. Kelompok Pucuk Rebung a. Pucuk Rebung

Pucuk rebung adalah pucuk bambu yang masih muda. Pucuk rebung berbentuk segitiga dengan garis-garis lengkung dan lurus didalamnya. Pada umumnya didalam segitiga tersebut terdapat satu garis tegak lurus yang dirantai dengan ranting (garis-garis) melengkung kekiri dan kekanan. Garis-garis lengkung inilah yang membentuk pola ukiran pucuk rebung. Motif ini diambil dari pucuk

(28)

bambu yang baru tumbuh. Selain itu, motif ornamen pucuk rebung ini banyak macamnya yang digunakan pada anatomi rumah atau hiasan benda pakai sehari-hari (misalnya hiasan tempayan). Motif ini melambangan kesuburan dan kebahagiaan dalam kehidupan manusia

Gambar 2.15. Pucuk Rebung Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw

b. Sulo Lalang

Bentuknya sama dengan pucuk rebung, tetapi segitiganya tidak sama kaki. Dalam sebuah ukiran sulo lalang, terdapat beberapa segitiga yang disususn berlenggek (bertindihan satu dengan yang lainnya) semakin keatas semakin kecil. Ukiran ini melambangkan kesuburan dan kebahagiaan dalam kehidupan manusia.

(29)

b. Motif Hewan (Fauna)

Motif hewan banyak diterapkan untuk menghias benda-benda terbuat dari kayu, perunggu, emas, dan perak, benda ukir, bangunan, tekstil, atau busana pada batik, sulaman dan tenun. Pada umumnya munculnya motif hewan mengandung maksud-maksud perlambangan.

Motif-motif digambarkan dalam corak yang beragam, ada yang realistis, stilisasi dekoratif, imajinatif, dan dalam bentuk transformatip atau khayali. Penggambaran binatang dalam ornamen sebagian besar merupakan hasil gubahan/stilirisasi, jarang berupa binatang secara natural, tapi hasil gubahan tersebut masih mudah dikenali bentuk dan jenis binatang yang digubah, dalam visualisasinya bentuk binatang terkadang hanya diambil pada bagian tertentu (tidak sepenuhnya) dan dikombinasikan dengan motif lain.

Jenis binatang yang dijadikan obyek gubahan antara lain ukiran semut beriring, ukiran itik sekawan, lebah bergantung dan naga.

Nama dan bentuk ukiran fauna antara lain : a. Pelana Kuda Kencana

Menurut Julaihi Wahid dan Bhakti Alamsyah (2013 : 29), ornamen ini terletak pada singab bagian luar dengan motif stilir tumbuhan.

(30)

Gambar 2.29. Sinar Matahari Pagi Sumber : Julaihi Wahid dan Bhakti Alamsyah

b. Semut Beriring

Bentuknya mirip semut yang beriringan. Bagian badan dan kepala semut diberi hiasan berupa lengkungan atau hiasan daun-daunan. Sedangkan pada bagian kakinya diberi hiasan kuntum atau kumbang. Ukiran ini ditempatkan pada bidang yang memanjang, seperti kerangka pintu, lis dinding, pintu dan jendela, tiang dan lain sebagainya. Motif ukiran ini adalah memiliki hidup rukun serta penuh kegotongroyongan.

Gambar 2.16. Ukiran Motif Semut Beriring Sumber : Mahyudin Al Mudra

c. Ikan

Motif ikan melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Motif ikan juga biasa digunakan sebagai penghias rumah, karna pada motif ikan dan motif binatang lainnya tidak diperbolehkan untuk disembah.

(31)

Gambar 2.15. Motif Ikan Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw

d. Lebah Bergantung

Diambil dari bentuk sarang lebah yang bergantung didahan kayu. Diberi variasi dengan lekukan dan bunga-bunga yang memanjang. Ukiran lebah bergantung biasanya ditempatkan pada lisplang dan sebagai hiasan pada pinggir bawah bidang yang memanjang. Ukiran ini disebut juga dengan ombak-ombak. Motif lebah bergantung mempunyai arti yang baik bagi kesehatan tubuh serta mendatangkan manfaat bagi manusia.

Gambar 2.18. Lebah Bergantung Kuntum Setaman Sumber : Mahyudin Al Mudra

e. Itik Sekawan

Biasa pula disebut Itik Pulang Petang, memiliki bentuk dasar huruf “S” yang bersambung. Huruf “S” itu dapat dibuat tegak ataupun miring. Dibagian tengah dibuat variasi berupa daun-daunan, bunga-bungaan dan sebagainya. Huruf “S” itulah yang mirip seekor itik. Ukiran ini diempatkan pada bidang yang

(32)

memanjang, seperti kerangka pintu dan lis dinding dan pintu. Motif ukiran ini memiliki arti kerukan dan ketertiban.

Gambar 2.19. Ukiran Motif Itik Sekawan dan Itik Pulang Petang Sumber : Mahyudin Al Mudra

f. Siku Keluang

Bentuk ukiran ini hampir sama semua dengan ukiran Pucuk Rebung. Pada ukiran siku keluang garis-garis segitiganya saling bersusun berderetan kekiri dan kekanan. Dinamakan demikian sesuai dengan gerak keluang (kalong) yang terbang.

Gambar 2.20. Sket Siku Keluang Padu Sumber : Mahyudin Al Mudra

g. Burung-burung

Ukiran ini mengambil motif dari berbagai jenis burung. Motif yang sering digunakan adalah burung merpati.

(33)

Gambar 2.21. Motif Burung-burung Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw

h. Ular-ularan

Bentuk ukiran ini ada dua macam. Bentuk yang pertama hampir sama dengan ukiran akar pakis dan akar rotan, sedang yang kedua adalah bentuk ular atau ular naga. Badannya seperti ular naga, dengan kepalanya memiliki mahkota namun bentuk ular ini tidak memiliki kaki, serta disekeliling badannya diberi hiasan ukiran yang dijalin seperti daun-daunan. Ukiran ini melambangkan kesuburan dan kemakmuran serta, kecerdikan dan kekuasaan.

Gambar 2.22. Motif Ular-ularan Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw

(34)

i. Naga Berjuang

Ragam hias Naga Berjuang berbentuk dua ekor naga yang berhadapan dalam bentuk setengah lingkaran. Menurut beberapa pendapat bentuk Ragam hias Naga Berjuang ini hanya dipergunakan sebagi lambang. walaupun bentuk yang digambarkan tidak berupa naga, melainkan salur-saluran dalam bentuk simetris, ragam hias seperti ini bisa digolongkan kedalam Naga Berjuang.

Ragam hias ini diletakkan pada lubang angin diatas pintu depan maupun diatas daun pintu atau jendela. Ragam hias ini mengandung arti kemampuan, berkecukupan, kaya dan berani.

Gambar 2.24. Lubang Angin dengan Motif Naga Berjuang Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw

j. Roda Bunga dan Burung

Ragam hias ini berbentuk roda bunga dengan burung-burung yang sedang mengisap madu pada bunga, serta berbentuk bunga dengan sulur-suluran daun, dengan burung disebelah kanan dan kiri yang dibatasi dengan bingkai yang berbentuk setengah lingkaran didalam sebuah tempat persegi panjang. Motif ini diterapkan pada bentuk tebukan pada lubang angin.

(35)

Ragam Hias ini melambangkan kemakmuran, serta pemilik rumah memperoleh berkah dan keagungan dalam kehidupan. Ornamen ini terinsfirasi oleh ukir motif China Melayu Malaka.

Gambar 2.25. Lubang Angin dengan Motif Roda Bunga dan Burung-burung Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw

c. Motif Alam

Motif alam tidak banyak dipergunakan. Motif yang agak mendekati bentuk alam adalah ukiran bintang-bintang, sedangkan ukiran awan larat hanya namanya saja yang dari alam (awan) sedangkan bentuknya tidak mirip dengan awan.

1. Awan Larat

Bentuk ukiran awan larat tidak terikat, tetapi pola dasarnya berupa garis-garis lemas dan lengkung. Hiasannya berupa daun-daunan, bunga dan kuntum. Ukiran ini hampir sama dengan ukiran Kaluk Pakis. Ukiran ini lazimnya hijau, biru, merah, kuning dan putih. Pada ukiran ini lazim ditempatkan pada bidang memanjang, bersegi atau bulat dan dapat ditempatkan dimana saja. Motif awan larat ini mempunyai makna kelemahlembutan dalam pergaulan.

(36)

Gambar 2.26. Motif Ukiran Awan Larat Sumber : Mahyudin Al Mudra

2. Ukiran Bintang-Bintang

Motif ini dinamakan demikian karena bentuknya agak menyerupai bintang yang bersinar. Pada umumnya ukiran ini berwarna putih, kuning dan keemasan. Ukiran ini lazim ditempelkan pada loteng sebagai sebagai tempat tali gantungan lampu, pada panel daun pintu dan daun jendela. Motif Bintang-bintang mempunyai makna keaslian, kekuasaan Tuhan, dan sumber sinar dalam kehidupan manusia.

Gambar 2.27. Ukiran Motif Bintang-bintang Sumber : Mahyudin Al Mudra

d. Motif Kaligrafi dan Kepercayaan

Agama Islam dianut oleh sebagian besar masyarakat Melayu sehingga pengaruh Islam sangat menonjol. Pengaruh Kebudayaan Islam antara lain tampak pada bentuk kubah masjid yang diterapkan pada ragam hias Pucuk Rebung, atau ragam hias Gigi Belalang. Pengaruh Islam terlihat pada motif ukiran kaligrafi

(37)

Arab yang lazim disebut kalimah, maupun ragam hias ukiran dengan pola-pola geometris.

Bentuk kaligrafi adalah huruf-huruf Arab yang dibuat dalam berbagai variasi. Tulisan ini adalah kalimat-kalimat yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an. Jalinan huruf-huruf itu dibentuk menyerupai burung, orang dan sebagainya. Ayat-ayat yang lazim dipergunakan adalah Ayat Qursi, Fatihah, Surat Ikhlas, Allah, Muhammad, Bismillahirrahmanirrahim, Allahu Akbar, dan ayat-ayat lainnya yang pendek-pendek.

Ukiran ini biasanya ditempatkan pada tempat ketinggian, terutama diatas ambang pintu. Hiasan ini umumnya diambil dari ayat-ayat suci, maka amatlah pantang terlangkahi. Di rumah tempat tinggal, ukiran ini biasanya ditempatkan diruang muka dan diruang tengah, sedangkan di rumah ibadah (masjid atau surau), terutama diletakkan di mimbar dan dinding.

Gambar 2.28. Ragam Hias motif Kaligrafi Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw

e. Motif Beraneka Ragam

Selain ragam hias seperti yang telah dibahas terdahulu, masih ada lagi beberapa ragam hias yang termasuk khazanah perbendaharaan Melayu. Ragam hias yang dimaksud adalah : Jala-jala, Terali Biola, Ricih Wajid.

(38)

1. Ragam hias Jala-jala

Ragam hias jala-jala berbentuk belah ketupat, dengan cara penyusunan kayu yang sejajar dan saling berlawanan arah. Ragam hias ini hanya berwarna kecoklat-coklatan atau warna putih kapur saja. Ragam hias ini dipasang pada kasa pintu, kasa jendela rumah rakyat.

Gambar 2.29. Motif Jala-jala Sumber : Mahyudin Al Mudra

2. Ragam hias Sinar Matahari Pagi

Sinar matahari pagi dipercaya sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat Melayu. Ornamen ini dipasang pada kasa jendela atau kasa pintu. Sering disebut dengan bentukan groga (atau roda) merupakan ornamen dengan berbagai varian.

Gambar 2.30. Sinar Matahari Pagi Sumber : Julaihi Wahid dan Bhakti Alamsyah

(39)

3. Ragam hias Terali Biola

Ornamen terali biola diambil sesuai dengan bentuknya. Ragam hias ini berbentuk lekuk-lekuk tebukan yang disesuaikan dengan bentuk biola, yang terbentuk dari kepingan papan yang diukir kemudian disatukan. Berfungsi hanya sebagai pagar, memperindah beranda. Ragam hias terali biola berwarna keemasan, kuning putih ataupun hijau dan warna kayu saja.

Gambar 2.31. Motif Terali Biola Sumber : Mahyudin Al Mudra

Gambar 2.32. Motif Terali Biola Sumber : Amran Ekoprawoto

(40)

4. Ragam Hias Ricih Wajid

Ragam hias ricih wajid atau disebut juga gigi belalang, berbentuk potongan wajid, yaitu sejenis makanan yang terbuat dari beras pulut. Pulut merupakan lambang pemersatu masyarakat Melayu. Terbentuk dari kepingan papan yang diukir kemudian disatukan. Ricih wajid ditempatkan pada bagian bawah tepi lantai, sehingga sebagai hiasan pada tutup angin atau ikat pinggang. Ragam hias ini melambangkan pemersatu masyarakat Melayu.

Gambar 2.33. Motif Ricih Wajid Sumber : Mahyudin Al Mudra

5. Unsur-Unsur Desain Ornamen

Ornamen atau ragam hias memiliki unsur-unsur rupa yang menjadi dasar dalam pembuatannya. Sebuah desain ragam hias terdiri dari kumpulan elemen-elemen rupa yang membentuk suatu kesatuan, dan kemudian disebut dengan unsur-unsur desain. Unsur-unsur desain ornamen meliputi:

(41)

a. Garis

Menurut Francis D. K. Ching (2000 : 15), garis adalah sebuah titik yang diperpanjang akan menjadi sebuah garis. Selain itu Francis juga menyebutkan bahwa garis memiliki panjang, arah dan posisi.

Garis adalah hasil goresan benda keras ataupun tinta/cat pada permukaan benda yang memanjang bentuknya. Garis juga merupakan kumpulan titik-titik yang berhubungan satu sama lain secara memanjang. Dalam aplikasinya garis dapat berbentuk; garis lurus dan garis lengkung, yang dapat dirinci lagi menjadi garis patah-patah, garis bergelombang, garis putus-putus, garis zig zag, garis tebal dan garis tipis.

Penggunaan garis dalam sebuah desain ragam hias harus tetap memperhatikan prinsip desain, sehingga memunculkan motif ragam hias yang indah. (Nawawi. 2005, “Analisis Penerapan Estetika” Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 2 No. 2 Desember. Hal 155-156).

b. Bidang

Menurut Francis D. K. Ching (2000 : 15), bidang merupakan sebuah garis yang diperluas akan menjadi senuah bidang. Selain itu, Francis D.K. Ching juga menambahkan bahwa sebuah bidang akan memiliki panjang dan lebar, wujud, permukaan, orientasi dan posisi. Dan sebuah Bidang yang dikembangkan akan menjadi sebuah ruang.

Sebuah garis yang bertemu ujung pangkalnya akan membentuk sebuah bidang. Demikian juga beberapa garis yang saling berpotongan satu sama lain akan membentuk beberapa bidang. Seperti halnya garis, bidang atau unsur bidang

(42)

juga mempunyai sifat atau watak yang berbeda-beda. Bidang rata yang lebar akan menimbulkan kesan lapang, bidang datar mengesankan lantai dan bidang tegak mengesankan dinding.

Bidang bergelombang secara mendatar mengesankan berkesan ‘labil’, dan bidang bergelombang tegak menimbulkan kesan menyempit. Pemanfaatan unsur bidang secara bervariasi dan proporsional dapat menimbulkan suasana menarik dan indah. (Nawawi. 2005, “Analisis Penerapan Estetika” Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 2 No. 2 Desember. Hal 155-156).

c. Bentuk

Menurut Francis D. K. Ching (2000 : 14) dalam bukunya Arsitekur bentuk ruang dan tatanan, mengatakan bahwa bentuk merupakan sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa pengertian. Bentuk dapat dihubungkan pada penampilan luar yang dapat dikenali seperti sebuah kursi atau tubuh seseorang yang mendudukinya. Dalam seni dan perancangan, seringkali dipergunakan istilah ini untuk menggambarkan struktur formal sebuah pekerjaan-cara dalam menyusun dan mengkoordinasi unsur-unsur dan bagian-bagian dari suatu komposisi untuk menghasilkan suatu gambar nyata.

Setiap benda mempunyai bentuk. Istilah “bentuk” dalam bahasa Indonesia dapat berarti bangun (shape), atau benda plastis (form). Setiap benda mempunyai bangun dan bentuk plastis. Bangun adalah bentuk benda yang polos seperti yang terlihat oleh mata, sekedar untuk menyebutkan sifatnya yang bulat, persegi, segitiga, ornamental, tak teratur dan sebagainya.

(43)

Bentuk plastis ialah bentuk benda sebagaimana terlihat dan terasa karena adanya unsur nilai (value) gelap-terang, hingga kehadiran benda itu tampak dan terasa lebih hidup. (Nawawi. 2005, “Analisis Penerapan Estetika” Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 2 No. 2 Desember. Hal 155-156).

Menurut Sembiring (2008 : 27-28), bentuk adalah gambar (figure) dapat berupa dua dimensi atau tiga dimensi. Semua benda alam atau buatan manusia memiliki bentuk seperti bulat, persegi, segitiga, ornamental, atau tak teratur. Sebuah bentuk akan berbeda sifatnya apabila diberi warna gelap atau terang.

d. Warna

Menurut Francis D. K. Ching (2000 : 14) dalam bukunya Arsitekur bentuk ruang dan tatanan, mengatakan bahwa : warna merupakan sebuah fenomena pencahayaan dan persepsi visual yang menjelaskan persepsi individu dalam corak, intensitas dan nada. Selain itu Francis D.K. Ching menyebutkan bahwa warna adalah atribut yang paling menyolok membedakan suatu bentuk dari lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk.

Kehadiran warna menjadikan benda dapat dilihat, dan melalui unsur warna orang dapat mengungkapkan suasana perasaa, atau watak benda yang dirancangnya. Warna juga menunjukkan sifat dan watak yang berbeda-beda. Berdasarkan sifatnya kita dapat menyebutkan warna muda, warna tua, warna tua, warna gelap, warna redup dan warna cemerlang.

Dilihat dari macamnya, warna terdiri dari warna merah, kuning, biru dan sebagainya, sedangkan dari segi karakternya orang dapat menyebutkan warna

(44)

panas, warna dingin, warna lembut, warna mencolok, warna ringan, warna berat, warna sedih, warna gembira.

Penataan warna dalam desain ornament mempunyai peranan penting, karena karakternya yang akan mempengaruhi si pengamat, yang berdampak kepada minat untuk memilikinya. (Nawawi. 2005, “Analisis Penerapan Estetika Ragam Hias pada Kriya Keramik Mahasiswa Jurusan Seni Rupa FBS-UNIMED” Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 2 No. 2 Desember. Hal 155-156).

Setiap warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu sesuai kondisi sosial pengamatnya. Misalnya warna putih akan memberi kesan suci dan dingin di daerah Barat karena berasosiasi dengan salju. Sementara di kebanyakan Negara Timur, warna putih memberi kesan kematian dan sangat menakutkan karena berasosiasi dengan kain kafan (meskipun secara teoritis putih bukanlah sebuah warna).

Di dalam ilmu warna, hitam dianggap sebagai ketidakhadiran seluruh jenis gelombang warna. Sementara warna putih, dianggap sebagai representasi pada kehadiran seluruh gelombang warna dengan posisi seimbang.

(http://part1.blogspot.com/pengertian-warna.html). Diakses 3 Maret 2013, pukul 19:21 WIB).

Misalnya, warna merah dan putih dalam bendera kebangsaan Indonesia masing-masing melambangkan keberanian dan kesucian. (Azmi. 2008, “Memahami Karya Seni Rupa Kontemporer Melalui Karya Semiotika” Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 5 No. 2 Desember. Hal 2-3).

(45)

Dalam hal ini, pada dasarnya ornamen Melayu menggunakan dua warna, yaitu warna hijau dan warna kuning. Namun pada saat ini ornamen Melayu juga mengadopsi warna-warna lain, misalnya warna putih, warna coklat, warna keemasan dan warna lain sebagainya. Warna ini pada umumnya sering digunakan sebagai warna ornamen Melayu. Warna kuning ornamen Melayu pada bangunan Istana, Mesjid maupun rumah penduduk di kota Medan ini melambangkan kemegahan dan kesuburan dan kemakmuran dalam hidup.

Warna ini pada umumnya sering digunakan pada latar ornamen. Warna hijau melambangkan warna identik agama Islam. Sehingga warna hijau selalu digunakan pada bangunan bernuansa Islam. Seperti contoh pada Mesjid Al-Osmani di Belawan, maupun pada Istana Maimoon di Kota Medan.

e. Tekstur

Menurut Francis D. K. Ching (2000 : 14) dalam bukunya Arsitekur bentuk ruang dan tatanan, mengatakan bahwa : tekstur adalah kualitas yang dapat diraba dan dapat dilihat yang diberikan ke permukaan oleh ukuran, bentuk, pengaturan dan proporsi bagian benda. Selain itu Francis D.K. Ching juga mengatakan bahwa tekstur juga menentukan sampai dimana permukaan suatu bentuk memantulkan atau menyerap cahaya datang.

Tekstur merupakan kesan permukaan (halus-kasar, tinggi-rendah, timbul-dalam) dari sebuah benda. Tekstur ada yang bersifat nyata halus-kasarnya, dan ada pula tekstur semu. Tekstur semu hanya dapat dilihat dan dirasakan melalui perasaan dari dalam. Tekstur nyata dalam sebuah ragam hias dapat berupa hasil pahatan atau goresan, dan tekstur tidak nyata dapat dimunculkan dengan penataan

(46)

garis dan warna yang menghasilkan bidang-bidang datar bergelombang dan tegak, seperti pada ornamen Melayu di langit-langit mesjid Al-Osmani.

f. Ukuran

Ukuran (size) merupakan unsur yang perlu diperhitungkan dalam sebuah desai, karena besar kecilnya sebuah benda erat hubungannya dengan ruang. Dalam merancang desain ragam hias, biasanya keterbatasan ruang untuk menampilkan motif menjadi salah satu tolak ukur dalam pemilihan motif yang akan diterapkan.

Ruang yang sempit akan dihiasi dengan motif-motif yang minimal, sehingga akan terasa lebih longgar dan tetap indah. Sementara ruang yang lebar dapat diisi dengan motif-motif ornamen yang lebih rumit dan agak besar. (Muhammad Nawawi. 2005, “Analisis Penerapan Estetika” Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 2 No. 2 Desember. Hal 155-156).

g. Nada Gelap- Terang

Benda dapat dilihat karena adanya cahaya. Kemampuan mata untuk mengamati sebuah benda juga dipengaruhi oleh gelap atau terangnya cahaya yang menimpa benda tersebut, sehingga timbul nuansa warna nada gelap- terang pada permukaan benda itu. Nada gelap- terang juga akan mempengaruhi penampilan sebuah benda terlihat indah.

Sebuah desain ragam hias, gelap terang dapat dimunculkan dengan menggunakan variasi warna, dan dapat juga dengan menggunakan tekstur pada permukaan sebuah benda. (Muhammad Nawawi. 2005, “Analisis Penerapan Estetika” Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 2 No. 2 Desember. Hal 155-156).

(47)

6. Prinsip-Prinsip Desain Ragam Hias

Prinsip-prinsip desain ragam hias atau ornamen adalah sebagai berikut : a. Kesederhanaan

Kesederhanaan adalah pertimbangan-pertimbangan yang mengutamakan pengertian dan bentuk yang inti (prinsipal). Segi-segi lain seperti kemewahan, kecanggihan struktur, kerumitan bentuk, sebaiknya dikesampingkan.

b. Keselarasan (Harmoni)

Dalam pengertian yang pokok, keselarasan berarti kesan kesesuaian antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam suatu benda, atau antara benda yang satu dengan yang lain yang dipadukan, atau antara unsur yang satu dengan yang lainnya.

c. Irama (Ritme)

Irama adalah ‘kesan gerak’ yang ditimbulkan oleh keselarasan. Keselarasan yang baik akan menimbulkan ‘kesan gerak gemulai’ yang menyambung dari bagian yang satu kebagian yang lain pada suatu benda, atau dari unsur yang satu ke unsur yang lain dalam sebuah susunan (komposisi). Keselarasan yang jelek akan menimbulkan ‘kesan gerak’ yang kacau atau simpang siur. Kesan gerak yang ditimbulkan keselarasan (harmoni) dan ketidakselarasan (kontras) itu yang disebut dengan “irama”.

d. Kesatuan (unity)

Bentuk suatu benda akan akan nampak utuh kalau bagian yang satu menunjang bagian yang lain secara selaras. Bentuknya akan akan tampak ‘terbelah’ apabila masing-masing bagian muncul sendiri-sendiri, atau tidak

(48)

kompak satu sama lain. Dalam suatu komposisi, kekompakan antara benda atau unsur yang satu harus mendukung benda atau unsur yang lainnya. Sehingga kalau tidak maka komposisi itu akan terasa kacau.

e. Kesimbangan

Keseimbangan merupakan kesan yang muncul dari perasaan si pengamat terhadap hasil penataan unsur-unsur desain, merasakan berat sebelah , berat kebawah dan sebagainya. Kesan berat sebelah itu dapat timbul akibat penataan motif yang berlebihan pada sisi tertentu, atau penggunaan warna yang lebih gelap pada satu sisi. Perasaan manusia umumnya menyukai ‘kesan sama berat’. Oleh sebab itu, keseimbangan dianggap sebagai prinsip desain yang sangat menentukan kualitas desain, (Atisah Sipahelut, 1991 : 19).

7. Ciri Bangunan Bernuansa Melayu yang ada di Medan

Seni arsitek merupakan sebuah bagian penting dari upaya menciptakan suatu identitas yang berbeda dengan yang lain. Semua etnis dan Negaranya sejalan dengan kehidupan, kearifan, dan pemahaman akan dunianya masing-masing. Mesir terkenal dengan Piramida, Cina terkenal dengan Tembok Besar, Babylonia terkenal dengan Taman Tergantung, Yunani terkenal dengan Teater, Kamboja terkenal dengan Ankor Wat, Indonesia dengan Borobudur, dan bangunan Melayu dengan Rumah Panggungnya.

Semua bangunan yang ada tersebut dibuat dengan konsep dan filosofi yang berbeda sesuai dengan alas kebudayaan dan aturan-aturan sosial yang melingkarinya. Dalam kebudayaan Melayu, rumah maupun bangunan bernuansa

(49)

Melayu lainnya merupakan simbol kebudayaan yang penting. Bukan semata-mata tempat berdiam, tapi juga merupakan simbol kehidupan hubungan sosial. Ini tercemin dari berbagai ungkapan yang merujuk kepada peran dan fungsi bangunan itu sendiri.

Bangunan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bangunan yang memiliki ciri khas utamanya adalah ornamen Melayu. Diantara bangunan tersebut adalah Masjid, Rumah Penduduk, Kantor Pos, Pasar Buku, dan Bandar Udara.

Beberapa contoh ciri-ciri bangunan Melayu yang menerapkan ornamen Melayu antara lain :

Gambar 2.34. Bidai Susun I untuk Rumah Orang Biasa Sumber : Ayu Kartini, Corel draw

Gambar 2.35. Bidai susun II untuk Rumah Orang Bangsawan Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw

(50)

Gambar 2.36. Bidai Susun III untuk Rumah Keluarga Istana Kerajaan Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw

Gambar 2.37. Motif Sayap Latang, pada Rumah Penduduk Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw

8. Ornamen Melayu

Keragaman suku budaya yang ada di Indonesia memiliki ornamen masing-masing dengan sebutan ornamen yang berbeda-beda. Seperti di Sumatera Utara ornamen Melayu disebut dengan Ragam Hias, dalam bahasa Batak Toba, Batak Simalungun dan Batak Mandailing, ornamen disebut dengan gorga, Ornamen Batak Karo disebut dengan gerga, dan ornamen Nias disebut dengan sora-sora.

Ragam hias tradisonal Melayu yaitu suatu jenis ragam hias etnik yang berhubungan dan memuat nilai-nilai dari budaya Melayu, seperti yang terdapat pada rumah adat, alat-alat pakai (tempat sirih) dan lain-lain. (Dwi

(51)

Budiwiwaramulja. 2004, “Golden Section pada Ragam Hias Melayu” Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 1 No. 1 Juni. Hal 54-55).

Ragam hias tersebut biasanya bermotif tumbuh-tumbuhan, seperti daun atau bunga; bermotif hewan, seperti ular, burung atau binatang lainnya; serta bermotif geometris. Contoh-contoh ragam hias tradisional Melayu antara lain adalah: Ragam hias Roda Bunga, Roda Bunga dan Burung, Roda Sula, Naga Berjuang, Tumbuh-Tumbuhan dan Burung, Sinar Matahari Pagi, Ragam hias Jala-jala, Terali Biola, Bunga Matahari, Genting Tak Putus, Ragam hias Tampuk Pinang dan lain-lain.

Temuan benda-benda seni itu merupakan indikasi bahwa manusia memiliki kecendrungan untuk menghias, atau membuat komposisi dan kecendrungan itu masih melekat hingga sekarang, (Dwi Budiwiwaramulja. 2004, “Golden Section pada Ragam Hias Melayu” Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 1 No. 1 Juni. Hal 54-55).

9. Bangunan Bernuansa Melayu yang Menjadi Daya Tarik Wisatawan Beberapa bangunan bernuansa Melayu yang sering menjadi daya tarik wisatawan dari berbagai daerah, tempat maupun mancanegara antara lain :

a. Istana Maimun

Istana Maimun merupakan salah satu istana yang paling indah dan masih ada di Indonesia. Arsitektur yang unik dan desain interior istana yang unik, memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu dengan gaya Islam, Spanyol, India dan Italia ini memberikan karakter yang khas. Istana Maimun ini

(52)

dibangun oleh Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Istana Maimun dibangun dengan desain dari seorang arsitek Italia pada tahun 1888. Sebagai warisan Kesultanan Melayu-Deli, Istana Maimun didominasi dengan warna kuning, khas Melayu.

Istana Maimun dibangun di atas tanah seluas 2.772 m2 dan menjadi pusat kerajaan Deli, sekarang jalan Brigjen Katamso, Medan. Istana Maimun terdiri dari dua lantai yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bangunan utama, sayap kiri, dan sayap kanan. Di ruang tamu (balairung) Anda akan menghadapi tahta yang didominasi oleh warna kuning.

(http://www.indonesia.travel/id/destination/676/istana-maimun/review, diakses 1 maret 2013, pukul 13:55 WIB).

Menarik jika kita mengamati desain arsitektur Istana Maimoon. Perpaduan antara tradisi Islam dan kebudayaan Eropa berani dilaksanakan. Selain balairung itu, dasar bangunan juga menunjukkan pengaruh Eropa. Beberapa bahan bangunan yang di impor dari Eropa, seperti ubin lantai, marmer, dan teraso.

Pola arsitektur Belanda dengan pintu dan jendela lebar dan tinggi, serta pintu bergaya Spanyol menjadi bagian dari Istana Maimun. Pengaruh gaya Belanda juga terlihat pada prasasti marmer di depan tangga marmer yang ditulis dengan huruf Latin dalam bahasa Belanda. Pengaruh Islam terlihat dalam bentuk kurva atau arcade di beberapa bagian atap istana. Kurva yang berbentuk kapal terbalik yang dikenal dengan Persia Curve sering dijumpai pada bangunan di kawasan Timur Tengah, Turki, dan India.

(53)

Gambar 2. 38. Istana Maimon Medan (Foto, Ayu Kartini, 16 September 2012, 18:29 wib)

b. Mesjid Al- Osmani (Al-Osman)

Menurut Yulianto Sumalyo (2006 : 489), di Labuhan Deli sebuah kota kecil diantara Medan dan Belawan, tidak lebih dari 20 Km di Utara Medan, ada Mesjid kuno yaitu Mesjid Al Osmani. Mesjid ini adalah monumen kerajaan Melayu Deli, nama pendirinya Sultan Osman (1854-1858) diabadikan untuk nama mesjid.

Mulanya Sultan memerintahkan membangun mesjid dari kayu, setelah meninggal beliau dimakamkan di halaman mesjid. Waktu itu ibu kota Kesultanan Deli berada di Labuhan Deli, istana (sekarang sudah tidak ada bekasnya) berada di seberang mesjid dan kemudian untuk makam tersebut. Pada tahun 1854, Deli jatuh ke tangan Aceh dan Sultan dijadikan Wakil Sultan Aceh.

Pada 1870, Sultan Mahmud putera Sultan Osmani merombak mesjid dari konstruksi kayu menjadi konstruksi batu bata. Mesjid hasil renovasi berarsitektur dalam kategori ke dua, dimana pengaruh dari luar lebih dominan, bahkan unsur setempat dapat dikatakan tidak ada. Dalam hal ini pengaruh arsitektur dari luar

(54)

seperti Arab, Persia dan Mesir sangat besar dibandingkan dengan aspek lokalnya yang hampir tidak ada.

Gambar 2. 39. Mesjid Raya Al-Osmani(Al-Osman) (Foto, Ayu Kartini, 16 September 2012, 18:29 wib)

c. Cindai (Arsitektur Rumah Melayu)

Menurut Julaihi Wahid dan Bhakti Alamsyah (2013 : 18), arsitektur Melayu merupakan bangunan yang dirancang berbentuk rumah tempat kediaman atau rumah tinggal. Rumah merupakan hasil cara hidup masyarakat Melayu yang berpegang pada nilai keluarga, adat, agama dan masyarakat banyak. Karena itu konsep bangunan Melayu harus dirujukkan kepada rancang bangun yang diamalkan oleh masyarakat penggunanya.

Secara umum rumah Melayu menggambarkan seni pertukangan kayu yang handal dalam olah lantai, panggung, tiang dan tangga. Rupa, bentuk ,besaran dan kekayaan penghuni dilambangkan dalam tatanan rumah yang didirikan. Bangunan rumah adat Melayu juga didirikan dengan menggunakan berbagai jenis kayu

(55)

Begitu juga dengan Cindai, yang merupakan salah satu rumah berarsitektur adat Melayu. Karna terdiri dari ruang induk yang terdiri atas ruang anjungan, serambi. Ruang tengah terbagi oleh ruang peralihan yang berupa selasar. Selain itu Cindai juga menerapkan beberapa ornamen Melayu pada setiap sisi-sisi bangunan.

d. Mesjid Raya Al Mashun (Mesjid Agung Medan)

Mesjid Raya Medan atau Mesjid Raya Al Mashun merupakan sebuah mesjid yang megah dan indah terletak di Medan, Sumatera Utara. Mesjid ini dibangun pada 21 Agustus 1906 dan selesai pada 10 September 1909. Pada awal pendiriannya, mesjid ini menyatu dengan kompleks istana. Gaya arsitekturnya khas Timur Tengah, India dan Spanyol. Mesjid ini berbentuk segi delapan dan memiliki sayap di bagian selatan, timur, utara dan barat.

Sultan Ma’mum Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan Deli memulai pembangunan Mesjid Raya Al Mashun pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H). Keseluruhan pembangunan rampung pada tanggal 10 September 1909 (25 Sya‘ban 1329 H), sekaligus digunakan ditandai dengan pelaksanaan sholat Jum’at pertama di masjid ini.

Pada awalnya Mesjid Raya Al Mashun di rancang oleh Arsitek Belanda Van Erp yang juga merancang Istana Maimun, namun kemudian proses-nya dikerjakan oleh JA Tingdeman. JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa dan Melayu dan Timur Tengah.

(56)

Mesjid terletak dalam halaman luas terbuka sekitar satu hektar, terdiri dari: bangunan utama untuk ruang sembahyang utama, gerbang dan tempat wudu. Unit utama berdenah segi delapan tidak sama sisi, pada sisi-sisi saling berhadapan lebih kecil, terdapat porch, yaitu unit menempel menjorok keluar untuk masuk termasuk didepannya ada tangga (kecuali pada dinding kiblat, untuk mihrab).

Pada porch depan atau timur, pada ujung tangga sebelum masuk terdapat pelengkung majemuk, mirip dengan mesjid-mesjid di Andalusia termasuk mesjid Kordoba.

Gambar 2. 40. Mesjid Raya Al-Mashun (Foto, Ayu Kartini, 16 September 2012, 18:29 wib)

Selain Istana Maimun dan Mesjid Raya yang ada di pusat Kota, masih banyak lagi bangunan Melayu yang menarik diantaranya adalah Rumah Cindai di Perumahan Komplek Cemara Asri, Bandar Udara Polonia di Medan, Mesjid Raya AL- Osmani di Belawan, Pasar Buku di Lapangan Merdeka, Kantor Pos Indonesia

(57)

di Medan, Graha Bunda Maria Annai Velangkanni di Tanjung Selamat Tuntungan, Mesjid Al- Abrar di Titi Papan, dan Perusahaan Daerah Pasar di Titi Papan.

B. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah merupakan rancangan yang bersifat operasional terhadap masalah yang diteliti dari objek yang menjadi pengamatan penelitian, dan pada hakekatnya untuk mendapatkan apa yang disebut dengan “pengalaman estetis” yang dilakukan secara individual, agar tidak hanya sekedar mengenalnya namun juga perlu mempelajarinya dengan seksama. Maka didalam proses penelitian ini dilakukanlah pendekatan atau metode, yaitu :

1. Pendekatan Historis

Jenis pendekatan ini bertujuan untuk pengenalan sejarah, lingkup budaya regional, nasional, sampai budaya global/mancanegara. Bidang kajian yang dapat diperdalam pada pendekatan atau metode ini adalah berkaitan dengan seniman, tujuan pembuat karya, latar belakang masyarakat penghasil karya, rentang waktu perkembangan karya yang dibahas dan persoalan lain yang mendukung terhadap proses perwujudan karya seni.

Maka, manfaat dilakukannya pendekatan ini untuk mengetahui pencipta karya dengan rinci, memiliki pemahaman tentang latar belakang pencipta karya seni, mengetahui tujuan seniman dalam pembuatan karya.

Gambar

Tabel 4.5. Ornamen yang Ada Pada Ruang Utama Tampak Atas   Istana Maimun
Gambar 4.46. Ruang Peterakna Sultan Deli Tampak Depan   Pada Istana Maimun Medan
Tabel 4. 6. Ornamen yang Ada Pada Ruang Peterakna Sultan Deli   Tampak Depan
Gambar 4.48. Langit-langit pada Ruang Peterakna Sultan Deli Tampak Atas    Pada Istana Maimun Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola ornamen tradisional Melayu pada bangunan Masjid Al Osmani Yang ada di Pekan Labuhan Medan, untuk

Penelitian ini bertujuan untuk membahas jenis, bentuk, motif dari ornamen tradisional Sumatera Utara yang diaplikasikan sebagai hiasan di taman median jalan di beberapa jalan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui macam – macam bentuk,warna ornamen Melayu yang diterapkan pada bangunan di Istana Datuk Lima Laras Desa Lima Laras, dan

2113151020, “ ANALISIS PENERAPAN ORNAMEN TRADISIONAL ALAS PADA KHUMAH ADAT ALAS DITINJAU DARI SEGI BENTUK, WARNA, DAN MAKNA SIMBOLIK DI KEC.. Penelitian ini bertujuan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa jarangnya penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal terjadi karena biaya yang mahal dan bahan yang digunakan sudah

mengapa ornamen Melayu jarang ditemukan pada bangunan rumah tinggal di

Mengapa ornamen Melayu jarang ditemukan pada bangunan rumah tinggal di Kota Medan. Studi

Apakah leluhur (kakek. Nenek, Ayah, ibu, saudara) anda dahulu pernah menggunakan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal. ฀ Iya