DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Asep Kusnadi
Alamat : Kp. Haruman I Rt.001 Rw.001
Ds. Harumansari Kec. Kadungora Kab. Garut
E-mail : aska_grafis47@yahoo.com
Web : www.asepkusnadi.com
Tempat/Tanggal Lahir : Garut, 10 Juni 1985
Status : Belum Menikah
Pendidikan :
2007-2012 : S-1 DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA (UNIKOM), BANDUNG 2001-2004 : SMK YPPT GARUT
1998-2001 : SMPN 2 KADUNGORA GARUT 1992-1998 : SDN HARUMANSARI
PENGALAMAN MAGANG :
2004 INSTRUKTUR KURSUS KOMPUTER
MADINAH NAMI JAYA
KEMAMPUAN SPESIFIK
Tugas Akhir : Perancangan Media Informasi Buku Seni Ketangkasan Domba Garut Komputer : Ms Office (Ms. Word, Ms Excel, Ms. PowerPoint)
Adobe Photoshop, Adobe Flash, Corel Draw, Adobe Ilustrator, 3D Max
Hormat Saya,
Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BUKU SENI KETANGKASAN DOMBA GARUT
DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2011-2012
Oleh :
Asep Kusnadi 51907017
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT dan berkat rahmat yang dilimpahkan-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan pengantar tugas akhir ini
dengan judul “ Perancangan Media Informasi Buku Seni Ketangkasan Domba Garut”.
Laporan ini bermaksud untuk memenuhi persyaratan Program Strata 1 Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Dalam penulisan laporan ini, terdapat berbagai kendala dan kekurangan, terutama dalam pengambilan data, segi bahasa dan pembuatan untuk karya tulis ini.
Dalam pengantar ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan membimbing secara moril atau materil, dan tidak dapat penulis ucapkan satu persatu. Tanpa bantuan tersebut penulis tidak dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu.
Laporan ini belum dapat dikatakan sempurna, oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, untuk dapat melakukan perbaikan di masa mendatang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR LAMPIRAN ... iii
DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
Bab I Pendahuluan ... 1
1.1 Latar belakang masalah ... 1
1.2 Identifikasi masalah ... 3
1.3 Fokus masalah ... 3
1.4 Tujuan perancangan ... 3
Bab II Tinjauan umum seni ketangkasan domba Garut ... 4
2.1 Ketangkasan domba Garut ... 4
2.1.1 Pengertian seni ketangkasan domba Garut ... 4
2.1.2 Karakteristik domba Garut ... 4
2.1.2.1 Asal-usul domba Garut menjadi domba tangkas ... 4
2.1.2.2 Profil domba Garut ... 7
2.1.2.3 Istilah khusus domba Garut ... 8
2.1.2.4 Tanduk/rengreng ... 10
2.2 Catur bangga domba Garut ... 11
2.2.1 Ciri-ciri domba Garut ... 12
2.2.2 Keistimewaan domba Garut ... 12
2.3 Kehidupan sosial budaya masyarakat sunda ... 12
2.4 Seni ketangkasan domba Garut sebagai permainan rakyat ... 13
2.4.1 Pertunjukan seni ketangkasan domba Garut ... 14
2.4.3 Penilaian ... 15
2.4.4 Sistem pertandingan ... 16
2.4.4 Pihak-pihak yang ada di Pamidangan ... 17
2.4.4.1 Wasit ... 17
2.4.4.2 Juri ... 19
2.4.4.3 Panitia ... 20
2.4.4 Protokol ... 21
2.4.4.5 Pemain Nayaga dan Sinden ... 22
2.4.4.6 Peserta ... 22
2.4.4.7 Pemilik ... 22
2.4.4.8 Pedamping/ Malandang ... 22
2.4.4.9 Bobotoh ... 23
2.4.4.10 Penonton ... 24
2.5 Persepsi masyarakat terhadap seni ketangkasan domba Garut ... 24
2.6 Dampak seni ketangkasan domba Garut ... 25
2.7 Komunitas pendukung seni ketangkasan domba Garut ... 25
Bab III Strategi perancangan dan konsep visual ... 28
3.1 Strategi perancangan ... 28
3.1.1 Pendekatan komunikasi ... 28
3.1.2 Tujuan komunikasi ... 28
3.1.3 Strategi kreatif ... 29
3.1.4 Strategi media ... 29
3.1.5 Pertimbangan dasar penyebaran media pendukung ... 30
3.2 Konsep visual ... 31
3.2.1 Format desain buku ... 31
3.2.3 Tipografi ... 32
3.2.4 Warna ... 34
3.2.5 Studi karakter pada layout ... 37
3.2.6 Layout sub-bab ... 37
3.2.7 Layout halaman isi ... 38
3.2.8 Layout cover depan ... 38
Bab IV Teknis produksi media ... 39
4.1 Media utama ... 39
4.2 Media pendukung ... 41
4.3 Biaya produksi ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ekadji, E.S. 1984. Masyarakat Sunda Dan Kebudayaannya. Bandung : Girimukti.
Heriyadi, D, dkk. 2001. Ngawangkong Peternak Domba Tangkas. Bandung : Fakultas Peternak Universitas Padjajaran.
Zainul, Asmawi & Didin Saripudin (editor). 2004. 50 Tahun Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. 1954-2004 : Mozaik Pemikiran Tentang Sejarah, Pendidikan Sejarah dan Budaya. Bandung : Historia Press.
Sunarlim, R dan S. Usmiati, dkk. 2011. Profil Karkas Ternak Domba dan Kambing. Bogor : Balai Besar Penelitian dan pengembangan Pascapanen Pertanian,
Tim Penulis MT Farm, dkk. 2010 Beternak dan Bisnis Domba. Jakarta : AgroMedia Pustaka,
Dharsono, Sony Kartika, Nanang Garda Perwira, Pengantar Estetika, Rekayasa Sains, Bandung, 2004
M. Suyanto, Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan, Andi, Yogya, 2004 Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Rajawali Press, Jakarta, 2000 Kusmiati, dkk, Teori Desain Komunikasi Visual, Djambatan, Jakarta, 1999
Internet
Yusuf, D. (2008). Mengubah Paradigma Adu Domba. [Online]. Tersedia : http://dieny-yusuf.com/2008/04/02/mengubah-paradigma-adu-domba. _.(2008). Profil Domba Garut. [Online].
Heriyadi, Deni. (2008). Asal-usul Domba Garut. [Online]. Tersedia : http://dombakambing.blogsome.com/2008/01/asal-usul-domba-garut. _. (2008). Perkembangan Domba Garut Menjadi Domba Tangkas. [Online].
http://dombakambing.blogsome.com/2008/01/08perkembangan-domba-garut-menjadi-domba-tangkas.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya, lingkungan, alam, dan wilayah geografis. Keanekaragaman budaya salah satunya dapat dilihat dari banyaknya seni tradisional, pada suatu daerah dapat dijumpai bermacam-macam seni tradisional. Sebagai salah satu aspek dari tujuh unsur kebudayaan, seni tradisonal lahir, tumbuh dan berkembang didalam masyarakat pendukungnya.
Salah satu kesenian daerah Jawa Barat (Kab. Garut khususnya) masih ada hingga saat ini, seni tradisonal yang berkembang di masyarakat kabupaten Garut merupakan seni ketangkasan domba garut. Kesenian sendiri mengandung arti sebagai imajinasi manusia secara kreatif untuk menerangkan, memahami, dan menikmati hidup. Seni ketangkasan domba Garut merupakan kesenian yang diperlagakan dan dipertontonkan, dalam hal ini dapat disimpulkan seni ketangkasan domba Garut merupakan sebagai seni pertunjukan.
Sebelum menjadi seni ketangkasan domba Garut, awalnya masyarakat Sunda bisa menggunakan istilah ngadu domba, yang berarti mempertarungkan dua domba dalam satu arena sehingga dapat menghasilkan seekor domba pemenang dan seekor domba yang kalah sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang telah disepakati. "Ngadu" merupakan suatu istilah dalam bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat peladang untuk menamakan permainan. "ngadu", yang artinya memperlagakan.
Salah satu keistimewaan ternak Domba Garut yaitu ternak domba jantan dengan anatomi tanduknya yang bermacam-macam, tubuhnya sifat-sifat yang spesifik sebagai domba adu dan terkenal dengan domba tangkas dan sekarang lebih dikenal dengan domba laga, karena domba adu memiliki konotasi yang kurang baik di masyarakat. Dikatakan domba tangkas karena memiliki seni ketangkasan yang dipadukan dengan seni pencak silat, dan dikatakan domba laga karena berlaga dilapangan yang menarik perhatian orang banyak serta memiliki unsur seni yang indah dipandang.
Pemeliharaan Domba Garut sebagai domba tangkas (laga) telah sejak lama dilakukan oleh para peternak, penggemar ketangkasan domba dengan perlakuan yang sangat istimewa serta kepemilikan domba tersebut dahulu disebut "juragan". Peternak pemelihara harus memliki nilai jiwa seni yang khusus serta akrab dengan domba. Berbagai upaya dan pengorbanan para peternak Domba Garut semata-mata diarahkan untuk menciptakan keunggulan Domba Garut pejantan di arena perlombaan (ketangkasan), sebab domba laga yang unggul akan menyandang gelar juara serta mendapat nilai jual yang melonjak tinggi. Karena ternak Domba Garut merupakan bagian dari ternak seni, maka setelah Domba Garut tandang di lapang, salah satu kegembiraan yang diraih oleh pemilik atau pelatihnya, ketika domba tersebut mengalunkan seni sesuai irama ketukan kendang.
1.2Identifikasi Masalah
- Adanya masalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang peraturan - peraturan yang sudah diterapkan dalam seni ketangkasan Domba Garut. - Kurangnya media informasi bagi masyarakat dalam memberikan wawasan
tentang seni ketangkasan Domba Garut. 1.3Fokus Masalah
- Bagaimana cara menyampaikan informasi kepada masyarakat supaya lebih mengetahui tentang Seni ketangkasan Domba Garut.
1.4Tujuan Perancangan
- Masyarakat lebih mengetahui dan menambah wawasan tentang Seni Ketangkasan Domba Garut.
- Masyarakat dapat lebih mengerti dan memahami tentang peraturan-peraturan Seni Ketangkasan Domba tersebut.
BAB II
TINJAUAN UMUM SENI KETANGKASAN DOMBA GARUT
2.1 Ketangkasan Domba Garut
2.1.1 Pengertian Seni Ketangkasan Domba Garut
Seni ketangkasan domba Garut merupakan permainan ketangkasan dan seni pertunjukan rakyat yang berkembang pada masyarakat Sunda. Seni ketangkasan domba Garut menampilkan ketangkasan jenis domba Garut (priangan) yang "diadukan" berdasarkan peraturan yang sudah disepakati bersama. Seni ketangkasan domba Garut adalah suatu ajang kegiatan peternak domba, untuk menampilkan hasil pemeliharaannya dengan cara ditandingkan dengan diiringi seperangkat gamelan, serta di dalamnya terdapat unsur seni pencak silat (Heriyadi. 2001: 1).
Selain buku-buku yang berkaitan tentang seni tradisional dan seni pertunjukkan, juga menggunakan beberapa hasil penulisan karya ilmiah tentang seni ketangkasan domba Garut. Dalam pembahasan tentang domba Garut tipe tangkas dijelaskan beberapa istilah yang ada di masyarakat peternak domba Garut. Istilah-istilah tersebut telah dikumpulkan dan dirangkum sehingga membantu peneliti dalam melakukan penelitian untuk menggali lebih jauh dalam pemaknaan seni dalam pertunjukan adu domba Garut tipe tangkas.
2.1.2 Karakteristik Domba Garut Pada Seni Ketangkasan Domba Garut 2.1.2.1 Asal-Usul Domba Garut Menjadi Domba Adu/Tangkas
Merino, tetapi domba Merino tidak memiliki "insting" beradu. (sumber : http://dompi.co.id/_dompi.php?_i=jenis-domba).
Domba Garut yang memiliki sifat beradu dengan fisik yang besar dan kuat ini, melahirkan seni atraksi laga domba. Domba Garut merupakan hasil persilangan segitiga antara domba asli Indonesia, domba Merino dari Asia Kecil dan domba Kaapstad (ekor gemuk) dari Afrika. Domba ini dikenal oleh masyarakat dengan sebutan domba Garut, yang dikenal juga dengan sebutan domba priangan. Usaha ternak domba di Kabupaten Garut telah lama diusahakan oleh petani ternak di pedesaan yang hampir tersebar di seluruh Kecamatan di Kabupaten Garut, baik sebagai usaha pokok maupun usaha sampingan yang dipadukan dengan usaha tani. Pemeliharaan domba Garut sebagai domba tangkas (laga) telah sejak lama dilakukan oleh para peternak, penggemar ketangkasan domba dengan perlakuan yang sangat istimewa serta kepemilikan domba tersebut dahulu disebut "juragan".
setempat juga sudah akrab dan menjadi tradisi yang turun temurun dengan masyarakat petani di daerah, khusus domba Garut sebagai domba laga atau sebagai hewan kesayangan, biasanya dipelihara oleh mereka yang memiliki tingkat permodalan yang kuat, karena harga domba tersebut sangat memiliki harga yang mahal dan unsur seni serta keindahan yang ditonjolkan. Sejalan dengan keberadan ternak domba yang beredar dimasyarakat selama ini, maka Pemerintahan Kabupaten Garut menjadikan domba Garut sebagai komoditas unggulan serta menjadi kebanggaan nasional karena memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh jenis domba lainnya di dunia. Salah satu keistimewaan domba Garut yaitu domba jantan dengan anatomi tanduknya yang bermacam-macam, tubuhnya serta sifat-sifat yang spesifik sebagai domba adu dan terkenal dengan domba tangkas dan sekarang lebih dikenal dengan domba laga, karena domba adu memiliki konotasi yang kurang baik di masyarakat.
Berat badan domba Garut dapat mencapai 40 sampai 80 kg, bahkan dapat mencapai 100 kg lebih. Menurut Dody Suhandi Sekjend HPDKI, bahwa domba Garut selain memiliki keistimewaan juga sebagai penghasil daging yang sangat baik dalam upaya meningkatkan produksi ternak domba. Jenis domba Garut tergolong jenis domba terbaik, bahkan dalam perdagangannya dan paling cocok serta menarik perhatian banyak masyarakat, mudah dipelihara oleh petani kecil karena relatif lebih mudah pemeliharaannya dan lebih cepat mengbasilkan serta mudah diuangkan.
Sebaliknya, tanduk yang berwarna putih atau hitam tanpa corak umumnya memiliki bagian dalam tanduk yang kopong. Karena itu, tanduk yang belang umumnya lebih bagus dibandingkan dengan tanduk yang memiliki satu warna saja. Berbeda dengan jantan, domba betina tidak memiliki tanduk. Karena ukuran tubuh dan tanduknya yang besar dan kuat, domba garut juga sering dijadikan sebagai domba aduan terutama di daerah asalnya Garut. Aduan domba garut ini menjadi andalan masyarakat Garut sebagai Kesenian khas daerah. Semakin kuat, harganya semakin mahal dan dapat dijadikan sebagai standar status sosial seseorang. Selain itu, domba Garut juga memiliki kulit dan kualitas yang bagus. Bahkan dapat menjadi salah satu yang terbaik didunia. (Budi S. Setiawan. 2011 : 20)
2.1.2.2 Profil Domba Garut
Profil yang dimaksud adalah bentuk kepala pada domba Garut yang antara lain; nyatria, ngabangus kuda, ngabalok, nyurucut. Untuk mengetahui profil domba diperlukan pengalaman dan pemahaman mengenai fisik domba. Walaupun sudah di kelompokan dengan sebutan istilah-istilah seperti diatas tadi (seperti Nyatria, ngabangus kuda,
ngabalok, dan nyurucut) tetap saja di dalam kenyataannya seidikit susah membedakan profil domba yang satu dengan profil domba yang lain. Hal tersebut dikarenakan profil domba tidak semuanya persis dengan pengelompokan karakter profil seperti yang disebutkan di atas. Kadangkala ada satu domba yang dapat dididentifikasikan ke dalam dua kelompok profil domba.
.
2.1.2.3Istilah Khusus Domba Garut
- Adeg-adeg : Kesesuaian postur tubuh mulai dari badan sampai kaki atau bentuk umum performa fisik yang dinilai dari fostur (kekokohan badan, leher dan kepala), jingjingan (bentuk,ukuran dan letak tanduk), ules (bentuk di raut muka).
- Baracak : Kombinasi warna kulit domba dengan dominasi hitam atau abu-abu dan bercak-bercak kecil putih yang tidak teratur pada sekujur atau sebagian tubuhnya.
Nyurucut adalah bentuk kepala domba yang panjang dan kecil.
Foto 2.2. Nyurucut
Foto 2.3 Ngabalok
Ngabalok adalah bentuk kepala yang besar dan datar.
Foto 2.4. Ngabangus kuda
Profil Ngabangus kuda yaitu bagian mulut besar dan lebar dengan bibir tebal, hidung besar dengan lubang hidung lebar mirip kuda.
Foto 2.11 Ngabuntut Beurit
Foto 2.12 Ngabuntut Buyur
(Sumber : dokumen peneliti)
- Barala : Jenis bulu domba yang mirip dengan bercak yang ukurannya lebih besar.
- Belang sapi : Dengan bulu dasar putih ada hitam sedikit
- Jogjog : Domba dengan jenis bulu sedikit merah soropan hitam - Sambung : Jenis bulu domba ini dasar hitam ditengah badan putih dan
dilehernya berwarna hitam.
- Riben kecil : Bulunya dengan dasar berwarna putih dan dimata ada warna hitam kecil
- Riben Besar : Bulunya dengan dasar berwarna putih dan dimata ada warna hitam agak besar.
Foto 2.5 Bulu Jogjog Foto 2.6 Bulu Riben
kecil
Foto 2.7 Bulu Riben besar
Foto 2.8 Bulu Hideung
laken Foto 2.9 Bulu Baracak
2.1.2.4 Tanduk/Rengreng
Salah satu yang menjadi keistemewaan domba Garut yaitu domba jantan dengan anatomi tanduk yang bermacam-macam. Domba Garut memiliki tanduk yang cukup besar, melengkung/spiral, dengan pangkal tanduk kanan dan kiri hampir bersatu.
Pada masa sebelum berubah menjadi seni ketangkasan domba Garut, tanduk domba Garut bentuknya masih belum variatif seperti sekarang. Hal ini dikarenakan yang menjadi prioritas utamanya kemampuan beradu domba Garut bukan dinilai dari aspek keindahannya. Berikut jenis bentuk tanduk domba Garut jantan, antara lain; gayor (posisi tanduk yang ujungnya mengarah ke tengah), ngabendo (bentuk tanduk dengan melingkar ke belakang dan mengarah ke depan), leang-leang (bentuk tanduk dengan sedikit lengkungan dan mengarah ke samping), ngagolong tambang
(bentuk tanduk melengkung ke samping dan menggulung).
Jika kita menyaksikan seni ketangkasan domba Garut, tanduk/rengreng diolesi minyak sereh/minyak kelapa/mentega, hal ini bertujuan agar tanduk tersebut terlihat mengkilap. Dengan demikian fungsi dari pengolesan minyak tersebut agar domba tampak lebih bersih sehingga dapat berpengaruh kepada penilaian ketika berlangsungnya liga/kontes seni ketangkasan domba Garut.
Berikut foto-foto yang memperlihatkan macam-macam tanduk domba Garut, yaitu:
Foto 2.13 Tanduk gayor Leang
Jenis tanduk ini jarak antara tanduk dekat dengan tenggorokan yang melebar kesamping dan dalam penilaian juri domba jenis tanduk ini diberi nilai 23 point.
Foto 2.14 Tanduk golong tambang
(Sumber: dokumen peneliti)
2.2 Catur Bangga Domba Garut
1. Ules Beungeut: Kasep, ngamenak dan ngaules
2.Mata: Kupa
3.Telinga : rumpung sapotong, ngadaun hiris dan ngadaun nangka saeutik
4. Tanduk : Nagbendo, golong tambang, setengah gayor, gayor, leang-leang dan sogong
5.Kualitas Tanduk : Poslen, waja, beusi
6.Warna Bulu : Sambung, riben kecil, belang sapi, jog-jog, laken, baracak, dan riben besar.
7.Ekor : Ngabuntut beurit, ngabuntut bagong dan ngauntut buyur
Foto 2.15 Tanduk gayor malik
(Sumber: dokumen peneliti)
Jenis tanduk ini jarak antara tanduk lebih dekat dengan tenggorokan dan posisi tanduk lebih kebawah, dalam penilaian juri domba jenis tanduk ini diberi nilai 23 point.
bentuk tanduk dengan sedikit lengkungan dan mengarah ke samping dan dalam penilaian juri domba jenis tanduk ini diberi nilai 21 point.
Foto 2.16 Tanduk Leang
Jenis tanduk ini jarak antara tanduk agak jauh dengan leher tanduknya menunduk kebawah dan dalam penilaian juri domba jenis tanduk ini diberi nilai 22 point.
2.2.1 Ciri-Ciri Domba Garut
- Bertubuh besar, lebar, dan lehernya kuat
- Domba priangan jantan memiliki tanduk besar dan kuat, melengkung ke belakang spiral, pangkal tanduk kanan dan kiri hampir menyatu. Sedangkan domba betina tidak memiliki tanduk, panjang telinga sedang, dan terletak di belakang tanduk.
- Domba jantan mempunyai berat 40-80 kg, sedangkan betina 30-40 kg.
- Keunggulan domba priangan ini adalah kulitnya merupakan salah satu kulit dengan kualitas terbaik di dunia, selain itu dengan leher yang kokoh dan tubuh yang besar, kuat dan mempunyai keunggulan daging yang sangat baik dan mudah dipelihara.
2.2.2 Keistimewaan Domba Garut
Salah satu keistimewaan ternak Domba Garut yaitu ternak domba jantan dengan anatomi tanduknya yang bermacam-macam, tubuhnya serta sifat-sifat yang spesifik sebagai domba adu dan terkenal dengan domba tangkas dan sekarang lebih dikenal dengan domba laga.
2.3 Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Sunda
Pembahasan kehidupan sosial budaya sunda terdapat dalam tulisan Ajip Rosidi tentang Ciri-ciri Manusia dan Kebudayaan Sunda yang terdapat pada buku Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya dengan editor Edi S. Ekadjati (1984), yang menyatakan bahwa sepanjang sejarahnya ternyata masyarakat Sunda selamanya merupakan masyarakat terbuka yang mudah sekali menerima pengaruh dari luar, tetapi juga kemudian menyerap pengaruh itu sedemikian rupa sehingga menjadi miliknya sendiri (Ajip Rosidi, dalam Sedyawati. 1984 : 133).
seni ketangkasan seni domba Garut sebagai bentuk keaslian budaya Sunda.
Masyarakat Sunda merupakan masyarakat yang memiliki ciri khas yang unik. Dalam budaya dapat dikatakan, bahwa yang disebut suku bangsa Sunda adalah orang-orang yang secara turun-temurun menggunakan bahasa-ibu bahasa Sunda serta dalam kehidupan sehari-hari, dan berasal serta bertempat tinggal di daerah Jawa Barat, daerah yang juga sering disebut tanah Pasundan atau Tatar Sunda (Harsojo dalam Zainul Asmawi & Didin Saripudin. 2004 : 177).
Mengacu kepada tulisan diatas yang menyatakan bahwa masyarakat Sunda adalah masyarakat yang terbuka dan mudah sekali menerima pengaruh dari luar, hal ini sesuai dengan kajian yang dilakukan peneliti yaitu masyarakat Sunda yang sudah mendapat pengaruh dari kebudayaan lain terutama dalam hal pengunaan bahasa sehari-hari. Sehingga tulisan di atas memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai kehidupan dan kebudayaan masyarakat Sunda yang terdapat di Jawa Barat.
2.4 Seni Ketangkasan Domba Garut Sebagai Permainan Rakyat
Sebuah permainan rakyat berasal dari kebosanan manusia di dalam menjalani rutinitas kehidupannya yang monoton. Manusia membutuhkan kegiatan selingan yang bersifat menghibur yang bisa menimbulkan kegairahan d i dalam hidupnya. Dari alasan itulah permainan rakyat tercipta sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam mengatasi kebutuhan hidup yang bervariasi.
2.4.1 Pertunjukan Seni Ketangkasan Domba Garut
Pertunjukan seni ketangkasan domba Garut tidak dapat dilepaskan dari adanya peranan HPDKI yang telah mengembangkan pertunjukan seni ketangkasan domba Garut sebagai nilai seni dan budaya Sunda. Bidang seni ketangkasan domba Garut memandang ternak seni dan ketangkasan domba Garut, yaitu domba jenis tertentu yang dibudidayakan dengan tujuan utama untuk pementasan seni dan ketangkasan laga, yang pada akhirnya juga dapat menghasilkan nilai seni.
2.4.2 Kategori Kelas Domba
Domba Garut sebagai domba tangkas atau domba laga terbagi atas kelas-kelas, yaitu:
•Kelompok kelas A dengan berat badan 75,5 - 80 kg keatas
•Kelompok kelas B dengan berat badan 66 – 75,5 kg
C dengan berat badan 45 — 65 kg.
Jumlah pukulan (beradunya kepala domba) tiap-tiap kelas adalah 20 kali pukulan. Umur domba yang akan diabenkan (diadukan) minimal umur 2 tahun dan maksimal umur 6 tahun, hal ini dinilai karena alasan karakter bertanding, kesehatan dan keselamatan domba itu sendiri. Hal yang perlu diperhatikan juga oleh pemilik domba ketika akan diadukan adalah dilarangnya menandingkan domba dengan selisih berat badan lebih dari 5 kg.
2.4.3 Penilaian
Berdasarkan wawancara dengan Iyan penilaian pada liga/kontes seni ketangkasan adu domba meliputi lima kriteria, antara lain;
-Bentuk/adeg-adeg
-Kesehatan
-Teknik pamidangan
-Teknik pukulan -Keberanian
Penilaian berdasarkan bentuk/ adeg-adeg adalah menilai postur tubuh dari domba itu sendiri. Bentuk badan domba yang proposional antara kepala, badan,dan kaki. Leher yang kokoh menopang kepala, serta kepala yang kokoh menjadi penilaian tersendiri oleh para juri. Nilai keseluruhan dari bentuk/adeg-adeg ini maksimal berjumlah 25 poin.
Penilaian berdasarkan kesehatan meliputi kebersihan domba, kesehatan, dan kerapihan domba. Kebersihan domba meliputi seluruh badan domba, akan terlihat kebersihan domba dari cara perawatan yang dilakukan oleh pemilik domba itu sendiri. Kesehatan domba meliputi kesehatan yang nampak pada luar tubuh domba maupun yang kesehatan dalam pada tubuh domba. Sedangkan kerapihan dilihat dari kerapihan bulu domba, bila domba tidak dicukur maka akan terkesan tidak terawat. Biasanya bulu domba yang dicukur adalah bulu dari pangkal pundak sampai ke tubuh bagian belakang, sedangkan bulu yang berada dibawah leher tidak dicukur dibiarkan panjang (nyinga). Nilai keseluruhan dari kesehatan domba ini maksimal berjumlah 10 poin.
Penilaian berdasarkan teknik pukulan meliputi teknik melakukan pukulan, keras atau lemahnya pukulan, dan mantap atau tidaknya pukulan. Penilaian pada teknik pukulan dimulai pada pukulan ke delapan, apabila domba tidak bisa melanjutkan pertandingan sebelum pukulan kedelapan maka domba tersebut dianggap gugur. Nilai keseluruhan dari teknik pukulan ini maksimal memperoleh 25 poin.
Dan terakhir adalah penilaian untuk keberanian domba, yang meliputi mental dan daya tahan bertanding. Domba Garut memiliki karakter yang agresif dan postur relatif besar dibandingkan dengan domba-domba lokal lainnya. Tetapi belum tentu domba tersebut memiliki mental dan daya tahan yang baik. Mental dan daya tahan tergantung pada pelatihan domba tersebut. Ada istilah untuk domba yang memiliki mental dan daya tahan yang baik, domba tersebut biasanya disebut gajah muling oleh penggemar seni ketangkasan domba. Nilai keseluruhan dari keberanian domba adalah 10 poin.
2.4.3 Sistem Pertandingan
Dalam wawancara yang dilakukan dengan Iyan di dalam liga/kontes seni ketangkasan domba terdapat dua sistem pertandingan, yaitu:
- Sistem tanding luar - Sistem tanding dalam
Yang dimaksud dengan sistem tanding dalam adalah sistem pertandingan dengan mencari pasangan tanding (nyandingkeun) setelah salah satu domba dimasukan ke pakalangan, sistem ini biasanya memakan waktu yang cukup lama dan kurang efektif. Sistem tanding dalam ini biasanya dilakukan dalam kegiatan latihan rutin seni ketangkasan domba Garut setiap minggunya dibeberapa daerah secara bergiliran.
luar terbuka, kecuali pada HPDKI Cup sistem yang digunakan adalah sistem tanding luar, tetapi tidak boleh dalam satu wilayah cabang HPDKI
2.4.4 Pihak-Pihak yang Ada Di Pamidangan
Dalam wawancara dengan Asep juga dalam seni ketangkasan domba ada beberapa pihak-pihak yang ada di pamidangan domba adalah pihak-pihak yang berkepentingan dan terlibat langsung ketika seni ketangkasan domba Garut sedang berlangsung. Pihak-pihak tersebut antara lain; wasit, juri, panitia,
nayaga, protokol/ mc, peserta (pemilik, pendamping/malandang, bobotoh), penonton, pedagang ,dan petugas parkir.
Menurut Asep biasanya setiap pertandingan dibagi ke dalam dua ronde dan masing-masing ronde terdiri dari sepuluh kali tumbukan kepala. "Setiap tumbukan antar kepala adalah pukulan terbaik. Semakin jauh domba mengambil ancang-ancang, maka kian bagus nilainya karena benturan yang dihasilkan juga semakin kuat, Dalam seni ketangkasan domba jarang terjadi kecelakaan pada ternak domba apalagi sampai terjadi cacat atau mati, sebab setiap pertandingan selalu diawasi oleh :
- 3 Juri
- 1 Dewan Juri - Wasit
2.4.4.1 Wasit
Menurut wawancara dengan Asep seorang wasit dalam seni ketangkasan domba merupakan orang yang bertugas sebagai pengawas sekaligus pemimpin pertandingan di dalam pakalangan ketika domba sedang berlaga sehingga dapat terlaksana sesuai dengan peraturan yang berlaku. Adapun beberapa kewenangan wasit dalam seni ketangkasan domba adalah sebagai berikut ;
- Bertanggung jawab atas jalannya pelaksanaan ketangkasan domba - Memberhentikan dan melanjutkan pertandingan
- Menghentikan sementara pertandingan bila domba perlu diurut. - Menghentikan pertandingan jika pertandingan dinilai tidak
seimbang dan akan membahayakan keselamatan domba.
- Menetapkan diterima atau tidaknya domba untuk dipertandingkan. - Menegur pendamping/malandang yang berlaku tidak sportif. - Menghentikan pertandingan sementara, bila ada pemilik atau
penonton di dalam pakalangan.
Untuk menjadi seorang wasit bukanlah sembarang orang bisa menjadi wasit. Seorang wasit harus mempunyai keterampilan, kejelian dan cekatan dalam memimpin pertandingan seni ketangkasan domba Garut. Adapun persyaratan untuk menjadi wasit seni ketangkasan domba adalah sebagai berikut ;
- Jujur, adil, dan bijaksana
- Mengerti kesehatan domba di lapangan - Mengerti tata tertib pelaksanaan
- Mengerti pemeliharaan domba - Berpengalaman
- Diutamakan telah mengikuti diktat (bersertifikat sebagai wasit) - Dapat diterima oleh peserta
- Punya wawasan serta kelayakan untuk menjadi wasit - Sehat jasmani dan rohani
- Bertanggung jawab dan tegas
Seorang wasit haruslah mengenakan perangkat atribut yang mendukung tugasnya sebagai pemimpin pertandingan. Perangkat standar seorang wasit seni ketangkasan domba Garut adalah sebagai berikut ;
- Seperangkat pakaian pangsi (pakaian pencak silat biasanya berwarna hitam)
- Peluit
2.4.4.2 Juri
Menurut wawancara yang dilakukan dengan Asep juga dapat mengetahui bahwa seorang juri merupakan orang yang memberikan nilai kepada domba yang sedang berlaga di pakalangan. Di dalam seni ketangkasan domba Garut juri berjumlah tiga orang. Penilaian seni ketangkasan domba Garut berdasarkan standar penilaian yang meliputi; bentuk/adeg-adeg domba, kesehatan domba, tenik pamidangan domba, teknik pukulan domba,dan keberanian domba. Dari hasil penilaian juri inilah dapat ditentukan siapa yang berhak sebagai juara, dan keputusan juri tidak dapat diganggu gugat karena bersifat mutlak.
Persyaratan untuk menjadi seorang juri dalam seni ketangkasan domba adalah sebagai berikut ;
- Mengerti dan menguasai tata cara penilaian
- Pernah mengikuti diktat (pendidikan dan latihan) untuk penjurian - Berpengalaman
- Jujur dan adil - Bertanggung jawab
- Mengerti masalah domba tangkas - Diakui dan diterima oleh peserta - Penilaian objektif
- Sehat jasmani dan rohani
- Mengerti tentang pelaksanaan kontes domba
Foto 2.18 Wasit Seni Ketangkasan Domba Garut
Kewenangan juri dalam seni ketangkasan domba adalah sebagai berikut ; - Menentukan kelas dan kelayakan domba untuk bertanding
- Memberikan penilaian - Menegur wasit bila tidak adil
Perangkat standar juri dalam seni ketangkasan domba adalah sebagai berikut ; - Pakaian seragam pangsi
- Kelengkapan alat tulis
2.4.4.3 Panitia
Adapun wawancara yang dilakukan bahwa seorang panitia dalam seni ketangkasan domba merupakan orang yang membantu kelancaran berlangsungnya seni ketangkasan domba Garut. Biasanya panitia seni ketangkasan domba Garut adalah anggota dari HPDKI yang ditujuk sebagai pelaksana di lapangan. Tugas dari panitia antara lain adalah sebagai berikut; mempersiapkan segala sesuatu sebelum seni ketangkasan domba Garut dimulai, menerima pendaftaran dari setiap peserta, memberikan nomer urut peserta, menetapkan jadwal pertandingan, mengumpulkan hasil penilaian juri, menghitung perolehan nilai dari setiap peserta hasil penilaian dari juri, dan membereskan segala sesuatu setelah seni ketangkasan domba berakhir.
Foto 2.19 Juri Seni Ketangkasan Domba Garut
2.4.4.4 Protokol
Dalam wawancara dengan Asep juga dapat mengetahui bahwa seorang protocol merupakan orang yang bertugas sebagai pembawa acara saat seni ketangkasan domba berlangsung. Biasanya protokol adalah orang yang telah lama dan berpengalaman di dalam seni ketangkasan domba Garut. Sebelum seni ketangkasan domba Garut berlangsung, protokol memberikan ucapan selamat datang kepada peserta, sesepuh-sesepuh seni ketangkasan domba Garut yang hadir, pejabat pemerintahan yang diundang, serta keseluruh penonton yang hadir. Protokol juga memberikan pengumuman-pengumuman siapa pemenang liga/kontes seni ketangkasan domba. Bila seni ketangkasan domba berakhir maka protokol adalah orang yang menutup seni ketangkasan domba tersebut.
Foto 2.21 Protokol memandu jalannya seni ketangkasan domba Garut
(Sumber: dokumen peneliti)
2.4.4.5 Pemain Nayaga dan Sinden
Menurut Asep juga bahwa pemain nayaga adalah orang-orang yang memainkan alat musik (waditra) berupa kendang, tarompet, goong, bonang, dan saron. Sedangkan sinden adalah orang yang menyanyikan/menembangkan lagu-lagu/kawih sundadengan menggunakan mic yang disambungkan kabel ke seperangkat sound system. Fungsi dari pemain nayaga dan sinden adalah untuk mengiringi ketika seni ketangkasan domba Garut sedang berlangsung. Ketika pemain nayaga memainkan alat musiknya dan sinden melantunkan kawihnya
suasana di pamidangan ketika seni ketangkasan domba Garut sedang berlangsung menjadi meriah.
Personil dari kelompok kesenian ini di dalam mengiringi seni ketangkasan domba biasanya terdiri dari 12 orang, yaitu; 2 orang sinden, 1 orang pemain tarompet, 1 orang pemain bonang, 1 orang pemain goong, 3 orang pemain saron, 3 orang pemain kendang, dan 1orang yang bertanggung jawab terhadap sound system.
2.4.4.6 Peserta
Sedangkan seorang peserta seni ketangkasan domba Garut adalah orang-orang yang mengikutsertakan domba Garut hasil peliharaannya untuk bertanding di dalam arena seni ketangkasan domba. Peserta dapat dikategorikan sebagai berikut antara lain; pemilik domba, pendamping/
malandang, dan bobotoh.
2.4.4.7 Pemilik
Dalam wawancara tersebut juga dpat mengetahui pengertian seorang pemilik domba yaitu orang yang membeli anak domba/bibit (bisa disebut
petet) yang dipelihara, dirawat dan dilatih, sehingga petet tersebut menjadi domba yang siap untuk bertanding di dalam seni ketangkasan domba.
2.4.4.8 Pedamping/Malandang
berlaga di pakalangan. Malandang adalah orang yang mengerti tentang domba Garut secara keseluruhan. Dari mulai perawatan domba, kesehatan domba, hingga kebisan domba Garut saat dilagakan pada seni ketangkasan domba.
Tugas dari malandang adalah membawa domba ke pakalangan dan mengatur posisi domba agar siap untuk diadukan dengan domba calon lawannya. Setelah domba tersebut bertarung, malandang memberikan instruksi-instruksi berupa kode kepada domba untuk mengambil ancang-ancang mundur dan ancang-ancang maju.
2.4.4.9 Bobotoh
Dalam wawancara juga dapat diketahui bahwa seorang Bobotoh
merupakan sekelompok orang yang mendukung salah satu grup domba.
Bobotoh tersebut biasanya merupakan kerabat dari pemilik domba (seperti istri, anak, atau keluarga lainnya), pegawai/petemak grup domba Graut beserta keluarganya, dan bahkan tetangga dari pemilik domba Garut tersebut yang menggemari pertunjukan seni ketangkasan domba Garut.
Foto 2.22 Pedamping/Malandang
(Sumber: dokumen peneliti)
Foto 2.23 Bobotoh yang sedang ngibing
2.4.4.10 Penonton
Sedangkan penonton adalah orang yang menonton seni ketangkasan domba Garut, yang bukan merupakan pemilik, malandang, bobotoh. Penonton dapat dikategorikan menjadi dua buah jenis penonton. Yang pertama adalah penonton yang memang berniat ke pamidangan domba sebagai penggemar seni ketangkasan domba. Dan kemudian yang kedua adalah penonton yang pada awalnya tidak diniatkan menonton seni ketangkasan domba. Biasanya jenis penonton yang kedua ini adalah penonton yang hanya hanya kebetulan lewat jalan lapangan kontes tersebut.
Penonton seni ketangkasan domba Garut sebagian besar adalah laki-laki. Perempuan yang menonton seni ketangkasan domba Garut bila dibandingkan dengan penonton laki-laki adalah satu orang berbanding sepuluh orang. Usia dari penonton seni ketangkasan domba juga beragam dari anak kecil, remaja, dewasa, hingga orang tua. Tetapi bila dirata-ratakan usia yang menonton seni ketangkasan domba sekitar 20 tahun sampai 40 tahun.
2.5 Persepsi Masyarakat Terhadap Seni ketangkasan Domba Garut
Pendekatan bagaimana memberikan pengertian kepada para peternak utama dikeluarkannya kebijakan pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Garut agar keberadaan dan kelestarian seni ketangkasan Domba Garut memiliki nilai budaya yang dapat diakui oleh segenap masyarakat, bahwa seni ketangkasan bukan "ngaradukeun domba" tetapi seni yang dimilki oleh ternak domba yang harus dimodifikasi dan citra adu domba dengan sendirinya harus hilang dalam pandangan masyarakat luas.
Oleh karena itu diperlukan peranan pemerintah serta kumpulan para peternak yang dihimpun dalam organisasi HPDKI dalam meningkatkan keberadaan Domba Garut agar mampu berkiprah dalam meningkatkan pendapatan peternak sehingga ternak domba lebih maju, efektif dan tangguh untuk menambah devisa daerah.
2.6 Dampak Seni Ketangkasan Domba Garut
Dalam pembahasan dampak seni ketangkasan domba Garut, dilakukan pendekatan dari arah sejarah. Dalam perkembangan seni ketangkasan domba Garut telah memberikan dampak ekonomi dan budaya terhadap masyarakat seperti:
- Dari segi ekonomi: Dampak ekonomi yang terjadi pada masyarakat yaitu mereka berusah mengurus dan melatih dombanya sebaik mungkin supaya dalam kontes domba tersebut dapat menjadi juara sehingga harga jual domba tersebut dapat dijual dengan harga yang mahal.
- Dari segi budaya : Seni ketangkasan domba Garut ini merupakan bentuk kesenian Sunda yang lahir, tumbuh dan berkembang di wilayah Sunda, yang dalam perkembangannya mendapatkan pengaruh-pengaruh dari kebudayaan lain namun tentunya hal tersebut tidak menghilangkan kepribadian seni ketangkasan seni domba Garut sebagai bentuk keaslian budaya Sunda.
2.7 Komunitas Pendukung Seni Ketangkasan Domba Garut
Seni ketangkasan domba Garut telah berdampak luas bagi masyarakat penyangga budaya Sunda terutama komunitas pendukung seni ketangkasan domba Garut yang terhimpun dalam organisasi HPDKI Jawa Barat. HPDKI Jawa Barat merupakan bagi para peternak, penggemar seni ketangkasan domba Garut. Seni ketangkasan domba Garut telah mendorong masyarakat penggemarnya untuk menghimpun secara organisasi sebagai bentuk kebutuhan masyarakat pendukungnya terhadap pertunjukan seni ketangkasan domba Garut.
menjadikannya sebagai hobi yang didasarkan kebutuhan atas keindahan. Berawal dari hobi beberapa orang mulai menggeluti seni ketangkasan domba Garut dengan berternak domba Garut. Pertunjukan seni ketangkasan domba Garut dijadikan sebagai ajang silaturahmi bagi para anggota komunitas HPDKI. Karena adanya persamaan kegemaran terhadap seni ketangkasan domba Garut telah menciptakan hubungan sosial kekeluargaan diantara anggota komunitas seni ketangkasan domba Garut.
Ketertarikan terhadap seni ketangkasan domba Garut membuat semakin banyaknya pamidangan sebagai tempat untuk menangkaskan domba Garut. Dengan demikian jumlah ternak domba Garut semakin beragam baik. Domba Garut sebagai domba laga atau sebagai hewan kesayangan, biasanya dipelihara oleh mereka yang memiliki tingkat permodalan yang kuat, karena harga domba tersebut sangat memiliki harga yang mahal dan unsur seni serta keindahan yang ditonjolkannya.
Dalam bidang ekonomi bagi masyarakat hadirnya seni ketangkasan domba Garut telah menjadi sebagai tempat kegiatan perekonomian. Tidak sedikit juga saat seni ketangkasan domba Garut berlangsung dapat terjadi transaksi kegiatan jual -beli domba Garut. Ada j uga beberapa orang yang memanfaatkan keramaian di pamidangan seni ketangkasan domba Garut dengan berjualan/berdagang ataupun menjadi tukang parkir.
peternak domba Garut karena nilainya yang sangat ekonomis. Terlebih jika domba Garut yang dipeliharanya dapat menjuarai kontes atau liga seni ketangkasan domba Garut, dikarenakan domba Garut yang pernah juara dengan sendirinya memiliki harga jual yang lebih tinggi dan berkali-kali lipat dari harga domba Garut sebelumnya.
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
3.1 Strategi Perancangan 3.1.1 Pendekatan Komunikasi a. Visual
Pendekatan komunikasi dengan visual yang dilakukan dalam perancangan media informasi Seni Ketangkasan Domba Garut adalah dengan menggunakan fotografi untuk memperlihatkan peraturan-peraturan seni ketangkasan domba Garut dan ciri-ciri domba Garut yang ingin memunculkan perkembangan seni ketangkasan domba Garut dan tentu saja foto-foto yang ada dalam buku menggambarkan Seni Ketangkasan Domba Garut secara utuh dari setiap tahunnya di Garut yang diambil dari koleksi Pertunjukan Seni Ketangkasan Domba Garut.
b. Verbal
Pendekatan komunikasi verbal berupa teks untuk melengkapi visual atau foto, memaparkan apa yang tidak tergambar pada visual seperti pengertian dari Seni Ketangkasan domba Garut secara umum, sejarah dan perkembangan seni ketangkasan domba Garut di Garut dengan memperlihatkan koleksi pertunjukan dari Seni Ketangkasan Domba Garut. Bahasa yang digunakan adalah bahasa baku.
c. Materi Pesan
Materi pesan yang akan disajikan dalam media informasi ini adalah mengenai ciri khas domba Garut beserta perkembangan dan perubahan Seni Ketangkasan Domba Garut dalam seni kebudayaan masyarakatnya di Kampung Kandang Kecamatan Leles Kabupaten Garut dari setiap tahunnya.
3.1.2 Tujuan Komunikasi
Dalam perancangan buku Seni Ketangkasan Domba Garut bertujuan untuk : -Masyarakat luas khususnya laki-laki dapat mengetahui dan menambah
Ketangkasan domba Garut sebagai permainan seni budaya Sunda sebagai identitas nilai tradisional di Indonesia.
-Masyarakat luas menjadi lebih tertarik lagi untuk melestarikan seni ketangkasan domba Garut ini.
-Memperkenalkan aturan-aturan yang ada dalam seni ketangkasan domba tersebut di Bandung kepada masyarakat luas khususnya laki-laki yang gemar seni ketangkasan domba.
3.1.3 Strategi Kreatif
Berdasarkan pendekatan komunikasi maka media informasi dari Seni Ketangkasan Domba Garut ini adalah buku, dengan memiliki ciri khusus yang memberikan identitas secara visual, yaitu memiliki tampilan menarik untuk dapat dipelajari dan dinikmati oleh masyarakat khususnya laki-laki yang gemar dan ingin lebih mengetahui tentang seni ketangkasan domba Garut, yang memadukan unsur tradisional sehingga muncul kesan klasik dan tradisional dari segi pemotretan domba yang diambil dari kontes seni ketangkasan domba Garut agar terlihat lebih menarik. Dengan memberikan beberapa tampilan full color dalam fotografi agar berkesan tradisional, dan tampilan tone warna coklat pada buku agar terlihat klasik dan menggunakan kombinasi warna coklat tua dan kuning, serta memberikan ciri fisik pada Seni Ketangkasan Domba Garut setiap tahunnya.
3.1.4 Strategi Media
- Media Utama
Media utama yang akan dipakai adalah buku yang di dalamnya berupa informasi-informasi tentang seni ketangkasan domba Garut dengan didukung foto-foto domba Garut hasil kontes seni ketangkasan domba Garut yang berada di Kampung Kandang Kecamatan Leles Kabupaten Garut, disertai dengan pemaparan mengenai sejarah, pengertian serta ciri khas, aturan-aturan pada Seni Ketangkasan Domba Garut, karena media buku bisa memberikan informasi dengan lengkap, sehingga Seni Ketangkasan Domba Garut ini dapat dinikmati keindahannya dan dipahami secara utuh oleh masyarakat khususnya kaum pria yang gemar terhadap seni ketangkasan domba Garut tersebut.
- Media Pendukung
Media pendukung merupakan suatu media tambahan atau media promosi dari perindustrian buku, yang berfungsi sebagai rangsangan komunikasi untuk membeli atau memiliki buku ini. Pemilihan media pendukung demi tercapainya promosi buku Seni Ketangkasan Domba Garut ini berupa poster, x-banner, flag chain, flyer, clothing bag, dan gimmick.
3.1.5 Pertimbangan Dasar Penyebaran Media Pendukung
Penyebaran media pendukung dikategorikan pada beberapa bagian : a. Secara geografis
Wilayah penyebaran meliputi tempat kontes seni ketangkasan domba Garut, toko buku, toko buku kecil, dan tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan local serta wisatawan asing sebagai khalayak sasaran.
b. Lokasi penyebaran media
Bagan penyebaran media utama dan media pendukung promosi buku :
Media Promosi Buku Wilayah
Penyebaran Lokasi
1.Media Utama Buku
- Launching di tempat kontes seni ketangkasan domba Garut.
‐ Toko buku Toko buku kecil
- Di kota-kota besar Seluruh Indonesia.
- Di daerah Bandung. 2. Media
Pendukung - Media Promosi
- Gimmick
- Poster - X-Banner
[image:41.595.107.511.95.327.2]- Pembatas Buku - Boneka Domba Garut
Tabel 3.1 Bagan Penyebaran Media Utama dan Media Pendukung Promosi Buku.
3.2 Konsep Visual
3.2.1 Format Desain Buku Format Desain Buku
Format desain yang digunakan dalam buku mengenai Seni Ketangkasan Domba Garut , menampilkan format desain klasik dan format desain tradisional pada background. Agar kedua konsep ini terlihat dinamis dan saling melengkapi. Buku berbentuk portrait, dengan ukuran 15 x 22,05 cm.
[image:41.595.181.441.532.679.2]
3.2.2 Ilustrasi
Ilustrasi yang digunakan adalah teksnik fotografi dengan menggunakan kamera Canon PowerShot A480. Semua rangkaian foto menjelaskan dan memperlihatkan ciri khas, karakteristik, aturan aturan,perkembangan dan Seni Ketangkasan Domba Garut hasil. Fotografi dipilih karena target audience mudah memahaminya.
3.2.3 Tipografi
Jenis-jenis tipografi yang digunakan : − Monotype Corsiva
Monotype Corsiva merupakan jenis huruf berkait dan bersambung yang memberi kesan klasik dan mudah terbaca.Jenis huruf ini digunakan pada judul Seni Ketangkasan Domba
Garut dan Sub-Bab.
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ.
Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz.
1234567890
!@#$%^&*()-=_+{}[]|\;:’”<>,.?/
Contoh :
- Seni Ketangkasan Domba Garut
- Sejarah & Pengertian Seni Ketangkasan Domba Garut
[image:42.595.189.365.558.687.2]
Gambar 3.2 Monotype Corsiva Pada Cover
− Corbel
Jenis huruf ini yang tidak bertangkai dan merupakan jenis huruf sans serif, huruf ini dipilih karena mudah terbaca dan karakter hurufnya sederhana, jenis huruf ini digunakan untuk tekss yang menjelaskan pengertian dan ciri desain seni ketangkasan domba Garut, nama penerbit, Hak Cipta dan isi tekss untuk Profil.
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ.
Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz.
1234567890
!@#$%^&*()-=_+{}[]|\;’: <>,./?
Contoh :
Seni ketangkasan domba Garut merupakan permainan dan seni
pertunjukan rakyat yang berkembang pada masyarakat Sunda. Seni
ketangkasan domba Garut menampilkan ketangkasan jenis domba Garut
priangan yang diadukan berdasarkan peraturan yang sudah disepakati
bersama.
. Ilustrasi Foto
Tek
[image:43.595.157.475.443.653.2]Ilustrasi Foto
− Script MT Bold
Script MT B adalah huruf yang bersambung dan merupakan huruf yang yang digunakan untuk prakata.
AABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
1234567890
!@#$%^&*()-=_+{}[]|\;’:”,.<>/?
Contoh :
Seni ketangkasan domba Garut merupakan permainan dan seni pertunjukan rakyat yang berkembang pada masyarakat Sunda. Seni ketangkasan domba Garut menampilkan ketangkasan jenis domba Garut (priangan) yang “diadukan” berdasarkan peraturan yang sudah disepakati bersama.
3.2.4. Warna
[image:44.595.113.453.196.500.2]Warna yang digunakan adalah warna CMYK karena hasilnya nanti akan dicetak. Warna yang akan digunakan adalah warna coklat untuk menimbulkan kesan klasik atau tradisional, karena warna coklat melambangkan kekuatan, energi, dan kehangatan.
Gambar 3.4 Format Layout Halaman Prakata
Tek isi prakata Ilustrasi Foto
Tahun penulisan Prakata
C : 30 M : 82 Y : 99 K : 32 C : 29 M : 74 Y : 99 K : 40 R : 134 G : 57 B : 28 R : 123 G : 63 B : 24
C : 21 M : 51 Y : 80 K : 25 C : 25 M : 54 Y : 98 K : 8 R : 160 G : 108 B : 60 R : 181 G : 121 B : 45
Warna coklat tua untuk memberi kesan klasik dan elegan.
[image:45.595.153.432.81.477.2]
Gambar 3.5 Warna coklat digunakan pada
Warna kuning adalah warna yang menyenangkan dan biasa digunakan untuk menarik perhatian orang yang melihat desain kita.
[image:46.595.191.383.86.256.2]C : 12 M : 28 Y : 100 K : 0 C : 16 M : 26 Y : 71 K : 0 R : 228 G : 180 B : 34 R : 216 G : 182 B : 102
Gambar 3.6
[image:46.595.186.460.348.644.2]Warna Coklat Tua Digunakan Pada Layout Cover Depan Dan Sub-Bab.
3.2.5. Studi Karakter Pada Layout
Layout yang ditampilkan adalah mengambil dari motif rumput, rumput merupakan makanan sehari-hari buat domba.
- Garis lekukan dari tanduk domba
Dengan teksnik tracing bentuk sederhana ujung tanduk domba yang diperkecil.
3.2.6 Layout Sub-bab
Layout untuk Sub-bab menggunakan warna coklat tua agar berkesan lebih menarik dan memberikan kesan dari kebudayaan Sunda . Background warna coklat dibuat lebih besar karena untuk mengisi tekss sub-bab, dan dibawah dengan
[image:47.595.174.393.206.295.2]backgraund coklat muda, dengan menambahkan elemen rumput dan garis lengkungan yang diambil dari gestur tanduk domba yang khas dan pas ditengahnya dimasukan foto seekor domba Garut sebagai identitas dari buku ini. Dibawah foto disisipkan teks keterangan yang akan dijadikan pembahasan dari sub-bab tersebut. Dan judul sub-bab diletakan dipaling atas.
Gambar 3.8 Tanduk Domba Dan Rumput Sebagai Elemen Dari Background
Halaman Sub-Bab
Gambar 3.9 Layout Pada Sub-Bab.
Tek keterangan yang akan dijadikan pembahasan dari sub-bab
Judul Sub-bab
[image:47.595.132.485.535.674.2]3.2.7 Layout Halaman Isi
Layout halaman isi yang berisi dua buah foto dijadikan bulat dan layout teks yang mengikuti bulatan foto tersebut diambil dari karakter tanduk domba yang melingkar.
3.2.8 Layout cover depan
[image:48.595.108.454.187.383.2]Layout untuk cover depan menggunakan warna coklat tua agar berkesan lebih memunculkan budaya Sunda tradisional tersebut. Background warna coklat dibuat lebih besar karena untuk mengisi teks judul, sub-bab pembahasan yang menarik, penulis ditempatkan berada diatas foto domba. Warna teks judul, judul sub-bab, penulis dan penerbit diberi warna coklat lebih muda. Dibawah teks diberi foto domba yang di crop dan disebelah kirinya disisipkan elemen daun dan lekungan yang diambil dari tanduk domba Garut.
Gambar 3.10 Layout Pada Halaman Isi
Ilustrasi foto
Ilustrasi foto Tek isi
Tek isi
Judul sub-bab
Gambar 3.11 Layout Cover Depan
Ilustrasi Judul Penulis
[image:48.595.152.445.568.740.2]BAB IV
TEKNIS PRODUKSI MEDIA
4.1 Media Utama
Media utamanya adalah sebuah buku yang berisi informasi tentang seni ketangkasan domba Garut yang didukung dengan foto-foto domba Garut baik yang lagi diam maupun yang lagi berlaga di kontesnya, dimana konsep perancangannya berupa penjelasan tentang sejarah, aturan-aturan dalam kontes dan pengertian serta ciri khas domba Garut. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan sketsa digital dengan layout buku menggunakan Adobe Indesign CS5
dan elemen gesture tanduk domba, dan rumput yang ditrace dengan menggunakan Adobe Illustrator CS5. Setelah selesai seluruh artwork dalam file disusun dengan ukuran 15x22,05 cm.
Proses terakhir adalah percetakan semua artwork dengan printer, untuk kemudian dibuat dummy. Untuk cover depan dan belakang menggunakan
Artpaper 260 gram dan dilaminasiGlosy, kemudian untuk isi buku menggunakan
HVS 80 gram.
Dalam penyusunan halaman depan dan belakang dengan bentuk persegi yang memberi kesan dinamis dan diberikan gambar domba Garut yang di crop
[image:49.595.149.373.438.602.2]yang memberikan kesan kekokohan dengan lekukan garis yang diambil dari karakter tanduk domba tersebut.
Dalam penyusunan layout pada halaman isi dengan menempatkan gambar domba Garut dengan bentuk lingkaran dan ditempatkan diantara teks supaya terlihat tidak kaku.
[image:50.595.129.359.93.258.2]Dalam penyusunan layout pada halaman isi dengan menempatkan gambar domba Garut dengan datar yang member kesan dinamis dan teratur yang dilengkapi dengan keterangan pada masing-masing gambar tersebut.
Gambar 4.2 Tampilan Layout Halaman isi 2 dan 29 Buku
[image:50.595.129.358.364.531.2]4.2 Media Pendukung 1. Media Promosi a. Poster
Poster dengan warna pada background layout berwarna coklat tua agar terkesan klasik dan tradisional, serta bentuknya dibuat seperti persegi dengan kekokohan tubuh domba Garut karena sesuai dengan ciri khas domba Garut yaitu mempunyai tubuh yang kekar dan berseni.
Ukuran : 28 x 40 cm
Material : Art Paper 230 gram dan laminasi Glosy
Teknis Produksi : Cetak Offset
b. X- Banner
X-banner ini dibuat dengan konsep pada layout dan foto sama seperti poster.
Ukuran : 60 x 160 cm Material : Sintetic
Teknis Produksi : Digital printing
c. Boneka Domba Garut
[image:52.595.272.340.210.380.2]Boneka domba Garut digunakan sebagai media promosi yang dipajang di meja display untuk menarik perhatian pelanggan.
Gambar 4.5 X-Banner
[image:52.595.243.400.506.654.2]d. Flag chain
Flag chain ini dipasang di luar gedung toko buku pada saat launching
sampai promo berbonus selama 2 minggu.
Ukuran 14 x 18 cm
Gambar 4.7 Flag chain
e. Flyer
Flyer disebar atau dibagikan pada saat acara launching atau hari terbit buku dimulai di area luar toko buku.
Ukuran A5, artpaper 150 gr
2. Gimmick
Pembatas Buku
[image:53.595.128.249.399.570.2]Pembatas buku untuk layout, warna dan peletakkan foto sama seperti poster dan x-banner. Namun di ujung di atas layout warna coklat akan diberi lubang untuk memberi pita dan diikat membentuk pita.
Ukuran : 7 x 17 cm
Material : Art Paper 80 gram Teknis Produksi : Cetak Offset
3. Merchandise
Shopping bag
Shopping bag digunakkan sebagai merchandise dan hanya dipromosikan untuk 50 pembeli pertama. Ukuran Shopping bag adalah 20 x 25 cm, yang cukup untuk menyimpan buku serta gimmick.
[image:54.595.254.312.162.305.2]Gambar 4.9 Gimmick Pembatas Buku
[image:54.595.131.265.478.613.2]Seni Ketangkasan
Seni Ketangkasan Domba Garut
Latar Belakang
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang memiliki
keanekaragaman budaya, lingkungan, alam, dan wilayah
geografis. Keanekaragaman budaya salah satunya dapat dilihat
dari banyaknya seni tradisional, pada suatu daerah dapat
dijumpai bermacam-macam seni tradisional. Sebagai salah satu
aspek dari tujuh unsur kebudayaan, seni tradisonal lahir,
tumbuh dan berkembang didalam masyarakat pendukungnya.
Salah satu kesenian daerah Jawa Barat (Sunda) yang masih ada
hingga saat ini. Kesenian adalah pengguna imajinasi manusia
secara kreatif untuk menerangkan, memahami, dan menikmati
hidup. Seni ketangkasan domba Garut merupakan kesenian
yang diperlagakan dan dipertontonkan, dalam hal ini dapat
Identifikasi Masalah
Adanya masalah kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang peraturan-peraturan yang sudah diterapkan
dalam seni ketangkasan Domba Garut.
Fokus Masalah
Tujuan Perancangan
- Supaya masyarakat lebih mengetahui dan
menambah wawasan tentang Seni Ketangkasan
Domba Garut.
- Agar masyarakat dapat lebih mengerti dan
memahami tentang peraturan-peraturan Seni
Ketangkasan Domba tersebut.
- Supaya seni tradisional ketangkasan domba Garut
tetap lestari dan tidak hilang ditengah-tengah dunia
SENI KETANGKASAN DOMBA GARUT
Pengertian Seni Ketangkasan Domba Garut
Seni ketangkasan domba Garut merupakan permainan dan
seni pertunjukan rakyat yang berkembang pada
masyarakat Sunda. Seni ketangkasan domba Garut
menampilkan ketangkasan jenis domba Garut (priangan)
yang "diadukan" berdasarkan peraturan yang sudah
Ciri-ciri Domba Garut
- Bertubuh besar, lebar, dan lehernya kuat
- Domba priangan jantan memiliki tanduk besar dan kuat,
melengkung ke belakang spiral, pangkal tanduk kanan dan
kiri hampir menyatu. Sedangkan domba betina tidak
memiliki tanduk, panjang telinga sedang, dan terletak di
belakang tanduk.
- Domba jantan mempunyai berat 40-80 kg, sedangkan
betina 30-40 kg.
- Keunggulan domba priangan ini adalah kulitnya
merupakan salah satu kulit dengan kualitas terbaik di
dunia, selain itu dengan leher yang kokoh dan tubuh yang
besar, kuat dan mempunyai keunggulan daging yang
Dampak Seni Ketangkasan Domba Garut
- Dari segi ekonomi: Dampak ekonomi yang terjadi pada
masyarakat yaitu mereka berusaha mengurus dan melatih
dombanya sebaik mungkin supaya dalam kontes domba
tersebut dapat menjadi juara sehingga harga jual domba
tersebut dapat dijual dengan harga yang mahal.
- Dari segi budaya : Seni ketangkasan domba Garut ini
merupakan bentuk kesenian Sunda yang lahir, tumbuh dan
berkembang di wilayah Sunda, yang dalam
perkembangannya mendapatkan pengaruh-pengaruh dari
kebudayaan lain namun tentunya hal tersebut tidak
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
Pendekatan Komunikasi
a. Visual
Pendekatan komunikasi dengan visual yang dilakukan
dalam perancangan media informasi Seni Ketangkasan
Domba Garut adalah dengan menggunakan fotografi
untuk memperlihatkan peraturan-peraturan seni
ketangkasan domba Garut dan ciri-ciri domba Garut yang
ingin memunculkan perkembangan seni ketangkasan
domba Garut dan tentu saja foto-foto yang ada dalam buku
menggambarkan Seni Ketangkasan Domba Garut secara
utuh dari setiap tahunnya di Garut yang diambil dari
b. Verbal
Pendekatan komunikasi verbal berupa teks untuk
melengkapi visual atau foto, memaparkan apa yang
tidak tergambar pada visual seperti pengertian dari
Seni Ketangkasan domba Garut secara umum, sejarah
dan perkembangan seni ketangkasan domba Garut di
Garut dengan memperlihatkan koleksi pertunjukan
dari Seni Ketangkasan Domba Garut. Bahasa yang
digunakan adalah bahasa baku.
c. Materi Pesan
Materi pesan yang akan disajikan dalam media
informasi ini adalah mengenai ciri khas domba Garut
beserta perkembangan dan perubahan Seni
Tujuan Komunikasi
−
Masyarakat luas khususnya laki-laki dapat mengetahui dan
menambah wawasan serta memahami mengenai ciri khas,
aturan-aturan, perkembangan dan perubahan Seni Ketan kasan
Domba Garut di Bandung.
− Agar
masyarakat luas dapat termotivasi untuk
mempertahankan dan melestarikan Seni Ketangkasan domba
Garut sebagai permainan seni budaya sunda sebagai identitas
nilai tradisional di Indonesia.
−
Masyarakat luas menjadi lebih tertarik lagi untuk melestarikan
seni ketangkasan domba Garut ini.
−
Memperkenalkan aturan-aturan yang ada dalam seni
Strategi Kreatif
Berdasarkan pendekatan komunikasi maka media
informasi dari Seni Ketangkasan Domba Garut ini adalah
buku, dengan memiliki ciri khusus yang memberikan
identitas secara visual, yaitu memiliki tampilan menarik
untuk dapat dipelajari dan dinikmati oleh masyarakat
khususnya laki-laki yang gemar dan ingin lebih
mengetahui tentang seni ketangkasan domba Garut, yang
memadukan unsur tradisional sehingga muncul kesan
Strategi Media
- Media Utama
Media utama yang akan dipakai adalah Buku
Media Pendukung
Pemilihan media pendukung demi tercapainya
promosi buku Seni Ketangkasan Domba Garut ini
berupa x-banner, poster
, flag chain
dan flyer,
sedangkan didalam halaman buku terdapat
gimmick
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
Pertimbangan Dasar Penyebaran Media Pendukung
a. Secara geografis
Wilayah penyebaran meliputi tempat kontes seni ketangkasan domba Garut, toko buku, toko
buku kecil, dan tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan local serta wisatawan
asing sebagai khalayak sasaran.
b. Lokasi penyebaran media
Lokasi penyebaran diarahkan ke tempat kontes domba garut, wisata, dan toko buku.
Pemilihan media pendukung dikarenakan adanya kedekatan media dengan khalayak sasaran
seperti wisatawan lokal maupun wisatawan asing.
Format Desain Buku
Format Desain Buku
Format desain yang digunakan dalam buku mengenai Seni Ketangkasan Domba Garut ,
menampilkan format desain klasik dan format desain tradisional pada background. Agar
kedua konsep ini terlihat dinamis dan saling melengkapi. Buku berbentuk portrait, dengan
ukuran 15 x 22,05 cm.
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
Format Desain Buku
Format Desain Buku
Format desain yang digunakan dalam buku mengenai Seni Ketangkasan Domba Garut ,
menampilkan format desain klasik dan format desain tradisional pada background. Agar
kedua konsep ini terlihat dinamis dan saling melengkapi. Buku berbentuk portrait, dengan
ukuran 15 x 22,05 cm.
Ilustrasi
Ilustrasi yang digunakan adalah teknik fotografi dengan menggunakan kamera Canon
PowerShot A480. Semua rangkaian foto menjelaskan dan memperlihatkan ciri khas,
karakteristik, aturan aturan,perkembangan dan Seni Ketangkasan Domba Garut hasil.
Fotografi dipilih karena target
audience
mudah memahaminya.
Tipografi
Jenis-jenis tipografi yang digunakan :
− Monotype Corsiva
Monotype Corsiva merupakan jenis huruf berkait dan bersambung yang memberi kesan
klasik dan mudah terbaca.Jenis huruf ini digunakan pada judul Seni Ketangkasan Domba
Garut dan Sub-Bab.
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ.
Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz.
− Corbel
Jenis huruf ini yang tidak bertangkai dan merupakan jenis huruf sans serif, huruf ini dipilih
karena mudah terbaca dan karakter hurufnya sederhana, jenis huruf ini digunakan untuk teks
yang menjelaskan pengertian dan ciri desain seni ketangkasan domba garut, nama penerbit,
Hak Cipta dan isi teks untuk Profil.
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ.
Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz.
1234567890
!@#$%^&*()-=_+{}[]|\
;’:”<>,./?
− Script MT Bold
Script MT B adalah huruf yang bersambung dan merupakan huruf yang yang digunakan
untuk prakata.
AABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
1234567890
Warna
Warna yang digunakan adalah warna CMYK karena hasilnya nanti akan dicetak. Warna yang
akan digunakan adalah warna coklat untuk menimbulkan kesan klasik atau tradisional,
karena warna coklat melambangkan kekuatan, energi, dan kehangatan.
C : 30 M : 82 Y : 99 K : 32 C : 29 M : 74 Y : 99 K : 40 R : 134 G : 57 B : 28 R : 123 G : 63 B : 24
C : 21 M : 51 Y : 80 K : 25 C : 25 M : 54 Y : 98 K : 8 R : 160 G : 108 B : 60 R : 181 G : 121 B : 45
C : 17 M : 100 Y : 100 K : 28 C : 12 M : 28 Y : 100 K : 0 R : 144 G : 26 B : 28 R : 228 G : 180 B : 34