Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BUKU GAYA
KEBAYA SUNDA
BY TINONG
DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011
Oleh
Frida Rosdianty Lestari 51907089
Program Studi
Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT dan berkat rahmat yang dilimpahkan-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan pengantar tugas akhir ini dengan judul “ Perancangan Media Informasi Buku Gaya Kebaya Sunda by Tinong”.
Laporan ini bermaksud untuk memenuhi persyaratan Program Strata 1 Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Dalam penulisan laporan ini, terdapat berbagai kendala dan kekurangan, terutama dalam pengambilan data, segi bahasa dan pembuatan untuk karya tulis ini.
Dalam pengantar ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan membimbing secara moril atau materiil, dan tidak dapat penulis ucapkan satu persatu. Tanpa bantuan tersebut penulis tidak dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu.
Laporan ini belum dapat dikatakan sempurna, oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, untuk dapat melakukan perbaikan di masa mendatang.
Bandung, Juli 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kebaya merupakan busana tradisional wanita masyarakat Indonesia dan sudah dikenal di mata Internasional, sehingga kebaya menjadi bagian utama bagi kepribadian wanita Indonesia sebagai busana identitas bagi nilai tradisional. Kebaya tersebar di daerah Jawa, Bali dan Sumatera. Dalam pengklasifikasiannya, kebaya termasuk ke dalam golongan baju panjang. Dahulu, kebaya hanya dapat dipakai oleh kaum priyayi atau masyarakat lingkungan keraton saja, tetapi sekarang masyarakat dari berbagai kalangan bisa memakainya.
busana wanita Indonesia dan menjadi busana yang feminin serta menjadi busana nasional.
Begitu pula dengan gaya kebaya Sunda, yang memiliki ciri khas tersendiri dan dikenakan secara umum oleh penduduk yang berasal di wilayah Sunda yaitu, wilayah di Jawa Barat dengan beberapa kota seperti Bandung, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, Banten, Sukabumi, Cianjur, dan Cirebon. Masing-masing daerah tersebut memiliki ciri khas kebaya yang berbeda-beda. Seperti gaya kebaya Sunda di kota Bandung dengan melihat perkembangan dan perubahannya dari dulu hingga sekarang.
masing-masing. Hal ini menyebabkan terjadinya pergeseran dan perubahan gaya kebaya Sunda.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, identifikasi masalah yang didapat adalah :
• Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya kaum wanita
terhadap perkembangan gaya busana tradisional kebaya di Jawa Barat salah satunya kebaya Sunda di Bandung, terutama dari ciri fisik atau bentuknya.
• Belum adanya media informasi mengenai kebaya Sunda yang
dibuat oleh Tinong.
• Adanya pengaruh dari luar, sehingga terjadi pergeseran fungsi
penggunaan sehingga masyarakat kaum wanita lebih fokus pada gaya-gaya kebaya Sunda di kota Bandung.
1.3 Fokus Masalah
1.4 Tujuan Perancangan
Tujuan perancangan ini adalah untuk memberikan wawasan akan informasi terhadap salah satu busana kebaya yang terdapat di Indonesia, terutama busana kebaya Sunda di Jawa Barat yaitu Bandung yang dibuat oleh salah seorang desainer bernama Tinong, dengan memperkenalkan perkembangan dan perubahan gaya kebaya Sunda. Agar masyarakat khususnya wanita mengetahui perubahan dan perkembangan serta memahami ciri fisik atau bentuknya.
BAB II
TINJAUAN UMUM GAYA KEBAYA SUNDA DI BANDUNG 2.1 Pengertian dan Sejarah Kebaya
Kebaya merupakan busana tradisional Indonesia, yang dalam pengklasifikasiannya termasuk dalam golongan baju panjang. Adapun pengertian kebaya, yaitu :
a. (Menurut Ferry Setiawan, 2009)
Kebaya berasal dari perkataan Arab ‘habaya’ artinya pakaian
labuh yang memiliki belahan di depan. b. (Menurut Judi Achjadi, 1981)
Kebaya adalah sebuah blus berlengan panjang yang dipakai di sebelah luar kain atau sarung yang menutupi sebagian dari badan.
berbentuk tunik, berlengan panjang,menutup leher hingga ke lutut, dan berbentuk mirip baju kurung. Hal ini karena mulai terpengaruh oleh budaya Islam. Sebelumnya, busana di daerah Jawa, Bali dan Sumatera, tampil sehari-hari mengenakan busana sejenis kemben
tanpa atasan apapun, maka kebaya dianggap ideal sebagai baju atasan, karena menutupi bagian dada perempuan.
Gambar II.1 Kemben, busana awal yang dipakai sebelum mengenal kebaya. (sumber Judi Achjadi, 1981. Pakaian Wanita Daerah Indonesia )
kelas sosial. Keluarga keraton dan para bangsawan mengenakan kebaya yang terbuat dari bahan sutera, beludru atau brokat. Adapun perempuan Belanda atau keturunan bangsa asing mengenakan kebaya yang terbuat dari bahan katun dengan bentuk dan potongan yang lebih pendek. Keturunan Eropa lainnya yang berdiam di Indonesia, waktu itu juga mengenakan baju kebaya berbahan katun halus dengan hiasan brokat di pinggirnya, sedangkan dari kalangan biasa pada umumnya memakai kebaya dari bahan katun atau tenun biasa yang murah harganya.
Gambar II.3 R.A Soerjadiati, putri dari KRT Mangoenjo IV, mengenakan kain
beludru hitam. (sumber Suryatini N. Ganie, seperti dikutip Alberthiene Endah,
2010. Eksplorasi Kreativitas Dua dasa Warsa Anne Avantie)
Tahun 1900, pada masa ini kebaya tidak saja digunakan oleh penduduk asli Jawa, tetapi juga dikenakan sebagai busana sehari – hari oleh perempuan keturunan Cina maupun Belanda. Ada dua jenis kebaya yang banyak dikenakan, yaitu kebaya encim dan kebaya putu baru (kebaya nyonya). Kebaya Encim adalah jenis kebaya yang dipakai oleh perempuan keturunan Cina, yang biasanya dihiasi dengan sulaman dan bordiran. Adapun kebaya
Gambar II.4 RA. Soerjadiati mengenakan kebaya encim warna putih, berfoto bersama suami dan anak – anaknya. (sumber Suryatini N. Ganie, seperti dikutip Alberthiene Endah, 2010. Eksplorasi Kreativitas Dua dasa Warsa Anne Avantie)
Tahun 1945-1960-an, kebaya sedemikian luas dalam berbagai kesempatan dalam kehidupan rakyat Indonesia sehari-hari, baik di kawasan pedesaan ataupun perkotaan. Kebaya kembali meraih posisinya sebagai baju ideal perempuan Indonesia, bahkan kebaya telah menjadi identitas busana perempuan Indonesia bahkan disebut kostum Nasional. Kebaya tidak saja menjadi baju sehari-hari, tetapi juga dikenakan pada berbagai acara seremonial
Gambar II.5 Kebaya sebagai kostum Nasional. (sumber Anne Avantie, seperti dikutip Alberthiene Endah, 2010. Eksplorasi Kreativitas Dua dasa Warsa Anne Avantie)
Tahun 1970 – 1980an, pengaruh budaya pop yang kuat dari Eropa dan Amerika membuat jalur dunia mode Indonesia berpaling ke sana. Berbagai tren fashion bermunculan menunjukkan gaya perkotaan atau modern yang mengikuti arus mode di Eropa dan Amerika. Kebaya yang oleh kaum muda dianggap sebagai busana tradisional, dan mulai dianggap ketinggalan mode sehingga kebaya mulai ditinggalkan, walau begitu kebaya masih dikenakan pada berbagai acara resmi atau pada upacara resepsi di tengah masyarakat khususnya kaum wanita.
Gambar II.7 Kebaya Nasional tahun 1984 (sumber Moh. Alim Zaman, 2002. 100 Tahun Mode di Indonesia)
perancang ini membuat kebaya lebih masa kini dengan bentuk yang sangat serasi di badan dan beragam bahan kain kebaya yang indah, bahkan menggunakan bahan yang mewah dan mahal seperti sutera organdi, lace, kain shantung bahan tekstil impor serta berbagai bahan yang terbuat dari serat alam lainnya seperti tenunan serat nanas dan serat pisang. Bahkan, ada juga baju kebaya yang terbuat dari perpaduan unsur dan bahan, seperti logam, kristal, serta beragam manik-manik dan kerang. Ada juga yang dihiasi dengan lukisan tangan dan sebagainya. Kebaya kini mengalami perubahan menjadi lebih beragam, indah, menampilkan keanggunan modern, dan lebih serba guna.
2.2 Ciri – Ciri Kebaya 2.2.1 Bentuk Kebaya
Kebaya memiliki ciri khas tersendiri, terlihat jelas dari bentuk kebaya pada umumnya, dan ada 2 jenis kebaya yaitu kebaya panjang dan kebaya pendek. Berikut ciri – ciri dari kebaya :
Gambar II.10 Kebaya panjang. (sumber Judi Achjadi, 1981)
Gambar II.11 Kebaya Pendek. (sumber Judi achjadi, 1981)
a. Bentuk garis leher V – Neckline, dan ada yang menggunakan
Gambar II.12 Bentuk Leher Kebaya. (sumber Moh. Alim Zaman, 2002. 100 Tahun Mode di Indonesia)
b. Lengan tangan lurus, dan panjangnya sampai batas pergelangan tangan.
Gambar II.13 Lengan Tangan Kebaya. (sumber Moh. Alim Zaman, 2002. 100 Tahun Mode di Indonesia)
c. Pas di Badan, adanya potongan pada garis di pinggul, atau terdapat coupnaad/ sekeng yaitu kampuh pembentuk tubuh, jaitan yang terdapat pada bagian depan atau belakang di kiri dan kanan.
Gambar II.15 Garis di sepanjang pinggul agar membentuk lekukan badan dan pas di badan. (sumber Judi Achjadi, 1981)
Gambar II.16 Coupnaad/Sekeng agar membentuk lekukan badan dan pas di badan. (sumber Judi Achjadi, 1981)
d. Panjang kebaya sampai batas satu jengkal dari pinggul.
Gambar II.17 Panjang Kebaya. (sumber Moh. Alim Zaman, 2002. 100 Tahun Mode di Indonesia)
e. Bagian bawah kebaya ada 2, yaitu lurus dan
Gambar II.18 Bagian bawah kebaya lurus. (sumber Irma Russanti, 2007. Desain Kebaya Sunda Abad Ke-20 Studi Kasus di Bandung Tahun 1910-1980. ITB Jurnal. Vis. Art. Vol 1)
Gambar II.19 Bagian bawah kebaya sonday/meruncing. (sumber Irma Russanti, 2007. Desain Kebaya Sunda Abad Ke-20 Studi Kasus di Bandung Tahun 1910-1980. ITB Jurnal. Vis. Art. Vol 1)
2.2.2 Material Kebaya • Jenis Kain
a. Brokat
Kain yang memiliki macam – macam motif floral, dan sekarang ini pun ada motif abstrak atau tekstur – tekstur baru yang kebanyakan disukai oleh remaja.
b. Organdi
c. Sutra
Kain yang terbuat dari serat alam kepompong. Sifatnya lembut di kulit, dingin, serap keringat, dan warnanya tahan lama.
d. Satin
Kain yang ditenun dengan permukaan halus dan mengkilat.
e. Tile/tulle
Kain yang sifatnya terlihat tipis, transparan dan permukaannya agak kasar ini, biasanya dipakai untuk penari balet dan pengantin.
f. Sifon
Kain yang sifatnya lembut, halus, transparan dan jatuh mengikuti badan.
• Material Tambahan Kebaya a. Bordir
Corak yang dijait membentuk suatu pola atau gambar yang khas dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan berada pada bagian badan kebaya.
b. Renda
c. Payet atau mute
Hiasan – hiasan kecil yang memiliki barbagai warna yang dapat disesuaikan dengan warna kebayanya.
2.3 Kebaya Sunda di Bandung
Kebaya Sunda di Bandung mulai mengalami perubahan dan perkembangan gaya pada awal abad ke-20, karena Bandung mengalami masa transisi dari kehidupan tradisional ke arah kehidupan modern di awal abad ke-20 ini (Irma Russanti, 2007). Perubahan dan perkembangan tersebut menjadikan Bandung kota yang dinamis, yang berpengaruh terhadap mode busana terutama kebaya Sunda, dan pengaruh tersebut datang dari dalam wilayah kota Bandung dan dari luar wilayah kota Bandung, dan fenomena yang terjadi terlihat jelas pada tahun 1990, sehingga menjadikan masyarakat Bandung sangat kreatif, dengan munculnya para perancang busana yang menciptakan kebaya-kebaya Sunda berkembang menjadi kebaya modern yang dapat sesuai dengan keinginan pemakainya.
di Bandung ini, karena belum adanya informasi yang signifikan mengenai perkembangan gaya kebaya Sunda dari dari dulu hingga sekarang.
2.3.1 Ciri Kebaya Sunda
• Bagian-Bagian Kebaya Sunda
a. Neckline yaitu bentuk garis pada leher. Ada dua gaya pada kebaya Sunda, yaitu V-neckline dan variasi neckline (bentuk U,
square, dan sweet heart) (Irma Russanti, 2007)
Gambar II.21 U neckline. (sumber Irma Russanti, 2007. Desain Kebaya Sunda Abad Ke-20 Studi Kasus di Bandung Tahun 1910-1980. ITB Jurnal. Vis. Art. Vol
1)
Gambar II.23 Sweet Heart neckline. (sumber Irma Russanti, 2007. Desain Kebaya Sunda Abad Ke-20 Studi Kasus di Bandung Tahun 1910-1980. ITB Jurnal. Vis. Art. Vol 1)
b. Krah, pada kebaya Sunda krah yang digunakan adalah tipe
krah yang menyatu dengan leher dengan potongan terdapat pada tengah leher belakang. Ada dua macam krah, yaitu
Gambar II.24 Samleh kecil sebatas neckline. (sumber Irma Russanti, 2007. Desain Kebaya Sunda Abad Ke-20 Studi Kasus di Bandung Tahun 1910-1980. ITB Jurnal. Vis. Art. Vol 1)
Gambar II.25 Samleh lebar sepanjang opening. (sumber Irma Russanti, 2007. Desain Kebaya Sunda Abad Ke-20 Studi Kasus di Bandung Tahun 1910-1980. ITB Jurnal. Vis. Art. Vol 1)
pangkal lengan hingga pergelangan tangan, lengan licin yang bentuknya lurus dari bagian pangkal lengan hingga pergelangan tangan, serta lengan licin yang bentuknya mengecil pada bagian pergelangan tangan (Irma Russanti, 2007).
Gambar II.26 Lengan Lurus. (sumber Irma Russanti, 2007. Desain Kebaya Sunda Abad Ke-20 Studi Kasus di Bandung Tahun 1910-1980. ITB Jurnal. Vis. Art. Vol 1)
Gambar II.28 Lengan Mengecil. (sumber Irma Russanti, 2007. Desain Kebaya Sunda Abad Ke-20 Studi Kasus di Bandung Tahun 1910-1980. ITB Jurnal. Vis. Art. Vol 1)
d. Bagian bawah kebaya ada dua macam, yaitu bentuk lurus dan
sonday/meruncing.
e. Pas di badan, dengan menggunakan sekeng/coupnaad.
2.3.2 Rancangan Kebaya Tinong Diadaptasi dari Gaya Kebaya Sunda di Bandung
atau mute-mute yang warnanya dapat disesuaikan dengan warna kebayanya atau warna yang berbeda dengan warna corak kebayanya. Dan banyak menggunakan bustier atau pengganti
kemben yang penggunaannya praktis, untuk membentuk badan terutama lekukan pinggul.
Analisa pada kebaya Sunda di Bandung ini mengambil dari salah satu desainer ternama di Bandung yaitu Tinong Kebaya, karena Tinong merupakan desainer kebaya yang lahir dan besar di kota Bandung sehingga mengetahui dan paham benar mengenai kebaya Sunda di Bandung ini. Perkembangan dan perubahan terlihat jelas dari setiap gaya kebaya Sunda yang di buat dari tiap tahunnya. Berikut analisa gaya kebaya Sunda dari dulu hingga sekarang :
a. Kebaya Sunda pada tahun 1980-1990, dengan tema Classic
dan Simple Elegant. Kebaya Sunda klasik ini berbahan brokat
Gambar II.29 Kebaya Sunda Klasik. (sumber Tinong Kebaya, 2011).
Kebaya Sunda tahun 1990 ini, bertemakan Simple Elegant, berwarna krem muda ditambah dengan payet satu warna setingkat lebih tua, yaitu warna emas. Memakai tambahan
brokat Jepang, dengan motif penuh berbentuk bunga-bunga besar agar terlihat lebih muncul kesan bunga-bunga besarnya. Bentuk leher V-neckline disertai dengan lipatan krah lebar atau disebut samleh lebar sepanjang opening. Panjang kebaya sepinggul dan potongan bawah kebaya lurus. Kebaya ini dipadukan dengan kain Sidomukti.
b. Kebaya Sunda pada tahun 2000, dengan tema Sunda Putri, kebaya ini berbahan tile Cornelli, dihiasi dengan payet lilit Jepang dengan warna senada. Warna kebaya adalah Broken White, bentuk leher Sweet Heart, dengan motif adu manis (saling menghadap). Memakai selendang di bagian rambut dengan bahan tile polos. Lengan tangan lurus, panjang kebaya lebih dari mata kaki membentuk seperti ekor.
Gambar II.31 Kebaya Sunda Putri. (sumber Tinong Kebaya, 2011).
Kebaya Sunda Putri ini dimodifikasi dan menjadi tren pada tahun 2011. Kebaya Sunda ini bertemakan Colaboration Sundanesse and Chinese. Kebaya Sunda Putri ini diberi tambahan bolero dengan krah cheongsam yang diadaptasi dari China. Berbahan tile polos ditambah engkol-engkol bahan dari
Gambar II.32 Kebaya Sunda Colaboration Sundanesse and Chinese. (sumber Tinong Kebaya, 2011).
c. Kebaya Sunda pada tahun 2005, tema kebaya Sunda Ethnic Contemporer. Pada kebaya ini kesan etnik yang dimunculkan yaitu dari warna tembaganya, dan gaya kontemporer yaitu memiliki ekor panjang dengan bahan tile Prancis, motif geometri yang diambil dari batik tumpal, memakai obi atau ikat pinggang, dan bustier yang terlihat, tetapi ditambahkan dengan aplikasi dari bahan di tengah, dan payet agar tidak terlalu terlihat bustiernya. Kebaya ini berbahan tile Prancis sama seperti ekor panjangnya. Warna kebaya adalah emas dan tembaga, dipadukan dengan payet Jepang dan mata Swaroski. Bentuk leher krah Sunda tinggi dengan bentuk Sweet Heart. Panjang kebaya sepinggul dan diadaptasi dari kebaya encim, potongan bawah kebaya sonday/meruncing. Hiasan di kepala memakai Jengger Paes Ageng, dan bawahan memakai kain
Gambar II.33 Kebaya Sunda Ethnic Contemporer. (sumber Tinong Kebaya, 2011).
d. Kebaya Sunda pada tahun 2010, dengan tema Vampire Look. Kebaya Sunda ini merupakan kebaya Sunda modern,berbahan
tile Prancis dua macam, dan tile polos ditangan sebagai aplikasi. Warna yang dipakai adalah salem dan hijau. Bermotif ombak di depan, yang sebenarnya motif bunga tetapi hanya dimunculkan garisnya saja. Menggunakan payet Jepang dan
Swaroski (payet yang biasanya digunakan untuk bridal agar terkesan lebih bersinar), hiasan yang dipakai untuk memunculkan motif diberi warna tembaga. Bentuk leher Sweet Heart yang dimodifikasi melebar dan memiliki krah lipat besar, karena terinspirasi dari krah busana vampire yang berdiri, karena ingin memunculkan kesan mewah. Lengan tangan lurus, panjang kebaya di atas lutut, ditambah dengan ekor kain motif
pengantin barat, tetapi tetap tidak menghilangkan ciri khas kebaya Sundanya.
Gambar II.34 Kebaya Sunda Vampire Look. (sumber Tinong Kebaya, 2011).
e. Kebaya Sunda tahun 2011, tema kebaya yaitu Beauty White Bridal. Kebaya ini berbahan tile Prancis dan untuk bagian bawah berbahan tile polos Cornelli dengan motif bunga ditambah payet tabur di bagian pinggang. Bentuk leher Sweet Heart sebagai ciri khas kebaya Sunda. Panjang kebaya di atas lutut, dimodifikasi dengan bawahan rok bridal tumpuk berbahan
tile polos.
Kemudian kebaya ini dimodifikasi dengan menambahkan bolero
berbentuk bunga mawar putih besar dari kain rawsilk, bentuk bunga dibuat besar karena agar terlihat lebih bervolume dan berkarakter mewah dan elegant, dan tema dari kebaya ini menjadi Beauty White Rose.
Gambar II.36 Kebaya Sunda Beauty White Rose. (sumber Tinong Kebaya, 2011).
2.3.3 Profil Tinong
pola, karena kebanyakan para desainer kebaya awalnya tidak mempelajari pola terlebih dahulu. Karena keberaniannya untuk langsung mulai mendesain, menjahit dan mengeksplorasi kebaya sendiri, belum lama hanya dalam jangka waktu sebulan, ia langsung berani untuk menerima jasa jahit kebaya, alasannya agar ilmu yang ia dapat tidak cepat hilang, dan tidak disangka hasilnya pun sudah sebanding dengan karya desainer ternama sebelumnya. Lambat laun ia mulai mendirikan usahanya, sesuai dengan nama panggilan kecilnya yaitu Tinong Kebaya. Pertama kali ia membuka usahanya dirumahnya sendiri di jalan Leuwi Panjang, kemudian membuka usaha di luar di jalan Cilaki lalu pindah di jalan Hariang Bangga dan sampai sekarang menetap di BTC (Bandung Trade Center) Pasteur LGF B4 No. 8-9, yang semuanya bertempat di Bandung. Masih belum merasa puas, setelah itu ia mempelajari make-up dan tata cara upacara adat tradisional Indonesia serta pakaian adat tradisional Indonesia dari berbagai macam daerah, karena untuk dapat menghendel
pengantin, harus mengetahui dan paham terhadap pakem awal. Kesuksesan yang didapat sekarang ini dapat diraih dengan mau terus belajar dan berani berkarya dengan mengeksplorasi sesuatu menjadi hal yang luar biasa.
2.4 Penyelesaian Masalah
Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka penyelesaian masalah yang didapat adalah dengan memberikan informasi mengenai kebaya Sunda di Bandung lewat desain dari Tinong. Agar masyarakat khususnya kaum wanita dapat menambah wawasan dan mengetahui serta memahami gaya kebaya Sunda di Bandung lewat hasil rancangan dari Tinong. Selain untuk menjaga kelestarian busana tradisional yaitu kebaya Sunda di Bandung, masyarakat luas pun khususnya kaum wanita dapat lebih mencintai budaya Indonesia.
2.5 Sumber Data
2.6 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran dipilih berdasarkan uraian secara spesifik dari sumber-sumber data yang diperoleh secara tepat berupa :
1. Demografis
- Dewasa khususnya kaum wanita.
- Usia
a. Usia 20-25 tahun, dewasa yang aktif dan selalu memperhatikan tren mode kebaya.
b. Usia 25 tahun keatas, usia dewasa yang biasanya lebih tertarik untuk membeli dan menggunakan kebaya pada saat acara-acara khusus.
- Status sosial
Kebaya hasil rancangan Tinong dibuat untuk semua kalangan, karena harganya terjangkau.
2. Psikografis
Segmentasi yang di tuju :
- Masyarakat yang mencintai mode dan produk dalam negeri, serta produk yang mempunyai ciri khas dan unik.
- Semua kalangan masyarakat terutama wanita yang selalu memperhatikan mode busana terutama mode busana kebaya untuk acara-acara tertentu.
3. Geografis
Segmentasi perancangan buku tentang gaya kebaya Sunda ini adalah masyarakat yang berada di Jawa Barat dan sekitarnya serta wisatawan lokal maupun domestik juga wisatawan luar. Alasannya karena jika kita ingin kebaya Sunda kuat di luar daerah atau di luar negara, maka kebaya Sunda harus memperkuat citranya diwilayah asalnya dan memperkenalkan salah satu desainer kebaya di Bandung yaitu Tinong.
2.7 Media Informasi
Menurut Sadiman (2002) menyatakan bahwa kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Sedangkan media informasi yang ditujukan untuk orang banyak disebut Media massa. Media massa saat ini dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:
- Media Massa Cetak (PrintedMedia).
- Media Massa Elektronik (Electronic Media).
Jenis media massa yang isinya disebarluaskan melalui suara atau gambar dan suara dengan menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi, dan film. Media massa elektronik khususnya televisi saat ini merupakan media massa yang cukup diminati. Karena mempunyai unsur audio dan visual, serta murah maka media ini menjadi pilihan sebagai hiburan dan informasi bagi masyarakat.
- Media Online (Cybermedia),
Media massa yang dapat kita temukan di internet (situs
web). Saat ini media online (cybermedia) dimasyarakat sudah menjadi lebih dari sekedar media informasi, namun bagi beberapa orang temasuk gaya hidup. Karena dari segi jangkauan media ini memiliki area yang paling luas dari semuanya.
Denis McQuail (1987) mengemukakan sejumlah peran yang dimainkan media massa selama ini, yakni:
- Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industri lain utamanya dalam periklanan/promosi.
- Sumber kekuatan alat kontrol, manajemen, dan inovasi masyarakat.
- Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa masyarakat.
- Wahana pengembangan kebudayaan –tatacara, mode, gaya hidup, dan norma.
2.8 Perihal Buku
Menurut Iyan Wb, 2007 buku merupakan kumpulan kertas yang dijilid menjadi satu. Dan setiap sisi dari sebuah lembaran kertas disebut halaman. Buku dengan menggunakan konten, gaya, format, desain dan urutan dari berbagai komponen dapat menjadi sumber informasi yang mudah dan praktis. Berisi tentang penjelasan singkat berupa text dan didukung gambar visual. Ada beberapa kategori jenis buku yang berisi informasi murni menurut Iyan Wb. antara lain :
1. Ensiklopedia
Ensiklopedia dalah serangkaian buku yang menghimpun uraian tentang berbagai cabang ilmu tertentu dalam artikel terpisah dan biasanya tersusun sesuai abjad atau menurut kategori secara singkat dan padat.
2. Biografi
3. Panduan
Disebut juga sebagai buku petunjuk. Buku ini berisi tenang tahapan cara/proses misalnya membuat kue , kiat sukses, beternak ayam dll.
4. Tafsir
Tafsir adalah keterangan atau penjelasan tentang ayat-ayat Al- Qur’an agar maksudnya lebih mudah dipahami.
Buku merupakan media informasi yang sistematis oleh karena itu dalam pembuatan buku perlu memperhatikan anatominya. Pada bukunya Iyan Wb. juga menjelaskan tentang anatomi buku terdiri dari :
- Cover Buku
Cover buku merupakan salah satu saranan untuk memikat perhatian pembaca. Cover buku bisa berupa ilustrasi maupun tipografi yang dilengkapi dengan judul buku, penulis dan penerbit.
- Nomor Halaman
Nomor halaman berfungsi untuk mempermudah pembaca mencari halaman yang dibutuhkan dalam sebuah buku.
- Halaman Judul Utama
- Halaman Hak Cipta
Halaman hak cipta adalah halaman buku yang berisi keterangan atau data singkat buku yang diterbitkan, baik data buku, tim penerbit, maupun hak cipta penerbit (copyright).
- Prakata
Prakata adalah sebuah pengantar dari penulis yang berisi ulasan tentang maksud dan metode yang digunakan penulis dalam penulisan bukunya.
- Daftar Isi
Daftar isi adalah tampilan semua judul bagian yang terdapat di dalam buku untuk memberikan gambaran umum pada pembaca mengenai struktur dan materi yang terdapat didalam buku sehingga mudah untuk menemukan pembahasan yang diperlukan.
- Ilustrasi
Ilustrasi merupakan tambahan penjelasan teks yang diwujudkan dalam bentuk visual. Fungsi ilustrasi bagi suatu buku adalah menjelaskan dan mendukung teks yang tidak dapat digantikan dengan kata-kata.
- Teks
- Daftar Pustaka
Daftar pustaka digunakan untuk mencari referensi atau bahan bacaan lanjutan yang disarankan penulis untuk mendukung pembahasan yang terdapat di dalam bukunya.
- Biografi Penulis
Biografi penulis menjelaskan tentang penulis, riwayat pendidikan, pekerjaan, dan daftar karya tulis yang telah dihasilkan.
- Sinopsis
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Perancangan
3.1.1 Pendekatan Komunikasi a. Visual
Pendekatan komunikasi dengan visual yang dilakukan dalam perancangan media informasi Gaya Kebaya Sunda by Tinong
adalah dengan menggunakan fotografi untuk memperlihatkan ciri-ciri kebaya Sunda yang ingin memunculkan perkembangan dan perubahan gaya kebaya Sunda dari hasil rancangan Tinong, dan tentu saja foto-foto yang ada dalam buku menggambarkan kebaya Sunda secara utuh dari setiap tahunnya dan ciri gaya kebaya Sunda di Bandung yang diambil dari koleksi kebaya Tinong.
b. Verbal
Pendekatan komunikasi verbal berupa teks untuk melengkapi visual atau foto, memaparkan apa yang tidak tergambar pada visual seperti pengertian dari kebaya secara umum, sejarah kebaya dan perkembangan serta perubahan gaya kebaya Sunda di Bandung dengan memperlihatkan koleksi kebaya dari Tinong. Bahasa yang digunakan adalah bahasa baku.
c. Materi Pesan
perkembangan dan perubahan gaya kebaya Sunda di Bandung dari setiap tahunnya melalui rancangan kebaya dari Tinong.
3.1.2 Tujuan Komunikasi
Dalam perancangan buku Gaya Kebaya Sunda by Tinong
bertujuan untuk :
− Masyarakat luas khususnya kaum wanita dapat mengetahui
dan menambah wawasan serta memahami mengenai perkembangan dan perubahan gaya kebaya Sunda di Bandung.
− Agar masyarakat luas dapat termotivasi untuk mempertahankan
dan melestarikan kebaya Sunda sebagai busana pakaian daerah yang sudah menjadi identitas nilai tradisional di Indonesia.
− Masyarakat luas menjadi lebih tertarik lagi untuk memakai
kebaya Sunda walaupun hanya dipakai pada acara-acara khusus saja.
− Memperkenalkan desainer kebaya di Bandung yaitu Tinong
3.1.3 Strategi Kreatif
Berdasarkan pendekatan komunikasi maka media informasi dari Gaya Kebaya Sunda by Tinong ini adalah buku, dengan memiliki ciri khusus yang memberikan identitas secara visual, yaitu memiliki tampilan menarik untuk dapat dipelajari dan dinikmati oleh masyarakat khususnya kaum wanita, yang memadukan unsur tradisional kebaya sehingga muncul kesan klasik dan modern dari segi pemotretan kebaya yang diambil dari rancangan Tinong agar terlihat dinamis sehingga saling melengkapi. Dengan memberikan tampilan full color dalam fotografi agar berkesan modern, dan tampilan tone warna coklat pada buku agar terlihat klasik dan menggunakan kombinasi warna merah, merah muda, dan kuning, serta memberikan ciri fisik pada gaya kebaya Sunda setiap tahunnya.
3.1.4 Strategi Media
tentang informasi mengenai gaya kebaya Sunda lewat rancangan kebaya Tinong.
− Media Utama
Media utama yang akan dipakai adalah buku yang di dalamnya berupa fotografi yaitu foto-foto kebaya Sunda hasil rancangan Tinong, disertai dengan pemaparan mengenai sejarah, pengertian serta ciri pada gaya kebaya Sunda, karena media buku bisa memberikan informasi dengan lengkap, sehingga gaya kebaya Sunda hasil rancangan Tinong ini dapat dinikmati keindahannya dan dipahami secara utuh oleh masyarakat khususnya kaum wanita.
− Media Pendukung
Media pendukung merupakan suatu media tambahan atau media promosi dari perindustrian buku, yang berfungsi sebagai rangsangan komunikasi untuk membeli atau memiliki buku ini. Pemilihan media pendukung demi tercapainya promosi buku gaya kebaya Sunda by Tinong ini berupa x-banner, poster dan brosur, sedangkan didalam halaman buku terdapat gimmick
3.1.5 Pertimbangan Dasar Penyebaran Media Pendukung
Penyebaran media pendukung dikategorikan pada beberapa bagian :
a. Secara geografis
Wilayah penyebaran meliputi toko buku, toko buku kecil, dan tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal serta wisatawan asing sebagai khalayak sasaran.
b. Lokasi penyebaran media
Lokasi penyebaran diarahkan ke tempat wisata, dan toko buku. Pemilihan media pendukung dikarenakan adanya kedekatan media dengan khalayak sasaran seperti wisatawan lokal maupun wisatawan asing.
Bagan penyebaran media utama dan media pendukung promosi buku :
Media Promosi Buku Wilayah Penyebaran Lokasi
Promosi
3.2.1 Format Desain Buku
Gambar III.1 Format ukuran buku.
Gambar III.2 Format ukuran buku pada Cover.
3.2.2 Ilustrasi
tahun 1980-2011. Fotografi dipilih karena target audience
mudah memahaminya.
3.2.3 Tipografi
Jenis-jenis tipografi yang digunakan :
−
Monotype Corsiva
Monotype Corsiva
merupakan jenis huruf berkait danbersambung yang memberi kesan modern dan mudah terbaca. Jenis huruf ini digunakan pada judul Gaya Kebaya Sunda by Tinong dan Sub-Bab.
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ.
Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz.
1234567890
!@#$%^&*()-=_+{}[]|\;:’”<>,.?/
Contoh :
−
Gaya Kebaya Sunda by Tinong
Gambar III.3 Huruf Monotype Corsiva pada cover buku.
−
FreesiaUPC
Jenis huruf ini yang tidak bertangkai dan merupakan jenis huruf
sans serif, huruf ini dipilih karena mudah terbaca dan karakter hurufnya sederhana, jenis huruf ini digunakan untuk teks yang menjelaskan pengertian dan ciri desain kebaya Sunda, nama penerbit, Hak Cipta dan isi teks untuk Profil Tinong.
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ.
Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz.
1234567890
!@#$%^&*()-=_+{}[]|\;’:”<>,./?
Contoh :
Kebaya memiliki ciri khas tersendiri, terlihat jelas dari
bentuk kebaya pada umumnya, dan ada 2 jenis kebaya
Gambar III.4 Huruf
FreesiaUPC
pada halaman isi.−
Segoe Script
Segoe Script
adalah huruf yang bersambung danmerupakan huruf yang ornamental yang digunakan untuk tema kebaya, daftar isi, prakata dan profil Tinong Kebaya.
AABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
1234567890
!@#$%^&*()-=_+{}[]|\;’:”,.<>/?
Contoh :
Gambar III.5 Huruf Segoe Script pada tema nama kebaya.
3.2.4 Warna
Warna yang digunakan adalah warna CMYK karena hasilnya nanti akan dicetak. Warna yang akan digunakan adalah warna coklat untuk menimbulkan kesan klasik atau tradisional, karena warna coklat melambangkan kekuatan, energi, kehangatan, dan tanah/bumi.
C : 30 M : 82 Y : 99 K : 32 C : 29 M : 74 Y : 99 K : 40 R : 134 G : 57 B : 28 R : 123 G : 63 B : 24
Gambar III.6 Warna coklat digunakan pada layout halaman ucapan terima kasih dan prakata.
Warna merah untuk memberi kesan yang kuat dan hangat.
C : 14 M : 100 Y : 96 K : 4 C : 17 M : 100 Y : 100 K : 28 R : 201 G : 232 B : 42 R : 144 G : 26 B : 28
Warna merah muda untuk memberi kesan yang feminin karena merah muda merupakan warna yang identik bersifat kewanitaan.
Gambar III.7 Warna merah dan merah muda pada layout cover belakang dan sub-bab.
Warna kuning adalah warna yang menyenangkan dan biasa digunakan untuk menarik perhatian orang yang melihat desain kita.
C : 12 M : 28 Y : 100 K : 0 C : 16 M : 26 Y : 71 K : 0 R : 228 G : 180 B : 34 R : 216 G : 182 B : 102
Gambar III.8 Warna kuning pada layout cover dalam dan layout halaman isi.
3.2.5 Studi karakter Pada Layout
Layout yang ditampilkan adalah mengambil dari bentuk bunga patrakomala sebagai ciri khas bunga dari kota Bandung ini. Dengan teknik tracing bentuk sederhana dari bunga dan pucuknya.
Studi Karakter
Gambar III.10 Karakter layout dari bunga patrakomala.
3.2.6 Layout
Layout pada halaman isi sebelah kanan dan kiri memakai
Gambar III.11 Layout untuk halaman isi sebelah kanan dan kiri.
Layout untuk Sub-bab menggunakan warna merah muda dan coklat agar berkesan elegant dan kewanitaan. Background
warna coklat dibuat lebih besar karena untuk mengisi teks sub-bab, dan background untuk warna pink dibuat lebih kecil yaitu agar terlihat seperti pembatas setiap pembahasan baru. Layout
Gambar III.12 Layout Sub-Bab untuk halaman sebelah kiri dan kanan.
Layout untuk cover depan dibuat full foto tetapi diberi ruang untuk menyimpan Judul, logo penerbit dan nama penulis, sedangkan layout untuk cover belakang masih berupa full foto sambungan dari background depan tetapi ditambah background warna merah berbentuk siluet tubuh karena kebaya memliki ciri khas pas di badan sehingga membentuk tubuh, background ini berguna untuk megisi teks sinopsis, Judul yang diperkecil,
barcode, dan nama serta alamat penerbit.
Tata letak untuk foto serta teks di setiap isi ada beberapa varian yaitu :
a. Foto full di sebelah kanan dan teks penuh dihalaman sebelah kiri atau sebaliknya.
Gambar III.14 Halaman 2-3.
Gambar III.15 Halaman 32-33.
b. Foto yang full pada satu halaman dan foto yang digabung dan diperkecil serta disesuaikan dengan penempatan teks.
c. Foto yang digabung dengan teks pada satu halaman dan halaman berikut atau sebelumnya full foto.
Gambar III.17 Halaman 20-21.
d. Halaman yang berisi full foto pada satu halaman dan foto yang digabung pada satu halaman.
Gambar III.18 Halaman 42-43. e. Halaman dua halaman yang full dengan foto.
f. Halaman yang berisi teks dan gambar.
Gambar III.20 Halaman 8-9.
3.2.7 Lokasi
Lokasi yang digunakan untuk sesi pemotretan model kebaya Sunda hasil rancangan Tinong ini bertempat di Wisma joglo yang terletak di jalan Raya Resor 19, Dago Pakar, Bandung dan di Rumah Panggung yang terletak di jalan Terusan Sersan Bajuri No. 43.
3.2.8 Properti
Properti yang digunakan untuk buku ini terutama pada pemotretan adalah kebaya Sunda hasil rancangan dari Tinong, yaitu dari tahun 1980-2011.
Gambar III.22 Kebaya Sunda Simple Elegant tahun 1990-an.
Gambar III.23 Kebaya Sunda Putri tahun 2000.
Gambar III.25 Kebaya Sunda Contemporer tahun 2005.
Gambar III.26 Kebaya Sunda Beauty White Bridal tahun 2011.
Gambar III.28 Kebaya Sunda Beauty White Rose tahun 2011.
3.2.9 Lighting
Lighting untuk pemotretan menggunakan lampu motor yang berjumlah 4, dengan kapasitas 1 lampu yaitu 35 watt, 12 volt, dan dipasang dengan dudukan lampu proyek 2 buah, 1 dudukan dipasang 2 lampu dan disambungkan dengan ACCU, serta menggunakan 1 flash tambahan dengan merek Nissin SPEEDLITE Di622.
Gambar III.30 ACCU.
BAB IV
TEKNIS PRODUKSI MEDIA 4.1 Media Utama
Media utamanya adalah sebuah buku berupa fotografi kebaya Sunda hasil rancangan Tinong, dimana konsep perancangannya berupa penjelasan tentang sejarah dan pengertian serta ciri kebaya, kebaya Sunda di bandung dan ciri-cirinya, koleksi kebaya Sunda dari Tinong, profil Tinong. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan sketsa digital dengan layout buku menggunakan
Adobe Photoshop CS3 dan outline bunga patrakomala ditrace
dengan menggunakan Adobe Illustrator CS3. Setelah selesai seluruh artwork dalam file disusun dengan ukuran 18 x 22 cm.
Proses terakhir adalah percetakan semua artwork dengan printer, untuk kemudian dibuat dummy. Untuk cover depan dan belakang menggunakan Artpaper 260 gram dan dilaminasi Dove dingin, kemudian untuk isi buku menggunakan Artpaper 150 gram.
4.2 Media Pendukung 1. Media Promosi
a. Poster
Gambar IV.2 Poster.
Poster dengan warna pada background layout berwarna merah agar terkesan mewah dan elegant, serta bentuknya dibuat seperti siluet tubuh wanita karena sesuai dengan ciri khas kebaya Sunda yaitu pas di badan, dan dipinggir layout diletakkan foto model kebaya Sunda dari Tinong.
Ukuran : A3 (29,7 X 42 cm)
Material : Art Paper 230 gram dan laminasi Dove
dingin
b. Brosur
Bentuk brosur yang dibuat adalah pada setiap ujung-ujung lipatannya dibuat bulat agar berkesan anggun tidak tajam. Warna yang digunakan sama seperti buku yaitu untuk halaman depan dan belakang diberi warna merah dan untuk isi halaman 2 sampai 5 diberi warna krem, untuk peletakkan dan fungsinya sama seperti buku yaitu sebagai frame dan agar terlihat tidak kosong. Foto diletakkan ditengah-tengah dan pada halaman depan foto diletakkan di tengah namun tidak penuh.
Gambar IV.3 Brosur tampilan depan.
Ukuran : 30cm x 15 cm dengan lipatan 10 x 15 cm
Material : Art Paper 150 gram
Teknis Produksi : Cetak Offset
c. X- Banner
X-banner ini dibuat dengan konsep pada layout dan foto sama seperti poster, namun peletakkan layout dan fotonya dibalik sebagai variasi.
Gambar IV.5 X- Banner.
Ukuran : 60 x 160 cm
Material : Sintetic
d. Pajangan Boneka Barbie memakai kostum kebaya. Jumlah Boneka ada 5 untuk dipajang di meja display.
Gambar IV.6 Boneka Barbie.
2. Gimmick
a. Pembatas Buku
Pembatas buku untuk layout, warna dan peletakkan foto sama seperti poster dan x-banner. Namun di ujung di atas layout
warna merah akan diberi lubang untuk memberi pita dan diikat membentuk pita yang cantik.
Ukuran : 9 x 23,4 cm
Material : Art Paper 80 gram
Teknis Produksi : Cetak Offset
b. Flyer
Flyer yang dibuat untuk gimmick ini, ujung-ujung kertasnya dibuat bulat sama seperti brosur yaitu agar terlihat anggun tidak tajam, dan warna yang digunakan pun sama yaitu warna merah karena memiliki kesan mewah dan elegant, sama seperti karakter kebaya Sunda di Bandung ini. Foto diletakkan dipinggir kiri dan sebaliknya, serta ukuran disesuaikan dengan peletakkan teks dan judul. Layout bunga patrakomala diletakkan di bawah kiri dan kanan sebagai hiasan dan frame.
Gambar IV.8 Flyer tampak depan dan belakang. Ukuran : 15 x 15 cm
Material : Art Paper 150 gram
Teknis Produksi : Cetak Offset
3. Merchandise
• Shopping Bag
Shopping bag digunakkan sebagai merchandise dan hanya dipromosikan untuk 50 pembeli pertama. Ukuran shopping bag adalah 20 x 25 cm, yang cukup untuk menyimpan buku serta 2 gimmick yaitu flyer tips cara merawat kebaya serta pembatas buku.
Gambar IV.9 Shopping Bag.
4.3 Biaya Produksi
Biaya Produksi 1 Lembar Kertas
Biaya cetak warna 1halaman ukuran A4 Rp 1.500,-
Biaya cetak warna cover buku A3 Rp 5.000,-
Jilid soft cover Rp 10.000,-
Biaya Produksi 1 buku
Biaya cetak warna cover @ Rp 5.000 x 2 Rp 10.000,-
Jilid soft cover Rp 10.000,-
Biaya produksi 1 eksemplar buku Rp.101.000,-
Biaya produksi 100 eksemplar buku Rp 10.100.000,-
Biaya kreatif 15% dari total biaya produksi Rp 1.515.000,-
Biaya keseluruhan pembuatan buku Rp 11.615.000,-
Pembatas buku
Rp.500,- x 100 = Rp 50.000,
Shopping bag
Rp 4.000,- x 100 = Rp 400.000,-
Flyer
Rp 1.000,- x 100 = Rp 100.000,-
Brosur
Rp 1.000,- x 100 = Rp 100.000,-
X-banner
Rp 100.000,- x 100 = Rp 10.000.000,-
Poster
viii DAFTAR PUSTAKA
Achjadi Judi. (1981). Pakaian Daerah Wanita Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Adityawan Arief S., & Tim Litbang CONCEPT. (2010). Tinjauan Desain Grafis Dari Revolusi Industri hingga Indonesia Kini. Jakarta: PT CONCEPT MEDIA.
Endah Albertheine. (2010). Ekplorasi Kreativitas Dua Dasawarsa Anne Avantie. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama.
Moh. Zaman Alim. (2002). 100 Tahun Mode di Indonesia 1901-2000. Jakarta: Meutia Cipta Sarana & DPP Ikatan Penata Busana Indonesia “Kartini”.
Russanti Irma. (2007). Desain Kebaya Sunda Abad Ke-20 Studi Kasus di Bandung Tahun 1910-1980. ITB Journal Visual Art, Vol 1 D, No. 2, 196-210.
Setiawan Ferry. (2009). 50 Galeri Kebaya Eksotik Nan Cantik. Jakarta: Penebarplus+.
Setiawan Ferry. (2011). Galeri Kebaya Kencana Ungu Glamor Nan Anggun. Jakarta: Penebarplus+.
Syamsul A. (2005). Media-massa-makna-karakter-jenis-dan-fungsi, tersedia di http://www.romeltea.com [ 6 April 2010 ]
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA
Frida Rosdianty LestariALAMAT
Jl. Terusan Sersan Bajuri No. 10/55Rt. 04 Rw. 06 Desa Cihideung
Kec. Parongpong Kab. Bandung Barat
TEMPAT, TGL
LAHIR
Bandung, 27 Januari 1989
STATUS
Belum MenikahPENDIDIKAN
2007 - 2011 S-1 DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA (UNIKOM), BANDUNG
ENGLISH SKILL: WRITING AND READING
PENGALAMAN BERORGANISASI
2009 Anggota MUBES (Musyawarah Besar) UNIKOM
PENGALAMAN MAGANG
2010 Fotografer dan editor foto untuk website Rumah Sakit Advent Bandung
KEMAMPUAN SPESIFIK
(TA)
Komputer MS Office (Ms Word, Ms Excel, Ms PowerPoint) Adobe Photoshop,
Adobe Flash, Corel Draw, Adobe Premiere, Adobe Illustrator
KURSUS DAN PELATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI
2003-2004
2004-2005
2006-2007
Sony Sugema College, Bandung EF English Course, Bandung
LIA, Bandung
Sony Sugema College, Bandung
Hormat saya,