Lampiran 1
No. Kuesioner : KUESIONER
PENGARUH STRES KERJA DAN KONFLIK KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN
PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA II KEBUN KLUMPANG
Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak-Bapak untuk mengisi kuesioner yang diberikan. Informasi yang diberikan merupakan bantuan yang sangat berarti dalam menyelesaikan penelitian ini. Atas bantuan dan perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
A. IDENTITAS RESPONDEN
Lingkari pada jawaban yang paling sesuai :
Usia : 1) 40-44 tahun 2) 45-49 tahun 3) 50-54 tahun Tingkat Pendidikan : 1) SD 2) SMP 3) SMA
Lama Bekerja : 1) 10-14 tahun 2) 15-19 tahun 3) >20 tahun Jumlah Anak : 1) 1-2 orang 2) 3-4 orang 3) 5-6 orang
B. PETUNJUK PENILAIAN
Dalam skala ini tidak ada penilaian benar atau salah, jawaban yang paling baik adalah yang sesuai dengan diri Anda.
No. Pilihan jawaban Skor
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (S) 4
3 Kurang Setuju (KS) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
Berikan centang () pada jawaban yang paling sesuai dengan pendapat Anda.
I. Variabel Stres Kerja (X1)
No. Pernyataan Beban Kerja SS S KS TS STS 1. Saya berusaha bekerja melebihi target
2. Saat mengerjakan pekerjaan borong, saya tidak sempat beristirahat sehingga lelah
No. Pernyataan Waktu Kerja SS S KS TS STS 1. Dalam mengerjakan pekerjaan borong,
saya selalu dikejar waktu
2. Waktu istirahat dengan jam kerja tidak sebanding
3. Harus bekerja lebih dari jam kerja, agar pekerjaan selesai susai target No. Pernyataan Pengaruh
Kepemimpinan
SS S KS TS STS
1. Saya tidak mempunyai wewenang untuk melaksanakan tanggung jawab pekerjaan saya
II. Variabel Konflik Kerja (X2)
No. Pernyataan Faktor Komunikasi SS S KS TS STS 1. Arahan kerja dari mandor/asisten
terkadang saya abaikan
2. Saya sering ditegur oleh atasan saat hasil kerja tidak sesuai atau bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kerja borong
No. Pernyataan Konflik Personal SS S KS TS STS 1. Sikap dan bicara saya terkadang membuat
karyawan lain tersinggung
III. Variabel Semangat Kerja (Y)
No. Pernyataan Sikap SS S KS TS STS
1. Terkadang saya suka absen saat mengerjakan pekerjaan borong
2. Dalam melaksanakan pekerjaan, saya mampu membangun kerja sama yang baik
No. Pernyataan Kepuasan Kerja SS S KS TS STS 1. Saya menjalin hubungan yang baik
dengan sesama rekan kerja diluar pekerjaan
2. Saya berusaha untuk tidak terlibat konflik dengan atasan saya
3. Apa yang sudah menjadi tanggung jawab saya, tidak mudah saya laksanakan dengan sungguh-sungguh
No. Pernyataan Displin SS S KS TS STS
1. Saya suka hadir tidak tepat waktu pada saat mengerjakan pekerjaan borong 2. Apabila ada pekerjaan borong yang
Lampiran 2
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.900 17
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
VAR00001 2.6333 .49013 30
VAR00002 3.8333 .53067 30
VAR00003 3.5333 .50742 30
VAR00004 4.0000 .45486 30
VAR00005 4.1333 .68145 30
VAR00006 4.2333 .43018 30
VAR00007 3.9667 .55605 30
VAR00008 4.4000 .49827 30
VAR00009 4.1333 .68145 30
VAR00010 4.1667 .59209 30
VAR00011 4.3000 .53498 30
VAR00012 2.6333 .49013 30
VAR00013 3.4000 .49827 30
VAR00014 3.3333 .60648 30
VAR00015 3.5333 .50742 30
VAR00016 3.9667 .55605 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 60.2000 29.269 .549 .895
VAR00002 59.0000 28.759 .594 .893
VAR00003 59.3000 29.734 .439 .898
VAR00004 58.8333 29.799 .486 .897
VAR00005 58.7000 27.045 .693 .889
VAR00006 58.6000 29.766 .526 .896
VAR00007 58.8667 29.016 .517 .896
VAR00008 58.4333 28.461 .698 .890
VAR00009 58.7000 27.045 .693 .889
VAR00010 58.6667 28.023 .645 .891
VAR00011 58.5333 29.568 .441 .898
VAR00012 60.2000 29.269 .549 .895
VAR00013 59.4333 29.357 .521 .896
VAR00014 59.5000 28.121 .611 .893
VAR00015 59.3000 29.734 .439 .898
VAR00016 58.8667 29.016 .517 .896
Lampiran 3
Distribusi Jawaban Responden
Responden Stres
Kerja
Total Konflik
Kerja
Total Semangat
Kerja
Total
Lampiran 4
Analisis Deskriptif Variabel
VAR00001
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
2.00 30 37.5 37.5 37.5
3.00 50 62.5 62.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
VAR00002
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
3.00 22 27.5 27.5 27.5
4.00 54 67.5 67.5 95.0
5.00 4 5.0 5.0 100.0
Total 80 100.0 100.0
VAR00003
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
3.00 31 38.8 38.8 38.8
4.00 49 61.3 61.3 100.0
Total 80 100.0 100.0
VAR00004
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
3.00 10 12.5 12.5 12.5
4.00 62 77.5 77.5 90.0
5.00 8 10.0 10.0 100.0
Total 80 100.0 100.0
VAR00005
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
3.00 13 16.3 16.3 16.3
4.00 45 56.3 56.3 72.5
5.00 22 27.5 27.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
VAR00006
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
3.00 2 2.5 2.5 2.5
4.00 57 71.3 71.3 73.8
VAR00007
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
3.00 17 21.3 21.3 21.3
4.00 54 67.5 67.5 88.8
5.00 9 11.3 11.3 100.0
Total 80 100.0 100.0
VAR00008
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
3.00 5 6.3 6.3 6.3
4.00 49 61.3 61.3 67.5
5.00 26 32.5 32.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
VAR00009
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
3.00 15 18.8 18.8 18.8
4.00 50 62.5 62.5 81.3
5.00 15 18.8 18.8 100.0
Total 80 100.0 100.0
VAR00010
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
3.00 9 11.3 11.3 11.3
4.00 53 66.3 66.3 77.5
5.00 18 22.5 22.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
VAR00011
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
3.00 14 17.5 17.5 17.5
4.00 49 61.3 61.3 78.8
5.00 17 21.3 21.3 100.0
Total 80 100.0 100.0
VAR00012
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
2.00 27 33.8 33.8 33.8
3.00 43 53.8 53.8 87.5
4.00 10 12.5 12.5 100.0
VAR00013
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
3.00 51 63.8 63.8 63.8
4.00 29 36.3 36.3 100.0
Total 80 100.0 100.0
VAR00014
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
2.00 4 5.0 5.0 5.0
3.00 46 57.5 57.5 62.5
4.00 30 37.5 37.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
VAR00015
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
3.00 19 23.8 23.8 23.8
4.00 55 68.8 68.8 92.5
5.00 6 7.5 7.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
VAR00016
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
3.00 16 20.0 20.0 20.0
4.00 54 67.5 67.5 87.5
5.00 10 12.5 12.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
VAR00017
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
2.00 25 31.3 31.3 31.3
3.00 42 52.5 52.5 83.8
4.00 13 16.3 16.3 100.0
Lampiran 5
Hasil Uji Asumsi Klasik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 80
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 1.69990218
Most Extreme Differences
Absolute .076
Positive .051
Negative -.076
Kolmogorov-Smirnov Z .680
Asymp. Sig. (2-tailed) .745
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
2. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 6.028 2.857 2.110 .038
3. Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 2.242 1.611 1.392 .168
Stres Kerja .010 .093 .015 .103 .919
Konflik Kerja -.065 .092 -.105 -.713 .478
Lampiran 6
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 6.028 2.857 2.110 .038
Stres Kerja .489 .165 .349 2.958 .004
Konflik
Kerja .441 .163 .320 2.714 .008
a. Dependent Variable: Semangat Kerja
Lampiran 7
Hasil Uji Hipotesis
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 132.466 2 66.233 22.340 .000b
Residual 228.284 77 2.965
Total 360.750 79
a. Dependent Variable: Semangat Kerja
b. Predictors: (Constant), Konflik Kerja, Stres Kerja
2. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 6.028 2.857 2.110 .038
Stres Kerja .489 .165 .349 2.958 .004
Konflik Kerja .441 .163 .320 2.714 .008
3. Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .606a .367 .351 1.72184
DAFTAR PUSTAKA BUKU:
Badriyah, Mila, 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia, Pustaka Setia, Bandung.
Erlina, 2011.Metode Penelitian,USU Press, Medan.
Handoko, T. Hani, 2012. Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu S. P, 20013. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Bumi aksara, Jakarta.
Jogiyanto, 2004. Metodelogi Penelitian Bisnis, BPFE, Yogyakarta.
Lubis, Ade Fatma, Arifin Akhmad dan Firmansyarif, 2007. Aplikasi SPSS Untuk Penyusunan Skripsi dan Tesis, USU Press, Medan.
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Munandar, A.S, Bertina Sjabadhyni dan Rufus Patty, 2004. Peran Budaya
Organisasi dalam Peningkatan Unjuk Kerja Perusahaan, Fakultas
Psikologi UI, Depok.
Rivai, Veithzal dan Ella Sagala, 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Rajawali Pers, Jakarta.
Robbins, Stephen P. dan Judge, 2008. Perilaku Organisasi, Edisi dua belas, Salemba Empat, Jakarta.
Sastrohadiwiryo, B. Siswanto, 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta.
Siagian, Siondang. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Bisnis, CV Alfabeta, Bandung.
Sule, Tisnawati dan Kurniawan Saefullah, 2005. Pengantar Manajemen, Kencana, Jakarta.
Situmorang, Syafrizal Helmi dan Muslich Lufti, 2014. Analisis Data Untuk Riset Manajemen dan Bisnis Edisi 3, USU Press, Medan.
ARTIKEL DAN JURNAL:
Ananta, 2008. “Hubungan Lingkungan Kerja Dengan Semangat Kerja Pegawai Kantor Badan Pusat Statistik Kota Surabaya”, Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, Volume 8 Nomor 1, hal 1-7.
Adnyani, I.G, 2008. “Membina Semangat Kerja untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja Karyawan”, Buletin Studi Ekonomi, Volume 13 Nomor 2, hal 203-209.
Anonim, 2011. Pedoman Kultur Teknis Tembakau Deli. PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa.
Darmawan, Didit, 2008. “Variabel Semangat Kerja dan Indikator Pengukurannya”. Program Pascasarjana STIE Mahardhika, Surabaya. Febriana, Silvia, 2013. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja”, Jurnal
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin,
Volume 1 Nomor 1, hal 24-28.
Jamil, Imran, 2014. “The Impact of The Job Stress, Job Autonomy, and Working
Conditions on Employee Satisfaction”, International Journal Department
of Management Sciences, The Islamia University of Bahawalpur, Pakistan, Volume 4 Nomor 2, hal 196-207.
Mulyadi, 2012. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan BAPPEDA Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Radzali, Farah Mardiana, Aminah Ahmad dan Zoharah Omar, 2013. “Workload,
Job Stress, Family-To-Work Conflict and Deviant Workplace Behavior”,
International Journal, University Putra Malaysia, Malaysia, Volume 3
Nomor 12, hal 109-115.
Sutanto, Eddy Madiono, 2000. “Peranan Gaya Kepemimpinan yang Efektif dalam Upaya Meningkatkan Semangat dan Kegairahan Kerja Karyawan di Toserba Sinar Mas Sidoarjo”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 2 Nomor 2, hal 29-42.
Septianina, Hayfa, 2014. “Pengaruh Konflik Terhadap Semangat Kerja Karyawan Pada CV. Usaha Jaya Banjarmasin”, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah, Malang.
SKRIPSI:
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:5), jenis-jenis penelitian secara umum dikelompokan menurut “bidang, tujuan, tingkat ekspalanasi, dan waktu”. Jenis
penelitian ini adalah penelitian menurut tingkat eksplanasi, dimana penelitian ini dapat dikaji menurut tingkatannya yang didasarkan pada tujuan objek-objeknya. Pada tingkatan eksplanasi, penelitian ini termasuk kedalam penelitian asosiatif, yakni penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih untuk melihat pengaruh antar variabel yang terumus pada hipotesis penelitian, yaitu stres kerja dan konflik kerja terhadap variabel semangat kerja karyawan tembakau pada PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada PT Perkebunan Nusantara II yang berlokasi di Desa Klumpang, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang ± 30 km dari kota Medan. Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2015 sampai Maret 2016.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan penelitian yang dilakukan.
1. Penelitian ini hanya dibatasi pada seluruh karyawan tanam tembakau pada PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang.
2. Variabel Independen (X) yaitu Stres Kerja (X1), dan Konflik Kerja (X2).
3. Variabel Dependen (Y) yaitu Semangat Kerja (Y) Karyawan Tembakau Pada PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang.
3.4 Definisi Operasional
Menurut Erlina (2011:48), definisi operasional adalah “menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian”. Pengertian operasional variabel ini kemudian diuraikan menjadi sebagai berikut:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi Dimensi Indikator Skala
Stres Kerja (X1)
suatu keadaan dimana karyawan mengalami ketegangan karena adanya kondisi-kondisi yang mempengaruhi dirinya. Kondisi-kondisi tersebut dapat ditimbulkan dari dalam diri karyawan rnaupun dari lingkungan diluar diri
karyawan PT
Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang
Beban Kerja
Waktu Kerja
Pengaruh Kepemimpinan
1. Target atau tuntutan perusahaan yang terlalu tinggi
2. Kelelahan yang muncul di tempat kerja
1. Tekanan atau desakan waktu
2. Waktu Istirahat 3. Tenggat waktu
1. Kewenangan yang diberikan atasan
Lanjutan Tabel 3.1
Variabel Definisi Dimensi Indikator Skala
Konflik Kerja
(X2)
Suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh karyawan terhadap dirinya, orang lain, organisasi dengan kenyataan apa yang diharapkannya pada karyawan PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang
Faktor Komunikasi
Konflik Personal
1. Tidak patuh terhadap arahan kerja dari atasan
2. Selalu mendapat teguran terhadap hasil kerja
1. Sikap dan bicaranya tidak dijaga
2. Perselisihan dengan rekan kerja
Likert
Semangat Kerja
(Y)
Melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga pekerjaan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik pada karyawan tembakau PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang
Sikap
Kepuasan Kerja
Disiplin
1. Tingkat absensi karyawan 2. Kerja sama
1. Rekan kerja 2. Atasan 3. Pekerjaan
1. Masuk kerja tepat waktu 2. Mempercepat pekerjaan
tanpa melupakan kualitas kerja
Likert
Sumber: Handoko (2012), Robbins (2008), Sule dan Saefullah (2005), dan Nitisemito (2008) (data diolah)
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert menurut Erlina (2011:51) yaitu “skala yang digunakan untuk mengukur respons subjek berupa sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok kejadian atau gejala sosial ke dalam 5 poin skala dengan interval yang sama”.
Tabel 3.2
Pengkururan Skala Likert
No Alternatif Jawaban Skor
1. Sangat Setuju (SS) 5
2. Setuju (S) 4
3. Netral (N) 3
4. Tidak Setuju (TS) 2
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi
Populasi menurut Ridwan dan Kuncoro (dalam Erlina, 2011:80) adalah “wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan tanam
tembakau pada PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang berjumlah 100 orang.
3.6.2 Sampel
Sampel menurut Erlina (2011:81) adalah “bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karaktersitik populasi”. Untuk menghitung penentuan
jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan, maka digunakan rumus Slovin sebagai berikut:
n = + N eN ²
Dimana:
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
e = taraf kesalahan, dalam penelitian ini digunakan α = 5%
ukuran sampel. Jumlah sampel yang digunakan adalah 80 orang, dengan perhitungan di atas maka :
n = + , 5 2
= 80 orang
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling dikarenakan populasi yang dijadikan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.
3.7 Jenis data
Penelitian ini menggunakan data sebagai berikut:
1. Menurut Umar (2008:42), data primer merupakan “data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan peneliti”. Data primer dari penelitian ini diperoleh dari responden dengan memberikan kuesioner/daftar pertanyaan kepada karyawan tembakau pada PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Angket (Kuesioner)
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan sejumlah daftar pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab.
2. Observasi Langsung
Peneliti melakukan observasi langsung untuk mendapatkan informasi mengenai responden di lapangan.
3. Studi Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan data melalui buku, jurnal dan internet yang menjadi bahan referensi pendukung bagi peneliti.
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1 Uji Validitas
Menurut Jogiyanto (2004:120), validitas menunjukkan “seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk melakukan tugasnya mencapai sasarannya”.
Menurut Situmorang dan Lutfi (2014:89) “pada penelitian ini untuk nilai r hitung pada Corrected Item-Total Correlation dibandingkan dengan table r (0,361), jika nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari 0,361, maka butir dinyatakan Valid. Begitu juga sebaliknya”.
Windows. Kriteria dalam menentukan validitas suatu kueisioner adalah sebagai berikut:
1. Jika rhitung > rtabel maka pertanyaan tersebut valid.
2. Jika rhitung < rtabel maka pertanyaan tersebut tidak valid.
Penyebaran kuesioner khusus dalam uji validitas dan reliabilitas diberikan kepada 30 responden diluar sampel penelitian yaitu kepada karyawan tembakau PT.Perkebunan Nusantara II Kebun Buluh Cina. Adapun hasil pengolahan dari uji validitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Uji Validitas Item-Total Statistics Scale Mean
if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 60.2000 29.269 .549 .895
VAR00002 59.0000 28.759 .594 .893
VAR00003 59.3000 29.734 .439 .898
VAR00004 58.8333 29.799 .486 .897
VAR00005 58.7000 27.045 .693 .889
VAR00006 58.6000 29.766 .526 .896
VAR00007 58.8667 29.016 .517 .896
VAR00008 58.4333 28.461 .698 .890
VAR00009 58.7000 27.045 .693 .889
VAR00010 58.6667 28.023 .645 .891
VAR00011 58.5333 29.568 .441 .898
VAR00012 60.2000 29.269 .549 .895
VAR00013 59.4333 29.357 .521 .896
VAR00014 59.5000 28.121 .611 .893
VAR00015 59.3000 29.734 .439 .898
VAR00016 58.8667 29.016 .517 .896
VAR00017 60.2000 29.269 .549 .895
Pada tabel tersebut terlihat seluruh pernyataan valid, karena pada Tabel 3.3 menunjukkan bahwa nilai pada Corrected Item-Total Correlation diatas 0.361, sehingga dapat dinyatakan tujuh belas butir instrumen dalam penelitian ini valid.
3.9.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukan akurasi dan ketepatan dari pengukurnya. Reliabilitas berhubungan dengan akurasi dari pengukurannya. Suatu pengukur dikatakan reliabel dikatakan dapat dipercaya, maka hasil dari pengukuran harus akurat dan konsisten. Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda (Jogiyanto, 2004:120).
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,8 reliabilitas sangat baik/sangat meyakinkan, 0,7 < Cronbach Alpha < 0,8 reliabilitas baik, dan Cronbach Alpha < 0,7 reliabilitas kurang meyakinkan (Situmorang dan Lufti, 2014:92).
Penelitian ini menggunakan alat kuesioner dengan pengujian reliabilitas menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows. Kriterianya sebagai berikut:
1. Jika rhitung > rtabel maka pernyataan tersebut reliabel.
2. Jika rhitung < rtabel maka pernyataan tersebut tidak reliabel.
Tabel 3.4 Uji Reliabilitas
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2016) Reliability Statistics Cronbach's
Alpha
N of Items
Berdasarkan Tabel 3.4 dapat dilihat Cronbach's Alpha > 0.8 maka dinyatakan reliabilitas sangat baik.
3.10 Teknik Analisis Data 3.10.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah statistik yang menggambarkan fenomena atau karakteristik data. Dalam suatu penelitian, analisis deskriptif perlu dilakukan karena karakteristik dari suatu data akan menggambarkan fenomena dari data.
3.10.2 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Erlina, 2011:100). Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan histogram, grafik, dan Kolmogorv-Smirnov dengan menggunakan tingkat signifikan 5%.
2. Uji Multikolinearitas
Ketentuan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas menurut (Lubis dkk, 2007:32) yaitu:
a. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai
Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari
multikolinieritas. VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 0 maka Tolerance = 1/10 = 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance.
b. Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang dari 0,70, maka model dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik multikolinieritas. Jika lebih dari 0,7 maka diasumsikan terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel independen sehingga terjadi multikolinieritas. 3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, disebut homoskedastisitas, sementara itu, untuk varians yang berbeda disebut heteroskedastisitas (Umar, 2008:179).
Cara memprediksinya menurut Lubis dkk (2007:34) adalah jika pola gambar Scatterplot model tersebut sebagai berikut:
a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan grafik Scatterplot dan statistik melalui uji Glejser dengan menggunakan tingkat signifikan 5%.
3.10.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Metode regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan dari variabel independen, yaitu stres kerja (X1), konflik kerja (X2),
terhadap variabel dipenden yaitu semangat kerja (Y). Data diolah dengan menggunakan program SPSS for Windows. Model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e Dimana:
Y = Semangat Kerja a = Konstanta
b1-b2 = Koefisien Regresi
X1 = Stres Kerja
X2 = Konflik Kerja
e = Standart Error
3.10.4 Uji Hipotesis
1. Uji Signifikansi Simultan / Uji Serentak (Uji F)
signifikan terhadap variabel dipenden (Y) secara simultan. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
H0 : b1 = b2 = 0
Artinya secara simultan tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel independen yaitu stres kerja (X1), konflik kerja (X2), terhadap
variabel dependen yaitu semangat kerja (Y). Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0
Artinya secara simultan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel independen yaitu stres kerja (X1), konflik kerja (X2), terhadap variabel
dependen yaitu semangat kerja (Y).
Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: a. H0 diterima jika Fhitung< Ftabelpada α = 5%.
b. H0 ditolak jika Fhitung> Ftabelpada α = 5%.
2. Uji Signifikansi Parsial / Uji Individual (Uji-t)
Uji-t bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen (Lubis dkk, 2007:51).Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
H0 : bi = 0
Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel independen yaitu stres kerja (X1), konflik kerja (X2), terhadap
Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel independen yaitu stres kerja (X1), konflik kerja (X2), terhadap variabel
dependen yaitu semangat kerja (Y).
Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: a. H0 diterima apabila thitung< ttabelpada α = 5%.
b. Ha diterima apabila thitung> ttabelpada α = 5%.
3. Koefisien Determinasi (R2)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum PT Perkebunan Nusantara II (Persero)
Perkebunan pertama kali muncul akibat dari perubahan politik kolonial pada pertengahan abad ke-19. Dengan munculnya Undang-Undang Pokok Agrarian (UUPA) pada tahun 1870 yang secara resmi merupakan masa berakhirnya tanam paksa di pulau Jawa yang mengakibatkan transisi liberalisme yang tidak terkendali. Orientasi yang menunjukkan kebijaksanaan baru atas sumber-sumber alam di Nusantara dan kemudian menarik minat kaum kapitalis Erropa.
Selanjutnya perkebunan di pulau Jawa berangsur-angsur meluas. Akan tetapi karena semakin bertambahnya jumlah penduduk, sumber-sumber tanah semakin sulit diperoleh sehingga pembukaan lahan baru perkebunan dialihkan keluar pulau Jawa yaitu pulau Sumatera yang masih banyak memiliki lahan kosong dan tersedianya petani sebagai pekerja.
Perkebunan ini pada awalnya dikelola dan didirikan oleh orang Belanda dengan jenis tanaman tembakau. Setelah diambil alih oleh pemerintah nama perkebunan ini adalah Perusahaan Perkebunan Negara (1960). Seiring dengan waktu yang terus berputar serta semakin berkurangnya penghasilan tanaman tembakau, pihak-pihak perkebunan mengganti jenis tanaman menjadi coklat pada tahun 1977 dan pada tahun 1985-1989 nama perkebunan berubah menjadi PPN Baru. Tahun 1990 nama perkebunan ini menjadi PTP IX dan akhirnya pada tahun 2000 areal perkebunan Marindal I berubah menjadi PTPN II sampai sekarang nama tersebut masih dipakai oleh pihak perkebunan.
Areal lahan PTPN II sangat luas dan terbagi menjadi beberapa dareah seperti: Marindal, Selambo, Cemara Asri, di Langkat, Batang Kuis, Seintis dan bahkan masih banyak lagi areal HGU PTPN II di Sumatera Utara. Areal lahan perkebunan PTPN II khususnya Marendal I memiliki luas 1710 hektar, sehingga memerlukan banyak tenaga kerja, dimana para pekerja banyak didatangkan dari pulau Jawa dan lain sebagainnya. Para pekerja difasilitasi rumah pondok dan gaji yang bisa dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Berawal pada tahun 1863 seorang turunan Arab bernama Said Abdullah bin Umar Bilsagih telah mengajak rekan-rekan dagang bangsa Belanda untuk menanam tembakau di Tanah Deli. Pedagang tembakau yang pertama sekali tertarik untuk menanam tembakau di Deli adalah Firma J.F van Leeuwen, dan mengirim pegawainya antara lain Tuan Jacobus Nienhuys untuk datang ke Deli dengan kapal “Josephine” milik Firma van Leeuwen Mains & Co. Tujuan utama
mengenai penanaman tembakau di Deli, sebagai tindak lanjut informasi yang disampaikan oleh Tuan Abdullah.
Usaha penanaman tembakau ini pada awalnya gagal dan mengalami kerugian cukup besar. Kemudian tim expedisi membuat laporan awal yang menyatakan bahwa “Deli adalah dataran rendah yang berawa-rawa yang sebagian
ditutupi hutan-hutan primer yang tidak dapat dijelajahi oleh manusia dan orang-orang pribumi yang tinggal di tepi-tepi sungai membiarkan hutan-hutannya didiami oleh monyet, badak, harimau, buaya dan binatang buas lainnya serta adanya penyakit malaria. Mendengar laporan ini maka Firma J. F van Leeuwen menarik diri dari usaha penanaman tembakau di Deli. Hampir semua anggota expedisi pulang kembali ke Jawa, tetapi J. Nienhuys merasa yakin usahanya akan berhasil, ia meneruskan usahanya dan meminta bantuan biaya dari Tuan P van Den Arend.
Setelah nasionalisasi semua perusahaan perkebunan Belanda di Indonesia pada tahun 1957, maka perkebunan-perkebunan tembakau yang ada di Sumatera Utara (eks Keresidenan Sumatera Timur) dilebur ke dalam PTPN IX (Perseroan Terbatas Perkebunan Negara IX). Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Agraria RI No. 24/HGU/1965 tanggal 10 Juni 1965, PTPN IX mempunyai areal Hak Guna Usaha (HGU) seluas 59.000 ha yang membentang dari Sei Wampu di Kabupaten Langkat sampai Sei Ular di Kabupaten Deli Serdang.
laporan resmi mengindikasikan bahwa 170 perkebunan besar dan kecil yang ada di tahun 1889 menjadi hanya tinggal 22 di tahun 1959.
Hingga tahun 1971, semua kebun yang disebutkan di atas masih menanam tembakau. Hanya saja untuk memperkecil risiko pengelolaan monokultur dan lebih memeratakan pendapatan sepanjang tahun, mulailah dilakukan diversifikasi tanaman. Maka, sejak tahun 1982 di bekas lahan tembakau yang sengaja dihutankan 5-6 tahun, mulai ditanami tebu secara bergantian. Di sejumlah tempat, tembakau sudah digantikan coklat dan kelapa sawit secara permanen.
Diversifikasi ini kemudian mendapat legitimasi dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1996, yang menetapkan PTPN II Tanjung Morawa mengelola budidaya tembakau, kelapa sawit, kakao, karet dan tebu. Peraturan Pemerintah tersebut juga sekaligus menetapkan PTPN IX dilebur menjadi PTPN II. Pada masa penanaman tahun berikutnya, hanya ada 12 kebun yang masih melakukan penanaman tembakau
II dengan PN Perkebunan Sawit Seberang. Pendirian perusahaan ini dilakukan dalam rangka pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang No. 9 tahun 1969, Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan dan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1975.
Pada tahun 1984 menurut Keputusan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham, Akte Pendirian tersebut diatas telah dirubah dan diterangkan dalam Akte Notaris Imas Fatimah Nomor 94 tanggal 13 Agustus 1984 yang kemudian diperbaiki dengan Akte Nomor 26 tanggal 8 Maret 1985 dengan persetujuan Menteri Kehakiman Nomor C2-5013-HT.0104 tahun 1985 tanggal 14 Agustus 1985. Sesuai dengan Keputusan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham tanggal 20 Desember 1990 Akte tersebut mengalami perubahan kembali dengan Akte Notaris Imas Fatimah Nomor 2 tanggal 1 April 1991 dengan persetujuan Menteri Kehakiman Nomor C2-4939-HT.01.04TH-91 tanggal 20 September 1991.
PT Perkebunan Nusantara II (Persero), disingkat PTPN II, dibentuk berdasarkan PP No. 7 Tahun 1996, tanggal 14 Pebruari 1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan penggabungan kebun-kebun di Wilayah Sumatera Utara dari eks PTP II dan PTP IX. Selain itu dikembangkan juga tanaman kelapa sawit di wilayah Irian Jaya.
4.1.1 Sejarah Singkat Unit Kebun Klumpang
Kebun Klumpang dibuka pada tahun 1875 oleh Nienhuys bersama Jamnsen P.W.Clemem dan Cremer yang mendirikan perusahaan bernama De Deli Maatschappij. Setelah kemerdekaan, kemudian dinasionalisasikan pada tahun 1958. Kebun Klumpang memiliki sertifikat dengan No.108/Klumpang Kebun dan hak usahanya berakhir pada 19 Juni 2028. Luas wilayah PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang adalah 2.034 Ha. Jenis Komoditi yang diusahakan Kebun Klumpang antara lain:
a. Tebu : 556,30 Ha
b. Tembakau : 80 Ha c. Kelapa Sawit : 284 Ha
4.1.2 Nilai Budaya, Visi, dan Misi PT Perkebunan Nusantara II a. Nilai Budaya
Dari perusahaan perkebunan menjadi perusahaan multi usaha berdaya saing tinggi.
c. Misi Perusahaan
Mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya dan usaha, memberikan kontribusi optimal, menjaga kelestarian dan pertambahan nilai.
4.1.3 Struktur Organisasi
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang Sumber: PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Deskriptif Respoden
Tabel 4.1 Identitas Responden
No. Karakteristik Jumlah
Responden (Karyawan)
Persentase (%)
1. Usia
(Tahun)
40-44 11 13,8
45-49 27 33,8
50-54 42 52,5
Jumlah 80 100
2. Pendidikan SD 0 0
SMP 52 65
SMA 28 35
Jumlah 80 100
3. Lama Bekerja (Tahun)
10-14 10 1,3
15-19 14 17,5
>20 65 81,3
Jumlah 80 100
4. Jumlah Anak 1-2 12 15
3-4 46 57,5
5-6 22 27,5
Jumlah 80 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Kuesioner), 2016 Berdasarkan Tabel 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa:
a. Karakteristik responden berdasarkan usia, mayoritas karyawan berusia 50-54 tahun berjumlah 42 orang responden (52,5%), hal ini menunjukkan bahwa karyawan tembakau pada PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang adalah karyawan yang masih produktif, akan tetapi kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan borong yang membutuhkan tenaga lebih cenderung sudah berkurang dibanding dengan usia dibawah 50 tahun.
c. Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja, mayoritas karyawan bekerja diatas 20 tahun berjumlah 65 orang responden (81,3%), hal ini menunjukkan bahwa karyawan tembakau pada PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang adalah karyawan yang berpengalaman dalam mengerjakan pekerjaan borong tanam tembakau.
d. Untuk karakteristik responden berdasarkan jumlah anak, mayoritas karyawan memiliki 3-4 anak berjumlah 46 orang responden (57,5%). Dan dari hasil wawancara dengan karyawan, usia anak karyawan berkisar diatas 20 tahun. Dalam hal ini seharusnya bantuan tenaga untuk penyelesaian pekerjaan borong tidak menjadi hambatan.
4.2.2 Jawaban Responden Atas Variabel Penelitian
Setelah mengetahui karakteristik responden penelitian, berikut ini akan ditampilkan hasil olahan data primer yang merupakan deskriptif penelitian berdasarkan pendapat responden. Secara deskriptif persentase hasil penelitian setiap dimensi faktor yang mempengaruhi semangat kerja karyawan tembakau pada PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang:
[image:42.595.86.568.604.733.2]1. Variabel Stres Kerja (X1)
Tabel 4.2
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variabel Stres Kerja
NO. Pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS)
Tidak Setuju
(TS)
Kurang Setuju
(KS)
Setuju (S)
Sangat Setuju (SS)
Total
F % F % F % F % F % F %
1. Berusaha bekerja melebihi target
Lanjutan Tabel 4.2
NO. Pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS) Tidak Setuju (TS) Kurang Setuju (KS) Setuju (S) Sangat Setuju (SS) Total
F % F % F % F % F % F %
2. Saat mengerjakan pekerjaan borong, tidak sempat beristirahat sehingga lelah
0 0 0 0 22 27.5 54 67.5 4 5.0 80 100
3. Dalam mengerjakan pekerjaan borong, selalu dikejar waktu
0 0 0 0 31 38.8 49 61.3 0 0 80 100
4. Waktu istirahat dengan jam kerja tidak sebanding
0 0 0 0 10 12.5 62 77.5 8 10.0 80 100
5. Harus bekerja lebih dari jam kerja, agar pekerjaan selesai susai target
0 0 0 0 13 16.3 45 56.3 22 27.5 80 100
6. Tidak mempunyai wewenang untuk melaksanakan tanggung jawab pekerjaan
0 0 0 0 2 2.5 57 71.3 21 26.3 80 100
Sumber: Hasil Pengolahan data primer dengan SPSS (2016)
Hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 80 orang responden untuk variabel stres kerja pada Tabel 4.2, yaitu:
a. Pada pernyataan pertama (Saya berusaha bekerja melebihi target) tidak ada responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju, 50 responden (62.5%) menyatakan kurang setuju, 30 responden (37.5%) menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju.
(27.5%) menyatakan kurang setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.
c. Pada pernyataan ketiga (Dalam mengerjakan pekerjaan borong, saya selalu dikejar waktu) tidak ada responden yang menyatakan sangat setuju, 49 responden (61.3%) menyatakan setuju, 31 responden (38.8%) menyatakan kurang setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.
d. Pada pernyataan keempat (Waktu istirahat dengan jam kerja tidak sebanding) sebanyak 8 responden (10.0%) menyatakan sangat setuju, 62 responden (77.5%) menyatakan setuju, 10 responden (12.5%) menyatakan kurang setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.
e. Pada pernyataan kelima (Harus bekerja lebih dari jam kerja, agar pekerjaan selesai susai target) sebanyak 22 responden (27.5%) menyatakan sangat setuju, 45 responden (56.3%) menyatakan setuju, 13 responden (16.3%) menyatakan kurang setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.
Berdasarkan hasil distribusi jawaban responden terhadap Stres Kerja (X1)
dapat disimpulkan bahwa jawaban yang paling dominan menyatakan sangat setuju terdapat pada pernyataan kelima yaitu “harus bekerja lebih dari jam kerja, agar
pekerjaan selesai susai target”, dimana sebanyak 22 responden atau sekitar 27.5% menyatakan sangat setuju. Sementara jawaban yang paling dominan setuju terdapat pada pernyataan keempat yaitu “waktu istirahat dengan jam kerja tidak
sebanding”, dimana sebanyak 62 responden atau sekitar 77.5% menyatakan
setuju. Jawaban yang paling dominan menyatakan kurang setuju terdapat pada pernyataan pertama yaitu “saya berusaha bekerja melebihi target”, dimana
sebanyak 50 responden atau sekitar 62.5% menyatakan kurang setuju. Sedangkan jawaban yang dominan menyatakan tidak setuju juga terdapat pada pernyataan pertama yaitu “saya berusaha bekerja melebihi target”, dimana sebanyak 30
responden atau sekitar 37.5% menyatakan tidak setuju. Untuk keenam pernyataan diatas tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju.
[image:45.595.89.576.535.687.2]2. Variabel Konflik Kerja (X2)
Tabel 4.3
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variabel Konflik Kerja
NO. Pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS)
Tidak Setuju (TS)
Kurang Setuju
(KS)
Setuju (S)
Sangat Setuju (SS)
Total
F % F % F % F % F % F %
1. Arahan kerja dari mandor/asisten terkadang diabaikan
Lanjutan Tabel 4.3
NO. Pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS) Tidak Setuju (TS) Kurang Setuju (KS) Setuju (S) Sangat Setuju (SS) Total
F % F % F % F % F % F %
2. Sering ditegur oleh atasan saat hasil kerja tidak sesuai atau bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kerja borong
0 0 0 0 5 6.3 49 61.3 26 32.5 80 100
3. Sikap dan bicara terkadang membuat karyawan lain tersinggung
0 0 0 0 15 18.8 50 62.5 15 18.8 80 100
4. Dalam melaksanakan pekerjaan borong, terkadang berselisih pendapat dengan rekan kerja
0 0 0 0 9 11.3 53 66.3 18 22.5 80 100
Sumber: Hasil pengolahan data primer dengan SPSS (2016)
Hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 80 orang responden untuk variabel konflik kerja pada Tabel 4.3, yaitu:
a. Pada pernyataan pertama (Arahan kerja dari mandor/asisten terkadang saya abaikan) sebanyak 9 responden (11.3%) menyatakan sangat setuju, 54 responden (67.5%) menyatakan setuju, 17 responden (21.3%) menyatakan kurang setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.
dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.
c. Pada pernyataan ketiga (Sikap dan bicara saya terkadang membuat karyawan lain tersinggung) sebanyak 15 responden (18.8%) menyatakan sangat setuju, 50 responden (62.5%) menyatakan setuju, 15 responden (18.8%) menyatakan kurang setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.
d. Pada pernyataan keempat (Dalam melaksanakan pekerjaan borong, terkadang saya berselisih pendapat dengan rekan kerja) sebanyak 18 responden (22.5%) menyatakan sangat setuju, 53 responden (66.3%) menyatakan setuju, 9 responden (11.3%) menyatakan kurang setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.
Berdasarkan hasil distribusi jawaban responden terhadap Konflik Kerja (X2)
dapat disimpulkan bahwa jawaban yang paling dominan menyatakan sangat setuju terdapat pada pernyataan kedua yaitu “saya sering ditegur oleh atasan saat hasil
kerja tidak sesuai dan bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kerja borong”, dimana sebanyak 26 responden atau sekitar 32.5% menyatakan sangat setuju. Sementara jawaban paling dominan menyatakan setuju terdapat pada pernyataan pertama yaitu “arahan kerja dari mandor/asisten terkadang saya abaikan”, dimana
sebanyak 54 responden atau sekitar 67.5% menyatakan setuju. Untuk jawaban yang paling dominan menyatakan kurang setuju terdapat pada pernyataan pertama yaitu ”arahan kerja dari mandor/asisten terkadang saya abaikan”, dimana
keempat pernyataan diatas tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju.
[image:48.595.89.566.238.718.2]3. Variabel Semangat Kerja (Y)
Tabel 4.4
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variabel Semangat Kerja
NO. Pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS) Tidak Setuju (TS) Kurang Setuju (KS) Setuju (S) Sangat Setuju (SS) Total
F % F % F % F % F % F %
1. Terkadang suka absen saat mengerjakan pekerjaan borong
0 0 0 0 14 17.5 49 61.3 17 21.3 80 100
2. Dalam melaksanakan pekerjaan, mampu membangun kerja sama yang baik
0 0 27 33.8 43 53.8 10 12.5 0 0 80 100
3. Menjalin
hubungan yang baik dengan sesama rekan kerja diluar pekerjaan
0 0 0 0 51 63.8 29 36.3 0 0 80 100
4. Berusaha untuk tidak terlibat konflik dengan atasan
0 0 4 5.0 46 57.5 30 37.5 0 0 80 100
5. Apa yang sudah menjadi
tanggung jawab, tidak mudah dilaksanakan dengan sungguh-sungguh
0 0 0 0 19 23.8 55 68.8 6 7.5 80 100
6. Suka hadir tidak tepat waktu pada saat mengerjakan pekerjaan borong
Lanjutan Tabel 4.4
NO. Pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS)
Tidak Setuju
(TS)
Kurang Setuju
(KS)
Setuju (S)
Sangat Setuju (SS)
Total
F % F % F % F % F % F %
7. Apabila ada pekerjaan borong yang terlambat, terkadang
meminta bantuan orang lain
0 0 25 31.3 42 52.5 13 16.3 0 0 80 100
Sumber: Hasil pengolahan data primer dengan SPSS (2016)
Hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 80 orang responden untuk variabel stres kerja pada Tabel 4.4, yaitu:
a. Pada pernyataan pertama (Terkadang saya suka absen saat mengerjakan pekerjaan borong) sebanyak 17 responden (21.3%) menyatakan sangat setuju, 49 responden (61.3%) menyatakan setuju, 14 responden (17.5%) menyatakan kurang setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.
b. Pada pernyataan kedua (Dalam melaksanakan pekerjaan, saya mampu membangun kerja sama yang baik) tidak ada responden yang menyatakan sangat setuju, 10 responden (12.5%) menyatakan setuju, 43 responden (53.8%) menyatakan kurang setuju, 27 responden (33.8%) menyatakan tidak setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju.
d. Pada pernyataan keempat (Saya berusaha untuk tidak terlibat konflik dengan atasan saya) tidak ada responden yang menyatakan sangat setuju, 30 responden (37.5%) menyatakan setuju, 46 responden (57.5%) menyatakan kurang setuju, 4 responden (5.0%) menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju.
e. Pada pernyataan kelima (Apa yang sudah menjadi tanggung jawab saya, tidak mudah saya laksanakan dengan sungguh-sungguh) sebanyak 6 responden (7.5%) menyatakan sangat setuju, 55 responden (68.8%) menyatakan setuju, 19 responden (23.8%) menyatakan kurang setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.
f. Pada pernyataan keenam (Saya suka hadir tidak tepat waktu pada saat mengerjakan pekerjaan borong) sebanyak 10 responden (12.5%) menyatakan sangat setuju, 54 responden (67.5%) menyatakan setuju, 16 responden (20.0%) menyatakan kurang setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.
g. Pada pernyataan ketujuh (Apabila ada pekerjaan borong yang terlambat, terkadang saya meminta bantuan orang lain) tidak ada responden yang menyatakan sangat setuju, 13 responden (16.3%) menyatakan setuju, 42 responden (52.5%) menyatakan kurang setuju, 25 responden (31.3%) menyatakan tidak setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju.
pada pernyataan pertama yaitu “terkadang saya suka absen saat mengerjakan
pekerjaan borong”, dimana sebanyak 17 responden atau sekitar 21.3% menyatakan sangat setuju. Sementara jawaban yang paling dominan menyatakan setuju terdapat pada pernyataan kelima yaitu “apa yang sudah menjadi tanggung
jawab saya, tidak mudah saya laksanakan dengan sungguh-sungguh”, dimana sebanyak 55 responden atau sekitar 68.8% menyatakan setuju. Untuk jawaban yang paling dominan menyatakan kurang setuju terdapat pada pernyataan ketiga yaitu “saya menjalin hubungan yang baik dengan sesama rekan kerja diluar
pekerjaan”, dimana sebanyak 51 responden atau sekitar 63.8% menyatakan kurang setuju. Sedangkan jawaban yang paling dominan menyatakan tidak setuju terdapat pada pernyataan kedua yaitu “dalam melaksanakan pekerjaan, saya
mampu membangun kerja sama yang baik”, dimana sebanyak 27 responden atau sekitar 33.8% menyatakan tidak setuju. Untuk ketujuh pernyataan diatas tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju.
4.3 Analisis Statistik 4.3.1 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
a. Pendekatan Histogram
Gambar 4.2
Histogram Uji Normalitas Sumber: Hasil pengolahan data (2016)
Pada Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa variabel berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh distribusi data yang berbentuk lonceng dan tidak melenceng ke kiri atau ke kanan.
b. Pendekatan Grafik
Gambar 4.3
Plot Uji Normalitas
[image:52.595.210.425.132.363.2] [image:52.595.225.413.501.745.2]Pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pada scatter plot terlihat titik yang mengikuti data disepanjang garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa residual peneliti normal. Namun untuk lebih memastikan bahwa di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal, maka dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) . c. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov
Tabel 4.5
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 80
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 1.69990218
Most Extreme Differences
Absolute .076
Positive .051
Negative -.076
Kolmogorov-Smirnov Z .680
Asymp. Sig. (2-tailed) .745
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Hasil pengolahan data (2016)
Pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai Asym. Sig. (2-tailed) adalah 0.745 dan diatas nilai signifikan (0.05) atau 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel residual berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknnya gejala multikolinearitas pada data dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance value dan Varians Inflation factor (VIF). Dengan kriteria sebagai berikut :
c. Apabila tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas. d. Apabila tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas.
Tabel 4.6
Uji Nilai Tolerance dan VIF Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 6.028 2.857 2.110 .038
Stres Kerja .489 .165 .349 2.958 .004 .591 1.693 Konflik Kerja .441 .163 .320 2.714 .008 .591 1.693 a. Dependent Variable: Semangat Kerja
Sumber: Hasil pengolahan data (2016)
Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa nilai tolerance semua variabel bebas adalah lebih besar dari nilai ketetapan 0,1 dan nilai VIF semua variabel bebas adalah lebih kecil dari nilai ketetapan 5. Oleh karena itu, data dalam penelitian ini dikatakan tidak mengalami masalah multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Tujuan uji heteroskedastisitas adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual antara satu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
a. Metode Grafik
Gambar 4.4
Scatterplot Heteroskedastisitas Sumber: Hasil pengolahan data (2016)
Gambar 4.8 menunjukkan bahwa penyebaran residual cenderung tidak teratur, terdapat titik-titik yang berpencar dan tidak membentuk pola. Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah tidak terdapat gejala heteroskedastisitas, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi semangat kerja, berdasarkan masukan variabel stred kerja dan konflik kerja.
[image:55.595.116.525.598.713.2]b. Uji Glejser
Tabel 4.7
Hasil Uji Glejser Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1
(Constant) 2.242 1.611 1.392 .168
Stres Kerja .010 .093 .015 .103 .919
Konflik Kerja -.065 .092 -.105 -.713 .478
a. Dependent Variable: absut
Pada Tabel 4.7 terlihat variabel independen (Stres Kerja dan Konflik Kerja)
yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen absolute Ut
(absUt). Hal ini terlihat dari probabilitas X1 (0.919) dan X2 (0.478) diatas tingkat
kepercayaan 5 % (0.05), dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya
heteroskedastisitas.
4.3.2 Analisis Regresi Linear Berganda
Metode analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel bebas (Stres Kerja dan Konflik Kerja) terhadap variabel terikat (Semangat Kerja). Data diolah secara statistik untuk keperluan analisis dan pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu program SPSS.
Adapun bentuk umum persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y = α + b1X1+ b2X2+ e
Dimana:
Y = Semangat Kerja X1 = Stres Kerja
X2 = Konflik Kerja
α = Konstanta
b1, b2 = Koefisien regresi
e = Standar eror
Tabel 4.8
Hasil Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1
(Constant) 6.028 2.857 2.110 .038
Stres Kerja .489 .165 .349 2.958 .004
Konflik Kerja .441 .163 .320 2.714 .008
a. Dependent Variable: Semangat Kerja Sumber: Hasil pengolahan data (2016)
Berdasarkan hasil perhitungan data seperti yang terlihat pada Tabel 4.8 kolom kedua (Unstandardized Coefficients) bagian B diperoleh nilai B1 variabel
Stres Kerja sebesar 0.489, nilai B2 variabel Konflik Kerja sebesar 0.441 dan nilai
konstanta (a) sebesar 6.028 sehingga diperoleh persamaan regresi linear berganda: Y= 6.028 + 0.489 X1+0.441 X2 + e.
Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Konstanta (a) = 6.028, ini menunjukkan bahwa jika variabel Stres Kerja dan Konflik Kerja dianggap konstan maka tingkat variabel Semangat Kerja (Y) PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang sebesar 6.028.
b. Koefisien B1 (X1) = 0.489, menunjukkan bahwa variabel Stres Kerja
berpengaruh positif terhadap Semangat Kerja atau dengan kata lain jika variabel Stres Kerja ditingkatkan maka Semangat Kerja akan bertambah sebesar 0.489.
c. Koefisien B2 (X2) = 0.441, menunjukkan bahwa variabel Konflik Kerja
4.3.3 Uji Hipotesis
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat secara bersama-sama pengaruh atau hubungan positif dan signifikan variabel bebas (X1, X2) berupa Stres Kerja dan
Konflik Kerja terhadap variabel terikat (Y) berupa Semangat Kerja Karyawan Tembakau Pada PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang.
H0 : b1 = b2 = 0, Artinya secara serentak Stres Kerja dan Konflik Kerja tidak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Semangat Kerja.
H0 : b1 ≠ b2 ≠ 0, Artinya secara serentak Stres Kerja dan Konflik Kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Semangat Kerja.
Untuk menentukan nilai F, maka diperlukan adanya derajat bebas pembilang dan derajat bebeas penyebut, dengan rumus sebagai berikut :
df (Pembilang) = k-1 df (Penyebut) = n-k Keterangan :
n = Jumlah sampel penelitian
k = Jumlah variabel bebas dan terikat
Pada penelitian ini diketahui jumlah sampel (n) 80 dan jumlah keseluruhan variabel (k) adalah 3, sehingga diperoleh :
Nilai Fhitung akan diperoleh dengan menggunakan bantuan SPSS, kemudian akan
dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat α = 5% (2:77) = 3.12 dengan kriteria uji
sebagai berikut :
H0 diterima jika Fhitung < Ftabelpada α = 5 %
[image:59.595.115.506.302.401.2]H0 ditolak jika F hitung > Ftabelpada α = 5%
Tabel 4.9
Hasil Uji F Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
1
Regression 132.466 2 66.233 22.340 .000b
Residual 228.284 77 2.965
Total 360.750 79
a. Dependent Variable: Semangat Kerja
b. Predictors: (Constant), Konflik Kerja, Stres Kerja Sumber: Hasil pengolahan data (2016)
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat hasil Uji F secara simultan, dan diperoleh nilai Fhitung = 22.340 dengan tingkat signifikansi 0,000. Sedangkan
nilai F tabel = 3.12 Nilai Fhitung > Ftabel (22.340 > 3.12) dan tingkat signifikansi
(0.000< 0,05) dengan hipotesis H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel bebas yaitu Stres Kerja (X1) dan Konflik Kerja (X2) secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Semangat Kerja (Y) Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang.
2. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
terhadap Semangat Kerja (Y) Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang.
Kriteria Pengujian adalah:
H0 : b1, b2 = 0, Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
H0 : b1, b2 ≠ 0, Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan adalah:
H0 diterima jika thtitung < ttabel pada α= 5 %
H0 ditolak jika thitung > ttabelpada α= 5 %
[image:60.595.121.524.424.568.2]Hasil uji-t dapat dilihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut: Tabel 4.10
Hasil Uji t Signifikansi Parsial (Uji-t)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1
(Constant) 6.028 2.857 2.110 .038
Stres Kerja .489 .165 .349 2.958 .004
Konflik Kerja .441 .163 .320 2.714 .008
a. Dependent Variable: Semangat Kerja Sumber: Hasil pengolahan data (2016)
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa :
a. Variabel Stres Kerja adalah 2.958 dengan tingkat signifikansi 0.004 dan nilai ttabel pada alpha 5 % dan df1 = 77 adalah 1.991 variabel Stres Kerja
terlihat dari nilai signifikansi 0.004 < 0.05 dan nilai thitung (2.958) > ttabel
(1.991).
b. Variabel Konflik Kerja adalah 2.714 dengan tingkat signifikansi 0.008 dan nilai ttabel pada alpha 5 % dan df1 = 77 adalah 1.991 variabel Konflik Kerja
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Semangat Kerja Karyawan Tembakau Pada PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang, hal ini terlihat dari nilai signifikansi 0.008 < 0.05 dan nilai thitung (2.714) > ttabel
(1.991).
3. Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian Koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel bebas (Stres Kerja dan Konflik Kerja) terhadap variabel terikat (Semangat Kerja). Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai satu (0 ≤ R2≥
1).
Jika R2 semakin besar atau mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1) yaitu Stres Kerja, (X2) yaitu Konflik Kerja adalah besar terhadap variabel terikat (Y) yaitu Semangat Kerja. Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan demikian sebaliknya.
Tabel 4.11
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .606a .367 .351 1.72184
a. Predictors: (Constant), Konflik Kerja, Stres Kerja Sumber: Hasil pengolahan data (2016)
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa:
a. Nilai R sebesar 0.606 sama dengan 60.6 % berarti hubungan antara variabel Stres Kerja (X1) dan Konflik Kerja (X2) terhadap variabel Semangat Kerja
(Y) sebesar 60.6% artinya hubungannya erat.
b. Nilai R Square 0.367 berarti 36.7% semangat kerja karyawan dapat di jelaskan oleh variabel stres kerja dan variabel konflik kerja. Sedangkan sisanya 63.3% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
c. Standard Error of the Estimate artinya mengukur variasi dari nilai yang
diprediksi. Nilai Standard Error of the Estimate 1.72184.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pengaruh Stres Kerja dan Konflik Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan Tembakau PT Perkebunan NusantaraII Kebun Klumpang Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan atau serempak Stres Kerja dan Konflik Kerja berpengaruh signifikan dan positif terhadap Semangat Kerja karyawan tembakau pada PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang.
untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal”. Menurut Nitisemito (dalam
Darmawan, 2008), ada beberapa cara untuk meningkatkan semangat kerja karyawan. Caranya dapat bersifat materi maupun non materi seperti gaji yang sesuai dengan pekerjaan, memperhatikan kebutuhan rohani, sekali-kali perlu menciptakan suasana kerja yang santai yang dapat mengurangi beban kerja. Dapat disimpulkan bahwa selain kesejahteraannya yang perlu diperhatikan seperti memberikan gaji yang layak atau fasilitas yang memadai pihak perusahaan juga harus memperhatikan kondisi psikologis karyawannya. Stres kerja dan konflik kerja dalam hal ini tidak bisa dipisahkan, karena pada saat kapanpun karyawan bisa mengalaminya. Jika tidak diatasi dengan baik tentu akan mempengaruhi semangat karyawan tersebut dalam bekerja.
Menurut Mangkunegara (2013:157), stres kerja merupakan “perasaan
tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan”. Menurut Handoko
kemampuan pelaksanaan kerja harian karyawan, maka stres tambahan akan cenderung tidak menghasilkan perbaikan prestasi kerja sehingga semangat kerja karyawan turun. Dengan demikian terlihat bahwa stres yang berlebihan sangat mempengaruhi semangat kerja karyawan.
Menurut Mangkunegara (2013: