• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara konformitas kelompok sebaya dengan kenakalan pada remaja awal siswa MTS al Hidayah Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara konformitas kelompok sebaya dengan kenakalan pada remaja awal siswa MTS al Hidayah Depok"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

SITI MARYANAH

NIM : 102070025930

Skripsi Ini Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

SISWA MTS ALHIDAYAH DEPOt,

Skripsi

Diajllkan kepada Fakliitas Psikologi lIntlik memenlilli syarat-syarat memperclell gelar Sarjana Psikologi

Oleh: SITI MARYANAH NIM: 102070025930

Oi bawah Bimbingan

Pel11bim ing I, Peillbimbing II,

Yunita Faela Nisa, M.Psi NIP.150 368 748

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERi SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1427 H

12006

M

(3)

'ngan kenakalan pada remaja awal siswa MTs AI Hidayah Depok" telah Jjikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah karla pad a tanggal 20 Nopember 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai lah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

karla, 20 Nopember 2006

Penguji I

·a. Zahr

P. 150 238 773

Pembimbing I

rs.

IP. 131 472 258 M.Si

ah M.Si

Sidang Munaqasyah Pudek

Sekretaris Merangkap Anggota,

M. Si NIP. 150238773

Anggota,

Penguji II

'UUivZ-

---"""-'''--''iH''''-u",l=istiyon0, M. Si NIP. 131 472 258

Pembimbing II

セjlMMMMMM

(4)

Jjka kamu menginginkan dunia carilah dengan ilmu

Jika kamu menginginkan akhirat carilah dengan ilmu

Jika kamu menginginkan keduanya maka carilah dengan ilmu pula

(H.R Bukhori muslim)

"Segala sesuatu pasti ada jalannya dan jalan menuju surga

adalah ilmu

(H.R Ad-Dailami)

Karya sederhana ini Dipersembahkan Teruntuk:

Ayahanda serta Umiku serta kakak-Kakakku tercinta, Keluarga

serta sahabat-sahabatku

(5)

(B). November, 2006

(e). Siti Maryanah

(D). Hubungan Antara Konformitas Kelompok sebaya dengan Kenakalan pada Remaja awal siswa MTs AI hidayah Depok.

(E). xiv

+

81 halaman

(F). pada mas remaja awal kecenderungan untuk melakukan konformitas kelompok sebaya berpotensi lebih tinggi, tetapi ada sebagian remaja melakukan konformitas kelompok sebaya dalam hal yang negatif yaitu berupa ken akaIan remaja.

Konformitas kelompok sebaya adalah perubahan perilaku dan

keyakinan dalam usaha agar agar diterima dalam kelompok sebayanya, walau terkadang bertentangan dengan norma yang berlaku dalam keluarga, sekolah mapun masyarakat. Kelompok ini cenderung memiliki persamaan dalam usia, status dan jenis kelamin.

Kenakalan remaja adalah perilaku yang melanggar aturan atau norma atau moral masyarakat yang menimbulkan konflik antar pribadi atau kelompok-kelompok dalam masyarakat. Kenakalan remaja dilakukan karena remaja ingin diakui dalam kelompoknya, sehingga melahirkan perilaku yang pada dasarnya bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku.

Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan mengenai

Apakah ada Hubungan yang signifikan antara konformitas kelompok sebaya dengan kenakalan pada remaja awal siswa MTs AI Hidayah Depok.

Apakah ada perbedaan konformitas kelompok sebaya antara laki-Iaki dan perempuan

Apakah ada perbedaan kanakalan remaja antara laki-Iaki dan perempuan.

Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi Kelas I, II dan III MTs AI Hidayah Depok.

Metode pengambilan sampel menggunakan Stratified Proportional random sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 101 siswa-siswi MTs AI Hidayah Depok.

Pengumpulan data menggunakan dua skala yaitu skala konformitas kelompok sebaya dan skala kenakalan remaja.

(6)

antara konformitas kelompok sebaya dengan kenakaln pada remaja awal, dengan hasH r hitung sebesar 0,368 >P 0,195 pada pada taraf signifikansi 5 %.

Ada perbedaan konformitas kelompok sebaya siswa laki-Iaki dan perempuan dengan t hitung 3,399 > P 2,000

Tidak ada perbedaan kenakalan antara siswa laki-Iaki dan perempuan dengan hasH t hitung sebesar 0,976 < P 2,000.

(G). Daftar bacaan 33 Buku,1 internet, 1 Tesis dan 3 Skripsi (1982- 2004).

(7)

Alhamdulillah, segala puji serta syukur kehadirat Iliahi Robbi Penguasa jagat, Pencipta seluruh alam, yang maha pengasih dan penyayang Allah SWT. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul "Hubungan antara Konformitas Kelompok Sebaya dengan Kenakalan Pada Remaja Awal Siswa MTs AI Hidayah Depok".

Merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi untuk mendapat gelar Sarjana Psikologi.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari upaya berbagai pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam rangka penyusunan dan penulisan skripsi ini, untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa teriama kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Saya ucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ora. Netty Hartati, M. Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus dosen pembimbing akademik atas bimbingan yang telah diberikan selama penulis

menjalankan kuliah di Fakultas Psikologi. Serta seluruh dewan dekanat, staf pengajar serta karyawan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Sulistiyono, Msi, selaku pembimbing I dan Ibu Yunita Faela, M.Psi selaku pembimbing

II,

yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis tanpa mengenallelah, dengan sabar dan penuh ketelitian dalam penyusunan skripsi ini, semoga semuai itu dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT.
(8)

setara dengan apapun dalam proses awal hingga selesainya skripsi ini, semoga ananda dapat membalas jasa-jasamu, dan mengamalkan ilmu sesuai eita-eita dan harapan kita semua. Amiiin.

4. Ueapan terima kasih penulis sampaikan, kepada MTs AI Hidayah Depok terutama Kepala MTS AI Hidayah Depok Bapak Rahmatullah, MA, atas ijinnya penulis dapat melakukan penelitian di sekolah itu. Serta siswa-siswi MTs AI Hidayah kelas I, " dan III atas kesediaannya menjadi sampel penelitian serta kerjasamanya dalam mengisi angket skripsi ini

5. Teman-Teman angkatan 2002, terutama teman seperjuangan kelas A, untuk Suryanih,Tuti, Dwi, Ka Liza, Fatimah S, Suci, lis, Yanti, Mamay, Yuyun, Ade Barkah, Yudi, serta sahabat-sahabatku Saryati, Uqi, Maftuhin, Selamet, Dani, mbah di Rental Orion yang bersedia direpotkan, yang ada saat akan dibutuhkan, tanpa semangat dan bantuan kalian belurn tentu aku bisa menyelesaikan skripsi ini "Thank Fren" semoga persahabatan kita abadi. Serta semua pihak terkait dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sabutkan satu persatu narnun tidak mengurangi rasa syukur penulis untuk semuanya.

(9)

Penulis

Siti Maryanah

(10)

Halaman Judul

Halaman Persetujuan ii

Halaman Pengesahan

iii

Motto iv

Abstraksi v

Kata Pengantar vii

Oaftar lsi x

Oaftar Tabel xiii

Oaftar Lampiran xiv

BAS 1 PENDAHULUAN 1-9

1.1. Latar Belakang Masalah , ,... 1

1.2. Identifikasi Masalah 4

1.3. Pembatasan Masalah dan PerUrnUSJfi Masalah 5

1.3.1. Pembatasan Masalah 5

1.3.2. Perumusan Masalah 6

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7

1.4.1. Tujuan Penelitian 7

1.4.2. Manfaat Penelitian 7

1.5. Sistematika Penulisan 8

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 9-51

2.1. Kenakalan Remaja : : :... 10 2.1.1. Definisi Kenakalan Remaja 10 2.1.2. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja 12 2.1.3. Sebab-sebab Kenakalan Remaja 15

2.2. Remaja Awal 23

2.2.1. Oefinisi Remaja Awal 23

2.2.2. Ciri-Ciri Masa Remaja 24

2.2.3. Kebutuhan-kebutuhan Pokoidv1asa Rernaja 28

(11)

2.3.2. Struktur dalam Kelompok Sebaya 38

2.3.3. Definisi Konformitas 40

2.3.4. Jenis-jenis Konformitas 42

2.3.5. Kondisi yang Mendorong Terjadinya Konformitas... 43

2.4. Hubungan antara Konformitas Kelompok Sebaya dengan

Kenakalan Remaja 48

2.5. Pengajuan Hipotesis 51

BAB 3 METODE PENELITIAN 52-59

3.1. Jenis Penelitian 52

3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian 52

3.1.2. Definisi varia bel dan Operasionalisasi Variabel 52

3.2. Pengambilan Sampel 53

3.2.1. Populasi dan Sampel 53

3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel 54

3.3. Teknik Pengumpulan Data 54

3.3.1. Metode dan Instrumen Penelitian 54

3.3.2. Teknik Uji Instrumen Penelitian 55

3.3.3. Skala Kenakalan Remaja 56

3.4. Teknik Uji Instrumen Penelitian 58

3.5. Teknik Uji Persyaratan dan Asumsi 59

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 59

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA 60-70

4.1. Gambaran umum Subyek Penelitian 60

4.2. Presentasi Data 60

4.2.1. Uji Instrumen penelitian 60

4.2.2. Penyebaran Skor Skala Konformitas Kelompok

Sebaya dan Skala Kenakalan Remaja 65

4.2.3. Uji Persyaratan 68

4.3. Uji Hipotesis 69

[image:11.535.42.472.92.686.2]
(12)

5.3. Saran 76

DAFTAR PUSTAKA 78-81

LAMPI RAN

(13)
[image:13.534.66.470.142.551.2]

Tabel 3.3.2.2. Tabel 3.3.3.1 Tabel 3.3.3.2. TabeI4.1.1. TabeI4.1.2. TabeI4.2.1.1. TabeI4.2.1.2. TabeI4.2.2.1. TabeI4.2.2.1.1. TabeI4.2.2.1.2. TabeI4.2.2.2. TabeI4.2.2.2.1. TabeI4.2.2.2.2. TabeI4.3.3.1.

Kategori Model Skala Likert .

Blue Print Skala Kenakalan Remaja .

Kategori Model Skala Likert .

Gambaran Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin . Gambaran Subyek Berdasarkan Usia . HasH Uji Coba Skala Konformitas Kelompok Sebaya .. , HasH Uji Coba Skala Kenakalan Remaja . Deskriptif Statistik Teoritik dan Perolehan . Interpretasi Skor Konformitas Kelompok Sebaya . Kategori Subyek dalam Perolehan Skor Konformitas

Kelompok Sebaya .

Deskriptif Statistik Teoritik dan Perolehan . Interpretasi Skor Kenakalan Remaja . Kategori Subyek dalam Perolehan Skor Kenakalan

Remaja .

Hasil Uji t Tes .

(14)

Lampiran 1 Data Try Out Skala Konformitas Kelompok Sebaya

Lampiran 2 Data Try Out Skala Kenakalan Remaja

Lampiran 3 - Validitas Skala Konformitas Kelompok Sebaya

- Reliabilitas Skala Konformitas Kelompok Sebaya

Lampiran 4 - Validitas Skala Kenakalan Remaja

- Reliabilitas Skala Kenakalan Remaja

Lampiran 5 Data Penelitian Skala Konformitas Kelompok Sebaya

Lampiran 6 Data Penelitian Skala Kenakalan Remaja

Lampiran 7 Uji Normalitas dan Homogenitas

Lampiran 8 Uji Linearitas

Lampiran 9 Uji Hipotesis dan T Test

Lampiran 10 Skala Konformitas Kelompok Sebaya dan Skala Kenakalan

Remaja

(15)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masa sebagian remaja sering dikatakan sebagai fase negatif. Ini disebabkan karena remaja bersikap anti terhadap Iingkungan, karena nilai-nilai yang mereka dapatkan pad a masa sebelumnya berbeda dengan apa yang mereka dapatkan ketika mereka melihat dunia luar, larena pad a masa ini remaja sudah berada pad perkembangan moral. Apabila remaja tidak dapat

mengatasi perubahan-perubahan tersebut, maka akan muncul remaja yang bermasalah, seperti remaja yang melakukan kenakalan remaja.

Gejala semakin meningkatnya kenakalan remaja, sebagian kelompok menyalahkan sekolah yang gagaI menjalankan fungsinya, sebagian

kelompok menyalahkan orang tua, sebagian menyalahkan kebudayaan barat dan sebagian lagi menyalahkan remaja itu sendiri. Para ahli dewasa ini sepakat sebab-sebab timbulnya tingkah laku patologis cukup banyak.

Diantaranya : pengaruh kelompok sebaya, Iingkungan keluarga yang kurang harmon is, proses modernisasi yang membawa pengaruh negatif. Beberapa alasan yang dikemukakan para remaja yang melakukan kenakalan remaja

(16)

antara lain: perasaan dihindari, perasaan tidak diterima, perasaan ditekan, perasaan diperlakukan tidak adil, perasaan tidak disukai, atau perasaan harga diri yang rendah (Winarna, 1990, dalam Soerjono, S, 1996). Hal itu rnembutuhkan penanganan yang lebih profesional dari para pendidik khususnya orang tua sebagai pembentuk dasar kepribadian.

Salah satu komunitas yang dijadikan tempat berkurnpul oleh remaja adalah kelornpok sebaya. Dalam kelompok sebaya sikap konformitas selalu

dipertahankannya seperti menjalankan nilai-nilai baru dan aturan yang berlaku, walaupun hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara remaja dengan orang tuanya akibat perbedaan nilai. Oleh karena itu, kelompok sebaya dapat mempengaruhi remaja dalam sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku. Pada masa ini, remaja sering dihadapkan pada persoalan penerimaan dan penolakan teman sebaya atas kehadirannya dalam pergaulan.

Dalam proses pematangan sosial, remaja dituntut untuk melakukan

penyesuaian diri pad a kehidupan sosial orang dewasa. Hal ini berarti pula, bahwa remaja harus belajar pola-pola tingkah laku sosial yang dilakukan orang dewasa dalam lingkungan masyarakat dimana mereka tinggal. Dalam lingkungan sosial ada faktor yang mempengaruhi perilaku mereka,

(17)

maupun psikologis, kurang dapat beradaptasi dalam lingkungan, pengendalian diri yang kurang terhadap hal yang negatif, serta factor

eksternal, seperti: keluarga, sekolah, kelompok sebaya, maupun Iingkungan masyarakat yang lebih luas. Dalam kelompok sebaya, perilaku yang mereka tampakkan terkadang berbentuk perilaku yang negatif, seperti kenakalan remaja.

Kenakalan remaja akhir-akhir ini muncul ke permukaan dengan sosok yang lebih variatif dan memprihatinkan semua pihak. Masalah kenakalan remaja bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari masalah-maslah sosial yang dihadapi masyarakat pad a umumnya dan mengganggu keamanan dan ketertiban umum (Hasan, Basri, 2000).

Berdasarkan fenomena yang terjadi, di Iingkungan tempat tinggal peneliti, kenakalan remaja justru banyak terjadi pada pelajar yang seharusnya

(18)

teriak-teriak dengan suara yang tidak menentu, nongkrong di pinggir jalan,

mewarnai rambut dengan bermacam-macam warna yang tidak sepantasnya dilakukan oleh pelajar, berpakaian yang tidak selayaknya digunakan oleh pelajar, berbicara dengan kata-kata yang kurang baik dan lain-lain. Hal ini bersumber dari pengamatan di Iingkungan tempat tinggal penulis dan hasil wawancara dengan seorang guru BK (Bimbingan Konseling) MTs AI-Hidayah, pad a hari senin 24-April-2006. Perilaku tersebut membuat remaja seolah-olah tidak memperdulikan lagi tugas mereka sebagai pelajar. Hal ini membuat orang tua kesal dan bingung tentang apa yang harus orang tua lakukan untuk mengembalikan anaknya menjadi anak yang berbakti, terpelajar dan mempunyai perilaku yang terpuji.

Berdasarkan hal yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini akan mengungkapkan dan mengkaji" HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS

KELOMPOK SEBAYADENGAN KENAKALAN PADA REMAJA AWAL

SISWAMTS AL HIDAYAH DEPOK".

1.2. Identifikasi Masalah

(19)

1. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kenakalan remaja?

2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan remaja melakukan konformitas kelompok sebaya?

3. Apakah ada solusi-solusi yang telah dijalani oleh pihak keluarga, sekolah dan masyarakat dalam menanggulangi kenakalan remaja?

4. Apakah ada hubungan antara konformitas kelompok dengan kenakalan remaja?

1.3.

Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1.3.1. Pembatasan Masalah

Konformitas yaitu perubahan perilaku dan keyakinan dalam usaha agar dapat diterima dalam kelompok sebayanya, walaupun terkadang bertentangan dengan norma yang berlaku baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat.

(20)

Kenakalan remaja adalah perilaku remaja yang melanggar aturan, norma, atau moral masyarakat yang menimbulkan konflik antar pribadiatau

merugikan kelompok-kelompok pribadi dengan masyarakat-masyarakatnya.

Remaja awal yaitu masa transisi dari masa kanak-kanak yang belum mampu menyelesaikan masalah secara mandiri sebagaimana orang dewasa. Masa remaja awal berlangsung dari usia 12 sampai 14 tahun.

1.3.2. Perumusan Masalah Penelitian

Untuk mengarahkan penelitian ini, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada hUbungan yang signifikan antara konformitas kelompok sebaya dengan kenakalan pada remaja awal siswa MTs AI-Hidayah Depok?

2. Apakah ada perbedaan konformitas kelompok sebaya antara siswa laki-laki dan perempuan?

(21)

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk l11engetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara konformitas kelompok sebaya dengan kenakalan pad a remaja awal siswa MTs AI Hidayah Depok. Penelitian ini juga bertujuan mengetahui perbedaan konformitas kelompok sebaya antara siswa laki-Iaki dan perempuan serta mengetahui perbedaan kenakalan antara siswa laki-Iaki dan perempuan siswa MTs AI Hidayah Depok.

1.4.2. Manfaat penelitian

1. Secara teoritis, hasH penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya bidang psikologi perkembangan, psikologi pendidikan dan psikologi sosial. 2. Secara Praktis, hasH penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

(22)

terjadinya kenakalan pada remaja. Serta menyikapi dengan bijaksana terhadap siswa yang telah melakukan kenakalan remaja.

b. Remaja, dalam melakukan perilaku konformitas dalam kelompok sebaya hendaknya dalam hal yang positif, sehingga tidak

mengakibatkan perilaku yang menyimpang.

c. Orang tua serta masyarakat luas, agar selalu memantau, membimbing dan mengarahkan kelompok remaja pada kegiatan-kegiatan yang dapat bermanfaat baik bagi diri remaja maupun masyarakat, sehingga tidak mengakibatkan perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

1.5. Sistematika Penulisan

Penulisan pada skripsi ini mengacu pada pedoman penulisan APA (American Psychological Associationa) style. Sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:

Bab 1 : Pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian serta sistematika penulisan.

(23)

Selain itu juga memaparkan definisi remaja, ciri-ciri masa remaja,kebutuhan-kebutuhan remaja, tugas-tugas perkembangan masa remaja, konformitas kelompok sebaya, definisi konformitas, jenis-jenis konformitas, kondisi yang mendorong terjadinya konformitas.

Bab 3: Metodologi Penelitian. Bab ini terdiri dari jenis penelitian,Pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional variabel, pengambilan sampel populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel. Teknik pengumpulan data, metode dan instrumen penelitian, teknik uji instrumen penelitian. Teknik pengolahan dan analisa data, serta prosedur penelitian.

Bab 4: Hasil Penelitian. Bab ini terdiri dari gambaran umum subyek penelitian, presentasi data yang terdiri dari: uji instrument penelitian, uji persyaratan, uji hipotesis, serta pembahasan hasH.

(24)

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kenakalan Remaja

2.1.1. Definisi Kenakalan Remaja

Karlini Karlono (1992), menyatakan bahwa juvenile deliquencyadalah perilaku jahat atau dursila, atau kejahatan atau kenakalan anak-anak muda: merupakan gejala patologissecara sosial pad a anak-anak remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan untuk tingkah laku yang menyimpang.

Menurut Dr. Fuad Hasan (dalam Nasir, 1999) dan Drs. B. Simanjuntak (dalam Sudarsono, 1997) kenakalan remaja adalah perbuatan yang berlentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup, suatu perbuatan yang antisosial dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif. Contohnya: mencuri, melanggar tata terlib yang berlaku di

Iingkungan masyarakat, nongkrong di pinggir jalan yang mengganggu kenyamanan pengguna jalan dan lain-lain.

(25)

Menurut Bakalokinpres No. 6/1971 yang berisi pedoman tentang

penanggulangan kenakalan remaja. kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku, perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat asosial bahkan anti sosial yang melanggar norma-norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat (Nasir, 1999).

Soetarlinah Soekadji (1995), menyatakan bahwa kenakalan remaja adalah perilaku remaja yang melanggar aturan, norma, atau moral masyarakat yang menimbulkan konflik antar pribadi atau kelompok-kelompok pribadi dengan masyarakatnya. Ciri utama perilaku nakal ini adalah :vandal/sme (iseng yang menimbulkan gangguan), merusak harta benda, membolos, melanggar tata tertib, menentang otoritas, berjudi, mencuri, mengompas, melampiaskan kehausan rasa seru, pelanggaran seks, mabuk-mabukan, menggunakan obat terlarang dan perkelahian individual atau masal. Perilaku ini bila lebih lanjut menjadi perilaku kriminal.

(26)

2.1.2. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja

Berdasarkan sifatnya, delinkuen dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Kenakalan yang bersifat moral dan anti sosia/. Kenakalan ini tidak diatur dalam undang-undang sehingga tidak dapat digolongkan sebagai

pelanggaran hukum (Singgih, Gunarsa, 2000).

2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum. Berdasarkan jenis kelamin,

anak laki-Iaki memiliki kecenderungan untuk menjadi nakallebih besar dibanding dengan anak perempuan. Antara anak delinkuen laki-Iaki dan delinkuen perempuan memiliki corak delinkuen yang sedikit berbeda, walaupun pada hakikatnya sama-sama mengganggu ketentraman masyarakat. Ditemukan bahwa pelanggaran yang dilakukan delinkuen perempuan kebanyakan pelanggaran seksual. Delinkuen laki-Iaki kebanyakan pencurian dan kekerasan (Monk ,F, 1982 ).

Prof. H.M. Arifin (1992), membagi kenakalan remaja menjadi dua yaitu : 1. Kenakalan yang tergolong pelanggaran norma sosial, dan norma-norma

lainnya yang tidak diatur dalam KUHP atau undang-undang lainnya. seperti membolos, berkelahi, menentang orang tua.

(27)

Jensen yang dikutip oleh Sarlito Wirawan Sarwono (2002) menyebutkan bahwa kenakalan remaja dibagi menjadi empat jenis yaitu:

1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pad a orang lain: perkelahian, perkosaan, penganiayaan, pembunuhan.

2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan perampokan.

3. Kenakalan remaja yang tidak menimbulkan korban pihak lain: penyalahgunaan narkotika.

4. Kenakalan yang melawan status: mengingkari status anak sebagai pelajar, mengingkari status orang tua dengan cara minggat atau membantah perintah orang tua.

Singgih Gunarsa (2000) menyatakan bahwa ada jenis-jenis kenakalan remaja yang tidak dapat digolongkan pad a pelanggaran hukum, yaitu :

1. Berbohong, memutar balikan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau menutup kesalahan.

2. Membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah.

3. Kabur, meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan orang tua atau menentang keinginan orang tua.

(28)

5. Memiliki dan membawa bend a yang membahayakan orang lain,

sehingga terangsang untuk menggunakannya , misalnya : pisau, pistol dan lain-lain.

6. Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk, sehingga mudah terjerat dengan perkara yang benar-benar kriminal.

7. Berpesta pora semalaman suntuk sehingga mudah timbul tindakan-tindakan yang kurang bertanggung jawab.

8. Membaca buku cabul dan mempergunakan bahasa-bahasa yang tidak sopan dan tidak senonoh.

9. Berpakaian tidak pantas dan minim, serta meminum minuman keras atau menghisap ganja sehingga merusak dirinya.

Kenakalan yang dapat digolongkan sebagai pelanggaran terhadap hukum dan mengarah pada tindakan kriminal (Singgih Gunarsa, 2000) antara lain:

1. Berjudi sampai mempergunakan uang dan taruhan benda yang lain. 2. Mencuri, mencopet, menjambret, merampas dengan kekerasan, atau

tanpa kekerasan. 3. Penggelapan barang. 4. Penipuan dan pemalsuan

5. Pelanggaran tata susila, menjual gambar-gamabar porno dan film porno pemerkosaan.

(29)

7. Tindakan-tindakan antisosial, tindakan yang merugikan milik orang lain.

8. Percobaan pembunuhan

9. Menyebabkan kematian orang lain, turut menjadi tersangka dalam pembunuhan

10. Pengguguran kandungan

11. Penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian seseorang.

2.1.3. Sebab-sebab ken akaIan Remaja

Remaja tidak secara otomatis menjadi nakal. Nakai berawal dari dimilikinya kecenderungan untuk nakai, karena faktor bawaan atau pengalaman tertentu yang berkembang karena didukung oleh kondisi penyebab kenakalan remaja. Terdapat dua penyebab kenakalan remaja, yaitu psikologis dan segi

sosiologis.

1. Penyebab-Penyebab kenakakalan Remaja yang sifatnya psikologis Menurut Gerungan (2001), jenis kenakalan remaja yang bersifat psikologis

sebagai berikut:

(30)

b. Merasa dikekang keinginan untuk menyatakan perasaan dan kebebasan terutama pada masa remaja, serta cita-citanya kepada orang tua.

c. Perasaan yang benar-benar atau yang hanya imajinasinya sendiri atau tidak mampu atau minder dalam kehidupan keluarga atau sekolah, perasaan ini dikompensasikan dengan melakukan kenakalan.

d. Perasaan tidak enak yang mendalam karena ada pertentangan dalam keluarga, dengan orang tua, atau pertentangan akibat disiplin yang keliru dalam rumah tangga, sehingga lalai dalam memelihara norma tingkah laku yang wajar antara anak dan orang tua.

e. Sakit hati karena ada kecemburuan antar saudara maupun antar relasi sosia!.

f. Adanya konflik-konflik dan frustrasi yang tidak terpecahkan yang tersimpan dalam diri sendiri.

g. Tidak berkembangnya hati nurani ( penanaman nilai maupun moral untuk dapat memutuskan mana yang benar dan mana yang salah, sehingga menyebabkan individu rawan terhadap godaan.

2. Kenakalan Remaja yang bersifat Sosiologis

Oilihat dari segi sosiologis tindakan kriminalitas dan kenakalan remaja, disebabkan tidak ada integrasi yang harmonis antara lembaga

(31)

menyesuaikan diri dalam hubungan sosial. Selain itu, tidak adanya integrasi yang harmonis dan penyesuaian diri yang wajar dengan melakukan

penyimpangan-penyimpangan terhadap norma dan sistem nilai masyarakat merupakan gejala problem sosial. Problem sosial mengakibatkan hubungan-hubungan sosial terganggu dan menimbulkan kegoyahan dalam kehidupan kelompok (Soerjono, Soekonto, 1996).

Gangguan-gangguan yang terjadi tidak jarang muncul dari perbuatan-perbuatan anak remaja yang tidak terpuji serta mengancam hak-hak orang lain ditengah-tengah masyarakat , seperti :

1. Mengancam hak milik orang lain, misalnya, pencurian, penggedoran, penipuan dan penggelapan, pemalakan.

2. Mengancam hak-hak hidup dan kesehatan orang lain, seperti ; pembunuhan dan penganiayaan.

3. Mengancam hak-hak hidup dan kesehatan orang lain, seperti ; pembunuhan dan penganiayaan.

(32)

Faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja yang dikemukakan oleh H.M Arifin (1992) digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah hal-hal yang bersifat intern yang berasal dari remaja sendiri, baik sebagai akibat dari perkembangan atau perlumbuhannya maupun akibat dari suatu jenis penyakit mental yang ada dalam diri remaja (Arifin, 1992).

Menurut Nasir (1999), faktor-faktor tersebut diantaranya adalah : a. Cacat lahir atau keturunan yang bersifat biologis atau psikis.

b. Faktor bawaan atau bakat yang negatif dan sukar untuk diarahkan, sukar dikendalikan secara wajar.

c. Pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan kebutuhan anak-anak.

d. Kurang dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan

e. Pengendalian kurang terhadap hal-hal yang negatif atau dengan perkataan lain daya tahan lemah

(33)

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah hal-hal yang mendorong timbulnya kenakalan remaja yang bersumber dari luar diri pribadi remaja , yaitu lingkungan sekitar atau keadaan masyarakat (Arifin, 1992).

Kartini Kartono (2000) mengemukakan faktor-faktor penyebab kenakalan remaja adalah lingkungan rumah atau keluarga, Iingkungan sekolah atau pendidikan dan Iingkungan masyarakat.

1. Faktor Lingkungan rumah/keluarga

a. Status ekonomi orang tua rendah, banyak penghuni atau keluarga besar, dan rumah kotor

b. Memiliki kebiasaan yang kurang baik, kurang baik.

C. Tak melaksanakan tata tertib dan kedisiplinan atau justru menerapkan

disiplin yang salah.

d. Tidak mampu mengembangkan ketenangan emosional

e. Kematian salah satu orang tua atau kedua-duanya, bisa berakibat fatal jika masa depan anak menjadi terlantar, kurang mendapat kasih

sayang , tidak memperoleh tempat bergantung hidup yang layak f. Anak diasuh bukan oleh orang tuanya

(34)

i. Orang tua sulit memilih pengawasan untuk anak- anaknya

j. Broken home karena kematian, perceraian, hukuman pad a orang tua . k. Adanya ketidakcocokan dalam suasana perselisihan antar pihak orang

tua dan senantiasa berada dalam suasana perselisihan atau konflik karena faktor perbedaan agama, perbedaan norma, ambisi-ambisi orang tua dan sebagainya (Bimo Walgito, 1998 ).

2. Faktor pendidikan di Sekolah

Faktor penyebab kenakalan remaja di Iingkungan sekolah menu rut Kartini, Kartono (2000) adalah sebagai berikut:

a. Sekolah memaksa membuat pandai anak-anak yang sebenarnya kurang mampu.

b. Guru bersikap menolak.

c. Sekolah atau guru yang mendisiplinkan dengan cara yang kaku, tanpa menghiraukan perasaan anak.

(35)

Menurut Nasir (1999) faktor penyebab kenakalan remaja di sekolah adalah:

a. Kurang guru atau guru agama yang kurang memenuhi syarat b. Biaya pendidikan yang cukup tingggi.

c. Kesulitan ekonomi yang dialami oleh pendidik. Pendidik sering tidak masuk akibatnya anak didik terlantar bahkan sering terjadi pendidik marah pad a siswanya.

d. Kurikulum yang kurang menarik.

e. Kurang adanya kerjasama atau hubungan yang kurang harmonis dengan orang tua murid.

f. Penilaian masyarakat atau orang tua yang kurang terhadap tugas-tugas guru akibatnya mengurangi wibawa guru.

g. Kurangnya pendidikan agama, budi pekerti serta kurangnya fasilitas pendidikan berupa sarana dan prasarana pendidikan.

3. Faktor Iingkungan masyarakat

Dalam dasawarsa terakhir ini, perkembangan dan kemajuan ilmu

(36)

signifikan dengan adanya kejahatan pad a umumnya, termasuk kenakalan ramaja.

Sebab- sebab kenakalan remaja di masyarakat menurut Kartini Kartono (2000), antara lain:

1. Tak menghiraukan kepentingan anak dan tidak melindunginya

2. Tidak memberi kesempatan bagi anak untuk melaksanakan kehidupan sosial dan tidak mampu menyalurkan emosi anak. Contoh tingkah laku dan tempat-tempat tercela serta melawan norma (misalnya : pelacuran, perjudian, kriminalitas, dan hasut menghasut)

3. Adanya proses modernisasi terlalu cepat sehingga orang sulit untuk mengadakan penyesuaian dengan perubahan .

Menurut Willis (1981) sebagaimana dikutip oleh Rika Febrika (2004), menyebutkan penyebab kenakalan remaja adalah:

1. Masyarakat yang kurang memperoleh pendidikan. 2. Pengaruh norma-norma baru dari luar.

(37)

2.2. Remaja Awal

2.2.1.

Definisi Remaja Awal

Ada banyak definisi remaja awal menurut para ahli, diantaranya yaitu:

Remaja awal yaitu masa transisi dari masa kanak-kanak yang belum mampu menyelesaikan masalah secara mandiri sebagaimana orang dewasa. Masa remaja awal berlangsung dari usia 13 sampai 16 tahun atau 17 tahun (Hurlock, 1998).

Melly, S (1984) dan Singgih Gunarsa (2001) mendetinisikan remaja awal sebagai masa perkembangan dan peralihan. Masa ini merupakan tarat perkembangan dalam kehidupan manusia, anak tidak lagi disebut anak-anak lagi, tetapi belum dapat disebut dewasa. Tarat perkembangan ini pad a umumnya disebut masa pancaroba atau peralihan dari masa anak-anak menuju kearah kedewasaan. Batasan usianya antara 12-14 tahun.

(38)

WHO membuat rentang usia remaja menjadi dua bagian yaitu remaja awal dari usia 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.

WHO (1974), memberikan definisi remaja yang lebih bersifat konseptual. Dikemukakan tiga kriteria yaitu: biologi, psikologi dan sosioekonomi yaitu ; 1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda

seksual skundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangan, 1980 dalam Sarlito,S,W, 2004).

Menurut Santrock (2001), remaja adalah periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang mencakup perubahan pad a aspek

perkembangan fisik,mental, kepribadian dan sosial. Dengan batasan usia remaja awal dari 10-13 tahun dan remaja akhir 18-22 tahun.

2.2.2. Ciri-ciri masa remaja

Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang

(39)

1. Perkembangan Fisik

Menurut Setiono (2002), pad a masa remaja hormone seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu

Follicle-Stimulating hormone (FHS) dan Luteinizing hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormone tersebut merangsang pertumbuhan dan

progesterone. dua jenis hormone kewanitaan. Pada anak laki-Iaki Luteinizing hormone yang juga dinamakan interstitial-cell stimulating hormone(ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone.

Pertumbuhan secara cepat dari hormone-hormon tersebut merubah system biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa system reproduksinya sudah aktif. Selain itu juga terjadi perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang. Anak laki-Iaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, fisik lainnya yang

berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

2. Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget, perkembangan mental remaja berada pad a tahap

(40)

abstrak, memecahkan masalah, berkembangnya egosentrisme remaja, yaitu pikiran remaja hanya terpusat pada dirinya sendiri dan memikirkan

bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya (Turner & Helms, 1995).

3. Perkembangan Emosi

Menurut Syamsu Yusuf (2004), masa remaja merupakan puncak

emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu dan keinginan untuk berkenalan denag lawan jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang kuat terhadp berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, marah atu seih, murung),

sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.

4. Perkembangan Sosial

(41)

kepribadian. Pad a tahap ini, terjadi proses penearian identitas diri yang muneul karena remaja perlu penyesuaian diri dengan kelompoknya dan merupakan usahanya untuk menjelaskan siapa dirinya.

5. Perkembangan Moral

Setiono (2002), mengemukakan bahwa perkembangan moral remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk meneari proteksi. Meski demikian perkembangan moralnya semakin baik dan lebih matang. Muneul dorongan untuk perbuatan yang dinilai baik oleh orang lain. Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pad a remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara mereka yang pereayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya.

(42)

2.2.3. Kebutuhan-kebutuhan pokok masa Remaja

menurut Panut Panuju (2004), Kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan primer dan skunder, kebutuhan primer atau kebutuhan remaja pad umumnya tidak banyak berbeda dengan kebutuhan manusia.adapun kebutuhan

skunder ataupun kejiwaan remaja agak berbeda dengan kebutuhan sekunder ataupun kejiwaan remaja agak berbeda dengan kebutuhan paada maaaasa kanak-kanak baik dipandang dari jenis maupun kulaitasnya.

Menurut Panut Panuju (2004), Kebutuhan remaja sebagaimana kebutuhan manusia iainnya dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1. Kebutuhan fisik Jasmaniah

2. Kebutuhan mantal rohaniah (psikis dan sosial)

1.

Kebutuhan fisikjasmaniah
(43)

2. Kebutuhan mental Rohaniah

Kebutuhan mental rohaniah inilah yang membedakaan manusia dengan makhluk Allah lainnya. Macam-macam kebutuhan mental rohaniah sebagai berikut:

a. Kebutuhan akan Agama

Kebutuhan remaja kadang-kadang tidak dapat dipenuhi apabila telah berhadapan dengan agama, nilai-nilai sosial dan ad at kebiasaan, terutama apabila pertumbuhan sosialnya telah matang, yang seringkali menguasi pikirannya. Semuanya itu menyebabkan kebingungan bagi remaja yang tidak mempunyai dasar keagamaan dan keimanan. Oleh karena sangat penting dilaksanakan penanaman nilai-nilai moral dan agama serta nilai-nilai sosial dan akhlak kepada manusia khususnya bagi remaja sejak usia dini.

b. Kebutuhan akan kasih sayang dan rasa kekeluargaan

Rasa kasih sayang adalah kebutuhan jiwa yang paling mendasar dan pokok daalam kehidupan man usia. Remaja yang merasa kurang disayang oleh ibu dan bapaknya akan menderita batinnya. Kesehaatannya akan terganggu dan mungkin kecerdasannyaa akan terhambat pertumbuhannya, kelakuannya mungkin menjadi nakai, bandel, keras kepala dan sebagainya.

(44)

c.

Kebutuhan akan rasa aman

Remaja akan berusaha menghindarkan segala kemungkinan yang akan membawanya kepada kesusahan atau hilangnya ras aaaman tersebut. Dalam perlakuan dan tindakan yang dilihat, didengar dan dirasakan oleh remaja yang masih dalam masa pertumbuhannyya, hendaknya tercipta rasa aman, tidak terancam oleh tindakan-tindakan keras, seperti marah, suara keras, membentak, menghardik dan menyakiti dengan memukul.

d. Kebutuhan akan Penyesuain diri

penyesuain diri dibutuhkan oleh semua orang dalam pertumbuhan yang manapun, dan lebih dibutuhkan pad a usia remaja. Karena pada masa ini remaja mngalami keguncangan -keguncangan dan perubahan dalam dirinya. Apabila seseorang tidak berhasil menyesuaikan diri pada masa kanak-kanak maka ia dapat mengejarnya pad a usia remaja. Akan tetapi apabila ia tidak dapat menyesuaikan diri pada mas remaja, maka kesempatan untuk perbaikan itu mungkin hilang untuk selama-Iamanya, kecuali dengan pengaaruh pendidikan dan usaha khusus (Zakiah, dalam Panut, P, 2004).

e.

Kebutuhan akan kebebasan
(45)

bebaas dalam setiap pengambilan keputusan untuk dirinya, sehingga dia dapat mencapai kematangan emosional yang terlepas dari emosi orang tua dan keluarganya.

f.

Kebutuhan akan pengendalian diri

remaja membutuhkan pengendalian diri, karena dia belum mempunyai pengalaman yang memadai untuk itu. Dia sang at peka karena pertumbuhan fisik dan seksual tersebut, terjadi kegoncangan dan keseimbangan dalam dirinya terutama dalam pergaulan terhadap laawan jenis.

g. Kebutuhan akan penerimaan sosial

Remaja membutuhkan rasa diterima oleh orang-orang dalam Iingkungannya, di rumah, di sekolah maupun di Iingkungan dimana ia hidup. Merasa diterima oleh orang tua dan keluarga merupakan faktor yang sangat penting untuk mencapai rasa diterima oleh masyarakat. Kadang-kadang kegagalan remaja dalam pelajaran disebabkan oleh keguncangan perasaan, atau tidak

(46)

3) Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah serta menggunakannya seefektif mungkin dengan perasaan puas

4) Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya. la tidak kekanak-kanakan lagi dan tidak tergantung lagi dengan orang tua dan orang lain.

5) Mencapai kebebasan ekonomi. la sanggup untuk hidup berdasarkan usahanya sendiri, terutama bagi laki-Iaki.

6) Mempersiapkan diri untuk pekerjaan dan jabatan. Artinya memilih satu jenis pekerjaan yang sesuai dengan bakatnya.

7) Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinaan dan berumah tangga. Mengembangkan sikap positif terhadap perkawinan dan memiliki keluarga beserta anak-anak.

8) Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat. Artinya untuk menjadi warganegara yang baik perlu memiliki pengetahuan tentang hukum, pemerintah, ekonomi, politik, geografi hakikat manusia serta lembaga-Iembaga kemasyarakatan.

(47)

10) Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakan-tindakannya dan sebagai pandangan hidupnya. Baik hubungan antara manusia dengan pencipta, manusia dengan alam semesta dan manusia dengan man usia.

2.3.

Konformitas Kelompok Sebaya

2.3.1. Kelompok Sebaya

Kelompok teman sebaya atau peer groupadalah sekelompok remaja yang memiliki kesamaan dalam usia atau tingkat kematangan, latar belakang sosial serta sikap dalam memilih aktivitas sekolah dan waktu luang

(Muss,1990, dalam Santrock, 2001). Jadi yang dimaksud dengan kelompok sebaya pada masa remaja adalah sekelompok remaja yang memiliki

kesamaan karakteristik yaitu usia, status sosial dalam masyarakat dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh remaja.

Horrock dan Benimoff, menyatakan bahwa kelompok teman sebaya

merupakan dunia nyata kawula muda, yang menyiapkan panggung dimana ia dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Oi dalam teman sebaya individu merumuskan dan menyiapkan konsep dirinya dan orang lain yang sejajar oleh dirinya. Jadi di dalam kelompok sebaya inilah remaja mendapatkan dukungan dalam memperjuangkan emansipasi dan disitulah ia dapat

(48)

---menemukan dunia yang memungkinkannya bertindak sebagai pemimpin apabila ia mampu melakukannya. Selain itu, kelompok sebaya merupakan hiburan utama bagi anak-anak belasan tahun (Hurlock, 1998).

Heaven (1994) menyatakan bahwa hUbungan melalui kelompok sebaya dapat membentuk kesempatan untuk mengembangkan kemampuan sosial, emosional, identitas diri dan juga kemandirian. Pembentukan suatu hubungan persahabatan yang menyenangkan dan memuaskan dengan anggota

kelompok sebaya merupakan suatu tugas perkembangan yang penting bagi remaja yang akan memiliki efek yang penting terhadap keyakinan akan kemampuan yang dimilikinya dalam membina hubungan dan persahabatan dengan orang lain pada komunitas yang berbeda. Kelompok sebaya

biasanya memiliki ciri tingkall laku yang ditampilkan oleh anggotanya, ciri-antara lain adalah mode pakaian, cara bertingkah laku, gaya rambut, minat terhadap musik, sikap terhadap sekolah, orang tua dan juga terhadap kelompok lainnya (Heaven, 1994).

(49)

digunakan, serta aktifitas waktu luang dan nilai adalah karakteristik yang dipelajari oleh remaja. Dengan cara memperhatikan dan membandingkan diri mereka sendiri dengan orang lain dalam kelompok. Remaja juga belajar metode membentuk dan menangani suatu hubungan sosial dengan cara mengamati dan meniru kelompok sebayanya. Pengaruh kelompok sebaya terjadi ketika pengaruh dari orang tua tidak kuat (Shucksmith, et.al, dalam Santrock,2001).

Menurut J,G. Golemen, kelompok sebaya juga melibatkan penilaian remaja terhadap dirinya sendiri dan juga melakukan perbandingan sosial dengan individu lain di dalam kelompok, terutama dalam hal norma, nilai serta apa yang wajar dan tidak wajar dilakukan diikuti dengan tingkah laku yang ditampilkan (dalam Dusek, 1996).

Dalam hubungannya dengan kelompok teman sebaya ini remaja memasuki tahap heterososialityyaitu tahap perkembangan sosial remaja dimana individu mendapatkan kesenangan dan persahabatan dari hUbungannya dengan teman laki-Iaki maupun perempuan (P,F Rice, 2001).

(50)

yang terjalin dengan orang tua. Persahabatan lebih melibatkan suatu hubungan yang saling terkait, berbagi rasa dalam mengalami perubahan. Salah satu fungsi penting dari kelompok sebaya adalah sumber informasi mengenai dunia luar. Dari kelompoknya pula remaja dapat memperoleh umpan balik mengenai kemampuannya. Remaja belajar apakah mereka berbuat lebih baik, sama atau bahkan buruk dari remaja lainnya (Muss, 1986 dalam Santrock, 2001).

Turner dan Helms (1995), menyatakan bahwa keterlibatan sosial pada masa remaja menuntut adanya hubungan yang lebih berarti dibandingkan dengan masa-masa perkembangan sebelumnya. Pad a masa ini hubungan personal antara sesama remaja menjadi sangat kuat karena remaja ingin berbagi perasaan dan pengalaman-pengalaman baru yang mereka alami.

(51)

Remaja pada umumnya tidak ingin dianggap berbeda dengan orang lain. Akibatnya, mereka cenderung melakukan konformitas dengan kelompok sebaya dengan menciptakan aturan-aturan bagi kelompok mereka sendiri. Dengan keinginan yang sang at besar untuk diterima secara sosial, remaja sangat memperhatikan hal-hal yang sedang manjadi mode saat itu, seperti gaya rambut, gaya berpakaian, dan kegiatan-kegiatan yang popular. Mereka juga menyadari perilaku-perilaku apa yang dapat membuatnya memperoleh pengakuan dari kelompok sebaya (Berndt, et.al, dalam Turner & Helms, 1995).

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa kelompok sebaya adalah adalah sekelompok atau kumpulan remaja yang memiliki kesamaan dalam usia atau tingkat kematangan, latar belakang sosial serta sikap dalam memilih aktivitas sekolah dan waktu luang.

2.3.2 Struktur dalam Kelompok Sebaya

Turner & Helms (1995), menyatakan bahwa dalam kegiatan-kegiatan remaja, dapat diamati adanya proses sosialisasi seperti persahabatan (close-knit friendship), kelompok-kelompok kecil (cliquesslklik), dan kelompok dalam jumlah besar (crowds), yang bersifat eksklusif. Anggota-anggota kelompok

(52)

Di bawah ini akan dijelaskan pengertian dari masing-masing proses sosialisasi yang terbentuk:

a) Persahabatan, adalah tipe terkecil dari suatu kelompok sebaya dan membatasi hubungannya hanya pada dua individu yang sama watak dan temperamennya. Biasanya persahabatan awal pada remaja didasarkan pad a minat dan aktivitas yang sama. Persahabatan pada remaja akhir akan disertai adanya suatu ikatan emosional dan komitmen psikologis yang kuat dan bersifat timbal balik. Karena remaja wanita lebih mengutamakan aspek emosi dan keintiman/kedekatan dalam hubungan, persahabatan pad a remaja

wanita face to face, sedangkan pada remaja pria side to side.

b) Cliques, sama seperti persahabatan tapi lebih besar jumlahnya. Klik biasanya terdiri dari 3 sampai 9 anggota, dengan rata-rata jumlah anggota sebanyak 6 orang. Fungsi dari cliquesadalah membicarakan dan

(53)

sosial ekonomi sama, kesamaan minat, sikap dan kepercayaan. Biasanya anggota dari cliques itu ada dalam kontak sehari-hari, misalnya di sekolah atau Iingkungan yang dekat (Turner & Helms, 1995).

c) Crowd, terdiri dari 2 hingga 4 cliques, biasanya terdiri atas 15-30 anggota, dengan rata-rata sekitar 20 orang (Dusek, 1996; 312). Crowd memberi kesempatan pada remaja untuk belajar berinteraksi, belajar

memahami dan beradaptasi dengan orang lain yang memiliki nilai serta lalar belakang yang berbeda (Dusek, 1996; 316). Karakleristik dari crowdadalah interaksi heleroseksual yang lidak personal sifalnya, tanpa ikalan yang kual, dianlaranya, penekanan inleraksi crowd adalah pad a peristiwa-perisliwa sosial seperti: konles atlelik, konser dan lari. Crowdlidak mempunyai aktivilas yang direncanakan dan dapal dilemui dilempat-lempal umum (Turner & Helms, 1995).

2.3.3. Definisi Konformitas

(54)

Menurut Morgan (1986) konformitas adalah situasi dimana individu melakukan perubahan kepercayaan dan tingkah laku sehingga memiliki kesamaan dengan anggota kelompoknya yang lain.

Menurut Santrock (2001) konformitas adalah individu melakukan perubahan sikap dan tingkah laku dari anggota kelompok lainnya, sebagai hasil nyata dari tekanan yang diberikan oleh kelompoknnya. (Santrock, 2001).

Pendapat berbeda dari dua pendapat di atas yaitu dari seorang ahli psikologi sosial yang bernama Willis, dia menyatakan bahwa konformitas mengandung dua unsur, yaitu selaras (congruence) dan gerak (movement). Menurutnya konformitas tidak hanya mengandung unsur keselarasan, tetapi juga harus mengandung unsur gerak yaitu perubahan respon. Tanpa perubahan respon, maka keselarasan tidak dapat dikatakan konformitas (dalam Sarlito, S.W, 2001 ).

(55)

Berdasarkan uraian dari beberapa tokoh di atas mengenai kelompok sebaya dan konformitas, dapat diambil kesimpulan bahwa konformitas kelompok sebaya adalah perubahan perilaku dan keyakinan dalam usaha agar diterima oleh kelompok sebayanya, walaupun terkadang bertentangan dengan norma yang berlaku dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Kelompok ini relative stabil, saling berinteraksi mempunyai tujuan dan nilai yang sama, dan tingkah lakunya didasarkan pad a peraturan kelompok, kenggotaannya biasanya bersifat homogen dalam hal status, seks dan umur.

Remaja juga memiliki kedekatan yang erat dengan kelompoknya, memiliki kemampuan untuk beradaptasi lebih cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di sekolah, mereka juga lebih nyaman untuk membina suatu hUbungan yang lebih erat jika dibandingkan dengan remaja yang kurang memiliki kedekatan dengan kelompoknya (Dusek, 1996).

2.3.4 Jenis-jenis Konformitas

Menurut Myers (1996) ada dua jenis konformitas yaitu Compliance dan acceptance.

a) Compliance

(56)

diberikan oleh kelompok sementara secara pribadi ia tidak menyetujui perilaku tersebut.

Worchel & Cooper menjelaskan bahwa compliance terjadi ketika individu memperlihatkan keseragarnan dalarn perilaku dengan tujuan untuk menerima reward dari kelornpok atau menghindari hukuman (J.Worchel & Cooper, 1983). Begitu juga Myers rnenyatakan bahwa konformitas ini terjadi dengan tujuan untuk diterima dalam kelompok atau menghindari penolakan (Myers,

1996).

b) Acceptance

Yang dirnaksud dengan konforrnitas acceptance adalah suatu bentuk konforrnitas dirnana tingkah laku maupun keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelornpok yang diterimanya. Seperti yang disebutkan oleh Worchel dan Cooper (1983), bahwa acceptance lebih sering terjadi ketika individu percaya bahwa pendapat atau perilaku kelompok adalah benar. Sedangkan Myers rnenyebutkan bahwa konforrnitas ini terjadi karena kelornpok

rnenyediakan inforrnasi yang dibutuhkan individu (Myers, 1996).

2.3.5. Kondisi yang Mendorong terjadinya Konformitas

(57)

a) Rasa takut terhadap penyimpangan

Rasa takut dianggap sebagai orang yang menyimpang, merupakan alasan utama terjadinya konformitas compliance. Seseorang biasanya ingin agar kelompok tempatnya berada dapat menerimanya. Rasa takut terhadap penyimpangan ini diperkuat oleh tanggapan kelompok terhadap perilaku menyimpang. Penyimpangan dari kelompok dapat mengakibatkan seseorang menerima resiko yang dapat menyenangkan seperti dikucilkan atau ditolak oleh kelompok.

b) Kekompakan kelompok

Jika individu semakin tertarik kepada kelompok, maka konformitas akan semakin mungkin untuk terjadi, ketika 。ョァァッエ。セ。ョァァッエ。 kelompok bekerja untuk satu tujuan yang sama mereka cenderung untuk konform dibandingkan jika mereka tidak berada dalam satu kesatuan.

Jika rasa suka anggota kelompok satu terhadap yang lain semakin besar, maka semakin besar pula harapan untuk memperoleh manfaat dari

(58)

c) Kesepakatan kelompok

Jika kesepakatan dari kelompok mayoritas dilanggar, maka konformitas akan menurun secara signifikan. Bila seseorang dihadapkan pad a keputusan kelompok yang sudah bulat, maka ia akan mendapatkan tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapat atau perilakunya. Namun jika kelompok tidak bersatu, yaitu kesepakatan kelompok dilanggar oleh satu orang saja (tanpa memandang siapa orangnya), tetap akan terjadi penurunan konformitas. Ada beberapa kemungkinan penyebabnya antara lain: pertama, pelanggaran terhadap kesepakatan kelompok konformitas dapat berarti ada kemungkinan variasi pendapat atau penilaian. Kedua, kehadiran orang lain yang tidak setuju dengan pendapat mayoritas akan mengurangi kemungkinan penolakan terhadap penyimpangan. Ketiga, berkurangnya kesepakatan terhadap

mayoritas mengurangi keyakinan bahwa penHaian yang berbeda merupakan penyimpangan dari kelompok mayoritas.

d) Besar dan banyaknya kelompok

(59)

e) Komitmen

Semakin kuat keterikatan seseorang pad a posisinya, semakin berkurang keinginannya untuk berperilaku sesuai terhadap tekanan kelompok. Dalam studi mengenai persuasi ditemukan bahwa orang-orang yang memiliki keyakinan kuat mengenai pendapat atau hal tertentu sebelum mendengar pendapat orang lain akan kecil kemungkinan untuk terpengaruh.

f) Status dalam kelompok

Koformitas akan cenderung terjadi pad a orang-orang yang memiliki status menengah dalam penerimaan sosial kelompok. Sebuah studi oleh Dittes dan Kelly adalah, individu dengan status tinggi maupun rendah dalam penerimaan kelompok krang konform secra signifikan dibandingkan dengan individu dengan status menengah.

Anggota kelompok dengan status tinggi dianggap sebagai pemimpin dalam suatu kelompok dan merasa yakin bahwa mereka tidak akan ditolak karena menyimpang, sedangkan dari kelompok rendah mereka merasa tidak ada ruginya jika menyimpang.

(60)

a. Kepercayaan terhadap kelompok

Faktor utamanya adalah apakah individu mempercayai informasi yang diberikan oleh kelompok atau tidak. Oleh karena itu, semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok. Bila individu beranggapan bahwa kelompok selalu benar maka ia akan selalu mengikuti apapun yang dilakukan kelompok tanpa

memperdulikan pendapatnya sendiri. Demikian pula jika kelompok memiliki informasi penting yang belum dimiliki individu, konformitas akan selalu meningkat. Salah satu faktor penentu kepercayaan terhadap kelompok adalah tingkat keahlian anggotanya. Oleh karena itu semakin tinggi tingkat keahlian kelompok itu dalam hubungannya dengan individu, semakin tinggi kepercayaan dan penghargaan individu terhadap pendapat mereka.

b. Kepercayaan yang lemah terhadap diri sendiri

Sesuatu yang meningkatkan kepercayaan individu terhadap penilaian sendiri akan menurunkan konformitas. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan orang tersebut pada kemampuan sendiri untuk menampilkan satu reaksi.

(61)

karena kemudian kelompok bukan merupakan sumber informasi yang unggul lagi. Salah satu faktor yang mempengaruhi keyakinan individu terhadap kecakapannya adalah tingkat kesulitan penilaian yang dibuat. Semakin sulit penilaian tersebut, semakin rendah rasa percaya yang dimiliki individu dan semakin besar kemungkinan bahwa dia akan mengikuti penilaian orang lain.

2.4. Hubungan Antara Konformitas Kelompok Sebaya dengan

Kenakalan Pada Remaja Awal

(62)

dengan hal itu remaja ragu terhadap nilai yang ditanamkan ketika masih anak-anak berbeda dengan ketika sudah mulai menginjak masa remaja, yang terjadi di Iingkungan masyarakat.

Dalam kehidupan sehari-hari remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama-sama teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Remaja berusaha sesuai dengan norma-norma kelompoknya. Sikap konformitas dengan teman-teman sebaya selalu dipertahankannya agar ia dapat diterima oleh kelompok, walaupun hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara remaja

dengan orang tua akibat perbedaaan nilai. Hal tersebut dapat memicu perbuatan negatif, yang tidak sesuai dengan norma baik norma agama, norma susila dan norma-norma yang berlaku di masyarakat yang biasa disebut dengan kenakalan remaja, seperti : membolos, merokok, tawuran, berbohong, malas belajar, melawan orang tua, begadang hingga larut malam yang hingga melupakan status sebagai pel ajar yang harus memiliki cita-cita tinggi, dan lain-lain.

Interaksi dengan teman sebaya mempunyai efek yang penting dalam

(63)

dekat dan diterima dalam kelompok sebaya dapat mempengaruhi motivasi berprestasi di sekolah, tingkah laku delinkuensi atau kenakalan remaja dan penggunaan obat (Berndt, et, ai, dalam Turner, JS, 1995).

Tingkah laku konformitas yang dilakukan pad a masa remaja awal diantaranya tingkah laku antisosial atau kenakalan remaja (Gavin & Furman, Urberg &

Degirmencioglu, dalam Dusek, 1996)

Jadi pengaruh kelompok dapat berupa pengaruh negatif dan positif. Oleh karena itu secara secara konseptual dapat disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan hubungan antara konformitas kelompok sebaya dengan kenakalan remaja, terutama remaja awal.

Skema 1: hubungan antara konformitas kelompok sebaya dengan kenakalan pada remaja awal.

Berdasarkan uraaian di atas, dapat digambarkan dalam skema berikut ini:

Konformitas kelompok

(64)

2.5.

Pengajuan Hipotesis

Dalam penelitian yang berjudul "Hubungan antara Konformitas Kelompok Sebaya dengan Kenakalan pad a Remaja Awal Siswa MTs AI Hidayah Depok, hipotesis penelitian ini adalah :

Ha : Ada Hubungan yang signifikan antara Konformitas Kelompok Sebaya dengan Kenakalan pada Remaja awal Siswa MTs AI-Hidayah Depok Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara Konformitas Kelompok

(65)

METODE PENELITIAN

3.1.

Jenis Penelitian

3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan penelitian yang menghasilkan data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang dihasilkan dari serangkaian pengukuran suatu observasi yang dinyatakan dengan angka-angka dan dianalisa dengan uji statistik (Anto Dajan, 1996).

Metode penelitian yang di gunakan adalah deskriftif korelasional, yaitu penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Sevilla, 1993), melalui penelitian terhadap siswa MTs AI-Hidayah Depok.

3.1.2. Definisi Varia bel dan Operasionalisasi Variabel

Independent variabel : Konformitas kelompok sebaya yaitu perubahan perilaku dan keyakinan dalam usaha agar dapat diterima dalam kelompok sebayanya, walaupun terkadang bertentangan dengan norma yang berlaku

(66)

baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. Kelompok ini relatif stabil, saling berinteraksi yang mempunyai tujuan dan nilai yang sama dan tingkah lakunya didasarkan pad a peraturan kalompok, kenggotaannya biasanya bersifat homogen dalam hal status, seks dan umur.

Dependent Variabel: Kenakalan remaja adalah perilaku remaja yang

melanggar aturan, norma, atau moral masyarakat yang menimbulkan konflik antar pribadi atau kelompok-kelompok pribadi dengan

masyarakat-masyarakatnya, atau suatu perbuatan yang antisosial dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif.

3.2.

Pengambilan

Sam pel

3.2.1. Populasi dan Sam pel

Sevilla (1993) populasi adalah kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi. Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah seluruh siswa MTs AI Hidayah Depok, yang berada pad a masa remaja awal yaitu usia 12-14 tahun.

(67)

sampel penelitian ini sebagian siswa kelas I, II dan III MTs AI Hidayah, yang berusia 12-14 tahun. Karena pad a masa remaja awal ini, mereka selalu melakukan konformitas dalam kelompok sebaya dalam pemikiran maupun perilaku agar diterima dalam kelompoknya, sehingga subyek ini sangat menarik untuk diteliti. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 101 siswa kelas

1,11,111

MTs AI Hidayah Depok.

3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel acak,dengan teknik stratified proportional random sampling. Strategi ini memungkinkan untuk menentukan sejauhmana setiap strata dalam populasi terwakili dalam sampel.

3.3.

Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Metode dan Instrumen Penelitian

(68)

3.3.2. Skala konformitas kelompok sebaya

Skala ini disusun menggunakan acuan instrumen yang digunakan oleh Ronni Rombe (1998), yang digunakan untuk meneliti "Hubungan antara harga diri dengan bentuk konformitas pad a pelaku perkelahian remaja". Yang terdiri dari lima dimensi konformitas, yaitu: Penilaian diri, kesenangan, keterpaksaan dengan alasan dan kestiakawanan, rasa takut terhadap penyimpangan. Kemudian ditambahkan dua dimensi yang menyebabkan terjadinya konformitas yang dikemukakan oleh Sears, Fredman dan Peplau (2000), yaitu kekompakan dan ukuran kelompok. Dimensi-dimensi tersebut dikaitkan dengan karakteristik-karakteristik tingkah laku yang dipelajari remaja dari kelompok sebayanya yang diutarakan oleh (Shucksmith, et.al, dalam Santrock, 2001) yaitu: Cara berpakaian, Gaya rambut, Selera musik, Cara berbicara, dan aktivitas waktu luang.

[image:68.528.26.456.553.694.2]

Blueprint skala konformitas kelompok sebaya dapat dilihat pad a tabel 3.3.2.1 sebagai berikut :

Tabel 3.3.2.1

Blue print skala konformltas kelompok sebava

No Dimensi Favourable Unfavourable Jumlah

1

2

3

4

Penilaian diri Kesenangan Kesetiakawanan Keterpaksaan dengan alasan

1,3,5,7,9,11,13 15,17,19,21

23,25,27 29,31,33

2,4,6,8,10,12,14 16,18,20,22

24,26,28 30.32,34

14

8

6

(69)

5 Rasa takut terhadap 35,37,39, 36,38,40,42,44 10

penyimpangan 41,43

6 Kekompakakan 45,47,49,51 46,48,50,52 8

7 Ukuran kelompok 53,55,57,59 54,56,58,60 8

Jumlah 60

Penyekoran item menggunakan empat pilihan jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai, dengan skor 1 sampai 4 seperti diuraikan dalam tabel 3.3.2.2.

ateaorl rno e ala I ert

KATEGORI FAVOURABLE UNFAVOURABLE

Sangat Sesuai (SS) 4

1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

[image:69.524.38.470.179.516.2]

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

Tabel 3.3.2.2.

K diSk L"k

3.3.3. Skala Kenakalan Remaja

Skala kenakalan remaja ini, disusun berdasarkan tolak ukur menurut teari Jensen yang dikutip oleh Sarlita Sarwono (2002), dan telah digunakan aleh Jamaluddin (2002) dalam penelitiannya mengenai "hubungan antara parental syndrome dengan kenakalan remaja", kemudian dimodifikasi dan

(70)

Blueprint kisi-kisi skala kenakalan remaja dapat dilihat pada tabel 3.3.3.1. sebagai berikut.

ueprm s a a ena a an emaJa

No Karakteristik Favourable Unfavourable Jumlah 1 Kenakalan yang 1,3,5,7,9, 2,4,6,8,10, 14

menimbulkan korban 11,13 12,14 fisik

2 Kenakalan yang 15,17,19,21,23 16,18,20,22,24 28 menimbulkan korban 25,27,29,31,33 26,28,30,32,34

materi 35,37,39,41 36,38,40,42

3 Kenakalan sosial 43,45,47 44,46,48 10

yang tidak 49,51 50,52

menimbulkan korban dipihak lain

4 Kenakalan yang 53,55,57,59 54,56,58,60 26 melawan status 61,63,65,67, 62,64,66,68

69,71,73,75,77 70,72,74,76,78

Jumlah 78

Tabel

3.3.3.1

81 . t k I k k I R

[image:70.526.33.467.186.549.2]
(71)

Tabef 3.3.3.2.

K ta egan ma ed fSkaaf L"k rtI e

KATEGORI

FAVOURABLE

UNFAVOURABLE

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S)

3

2

Tidak Sesuai (TS)

2

3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

3.4. Teknik uji fnstrumen Penelitian

Uji validitas skala yaitu antara butir dengan skor dalam penelitian ini menggunakan product momentdari pearson. Dengan rumus:

Keterangan:

rxy : Angka indeks korelasi "r " product moment N : Jumlah subjek

LXY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y X : Jumlah skor butir

Y : Jumlah skor total

Untuk mengestimasi reliabilitas digunakan ana lisa alfa Cronbach, dengan rumus:

a

=

{セ}{ャ

_

r,sj']

k-1 Sx'

Keterangan:

a : Reliabilitas alpha k : Jumlah belahan tes

(72)

3.5. Teknik Uji Persyaratan dan Asumsi

Penelitian menggunakan tiga uji persyaratan yaitu uji normalitas, homogenitas dan uji Iinearitas.

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Korelasi product momentdari Pearson (Azwar, 2003). Rumus ini digunakan untuk menghitung koefisien korelasi atau mengetahui bagaimana hubungan antara konformitas kelompok sebaya dengan kenakalan remaja. Serta menggunakan uji t-test untuk mengetahui perbedaan konformitas kelompok sebaya dan kenakalan antara laki-Iaki dan perempuan.

(73)

4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian

Berikut ini akan diuraikan gambaran umum subyek penelitian yaitu siswa-siswi MTs AI Hidayah Depok berdasarkan jenis kelamin dan usia.

4.1.1. Gambaran Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin TabeI4.1.1.

Sb kB d k J . KI

Gam aranb u lye er asar an ems eamm NO Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-Iaki 50 49,51

%

2 Perempuan 51 50,49

%

Jumlah 101 100

%

Berdasarkan tabel di atas,dapat dipersentasekan jumlah subyek laki-Iaki dan perempuan. Jumlah subyek laki-Iaki sebanyak 50 orang (49,51 %) sedangkan subyek perempuan sebanyak 51 orang (50,49 %).

(74)

4.1.2. Gambaran Subyek Berdasarkan usia

k

Tabel 4.1.2. S b k B d

Gam aranb u)ye er asar an uSia

No Usia (Tahun) Jumlah Persentase

1 12 34 33,66 %

2 13 39 38,61 %

3 14 28 27,74 %

Jumlah 101 100 %

Berdasarkan tabel di atas, terdapat tiga kategori jenjang usia, yaitu usia 12 tahun sebanyak 34 orang (33,66%), usia 13 tahun sebanyak 39 orang (38,61 %) dan usia 14 tahun sebanyak 28 orang (27,74 %).

4.2.

Presentasi Data

4.2.1 Uji Instrumen Penelitian

4.2.1.1. Uji Validitas Skala Konformitas kelompok Sebaya

[image:74.526.30.469.117.515.2]
(75)

TabeI4.2.1.2.

HaSI'I U" C b Sk I KIII

o a

aa ena a ank 1 RemaJa

No Karakteristik Favourable Unfavourable Jumlah

1 Kenakalan yang 9, 15,19, 24, 1,10,16,25 9

menimbulkan 29

korban fisik

2 Kenakalan yang 2, 5, 17, 20, 11,21,27,30, 19

menimbulkan 26, 33,36, 39, 34, 37, 40, 43,47

korban materi 42,46

3 Kenakalan sosial 6, 12, 18 3,7,22, 6

yang tidak menimbulkan korban dipihak lain

4 Kenakalan yang 4, 8, 13, 31, 14,23,28, 15

melawan status 35,38,41,44, 32,45,49 48

(76)

4.2.1.3. Uji Reliabilitas

Langkah selanjutnya, dilakukan uji reliablitas dengan sampel try out sebanyak 104 siswa MTs AI Hidayah Depok. Uji relibilitas kedua skala ini menggunakan uji statistikAlfa Cronbach dengan menggunakan program SPSS 11,5 for Windows. Hasil uji reliabilitas skala konformitas kelompok sebaya sebesar 0,850 dan skala Kenakalan remaja diperolah reliabilitas sebesar 0,882.

Guilford & Fruchter sebagaimana dikutip oleh Kuncono (2002) bahwa 0,850 dan 0,882 termasuk dalam kategori reliabel, sehingga instrumen ini dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Berikut ini norma reliabilitas yang dijelaskan oleh Guilford & Fruchter.

> 0,90 = Sangat reliabel 0,70 sampai 0,90 = Reliabel

0,40 sampai 0,70 = Cukup reliabel 0,20 sampai 0,40 = Kurang reliabel

(77)

4.2.2. Penyebaran Skor Skala Konformitas Kelompok Sebaya dan

Skala Kenakalan Remaja

4.2.2.1. Skala Konformitas Kelompok Sebaya

es npll s a IStlC eon I an perc e an

Statistik Teoritik Perolehan

Skor Minimum 41 70

Skor Maximum 164 111

Mean 102,5 91,09

Standar Oeviasi 20,5 8,43

TabeI4.2.2.1.

D k' ff t f . t 'fk d I h

Untuk menentukan tingkat konformitas subyek dalam kategori rendah,

sedang dan tinggi, digunakan kategorisasi jenjang.

[image:77.528.33.471.189.544.2]

kS b Tabel 4.2.2.1.1

"Sk K f "t K I

T b II

a e nterpretasl or on orml as eompo e ava

Posisi Nilai X Jenjang Posisi Nilai X

X <M-1 SO : X < 91,09- (8,43)=82,66 kebawah Rendah

M+ 1 SO : 91,09:.': 1 (8,43) = 82,66 - 99,52 Sedang

X> M+ 1 (SO) : X > 91,09 + 1 (8,43) = 99,52 ke alas Tinggi

Oari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa jika X (sebaran skor Variabel X)

lebih kedl dari 82,66 maka konformitas kelompok sebaya tergolong rendah.

Jika X lebih besar dari 82,66 sampai 99,55 maka termasuk kategori sedang,

(78)
[image:78.524.33.464.86.598.2]

't K I pok Sebaya Tabel 4.2.2.. 1.2

I h k K f

,ve a am pero e an s or on orml as eom Kategori F Persentase (%j

Rendah 11 10,89 %

Sedang 77 76,23 %

Tinggi 13 12,89 %

Total 101 100.00 %

Kategori sub k d I

Tabel di atas, menunjukkan bahwa terdapat 11 subyek memiliki kategori Konformitas kelompok sebaya yang rendah, 77 subyek memiliki kategori konformitas kelompok sebaya sedang, dan 13 subyek memiliki kategori konformitas kelompok sebaya tinggi.

4.2.2.2. Skala Kenakalan Remaja

es nplI s a IS I eon I an pero e an

Statistik Teoritik Perolehan

Skor Minimum 48 85

Skor Maximum 192 146

Mean 120 108,03

Standar Deviasi 24 12,02

Tabel 4.2.2.2

O k ' ff t f fk t 'fk d I h

(79)
[image:79.525.32.472.86.614.2]

Tabel 4.2.2.2.1

. Sk K k I R

T ba e nterpretaslII or ena a an emara

Posisi Nilai X Jenjang Posisi Nilai X X < M-1 SO: X < 108,03 - 1 (12,02) = 95,98 kebawah Rendah

M +1 SO: 108,03

±

1 (12,02) = 95,98 - 120,05 Sedang X> M+1 (SO) : X > 108,03 + 1 (12,02) = 120,05 Tinggi ke atas

Oari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa jika X (sebaran skor Variabel Y) lebih kecil dari 95, 98 maka kenakalan remaja tergolong rendah. Jika X lebih besar dari 95,98 sampai 120,05 maka termasuk kategori sedang, sedangkan jika X lebih besar dari 120,05 maka termasuk pada kategori tinggi.

Oengan demikian, jika skor konformitas kelompok sebaya dan kenakalan remaja ditabulasikan dalam bentuk saling berhubungan adalah sebagai berikut:

ema

Gambar

Gambaran umum Subyek Penelitian
Tabel 3.3.2.2.
Tabel 3.3.2.1
Tabel 3.3.2.2.
+6

Referensi

Dokumen terkait

dalam keluarga dan juga lingkungan sekolah yang kondusif. Bagi

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, hidayah, serta innayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada peubah daya dukung pakan dari lima model trend tidak ada model trend yang sesuai untuk alat pendugaan dan peramalan.. Hal ini

Dengan melihat masalah diatas, tulisan ini direkomendasikan bagi gereja agar dapat merumuskan visi gereja secara jelas, agar pelayanan yang dijalankan dapat

sepenuhnya dibebani untuk menutup kerugian dimaksud maka sisanya dihitung sebagai penghasilan, sedangkan apabila cadangan tersebut tidak mencukupi maka kekurangannya

Selain melihat pengaruh stock repurchase terhadap return saham, peneliti juga ingin melihat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi wealth effect pada return ini, seperti

The body types of senior and junior elite female triathletes differed in muscle mass, sum. of skinfolds and the percentage of adipose mass in relation to total

Pada tabel rekapitulasi akan disajikan rekapan dari hasil penelitian yang menggambarkan ada atau tidaknya perbedaan penggunaan model pembelajaran guided inquiry dengan media papan