• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Skor Apgar Bayi yang Lahir melalui Persalinan Normal dan Sesar Teknik Spinal Tahun 2014 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Skor Apgar Bayi yang Lahir melalui Persalinan Normal dan Sesar Teknik Spinal Tahun 2014 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Vidi Rere Chikita Purba

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 27 Oktober 1994

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Eka Suka VII No. 2 Medan

Riwayat Pendidikan :

(5)

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

“Perbedaan Skor APGAR Bayi yang Lahir melalui Pervaginam dengan Sesar Teknik Spinal Tahun 2014 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Medan”

Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar Rp 1.500.000,- dengan rincian sebagai berikut:

1. Transportasi Rp

250.000,-2. Bahan ATK

- Kertas HVS A4 2 rim @Rp. 30.000,- Rp

60.000,-- Tinta Printer 4 kotak @Rp. 25.000,60.000,-- Rp 100.000,-3. Biaya Literatur

- Internet Rp

140.000,-- Fotokopi Rp

100.000,-4. Penjilidan Rp

150.000,-5. Kegiatan Lapangan Rp

(6)
(7)

1.500.000,-UMUR BARU * jenispersalinan Crosstabulation jenispersalinan

Total pervaginam sc spinal

UMUR BARU 20-25 Count 22 26 48

% within UMUR BARU 45.8% 54.2% 100.0%

% within jenispersalinan 26.2% 31.0% 28.6%

% of Total 13.1% 15.5% 28.6%

26-30 Count 36 17 53

% within UMUR BARU 67.9% 32.1% 100.0%

% within jenispersalinan 42.9% 20.2% 31.5%

% of Total 21.4% 10.1% 31.5%

31-35 Count 13 24 37

% within UMUR BARU 35.1% 64.9% 100.0%

% within jenispersalinan 15.5% 28.6% 22.0%

% of Total 7.7% 14.3% 22.0%

36-40 Count 13 17 30

% within UMUR BARU 43.3% 56.7% 100.0%

% within jenispersalinan 15.5% 20.2% 17.9%

% of Total 7.7% 10.1% 17.9%

Total Count 84 84 168

% within UMUR BARU 50.0% 50.0% 100.0%

% within jenispersalinan 100.0% 100.0% 100.0%

(8)

jenispersalinan

Total pervaginam sc spinal

NEW APGAR 1 4 – 6 Count 0 2 2

% within NEW APGAR 1 0.0% 100.0% 100.0% % within jenispersalinan 0.0% 2.4% 1.2%

% of Total 0.0% 1.2% 1.2%

7 – 10 Count 84 82 166

% within NEW APGAR 1 50.6% 49.4% 100.0% % within jenispersalinan 100.0% 97.6% 98.8%

% of Total 50.0% 48.8% 98.8%

Total Count 84 84 168

% within NEW APGAR 1 50.0% 50.0% 100.0% % within jenispersalinan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

APGAR MENIT KE-5 * jenispersalinan Crosstabulation jenispersalinan

Total pervaginam sc spinal

APGAR MENIT KE-5 7 – 10 Count 84 84 168

% within APGAR MENIT

KE-5 50.0% 50.0% 100.0%

% within jenispersalinan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 84 84 168

% within APGAR MENIT

KE-5 50.0% 50.0% 100.0%

% within jenispersalinan 100.0% 100.0% 100.0%

(9)

NEW APGAR 1

Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

jenispersalinan NORMAL .344 166 .000 .636 166 .000

a. jenispersalinan is constant when NEW APGAR 1 = SEDANG. It has been omitted. b. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

APGAR MENIT KE-5

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

jenispersalinan NORMAL .341 168 .000 .636 168 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Test Statisticsa

Skor APGAR Menit Pertama

Skor APGAR Menit Kelima

Interval

Mann-Whitney U 3444.000 3528.000

Wilcoxon W 7014.000 7098.000

Z -1.418 .000

Asymp. Sig. (2-tailed) .156 1.000

(10)

DAFTAR PUSTAKA

American College of Obstetricians and Gynecologists, 2010. The Apgar Score. [online] Available from: http://www.acog.org/-/media/Committee-Opinions/Committee-on-Obstetric-Practice/co333.pdf. [Accessed 22 April 2015]

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Available at: http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesd as2013.PDF [Accesed 21 April 2015]

Behrman, R. E., Kliegman, R., dan Arvin, A. M., 2013. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol 1. Translated from English by A. Samik Wahab. Jakarta: EGC.

Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J., dan Spong, C. Y., 2013. Obstetri Williams Edisi 23 Vol 1. Translated from English by Rudi Setia, dkk. Jakarta: EGC.

(11)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Esensial Dasar – Buku Acuan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. [online] Available at: http://whoindonesia.healthrepository.org/bitstream/123456789/650/1/Pelati han%20Pelayanan%20Kegawatdaruratan%20Obstetri%20Neonatal

%20Esensial%20Dasar%20-%20Buku%20Acuan%20%28INO%20CAH [Accesed 21 April 2015]

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012. [online] Available from: http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROV INSI_2012/02_Profil_Kes_Prov.SumateraUtara_2012.pdf [Accesed 26 April 2015]

Flora, L., Redjeki, I. S., dan Wargahadibrata, A. H., 2014. Perbandingan Efek Anestesi Spinal dengan Anestesi Umum terhadap Kejadian Hipotensi dan Nilai APGAR Bayi pada Seksio Sesarea. [online] Available at: http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/jap/article/view/304/pdf_21 [Accesed 19 Mei 2015]

Fraser, D. M., dan Cooper, M. A., 2012. Buku Saku Praktik Klinik Kebidanan. Translated from English by Monica Ester & Devi Yulianti. Jakarta: EGC.

Gwinnutt, C. L., 2008. Lecture Notes Clinical Anaesthesia. Singapore: Fabulous Printers Pte Ltd.

(12)

Kosim, S., et al., 2010. Buku Ajar Neonatologi Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Leuthner, S. R., Das, U. G., 2004. Low Apgar scores and the definition of birth

asphyxia. [online] Available from:

http://www.researchgate.net/profile/Steven_Leuthner/publication/8547970 _Low_Apgar_scores_and_the_definition_of_birth_asphyxia/links/09e415 0ac097fd8e5a000000.pdf [Accessed 1 Juni 2015]

Malamed, S. F., 2000. Medical Emergencies in the Dental Office 5th ed. St. Louis: Mosby

Mesiana, M., 2011. Perbandingan Nilai Apgar pada Persalinan Normal dan Persalinan dengan Teknik Sectio Caesarea pada Bulan Januari 2010-Desember 2010 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Available at: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31275 [Accessed 31 Maret 2015]

Morgan, G. E., dan Mikhail, M. S., 2006. Clinical Anesthesiology 4th Edition. The United States of America: Appleton & Lange A Publishing Division of Prentice Hall.

Oxorn, H., dan Forte, W. R., 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan. Translated from English by Mohammad Hakimi. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

(13)

Perry, S. E., Hockenberry, M. J., Lowdermilk, D. L., dan Wilson, D., 2014. Maternal Child Nursing Care. Missouri: Elsevier Inc.

Prawirohardjo, S., 2012., Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rasjidi, I., 2009., Manual Seksio Caesarea & Laparotomi Kelainan Adneksa Berdasarkan Evidence Based. Jakarta: Sagung Seto.

Rudolph, A. M., Hoffman, J. I. E., dan Rudolph, C. D., 2007. Buku Ajar Pediatri Rudolph Edisi 30 Vol 1. Translated from English by A. Samik Wahab, dkk. Jakarta: EGC.

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2013. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto.

Sittidech, P., Chanamarn, N., dan Aunrudchadarom, K., 2015. Birth Asphyxia Classification Using AdaBoost Enseble Method. [online] Available from: http://www.jomb.org/uploadfile/2014/0724/20140724020534160.pdf [Accessed 1 Juni 2015]

(14)

Statistics Indonesia (Badan Pusat Statistik—BPS), National Population and Family Planning Board (BKKBN), Kementerian Kesehatan (Kemenkes —MOH), dan ICF International, 2013. Indonesia Demographic and Health Survey 2012. Jakarta, Indonesia: BPS, BKKBN, Kemenkes, and

ICF International. Available at:

http://dhsprogram.com/pubs/pdf/FR275/FR275.pdf [Accessed 24 April 2015]

WHO, 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit - Pedoman bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Jakarta: World Health Organization Indonesia bekerjasama dengan Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Available at:

http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/201-Anak-di-RS.pdfelayanan-Kesehatan- Anak-di-RS.pdf [Accessed 21 April 2015]

Yuniati, N., 2010. Perbandingan Skor Apgar Bayi yang Lahir Melalui Bedah Sesar dengan Pemberian Analgesi Spinal dan Analgesi Epidural. Available at: http://eprints.undip.ac.id/23619/1/Nia_Yuniati.pdf [Accessed 6 Mei 2015]

Zuhri, S., 2010. Perbandingan Skor Apgar Bayi yang Lahir Melalui Bedah Sesar dengan Pemberian Anestesi Umum dan Analgesi Spinal. Available at: http://eprints.undip.ac.id/23731/1/Syaifuddin.pdf [Accessed 6 Mei 2015]

(15)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

: Variabel independen : Variabel dependen

3.2. Definisi Operasional 1. Persalinan pervaginam

Persalinan pervaginam adalah proses fisiologis dimulai dari periode kontraksi uterus secara reguler hingga keluarnya plasenta.

a. Alat ukur : Rekam medis

b. Cara ukur : Melihat rekam medis tentang riwayat persalinan pervaginam yang dilakukan ibu

c. Hasil ukur : Ya atau tidak d. Skala ukur : Nominal

2. Sesar teknik spinal

Sesar teknik spinal adalah kelahiran janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi) dan menggunakan anestesi teknik spinal.

a. Alat ukur : Rekam medis

b. Cara ukur : Melihat rekam medis tentang riwayat persalinan sesar teknik spinal yang dilakukan ibu

Skor APGAR Persalinan

Pervaginam

(16)

3. Skor APGAR

Skor APGAR adalah suatu metode praktis atau sistem pengukuran yang sistematis dan sederhana untuk menilai bayi baru lahir segera sesudah lahir.

a. Alat ukur : Rekam medis

b. Cara ukur : Melihat rekam medis tentang skor APGAR bayi yang lahir melalui pervaginam dan sesar teknik spinal yang dilakukan ibu

c. Hasil ukur : Skor APGAR skor APGAR 7 – 10 skor APGAR 4 – 6 skor APGAR 0 – 3 d. Skala ukur : Interval

3.3. Hipotesis

(17)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penilitian ini adalah analitik untuk mengetahui perbedaan skor APGAR pada bayi yang lahir malalui pervaginam dengan sesar teknik spinal. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional atau potong lintang, yaitu jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada satu saat (Sastroasmoro dan Ismael, 2013).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September hingga November 2015 setelah mendapatkan persetujuan dari komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan pada bulan September 2015.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah bayi yang lahir pervaginam dan sesar teknik spinal di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2014.

4.3.2. Sampel Penelitian

(18)

(Zα+ Zβ) S 2

n1 = n2 = 2 X1-X2

n = jumlah sampel Zα = 1,96 (ditetapkan) Zβ = 0,05 (ditetapkan)

S = simpang baku = 1,45 (dari pustaka)

X1 - X2 = perbedaan klinis yang diinginkan = 2 (clinical judgment)

Besar sampel yang diambil dari tempat penelitian adalah 84 sampel pada setiap kelompok yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan oleh peneliti. Sehingga total sampel penelitian berjumlah 168 sampel.

4.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi dan eksklusi pada sampel penelitian yang telah ditentukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

! Umur ibu : 20 – 40 tahun ! Status fisik ibu : ASA I dan ASA II ! Kehamilan : cukup bulan

! Kondisi fisik bayi : tanpa kelainan kongenital

b. Kriteria Eksklusi

! Rekam medis : rusak dan atau tidak lengkap

(19)

4.5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpul dan digunakan adalah data sekunder. Data diperoleh dengan melihat rekam medis ibu yang melakukan persalinan secara pervaginam dan dengan sesar teknik spinal di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan mulai dari 1 Januari 2014 sampai 31 Desember 2014.

4.6. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan beberapa proses, yaitu mengedit data (editing), pemberian kode (coding), memasukan data (entry), dan pemeriksaan semua data (cleaning). Data rekam medis dimasukan ke dalam program SPSS untuk dilakukannya analisis data. Hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berdasarkan:

" jenis persalinan yang dilakukan ibu " skor apgar

" umur ibu saat melahirkan:

- 20-25 tahun - 31-35 tahun - 26-30 tahun - 36-40 tahun

Kemudian, untuk uji hipotesis digunakan metode uji-t independen. Namun, karena pada uji normalitas didapati distribusi data tidak normal (p<0.05) maka uji hipotesis dengan uji t-independen tidak dapat dijalankan dan diganti dengan uji nonparametrik yaitu dengan menggunakan Mann Whitney U test.

4.7. Kode Etik

(20)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang terletak di jalan Bunga Lau No. 17 Medan, Sumatera Utara. Rumah Sakit Umum Pusat ini berdiri pada tanggal 21 Juli 1993 dan terakreditasi A, yang merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Provinsi Sumatera Utara dan rumah sakit pendidikan. Data penelitian ini diambil dari bagian instalasi rekam medis yang terletak di lantai 1. 5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang berasal dari rekam medis ibu yang melahirkan secara pervaginam ataupun sesar teknik spinal di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.

(21)

Gambar 5.1. Diagram Batang Distribusi Jenis Persalinan

Berdasarkan Usia

(22)

5.1.3. Gambaran Skor Apgar

Gambar 5.2. Diagram Batang Distribusi Skor APGAR pada Menit Pertama

(23)

Gambar 5.3. Diagram Batang Distribusi Skor APGAR pada Menit Kelima

Berdasarkan gambar 5.3., didapati skor APGAR 7-10 sebanyak 84 orang (100%) pada persalinan pervaginam dan sebanyak 84 orang (100%) juga pada persalinan sesar teknik spinal.

5.1.4. Hasil Analisa Data

Tabel 5.1. Uji Normalitas Skor APGAR Menit Ke-1 dan Ke-5 Terhadap Persalinan Pervaginam dan Persalinan Sesar Teknik Spinal

Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

Skor APGAR Menit 1 .344 166 .000

(24)

Setelah dilakukan uji normalitas, didapati bahwa data tidak berdistribusi normal. Karena data tidak berdistribusi normal (p<0.05) maka dilanjutkan dengan analisis nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney U. Uji Mann-Whitney U merupakan suatu uji statistik yang analog dengan uji t independen pada uji parametrik.

Tabel 5.2. Analisis Skor APGAR Menit Ke-1 dan Ke-5 Terhadap Persalinan Pervaginam dan Persalinan Sesar Teknik Spinal

Skor APGAR Menit 1 Skor APGAR menit 5

Mann-Whitney U 2522.000 2888.000

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.156 1.000

Analisis skor APGAR terhadap pada persalinan pervaginam dan sesar teknik spinal memperlihatkan perbedaan yang tidak signifikan (p>0.05) pada menit pertama dan menit kelima (p1=0.156; p2=1.000).

5.2. Pembahasan

Skor APGAR digunakan untuk menilai atau menentukan neonatus mengalami asfiksia atau tidak. Jika skor APGAR neonatus 0-3 maka dianggap asfiksia berat, sementara skor APGAR 4-6 dianggap asfiksia ringan-sedang. Skor APGAR neonatus dipengaruhi oleh banyak faktor, baik secara intrapartum dan antepartum. Pada penelitian ini, diteliti mengenai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi skor APGAR neonatus yaitu jenis persalinan.

(25)

secara pervaginam. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh lama terpaparnya bayi oleh obat anestesi yang diinjeksikan pada ibu selama dilakukannya persalinan dan dipengaruhi juga oleh karena status ASA. Menurut Kosim dkk (2010), beberapa faktor risiko bayi mengalami asfiksia adalah karena keadaan fisik ibu dan ibu yang menggunakan obat bius.

Sedangkan pada menit kelima, skor APGAR 7-10 didapati sebanyak 86 sampel (100%) dari masing-masing kelompok yaitu yang dilahirkan secara pervaginam dan sesar teknik spinal.

Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa skor APGAR pada menit pertama pada persalinan pervaginam lebih baik daripada sesar teknik spinal. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena pemberian obat anestesi lokal kepada ibu dan membuat tekanan darah ibu menurun, induction delivery time serta incicion delivery time yang berkepanjangan. Sedangkan pada menit kelima, tidak didapati skor APGAR <7. Hal ini mungkin disebabkan karena keberhasilan petugas kesehatan dalam melakukan resusitasi terhadap neonatus dan peralatan yang lengkap yang tersedia diruang persalinan.

Pada penelitian ini, terdapat perbaikan skor APGAR neonatus yang lahir secara sesar teknik spinal pada menit kelima dibandingkan menit pertama. Hal ini mungkin dikarenkan penatalaksanaan asfiksia ataupun resusitasi yang dilakukan terus menerus secara berkesinambungan menurut siklus menilai, menentukan tindakan, melakukan tindakan, kemudian menilai kembali (Kosim, et al., 2010).

Setelah dilakukan perhitungan statistik, didapatkan nilai p adalah 0.156 pada menit pertama dan 1.000 pada menit kelima. Dimana nilai p >0.05 yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna skor APGAR pada bayi yang lahir pervaginam dan sesar teknik spinal. Hal ini mungkin disebabkan karena kriteria inklusi penelitian adalah status fisik ibu yang baik dan tanpa ada penyakit penyerta selama masa kehamilan hingga proses persalinan.

(26)
(27)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan serta analisis data yang diperoleh dari rekam medis ibu yang melakukan persalinan pervaginam dan sesar teknik spinal di RSUP Haji Adam Malik Medan, maka kesimpulan yang didapatkan adalah:

1. Tidak ada perbedaan antara skor APGAR bayi yang dilahirkan secara pervaginam dan yang dilahirkan secara sesar teknik spinal pada menit pertama maupun pada menit kelima.

2. Tidak terdapatnya skor APGAR yang dibawah 7 pada persalinan pervaginam pada menit pertama dan kelima.

3. Pada menit kelima didapatkan skor APGAR yang lebih baik dibandingkan skor APGAR menit pertama pada persalinan sesar teknik spinal.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan agar lebih baik lagi dan dapat juga pada penelitian selanjutnya untuk mengkaji faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi skor APGAR.

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Jalan Lahir 2.1.1. Pelvis

Pelvis adalah bagian tubuh yang terletak di bawah abdomen. Pelvis terdiri

dari empat tulang, yaitu sakrum, koksigeus, dan dua tulang inominata (Gambar

2.1.). Masing-masing tulang inominata ini dibentuk oleh penyatuan ilium, iskium,

dan pubis. Tulang-tulang inominata disatukan ke sacrum pada sinkondrosis

sakroiliaka dan pada simfisis pubis (Cunningham, et al., 2013).

(29)

terdapat pelvis major atau false pelvis yang membentuk sebagian cavitas

abdominalis, sedangkan yang di bawah apertura pelvis superior terdapat pelvis

minor atau true pelvis yang terdapat pada gambar 2.2. Pelvis major melindungi isi

abdomen dan setelah kehamilan bulan ketiga, membantu menyokong uterus

gravidarum. Selama stadium awal persalinan, pelvis major membantu menuntun

janin masuk ke pelvis minor (Snell, 2006; Cunningham, et al., 2013).

Gambar 2.2. Gambaran true pelvis dan false pelvis wanita dewasa (Cunningham, et al., 2013)

Caldwell-Molloy mengklasifikasikan pelvis berdasarkan pada pengukuran

diameter transversal terbesar di pintu atas pelvis dan pembagiannya menjadi

segmen anterior dan posterior (gambar 2.3.), sehingga pelvis diklasifikasikan

menjadi empat jenis, yaitu:

1. Jenis ginekoid

(30)

2. Jenis android

Merupakan bentuk pintu atas pelvis yang hampir menyerupai segi tiga. Panjang

diameter antero-posterior hampir sama dengan diameter transversa, akan tetapi

jauh lebih mendekati sakrum.

3. Jenis antropoid

Pintu atas pelvis yang agak lonjong , seperti telur. Panjang diameter

antero-posterior lebih besar daripada diameter transversa.

4. Jenis platipelloid

Merupakan jenis ginekoid yang menyepit pada arah muka belakang. Ukuran

[image:30.595.127.496.362.654.2]
(31)

Dan ada juga yang disebut dengan bidang Hodge, yaitu bidang yang

digunakan untuk menentukan seberapa jauh bagian depan janin turun ke dalam

rongga pelvis (gambar 2.4.). Bidang Hodge terdiri dari 4 bagian, yaitu:

1. Hodge I, merupakan bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan

promontorium. Bidang ini sama dengan pintu atas pelvis.

2. Hodge II, yaitu bidang yang sejajar dengan Hodge I dan terletak setinggi

bagian bawah simpisis pubis.

3. Hodge III , yaitu bidang yang sejajar dengan Hodge II dan terletak setinggi

spina ischiadicae.

4. Hodge IV, yaitu bidang yang sejajar dengan Hodge III melalui ujung os

[image:31.595.130.501.276.657.2]
(32)

2.1.2. Uterus

Uterus yang tidak hamil terletak di rongga pelvis di antara kandung kemih

di anterior dan rektum di posterior. Uterus digambarkan berbentuk piriformis atau

berbentuk buah pir. Berat uterus adalah 70 g dan kapasitas 10 ml atau kurang.

Uterus terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian segitiga atas yang disebut

corpus atau badan, dan bagian silindris bawah yang disebut serviks yang masuk

ke dalam vagina yang terlihat pada gambar 2.5. Hampir seluruh dinding posterior

uterus ditutupi oleh serosa (peritoneum viserale). Bagian bawah peritoneum ini

membentuk batas anterior cul-de-sac rektouterina atau kavum douglasi.

Peritoneum di daerah ini juga mengarah ke depan kandung kemih membentuk

kavum vesikouterinum. Bagian bawah dinding uterus anterior disatukan ke

dinding posterior kandung kemih oleh jaringan ikat longgar yang berbatas tegas,

[image:32.595.181.455.431.672.2]
(33)

2.1.3. Serviks uteri

Serviks uteri atau biasa disebut serviks terdapat di setengah hingga

sepertiga bawah uterus, berbentuk silindris atau fusiformis, dan menghubungkan

uterus dengan vagina melalui kanal endoservikal. Serviks uteri terdiri dari portio

vaginalis, yaitu bagian yang menonjol ke arah vagina dan bagian supravaginal.

Panjang serviks uteri kira-kira 2,5 – 3cm dan memiliki diameter 2 - 2,5cm. Pada

bagian anterior serviks berbatasan dengan kantung kemih dan batas atasnya

adalah ostium internum. Pada bagian posterior, serviks ditutupi oleh peritoneum

yang membentuk garis cul-de-sac (Snell, 2006; Cunningham, et al., 2013).

2.1.4. Vagina

Struktur muskolomembranosa ini memanjang dari uterus ke vulva dan

bagian anterior berbatasan dengan kandung kemih, sedangkan bagian posterior

berbatasan dengan rektum. Batas anterior dipisahkan oleh jaringan ikat, yaitu

septum vesikovaginal, dan batas posterior dipisahkan oleh jaringan ikat, yaitu

septum rektovaginal. Umumnya panjang dinding vagina anterior kira-kira 6 - 8

cm dan panjang posterior kira-kira 7 - 10 cm (Cunningham, et al., 2013).

2.2. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Ibu Hamil a. Uterus

Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu

menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan

volume totalnya mencapai 5 l bahkan dapat mencapai 20 l atau lebih dengan berat

rata-rata 1100 g. Pada saat akhir kehamilan, daerah fundus dan korpus akan

membulat dan akan menjadi bentuk sferis dan panjang uterus akan bertambah

lebih cepat dibandingkan lebarnya sehingga akan berbentuk oval (Prawirohardjo,

2012).

(34)

implantasi plasenta akan bertambah besar lebih cepat dibandingkan bagian lainnya

sehingga akan menyebabkan uterus tidak rata. Fenomena ini dikenal dengan tanda

Piscaseck (Prawirohardjo, 2012).

b. Serviks

Saat telah terjadi konsepsi selama satu bulan, serviks akan berubah

menjadi lebih lunak dan berwarna kebiruan. Hal tersebut terjadi karena banyaknya

penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks, hipertrofi,

dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks (Prawirohardjo, 2012).

c. Vagina

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas

pada kulit dan otot-otot di perineum sehingga pada vagina akan terlihat berwarna

keunguan yang dikenal sebagai tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan

mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos

(Prawirohardjo, 2012).

2.3. Persalinan Pervaginam 2.3.1. Definisi

Pelahiran bayi adalah proses fisiologis dimulai dari periode kontraksi

uterus secara reguler hingga keluarnya plasenta. Definisi persalinan yang tepat

adalah kontraksi uterus yang memperlihatkan pendataran dan dilatasi serviks

(Cunningham, et al., 2013).

2.3.2. Karakteristik

Beberapa metode dapat digunakan untuk menentukan permulaan

(35)

Kriteria ini pada kehamilan aterm mengharuskan adanya kontraksi uterus yang

nyeri disertai salah satu dari tanda berikut ini: (1) ruptur membran, (2) bercak

darah (bloody show) atau (3) pembukaan serviks komplet (Cunningham, et al.,

2013).

2.3.3. Fisiologi

Menjelang terjadinya persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan

aktivitas kontraksi secara terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi,

dan mencapai puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur

menghilang pada periode postpartum (Prawirohardjo, 2012).

2.3.4. Faktor yang mempengaruhi

Menurut Perry dkk (2014) keberhasilan proses persalinan dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Sedikitnya ada lima faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor

tersebut dapat diingat dengan mudah dengan singkatan Ps. Kepanjangan singkatan

tersebut adalah passenger (fetus dan plasenta), passageway (jalan lahir), powers

(kontraksi atau HIS), posisi ibu, dan psychologic response.

a. Faktor passenger yang mempengaruhi proses persalinan, antara lain:

i. ukuran kepala bayi

ii. presentasi bayi

iii. letak bayi

iv. postur bayi

v. posisi bayi

b. Faktor jalan lahir yang mempengaruhi proses persalinan, antara lain:

i. tulang pelvis ibu

ii. jaringan lunak dari serviks, dasar pelvis, vagina dan introitus

c. Faktor his atau powers yang mempengaruhi proses persalinan, antara lain:

(36)

ii. Secondary powers, yaitu ketika serviks telah berdilatasi dan ibu berusaha

meningkatkan kekuatan kontraksi primer secara volunter

d. Faktor posisi ibu dalam mempengaruhi proses persalinan.

Salah satunya adalah posisi tegak lurus yaitu posisi berjalan, duduk, berlutut,

dan berjongkok. Posisi ini bermanfaat untuk curah jantung ibu yang biasanya

pada saat persalinan akan meningkat yang ditunjukan pada gambar 2.6.

[image:36.595.142.493.300.614.2]

e. Faktor psikologis ibu (Perry, et al., 2014).

(37)

Kala satu persalinan dimulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan

frekuensi, intensitas, dan durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan

dilatasi serviks yang progresif. Kala satu persalinan selesai ketika serviks telah

membuka lengkap (sekitar 10 cm) sehingga memungkinkan kepala janin lewat.

Oleh karena itu, kala satu persalinan disebut juga stadium pendataran dan dilatasi

serviks. Kala dua persalinan dimulai ketika dilatasi serviks telah lengkap, dan

berakhir ketika janin sudah lahir. Kala dua persalinan disebut juga sebagai stadium

ekspulsi janin. Kala tiga persalinan dimulai saat bayi telah lahir dan berakhir

ketika lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. Kala tiga persalinan disebut

juga sebagai stadium pemisahan dan ekspulsi plasenta. Sedangkan kala empat

hanya melakukan pemantauan dan pemeriksaan plasenta, selaput ketuban, dan tali

pusat telah lengkap atau tidak dan ditemukan ada tidaknya anomali.

(Prawirohardjo, 2012; Cunningham, et al., 2013).

2.4. Sesar 2.4.1. Definisi

Sesar adalah suatu prosedur operatif/bedah yang dilakukan di bawah

pengaruh anestesi untuk melahirkan janin, plasenta, dan membran melalui sebuah

insisi di dinding abdomen dan uterus (Fraser dan Cooper, 2012).

2.4.2. Epidemiologi

Di Indonesia, persentase kelahiran sesar sebesar 9,8 persen dengan proporsi

tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%) dan

secara umum pola persalinan melalui sesar menurut karakteristik menunjukkan

proporsi tertinggi pada kuintil indeks kepemilikan teratas (18,9%), tinggal di

perkotaan (13,8%), pekerjaan sebagai pegawai (20,9%) dan pendidikan

tinggi/lulus PT (25,1%) (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

(38)

2.4.3. Indikasi

Indikasi untuk dilakukannya sesar bisa indikasi absolut ataupun indikasi

relatif. Setiap keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin

terlaksana merupakan indikasi absolut untuk sesar abdominal. Di antaranya adalah

kesempitan pelvis yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir.

Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana tetapi keadaan adalah

sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat sesar akan lebih aman bagi ibu, anak

atau pun keduanya (Oxorn dan Forte, 2010).

Persalinan tidak dapat dilakukan secara pervaginam atau normal, bisa

dikarenakan faktor-faktor Ps terganggu, yaitu kontraksi yang tidak adekuat, jalan

lahir yang sempit, presentasi bayi yang tidak normal, dll.

Sedangkan menurut Rasjidi (2009), indikasi sesar dibagi atas 3, yaitu:

1. Indikasi mutlak:

a. Indikasi ibu:

i. pelvis sempit absolut

ii. Kegagalan maelahirkan secara normal karena kurang

adekuatnya stimulasi

iii. Tumor-tumor jalan lahir yang menyebabkan obstruksi

iv. Stenosis serviks atau vagina

v. Plesenta previa

vi. Disproporsi sefalopelvik

vii. Ruptur uteri membakar

b. Indikasi janin:

i. Kelainan letak

ii. Kelainan letak

iii. Gawat janin

(39)

2. Indikasi relatif

i. Riwayat sesar sebelumnya

ii. Presentasi bokong

iii. Distosia

iv. Distress janin

v. Preeklamsia berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes

vi. Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu

vii. Gemeli, menurut Eastman, sesar dianjurkan:

a. Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu

b. Bila terjadi posisi bayi yang saling mengunci atau interlock

c. Kematian janin dalam rahim

3. Indikasi sosial

i. Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman

sebelumnya

ii. Wanita yang ingin sesar elektif karena takut bayinya

mengalami cedera atau asfiksia selama persalinan atau

mengurangi risiko kerusakan dasar pelvis

iii. Wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya atau

sexuality image setelah melahirkan

2.4.4. Kontraindikasi

Menurut Rasjidi (2009), kontraindikasi dilakukannya sesar adalah sebagai

berikut ini:

1. Infeksi piogenik pada dinding abdomen

2. Janin mati

3. Syok

4. Anemia berat

(40)

2.4.5. Klasifikasi menurut Jenis Anestesi yang Digunakan

Pemilihan anestesi untuk melakukan sesar dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu: indikasi dilakukannya bedah sesar, kegawatdaruratan, preferensi

pasien atau dokter, dan skil yang dimiliki oleh ahli anestesi (Morgan dan Mikhail,

2006).

Pilihan anestesi yang tersedia untuk dilakukannya sesar dibagi atas 2, yaitu:

a. Anestesi regional

Anestesi regional yang dipakai saat dilakukannya sesar dibagi atas 3

teknik, yaitu:

1. Anestesi spinal.

Anestesi spinal adalah pilihan utama untuk kebanyakan pasien sesar

berencana dan emergensi. Dengan cara memasukan anestesi lokal ke

dalam ruang subaraknoid untuk memberikan efek analgesia yang telah

lama digunakan untuk pelahiran. Keuntungan digunakannya anestesi

spinal untuk sesar adalah mudah, blok yang mantap, dan kinerja yang

cepat.

2. Anestesi epidural.

Pemasukan atau injeksi agen anestetik lokal ke dalam ruang epidural

atau peridural dan biasanya dilakukan melalui ruang intravertebral

lumbal.

3. Anestesi kombinasi spinal-epidural.

Setelah meletakan jarum epidural dengan tepat, jarum spinal ukuran

kecil dimasukan melalui jarum epidural ke dalam ruang subaraknoid

dan menginjeksi agen anestetik lokal.

b. Anestesi umum

(41)

antasida non partikel (natrium sitrat) dan lakukan sekuen induksi secara

cepat (rapid-sequence induction). Biasanya anestesi umum digunakan

untuk sectio caesarea dalam keadaan gawat darurat karena dapat

meningkat risiko kematian. Jenis anestesi ini tidak dianjurkan untuk

dilakukan tanpa adanya indikasi yang jelas yang mengharuskan

melakukan dengan teknik ini (Morgan dan Mikhail, 2006;

Prawirohardjo, 2012; Cunningham, et al., 2013).

2.4.6. Kelebihan menurut Jenis Anestesi yang Digunakan

Secara internasional, pedoman anestesi obstetrik (Obstetric Anaesthesia

Guidelines) merekomendasikan teknik anestesia spinal ataupun epidural

dibandingkan dengan anestesia umum untuk sebagian besar seksio sesarea.

Kelebihan penggunaan anestesi regional adalah: rendahnya terpajannya neonatus

pada obat depresan, rendahnya risiko aspirasi pulmonari pada ibu, dan ibu dalam

keadaan sadar saat persalinan. Anestesi epidural lebih dipilih daripada spinal

karena penurunan tekanan darah secara bertahap dan mengontrol level sensorik

lebih baik. Sedangkan anestesi spinal lebih mudah dilakukan, lebih cepat, onset

yang dapat diprediksi, dan idak memiliki potensi dalam keracunan obat sistemik

yang serius. Sedangkan kelebihan dalam menggunakan anestesi umum adalah:

onset yang cepat dan reliabel, mengontrol jalan nafas dan ventilasi, risiko

hipotensi yang rendah (Morgan dan Mikhail, 2006; Flora, et al., 2014).

2.4.7. Komplikasi

Komplikasi utama persalinan sesar adalah kerusakan organ-organ seperti

vesika urinaria dan uterus saat dialngsungkannya operasi, komplikasi anestesi,

perdarahan, infeksi dan tromboemboli (Rasjidi, 2009).

Komplikasi yang tebanyak yang disebabkan oleh anestesi regional, yaitu:

(42)

Sedangkan, anestesi umum dapat menyebabkan aspirasi pulmonari,

berpotensi tidak dapat dilakukannya untuk mengintubasi pasien, dan obat yang

sebabkan depresi janin (drug-induced fetal depression) (Morgan dan Mikhail,

2006).

Arah dari komplikasi dan efek yang ditimbulkan dalam persalinan sesar, akan

tetapi tidak menggambarkan besarnya efek dan komplikasi dirangkumkan pada

[image:42.595.113.512.350.594.2]

tabel 2.1.

Tabel 2.1. Rangkuman Efek sesar Dibandingkan dengan Persalinan Pervaginam pada Ibu dan Bayinya (Rasjidi, 2009)

Meningkat pada sesar Tidak berbeda setelah sesar

Berkurang pada sesar

1. Nyeri Abdomen 2. Perlukaan vesika

urinaria

3. Kebutuhan operasi pada persalinan selanjutnya 4. Histerektomi 5. Perawatan intensif 6. Penyakit

tromboemboli 7. Kematian maternal 8. Plasenta previa 9. Ruptur uterus

10. Morbiditas pernafasan pada neonatus

1. Perdarahan 2. Infeksi

3. Perlukaan organ genital

4. Inkontinensia alvi 5. Nyeri punggung 6. Nyeri saat

senggama 7. Depresi stelah

melahirkan 8. Perdarahan

intrakranial

9. Perlukaan pleksus brakialis

10. Cerebral Palsy

1. Nyeri perineum 2. Inkontinensia ari 3. Prolaps uretrovaginal

2.5. Anestesi Teknik Spinal pada Sectio Caesarea 2.5.1. Mekanisme

Anestesi spinal merupakan hasil dari menginjeksikan obat anastesi lokal

(43)

adalah serabut motoris, rasa getar (vibratory sense) dan proprioseptif. Blokade

simpatis ditandai dengan adanya kenaikan suhu kulit tungkai bawah. Setelah

anestesi selesai, pemulihan terjadi dengan urutan sebaliknya, yaitu fungsi motoris

yang pertama kali pulih kembali (Departemen Farmakologi dan Terapeutik

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007; Gwinnutt, 2008).

Jarum suntik spinal hanya dapat diinsersikan dibawah L₂ dan diatas S .₁

Ukuran jarum suntik yang digunakan adalah 22-29 gauge, dengan bentuk ‘pencil

point’. Diameter jarum suntik yang kecil dan bentuknya bertujuan untuk

mengurangi risiko terjadinya postdural puncture headache (Gwinnutt, 2008).

2.5.2. Kelebihan

Anestesi spinal lebih mudah dilakukan, lebih cepat, onset yang dapat

diprediksi, dan idak memiliki potensi dalam keracunan obat sistemik yang serius

(Morgan dan Mikhail, 2006).

2.5.3. Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi dilakukannya sesar teknik spinal, yaitu mendapat persetujuan pasien

atau preferensi dokter dan pasien, kontraindikasi untuk dilakukan jenis teknik

spinal regional yang lain. Sedangkan kontraindikasinya untuk dilakukan sesar

teknik spinal adalah pasien menolak, infeksi kulit di lokasi yang akan dilakukan

pungsi lumbal, syok hipovolemik berat, koagulopati, dan meningkatnya tekanan

intrakranial, alergi terhadap obat anestesi lokal jenis amide, pasien yang tidak

kooperatif, anatomi spinal yang abnormal (Morgan dan Mikhail, 2006; Gwinnutt,

2008).

2.5.4. Komplikasi

Komplikasi yang dapat disebabkan oleh anestesi regional teknik spinal,

(44)

2.6. Klasifikasi Status Fisik Menurut American Society of Anesthesiologists Menurut Malamed (2000), klasifikasi status fisik yang diklasifikasikan

oleh organisasi anestesi Amerika adalah sebagai berikut:

ASA I : Pasien yang tidak ada tanda penyakit sistemik

ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan

ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik yang berat dan aktivitas

yang terbatas

ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik yang berat dan tidak

mampu beraktivitas sehingga perlu pengobatan secara

konstan untuk hidup

ASA V : Pasien yang kemungkinan hidupnya kurang dari 24 jam

dengan atau tanpa perawatan

2.7. Skor APGAR 2.7.1. Definisi

Merupakan suatu metode praktis atau sistem pengukuran yang sistematis

dan sederhana untuk menilai bayi baru lahir segera sesudah lahir, untuk

membantu mengidentifikasi bayi yang memerlukan resusitasi akibat stress

intrapartum atau asidosis hipoksik dan menilai efektivitas setiap tindakan

resusitasi. Metode ini ditemukan oleh Virginia APGAR, dan kepanjangan dari

APGAR adalah warna kulit (appearance), frekuensi denyut jantung (pulse),

kepekaan refleks (grimace), tonus otot (activity) dan upaya bernafas (respiration)

(Rudolph, et al., 2006; Behrman, et al., 2013; Cunningham, et al., 2013).

2.7.2. Sistem penilaian

Sistem penilaian pada bayi yang abru lahir dengan menggunakan sistem

(45)

kelahiran, akan tetapi secara keseluruhan dilakukan setiap 5 menit, sampai skor

mencapai nilai 7 (Behrman, et al., 2013).

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (2010),

bahwa skor APGAR pada menit kelima setelah kelahiran berhubungan dengan

status neurologi bayi. Menurut Sittidech dkk (2015), derajat keparahan asfiksia

menurut skor APGAR adalah sebagai berikut:

1. Normal : skor APGAR 7 – 10

2. Sedang : skor APGAR 4 – 6

[image:45.595.114.514.359.635.2]

3. Berat : skor APGAR < 4

Tabel 2.2. Sistem skor APGAR (Cunningham, et al, 2013)

Skor 0 1 2

Appearance (Warna kulit)

Biru, pucat Tubuh merah muda, ekstremitas biru (akrosianosis) Seluruh tubuh merah muda Pulse (Frekuensi denyut jantung)

Tidak ada Kurang dari 100 kali per menit

Lebih dari 100 kali per menit

Grimace (Kepekaan refleks)

Tidak ada Menyeringai Menyeringai & batuk atau bersin

Activity (Tonus otot)

Lemas Ekstremitas sedikit fleksi

Gerakan aktif

Respiration (Upaya bernafas)

Tidak ada Lambat, tidak teratur

(46)

2.7.3. Faktor yang Mempengaruhi

Beberapa elemen skor APGAR bergantung sebagian pada kematangan

fisiologis bayi baru lahir, bayi kurang bulan yang sehat dapat menerima skor

rendah. Skor APGAR mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk, tidak

terbatas pada, malformasi janin, obat-obatan ibu, infeksi, jenis persalinan dan

teknik anestesi yang digunakan saat persalinan sesar (Cunningham, et al., 2013;

Rahmanina, et al., 2014).

2.8. Asfiksia pada Bayi Baru Lahir 2.8.1. Definisi

Asfiksia neonaturum merupakan suatu kondisi di mana bayi tidak dapat

bernapas secara spontan setelah lahir. Keadaan tersebut dapat disertai

dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, sampai asidosis (Hidayat, 2008).

2.8.2. Karakteristik

Asfiksia pada BBL ditandai dengan keadaan hipoksemia, hiperkarbia, dan

asidosis. Menurut American Academy of Pediatrics dan American College

of Obstetricians and Gynecologists (2004) dalam Kosim dkk (2010) dan

Leuthner dan Das (2004), asfiksia perinatal pada seorang bayi menunjukan

karakteristik berikut:

1. umbilical cord arterial pH : < 7

2. Skor APGAR : 0 – 3 selama lebih dari 5 menit

3. Manifestasi neurologi : ditemukan

4. Disfungsi multisistemik organ : ditemukan

2.8.3. Faktor risiko

(47)

infeksi ibu, ibu dengan penyakit jantung, polihidramnion, oligohidramnion,

ketuban pecah dini, hidrops fetalis, kehamilan lewat waktu, kehamilan ganda,

berat janin tidak sesuai masa kehamilan, ibu pengguna obat bius, dll. Sedangkan

faktor risiko intrapartum, yaitu seksio sesaria darurat, kelahiran dengan ekstraksi

forsep atau vakum, presentasi abnormal, preterm, makrosomia, solusio plasenta,

plasenta previa, dll (Kosim, et al., 2010).

2.8.4. Diagnosis

Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis untuk menentukan asfiksia

atau tidak pada bayi baru lahir. Untuk mendiagnosis asfiksia tidak perlu

menunggu nilai skor APGAR. Anemnesis yang ditanyakan adalah gangguan atau

kesulitan waktu lahir (lilitan tali pusat, sungsang, dll), lahir tidak bernafas/

menangis, dan apakah air ketuban bercampur mekonium atau tidak. Serta

pemeriksaan fisis, yaitu: bayi tidak bernapas atau megap-megap, denyut jantung

kurang dari 100 kali per menit, kulit sianosis, pucat dan tonus otos menurun

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).

Asfiksia pada periode perinatal dini berkaitan dengan skor APGAR kurang

dari 6 pada 1 dan 5 menit setelah kelahiran. Denyut jantung mungkin berkurang;

kulit pucat; dan sianosis tampak jelas; respirasi tertekan atau bahkan terhenti; dan

tonus serta aktivitas refleks akan berkurang atau menghilang. PCO darah arteri₂

meningkat, PO menurun, dan terjadi asidosis metabolik atau respiratorik₂

(Rudolph, et al., 2007).

2.9. Resusitasi pada Bayi Asfiksia 2.9.1. Pendahuluan

Di Indonesia AKB masih tinggi yaitu 34/1.000 kelahiran hidup (SDKI

2007), sekitar 56% kematian terjadi pada periode sangat dini yaitu di masa

(48)

kematian neonatal tersebut adalah asfiksia bayi baru lahir, prematuritas/bayi berat

lahir rendah, dan infeksi (WHO, 2009).

Untuk beberapa bayi kebutuhan akan resusitasi dapat diantisipasi dengan

melihat faktor risiko, antara lain: bayi yang dilahirkan dari ibu yang pernah

mengalami kematian janin atau neonatal, ibu dengan penyakit kronik, kehamilan

multipara, kelainan letak, pre-eklampsia, persalinan lama, prolaps tali pusat,

kelahiran prematur, ketuban pecah dini, cairan amnion tidak bening. Walaupun

demikian, pada sebagian bayi baru lahir, kebutuhan akan resusitasi neonatal tidak

dapat diantisipasi sebelum dilahirkan, oleh karena itu penolong harus selalu siap

untuk melakukan resusitasi pada setiap kelahiran. Apabila memungkinkan

lakukan penilaian APGAR (WHO, 2009).

2.9.2. Penilaian

Penilaian pada bayi yang terkait dengan penatalaksanaan resusitasi, dibuat

berdasarkan keadaan klinis. Penilaian awal harus dilakukan pada semua BBL.

Penatalaksanaan selanjutnya dilakukan menurut hasil penilaian tersebut. Penilaian

berkala setelah setiap langkah resusitasi harus dilakukan setiap 30 detik.

Penatalaksanaan dilakukan terus menerus berkesinambungan menurut siklus

menilai, menentukan tindakan, melakukan tindakan, kemudian menilai kembali

(Kosim, et al., 2010).

2.9.3. Tujuan

Tujuan resusitasi BBL untuk memperbaiki fungsi pernafasan dan jantung

bayi yang tidak bernafas (Kosim, et al., 2010).

2.9.4. Langkah-langkah

(49)
[image:49.595.130.503.151.645.2]
(50)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semua calon ibu pasti ingin melakukan persalinan yang baik, tidak mengalami

komplikasi pasca persalinan, dan memiliki anak yang sehat. Akan tetapi, angka

kematian bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong cukup tinggi. Beberapa faktor

penyebab mortalitas pada anak dan bayi adalah sosioekonomi keluarga, tingkat

pengetahuan orangtua, lingkungan, dan proses persalinan.

Angka kematian perinatal di Indonesia 26 per 1.000 kehamilan dan menurut

laporan profil kesehatan kab/kota, dari 259.320 bayi lahir hidup terdapat 1.970

bayi meninggal sebelum usia 1 (satu) tahun. Berdasarkan angka ini,

diperhitungkan bahwa AKB di Sumatera Utara hanya 7,6/1.000 dari kelahiran

hidup pada tahun 2012 (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

Angka kematian bayi pada suatu negara adalah gambaran perkembangan

kesehatan dan gambaran kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu, program the

Millennium Development Goals (MDGs) dibuat oleh WHO, bertujuan untuk

menurunnya angka kematian bayi dan ibu. Agar tercapainya program MDGs di

Indonesia, maka dibuatlah sebuah program JAMPERSAL (Jaminan Persalinan)

oleh pemerintah Indonesia. JAMPERSAL adalah sebuah program yang

menyediakan pelayanan antenatal, persalinan, dan pascanatal secara gratis bagi

wanita hamil yang tidak memiliki asuransi kesehatan dan mendapatkan perawatan

bayi secara gratis selama 28 hari (Statistics Indonesia, 2013).

Secara umum persalinan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu persalinan

pervaginam dan persalinan dengan tindakan sectio caesarea (sesar). Indikasi

untuk dilakukannya persalinan dengan tindakan sesar dibagi atas 2, yaitu atas

(51)

lebih aman bagi ibu, anak ataupun bagi keduanya (Oxorn dan Forte, 2010;

Cunningham, et al., 2013).

Menurut Cunningham (2013), dari tahun 1970 sampai 2007, persalinan sesar

di Amerika Serikat meningkat dari 4,5% menjadi 31,8%. Pada 1,5 juta kehamilan,

terdapat angka kematian ibu sebesar 2,2 per 100,000 persalinan sesar. Morbiditas

ibu meningkat pula menjadi 2 kali lipat dengan persalinan sesar dibandingkan

persalinan pervaginam. Sedangkan di Indonesia, dari hasil penelitian Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2013),

menunjukkan bahwa persentase kelahiran bedah sesar sebesar 9,8 persen dengan

proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara

(3,3%).

Menurut Latief (1985) dalam Mesiana (2010), terjadinya hipotensi pada ibu

yang berdampak pada penurunan aliran darah uteroplasenta karena penggunaan

obat analgesi saat persalinan sesar. Hal ini dapat menyebabkan hipoksia dan

asidosis pada fetus, sehingga perlu dilakukan penilaian pada bayi baru lahir

dengan menggunakan skor APGAR, yaitu dengan menilai lima variabel

(Behrman, et al., 2013).

Dalam beberapa tahun belakangan ini, telah banyak dilakukan penelitian

tentang sesar yang dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Hal-hal tersebut

diteliti karena prevalensi proses kelahiran melalui sesar telah meningkat. Salah

satunya adalah penelitian Yuniati (2010) yang telah melakukan suatu penelitian

yang membandingkan skor APGAR bayi yang lahir melalui sesar dengan

pemberian analgesi spinal dan analgesi epidural, dengan hasil penelitian tersebut

diketahui bahwa skor APGAR bayi yang lahir melalui sesar teknik spinal lebih

baik dibandingkan dengan teknik epidural.

Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merasa tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan skor APGAR bayi yang lahir

(52)

1. 2. Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan skor APGAR antara bayi yang lahir pervaginam

dengan bayi yang lahir sesar teknik spinal?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan skor APGAR pada bayi yang lahir melalui

persalinan pervaginam dan sesar teknik spinal di Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran skor APGAR menit pertama pada bayi lahir

pervaginam dan sesar teknik spinal yang dilakukan di Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

2. Mengetahui gambaran skor APGAR menit kelima pada bayi lahir

pervaginam dan sesar teknik spinal yang dilakukan di Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1. Sebagai sumber informasi dan pengembangan bagi penelitian yang

serupa dan berkelanjutan.

2. Bagi peneliti, menambah wawasan mengenai jenis persalinan dan skor

APGAR pada bayi.

3. Bagi klinisi dan masyarakat, untuk memberikan informasi mengenai

(53)

ABSTRAK

Pada tahun 2012, angka kematian bayi di Sumatera Utara diperhitungkan mencapai 7,6/1.000 dari kelahiran hidup. Asfiksia merupakan salah satu penyebab mortalitas pada bayi. Salah satu metode untuk menilai bayi asfiksia atau tidak adalah dengan menilai skor APGAR. Asfiksia dapat disebabkan oleh proses persalinan, yaitu persalinan sesar. Prevalensi persalinan sesar juga meningkat beberapa tahun belakangan ini dan teknik anestesi spinal merupakan teknik anestesi tersering yang dilakukan saat dilakukannya persalinan sesar. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui perbedaan skor APGAR antara bayi yang lahir melalui persalinan pervaginam dengan teknik spinal di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

Penelitian ini mengambil data dari rekam medik. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 168 sampel, dengan jumlah sampel pada masing-masing kelompok sebanyak 84 sampel, yaitu pada kelompok persalinan pervaginam dan kelompok sesar teknik spinal dari bulan Januari-Desember 2014. Kemudian data dianalisa dengan menggunakan program SPSS.

Dari penelitian ini didapati bahwa pada menit pertama, skor APGAR 4-6 hanya terdapat pada sesar teknik spinal sebanyak 2 orang (2,4%). Pada menit kelima, didapati skor APGAR 7-10 pada semua sampel (100%), baik pada kelompok persalinan pervaginam maupun pada sesar teknik spinal. Setelah dianalisa dengan menggunakan uji Mann Whitney U, tidak didapati ada perbedaan skor APGAR bayi yang lahir melalui persalinan pervaginam dengan sesar teknik spinal pada menit pertama (p=0.156) dan pada menit kelima (p=1.000).

(54)

ABSTRACT

In 2012, estimated infant mortality rate in North Sumatra was 7.6/1,000 from live births. Asphyxia is one of the factors that caused infant mortality. To evaluate asphyxia in neonates is by using APGAR score. Asphyxia can be caused by caesarean section. As the prevalence of caesarean section had increased, so does the spinal anesthesia which was a common anesthesia technique in caesarean section. The objective of this study is to find the differences between neonatal APGAR score in vaginal delivery and in caesarean section under spinal anesthesia of Haji Adam Malik General Hospital.

This study is an analytic study with cross sectional design. This study was using medical record. Total sample for this study was 168 samples, each group was 84 samples, that was vaginal delivery and caesarean section under spinal anesthesia from January – December 2014. Data was collected and then processed by using SPSS program.

The study result for the first minute of 4-6 APGAR score was 2 samples (2.4%) for caesarean section under spinal anesthesia, . In the fifth minute, score APGAR of 7-10 is obtained the same result both for vaginal delivery and caesarean section under spinal anesthesia. After being analyzed using Mann Whitney U test, the study obtained that there was no significant differences APGAR score between neonates born through vaginal delivery and neonates born through caesarean section under spinal anesthesia at the first minute (p=0.156) and at the fifth minute (p=1.000).

(55)

PERVAGINAM DENGAN SESAR TEKNIK SPINAL TAHUN 2014

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

Oleh :

Vidi Rere Chikita Purba

120100285

FAKULTAS KEDOKTERAN

(56)

PERVAGINAM DENGAN SESAR TEKNIK SPINAL TAHUN 2014

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

VIDI RERE CHIKITA PURBA

120100285

(57)
(58)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. Atas

berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiag yang

diberi judul “Perbedaan Skor Apgar Bayi yang Lahir melalui Persalinan Normal

dan Sesar Teknik Spinal Tahun 2014 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik Medan”, yang merupakan salah satu persyaratan dalam kelulusan sarjana

kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai

pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan proposal ini, di

antaranya :

1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH selaku

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. Kepada Prof. dr. Achsanuddin Hanafie, Sp.An,KIC selaku dosen

pembimbing, dr. Tiangsa Sembiring, Sp.A(K) selaku dosen penguji

I dan Dra. Merina Panggabean, MSc selaku dosen penguji II yang

telah meluangkan waktu dan sangat banyak membantu

penyelesaian penulisan proposal penelitian ini serta memberikan

kritik dan saran agar penelitian ini menjadi lebih baik lagi.

3. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Hotma Partogi

Pasaribu, Sp.OG selaku dosen pembimbing akademik penulis

selama menjalani perkuliahan

4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan

hingga penyelesaian studi dan juga penulisan proposal ini.

(59)

6. Kepada abang penulis, Glen David Purba dan Keko Batara Purba

yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis

7. Kepada sahabat-sahabat penulis, yaitu Jessica E. G., Yessi O. N.,

Karin S. F. S., Dina B., Fiona Y. N., Melissa M., Nadiah M.,

Nazhira J., N. Akla, R. Sari, Rijena K. A. B., Sarah P. P., Sylvia A.

H., Tika A., Vriancha A. P., Kamelia S., Yonis C. P., Athan.B.T.,

dan Rico G.S. yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi

yang sangat membantu penulis.

8. Kepada teman satu dosen pembimbing Yessica C. P. dan Pooven.

9. Kepada teman-teman satu angkatan 2012 yang membantu dalam

penelitian ini

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari sempurna dan

banyak kekurangan baik dari segi materi maupun tata cara penulisan. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi meningkatkan

kemajuan dan kualitas ini.

Akhir kata penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaat

bagi semua orang dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya di bidang

kedokteran.

Medan, 12 November 2015

Vidi Rere C Purba

(60)

ABSTRAK

Pada tahun 2012, angka kematian bayi di Sumatera Utara diperhitungkan mencapai 7,6/1.000 dari kelahiran hidup. Asfiksia merupakan salah satu penyebab mortalitas pada bayi. Salah satu metode untuk menilai bayi asfiksia atau tidak adalah dengan menilai skor APGAR. Asfiksia dapat disebabkan oleh proses persalinan, yaitu persalinan sesar. Prevalensi persalinan sesar juga meningkat beberapa tahun belakangan ini dan teknik anestesi spinal merupakan teknik anestesi tersering yang dilakukan saat dilakukannya persalinan sesar. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui perbedaan skor APGAR antara bayi yang lahir melalui persalinan pervaginam dengan teknik spinal di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

Penelitian ini mengambil data dari rekam medik. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 168 sampel, dengan jumlah sampel pada masing-masing kelompok sebanyak 84 sampel, yaitu pada kelompok persalinan pervaginam dan kelompok sesar teknik spinal dari bulan Januari-Desember 2014. Kemudian data dianalisa dengan menggunakan program SPSS.

Dari penelitian ini didapati bahwa pada menit pertama, skor APGAR 4-6 hanya terdapat pada sesar teknik spinal sebanyak 2 orang (2,4%). Pada menit kelima, didapati skor APGAR 7-10 pada semua sampel (100%), baik pada kelompok persalinan pervaginam maupun pada sesar teknik spinal. Setelah dianalisa dengan menggunakan uji Mann Whitney U, tidak didapati ada perbedaan skor APGAR bayi yang lahir melalui persalinan pervaginam dengan sesar teknik spinal pada menit pertama (p=0.156) dan pada menit kelima (p=1.000).

(61)

ABSTRACT

In 2012, estimated infant mortality rate in North Sumatra was 7.6/1,000 from live births. Asphyxia is one of the factors that caused infant mortality. To evaluate asphyxia in neonates is by using APGAR score. Asphyxia can be caused by caesarean section. As the prevalence of caesarean section had increased, so does the spinal anesthesia which was a common anesthesia technique in caesarean section. The objective of this study is to find the differences between neonatal APGAR score in vaginal delivery and in caesarean section under spinal anesthesia of Haji Adam Malik General Hospital.

This study is an analytic study with cross sectional design. This study was using medical record. Total sample for this study was 168 samples, each group was 84 samples, that was vaginal delivery and caesarean section under spinal anesthesia from January – December 2014. Data was collected and then processed by using SPSS program.

The study result for the first minute of 4-6 APGAR score was 2 samples (2.4%) for caesarean section under spinal anesthesia, . In the fifth minute, score APGAR of 7-10 is obtained the same result both for vaginal delivery and caesarean section under spinal anesthesia. After being analyzed using Mann Whitney U test, the study obtained that there was no significant differences APGAR score between neonates born through vaginal delivery and neonates born through caesarean section under spinal anesthesia at the first minute (p=0.156) and at the fifth minute (p=1.000).

(62)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1.Anatomi Jalan Lahir ... 4

2.1.1. Pelvis ... 4

2.1.2. Uterus ... 8

2.1.3. Serviks Uteri ... 9

2.1.4. Vagina ... 9

2.2. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Ibu Hamil ... 9

2.3. Persalinan Pervaginam ... 10

2.3.1. Definisi ... 10

2.3.2. Karakteristik ... 10

2.3.3. Fisiologi ... 11

2.3.4. Faktor yang Mempengaruhi ... 11

2.3.5. Kala Persalinan ... 12

(63)

2.4.5. Klasifikasi menurut Jenis Anestesi yang Digunakan ... 16

2.4.6. Kelebihan menurut Jenis Anestesi yang Digunakan ... 17

2.4.7. Komplikasi ... 17

2.5. Anestesi Teknik Spinal pada Sesar ... 18

2.5.1. Mekanisme ... 18

2.5.2. Kelebihan ... 19

2.5.3 Indikasi dan Kontraindikasi ... 19

2.5.4. Komplikasi ... 19

2.6. Klasifikasi Status Fisik Menurut American Society of Anesthesiologist ... 20

2.7. Skor APGAR ... 20

2.7.1. Definisi ... 20

2.7.2. Sistem Penilaian... 20

2.7.3. Faktor yang Mempengaruhi ... 22

2.8. Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. Jam ... 22

2.8.1. Definisi ... 22

2.8.2. Karakteristik ... 22

2.8.3. Faktor Resiko ... 22

2.8.4. Diagnosis ... 23

2.9. Resusitasi pada Bayi Asfiksia ... 23

2.9.1. Pendahuluan ... 23

2.9.2. Penilaian ... 24

2.9.3. Tujuan ... 24

2.9.4. Langkah-langkah ... 24

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 26

3.1. Kerangka Konsep... 26

3.2. Definisi Operasional ... 26

3.3. Hipotesis ... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 28

4.1. Jenis Penelitian ... 28

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

4.3. Populasi dan Sampel ... 28

4.3.1. Populasi Penelitian... 28

4.3.2. Sampel Penelitian ... 28

4.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 29

4.5. Teknik Pengumpulan Data ... 30

4.6. Pengolahan dan Analisis Data ... 30

(64)

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 31

5.1.3. Gambaran Skor APGAR ... 33

5.1.3. Hasil Analisa Data ... 34

5.2. Pembahasan ... 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 38

6.1. Kesimpulan ... 38

5.1. Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(65)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Rangkuman efek sesar dibandingkan dengan persalinan

pervaginam pada ibu dan bayinya ... 18

Tabel 2.2. Sistem skor APGAR ... 21

Tabel 5.1. Uji Normalitas Skor APGAR Menit Ke-1 dan Ke-5 Terhadap

Persalinan Pervaginam dan Persalinan Sesar Teknik Spinal... 34

Tabel 5.2. Analisis Skor APGAR Menit Ke-1 dan Ke-5 Terhadap

(66)

DAFTAR GAMBAR

[image:66.595.112.510.191.406.2]

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Anatomi Pelvis ... 4

Gambar 2.2. Gambaran True Pelvis dan False Pelvis Wanita Dewasa ... 5

Gambar 2.3. Jenis-jenis pelvis ... 6

Gambar 2.4. Bidang-bidang Hodge ... 7

Gambar 2.5. Anatomi Uterus dan Serviks ... 8

Gambar 2.6. Posisi Ibu ... 12

Gambar 2.7. Langkah-langkah Resusitasi Bayi Baru Lahir ... 25

Gambar 5.1. Diagram Batang Distribusi Jenis Persalinan Berdasarkan Usia. 32

Gambar 5.2. Diagram Batang Distribusi Skor APGAR pada Menit Pertama. 33

(67)

DAFTAR SINGKATAN

AKB Angka Kematian Bayi

APGAR Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration

ASA American Society of Anesthesiologists

BBL Bayi Baru Lahir

JAMPERSAL Jaminan Persalinan

MDGs Millennium Development Goals

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

SPSS Statistical Products and Service Solutions

(68)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Log book bimbingan proposal skripsi

Lampiran 2 Surat Persetujuan Komisi Etik

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan

Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 5 Riancian Biaya

Lampiran 6 Log book bimbingan hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah

Gambar

Gambar 5.1. Diagram Batang Distribusi Jenis Persalinan
Gambar  5.2. Diagram Batang Distribusi Skor APGAR pada Menit
Tabel 5.1. Uji Normalitas Skor APGAR Menit Ke-1 dan Ke-5 Terhadap
Gambar 2.1. Anatomi pelvis (Paulsen  & Waschke, 2013)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus 2010 terhadap 48 data rekam medik di RSUP Haji Adam Malik Medan yang meliputi identitas sampel, kadar hemoglobin

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah semua anak yang tercatat di rekam medis sebagai penderita hernia inguinalis, baik direk maupun indirek, anak umur 0 hari – 18 tahun,

Data yang digunakan merupakan data rekam medis pasien yang menderita vitiligo di RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan tidak

Pada penelitian ini yang menjadi populasi target adalah pasien DM yang menerima terapi antidiabetes, yang kemudian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi akan didapatkan

Rancangan penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif.Teknik pengambilan sampel dengan total sampling sebanyak 69 bayi.Data diambil dengan meninjau hasil catatan rekam

subjek penelitian dari kelompok penderita jantung koroner yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah 42 orang, sehingga total data subjek penelitian yang dapat diolah

Seluruh staf pegawai rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah banyak membantu saya selama penelitian ini.. Seluruh saudara-saudara saya terimakasih atas doa, semangat

bulan Oktober - November 2016 di RSUP Haji Adam Malik dengan cara pencatatan data sekunder yang berasal dari rekam medis, sampel yang digunakan 43 orang.. Sampel penelitian