• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Anggota tentang Peran Ketua Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan Berkelanjutan (Kasus di Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Anggota tentang Peran Ketua Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan Berkelanjutan (Kasus di Kabupaten Bogor)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

KELOMPOK WANITA TANI DALAM PEMANFAATAN

LAHAN PEKARANGAN BERKELANJUTAN

(KASUS DI KABUPATEN BOGOR)

RINDI METALISA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Persepsi Anggota tentang Peran Ketua Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan Berkelanjutan (Kasus di Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Rindi Metalisa

(4)
(5)

RINDI METALISA. Persepsi Anggota tentang Peran Ketua Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan Berkelanjutan (Kasus di Kabupaten

Bogor). Dibimbing oleh AMIRUDDIN SALEH dan PRABOWO

TJITOPRANOTO.

Kementerian pertanian menggerakkan kelompok wanita tani untuk memanfaatkan lahan pekarangan melalui program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP) yang ramah lingkungan dan berdasarkan sumber daya lokal. Upaya ini merupakan salah satu untuk memenuhi kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga anggota kelompok wanita tani. Oleh sebab itu peran kelompok wanita tani menjadi sangat penting dalam mengarahkan anggota kelompok untuk melanjutkan pemanfaatan lahan pekarangan.

Penelitian bertujuan untuk: (1) menganalisis hubungan faktor internal dan eksternal terhadap persepsi anggota kelompok wanita tani tentang peran ketua kelompok wanita tani; (2) menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap tujuan pemanfaatan lahan pekarangan; (3) menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan; (4) menganalisis pengaruh peran ketua kelompok wanita tani terhadap keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan, (5) menganalisis pengaruh tujuan pemanfaatan lahan pekarangan terhadap keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan.

Desain penelitian adalah penelitian survei dan bersifatexplanatory research, yang dilakukan di Kecamatan Dramaga, Cibungbulang, Leuwiliang, Rancabungur, dan Cijeruk Kabupaten Bogor. Penelitian lapang dilaksanakan mulai Februari-April 2014 dengan jumlah responden sebanyak 75 orang. Analisis data yang dilakukan secara kuantitatif, dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial yaitu analisis regresi berganda dengan sofware SPSS versi 20.00.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan persepsi anggota tentang peran ketua kelompok wanita tani adalah curahan waktu memanfaatkan lahan pekarangan, motivasi, intensitas penyuluhan, ketersediaan sarana produksi, dan suasana kelompok; (2) faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tujuan pemanfaatan lahan pekarangan adalah pendidikan formal, curahan waktu memanfaatkan pekarangan, kekosmopolitan, motivasi, intensitas penyuluhan, suasana kelompok, dan ketersediaan sarana produksi; (3) faktor internal dan eksternal yang secara nyata mempengaruhi keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan adalah umur, pendidikan formal, pendapatan keluarga, kekosmopolitan, motivasi, intensitas penyuluhan, suasana kelompok, dan ketersediaan sarana produksi; 4) peran ketua kelompok yang berpengaruh terhadap keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan adalah sebagai motivator, dan memecahkan masalah; 5) Tujuan pemanfaatan lahan pekarangan yang mempengaruhi keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan yaitu memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan menjaga kelestarian lingkungan.

(6)
(7)

RINDI METALISA. Perception of The Members on The Role of Women Farm Groups Leader Toward The Sustainability Backyard Farming supervised by AMIRUDDIN SALEH and PRABOWO TJITOPRANOTO.

The ministry of agriculture re-mobilize women farmers groups to take advantage of their backyard through the Acceleration Diversification of Food Consumption Program (P2KP) which is environment friendly and based on local resources. The effort is to supply additional of food at the household level member of the members group women farmers. Therefore, the role of women farm leaders is essential to direct their members toward this purpose.

The objectives of research were: (1) analyze the correlation of internal and external factors to the perception of the members on the role of women farm group leader; (2) analyze the influence of internal and external factors on the purpose of backyard farming; (3) analyze the effect of internal and external factors to the sustainability of backyard farming; (4) analyze the influence of the role of women farm leaders towards sustainability backyard farming, (5) analyze the effect of purpose of backyard farming in their backyard.

Design research is survey focusing on explanatory research, which was conducted in District Dramaga, Cibungbulang, Leuwiliang, Rancabungur, and Cijeruk Bogor. The field study was conducted from February to April 2014, with the number of respondents was 75 people. Data were analysed quantitatively, using descriptive statistical analysis and inferential analysis, using multiple regression analysis with SPSS software version 20.00

The results showed that: (1) The factors associated with perception of the members on the role of women farm group leader were time allocation, motivation, extension intensity, availability of production facilities, and the group conduciveness; (2) Internal and external factors affecting the purpose of backyard farming were education level, time allocation, cosmopoliteness, motivation, extension intensity, availability of production facilities, and the group conduciveness; (3) The factors affecting the backyard utilization sustainability were age, education level, household income, cosmopoliteness, motivation, extension intensity, availability of production facilities, and the group conduciveness. (4) The role of women farm leaders that affect backyard farming sustainability were motivators, and problem solvers. (5) The purpose of sustainable backyard farming were to fulfill the familiy food needs and to environment conservation

(8)

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Penyuluhan Pembangunan

KELOMPOK WANITA TANI DALAM PEMANFAATAN

LAHAN PEKARANGAN BERKELANJUTAN

(KASUS DI KABUPATEN BOGOR)

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

(10)
(11)

dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan Berkelanjutan (Kasus di Kabupaten Bogor)

Nama : Rindi Metalisa

NIM : I351120041

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Amiruddin Saleh, MS Ketua

Prabowo Tjitropranoto, Ph.D, MSc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Prof Dr Ir Sumardjo, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(12)
(13)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia, rahmat, berkah, hidayah dan kesehatan dari-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 sampai Juni 2014 ini adalah peran ketua kelompok wanita tani, dengan judul Persepsi Anggota tentang Peran Ketua Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan Berkelanjutan di Kabupaten Bogor

Terima kasih dan rasa hormat yang setinggi – tingginya, penulis ucapkan kepada bapak Dr Ir Amiruddin Saleh, MS dan bapak Prabowo Tjitropranoto, Ph.D MSc selaku komisi pembimbing atas dukungan, arahan, waktu yang telah diberikan, kesabaran membantu penulis dalam penelitian dan menyelesaikan penulisan tesis. Terima kasih dan rasa hormat juga penulis sampaikan kepada seluruh Dosen program studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB, yang telah mendidik dan mengajarkan banyak hal kepada penulis selama menyelesaikan studi di IPB. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kecamatan Dramaga, Cibungbulang, Cijeruk, Rancabungur, dan Leuwiliang yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Kepada penyuluh yang telah memberikan informasi dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerjanya, penulis ucapkan penghargaan dan terima kasih.

Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Kepada keluarga tercinta. Ayahanda Ridwan, ibu Ati, tante Erita Atma, tante Viva Yelita Atma, Nenek Hj. Mainar, Kakek Syafei Hasan, Abang Agung Andiyes Rivo, Randi Rafila atas doa, dukungan dan kasih sayangnya, selanjutnya kepada Dolly Suhadril, Amd atas motivasi, doa, kasih sayang dan kesabarannya membantu penulis selama pendidikan di IPB.

Ungkapan terima kasih juga penulis haturkan kepada Dirjen Perguruan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan beasiswa untuk melanjutkan studi di Pascasarjana IPB. Kepada Universitas Andalas yang memberikan rekomendasi untuk mendapatkan beasiswa dan kesempatan melanjutkan pendidikan, penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi–tingginya.

Kepada teman – teman program studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB yaitu Nurul, Ismi, Mbak Lina, Mbak Anisa, Muji, Bang Firman, Mas Aan, Enik, Isni, Pak Muhib, dan Azwar, penulis mengucapkan terimakasih atas kebersamaan, dukungan, diskusi selama menyelesaikan studi ini. Semoga ilmu yang kita peroleh selama belajar di IPB, bermanfaat bagi sebesar – besarnya kebaikan diri kita, keluarga, masyarakat dan negara. Terima kasih kepada Novi Elian, Ilham Martadona, Ike, Nila dan Helnafri Angkesa atas waktunya, dukungan, dan doa kepada penulis.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi yang membaca umumnya dan penulis sendiri khususnya.

Bogor, Agustus 2014

(14)
(15)

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

2 TELAAH PUSTAKA 5

Kelompok Tani dan Wanita Tani 5

Persepsi 6

Pemanfaatan Lahan Pekarangan 7

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Anggota Kelompok Wanita

Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan 9

3 KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 13

Kerangka Pikir 13

Hipotesis Penelitian 16

4 METODE PENELITIAN 17

Rancangan Penelitian 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Populasi dan Sampel 17

Data dan Instrumentasi 18

Definisi Operasional 19

Validitas dan Reliabilitas Instrumen 22

Pengumpulan Data 24

Analisis Data 24

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 27

Gambaran Umum Wilayah Penelitian 27

Karakteristik Internal dan Eksternal Wanita Tani 29

Persepsi Anggota tentang Peran Ketua Kelompok Wanita Tani 36

Tujuan Pemanfaatan Lahan Pekarangan 39

Pemanfaatan Lahan Pekarangan yang Berkelanjutan 41

Hubungan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Persepsi Anggota 42

tentang Peran Ketua Kelompok Wanita Tani 42

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Tujuan Pemanfaatan 44

Lahan Pekarangan 44

Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal terhadap Pemanfaatan Lahan

(16)

Pekarangan yang Berkelanjutan 51 Pengaruh Tujuan Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemanfaatan

Lahan Pekarangan yang Berkelanjutan 53

6 SIMPULAN DAN SARAN 57

DAFTAR PUSTAKA 59

LAMPIRAN 65

RIWAYAT HIDUP 75

DAFTAR TABEL

1. Jumlah populasi dan sampel penelitian 18

2. Karakteristik internal responden 30

3. Karakteristik eksternal responden 34

4. Persepsi anggota kelompok wanita tani terhadap peran ketua kelompok

wanita tani 38

5. Sebaran responden dalam tujuan pemanfaatan lahan pekarangan 40 6. Sebaran responden dalam pemanfaatan lahan pekarangan yang

berkelanjutan 41

7. Koefisien korelasi faktor internal dan eksternal terhadap peran ketua

kelompok wanita tani 43

8. Pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap tujuan pemanfaatan

lahan pekarangan 45

9. Pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap pemanfaatan lahan

pekarangan yang berkelanjutan 49

10. Pengaruh peran ketua kelompok wanita tani terhadap pemanfaatan

lahan pekarangan yang berkelanjutan 52

11. Pengaruh tujuan pemanfaatan lahan pekarangan terhadap pemanfaatan

lahan pekarangan yang berkelanjutan 54

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil anova pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap tujuan

pemanfaatan lahan pekarangan 65

2. Hasil uji multikonieritas pengaruh faktor internal dan eksternal

terhadap tujuan pemanfaatan lahan pekarangan 65

3. Hasil uji autokorelasi pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap

tujuan pemanfaatan lahan pekarangan 65

4. Hasil uji heterokedastisitas pengaruh faktor internal dan eksternal

terhadap tujuan pemanfaatan lahan pekarangan 66

5. Hasil uji kenormalan pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap

(17)

pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan 66 7. Hasil uji multikonieritas pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap

pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan 67

8. Hasil uji autokorelasi pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap

pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan 67

9. Hasil uji heterokedastisitas pengaruh faktor internal dan eksternal

terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan 67 10. Hasil uji kenormalan pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap

pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan 68

11. Hasil anova pengaruh peran ketua kelompok wanita tani terhadap

pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan 68

12. Hasil uji multikonieritas pengaruh peran ketua kelompok wanita tani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan 68 13. Hasil uji multikonieritas pengaruh peran ketua kelompok wanita tani

terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan 69 14. Uji heterokedastisitas pengaruh peran ketua kelompok wanita tani

terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan 69 15. Hasil uji kenormalan pengaruh peran ketua kelompok wanita tani

terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan 69 16. Hasil anova pengaruh tujuan pemanfaatan lahan pekarangan terhadap

pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan 69

17. Hasil uji multikonieritas pengaruh tujuan pemanfaatan lahan

pekarangan terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan 70 18. Hasil uji autokorelasi pengaruh tujuan pemanfaatan lahan pekarangan

terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan 70 19. Hasil uji heterokedastisitas pengaruh tujuan pemanfaatan lahan

pekarangan terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan 70 20. Hasil uji kenormalan pengaruh tujuan pemanfaatan lahan pekarangan

terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan 71

21. Uji validitas dan reliabilitas Instrumen 71

(18)
(19)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang diperkirakan mencapai 273,2 juta jiwa pada Tahun 2025, menyebabkan adanya kebutuhan yang terus meningkat dalam produksi pangan. Dalam tahun-tahun terakhir telah terjadi peningkatan minat untuk memperkuat dan mengintensifkan produksi pangan lokal dalam mengurangi dampak buruk dari kekurangan pangan dan kelaparan. Penelitian Purwantini dan Mewa (2009) menunjukkan bahwa persediaan pangan yang cukup secara nasional terbukti belum menjamin perwujudan ketahanan pangan pada tingkat wilayah (regional), rumah tangga atau individu. Akibatnya ada perhatian yang ditujukan pada lahan pekarangan untuk dimanfaatkan sebagai salah satu strategi dalam membangun ketahanan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga.

Berdasarkan data statistik luas lahan pekarangan yang dapat dimanfaatkan di Indonesia adalah 10,3 juta hektar. Di Jawa luas lahan pekarangan adalah 1,5 juta hektar. Luas lahan pekarangan di Provinsi Jawa Barat adalah 120.744 hektar, sedangkan di Kabupaten Bogor 10.343 hektar. Luas lahan pekarangan dapat dimanfaatkan untuk ditanami berbagai jenis tanaman sayuran, obat-obatan keluarga, dan buah-buahan sebagai sumber bahan makanan tambahan bagi keluarga.

Pemanfataan lahan pekarangan sebenarnya telah dilakukan sejak lama. Pada Tahun anggaran 1991-1992 Kementerian Pertanian mengeluarkan program Diversifikasi Pangan dan Gizi (DPG) untuk meningkatkan mutu gizi makanan dari masyarakat dan mengurangi ketergantungan terhadap satu jenis makanan pokok yaitu beras. Selanjutnya Menteri Pertanian Indonesia mengeluarkan Peraturan No 43 Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) berbasis sumber daya lokal. Salah satu implementasi P2KP adalah pemanfaatan lahan pekarangan.

Kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan dengan berbagai komoditas tanaman sudah lama dilaksanakan terutama di perdesaan. Saat ini upaya pemanfaatan lahan pekarangan merupakan bagian dari komitmen pemerintah melalui program P2KP untuk mencapai kemandirian pangan di tingkat rumah tangga dengan menggerakkan kembali budaya menanam di lahan pekarangan. Hal ini dilakukan untuk mencapai ketahanan pangan nasional, harus dimulai dari kebutuhan pangan rumah tangga.

(20)

Pelaksanaan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan melalui program P2KP telah selesai dilaksanakan, dan anggota kelompok wanita tani diharapkan masih melanjutkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan. Keberlanjutan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan pasca program memang sangat dibutuhkan, namun anggota kelompok wanita tani tidak serta merta tergantung pada program. Oleh sebab itu, anggota kelompok mengambil suatu keputusan untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan pasca program P2KP.

Perhatian petani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan masih terbatas, akibatnya pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum mencapai sasaran secara maksimal. Padahal dengan melaksanakan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, tanaman obat, hortikultura berpotensi dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Pemanfaatan lahan pekarangan juga berpeluang menambah penghasilan rumah tangga apabila dirancang dan direncanakan dengan baik serta dapat menjaga kelestarian lingkungan (Mardiharini 2011). Oleh sebab itu, pemanfaatan lahan pekarangan dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan memerlukan dukungan dari berbagai pihak.

Mengingat potensi pemanfaatan lahan pekarangan yang cukup bagus, namun pada kenyataannya keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan masih terdapat beberapa masalah. Menurut Saptanaet al. (2011) beberapa permasalahan pokok dalam pemanfaatan lahan pekarangan yaitu: (a) pilihan jenis komoditas dan bibit terbatas, (b) kurang tersedianya teknologi budidaya spesifik lahan pekarangan, (c) kurang tersedianya teknologi panen dan pasca panen komoditas pangan lokal, (d) bersifat sambilan, dan (e) hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan belum berorientasi pasar. East dan Dawes (2009) menyatakan bahwa secara teoritis pemanfataan lahan pekarangan merupakan obat mujarab bagi sebagian besar masalah pembangunan. Namun, secara praktis, pemanfaatan lahan pekarangan menghadapi kendala lingkungan, sosial dan keuangan yang mengancam kelanjutan dari kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan.

Pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan melalui pemberdayaan kelompok wanita tani membutuhkan peran ketua kelompok wanita tani. Peran ketua kelompok wanita tani dalam pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan merupakan suatu perilaku dari ketua kelompok untuk mengajak anggotanya agar tetap melaksanakan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan pasca program P2KP. Hal ini dilakukan, mengingat ketua kelompok adalah orang yang dekat dengan anggotanya, berada satu wilayah dengan anggota, dan dipilih sebagai ketua agar dapat membantu anggota kelompok dalam memecahkan masalah tentang usaha tani, sehingga dapat memberdayakan anggota kelompoknya.

(21)

Berdasarkan hal tersebut maka peran ketua kelompok wanita tani dalam pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap dari anggota kelompok wanita tani.

Berdasarkan pemikiran yang diuraikan di atas, maka penting untuk meneliti sejauh mana peran ketua kelompok wanita tani berpengaruh terhadap pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan dan dilaksanakan oleh anggota kelompok wanita di Kabupaten Bogor pasca program P2KP. Hal ini berkaitan dengan potensi dan tantangan bagi anggota kelompok wanita tani dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai kemandirian pangan di tingkat rumah tangga yang nantinya berdampak pada ketahanan pangan secara nasional. Pemanfaatan lahan pekarangan juga menjadi salah satu strategi untuk menghasilkan bahan pangan bagi keluarga yang sehat, bergizi, aman, menjaga kelestarian lingkungan, serta menambah penghasilan.

Perumusan Masalah

Melanjutkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan pasca program P2KP merupakan salah satu potensi dan strategi untuk mewujudkan kemandirian pangan di tingkat rumah tangga. Oleh sebab itu kegiatan penyuluhan masih sangat dibutuhkan oleh anggota kelompok wanita tani untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan adanya perubahan sikap dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan.

Kegiatan penyuluhan pada kelompok wanita tani dilaksanakan untuk meningkatkan wawasan anggota kelompok wanita tani dalam meningkatkan produktivitas anggota kelompok wanita tani dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Penyuluh adalah aktor penting dalam melakukan kegiatan penyuluhan pemanfaatan lahan pekarangan. Namun penyuluh belum mampu bekerja secara maksimal kepada anggota kelompok wanita tani, mengingat wilayah yang dikunjungi penyuluh sangat banyak dan luas, sedangkan sumber daya penyuluh masih dirasa kurang. Dengan demikian, peran ketua kelompok wanita tani menjadi salah satu solusi untuk memotivasi, memberikan informasi, memfasilitasi, serta membantu memecahkan masalah anggota kelompok wanita tani dalam melanjutkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. sejauhmana hubungan faktor internal dan eksternal terhadap persepsi anggota kelompok wanita tani tentang peran ketua kelompok wanita tani?

2. sejauhmana pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap tujuan pemanfaatan lahan pekarangan?

3. sejauhmana pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan?

4. sejauhmana pengaruh peran ketua kelompok wanita tani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan?

(22)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut, yaitu untuk:

1. menganalisis hubungan faktor internal dan eksternal terhadap persepsi anggota kelompok wanita tani tentang peran ketua kelompok wanita tani. 2. menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap tujuan

pemanfaatan lahan pekarangan.

3. menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan.

4. menganalisis pengaruh peran ketua kelompok wanita tani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan.

5. menganalisis pengaruh tujuan pemanfaatan lahan pekarangan terhadap pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik dari segi teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu penyuluhan pembangunan tentang peran ketua kelompok wanita tani, dan pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan.

(23)

2 TELAAH PUSTAKA

Kelompok Tani dan Wanita Tani

Manusia merupakan mahkluk individu yang selalu berhubungan dan tidak bisa melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lainnya. Dengan hubungan dan interaksi yang terjadi maka manusia tersebut hidup dalam suatu kelompok sosial. Kelompok sosial dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan untuk mencapai suatu tujuan.

Kelompok merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan antara lain menyangkut kaitan hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong. Kelompok dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari beberapa individu yang saling berinteraksi (hubungan timbal balik) yang membentuk suatu pola perilaku serta dipandu oleh seperangkat nilai-nilai dan norma dengan maksud untuk mencapai tujuan bersama (Cartwright dan Zander, 1968; Forsyth, 2010; Haynes, 2012; Myers, 2012).

Kelompok yang terbentuk sebagai suatu sistem sosial tentu saja bukan hanya sebagai wadah untuk berkumpul, akan tetapi kelompok memiliki fungsi yang dapat dirasakan oleh anggota kelompok. Cartwright dan Zander (1968) menyebutkan bahwa ada empat fungsi kelompok yaitu: (1) media pencapaian tujuan bersama (goal achievement), (2) media usaha untuk mempertahankan kehidupan kelompok (group maintenance), (3) media untuk membantu anggota kelompok memperkuat kemampuannya, dan (4) media untuk membantu menetapkan hubungan dengan lingkungan sosialnya.

Kelompok yang terdekat dengan petani disebut kelompok tani. Kelompok tani merupakan kelembagaan bagi petani yang anggotanya terdiri dari wanita tani dan berkecimpung dalam kegiatan pertanian disebut kelompok wanita tani. Wanita tani merupakan perempuan yang dewasa maupun muda. Mereka adalah isteri petani atau anggota keluarga tani yang terlibat secara langsung atau tidak dengan tetap atau sewaktu-waktu dalam kegiatan usaha tani dan kegiatan lainnya berhubungan dengan kehidupan keluarga tani. Wanita tani merupakan kaum wanita dalam keluarga petani dan masyarakat pertanian yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dan ikut bertanggung jawab dalam kegiatan usaha tani dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan usaha peningkatan kesejahteraan keluarganya.

(24)

Kelompok wanita tani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kumpulan dari wanita tani, isteri petani, pemudi tani dan anggota keluarga petani yang membantu kegiatan usaha pertanian dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya. Kelompok wanita tani merupakan wadah bagi wanita tani baik dalam proses pembelajaran maupun untuk meningkatkan produktivitas usaha tani melalui pengelolaan usaha tani secara bersamaan.

Persepsi

Seseorang melakukan suatu tindakan dan memberikan tanggapan terhadap suatu obyek berdasarkan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Hal ini sering disebut dengan persepsi. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan tentang informasi atau stimuli dari lingkungan yang berhubungan dengan pengalaman akan obyek, peristiwa, dan hubungan-hubungan yang diperoleh, kemudian mengubahnya ke dalam kesadaran psikologi (van den Ban dan Hawkins 1999; Tubbs dan Moss 1996; Robbins dan Timothy 2008; Rakhmat 2007)

Persepsi yang diartikan dalam penelitian merupakan suatu proses yang digunakan seseorang untuk mengelola dan menafsirkan kesan indera tentang hal yang diamati di lingkungannya, sehingga dapat memberikan makna kepada lingkungan mereka. Persepsi dapat diartikan juga sebagai perilaku dari seseorang terhadap informasi yang masuk kedalam otak manusia, kemudian di interpretasikan menjadi suatu makna.

Pemimpin dan Kepemimpinan

Pemimpin dalam kelompok adalah tonggak penyangga dalam keberhasilan mencapai tujuan kelompok maupun tujuan anggota. Pemimpin kelompok merupakan pihak yang lebih aktif, mengambil inisiatif, dan yang memberi dampak pada situasi. Dengan kata lain, kondisi kelompok ditentukan oleh perilaku dari pemimpin kelompok itu sendiri. Peran dari pemimpin kelompok merupakan bagian dari perilaku yang diharapkan oleh anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

(25)

dengan anggotanya serta mampu menangani berbagai gangguan baik yang berasal dari dalam maupun dari luar (House dan Mitchell dalam Sarwono 2005; Sinamo dan Agus 2012; MintzbergdalamYulk 2010).

Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama (Yulk, 2010). Peran kepemimpinan ketua kelompok juga melibatkan keinginan dan niat, keterlibatan yang aktif antara ketua kelompok dan anggota untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Dengan demikian, baik ketua kelompok atau anggotanya mengambil tanggung jawab masing-masing untuk mencapai tujuan bersama tersebut.

Kepemimpinan ketua kelompok dapat digambarkan melalui sifat dan figur dari ketua kelompok itu sendiri agar dapat diterima oleh angota kelompok. Fatchiya (2007) menyatakan bahwa seorang ketua kelompok harus memiliki figur pemimpin yang diharapkan oleh anggotanya dalam hal ini ketua kelompok usaha ikan hias dengan perilakunya: (a) dapat berempati dengan anggota kelompoknya, (b) diterima dan diakuinya oleh anggota kelompok dan menjadi bagian dari anggota kelompoknya, (c) penuh pertimbangan terhadap orang lain, (d) mempunyai kestabilan emosi, (e) ada keinginan untuk memegang pimpinan, (f) berkompeten untuk memegang pimpinan, (g) mampu membagi kepemimpinan dengan orang lain.

Peran pemimpin atau ketua kelompok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku dari ketua kelompok wanita tani untuk mengarahkan anggotanya dalam melaksanakan suatu kegiatan kelompok wanita tani agar tercapainya tujuan bersama. Peran ketua kelompok wanita tani dilihat dari: (a) peran ketua kelompok wanita tani dalam memberikan motivasi, (b) peran ketua kelompok wanita tani dalam memberikan informasi, (c) peran ketua kelompok wanita tani dalam mengalokasi sumber daya, dan (d) peran ketua kelompok wanita tani dalam memecahkan masalah.

Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah. Pekarangan dapat berada di depan, belakang atau samping sebuah bangunan, tergantung seberapa luas sisa tanah yang tersedia setelah dipakai untuk bangunan utamanya (Balitbang Pertanian, 2012). Definisi pekarangan juga dijelaskan oleh Wurianingsih (2010) bahwa pekarangan adalah taman rumah tradisional yang bersifat pribadi, yang merupakan sistem yang terintegrasi dengan hubungan yang erat antara manusia, tanaman, dan hewan. Menurut Ninez dalam Galhena et al.

(2013) lahan pekarangan adalah suatu lahan yang terletak dekat dengan tempat tinggal yang memiliki keamanan, kenyamanan dan membutuhkan perawatan khusus serta dapat melaksanakan suatu sistem penyediaan tanaman dan hewan dalam skala kecil sehingga dapat dikonsumsi oleh anggota rumah tangga.

(26)

perempuan dalam memproduksi tanaman pekarangan, (e) bermanfaat dalam menjaga kelestarian lingkungan, (f) pekarangan sebagai penyedia bahan bangunan dan kayu bakar (Michell dan Hanstad 2004; Sthapitet al.2006; Kementan 2012). Pemanfaatan lahan pekarangan begitu penting dalam memenuhi kebutuhan pangan tambahan bagi keluarga dalam memberikan asupan gizi keluarga untuk mendukung diversifikasi pangan rumah tangga menuju keluarga yang sehat, produktif dan berkualitas serta meningkatkan pendapatan.

Pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan merupakan suatu proses keputusan bagi seseorang dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan. Menurut Rogers (2003) menyatakan proses keputusan inovasi merupakan suatu proses mental sejak seseorang mulai pertama kali mengetahui adanya suatu inovasi, membentuk sikap terhadap inovasi tersebut, mengambil keputusan untuk mengadopsi atau menolak, mengimplementasikan ide baru dan membuat konfirmasi atas keputusan tersebut.

Keputusan merupakan suatu tahapan di mana seseorang melakukan aktivitas untuk memilih mengadopsi atau menolak suatu inovasi. Seseorang mengambil suatu keputusan dalam adopsi inovasi memiliki dua kemungkinan, yaitu: (a) adopsi lanjut, (b) adopsi tidak berlanjut. Rogers (2003) membedakan jenis penolakan dalam dua hal, yaitu: (a) penolak aktif apabila seseorang mempertimbangkan mengadopsi inovasi (termasuk mencobanya), tetapi kemudian memutuskan untuk tidak mengadopsi, (b) penolak pasif merupakan sesorang yang tidak pernah sama sekali mempertimbangkan menggunakan inovasi. Suatu keputusan dalam mengadopsi suatu inovasi perlu dikonfirmasi. Tahap konfirmasi berlangsung setelah terjadi keputusan menolak atau mengadopsi dalam jangka waktu yan tidak tentu.

Penelitian tentang proses keputusan dalam adopsi inovasi dipengaruhi oleh berbagai alasan dan manfaat langsung dari teknologi yang berupa keuntungan relatif (termasuk keuntungan ekonomi yang lebih tinggi), kesesuaian teknologi terhadap nilai-nilai sosial budaya, cara dan kebiasaan berusaha tani, kerumitan penerapan teknologi, serta persepsi petani terhadap pengaruh media/informasi interpersonal sebagai penyampai teknologi yang komunikatif bagi petani, keputusan petani dalam berusaha tani ditentukan oleh keunggulan ekonomi komoditas, penggunaan sumber daya lahan dan tenaga kerja, serta interaksi anatara pelaku yang berkepentingan dalam proses adopsi inovasi tersebut (Purnaningsih 2006; Indrianingsih 2010)

(27)

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Anggota Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Wanita tani merupakan individu dalam suatu sistem masyarakat yang memiliki karakteristik yang beragam. Karakteristik wanita tani terdiri dari demografis, karakteristik sosial wanita tani dan karakteristik ekonomi. Karakteristik individu wanita tani penting untuk diketahui dalam rangka membedakan perilaku wanita tani. Adapun faktor internal yang terdiri dari:

1. Umur

Umur seorang manusia sangat menentukan perkembangan pada dirinya, mengingat banyaknya aspek yang dikembangkan pada diri individu melalui umur yang dimiliki. Umur yang produktif dapat mempengaruhi kemampuan fisik dan pola pikir, sehinga sangat potensial dalam mengembangkan berbagai usaha. Latifahet al.(2010) menyatakan bahwa semakin bertambah usia seseorang, maka akan semakin banyak alternatif cara yang dilakukan untuk menghadapi permasalahan yang dialaminya.

Gulam (2011) menyatakan bahwa umur seseorang berhubungan dengan persepsi melalui tahap perkembangan yang harus dijalani seseorang dalam hidupnya, proses inilah yang dapat mengubah persepsi seseorang pada suatu obyek. Hal ini berarti bahwa umur yang produktif biasanya memiliki semangat untuk ingin tahu terhadap obyek yang dapat diamati disekitar lingkungannya, sehingga mereka berusaha aktif mencari informasi, melaksanakan adopsi inovasi.

2. Pendidikan formal

Pendidikan merupakan suatu proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan diperlukan oleh setiap manusia. Saat ini pendidikan menjadi perhatian karena disadari bahwa pendidikan sangat penting untuk masa depan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah (Simanjuntaket al.2010).

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan diri. Pendidikan seorang ibu dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap cara berpikir untuk memenuhi kebutuhan keluarga, terutama dalam mendidik dan menyediakan konsumsi pangan yang bergizi, sehat, seimbang dan aman. Mulyandari (2011) menyatakan bahwa tingkat pendidikan formal petani berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan usaha tani.

3. Pendapatan keluarga

Pendapatan merupakan penerimaan yang diterima oleh seseorang akibat dari pekerjaan yang dilakukan. Pendapatan keluarga dari wanita tani merupakan sumber daya bagi keluarga wanita tani untuk mengadopsi suatu inovasi. Menurut Mardikanto (2009) petani yang berpendapatan tinggi biasanya akan semakin cepat mengadopsi suatu inovasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Rogers (2003), bahwa terdapat hubungan yang nyata positif antara orang yang lebih inovatif dengan status sosialnya (termasuk pendapatan).

(28)

semakin tinggi tingkat pendapatan rumah tangga maka tingkat ketahanan pangan rumah tangga akan semakin tahan pangan. Berdasarkan penelitin Arumsari dan Rini (2008) menyatakan bahwa pendapatan rumah tangga mempengaruhi peran wanita dalam upaya diversifikasi bahan pangan guna mewujudkan ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga.

4. Jumlah anggota keluarga

Anggota keluarga merupakan tenaga kerja yang memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pelaksanaan usaha tani. Menurut Belem (2002) keberadaan anggota keluarga lain merupakan tenaga tambahan dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga dapat membantu dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, sehingga secara tidak langsung membantu keluarga dalam menambah pendapatan.

Hubeis (2010) menyatakan bahwa besarnya jumlah keluarga akan berpengaruh terhadap peran wanita. Wanita tani akan dapat bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah, serta pekerjaan di rumah dapat dibagi dengan anggota keluarganya. Penelitian Arumsari dan Rini (2008) menyimpulkan bahwa jumlah anggota keluarga mempengaruhi peran wanita dalam upaya diversifikasi bahan pangan guna mewujudkan ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga.

5. Curahan waktu memanfaatkan pekarangan

Ketersediaan waktu yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani merupakan suatu sumber daya yang sangat penting. Waktu yang dicurahkan oleh keluarga miskin untuk berbagai kegiatan dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat meminimalisir biaya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Curahan waktu yang tersedia merupakan salah satu faktor yang mendukung pelaksanaan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan. Hasil penelitian Belem (2002) menunjukkan bahwa curahan waktu yang tersedia oleh wanita tani untuk memanfaatkan lahan pekarangan sekitar 2 jam/hari.

Curahan waktu merupakan modal utama untuk melakukana kegiatan produktif. Penelitian Astuti et al. (2011) menyatakan alokasi waktu yang digunakan oleh wanita tani dalam kegiatan produktif yaitu sekitar 10 jam per hari untuk kegiatan pengolahan hasil pertanian, usaha tani sawah sekitar 6,3 jam dan pemeliharaan sapi sekitar dua jam. Hugeng (2011) menyatakan bahwa alokasi waktu perempuan transmigran untuk usaha tani di lahan milik sendiri sekitar empat jam 10 menit/hari. Alokasi waktu perempuan di transmigran dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangganya.

6. Kekosmopolitan

(29)

terkungkung dalam suatu sistem sosial, maka proses adopsi inovasi akan lebih lambat karena tidak adanya keinginan untuk hidup lebih baik.

Menurut Rogers (2003) sifat kekosmopolitan seseorang akan mempertinggi kemampuan empati,dan daya empati ini akan mempertinggi sifat “innovativeness

komunikan dan aspirasi positif. Sofwanto et al. (2006) menyatakan bahwa sifat kekosmopolitan yang diperoleh petani, disebabkan mudahnya memperoleh informasi dari televisi, koran dan radio, dekatnya jarak antara desa dengan kota serta sarana jalan yang bagus sehingga mempercepat waktu tempuh dari desa menuju pusat perdagangan. Sifat kekosmopolitan yang dimiliki petani akan mempertinggi persepsi petani tentang kebijakan pemerintah daerah dalam upaya pengembangan kawasan agropolitan.

7. Motivasi

Motivasi setiap orang terhadap suatu hal berbeda-beda tergantung pada kebutuhan atau tujuan yang ingin dicapai terhadap suatu obyek. Menurut Handoko (1995) motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, menggerakkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Adanya motivasi pada diri seseorang, maka dapat menjelaskan tentang alasan seseorang melakukan suatu tindakan.

Motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam dan dari luar individu. motivasi dari dalam diri individu disebut primer (internal) yaitu dorongan yang datang dari dalam diri individu yang bersangkutan. Menurut Clayton (2007) motivasi seseorang dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan karena mereka ingin menjadikan rumahnya sebagai tempat untuk menikmat keindahan, menghabiskan waktu luang, mendemonstrasikan keahlian, serta untuk memproduksi bahan pangan yang sehat dan bergizi.

8. Luas lahan pekarangan

Lahan merupakan lingkungan fisik dan biotik yang berhubungan dengan daya dukungnya terhadap kehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lahan memiliki banyak fungsi terutama untuk pertanian. Tanpa adanya lahan mustahil suatu kegiatan pertanian dapat dilakukan. Sama halnya untuk lahan pekarangan yang digunakan untuk menanam tanaman dan memelihara ternak. Pemanfaatan lahan pekarangan tergantung pada luas lahan yang ada. Lahan yang cukup luas akan memungkinkan untuk dapat ditanami berbagai jenis tanaman, sedangkan lahan yang sempit perlu menggunakan teknik agar dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Mardikanto (2009) menyatakan semakin luas lahan yang digunakan dalam usaha tani semakin cepat seseorang mengadopsi inovasi, karena memiliki kemampuan yang lebih baik. Tohir dalam Puspasari (2010) menyatakan bahwa pengelolaan secara tradisional pada lahan yang sangat sempit dapat menimbulkan: (a) kemiskinan, (b) kurang mampu memproduksi bahan makanan pokok khususnya beras, (c) ketimpangan dalam penggunaan teknologi, dan (d) bertambahnya jumlah pengangguran dan ketimpangan dalam penggunaan sumber daya.

(30)

1. Intensitas penyuluhan

Penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Kementan, 2006).

Kegiatan penyuluhan dapat terjadi melalui interaksi antara penyuluh dengan wanita tani dalam menyampaikan informasi yang berhubungan dengan kebutuhan wanita tani dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Yuliatin (2002) menyatakan bahwa kegiatan penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dinamisnya kelompok petani, karena cepat lambatnya suatu inovasi pertanian sangat ditentukan keaktivan seorang penyuluh dalam menyampaikan informasi serta metode dan teknik yang digunakan.

2. Ketersediaan sarana produksi

Mosher (1987) menyatakan bahwa sarana dan prasarana produksi sebagai salah satu faktor pelancar dalam pembangunan pertanian. van den Ban dan Hawkins (1999) menyatakan bahwa sarana produksi merupakan sumber daya bagi petani yang dapat mengatasi berbagai hambatan dalam melaksanakan kegiatan usaha tani.

Sarana produksi yang tersedia dalam jumlah, harga, dan mutu yang tepat dalam memberikan pelayanan kepada petani akan sangat menunjang keberhasilan usaha tani. Falo (2011) menyatakan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup dapat membantu petani dalam menerapkan teknologi yang berhubungan dengan pupuk, pestisida dan benih yang diperoleh dari pelatihan atau kursus serta mempermudah petani dalam pengangkutan sarana dan hasil produksi.

3. Suasana kelompok

Suasana kelompok merupakan kondisi yang terdapat dalam suatu kelompok, sebagai hasil dari berlangsungnya hubungan-hubungan interpersonal atau hubungan antar anggota kelompok. Dengan demikian, suasana atau iklim kelompok mengacu pada ciri-ciri khas interaksi dalam kelompok (Huraerah dan Purwanto, 2006). Suasana kelompok menentukan reaksi anggota kelompok terhadap kelompoknya. Menurut Cartwright dan Zander (1968) suasana kelompok merupakan rasa hangat dan setia kawan, rasa takut dan saling mencurigai, sikap saling menerima dan sebagainya.

(31)

3 KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Kerangka Pikir

Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) merupakan bagian dari kontrak kerja antara Menteri Pertanian dengan Presiden selama tahun 2009-2014 dengan tujuan untuk meningkatkan keanekaragaman pangan sesuai dengan karakteristik daerah. Kontrak kerja ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis Sumber Daya Lokal, dan ditindak lanjuti oleh Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 43 Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis sumber daya lokal. Salah satu implementasi program P2KP diwujudkan melalui kegiatan pemberdayaan kelompok wanita tani yaitu optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan.

Pemanfaatan lahan pekarangan merupakan kegiatan pertanian dikelola di lahan pekarangan rumah, dan hasil produk pertanian diharapkan dapat menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara terus-menerus, guna pemenuhan gizi keluarga, menambah pendapatan, serta menjaga kelestarian lingkungan. Pemanfaatan lahan pekarangan dapat dilaksanakan secara terus-menerus (berkelanjutan) apabila ada kesadaran, keinginan, keputusan dari anggota kelompok wanita tani untuk memanfaatkan lahan pekarangan.

Kegiatan keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan yang dianalisis merupakan kegiatan pasca program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) pada Tahun 2011 di Kabupaten Bogor. Kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan merujuk pada konsep pengambilan keputusan inovasi. Menurut Rogers (2003) proses pengambilan keputusan suatu inovasi terdiri dari lima tahap yaitu: (1) suatu proses yang dilakukan oleh seorang individu mulai dari memperoleh pengetahuan awal dari suatu inovasi, (2) membentuk sikap terhadap inovasi, (3) membuat keputusan untuk mengadopsi atau menolak, (4) melaksanakan inovasi, dan (5) mengkonfirmasi keputusan dalam suatu inovasi. Berdasarkan konsep Rogers (2003) tersebut pada penelitian ini dibatasi pada satu tahap yaitu tahap konfirmasi.

Keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan didasari pada tahapan konfirmasi, yang merupakan suatu tindakan/perilaku dari anggota kelompok wanita dalam memberikan penegasan terhadap keputusan yang diambil, meliputi: (a) tidak melanjutkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan, (b) melanjutkan akan tetapi kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan kurang dari ketika adanya program P2KP, (c) melanjutkan dan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan sama dengan ketika adanya program P2KP, (d) melanjutkan dan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan lebih besar dibandingkan ketika ada program P2KP (perluasan).

(32)

kelompok wanita tani mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mendorong upaya perubahan pada anggota kelompok.

Ketua kelompok wanita tani baik yang dipilih berdasarkan musyawarah dan mufakat bersama anggota kelompok maupun yang ditunjuk oleh pihak-pihak yang berwenang seperti penyuluh dan tokoh masyarakat, memiliki peranan untuk menggerakkan anggotanya agar mau melaksanakan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan. Peran ketua kelompok wanita tani adalah: (a) untuk memotivasi anggota kelompok wanita tani (motivator), (b) memberikan informasi, (c) mengalokasi sumber daya, (d) membantu dalam memecahkan masalah. Peran ketua kelompok wanita tani dijadikan peubah yang diduga mempengaruhi keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan, karena kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan dilaksanakan melalui kegiatan kelompok, dan ketua kelompok wanita tani berada pada satu wilayah yang sama dengan anggota kelompok, sehingga terjalinnya interaksi antara ketua kelompok dengan anggota kelompok wanita tani dalam kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan.

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa keputusan seseorang untuk menolak atau mengadopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh alasan/tujuan yang ingin dicapai dalam mengadopsi suatu inovasi. Dalam penelitian ini, kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan diduga dipengaruhi oleh tujuan dari anggota kelompok wanita dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Tujuan pemanfaatan lahan pekarangan merupakan gambaran tentang sesuatu hasil yang diharapkan dan dapat dicapai oleh anggota kelompok wanita tani. Tujuan pemanfaatan lahan pekarangan yang dianalisis adalah: (a) memenuhi kebutuhan pangan,(b) melatih keterampilan menanam, (c) menambah penghasilan, (d) menjaga kelestarian lingkungan.

Keputusan anggota kelompok wanita tani untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan dipahami sebagai suatu tindakan yang rasional berdasarkan pertimbangan. Berdasarkan tinjauan psikologi sosial, bahwa pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan dipengaruhi oleh perilaku seseorang dalam kehidupannya dan karakteristik yang melekat pada diri individu tersebut. penelitian ini juga menganalisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan. Faktor internal meliputi: (a) umur, (b) pendidikan formal, (c) pendapatan keluarga, (d) jumlah anggota keluarga, (e) curahan waktu memanfaatkan pekarangan, (f) kekosmopolitan, (g) motivasi, (h) luas lahan pekarangan. Faktor eksternal meliputi: (a) intensitas penyuluhan, (b) ketersediaan sarana produksi, (c) suasana kelompok.

(33)
(34)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tujuan dan kerangka pikir penelitian tentang keterkaitan antara peubah yang berhubungan terhadap peran ketua kelompok wanita tani dalam keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan, maka dirumuskan tiga hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. terdapat hubungan nyata faktor internal dan eksternal terhadap persepsi anggota tentang peran ketua kelompok wanita tani,

2. terdapat pengaruh nyata faktor internal dan faktor eksternal terhadap tujuan pemanfaatan pekarangan,

3. terdapat pengaruh nyata faktor internal dan faktor eksternal terhadap pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan,

4. terdapat pengaruh nyata peran ketua kelompok wanita tani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan,

(35)

4 METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian dirancang berdasarkan metode survei dan bersifat explanatory research, dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Metode survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi 2013). Metode survei dipilih karena dapat menggambarkan karakteristik dari populasi melalui sampel yang digunakan. Penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran persepsi anggota tentang peran ketua kelompok wanita tani dalam pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan.

Explanatory research merupakan penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Singarimbun & Effendi, 2013). Explanatory research

digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang diduga berhubungan terhadap peran ketua kelompok wanita tani, faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap tujuan anggota kelompok wanita tani dalam pemanfaatan lahan pekarangan, menjelaskan pengaruh peran ketua kelompok wanita tani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan, serta menjelaskan pengaruh tujuan pemanfaatan lahan pekarangan terhadap pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor yang merupakan pelaksana program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) melalui pemanfaatan lahan pekarangan pada tahun 2011. P2KP di Kabupaten Bogor dilaksanakan pada tahun 2011 di lima Kecamatan yaitu Kecamatan Dramaga, Cibungbulang, Leuwiliang, Ciseeng, dan Caringin. Saat ini kelompok wanita tani yang terdapat di lima kecamatan tetap melanjutkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan pasca program P2KP. Luas lahan untuk pertanian menurut penggunaannya mengalami pengurangan tiap tahunnya akibat alih fungsi lahan. Tiap tahunnya lahan pertanian di Kabupaten Bogor berkurang, pada Tahun 2010 luas lahan pertanian sebanyak 48.484 ha dan pada Tahun 2013 47.930 ha, sedangkan jumlah penduduk di Kabupaten Bogor terus bertambah yaitu pada Tahun 2010 sebanyak 4.771.932 jiwa dan pada Tahun 2013 sebanyak 5.077.210 jiwa.

Penelitian lapang dilakukan selama tiga bulan mulai Februari 2014 sampai dengan April 2014. Jangka waktu ini dilakukan mulai dari uji coba kuesioner sampai dengan pengumpulan data di lapangan.

Populasi dan Sampel

(36)

tahun 2011. Jumlah anggota kelompok wanita tani yang tergabung dalam 10 kelompok wanita tani tersebut berjumlah 250 orang.

Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara proporsional acak sederhana (proportional simple random sampling). Menurut Sevillaet al. (2006) jika jumlah populasi sangat kecil (<500), maka untuk sampelnya diperlukan minimum 20%. Jumlah sampel untuk penelitian ini adalah 30% dari jumlah populasi, maka sampel yang diambil berjumlah 75 orang. Hasil perhitungan jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 75 anggota kelompok wanita tani dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah populasi dan sampel penelitian

No Kecamatan Desa Nama KWT Populasi

(orang)

Sampel (orang)

1 Leuwiliang Karacak Karya mekar 30 9

Barengkok Melati suka tani 30 9

2 Rancabungur Bantarsari Rukun tani 30 9

Bantarjaya Mekar jaya 30 9

3 Cibungbulang Situ udik Teratai 20 6

Cibatok 1 Nusa jati 20 6

4 Cijeruk Cibalung Wanti asih 30 9

Cipelang Nusa indah 30 9

5 Dramaga Cikarawang Mawar 10 3

Sukadamai Damai Lestari 20 6

Total 250 75

Data dan Instrumentasi

Data penelitian terdiri dari dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berhubungan dengan data dari persepsi anggota tentang peran ketua kelompok wanita tani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan yang diperoleh melalui wawancara dengan bantuan kuesioner, berdasarkan daftar pertanyaan dan pernyataan yang telah disusun sesuai dengan indikator pengukuran dan tujuan penelitian. Selain wawancara dan kuesioner juga dilakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian dengan cara mendokumentasikan dan ditambah dengan catatan lapangan. Data sekunder meliputi keadaan geografis dan demografis daerah penelitian (Kabupaten Bogor), data kelompok wanita tani serta data lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Data tambahan untuk pendalaman dilakukan dengan wawancara mendalam.

(37)

Definisi Operasional

Definisi operasional peubah dimaksudkan untuk memberikan batasan yang jelas, sehingga memudahkan dalam melakukan pengukuran. Definisi operasional pada masing-masing peubah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Faktor internal anggota kelompok wanita tani yang mencakup karakteristik sosial ekonomi yang melekat pada diri wanita tani yang meliputi: umur, pendidikan formal, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, curahan waktu memanfaatkan pekarangan, kekosmopolitan, motivasi, luas lahan pekarangan. Penjelasan masing-masing peubah adalah sebagai berikut:

(a) Umur anggota kelompok wanita tani diukur berdasarkan usia dari anggota kelompok wanita tani yang dihitung sejak lahir sampai pada waktu penelitian, dengan menggunakan skala rasio yang dinyatakan dalam tahun. Data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu muda (20-37 tahun); dewasa (38-42 tahun); dan tua (45-64 tahun).

(b) Pendidikan formal diukur berdasarkan lamanya proses pembelajaran yang ditempuh oleh anggota kelompok wanita tani di sekolah resmi, dengan menggunakan skala rasio yang dinyatakan dalam tahun. Data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah (tidak tamat SD-tamat SD), sedang (tidak tamat SLTP-tamat SLTA), tinggi (Perguruan Tinggi). (c) Pendapatan keluarga diukur berdasarkan jumlah/besarnya perolehan

penghasilan keluarga anggota kelompok wanita tani yang berasal dari kegiatan usaha tani (pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan), dan kegiatan non pertanian (usaha dagang, industri/kerajinan, jasa, buruh tani, dan lainnya), dengan menggunakan skala rasio yang dinyatakan dalam Rupiah/Bulan. Data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah (Rp500.000–Rp1.000.000); sedang (Rp1.100.000–Rp1.700.000); tinggi (Rp1.750.000–Rp6.000.000).

(d) Jumlah anggota keluarga diukur berdasarkan banyaknya orang yang tinggal bersama anggota kelompok wanita tani dalam satu rumah tangga saat ini, dengan menggunakan skala rasio yang dinyatakan dalam orang. Data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu kecil (2-3 orang), sedang (4-5 orang), besar (6-9 orang).

(e) Curahan waktu diukur berdasarkan lamanya proses kegiatan pemanfaataan lahan pekarangan yang dilakukan anggota kelompok wanita tani diluar kegiatan rumah tangganya sehari-hari, dengan menggunakan skala rasio yang dinyatakan dalam jam/hari. Data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu sedikit (nol-0.5jam/hari); sedang (1-2 jam/hari); banyak (4-6) jam/hari).

(38)

(g) Motivasi diukur berdasarkan dorongan yang timbul pada diri anggota kelompok wanita tani baik yang berasal dari dalam dirinya sendiri (intrinsik) maupun yang berasal dari luar dirinya (ekstrinsik) untuk memanfaatkan lahan pekarangan, dengan menggunakan skala ordinal berdasarkan 10 aspek parameter/pernyataan. Data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah (skor 13-29); sedang (skor 30-33); tinggi (skor 34-40).

(h) Luas lahan pekarangan adalah sebidang tanah disekitar rumah anggota kelompok wanita tani yang masih diusahakan untuk menanam berbagai jenis tanaman. Menggunakan skala rasio yang dinyatakan dalam satuan meter persegi. Data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu sempit (1-5 m2), sedang (6-10 m2), luas (12-300 m2).

(2) Faktor eksternal yang mencakup dalam penelitian ini adalah intensitas penyuluhan, ketersediaan sarana produksi, dan suasana kelompok.

(a) Intensitas penyuluhan merupakan proses pembelajaran non formal yang diikuti oleh anggota kelompok wanita tani dalam kegiatan kelompok yang berhubungan dengan kesesuaian materi dengan kebutuhan anggota kelompok wanita tani, dengan menggunakan skala ordinal berdasarkan empat butir pernyataan. Data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah (skor 5-10); sedang (skor 11-13); tinggi (skor 14-16)

(b) Ketersediaan sarana produksi diukur kemudahan memperoleh bibit, benih, pupuk, obat-obatan, dan media tanam oleh anggota kelompok wanit tani. Menggunakan skala ordinal berdasarkan empat aspek parameter/pernyataan. Data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah (skor 6-9); sedang (skor 10-12); tinggi (skor 13-15).

(c) Suasana kelompok diukur berdasarkan manfaat mengikuti kegiatan kelompok, hubungan antar anggota kelompok, konflik serta rasa aman dan nyaman dalam kelompok, dengan menggunakan skala ordinal berdasarkan empat butir pernyataan. Data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah (skor 6-10), sedang (skor 11-13), tinggi (skor 14-16)

(3) Peran ketua kelompok wanita tani adalah perilaku dari ketua kelompok untuk mengarahkan anggotanya dalam melaksanakan suatu kegiatan kelompok agar tercapainya tujuan bersama. Peran ketua kelompok terdiri dari:

(a) Memberikan motivasi diukur berdasarkan kemampuan ketua kelompok dalam menjalin komunikasi, memberikan penjelasan tentang pemanfaatan lahan pekarangan, manfaat yang dirasakan akibat dari dorongan/motivasi, dan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan yang dapat ditiru oleh anggota kelompok wanita tani untuk melaksanakan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan. Menggunakan skala ordinal berdasarkan lima butir pernyataan. Data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah (skor 10-14); sedang (skor 15-17); tinggi (skor 18-20).

(39)

skala ordinal berdasarkan lima butir pernyataan. Data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah (skor 6-10); sedang (skor 11-15), tinggi (skor 16-17).

(c) Mengalokasi sumber daya diukur berdasarkan kemampuan ketua kelompok wanita dalam mencari, menyediakan, menyebarluaskan sumber daya (sarana produksi), serta menjelaskan bantuan yang didapatkan. Menggunakan skala ordinal berdasarkan lima butir pernyataan. Data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah (skor 8-13), sedang (skor 14-16), tinggi (skor 17-19).

(d) Memecahkan masalah diukur berdasarkan kemampuan ketua kelompok wanita tani untuk membantu anggota kelompok yang berhubungan dengan kesiapan, ramah, memberikan saran, dapat berlaku adil dan bijkasana dalam pemecahan masalah yang berhubungan dengan kelompok dan pemanfaatan lahan pekarangan, dengan menggunakan skala ordinal berdasarkan lima butir pernyataan. Data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah (skor 9-11); sedang (skor 12-16); tinggi (skor 17-20).

(4) Tujuan pemanfaatan lahan pekarangan merupakan dorongan atau maksud dari anggota kelompok wanita tani dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan lahan yang dilakukan dengan cara menanam berbagai tanaman (sayur, tanaman obat, buah-buahan) untuk memenuhi kebutuhan pangan, melatih keterampilan menanam, untuk meningkatkan pendapatan, serta menciptakan keindahan dan kenyamanan lingkungan. Tujuan pemanfaatan lahan pekarangan terdiri dari:

(a) Memenuhi kebutuhan pangan keluarga diukur hasil tanaman pekarangan yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi, dan sumber bahan makanan ketika musim paceklik/harga kebutuhan naik. Menggunakan skala ordinal berdasarkan tiga butir pernyataan. Data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah (skor 4-6); sedang (skor 7-9), tinggi (skor 10-12).

(b) Melatih keterampilan menanam di pekarangan diukur berdasarkan kemampuan anggota kelompok wanita tani dalam menggunakan teknik budidaya tanaman (vertikultur, hidroponik, tabulampot), serta kemudahan dalam menggunakan teknik budidaya tersebut. Menggunakan skala ordinal berdasarkan lima butir pernyataan. Data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah (skor 6-10); sedang (skor 11-13), tinggi (skor 14-17).

(c) Menambah pendapatan diukur berdasarkan hasil tanaman pekarangan dapat mengurangi biaya untuk membeli bahan pangan, pemanfaatan lahan pekarangan yang tidak membutuhkan modal yang besar, serta apabila dijual dapat menambah penghasilan. Menggunakan skala ordinal berdasarkan tiga butir pernyataan. Data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah (skor 5-7); sedang (skor 8-10); tinggi (skor 11-12). (d) Menjaga kelestarian lingkungan keluarga diukur usaha yang dilakukan

(40)

menjadi tiga kategori yaitu rendah (skor 4-10); sedang (skor 11-13); tinggi (skor 14-16).

(5) Pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan diukur berdasarkan keputusan untuk tidak melanjutkan, melanjutkan namun kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan lebih sedikit ketika adanya program P2KP, melanjutkan dan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan sama ketika adanya program P2KP, serta melanjutkan dan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan lebih besar dari ketika adanya program P2KP (perluasan), dengan menggunakan skala ordinal berdasarkan 10 butir pernyataan. Data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah (tidak melanjutkan dan melanjutkan namun jenis dan jumlah tanaman kecil dari program P2KP dengan total skor yang diperoleh 12-25), sedang (melanjutkan sama dengan program P2KP dengan total skor yang diperoleh 26-31), tinggi (melanjutkan besar dari program P2KP/perluasan dan total skor yang diperoleh 32-36).

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Suatu alat ukur sudah dianggap valid apabila alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur secara tepat konsep yang ingin diukur, sehingga hasil dari pengukuran tersebut tidak menimbulkan keraguan. Kerlinger (2006) menyatakan bahwa validitas instrumen merupakan tingkat kesahihan suatu alat ukur untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat diukur berdasarkan apa yang sebenarnya ingin diukur.

Singarimbun dan Effendi (2013) menyatakan bahwa ada beberapa cara menetapkan kesahihan atau keabsahan suatu alat ukur yang dipakai, yaitu: (1) validitas konstruk adalah seorang peneliti dapat menyusun tolok ukur operasional berdasarkan kerangka konsep, (2) validitas isi merupakan suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep, (3) validitas eksternal merupakan alat ukur yang digunakan tidak berbeda hasilnya jika dibandingkan dengan alat ukur yang sudah valid, (4) validitas prediktif merupakan alat ukur yang digunakan untuk memprediksi kejadian di masa yang akan datang, (5) validitas budaya yaitu suatu alat ukur yang digunakan di negara dengan suku bangsa yang sangat bervariasi, (6) validitas rupa menunjukkan bahwa dari segi “rupanya” suatu alat pengukur tampaknya mengukur apa yang ingin diukur.

(41)

Keterangan

r : Koefisien korelasi n : Jumlah responden

ΣXi: Jumlah skor butir

ΣYi: Jumlah skor total

Uji instrumen dilakukan di Kecamatan Dramaga yaitu dengan mengambil 30 responden, yang terdiri dari 15 responden di kelompok wanita tani Anggrek di Desa Babakan Kecamatan Dramaga dan 15 responden di kelompok wanita tani Melati di Desa Cikarawang. Berdasarkan hasil analisis uji instrumentasi dapat diketahui bahwa semua butir pernyataan dalam instrumen tergolong valid. Hasil ini terlihat dari nilai r_hitung yang berkisar antara 0,401 sampai dengan 0,845, nilai ini lebih besar dari r_tabel yaitu 0,374 pada taraf nyata lima persen (Lampiran 21)

Reliabilitas merupakan tingkat kemantapan atau konsistensi dari suatu alat ukur penelitian. Menurut Singarimbun dan Effendi (2013) reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukkan tingkat suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, apabila alat itu dipakai dua kali atau lebih untuk mengukur gejala yang sama dengan hasil pengukuran yang konsisten (Singarimbun & Effendi, 2013). Suatu alat ukur harus memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi agar dapat menghasilkan jawaban yang sesuai dengan tujuan penelitian. Reliabilitas diuji menggunakan metodealphaCronbach dengan rumus:

Keterangan

Tingkat reliabilitas instrument dengan metode alpha Cronbach yang diukur berdasarkan skala alpha Cronbach 0-1 (Azwar, 2003). Nilai hasil uji reliabilitas instrument dikelompokkan sebagai berikut:

(1) Kurang reliabel, nilai koefisienalphaCronbach (0.00-0.20) (2) Agak reliabel, nilai koefisienalphaCronbach (0.21-0.40) (3) Cukup reliabel, nilai koefisienalphaCronbach (0.41-0.60) (4) Reliabel, nilai koefisienalphaCronbach (0.61-0.80) (5) Sangat reliabel, nilai koefisienalphaCronbach (0.81-1.00)

Hasil uji coba instrumen menunjukkan bahwa nilai koefisien reliabilitas

alpha Cronbach pada faktor internal termasuk kategori reliabel, faktor eksternal termasuk reliabel, peran ketua kelompok wanita tani termasuk sangat reliabel, tujuan pemanfaatan lahan pekarangan termasuk reliabel, dan keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan termasuk pada kategori reliabel. Kisaran nilai koefisien reliabilitas alphaCronbach yang diperoleh 0.730-0.849 (Lampiran 21).

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pikir Hubungan Antar Peubah Penelitian.
Tabel 1 Jumlah populasi dan sampel penelitian
Tabel 2 Karakteristik internal responden
Tabel 3 Karakteristik eksternal responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Edison (2003) dalam Hasan dan Edison (2007) bahwa pengasapan dengan suhu yang tinggi tidak dapat dilakukan pada

Berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 5% menunjukkan bahwa penambahan bubuk bunga rosella terhadap intensitas warna kuning pada sosis yang dihasilkan berbeda nyata

Tujuan dari penggunaan alat homogenizer untuk pengujian stabilitas emulsi salad dressing ini, dengan menggunakan kecepatan putar homogenisasi serta variable ratio bahan yang

Untuk mengetahui sistem penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat yang meliputi pengaturan tata ruang, cara penyimpanan obat,

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan pemberian ASI eksklusif, terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman menyusui dan pemberian

Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakuakan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani, pada seseorang

Ternyata dakwah yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz tersebut berbuat positif, puluhan ribu masyarakat dengan suka rela berbondong-bondong masuk agama Islam, seperti yang di Khurasan,

Namun demikian, dugaan ini perlu diuji secara empiris apakah memang memiliki hubungan atau tidak.Berangkat dari hal itulah riset ini bertujuan untuk menguji tiga