PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS (TWO STAY TWO STRAY) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA
KELAS X MAN 3 MEDAN
Oleh :
Thoyibah Hutasuhut NIM.4123311053
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
Thoyibah Hutasuhut dilahirkan di Medan pada tanggal 13 Juni 1994. Dibesarkan
oleh Ayahanda tercinta Drs. Isrul Riadi Hutasuhut dan Ibunda tercinta bernama
Nurhasannah Sinaga. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara, dan
merupakan saudara kandung dari Khadijah Hutasuhut. Pada tahun 1998, penulis
masuk TK di TK/TPA Ikhlasul Amal Medan, dan lulus pada tahun 1999, Pada
tahun 2000, penulis masuk SD di Madrasah Ibtidaiyah Syuhada Medan, dan lulus
pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan di Mts Negeri
2 Medan , dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan
pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri 3 Medan dan lulus pada tahun 2012. Pada
tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
iii
iii
PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS (TWO STAY TWO STRAY) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA
KELAS X MAN 3 MEDAN
Thoyibah Hutasuhut (4123311053)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) lebih tinggi daripada model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada kelas X Man 3 Medan. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Semester II MAN 3 Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dengan mengambil 2 kelas dari 6 kelas secara acak yaitu kelas eksperimen 1 yang berjumlah 40 orang dan kelas eksperimen 2 yang berjumlah 40 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah tes kemampuan pemecahan masalah yang telah divalidasi dalam bentuk uraian. Dari hasil penelitian yang diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen 1 dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dan kelas eksperimen 2 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match diperoleh nilai rata – rata kelas eksperimen 1 sebesar 16,7 dan nilai rata-rata kelas eksperimen 2 sebesar 15,23. Hasil uji t pihak kanan dengan dk = 78 dan
= 0,05, diperoleh thitung = -0,2940 dan ttabel = 1,990 sehingga thitung ttabel yaitu : -0,2940 1,990 maka Ha diterima, dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) tidak lebih baik dari model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada siswa kelas X MAN Medan.
iv
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
menitipkan setitik ilmu serta melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “ Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif TSTS (Two Stay Two Stray) Dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match Pada Kelas X MAN Medan”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
pendidikan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
Ibu Dra. Nurliani Manurung, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran guna
kesempurnaan skripsi ini, Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Bapak Dr. Togi, M.Pd , Drs. W.L. Sihombing, M.Pd, dan Denny Haris, S.Si,
M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam
penyusunan skripsi ini.Terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Martuah
Manullang, M.Pd,selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingan dan saran–saran dalam perkuliahan. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor
UNIMED, Bapak Prof. Drs. Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA
UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak
Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika FMIPA UNIMED,
Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika,dan seluruh Bapak, Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan
Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulisdan memberikan
kelancaran selama penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Muhammad
Asrul, S.Ag, M.Pd selaku Kepala Sekolah yang telah memberikan izin kepada
v
juga kepada Ibu Atfaiyah Harahap, S.Pd selaku guru bidang studi Matematika
kelas X-1 dan X-2 yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan
penelitian.
Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda yang
tersayang Drs. Isrul Riadi Hutasuhut dan Ibunda tercinta Nurhasannah Sinaga
yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, doa, dorongan, semangat, dan
pengorbanan yang tak ternilai harganya. dan kasih sayangnya kepada penulis
dalam menyelesaikan studi.
Terima kasih juga buat sahabat penulis yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan semangat dan dukungan yaitu
semua teman-teman sekelas Matematika Ekstensi A’12 yang tidak bias penulis
sebutkan satu persatu yang senantiasa mendukung dan menemani penulis dalam
suka maupun duka.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan baik dari
segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Penulis
berharap isi skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.
Medan, Maret 2017
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel xi
Daftar Lampiran xii BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Identifikasi Masalah 5
1.3. Batasan Masalah 6
1.4. Rumusan Masalah 6
1.5. Tujuan Penelitian 7
1.6. Manfaat Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis 9
2.1.1. Pengertian Matematika 9 2.1.2. Pembelajaran Matematika 10 2.1.3. Proses Belajar Mengajar Matematika 11 2.1.3.1 Belajar Matematika 11 2.1.3.2 Mengajar Matematika 12 2.1.4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 12 2.1.4.1 Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 12 2.1.5. Model Pembelajaran Kooperatif 14 2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) 21 2.1.7. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match 24 2.1.8. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS
(Two Stay Two Stray) dengan Make a Match 26 2.1.9. Materi yang terkait dengan Penelitian 28 2.1.9.1. Eksponen dan Sifat – sifatnya 28 2.2. Penelitian yang Relevan 34
2.3. Kerangka konseptual 34
2.4. Hipotesis 36
BAB III METODE PENELITIAN
vii
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 37 3.3. Populasi, Sampling, dan Sample Penelitian 38 3.4. Sumber Data dan Variabel 38 3.5. Instrumen Penelitian 39 3.5.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 39 3.5.2. Pre – test (Tes Awal) 40 3.5.3. Post – test (Tes Sesudah Perlakuan) 40
3.6. Analisis Data 40
3.6.1. Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 40
3.6.1.1. Uji Normalitas 41
3.6.1.2. Uji Homogenitas 42
3.6.1.3. Uji Non Parametrik 44 3.6.1.4. Uji Non Homogenitas 44 3.6.1.5. Uji Independen Tes / Uji t 45
3.7. Desain Penelitian 48
3.8. Prosedur Penelitian 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 52
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 52 4.1.1.1. Statistika Deskripsi Hasil Penelitian 52 4.1.2. Analisis Hasil Penelitian 53
4.1.2.1. Uji Normalitas 53
4.1.2.2. Uji Homogenitas 54
4.1.2.3. Uji t 54
4.1.2.4. Paparan Jawaban Siswa 55 4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 69
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 70
5.2. Saran 71
DAFTAR PUSTAKA 72
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) TSTS 73 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) Make a Match 83 Lampiran 3 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) TSTS 92 Lampiran 4 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Make a Match 98 Lampiran 5 Kartu Soal (Make a Match) 100 Lampiran 6 Kartu Jawaban (Make a Match) 102 Lampiran 7 Alternatif Penyelesaian Kartu Soal 103 Lampiran 8 Pedoman Penskoran Pre – test 106 Lampiran 9 Pedoman Penskoran Post – test 108 Lampiran 10 Kisi – kisi Pre – test 110 Lampiran 11 Kisi – kisi Post – test 111 Lampiran 12 Pre – test Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 112 Lampiran 13 Post – test Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 113 Lampiran 14 Alternatif Penyelesaian dan Penskoran Pre – test 114 Lampiran 15 Alternatif Penyelesaian dan Penskoran Post – test 117 Lampiran 16 Lembar Validitas Pre – tes (TKPM) 118 Lampiran 17 Lembar Validitas Post – tes (TKPM) 119 Lampiran 18 Data Pre – test dan Selisih Postest – Pretest 120 Lampiran 19 Perhitungan Uji Normalitas Pre – test dan Selisih
Posttest – Pretest 123 Lampiran 20 Perhitungan Uji Homogenitas Pre – test dan Selisih
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia serta keterampilan yang di perlukan
dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara. UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20
tahun 2003, menyatakan, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani. Kepribadian yang
mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Negara yang
telah maju dalam bidang teknologi atau pun bidang yang lainnya, semua itu tidak
terlepas dari pendidikan. Hal ini dikarenakan orang yang cerdas akan dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada negaranya. Salah satu proses yang
penting dalam pendidikan adalah proses pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru, siswa,
sumber dan media pembelajaran. Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasal 1 menyatakan bahwa kegiatan
pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
serta memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Kegiatan ini dilakukan
secara sistematis melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Hal ini
berarti dalam pembelajaran seorang guru dituntut untuk dapat memiliki metode
dan teknik-teknik tertentu untuk menciptakan kondisi kelas yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan.
2
Proses pembelajaran sangat dibutuhkan pada pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika yang menurut sejarah merupakan penentu jatuh
bangunnya suatu negara adalah mata pelajaran yang memiliki struktur dan
keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan
siapapun yang mempelajarinya akan terampil dalam berpikir rasional.
Menurut Hendriana (2014 : 13) Matematika memiliki karakteristik yang sifatnya
menekankan pada proses yang memerlukan penalaran yang logis dan aksiomatik,
yang diawali dengan proses induktif yang meliputi susunan konjektur, model
matematika, analogi dan generalisasi, melalui pengamatan terhadap sejumlah data.
Karakteristik berikutnya, di tinjau dari segi unsure – unsurnya, matematika dikenal
dengan pula sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematis dalam arti bagian – bagian
matematika tersusun secara hierarkis dan terjalin dalam hubungan fungsional yang
erat.
Hamzah (2014 : 58) memandang bahwa :
Matematika adalah cabang pengetahuan eksak dan terorganisi, ilmu deduktif tentang keluasan atau pengukuran dan letak, tentang bilangan – bilangan dan hubungan – hubungannya, ide – ide, struktur – struktur, dan hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis.
Berdasarkan uraian tersebut jelaslah bahwa matematika harus dipelajari
siswa pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan
tinggi.
Namun selama ini, proses pembelajaran matematika yang berlangsung di
dalam kelas masih berpusat pada guru, hal ini di peroleh dari hasil wawancara
peneliti dengan salah satu guru bidang studi matematika MAN 3 Medan yaitu
Atfaiyah Harahap, S.Pd, Berdasarkan keterangan beliau diketahui bahwa kegiatan
pembelajaran matematika selama ini masih bersifat teacher oriented. Sekitar 70%
kegiatan pembelajaran masih terpusat pada guru. Guru lebih banyak menjelaskan,
dan memberikan informasi tentang konsep-konsep yang akan dibahas dan siswa
hanya aktif menerima informasi dengan cara mendengarkan, mencatat atau
menyalin, dan menghafal, sehingga membuat pengetahuan yang diperoleh cepat
dilupakan dan tidak bermakna. Proses pembelajaran seperti ini menjadikan siswa
3
untuk mencapai pembelajaran yang optimal, yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran yang baru.
Fathurrohman (2015 : 29) mengemukakan bahwa “Model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan pembelajaran”.
Model Pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh
memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru haruslah ikut
melibatkan siswa atau yang membuat siswa aktif guna menunjang kelancaran
dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran tersebut adalah model
pembelajaran kooperatif . Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi
model yang dapat diterapkan, diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif
tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dan model pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match.
Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) yaitu dua
tinggal dua tamu, teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk membagikan
hasil informasi dengan kelompok lain, dimana dalam satu kelompok terdiri dari
empat siswa yang nantinya dua siswa bertugas sebagai pemberi informasi dari
tamunya, dan dua siswa lagi bertamu ke kelompok yang lain secara terpisah.
Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS menekankan pada pemberian dan
pencarian informasi kepada kelompok lain. Dengan begitu, tentunya siswa
dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang di utarakan oleh temannya
ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk
menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah
tersebut. Menurut Fathurrohman (2015 : 91) Kelebihan model pembelajaran
kooperatif tipe TSTS adalah dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan
semua tingkat usia siswa. Selain itu Model ini tidak hanya bekerja sama dengan
anggota sekelompok, tetapi bisa juga bekerja sama dengan kelompok lain yang
memungkinkan terciptanya keakraban sesama teman dalam suatu kelas dan lebih
berorientasi pada keaktifan siswa.
4
Berbeda dengan TSTS (Two Stay Two Stray), model pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match memiliki karakteristik yang khusus, adapun
Karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match adalah adanya
permainan mencari pasangan. Permainan mencari pasangan menggunakan kartu
yang berisi soal dan jawaban dari kartu yang diberikan kepada siswa. Model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match merupakan model pembelajaran yang
dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Salah satu keuntungan teknik
ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan. Kirana (2016) melaporkan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Berdasarkan penjelasan kedua tipe model pembelajaran tersebut
maka penerapan model pembelajaran yang bervariasi dapat mengatasi kejenuhan
siswa sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran sangat berpengaruh
terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Ulfiah Harlena (2012), memperoleh
kesimpulan bahwa Prestasi Belajar Matematika Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (Two Stay Two Stray) lebih tinggi
dibandingkan Model PBM (Pembelajaran Berbasis Masalah), dan
Penelitian yang dilakukan oleh Febri Yanti (2016), memperoleh kesimpulan
bahwa hasil belajar matematika siswa menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match lebih tinggi dibandingkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian tersebut mendukung penelitian
yang akan dilaksanakan oleh peneliti.
Menurut Hendriana (2014 : 19) Berdasarkan jenisnya, kemampuan
matematik dapat diklasifikasikan dalam lima kompetensi utama, yaitu :
pemahaman matematik (mathematical understanding), pemecahan masalah
(mathematical problem solving), komunikasi matematika (mathematical
communication), koneksi matematika (mathematical connection), dan penalaran
matematik (mathematical reasoning). Kemampuan-kemampuan itu disebut
dengan daya matematik (mathematical power) atau keterampilan bermatematika
5
math yang erat kaitannya dengan karakteristik matematika adalah kemampuan
pemecahan masalah”. Pemecahan masalah menurut Hartono (2014 : 3) merupakan
hal yang sangat penting sehingga menjadi tujuan umum pengajaran matematika
bahkan sebagai jantungnya matematika, Proses berpikir dalam pemecahan
masalah memerlukan kemampuan mengorganisasikan strategi. Hal ini akan
melatih orang berpikir kritis, logis, kreatif yang sangat diperlukan dalam
menghadapi perkembangan masyarakat.
Kemampuan pemecahan masalah ini erat kaitannya dengan komponen
pemahaman siswa dalam bermatematika Kaitan antara kemampuan pemahaman
dengan pemecahan masalah dapat dipertegas bahwa, jika seseorang telah memiliki
kemampuan pemahaman terhadap konsep-konsep matematika, maka ia mampu
menggunakannya untuk memecahkan masalah. Sebaliknya, jika seseorang dapat
memecahkan suatu masalah, maka orang tersebut harus memiliki kemampuan
pemahaman terhadap konsep-konsep matematika yang telah dipelajari
sebelumnya. Hendriana (2014 : 23) mengatakan bahwa “Proses pemecahan
masalah matematika merupakan salah satu kemampuan dasar matematik yang
harus dikuasa siswa sekolah menengah” .
Berkaitan dengan hal tersebut di atas peneliti merasa perlu untuk
melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match pada siswa kelas X MAN 3 Medan”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah peneletian ini adalah :
1. Matematika dianggap sebagai pelajaran membosankan oleh siswa kelas X
MAN 3 Medan, hal tersebut diketahui dari siswa yang tidak fokus dalam
mengikuti pelajaran, karena beberapa diantara siswa ada yang berbicara
dengan temannya bahkan mengantuk sehingga guru mata pelajaran harus
6
2. Kegiatan pembelajaran yang masih berpusat kepada guru.
3. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi, model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match belum pernah diterapkan
sebelumnya disekolah tersebut, hal ini diketahui dari hasil wawancara
langsung dengan guru yang bersangkutan.
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat di laksanakan dengan baik dan terarah maka
penelitian ini hanya dibatasi dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dan model pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match serta perbedaannya terhadap Kemampuan pemecahan masalah matematika
pada materi Eksponen di kelas X MAN 3 Medan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam peneletian ini di fokuskan pada :
1. Bagaimanakah Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada
kelas X MAN 3 Medan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TSTS (Two Stay Two Stray)?
2. Bagaimanakah Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada
kelas X MAN 3 Medan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match ?
3. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray)
lebih tinggi digunakan pada kemampuan pemecahan masalah matematika
daripada model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada kelas X
7
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two
Stray) pada siswa kelas X MAN 3 Medan.
2. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika
menggunakan model Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada
siswa kelas X MAN 3 Medan.
3. Untuk menunjukkan kemampuan pecahan masalah matematika
menggunakan TSTS (Two Stay Two Stray) lebih tinngi daripada model
Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada materi Eksponen pada
kelas X MAN 3 Medan.
1.6 Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Khususnya berkaitan
dengan upaya memahami pelajaran matematika.
2. Secara praktis
a. Bagi sekolah
Sebagai masukan untuk menentukan kebijakan dalam membantu
meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Bagi guru
Menambah pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran
yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Bagi siswa
1) Menumbuhkan motifasi bagi siswa lebih giat dengan adanya
8
2) Membantu siswa lebih mudah memahami materi dengan
menggunakan model pembelajaran yang tepat.
d. Bagi peneliti
1) Untuk memperdalam dan menambah pengetahuan aplikatif setelah
pengetahuan teoritis peneliti terima.
2) Menambah informasi tentang Perbedaan Antara Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match pada siswa
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray)
diperoleh rata-rata selisih pretest-posttest kemampuan pemecahan masalah
sebesar sedangkan hasil kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa yang diajar dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Make a
Match diperoleh rata-rata selisih pretest-posttest kemampuan pemecahan
masalah sebesar .
2. Hasil uji hipotesis memberikan nilai thitung = dan ttabel =
dengan dan taraf signifikan sehingga terlihat
yaitu yang berarti bahwa Ho diterima
dan H1 ditolak. Sehingga disimpulkan bahwa Model Pembelajaran
Kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) tidak lebih baik untuk
kemampuan pemecahan masalah matematika dari Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Make a Match
3. Paparan jawaban siswa yang diajarkan dengan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) tidak lebih tinggi untuk
kemampuan pemecahan masalah matematika dari Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Make a Match. Hal ini dapat dilihat dari persentasi
jawaban yang diperoleh pada kelas eksperimen 1 yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two
Stray) dan kelas eksperimen 2 yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match pada soal nomor 1, 2, dan 3
4. Dalam proses pembelajarannya model pembelajaran kooperatif tipe TSTS
(Two Stay Two Stray) adalah model pembelajaran yang membentuk siswa
71
anggota kelompok yang ditugaskan untuk bekerja sama, dan dalam hal ini
siswa memiliki dua tanggung jawab yaitu: mereka belajar untuk dirinya
sendiri dan mereka membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.
5. Dalam proses pembelajarannya siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe make match dibentuk ke dalam 5 kelompok,
2 kelompok yang terpilih diberikan kartu soal dan jawaban, kemudian
siswa di tugaskan untuk mencari paasangan pada masing – masing kartu
mereka, sehingga dalam proses nya siswa di tuntut untuk berkolaborasi
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. sehingga siswa temotivasi dan
antusias untuk menyelesaikan soal yang diberikan dengan cepat dan tepat
karena harus menemukan pasangan kartunya sebelum batas waktu yang
ditentukan sehingga menjadikan suasana pembelajaran semakin dinamis.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan
adalah:
1. Kepada guru matematika dapat menjadikan model pembelajaran
kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) ataupun Make a Match
sebagai salah satu alternatif dalam memilih model pembelajaran yang
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa.
2. Kepada guru matematika dapat menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) ataupun Make a Match
sebagai model pembelajaran yang diharapkan dapat membuat siswa
menjadi lebih aktif dalam mengikuti pelajaran.
3. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran
kooperatif sebaiknya dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik – baiknya
agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
4. Kepada calon peneliti berikutnya agar mengadakan penelitian yang sama
72
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. 2013. Penerapan model make a match pada pokok bahasan tata Nama senyawa untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas x - 4 SMA Negeri 1 Sebulu. Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013. ISBN : 978-602-19421-0-9
Asmani, J.M. 2016. Tips Efektif Cooperative Learning. Yogyakarta : Diva Press
Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana
Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model – model pembelajaran Inovatif. Yogyakarta : Ar – ruzz Media
Fatonah, Siti. 2014. Pembelajaran Sains. Yogyakarta : Ombak Dua
Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Hartono, Yusuf. 2014. Strategi Pemecahan Masalah Matematika. Yogyakarta : Graha Ilmu
Hendriana, Heris dan Soemarmo, Utari. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung : PT Refika Aditama
Indah Susanti, Meilia Nur. 2010. Statistik Deskriptif dan Induktif. Yogyakarta : Graha Ilmu
Lestari, K.E dan Yudhanegara, M.R. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung : PT Refika Aditama
Nurhayati. 2008. Studi Perbandingan Metode Sampling Antara Simple Random Dengan Stratified Random. Jurnal Jurusan Sistem Informasi.Vol.3/no.1/Mei/2008. ISSN 1978-9483
Sari MM, Rizky dan Tri Listyorini. 2013. Analisis Statistik Untuk Pengukuran Nilai Pembelajaran Logika Informatika (Studi Kasus : Program Studi Teknik Informatika). Jurnal Jurusan Teknik Informatika. Vol.4/no.1/November/2013.ISSN: 2252-4983
Shadiq, Fajar. 2014. Strategi Pemodelan pada Pemecahan Masalah Matematika. Yogyakarta : Ruko Jambusari
Sudjana.2005.Metoda Statistika. Bandung : TARSITO
Suharjito, Didik. 2014. Pengantar Metodologi Penelitian. IPB : IPB Press