• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak komersialisasi dan privatisasi PT. Amerta Indah Otsuka terhadap sumber air bersih dari sudut pandang syariah islam (kasus desa kutajaya, sukabumi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak komersialisasi dan privatisasi PT. Amerta Indah Otsuka terhadap sumber air bersih dari sudut pandang syariah islam (kasus desa kutajaya, sukabumi)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK KOMERSIALISASI DAN PRIVATISASI

PT. AMERTA INDAH OTSUKA TERHADAP SUMBER AIR BERSIH DARI SUDUT PANDANG SYARIAH ISLAM

(Kasus Desa Kutajaya, Sukabumi)

ABDURRAHMAN FATHONY SYAUKAT

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Komersialisasi dan Privatisasi PT. Amerta Indah Otsuka Terhadap Sumber Air Bersih dari Sudut Pandang Syariah Islam (Kasus Desa Kutajaya, Kota Sukabumi) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ABDURRAHMAN FATHONY SYAUKAT. Dampak Komersialisasi dan Privatisasi PT. Amerta Indah Otsuka terhadap Sumber Air Bersih dari Sudut Pandang Syariah Islam (Kasus Desa Kutajaya, Kota Sukabumi). Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS.

Air adalah kebutuhan dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan penjelasan berdasarkan Al-Quran, air digolongkan kepada harta yang haknya dimiliki oleh setiap umat karena urgensi kebutuhannya. Komoditas air memiliki manfaat, tetapi kepemilikannya kerap menimbulkan sengketa pemilik hak antara masyarakat dan instansi, seperti PT. Amerta Indah Otsuka sebagai perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) dari minuman isotonik Pocari Sweat yang menggunakan air sebagai bahan baku produksi. Air yang digunakan untuk produksi berasal dari Desa Kutajaya yang sumber air tanahnya juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Kondisi ini menimbulkan permasalahan hak kepemilikan air bersih bagi warga karena sumber air bersih diprivatisasi oleh perusahaan. Warga RT 07 RW 04 yang bersebelahan langsung dengan perusahaan mengalami kekeringan air dan kekeruhan air pada sebagian responden. Penelitian ini menganalisis persepsi responden sebelum dan sesudah adanya PT. Amerta Indah Otsuka di Desa Kutajaya, nilai

Willingness To Pay dan Willingness To Accept beserta faktor-faktor yang memengaruhi dan titik perpotongannya, dan solusi air bersih menggunakan

analytical hierarchy process (AHP) serta pandangan maqashid syariah

Islam ditinjau dari dua kondisi, yaitu bila maqashid syariah tidak ditegakan dan bila maqashid syariah ditegakan. Hasil analisis menunjukkan masyarakat menginginkan kompensasi atas hak air bersih yang hilang dengan aliran air bersih oleh PT. Amerta Indah Otsuka.

Kata kunci: AHP, Air Bersih, Contingent Valuation Method (CVM),

Maqashid Syariah

ABSTRACT

ABDURRAHMAN FATHONY SYAUKAT. Commercialization and Privatization Impact by PT. Amerta Indah Otsuka on Water Resources from Islamic Shariah Perspective (Case Kutajaya Village, Sukabumi). Supervised by MUHAMMAD FIRDAUS.

(5)

the surrounding residents. This condition raises ownership issues on water as a source of clean water that is privatized by the company. Resident of RT 07 RW 04 is located directly next to the water company drought water. This study analyzes the perceptions of the respondents on impacts before and after PT. Amerta Indah Otsuka started its production in Kutajaya. The willingness to pay (WTP) and willingness to accept (WTA) is also analyzed. And not to forget alternative solution by analytical hierarchy process (AHP). Islamic law is viewed by maqashid sharia. As result of the analysis, it is known that respondents desire compensation for the right of their clean water because of the lack of access to clean water from PT. Amerta Indah Otsuka. Therefore purchasing back clean water from the company (BELI) is

one of the alernative solution.

Keywords: AHP, Clean Water, Contingent Valuation Method (CVM),

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah Departemen Ilmu Ekonomi

DAMPAK KOMERSIALISASI DAN PRIVATISASI

PT. AMERTA INDAH OTSUKA TERHADAP SUMBER AIR BERSIH DARI SUDUT PANDANG SYARIAH ISLAM

(Kasus Desa Kutajaya, Sukabumi)

ABDURRAHMAN FATHONY SYAUKAT

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Dampak Komersialisasi dan Privatisasi PT. Amerta Indah Otsuka Terhadap Sumber Air Bersih dari Sudut Pandang Syariah Islam (Kasus Desa Kutajaya, Kota Sukabumi) Nama : Abdurrahman Fathony Syaukat

NIM : H54100013

Disetujui oleh

Prof Dr Muham

(10)

PRAKATA

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Dampak Komersialisasi dan Privatisasi PT. Amerta Indah Otsuka Terhadap Sumber Air dari Sudut Pandang Syariah Islam (Kasus Desa Kutajaya, Kota Sukabumi). Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan dapat digunakan sebagai bahan rujukan lain bagi masyarakat ilmiah yang ingin menyusun penelitian yang sejenis.

Skripsi ini bertujuan untuk memberikan gambaran bahwa ekonomi syariah bersifat universal tidak hanya fokus terhadap perbankan, melainkan juga terhadap lingkungan. Ekonomi syariah dalam prakteknya memprioritaskan kepentingan sosial dan lingkungan dengan berprinsip kepada Al-Quran dan hadits. Penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi pemerintah dan masyarakat setempat dalam mempertimbangkan langkah untuk menyusun kebijakan kompensasi sumber air bersih Desa Kutajaya untuk warga yang merasa dirugikan, serta dapat bermanfaat bagi pihak lain yang berkepentingan.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad Firdaus, SP, M.Si selaku pembimbing. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dekan FEM IPB sekaligus ayah, Yusman Syaukat, keluarga, dan teman-teman atas doa dan dukungannya. Selain itu, penulis sampaikan terima kasih kepada Bapak Badri sebagai pembela hak air di Desa Kutajaya, Yusuf „Fluxcup‟ Ismail, Fadhilla Izzaty Syaukat, dan Nana Rodiana. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Penulis memohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini.

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ii

ABSTRACT ii

PRAKATA viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

Hukum Islam dalam Pengelolaan Air 4

Analisis Persepsi 5

Property Rights 6

Air Bersih 10

Privatisasi 12

Contingent Valuation Method (CVM) 13

Analytical Hierarchy Process (AHP) 14

Maqashid Syariah 15

Penelitian Terdahulu 18

METODE PENELITIAN 18

Lokasi dan Waktu Penelitian 18

Jenis dan Sumber Data 19

Metode Penentuan Sampel 19

Metode Analisis Data 19

(12)

Identifikasi Manfaat dan Kegunaan 20

Pasar Hipotetik 20

Penentuan Besarnya Penawaran Nilai WTP dan WTA 20

Estimasi Nilai Rata-Rata WTP 21

Estimasi Kurva WTP 21

Penjumlahan Data WTP 21

Estimasi Nilai Rata-Rata WTA 22

Estimasi Kurva WTA 22

Penjumlahan Data WTA 22

Rekomendasi Alternatif Air Bersih dengan Metode AHP dan Analisis

Maqashid Syariah 23

KERANGKA PEMIKIRAN 23

HASIL DAN PEMBAHASAN 25

Gambaran Umum 25

Hukum Islam dalam Mengelola Air 26

Analisis Persepsi 26

Analisis Persepsi Masyarakat Kutajaya Terhadap Sumber Air Bersih 30 Estimasi Willingness To Pay dan Willingness To Accept 35

Rekomendasi Alternatif 40

KESIMPULAN DAN SARAN 45

Kesimpulan 45

Saran 46

DAFTAR PUSTAKA 47

(13)

DAFTAR TABEL

1 Tipe Kepemilikan beserta Hak-haknya 7

2 Besaran WTA Responden 35

3 Faktor-Faktor Pengaruh Nilai WTP 38

4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi WTA 39

5 Alternatif Solusi Air Bersih 41

6 Faktor Alternatif Solusi Air Bersih 42

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran Penelitian Dampak komersialisasi dan

Privatasi Sumber Air dari Sudut Pandang Syariah Islam 24 2 Kebersihan Sebelum Ada PT. Amerta Indah Otsuka 27 3 Kebersihan Setelah Adanya PT. Amerta Indah Otsuka 27 4 Kenyamanan Sebelum Adanya PT. Amerta Indah Otsuka 28 5 Kondisi Air Sebelum Ada PT. Amerta Indah Otsuka 28 6 Kondisi Air Setelah Ada PT. Amerta Indah Otsuka 29 7 Biaya tambahan Akibat Adanya PT. Amerta Indah Otsuka 29

8 Mengandalkan Sumur sebagai Sumber Air 30

9 Kelayakan Air Sumur untuk Dimanfaatkan 30

10 Sumber Lain Memperoleh Air Bersih Selain dari Sumur 31 11 Kepuasan dengan Adanya PT. Amerta Indah Otsuka 31 12 Dampak yang Dirasakan Atas Keberadaan PT. Amerta Indah

Otsuka 32

13 Risiko yang Ditimbulkan Setelah Adanya PT. Amerta Indah

Otsuka 32

14 Keberadaan PT. Amerta Indah Otsuka Memberikan Gangguan

Terhadap Aktivitas Sehari-Hari 33

15 Bentuk Gangguan yang Dirasakan Responden 33

16 Merasa Dirugikan dengan Kehadiran PT. Amerta Indah Otsuka 34

17 Tingkat Responden Menginginkan Kompensasi 34

18 Kurva perpotongan WTP dan WTA 37

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lokasi PT. Amerta Indah Otsuka, Sukabumi dan

Lokasi Desa Kutajaya 49

2 Kuesioner Penelitian 50

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Al-Quran menilai pemilik asal semua harta dengan berbagai macamnya adalah Allah SWT karena Dialah Pencipta, Pengatur dan Pemilik segala yang ada di alam semesta ini, termasuk harta sebagaimana firman-Nya dalam Q.S Al-Maidah ayat 17:

”Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara

keduanya, Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Al-Maidah [5]: 17.

Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya yang dikaruniai akal adalah pihak yang mendapatkan kuasa dari Allah SWT untuk memiliki dan memanfaatkan harta tersebut, Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Hadid ayat 7 :

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah

sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya...” Al -Hadid [57]: 7.

Allah SWT menetapkan bahwa harta hendaknya digunakan, baik untuk kepentingan individu atau kelompok. Masyarakat berwenang atas penggunaan harta tersebut secara keseluruhan dan pemanfaatannya kepada individu dan instansi terkait yang mengusahakan perolehannya sesuai kebutuhan masing-masing. Sebuah kepemilikan atas harta kekayaan oleh manusia baru dapat dipandang sah, apabila telah mendapatkan izin dari Allah SWT untuk memilikinya, yaitu kepemilikan dan pemanfaatan suatu harta haruslah didasarkan pada ketentuan-ketentuan syara‟ yang tertuang dalam Al-Qur‟an maupun As-Sunnah.

Air dalam Al-Quran dikategorikan sebagai salah satu harta dari Allah SWT kepada makhluk hidup-Nya yang dapat memberi kelangsungan hidup dan membersihkan diri manusia di muka bumi. Air dalam bahasa arab, yaitu „ma, ditemukan sebanyak 63 kali di dalam Al-Quran, lebih banyak dibandingkan dengan larangan riba yang terdapat sebanyak 5 kali disebutkan dalam Al-Quran dan menjadikanya sebuah hajat penting dalam aspek kehidupan. Air erat kaitannya dengan Islam sebab air diatur dalam Islam untuk beribadah, thaharah

atau mensucikan diri dari najis.

Air tersedia melimpah di bumi dengan 2/3 bagian bumi tertutupi oleh perairan yang menyisakan hanya 1/3 bagian oleh daratan dengan 97.5% (1.34 milyar km3) dari seluruh perairan yang ada di bumi tertutupi oleh air laut dan sisanya 2.5% (35 juta km3) air tawar (Pankratz 2013). Menurut keberadaannya, air dapat dibedakan menjadi air permukaan dan air tanah. Air permukaan (surface water) dapat diperoleh langsung dari sungai, danau atau laut. Air memiliki siklus air untuk mendaur ulang sumberdaya airnya, dengan kata lain memperbarui sumberdaya air, namun tidak menambah volume air yang sudah ada.

(16)

membangun pasar air minum dalam kemasan yang menjamin konsumsi air bersih untuk konsumen. AMDK menawarkan kualitas air yang dapat dikonsumsi setelah memproduksi air minum siap kemas dan didistribusikan kepada konsumen. Kebijakan perusahaan AMDK membeli sumber mata air dari tangan warga dan mengalihkan hak kepemilikanya menjadi milik perusahaan AMDK untuk keperluan komersialisasi dikategorikan kepada aktivitas privatisasi air. Perusahaan AMDK melakukan kegiatan privatisasi air dengan membeli sumber air milik warga dengan jumlah besar agar dapat diproduksi secara massal untuk kepentingan komersial. Sumber air yang dibeli dari warga dikelola secara terpadu menggunakan teknologi yang menjamin air dapat dikonsumsi.

Air memiliki kedudukan sebagai property rights yang haknya dimiliki masyarakat atau warga negara. Kepemilikan ini bersifat kepemilikan bersama dimana pemiliknya adalah masyarakat secara kolektif. Status kepemilikan secara kolektif dapat bergeser menjadi milik individu/kelompok apabila kepemilikannya diserahkan kepada individu atau kelompok. Perusahaan AMDK dalam pengoperasian aktivitas produksi memindahkan kepemilikan sumberdaya air dari warga menjadi milik perusahaan AMDK. Islam sendiri mengatur bagaimana

property rights atau kepemilikan sumberdaya alam terbagi kepada kelompok-kelompok warga yang memiliki hak dan kuasa atas sumberdaya tersebut. Jenis kepemilikan atas sumberdaya alam terdiri atas kepemilikan individu (milk fardhiyah), kepemilikan umum (milk „ammah), dan kepemilikan negara (milk daullah).

Kemudahan air minum kemasan yang ditawarkan produsen AMDK dengan mengemas dan mendistribusi air minum kepada konsumen menarik minat konsumen menengah ke atas yang menginginkan adanya kepraktisan. Hal ini ditunjukkan dengan konsumsi air minum dalam kemasan di Indonesia pada tahun 2013 yang diperkirakan mencapai lebih dari 21.78 miliar liter, naik 10% dibandingkan tahun 2012, yaitu 19.8 miliar liter.a Kenaikan tersebut seiring pertambahan penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi air minum yang baik. Konsumen rela mengeluarkan uang untuk membeli kepraktisan dalam air minum kemasan dibandingkan harus memasak air terlebih dahulu untuk keperluan konsumsi.

Pembangunan perusahaan AMDK pada dasarnya memberi banyak manfaat bagi pelanggan, begitupun dengan masyarakat yang bersebelahan langsung dengan perusahaan. Masyarakat yang sudah menetap di dekat perusahaan mendapatkan berbagai manfaat dengan dibangunya perusahaan, seperti pembangunan akses jalan di desa dan berbagai bantuan dari perusahaan melalui program CSR. Akan terbina hubungan simbiosis yang saling menguntungkan antara masyarkat dengan perusahaan bila hubungan keduanya terjalin. Namun bila tidak adanya interaksi perusahaan dengan masyarakat maka kedua belah pihak, masyarakat maupun perusahaan akan terkena dampak buruk seperti kekeringan air yang dirasakan pihak masyarkat.

Desa Kutajaya, Sukabumi adalah salah satu desa yang mengalami kekeringan akibat perebutan hak air setelah sumber air dibeli oleh perusahaan AMDK, PT. Amerta Indah Otsuka yang berasal dari Jepang. Perusahaan dengan produk minuman isotonik Pocari Sweat ini menggunakan sumber air dari Desa

a

(17)

Kutajaya sebagai bahan baku produksinya. Perusahaan mengebor air dalam tanah, sehingga terjadi penurunan tinggi muka air tanah dan kualitas air. Hal ini mengakibatkan sumur-sumur yang digunakan warga tidak hanya mengering, melainkan juga memiliki kualitas buruk dan warna keruh, sekalipun dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kepemilikan air seperti yang sudah diatur dalam Al-Quran dan hadits menjelaskan bagaimana air merupakan komoditas yang haknya dimiliki oleh seluruh umat. Tujuan komersialisasi sumberdaya air yang diutamakan perusahaan berdampak dengan meminimalkan fungsi penyediaan dan pemanfaatan air sebagai kebutuhan warga sekitar. Masyarakat Desa Kutajaya selayaknya masyarakat pada umumnya memiliki kebutuhan dasar yang berhubungan erat dengan air seperti buang hajat, mencuci, dan mandi, memiliki kesulitan memperoleh air bersih sejak keberadaan AMDK.

Rumusan Masalah

Kebutuhan air yang intens oleh makhluk hidup menjadikan air sebagai harta dari Allah SWT yang penggunaannya milik bersama sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran. Penggunaan air bersama memiliki risiko dalam pembagian kepemilikan air sebab kebutuhan dan kepentingan setiap individu yang berbeda-beda. Oleh karena itu, selain pengguna air, ada pemilik sumber air selaku pemilik wewenang mengatur kepemilikan air tiap individu dengan jumlah yang dapat diterima secara bersama. Perbedaan kepentingan penggunaan air oleh perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan masyarakat umum Desa Kutajaya menimbulkan permasalahan dalam manajemen pengelolaan air bersih. Komersialisasi sumber air adalah bentuk lanjutan permasalahan setelah kepemilikan sumber air dari milik negara yang diprivatisasi menjadi milik swasta.

Kegiatan privatisasi sumberdaya air yang dilakukan oleh PT. Amerta Indah Otsuka di Desa Kutajaya sebagai penghasil AMDK mengkhawatirkan warga Desa Kutajaya karena penurunan kualitas dan kuantitas air yang diperoleh warga. Pemindahan kepemilikan sumberdaya air kepada PT. Amerta Indah Otsuka tidak mengubah kebutuhan warga terhadap air.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah :

1. Bagaimana pandangan Islam dalam pengelolaan sumberdaya air?

2. Bagaimana persepsi warga Desa Kutajaya terhadap dampak sebelum dan sesudah keberadaan PT. Amerta Indah Otsuka?

3. Bagaimana reaksi warga mengatasi permasalahan komersialisasi sumberdaya air di Desa Kutajaya:

a. Membeli kembali air mata air? (Willingness To Pay) b. Hak warga yang hilang dan ingin digantikan? (Willingness

To Accept)

(18)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan pandangan Islam dalam pengelolaan sumberdaya air. 2. Mendeskripsikan persepsi warga Desa Kutajaya terhadap dampak sebelum

dan sesudah keberadaan PT. Amerta Indah Otsuka.

3. Mengestimasi nilai willingness to pay warga terhadap sumberdaya air dan nilai willingness to accept warga terhadap kesediaan menerima kompensasi.

4. Merekomendasi alternatif solusi terhadap penyedia air bersih di Desa Kutajaya dan menganalisis solusi ideal tersebut berdasarkan maqashid syariah.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain:

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara akademis serta pemahaman yang mendalam mengenai privatisasi sumberdaya air dari sudut pandang ekonomi syariah.

2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan sebagai salah satu sumber rujukan pustaka dalam membuat penulisan ilmiah ekonomi syariah maupun lingkungan.

3. Bagi masyarakat pemilik sumberdaya air, penelitian diharapkan mampu memberikan penjelasan akan dampak kerugian yang akan dirasakan sebagai upaya preventif hilangnya hak kepemilikan sumberdaya air.

4. Bagi pemerintah, penelitian diharapkan mampu menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan yang terkait pemanfaatan sumberdaya air.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada jarak lokasi rumah responden dengan PT. Amerta Indah Otsuka. Responden yang tidak berjarak langsung dengan sisi samping perusahaan tidak dipilih dalam peneliian. Hal ini bertujuan agar hasil yang diperoleh persisi kepada responden yang bersifat homogen.

TINJAUAN PUSTAKA

Hukum Islam dalam Pengelolaan Air

(19)

sama-sama merupakan penciptaan Allah SWT. Wujud ketundukan manusia kepada Allah adalah tidak mengabaikan alam, tetapi merawatnya. Pola hubungan manusia dan alam dibangun atas dua prinsip, yaitu pemanfaatan sumberdaya alam untukk umum termasuk air dan pemeliharaan keseimbangan alam.

Pemanfaatan Air

Semua yang ada di bumi disediakan untuk manusia dijelaskan dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 29, sehingga manusia memiliki hak untuk memanfaatkan sumberdaya alam, seperti air untuk kesejahteraan semua orang dengan distribusi yang merata dan melarang sikap mementingkan kepentingan diri sendiri hingga membahayakan kepentingan orang lain dalam ketidakadilan distribusi manfaat air. Pemborosan oleh pihak tertentu yang berpotensi merugikan kepentingan umum tak luput oleh Islam berdasarkan Q.S. Al-A‟raf ayat 31.

Dasar kepemilikan air adalah milik bersama, namun telah diatur bahwa individu dan kelompok memiliki hak untuk memiliki, menggunakan, dan menjual sumberdaya air. Tiga jenis kepemilikin, antara lain kepemilikan pribadi, kepemilikan pribadi yang terbatas, dan kepemilikan publik. Kepemilikan air secara publik dalam kondisi alamnya tidak dapat diperjualbelikan. Akan tetapi, infrastruktur dan pengetahuan yang telah diinvestasikan dalam memperoleh sumber air dapat mengubah kepemilikan air publik menjadi kepemilikan privat (Wickstrom 2010: 102-103).

Pemeliharaan Air

Islam mendorong manusia untuk memanfaatkan sekaligus memelihara sumberdaya alam, seperti air (Dien 2003). Pemeliharaan sekaligus melarang penyalahgunaan dan perusakan sumberdaya alam. Islam membangun pandangan hidup atas prinsip kebaikan dan keadilan. Kedua prinsip ini vital keberadaannya dalam pemeliharaan karena kesadaran bahwa pemeliharaan sumberdaya alam seperti air kepentingannya tidak milik pribadi, tetapi milik bersama. Nabi Muhammad SAW sekalipun melarang air tenang untuk dicemari dan Nabi secara preventif mengupayakan umatnya menjaga kemurnian air.

Konsep syariah mengenalkan dua konsep umum terkait pemeliharaan lingkungan air, yaitu konsep harim dan hima. Konsep harim adalah zona penyangga seputar sumber air terutama bantaran sungai yang terlarang untuk pengembangan pemukiman agar melindungi batas air dan mencegah terjadinya pencemaran air. Konsep hima adalah semacam hutan lindung sebagai pemberi fungsi lindung.

Analisis Persepsi

(20)

psikologi yang dialami seseorang setelah menerima stimulus yang mendorong tumbuhnya motivasi untuk memberikan respon melakukan atau tidak melakukan suatu kegiatan.

Property Rights

Hak berarti klaim atas sesuatu yang dapat ditegakkan (enforceable) oleh pihak lain. Pengertian property sudah mengandung makna hak (rights), sehingga dalam penggabungan „property‟ dengan „rights‟ memunculkan penegasan arti hak dalam kata property. Property rights atau hak kepemilikan atas sesuatu dalam kandungannya memiliki pengertian hak untuk memanfaatkan, mengakses, mengelola, bahkan mentransfer sebagian atau seluruh hak atas sesuatu tersebut pada pihak lain.

Property rights dari sudut pandang ekonomi adalah hak untuk mendapatkan aliran keuntungan secara aman karena pengakuan pihak lain atas keberadaan aliran transaksi laba tersebut (Bromley 1989). Property rights merupakan klaim seseorang secara ekslusif atas sesuatu untuk memanfaatkan, mengelola, mengubah atau mentransfer sebagian atau seluruh hak tersebut. Perpindahan hak bisa dalam bentuk menjual, menghibahkan, menyewakan, atau meminjamkan. Property

berperan penting dalam perekonomian karena memiliki kaitan dengan kepastian penguasaan faktor produksi. Faktor-faktor produksi memiliki prioritas utama karena tidak adanya faktor produksi akan menyebabkan proses produksi yang terganggu dan berpotensi menyebabkan perekonomian macet.

Hak kepemilikan menghubungkan hak antarmanusia atas keberadaan sesuatu dan terhadap penggunaannya. Status kepemilikan atas sesuatu mengandung kepentingan penggunanya, di mana keberadaannya dapat bersifat langka dan atas kepastian kepemilikan yang langka maka penting untuk dapat berlangsungnya proses transaksi. Semakin tinggi adanya kepastian tersebut, biaya transaksinya semakin rendah dan begitu pun sebaliknya. Biaya transaksi meliputi biaya transfer hak-hak kepemilikan dan perlindungan kepemilikan tersebut dari klaim pihak lain.

Furubotn dan Richter (2000) melacak teori kepemilikan dan bermuara pada dua teori :

1. Teori kepemilikan individu adalah teori utama doktrin atas hak-hak alamiah (natural rights) dari ekonomi klasik yang mengarah pada lahirnya private property right atau individualistis.

2. Teori kepemilikan sosial, pencetus lahirnya commons property atau state property yang dianut terutama oleh negara-negara sosialis.

Caporaso dan Levine (1992) menjelaskan dua teori yang berbeda mengenai

property rights, yaitu :

1. Aliran positivism, menganggap hak-hak kepemilikan diperoleh melalui sistem politik. Sistem politik berperan menrancang dan menciptakan hak kepemilikan dan menegakannya melalui pengadilan hukum.

2. Aliran alamiah, berprinsip bahwa hak kepemilikan sudah diperoleh sejak lahir. Hak-hak diperoleh individu disaat kelahiranya dan bersifat tidak bisa dipisahkan.

(21)

1. Eksklusivitas: pemanfaatan dan nilai manfaat adalah wewenang pemilik termasuk keuntungan yang diperoleh dari transfer hak kepemilikan tersebut 2. Transferability: seluruh hak kepemilikan dapat dipindahkan dari satu pemilik

ke pemilik yang lain secara sukarela melalui jual beli, sewa, hibah dll.

3. Enforceability: hak kepemilikan bisa ditegakan, dihormati dan dijamin dari praktik perampasan.

Hanna (1995) membagi kepemilikan menjadi empat macam sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Pertama, private property, yaitu suatu kepemilikan oleh swasta di mana hak akses, pemanfaatan, pengelolaan dan lain-lain yang melekat dengan barang atau komoditas tersebut sepenuhnya menjadi hak swasta. Swasta dapat bersifat perorangan atau badan hukum. Kedua, kepemilikan oleh negara, di mana hak akses, pemanfaatan, dan pengelolaan dikendalikan oleh negara. Negara pula yang berhak mentransfer hak atas barang atau komoditas tersebut kepada pihak lain. Ketiga, kepemilikan kolektif, di mana hak akses, pemanfaatan, dan pengelolaan menjadi milik bersama dari sekelompok orang yang sudah terdefinisi secara jelas. Hak-hak tersebut hanya melekat pada sejumlah orang yang telah terdefinisikan secara jelas. Keempat, kepemilikan terbuka (open access). Pada hakikatnya, kepemilikan terbuka bukanlah hak kepemilikan karena tidak ada pihak yang mengklaim diri sebagai pemilik, contohnya laut atau hutan belantara yang umumnya merupakan kepemilikan terbuka karena tidak ada yang mengklaim sebagai pemiliknya.

Tabel 1 Tipe Kepemilikan beserta Hak-haknya

Tipe Pemilik Pemilik akses

Hak Kewajiban

Akses terbuka Tidak ada Pemanfaatan Tidak ada

Bromley (1991) menyebutnya rezim pengelolaan ada empat macam rezim kepemilikan, yaitu:

1. Rezim kepemilikan individu (private property regime), kepemilikan pribadi atas sesuatu. Segala aturan yang bersangkutan ditetapkan secara pribadi dan hanya berlaku untuk pemiliknya.

2. Rezim kepemilikan kelompok (common property regime), kepemilikan sekelompok orang tertentu di mana hak, kewajiban, dan aturan ditetapkan untuk anggota kelompok bersangkutan.

(22)

4. Rezim akses terbuka, tidak ada aturan yang mengatur mengenai hak dan kewajiban.

Konsep Kepemilikan dalam Islam

An-Nabhani dikutip oleh Hafidhuddin (2007), mengemukakan berdasarkan hukum syara‟ bahwa kepemilikan harta seseorang didasarkan kepada sebab-sebab harta tersebut dapat dimiliki. Maka sebab-sebab kepemilikan tersebut terbatas pada lima sebab berikut :

1. Bekerja. Bekerja memiliki berbagai macam sebagai berikut : a. Menghidupkan Tanah Mati

Tanah yang tidak ada pemiliknya dan tidak dimanfaatkan oleh siapapun dapat dihidupkan kembali dengan mengolah, menanami atau mendirikan bangunan diatas tanah tersebut sehingga menghidupkan tanah mati dimaksudkan memanfaatkan tanah tersebut dengan cara apapun hingga menjadikan tanah tersebut dapat digunakan kembali. Hal itu menyebabkan seseorang menjadi memiliki tanah tersebut. b. Menggali Kandungan Bumi

Menggali apapun yang terdapat dalam kandungan bumi, dapat dijadikan sebab kepemilikan harta asal bukan merupakan harta yang diperlukan oleh sebuah komunitas masyarakat atau bukan merupakan harta milik umum seluruh kaum muslim. Ada juga jenis harta yang bisa disamakan statusnya dengan jenis harta yang digali dari perut bumi yaitu harta yang diserap dari udara misalnya oksigen.

c. Berburu

Harta yang didapat dari hasil buruan darat, laut dan udara adalah menjadi milik orang yang memburunya sebagai mana halnya yang berlaku dalam perburuan hewan-hewan lainnya.

d. Makelar dan Pemandu

Makelar begitupun pemandu memanfaatkan jasa sebagai perantara antara penjual dan pembeli untuk memudahkan langkah penjual maupun pembeli. Menjadi makelar atau pemandu sama halnya sebagai sebab kepemilikan.

e. Mudharabah

Mudharabah adalah kerjasama antara dua orang dalam suatu perniagaan atau perdagangan dengan kata lain mudharabah yaitu meleburnya tenaga disatu pihak dengan harta dari pihak lain, artinya satu pihak bekerja dan yang lain menyerahkan harta selanjutnya kedua belah pihak menyepakati mengenai prosentase tertentu dari profit yang didapatkan. Mudharabah mengharuskan adanya modal yang diterima oleh pekerja dengan ketentuan pengelola boleh mengajukan persyaratan sehingga harta tersebut bisa menjadi miliknya.

f. Musaqat

(23)

menggunakan air dari sumur bor. Musaqat hanya berlaku untuk pohon yang berbuah dan bermanfaat.

g. Ijarah

Ijarah adalah usaha seorang majikan memperoleh manfaat dari seorang pekerja atau pembantu dan usaha pekerja atau pembantu guna mendapat upah dari majikan. Artinya ijarah adalah transaksi jasa dengan adanya suatu kompensasi atau imbalan yang bertumpu pada manfaat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja atau pembantu.

2. Warisan. Warisan adalah salah satu sarana untuk membagi kekayaan seorang muslim yang meninggal dunia diwakilkan oleh keluarga kepada yang berhak menerima warisan. Ada 3 kondisi seseorang bisa membagikan kekayaan dalam masalah waris:

a. Harta waris bisa dibagikan apabila ahli waris yang ada mampu menghabiskan semua harta waris yang ditinggalkan sesuai dengan hukum waris.

b. Jika tidak ada ahli waris yang bisa menghabiskan semua harta waris sesuai hukum syariah maka sebagiannya harus diserahkan kepada baitul mal.

c. Jika tidak ada ahli waris sama sekali maka semua harta pusaka yang ada diserahkan kepada baitul mal.

3. Kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup. Hidup adalah hak setiap orang dan seseorang itu harus mendapatkan kehidupan sebagai haknya sehingga adanya kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup merupakan sebab-sebab kepemilikan.

4. Harta pemberian negara yang diberkan kepada rakyat. Pemberian harta negara kepada rakyat diambil dari harta baitul mal, seperti badan amil zakat baik untuk memenuhi hajat hidup atau untuk memanfaatkan kepemilikan.

5. Harta-harta yang diperoleh oleh seseorang dengan tanpa mengeluarkan harta atau tenaga apapun. Sebab kepemilikan harta demikian diantaranya disebabkan :

a. Hubungan antar individu satu sama lain baik, misal hibah dan hadiah. b. Menerima harta sebagai ganti rugi dari musibah yang menimpa

seseorang atas orang yang terbunuh dan luka.

c. Memperoleh mahar atau harta yang didapat melalui akad nikah sesuai hukum-hukum pernikahan.

d. Barang temuan atau luqathah. Menemukan barang yang bukan milik pribadi harus diteliti, apakah barang tersebut mungkin untuk disimpan dan diumumkan seperti perhiasan dan pakaian, dan bukan punya orang yang sedang berhaji maka boleh dimiliki.

e. Santunan untuk khalifah dan orang-orang yang sama-sama melaksanakan tugas pemerintahan.

Islam sebagai agama yang diturunkan Allah SWT juga telah mengatur keberadaan sumberdaya alam untuk kepemilikan, pemanfaatan, dan pengelolaannya. Jenis kepemilikan atas sumberdaya alam terdiri atas:

(24)

2. Kepemilikan umum (milk ‟ammah). Benda-benda yang tergolong kategori kepemilikan umum adalah benda yang telah dinyatakan sebagai benda-benda yang dimiliki kelompok atau masyarakat luas secara bersama-sama dan tidak boleh dikuasai oleh hanya seorang karena kepemilikanya untuk umum. Setiap individu dapat memanfaatkannya, namun dilarang memilikinya.

3. Kepemilikan negara (milk daullah) yaitu harta milik negara sebagai hak seluruh rakyat dan pengelolaannya menjadi wewenang kepala negara. Kepala negara memiliki kekuasaan untuk mengeluarkan kebijakan dan mengelola kepemilikannya.

Secara konsep kepemilikan dalam Islam tidak memiliki perbedaan konsep dengan konsep konvensional yang berkembang. Akan tetapi, terdapat perbedaan pada substansi dan implementasi konsep kepemilikannya (property right). Islam mengakui kepemilikan individu atau swasta, tetapi tidak boleh memilikinya dan sebatas pemanfaatan.

Pemanfataannya pun diperbolehkan dengan batas-batas tertentu agar tidak menimbulkan kerusakan sumberdaya alam yang ada, seperti yang dijelaskan dalam Q.S. Ar Rum ayat 41.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali.” (Q.S. Ar Rum : 41)

Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya dalam Islam direkomendasikan berkelanjutan dan memberi manfaat bagi kehidupan. Secara terpisah Allah SWT memperingatkan secara tegas bahwa manusia dilarang melakukan kerusakan di muka bumi, tercantum dalam Q.S. Al-Araaf ayat 56.

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.

(Q.S. Al-Araaf : 56)

Hal ini berbanding terbalik dengan konsep ekonomi liberal yang memberikan akses menguasai dan mengeksploitasi dengan memperjualbelikan sumberdaya alam milik negara dengan pihak lain. Islam mengakui kepemilikan umum atau bersama, seperti barang tambang, tanah, sumber air (sungai, mata air), lautan dan biotanya (QS An Nahl:14), namun ada batasan dalam pemanfaatannya dan tidak berlebihan seperti yang dijlaskan pada Q.S Al Furqon ayat 67.

“Orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebih-lebihan, tidak (pula) kikir tapi adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”(Q.S. Al Furqon: 67)

Air Bersih

(25)

Syarat Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat, yaitu kuantitas dan kualitas (Depkes RI 2005b).

1. Syarat Kuantitas

Syarat kuantitas menurut Chandra (2006), adanya kebutuhan masyarakat terhadap air yang bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat. Konsumsi air bersih di perkotaan Indonesia berdasarkan keperluan rumah tangga, diperkirakan sebanyak 138.5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi, cuci, kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10.7 liter, kebersihan rumah 31.4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21.8 liter, wudhu 16.2 liter, lain-lain 33.3 liter (Slamet 2007).

2. Syarat Kualitas

Syarat kualitas meliputi pemenuhan persyaratan fisik, kimia, radioaktivitas, dan mikrobiologis untuk dikategorikan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. a. Parameter Fisik

Air yang memenuhi persyaratan parameter secara fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh, dan dengan suhu dibawah suhu udara sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan rasa dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah.

I. Bau Sebaliknya, air yang tidak tawar dapat menunjukkan adanya berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.

III. Warna

Air bersih tidak berwarna dimaksudkan agar estetis sesuai warna alaminya, yaitu bening tidak berwarna. Warna bening sebagai parameter tercegahnya keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya zat-zat seperti tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa berwarna kuning muda menyerupai urin dan menghilangkan minat masyarakat untuk mengkonsumsinya. Selain itu, warna pada air dapat menandakan air telah tercemar buangan industri.

IV. Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat

b

(26)

berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan.

V. Suhu

Suhu air sejuk dan tidak panas dimaksudkan agar tidak ada zat kimia yang terlarut dan membahayakan kesehatan.Suhu air untuk dikonsumsi dibawah suhu udara mempertahankan air tetap memiliki suhu yang sejuk.

VI. Jumlah Zat Padat Terlarut

Jumlah zat padat terlarut (TDS) terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya, efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut. b. Parameter Mikrobiologis

Sumber- sumber air di alam bebas dalam kandunganya terdapat bakteri dengan jumlah dan jenis yang berbeda sesuai tempat dan kondisi yang memengaruhinya. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen maupun bakteri E. Coli. c. Parameter Radioaktivitas

Parameter radioaktivitas harus terpenuhi sebagai preventif pengaruh radioaktif yang mampu menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Perubahan komposisi genetik mengakibatkan kerusakan dan berakibat fatal bila dikonsumsi. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit, seperti kanker dan mutasi.

d. Parameter Kimia

Parameter kimia mendefinisikan air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain alumunium (Al), air raksa (Hg), arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), flourida (F), tembaga (Cu), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya yang berpotensi berbahaya bagi kesehatan. Kandungan zat kimia dalam air bersih untuk keperluan konsumsi hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990.

Privatisasi

Penelitian mengenai privatisasi air di belahan dunia telah banyak diselesaikan mengingat adanya kepentingan mendasar dari air. Namun dari berbagai tinjauan yang digunakan dalam penelitian tak banyak penelitian yang meninjau dari sudut pandang Islam terhadap sumberdaya air sebagai harta. Air sebagai harta sebagaimana digambarkan dalam Q.S. Al-Maidah ayat 17.

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya

Allah itu ialah Al Masih putra Maryam”. Katakanlah: “Maka siapakah

(gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh

orang-orang yang berada di bumi semuanya?” Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit

(27)

Privatisasi yang juga dapat disebut swastanisasi, adalah penjualan aset negara yang berkaitan dengan kepentingan publik. Bagi umum, privatisasi adalah penjualan aset oleh pemerintah atau perusahaan dalam negri kepada investor sektor publik (Leonard 1996). Kebijakan terjadinya privatisasi umum dilakukan guna efisiensi kinerja anggaran dalam negeri suatu negara. Praktik privatisasi awalnya dimotori ekonomi liberal-kapitalis di abad ke-20 dan telah melahirkan lebih dari sekitar 80 negara yang telah mencanangkan privatisasi yang melibatkan sekitar 6 800 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di seluruh dunia (World Bank 1992). Secara terori, privatisasi merupakan suatu kebijakan yang lahir dari konsep neoliberalisme yang berangkat dari teori ekonomi klasik Adam Smith, yaitu membantu terbentuknya pasar bebas, mengembangnya kompetisi kapitalis, dimana pendukungnya dianggap memberikan harga yang lebih kompetitif kepada publik. Privatisasi air dapat terjadi karena dua faktor, yaitu faktor kepemilikan yang ingin menguasai sumberdaya tertentu dan faktor bahwa sumberdaya yang sudah dimiliki tidak dapat dikelola dengan maksimal sehingga pengelolaanya dikelola oleh swasta.

Politik pengelolaan sumberdaya dan pelayanan air bersih juga tak luput dari proses liberalisasi. Kebutuhan yang mutlak akan air, ditambah ketidak merataan ketersediaan air telah menjadikan air sebagai lahan bisnis, sekaligus ajang rebutan antar berbagai kekuatan.

Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent Valuation Method (CVM) adalah penilaian kesediaan masyarakat menyumbang untuk mempertahankan atau mengembalikan berbagai fungsi sumberdaya alam. Valuasi kontingen merupakan metode mengestimasi nilai yang diberikan oleh individu terhadap suatu barang atau jasa. Penilaian dengan menggunakan teknik CVM dilakukan untuk fungsi barang atau jasa yang tidak ada dalam struktur pasar (non-marketed goods and service). Barton (1994) menyebutkan bahwa CVM digunakan pada kondisi di mana masyarakat tidak mempunyai preferensi terhadap suatu fungsi barang karena tidak ada dalam pasar.Menurut Yakin (1997), CVM dapat mengukur nilai penggunaan (use value) dan nilai non pengguna (non use values) dengan baik.

Penilaian ekonomi sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan ke dalam dua kelompok (Yakin 1997), yaitu:

1. Revealed preference approach merupakan teknik penilaian yang mengandalkan harga implisit di mana Willingness to Pay terungkap melalui model yang dikembangkan, meliputi Travel Cost, Hedonic Pricing, dan Random Utility Model.

2. Stated preference approach merupakan teknik penilaian yang didasarkan pada survei di mana keinginan membayar atau Willingness to Pay diperoleh dari responden, meliputi Contingent Valuation, Random Utility Model, dan Contingent Choice.

(28)

mengetahui keinginan membayar dari masyarakat terhadap perbaikan lingkungan dan keinginan menerima kompensasi dari kerusakan lingkungan.

Metode pendekatan terhadap pasar ini oleh beberapa ahli ekonomi telah dikembangkan dan diaplikasikan untuk menilai manfaat sumber mata air yang tidak memiliki harga pasar dalam satuan moneter. Metode ini mencoba untuk menggambarkan permintaan konsumen, sebagai contoh kesediaan membayar konsumen (willingness to pay) terhadap manfaat sumber mata air yang tidak memiliki harga pasar dalam satuan moneter, atau kesediaan menerima konsumen (willingness to accept) terhadap kompensasi yang diberikan kepada konsumen untuk manfaat yang hilang dalam satuan moneter.

Willingness to Pay (WTP)

Willingness to Pay (WTP) adalah kerelaan atau keinginan untuk membayar jumlah yang dapat dibayarkan seorang konsumen untuk memperoleh suatu barang atau jasa (Nababan 2008). WTP menghitung seberapa jauh kemampuan setiap individu atau masyarakat secara agregat untuk rela membayar atau mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai dengan kondisi yang diinginkan. WTPair bersih di suatu daerah berbeda-beda tergantung dengan kuantitas dan kualitas air yang ada pada suatu daerah dan pendapatan dari konsumen. WTP merupakan nilai kegunaan potensial dari sumberdaya alam dan jasa lingkungan (Hanley dan Spash 1993).

Willingness to Accept (WTA)

Willingness to Accept (WTA) merupakan suatu ukuran dalam konsep penilaian ekonomi dari barang lingkungan. WTA memberikan informasi tentang besarnya nilai dana kompensasi yang bersedia diterima oleh masyarakat atas penurunan kualitas lingkungan di sekitarnya yang setara dengan biaya perbaikan kualitas lingkungan tersebut. Penilaian barang lingkungan dari sisi WTA mempertanyakan berapa jumlah minimum uang bersedia diterima oleh seseorang (rumah tangga) setiap bulan atau setiap tahunnya sebagai kompensasi atas diterimanya kerusakan lingkungan.

Analytical Hierarchy Process (AHP)

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah metode terstruktur secara hierarki. Metode ini memiliki fungsi untuk menyederhanakan suatu persoalan kompleks dan tidak memiliki hierarki menjadi bagian-bagian tertata dalam suatu hierarki. Setiap tingkat kepentingan variabel diberi penilaian angka dari range angka 9 hingga 1 dan 1 hingga 9 untuk memberi penilaian secara subjektif mengenai tingkat kepentingan suatu variabel biladibandingkan dengan variabel yang lain.

(29)

dasar untuk mengambil keputusan yang terukur dimana perlu menetapkan prioritas dan melakukan perimbangan.

Maqashid Syariah

Secara bahasa maqashid syari‟ah terdiri dari dua kata yaitu maqashid dan

syari‟ah. Maqashid berarti kesengajaan atau tujuan, maqashid merupakan bentuk

jama‟ dari maqsud yang berasal dari suku kata Qashada yang berarti

menghendaki atau memaksudkan. Maqashid berarti hal-hal yang dikehendaki dan dimaksudkan, sedangkan Syari‟ah secara bahasa berarti „Jalan menuju sumber air‟ dan jalan menuju sumber air dapat juga diartikan berjalan menuju sumber kehidupan.

Alqur‟an menyebutkan penggunaan syariah sebagai peraturan dalam Q.S. Al-Jatsiyah [45]: 18.

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan)

dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” Q.S. Al-Jatsiyah [45]: 18.

Maqashid Syariah secara istilah adalah tujuan-tujuan syariat Islam yang terkandung dalam setiap aturannya. Maqashid Syari‟ah adalah konsep untuk mengetahui hikmah (nilai-nilai dan sasaran syara' yang tersurat dan tersirat dalam Al-Qur‟an dan Hadits). yang ditetapkan oleh Allah ta‟ala terhadap manusia adapun tujuan akhir hukum tersebut adalah satu, yaitu mashlahah atau kebaikan dan kesejahteraan umat manusia baik di dunia (dengan Mu‟amalah) maupun di akhirat (dengan „aqidah dan Ibadah), sedangkan cara untuk tercapai kemaslahatan tersebut manusia harus memenuhi kebutuhan Dharuriat (Primer), dan menyempurnakan kebutuhan Hajiyat (sekunder), dan Tahsiniat (tersier).

Secara umum tujuan syariat Islam dalam menetapkan hukum-hukumnya adalah untuk kemaslahatan manusia seluruhnya, baik kemaslahatan di dunia maupun kemashlahatan di akhirat. Tertuang dalam Q.S. Al-Baqarah [2] : 201-202: “Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: „Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.‟” QS. Al-Baqarah [2]: 201-202

(30)

Kebutuhan pokok atau Al-Dharuriyyat yaitu segala apa yang paling penting dalam kehidupan manusia dan memiliki urgensi untuk dipenuhi, baik bagi tujuan kebaikan agama dan kehidupan di dunia maupun akhirat. Sehingga dalam syariat dikenal dengan Al-Dharuriyaat Al-Khamsah ( lima kebutuhan pokok ) yang memiliki keutamaan untuk dijaga keberlangsunganya, diantaranya adalah :

1. Memelihara agama 2. Memelihara jiwa 3. Memelihara akal 4. Memelihara keturunan 5. Memelihara harta Memelihara Agama

Pemeliharan agama merupakan tujuan pertama hukum Islam. Sebabnya adalah agama merupakan pedoman hidup manusia dan didalamnya selain terdapat komponen-komponen akidah yang merupakan sikap hidup seorang muslim, terdapat juga syariat yang merupakan sikap hidup seorang muslim baik dalam berrhubungan dengan Tuhannya maupun dalam berhubungan dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat. Maka hukum Islam wajib melindungi agama yang dianut oleh seseorang dan menjamin kemerdekaan setiap orang untuk beribadah menurut keyakinannya.

Beragama merupakan hakikat bagi manusia, merupakan kebutuhan utama yang harus dipenuhi karena agamalah yang dapat menyentuh nurani manusia. Allah memerintahkan kita untuk tetap berusaha menegakkan agama, firmannya dalam surat Q.S. Asy-Syura‟ [42]: 13:

“Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang Telah

diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” Q.S. Asy-Syura‟ [42]: 13.

Memelihara jiwa

Allah SWT mengharamkan pembunuhan dan penumpahan darah umat Islam. Islam memelihara jiwa, oleh karena itu Islam mengharamkan pembunuhan secara tidak hak (benar), dan hukuman bagi orang yang membunuh jiwa seseorang secara tidak benar adalah hukuman mati (dibalas dengan pembunuhan juga atau disebut dengan qishash) sehingga dengan demikian diharapkan agar orang sebelum melakukan pembunuhan, berpikir panjang karena apabila orang yang dibunuh itu mati, maka si pembunuh juga akan mendapatkan ganjaran setimpal mati.

Memelihara Akal

(31)

"Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Q.S. At-Tiin: 4

Akan tetapi bentuk fisik harus diimbangi dengan hal yang kedua, yaitu akal. Oleh karena itu Allah SWT melanjutkan Firman-Nya dalam surat At-Tiin ayat 5 dan 6:

"Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” Q.S. At-Tiin: 5-6

Maka akal paling penting dalam pandangan Islam. Oleh karena itu Allah SWT selalu memuji orang yang berakal. Hal ini dapat dilihat pada firman Allah ta‟ala dalam Q.S. Al-Baqarah: 164:

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”Q.S. Al-Baqarah: 164

Begitu pula mengkonsumsi Khamr adalah apa-apa yang menutup akal, baik bentuknya basah maupun kering, yang dimakan atau diminum dan setiap yang memabukkan adalah sumber dari segala kejelekan, sarangnya dosa dan pintu setiap kejelekan. Tidak menjauhkannya berarti mengancam akal.

Memelihara Keturunan

Perlindungan Islam terhadap keturunan adalah dengan mensyariatkannya pernikahan dan mengharamkan zina, menetapkan siapa-siapa yang tidak boleh dikawini, bagaimana cara-cara perkawinan itu dilakukan dan syarat-syarat apa yang harus dipenuhi, sehingga perkawinan itu dianggap sah dan pencampuran antara dua manusia yang belainan jenis itu tidak dianggap sah dan menjadi keturunan sah dari ayahnya

Memilihara Harta Benda

Islam meyakini bahwa semua harta di dunia ini adalah milik Allah SWT, manusia hanya berhak untuk memanfaatkannya saja. Meskipun demikian Islam juga mengakui hak pribadi seseorang. Islam mengatur supaya tidak sampai terjadi bentrokan antara satu sama lain. Untuk ini Islam mensyariatkan peraturan-peraturan mengenai muamalah seperti jual beli, sewa-menyewa, gadai, dan sebagainya, serta melarang penipuan, riba dan mewajibkan kepada orang yang merusak barang orang lain untuk membayarnya, harta yang dirusak oleh anak-anak yang di bawah tanggungannya, bahkan yang dirusak oleh binatang peliharaannya sekalipun.

(32)

apabila ia tidak merasa takut akan hukuman di akhirat, maka ia akan jera karena dipotong tangannya.

Perlindungan Islam terhadap harta benda seseorang tercermin dalam firmanNya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” Q.S. An-Nisa: 29-32.

Penelitian Terdahulu

Sejumlah penelitian sebelumnya sudah dilakukan terkait willingness to pay

dan willingness to accept, namun sedikit yang mengaitkan keduanya. Penelitian yang dilakukan Utari (2006) meneliti bagaimana WTP dan WTA pada pembuangan akhir sampah di Pondok Rajeg, Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan untuk mengetahui nilai dugaan WTP dan WTA. Peneliti melakukan penelitian pada WTA maupun WTP karena pada lokasi penelitian tidak terdapat dana kompensasi untuk warga setempat, namun peneliti tidak mengaitkan keduanya. Peneliti bertujuan untuk mengetahui tingkatan dugaan total keduanya dan didapatkan hasil bahwa tingkat dugaan total WTA lebih tinggi dibandingkan WTP.

Yuniarti (2013) dalam penelitianya menggunakan analisis persepsi untuk mengetahui persepsi efektivitas program CSR Program Penghijauan yang dilakukan PT. Pertamina Gas dan keberlanjuan kelembagaan lokal desa. Hasilnya menunjukan implementasi Program Penghijauan berpengaruh terhadap tingkat persepsi masyarakat terhadap Program Penghijauan. Penelitian menggunakan analisis persepsi terhadap masyarakat yang merasakan keuntungan dengan tergabung kepada CSR Program Penghijauan.

Ramdan (2006) melakukan penelitian disertasi mengenai pengelolaan sumber air minum di Kawasan Gunung Ciremai. Penelitian ini menganalisis potensi konflik yang ditimbulkan akibat penggunaan dan ketersediaan air minum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik penggunaan air akan terjadi apabila kebutuhan air minum lebih besar dibandingkan potensi ketersediaan air minum yang ada. Upaya yang dilakukan sebagai resolusi konflik di kawasan Gunung Ciremai adalah melalui penataan mekanisme alokasi air minum lintas wilayah, kelembagaan pengelolaan sumber air minum, dan mengestimasi nilai dana kompensasi konservasi dari pengguna air minum.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

(33)

pertimbangan hipotesis bahwa kuantitas dan kualitas sumberdaya air milik warga Desa Kutajaya terdegradasi dengan adanya aktivitas PT. Amerta Indah Otsuka. Pengambilan data berlangsung pada 11-13 Maret 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan metode wawancara kepada responden, yaitu warga Desa Kutajaya RT 07 RT 04 dengan observasi lapang. Warga Desa Kutajaya RT 07 RT 04 diwawancara secara individu sebagai wakil dari rumah tangga yang berada di wilayah RT setempat yang berbatasan langsung dengan PT. Amerta Indah Otsuka. Data primer yang dibutuhkan, meliputi data karakteristik warga, persepsi warga sebelum dan sesudah adanya PT. Amerta Indah Otsuka, nilai hak yang hilang dan kompensasi yang bersedia diterima responden, nilai yang responden bersedia keluarkan untuk memperoleh sumberdaya air, dan faktor-faktor yang memengaruhi WTP dan WTA responden. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber yang relevan, diantaranya buku referensi, laporan kegiatan, internet, serta informasi data dari instansi terkait yang berada di Desa Kutajaya, seperti kantor kecamatan.

Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dari responden dilakukan secara purposive sampling. Pada metode ini pemilihan responden dilakukan dengan kriteria sendiri yang ditentu oleh peneliti, yaitu responden dipilih dengan pola memilih rumah berdasarkan jarak terhadap industri. Ditetapkanya jumlah reponden sebanyak 30 responden didasari letak geografis rumah responden yang berdekatan langsung dengan PT. Amerta Indah Otsuka dan jumlah tersebut mewakili jumlah rumah tangga RT 07 RW 04 Desa Kutajaya yang berjumlah 175 rumah tangga.

Metode Analisis Data

Data responden yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini juga melihat kondisi warga dengan analisis persepsi responden, nilai WTA dan WTP warga RT 07 RW 04 Desa Kutajaya akibat aktivitas PT. Amerta Indah Otsuka, dan penilaian AHP responden terhadap solusi air bersih. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dengan menggunakan program Microsoft Excel 2010, Expert Choice 10,dan SPSS 16.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan pengisian kuesioner. Analisis persepsi terhadap sebelum dan sesudah adanya PT Amertea Indah Otsuka dan dampak aktivitas PT. Amerta Indah Otsuka. Estimasi nilai WTP dengan metode wawancara langsung, sedangkan WTA menggunakan bidding

(34)

Identifikasi Manfaat dan Kegunaan

Identifikasi dilakukan untuk mengetahui dampak apa saja yang dialami oleh masyarakat RT 07 RW 04 Desa Kutajaya akibat keberadaan PT. Amerta Indah Otsuka. Identifikasi dilakukan dengan cara pengisian kuesioner dan wawancara langsung kepada masyarakat sebagai responden penelitan bersangkutan. Pertanyaan akan disusun untuk memperoleh dampak apa yang mereka terima akibat keberadaan PT. Amerta Indah Otsuka di lingkungan tempat tinggal mereka. Pasar Hipotetik

Pasar hipotetik dibangun atas ketiadaan kompensasi yang dibayarkan kepada masyarakat Desa Kutajaya oleh PT. Amerta Indah Otsuka atas hilangnya hak kepemilikan air bersih bila dibandingkan dengan nilai fungsi yang didapatkan PT. Amerta Indah Otsuka atas pemakaian sumber mata air yang diperoleh dari sumber mata air milik warga Desa Kutajaya. PT. Amerta Indah Otsuka selayaknya memberi kompensasi kepada warga atas kehilangan hak air warga terhadap kualitas dan kuantitas sumber mata air.

Selain itu, pasar hipotetik yang dibangun dalam penelitian ini didasari menurunnya kualitas dan kuantitas air dalam tanah yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat Desa Kutajaya. Keberadaan PT. Amerta Indah Otsuka mengakibatkan degradasi kuantitas dan kualitas sumber mata air yang diperuntukkan bagi warga. Hal tersebut dapat diatasi dengan beralih dari penggunaan sumber mata air kepada aliran PAM, membeli filtrasi air, ataupun membeli kembali sumber mata air dari PT. Amerta Indah Otsuka. Namun tidak adanya anggaran warga menjadi salah satu alasan warga masih mengandalkan sumber mata air secara apa adanya. Dengan demikian, pasar hipotetik yang ditawarkan dibentuk dalam skenario sebagai berikut :

Skenario:

“Agar aktivitas warga RT 07 RW 04 Desa Kutajaya dengan PT. Amerta Indah Otsuka dapat berjalan selaras tanpa ada pihak yang dirugikan atau merugikan, akan diajukan suatu kebijakan baru berdasarkan keinginan warga menerima dana kompensasi. Warga Desa Kutajaya sebagai pihak yang dirugikan tidak pernah mendapatkan dana kompensasi atas kerugian kehilangan hak air bersihnya. Kebijakan ini pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan warga Desa Kutajaya yang berada di lokasi aktivitas PT. Amerta Indah Otsuka. Warga diharapkan bersedia membayar untuk memperoleh hak kepemilikan air, baik melalui aliran PAM, teknologi penjernih air, ataupun membeli kembali sumber mata air yang kepemilikanya telah beralih dari warga menjadi milik PT. Amerta Indah Otsuka, agar warga tidak merasa dirugikan. Sehubungan dengan hal ini, akan ditanyakan apakah warga bersedia menerima kompensasi, berapa nilai kompensasi yang bersedia diterima warga, dan solusi apa yang diinginkan warga untuk memperoleh kembali hak air bersihnya.”

Penentuan Besarnya Penawaran Nilai WTP dan WTA

(35)

Amerta Indah Otsuka dan WTP terendah hingga nilai tertinggi yang bersedia diberikan oleh masyarakat terhadap air.

Estimasi Nilai Rata-Rata WTP

WTP dapat diduga dengan melakukan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan rataan WTP dibagi dengan rumus :

Dimana :

EWTP = Dugaan rataan WTP Wi = Nilai WTP ke-i n = Jumlah responden

i = Responden yang bersedia membayar Estimasi Kurva WTP

Pendugaan kurva WTP akan dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:

WTP = β0+β1TGGN+β2PDDK+β3PNDPT+β4 LMTGGL+β5

JRKRMH+ β6 KNSMAIR+є

Dimana:

WTP = Nilai tengah WTP responden TGGN = Jumlah tanggungan (orang) PDDK = Tingkat pendidikan (tahun) PNDPT = Pendapatan (rupiah/bulan) LMTGGL = Lama tinggal (tahun) JRKRMH = Jarak rumah (m)

KNSMAIR = Konsumsi air (liter/bulan)

Є = Galat

Penjumlahan Data WTP

Penjumlahan data adalah proses dimana penawaran rata-rata dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Nilai total WTP dari masyarakat diduga dengan menggunakan rumus:

Dimana :

TWTP = total WTP

WTPi = WTP individu sampel ke-i P = jumlah populasi

(36)

Estimasi Nilai Rata-Rata WTA

EWTA dapat diduga dengan melakukan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTA dibagi dengan jumlah responden. Perhitungan dari dugaannilai rataan WTA (EWTA) responden ditentukan dengan rumus:

Dimana :

EWTA = Dugaan rataan WTA Wi = Nilai WTA ke-i n = Jumlah responden

i = Responden yang bersedia menerima Estimasi Kurva WTA

Pendugaan kurva WTA akan dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut :

WTA = β0+β1TGGN+β2PDDK+ β3PNDP+β4LM TGGL+ β5

JRK RMH + β6TGGU + є

Dimana:

WTA = Nilai tengah WTA responden TGGN = Jumlah tanggungan (orang) PDDK = Tingkat pendidikan (tahun) PNDP = Pendapatan (rupiah/bulan) LM TGGL = Lama tinggal (tahun)

JRK RMH = Jarak rumah dengan PT. Amerta Indah Otsuka (m) TGGU = Tingkat gangguan (bernilai 1 untuk “terganggu”

dan “0”untuk “tidak terganggu”)

Є = Galat

Penjumlahan Data WTA

Penjumlahan data adalah proses dimana penawaran rata-rata (nilai tengah penawaran) dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Nilai total WTA dari masyarakat diduga dengan menggunakan rumus:

Dimana :

TWTA = total WTA

WTAi = WTA individu sampel ke-i P = jumlah populasi

(37)

Rekomendasi Alternatif Air Bersih dengan Metode AHP dan Analisis Maqashid Syariah

Alternatif solusi atas air bersih warga diberikan sebanyak 3 pilihan : 1. Membeli kembali air bersih dari PT. Amerta Indah Otsuka 2. Beralih ke aliran PDAM 3. Membeli filtrasi air. Ketiga opsi solusi ditanyakan kepada warga melalui wawancara dengan timbal balik warga memilih opsi solusi secara urutan hierarki. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi pilihan adalah faktor biaya, kualitas, kuantitas, dan kepraktisan.

Analisis maqashid syariah mengenai lima pilar maqashid syariah

sebagaimana yang dipelajari peneliti selama perkuliahan di Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah. Analisis diuraikan berdasarkan dua macam kondisi, yaitu kondisi pertama bila maqashid syariah tidak ditegakan maka apa yang akan berdampak pada kehidupan masyarakat Desa Kutajaya, dan kondisi kedua, yaitu bila maqashid syariah ditegakan maka apa yang akan berdampak pada masyarakat Desa Kutajaya.

KERANGKA PEMIKIRAN

Allah SWT melalui Al-Quran mengatur bagaimana harta diberikan kepada manusia secara merata dan terbagi-bagi kepemilikanya dari yang milik pribadi hingga milik bersama. Air sebagai komoditas yang memiliki nilai manfaat dan ekonomis telah diatur oleh Allah SWT agar akses pemanfaatanya tidak terhalangi atau diberatkan karena manusia memiliki hak atasnya.

Air sebagai kebutuhan dasar masyarakat Desa Kutajaya tidak lagi sepenuhnya terpenuhi setelah adanya PT. Amerta Indah Otsuka. Umumnya warga Desa Kutajaya dalam memenuhi kebutuhan konsumsi air menggunakan sumur air namun adanya penurunan kualitas dan kuantitas sumur air warga RT 07 RW 04 yang tinggal bersebelahan langsung dengan PT. Amerta Indah Otsuka, perusahaan air minum asal Jepang yang memanfaatkan sumber mata air yang berasal dari Desa Kutajaya sebagai bahan baku produksinya. Pemanfaatan air oleh PT. Amerta Indah Otsuka dimaksudkan untuk keperluan komersialisasi.

(38)

sumber air bersih dari PT. Amerta Indah Otsuka (BELI), beralih langganan ke PDAM (PDAM), atau menggunakan teknologi filtrasi air (FILTER). Analisis

Maqashid Sharia dilakukan dengan dua kondisi; kondisi yang terjadi bila pilar maqashid tidak ditegakkan dan yang terjadi pilar maqashid ditegakkan.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Degradasi kualitas dan kuantitas air bersih

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum

PT. Amerta Indah Otsuka

Pocari Sweat merupakan minuman ringan berasal dari Jepang, di produksi oleh Otsuka Pharmaceutical Co, Ltd. Tahun 1989 Pocari Sweat kemasan kaleng diluncurkan, tahun 1990 penetapan kontrak pengemasan (peralatan pabrik), kemudian bulan Februari tahun 1997 PT. Amerta Indah Otsuka berdiri di Sukabumi, Jawa Barat. PT. Amerta Indah Otsuka atau yang lebih dikenal dengan PT. Pocari Sweat beralamat di Jl. Raya Siliwangi KM 28 desa Kutajaya, Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi 43359. Produk unggulan dari PT. Amerta Indah Otsuka adalah Pocari Sweat dan Soyjoy, produk makanan ringan batang kedelai dan buah. Proses produksi PT. Amerta Indah Otsuka lebih banyak menggunakan tenaga mesin daripada SDM. PT. Amerta Indah Otsuka menghasilkan produk pocari sweat dengan kemasan botol plastik 350 ml, dan 500 ml, dan makanan (snack) Sojyoy.

Pocari kemasan 15gr diluncurkan pada bulan Februari tahun 2001, pada awal 2004 mulai memproduksi di Sukabumi. Lalu pada bulan Juni 2006, Pocari Sweat kemasan 500 ml diluncurkan. PT. Amerta Indah Otsuka juga meluncurkan Soyjoy pada September 2007, kemudian bulan Oktober kembali meluncurkan Pocari Sweat kemasan 350 ml. Februari 2008 kantor Sukabumi & line produksi Pocari Sweat kemasan PET resmi dibuka. Bulan April tahun 2009 PT. Amerta Indah Osuka kembali meluncurkan kemasan PET 2 liter, masih dibulan April 2010 Soyjoy rasa stroberi diluncurkan.

Karakteristik Responden

Gambar

Tabel 1 Tipe Kepemilikan beserta Hak-haknya
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Gambar 2 Kebersihan Sebelum Ada PT. Amerta Indah Otsuka
Gambar 4 Kenyamanan Sebelum Adanya PT. Amerta Indah Otsuka
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 1 menunjukkan data total penjualan susu dewasa yang beredar di Indonesia sejak tahun 2006 sampai dengan 2008 yang dikategorikan oleh AC Nielsen menjadi dua yaitu susu

Disertasi berjudul : Potensi isolat bakteri tanah kapuranan dalam meningkatkan toleransi kacang hijau terhadap cekaman kekeringan ini disusun dan diajukan untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas pembelajaran guru Ekonomi dilihat dari aspek perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan

Sebuah segitiga memiliki sebuah lingkaran-luar dan lingkaran-dalam. Sebuah segitiga pada bidang jika dianalogikan dalam ruang maka adalah bidang-empat, sedangkan bola di

Rodman Membantu Kim Jong Un untuk membuat Peraturan Basket yang baru yang telah di implementasikan ke dalam basket Korea Utara. Olahraga Basket sebagai Sarana untuk

untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional Dalam Rangka Mendukung

Persediaan barang baik dalam usaha dagang maupun dalam perusahaan manufaktur merupakan jumlah yang akan mempengaruhi neraca maupun rugi laba, oleh karena itu

Karena bagian tersempit dari liang telinga terletak di tengah, pemakaian lidi kapas dapat mendorong serumen ke ismus yang sempit dan menempel pada membran timpani, sehingga