• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Media Informasi Seni Benjang Gelut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Media Informasi Seni Benjang Gelut"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI SENI BENJANG GELUT

DK38315 / Tugas Akhir Semester II / 2013-2014

Oleh:

Oki Suhendri 51910288

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Oki Suhendri

Tempat/Tanggal Lahir : Banyumas, 6 Januari 1991

Umur : 23 Tahun

Jenis Kelamin : Pria

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Alamat : Komplek permata kopo blok D No. 57

Desa sayati, Kecamatan Margahayu Kab.Bandung 40228

No. Telepon : 085322990029

II. Pendidikan Formal

1. SDN 4 kemawi Banyumas, tamat berijazah tahun 2003

2. SLTP ANGKASA Lanud Sulaiman Bandung, tamat berijazah tahun 2006

3. SMK ANGKASA Lanud Husein Bandung, tamat berijazah tahun 2009

4. Tahun 20014 saat ini tercatat sebagai mahasiswa jenjang S1 Program

Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer

Indonesia.

Demikian riwayat hidup penulis yang disusun secara singkat, untuk melengkapi

(5)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

I.2 Identifikasi Masalah ………...2

I.3 Rumusan Masalah ………3

I.4 Batasan Masalah ………... 3

I.5 Tujuan Perancangan ……….3

Bab II Tinjauan Pustaka ……….4

II.1 Media Informasi ………..4

II.1.1 Definisi Media Informasi ……….4

II.1.2 Jenis- jenis Media Informasi ………5

II.1.3 Film Dokumenter………….. ...………6

II.1.4 Model pembuatan film Dokumenter ..………...7

II.2.1 Definisi Benjang Gelut ………7

II.2.2 Tata cara dan pelaksanaan Benjang ………9

II.3 Alat musik Benjang Gelut ………..…19

II.5 Opini masyarakat luar kampung tentang Seni Benjang ……….22

II.6 Analisa Permasalahan ………23

(6)

vii

Bab III Strategi Perancangan dan Konsep Visual ….……….….25

III.1 Strategi Perancangan ………..……25

III.1.1 Pendekatan Komunikasi ……….25

III.1.2 Tujuan Komunikasi ………26

III.1.3 Tema Komunikasi Visual ………..26

III.2 Strategi Kreatif ………26

III.3 Strategi Media ……….37

III.4 Strategi Distribusi ………....40

III.5 Konsep Visual ……….41

III.6 Layout ………...42

III.7 Huruf…... ………..43

III.8 Ilustrasi ………45

III.9 Warna ………...48

Bab IV Teknis Produksi Media ……….50

IV.1 Media Film Dokumentr ………50

IV.1.1 Teknis Pembuatan Film ………50

IV.2.2 Media Pendukung ………52

DAFTAR PUSTAKA ……….64

(7)

64 DAFTAR PUSTAKA

Buku

Apip. “Pengetahuan Film dokumenter”. Prodi TV dan Film.2011.

Margono, Aries. “ Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi ”. Andi.2010

Santrock, John W. “ Life Span Development “ perkembangan masa hidup.

Erlangga.1995

Widjaya, Anto Sumiarto.“Benjang dari seni terebgan kebentuk seni beladiri dan

pertunjukan “. Panitia Festival Benjang Anak. 2009

Wawancara

Endin.2014.Wawancara tentang “ kondisi Seni ulin buhun Benjang Gelut “di

paguyuban ligar pusaka buhun Kp.Cibolerang Rt.4/Rw.9 Desa

Cinunuk,Kec.Cileunyi.Kabupaten Bandung

Fajaria,Ria Dewi. 2014.Wawancara tentang “Perkembangan Benjang” di sanggar

seni Kampung Seni dan Wisata Manglayang

kp.Cibolerang,Jl.Cijambe,Desa Cinunuk.

Hidayat,Nandang. 2014.Wawancara tentang “Sejarah Ulin Buhun Cibolerang “di

paguyuban lingar pusaka buhun,Kp.Cibolerang Rt.4/Rw.9 Desa

Cinunuk,Kec.Cileunyi.Kabupaten Bandung

Soleh. 2014.wawancara tentang “ Teknik benjang gelut buhun “ di Cibiru.

Perumahan cibiru.Bandung

Internet

Bella, Indyra.” Media Periklanan Pengantar Periklanan”. 20 Mei 2014

(8)

65

Ilmianti Saleh ,Desti. “ Kesenian Benjang Kampung Cibolerang “. 20 April 2014

http://destiilmi.blog spot.com/2012/03/kesenian-benjang.html

Sultan,Vyan. “ Kesenian Benjang” 15 April 2014

http://lemburkuring08.blogspot.com/2009/01/kesenian-benjang.html

Koran

Bintang ,Dhiora. “Benjang Gulat Asli Tanah Sunda” 10 April 2011. Media

(9)

iii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Salam

penulis panjatkan kepada junjungan Nabi Muhamad SAW, beserta keluarga dan

pengikut-pengikutnya. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “ Perancangan Media

Informasi Seni Benjang Gelut”.

Dalam penciptaan laporan dan karya ini melibatkan banyak pihak terkait

(masyarakat desa Cinunuk, masyarakat komplek Cibiru, kampung Cibolerang dan

adat Manglayang). Penulis mengangkat kajian seni budaya tradisional dari tatar

sunda sehingga penelitian dilakukan di kampung Cibolerang desa Cinunuk

kabupaten Bandung terkait Seni Benjang Gelut yang berkembang.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih belum

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

Semoga penyusunan laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung 18 Agustus 2014

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Seni Benjang merupakan kesenian tradisional khas Jawa Barat yang telah lama

mengakar di kawasan kaki gunung Manglayang sejak abad ke-19. Seni Benjang

Gelut menjadi kesenian beladiri tradisional sunda yang hidup dan berkembang

disekitar kecamatan Ujungberung kabupaten Bandung (Wijaya Anto, 2013, h.12 ).

Sebutan Benjang adalah nama dari permainan-permainan sunda pada jaman

Hindia Belanda, sehingga Seni Benjang Gelut menjadi bagian dari salah satu

permainan tradisional dan telah menjadi lokalitas bagi masyarakat kaki gunung

Manglayang. Hal ini terlihat dari perkembangannya yang terjadi secara turun

temurun di kawasan kaki gunung Manglayang. Benjang berkembang menjadi

beberapa jenis, selain seni Benjang Gelut terdapat Benjang Helaran dan Topeng

Benjang dimana terdapat perbedaan waktu dalam pementasanya. Seni Benjang

Gelut bukan hanya menjadi permainan untuk hiburan semata, namum memiliki

nilai, aspek dan makna positif khususnya pagi para pebenjang.

Pada pertengahan abad ke-19 eksistensi Benjang mengalami kemerosotan yang

disebabkan oleh pemerintah Hindia-Belanda dengan dikeluarkanya larangan

penayangan segala jenis Benjang berkaitan timbulnya pemuda-pemuda yang

menginginkan kemerdekaan. Dari kejadian tersebut para pemuda memilih untuk

membentuk perkumpulan yang berkedokan olahrga dan kesenian lewat jalur

agama dan menghasilkan seni Rudat kemudian menjadi seni Gedut. Dari seni

Gedut tersebutlah muncul seni Benjang Gelut (Wijaya Anto, 2013, h.13).

Kawasan Ujungberung tempo dulu meliputi 10 kecamatan. Kawasan Cinunuk

terletak di kecamatan Cileunyi menjadi tempat berkembangnya seni Benjang

Gelut, sedangkan wilayah Ujungberung saat ini mengembangkan Benjang jenis

Helaran yang menggunakan alat musik tabuh dari seni Benjang Gelut. Menurut

beberapa tokoh-tokoh benjang di Cinunuk, sebutan Benjang Gelut asli adalah

Seni Ulin Buhun Benjang Gelut, dimana Benjang gelut asli memiliki teknik buhun

(11)

2

Angkat, Rompes dan Dalipeut. Pada abad ke-19 seni Benjang Gelut identik

dengan olahraga gulat seperti Wresstleun, Yudo dan Pencak silat sehingga

perkembangan gulat bercampur dengan gulat modern. Sejak itulah teknik yang

digunakan dalam gelut lebih monoton pada teknik campuran. Hal ini dirasakan

oleh para tokoh dan sepuh benjang bahwa keaslian Seni Ulin Buhun Benjang

Gelut dengan menggunakan teknik buhun semakin hilang. Pemahaman mengenai

karya peninggalan Benjang Gelut asli Cinunuk masih belum merata mengingat

Benjang identik dengan Sebutan gulat. Para pebenjang lari memilih gulat dengan

menggunakan trik dan teknik Benjang ( Ketua paguyuban: Nandang Hidayat,

wawancara 19 juli 2014)

Eksitensi seni Benjang Gelut Cinunuk dapat dikatakan sangat rendah mengingat

seni Benjang Gelut berkembang dan diminati oleh sebagian masyarakat

dikawasan kaki gunung Manglayang. Para pemuda pada umumnya lebih sering

memainkan Benjang Helaran pada acara khitanan anak. Seni Benjang Gelut telah

berkembang dari turun temurun di kawasan Manglyang, sehingga seni beladiri

tradisional buhun yang memiliki nilai sportifitas dan aspek-aspek dalam

kehidupan tersebut kurang di kenali oleh masyarakat luar. Menurut Nandang

Hidayat, pelestarian seni tradisional dikawasan daerah Cinunuk juga kurang

mendapatkan perhatian serius dari pemerintah sehingga usaha yang dilakukan

berjalan dengan lambat mengandalkan kemampuan seadanya seperti

menginformasikan dari mulut kemulut setiap ada acara pentas Benjang. Adapun

visi dari ketua paguyuban ligar pusaka buhun terhadap seni Benjang Gelut dapat

dikenal oleh masyarakat luas, maka Benjang Gelut perlu dilestarikan dan

ditingkatkan eksistensinya mengingat seni beladiri Benjang Gelut adalah warisan

budaya Jawa Barat. Hal ini tekait juga dengan tujuan Pembangunan Pariwisata

dan Kebudayaan kota Bandung yaitu melestarikan seni budaya tradisi.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengidentifikasikan

(12)

3

• Pemahaman mengenai karya peninggalan seni Benjang Gelut asli Cinunuk

masih belum merata di kalangan pebenjang.

• Minimnya penggunaan teknik-teknik Benjang Gelut buhun.

• Minimnya informasi menyebabkan masyarakat luas kurang mengetahui

seni Benjang Gelut secara mendalam.

• Kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam mendukung kemajuan seni

tradisional Benjang menyebabkan pelestarian seni Benjang Gelut lambat.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan yang diatas maka rumusan masalanya

adalah “ Bagaimana mengenalkan secara lengkap tentang Seni Ulin Buhun

Benjang Gelut sebagai permainan tradisional Jawa Barat yang memiliki teknik

buhun, nilai sportif ,dan aspek positif yang baik kepada para pebenjang? “

I.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam perancangan adalah:

• Fokus informasi Seni Ulin Buhun Benjang Gelut ditujukan kepada

kalangan umum.

• Fokus informasi Seni Ulin Buhun Benjang Gelut dibatasi pada teknik

buhun, aspek dan nilai positif.

• Membatasi wilayah umum Indonesia, khususnya kotaBandung.

I.5 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari perancangan ini adalah:

 Mengenalkan Seni Ulin Buhun Benjang Gelut yang memiliki

teknik-teknik buhun yang mematikan kepada masyarakat umum yang di tuangkan

dalam informasi yang menarik.

 Menginformasikan nilai sportif dan makna positif yang terkandung dalam

Seni Ulin Buhun Benjang Gelut.

 Meningkatkan eksistensi Seni Ulin Buhun Benjang Gelut yang berasal dari

(13)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA II.1 Media Informasi

Perkembangan media informasi di era modern berkembang begitu pesat. Media

informasi banyak memberikan manfaat bagi masyarakat luas dalam berinteraksi.

Kebutuhan dari adanya media informasi dapat dirasakan dari pembuat atau

pengirim informasi yang di tunjukan kepada target masyarakat demi tercapai

tujuan tertentu, selain itu juga dirasakan oleh masyarakat yang membutuhkan

informasi tertentu dari penyedia informasi.

Dengan demikian media informasi sangat berperan penting dalam tercapainya

suatu tujuan melalui perantara informasi dari pengirim dan penerima. Hal ini

didukung dengan semakin berkembangnya media informasi modern yang

membuat informasi semakin mudah tersampaikan melalui media-media yang

berfariatif dalam era modern.

II.1.1 Definisi media informasi

Media informasi menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat saat

ini, dimana kebutuhan dalam menyalurkan atau menerima informasi masih terjadi

di berbagai kalangan. Kata media berasal dari bentuk jamak “medium” yang

secara harfiah berarti perantara atau pengantar, maksudnya sebagai perantara atau

alat menyampaikan sesuatu” (Salahudin,1986: 3). Menurut Gordon B. Davis,

informasi merupakan data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam

keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.

Dengan demikin media informasi mencakup semua lapisan masyarakat dalam

menyalurkan berbagai macam informasi yang dituangkan dengan cara tertentu

untuk memenuhui tujuan yang di ingingkan. Informasi mengandung pesan-pesan

yang nyata untuk menjawab suatu permasalahan yang terjadi di lingkungan

(14)

5 II.1.2 Jenis-jenis media informasi

Media berperan penting bagi masyarakat dimana media merupakan jembatan

informasi maupun perkembangan bagi masyarakat luas. Untuk membangun

jangkauan yang saling melengkapi dan dapat menciptakan efisiensi serta

efektivitas media, maka media dapat di bagi menjadi

• Media lini atas

Media lini atas merupakan media yang tidak langsung bersentuhan

dengan target audiens dan jumlahnya terbatas. Kelebihan media lini atas

adalah pada jangkauan target yang luas, seperti billboard, iklan televisi,

iklan radio, dan lain-lain.

Gambar II.1 Bilboard jenis media lini atas Sumber : Dokuemtnasi Pribadi ( 5 juli 2014)

• Media lini bawah

Media lini bawah merupakan media iklan yang tidak dapat di sampaikan

kepada publik melalui media masa. Jangkauan pada media tersebut hanya

fokus pada satu daerah tertetntu, seperti seperti brosur, poster, flyer, sign

system, kalender, bendera dan daftar menu.

(15)

6

Sumber: dokumentasi pribadi ( 5 juli 2014)

II.1.3 Video / Film Dokumenter

Media informasi yang digunakan dalam mengenalkan Seni Ulin Buhun Benjang

Gelut adalah media yang berbasis Audio-Visual yaitu Video atau Film

Dokumenter. Pemilihan media ini bertujuan untuk menyampaikan informasi yang

memiliki jangkauan luas, umum, dan lebih terperinci mengenai Benjang Gelut.

Film merupakan gambar hidup yang yang sering disebut Movie. Film dihasilkan

dari rekaman terhadap objek figure maupun hiburan dengan menggunakan alat

perekam gambar seperti kamera.

Film dokumenter merupakan film atau video yang merekam suatu keaadaan yang

nyata dan memiliki hubungan dengan lingkungan, tokoh dan peristiwa. Menurut

Grierson berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif merepresentasikan

relitas (Susan Hayward, Key concepts in cinema studies, 1996,hal 72 ). Meunurut

Guru Besar Ilmu Komunikasi dan Profesor Layar Seni & Budaya, Frank M

Baever mendefinisikan Film dokumenter adalah sebuah film non-fiki. Film

dokumenter biasanya di shoot disebuah lokasi nyata, tidak menggunakan aktor

dan tema terfokus pada subjek-subjek sejarah, ilmu pengetahuan, sosial atau

lingkungan. Tujuanya adalah untuk memberikan pencerahan informasi,

pendidikan, melakukan persuasi dan memberikan wawasan tentang yang kita

tinggali (Dictionary of Film Terms, halaman 119).

(16)

7

Sumber : http://www.youtube.com/watch?v=U0O4NQlw93s (19 mei 2014)

II.1.4 Model pembuatan Film Dokumenter

Model dalam pembuatan film dokumenter yang berkaitan dengan data visual dan

data audio yaitu menggunakan model:

Data visual Observasionalisme reaktif ,dimana pembuatan film dokumenter yang secara ketat mengambil data-data visual langsung dari

subject matter saat peristiwa atau realitas terjadi. Model ini bergantung

pada ketepatan pengamat dari pengaruh kamera atau sutradara.

• Model data audio Overheard exchange; rekaman pembicaraan langsung

dari dua sumber atau lebih yang memberi kesan terekam secara tidak

sengaja.

• Model eksposisi; voice over atau orang yang berbicara langsung

berhadapan dengan kamera. Cara ini seakan menempatkan penonton

menerima informasi dan argument-argumen yang disampaikanya secara

ekslusif.

.

II.2 SENI BENJANG GELUT II.2.1 Definisi Benjang

Seni Benjang merupakan kesenian rakyat yang berasal dari kawasan kaki gunung

manglayang yang telah mengalami perkembangan dari awal mulanya sebagai seni

beladiri. Bentuk pergelaranya mirip seperti pencak silat yang lebih dikenal

masyarakat, namun pada Benjang Gelut terdapat iringin musik dari alat musik

tradisional terebangan. Menurut ketua Paguyuban Linggar Pusaka Buhun Tarali

Kolot Tatar Pasundan, Nandang Hidayat memaparkan bawa seni Benjang mulai

popular pada Abad 19 dengan tokoh yang terkenal adalah H. Hayat dan Wiranata

(wawancara 2014). Benjang Gelut buhun masih menggunakan teknik tradisional

asli peninggalan warisan leluhur, sedangkan Benjang Gulat adalah seni benjang

gelut yang sudah bercampur dengan teknik-teknik gulat modern. Sehingga pada

permainanya mendapat perbedaan antara teknik buhun dan teknik gulat. Seni Ulin

Buhun Benjan Gelut merupakan jenis benjang gelut buhun yang masih di

(17)

8

Gambar II.4 Seni Benjang Gelut

Sumber http://parisvanjava.web.id/wp-content/upload/seni-benjang.jpzg (25 mei 2014)

Dari hasil penelitian yang ada, menjelaskan perkembangan seni Bela diri Benjang

di Jawa Barat ternyata mendapat pengaruh besar dari adanya pihak penjajah

Hindia Belanda pada abad ke-19, diamana masyarakat pribumi tidak

diperbolehkan untuk mendapatkan atau mengembangkan segala jenis ilmu

Beladiri, mengingat munculnya gerakan pemuda yang menuntut kemerdekaan

Indonesia dari tanah penjajah. Pendidikan ilmu beladiri hanya boleh diberikan

pada kalangan tertentu saja, yaitu pada Sekolah Pegawai Pemerintah (Opleiding

voor Bestuure Beamte) serta Sekolah Polisi dan Pegawai Sipil (Widjaya Anto,

h.12). Sejak itulah pemuda membentuk perkumpulan yang berkedok Olahrga dan

kesenian maupun lewat jalur agama. Sehingga pada saat itu berdiri pesantren yang

mengajarkan seni beladiri dalam melatih kekuatan mental para santri. Menurut

Sholeh (sepuh benjang) mengungkapkan sempat terjadinya kevakuman selamat 10

tahun dimulai pada kisaran tahun 1982 yang disebabkan oleh banyaknya tawuran

setiap ada acara pergelutan benjang.

Sebelum sampai pada nama Benjang, terdapat 3 sebutan asal usul Benjang Itu

sendiri yaitu doggong ,seredan dan mumundingan. Dogong merupakan permainan

saling mendorong dua lawan menggunakan alu (kayu/penumbuk padi). Dari

dogong bekembang menjadi seredan yang mempunyai arti permainan saling

mendesak tanpa alat, yang kalah di keluarkan dari arena atau lapangan. Kemudian

(18)

9

mendesak lawan dari dalam arena pedalaman tanpa atau mendorong lawan dengan

pundak, tidak diperkenankan menggunakan tangan. Oleh karena itu dalam

permainan itu pelanggaran sering terjadi terutama bila pemain hampir terdesak

keluar arena. Dengan seringnya pelanggaran dilakukan maka pemain adu mundur

diganti dengan permainan adu munding. (sunatra 1993: 41).

Perkembangan Benjang yang cukup lama telah mengalamai perubahan pada gaya

pertunjukanya sehingga terbagi menjadi tiga jenis Benjang yang masih dikenal

oleh masyarakat kawasan Bandung timur yaitu Benjang helaran , Benjang topeng

dan Benjang gulat.

Benjang Helaran adalah bentuk kesenian arak-arakan yang di gunakan untuk mengarak anak khitanan. Benjang helaran bertopang pada budaya islam dan

mistis. Nama benjang helaran lebih di gunakan oleh masyarakat Ujung Berung

Bandung. Bagi masyarakat Cinunuk menyebut Benjang helaran adalah Reak

(Nandang Hidayat 2014).

Topeng Benjang merupakan seni Benjang yang di perankan oleh seorang penari yang memainkan beberapa peran sekaligus. Peran yang dimainkan adalah sosok

raksasa, satria, putri dan emban. Dalam melakukan perubahan peran, penari

mengganti topeng yang berbeda.

Benjang Gulat adalah Seni bela diri yang telah bercampur dengan gaya gulat modern. Permainan adu fisik ini pada awalnya digelar di atas tumpukan jerami

pada saat musim panen padi, namun setelah mengalami pengaruh modern Benjang

Gulat sering mulai dilakukan diatas alas busa. Nama Benjang gelut lebih terkenal

di kawasan desa Cinunuk.

II.2.2 Tata cara dan pelaksanaan Benjang

Benjang Helaran merupakan jenis benjang yang sering dipergelarkan untuk acara

khitanan anak,maka pelaksanaanya di laksanakan pada waktu siang hari dimulai

(19)

10

Gambar II. 5 Seni Reak

Sumber: http://img.youtube.com/vi/UBhWF8C7xPs/hqdefault.jpg (6 mei 2014)

Benjang Gelut buhun dan Topeng Benjang memiliki kesamaan dalam

pelaksanaanya yaitu dilaksanakan pada malam hari mulai dari pukul 18.00 s/d

24.00. Pada Benjang gulat dilakukan diruang terbuka seperti kebun maupaun

lapangan. Perkembangan benjang gelut hingga saat ini sudah menggunakan

panggung ring gulat sebagai arena pergulatan dan dilakukan pada malam hari.

Gambar II.6 Topeng Benjang

Sumber: http://3.bp.blogspot.com/-qtvjcVkrlEw/U2b

(20)

11

Benjang Gelut merupakan seni bela diri yang memiliki ciri khas dalam

permainanya. Pemian yang bergelut memiliki jarak yang sangat dekat atau

bergumul tidak seperti permainan gulat modern. Hal ini yang membedakan

Benjang dengan pencak silat, dimana pada pemain Gulat modern pemain berada

di posisi yang bejauhan sebelum bertarung.

Menurut Anto Sumiarto Widjaya, Benjang gelut/gulat memiliki aspek-aspek yang

terkandaung dalam aktraksinya,yaitu :

Aspek pembinaan Mental dan spiritual

Membela dan mempertahankan eksistensi dan integritas terhadap

lingkungan hidup dan alam sekitarnya agar terwujud keselarasan. Manfaat

yang didapatkan adalah untuk menyadarkan seseorang agar mengenali

tujuan hidup yang dikejarnya serta bias menempatkan diri pada pososi

yang benar di tengah lingkungan masyarakat

Aspek Beladiri

Merupakan upaya untuk menggunakan seluruh anggota tubuh dari ujung

rambut hingga ujung kaki sebagai alat membela diri.

Aspek Olahraga

Dalam aspek olahraga yang paling penting adalah mengandung sikap

sportif, yaitu tidak menghalalkan segala cara untuk meraih sesuatu yang di

inginkan. Memiliki sikap sportif sangat berguna untuk membentuk

kepribadian yang tinggi dan hati yang suci murni. Landasan utama sikap

sportif adalah sikap sederhana, jujur, tertib, suka menolong, menerima

setiap kekalahan dan kesalahan yang telah dibuat.

Aspek seni

Gerakan benjang merupakan perpaduan unsur keindahan dan kekerasan.

Unsur keindahan terwujud pada gerak tari sebagai awalan seorang

pebenjang memasuki arena pertandingan. Unsur kekerasan terwujud saat

pertandingan berlangsun, dimana pada waktu tertentu muncul gerakan

(21)

12

Aspek magis

Kekuatan magis diyakini terdapat pada waditra, sehingga bila waditra

ditabuh seakan menimbulkan suatu kekuatan yang bias menarik seorang

pebenjang untuk berlaga di arena. Pola tabuh yang berubah-ubah akan

menimbulkan efek psikologis, hingga megantisipasi setiap gerakan lawan.

Gerakan Benjang telah bercampur dengan pola wresstleun memiliki unsur-unsur

olahraga gulat, yudo, dan pencak silat Adapun teknik yang digunakan dalam

pertarungan Benjang gulat menurut Wijaya A. Sumiarta yaitu :

a. Teknik tangkeupan

Gerakan awal pebenjang untuk mencari kesempatan melakukan gerakan

berikutnya dalam upaya menjatuhkan lawan. Gerak tangkepan berupa

gerak menangkap bagian atas tubuh lawan: lengan, bahu, atau leher.

Gambar II.7 Teknik Tangkepan Sumber: Widjaya, A.S (2009, h.93)

b. Nyentok Sirah

Gerakan menghentakkan kepala (nyentok=hentak, sirah=kepala), menarik

dengan paksa kepala lawan dengan sebelah tangan kita, hingga mendekati

tubuh kita, sedangkan tangan yang lain memegang tangan lawan agar tidak

leluasa dalam bergerak. Dalam posisi seperti ini, lawan tertekan hingga

(22)

13

Gambar II.8 Teknik nyentok sirah Sumber : Widjaya, A.S (2009, h.94) c. Rungkep

Mengunci tubuh lawan yang sudah terlentang di lantai dengan kuncian

tubuh kita sehingga lawan tidak dapat bergerak.

Gambar II.9 Teknik rungkep Sumber : Widjaya, A.S (2009, h.93)

d. Teknik beulit

Gerakan berupa upaya membelitkan kaki kita ke kaki lawan dengan

maksud mematahkan kuda-kuda lawan. Namun dalam keadaan terdesak

gerakan defenisif ini bisa menjadi gerakan antisipasi agar lawan tidak bisa

(23)

14

Gambar II.11 Teknik Belit Jero Sumber: Widjaya, A.S (2009, h.95)

Adapun jenis teknik beulit ini :

 Belit Jero , Posisi badan saling berhadapan, kaki kita masuk ke

dalam (jero=dalam) di antara kaki lawan lalu membelitnya.

Sementara itu tangan kita memiting leher lawan sehingga ia

mengalami kesulitan untuk bergerak.

 Belit Gigir/Luar, Posisi tubuh kita berada di samping

(gigir=samping) tubuh lawan. Gerakan ini merupakan antisipasi

gerakan lawan yang upayanya membanting tubuh kita

 Belit Bokong/Tehnik Dongkelan yaitu Usaha menjatuhkan lawan

dengan mengunci bagian leher dan kaki sebelah kaki kita membelit

kaki lawan untuk mendongkel kuda-kuda lawan hingga terjatuh.

 Dobelson Kedua tangan kita merangkul tubuh lawan sambil

mendorong dan menekan, sehingga lawan merasa kesakitan dan

hilang keseimbangan tubuhnya. Dalam melakukan gerakan

diusahakan kaki kita menekuk dan mendorong tubuh lawan agar

tidak hilang kesimbangan..

e. Hapsay/Gebot

Gerak membanting tubuh lawan ke depan dengan mengambil bagian

kepala lawan. Gerakan ini dilakukan dengan cepat pada saat lawan tengah

(24)

15 f. Sulikat

Gerakan dilakukan saat tubuh kita dan tubuh lawan saling berhadapan,

dengan fokus serangan pada bagian atas tubuh lawan, lalu posisi tubuh

lawan ditarik sampai bungkuk berhadapan dengan tubuh kita. Umumnya

dalam posisi seperti ini kita harus segera mengangkat dan langsung

membanting tubuh lawan ke belakang.

Gambar II. 11 Teknik sulikat Sumber : Widjaya, A.S (2009, h.98)

g. Angkat Cangkeng

Dilakukan untuk membanting tubuh lawan. Pada posisi seperti ini, tubuh

lawan yang terangkat dengan memeluk bagian pinggang (cangkeng) lawan

ditahan oleh pinggang dan badan kita, dengan maksud agar tenaga yang

dikeluarkan saat melakukan gerakan bantingan cukup maksimal.

(25)

16 h. Halemsay Badan

Gerakan dilakukan pada posisi tubuh saling berhadapan, saat lawan terlihat

lengah dengan mengerahkan seluruh tenaga untuk membanting tubuh

lawan secara cepat. Diawali dengan gerakan tangan kanan yang tiba-tiba

merangkul pinggang lawan, lalu tangan kiri menekan dan menekuk leher

bagian belakang lawan. Saat itu diupayakan posisi tubuh kita sambil

membungkuk, membalik membelakangi lawan. Setelah itu langsung

membanting tubuh lawan ke depan.

Gambar II. 13 Teknik Halemsay Badan Sumber : Widjaya, A.S (2009, h.99)

i. Koncian

Merupakan gerak kuncian (konci=kunci), untuk membuat lawan tidak

berdaya. Gerakan dilakukan saat posisi tubuh saling berhadapan. Kedua

tangan kita merangkul lengan lawan lalu menariknya melewati badan kita

hingga kearah perut. Dalam melakukan garakan ini diusahakan kedua

tangan kita mencengkram kedua lengan lawan dengan kuat.

(26)

17 j. Pulung

Gerakan yang dilakukan dengan tiba-tiba saat lawan sedang lengah. Jurus

ini hampir mirip dengan angkat cangkeng, namun dalam jurus ini kedua

tangan kita merangkul bagian perut atau punggung lawan lalu

mengangkatnya untuk dibanting.

Gambar II. 15 Teknik Pulung Sumber : Widjaya, A.S (2009, h.100)

k. Dengkek

Saat melakukan gerakan dengkek, posisi leher lawan berada pada ketiak

sebelah kanan atau kiri. Perhatikan kedua lengan lawan yang aktif. Karena

pada saat seperti itu tergantung kegesitan dan keuletan. Kelengahan sedikit

saja bisa dimanfaatkan lawan untuk membalikan keadaan.

(27)

18 l. Ganjel dengkul

Gerakan mengganjal tubuh lawan bagian belakang dengan salah satu

dengkul kaki kita, sehingga hilang keseimbangan tubuhnya.

Gambar II. 17 Teknik degnkul Sumber : Widjaya, A.S (2009, h.101)

Menang dan kalah dalam permainan Benjang bukanlah sarat dan tujuan utama

dari pelaku benjang, sebab terdapat makna dan manfaat lain dari permainan

Benjang gulat, seperti menjadikan jiwa yang bertanggun jawab, menjadikan jiwa

pemaaf, menumbuhkan rasa percaya diri, menjadikan pribadi yang rendah hati.

Manfaat yang didapat antara lain adalah untuk kesehatan badan, menambah

pertemanan dan sebagai alat pertahanan diri.

II.2.3 Makna Gerakan dalam Benjang gelut

Sebelum aktraksi gulat di mainkan, para pemain melakukan salam pembukaan

yang disebut ibingan sebagai penghormatan kepada penonton yang hadir. Ibingan

yang dilakukan diantaranya

1.Ibingan Golempangan

Golempangan adalah ibingan yang dilakukan dengan cara membuka

lengan tangan lebar - lebar dengan irama gerakan tangan yang saling

(28)

19

mempererat silaturahmi dan dirinya pun siap untuk menyambung tali

mimitran.

2.Ibingan Panon

Merupakan ibingan dengan cara mengepalkan salah satu tangan di depan

wajah dengan telunjuk mengacung dan tangan yang satu mengepal

dibelakang badan. Ibingan ini memiliki makana bahwa setiap orang yang

akan melakukan sesuatu pekerjaan harus dipikirkan dan

dipertimbangkan baik buruknya.

3.Ibingan Puyuh

Merupakan gerakan jalan maju kedepan dengan kedua tangan menyatu

berada dibelakang badan. Mempunyai arti seorang pemain Benjang siap

untuk saling membantu baik dalam suka maupun duka.

4.Ibingan Badud

Ibingan badud hampir mirip dengan ibinggan puyuh yaitu berjalan maju

kedepan namun posisi kedua belah tangan menyatu didepan badan juga.

Bingan ini memiliki arti bahwa sesama manusia harus saling membantu.

5.Ibingan Gedig

yaitu seorang pebenjang melakukan ibingan dengan cara salah satu

tangan dibengkokan dipunggung dalam keadaan mengepal. Hal ini

mempunyai arti bahwa setiap orang harus punya kemauan dan tekad

yang kuat serta siap melakukan sesuatu demi kebaikan dan kebenaran.

II.3 Alat Musik Benjang Gelut

Ada beberapa alat musik yang digunakan untuk mengiringi Benjang Helaran,

Benjang Topeng maupun Benjang Gulat yaitu terdiri dari:

1. Terebang adalah salah satu alat musik sejenis rebana berbahan dasar

kulit dan kayu. Terebang menjadi peralatan musik dalam pertama kali

lahirnya kesenian benjang. Terdapat empat jenis Terebang yaitu

kemprang, gembrung, kempul, kempring. Keempat rebana tersebut

(29)

20

terkecil dan masing-masing menyimbolkan matahari, bulan, bintang,

dan bumi sebagai tempat kehidupan manusia. Ukuran Terebang jenis

kemprang berdiameter 60cmm dan tebal 30cm, terbang gembrung

berdiameter 50cm dan ketebalan 25cm, terebang kempul memiliki

diameter 35cm dan ketebalan 20cm, sedangakan untuk jenis kempring

memiliki diameter paling kecil yang itu 15 cm.

a b

Gambar II.18 Terebang

Sumber: (a) dokumentasi pribadi ( 10 mei 2014)

Sumber: (b) http://www.wisatamelayu.com/id/images/opini/op-nov-27-manglayang-3.jpg ( 18 mei 2014)

Kendang merupakan alat musik tabuh dengan menggunakan telapak tangan tanpa menggunakan alat bantu. Dalam permainan benjang, kendang berfungsi untuk mengatur irama musik, pendukung gerakan penari atau pegulat terutama pada saat aksi menjatuhkan lawan

Gambar II.19 Kendang Sumber:

http://3.bp.blogspot.com/Ppziq5M69zc/UbiH9P3LCvI/AAAAAAAAAO0/uL

(30)

21

2. Tarompet atau terompet merupakan alat musik tiup untuk memberikan

alunan melodi dalam musik Benjang. Terompet terbuat dari kayu dan

batok tempurung kelapa pada bagian ujuang luarnya

Gambar II.20 Tarompet atau terompet Sumber:

http://1.bp.blogspot.com/-c2G-h-CQX50/TngmoUBOxiI/AAAAAAAAACo/XPRNeM0Z1yc/s1600/TROMPE T.jpg ( 19 mei 2014)

3. Bedug adalah alat musik yang hampir sama seperti kendang, namun

ukuran bedung lebih besar dan mengeluarkan musik yang lebih keras.

Cara penggunaanya adalah di pukul dengan alat dan di tabuh dengan

tangan. Bedung berfungsi sebagai pemangku irama, penormalan atau

penyeimbang situasi dan pengisi gerakann berat

Gambar II.21 Bedug

Sumber:

(31)

22

4. Kecrek adalah alat musik yang terbuat dari lempengan besi. Cara

memainkanya adalah dengan di pukul. Kecrek fungsinya pendukung

getaran jiwa pagi pemeran benjang gulat

Gambar II.23 Kecrek Besi

Sumber:

http://www.datasunda.org/pl/images/s_musical_instruments_instruments_de_

musique_waditra__alat-alat_musik_/kecrek/kecrek-04.jpg ( 19 mei 2014)

II.5 Opini masyarakat luar terhadap Seni benjang

Dalam pencarian data tentang pandangan masyarakat terhadap seni Benjang

Gelut, peneliti melakukan survey masyarakat wilayah Bandung selatan dan

tengah. Pada umumnya masyarakat lebih sering mendapatkan informasi

pergelaran seni tradisional dari televisi, internet dan pergelaran langsung.

Minimnya informasi seni Benjang Gelut membuat masyarakat kurang mengetahui

kekayaan seni budaya yang berasal dari Jawa Barat, khususnya kota Bandung.

Data pada survey kuisioner melibatkan 40 responeden kalangan usia 19 sampai 24

(32)

23

Gambar II.22 pengetahuan Benjang dimata Pemuda Bandung

Sumber: Dokumentasi pribadi

II.6 Analisis Permasalahan

Dengan melihat pembahasan perkembangan Benjang Gelut di desa Cinunuk

dengan melakukan wawancara kepada Nandang Hidayat selaku ketua Paguyuban

Ligar Pusaka Buhun dan Ria Dewi Fajaria selaku tokoh seni di sanggar kampung

seni dan wisata manglayang, maka peneliti menyimpulkan permaslahanya ada

pada minimnya pengenalan Seni Benjang Gelut kepada masyarakat luar yang

menyebabkan belum meratanya pemahaman peniggalan leluhur seni Benjang

Gelut. Selain itu minimya informasi menyebabkan masyarakat luar tidak begitu

mengenal Seni ulin buhun benjang gelut sebagai seni budaya khas Jawa Barat

yang berasal dari kawasan Bandung timur.

II.6.1 Target Khalayak

Penggemar Benjang pada umumnya orang yang memiliki kecintaan terhadap seni

budaya Indonesia dan memiliki minat terhadap seni tradisioanal. Generasi muda

merupakan penerus dan pemilik kekayaan budaya Indonesia yang memiliki

wawasan tinggi terhadap nilai-nilai luhur budaya Indonesia. Tidak menutup

kemungkinan kepada orang tua untuk meberikan pengenalan kepada anak-anak

(33)

24

Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti mengarahkan target khalayak seni

Benjang Gelut adalah semua umur dan pendekatan kepada remaja.

Demografis

• Usia : 14 sampai 21 tahun

Periode remaja 14 – 21 tahun merupakan

tingkat Remaja akhir, dimana masa

usia tersebut dalam transisi emosi,

pemahaman dan nilai-nilai moral.

• Jenis Kelamin : Pria dan wanita

• Kalangan : SMP sampai dengan Perguruan Tinggi.

• Status Ekonomi sosial : Kalangan umum

Geografis

Masyarakat Indonesia umumnya dan khususnya kota Bandung yang

merupakan kota dan berkembangnya Benjang Gelut.

Psikografis

Remaja mulai banyak menerima informasi dari media massa yang sudah

mulai dikenal dan dekat dengan mereka. Oleh karenanya, remaja menjadi

individu yang terbuka terhadap hal-hal baru (Makgosa, 2010). Fase masa

remaja itu sendiri dimulai pada umur 12 tahun hingga 21 tahun (monks

dkk, 2000). Remaja juga sangat rentan dengan stress, sebab dimasa ini

seseorang akan memiliki keinginan yang sangat banyak. Namun, apabila

keinginan dan kegiatan itu tidak berjalan atau tidak terwujudkan

sebagaimana mestinya, remaja cenderung menjadikan hal tersebut sebagai

beban pikiran mereka. Untuk mengobati itu, remaja menghibur diri atau

meminimalisir stres mereka dengan mencari hiburan seperti membaca

buku, komik, bermain game, berolahraga, berkumpul atau

bersenang-senang dengan teman sebayanya (Hurlock 1973). Remaja yang lebih tua

lebih kompeten daripada remaja yang lebih muda sekaligus lebih kompeten

(34)

25

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan yang dilakukan dari kesenian Benjang Gelut adalah

membuat media informasi berupa film dokumenter yang berisi informasi tentang

sejarah, aktifitas dan pergelaran Benjang Gelut. Informasi di lakukan untuk

mengenalkan kesenian Benjang Gelut kepada masyarakat umum khususnya

pebenjang, dimana Benjang Gelut sebagai seni beladiri tradisional yang memiliki

teknik buhun asli, serta nilai sportifitas dan aspek positif yang lahir dari tatar

pasundan Jawa Barat, namun kondisinya sudah menjadi pijakan untuk bermain

gulat. Informasi dirancang sebaik mungkin sehingga pesan-pesan yang

terkandung dalam film dokumenter dapat di terima dan dipahami dengan baik

oleh target khalayak.

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Penyampaian pesan komunikasi yang di lakukan melalui film dokumenter adalah

melalui pendekatan verbal dan pendekatan visual menggunakan bahasaan sesuai

target khalayak.

a. Pendekatan Verbal

Media informasi melalui film dokumenter memiliki tujuan mengenalkan Benjang

Gelut yang merupakan serni budaya dari Jawa Barat berupa seni beladiri

tradisional yang memiliki nilai-nilai sportifitas, serta mengenalkan sejarah, dan

kegiatan pergelaran. Dalam film dokumenter memuat aktifitas masyarakat

Cinunuk yang masih melestarikan seni ulin buhun Benjang Gelut. Bahasa yang

digunakan dalam film dokumenter ini menggunakan bahasa Indonesia.

b. Pendekatan Visual

Benjang Gelut merupakan kesenian yang berasal dari Indonesia khususnya daerah

Jawa Barat, maka dalam film dokumenter Benjang Gelut menggunakan identitas

(35)

26

akan dimunculkan adalah Tempat pergelaran, pakaian, dan tokoh terkait adalah

asli sunda.

III.1.2 Tujuan Komunikasi

Tujuan dari pembuatan film dokumenter tentang seni Benjang Gelut untuk

mengenalkan seni Benjang jenis gelut yang berkembang di kawasan kaki gunung

Manglayang sebagai warisan budaya dari Jawa barat yang memiliki nilai-nilai

sportifitas dan aspek kehidupan dalam atarksi pergelaran.

III.1.3 Tema Komunikasi Visual

Tema dasar komunikasi di ambil pergelaran Benjang Gelut. Informasi memuat

tentang pergelaran, aktraksi gelut, gerakan ibingan, teknik gelut, pakaian yang

digunakan, dan alat musik pengiring seni benjang.

III.2 Strategi Kreatif

Dalam perancangan film dokumenter Seni Benjang Gulat penulis membuat

strategi dalam yang membuat film dokumenter ini dapat menarik perhatian

penonton dan menjadi media hiburan yang tidak membosankan. Dalam

perancangan film dokumenter ini di awali dengan pembuatan synopsis, storyline,

dan storyboard.

Sinopsis

“ Seni Ulin Benjang Gelut merupakan seni beladiri tradisional yang telah

bercampur dengan seni. Kondisinya telah menjadi lokalitas bagi masyarakat kaki

gunung manglayang meliputi kawasan Ujungberung, Cinunuk, Cibiru dan

sekitarnya. Seni ulin buhun benjang gelut bukan hanya sebagai permainan gulat,

nilai-nilai yang terkandung dalam Benjang gelut sangat bermanfaat untuk

pebenjang. Banyak teori pola teknik benjang buhun (peninggalan orang dahaulu)

yang eksistensinya belum merata, sehingga sebagian tokoh benjang mencoba

melestarikan kepada kaum muda. salah satunya adala nandang yang merupakan

pebenjang sekaligus ketua paguyuban ligar pusaka buhun. setiap malam

anak-anak semua kalangan yang tinggal dikawasan cinunuk cukup intens berlatih

(36)

27

dipaguyuban jika ada acara kunjungan wisata, maupun undangan bupati. Saat hari

libur, beberapa tokoh benjang magelaran (melakukan pergelaran) seni ulin buhun

dengan para penabuh waditra, mulai dari anak-anak dan remaja begitu antusias

dalam acara ini. Nandang tak luput untuk bermain Gelut dengan lawan yang

berani, sehingga semua gerakan-gerakan teknik buhun tampilkan di hadapan para

pemuda dan penabuh waditra, nandang dan aman bergelut di halama paguyuban

dan melakukan teknik-teknik gelut yang memukau, hingga pagelaran usai aman

dan nandang berpelukan damai sehingga kedua pebenjangpun tidak memiliki

dendam “

Storyline

Storyline menjadi naskah alur cerita pada video dokumenter memberikan dialog

dan elemen-elemn secara rinci. Alur dalam video “ Seni ulin buhun benjang gelut

“ di bagi menjadi tiga yaitu dialog tahap pengenalan kota lahirnya benjang,

aktivitas masyarakat dan pergelaran.

Act.1

• Pengenalan kawasan Bandung timur yaitu daerah Cibiru dan

Cinunuk tempat lahirnya para tokoh benjang. Kawasan Cinunuk

yang masih asri dengan bentangan alam dan sawah yang luas

masih kental dengan nuasnsa desa terlihat dari padi yang tumbuh

subur.

• Ladang menjadi tempat bermain yang asik bagi anak-anak desa

yang tinggal di kampung Cibolerang.

Act.2

• Ligar pusaka buhun menjadi tempat latihan dan kumpul para

pemuda untuk berlatih dan bermain Benjang Gelut di kampung

Cibolerang, anak-anak di bimbing oleh para senior dan para

pebenjang yang telah mahir. Salah satunya adalah Nandang yang

(37)

28

• Hari minggu menjadi kegiatan yang sering dimanfaatkan untuk

melakukan pagelaran, mulai dari kalangan anak-anak dan dewasa.

Act.3

• Pagelaran seni dilakukan saat hari minggu dengan menggelarkan seni

Reak dan Benjang Gelut.

• Pemuda mencoba turun arena dan mencoba menari ibingan, dengan

busana seadanya tanpa malu menari di hadapan para pemin waditra

dan warga.

• Pemudapun berhenti saat pebenjang dewasa mencoba melakukan

ibingan untuk memamncing lawan

• Nandang sebagai tempat pagelaran tidak segan untuk menantang lawan

,dan turun ke arena. Kedua pebenjang pun menari ibingan hingga

melakukan pergulatan selesai.

Storyboard

Setoryboard dalam video dokumenter seni ulin buhun benjang gelut merupakan

visualisasi ide dari naskah sinopsis dan soryline yang bangun, sehingga dapat

memberikan gambaran yang akan dihasilkan. Dalam storyboard di pagi menjadi

tiga bagian pengenalan visualisasi dari storyline yaitu :

• Pengenalan keberadaan Benjang Gelut berkembang yaitu kawasan

Ujungberung, Cinunuk dan Cibiru.

• Pengenalan aktifitas masyarkat di kampung Cibolerang terkait Benjang

Gelut yang berkembang

• Pengenalan aktifitas Benjang yang dilakukan oleh masyarakat pada akhir

(38)

29

1. Suasana pengambilan gambar kawasan Cinunuk dan Cibiru dengan

opening film berupa cuplikan kegiatan pagelaran Benjang Gelut.

(39)

30

(40)

31

2. Pengenalan aktifitas pemuda di kampung Cibolerang dalam melestarikan

seni Benjang Gelut.

(41)

32

3. Pagelaran Seni Benjang pada akhir pekan di selenggarakan di sekitar

(42)

33

(43)
(44)

35

III.2.1 Sudut pengambilan gambar

Sudut pengambilan memiliki pengaruh besar terhadap reaksi psikologis penonton

atas subyek-subyek yang direkamnya. Sementara framing pun mempengaruhi

emosi (Hernawan, S.Sn. “Penyutradaraan Film Dokumnenter“ hl.45). Pada

(45)

36

pengambilan gambar video. Sudut pandang kamera terhadap objek yang di ambil

terbagi atas lima sudut pandang, yaitu:

High angle adalah teknik pengambilan gambar dari posisi lebih tinggi dari objek utama sehingga memberikan kesan dramatik yaitu kecil dan jauh.

Low angle merupakan teknik pengambilan yang dilakukan dari bawah objek sehingga menimbulkan kesan agung, tinggi dan kjayaan.

Eye level merupakan pengambilan dambar dari sudut sejajar dengan mata objek sudut pandan ini hanya melihatkan mata seseorang yang beridri.

Frog level adalah sudut pandang pengambilan ini diambil sejajar dengan permuakaan tempat objek menjadi sangat besar.

Adapaun ukuran gambar yang di gunakan dalam teknik pengambilan gambar

dalam film dokumenter seni Benjang anatar lain:

Extreme Close-up merupakan Pengambilan gambar dengan jarak yang sangat dekat, tujuanya adalah untuk menapatkan kedetailan pada objek

• Big Close-up merupakan pengambilan gamabar hanya sebatas kepala

hingga hingga dagu objek. Tujuanya adalah untuk menojolkan ekspresi

yang dikeluarkan oleh objek

• Close-up merupakan ukuran gambar yang diambil dari ujung kepala

sampai leher. Fungsinya adalah untuk memberikan gambarans seacara

jelas tentang objek.

• Medium close-up merupakan gambar yang diambil sebatas dari ujung

kepala hingga dada. Tujuanya adalah untuk mempertegas seseorang

sehingga penonton jelas melihat.

• Mid shoot adalah pengambilan gambar sebatas pinggang. Fungsinya

adalah untuk memperlihatkan sosok objek secara jelas

• Kneel shoot merupakan pengambilan gambar yang sama denga mid shoot

• Full shoot adalah pengambilan gambar secara penuh dari kepala hingga

(46)

37

• Long shoot merupakan pengambilan gambar yang lebih luas dari full

shoot. Fungsinya adalah untuk mendapatkan gambar objek beserta latar

belakang dengan jelas.

III.3 Strategi Media

Media merupakan alat penghubung, perantara yang digunakan dalam

menyalurkan informasi promosi kepada target audien. Media yang digunakan

untuk mengenalkan perelaran seni benjang melalu film dokumenter adalah media

Elektronik. Media tersebut diharapkan dapat mempermudah masyarakat dalam

menyerap informasi secara efektif. Pemilihan media elektronik bertujuan

pendistrbusian informasi yang memiliki jangakauan lebih luas dan cepat. Adapun

media yang digunakan berupa media utama dan media pendukung diantaranya:

1. Media Utama Film dokumenter

Menjelaskan detail tentang sejarah, aktifitas, proses persiapan pergelaran

hinga pergelaran usai. Objek yang akan dimnculkan berupa peralatan

ksenian, pakaian atau seragam yang digunakan, ibingan , dan teknik dalam

aktraksi gulat. Infomasi yang di sungguhkan disajaikan dengan

keterbacaan yang jelas dan mudah di pahami oleh masyarakat. Item-item

yang digunakan adalah sebagai berikut;

Media Film Dokumenter : DVD, Youtube, Televisi

Material : Elektronik

Resulusi : 1280 x 720 (HD)

Durasi : 13 menit

Judul : Seni Ulin Buhun Benjang Gelut

2. Media Pendukung

Media pendukung bersifat menunjang, melengkapi dan mempertegas

media utama agar penyampaianya dapat dengan mudah di terima

masyarakat sebagai target aduien. Media pendukung yang digunakan

(47)

38

Poster

Merupakan media luar ruang yang informasinya mudah

tersampaikan. Poster ini disebarkan di perguruan tinggi, paguyuban

seni tradisional, Sekolah dan tempat umum. Informasi yang

disajikan adalah bagaimana cara mendapatkan keeping DVD film

dokumenter Seni Ulin Buhun Benjang Gelut pada acara festival

pagelaran benjang dilakukan.

Pamflet

Pamflet mejadi media yang efektif untuk meberikan informasi

secara langsung kepada target khalayak yang berisi tentang film

dokumenter Seni Ulin Buuhun Benjang Gelut

X banner

Media ini digunakan untuk memberikan informasi atau promosi

pada peluncuran film dokumenter Seni Ulin Buhun Benjang Gelut.

Baligho

Fungsi Baligho adalah untuk menyampaikan informasi-informasi

secara langsung yang akan dilaksanakan pada tahap selanjutnya.

Baligho film dokumenter Seni Ulin Buhun Benjang Gelut

bertujuan untuk memudahkan khalayak membaca informasi diluar

ruang.

Kaos

Untuk mendukung keberlanjutanya penayangan film dokumenter

maupun acara pagelaran, maka menyampaikan informasi melalui

kaos dilakukan dengan membagikan kepada penonton setelah

menyaksikan film dokumenter di tempat pagelaran Benjang Gelut.

Pin

Pin mendukung khalayak untuk tetap mengingat informasi Benjang

Gelut dengan visual yang sederhana.

Jam Dinding

Jam dinding menjadi media pendukung untuk memberikan

informasi tentang adanya Seni benjang gelut dan film dokumenter

(48)

39

Stiker

Stiker dugunakan untuk menyampaikan informasi adanya Seni

benjang gelut.

Mug

sebagai souvenir yang dapat meneruskan keberlanjutan acara, dan

memiliki tujuan mengenalkan Seni Ulin Buhun Benjang Gelut ke

khalyak yang lebih luas.

III.3.1 Pertimbangan dasar penyebaran media

Untuk mengenalkan Seni Benjang gulat Cinunuk, penulis membuat media dalam

bentuk film dokumenter dengan mempertimbangkan penyebaran media sebagai

berikut.

a. Film dokumenter menjadi media komunikasi yang tepat dan efektif,

karena dapat memberikan pengaruh yang kuat kepada masyarakat, dengan

adanya audio visual sebagai penjelas dapat memperkuat pesan serta

makna pesan yang terkandung dalam film dokumenter seni Benjang.

b. Film dokumenter menyajikan informasi berupa audio dan visual, hal ini

memiliki kelebihan dari media lainya. Objek bergerak yang di tampilkan

dalam dapat dengan mudah dipahami oleh masyarakat.

c. Dengan adanya video dan audio maka objek dari pergelaran benjang

dapat di tampilakn secara realis tanpa adanya rekasyasa. Hal ini dapat

meberikan informasi yang jelas dan nyata tentang seni benjang.

d. Film dokumenter dengan mengangkat tema seni benjang menjadi hal yang

masih jarang di lihat oleh masyarakat. Untuk memperluas distribusi maka

kerjasama dengan paguyuban di bandung menjadi salah satu alternatif

yang dapat di ambil, dimana film dokumenter tersebut dapat dipakai juga

oleh lembaga-lembaga dan kepentingan lainya

II.3.2 Jadwal Penyebaran Media

Jadwal penyebaran dalam dua bulan, dilakukan dengan mempertimbangan waktu

(49)

40

September. Untuk penayangan dan launching video dokumenter ini tayang pada

hari minggu 27 september di paguyuban ligar pusaka buhun. Penyebaran media

pendukung lainya akan dilakukan mulai minggu ke empat pada bulang agustus.

Penyebaran ini dilakukan di berbagai tempat di kawasan kota Bandung, kawasan

Bandung utara, Bandung Tengah dan kawasan Kabupaten Bandung.

Gambar III.1 Tambel distribusi

Sumber : Dok3mentasi Pribadi

III.4 Strategi Distribusi

Distribusi media promosi yang digunakan adalah melakukan sosialisasi DVD

Film dokumenter seni Benjang Gulat kepada komunitas-komunitas pecinta

Benjang dan seni tradsisional di kawasan Bandung. Untuk mempermudah

(50)

41

youtube dan televisi. hal ini bertujuan untuk menjangkau lebih luas masyarakat di

berbagai kalangan.

III.4.1 Jalur Distribusi

Atas dasar pelestarian budaya seni tradisional, maka pendistribusian dilakukan

melalui jalur kerjasama dengan paguyuban- paguyuban dengan mepublikasikan

film dokumenter pada media televisi guna mengejar target remaja dan orang tua

secara luas. Adapaun wilayah sasaran film dokumenter seni Benjang ini adalah

nasional Indonesia dan secarah khusus wilayah Jawa Barat

III.5 Konsep visual

Konsep visual yang digunakan dalam pembuatan film dokumenter ini adalah

elemen- elemen berupa tata suara, musik, teknik pengambilan gambar dan

elemen- elemen visual seperti fotografi. Hal ini pertujuan media informasi

tersebut tidak membosankan dan menarik perhatian remaja dan orang tua

sehingga mudah dipahami pesan yang disamapaikan

III.5.1 Tata Suara

Pengambilan suara dialog dari narasumber dalam film dokumenter ini dengan cara

melakukan Perekaman secara langsung atau dengan dialog yaitu bahasa

komunikasi verbal yang digunakan semua karakter didalam maupun diluar cerita

film (narasi) Bahasa bicara mengacu pada pada jenis bahasa komunikasi verbal

yang digunakan sebuah film.

III.5.2 Musik

Dalam film dokumenter terdapat elemen yang paling berperan penting dalam

memperkuat suasana,mood,nuansa sebuah film, yaitu musik.. Musik pada film

dokumenter yakni musik latar belakang objek cerita yang berjalan dan

memberikan mood suasana adegan. Elemen musik digunakan untuk mempertegas

suasana. Musik latar belakang berupa musik dari alat musik seni benjang yang

dimainkan.

(51)

42

III.5.3 Teknik Pengambilan Gambar

Dalam pengambilan gambar film dokumenter seni benjang dilakukan dengan

beberapa cara, yaitu Teknik dan sudut pengambilan gambar objek dalam frame

kamera. Ukuran gambar menggunakan aspect ratio perbandingan ukuran lebar.

Adapaun gerakan kamera yang dilakukan untuk mengikuti pergerakan seorang

karakter dan objek yaitu Pebenjang. Pergerakan kamera dapat digunakan untuk

melihatkan situasi dan nuansa sebuah arena dan lokasi perelaran. Adapaun

komposisi gambar yang digunakan yaitu:

1. Komposisi dinamik kamera bergerak secara bebas dan fleksibel

mengambil gambar pada objek.

2. Komposisi simentrik (statis) objek diletakan di tengah frame dengan

diapit oleh ruang bebas disamping kanan dan kiri secara seimabang.

III.6 Layout

Film dokumenter seni Benjang Gulat di buat dengan layout yang sederhana

dengan tujuan memberikan kejelasan kepada cerita, pesan, suasana mengenai

proses pergelaran Benjang, perpindahan dari gambar satu ke gambar berikutnya

dibuat secara dengan transisi cross dissolve sehingga akan terasa lembut. Grafis

pada tampilan film mendukung informasi yang menjelaskan tokoh, symbol,

(52)

43

Gambar III.3 keterangan layout narasumber

Sumber : Dokumentasi pribadi

III.7 Huruf

Huruf yang baik dalam film dokumenter mengarah pada keterbacaan yang jelas,

dan ukuran yang proporsional, spasi mendukung tema visual. Jenis huruf

diarahakan kepada kesan menarik, memiliki karakter tegas dan dinamis sehingga

tidak membosankan mata khalayak. Huruf dalam film dokumenter Seni Ulin

Buhun Benjang Gelut di bagi menjadi 2 yaitu penggunaan huruf pada judul film

(53)

44

Huruf dudul film dokumenter

Huruf yang digunakan dalam Judul film adalah huruf yang memiliki kemiringan

hampir sama diantara keduanya. Sehingga dapat disatukan dengan tema Sunda.

Huruf pada judul dibuat dengan pendekatan huruf-huruf sunda.

Huruf pendukung.

Untuk mendukung body text dan informasi pada media pendukung, penulis

menggunakan huruf berjenis Helvetica.Black Oblique dan Agency FB

Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

123467890

“ THE QUICK BROWN FOX JUMPS OVER THE LAZY DOG “

Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

123467890

(54)

45

III.8 Ilustrasi

Fungsi ilustrasi adalah untuk memperjelas teks dan sekaligus sebagai penarik

penglihatan. Ilustrasi yang efektif umumnya memiliki kriteria komunikatif,

informatif, mudah dipahami, menggugah perasaan dan hasrat, orisinil dan daya

pukau yang kuat berupa gambar, foto, garis, huruf dan semua unsur visual yang

mendukung. Ilustrasi dalam film dokumenter ini menggambarkan keadaan

keaslian suasana kampung, sawah, kebun dan dilanjutkan ke Pagyuban Ligar

Pusaka Buhun sebagai tempat pelatihan, Alat benjang. Pengambilan gambar

narasumber dilakukan di rumah abah soleh, dan pada saat atraksi pagelaran

berlangsung untuk lebih menampilkan realita. pergelaran Benjang gulat di

Paguyuban Ligar Pusaka Buhun. Narasumber akan menjelaskan tentang aktifitas

Pergelaran Benjang gulat yang ada di kampung Cibolerang.

1. Tokoh

Tokoh dalam Film Dokumenter Benjang Gelut berdasarkan persepsi terhadap

kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan masyarakat kaki gunung

Manglayang, Cinunuk dan Cibiru.

Gambar III.3 Tokoh Pebenjang Sumber: dokumentasi pribadi

(55)

46

Gambar III.4 Ketua desa wisata Cinunuk.

Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar III.5 Sepuh Benjang Cibiru

Sumber: dokumentasi pribadi

1. Setting

Setting dalam film dokumenter Seni Ulin Buhun Benjang Gelut adalah

keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana yang terjadinya

perkumpulan pembenjang itu berada, komunitas latihan, dan tempat

(56)

47

Gambar III.6 Linkungan Cinunuk

Sumber : dokumentasi pribadi

(57)

48

Gambar III.7 Sawah kampung Cibolerang

Sumebr : Dokumentasi pribadi

Gambar III.8 Suasana anak-anak

Sumebr : Dokumentasi pribadi.

III.9 Warna

Salah satu elemen visual yang dapat dengan mudah menarik perhatian adalah

warna. Warna menjadi unsur penting yang dapat merubah kepekaan khalayak saat

melihat objek. Pada film dokumenter Seni Ulin Buhun Benjang Gelut terdapat

warna terntentu yang mendukung kesempurnaan karya sesuai konsep yang dituju

agar dapat memberikan daya rangsang audiens merasakan,semangat dan lain

sebagainya. Warna yang digunakan juga menyesuaikan tema terebangan Benjang

Gelut, sebagai awal mulanya benjang gelut adalah dari seni terebang. Warna yang

(58)

49

Gambar III.9 Warna

Sumber: Dokumentasi pribadi ( 20 Mei 014)

Dalam film dokumenter Seni Ulin Buhun Benjang Gelut menggunakan warna

dominan merah, hitam dan putih. Warna merah bertujuan untuk memberikan

kontras dari warna latar putih. Tujuan aplikasi warna merah pada huruf adalah

untuk merepresntasikan seni Benjang Gelut yang identik dengan olahrga gulat

(59)

50

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA IV 1. Media film dokumenter

Media utama film dokumenter “Seni Ulin Buhun Benjang Gelut” berdurasi tiga

belas menit mengangkat tema keberadaan seni beladiri tradisional sunda yaitu

Benjang gelut yang memilik nilai-nilai sportifitas dan aspek positif bagi bagi para

pebenjang, karena banyak dari masyarakat yang tidak mengetahui seni beladiri

Benjang ini, maka dalam film dokumenter ini memberikan informasi kepada

penonton tentang keberadaan dan perkembangan. Informasi mengenai sejarah

Benjang akan dipaparkan oleh narasumber dari keuta paguyuban ligar pusaka

buhun, ketua desa wisata, dan sepuh benjang yang masih menjalankan aktivitas

pelestarian Benjang Gelut.

IV 1.1 Teknis Pembuatan Film

Dalam pembuatan film dokumenter “Seni Ulin Buhun Benjang Gelut” dilakukan

secara bertahap mulai dari pembuatan sinopsis, storyline dan storyboard.

Pemilihan lokasi, pemilihan kostum dan kamera yang digunakan dalam

pembuatan film dokumenter ini. Adapun rincian proses pembuatan film

dokumenter ini sebagai berikut:

IV 1.1.1 Pembuatan Sinopsis

Pembuatan sinopsis berdasarkan data dan fakta yang ditemukan dilapangan

selama penelitian dilakukan, kemudian disusun berurutan agar menjadi suatu

cerita yang utuh berdasarkan alur film agar menjadi tontonan yang menarik.

IV 1.1.2 Pembuatan Storyline

Pembuatan storyline berdasarkan sinopsis yang telah dibuat menentukan alur

cerita dan visualisasi yang akan dibuat, berisikan adegan-adegan yang ada pada

(60)

51

IV 1.1.3 Pembuatan Storyboard

Storyboard adalah bentuk visualisasi atau gambaran yang dibuat bedasarkan

storyline, storyboard menjadi patokan untuk mengambil gambar yang difilmkan

dan berguna untuk pengambilan gambar oleh videografer.

IV 1.1.4 Pemilihan Kamera

Dalam pembuatan film dokumenter Seni ulin buhun Benjang Gelut menggunakan

Kamera Dslr Sony Alpha A-37 dengan sensor Cmos 16,1 MP yang mampu

merekam Video 1080HD, adapaun lensa yang digunakan adalah Sony Sam 18-55

mm dan Lensa Prime Minolta Md. 50 mm

Gambar IV.1 Sony a37 dan Canon 600d

(61)

52

IV 1.2 Teknis Editing

Setelah seluruh proses syuting selasai berdasarkan storyboard langkah selanjutnya

adalah proses editing, editing video menggunakan software Adobe premiere pro

CS6, adapun langkah dalam pengerjaan adalah membuat setting frame, import

frame, pemotongan frame, penambahan efek warna, video transition, penambahan

teks judul, penambahan ilustrasi musik dan terakhir adalah proses rendering.

Setting frame pada film dokumenter Seni Ulin Buhun Benjang Gulat ini adalah

1280 x 720 25fps, dalam aplikasi DVD. Hal ini dilakukan agar menghasilkan

gambar video yang ringan.

Gambar IV.2 Proses editing

(Sumber : Dokumen pribadi)

IV 1.3 Media Utama

Film dokumenter menjadi media utama yang disajikan dalam bentuk keping

DVD, adapun penjelasan visual isi dari hasil akhir film dokuemner Seni Ulin

(62)

53

Scene Pembukaan

(63)

54

Scene isi film dokumenter

(64)

55

IV.2 Media Pendukung

Media pendukung dalam film dokumenter Seni Ulin Buhun Benjang Gelut adalah

media yang turut menginformasikan tentang keberadaan film. Media tersebut

pada umumnya menginformasikan cara memperoleh film dokumenter dalam

bentuk keping DVD yang di bagikan pada acara pagelaran Benjang di Paguyuban

Ligar Pusaka Buhun Cinunuk. Media pendukung tersebut mliputi :

a. Poster

Poster juga berfungsi sebagai media promosi film Seni Ulin Buhun Benjang

Gelut ,media ini di desain menggunakan vektor seorang pebejang yang

sedang melakukan aktraksi menjatuhkan lawan dan terdapat visual alat musik

terebangan untuk menguatkan daya lihat poster. Poster ini di tempatkan di

tempat-tempat umun, dan sekolah dasar yang ada di daerah kota Bandung.

dengan media promosi poster ini diharapkan target audience merasa penasaran

dan ingin menonton film dokumenter film Seni Ulin Buhun Benjang Gelut

Gambar IV.3 Poster Sumber : Dokumentasi pribadi

Ukuran : 29.7 cm x 42 cm

Material : Art paper 210gr

(65)

56

b. Pamflet

Dalam penyebaran informasi secara langsug kepada audien tentang

penayangan Video Dokumenter, maka dibutuhkan media berupa pamflet

dengan cara membagikan informasi yang lebih detail kepada khalayak.

Gambar IV.4 Pamflet

Sumber : Dokumentasi pribadi

Ukuran : 9 cm x 15 cm

Material : Artpaper 80gr

Teknis Produksi : Digital printing

c. Bhaligo

Baligo bertujuan untuk mengenalkan informasi kepada masyarakat dengan

pesan yang singkat dan jelas, sehingga desian yang di pakai adalah sederhana

(66)

57

Gambar IV.5 Bhaligo

Sumber : Dokumentasi pribadi

Ukuran : 300cm x 400 cm

Material : Vinyl PVC

Teknis Produksi : Cetak offset

d. Cover DVD

Desain pada media cover cd dapat menunjang video dokumenter yaitu

merepresetasikan isi dari bentuk infromasi didalam video. Cover cd dibuat

dengan desain yang cukup sederhana, dan mgnuatkan pada visual pebenjang

yang dipadukan dengan warna-warna yang digunakan adalah warna sesuai

konsep merah, hitam, putih dan orange.

(67)

58

Gambar IV.6 Cover CD

Sumber : Dokumentasi pribadi

Ukuran : 14cm X 14cm

Material : Art paper 110 gr

Teknis Produksi : Digital printing

e. Pin

Pin mendukung audience untuk tetap mengingat informasi Benjang Gelut dan

turut mengnalkan seni ulin buhun Benjang Gelut ke masyarakat yang lebih

luas desain pin menggunakan warna yang sama dengan media pendukung

lainya. Dengan mengusung tema terbangan pada diameter pin, maka beladiri

(68)

59

Gambar IV.7 Pin

Sumber : Dokumentasi pribadi

Ukuran : Diameter 5,8 cm

Bahan : Plastik

Teknik : Digital printing

f. Gantungan Kunci

Pin mendukung audience untuk tetap mengingat informasi Benjang Gelut dan

turut mengnalkan seni ulin buhun Benjang Gelut ke masyarakat yang lebih

luas desain pin menggunakan warna yang sama dengan media pendukung

lainya.

Gambar IV.8 Gantungan kunci

(Sumber : Dokumen pribadi)

Ukuran : Diameter 5,8 cm

Bahan : Plastik

(69)

60

g. Jam Dinding

Jam dinding selalu dilihat oleh pengguna, setiap waktu. menyampaikan

informasi dengan mengingaktkan Benjang Gelut melalu Media Jam dinding

merupakan cara yang efektif.

Gambar IV.9. jam dinding

Sumber : Dokumen pribadi

Ukuran : Diamter 25 cm

Material : Art paper 110gr

Teknis Produksi : Digital printing

h. X Banner

Media ini digunakan untuk memberikan informasi atau promosi pada

pemutaran film dokumenter berisi pesan, screenshoot dan informasi

(70)

61

Gambar IV.10 X banner

(Sumber : Dokumentasi pribadi)

Ukuran : 60 x 160 cm

Material : Albatros

Teknis Produksi : Digital printing

i. Stiker

Stiker dapat menyampaikan informasi secara sederhana dan singkat

melalui berbagai benda. Desain yang digunakan adalah elemen warna

terebangan, judul film dan visual pebenjang.

(71)

62

Gambar IV.11 Stiker

(Sumber : Dokumen pribadi)

Ukuran : 5cm x 10,7cm

Material : Stiker Cromo

Teknis Produksi : Digital printing

j. Kaos T-shirt

Pemilihan media pada kaos adalah untuk mendukung keberlangsungan acara

maupun kegiatan benjang .

Gambar IV.12 Kaos

(Sumber : Dokumen pribadi)

Ukuran Gambar : A4

Material Kaos : Catoon combed

(72)

63

k. Mug

sebagai souvenir yang dapat meneruskan keberlanjutan acara, dan

memiliki tujuan mengenalkan Seni Ulin Buhun Benjang Gelut ke khalyak

yang lebih luas

Gambar IV.13 Mug

(Sumber : Dokumen pribadi)

Ukuran Gambar : Diameter 7cm

Material mug : keramik

Gambar

Gambar II.1 Bilboard jenis  media lini atas Sumber : Dokuemtnasi Pribadi ( 5 juli 2014)
Gambar II.3 Video dokumentasi tradisi Pasola
Gambar II.4  Seni Benjang Gelut
Gambar II.6  Topeng Benjang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembuatan media utama “PERANCANGAN MEDIA INFORMASI MAKNA DIBALIK ATRIBUT SENI BELADIRI TAEKWONDO" melalui. beberapa tahap dalam pengerjaannya, mulai dari

Metode penelitian yang digunakan adalah metode linear strategy, sehingga film dokumenter ini, dapat digunakan untuk menginformasikan dan mengenalkan motif batik mbakau

Perancangan media informasi ini berisi tentang definisi aura dan sejarahnya, ciri- ciri aura, cara melihat aura, warna aura, yang bertujuan untuk menginformasikan bahwa aura

Berdasarkan pendekatan komunikasi maka media informasi dari Seni Ketangkasan Domba Garut ini adalah buku, dengan memiliki ciri khusus yang memberikan

Seni media rekam, jelasnya adalah bidang seni yang memakai media untuk merekam, tegasnya kamera, entah film, video atau digital, untuk mengekspresikan gagasan atau

ini adalah Linear Strategy dan pembuatan film dokumenter ini diharapkan dapat meninformasikan kepada masyarakat indonesia yang belum mengenal songket. Keywords : songket

Perancangan Film dokumenter tentang memancing adalah jenis film dokumenter yang menggambarkan tentang kegiatan memancing dan segala aspek yang terkait dengannya, seperti teknik-teknik

PRODUKSI FILM DOKUMENTER “TARI EBEG : STEP OUT” Film Dokumeter Tentang Seni Tari Ebeg di Purbalingga Bimo Mayong Riyadi1, Catur Nugroho, S.Sos., M.I.Kom2 1,2Prodi Ilmu Komunikasi,