• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SOSIODRAMA DI KELAS X SMK NEGERI 4 MEDAN TAHUN AJARAN 2016-2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SOSIODRAMA DI KELAS X SMK NEGERI 4 MEDAN TAHUN AJARAN 2016-2017."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SOSIODRAMA

DI KELAS X SMK NEGERI 4 MEDAN T.A 2016/2017

SKRIPSI

Oleh:

ROCKY SUGANDA SAMOSIR

NIM. 1113351032

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi yang diajukan oleh:

ROCKY SUGANDA SAMOSIR

NIM. 1113351032

Program Studi S-1 Bimbingan dan Konseling Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Telah Memenuhi Syarat dan Disetujui untuk Diajukan dan Dipertahankan Dalam Ujian Mempertahankan Skripsi

Medan, 14 Januari 2017 Dosen Pembimbing Skripsi

Dra. Pastiria Sembiring, M.Pd, Kons. NIP. 19550808 197903 2 001

Disetujui Oleh:

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

kasih sayang-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Layanan Bimbingan

Kelompok Teknik Sosiodrama di Kelas X SMK Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2016-2017”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat

memperoleh gelar sarjana pendidikan bagi mahasiswa program S1 pada program

studi Bimbingan dan Konseling jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Universitas Negeri Medan. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh sebab itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga

pada kesempatan ini peneliti dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa

hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun

tidak langsung kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak

hambatan dan kesulitan yang peneliti alami, akan tetapi berkat bimbingan ibu

Dra. Pastiria Sembiring, M.Pd, Kons. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah banyak membantu dalam pengarahan dan bimbingan skripsi kepada peneliti,

(8)

iii

Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, peneliti mengucapkan terima

kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri

Medan.

2. Bapak Dr. Nasrun, MS, selaku Dekan. Bapak Prof. Dr. Yusnadi, MS

selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Bapak Dr. Aman Simaremare, MS

selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, dan Bapak Drs.

Edidon Hutasuhut, M.Pd selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.

3. Ibu Dra. Zuraida Lubis, M.Pd, Kons. selaku Ketua Jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan dan Ibu Dra. Nur Arjani, M.Pd selaku

Sekretaris Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Medan

4. Ibu Dra. Pastiria Sembiring, M.Pd, Kons. selaku dosen pembimbing

skripsi saya yang telah banyak meluangkan tenaga dan waktu juga

memotivasi saya selama mengerjakan skripsi ini.

5. Bapak Dr. M. Rajab Lubis, MS, bapak Dr. Nasrun, MS, dan ibu Dr.

Rosmala Dewi, M.Pd, Kons. selaku penguji yang telah banyak

memberikan masukan dan saran-saran untuk menyusun skripsi ini.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan yang telah banyak memberikan ilmu, bimbingan, dukungan,

(9)

iv

7. Seluruh staff FIP Unimed yang telah banyak membantu peneliti dalam

pengurusan berkas yang dibutuhkan, selama peneliti menyelesaikan studi

di universitas negeri medan.

8. Bapak Drs. Gustini Raya selaku kepala sekolah SMK Negeri 4 Medan,

Bapak Muhammad Fauzi S.Pd, bapak Drs. T. Aritonang, dan ibu N.P Br.

Purba, S.Pd selaku guru BK SMK Negeri 4 Medan dan seluruh bapak dan

ibu guru yang mengajar di sekolah tersebut, terima kasih atas izin, bantuan

dan kerja sama yang telah diberikan selama peneliti melakukan penelitian

di sekolah tersebut.

9. Khusus buat keluarga tercinta teristimewa kedua orang tua saya, Ayahanda

tercinta Oloan Raja Sonang Samosir dan Ibunda terkasih Herlina Hansista

br. Silalahi yang telah banyak memberi kasih sayang kepada saya dalam

segi moral, materil, dan spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan S-1 ini. Terima kasih selalu mendoakan dan memperjuangkan

saya dengan sepenuh hati dalam menyelesaikan studi sampai ke perguruan

tinggi.

10.Terima Kasih kepada saudara saya yang selalu mendukung saya di setiap

kesempatan dan selalu mendoakan saya untuk bisa segera menyelesaikan

studi di Universitas ini yaitu Eka Syahputra.

11.Terima Kasih kepada teman-teman saya yaitu Rizky Kesuma Dewi

Depari, Diantono Sinaga, Marilin Sibarani, Nurhasanah, Putri Kharisma

Syumanja, Abdullah Siddik Berutu dan Fendi Hasibuan.

12.Terima kasih kepada keluarga besar Samosir atas dukungan dan doanya

(10)

v

Atas segala dukungan dan jasa mereka penulis tidak dapat membalasnya,

seiring doa semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan yang telah

diberikan kepada penulis, dengan segala kerendahan hati penulis menyerahkan

karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis menerima saran yang sifatnya membangun demi perbaikan skripsi

ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua

terutama dalam dunia pendidikan pada umumnya dan khusus dalam bidang

bimbingan dan konseling. Terima kasih.

Medan, Januari 2016 Peneliti

(11)

vi Kelompok Teknik Sosiodrama ... 25

b. Teknik-Teknik Dan Azas Bimbingan Kelompok ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 54

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 54

(12)

vii

4.3 Hasil Penelitian ... 55

4.3.1 Permasalahan ... 55

4.3.2 Hasil Penelitian Tindakan Siklus I ... 57

4.3.3 Hasil Penelitian Tindakan Siklus II ... 67

4.4 Pembahasan Penelitian ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

5.1. Kesimpulan ... 80

5.2. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

(14)

x

DAFTAR DIAGRAM

(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Angket Kecerdasan Emosional Non Valid ... 83

Lampiran 2. Sebaran Data Uji Coba Angket Kecerdasan Emosional ... 86

Lampiran 3. Perhitungan Uji Validitas Angket Kecerdasan Emosional ... 87

Lampiran 4. Perhitungan Reliabilitas Angket Kecerdasan Emosional ... 90

Lampiran 5. Angket Kecerdasan Emosional Sudah Valid ... 93

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Layanan ... 95

Lampiran 7. Daftar Hadir Siswa ... 108

Lampiran 8. Lembar Observasi Siswa ... 112

Lampiran 9. Profil Kegiatan BKP ... 116

Lampiran 10. Daftar Nilai-Nilai Kritis J Untuk Uji Wilcoxon ... 126

Lampiran 11.Tabel r ... 127

(16)

1

Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang

sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan

dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi

belajarnya. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang

tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

tinggi pula. Namun kenyataannya di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak

dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya.

Dulu semua orang beranggapan bahwa anak yang cerdas adalah mereka

yang memiliki IQ tinggi. Namun kenyataannya, angka IQ yang tinggi bukanlah

jaminan bagi kesuksesan mereka di masa depan kelak. Sering ditemukan dalam

proses belajar mengajar di sekolah, siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar

yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai

kemampuan inteligensi tinggi, tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif

rendah. Tetapi, ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif

rendah, ia bisa meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya, taraf

inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan

seseorang. Ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu kecerdasan

emosional (EQ).

Kecerdasan emosional sebagai sikap intelektual mencakup kecepatan

memberikan jawaban, penyeleasaian, dan kemampuan menyelesaikan masalah.

(17)

2

David Wescler juga memberi pengertian kecerdasan sebagai suatu

kapasitas umum dari individu untuk bertindak, berpikir rasional dan berinteraksi

dengan lingkungan secara efektif (Sagala S, 2010: 82). Peserta didik yang

memiliki tingkat kecerdasan emosional (EQ) yang lebih baik, cenderung dapat

menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, jarang tertular

penyakit, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam

berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain, dan

untuk kerja akademis di sekolah lebih baik. Sehingga dia akan mampu

menyeleseikan seluruh beban akademisnya tanpa stress yang berlebihan. Lebih

lanjut, Kecerdasan emosional juga menjadikan anak memiliki kemampuan untuk

memotivasi diri sendiri serta tetap bersemangat untuk menghadapi berbagai

kesulitan yang mungkin dihadapinya.

Menurut Goleman, kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20%

bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor-faktor kekuatan lain di

antaranya adalah kecerdasan emosional (EQ). Dalam proses belajar siswa, kedua

inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa

partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di

sekolah. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar

siswa di sekolah. Goleman (2002:513) membagi kecerdasan emosional kedalam 5

(lima) komponen yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan

keterampilan sosial. Jadi pada umumnya dalam setiap pelaksanaan segala kegiatan

sesorang harus dapat mengaktualisasikan kecerdasan antara kecerdasan

(18)

3

Dalam interaksi sosial, emosi memegang peran sangat penting. Bayangkan

bagaimana seandainya relasi antarpribadi berlangsung tanpa disertai emosi: kita

berkomunikasi dengan ekspresi datar, tanpa lonjakan perasaan. Meskipun

demikian, ekspresi emosi meledak-ledak tak dapat diterima oleh masyarakat.

Itulah sebabnya diperlukan pengendalian emosi, bukan hanya untuk mengurangi

ekspresi emosi yang tidak diharapkan, melainkan juga mengendalikan beberapa

bentuk emosi yang sering kali menyulitkan kita sendiri, seperti kemarahan,

kecemasan, rasa bersalah, dan juga cinta romantis.

Sarwono (2012:124) mengatakan:

Emosi sebagai reaksi penilaian (positif atau negatif) yang kompleks dari sistem syaraf seseorang terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam dirinya. Definisi itu menggambarkan bahwa emosi diawali dengan adanya suatu rangsangan (dari dalam maupun dari luar diri) pada indra-indra kita, selanjutnya kita tafsirkan rangsangan itu berdasarkan persepsi kita baik positif maupun negatif, kemudian kita berikan respon-respon fisiologik maupun motorik dan pada saat itulah terjadi emosi.

Khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan

akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan,

terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit

mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung

dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini

sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki

IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan

terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak

mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan

(19)

4

orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan

emosional yang tinggi.

Pada masa remaja, individu sering dikaitkn terhadap keharusan untuk dapat

memahami proses pembelajaran perkembangannya dengan lebih mandiri.

Perkembangan sistem pendidikan saat ini yang lebih mengarah kepada IT

seseorang haruslah mampu menganalisis mamfaat dari setiap yang ia pelajari, baik

itu mamfaat positif maupun negatifnya. Dengan hal tersebut individu dituntut

untuk mampu memaksimalkan kemampuan emosionalnya dalam menganalisis.

Perkembangan emosi pada remaja ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan

penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat

cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi dan Reed Larson (1984)

menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah

dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa

memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama.

Perubahan emosi ini erat kaitannya dengan kemasakan hormon yang

terjadi pada remaja. Stres emosional yang timbul berasal dari perubahan fisik

yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas. Menurut Havighurst remaja

bertugas mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa

lainnya. Hal ini bisa membuat remaja melawan keinginan atau bertentangan

pendapat dengan orangtuanya. Dengan ciri khas remaja yang penuh gejolak dan

emosional, pertentangan pendapat ini seringkali membuat remaja menjadi

pemberontak di rumah. Apabila masalah ini tidak terselesaikan, terutama orangtua

bersikap otoriter, remaja cenderung mencari jalan keluar di luar rumah, yaitu

(20)

5

karena yang dihadapi adalah remaja yang seusia yang punya masalah yang kurang

lebih sama dan sama-sama belum berhasil mengerjakan tugas perkembangan yang

sama, bisa jadi solusi yang ditawarkan kurang bijaksana. Kehadiran problem

emosional tersebut bervariasi pada setiap remaja.

Remaja pada umunya mengalami bahwa pencarian jati diri atau keutuhan

diri itu suatu masalah utama karena adanya perubahan sosial, fisiologi dan

psikologis di dalam diri mereka maupun di tengah masyarakat tempat mereka

hidup. Perubahan-prubahan ini dipergencar dalam masyarakat kita yang semakin

kompleks dan berteknologi modern.Arus perubahan kehidupan yang berjalan amat

cepat cenderung membuat individu merasa hanya seperti sebuah sekrup dalam

mesin raksasa daripada seorang makhluk utuh yang memiliki di dalam dirinya

suatu keyakinan akan identitas diri sebagai seorang pribadi. Adapun masalah yang

dihadapi remaja masa kini antara lain :

a. Kebutuhan akan figur teladan

Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai2 luhur yang berlangsung dari

keteladanan orang tua mereka daripada hanya sekedar nasihat2 bagus yagn tinggal

hanya kata2 indah.

b. Sikap apatis

Sikap apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada saat

yang bersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini terwujud

di dalam ketidak kacuhannya akan apa yang terjadi di masyarakatnya.

(21)

6

Kata stess atau frustasi semakin umum dipakai kalangan remaja. Banyak kaum

muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk “pelarian” (memburu

kenikmatan lewat minuman keras, obat penenang, seks dan lainnya).

d. Ketidakmampuan untuk terlibat

Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir

ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri secara emosional maupun

efektif dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan di masyarakat. Persahabatan

dinilai dengan untung rugi atau malahan dengan uang.

e. Perasaan tidak berdaya

Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin

menguasai gaya hidup dan pola berpikir masyarakat modern. Teknologi mau tidak

mau menciptakan masyarakat teknokratis yang memaksa kita untuk pertama-tama

berpikir tentang keselamatan diri kita di tengah masyarakat. Lebih jauh remaja

mencari “jalan pintas”, misalnya menggunakan segala cara untuk tidak belajar

tetapi mendapat nilai baik atau ijasah.

f. Pemujaan akan pengalaman

Sebagian besar tindakan negatif anak muda dengan minumam keras,

obat-obatan dan seks pada mulanya berawal dari hanya mencoba-coba. Lingkungan

pergaulan anak muda dewasa ini memberikan pandangan yagn keliru tentang

pengalaman.

Dari beberapa permasalahan di atas maka perlu diberikan suatu bimbingan

kelompok. Dengan mengutamakan pembentukan dinamika kelompok yang positif

(22)

7

bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik dalam

bimbingan konseling untuk memberikan bantuan kepada peserta didik/siswa yang

dilakukan oleh seorang pembimbing/konselor melalui kegiatan kelompok yang

dapat berguna untuk mencegah berkembangnya masalah-masalah yang dihadapi

anak. Sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai yakni membentuk dinamika

kelompok yang positif maka layanan bimbingan kelompok ini menggunakan salah

satu teknik konseling yaitu teknik sosiodrama. Teknik sosiodrama adalah teknik

bermain peran dalam rangka untuk memecahkan masalah sosial yang timbul

dalam hubungan interpersonal (rasa cemburu, dilema,dll) yang dilakukan dalam

kelompok.

Berhubungan dengan hal itu, sesuai pengalaman dari penulis pada saat

melaksanakan wawancara awal pada guru-guru di SMK Negeri 4 Medan banyak

ditemukan siswa-siswi yang tidak stabil perkembangan emosionalnya, baik itu

dalam hal pelaksanaan proses pembelajaran dan interaksi dengan teman sebaya

serta lingkungan. Oleh karena itu peneliti penting untuk melakukan suatu

penelitian tindakan bimbingan dan konseling dengan judul “ Meningkatkan Kecerdasan Emosional Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama di Kelas X SMK Negeri 4 Medan Tahun 2016/2017.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka di

identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Siswa mengalami perkembangan emosi yang tidak stabil.

(23)

8

3. Remaja sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam

hubungan pribadi.

4. Remaja mengatasi stress atau frustasi dalam bentuk pelarian.

5. cenderung mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis.

1.3Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah

yang akan diteliti, yaitu “Meningkatkan Kecerdasan Emosional Melalui Layanan

Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama di Kelas X SMK Negeri 4 Medan

Tahun Ajaran 2016/2017”. Masalah yang dijadikan penelitian difokuskan pada

kecerdasan emosional siswa di kelas X SMK Negeri 4 Medan.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang masalah

dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

“Apakah penerapan layanan bim bingan kelompok teknik sosiodrama dapat

meningkatkan kecerdasan emosional siswa di kelas X SMK Negeri 4 Medan ? ”

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kecerdasan emosional

siswa melalui layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama di kelas X SMK

Negeri 4 Medan.

1.6Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan Manfaat konseptual dan

Manfaat peneliti.

(24)

9

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan Manfaat bagi beberapa pihak,

diantaranya :

1. Bagi Siswa

Siswa memiliki pemahaman dalampeningkatanKecerdasan emosionalnya.

2. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan untuk memprogram Layanan bimbingan

kelompok dalam pemeberian layanan BK di sekolah.

3. Bagi Guru BK

Sebagai bahan masukan bagi guru guru untuk meningkatkan kecerdasan

emosional siswa melalui pemeberian layanan bimbingan kelompok teknik

sosiodrama.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan dapat

memberikan informasi teoristis maupun empiris, khususnya bagi

pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara

meningkatkan kecerdasan emosional di sekolah.

b. Manfaat konseptual

Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling yang berhubungan dengan

layanan bimbingan kelompok teknik sosidrama untuk meningkatkan kecerdasan

emosional siswa. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan referensi dan dapat

memberikan informasi teoristis maupun empiris, khususnya bagi pihak-pihak

(25)

80

80 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 1.1Kesimpulan

Dari hasil yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama dapat meningkatkan

kecerdasan emosional siswa kelas X SMK Negeri 4 Medan

b. Proses bimbingan kelompok teknik sosiodrama berjalan dengan baik dan

sudah mencapai keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75%.

c. Layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama dapat membuat siswa lebih

aktif dalam berinteraksi dengan kelompoknya dan siswa mampu memahami

pentingya memiliki kecerdasan emosional dalam kehidupan sehari-hari

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya dan dari

kesimpulan di atas makan saran dari peneliti yakni:

a. Kepada konselor maupun calon konselor diharapkan dapat menerapkan teknik

sosiodrama dalam layanan bimbingan kelompok guna meningkatkan

kecerdasan emosional siswa

b. Kepada pihak sekolah diharapkan lebih mendukung program-program layanan

bimbingan konseling di sekolah yang berkaitan dengan pengembangan diri

(26)

81

c. Kepada siswa diharapkan lebih aktif berinteraksi dengan teman sebaya dengan

membentuk kecerdasan emosional yang lebih baik lagi dan menghargai teman

sehingga terbentuk kemampuan interpersonal yang baik pada lingkungan

sekitarnya.

d. Kepada peneliti lainnya yang berminat mengangkat judul mengenai

kecerdasan emosional diharapkan mempertimbangkan variabel-variabel yang

lain yang lebih mempengaruhi aspek kecerdasan emosional dan

(27)

82

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Hipotesis Penelitian. Bandung: Rosda.

Damayanti, Nidya. 2012. Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling. Yogyakarta:Araska.

Dewi, 2013. Profesionalisasi Guru BK Melalui PTBK. Medan: UNIMED

Efendi. .A. 2005. Revolusi Kecerdasan. Jakarta: Alfabeta.

Gardner, H. 2003. Kecerdesan Majemuk, Teori Dalam Praktek. Batam: Interaksara.

Goleman, D. 1996. Emotional Intelligence. New York: Bantam Books.

Hartinah Sitti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Reflika Aditama.

Istarani. 2012. Kumpulan 39 Metode Pembelajaran. Medan : Penerbit Iscom Medan.

Prayitna & Erman Amti. 2009. Dasar-dasar Bimbingan & Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan Dan Konseling Kelompok Dasar Dan Profil. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sunarto & Hartono. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta Press.

Tohirin. 2013. Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah. Jakarta:Grafindo Persada.

Uno, H. 2014. Teori motivasi Dan Pengukuran. Bandung: Bumi Aksara.

Gambar

Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling .........  39

Referensi

Dokumen terkait

Masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama terhadap peningkatkan perilaku prososial siswa

“ Ada pengaruh Yang Signifikan Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Kecerdasan Emosional Pada Siswa Kelas VIII-B Di SMP Ar-Rahman Medan Helvetia Tahun Ajaran

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimanakah gambaran kecerdasan emosional siswa sebelum dilaksanakan layanan bimbingan kelompok? 2)

Observasi Kolabolator Terhadap Peneliti Saat Memberikan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama Untuk Meningkatkan Kemampuan Kepemimpinan Siswa Kelas XI

Ada hubungan positif yang signifikan antara Layanan Bimbingan Kelompok dengan Kecerdasan Emosional pada siswa kelas VII SMP PGRI Kasihan Tahun Ajaran 2017/2018.

Perubahan perilaku sopan santun siswa dari kondisi awal dan setelah siklus I berdasar pengamatan saat siswa melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan

Tujuan dalam penelitian ini adalah mendiskripsikan pelaksanaan penerapan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama untuk meningkatkan kontrol diri dalam

4.1 Hasil Wawancara Peneliti Terhadap Konselor Kelas VIII H Pra Penelitian Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Sosiodrama 106 4.2 Hasil Observasi Peneliti Terhadap