• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Potensi Lanskap Sejarah Suku Kerinci di Provinsi Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Potensi Lanskap Sejarah Suku Kerinci di Provinsi Jambi"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI POTENSI LANSKAP SEJARAH SUKU KERINCI

DI PROVINSI JAMBI

YONI ELVIANDRI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Potensi Lanskap Sejarah Suku Kerinci di Provinsi Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

©

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(5)

ABSTRAK

YONI ELVIANDRI. Studi Potensi Lanskap Sejarah Suku Kerinci di Provinsi Jambi. Dibimbing oleh NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN.

Suku Kerinci merupakan salah satu suku tertua yang memiliki banyak peninggalan sejarah di Provinsi Jambi. Akan tetapi, peninggalan sejarah tersebut banyak yang tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi cakupan dan karakteristik lanskap sejarah, menganalisis potensi lanskap sejarah serta faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan lanskap sejarah dan menyusun rekomendasi pengelolaan lanskap sejarah. Penelitian ini menggunakan metode survei, penelusuran informasi sejarah, wawancara, kuesioner serta analisis deskriptif dan spasial. Berdasarkan hasil identifikasi dari 30 elemen peninggalan sejarah Suku Kerinci yang tersebar di Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci, mencerminkan karakteristik elemen/lanskap Suku Kerinci pada periode prasejarah dan periode Islam. Hasil analisis nilai signifikansi lanskap sejarah, terdapat tujuh elemen peninggalan bernilai tinggi, enam belas bernilai sedang, dan tujuh elemen bernilai rendah. Hasil analisis di atas digunakan dalam analisis SWOT untuk menentukan strategi pengelolaan lanskap. Rekomendasi yang diusulkan yaitu perbaikan sistem pengelolaan, penyusunan kebijakan pelestarian dan pemberdayaan masyarakat, serta peningkatan kerjasama pemangku kepentingan.

Kata Kunci : Evaluasi Lanskap, Lanskap Sejarah, Kerinci

ABSTRACT

YONI ELVIANDRI. Study on Historical Landscape Potency of Kerinci Clan in Jambi Province. Supervised by NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN.

Kerinci Clan is one of the oldest clan that has many historical relics in Jambi Province. However, not all such relics are managed properly. Therefore, this study was conducted to identify the scope and the characteristic of historical landscape, analyze the potencial historical landscape and factors that influence the sustainability of historical landscape and propose the landscape management recommendations of historical landscape. This study used survey method, historic information searching, interview, questionnaire, and descriptive and spatial analysis. As a result, there were thirty relics of Kerinci clan that were spread in Sungai Penuh City and Kerinci Distric reflect the characteristics of the element/landscape Kerinci Clan in the ancient period and the Islamic period. Significance value analysis resulted seven relics with high value, sixteen relics with medium value, and seven relics with low value. The above analysis results were used in SWOT analysis to define landscape management strategies. The proposed recommendations are to improved conservation management, to provide conservation policy and community empowerment, and to increase stakeholders collaboration.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

STUDI POTENSI LANSKAP SEJARAH SUKU KERINCI

DI PROVINSI JAMBI

YONI ELVIANDRI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Studi Potensi Lanskap Sejarah Suku Kerinci di Provinsi Jambi Nama : Yoni Elviandri

NIM : A44100048

Disetujui oleh

Dr Ir Nurhayati HS Arifin, MSc. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Potensi Lanskap Sejarah Suku Kerinci di Provinsi Jambi”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pertanian dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang terlibat dan berkontribusi dalam proses penelitian serta penyelesaian penulisan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Dr.Ir. Nurhayati H.S. Arifin, MSc. selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, masukan, dan arahannya selama penyusunan skripsi ini. 2. Dr.Ir. Nizar Nasrullah, MAgr selaku dosen pembimbing akademik atas

bimbingan, masukan, dan arahannya selama penulis menjalani kuliah. 3. Ir. Qodarian Pramukanto, MSi. Dan Dr. Kaswanto, SP,MSi selaku dosen

penguji atas masukan, kritik, dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. 4. Bapak Iskandar Zakaria, H Alimin DPT, Budhi Prihasvati Jauhari selaku

budayawan Kerinci, Yefrizon, SPd selaku Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sungai Penuh atas informasi, arahan, dan bimbingan yang diberikan selama penelitian berlangsung.

5. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi, BAPPEDA Kota Sungai Penuh, Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Sungai Penuh serta dinas-dinas terkait atas petunjuk dan arahannya bagi penulis dalam melengkapi data yang dibutuhkan.

6. Sanjiva Refi Hasibuan, SP, J.E Lendra, SPSi dan Yogi Dwi Pratama Amd atas waktu dan bantuannya selama survei dan mengumpulkan data penelitian di Kerinci.

7. Kedua orang tua, serta keluarga besar yang sangat dicintai atas do‟a, dukungan, kepercayaan, bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis sampai saat ini.

8. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Kerinci Bogor (IMKB) atas waktu dan bantuannya selama penelitian berlangsung serta untuk persahabatan dan kekeluargaan yang begitu hangat selama di Bogor. Mari bersama-sama membangun kampung halaman tercinta.

9. Sahabat seperjuangan Arsitektur Lanskap IPB angkatan 47, Bidikmisi Fakultas Pertanian, Saung Peradaban, KAMMI IPB Izzudin Al-Qassam, Paguyuban Bidikmisi IPB, Koala HIMASKAP dan seluruh sahabat IPB yang telah memberikan do‟a, dukungan dan motivasi, saran dan nasehatnya.

Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk pihak-pihak yang memerlukan dan berguna sebagai referensi bagi penelitian lain yang dilaksanakan pada masa yang akan datang.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pikir Penelitian 2

METODE PENELITIAN 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

Tahapan dan Metode Penelitian 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Sejarah Perkembangan Suku Kerinci 10

Sejarah Kawasan Alam Kerinci 13

Kondisi Umum Kawasan 14

Analisis Karakteristik Lanskap Sejarah 19

Penilaian Lanskap Sejarah Suku Kerinci dengan Analisis Nilai Signifikansi

Lanskap Sejarah 42

Analisis Persepsi Masyarakat Sekitar Kawasan dan Pengunjung 52 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan Tatanan Lanskap

Sejarah 62

Sintesis untuk Rekomendasi Pelestarian dan Pengelolaan 71

SIMPULAN DAN SARAN 75

Simpulan 75

Saran 75

DAFTAR PUSTAKA 76

LAMPIRAN 77

(12)

DAFTAR TABEL

1 Jenis, Bentuk dan Sumber Data 4

2 Kriteria penilaian kondisi fisik dan lingkungan 6

3 Kriteria penilaian keaslian 6

4 Kriteria penilaian keunikan 7

5 Matriks SWOT 9

6 Pendekatan dalam pelestarian lanskap sejarah 10

7 Identifikasi situs peninggalan sejarah dan status pengelolaan 39 8 Penilaian keaslian elemen lanskap sejarah Suku Kerinci 42 9 Penilaian keunikan elemen lanskap sejarah Suku Kerinci 45 10 Penilaian kondisi fisik dan lingkungan elemen lanskap sejarah Suku

Kerinci 48

11 Nilai signifikansi lanskap sejarah Suku Kerinci 50 12 Tingkat kepentingan faktor internal lanskap sejarah Suku Kerinci 66 13 Tingkat kepentingan faktor eksternal lanskap sejarah Suku Kerinci 66 14 Penilaian faktor internal lanskap sejarah Suku Kerinci 67 15 Penilaian faktor eksternal lanskap sejarah Suku Kerinci 67

16 Internal Factor Evaluation (IFE) 68

17 External Factor Evaluation (EFE) 68

18 Hasil matriks SWOT 70

19 Penentuan peringkat alternatif strategi 71

20 Tindakan pelestarian terhadap elemen peninggalan lanskap sejarah

Suku Kerinci 73

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian 2

2 Lokasi penelitian 3

3 Tahapan penelitian 4

4 Formulir matriks IE 9

5 Talang 11

6 Koto 11

7 Peta persebaran Suku Kerinci 12

8 Wilayah Kerinci Tinggi dan Kerinci Rendah 13

9 Batas wilayah Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci 15

10 Peta hidrologi Kota Sungai Penuh 16

11 Aktivitas masyarakat di Sumur Pulai 16

12 Akses menuju Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci 17

13 Peta topografi Kota Sungai Penuh 18

14 Peta persebaran situs megalitik di Alam Kerinci 19 15 Situasi fisik dan akses menuju Batu Gong Nenek Betung Kumun Mudik 20

16 Kondisi fisik Batu Kursi 21

17 Situasi kondisi situs Batu Berelief setelah dipindahkan dan sebelum

dipindahkan 22

(13)

20 Kondisi fisik dan akses menuju Situs Talang Pulai 24

21 Kondisi fisik Situs Pulau Sangkar 25

22 Kondisi fisik Situs Tanjung Batu 25

23 Menhir Dusun Kcek Malako Tinggai Desa Bernik 27

24 Kondisi fisik dan akses menuju Makam Nenek Siak Lengih 28

25 Situasi dan kondisi Tanah Sabingkeh 29

26 Kondisi fisik dan halaman masjid Agung Pondok Tinggi 31 27 Motif dan ukiran yang terdapat di pintu, jendela dan dinding masjid 31

28 Situasi Masjid Raya Rawang 32

29 Masjid Keramat Pulau Tengah 32

30 Motif ukiran pada dinding Masjid Kuno Lempur Mudik 34 31 Kondisi fisik masjid dan tempat wudhu masjid Kuno Tanjung Pauh

Hilir 34

32 Kondisi fisik Masjid Kuno Lempur Tengah dan lingkungan sekitar 35

33 Kawasan Rumah Larik Limo Lurah 35

34 Peta persebaran peninggalan sejarah Suku Kerinci 37 35 Peta persebaran keaslian elemen lanskap sejarah Suku Kerinci 44 36 Peta persebaran keunikan elemen lanskap sejarah Suku Kerinci 47 37 Peta persebaran kondisi fisik dan lingkungan elemen lanskap sejarah 49 38 Peta nilai signifikansi lanskap sejarah Suku Kerinci 51

39 Proses acara Kenduri Sko 53

40 Diagram persepsi pengunjung terhadap elemen lanskap sejarah Suku

Kerinci 54

41 Diagram persepsi masyarakat tentang objek yang dikenali 55 42 Diagram persepsi masyarakat sekitar terhadap pengetahuan sejarah dan

tanggung jawab pelestarian elemen peninggalan Suku Kerinci 57 43 Diagram persepsi pengunjung tentang pengetahuan sejarah dan

tanggung jawab pelestarian elemen peninggalan Suku Kerinci 58

44 Kondisi fisik Situs Tanjung Batu 59

45 Papan informasi 59

46 Signage 60

47 Masyarakat sekitar yang sedang memancing di area situs Pulau Sangkar

yang terletak bersebelahan dengan sungai 61

48 Kondisi akses menuju beberapa elemen di Kabupaten Kerinci 61 49 Matriks Internal-Eksternal (IE) lanskap sejarah Suku Kerinci 69

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisioner persepsi masyarakat sekitar terhadap peninggalan sejarah

Suku Kerinci di Provinsi Jambi 76

2 Kuisioner persepsi pengunjung terhadap peninggalan sejarah Suku

Kerinci di Provinsi Jambi 78

3 Daftar pertanyaan kepada ahli sejarah 80

4 Daftar pertanyaan kepada pihak pengelola 80

5 Contoh perhitungan menentukan interval kelas dalam analisis nilai

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Suku Kerinci merupakan salah satu suku tertua di Indonesia yang berada di Provinsi Jambi. Suku Kerinci sebagian besar menghuni wilayah yang saat ini dikenal sebagai Alam Kerinci yaitu Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci. Alam Kerinci pertama kali dihuni oleh kelompok manusia yang disebut dengan nama “Kecik Wok Gedang Wok” yang diduga adalah kelompok manusia pertama yang menghuni Pulau Sumatera. Dr Brennet Bronson dalam Idris dan Djakfar (2001) berpendapat bahwa suku bangsa Kerinci lebih tua daripada suku bangsa Inca (Indian) di Amerika dengan salah satu bukti tentang manusia Kecik Wok Gedang Wok yang disebut belum mempunyai nama panggilan secara individu, sedangkan bangsa Indian di Amerika diketahui sudah memiliki nama seperti Big Buffalo (Kerbau Besar), Little Fire (Api Kecil) dan lainnya (Jauhari dan Putra 2012).

Salah satu bukti sejarah keberadaan Suku Kerinci adalah dengan ditemukannya banyak sekali peninggalan sejarah yang saat ini tersebar di dua wilayah administratif Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci. Akan tetapi, tidak semua peninggalan sejarah tersebut dikelola dengan baik, karena banyak peninggalan yang tidak dikenal serta akses untuk mencapai lokasi yang sulit dijangkau. Semakin hilangnya pengetahuan sejarah masyarakat dikhawatirkan akan terjadinya penurunan nilai penting sejarah, sehingga karakter atau identitas daerah pada masa lalu menjadi sulit teridentifikasi dengan jelas. Padahal, karakter dan ciri khas inilah yang menjadi identitas tiap daerah sehingga lanskap sejarah harus dikonservasi (Goodchild 1990).

Saat ini, Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam segi pembangunan infrastrukturnya. Pembangunan lebih mengarah kepada aspek ekonomi yang selaras dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi sehingga menyebabkan aspek sejarah dan budaya menjadi kurang diperhatikan dengan baik. Padahal menurut Suryalaga (2002) sejarah adalah representasi dari peradaban suatu bangsa.

Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu kepedulian dalam bentuk upaya untuk melestarikan lanskap sejarah yang terdapat di daerah ini. Pelestarian lanskap sejarah merupakan salah satu upaya pengenalan dan penghargaan terhadap sejarah Suku Kerinci. Tindakan pelestarian ini dapat menjadi suatu langkah awal agar lanskap sejarah yang terdapat di Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci dapat terjaga keasliannya sebagai salah satu bukti sejarah keberadaan Suku Kerinci serta dapat memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat Kerinci kedepannya.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. mengidentifikasi karakteristik lanskap sejarah Suku Kerinci

2. menganalisis potensi lanskap sejarah serta faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan lanskap sejarah Suku Kerinci

(16)

2

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. memberikan informasi kepada masyarakat mengenai karakter dan kondisi lanskap sejarah Suku Kerinci.

2. memberikan gambaran tentang lanskap sejarah Suku Kerinci dan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah, BP3 Jambi dan pihak-pihak terkait untuk tindakan pelestarian lanskap sejarah yang lebih baik.

Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik serta mengevaluasi lanskap sejarah Suku Kerinci dengan cara menganalisis nilai signifikansi lanskap sejarah, analisis persepsi masyarakat dan pengunjung serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan lanskap sejarah. Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis tersebut akan didapatkan solusi berupa rekomendasi pengelolaan lanskap sejarah Suku Kerinci. Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

 Peninggalan sejarah yang tersebar di Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci

 Beberapa peninggalan sejarah tidak dikelola dengan baik

 Pengelolaan dan kebijakan Pemerintah Daerah terkait peninggalan sejarah 

Lanskap Sejarah Suku Kerinci

Analisis karakteristik lanskap sejarah Suku Kerinci

 Penilaian lanskap sejarah dengan analisis nilai signifikansi lanskap sejarah

 Analisis persepsi masyarakat sekitar dan pengunjung

 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan tatanan lanskap sejarah

(17)

3

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di wilayah administratif Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi (Gambar 2). Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Juli 2014.

Gambar 2 Lokasi Penelitian

Sumber : -BPS Kabupaten Kerinci, Kerinci Dalam Angka 2013 (Peta Kabupaten Kerinci) -forumtataruang.blogspot.com (Peta Provinsi Jambi)

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi oleh wilayah administratif Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci, karena di wilayah tersebut terdapat peninggalan sejarah terbanyak dari Suku Kerinci.

Tahapan dan Metode Penelitian

(18)

4 pengelolaan. Pengumpulan data dilakukan dengan empat cara yaitu: survei lapang yang bertujuan untuk mengetahui kondisi fisik dan lingkungan elemen lanskap secara langsung, wawancara dengan ahli sejarah, penyebaran kuisioner terkait persepsi masyarakat dan persepsi pengunjung (Lampiran 1 dan 2), serta studi pustaka. Data elemen lanskap sejarah diperoleh berdasarkan data Benda Cagar Budaya yang sudah terdaftar di BP3 Jambi serta hasil wawancara dengan ahli sejarah dan masyarakat sekitar yang dianggap bernilai sejarah penting bagi Suku Kerinci. Jenis dan bentuk sumber data yang dikumpulkan pada tahap inventarisasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis, Bentuk, dan Sumber Data

Jenis Data Bentuk Data Sumber Data

1. Kondisi Umum

a) Peta kawasan, batas wilayah

b) Sumber air, suhu udara rata-rata, curah hujan

c) Jumlah penduduk, kepadatan penduduk d) Peta aksesibilitas menuju

Kerinci dan elemen lanskap e) Jenis tanah dan topografi

BPS Kabupaten Kerinci (Kerinci dalam angka 2013) BPS Kabupaten Kerinci,

Evaluasi Lanskap Sejarah Suku Kerinci 1. Analisis karakteristik lanskap sejarah Suku Kerinci

2. Penilaian lanskap sejarah dengan analisis nilai signifikansi lanskap sejarah 3. Analisis persepsi masyarakat sekitar kawasan dan pengunjung

4. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan tatanan lanskap sejarah

Rekomendasi Pengelolaan Lanskap Sejarah Suku Kerinci

Inventarisasi

Analisis

(19)

5 Tabel 1 Jenis, Bentuk, dan Sumber Data (Lanjutan)

Jenis Data Bentuk Data Sumber Data

2. Aspek Kesejarahan

a) Jenis aktivitas budaya yang masih ada

Studi pustaka, BP3 Jambi

Wawancara dengan

Pada tahap ini dilakukan analisis kondisi tapak serta karakter lanskap yang terbentuk pada elemen peninggalan-peninggalan sejarah Suku Kerinci. Penilaian dilakukan secara deskriptif, spasial dan juga menggunakan metode analisis SWOT. Tahap analisis dibagi menjadi 4 segmen yaitu :

1. Analisis karakteristik lanskap sejarah Suku Kerinci

Pada tahap ini, dilakukan analisis karakteristik lanskap sejarah Suku Kerinci berdasarkan informasi elemen yang didapatkan dari hasil inventarisasi dan kemudian di analisis sesuai periode sejarah kawasan.

2. Penilaian lanskap sejarah Suku Kerinci dengan analisis nilai signifikansi lanskap sejarah

Pada tahap analisis ini dilakukan penilaian keaslian dan keunikan menurut Harris dan Dines (1988) serta penilaian kondisi fisik dan lingkungan yang telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Kriteria penilaian dapat dilihat pada Tabel 2, 3 dan 4. Penilaian terhadap aspek tersebut dihitung dengan menggunakan metode skoring yang dikemukakan oleh Selamet (Selamet 1983 dalam Allindani 2007) dengan rumus interval kelas:

Interval Kelas (IK) =

Tinggi = SMi + 2IK + 1 sampai Sma

Sedang = SMi + IK + 1 sampai (SMi + 2 IK) Rendah = SMi sampai SMi + IK

(20)

6

Selanjutnya skor penilaian dijumlahkan dan hasil penilaian ketiga aspek tersebut menghasilkan sifat dari elemen-elemen lanskap sejarah yang menampilkan skor-skor dengan skala (Goodchild 1990) :

1. Skor 1 = tingkat keaslian/ keunikan rendah, lanskap sejarah mengalami

Tabel 2 Kriteria penilaian kondisi fisik dan lingkungan No

Tabel 3 Kriteria penilaian keaslian No lahan atau berubah < 25 %

Sumber : diadaptasi dari Harris dan Dines (1988)

(21)

7 pada zaman dahulu. Dari hasil itu, kemudian elemen lanskap dapat dikelompokan berdasarkan skor baik rendah, sedang maupun tinggi. Hasil dari ketiga penilaian tersebut akan menghasilkan nilai signifikansi lanskap sejarah setiap elemen lanskap.

Tabel 4 Kriteria penilaian keunikan No

Integritas Karakter, struktur dan fungsi elemen tidak

Kelangkaan Karakter dan struktur elemen bersifat umum

Sumber : diadaptasi dari Harris dan Dines (1988)

3. Analisis persepsi masyarakat sekitar kawasan dan pengunjung

Pada tahapan analisis ini, akan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh nilai sejarah dan budaya terhadap masyarakat sekitar dan sebaliknya, yaitu pengaruh perkembangan daerah sekitar terhadap keberlanjutan peninggalan-peninggalan sejarah tersebut. Analisis ini juga untuk mengetahui persepsi masyarakat dan pengunjung terhadap pengelolaan lanskap sejarah serta sejarah Suku Kerinci dan peninggalannya.

4. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan tatanan lanskap sejarah.

Pada tahapan analisis ini, menggunakan metode analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Analisis SWOT ini biasanya digunakan untuk analisis manajemen perusahaan. Akan tetapi, dalam perkembangannya juga bisa dilakukan untuk menentukan alternatif strategi untuk mengetahui keberlanjutan lanskap sejarah. Analisis ini didasarkan pada hasil analisis-analisis sebelumnya. Unit SWOT dilihat dari keseluruhan lanskap sejarah Suku Kerinci. Menurut David (2005) langkah kerja dalam melakukan analisis SWOT, yaitu:

a. Identifikasi faktor internal dan faktor eksternal

(22)

8

b. Penilaian faktor internal dan eksternal

Pada tahap ini dilakukan penentuan tingkat kepentingan dan penentuan bobot dengan menggunakan skala 1-4, yaitu:

1. Nilai 1 Jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator vertikal,

2. Nilai 2 jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal,

3. Nilai 3 jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertikal,

4. Nilai 4 jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertikal.

Langkah selanjutnya adalah menentukan bobot akhir masing-masing variabel yang dapat ditentukan dengan menggunakan rumus (Kinnear dan Taylor 1991):

Dengan: αi =bobot variabel ke-1 xi =nilai variabel ke-1,

i = 1, 2 , 3,...n n = jumlah variabel.

c. Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE)

Menurut Rangkuti (1997), nilai peringkat pada faktor positif (kekuatan dan peluang) berbanding terbalik dengan faktor negatif (kelemahan dan ancaman). Pada faktor positif, nilai 4 berarti faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan yang sangat penting, sedangkan faktor negatif dilakukan dengan cara sebaliknya. Nilai 1 berarti memiliki tingkat kepentingan sangat penting. Kemudian peringkat dan bobot dari masing-masing faktor harus dikalikan untuk memperoleh skor pembobotan. Hasil skor yang diperoleh dapat mengetahui posisi tapak studi terletak pada suatu kuadran yang menyatakan kekuatan dan kelemahannya melalui matriks internal-eksternal (IE). Matriks IE (Gambar 4) memiliki sembilan kuadran dan dapat dibagi menjadi tiga bagian yang telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian sebagai berikut:

1) Grow and build strategy (Kuadran I,II, dan IV)

Pada bagian ini, diperlukan strategi seperti pengembangan penelitian, sosialisasi/edukasi, pengembangan pengelolaan maupun pengembangan lanskap.

2) Hold and maintain strategy (Kuadran III, V dan VII)

Pada strategi ini berfokus pada pemeliharaan dan pengembangan pengelolaan lanskap yang sudah ada.

3) Harvest and divest strategy (Kuadran VI, VIII dan IX)

(23)

9

Gambar 4 Formulir matriks IE d. Matriks SWOT

Faktor internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya dapat dimasukkan ke dalam matriks SWOT (Tabel 5). Matriks ini menggambarkan hubungan antara kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan ancaman yang nantinya akan dihasillkan alternatif strategi manajemen lanskap.

Tabel 5 Matriks SWOT

Eksternal Internal

Opportunity(Peluang) Threats(Ancaman)

Strength (Kekuatan) Menggunakan kekuatan untuk

mengambil kesempatan yang ada (SO)

Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi(ST)

Weakness (Kelemahan)

Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan (WO)

Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada (WT)

Sumber : David (2005)

e. Pembuatan tabel peringkat alternatif strategi

Tahap terakhir dari metode analisis SWOT ini adalah penentuan prioritas yang dilakukan kepada beberapa alternatif strategi yang diperoleh dari matriks SWOT. Tahap ini dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari faktor-faktor penyusunnya. Strategi yang memiliki skor tertinggi maka strategi itulah yang akan dijadikan sebagai prioritas utama.

(24)

10

Tabel 6 Pendekatan dalam pelestarian lanskap sejarah (Harvey dan Buggey 1988)

No Pendekatan Definisi

1 Preservasi Mempertahankan tapak seperti apa adanya dan tidak diperkenankan adanya tindakan perbaikan dan perusakan pada obyek.

2 Konservasi Tindakan pelestarian untuk mencegah kerusakan lebih jauh dengan campur tangan secara aktif

3 Rehabilitasi Memperbaiki lanskap ke arah standar-standar modern tetapi tetap mempertahankan karakter sejarah

4 Restorasi Mengembalikan kondisi tapak seperti semula apa yang ada di tapak 5 Rekonstruksi Menciptakan kembali apa yang dahulunya ada di tapak tetapi

sekarang sudah tidak ada lagi

6 Rekonstitusi Mengembalikan lanskap pada suatu periode, skala, penggunaan yang sesuai

Sintesis

Pada tahap ini merupakan penarikan kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan untuk mendapatkan solusi yang tepat diterapkan pada tapak. Tahap ini juga menyusun formulasi dari strategi yang telah digunakan dalam analisis SWOT sehingga evaluasi dari lanskap tersebut akan diketahui. Formulasi tersebut berupa usulan -usulan pelestarian dalam menangani dan mengembangkan potensi lanskap sejarah Suku Kerinci. Usulan-usulan tersebut dapat dijadikan rekomendasi dalam pengelolaan lanskap sejarah di Suku Kerinci di Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Perkembangan Suku Kerinci

Kelompok manusia pertama yang mendiami daerah Kerinci sudah ada sejak zaman prasejarah yang dikenal dengan nama Kecik Wong Gedang Wok, dengan bukti ditemukannya benda-benda purbakala seperti kapak batu, batu kaca serta batu-batu megalit yang tersebar di berbagai daerah. Peninggalan purbakala ini mewakili setiap periode zaman, yaitu zaman paleolithikum, mesolithikum, neolithikum dan zaman logam. Manusia Kecik Wok Gedang Wok pada zaman paleolithikum diperkirakan sudah ada sejak 750.000 SM sampai 10.000 SM. Pada zaman neolithikum datanglah suku bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) dari Semenanjung Malaka pada tahun 4000 SM sampai 2000 SM yang menyebabkan terjadinya interaksi diantara kedua suku sehingga lahirlah nenek moyang orang Kerinci yang dikenal sebagai Suku Kerinci (Afanti 2007 dalam Hasibuan 2010).

(25)

11

Gambar 5 Talang

Sumber Gambar: Djakfar dan Idris 2001

Perkembangan jumlah anggota keluarga yang semakin banyak akhirnya mendorong terbentuknya Koto, yaitu kelompok permukiman yang terdiri dari 11 hingga 25 rumah (Gambar 6). Koto merupakan cikal bakal terbentuknya suatu kampung atau dusun karena semakin bertambahnya tumbi dan rumah-rumah baru. Dusun-dusun ini dikenal dengan nama dusun purba yang kemudian mengalami pemekaran menjadi dusun-dusun atau kampung yang saat ini dijumpai di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Nama-nama dusun didaerah ini pun banyak yang menggunakan kata Koto dan Talang sebagai nama awal dusun seperti, Desa Talang Kemuning, Desa Talang Lindung, Desa Koto Pandan, Desa Koto Tinggi dan sebagainya.

Gambar 6 Koto

Sumber Gambar: Djakfar dan Idris 2001

(26)

12

Catatan tersebut menjelaskan tentang keadaan Suku Kerinci pada waktu itu yang telah memiliki sistem pemerintahan berdaulat yaitu pemerintahan Sugindo, pemerintahan Pamuncak, dan pemerintahan Depati Empat Delapan Helai Kain hingga masuknya agama Islam ke Kerinci. Sebelum masuknya agama Islam ke Kerinci, diperkirakan terlebih dahulu masyarakat Kerinci sudah memeluk agama Hindu dan Budha, namun tidak ada kepastian tahun kapan agama ini masuk ke Alam Kerinci. Selain itu, juga tidak ditemukan adanya bukti fisik dari peninggalan Hindu dan Budha saat ini. Sementara periode Islam diperkirakan ada setelah masuknya agama Islam ke Kerinci pada abad ke tujuh atau sembilan Masehi yang diperkirakan sama dengan masuknya Islam ke Indonesia.

Peninggalan Suku Kerinci pada zaman Islam berupa masjid-masjid Kuno dan makam nenek moyang yang rata-rata berarsitektur hampir sama yang saat ini bisa ditemukan tersebar di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Agama ini cepat tersebar karena tidak bertentangan dengan adat istiadat Suku Kerinci sehingga dikenal petitih adat yang masih berlaku hingga saat ini “Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah” yang berarti adat bisa saja berubah karena kesalahan manusia namun syarak tidak boleh berubah dan agamalah yang akan meluruskannya.

Saat ini di Kota Sungai Penuh, Suku Kerinci sudah berbaur dengan pendatang yang dominan berasal dari Minangkabau yang datang untuk berdagang dan akhirnya menetap dan menjadi “orang Kerinci” sehingga terjadinya percampuran budaya antar suku, kecuali di Kecamatan Hamparan Rawang, Kumun Debai, Koto Baru dan Kecamatan Tanah Kampung yang secara umum masih merupakan masyarakat asli Suku Kerinci. Sedangkan di Kabupaten Kerinci, secara umum masih merupakan masyarakat asli Suku Kerinci, kecuali di Kecamatan Kayu Aro yang didominasi oleh imigran dari Pulau Jawa1. Hal ini bisa terlihat dari bahasa yang digunakan sehari-hari yang bukan merupakan bahasa Kerinci. Peta persebaran Suku Kerinci saat ini bisa dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Peta Persebaran Suku Kerinci

1

(27)

13

Sejarah Kawasan Alam Kerinci

Tempat bermukim Suku Kerinci, dahulunya dapat dikelompokan menjadi dua kelompok berdasarkan pembagian wilayah, yaitu wilayah Kerinci Tinggi dan wilayah Kerinci Rendah. Pengelompokan ini sudah dikenal sejak adanya pemerintahan adat Koying dan pemerintahan Sigindo. Wilayah Kerinci Tinggi berada di bagian barat pegunungan Bukit Barisan sedangkan wilayah Kerinci Rendah merupakan daerah-daerah yang letaknya lebih rendah dan berada di bagian timur pegunungan Bukit Barisan. Wilayah Kerinci Tinggi ditandai dengan ciri-ciri berada didaerah dataran tinggi serta terdapat banyak gunung api dan aliran sungai yang mengalir ke teluk „Wen‟ (Pantai Sumatera Bagian Timur). Wilayah ini saat ini termasuk kedalam daerah administrasi Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci yang saat ini dikenal juga dengan sebutan Alam Kerinci. Sedangkan wilayah Kerinci Rendah saat ini termasuk kedalam daerah administrasi Kabupaten Merangin (Jauhari dan Putra 2012). Peta wilayah Kerinci Tinggi dan Kerinci Rendah dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Wilayah Kerinci Tinggi dan Kerinci Rendah

(28)

14

Pada tahun 1903 hingga 1906 di zaman pemerintahan Hindia Belanda, wilayah Kerinci Tinggi dan Kerinci Rendah dipisahkan menjadi dua bagian. Menurut Djakfar dan Idris (2001) wilayah Kerinci Tinggi dimasukkan ke dalam wilayah Keresidenan Sumatera Barat sedangkan Kerinci Rendah dimasukkan kedalam Keresidenan Jambi yang baru dibentuk pada tahun 1906. Afdeeling Kerinci dibentuk setelah Belanda mengeluarkan Kerinci Tinggi dari Keresidenan Sumatera Barat serta mengeluarkan daerah Muara Siau dan Jangkat yang digabungkan dengan onderafdeeling Bangko dalam Keresidenan Jambi. Pada tahun 1908 Afdeeling Kerinci dimasukkan kembali ke Keresidenan Jambi hingga akhirnya pada tahun 1922-1957 dimasukkan kembali ke Keresidenan Sumatera Barat dengan menggabungkannya menjadi Afdeeling Zuid Beneden Landen (Pesisir Selatan).

Hingga awal kemerdekaan RI daerah Kerinci masih tergabung ke dalam Provinsi Sumatera Barat dalam Kabupaten Pesisir Selatan dan Kerinci. Pada tahun 1958 barulah daerah Kerinci menjadi Kabupaten sendiri dengan bergabung dalam Provinsi Jambi. Setelah Kabupaten Kerinci diresmikan pada tanggal 10 Nopember 1958 maka Alam Kerinci yang diketahui masyarakat hingga saat ini hanya yang terdapat di daerah Kabupaten Kerinci saja. Padahal wilayah Kerinci dalam artian luas sebenarnya juga termasuk beberapa daerah di Kabupaten Bangko dan Merangin di Provinsi Jambi.

Dalam perkembangannya, pada tanggal 8 November 2008 Kabupaten Kerinci yang beribukota di Sungai Penuh dimekarkan menjadi dua daerah administrasi baru yaitu Kabupaten Kerinci dengan ibu kota Bukit Tengah dan Kota Sungai Penuh. Walaupun secara administrasi terpisah dan telah berdiri sendiri, akan tetapi secara akar sejarah, sosial dan budaya masyarakat Suku Kerinci yang mendiaminya masih merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Kondisi Umum Kawasan

Letak Geografis dan Batas Wilayah

Peninggalan sejarah Suku Kerinci secara umum terdapat di wilayah yang dahulunya termasuk ke wilayah Alam Kerinci Tinggi yang saat ini dikenal sebagai Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci. Keduanya terletak di dataran tinggi puncak pegunungan Andalas (Bukit Barisan) yang membentang sepanjang gugus barat Pulau Sumatera. Secara astronomis terletak diantara 1040‟ LS sampai dengan 2026‟ LS dan diantara 101008‟ BT sampai dengan 101050‟BT. Kabupaten Kerinci mempunyai luas ± 3.808,50 Km2 yang berbatasan dengan Kabupaten Solok Selatan (Provinsi Sumatera Barat) di bagian utara; Kabupaten Merangin di bagian selatan; Kabupaten Bungo di bagian timur; serta Kabupaten Bengkulu Utara (Provinsi Bengkulu), Kabupaten Pesisir Selatan (Provinsi Sumatera Barat) dan Kota Sungai Penuh di bagian barat. Sedangkan Kota Sungai Penuh memiliki luas keseluruhan 391,50 km2 yang berbatasan dengan Kabupaten Kerinci di bagian utara, selatan dan timur sedangkan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu dan Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat (Gambar 9).

(29)

15

Gambar 9 Batas Wilayah Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci

Hidrologi dan Iklim

Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci merupakan salah satu daerah yang banyak dialiri oleh sungai, salah satunya adalah Sungai Batang Bungkal. Sungai ini membelah Kota Sungai Penuh dari selatan ke utara yang dahulunya digunakan oleh masyarakat Suku Kerinci untuk kegiatan MCK. Selain itu, di Kecamatan Hamparang Rawang juga terdapat Sungai Batang Merao yang bermuara hingga ke Danau Kerinci (Gambar 10). Sungai-sungai ini biasanya juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk irigasi sawah. Selain sungai, masyarakat Kerinci juga memanfaatkan sumur-sumur untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Salah satunya adalah Sumur Pulai (Gambar 11) merupakan tempat pemandian umum bagi masyarakat yang terletak di Desa Gedang, Kota Sungai Penuh.

(30)

16

142,3 mm3/bulan dengan curah hujan terendah sebesar 23,7 mm3/bulan terjadi pada bulan Agustus dan curah hujan tertinggi sebesar 340,9 mm3/bulanterjadi pada bulan November. Kelembapan relatif udara pada tahun 2013 rata-rata sebesar 81,8 mmHg dengan kelembapan udara terendah sebesar 78 mmHg terjadi pada bulan Januari dan kelembapan udara tertinggi sebesar 84 mmHg terjadi pada bulan Desember.

Gambar 10 Peta Hidrologi Kota Sungai Penuh

Gambar 11 Aktivitas Masyarakat di Sumur Pulai

Penduduk

(31)

17 rata-rata bekerja sebagai pedagang dan menetap. Hal ini berbeda dengan Kabupaten Kerinci yang secara umum masih merupakan penduduk asli Kerinci.

Penduduk Kabupaten Kerinci pada tahun 2012 berjumlah 235.797 jiwa, sedangkan jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar 235.251 jiwa. Hal ini menunjukkan adanya kenaikan sebesar 546 jiwa dalam kurun waktu 1 tahun. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 117.585 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 118.212 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 99,47.

Aksesibilitas dan Sirkulasi

Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh dapat dicapai dengan tiga jalan melalui jalur darat dari ibukota kabupaten lain, yaitu dari Kabupaten Merangin (Provinsi Jambi) dengan jarak 164,18 Km ditempuh dengan waktu 5 jam, Kabupaten Solok Selatan (Provinsi Sumatera Barat) dengan jarak 260 Km dapat ditempuh dengan waktu 4 jam, dan dari Kabupaten Pesisir Selatan (Provinsi Sumatera Barat) dengan jarak 260 Km dapat ditempuh dengan waktu 4 jam (Gambar 12).

(32)

18

jangkau karena terletak di area ladang yang berada di atas perbukitan, khususnya yang termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Kerinci. Peninggalan sejarah yang terdapat di Kecamatan Bukit Kerman, Kabupaten Kerinci merupakan tempat peninggalan elemen lanskap sejarah yang cukup sulit dijangkau, seperti batu silindrik Lolo Gedang, batu gong Situs Pondok, batu meriam Talang Kemuning serta di kecamatan sekitarnya seperti batu silindrik Tanjung Batu dan batu Talang Pulai Situs Jujun di Kecamatan Keliling Danau.

Beberapa peninggalan lain di Kabupaten Kerinci seperti batu Patah Desa Muak, batu berelief dan lumpang Muak terletak di tepi jalan utama Kabupaten Kerinci sehingga mudah untuk dijangkau. Persebaran elemen sejarah di Kota Sungai Penuh juga hampir berdekatan satu sama lain sehingga cukup mudah untuk ditemukan seperti Tanah Mendapo, Masjid Raya Kota Sungai Penuh, makam nenek Pemangku Rajo, serta Lumpang Kota Sungai Penuh yang berada dalam satu kelurahan Sungai Penuh di kawasan rumah Larik Limo Luhah.

Tanah dan Topografi

Berdasarkan data BPS Kabupaten Kerinci tahun 2013, jenis tanah di daerah ini termasuk kedalam kelompok tanah Andosol dan Latosol. Selain itu juga terdapat beberapa bagian daerah yang berjenis Podsolik dan Alluvial yang terdapat di daerah sekitar aliran sungai. Ditinjau dari segi topografi daerah Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh memiliki topografi yang beragam, mulai dari daerah dataran rendah dan landai, bergelombang hingga berbukit/gunung (Gambar 13). Banyaknya area perbukitan, lembah dan sungai menjadikan wilayah ini kaya akan bahan galian dan pertambangan seperti batu bara di Kecamatan Tanah Kampung, emas di Kecamatan Pesisir Bukit, basalt di Kelurahan Sungai Penuh serta potensi lainnya.

(33)

19

Analisis Karakteristik Lanskap Sejarah

Berdasarkan hasil identifikasi, diperoleh hasil bahwa jenis elemen peninggalan sejarah Suku Kerinci berupa batu silindrik, menhir, dolmen, lumpang, masjid kuno, makam dan wilayah tanah adat yang tersebar di Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci. Elemen ini selanjutnya di analisis dan dikelompokan menjadi Situs Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya dan Kawasan Cagar Budaya berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Situs Cagar Budaya

Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu (Balai Pelestarian Cagar Budaya Kota Jambi 2013). Berdasarkan hasil identifikasi, diperoleh 22 situs peninggalan Suku Kerinci yang saat ini berada dalam pengawasan dan pengelolaan BP3 Jambi, pemerintah daerah serta masyarakat sekitar. Situs-situs ini berbentuk batu-batu megalit, dolmen, lumpang, menhir dan makam. Kondisi fisik situs ini sangat beragam. Beberapa situs sudah terawat dengan baik, namun masih terdapat beberapa situs yang terlantar di area ladang masyarakat dan tidak terurus. Berikut adalah gambaran umum dan kondisi ke-22 situs tersebut. Peta persebaran distribusi megalitik Alam Kerinci bisa dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Peta persebaran situs megalitik di Alam Kerinci

(34)

20

1. Batu Gong Nenek Betung Situs Kumun Mudik

Batu Gong Nenek Betung Situs Kumun Mudik berada di Desa Ulu Air Kecamatan Kumun Debai, Kota Sungai Penuh. Batu ini biasa juga disebut dengan nama batu selindrik berelief, batu situs kumun, atau batu gong oleh masyarakat sekitar. Kondisi lingkungan sekitar walaupun merupakan ladang masyarakat setempat namun sudah terpelihara dengan baik karena sudah dilindungi dibawah pengawasan BP3 Jambi. Masyarakat memberi nama situs ini Batu Nenek Betung karena pada zaman dahulu, lokasi batu ini penuh dengan betung yaitu sejenis pohon bambu besar. Masyarakat Kumun juga beranggapan bahwa di lokasi ini nenek moyang mereka dahulu tinggal dalam sebuah permukiman. Kondisi fisik dan akses menuju lokasi bisa terlihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Situasi fisik dan akses menuju Batu Gong Nenek Betung Situs Kumun Mudik

2. Batu Sorban

Batu Sorban terletak di Desa Sumur Gedang, Sungai Liuk, Kecamatan Pesisir Bukit, Kota Sungai Penuh. Akses menuju lokasi situs ini cukup jauh dari jalan raya utama. Melewati permukiman penduduk dan terletak di sebuah lapangan paling ujung. Saat ini kondisi nya tidak begitu terawat dengan baik, hanya diberi pagar semen disekelilingnya dan sangat rawan tindakan vandalisme karena lokasi yang cukup mudah untuk dicapai.

3. Batu Meriam Situs Lempur Mudik

(35)

21 Sedangkan pada bagian atasnya ditemukan sebuah lubang pahatan berbentuk empat persegi panjang sedalam 20 cm dengan lebar 10 cm dan panjang 30 cm. Disisi lain batu terdapat sebuah gambar manusia dengan posisi sedang mengangkang serta lukisan berbentuk huruf U yang tersambung secara terbalik.

4. Batu Kursi Lempur Mudik

Batu Kursi berada di Desa Lempur Mudik Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci. Secara astronomis batu ini terletak di koordinat 101032‟34.05” BT dan 02015‟16.22” LS yang berada pada ketinggian +1000 mdpl pada kelerengan tanah 15-40% dan hanya berjarak kurang lebih 50 m dari Sungai Batang Air Lingkat (Djakfar dan Idris 2001). Batu kursi saat ini berada dalam pekarangan rumah salah satu warga Lempur Mudik dan telah mengalami pemindahan dari lokasi awal ditemukan karena adanya pembukaan jalan (Gambar 16). Batu ini berbentuk tingkat dua dan kelihatan hampir mirip seperti kursi, maka dari itulah batu ini disebut batu kursi. Diduga, batu ini merupakan tempat meletakkan sesajian untuk para arwah leluhur nenek moyang pada zaman prasejarah yang berfungsi sebagai media untuk ibadah pemujaan arwah (Jauhari dan Putra 2012).

Gambar 16 Kondisi Fisik Batu Kursi

5. Batu Panjang Situs Lolo Kecil

(36)

22

Batu panjang ini terletak di tengah sawah yang telah diberi pagar dan atap yang kondisi pagarnya dalam keadaan rusak, beberapa besi pengaman terlihat rapuh, termasuk bagian semen yang sudah berlumut dan retak. Tiang bekas papan nama pun hanya meninggalkan kerangka saja. Sedangkan untuk kondisi fisik batu sudah terlihat berlumut di beberapa bagian yang berlobang. Desa Lolo Kecil ini dahulunya termasuk kedalam bagian dusun purba Jerangkang Tinggi sehingga banyak sekali ditemukan batu-batu peninggalan megalitik di daerah ini. Batu ini merupakan batu yang memiliki ukuran terpanjang sehingga masyarakat sekitar menyebutnya dengan nama batu panjang.

6. Batu Berelief Situs Muak

Situs batu berelief ini terletak di perkampungan kuno Jerangkang Tinggi yang saat ini berada di Desa Muak Kecamatan Bukit Kerman, Kabupaten Kerinci. Secara geografis berada pada koordinat 02010‟56.76”LS dan 101032‟50.27”BT pada ketinggian 910 m mdpl dan berjarak 2 km dari Danau Kerinci (Jauhari dan Putra 2012). Pada permukaan batu ini terdapat pahatan bergambar yang menyerupai manusia, kuda, gajah, anjing serta tumbuh-tumbuhan. Benda peninggalan prasejarah ini erat kaitannya dengan kepercayaan nenek moyang Suku Kerinci pada dahulunya yang masih sangat mempercayai kekuatan-kekuatan roh nenek moyang dan leluhur yang melalui batu ini dijadikan sebagi media untuk ritual pemujaan di masa prasejarah.

Kondisi fisik batu masih baik, karena telah dibangun pagar pembatas dan atap serta telah berada dalam pengawasan BP3 Jambi. Batu ini menunjukkan tingginya nilai seni nenek moyang Kerinci pada masa lampau, karena ukiran-ukiran yang dibuat saling terintegrasi satu sama lain walaupun hanya di sebuah batu yang berukuran kecil dan jauh dari batu-batu silindrik lain yang ditemukan di daerah alam Kerinci. Batu berelief ini dahulu terletak di tengah perkampungan masyarakat, terletak di tengah jalan raya di sebuah pertigaan desa, namun kemudian dipindahkan agar lebih terjaga dan terawat. Kondisi situs setelah di pindahkan dan sebelum dipindahkan dapat dilihat pada Gambar 17.

(37)

23

7. Batu Patah Desa Muak

Situs batu patah ini terletak di Desa Muak, Kecamatan Bukit Kerman, Kabupaten Kerinci. Kondisi fisik batu ini masih terlihat bagus karena telah berada dalam pengawasan BP3 Jambi. Ada dua pagar yang melindungi batu patah ini dan terlihat masih terawat cukup baik. Disekelilingnya terdapat tanaman yang melindungi sehingga keadaan sekitar terlihat teduh (Gambar 18).

Situs ini terdiri dari dua batu yang hampir mirip dan terletak berdekatan, seolah-olah batu-batu ini merupakan sebuah kesatuan batu yang utuh kemudian patah dan terbelah dua, karena itulah masyarakat sekitar menyebut nya dengan nama batu patah. Disebuah ujung batu ini dapat ditemukan 2 goresan pahatan berbentuk spiral atau dua garis lingkaran oval berbentuk bulat telur dan pada bagian ujung lainnya terdapat lukisan bayangan motif kepala manusia. Batu patah ini dipercaya menjadi tempat pemujaan roh leluhur dengan meletakkan sesajian di atas punggung batu oleh nenek moyang terdahulu.

Gambar 18 Kondisi fisik dan lingkungan Batu Patah Desa Muak

8. Batu Gong Situs Pondok

Situs ini terletak di Desa Pondok, Kecamatan Bukit Kerman, Kabupaten Kerinci. Batu silindrik ini biasa disebut juga oleh masyarakat sekitar dengan nama batu gong karena terlihat motif-motif lingkaran pada pangkal batu yang mirip sebuah gong. Batu ini terletak di ketinggian 900 mdpl dan berada hanya 500 meter dari Sungai Batang Merangin. Batu ini berbentuk bulat memanjang dengan motif spiral yang makin mengecil pada bagian tengah yang menyerupai gong. Pada bagian punggung batu terdapat gambar manusia dengan posisi terbalik di tengah lingkaran dalam sikap kangkang dan kepala saling bertemu. Saat ini kondisi fisik batu sudah rusak pada beberapa bagian karena terlihat terdapat banyak lobang di bagian tengahnya (Gambar 19).

(38)

24

9. Batu Silindrik Situs Lolo Gedang

Situs batu silindrik Lolo Gedang berada di Desa Lolo Gedang, Kecamatan Bukit Kerman, Kabupaten Kerinci. Batu yang terbuat dari sedimen batu Trias (Tr) ini mempunyai kesamaan dengan batu silindrik situs Pulau Sangkar, Situs batu gong Pondok, batu meriam Lempur Mudik, situs batu nenek betung Kumun Mudik dan situs batu Bukit Pulai Jujun. Kesamaan yag ada pada situs batu ini terlihat pada lukisan yang ditemukan yaitu kepala manusia, manusia dalam posisi duduk menyamping, posisi berdiri, posisi kangkang dan relief lingkaran pada batu. Salah satu ujung batu ini berbentuk bulat runcing dan terdapat hiasan spiral berbentuk gong sehingga batu silindrik ini sering dipanggil masyarakat sekitar dengan sebutan Batu Gong. Batu ini memiliki 11 buah relief lingkaran dan pada masing-masing lingkaran terdapat 2 buah lingkaran kecil di dalamnya yang bergambar posisi manusia dalam keadaan mengangkang. Kondisi fisik batu silindrik ini masih terlihat baik. Terletak di tengah ladang masyarakat yang dikelilingi oleh kebun sayur dalam sebuah pagar dengan lahan seluas 6x4 4 meter. Saat ini situs ini juga telah masuk dalam pengawasan BP3 jambi.

10.Batu Talang Pulai Situs Jujun

Batu ini terletak di atas bukit Talang Pulai Desa Jujun, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci. Batu silindrik ini hanya berjarak 3 km dari jalan raya menuju Danau Kerinci. Akses menuju situs ini cukup sulit, karena harus melewati bukit dan tanjakan di area ladang yang licin (Gambar 20). Batu ini berbentuk bulat memanjang dan dipercaya menjadi tempat pemujaan arwah nenek moyang zaman dahulu dengan kepercayaan animisme dan dinamisme. Pada batu ini ditemukan adanya gambar lukisan relief manusia pada penampang pangkalnya, sedangkan pada bagian lain tidak terdapat relief sama sekali. Gambar pada batu ini menyerupai manusia dengan posisi tangan kebawah diletakkan pada pinggang yang berdiri tegak lurus. Batu ini menghadap ke Bukit Kerman yang diyakini penduduk sekitar sebagai tempat bersemayamnya arwah nenek moyang.

.

(39)

25

11.Batu Meriam Situs Pulau Sangkar

Batu silindrik ini terletak di Desa Pulau Sangkar, Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci. Kondisi fisik batu masih terawat dengan baik. Tidak terdapat adanya ornamen atau pahatan di bagian batu, karena batu ini termasuk kedalam zaman mesolitikum. Disebelah batu utama, terdapat tiga buah batu berukuran kecil dan sedang yang juga masih terlihat bagus dan terawat dengan baik (Gambar 21). Akan tetapi beberapa bagian batu sudah berlumut dan terkikis air. Batu ini menghadap ke arah tenggara menuju puncak bukit Muak. Disekitar persawahan juga terlihat beberapa batu berukuran besar yang tertutup jerami. Daerah ini memang banyak ditemukan batu-batu sejenis yang terdapat di ladang dan semak belukar yang belum digali lebih lanjut.

Gambar 21 Kondisi fisik Situs Pulau Sangkar

12.Batu Silindrik Situs Tanjung Batu

Situs ini berada di Desa Tanjung Batu, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci dan terletak jauh ditengah kebun masyarakat di Bukit Patah. Batu silindrik ini berbentuk seperti meriam, dengan salah satu sisi berbentuk lonjong dan sisi yang lain datar. Pada permukaan batu terdapat satu buah gambar manusia kangkang dan garis-garis mendalion sejajar. Kondisi fisik batu sudah sangat tidak terawat, karena hampir tertutupi semak-semak (Gambar 22). Berbeda dengan situs lainnya, hanya batu silindrik inilah yang belum diberi pagar, padahal status pengelolaannya masih sama yaitu dibawah BP3 Jambi.

(40)

26

13.Batu Meriam Situs Talang Kemuning

Situs batu meriam ini terletak di Desa Talang Kemuning Kecamatan Bukit Kerman, Kabupaten Kerinci. Batu meriam Situs Talang Kemuning sering juga disebut batu sawah karena keberadaannya di tengah sawah. Batu ini pada awalnya ditemukan di sebuah lembah dataran tinggi yang merupakan daerah persawahan. Batu sawah ini termasuk batu yang digunakan sebagai media pemujaan atau sebagai media penghubung antara dunia nyata dengan alam roh nenek moyang. Kondisi fisik batu sudah sedikit rusak di beberapa bagian, dan tidak ditemukan adanya relief dan ukiran pada batu ini masih polos. Batu megalith ini berbentuk silindrik dengan bagian permukaan patah (hilang) (cerung). Saat ini, situs batu meriam ini sudah berada di bawah pengawasan BP3 Jambi.

14.Dolmen Batu Rajo Pulau Tengah

Salah satu peninggalan kebudayaan megalitik zaman mesolitikum yang dapat ditemukan di Kerinci adalah dolmen yang terdapat di Desa Pulau Tengah, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci. Dolmen adalah batu-batu besar yang terdapat di atas kuburan. Batu-batu ini biasanya disusun tegak lurus sehingga membentuk sebuah ruang yang tidak berdinding dan biasa ditemukan pada tanah yang datar. Situs ini sangat mudah ditemukan karena terletak di tepi jalan raya setelah jembatan berwarna kuning dan hanya berjarak sekitar 50 m dari aliran sungai Labo pada ketinggian 850 mdpl dan kelerengan 0-2%.

Kondisi fisik dolmen yang terdapat di desa Pulau Tengah ini masih terawat dengan baik, karena dolmen-dolmen tersebut dianggap sebagai tempat kuburan nenek moyang. Namun saat ini, tidak ada papan interpretasi sejarah yang menjelaskan tentang asal-usul dolmen dan perkembangannya. Dolmen ini berada pada lahan seluas 6,8 x 3,7 m dan telah dikelola oleh BP3 Jambi dengan surat penetapan BCB SK Kepala BP3 Jambi Nomor: PL.302/310/UPT/KKP/2011

15.Batu Lumpang Sungai Penuh

(41)

27

16.Batu Lumpang Muak

Desa Muak memiliki banyak sekali peninggalan prasejarah, salah satunya adalah batu yang menyerupai lesung dan mempunyai lekukan yang besar dan cukup dalam. Kuat dugaan lesung ini digunakan sebagai alat untuk menumbuk bahan makanan seperti padi maupun obat-obatan pada masa dahulu. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa pada masa neolitikum akhir nenek moyang orang Kerinci sudah mulai bercocok tanam seperti padi dan lainnya. Keunikan lesung ini mempunyai dinding yang cukup tebal. Berbeda dengan batu lumpang yang terdapat di Kelurahan Sungai Penuh, Kota Sungai Penuh. Sebenarnya, batu lesung seperti ini masih banyak terdapat di Desa Muak yang tersebar di dalam hutan, serta ladang masyarakat sekitar dan tidak semua dapat dijangkau dengan mudah mengingat topografi yang berbukit dan lembah curam. Batu Lumpang ini terletak bersebelahan dengan batu bergambar di Muak. Kedua situs ini terletak di pinggir jalan raya sebelah kantor kepala Desa Muak. Kondisi fisik situs masih terlihat bagus dengan pagar besi dan beratap. Penemuan batu bergambar dan lesung ini setidaknya memberikan bukti bahwa pada zaman dahulu di lokasi ini pernah ada sebuah dusun purba yang menjadi tempat berdiam nenek moyang orang Kerinci.

17.Menhir Dusun Kcek Malako Tinggai Desa Bernik

Menhir adalah sejenis batu yang biasa digunakan sebagai salah satu tempat ritual yang dijadikan sebagai media tradisi megalitik untuk melakukan acara ritual dalam rangka menghormati roh leluhur. Kebudayaan menhir ini telah ada sejak zaman batu tengah (mesolitikum). Menhir ini terletak di Desa Sumur Anyir, Kecamatan Air Bungkal Kota Sungai Penuh, berjarak hanya 10 meter dari Sungai Air Bungkal dan berada di tengah permukiman warga. Menhir ini dipercaya sebagai makam nenek moyang masyarakat setempat yang di naungi oleh sebuah pohon besar yang sudah berusia ratusan tahun.

Kondisi fisik menhir masih terawat dengan baik karena telah diberi pagar besi di sekitarnya, akan tetapi rumput liar dan lumut terlihat sangat banyak di dalam pagar sehingga menhir tidak terlalu jelas terlihat (Gambar 23). Terdapat tujuh buah menhir yang diyakini merupakan kuburan nenek moyang orang Sungai Penuh yaitu; Rio Jayo Patah, Rio Temenggung, Ngabi Ha, Rio Mangkubumi, Saleh Bujang, Lelo Mencak, dan Puti Kecik Keranting Emas. Terdapat papan nama di atas menhir akan tetapi tidak ada penjelasan yang rinci mengenai sejarah peninggalannya.

(42)

28

18.Kompleks Menhir Pendung Mudik

Kompleks menhir Pedung Mudik terletak di Dusun Baru Desa Pendung Mudik, Kecamatan Air Hangat, Kabupaten Kerinci. Berada pada koordinat 01º57‟17.84” LS dan 101º23‟38.92” BT, terletak di atas bukit Pendung Mudik. Di Situs Pendung Mudik terdapat sepuluh kelompok menhir yang berdiri di atas punden batu dengan ukuran dan jumlah yang berbeda-beda. Tiap-tiap kelompok bertebaran dengan radius 1000 m persegi.

19.Makam Nenek Siak Lengih

Makam Nenek Siak Lengih terletak bersebelahan dengan makam Datuk Singarapi Putih Sirah Dado di Desa Koto Pandan, Kecamatan Sungai Bungkal, Kota Sungai Penuh. Makam ini terletak di dalam sebuah halaman yang dipagari dengan semen dan besi. Kondisi fisik makam masih terawat dengan baik, namun banyak bekas-bekas telur dan kertas plastik di atas makam bekas pengunjung. Menurut info dari salah satu masyarakat bahwa disini sering dijadikan sebagai tempat mabuk dan meminta do‟a kepada nenek moyang agar diberi petunjuk dan rezki. Kondisi sekitar kurang terawat dengan baik, rumput liar dan semak masih terlihat disekitar pemakaman. Akses menuju makam cukup mudah karena terletak di pinggir jalan raya utama (Gambar 24).

Gambar 24 Kondisi Fisik dan Akses Menuju Makam Nenek Siak Lengih

20.Makam Nenek Pemangku Rajo

(43)

29 bagian makam tertutupi oleh semak-semak yang tidak dibersihkan. Makam ini dikelola oleh BP3 Jambi dan masyarakat sekitar yang dipercaya sebagai makam nenek moyang orang Sungai Penuh yang merupakan makam para pemangku rajo (Pemangku raja).

21.Tanah Sabingkeh

Tanah Sabingkeh merupakan suatu kawasan adat yang terletak di tengah permukiman masyarakat yang terletak di Desa Maliki Air, Kecamatan Hamparan Rawang. Pusat dari Tanah Sabingkeh adalah sebuah lapangan yang disebut tanah mendapo. Area ini biasa digunakan warga sebagai tempat menjemur gabah. Saat ini, area juga sering dijadikan sebagai tempat bermain volly. Kondisi sekitar tanah sabingkeh telah banyak dimanfaatkan untuk kepentingan warga, salah satunya adalah pos ojek yang terletak persis di depan beduk larangan. Namun lapangan utama tetap tidak boleh mendirikan bangunan apapun.

Tanah Sabingkeh dulu disebut juga sebagai Tanah Sebingkeh Payung Sekaki atau dalam bahasa daerah Rawang disebut Tanah Sabingkeh Payung Sekakai. Tanah Sabingkeh ini merupakan kedudukan depati IV Delapan Helai Kai Alam Kerinci yang memimpin kedepatian Hamparan Rawang (Jauhari dan Putra 2012). Dahulu, kedepatian ini biasa disebut kedepatian Hamparan Besar Tanah Rawang. Sebelum penjajahan Belanda, kedepatian merupakan merupakan bentuk pemerintahan tertinggi di Kerinci. Di area ini juga terdapat rumah adat depati dua nenek kampung dalam yang menjadi tempat dilakukan pertemuan alim ulama serta dilaksanakannya prosesi kenduri sko. Akan tetapi, rumah adat ini telah direnovasi sehingga menjadi tampak modern sedangkan kesan tradisionalnya sudah hilang. Situasi dan kondisi Tanah Sabingkeh bisa dilihat pada Gambar 25.

(44)

30

22.Tanah Mendapo

Tanah Mendapo terletak di depan masjid raya Kota Sungai Penuh yang saat ini telah berfungsi menjadi jalan raya. Tempat ini biasa dijadikan sebagai tempat acara pemberian gelar adat dan acara Kenduri Sko. Kondisi sekitar masih terawat dengan baik. Didepannya terdapat rumah adat Kota Sungai Penuh yang menjadi tempat berkumpul depati dan ninik mamak Kota Sungai Penuh. Tanah Mendapo terletak di sebelah sungai air Bungkal yang dahulunya merupakan tempat mandi warga sekitar. Saat ini kondisi sungai sudah surut dan banyak tanaman yang tumbuh di sekitarnya.

Bangunan Cagar Budaya

Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding atau tidak berdinding, dan beratap (Balai Pelestarian Cagar Budaya Kota Jambi 2013). Jenis peninggalan sejarah Bangunan Cagar Budaya Suku Kerinci adalah masjid kuno. Penemuan masjid kuno di Alam Kerinci menjadi salah satu bukti perkembangan Islam pada masa lalu walaupun tidak ada yang tahu pasti tahun berapa masuknya Islam ke Kerinci. Agama Islam tersebar dengan mudah di Kerinci dan mengalami perkembangan yang cukup signifikan karena dinilai cocok dan tidak bertentangan dengan adat istiadat setempat. Penyebaran agama Islam umumnya datang dari arah barat yaitu dari Minangkabau, Indrapura dan Muara Labuh. Hal ini terlihat dari bukti bahwa para pengembangnya kebanyakan menggunakan nama “siak”yang pada umumnya memang diberikan pada alim ulama.

Berdasarkan hasil identifikasi, ditemukan tujuh masjid yang mempunyai nilai sejarah tinggi di Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci. Adapun ketujuh masjid tersebut yaitu:

1. Komplek Masjid Agung Pondok Tinggi

Masjid Agung Pondok Tinggi secara administratif terletak di kompleks pemukiman penduduk di Desa Pondok Tinggi, Kecamatan Pondok Tinggi, Kota Sungai Penuh. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di Kota Sungai Penuh. Masjid Agung Pondok Tinggi merupakan salah satu cikal bakal dan identitas Kota Sungai Penuh yang mempunyai sejarah sangat kuat dengan penyebaran Islam serta kehidupan masyarakat Sungai Penuh. Hal ini bisa terlihat dengan diabadikannya Masjid Agung Pondok Tinggi oleh pemerintah Kota Sungai Penuh kedalam lambang Kota Sungai Penuh. Masuknya Masjid Agung Pondok Tinggi ini ke dalam lambang Kota Sungai Penuh menunjukkan penghargaan yang tinggi dari masyarakat dan pemerintah Kota Sungai Penuh terhadap warisan budaya.

(45)

31

Gambar 26 Kondisi fisik dan halaman masjid Agung Pondok Tinggi

Gambar 27 Motif dan ukiran yang terdapat di pintu, jendela dan dinding masjid

2. Komplek Masjid Raya Rawang

(46)

32

dibangun setelah pendirian masjid pada tahun 1357. Di bagian belakang juga terdapat pemakaman warga dan pemuka adat setempat. Akses menuju masjid ini cukup mudah, karena berada di pinggir jalan utama yang dibatasi dengan sungai Batang Merao di depannya (Gambar 28). Kondisi masjid masih cukup bagus dan terawat, namun sudah beberapa kali mengalami pembongkaran pada bagian atap dan bangunan. Akan tetapi bahan bangunan masih tetap dipertahankan dan masih alami.

Gambar 28 Situasi Masjid Raya Rawang

3. Masjid Keramat Pulau Tengah

Masjid Keramat Pulau Tengah terletak di Desa Koto Tuo Pulau Tengah, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci. Masjid Keramat ini merupakan salah satu masjid tertua di Kerinci dan mempunyai arsitektur yang sangat megah dan unik serta mempunyai kekhasan tersendiri (Gambar 29).

(47)

33 Kondisi fisik Masjid Koto Tuo ini masih terawat dengan baik, walaupun sudah ada renovasi pada tahun 1926 lantai masjid diganti dengan semen sedangkan atapnya yang terbuat dari ijuk diganti dengan seng. Dinding masjid pun masih dihiasi dengan berbagai tempelan ubin keramik. Beberapa bagian dinding masih terbuat dari kayu sedangkan pada bagian lain sudah diganti dengan tembok. Masjid ini berbentuk tumpang dengan 25 buah tiang penopang kayu berbentuk persegi delapan yang berhias motif tumpal. Pada halaman masjid ini juga terdapat sebuah tabuh yang sudah tua.

4. Komplek Masjid Raya Sungai Penuh

Masjid Raya Sungai Penuh terletak di pinggir jalan raya dan berhadapan langsung dengan tanah mendapo disebelah Sungai Batang Bungkal. Masjid Raya Kota Sungai Penuh ini menjadi saksi bisu proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Kerinci tanggal 23 Agustus 1945 dengan dikibarkannya bendera merah putih untuk pertama kalinya oleh A. Thalib mantan letnan satu Gyu-Gun. Saat ini telah dibangun sebuah replika bendera merah putih di halaman depan masjid untuk mengenang sejarah perjuangan penjajahan di Kerinci. Kompleks masjid ini terletak berdekatan dengan Rumah Larik Limo Luhah di Kecamatan Sungai Penuh.

5. Masjid Kuno Lempur Mudik

Masjid kuno ini terletak di Desa Lempur Mudik Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci. Secara geografis terletak pada koordinat 01015‟22” LS dan 101032‟34.45” BT. Kondisi fisik masjid masih baik, walaupun sudah tidak dimanfaatkan untuk shalat oleh masyarakat sekitar karena pada tahun 1931 telah dibangun sebuah masjid yang lebih besar di sebelahnya, akan tetapi tetap berfungsi sebagai tempat pengajian anak-anak dan kelompok majlis taqlim sekitar. Masjid ini terletak di tepi jalan diantara permukiman penduduk. Dibelakang masjid terdapat sebuah aliran sungai kecil yang dahulunya digunakan oleh warga sekitar untuk mandi dan kegiatan sehari-hari.

(48)

34

Gambar 30 Motif ukiran pada dinding Masjid Kuno Lempur Mudik

6. Masjid Kuno Tanjung Pauh Hilir

Masjid Kuno Tanjung Pauh Hilir berada di Desa Tanjung Pauh Hilir Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci. Terletak paling ujung di tengah-tengah permukiman penduduk yang bersebelahan dengan sawah. Masjid ini dibangun pada tahun 1920 dengan atap berbentuk tumpang 3 seperti masjid-masjid kuno lain yang terdapat di Kerinci. Kondisi fisik masjid masih terlihat cukup baik walaupun beberapa bagian telah direnovasi seperti atap yang terbuat dari ijuk dan dinding kayu telah diganti dengan atap seng dan dinding tembok. Pada bagian pintu dan dinding depan terdapat tempelan-tempelan keramik bermotif bunga dan garis-garis geometris.

Di depan masjid terdapat dua buah kolam berbentuk oval dan berfungsi sebagai tempat wudhu. Masjid kuno ini memiliki keunikan yaitu pada sebuah tiang utama yang terletak ditengah-tengah masjid yang memiliki ukiran motif sulur-suluran (Gambar 31). Tiang ini dikelilingi oleh 4 buah tiang yang berdiameter 0,4 m lalu empat buah tiang ini dikelilingi lagi oleh delapan buah tiang yang berdiameter sama.

Gambar 31 Kondisi fisik masjid dan tempat wudhu

7. Masjid Kuno Lempur Tengah

(49)

35 hijau, merah dan kuning. Saat ini masjid Kuno Lempur Tengah sudah tidak difungsikan lagi sebagai tempat ibadah karena sudah dibangun sebuah masjid yang cukup megah di tepi jalan raya. Masjid yang dibangun pada abad ke-19 ini sekarang hanya digunakan sebagai tempat pengajian anak-anak setempat. Masjid Kuno ini menjadi salah satu saksi sejarah peradaban Islam di Lempur Tengah.

Gambar 32 Kondisi fisik Masjid Kuno Lempur Tengah dan lingkungan sekitar

Kawasan Cagar Budaya

Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas (Balai Pelestarian Cagar Budaya Kota Jambi 2013). Salah satu elemen lanskap yang termasuk kedalam Kawasan Cagar Budaya adalah Rumah Larik Lima Lurah Sungai Penuh (Limo Luhah).

1. Rumah Larik Limo Luhah Sungai Penuh

Rumah Larik merupakan rumah asli masyarakat Kerinci. Rumah larik berbentuk panjang dan dibangun secara berdempetan yang biasanya ada disetiap dusun/desa yang ada di Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci. Salah satu rumah larik yang masih memiliki karakteristik zaman dahulu adalah kawasan Rumah Larik Lima Lurah yang terdapat di Kelurahan Sungai Penuh, Kecamatan Sungai Penuh, Kota Sungai Penuh. Pada kawasan rumah larik ini, hanya tinggal beberapa bangunan rumah saja yang masih terlihat utuh seperti rumah larik. Sedangkan rumah-rumah larik lainnya telah berganti model menjadi lebih modern dan terbuat dari semen. Kondisi fisik bangunan masih terlihat baik walaupun dibeberapa bagian terlihat sudah usang karena kayu yang digunakan sudah berusia tua (Gambar 33).

Gambar

Gambar 10 Peta Hidrologi Kota Sungai Penuh
Gambar 12 Akses menuju Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci
Gambar 13 Peta Topografi Kota Sungai Penuh
Gambar 14.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil perhitungan biomassa tersimpan dan cadangan karbon di Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi (Lempur) yang terbagi dalam tiga tipe penggunaan lahan, diketahui kawasan

Penulis melihat bahwa Masyarakat Adat Suku Anak Dalam masih sangat terbatas dalam pergaulan di luar komunitasnya, oleh karena keberadaan hukum adat sangat kuat

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan tokoh adat masyarakat Dusun Baru Lempur, biaya yang dikeluarkan dan habis selama pelaksanaan kenduri adalah besar namun

Munculnya konflik antara negara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan rakyat masyarakat lokal petani yang berada di sekitar kawasan konservasi bermuara dari kepentingan antara