PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP
KEAHLIAN AUDITOR DALAM MENGAUDIT PERUSAHAAN
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)
Oleh
Rizal Novarianto NIM : 205082000276
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Identitas Pribadi
1) Nama : Rizal Novarianto
2) Tempat, Tgl lahir : Jakarta, 19 November 1986 3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Kewarganegaraan : Indonesia
5) Agama : Islam
6) Alamat : Pondok Kacang Prima Blok J.3/No.5 Rt.05/Rw.08, Pondok Aren
Tangerang 15225
7) Telephone : 021-30224497
2. Pendidikan
1) Lulusan SD Al-Mubarak, Tangerang, Tahun 1999 2) Lulusan MTS Al-Hamidiyah, depok, Tahun 2002 3) Lulusan SMA Kartika X-1, Jakarta, Tahun 2005
3. Latar Belakang Keluarga
1) Ayah : Khaeroni
2) Ibu : Rosiani
3) Alamat : Pondok Kacang Prima Blok J.3/No.5
Rt.05/Rw.08, Pondok Aren
Tangerang 15225
4) Telephone : 021-7313018
Influence Of Auditor Experience Towards Auditor Expertise
In The Audit Firms ABSTRACT
By: Rizal Novarianto
The objective of this research is to test the influence of auditor experience towards auditor expertise in the audit firms. This research was conducted by filling out the questionnaire by the external auditors who worked on KAP in Jakarta.
Independent variables used are auditor experience of working length and the number of inspection tasks are performed. The method used in this research is a multiple linear regression, coefficient of determination test, F test and t tes.
The results were obtained that the auditor experience of working length and the number of inspection tasks are performed, has a positive and significant influence of increased auditor expertise in the audit firms by 85%, while the rest 15% influenced by other variables not examined in this research.
Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Keahlian Auditor Dalam Mengaudit Perusahaan
ABSTRAK
Oleh: Rizal Novarianto
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengalaman auditor terhadap keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan. Penelitian ini dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh auditor eksternal yang bekerja di KAP di daerah Jakarta.
Variabel independen yang digunakan adalah pengalaman auditor dari lamanya bekerja dan dari banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda, uji koefisien determinasi, uji F dan uji t.
Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa pengalaman auditor dari lamanya bekerja dan banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan, mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan sebesar 85%, sedangkan sisanya 15% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.wr.wb
Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Hanya berkat curahaan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Keahlian Auditor Dalam Mengaudit Perusahaan (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”.
Keterbatasan penulis kerap kali menjadi kendala yang menghambat penyusunan skripsi ini. Namun, curahan kasih sayang keluarga, do’a kedua orang tua dan arahan serta motivasi dari dosen pembimbing serta bantuan dari para sahabat, akhirnya keterbatasan itu dapat diatasi dan disempurnakan sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.
Atas kesadaran dan kerendahan hati, perkenankanlah penulis menyampaikan ”bingkisan kado” terimaksih yang tak terhingga kepada:
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku dosen pembimbing satu sekaligus pembantu dekan bidang akademik Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial atas segala arahan dan bimbingannya.
3. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si selaku dosen pembimbing dua yang dengan sabar dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
4. Bapak Dr. Yahya Hamja dan ibu Rahmawati,SE, MM, selaku dosen penguji ahli, terima kasih atas segala arahan dan bimbingannya.
5. Seluruh Staf Pengajar dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial khususnya jurusan Akuntansi, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama menuntut ilmu dibangku kuliah dan lainnya yang telah membantu penulis selama menuntut ilmu.
6. Terima kasih kepada keluarga besarku, adik-adikku yang telah banyak memberikan perhatian dan kasih sayang serta senyuman selama penulisan skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan Akuntansi B Non Reguler 2005 terima kasih karena sudah mewarnai hidup penulis dan banyak memberikan pengalaman.
Akhir kata, semoga penelitian ini berguna bagi semuanya, dan juga bagi teman-teman yang ingin melakukan penelitian berikutnya khususnya untuk Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakrta.
Wassalam,wr.wb
Jakarta, 12 Maret 2010 Penulis
DAFTAR ISI
Pengesahan Bimbingan Skripsi... i
Pengesahan Ujian Komprehensif ... ii
Pengesahan Ujian Sidang Skripsi ... iii
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Abstract ... v
Abstrak ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ... ix
Daftar Tabel ... xii
Daftar Gambar... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman ... 8
B. Efek Pengalaman... 11
C. Auditing ... 13
D. Tipe-Tipe Auditor ... 16
E. Keahlian Auditor... 18
F. Standar Auditing Tentang Keahlian Auditor ... 19
G. Pengalaman dan Keahlian Auditor... 21
H. Telaah Penelitian Terdahulu ... 23
I. Kerangka Pemikiran... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian... 31
B. Metode Penentuan Sampel... 31
C. Metode Pengumpulan Data ... 31
D. Metode Analisis ... 32
1. Uji Kualitas Data... 32
a. Uji Validitas ... 33
b. Uji Reliabilitas ... 34
2. Uji Asumsi Klasik ... 34
a. Uji Multikolonieritas... 34
b. Uji Heteroskedastisitas... 35
c. Uji Normalitas... 37
3. Uji Hipotesis ... 37
a. Uji R (Koefisien Korelasi) ... 39
b. Uji R2 (Koefisien Determinasi)... 40
c. Uji Regresi Secara Simultan (Uji F) ... 41
d. Uji Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 41
E. Operasional Variabel Penelitian... 42
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45
B. Deskriptif Data ... 48
1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis kelamin... 49
2. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur ... 50
3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan... 51
1. Uji Kualitas Data... 52
a. Uji Validitas ... 52
b. Uji Reliabilitas ... 53
2. Uji Asumsi Klasik ... 54
a. Uji Multikolonieritas... 54
b. Uji Heteroskedastisitas... 55
c. Uji Normalitas... 56
3. Uji Hipotesis ... 58
a. Uji R (Koefisien Korelasi) ... 58
b. Uji R2 (Koefisien Determinasi)... 58
c. Uji Regresi Secara Simultan (Uji F) ... 59
d. Uji Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 64
B. Implikasi... 65
DAFTAR PUSTAKA... 66
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1. Tabel. 2.1: Kajian Penelitian Terdahulu... 24
2. Tabel. 3.1: Interval Koefisien Korelasi... 40
3. Tabel. 3.2: Operasional Variabel... 43
4. Tabel. 4.1: Disrtibusi Kuesioner... 49
5. Tabel. 4.2: Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 49
6. Tabel. 4.3: Deskripsi Responden Berdasarkan Umur... 50
7. Tabel. 4.4: Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan... 51
8. Tabel. 4.5: Hasil Uji Validitas... 52
9. Tabel. 4.6: Uji Reliabilitas Pengalaman... 53
10. Tabel. 4.7: Uji Reliabilitas Keahlian... 54
11. Tabel. 4.8: Uji Multikolonieritas... 55
12. Tabel. 4.9: Koefisien Korelasi... 58
13. Tabel. 4.10: Koefisien Determinasi... 58
14. Tabel. 4.11: Uji Regresi Secara Simultan (Uji F)... 59
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
1. Gambar. 2.1: Kerangka Pemikiran...29
2. Gambar. 4.1:Hasil Uji Heteroskedastisitas...56
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari
profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak
memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam
laporan keuangan. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan
tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat
memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan
keputusan.
Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat sekarang ini dapat
memicu persaingan yang semakin meningkat diantara pelaku bisnis. Berbagai
macam usaha untuk meningkatkan pendapatan dan agar tetap bertahan dalam
menghadapi persaingan tersebut terus dilakukan oleh para pengelola perusahaan.
Salah satu kebijakan yang sering ditempuh oleh pihak perusahaan adalah
dengan melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh pihak ketiga
yaitu akuntan publik. Laporan keuangan yang biasanya digunakan untuk
mengetahui hasil usaha dan posisi keuangan perusahaan, juga dapat digunakan
sebagai salah satu alat pertanggungjawaban pengelolaan manajemen perusahaan
Dalam perkembangannya pihak-pihak luar perusahaan juga memerlukan
informasi mengenai perusahaan untuk pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan penanaman modal (investasi) atau yang berhubungan dengan perusahaan.
Dengan demikian ada dua kepentingan yang berbeda, disatu pihak, manajemen
perusahaan ingin menyampaikan informasi mengenai pertanggungjawaban
pengelolaan dana yang berasal dari pihak luar dan dari pihak luar perusahaan,
ingin memperoleh informasi yang andal dari manajemen perusahaan mengenai
pertanggungjawaban dana yang mereka investasikan (Ananing, 2006:1).
Manajemen perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga dalam memeriksa
laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan
kepada pihak luar dan dapat neningkatkan kredibilitas perusahaan yang dikelola,
sehingga perusahaan mempunyai rasa kepercayaan yang tinggi untuk tetap
bekerja sama serta untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan. Selain itu, pihak eksternal juga tentunya tidak ingin
kesempatan atau modal yang ditanamkan ke perusahaan akan jadi sia-sia tanpa
memperoleh keuntungan yang diharapkan.
Pihak-pihak eksternal yang dimaksud adalah pemilik perusahaan,
karyawan, kreditur, investor, badan pemerintah, organisasi nirlaba dan
masyarakat. Sehubungan dengan posisi tersebut, maka auditor dituntut untuk
dapat mempertahankan kepercayaan dari kliennya dan dari para pemakai laporan
Kepercayaan ini senantiasa harus selalu ditingkatkan dengan didukung
oleh suatu keahlian audit. Amanat yang diemban sebagai auditor harus dapat
dilaksanakan dengan sikap profesionalisme serta menjunjung tinggi kode etik
profesi yang harus dijadikan pedoman dalam menjalankan setiap tugasnya.
Mengingat peran dari auditor yang sangat penting dan dibutuhkan dalam dunia
usaha, peningkatan profesional auditor sangat penting untuk terus dilakukan dan
auditor harus terus-menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis
dan profesinya dengan mempelajari, memahami, dan menerapkan ketentuan
ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan.
Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Standar auditing Profesional akuntan
Publik (SPAP), akuntan dituntut untuk dapat menjalankan setiap standar yang
ditetapkan oleh SPAP tersebut.
Standar-standar tersebut meliputi standar auditing, standar atestasi, standar
jasa akuntan dan review, standar jasa konsultasi, dan standar pengendalian mutu.
Dalam salah satu SPAP diatas terdapat standar umum yang mengatur tentang
keahlian auditor yang independen. Dalam standar umum SA seksi 210 tentang
pelatihan dan keahlian Auditor Independen yang terdiri atas paragraph 03-05,
menyebutkan secara jelas tentang keahlian auditor disebutkan dalam paragraf
pertama sebagai berikut “Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan yang cukup sebagai auditor”. Standar Umum
akuntan untuk melaksanakan audit adalah harus memiliki pendidikan serta
pengalaman yang memadai dalam bidang auditing.
Pengalaman seorang auditor sangat berperan penting dalam meningkatkan
keahlian sebagai perluasan dari pendidikan formal yang telah diperoleh auditor.
Sebagaimana yang telah diatur dalam SPAP 2001 paragraf ketiga SA seksi 210
tentang pelatihan dan keahlian independen disebutkan:
Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyatan pendapatan, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang yang ahli dalam bidang akuntan dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit.
Keahlian merupakan salah satu faktor utama yang harus dimiliki oleh seorang
auditor, dengan keahlian yang dimilikinya memungkinkan tugas-tugas
pemeriksaan yang dijalankan dapat diselesaikan secara baik dengan hasil yang
maksimal.
Keahlian yang dimiliki auditor yang diperoleh dari pendidikan formal dan
non formal harus terus-menerus ditingkatkan. Salah satu sumber peningkatan
keahlian auditor dapat berasal dari pengalaman-pengalaman dalam bidang audit
dan akuntansi. Pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui proses yang bertahap,
seperti: pelaksanaan tugas-tugas pemeriksaan, pelatihan ataupun kegiatan lainnya
yang berkaitan dengan pengembangan keahlian auditor.
Selain faktor pengalaman yang mempunyai peran penting bagi
peningkatan keahlian auditor, pengalaman juga mempunyai arti penting dalam
dikemukakan oleh ahli psikologis, bahwa perkembangan adalah bertambahnya
potensi untuk bertingkah laku dan mereka juga mengemukakan, bahwa suatu
perkembangan dapat dilukiskan sebagai suatu proses yang membawa seseorang
kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.
Knoers dan Haditono (1999) dalam Ananing (2006:4) mengemukakan
dalam hal ini pengembangan pengalaman yang diperoleh auditor berdasarkan
teori tersebut menunjukkan dampak yang positif bagi penambahan tingkah laku
yang dapat diwujudkan melalui keahlian yang dimiliki untuk lebih mempunyai
kecakapan yang matang, dan pengalaman-pengalaman yang didapat auditor
memungkinkan berkembangnya potensi yang dimiliki oleh auditor melalui proses
yang dapat dipelajari. Terkait dengan topik penelitian ini, beberapa penelitian
mengenai pengalaman auditor telah banyak dilakukan peneliti sebelumnya.
Penelitian Ashton (1992) dalam Ananing (2006:4) tentang hubungan
pengalaman dan tingkat pengetahuan menyimpulkan bahwa perbedaan
pengalaman auditor tidak bisa menjelaskan perbedaan tingkat pengetahuan yang
dimiliki auditor. Auditor dengan tingkat pengalaman yang sama dapat saja
menunjukkan perbedaan yang besar dalam pengetahuan yang dimiliki. Hasil
penelitian Tubbs (1992) dalam Ananing (2006:4) juga memberikan kesimpulan
bahwa pertambahan pengalaman akan meningkatkan perhatian auditor dalam
Penelitian sebelumnya Ananing (2006), memberikan kesimpulan bahwa
pengalaman akan berpengaruh positif terhadap peningkatan keahlian dan
pengetahuan auditor tentang jenis-jenis kekeliruan yang berbeda yang
diketahuinya. Dengan demikian, pengalaman merupakan unsur professional yang
penting untuk membangun pengetahuan dan peningkatan keahlian auditor, maka
penulis tertarik untuk menentukan topik penelitian yang berkaitan dengan
pengalaman yang dihubungkan dengan keahlian yang dimiliki auditor.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mencoba mengadakan
riset kembali pada tempat, waktu, metode analisis dan variabel yang jelas berbeda
dalam bentuk skripsi dengan memilih judul: “Pengaruh Pengalaman Auditor
Terhadap Keahlian Auditor Dalam Mengaudit Perusahaan (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah apakah pengalaman yang diperoleh
auditor dari lamanya bekerja dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah
dilakukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh secara
bersama-sama dan parsial pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja
dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap
peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan.
2. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:
a) Bagi penulis, sebagai sarana penyelesaian tugas akhir dalam rangka
memperoleh gelar sarjana ekonomi dan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan bukti empiris apakah pengalaman yang diperoleh auditor
dari lamanya bekerja dan dari banyaknya tugas pemeriksaan yang telah
dilakukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan
keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan.
b) Bagi auditor, diharapkan dapat menambah wawasan dan kajian dibidang
pengauditan.
c) Bagi pembaca, khususnya mahasiswa diharapkan dapat menambah
pengetahuan terutama penerapan teori yang diperoleh selama studi
pemeriksaan akuntansi dan dapat dijadikan pendahuluan bagi peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman
Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian
tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain
yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Menurut Purnamasari (2005)
dalam Ananing (2006:12) auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan
dalam hal mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan secara akurat dan mencari
penyebab kesalahan.
Penelitian yang dilakukan oleh Tubbs (1992) sebagaimana dikutip oleh
Pramono (2009:8) menunjukan bahwa ketika akuntan pemeriksa menjadi lebih
berpengalaman maka auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan
yang terjadi, dan memiliki salah pengertian yang lebih sedikit tentang kekeliruan
yang terjadi. Selain itu auditor menjadi lebih sadar mengenai kesalahan yang
tidak lazim dan menjadi lebih menonjol dalam menganalisa hal-hal yang
berkaitan dengan penyebab kekeliruan.
Monroe (2000) dalam Pramono (2009:9) meneliti tentang pengaruh
pengalaman dan tingkat kesulitan tugas pada ketepatan dan keyakinan diri
penilaian auditor yang hasilnya menunjukan bahwa pengalaman audit berkolerasi
signifikan dengan tingkat keyakinan, akan tetapi pengalaman audit tidak
berkolerasi signifikan dengan ketepatan penilaian.
Auditor yang berpengalaman akan memiliki lebih banyak pengetahuan
dan struktur memori lebih baik dibandingkan auditor yang belum berpengalaman.
Libby (1995) dalam Koroy (2005:2) mengatakan bahwa seorang auditor menjadi
ahli terutama diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman. Seorang auditor yang
lebih berpengalaman akan memiliki skema yang lebih baik dalam mendefinisikan
kekeliruan-kekeliruan daripada auditor yang kurang berpengalaman.
Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit
laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan
yang pernah ditangani. Libby and Frederick (1990) dalam Suraida (2005:5)
menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat
menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit dan
auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik. Mereka
juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahankesalahan
dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada
tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari.
Knoers dan Haditono (1999) dalam Ananing (2006:12) Pengalaman
merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi
bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa
diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola
yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan
praktek.
Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang
pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang
untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja
seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola
berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Ananing, 2006:13).
Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan
kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin
terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin
banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya
semakin kaya dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerja. Seperti
dikatakan Boner dan Walker (1994) dalam Ananing (2006:13) peningkatan
pengetahuan yang muncul dari penambahan pelatihan formal sama bagusnya
dengan yang didapat dari pengalaman khusus dalam rangka memenuhi
persyaratan sebagai seorang professional.
Auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan disini dapat
berupa kegiatan-kegiatan seperi seminar, simposium, lokakarya, dan kegiatan
penunjang ketrampilan lainnya. Selain kegiatan-kegiatan tersebut, pengarahan
yang diberikan oleh auditor senior kepada auditor pemula (yunior) juga bisa
meningkatkan kerja auditor, melalui program pelatihan dan praktek-praktek audit
yang dilakukan para auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ia temui, struktur
pengetahuan auditor yang berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan
berkembang dengan adanya program pelatihan auditor ataupun dengan
bertambahnya pengalaman auditor.
B. Efek Pengalaman
Pengalaman sebagai salah satu variabel yang banyak digunakan dalam
berbagai penelitian. Marinus, Wray (1997) dalam Herliansyah dan Ilyas (2006:4)
menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang
waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job).
Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan
secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan
yang terbaik.
Lebih jauh Kolodner (1983) dalam Herliansyah dan Ilyas (2006:4) dalam
risetnya menunjukkan bagaimana pengalaman dapat digunakan untuk
meningkatkan kinerja pengambilan keputusan. Namun dilain pihak beberapa riset
menunjukkan kegagalan temuan tersebut (seperti Ashton, 1991 dan Blocher et al.
1993), hal ini karena menurut Ashton sering sekali dalam keputusan akuntansi
Selain itu, beberapa badan menghubungkan antara pengalaman dan
profesionalitas sebagai hal yang sangat penting didalam menjalankan profesi
akuntan publik. AICPA AU section 100-110 mengkaitkan professional dan
pengalaman dalam kinerja auditor :
“The professional qualifications required of the independend auditor are those of person with the education and experience to practice as such. They do not include those of person trained for qualified to engage in another profession or accupation”.
Menurut The Institute of Chartered Account in Australia (1997:28):
Membership of profession means commitment to asset of value that serve to define that professional as specific “moral community”. Tobe a good accountant one not only needs to have insight into one’s profession, but to have accepted and internalized those values. Professional value clarification is an activity both of individual accountants, in identifying and gaining critical insight into the meaning and application of those values, and activity of professional it self.
Selain itu untuk menjadi professional menurut The Institute of Chartered
Accounts in Australia (1997:30) adalah :
“Extensive training must be undertaken tobe able to practice in the profession. A significant amount of the training consists of intellectual component. The profession provides a valueable service to the community”.
Menurut Jeffrey dalam Herliansyah dan Ilyas (2006:5) memperlihatkan
bahwa seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki
lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan
suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Menurut Butts,
mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman membuat
yang belum berpengalaman. Hal ini dipertegas oleh Haynes et al (1998) yang
menemukan bahwa pengalaman audit yang dipunyai auditor ikut berperan dalam
menentukan pertimbangan yang diambil.
C. Auditing
Definisi auditing menurut A. Arens (2003) dalam Suraida (2005:4) adalah
sebagai berikut :
”Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and estabilished criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”.
Untuk melaksanakan audit diperlukan informasi yang dapat diverifikasi
dan sejumlah kriteria yang dapat digunakan sebagai pegangan dalam
mengevaluasi informasi tersebut. Informasi memiliki berbagai bentuk antara lain
misalnya laporan keuangan perusahaan, jumlah waktu yang dibutuhkan oleh
seorang karyawan untuk menyelesaikan tugas, jumlah biaya kontrak pembuatan
gedung, surat pemberitahuan pajak penghasilan perseorangan dan lain-lain.
Laporan keuangan sendiri tidak lain adalah merupakan bentuk
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara
seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan
keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang
berkaitan dengan laporan tersebut. Pemakai laporan keuangan meliputi investor,
karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan,
pemerintah serta lembaga-lembaganya dan masyarakat. Mereka menggunakan
laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda.
Manajemen perusahaan memikul tanggung jawab utama dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan perusahaan.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Sementara tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk
memberikan pendapat (opini) apakah laporan keuangan telah disajikan secara
wajar sesuai dengan SAK. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh Akuntan
Publik akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan
keputusan, ini berarti bahwa audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen, dalam hal ini yaitu oleh Akuntan Publik, sehingga dengan demikian
profesi Akuntan Publik adalah profesi kepercayaan masyarakat, untuk itu
Akuntan Publik dituntut untuk melaksanakan tugasnya secara profesional.
Definisi auditing pada umumnya yang banyak digunakan adalah definisi
“Suatu proses sitematika untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukit audit secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian dengan criteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”
Selain definisi diatas, American Accounting Association Commite on basic
Auditing Concept dalam Ananing (2006:9), mengemukakan definisi auditing sebagai berikut :
“Auditing adalah suatu proses yang tersistematika untuk mendapatkan dan menilai bukti-bukti secara obyektif yang berkaitan dengan pernyataanpernyataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk memperoleh tingkat kesesuaian antara pernyatan-pernyatan tersebut dengan kriteria yang telah dietapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan”
Sedangkan menurut Miller dan Bailey, (2001:3) sebagai berikut :
“An audit metdhodical review and objective examination of an item, including the verification of specific information as determined by the auditor or as established by general practice. Generally, the purpose of an audit is to express an opinion on or reach a conclusion about what was audited”.
Menurut Arens dan James dalam Abdul Halim (2001:1) adalah sebagai berikut:
“Auditing adalah proses yang ditempuh oleh seseorang yang kompeten dan independen agar dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai informasi yang terukur dalam suatu entitas (satuan) usaha untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dengan kriteria yang telah ditetapkan”
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada empat elemen
fundamental dalam auditing :
1. Dilakukan oleh seseorang yang independent
2. Bukti yang cukup kompeten yang diperoleh melalui inspeksi,
menjalankan tugasnya sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit
3. Kriteria yang dijadikan pedoman sebagai dasar untuk menyatakan pendapat
audit berupa peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif, anggaran
yang ditetapkan oleh manajemen, dan PABU (Prinsip akuntansi berterima
umum)
4. Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam
mengkomunikasikan hasil pekerjaannya terhadap laporan keuangan yang
diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yang dapat dijadikan dasar
dalam pengambilan keputusan.
D. Tipe-tipe Auditor
Tipe-tipe auditor yang umumnya diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1) Auditor intern
Auditor intern merupakan auditor yang bekerja di dalam perusahaan
(perusahaan negara atau perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah:
a) Menentukan auditor kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan
telah dipatuhi atau tidak
b) Baik tidaknya dalam penjagaan asset perusahaan
c) Menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan perusahaan
d) Menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh bagian
2) Auditor pemerintah
Auditor pemerintahan merupakan auditor professional yang bekerja di
instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh entitas pemerintah atau
pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan untuk pemerintah.
3) Auditor independen
Auditor independen adalah auditor professional yang menyediakan
jasanya kepadanya masyarakat umum untuk memenuhi kebutuhan para
pemakaian informasi keuangan, terutama dalam bidang audit atas laporan
keuangan yang dibuat oleh kliennya.
Auditor independen dalam prakteknya harus memenuhi persyaratan
pendidikan dan pengalaman kerja tertentu. Auditor independen harus lulus dari
sarjana akuntansi falkultas ekonomi atau mempunyai ijazah yang disamakan,
telah mendapat gelar akuntan dari panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah
Akuntan, dan mendapat izin praktek dari Mentri Keuangan.
Auditor independen mempunyai tanggungjawab utama untuk
melaksanakan fungsi pengauditan terhadap laporan keuangan perusahaan yang
diterbitkan tanpa memihak kepada kliennya. Auditor independen bekerja dan
E. Keahlian Auditor
Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi
operasional yang tepat. Menurut Webster’s ninth New Collegiate Dictionary
(1983) dalam Ananing (2006:14) mendefinisikan keahlian (expertise) adalah
ketrampilan dari seorang yang ahli. Ahli (experts) didefinisikan sebagai seseorang
yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam
subjek tertentu yang diperoleh dari pengalaman atau pelatihan.
Trotter (1986) dalam Ananing (2006:14) mendefinisikan ahli adalah orang
yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi,
dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Menurut Hayes-Roth,
dkk mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu
lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dari lingkungan
tersebut dan ketrampilan untuk memecahkan masalah tersebut.
Menurut Tan dan Libby (1997) dalam Ananing (2006:14), keahlian audit
dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu: keahlian teknis dan keahlian
non teknis. Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar seorang auditor berupa
pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup akuntansi
dan auditing secara umum. Sedangkan keahlian non teknis merupakan
kemampuan dari dalam diri seorang auditor yang banyak dipengaruhi oleh
faktor-faktor personal dan pengalaman.
Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya,
merencanakan program kerja pemeriksaan, menyusun program kerja
pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja
pemeriksaan, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan.
Keahlian merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang
auditor independen untuk bekerja sebagai tenaga profesional. Sifat-sifat
professional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang
melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk
mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan
dan keunggulan dibandingkan rekan sejawatnya. Jadi, professional sejati harus
mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa yang diberikan klien
harus diperoleh dengan cara-cara yang professional yang diperoleh dengan
belajar, latihan, pengalaman dan penyempurnaan keahlian auditing.
F. Standar Auditing Tentang Keahlian Auditor
Kompetensi mengenai keahlian auditor, telah diatur dalam Standar Umum
yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yaitu Standar Umum
Seksi 210 yang mengatur tentang Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen.
Seksi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Standar Umum Pertama , paragraph 01-02
2. Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen, paragraph 03-05
Secara lengkap isi standar auditing dalam Seksi 210 ini, sebagai berikut: (SPAP,
per 1 Januari 2002)
STANDAR UMUM PERTAMA
01 Standar umum pertama berbunyi:
“Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”
02 Standar umum pertama menegaskan bahwa betapa pun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.
PELATIHAN DAN KEAHLIAN AUDITOR INDEPENDEN
03 Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang professional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. Pelatihan ini harus secara memadai mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Asisten junior, yang baru masuk ke dalam karier auditing harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervisi memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman. Sifat dan luas supervisi dan review terhadap hasil pekerjaan tersebut harus meliputi keanekaragaman praktek yang luas. Auditor independen yang memikul tanggungjawab akhir atas suatu perikatan, harus mengunakan pertimbangan matang dalam setiap tahap pelaksanaan supervisi dan dalam review terhadap hasil pekerjaan dan pertimbangan-pertimbangan yang dibuat asistennya. Pada gilirannya, para asisten tersebut harus juga memenuhi tanggungjawabnya menurut tingkat dan fungsi pekerjaan mereka masing-masing.
04 Pendidikan formal auditor independen dan pengalaman
persyaratan professional ini dalam menentukan luasnya supervisi dan review terhadap hasil kerja para asistennya. Perlu disadari bahwa yang dimaksud dengan pelatihan seorang professional mencakup pula kesadarannya untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya. Ia harus mempelajari, mamahami, dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
05 Dalam menjalankan prakteknya sehari-hari, auditor independen menghadapi berbagai pertimbangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan yang sangat bervariasi, dari yang benar-benar objektif sampai kadang-kadang secara ekstrim berupa pertimbangan yang disengaja menyesatkan. Ia diminta untuk melakukan audit dan memberikan pendapat atas laporan keuangan suatu perusahaan karena, melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalamannya, ia menjadi orang yang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing, serta memiliki kemampuan untuk menilai secara obyektif dan menggunakan pertimbangan tidak memihak terhadap informasi yang dicatat dalam pembukuan perusahaan atau imformasi lain yang berhasil diungkapkan melalui auditnya.
TANGGAL BERLAKU EFEKTIF
06 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001, dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1Januari 2001 setelah tanggal 31 Desember, hanya ketentuan dalam Seksi ini saja yang berlaku.
G. Pengalaman dan Keahlian Auditor
Pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam
memprediksi kinerja auditor. Pengalaman semakin berkembang dengan
bertambahnya pengalaman audit, diskusi mengenai audit dengan rekan sekerja,
pengawasan dan review oleh akuntan senior, mengikuti program pelatihan dan
penggunaan standar auditing. Pengalaman mempunyai hubungan yang erat
pendidikan formalnya juga diperluas lagi dengan pengalaman-pengalaman dalam
praktik audit.
Buku-buku psikologi tentang keahlian menarik dua kesimpulan umum,
Asthon (1991) dalam Ananing (2006:17) dalam penelitiannya menyimpulkan
bahwa pemilikan pengetahuan khusus adalah penentu keahlian dan pengetahuan
seseorang ahli diperoleh melalui pengalaman kerja selama bertahun-tahun. Lebih
lanjut dapat dikatakan bahwa dalam rangka pencapaian keahlian seorang auditor
harus mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam bidang audit, pengetahuan ini
biasa didapat dari pendidikan formalnya yang diperluas dan ditambah antara lain
melalui pelatihan auditor dan pengalaman pengalaman dalam praktek audit.
Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak
mempunyai pengetahuan cukup dalam mejalankan tugasnya. Kenyataan
menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka, semakin banyak
pengalaman yang dimiliki oleh pekerja tersebut. Sebaliknya, semakin singkat
masa kerja berarti semakin sedikit pengalaman yang diperolehnya.
Pengalaman bekerja memberikan keahlian dan ketrampilan kerja yang
cukup namun sebaliknya, keterbatasan pengalaman kerja mengakibatkan tingkat
ketrampilan dan keahlian yang dimiliki semakin rendah. Hadiwiryo (2002) dalam
Ananing (2006:18) kebiasaan untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan sejenis
merupakan sarana positif untuk meningkatkan keahlian tenaga kerja. Lebih lanjut
harus mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam bidang audit. Pengetahuan ini
bisa didapat dari pendidikan formal yang diperluas dan ditambah antara lain
melalui pelatihan dan pengalaman-pengalaman dalam praktek audit.
Pengalaman merupakan atribut yang penting yang dimiliki auditor,
terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat auditor, auditor yang sudah
berpengalaman biasanya lebih dapat mengingat kesalahan atau kekeliruan yang
tidak lazim/wajar dan lebih selektif terhadap informasi-informasi yang relevan
dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman (Ananing, 2006:18).
Sebagaimana yang disebutkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
bahwa persyaratan yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang
memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai yang biasanya diperoleh dari
praktik-praktik dalam bidang auditing sebagai auditor independen.
H. Telaah Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang terkait dengan pengalaman pernah dilakukan
oleh beberapa peneliti lain, peneliti akan menyebutkan beberapa penelitian
sebagai acuan untuk mendukung hipotesis. Penelitian terdahulu diuraikan dalam
Tabel 2.1
Kajian Penelitian Terdahulu No Nama pertama adalah Posisi klien. Variabel independen selanjutnya adalah Pengalaman audit.
Terdapat tiga variabel dependen yang merupakan pertimbangan auditor yang diteliti, yaitu:
¾ penilaian risiko
keusangan persediaan oleh auditor dan
¾ penilaian tentang pentingnya masalah keusangan persediaan terhadap negosiasi transaksi akuisisi yang berjalan.
Auditor yang mempunyai klien yang berposisi sebagai penjual, tidak mesti mengikuti saja keinginan yang dipreferensikan klien. Pada kasus audit ini, keinginan klien agar tidak dilakukan penyesuaian audit atas persediaan divisi target tidak dituruti oleh auditor secara rata-rata, terbukti dari mean keseluruhan kecenderungan mengusulkan penyesuaian adalah cukup tinggi (M = 59,9; Dev. Std. = 21,6). Sebaliknya pada kondisi klien sebagai pembeli, auditor sejalan dengan kepentingan klien agar dilakukan penyesuaian (M = 58,0; Dev. Std. = 28,6). Hasil ini bukan berarti auditor melayani kepentingan klien. Hal ini terutama diakibatkan tendensi yang melekat pada auditor untuk bersikap konservatif dalam menilai
¾ Pengalaman Auditor (X2)
¾ Ketaatan Pada Standar Profesi/SPAP (Y)
¾ Akuntabilitas Profesional (Z)
(lanjutan) Audit dan Risiko Audit terhadap
¾ Variabel Kompetensi (ξ2)
¾ Variabel Pengalaman Audit (ξ3)
¾ Variabel Tingkat
Risiko Audit yang direncanakan (ξ4)
¾ Variabel Skeptisisme Profesional Auditor (η1)
¾ Variabel Ketepatan pemberian opini akuntan publik(η2)
1. Etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor baik secara parsial maupun secara simultan. Secara parsial pengaruh etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko auditterhadap skeptisisme profesional auditor kecil, namun secara simultan pengaruhnya cukup besar. yaitu sebesar 61%. Hal ini mengandung arti bahwa jika akuntan publik menegakan etika, memiliki kompetensi dan pengalaman audit serta merencanakan risiko audit dengan baik, maka tingkat skeptisisme profesional auditor akan semakin tinggi.
2. Etika, kompetensi, pengalaman audit, risiko audit dan skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik baik secara parsial maupun secara simultan.
4 Dwi Ananing
¾ Pengalaman dari
lamanya bekerja (X1)
¾ Pengalaman dari
banyaknya tugas (X2)
¾ Pengalaman dari
banyaknya jenis perusahaan (X3)
¾ Variabel dependen adalah Keahlian (Y)
(lanjutan)
1) Variabel independen adalah : Tipe bukti
dan Tingkat Pengalaman Auditor
2) Variabel Dependen adalah penilaian subjek mengenai going concern perusahaan (kasus) pada satu tahun yang akan datang.
Riset ini menemukan bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment auditor. Auditor berpengalaman (partner dan Manajer) tidak terpengaruh oleh adanya informasi tidak relevan dalam membuat going concern judgment. Hasil penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain: Pertama, metode eksperimen ini mempunyai keterbatasan dalam validitas eksternal. Kedua, penelitian ini hanya terbatas pada going concern judgment saja sehingga perluasan riset ini seperti dalam review kertas kerja dapat dilakukan. Ketiga, Metode eksperimen ini tidak sepenuhnya mampu mengontrol banyak hal seperti tempat, suasana auditor dll.
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Pengabdian pada profesi,
Kewajiban Sosial, Kebutuhan untuk Mandiri,
Hubungan dengan Sesama Profesi, Keyakinan terhadap Peraturan Profesi,
sedangkan Variabel Dependennya adalah Pertimbangan Tingkat Materialitas auditor.
Berdasarkan penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan, yaitu:
1. Pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja.
Penelitian sebelumnya Ananing (2006) yang menyatakan bahwa
pengalaman auditor dari lamanya bekerja akan meningkatkan keahlian auditor
dalam bidang auditing. Demikian juga dengan penelitian Suryani, Tri dan
Sudarsono (2005) yang menyatakan bahwa semakin berpengalaman seorang
auditor maka semakin patuh pada standar profesi serta semakin
bertanggungjawab dalam melaksanakan profesionalismenya.
Kenyataan menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka,
semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh pekerja tersebut.
Sebaliknya, semakin singkat masa kerja seseorang biasanya semakin sedikit
pula pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman bekerja memberikan
keahlian dan ketrampilan dalam kerja sedangkan, keterbatasan pengalaman
kerja mengakibatkan tingkat ketrampilan dan keahlian yang dimiliki semakin
rendah. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pengalaman dari
lamanya bekerja dalam melakukan audit mempunyai dampak yang signifikan
terhadap keahlian audit.
2. Pengalaman yang diperoleh auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan yang
dilakukan.
Penelitian sebelumnya Ananing (2006) yang menyatakan bahwa
pengalaman auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan akan meningkatkan
(2005) yang menyatakan bahwa semakin banyak pengalaman auditor baik dari
segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani,
semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan
temuan audit.
Seseorang yang memiliki pengalaman tentang kompleksitas tugas
akan lebih ahli dalam melaksanakan tugas-tugas pemeriksaan, sehingga
memperkecil tingkat kesalahan, kekeliruan, ketidakberesan, dan pelanggaran
dalam melaksanakan tugas. Seorang auditor memberikan pendapatnya
berdasarkan pemeriksan yang dilakukan dan dalam memberikan opininya
tersebut, auditor tidak terhindarkan untuk membuat keputusan yang subjektif.
Agar pendapat auditor tersebut benar, maka proses pemeriksaan yang
dilakukan harus sesuai dengan prosedur dan input (berupa data dan
pengetahuan) juga harus memadai.
I. Kerangka Pemikiran
Abdul Hamid (2007:26) kerangka pemikiran merupakan sintesa dari
serangkaian teori yang sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau
alternatif dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka berfikir merupakan
model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor
yang telah didefinisikan sebagai masalah yang penting.
Semakin bertambahnya pengalaman auditor bekerja akan memberikan
pengalaman kerja mengakibatkan tingkat ketrampilan dan keahlian yang dimiliki
semakin rendah. Pengalaman didalam beberapa literatur auditing sering
digunakan sebagai surrogate dari keahlian, sebab pengalaman akan memberikan hasil didalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan
sehingga akan meningkatkan keahlian.
Berdasarkan pada kerangka pemikiran tersebut, maka masalah yang ingin
diteliti adalah pengaruh pengalaman auditor, yaitu pengalaman yang diperoleh
dari lamanya bekerja dan dari banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan
terhadap keahlian auditor, khususnya dalam mengaudit perusahaan. Jika diuraikan
dalam bentuk bagan:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Lamanya Bekerja
(X1)
Keahlian Auditor (Y)
Banyaknya Tugas Pemeriksaan
J. Hipotesis
Dari penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran diatas maka disusun hipotesis
sebagai berikut:
H1 : Pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja dan
banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan secara
bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap
peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan.
H2 : Pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian
auditor dalam mengaudit perusahaan.
H3 : Pengalaman yang diperoleh auditor dari banyaknya tugas
pemeriksaan yang telah dilakukan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan Kantor Akuntan Publik (KAP)
yang berada di daerah Jakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah semua auditor
yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di daerah Jakarta sebanyak delapan
Kantor Akuntan Publik.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode Penentuan Sampel dilakukan secara acak dengan metode
probability sampling atau sering disebut juga dengan random sampling, yaitu
pengambilan sampel penelitian dimana setiap elemen penelitian mempunyai
probabilitas (kemungkinan) yang sama untuk dipilih.
C. Metode Pengumpulan Data
Abdul Hamid (2007:33) dalam bukunya Pedoman Penulisan Skripsi, jika
dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber
data primer dan sumber data sekunder. Adapun metode yang digunakan penulis
1) Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner merupakan
salah satu cara untuk mendapatkan data. Kuesioner disebarkan secara
langsung ke Kantor akuntan Publik (KAP) di Jakarta tempat para auditor
bekerja.
2) Data Sekunder
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari bahan-bahan atau
sumber-sumber bacaan atau kepustakaan. Pengumpulan data sekunder ini
dimaksudkan untuk melengkapi data dari berbagai sumber antara lain :
Buku-buku, literatur, Internet, bahan kuliah dan literatur lainnya yang ada
hubungannya dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis 1. Uji Kualitas Data
Penelitian yang mengukur variabel dengan menggunakan instrument
dalam kuesioner harus diuji kualitas datanya atau syarat yang penting yang
berlaku dalam kuesioner seperti keharusan suatu kuesioner untuk valid dan
reliabel. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut
valid atau reliable untuk variabel yang akan diukur, sehingga penelitian ini
bisa mendukung hipotesis. Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur
kualitas kuesioner yang digunakan sebagai instrument penelitian, sehingga
Instrumen dikatakan valid, jika instrument tersebut mampu mengukur
apa yang diinginkan dan mengungkapkan data yang diteliti secara tepat.
Sedangkan uji reliabilitas adalah suatu pengujian untuk mengukur sejauhmana
hasil suatu pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran lebih dari
satu terhadap gejala yang diukur dengan alat ukur yang sama.
a) Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut (Ghozali, 2005:45). Validitas berarti dapat diterima dan
tidak diragukan (sah). Istilah ini mengandung pengertian bahwa yang
dinyatakan valid berarti telah sesuai dengan kebenaran yang diharapkan,
sehingga dapat diterima dalam kinerja tertentu. Analisa pengujian validitas
pada penelitian ini dilakukan dengan mempersiapkan tabulasi
jawaban-jawaban responden yang berasal dari kuesioner. Pengujian validitas
dilakukan dengan mengkorelasikan setiap item-item pertanyaan dengan
total nilai setiap variabel.
Korelasi setiap item pertanyaan dengan nilai total setiap
variabel dilakukan dengan teknik korelasi untuk mengetahui apakah
variabel yang diuji valid atau tidak, hasil korelasi dibandingkan dengan
validitas lebih besar dari angka kritis tabel korelasi, maka item pertanyaan
tersebut dikatakan valid. Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung
> r tabel (Ghozali, 2001:45). Untuk menentukan tingkat validitas, peneliti
menggunakan bantuan program Statistical Product and Service Solutions
(SPPS) Versi 16.0.
b) Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2005:41). Suatu
kuesioner dikatakan reliabel (andal) jika, jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran
reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode one shot atau diukur
sekali saja. Pengukuran yang dimaksud adalah pengukuran yang hanya
sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil pertanyaan lain.
Untuk pengukuran reliabilitas, SPPS memberikan fasilitas untuk
mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah ada
hubungan atau korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2005:91).
independen. Dalam penelitian ini uji multikolonieritas digunakan untuk
menguji apakah ada korelasi atau hubungan diantara variabel pengalaman
yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja dan pengalaman yang
diperoleh auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independent. Pedoman suatu model regresi yang ideal adalah
tidak terjadi korelasi diantara variabel independen atau nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance disekitar angka 1 serta koefisien korelasi antar variabel independen haruslah dibawah 0,5. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak
orthogonal, yakni variabel orthogonal adalah variabel independen yang memiliki nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol
(Ghozali, 2005: 91).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
suatu model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat
dilihat dari grafik plot. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya)
Jika varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Sebaliknya jika varian berbeda
maka disebut heteroskedastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilihat dari pola gambar scatterplot. Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan tidak terdapat heterkesdastisitas apabila:
1) Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka 0
pada sumbu Y.
2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah aja.
3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
Jika plot membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika plot tidak membentuk pola tertentu, seperti
titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka
mengindikasikan telah terjadi homokedastisitas. Model regresi yang baik
adalah plot yang mengindikasikan homokedastisitas atau tidak terjadi
c. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali, 2005:110). Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
sampel kecil. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka menunjukkan pola
distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari diagonal
dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka tidak menunjukkan
pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005:112).
3. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan metode
satu dalam penelitian ini. Analisis regresi berganda ini diolah dengan
menggunakan program SPSS for windows versi Versi 16.0.
Analisis regresi linier berganda yang dilakukan dalam penelitian ini,
dilakukan dengan memasukkan dua buah variabel independen yang terdiri
atas pengalaman yang diperoleh dari lamanya bekerja dan pengalaman yang
diperoleh auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan serta satu
variabel dependen yaitu keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan. Secara
umum formulasi dari regresi dapat ditulis sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + ei
Keterangan:
Y = Keahlian
a = Konstanta
b1 b2 = Koefisien
X1 = Pengalaman auditor dari lamanya bekerja
X2 = Pengalaman auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan
ei = Error
Hipotesis:
H1 : Pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja dan
banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan secara
bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap
H2 : Pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian
auditor dalam mengaudit perusahaan.
H3 : Pengalaman yang diperoleh auditor dari banyaknya tugas
pemeriksaan yang telah dilakukan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit
perusahaan.
Dalam pengujian hipotesis analisis dilakukan melalui:
a) Uji R (Koefisien Korelasi)
Analisis koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui
apakah diantara variabel dependen dengan variabel independen
terdapat hubungan, jika terdapat hubungan maka bagaimana arah
hubungan tersebut. Dari hasil perhitungan tersebut berlaku ketentuan:
Positif (+) : Menunjukkan hubungan yang searah antara kedua
variabel.
Negatif (-) : Menunjukkan hubungan yang berlawanan arah antar
Tabel 3.1
Interval Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.00 – 0.199 Sangat lemah
0.20 – 0.399 Lemah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Kuat
0.80 – 1.000 Sangat kuat
Sumber : Imam Ghozali (2001:45)
b) Uji R2 (Koefisien Determinasi)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel
dependen. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada
tabel Model Summaryb dan tertulis Adjusted R Square.
Nilai R2 sebesar 1, berarti fluktuasi variabel dependen
seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada
faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Jika nilai
R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1, berarti semakin kuat
kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel
c) Uji Regresi Secara Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel
independen secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel
dependen. Hasil uji F pada output SPSS dapat dilihat pada tabel
ANOVA. Untuk mengetahui variabel-variabel independen secara
simultan mempengaruhi variabel dependen, dilakukan dengan
membandingkan p-value pada kolom Sig. Dengan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05. jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima dan Ho ditolak, sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka H1 ditolak dan Ho diterima (Nugroho, 2005:53).
d) Uji Regresi Secara Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel
Coefficientsa. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen, dilakukan dengan membandingkan p-value pada kolom Sig. Masing-masing variabel independen dengan tingkat signifikansi yang
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan
instrumen yang dikembangkan dari penelitian Ananing (2006:26). Perbedaan
variabel penelitian ini dengan penelitian terdahulu bahwa dalam penelitian
terdahulu mengikutsertakan variabel pengalaman dari banyaknya jenis perusahaan
yang telah diaudit sebagai variabel independen, sedangkan dalam penelitian ini
penulis mencoba tanpa memasukkan variabel tersebut. Adapun variabel dalam
penelitian ini terdiri dari:
1. Variabel independen meliputi:
a. Pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja yang diukur
dalam satuan bulan (X1),
b. Pengalaman yang diperoleh auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan
yang dilakukan yang diukur dengan jumlah tugas pemeriksaan yang
dilakukan responden (X2).
2. Variabel dependen adalah keahlian auditor independen dalam mengaudit
perusahaan (Y). Pengukuran keahlian auditor independen dalam mengaudit
perusahaan menggunakan instrumen yang dikembangkan dari pusdiklat BPKP
(Dwi Ananing, 2006:27). Instrumen ini terdiri dari lima item yang melihat
keahlian yang diperlukan auditor dalam tugasnya, keahlian ini meliputi
keahlian mengenai audit yang mencakup:
a. Merencanakan program pemeriksaan,
c. Melaksanakan program kerja pemeriksaan,
d. Menyusun kertas kerja pemeriksaan dan
e. Menyusun laporan hasil pemeriksaan.
Kemudian untuk mengukur keahliannya menggunakan skala likert dengan
skor 1 sampai dengan 5 atau dari tingkat rendah sampai dengan tingkat
tertinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 3.2.
Tabel 3.2 Operasional Variabel
NO VARIABEL INDIKATOR SKALA
PENGUKURAN
1 Pengalaman yang
diperoleh auditor dari
lamanya bekerja (X1)
Jangka waktu dari
seorang auditor bekerja
Ordinal
2 Pengalaman yang
diperoleh auditor dari
banyaknya tugas
pemeriksaan yang
dilakukan (X2)
Jumlah tugas
pemeriksaan yang telah
dilakukan auditor
Ordinal
3 keahlian auditor
independen dalam
mengaudit perusahaan (Y)
¾ Merencanakan
program
pemeriksaan,
¾ Menyusun program
kerja pemeriksaan,
¾ Melaksanakan
program kerja
pemeriksaan,
¾ Menyusun kertas
kerja pemeriksaan
dan
¾ Menyusun laporan
hasil pemeriksaan
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor
Akuntan Publik (KAP) yaitu suatu badan usaha yang telah mendapatkan ijin dari
menteri keuangan atau pejabat lain yang berwenang sebagai wadah bagi akuntan
publik dalam memberikan jasanya. Sedangkan akuntan publik atau auditor
independen adalah akuntan yang telah memperoleh ijin dari menteri keuangan
atau pejabat yang berwenang untuk memberikan jasanya.
Kantor Akuntan Publik dalam pekerjaannya memberikan beberapa jasa
yang disebut dengan jasa audit. Penjelasan dari jasa-jasa tersebut yaitu :
1. Jasa Audit Laporan Keuangan
Dalam kapasitasnya sebagai auditor independen, kantor akuntan
publik melakukan audit umum atas laporan keuangan untuk memberikan
pernyataan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan.
2. Jasa Audit Khusus
Audit khusus dapat merupakan audit atas akun atau pos laporan
tertentu yang dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disepakati
bersama, audit atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan basis yang
3. Jasa Atestasi
Jasa yang berkaitan dengan penerbitan laporan yang memuat suatu
kesimpulan tentang keadaan asersi (pernyataan) tertulis menjadi tanggung
jawab pihak lain, dilaksanakan mulai pemeriksaan, review dan prosedur yang
disepakati bersama.
4. Jasa Review Laporan Keuangan
Jasa yang memberikan keyakinan terbatas bahwa tidak terdapat modifikasi
material yang harus dilaksanakan agar laporan keuangan tersebut sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atas basis akuntansi
komprehensif lainnya.
5. Jasa Kompilasi Laporan Keuangan
Jasa untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan catatan data keuangan
serta inforamsi lainnya yang diberikan manajemen suatu entitas tertentu.
6. Jasa Konsultasi
Jasa ini meliputi berbagai bentuk dan bidang sesuai dengan kompetensi
akuntan publik. Misalnya jasa konsultasi umum kepada pihak manajemen,
perencanaan sistem dan implementasi sistem akuntansi, penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan seleksi dan rekruitmen pegawai sampai