i
DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PASIEN YANG
DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN INTENSIF
RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
SKRIPSI
Oleh
AZZAHRATUL KAMALIAH
121121088
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Azzahratul Kamaliah NIM : 121121088
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Dukungan keluarga terhadap pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif RSUP H. Adam malik Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan kepada institusi manapun serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Medan, Februari 2014 Yang membuat pernyataan,
PRAKATA
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dalam waktu yang telah direncanakan yang berjudul: “Dukungan Keluarga terhadap Pasien yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ikram selaku Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan arahan selama pembuatan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
2. Erniyati, S. Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
3. Evi Karota Bukit, S. Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara
4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S. Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
5. Nunung Febrianty Sitepu, S. Kep, MNS selaku penguji I
6. Rosina Tarigan, S. Kep, Ns, M. Kep, Sp. KMB selaku penguji II
7. Mula Tarigan, S. Kp, M. BioMed selaku pembimbing akademik
8. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Keperawatan Universitas
v
9. Teristimewa orang tua penulis Ayahanda Abdul Kadir dan Ibunda
Qamariyah yang telah memberikan kasih sayang serta menjadi motivasi
dalam hidup dan memberi dukungan baik secara moral maupun material
kepada penulis terutama dalam menyelesaikan penelitian ini. Tak lupa
pula kepada Adinda penulis Sabilar Rasyad yang juga telah memberi
motivasi kepada penulis
10.Marvira Sari, Ridla Hanum serta Al- Ikhwani yang selalu setia menemani
penulis dan memberikan dukungan terbesarnya kepada penulis untuk tetap
bersemangat menyelesaikan skripsi ini
11.Sahabat-sahabatku, Anni Asriani dan Nur Halimah Lubis, terima kasih
atas kritik, saran dan dukungannya yang membuat peneliti lebih baik
dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini
12.Rekan-rekan seperjuangan Program S-1 Ekstensi 2012. Semoga
perjuangan kita akan menuai hasil yang baik
Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis berharap masukan yang berharga dari semua pihak untuk kebaikan dimasa yang akan datang. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita terutama bagi pendidikan keperawatan, pelayanan kesehatan, dan penelitian keperawatan.
Medan, Januari 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PRAKATA ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR SKEMA ... x
ABSTRAK ... xi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1
1.2. Pertanyaan Penelitian ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1. Tujuan Umum ... 5
1.3.2. Tujuan Khusus ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
1.4.1. Bagi Pendidikan Keperawatan ... 6
1.4.2. Bagi Pelayanan Keperawatan ... 6
1.4.3. Penelitian Keperawatan ... 6
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Keluarga... 7
2.1.1. Definisi Keluarga ... 7
2.1.2. Peran Keluarga ... 8
2.1.3. Fungsi Keluarga ... 9
2.1.4. Dukungan Keluarga ... 11
2.1.5.Dukungan keluarga pada pasien yang dirawat di Unit perawatan Intensif ... 14
2.2. Konsep Unit Perawatan Intensif ... 15
2.2.1. Definisi Unit Perawatan Intensif ... 15
2.2.2. Pembagian Unit Perawatan Intensif ... 16
2.2.3. Ruang Lingkup Pelayanan Unit Perawatan Intensif .... 17
2.2.4. Perawat Unit Perawatan Intensif ... 18
BAB 3 : KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Kerangka Konseptual ... 19
3.2. Definisi Operasional ... 20
BAB 4 : METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 22
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 22
4.2.1. Populasi ... 22
4.2.2. Sampel ... 22
4.2.3. Tehnik Sampling ... 23
vii
4.4. Pertimbangan Etik ... 24
4.5. Instrumen Penelitian ... 25
4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 27
4.6.1. Uji Validitas ... 27
4.6.2. Uji Reliabilitas ... 27
4.7. Pengumpulan Data ... 27
4.7.1. Persiapan Pengambilan Data ... 28
4.7.2. Pelaksanaan Pengambilan Data ... 28
4.8. Analisa Data ... 30
BAB 5 : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. HasilPenelitian ... 31
5.1.1. Data Demografi ... 31
5.1.2. Dukungan Emosional Keluarga terhadap Pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif ... 33
5.1.3. Dukungan Informasi Keluarga terhadap Pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif ... 34
5.1.4. Dukungan Nyata Keluarga terhadap Pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif ... 35
5.1.5. Dukungan Pengharapan Keluarga terhadap Pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif ... 35
5.1.6. Dukungan Keluarga terhadap Pasien yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensif ... 36
5.2. Pembahasan ... 36
5.2.1. Data Demografi ... 36
5.2.2. Dukungan Emosional Keluarga terhadap Pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif ... 37
5.2.3. Dukungan Informasi Keluarga terhadap Pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif ... 38
5.2.4. Dukungan Nyata Keluarga terhadap Pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif ... 39
5.2.5. Dukungan Pengharapan Keluarga terhadap Pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif ... 40
5.2.6. Dukungan Keluarga terhadap Pasien yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensif ... 41
BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 43
6.2. Saran ... 44
6.2.1. Untuk Keluarga Pasien ... 44
6.2.2. Untuk Praktek Keperawatan ... 44
6.2.3. Untuk Penelitian selanjutnya ... 44
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
2. Instrumen Penelitian
3. Surat Survey Awal Penelitian 4. Surat Izin Penelitian
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distibusi frekuensi dan persentase karakteristik responden keluarga pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan emosional keluarga terhadap pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif
Tabel 5.3. Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan informasi keluarga terhadap pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan nyata keluarga terhadap pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif
Tabel 5.5. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan pengharapan keluarga terhadap pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif
DAFTAR SKEMA
xi
Judul : Dukungan Keluarga Terhadap Pasien yang Dirawat di Unit Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan
Peneliti : Azzahratul Kamaliah
NIM : 121121088
Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan USU Tahun Akademik : 2013/2014
ABSTRAK
Dukungan keluarga adalah proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya. Hal ini bermanfaat bagi individu sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya, terutama pada pasien dalam perawatan kritis. Dukungan keluarga merupakan hal yang terpenting dalam proses penyembuhan pasien. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap pasien yang dirawat di unit perawatan intensif. Tekhnik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan probability sampling berjumlah 32 responden yang memiliki kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan dukungan keluarga yang diberikan oleh responden secara baik berjumlah 26 responden (81,25%). Berdasarkan dukungan emosional 26 responden (81,25%) memberikan secara baik, dukungan informasi 26 responden (81,25%) memberikan secara baik, dukungan nyata 26 responden (81,25%) memberikan secara baik dan dukungan pengharapan 26 responden (81,25%) memberikan secara baik. Diharapkan kepada keluarga untuk selalu memberikan dukungan kepada pasien meskipun keadaan pasien tidaklah sadar karena dukungan keluarga merupakan hal yang penting dalam mempercepat kesembuhan pasien dan kepada pihak praktek keperawatan agar selalu melibatkan keluarga dalam prosea perawatan pasien untuk mencapai derajat kesembuhan yang optimal.
Title : The Family Supports to the Patients Treated in Intensive CareUnit of Central General Hospital of H. Adam Malik Medan
Name of Student : Azzahratul Kamaliah Student Number : 121121088
Department : Nursing Science Faculty of Nursing University of North Sumatra
Year : 2013/2014
ABSTRACT
Family support is a relation process between family and social environment. It is useful for individuals so they will know there are others who care, appreciate and love them especially patients in critical treatments. Family supports are the most important things in patient recovery process. This is a descriptive research that aims at identifying family supports towards patients treated in intensive care unit. Sampling technique used in this research is probability sampling with 32 respondents which have inclusion criteria. The research showed that respondents who get good family supports are as many as 26 people (81.25%).There are 26 respondents (81.26%) get good emotional supports, 26 respondents (81.25%) for good information supports, 26 (81.25%) respondents for good true supports, and 26 respondents (81.25%) for good expectation supports. It is expected to the family to give supports to the patients continuously although the patients are in unconscious conditions because family supports are the most important things to fasten the patients recovery and to the nursing practitioners always involve the family in the patients treatment processes in order to achieve a maximum recovery.
xi
Judul : Dukungan Keluarga Terhadap Pasien yang Dirawat di Unit Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan
Peneliti : Azzahratul Kamaliah
NIM : 121121088
Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan USU Tahun Akademik : 2013/2014
ABSTRAK
Dukungan keluarga adalah proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya. Hal ini bermanfaat bagi individu sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya, terutama pada pasien dalam perawatan kritis. Dukungan keluarga merupakan hal yang terpenting dalam proses penyembuhan pasien. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap pasien yang dirawat di unit perawatan intensif. Tekhnik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan probability sampling berjumlah 32 responden yang memiliki kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan dukungan keluarga yang diberikan oleh responden secara baik berjumlah 26 responden (81,25%). Berdasarkan dukungan emosional 26 responden (81,25%) memberikan secara baik, dukungan informasi 26 responden (81,25%) memberikan secara baik, dukungan nyata 26 responden (81,25%) memberikan secara baik dan dukungan pengharapan 26 responden (81,25%) memberikan secara baik. Diharapkan kepada keluarga untuk selalu memberikan dukungan kepada pasien meskipun keadaan pasien tidaklah sadar karena dukungan keluarga merupakan hal yang penting dalam mempercepat kesembuhan pasien dan kepada pihak praktek keperawatan agar selalu melibatkan keluarga dalam prosea perawatan pasien untuk mencapai derajat kesembuhan yang optimal.
Title : The Family Supports to the Patients Treated in Intensive CareUnit of Central General Hospital of H. Adam Malik Medan
Name of Student : Azzahratul Kamaliah Student Number : 121121088
Department : Nursing Science Faculty of Nursing University of North Sumatra
Year : 2013/2014
ABSTRACT
Family support is a relation process between family and social environment. It is useful for individuals so they will know there are others who care, appreciate and love them especially patients in critical treatments. Family supports are the most important things in patient recovery process. This is a descriptive research that aims at identifying family supports towards patients treated in intensive care unit. Sampling technique used in this research is probability sampling with 32 respondents which have inclusion criteria. The research showed that respondents who get good family supports are as many as 26 people (81.25%).There are 26 respondents (81.26%) get good emotional supports, 26 respondents (81.25%) for good information supports, 26 (81.25%) respondents for good true supports, and 26 respondents (81.25%) for good expectation supports. It is expected to the family to give supports to the patients continuously although the patients are in unconscious conditions because family supports are the most important things to fasten the patients recovery and to the nursing practitioners always involve the family in the patients treatment processes in order to achieve a maximum recovery.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta
membahayakan hidup bagi pasien dan keluarga yang mengancam keadaan stabil
dari ekuibrium internal yang biasanya terpelihara dalam unit keluarga tersebut
(Morton dkk, 2011). Pasien kritis erat kaitannya dengan dengan perawatan
intensif karena memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan
monitoring serta dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi
atau akibat dari penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya. Unit perawatan
intensif (Intensive Care Unit) merupakan salah satu ruang perawatan yang tepat
untuk pasien kritis tersebut karena dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus
untuk merawat dan mengobati pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat
memburuk yang mempunyai intensitas defek fisiologi satu organ ataupun
mempengaruhi organ lainnya sehingga merupakan keadaan kritis yang dapat
menyebabkan kematian (Rab, 2007). Hal ini sesuai dengan Comprehensive
Critical Care Department of Health-Inggris yang merekomendasikan untuk
memberikan perawatan kritis sesuai filosofi perawatan kritis tanpa batas (critical
care without wall), yaitu kebutuhan pasien kritis harus dipenuhi di manapun
pasien tersebut secara fisik berada di dalam rumah sakit (Jevon dan Ewens, 2009).
Pasien yang diterima di ruang perawatan intensif akan merasakan
kematian. Hal ini disebabkan oleh pengalaman mereka sendiri ataupun orang lain.
Adanya ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali, perasaan kehilangan
fungsi dan harga diri, kegagalan membentuk pertahanan, perasaan terisolasi dan
takut meninggal dunia dapat menyebabkan ansietas pada pasien. Perilaku koping
seperti mengingkari, marah, pasif, atau agresif, umum dijumpai pada pasien. Jika
perilaku koping efektif, maka akan berpengaruh pada proses penyembuhan,
namun sebaliknya jika koping yang dimiliki pasien tersebut tidak efektif, maka
keadaan stress meningkat (Hudak & Gallo, 1997). Pada kondisi ini dukungan
keluarga menjadi kepentingan utama. Pengaruh keluarga dalam keikutsertaannya
menentukan kebijakan dan keputusan dalam penggunaan layanan keperawatan
membuat hubungan dengan keluarga menjadi penting. Keluarga sangatlah
berperan dalam proses penyembuhan dan pemulihan. Apabila dukungan keluarga
tidak diterima pasien, maka keberhasilan penyembuhan dan proses pemulihan
sangat berkurang (Mundakir, 2006).
Meskipun perawatan fokus pada pasien telah menjadi bagian dari tugas
perawat sejak tahun 1970, namun menghadirkan peran keluarga dalam pemberian
dukungan pada pasien kritis baru saja diterima sebagai peraturan penting.
Dukungan keluarga tersebut sangat berguna sebagai pendekatan untuk
menetapkan intervensi, menyampaikan informasi serta sebagai evaluasi dari
perawatan kesehatan. Dukungan keluarga tersebut diperlukan untuk semua jenis
usia dan menjadi bagian dalam susunan asuhan keperawatan. Banyak penelitian
yang telah dilakukan pada kebutuhan keluarga yang memiliki pasien kritis.
3
pasien. Kedekatan tersebut memberikan ketenangan kepada anggota keluarga
pasien (Mitchell, 2009).
Dukungan keluarga tersebut tidak hanya diperlukan pada pasien dewasa,
akan tetapi terlebih pada pasien neonatal di unit perawatan intensif neonatal
(Neonatal Intensive Care Unit) merupakan hal yang sangat penting dari asuhan
keperawatan bayi baru lahir, terutama dalam pemberian informasi (Mundy, 2010).
Bagi keluarga pasien yang mendapatkan perawatan intensif dalam
kenyataannya memiliki stress emosional yang tinggi. Mendapatkan informasi
tentang kondisi medis dan hubungan dengan petugas pemberi pelayanan
merupakan prioritas utama yang diharapkan dan diperlukan oleh pasien
(Azizahkh, 2010). Stress yang dialami kelurga pasien juga timbul akibat
lingkungan rumah sakit, dokter dan perawat yang merupakan bagian asing, bahasa
medis yang sulit untuk dipahami dan terpisahnya dari anggota keluarga dengan
pasien. Untuk itu pelayanan keperawatan perlu memberikan perhatian untuk
memenuhi kebutuhan keluarga selain itu pelayanan keperawatan juga perlu
memahami kepercayaan, nilai-nilai keluarga, menghormati struktur, fungsi, dan
dukungan keluarga. Pelayanan keperawatan dapat mengusahakan sumber
dukungan yang kuat bagi pasien yang dapat diperoleh dari dukungan keluarga
(Potter & Perry, 2009).
Dukungan keluarga dapat memperkuat setiap individu, pasien,
menciptakan kekuatan keluarga, memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri,
mempunyai potensi sebagai strategi pencegahan utama bagi seluruh keluarga
dalam masyarakat yang berada dalam lingkungan yang penuh tekanan (Ambari,
2010).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baumhover & Hughes
(2009) diperoleh hasil bahwa sekitar 58% perawat dan 34% dokter serta asisten
dokter sangat menyetujui kehadiran keluarga pasien sebagai hak keluarga pasien.
Hal ini dikarenakan kehadiran keluarga tersebut dapat menyebabkan pasien
merasa nyaman karena mereka merasa masih diterima serta membuat pasien
merasa bahwa mereka memiliki dukungan yang sangat kuat terutama dukungan
emosional dan membuat pasien merasa bahwa mereka tidak sendiri.
Akan tetapi pemanfaatan dan penetapan waktu berkunjung yang terbatas
dapat menimbulkan kesalahpahaman antara perawat dan keluarga. Jam kunjungan
di Unit Perawatan Kritis di batasi dengan rasional bahwa istirahat, ketenangan,
dan lingkungan yang tidak terganggu adalah intervensi keperawatan yang
terapeutik. Keluarga sering kali menafsirkan batasan ini sebagai penolakan akses
orang yang mereka sayangi (Morton, dkk, 2011). Teori ini sesuai dengan studi
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23 Mei 2013 terhadap tiga
orang keluarga dari pasien yang dirawat di ruang Unit Perawatan Intensif
(Intensive Care Unit) RSUP H. Adam Malik Medan, mereka menyatakan bahwa
dukungan yang diberikan tidaklah cukup maksimal karena keterbatasan waktu
berkunjung.
Melihat pentingnya dukungan keluarga bagi pasien yang mendapatkan
perawatan intensif maka peneliti ingin mengetahui bagaimana dukungan yang
5
mendukung untuk kesembuhan dan pemulihan kesehatan pasien. Sehingga
peneliti tertarik untuk mengambil penelitian tentang “Dukungan Keluarga
terhadap Pasien yang Di Rawat Di Unit Perawatan Intensif RSUP. H. Adam
Malik Medan”.
1.2. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana dukungan keluarga terhadap pasien yang di rawat di Unit
Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap pasien yang dirawat di
Unit Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi dukungan emosional terhadap pasien yang dirawat
di Unit Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan.
b. Mengidentifikasi dukungan informasi terhadap pasien yang dirawat di
Unit Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan.
c. Mengidentifikasi dukungan nyata terhadap pasien yang dirawat di
Unit Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan.
d. Mengidentifikasi dukungan pengharapan terhadap pasien yang dirawat
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi
mahasiswa keperawatan tentang pentingnya dukungan keluarga pada pasien
yang dirawat di Unit Perawatan Intensif.
1.4.2. Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan
bagi perawat bahwa keluarga sangat berperan penting dalam pemberian
intervensi keperawatan khususnya pada pasien yang dirawat di Unit
Perawatan Intensif, karena keluarga merupakan support system bagi
penyembuhan dan pemulihan pasien.
1.4.3. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan
ataupun data tambahan untuk pengembangan penelitian selanjutnya dalam
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Keluarga
2.1.1. Defenisi Keluarga
Banyak ahli yang mendefenisiskan tentang keluarga berdasarkan
perkembangan sosial di masyarakat. Hal ini bergantung pada orientasi yang
digunakan dan orang yang mendefenisiskan. Menurut Friedman (1998),
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterkaitan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Pakar konseling keluarga dari Yogyakarta, Sayekti (1994) menulis
bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan
antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang
laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak,
baik anaknya sendiri atau anak adopsi, dan tingggal dalam sebuah rumah
tangga.
Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami- istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya,
atau ibu dan anaknya. Ketiga pengertian tersebut mempunyai persamaan
bahwa dalam keluarga terdapat ikatan perkawinan dan hubungan darah yang
tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dengan peran masing-masing serta
Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya individu dewasa
dan anak yang hidup bersama secara harmonis dan memuaskan. Bagi lainnya,
istilah ini memiliki arti yang berlawanan. Keluarga bukan sekedar gabungan
dari beberapa individu (Astedt Kurki, et al.,2001). Keluarga memiliki
keragaman seperti anggota individunya dan seorang pasien memiliki nilai-nilai
tersendiri mengenai keluarganya (Potter & Perry, 2009).
Kamus Inggris Oxford mendefinisikan keluarga sebagai sekelompok
orang yang terdiri atas orang tua dan anak-anaknya baik yang tinggal bersama
atau tidak, dalam arti yang lebih luas, kesatuan yang terbentuk oleh mereka
yang mempunyai hubungan dekat melalui darah dan keturunan. Morton, dkk
(2011) mendefenisikan keluarga sebagai setiap orang yang dekat dan
melakukan rutinitas harian bersama dengan pasien perawatan kritis. Siapapun
yang merupakan bagian penting dari gaya hidup normal pasien dianggap
sebagai anggota keluarga. Istilah keluarga menggambarkan orang-orang yang
homeostasis social dan kesejahteraannya dipengaruhi oleh masuknya pasien ke
arena sakit kritis atau cedera (Morton, dkk, 2011).
2.1.2. Peran Keluarga
Peran adalah sesuatu yang di harapkan secara normatif dari seorang
dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran
keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam
konteks keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
9
dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan
pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Dalam UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan "
Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan lingkungan". Dari
pasal di atas jelas bahwa keluarga berkewajiban meningkatkan dan memelihara
kesehatan dalam upaya meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang optimal.
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain
ayah, dimana ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung / penganyom, pemberi rasa aman bagi
setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial
tertentu. Kemudian ada ibu yang berperan sebagai pengurus rumah tangga,
pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai
pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat
kelompok sosial tertentu. Lalu ada anak yang berperan sebagai pelaku
psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual
(Setiadi, 2008).
2.1.3. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur
keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat
beberapa fungsi menurut Friedman (1998) dalam Setiawati & Dermawan
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon
keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga
baik senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana cara keluarga
mengekspresikan kasih sayang.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai
budaya keluarga. Bagaimana keluarga produktif terhadap social dan
bagaimana keluarga memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan
belajar disiplin, mengenal budaya dan norma melalui hubungan interaksi
dalam keluarga sehingga mampu berperan dalam masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental dan spiritual,
dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali
kondisi sakit tiap anggota keluarga
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
11
Mencari sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga,
pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
e. Fungsi biologi
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
berikutnya.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan
rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
g. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, ketrampilan, membentuk prilaku anak, mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya (Achjar, 2010).
2.1.4. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antara keluarga
dengan lingkungan sosialnya (Friedman, 1998). Dukungan sosial adalah suatu
keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang
dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang
Setiadi, 2008). Anggota keluarga sangat membutuhkan dukungan dari
keluarganya karena hal ini akan membuat individu tersebut merasa dihargai
dan anggota keluarga siap memberikan dukungan untuk menyediakan bantuan
dan tujuan hidup yang ingin dicapai individu (Friedman, 1988).
Menurut Cohen dan Mc Kay, (1984) dalam Niven, (2000) bahwa
komponen-komponen dukungan keluarga adalah sebagai berikut :
1. Dukungan Emosional
Dukungan emosional memberikan pasien perasaan nyaman, merasa
dicintai meskipun saat mengalami suatu masalah, bantuan dalam bentuk
semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang
menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga
menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat kepada pasien yang
dirawat di rumah atau rumah sakit jiwa. Jenis dukungan bersifat emosional
atau menjaga keadaan emosi atau ekspresi. Yang termasuk dukungan
emosional ini adalah ekspresi dari empati, kepedulian, dan perhatian kepada
individu. Memberikan individu perasaan yang nyaman, jaminan rasa
memiliki, dan merasa dicintai saat mengalami masalah, bantuan dalam bentuk
semangat, kehangatan personal, cinta, dan emosi. Jika stres mengurangi
perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai maka dukungan dapat
menggantikannya sehingga akan dapat menguatkan kembali perasaan dicintai
tersebut. Apabila dibiarkan terus menerus dan tidak terkontrol maka akan
13
2. Dukungan Informasi.
Dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab
bersama, termasuk didalamnya memberikan solusi dari masalah yang
dihadapi pasien di rumah atau rumah sakit jiwa, memberikan nasehat,
pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh
seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan
tempat, dokter, dan terapi yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik bagi
individu untuk melawan stressor. Pada dukungan informasi keluarga sebagai
penghimpun informasi dan pemberi informasi.
3. Dukungan Nyata
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti
pelayanan, bantuan finansial dengan menyediakan dana untuk biaya
pengobatan, dan material berupa bantuan nyata (Instrumental Support/
Material Support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu
memecahkan masalah kritis, termasuk didalamnya bantuan langsung seperti
saat seseorang membantu pekerjaan sehari-hari, menyediakan informasi dan
fasilitas, menjaga dan merawat saat sakit serta dapat membantu
menyelesaikan masalah. Pada dukungan nyata, keluarga sebagai sumber
untuk mencapai tujuan praktis. Meskipun sebenarnya, setiap orang dengan
sumber-sumber yang tercukupi dapat memberi dukungan dalam bentuk uang
atau perhatian yang bertujuan untuk proses pengobatan. Akan tetapi,
Pemberian dukungan nyata yang berakibat pada perasaan ketidakadekuatan
dan perasaan berhutang, malah akan menambah stress individu.
4. Dukungan Pengharapan
Dukungan pengharapan merupakan dukungan berupa dorongan dan
motivasi yang diberikan keluarga kepada pasien. Dukungan ini merupakan
dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap
individu. Pasien mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang
masalah mereka, terjadi melalui ekspresi penghargaan positif keluarga kepada
pasien, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan pasien.
Dukungan keluarga ini dapat membantu meningkatkan strategi koping pasien
dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus
pada aspek-aspek positif. Dalam dukungan pengharapan, kelompok dukungan
dapat mempengaruhi persepsi pasien akan ancaman. Dukungan keluarga
dapat membantu pasien mengatasi masalah dan mendefinisikan kembali
situasi tersebut sebagai ancaman kecil dan keluarga bertindak sebagai
pembimbing dengan memberikan umpan balik dan mampu membangun harga
diri pasien.
2.1.5. Dukungan Keluarga Pada Pasien yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensive (Intensive Care Unit)
Keluarga pasien yang sakit kritis adalah pengaruh utama di Lingkungan
Unit Perawatan Intensive. Kebutuhan pasien dan keluarga tetap stabil selama
beberapa dekade sejak ditemukannya Unit Perawatan Intensive (Intensive Care
15
mengatur kunjungan berdasarkan kebutuhan pasien dan keluarga memberikan
kesempatan yang lebih baik bagi kepuasan pasien, keluarga dan perawat.
Kehadiran keluarga mengurangi kerapuhan pasien dan meningkatkan
rasa aman dan kenyamanan. Menurut Kirchhoff, memperluas fleksibilitas
kunjungan keluarga ini sampai akhir hayat adalah penting karena hal ini
mungkin merupakan “kunjungan terakhir” (Morton dkk, 2011).
Keberhasilan pelayanan keperawatan bagi pasien tidak dapat dilepaskan
dari peran keluarga. Pengaruh keluarga dalam keikutsertaannya menentukan
kebijakan dan keputusan dalam penggunaan layanan keperawatan membuat
hubungan dengan keluarga menjadi penting. Namun dalam pelaksanaannya
hubungan ini sering mengalami hambatan, antara lain kesempatan kontak
relatif terbatas (Mundakir, 2006).
Memberikan kehangatan, rasa cinta, perhatian dan komunikasi adalah
hal yang bermakna dan penting dalam memenuhi kebutuhan psikososial
pasien. Bahkan pada pasien tuli, tidak mampu berbicara, atau tidak mampu
memahami bahasa, atau tidak mungkin berkomunikasi verbal karena intubasi
atau sakit fisik lainnya juga memerlukan dukungan keluarga untuk
memberikan kehangatan, rasa cinta, perhatian dan komunikasi yang mungkin
dilakukan dengan menggunakan sentuhan (Hudak & Gallo, 1997).
2.2. Konsep Unit Perawatan Intensive (Intensive Care Unit)
2.2.1. Defenisi Unit Perawatan Intensive
Unit Perawatan Intensive adalah ruang rawat di rumah sakit yang
pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai
intensitas defek fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi organ lainnya
sehingga merupakan keadaan kritis yang dapat menyebabkan kematian. Tiap
pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena memerlukan
pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring serta dengan cepat
dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau akibat dari penurunan
fungsi organ-organ tubuh lainnya (Rab,2007).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
ICU di Rumah sakit, ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi di bawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan
perlengkapan yang khusus yang di tujukan untuk observasi, perawatan dan
terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,cedera atau penyulit-penyulit
yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis
dubia.
2.2.2. Pembagian Unit Perawatan Intensif
berdasarkan kelengkapan
Berdasarkan kelengkapan, maka Unit Perawatan Intensif dibagi atas 3
tingkatan, yaitu:
a. Unit Perawatan Intensif tingkat I yakni Unit Perawatan Intensif yang
terdapat di rumah sakit kecil yang dilengkapi dengan perawat, ruangan
17
lebih dari 24 jam. Unit Perawatan Intensif ini sangat bergantung kepada
Unit Perawatan Intensif yang lebih besar
b. Unit Perawatan Intensif tingkat II yang terdapat pada rumah sakit
umum yang lebih besar dimana dapat dilakukan ventilator yang lebih
lama yang dilengkapi dengan dokter tetap, alat diagnose yang lebih
lengkap, laboratorium patologi dan fisioterapi.
c. Unit Perawatan Intensif tingkat III yang merupakan Unit Perawatan
Intensif yang terdapat di rumah sakit rujukan dimana terdapat alat yang
lebih lengkap antara lain hemofiltrasi, monitor invansif termasuk
kateterisasi dan monitor intracranial. Unit Perawatan Intensif ini
dilengkapi oleh dokter spesialis dan perawat yang lebih terlatih dan
konsultan dengan berbagai latar belakang keahlian.
2.2.3. Ruang Lingkup Pelayanan Unit Perawatan Intensif
Berdasarkan keputusan Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah sakit, ruang lingkup yang diberikan
dalam Unit Perawatan Intensif adalah:
1. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang
mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa
menit sampai beberapa hari.
2. Memberikan bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan pelaksanaan terhadap komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenic
4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat
tergantung pada alat/mesin dan orang lain.
2.2.4. Perawat Unit Perawatan Intensif
Seorang perawat yang bertugas di Unit Perawatan Intensif
melaksanakan 3 tugas utama yakni life support, memonitor keadaan pasien dan
perubahan keadaan akibat pengobatan dan mencegah komplikasi yang
mungkin terjadi. Oleh karena itu diperlukan perawat yang professional, terlatih
dalam tim kerja. diperlukan satu perawat untuk setiap pasien dengan pipa
endotrakeal baik dengan menggunakan ventilator maupun yang tidak.
Perbandingan antara pasien dan perawat ini dinyatakan dalam ekuivalen
jumlah perawat yang bertugas penuh (Number of full time equivalent). Di
Australia diklasifikasikan 4 kriteria:
1. Perawat Unit Perawatan Intensif yang telah mendapatkan latihan lebih dari
12 bulan
2. Perawat yang telahmendapatkan latihan sampai 12 bulan
3. Perawat dengan mendapat sertifikat pengobatan kritis (critical care
certificate)
19
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian merupakan hasil identifikasi yang sistematis
terhadap teori-teori yang ada dikaitkan dengan masalah penelitian yang diangkat
(Hermanto, 2010).
Kerangka penelitian ini menggambarkan bagaimana dukungan keluarga
yang terdiri dari dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan nyata, dan
dukungan pengharapan yang diberikan keluarga kepada pasien yang dirawat di
Unit Perawatan Intensif. Secara sistematis kerangka konsep penelitian ini adalah;
Skema 3.1. : Kerangka penelitian dukungan keluarga terhadap pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif di RSUP H. Adam Malik Medan.
Dukungan Keluarga: - Dukungan emosional - Dukungan informasi - Dukungan nyata - Dukungan pengharapan
- Baik
- Kurang baik Keluarga
pasien yang dirawat di Unit
3.2. Defenisi Operasional
NO VARIABEL DEFENISI
OPERASIONAL dirawat di Unit Perawatan ruangan intensif
Observasi Identitas Responden
Observasi Kategori penilaian
perasaan dari keluarga pasien agar pasien selalu merasa aman dan nyaman
Observasi Kategori penilaian
Observasi Kategori penilaian terbagi 2,
21
merawat pasien.
Observasi Kategori penilaian
semangat yang diberikan
keluarga kepada pasien
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian
rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian
(Setiadi, 2007). Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif murni,
yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana dukungan keluarga terhadap pasien
yang dirawat di Unit Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan.
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Subjek tersebut berupa
benda yang memiliki sifat, ciri yang dapat diteliti (Machfoedz, 2009). Populasi
yang diambil dalam penelitian ini adalah keluarga dari pasien yang dirawat di
Unit Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan. Berdasarkan hasil
survey awal yang didapat peneliti melalui rekammedik, jumlah pasien yang
dirawat di Unit Perawatan Intensif pada bulan Januari s/d bulan Mei 2013
adalah sebanyak 121 orang. Sehingga keluarga yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah sebanyak 121 orang.
4.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian unsur populasi untuk dijadikan objek penelitian
atau sumber data (Arnita, 2013). Pengukuran sampel dalam penelitian ini
dengan menggunakan rumus Slovin, dengan batas kesalahan yang ditolerir (e)
23
dari bulan Januari-Mei 2013 sudah diketahui. Maka sampel pada penelitian ini
adalah:
(dibulatkan menjadi 32).
Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 32 orang.
4.2.3. Tekhnik Sampling
Tekhnik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data
sebenarnya (Margono, 2009). Tekhnik sampling yang akan digunakan dalam
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposeful
sampling/judgemental sampling, yaitu sampel yang berdasarkan pertimbangan
pada tujuan penelitian (Arnita, 2013).
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
a. Keluarga penanggung jawab pasien atau keluarga yang hadir pada saat jam
berkunjung
b. Keluarga dari pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif Pasca Bedah
c. Keluarga bersedia menjadi responden
d. Lama rawat pasien ≥24 jam dan dirawat selama minimal 3 hari
Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
a. Keluarga dari pasien yang meninggal pada saat dilakukan penelitian
4.3.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik Medan. Peneliti
merupakan rumah sakit pusat rujukan dari rumah sakit lainnya serta merupakan
rumah sakit pendidikan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober
sampai dengan 11 Desember 2013.
4.4. Pertimbangan Etik
Prinsip etika penelitian keperawatan adalah prinsip menghormati manusia,
dimana manusia memiliki hak dan merupakan makhluk mulia yang harus
dihormati, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau dan
tidak untuk diikutsertakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini akan
menggunakan prinsip etik Informed Consent yaitu bentuk persetujuan antara
peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembaran persetujuan
(Hidayat, 2007). Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti memberikan
penjelasan kepada responden mengenai manfaat dan tujuan penelitian,
selanjutnya peneliti meminta responden untuk menjadi sampel dalam penelitian
ini dan membaca serta memahami isi surat persetujuan tersebut. Responden
dimohon untuk menandatangani surat persetujuan tersebut sebagai bukti
kesediaan menjadi responden. Dalam hal ini responden sukarela dan tidak ada
paksaan dari pihak lain. Semua responden akan dilindungi dari semua
kemungkinan dan berbagai resiko yang timbul dari penelitian ini. Peneliti akan
merahasiakan identitas pribadi responden, serta tidak mencampuri hal-hal yang
25
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang dipakai pada waktu penelitian
(Arikunto, 2006). Instrumen yang pertama digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi yang berjumlah 16 buah pernyataan dengan menggunakan
pernyataan yang memiliki jawaban ya atau tidak. Untuk pernyataan yang
bermakna positif (pernyataan no. 2, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 12, 13, 14, dan 16) maka
nilai untuk masing-masing jawaban adalah ya bernilai 1 sedangkan tidak bernilai
0. Untuk pernyataan yang bermakna negatif (pernyataan no. 1, 5, 8, 11, dan 15)
menggunakan skor untuk masing-masing pilihan adalah ya bernilai 0 sedangkan
tidak bernilai 1. Instrumen ini digunakan ketika proses pengobservasian
berlangsung yaitu selama 6 kali maka jumlah keseluruhan nilai untuk setiap
pernyataan pada pernyataan positif adalah ya berjumlah 6 dan tidak berjumlah 0.
Sedangkan untuk pernyataan negatif adalah ya berjumlah 0 dan tidak berjumlah 6.
Hasil penelitian ini dikelompokkan berdasarkan jawaban frekuensi waktu untuk
setiap pernyataan yaitu selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Penentuan
interval dalam pengelompokkan tersebut menggunakan rumus Sudjana (2009)
dimana P adalah panjang kelas (interval) dalam menentukan kategori penilaian.
Skor tertinggi adalah 6 sedangkan skor terendah adalah 0 dan kategori penilaian
adalah 4, maka:
Panjang interval untuk kriteria penilaian adalah 4 sehingga:
a. Jika skor yang didapat adalah 5-6 maka frekuensi waktu selalu
c. Jika skor yang didapat adalah 1-2 maka frekuensi waktu kadang-kadang
d. Jika skor yang didapat adalah 0 maka frekuansi waktu tidak pernah
Setelah didapatkan hasil dari pengelompokkan tersebut maka nilai dari
hasil tersebut dikategorikan kembali untuk mendapatkan hasil akhir baik atau
kurang baik dengan menggunakan rating-scale (skala bertingkat) mulai dari
selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah untuk pilihan jawaban dari setiap
pernyataan tersebut. Untuk pernyataan yang bermakna positif (pernyataan no. 2,
3, 4, 6, 7, 9, 10, 12, 13, 14, dan 16) maka skor untuk masing-masing pilihan
tersebut adalah selalu (3), sering (2), kadang-kadang (1), tidak pernah (0),
sedangkan untuk pernyataan yang bermakna negatif (pernyataan no. 1, 5, 8, 11,
dan 15) menggunakan skor untuk masing-masing pilihan adalah selalu (0), sering
(1), kadang-kadang (2) dan tidakpernah (3). Penentuan interval untuk kriteria
penilaian pada penelitian ini dengan rumus Sudjana (2009) dimana P adalah
panjang kelas (interval) dalam menentukan kategori penilaian. Skor tertinggi
pada penelitian ini adalah 48 sedangkan skor terendah adalah 0 dan kategori
penilaian adalah 3, maka:
Panjang interval untuk kriteria penilaian adalah 24 sehingga:
e. Jika skor yang didapat adalah 25-48 maka dukungan baik
f. Jika skor yang didapat adalah 0-24 maka dukungan kurang baik
Pernyataan terbagi dalam empat sub bagian dari dukungan keluarga, yaitu
5-27
no 13-16). Penentuan interval untuk kriteria penilaian pada sub bagian ini dengan
menggunakan rumus Sudjana (2009) dimana P adalah panjang kelas (interval)
dalam menentukan kategori penilaian. Skor tertinggi adalah 12 sedangkan skor
terendah adalah 0 dan kategori penilaian adalah 2, maka:
Panjang interval untuk kriteria penilaian adalah 6 sehingga:
a. Jika skor yang didapat adalah 7-12 maka dukungan baik
b. Jika skor yang didapat adalah 0-6 maka dukungan kurang baik
4.6. Uji Instrumen
4.6.1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument (Arikunto, 2010). Pada penelitian
ini instrumen penelitian dilakukan uji validitas oleh dosen Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatara Utara (Siti Zahara Nasution, S. Kp, MNS) selaku dosen
Keperawatan Keluarga.
4.6.2. Uji Reliabilitas
Pada penelitian ini, tidak dilakukan uji reliabilitas karena peneliti
menggunakan lembar observasi sebagai instrumen penelitian.
4.7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengobservasi responden
menggunakan lembar observasi yang berisikan 16 pernyataan tentang
RSUP H. Adam Malik Medan. Observasi tersebut dilakukan 2 kali dalam
sehari yaitu ketika jam berkunjung pasien selama 3 hari berturut-turut.
4.7.1. Persiapan pengambilan data
Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti mengajukan surat
permohonan izin untuk survey pendahuluan pada institusi pendidikan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU), dan menyerahkan surat
permohonan izin tersebut kepada pihak RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah
mendapat izin dari pihak rumah sakit kemudian peneliti melakukan studi
pendahuluan dengan mencari instrument-instrumen yang dapat dijadikan
sebagai alat untuk melakukan pengambilan data. Setelah menyusun sebuah
instrument yang berbentuk lembar observasi peneliti melakukan uji instrument
yaitu uji validitas instrument. Instrument tersebut digunakan sebagai alat
pengumpul data setelah mendapatkan izin dari pihak pendidikan.
4.7.2. Pelaksanaan Pengambilan Data
Setelah sidang proposal peneliti mengajukan surat permohonan izin
penelitian kepada pihak Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan
menyerahkan surat tersebut kepada pihak Rumah Sakit H. Adam Malik Medan.
Kemudian peneliti melakukan penelitian setelah mendapatkan surat izin
penelitian di ruangan Unit Perawatan Intensif Pasca Bedah RSUP H. Adam
Malik Medan selama 2 bulan mulai tanggal 11 Oktober 2013 – 11 Desember
2013. Pertama peneliti meminta responden untuk menanda-tangani surat
informed consent dari peneliti sebagai tanda kesediaan keluarga untuk menjadi
29
melakukan observasi peneliti melakukan wawancara kepada 32 responden
tentang dukungan apa saja yang telah diberikan kepada pasien. Setelah
mendapatkan jawaban dari responden peneliti melakukan observasi sebanyak 2
kali dalam sehari yaitu ketika jam berkunjung pasien selama 3 hari
berturut-turut dengan menggunakan lembar observasi yang berisikan 16 pernyataan
dengan jawaban ya atau tidak. Pernyataan yang bermakna positif yaitu pada
no. 2, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 12, 13, 14, dan 16 sedangkan pernyataan bermakna
negatif adalah no 1, 5, 8, 11, dan 15. Peneliti melakukan observasi kepada
keluarga pasien yang selalu hadir disamping pasien pada saat jam berkunjung.
Untuk dukungan emosional penilaian peneliti terhadap dukungan yang
diberikan melalui sikap yang diberikan keluarga pada pasien, yaitu pada saat
keluarga memberikan sentuhan kasih sayang kepada pasien, sikap penerimaan
keluarga terhadap pasien yang ditunjukkan keluarga dengan tetap tegar
mendampingi pasien, serta motivasi yang terus-menerus diberikan oleh
keluarga kepada pasien. Penilaian dukungan informasi oleh peneliti terhadap
keluarga pasien dilakukan dengan menanyakan kepada para perawat ruangan
tentang sikap keluarga ketika berdiskusi dengan tim medis tentang proses
pengobatan yang dilakukan untuk pasien. Peneliti melakukan observasi tentang
dukungan nyata yang diberikan oleh keluarga dengan cara melihat
perlengkapan personal hyigene yang dipersiapkan oleh keluarga. Selain itu juga
peneliti menanyakan tentang bagaimana keluarga menanggulangi masalah
pembiayaan pasien selama proses pengobatan. Sedangkan dukungan
pasien dapat sembuh secara optimal selain itu juga keluarga melakukan ibadah
(berdo’a) ketika berada disamping pasien pada saat jam berkunjung. Setelah
mendapatkan hasil maka peneliti mengelompokkan hasil tersebut kedalam
jawaban frekuensi waktu yaitu sering, selalu, kadang-kadang, tidak pernah.
Setelah mendapatkan hasil maka peneliti menerima surat dari pihak RSUP H.
Adam Malik Medan sebagai tanda bukti telah melakukan penelitian.
4.8. Analisa Data
Setelah data terkumpul maka peneliti mengolah data tersebut melalui
proses komputerisasi dengan empat tahapan, yaitu:
a. Editing, yaitu pengecekan kuesioner apakah data dan pernyataan sudah diisi
dengan lengkap.
b. Coding, yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi angka untuk
mempermudah peneliti dalam melakukan tabulasi data pada saat analisis dan
entry data.
c. Processing, yaitu entry data kedalam program komputer.
d. Cleaning, yaitu pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada
kesalahan atau tidak.
Setelah data terkumpul semua maka peneliti melakukan analisa data
dengan menggunakan analisa univariat, yaitu dilakukan dengan mendeskripsikan
besarnya persentase pada seluruh variable penelitian dan disajikan dalam bentuk
31
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
dukungan keluarga terhadap pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif
RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah melakukan pengumpulan data pada
tanggal 11 Oktober sampai dengan 11 Desember 2013 dengan jumlah responden
32 orang.
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Data Demografi
Tabel 5.1 berikut ini menunjukkan hasil data demografi keluarga dari
pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif Pasca Bedah RSUP H. Adam
Malik Medan. Mayoritas reponden berusia antara 18-40 tahun yaitu
berjumlah 20 responden (62,5%) dan 12 responden (37,5%) berusia antara
41-60 tahun. Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 25 responden (78,1%) dan 7 responden (21,9%) berjenis kelamin
laki-laki. Jumlah suku terbesar responden adalah batak yaitu sebanyak 20
responden (62,5%) dan minoritas adalah suku melayu dan mandailing yaitu
masing-masing sebanyak 1 responden (3,1%). Hubungan responden dengan
pasien yang paling dominan adalah istri yaitu sebanyak 21 responden
(66,6%) sedangkan yang paling sedikit adalah orang tua dan keponakan yaitu
masing-masing 1 responden (3,1%). Pendidikan responden mayoritas adalah
SMA yaitu sebanyak 15 responden (46,(%) dan minoritas adalah Perguruan
pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak 13 responden
(40,6%) dan minoritas adalah petani yaitu sebanyak 4 responden (12,5%).
Penghasilan per bulan responden terbesar adalah <Rp.1.305.000.000 yaitu
sebanyak 26 responden (81,3%) dan 6 responden (18,8%) memiliki
penghasilan per bulan ≥Rp. 1.305.000. Lama rawat keluarga responden yang
menjadi pasien adalah ≥24 Jam secara keseluruhan serta mayoritas
menggunakan asuransi sebagai pembayaran administrasi pengobatan yaitu
sebanyak 30 responden (93,8%) dan 2 responden (6,3%) tidak menggunakan
asuransi sebagai pembayaran. Tabel tersebut dapat dilihat di halaman
33
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden Keluarga Pasien yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensif
No Karakteristik
Responden
Frekuensi Persentase(%)
1 Umur 2 Jenis Kelamin
- Laki-laki 4 Hub. dengan pasien
- Suami
8 Lama Rawat Pasien
- ≥ 24 Jam 32 100
5.1.2. Dukungan Emosional Keluarga terhadap Pasien yang Dirawat Di
Unit Perawatan Intensif
Berdasarkan hasil penelitian yang ditelah dilakukan diperoleh data,
mayoritas responden memberikan dukungan emosional secara baik kepada
pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif Pasca Bedah RSUP H. Adam
Malik Medan yaitu 26 responden (81,25%) sedangkan 6 responden (18,75%)
memberikan dukungan emosional kurang baik (Tabel 5.2).
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Emosional Keluarga terhadap Pasien yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensif
Kategori Dukungan Emosional Frekuensi Persentase (%)
Baik 26 81,25%
Kurang Baik 6 18,75%
5.1.3. Dukungan Informasi Keluarga terhadap Pasien yang Dirawat Di
Unit Perawatan Intensif
Tabel di bawah ini (Tabel 5.3) menunjukkan data dari hasil penelitian
tentang dukungan keluarga terhadap pasien yang dirawat di Unit Perawatan
Intensif berdasarkan dukungan informasi, mayoritas responden memberikan
dukungan informasi secara baik kepada tim medis, yaitu 32 responden
(100%), tidak ada yang menyembunyikan informasi kepada tim medis jika
35
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Informasi Keluarga terhadap Pasien yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensif
Kategori Dukungan Informasi Frekuensi Persentase (%)
Baik 32 100%
Kurang Baik - -
5.1.4. Dukungan Nyata Keluarga terhadap Pasien yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensif
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data, mayoritas reponden
memberikan dukungan pengharapan secara baik yaitu sebanyak 26 responden
(81,25%), sedangkan 6 responden (18,75%) memberikan dukungan
pengharapan kurang baik. Hal ini ditunjukkan pada tabel di bawah ini
(Tabel 5.4)
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Nyata Keluarga terhadap Pasien yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensif
Kategori Dukungan Nyata Frekuensi Persentase (%)
Baik 26 81,25%
Kurang Baik 6 18,75%
5.1.5. Dukungan Pengharapan Keluarga terhadap Pasien yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensif
Tabel di bawah ini (Tabel 5.5) menunjukkan data yang diperoleh dari
hasil penelitian tentang dukungan pengharapan yang diberikan responden
kepada pasien mayoritas adalah baik yaitu sebanyak 26 responden (81,25%)
dan 6 responden (18,75%) memberikan dukungan masih kurang baik.
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Pengharapan Keluarga terhadap Pasien yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensif
Kategori Dukungan
Pengharapan
Frekuensi Persentase (%)
Baik 26 81,25%
5.1.6. Dukungan Keluarga terhadap Pasien yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensif
Tabel di bawah ini (Tabel 5.5) menunjukkan data yang diperoleh
dari hasil penelitian tentang dukungan keluarga yang diberikan responden
kepada pasien mayoritas adalah baik yaitu sebanyak 26 responden (81,25%)
dan 6 responden (18,75%) memberikan dukungan masih kurang baik.
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Keluarga terhadap Pasien yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensif
Kategori Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)
Baik 26 81,25%
Kurang Baik 6 18,75%
5.2. Pembahasan
5.2.1. Data Demografi
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data usia responden yang
terbesar jumlahnya adalah antara usia 18-40 tahun yaitu berjumlah 20
responden (62,5%). Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 25 responden (78,1%). Jumlah suku terbesar adalah batak yaitu
sebanyak 20 responden (62,5%). Menurut asumsi peneliti hal ini disebabkan
oleh mayoritas penduduk di Sumatera Utara adalah suku Batak. Hal ini
sesuai dengan data Badan Pusat Statistik yang menyatakan bahwa jumlah
suku terbesar adalah batak untuk daerah kota medan yaitu sebesar 4,5 juta
jiwa (35%).
Mayoritas responden memiliki hubungan dengan pasien adalah
sebagai istri pasien yaitu sebanyak 21 responden (65,6%). Menurut asumsi
37
terdekat dari pasien. Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial
keluarga internal, seperti dukungan dari suami atau istri serta dukungan dari
saudara kandung (Friedman, 2010). Selain itu juga agar terbentuk fungsi
keluarga yang baik, yaitu fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan
fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota
keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental
dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta
mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga (Achjar 2010).
Pendidikan responden yang terbesar adalah SMA yaitu sebanyak 15
responden (46,9%) dan mayoritas responden adalah Ibu Rumah Tangga
(IRT) yaitu sebanyak 13 responden (40,6%). Mayoritas responden
berpenghasilan <Rp.1.305.000 per bulan yaitu sebanyak 26 responden
(81,3%), lama rawat pasien adalah ≥24 jam secara keseluruhan dan mayoritas
responden menggunakan asuransi sebagai pembayaran administrasi
pengobatan yaitu sebanyak 30 responden (93,8%).
5.2.2. Dukungan Emosional Keluarga terhadap Pasien yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensif
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data 26 responden (81,25%)
yang memberikan dukungan emosional keluarga secara baik terhadap pasien
yang dirawat di Unit Perawatan Intensif Pasca Bedah. Hal ini ditunjukkan
responden ketika menjenguk pasien pada saat jam berkunjung. Mayoritas
keluarga pasien selalu berada disamping pasien selam jam berkunjung yaitu
sebanyak 26 responden (81,3%) . Mereka tampak semangat memberikan
memberikan semangat serta dukungan kepada pasien maka akan dapat
membantu mempercepat proses penyembuhan sesuai dengan hasil observasi
yang telah dilakukan peneliti selama 6 kali pengamatan kepada keluarga
pasien pada saat berkunjung.
Berdasarkan teori yang ada bahwa pada dukungan emosional ini
keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat kepada
pasien yang dirawat di rumah atau rumah sakit, memberikan pasien perasaan
nyaman, merasa dicintai meskipun saat mengalami suatu masalah, bantuan
dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu
yang menerimanya merasa berharga (Niven 2000).
5.2.3. Dukungan Informasi Keluarga terhadap Pasien yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensif
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mayoritas responden
memberikan dukungan informasi secara baik yaitu sebanyak 32 responden
(100%). Hal ini ditunjukkan responden ketika mereka memberikan informasi
kepada pihak medis tentang proses pengobatan pasien. Sebanyak 26
responden (81,3%) tidak pernah acuh tak acuh dengan petugas kesehatan,
seluruh keluarga (100%) berperan aktif dalam setiap diskusi perawatan
pasien, 28 responden (87,5%) sangat komunikatif dengan petugas kesehatan
dan sebanyak 32 responden (100%) keluarga tidak pernah mengutarakan
masalah yang biasa saja dan menyembunyikan masalah yang harus
diselesaikan dengan petugas kesehatan.
39
memberikan solusi dari masalah yang dihadapi pasien di rumah atau rumah
sakit, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa
yang dilakukan oleh seseorang atau pasien. Keluarga dapat menyediakan
informasi dengan menyarankan tempat, dokter, dan terapi yang baik bagi
dirinya atau pasien (Niven, 2000).
Memberikan informasi yang jelas kepada petugas kesehatan juga
dapat mengurangi stress keluarga. Karena manfaat dari dukungan ini adalah
dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan
dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu (Friedman,
2010). Selain itu juga hal tersebut dapat memberikan proses pengobatan yang
sesuai dengan keadaan pasien sehingga pasien dapat sembuh secara optimal,
sesuai dengan pendapat Ryan dan Austin bahwa secara lebih spesifik,
keberadaan dukungan keluarga yang adekuat terbukti berhubungan dengan
menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh darisakit (Friedman, 2010).
5.2.4. Dukungan Nyata Keluarga terhadap Pasien yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensif
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data, mayoritas reponden
memberikan dukungan nyata secara baik yaitu sebanyak 26 responden
(81,25%). Hai ini ditunjukkan oleh responden ketika menyediakan semua
kebutuhan pasien selama proses pengobatan di rumah sakit. Sebanyak 23
responden (71,9%) tidak pernah menyiapkan fasilitas seadanya saja untuk
pengobatan pasien misalnya kebutuhan personal pasien, 25 responden
(78,1%) tidak pernah merasa jenuh dalam merawat dan menjaga pasien, 13
masa perawatan pasien, 26 responden (81,3%) selalu berusaha memberikan
yang terbaik untuk pasien.
Salah satu bentuk dukungan nyata yang diberikan keluarga adalah
dalam bentuk finansial. Keluarga meyakini bahwa kebutuhan finansial
sangatlah membantu proses pengobatan meskipun mayoritas responden
menggunakan asuransi sebagai pembayaran namun bukan berarti responden
tidak lagi perlu memberikan dukungan nyata tersebut sebab kebutuhan
pribadi pasien seperti kebutuhan personal hygiene tidaklah menjadi
tanggungan dari asuransi tersebut. Sehingga keluarga berupaya memberikan
dukungan nyata ini secara maksimal.
Menurut Cohen dan Mc Kay (1984), dukungan ini meliputi
penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dengan
menyediakan dana untuk biaya pengobatan dan material (Niven, 2000).
5.2.5. Dukungan Pengharapan Keluarga terhadap Pasien yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensif
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian tentang
dukungan pengharapan yang diberikan responden kepada pasien mayoritas
adalah baik yaitu sebanyak 26 responden (81,25%). Hai ini ditunjukkan
responden pada saat mendampingi pasien ketika jam berkunjung 24
responden (75,0%) selalu berdo’a demi kesembuhan pasien pada saat jam
berkunjung, 26 responden (81,3%) selalu yakin pasien dapat sembuh secara
optimal, 26 responden (81,3%) tidak pernah tidak memberikan semangat
41
Menurut Setiadi (2008) keluarga akan merasakan kehilangan anggota
keluarga ketika salah satu anggota menderita sakit karena setiap anggota
keluarga mempunyai peran masing-masing. misalnya ayah, dimana ayah
sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung / penganyom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota
keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
Kemudian ada ibu yang berperan sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh
dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial
tertentu. Lalu ada anak yang berperan sebagai pelaku psikososial sesuai
dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual, sehingga ketika
salah satu diantaranya mengalami sakit maka peran anggota keluarga tersebut
akan terganggu.
5.2.6. Dukungan Keluarga terhadap Pasien yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensif
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian maka diperoleh
bahwa dukungan keluarga yang diberikan kepada pasien yang sedang
menjalani perawatan diruang intensif adalah baik yaitu senayak 26 responden
(81,3%).
Menurut Suprajitno (2004) keluarga terdapat ikatan perkawinan dan
hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dengan
peran masing-masing serta keterikatan emosional
Selain itu menurut peneliti keluarga pasien tersebut masih menyadari
memenuhi kebutuhan personal, memberikan kasih sayang serta membantu
dalam hal pemenuhan ekonomi, Menurut Friedman (2010) tentang
fungsi-fungsi keluarga yaitu, fungsi-fungsi afektif, fungsi-fungsi perawatan kesehatan, fungsi-fungsi