• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Kinerja Karyawan Dengan Menggunakan Integrasi Sistem 3600 Feedback Dan Metode AHP Di PT Sinar Sosro Cabang Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengukuran Kinerja Karyawan Dengan Menggunakan Integrasi Sistem 3600 Feedback Dan Metode AHP Di PT Sinar Sosro Cabang Deli Serdang"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUKURAN KINERJA SUPERVISOR DENGAN

MENGGUNAKAN INTEGRASI DARI

SISTEM 360

0

FEEDBACK

DAN METODE AHP

DI PT. SINAR SOSRO CABANG DELI SERDANG

DRAFT SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh:

Anderson Layasi Sitepu NIM. 080403054

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan puji ke hadirat

Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan yang harus

dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara. Penulisan Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan di PT. Sinar Sosro Cabang Deli Serdang yaitu perusahaan yang

bergerak di bidang pembuatan minuman ringan dalam botol dan kemasan.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis memilih judul “ Pengukuran Kinerja Karyawan dengan Menggunakan Integrasi Sistem 3600 Feedback dan Metode AHP di PT Sinar Sosro Cabang Deli Serdang

Penulis juga menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih ada kekurangannya

dikarenakan keterbatasan waktu, pengetahuan, dan pengalaman penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran-saran yang sifatnya dapat

membangun. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat berguna bagi seluruh

pembaca.

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI MEDAN, FEBRUARI 2015

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama penulis panjatkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha

Esa atas segala waktu dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis

sehingga Tugas Akhir ini dapat selesai dengan baik.

Penulis banyak menerima bantuan baik secara materiil maupun moral dari

berbagai pihak dalam penulisan Tugas Akhir ini. Pada kesempatan ini, penulis

dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas

Akhir ini, khususnya kepada :

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT sebagai Ketua Departemen Teknik Industri.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, M.SIE sebagai Dosen Pembimbing

I dan Bapak Erwin Sitorus, ST, MT sebagai Dosen Pembimbing II yang

telah rela meluangkan waktu dan memberikan bimbingan kepada penulis.

3. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT sebagai Dosen Penguji I dan Bapak

Buchari, ST, M.Kes sebagai Dosen Penguji II.

4. Seluruh anggota keluarga yang telah memberikan kasih sayang serta

dukungan kepada penulis, khususnya kepada Ayahanda E. Sitepu dan

Ibunda tercinta E. br. Tarigan.

5. Seluruh pegawai jurusan Departemen Teknik Industri.

6. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Industri stambuk 2008, terkhusus kepada

(8)

Edward Butar-Butar, dan masih banyak lagi yang tidak dapat penulis

sebutkan

7. Terkhusus kepada teman-teman yang ikut serta memberikan dukungan

(9)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... xiv

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1

1.2. Rumusan Masalah... I-5

1.3. Tujuan Penelitian ... I-5

1.4. Manfaat Penelitian ... I-6

1.5. Batasan dan Asumsi yang Digunakan ... I-6

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... 1-7

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1

2.2. Ruang Lingkup Usaha ... II-3

(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.4. Daerah Pemasaran ... II-4

2.5. Proses Produksi... II-4

2.5.1. Bahan yang Digunakan ... II-5

2.6. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-10

2.7. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-10

2.7.1. Tenaga Kerja ... II-10

2.7.2. Jam Kerja ... II-11

2.7.3. Sistem Pengupahan Dan Fasilitas yang Digunakan ... II-12

III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Pengertian Kinerja ... III-1

3.2 PengukuranKinerja ... III-2

3.2.1. Faktor Pengukuran Kinerja ... III-3

3.2.2. Metode Pengukuran Kinerja ... III-10

3.3. Evaluasi Kinerja ... III-14

3.4. Pengukuran Kinerja 3600Feedback ... III-15

3.4.1. Desain Sistem Penilaian Kinerja 3600Feedback ... III-17

3.4.2. Tahapan Pelaksanaan Penilaian Kinerja 3600Feedback ... III-21

3.5. Analytical Hierarchy Process (AHP) ... III-22

(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.6. Uji Validitas ... III-25

3.7. Uji Reliabilitas ... III-26

3.8. Mengubah Data Ordinal ke Data Interval dengan Metode MSI ... III-26

3.8.1. Perhitungan MSI ... III-26

3.8.1. Akibat-akibat Kalau Bukan Data Interval yang Digunakan ... III-28

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Jenis Penelitian ... IV-1

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1

4.3. Variabel Penelitian ... IV-2

4.4. Defenisi Operasional ... IV-5

4.5. Kerangka Konseptual ... IV-7

4.6. Populasi dan Sampel ... IV-8

4.7. Metode Pengumpulan Data ... IV-10

4.7.1. Pengumpulan Data Primer ... IV-10

4.7.2. Pengumpulan Data Sekunder ... IV-11

4.8. Pengolahan Data ... IV-12

4.9. Analisis dan Pembahasan ... IV-13

(12)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Pengumpulan Data Tahap I ... V-1

5.1.2. Pengumpulan Data Tahap II ... V-7

5.2. Pengolahan Data ... V-8

5.2.1. Penentuan Bobot Variabel dan Subvariabel ... V-8

5.2.1.1. Perhitungan Rata-rata Pembobotan ... V-8

5.2.1.2. Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi Matriks V-13

5.2.1.3. Penentuan Bobot Prioritas untuk Alternatif ... V-23

5.2.1.4. Perhitungan Total Bobot Variabel... V-26

5.2.2. Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Integrasi 3600 dan

AHP ... V-26

5.2.2.1. Perancangan Kuesioner 3600 Feedback ... V-28

5.2.2.2. Perancangan Prosedur Pengukuran Kinerja Integrasi V-29

5.3. Penilaian Kinerja Supervisor dengan Metode 3600 Feedback... V-34

5.3.1. Transformasi Data Ordinal ke Data Interval ... V-34

5.3.2. Uji Validitas ... V-36

5.3.2.1. Uji Validitas Penilaian Supervisor Keuangan ... V-36

5.3.2.2. Uji Validitas Penilaian Supervisor Personalia ... V-38

(13)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.3.2.4. Uji Validitas Penilaian Supervisor Produksi ... V-39

5.3.2.5. Uji Validitas Penilaian Supervisor Logistik ... V-40

5.3.3. Uji Reliabilitas ... V-40

5.3.3.1. Uji Reliabilitas Penilaian Supervisor ... V-41

5.3.4. Hasil Penilaian Kinerja dengan 3600 Feedback ... V-42

5.3.4.1. Hasil Penilaian Kinerja Supervisor Keuangan ... V-42

5.3.4.2. Hasil Penilaian Kinerja Supervisor Personalia... V-44

5.3.4.3. Hasil Penilaian Kinerja Supervisor QC ... V-45

5.3.4.4. Hasil Penilaian Kinerja Supervisor Produksi ... V-47

5.3.4.5. Hasil Penilaian Kinerja Supervisor Logistik ... V-49

5.4. Nilai Kinerja Supervisor Berdasarkan Hasil Integrasi 3600 Feedback

dan AHP ... V-50

5.4.1. Nilai Kinerja Integrasi Supervisor Keuangan ... V-50

5.4.2. Nilai Kinerja Integrasi Supervisor Personalia... V-51

5.4.3. Nilai Kinerja Integrasi Supervisor QC ... V-52

5.4.4. Nilai Kinerja Integrasi Supervisor Produksi ... V-53

5.4.5. Nilai Kinerja Integrasi Supervisor Logistik ... V-53

(14)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

6.2. Analisis dan Pembahasan Bobot Variabel dan Subvariabel ... VI-2

6.3. Analisis Rasio Konsistensi ... VI-3

6.4. Indikator Subvariabel Pengukuran Kinerja Individu (Supervisor) ... VI-3

6.5. Kriteria, Derajat, dan Periode Pengukuran Kinerja Individu ... VI-5

6.6. Analisis dan Pembahasan Penilaian Kinerja Supervisor dengan Metode

3600 Feedback... VI-10

6.6.1. Penilaian Kinerja Supervisor Keuangan ... VI-10

6.6.2. Penilaian Kinerja Supervisor Personalia ... VI-11

6.6.3. Penilaian Kinerja Supervisor QC ... VI-12

6.6.4. Penilaian Kinerja Supervisor Produksi ... VI-14

6.6.5. Penilaian Kinerja Supervisor Logistik ... VI-15

6.7. Analisis Penilaian Hasil Kinerja Integrasi ... VI-16

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-3

(15)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

3.1. Subvariabel Keahlian Kognitif Menurut Younus Vakil Alroaia ... III-4

3.2. Subvariabel Keahlian Teknis Menurut Younus Vakil Alroaia ... III-5

3.3. Subvariabel Keahlian Pribadi Menurut Younus Vakil Alroaia ... III-5

3.4. Subvariabel HumanSkills Menurut Younus Vakil Alroaia... III-5

4.1. Daftar Referensi Variabel dan Subvariabel Pengukuran Kinerja Individu .... IV-3

4.2. Data Responden Pendahuluan dan AHP ... IV-9

4.3. Responden Penilaian Supervisor Keuangan ... IV-10

4.4. Responden Penilaian Supervisor Personalia ... IV-10

4.5. Responden Penilaian Supervisor Quality Control ... IV-11

4.6. Responden Penilaian Supervisor Produksi ... IV-11

4.7. Responden Penilaian Supervisor Logistik ... IV-12

5.1. Rekapitulasi Kuesioner Pendahuluan untuk Karakteristik Pribadi Usulan

Peneliti ... V-2

5.2. Rekapitulasi Kuesioner Pendahuluan untuk Keahlian Teknis Usulan

Peneliti ... V-3

5.3. Rekapitulasi Kuesioner Pendahuluan untuk Keahlian Hubungan

Antar-Manusia Usulan Peneliti ... V-4

5.4. Rata-rata Pembobotan Variabel Kinerja Karyawan ... V-7

(16)

TABEL HALAMAN 5.5. Rata-rata Pembobotan Subvariabel Karakteristik Pribadi ... V-8

5.6. Rata-rata Pembobotan Subvariabel Keahlian Teknis ... V-9

5.7. Rata-rata Pembobotan Subvariabel Keahlian Hubungan Antar-Manusia ... V-10

5.8. Bobot Parsial Variabel Kinerja Karyawan ... V-11

5.9. Bobot Parsial Subvariabel Karakteristik Pribadi ... V-13

5.10. Bobot Parsial Subvariabel Keahlian Teknis ... V-15

5.11. Bobot Parsial Subvariabel Keahlian Hubungan Antar-Manusia ... V-17

5.12. Rekapitulasi Bobot Parsial ... V-19

5.13. Perhitungan Bobot Prioritas Level 3 ... V-20

5.14. Perhitungan Bobot Prioritas Level 2 ... V-21

5.15. Perhitungan Total Bobot Variabel Kinerja Karyawan ... V-21

5.16. Rekapitulasi Bobot Prioritas Variabel/Subvariabel Pengukuran Kinerja

Karyawan ... V-22

5.17. Validitas Subvariabel Penilaian Supervisor Keuangan ... V-37

5.18. Validitas Subvariabel Penilaian Supervisor Personalia ... V-38

5.19. Validitas Subvariabel Penilaian Supervisor Quality Control ... V-39

5.20. Validitas Subvariabel Penilaian Supervisor Produksi ... V-39

5.21. Validitas Subvariabel Penilaian Supervisor Logistik ... V-40

(17)

TABEL HALAMAN 5.22. Perhitungan Manual σ untuk Subvariabel Pertama ... V-41

5.23. Nilai σ untuk Setiap Subvariabel ... V-41

5.24. Hasil Uji Reliabilitas Penilaian Supervisor ... V-42

5.25. Penilaian Kinerja untuk Supervisor Keuangan ... V-43

5.26. Rata-rata Penilaian Kinerja untuk Supervisor Keuangan... V-43

5.27. GAP Penilaian Kinerja Supervisor Keuangan ... V-44

5.28. Penilaian Kinerja untuk Supervisor Personalia ... V-44

5.29. Rata-rata Penilaian Kinerja untuk Supervisor Personalia ... V-45

5.30. GAP Penilaian Kinerja Supervisor Personalia ... V-45

5.31. Penilaian Kinerja untuk Supervisor Quality Control ... V-46

5.32. Rata-rata Penilaian Kinerja untuk Supervisor Quality Control ... V-46

5.33. GAP Penilaian Kinerja Supervisor Quality Control ... V-47

5.34. Penilaian Kinerja untuk Supervisor Produksi ... V-47

5.35. Rata-rata Penilaian Kinerja untuk Supervisor Produksi ... V-48

5.36. GAP Penilaian Kinerja Supervisor Produksi ... V-48

5.37. Penilaian Kinerja untuk Supervisor Logistik ... V-49

5.38. Rata-rata Penilaian Kinerja untuk Supervisor Logistik ... V-49

5.39. GAP Penilaian Kinerja Supervisor Logistik ... V-50

5.40. Format Penilaian Kinerja Integrasi ... V-50

(18)

TABEL HALAMAN 5.41. Nilai Kinerja Integrasi Supervisor Keuangan ... V-51

5.42. Nilai Kinerja Integrasi Supervisor Personalia ... V-51

5.43. Nilai Kinerja Integrasi Supervisor Quality Control ... V-52

5.44. Nilai Kinerja Integrasi Supervisor Produksi ... V-53

5.45. Nilai Kinerja Integrasi Supervisor Logistik ... V-53

6.1. Indikator Subvariabel Pengukuran Kinerja Individu ... VI-4

6.2. Kriteria dan Derajat Pengukuran Kinerja ... VI-6

6.3. GAP Penilaian Kinerja Supervisor Keuangan ... VI-11

6.4. GAP Penilaian Kinerja Supervisor Personalia ... VI-12

6.5. GAP Penilaian Kinerja Supervisor Quality Control ... VI-13

6.6. GAP Penilaian Kinerja Supervisor Produksi ... VI-14

6.7. GAP Penilaian Kinerja Supervisor Logistik ... VI-15

(19)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-8

4.2. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-14

4.3. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-16

5.1. Hierarki Variabel dan Subvariabel Pengukuran Nilai Kinerja Individu ... V-5

5.2. Blok Diagram Prosedur Pengukuran Kinerja Karyawan melalui Integrasi

(20)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai kinerja integrasi

supervisor-supervisor yang bekerja di PT. Sinar Sosro Cabang Deli Serdang. Pengukuran nilai kinerja integrasi dilakukan dengan menggunakan metode 3600 feedback dan AHP.

Penilaian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan tiga kuesioner, yaitu kuesioner pendahuluan (bersifat semi-terbuka) yang digunakan untuk memperoleh subvariabel-subvariabel penilaian kinerja, kuesioner AHP yang digunakan untuk memperoleh bobot prioritas dari masing-masing subvariabel/variabel, serta kuesioner 3600 feedback untuk memperoleh nilai kinerja supervisor.

Hasil dari penilaian dengan menggunakan AHP menunjukkan bahwa variabel keahlian teknis memiliki bobot prioritas paling tinggi yaitu sebesar 0,4523; variabel karakteristik pribadi sebesar 0,3807, serta variabel keahlian teknis dengan bobot terkecil sebesar 0,167.

Hasil dari penilaian dengan menggunakan metode 3600 feedback

menunjukkan adanya gap (perbedaan) yang terjadi dalam menilai kinerja

supervisor yang melibatkan atasan dan bawahan supervisor. Gap yang bernilai positif menunjukkan adanya kesesuaian antara penilaian supervisor dengan atasan maupun bawahan, sedangkan gap bernilai negative menunjukkan adanya ketidaksesuaian dari hasil penilaian yang dampaknya kurang baik bagi kinerja

supervisor.

Nilai kinerja integrasi yang diperoleh supervisor keuangan sebesar 3,45;

supervisor personalia 3,37; supervisor quality control 3,41; supervisor produksi 3,39; serta supervisor logistic 3,31. Nilai kinerja integrasi yang diperoleh

supervisor-supervisor di atas masih tergolong baik.

(21)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai kinerja integrasi

supervisor-supervisor yang bekerja di PT. Sinar Sosro Cabang Deli Serdang. Pengukuran nilai kinerja integrasi dilakukan dengan menggunakan metode 3600 feedback dan AHP.

Penilaian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan tiga kuesioner, yaitu kuesioner pendahuluan (bersifat semi-terbuka) yang digunakan untuk memperoleh subvariabel-subvariabel penilaian kinerja, kuesioner AHP yang digunakan untuk memperoleh bobot prioritas dari masing-masing subvariabel/variabel, serta kuesioner 3600 feedback untuk memperoleh nilai kinerja supervisor.

Hasil dari penilaian dengan menggunakan AHP menunjukkan bahwa variabel keahlian teknis memiliki bobot prioritas paling tinggi yaitu sebesar 0,4523; variabel karakteristik pribadi sebesar 0,3807, serta variabel keahlian teknis dengan bobot terkecil sebesar 0,167.

Hasil dari penilaian dengan menggunakan metode 3600 feedback

menunjukkan adanya gap (perbedaan) yang terjadi dalam menilai kinerja

supervisor yang melibatkan atasan dan bawahan supervisor. Gap yang bernilai positif menunjukkan adanya kesesuaian antara penilaian supervisor dengan atasan maupun bawahan, sedangkan gap bernilai negative menunjukkan adanya ketidaksesuaian dari hasil penilaian yang dampaknya kurang baik bagi kinerja

supervisor.

Nilai kinerja integrasi yang diperoleh supervisor keuangan sebesar 3,45;

supervisor personalia 3,37; supervisor quality control 3,41; supervisor produksi 3,39; serta supervisor logistic 3,31. Nilai kinerja integrasi yang diperoleh

supervisor-supervisor di atas masih tergolong baik.

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam abad ke-21 yang semakin canggih dan berkembang, setiap

perusahaan dihadapkan dengan era globalisasi dimana harus mampu bersaing

dengan perusahaan-perusahaan lain, tidak hanya di dalam negeri, namun dengan

perusahaan di luar negeri. Semakin ketatnya persaingan dalam dunia usaha

mengharuskan perusahaan untuk meningkatkan seluruh kinerja dan

kompetensinya agar mampu bertahan dan memiliki daya saing yang tinggi.

Perkembangan teknologi yang sangat cepat dan tidak terduga serta pengembangan

metode-metode kinerja yang terbaru membuat berbagai perusahaan menjadi lebih

kreatif untuk mendapatkan perhatian dari konsumennya. Oleh sebab itu, setiap

perusahaan harus lebih fleksibel, adaptif, dan bijaksana dalam mengambil

keputusan guna mengembangkan usahanya,

Salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi setiap perusahaan

adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber Daya Manusia yang berkualitas

sangat membantu perusahaan dalam meningkatkan mutu usaha yang menciptakan

daya saing tinggi bagi perusahaan lain. Selain itu, kinerja dari SDM yang dimiliki

perusahaan juga menjadi tolak ukur bagi suatu perusahaan untuk memperoleh

hasil yang maksimal.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan kinerja

(23)

terus-menerus. Hal ini wajib dilakukan oleh setiap perusahaan mengingat sifat dan

kemampuan karyawan yang selalu dinamis. Setiap karyawan memiliki

kemampuan untuk berkembang, beradaptasi, dan berkreativitas dalam

menciptakan barang atau jasa yang berguna bagi perusahaan.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Lokman Effendi Ramli di Malaysia

mengenai analisis kinerja manusia dengan menggunakan integrasi sistem 3600

feedback dan metode AHP, menunjukkan bahwa keterampilan, pengetahuan, serta

etika yang baik harus dimiliki setiap karyawan untuk memperoleh kinerja yang

maksimal bagi perusahaan (Lokman Effendi Ramli dan Aahad m. Osman, 2013).

Hasil penelitian oleh Younus Vakil Alroaia mengenai pengukuran kinerja

karyawan dengan integrasi sistem 3600 feedback dan AHP di kota Tabas, Iran,

menunjukkan bahwa setiap karyawan harus memiliki kemampuan kognitif,

kemampuan teknis, keterampilan pribadi, dan kemampuan bersosial dalam

menjalankan pekerjaannya sehari-hari di perusahaan (Younos Vakil Alroaia dan

Zahran Najafi, 2012).

PT. Sinar Sosro Cabang Deli Serdang merupakan perusahaan yang

bergerak dalam bidang pembuatan minuman ringan dalam botol dan kemasan.

Selama ini, manajemen PT. Sinar Sosro Cabang Deli Serdang melakukan evaluasi

kinerja terhadap karyawan dengan menggunakan penilaian kinerja tradisional

berdasarkan skala peringkat (rating scale).

Penilaian kinerja dengan skala peringkat pada PT. Sinar Sosro Cabang

Deli Serdang hanya memfokuskan penilaian dari satu pihak berdasarkan

(24)

bawahannya, manajer melakukan penilaian terhadap bawahannya, atau seorang

supervisor melakukan penilaian langsung terhadap bawahannya. Penilaian seperti

ini hanya berorientasi pada evaluasi kinerja karyawan saja. Namun, apabila focus

penilaian karyawan dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan objek

penelitian, misalnya melibatkan atasan, rekan kerja, serta bawahan seperti pada

metode penilaian kinerja 3600 feedback, maka hasil penilaian tidak hanya dapat

dilakukan sebagai bahan evaluasi, dan juga dapat sebagai pedoman dalam

melakukan pengembangan.

Penilaian kinerja dengan skala peringkat yang diterapkan ini juga lebih

bersifat subjektif (kurang objektif) karena tidak melibatkan objek yang dinilai

sehingga hasil penilaian masih susah dijadikan acuan untuk mengembangkan

sumber daya manusia yang ada di perusahaan. Namun apabila objek yang dinilai

ikut dilibatkan ( adanya umpan balik) serta melibatkan pihakk-pihak langsung

yang terkait dengan objek penelitian, maka hasil penelitian lebih objektif sehingga

lebih mudah diterima dan dievaluasi untuk melakukan pengembangan yang

diperlukan demi meningkatkan kesejahteraan perusahaan.

Penilaian kinerja yang diterapkan PT. Sinar Sosro hanya mengacu kepada

tindakan yang dilakukan bawahan. Hal ini mengakibatkan variabel penilaian

kinerja tidak bervariasi/monoton. Variabel penilaian yang diterapkan PT. Sinar

Sosro yaitu daftar kehadiran, tanggung jawab kerja, dan kualitas kerja. Penilaian

kinerja yang dilakukan dengan ketiga variabel di atas hanya memberikan

informasi tentang tindakan yang dilakukan oleh bawahan, tidak mencakup

(25)

penilaian kinerja. Kurangnya informasi untuk melakukan penilaian kinerja dapat

menjadi faktor utama kurang berkualitasnya kinerja yang dilakukan seorang

karyawan. Hal ini dapat mengakibatkan nilai kinerja yang ada menjadi stagnan

(statis), bahkan dapat menurun dikarenakan kurangnya informasi yang perlu

diprioritaskan untuk meningkatkan kinerja.

Penurunan nilai kinerja telah dialami oleh PT. Sinar Sosro dalam tiga

tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari kinerja supervisor-supervisor yang ada di

PT Sinar Sosro dimana sebagian besar nilai kinerjanya turun sesuai dengan hasil

penilaian kinerja yang dilakukan sesuai dengan metode yang dierapkan. Misalnya

pada supervisor keuangan, nilai kinerja pada tahun 2011 berada di skala 4 dimana

masih tergolong baik, namun pada tahun 2012 dan 2013 nilai kinerjanya turun

menjadi 3 (cukup baik).

Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan penilaian kinerja karyawan

dengan menggunakan integrasi sistem 3600 feedback dan AHP sebagai bahan

pertimbangan yang lebih berorientasi ke masa depan. Penilaian kinerja dengan

menggunakan sistem 3600 feedback melibatkan banyak orang dalam proses

penilaiannya. Penilaian kinerja yang dilakukan tidak hanya melibatkan atasan,

namun juga melibatkan rekan kerja, bawahan, serta diri sendiri. Kinerja yang

dinilai meliputi karakteristik pribadi (personal characteristic), keahlian teknis

(technical skills),dan keahlian hubungan antar-manusia (human skills). Hal ini

dapat memberikan feedback yang signifikan dan bersifat objektif bagi karyawan.

(26)

menentukan prioritas variabel kinerja yang perlu diperhatikan dalam setiap level

objek yang diukur.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini adalah sistem penilaian kinerja yang dilakukan

oleh pihak manajemen PT. Sinar Sosro Cabang Deli Serdang saat ini kurang

optimal (signifikan) dan objektif dikarenakan penilaian kinerja yang dilakukan

hanya berdasarkan skala peringkat yang dilakukan sendiri oleh atasan terhadap

bawahan. Sistem ini hanya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan

analisis jabatan, bukan sebagai pengembangan kinerja karyawan.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum dilakukan penelitian ini adalah untuk mengukur

nilai kinerja karyawan (dalam hal ini supervisor) sehingga dapat dievaluasi serta

dijadikan pedoman dalam meningkatkan kinerja yang lebih baik. Sedangkan

tujuan khusus dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk menentukan variabel/subvariabel yang diperlukan dalam melakukan

penilaian kinerja.

2. Untuk menentukan prioritas dari variabel/subvariabel penilaian kinerja

sehingga memudahkan dalam melakukan evaluasi dan pengembangan.

3. Memperoleh Gap penilaian kinerja yang dilakukan sehingga membantu

(27)

4. Untuk mengukur kinerja supervisor secara terintegrasi sehingga

mengetahui nilai kinerja integrasi yang dimilki sekarang.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Memberikan informasi bagi perusahaan yang dapat digunakan sebagai

masukan untuk mengetahui seberapa besar potensi yang dimiliki oleh

karyawan.

2. Mengetahui prioritas variabel kinerja karyawan yang dapat digunakan

sebagai acuan dalam melakukan evaluasi bagi karyawan.

3. Menjadi masukan bagi perusahaan dalam upaya peningkatan kinerja

karyawan.

1.5. Batasan dan Asumsi yang Digunakan

Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Penelitian hanya dilakukan pada karyawan level supervisor.

2. Responden dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang memiliki

hubungan perintah langsung terhadap objek penelitian, yaitu atasan, rekan

kerja, bawahan, dan diri sendiri.

3. Variabel kinerja yang akan dinilai adalah variabel karakteristik pribadi,

(28)

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Responden yang dipilih sudah mempunyai pengalaman kerja dan paham

mengenai kinerja objek yang diteliti.

2. Penilaian yang diberikan responden tidak berdasarkan tekanan dari pihak

lain.

3. Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar

95%.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Adapun sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN, membahas tentang latar belakang permasalahan yaitu penjelasan mengenai hal-hal yang melatarbelakangi dalam pengambilan judul

penelitian, kemudian rumusan permasalahan yaitu mengenai permasalahan dalam

penelitian , kemudian tujuan penelitian yaitu berisi tujuan-tujuan dilakukannya

penelitian, kemudian manfaat penelitian yaitu apa saja manfaat yang akan

diperoleh dari penelitian , kemudian batasan masalah yaitu mengenai

batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian serta asumsi-asumsi yang digunakan,

serta sistematika penulisan tugas akhir yaitu tahapan dalam pengerjaan tugas

akhir.

(29)

manajemen perusahaan yaitu mengenai struktur organisasi perusahaan, rincian

tenaga kerja dan pembagian jam kerja.

BAB III LANDASAN TEORI, mengenai tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi teori-teori yang mendukung permasalahan dan analisis pemecahan masalah.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN, berisi metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan

penjelasan tiap tahapan secara ringkas disertai diagram alirnya.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA, memuat data-data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran yang

dilakukan di lapangan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang

digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH, memuat analisis dan pembahasan hasil dari pengolahan data dengan cara membandingkan dengan

teori-teori yang ada. Disamping itu, juga diupayakan untuk memberikan

perbandingan kondisi kerja yang ada dengan kondisi kerja yang diusulkan.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN, berisikan kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian ini serta rekomendasi saran-saran yang

(30)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Perusahaan minuman Sosro pada awalnya merupakan perusahaan keluarga

yang didirikan oleh Bapak Sosrodjojo (alm) pada tahun 1940. Merek Sosro yang

dipakai merupakan singkatan dari nama Bapak Sosrodjojo yang mulai merintis

usaha teh wangi melati pada tahun 1940 di Slawi. Teh wangi melati diperkenalkan

pertama kali bermerek Cap Botol. Tahun 1965 teh wangi melati Cap Botol yang

sudah terkenal di daerah Jawa dan mulai diperkenalkan di Jakarta.

Generasi kedua Sosro dimulai dengan inovasi teh siap minum dengan

pendistribusian secara nasional dan mempunyai kantor di daerah Cakung, suatu

daerah perbatasan antara Jakarta Timur dan Bekasi. Pada saat Sosro memasuki

generasi ketiga (1990), dimulai pengembangan usaha minuman ke berbagai

variasi cita rasa, target, segmen, benefit dan kemasan. Cakupan distribusi produk

telah menambah kawasan internasional dan tetap menempati kantor usaha di

wilayah Cakung. Salah satu dari beberapa pabrik Teh Botol Sosro yang berada di

bawah Sosro Group adalah PT. Sinar Sosro Pabrik Deli Serdang yang berlokasi di

Tanjung Morawa. Perusahaan ini merupakan perusahaan PMDN (Penanaman

Modal Dalam Negeri) yang bergerak di bidang minuman ringan yang tidak

menggunakan bahan pengawet dan zat pewarna.

(31)

Sosro Kencono menjadi PT. Reksobudi Adijaya. Hal ini terjadi karena

adanya pergantian mesin produksi, dimana mesin milik PT. Sinar Sosro Kencono

dibawa ke Unggaran (Jawa Tengah) sedangkan mesin penggantinya dibawa dari

Jakarta, sehingga PT. Sinar Sosro Kencono berpindah alamat ke Unggaran.

Perpindahan mesin ini didasarkan pada kapasitas produksi dan permintaan

konsumen. PT. Reksobudi Adijaya hanya 5 tahun beroperasi, karena pada tanggal

1 Januari 2000 terjadi penggabungan (merger) dari seluruh pabrik/perusahaan

yang berada di bawah Sosro Group. Penggabungan ini bertujuan untuk

memperkuat asset dan bisnis dibidang minuman ringan dalam rangka menghadapi

era globalisasi perdangangan pasar bebas, sehingga PT. Reksobudi Adijaya

berganti nama menjadi PT. Sinar Sosro dengan status cabang di setiap unit

pabrikan, sedangkan kantor pusat tetap berada di Cakung Jakarta Timur.

Pabrik Teh Botol Sosro yang berada di bawah Sosro Group adalah sebagai

berikut :

1. PT. Sinar Sosro Cakung (kantor Pusat), Cakung – Jakarta Timur

2. PT. Sinar Sosro Pabrik Tambun, Bekasi – Jawa Barat

3. PT. Sinar Sosro Pabrik Gresik, Surabaya – Jawa Timur

4. PT. Sinar Sosro Pabrik Pandeglang, Banten

5. PT. Sinar Sosro Pabrik Unggaran, Semarang – Jawa Tengah

6. PT. Sinar Sosro Pabrik Gianyar, Gianyar – Bali

7. PT. Sinar Sosro Pabrik Deli Serdang, Tanjung Morawa – Sumatera Utara

8. PT. Sinar Sosro Pabrik Cibitung, Jawa Barat

(32)

Sehubungan dengan semakiDn besarnya permintaan pasar terhadap hasil

produksi maka tanggal 7 Juni 2000, diresmikan pemakaian mesin produksi yang

baru (lini II) di PT. Sinar Sosro Pabrik Deli Serdang.s Mesin ini merupakan mesin

pertama yang digunakan untuk memproduksi Teh Botol Sosro.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Sinar Sosro Cabang Deli Serdang menghasilkan minuman Teh Botol

Sosro berukuran 220 ml, Fuit Tea Botol, Fruit Tea Genggam, dan AMDK (Air

Minum Dalam Kemasan) dengan merek Prima dalam ukuran galon 19 liter.

Sedangkan jenis-jenis produk lainnya diproduksi oleh PT. Sinar Sosro cabang

lainnya.

Pendistribusian produk PT. Sinar Sosro Pabrik Deli Serdang ini

sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari PT. Sinar Sosro Pabrik SUMUT &

NAD. Perusahaan ini merupakan distributor tunggal produk Sosro untuk kawasan

Sumatera dan masih berada di bawah naungan Sosro Group. Bahan baku yang

dipakai untuk memproduksi Teh Botol Sosro adalah teh wangi melati (jasmine

tea), air dan gula pasir.

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Sinar Sosro pada dasarnya terdiri atas delapan Pabrik, dan untuk

wilayah Sumatera Utara PT. Sinar Sosro Pabrik Deli Serdang terletak di km 14,5

Tanjung Morawa - Sumatera Utara. Dan sebagai kantor pusat dari PT. Sinar Sosro

(33)

2.4. Daerah Pemasaran

Pada era 90-an, PT. Sinar Sosro memasuki generasi ke III dengan

pengembangan usaha minuman ke berbagai cita rasa, target, segmen, benefit dan

kemasan. Setelah itu, cakupan distribusi produknya telah merambah ke kawasan

Internasional dan tetap menempati kantor pusat di wilayah Cakung – Jakarta

Timur. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen agar mendapat produk terbaik

dengan mutu tetap terjaga, maka Sosro melakukan langkah sertifikasi produk.

Saat ini, setiap produk Sosro dijamin halal oleh POM MUI dan dengan standar

higienis yang dijamin DEPKES RI. Adapun kualitas pengolahan dan produknya

terjaga melalui sertifikasi ISO 9001 : 2000.

2.5. Proses Produksi

Untuk menghasilkan produk minuman Teh Botol Sosro, pabrik PT. Sinar

Sosro ditunjang oleh tiga bagian utama, yaitu :

1. Air, merupakan bahan baku utama dalam proses pembuatan Teh Botol

Sosro. Dalam proses pembuatannya perusahaan ini banyak menggunakan

Air, karena digunakan juga sebagai bahan pendukung proses seperti:

Sanitasi tangki, boiler mesin washer (pencuci botol), sanitasi filter dan

untuk keperluan mandi.

2. Teh, digunakan pada proses pembuatan Teh Botol Sosro adalah teh wangi

melati (jasmine tea) yang terbuat dari teh hijau yang dicampur dengan

(34)

3. Gula, Standar gula yang digunakan untuk pembuatan Teh Botol Sosro

mempunyai tingkat kemanisan sekitar > 9° brix (° brix merupakan

persentase sukrosa yang terkandung pada gula)

b. Standar Mutu Teh

Standar Mutu Teh adalah teh wangi melati (jasmine tea) yang terbuat dari

teh hijau yang dicampur dengan bunga melati yang baru mekar yang didatangkan

dari Perkebunan Teh di Slawi – Jawa Tengah.

c. Standar Mutu Gula

Standar gula yang digunakan untuk pembuatan Teh Botol Sosro mempunyai

tingkat kemanisan sekitar > 9° brix (° brix merupakan persentase sukrosa yang

terkandung pada gula). Gula didatangkan dari Inggris, Thailand, Malaysia dan

lain-lain.

2.5.1. Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan oleh PT. Sinar Sosro untuk menghasilkan Teh

Botol Sosro, akan dikelompokkan berdasarkan proses produksinya, yaitu : Bahan

baku adalah bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam proses produksi,

dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan fisik maupun kimia yang

langsung ikut di dalam proses produksi sampai dihasilkan produk jadi.

Bahan Tambahan adalah semua bahan yang digunakan pada proses

(35)

tidak dapat dibedakan secara jelas dengan produk akhirnya. Bahan Penolong

adalah bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi yang digunakan

langsung atau tidak langsung dalam suatu proses produksi untuk mendapatkan

produk yang diinginkan tetapi bahan itu tidak ikut pada proses produksi.

a. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan sebagai bahan utama

dalam proses produksi. Berikut ini adalah data bahan baku yang digunakan dalam

pembuatan minuman Teh Botol Sosro dan kegunaannya masing – masing.

1. Air

Air merupakan bahan baku utama dalam proses pembuatan Teh Botol

Sosro. Dalam proses pembuatannya perusahaan ini banyak menggunakan Air,

karena digunakan juga sebagai bahan pendukung proses seperti: Sanitasi tangki,

boiler mesin washer (pencuci botol), sanitasi filter dan untuk keperluan mandi.

Air yang digunakan berasal dari 2 sumur bor yang mempunyai kedalaman 200 m

dari permukaan tanah. Sebelum digunakan, air sumur bor ini mendapat perlakuan

pendahuluan terlebih dahulu, tujuannya untuk menurunkan tingkat kesadahannya.

Karena tingkat kesadahan dapat merusak kesehatan yang pada akhirnya akan

merugikan perusahaan, selain tingkat kesadahan yang tinggi dapat menyebabkan

(36)

2. Teh

Teh yang digunakan pada proses pembuatan Teh Botol Sosro adalah teh

wangi melati (jasmine tea) yang terbuat dari teh hijau yang dicampur dengan

bunga melati yang baru mekar. Digunakan bunga melati yang baru mekar karena

bunga yang baru mekar akan menimbulkan wangi yang maksimal sehingga akan

mempengaruhi aroma pada proses pembuatan teh wangi melati. Teh wangi melati

ini didatangkan dari PT. Gunung Slamet, Slawi, Tegal (Jawa Tengah) yang setiap

kemasannya 25.5 kg/goni.

3. Gula

Untuk keperluan produksi, PT. Sinar Sosro Indonesia menggunakan gula yang

didatangkan dari Inggris, karena untuk saat ini gula yang berasal dari Inggris yang

memenuhi standar PT. Sinar Sosro. Standar gula yang digunakan untuk

pembuatan Teh Botol Sosro mempunyai tingkat kemanisan sekitar > 9° brix (°

brix merupakan persentase sukrosa yang terkandung pada gula) dan kemasannya

50 kg/goni.

b. BahanTambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan pada proses produksi

untuk melengkapi dan memperbaiki mutu produk serta merupakan bagian dari

produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

(37)

Tepung yang digunakan pada cosmos filter untuk menyaring Teh Cair

Pahit dan sirup sehingga berwarna bening.

2. Chlorine

Digunakan untuk proses pengolahan air untuk membunuh bakteri,

membilas botol dan sanitasi peralatan.

3. Pasir Silika

Digunakan sebagai media penyaring pada sand filter pada proses

pengolahan air agar dapat menyaring benda – benda asing yang terlarut

dalam air yang diolah.

4. Kaustik Soda (NaOH)

Produksi / Supplier : PT. Duta Kimia dan Mkarindo Jaya Chemical

Kemasan : 25 kg / Zald

Pemesanan : 1000 kg per bulan

Digunakan pada saat proses pencucian botol pada bottle washer sebagai

deterjen.

c. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan langsung atau tidak

langsung dalam rangka memperlancar proses produksi tetapi tidak ikut dalam

produk akhir. Bahan penolong yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Botol

Botol merupakan kemasan untuk menyimpan teh cair manis. Botol juga

(38)

Produksi : PT. Mulia Glass

Jenis : Botol Teh Botol Sosro Ukuran 220 ml

Kemasan : Botol Kosong dan Palet Botol

2. Crown Cork

Crown Cork digunakan sebagai penutup botol agar teh cair manis tidak

tumpah saat didistribusikan. Pada crown cork sudah tercantum merek

perusahaan.

Produksi : PT. Ancol Terang

Jenis : Crown Cork TBS

Bahan Baku : Tin Free Steel

Lapisan dalam Crown Cork : PVC (Poly Vinyl Chlonide)

Kemasan : Dus Karton dengan ukuran 500 x 330 mm

3. Krat

Satuan produksi minuman ringan adalah krat. 1 krat berisi 24 botol Teh

Botol Sosro.

Produksi : PT. Mulia Glass

Jenis : TBS Krat Merah

4. Ink Solution

Ink (tinta) digunakan sebagai bahan untuk mencetak kode produksi untuk

(39)

2.6. Struktur Organisasi Perusahaan

Sebelum menjalankan suatu aktivitas dalam perusahaan, sangat penting

untuk mencantumkan struktur organisasi yang ada sebagai landasan kerja bagi

seluruh pegawai yang ada dalam perusahaan. Sesuai dengan asal kata organisasi

atau organizing yaitu organis/organ, yang memiliki arti suatu struktur dengan

bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa sehingga satu dan lainnya

saling berhubungan dan saling mempengaruhi dengan adanya hubungan sebagai

satu kesatuan.

PT. Sinar Sosro mempunyai struktur organisasi berbentuk garis dan

fungsional dimana setiap atasan berwewenang memberi perintah kepada setiap

bawahan sepanjang ada hubungan dengan fungsi atasan tersebut. Struktur

organisasi ini juga disusun berdasarkan sifat dan macam pekerjaan dan pembagian

kerja didasarkan pada spesialisasi setiap jabatan untuk mengerjakan tugasnya

sesuai dengan spesialisasinya.

2.7. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.7.1. Tenaga Kerja

Tenaga kerja di PT. Sinar Sosro direkrut dari tenaga kerja dalam negeri,

dan sebagian besar dari penduduk sekitar pabrik. Jumlah tenaga kerja sampai

(40)

2.11.2. Jam Kerja

Agar perusahaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai

maka diperlukan pengaturan jam kerja yang baik. Sesuai dengan ketentuan

DEPNAKER bahwa jam kerja seorang karyawan adalah 40 jam/minggu

selebihnya diperkirakan sebagai lembur.

Maka dari itu, jam kerja PT. Sinar Sosro dibagi menjadi yaitu :

1. Bagian kantor

Waktu kerja Senin – kamis : 08.00 – 12.00; 13.00 – 16.00

Jumat : 08.00 – 12.00; 13.30 – 16.00

Sabtu : 08.00 – 13.00

2. Shift

Shift ini digunakan untuk karyawan yang bekerja di lantai produksi

(pabrik):

- Shift I jam 00.00 – 08.00

- Shift II jam 08.00 – 16.00

- Shift III jam 16.00 – 24.00

Untuk setiap shift diberlakukan jam istirahat selama 1 jam. Dengan hari

kerja selama 25 hari dan pergantian shift dilakukan setiap 1 minggu sekali.

Namun jika terjadi hal – hal diluar jam kerja yang mengharuskan seorang

karyawan untuk bekerja, maka waktu penambahan ini dihitung sebagai lembur

dan akan mendapat upah kerja lembur. Kapasitas produksi yang digunakan

merupakan kapasitas optimal tanpa menambah shift kerja (lembur). Perhitungan

(41)

Jam kerja efektif satu hari = 23 jam dan 1 jam daily maintenance

Jumlah Produksi = 1 minggu = 7 hari kerja x 23 jam/hari

= 161 jam/minggu

2.7.3. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan A. Sistem Pengupahan

Pemberian upah kepada karyawan PT. Sinar Sosro dilakukan setiap akhir

bulan. Adapun komponen pengupahan pada karyawan di PT. Sinar Sosro adalah

sebagai berikut:

฀ Upah / gaji bulanan, diberikan kepada pekerja tetap, yang besarnya tetap

setiap bulannya sesuai dengan bidang masing – masing.

฀ Upah Lembur, diberikan kepada tenaga kerja yang bekerja melebihi jam

kerja biasa,

฀ Tunjangan – tunjangan , terdiri dari:

a. Tunjangan jabatan

b. Tunjangan akhir Tahun

c. Tunjangan perjalanan dinas, yang diberikan kepada pegawai yang

melakukan perjalanan dinas perusahaan. Biaya – biaya selama perjalanan

akan dikembalikan melalui formulir surat pertanggumg jawaban.

d. Tunjangan Hari raya keagamaan

Semua pegawai yang mempunyai masa kerja yang tidak terputus selama

tiga bulan pada waktu pembayaran, berhak mendapat pembayaran tahunan

(42)

e. Tunjangan meninggal dunia

f. Uang penghargaan masa kerja (UPMK)

B. Kesejahteraan Sosial

Untuk meningkatkan gairah kerja dan mengurangi beban buruh,

perusahaan mrmberikan kesejahteraan dikalangan karyawan dalam bentuk

material maupun mental spiritual. Kesejahteraan sosial antara lain :

- Jamsostek, bagi pekerja dan staff perusahaan

- Asuransi kesehatan, bagi pekerja dn staf perusahaan

- Pakaian seragam dan alat keselamatan kerja untuk perkerja

- Fasilitas keagamaan

- Fasilitas olah raga

- Rekreasi seluruh karyawan dan keluarga perusahan

(43)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian Kinerja1

Kinerja merupakan istilah yang berasal dari kata job performance atau

actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai

seseorang). Defenisi kinerja karyawan yang dikemukakan Bambang Kusryanto

(1993:3) adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja

persatuan waktu. Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya (Mangkunegara,

2004:67). Menurut Bernardin dan Russell, kinerja merupakan catatan out come

yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama

periode waktu (Sulistiani, dkk. 2003 : 223).

Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan

karyawan sehingga mereka mempengaruhi beberapa banyak mereka memberikan

kontribusi kepada instansi atau organisasi termasuk kualitas pelayanan yang

disajikan. Oleh karena itu disimpulkan bahwa kinerja SDM adalah prestasi kerja

atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM

persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan padanya.

(44)

3.2. Pengukuran Kinerja2

Pengukuran Kinerja merupakan hasil dari suatu pengukuran yang

sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang berupa

indikator-indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak. Pengukuran

tersebut tidak terlepas dari proses yang merupakan kegiatan mengolah masukan

menjadi keluaran atau pengukuran dalam proses penyusunan

kebijakan/program/kegiatan yang dianggap penting dan berpengaruh terhadap

pencapaian sasaran dan tujuan. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar

untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi.

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan

sealama periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan

berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja,target atau sasaran atau kriteria

yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Hendrastuti,

2011).

Pengukuran kinerja dapat diartikan sebagai upaya untuk melakukan

pengukuran tehadap kualitas aktifitas kerja yang dilakukan. Menurut Neely

(2011), pengukuran kinerja adalah suatu set matrik yang digunakan untuk

menghitung efisiensi dan efektifitas dalam suatu rangkaian tindakan. Pengukuran

kinerja juga dapat diartikan sebagai penentuan secara periodik efektifitas

operasional bagian organisasi dan personilnya berdasarkan standar dan kriteria.

(45)

3.2.1. Faktor Pengukuran Kinerja

Beberapa peneliti mengatakan bahwa pengukuran kinerja dapat dilihat dari

berbagai aspek yang sesuai dengan kepentingan dan tujuan penelitian. Hal

tersebut menyebabkan faktor pengukuran menjadi banyak dan bervariasi. Ada

yang melihat dari aspek pekerjaannya saja, ada yang melihat dari aspek

kepribadiannya saja, dan ada juga yng melihat dari aspek sosialnya saja.

Menurut Robert L. Katz, setiap manajer membutuhkan tiga keahlian dasar sebagai

berikut.

1. Keahlian Teknis (Technical Skills)

Pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan sebuah

pekerjaan yang spesifik , yang diperlukan untuk dapat menjalankan dan

menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan baik. Keahlian teknis sangat penting

bagi manajer lini pertama.

2. Keahlian Hubungan Antar-Manusia (Human Skills)

Kemampuan bekerja sama secara baik dengan orang lain, secara

perorangan maupun kelompok. Manajer semacam ini tahu cara berkomunikasi,

memotivasi, memimpin, dan membangkitkan antusiasme dan kepercayaan.

3. Keahlian Konseptual (Conceptual Skills)

Kemampuan berpikir dan memahami hal-hal yang bersifat abstrak dan

kompleks. Melalui keahlian ini, seorang manajer dapat memandang organisasi

dari perspektif keseluruhan, memahami hubungan di antara bagian

organisasi/departemen, dan bagaimana organisasi dapat membaur dengan baik

(46)

Menurut P. Korkky, dalam bukunya “management practices that work’,

keahlian-keahlian penting bagi manajemen :

1. Mendelegasikan secara efektif (pekerjaan benar-benar terselesaikan secara

baik)

2. Mampu berkomunikasi secara efektif.

3. Berpikir secara kritis

4. Mengelola beban pekerjaan/waktu

5. Memahami batasan-batasan yang jelas antara karyawan dengan

perusahaan.

6. Menciptakan suasana keterbukaan, membangkitkan kepercayaan dan

tantangan.

Menurut Younus Vakil Alroaia, dalam penelitiannya di kota Tabas, Iran (2012),

variabel pengukuran kinerja adalah sebagai berikut.

1. Keahlian Kognitif (CognitiveSkills)

Tabel 3.1. Subvariabel Keahlian Kognitif Menurut Younus Vakil Alroaia

No Subvariabel

1. Penghematan Sumber Daya 2. Komitmen Bekerja Lembur 3. Kualitas Pekerjaan

4. Bertanggung jawab 5. Ketepatan waktu 6. Setia

7. Mampu Menjaga Rahasia 8. Kreatif dan inovatif

9. Kemampuan Mengambil Keputusan

2. Keahlian Teknis (TechnicalSkills)

(47)

No Subvariabel 1. Berpengalaman

2. Kualitas Hasil Pekerjaan 3. Keahlian dalam Bidang Terkait

4. Kemampuan dalam Menyelesaikan Tugas 5. Kuantitas Pekerjaan yang dapat diselesaikan 6. Akses Informasi terbaru

7. Penggunaan Teknologi

3. Keahlian Pribadi (PersonalSkills)

Tabel 3.3. Subvariabel Keahlian Pribadi Menurut Younus Vakil Alroaia

No Subvariabel

1. Penampilan yang Baik 2. Kejujuran dan kerja Keras 3. Pembicara yang Baik

4. Kemampuan Mengkritik Bagus 5. Fleksibel

6. Memiliki etika 7. Dapat Dipercaya

4. Keahlian Hubungan Antar-Manusia (HumanSkills)

Tabel 3.4. Subvariabel HumanSkills Menurut Younus Vakil Alroaia

No Subvariabel

1. Kemampuan Berbagi Ilmu 2. Aktif dalam kegiatan Sosial 3. Motivator

4. Keterampilan berkoordinasi 5. Kepatuhan

Sementara itu, menurut Mangkunegara (2001), ada empat faktor yang

harus diukur dalam pengukuran kinerja, yaitu :

1. Kualitas kerja : ketepatan waktu, teliti, mahir, dan bersih.

2. Kuantitas kerja : output dan penyelesaian pekerjaan.

(48)

4. Sikap : kepada atasan, rekan kerja, pekerjaan, dan kerja sama.

Keseluruhan faktor-faktor di atas, menurut Mangkunegara dapat dijadikan tolak

ukur pegawai. Seorang pegawai dikatakan berkinerja jika memenuhi keseluruhan

faktor-faktor pengukuran tersebut.

Menurut Bernardian dan Russel (1993), suatu kinerja pada dasarnya diukur

dengan kriteria : kualitas, kuantitas, ketepatan, penghematan biaya, dan

kemandirian dalam bekerja.

Menurut Flippo (1996), pengukuran prestasi kinerja dapat dilakukan melalui

pengukuran beberapa hal sebagai berikut.

1. Kualitas kerja, dimana berkaitan dengan ketepatan, keterampilan, ketlitian,

dan kerapian pelaksanaan pekerjaan.

2. Kuanitas kerja, dimana berkaitan dengan pelaksanaan tugas reguler dan

tambahan.

3. Ketangguhan, dimana berkaitan dengan ketaatan mengikuti perintah,

kebiasaan mengikuti peraturan, keselamatan, inisiatif, dan ketepatan waktu

kehadiran.

4. Sikap, yakni menunjukkan seberapa jauh tanggung jawab terhadap

pelaksanaan pekerjaan serta bagaimana tingkat kerja sama dengan teman

dan atasan dalam menyelesaikan pekerjaan.

Menurut Mc. Kenna dan Beach (1995), menyatakan bahwa ada delapan faktor

yang dapat digunakan dalam pengukuran kinerja, yaitu :

1. Pengetahuan

(49)

3. Sikap kerja

4. Kualitas kerja

5. Jumlah hasil kerja

6. Interaksi

7. Komunikasi

8. Keterampilan berhubungan dengan orang lain

Kinerja juga dapat diukur melalui dimensi kerja. Menurut Gomes (1995),

membagi dimensi kerja menjadi delapan bagian, yaitu :

1. QuantityofWork

Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan

2. Qualityof Work

Kualitas kerja berdasarkan syarat-syarat dan kesiapannya

3. JobKnowledge

Luasnya pengetahuan menegenai pekerjaan dan keterampilannya

4. Creativeness

Keaslian gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan yang timbul

5. Cooperation

Kesetiaan untuk bekerja sama dengan orang lain

6. Dependability

Kesadaran dan kepercayaan dalam kehadiran dan penyelesaian kerja

(50)

Semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar

tanggung jawabnya

8. PersonalQuality

Menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan, dan integrasi pribadi.

Berdasarkan hasil penelitian Nurmianto dan Nurhaidi (2006), faktor pengukuran

prestasi kerja dibagi menjadi tujuh item, yaitu : disiplin, pengabdian, hasil kerja,

proaktif, komitmen kepada organisasi, kepemimpinan, dan kerja sama.

Menurut Rivai dan Basri (2005), yang harus dinilai dalam pengukuran kinerja

adalah hasil kerja yang berhubungan dengan kompetensi, tingkah laku,

kepemimpinan, motivasi, maupun faktor-faktor yang berhubungan dengan

kepentingan organisasi.

Grote (2002) menyimpulkan bahwa secara umum ada empat faktor yang harus

diukur dari hasil kerja, yaitu : kualitas, kuantitas, biaya, dan waktu penyelesaian.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Schuler dan Jackson (1996) yang membagi

faktor-faktor pengukuran kinerja menjadi enam, yaitu kualitas kerja, kuantitas

kerja, ketepatan waktu, kehadiran, tanggung jawab, dan kerja sama.

Ruky (2000) menyebutkan bahwa ada enam karakteristik kepribadian atau disebut

juga sebagai karakteristik inti yang berlaku bagi semua orang yang bekerja di

perusahaan perbankan, yaitu : teliti, akurat, taat aturan dan prosedur, gesit/cepat,

penuh konsentrasi, dan ramah/sopan.

Menurut A. Noel (2000) di dalam bukunya Human Resource Management

menyebutkan ada sepuluh faktor pengukuran terkait dengan dimensi kerja, yaitu

(51)

keterampilan hubungan antar-manusia, inisiati, kreativitas, dan pemecahan

masalah.

Menurut As’ad (1997) menyebutkan empat kriteria karakteristik pengukuran

kinerja, yaitu : pengetahuan kerja, motivasi, hubungan antar-individu, dan

supervisi.

Menurut Erwin Sitorus (2008) dalam penelitiannya yang berbasis kinerja

menyebutkan bahwa terdapat tujuh faktor dalam pengukuran kinerja, yaitu :

kualitas kerja, kuantitas kerja, kemandirian kerja, kepatuhan pada peraturan,

kepatuhan pada prosedur kerja, absensi yang sah, dan absensi yang tidak sah.

Di lain pihak, Peraturan Pemerintah Indonesia No. 10 Tahun 1979 tentang Daftar

Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) PNS membagi faktor pengukuran kinerja

menjadi delapan, yaitu : kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan,

kejujuran, kerja sama, prakarsa, dan kepemimpinan.

Berdasarkan teori-teori di atas, dapt diambil kesimpulan bahwa pengukuran

kinerja suatu karyawan dapat dibagi menjadi tiga aspek utama, yaitu : aspek

karkteristik pribadi, aspek keahlian teknis, dan aspek keahlian hubungan

antar-manusia.

3.2.2. Metode Pengukuran Kinerja

Metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran kinerja adalah

dengan menggunakan pendekatan yang berorientasi masa lalu dan masa depan.

(52)

Metode pengukuran kinerja yang berorientasi masa lalu (past oriented evaluation

methods) dilakukan berdasarkan masa lalu. Dengan mengevaluasi prestasi kinerja

di masa lalu, karyawan dapat memperoleh umpan balik dari upaya-upaya mereka.

Umpan balik ini selanjutnya bisa mengarah kepada perbaikan-perbaikan prestasi.

Teknik-teknik pengukuran ini adalah sebagai berikut :

a. Skala peringkat (rating scale)

Pengukuran prestasi dimana para penilai diharuskan melakukan suatu pengukuran

yang berhubungan dengan hasil kerja karyawan dalam skala-skala tertentu, mulai

dari yang paling rendah sampai dengan yang paling tinggi.

b. Daftar pertanyaan (checklist)

Metode ini menggunakan formulir isian yang menjelaskan beraneka macam

tingkat perilaku bagi suatu pekerjaan tertentu. Penilai hanya perlu memilih

pernyataan yang menggambarkan karakteristik dan hasil kerja karyawan.

c. Metode dengan pilihan terarah (forced choice method)

Salah satu sasaran dasar pendekatan pilihan ini adalah untuk mengurangi dan

menyingkirkan kemungkinan berat sebelah pengukuran dengan memaksakan

suatu pilihan antara pernyataan-pernyataan deskriptif yang kelihatannya memiliki

nilai yang sama.

d. Metode peristiwa kritis (critical incident method)

Metode ini merupakan pemilihan yang mendasarkan pada catatan yang dibuat

penilai atas perilaku karyawan yang sangat kritis, seperti sangat baik atau sangat

(53)

e. Metode catatan prestasi

Metode ini berkaitan erat dengan metode peristiwa kritis, yaitu catatan

penyempurnaan, yang banyak digunakan oleh professional.

f. Skala peringkat dikaitkan dengan tingkah laku (behaviorally anchored

rating scale)

Metode ini merupakan suatu cara pengukuran prestasi kerja karyawan untuk

kurun waktu tertentu di masa lalu dengan mengkaitkan skala peringkat prestasi

kerja dengan perilaku tertentu.

g. Metode peninjauan lapangan (field review method)

Penilai turun ke lapangan bersama-sama dengan ahli dari SDM. Spesialis SDM

mendapat informasi dari atasan langsung perihal prestasi karyawannya, lalu

mengevaluasi berdasarkan informasi tersebut.

h. Tes dan observasi prestasi kerja (performance test and observation)

Berdasarkan pertimbangan dan keterbatasan, pengukuran prestasi dapat

didasarkan pada tes pengetahuan dan keterampilan, berupa tertulis dan peragaan,

syaratnya tes harus valid dan reliabel.

2. Metode pengukuran kinerja berorientasi masa depan

Metode pengukuran kinerja berorientasi masa depan berfokus pada kinerja masa

mendatang dengan mengevaluasi potensi karyawan atau menetapkan sasaran

kinerja di masa mendatang secara bersama-sama antara pimpinan dengan

karyawan. Metode pengukuran kinerja berorientasi masa depan mencakup :

(54)

Pengukuran diri sendiri adalah pengukuran yang dilakukan oleh karyawan sendiri

dengan harapan karyawan tersebut dapat lebih mengenal kekuatan dan kelemahan

dirinya sehingga mampu mengidentifikasi aspek-aspek perilaku kerja yang perlu

diperbaiki pada masa yang akan datang.

b. Manajemen berdasarkan sasaran (management by objective)

Manajemen berdasarkan sasaran merupakan satu bentuk pengukuran dimana

karyawan dan penyelia bersama-sama menetapkan tujuan-tujuan atau

sasaran-sasaran pelaksanaan kerja karyawan secara individu di waktu yang akan datang.

c. Implikasi pengukuran kinerja individu dengan pendekatan MBO

MBO digunakan untuk menilai kinerja karyawan berdasarkan keberhasilan

mereka dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui konsultasi dengan

atasan mereka. Keberhasilan dari pengukuran kinerja tergantung pada pendekatan

yang konsisten untuk mendapatkan perbandinagn hasil, ukuran dan standar yang

jelas, selain pengukuran harus bebas dari bias.

d. Pengukuran dengan psikolog

Pengukuran dengan menggunakan psikolog untuk melakukan pengukuran

potensi-potensi yang akan datang, bukan kinerja masa lalu.

e. Pusat pengukuran

Pengukuran ini sebagai suatu bentuk pengukuran pekerjaan terstandar yang

tertumpu pada beragam tipe evaluasi dan beragam penilai.

f. 3600Feedback System

Pengukuran 360° feedback merupakan proses pengukuran dengan melibatkan

(55)

terdiri dari client, supplier, consultant dan community official sedangkan internal

customer tediri dari supervisor, top management, subordinate, coworker,

representative department dan self assessment. Dengan menggunakan proses

pengukuran kinerja 360° feedback, seluruh personel perusahaan bertanggung

jawab menilai kinerja karyawan. Setiap karyawan berusaha menunjukkan kinerja

yang berkualitas dihadapan atasan, bawahan, rekan kerja, konsumen dan pihak

eksternal lainnya. Karyawan mendapatkan feedback dari berbagai sumber

termasuk dari diri sendiri dalam mengevaluasi kontribusi kepada perusahaan.

Melalui feedback karyawan dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara

keseluruhan.

3.3. Evaluasi Kinerja3

Evaluasi kinerja adalah pengukuran yang dilakukan secara sistematis

untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi. Disamping itu

juga untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara cepat, memberikan

tanggung jawab yang sesuai kepada karyawan sehingga dapat melaksanakan

pekerjaan yang lebih baik di masa mendatang dan sebagai dasar untuk

menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan atau penentuan imbalan.

Berdasarkan hasil-hasil perhitungan pengukuran kinerja kegiatan,

dilakukan evaluasi terhadap pencapaian setiap indikator kinerja kegiatan untuk

memberikan penjelasan lebih lanjut tentang hal-hal yang mendukung keberhasilan

dan kegagalan pelaksanaan suatu kegiatan. Evaluasi bertujuan agar diketahui

(56)

pencapaian misi, agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan

program/kegiatan dimasa yang akan datang. Evaluasi kinerja dilakukan terhadap

analisis effisiensi dengan cara membandingkan antara output dengan input baik

untuk rencana maupun realisasinya. Evaluasi dilakukan pula pengukuran/

penentuan tingkat efektivitas yang menggambarkan tingkat kesesuaian antara

tujuan dengan hasil, manfaat, atau dampak. Evaluasi juga dilakukan terhadap

setiap perbedaan kinerja yang terjadi, baik terhadap penyebab terjadinya kendala

maupun strategi pemecahan masalah yang telah dan akan dilaksanakan.

3.4. Pengukuran Kinerja 360° Feedback

Menurut Edward dan Ewan (1996), pengukuran 360° feedback merupakan

proses pengukuran dengan melibatkan internal dan eksternal customer sebagai

sumber informasi. Eksternal customer terdiri dari client, supplier, consultant dan

community official sedangkan internal customer tediri dari supervisor, top

management, subordinate, coworker, representative department dan self

assessment.

Dengan menggunakan proses pengukuran kinerja 360° feedback, seluruh

personel perusahaan bertanggung jawab menilai kinerja karyawan. Setiap

karyawan berusaha menunjukkan kinerja yang berkualitas dihadapan atasan,

bawahan, rekan kerja, konsumen dan pihak eksternal lainnya. Karyawan

mendapatkan feedback dari berbagai sumber termasuk dari diri sendiri dalam

mengevaluasi kontribusi kepada perusahaan. Melalui feedback karyawan dapat

(57)

Menurut Dale Furtwengler (2000: 95) sistem pengukuran yang dinamakan

umpan balik 360° adalah sistem yang mengikutsertakan pengukuran dari boss

Anda, rekan kerja Anda, dan bawahan Anda. Istilah 360° menggambarkan fakta

bawha Anda dievaluasi oleh orang-orang disekeliling Anda. Sedangkan menurut

Waldman, Atwater dan Antonioni (1998:103), program pengukuran kerja 360°

feedback digunakan untuk meningkatkan target kinerja karyawan atau manajer

melalui berbagai sumber informasi yaitu downward dari supervisor, upward dari

subordinate, lateral dari coworker dan self assessment. Dengan menggunakan

banyak sumber dalam menilai, perusahaan dapat melihat perilaku karyawan dari

sudut pandang yang berbeda-beda dan informasi yang terkumpul akan lebih

menggambarkan kinerja karyawan secara luas (Dallesio, 1998).

Salah satu prinsip yang harus dipegang dalam pelaksanaan proses 360°

feedback adalah kerahasiaan identitas penilai (Edward & Ewen, 1996). Prinsip

anonimitas ini akan membawa kenyamanan dan keamanan bagi penilai dalam

memberikan pengukuran, sehingga kualitas penelitian dapat terjaga dan proses

pengukuran menjadi berarti serta tidak sia-sia.

Menurut Antonioni (1996:124), perusahaan dalam mengembangkan proses

pengukuran kinerja 360° feedback mendapatkan manfaat positif, seperti :

a. Meningkatkan kesadaran individu terhadap harapan appraiser

b. Meningkatkan perilaku dan kinerja appraiser

c. Meningkatkan peninjauan secara informal terhadap pelaksanaan pengukuran

d. Meningkatkan management learning dan mengurangi pengukuran buruk atau

(58)

Armstrong (2009) menyatakan bahwa pendekatan 360° feedback tepat

dalam pengembangan kepemimpinan kualitas dan manajemen. Proses ini

merupakan siklus lengkap yang menyajikan ringkasan umpan balik dari semua

staf (supervisor, bawahan dan rekan) tentang berbagai aspek kepemimpinan gaya

manajemen organisasi dan kinerja. Beberapa organisasi melakukan umpan balik

sistematis dan hanya untuk satu bagian dari organisasi.

3.4.1. Desain Sistem Pengukuran Kinerja 360° Feedback yang Efisien

Agar pengukuran kinerja 360° feedback dapat berjalan dengan sukses

maka diperlukan suatu model yang jelas untuk merancang, melaksanakan dan

mengevaluasi selama proses pengukuran. Metode pengukuran kinerja 360°

feedback menggambarkan suatu sistem yang terdiri atas input, proses, dan output.

Pada sistem pengukuran kinerja ini, manajer harus mempersiapkan input yang

berkualitas agar proses pengukuran menjadi efektif sehingga menghasilkan output

yang diinginkan.

a. Input

Input meliputi praktek atau aktivitas yang biasanya ditempatkan sebelum

appraisers (penilai) menyelesaikan survei pengukuran dan sebelum mereka

memperoleh feedback. Dalam model ini ada 9 komponen utama input yaitu :

1. Tujuan Pengukuran 360° Feedback

Tujuan utama pengukuran kinerja 360° feedback adalah untuk

pengembangan. Tujuan lainnya adalah untuk mengumpulkan informasi

(59)

2. Perlengkapan-perlengkapan 360° Feedback

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun perlengkapan

adalah waktu dan biaya.

3. Pentingnya Feedback Secara Tertulis

Feedback secara tertulis berisi tentang tambahan informasi untuk

memperbaiki perilaku karyawan.

4. Pentingnya Appraiser (penilai) yang memiliki anonimity atau

accountability. Artinya seorang appraisers (penilai) tidak boleh mengkaitkan

pengukuran dengan perasaan pribadi agar pengukuran menjadi fair.

5. Rekan Kerja yang Dipilih

Pemilihan rekan kerja harus didasarkan pada kriteria tujuan seperti rekan

kerja dalam tim atau rekan kerja yang berhubungan dengan

pekerjaan/tugas individu yang dinilai tersebut.

6. Pelatihan Bagi Appraisers (penilai)

Pelatihan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya rating errors seperti

halo effect, central tendency dan harshness.

7. Pelatihan Bagi Appraisees (objek yang dinilai)

Pelatihan ini bertujuan untuk menganalisis data dan memilih target

perbaikan, membahas hasil kesimpulan dengan appraisersnya, dan

menentukan tujuan khusus dan rencana tindakan.

8. Pelatihan Bagi Coaches

Pelatihan ini meliputi pelatihan untuk menjadi pendengar yang baik, fokus

(60)

reaksi bila mendapat feedback negatif, menentukan tujuan tertentu dan

rencana tindakan, dan cara untuk membentuk pengembangan perilaku

kebiasaan yang baru.

9. Laporan Hasil Ringkasan Pengukuran Kinerja 360° Feedback

Hasil pengukuran kinerja 360° feedback dipresentasikan pada appraisees.

b. Proses

Secara keseluruhan, proses sebaiknya ditujukan untuk meningkatkan

kesadaran appraisees terhadap persepsi lain dan meningkatkan komitmen untuk

memperbaiki area target. Hal ini berarti appraisees harus dilatih mengenai

bagaimana membagi dan membahas hasil pengukuran kinerja 360° feedback

dengan appraiser-nya. Ada 10 komponen utama dalam proses yaitu:

1. Pengukuran Diri Sendiri

Dilakukan untuk alasan pengembangan, kemampuan untuk menerima

feedback negatif dari orang

Gambar

Tabel 4.1. Daftar Referensi Variabel dan Subvariabel Pengukuran Kinerja
Tabel 4.1. Daftar Referensi Variabel dan Subvariabel Pengukuran Kinerja
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian
Tabel 4.2. Data Responden Pendahuluan dan AHP
+7

Referensi

Dokumen terkait