SKRIPSI
PENGARUH PENGALAMAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) TERHADAP PENINGKATAN KEAHLIAN
AUDITOR DALAM BIDANG AUDITING PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)
DI KOTA MEDAN
OLEH
GUN AIDIE SIMATUPANG 070503103
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH PENGALAMAN,
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) TERHADAP PENINGKATAN KEAHLIAN AUDITOR DALAM BIDANG AUDITING PADA KANTOR
AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI KOTA MEDAN” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Januari 2012
Yang Membuat Pernyataan,
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul ”Pengaruh Pengalaman, Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) terhadap Peningkatan Keahlian Auditor dalam Bidang
Auditing pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Medan” ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa
doa, bimbingan, pengarahan, bantuan, dan kerja sama semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak antara lain:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak selaku Dosen Pembanding I dan Ibu Dra.
Nurzaimah, MM, Ak, selaku Dosen Pembanding II yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulisan skripsi ini.
5. Kedua orang tua tersayang, Ayahanda Bachtiar Simatupang, BA dan Ibunda
Nasriah Harahap, yang senantiasa melimpahkan cinta dan kasih sayangnya serta selalu mendoakan dan mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Kakak-kakak saya, teman-teman semuanya serta adik-adik, terima kasih atas doa dan dukungannya, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna secara
keseluruhannya, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, Januari 2012 Penulis,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh pengalaman, pendidikan dan pelatihan auditor dalam bidang auditing terhadap peningkatan keahlian auditor di kantor akuntan publik di kota Medan sebagaimana telah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntan Publik (PSAP)..
Variabel indevenden dalam penelitian ini adalah pengalaman , pendidikan dan pelatihan auditor. Untuk variabel devenden dalam penelitian ini adalah keahlian auditor. Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang yang diperoleh dari penyebaran kuesioner secara langsung kepada auditor yang bekerja di kantor akuntan publik di kota Medan.
Hasil penelitian menunjukkan pengalaman, pendidikan dan pelatihan auditor secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam bidang auditing pada kantor akuntan publik di kota Medan.
Abstract
This research is aimed to identify, analyze and obtain empirical evidence about the effect of experience, education and training of auditors in auditing the auditor to increase expertise in public accounting firms in the city of Medan as set out in the Statement of Certified Public Accountants (PSAP).
Independent variables in this research is the experience, education and training of auditors. For dependent variables in this research is auditor expertise. The data in this research is the primary data obtained from questionnaires directly to the auditor who worked in public accounting firms in the city of Medan.
These research outcomes represent the experience, education and training of auditors simultaneously significantly influence the increase of expertise in auditing the auditor public accounting firm in the city of Medan.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN………... i
KATA PENGANTAR………. ii
ABSTRAK……… iv
ABSTRACT………..v
DAFTAR ISI……… vi
DAFTAR TABEL……… vii
DAFTAR GAMBAR………...viii
BAB I PENDAHULUAN………...1
A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Perumusan Masalah……….. 6
C. Tujuan Penelitian……….. 6
D. Manfaat Penelitian………. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 8
A. Tinjauan Teoritis………... 8
2.1 Pengertian Auditing………. 8
2.2 Pengertian Pengalaman, Pendidikan dan Pelatihan ……….9
2.3 Pengertian Keahlian Auditor………... 11
2.4 Pengaruh Pengalaman, Pendidikan dan Pelatihan terhadap Keahlian Auditor……….13
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu……….. 14
C. Kerangka Konseptual……….15
D. Hipotesis Penelitian………... 16
BAB III METODE PENELITIAN……… 18
A. Desain Penelitian………....18
B. Populasi dan Sampel Penelitian……….18
C. Jenis dan Sumber Data………...19
D. Teknik Pengumpulan Data……… 19
E. Metode Analisis Data……… 20
F. Jadwal Penelitian………....28
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN………...….29
A. Data Penelitian………...29
B. Analisis Data Penelitian………...30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..48
A. Kesimpulan………48
B. Keterbatasan Penelitian……….48
C. Saran ………..49
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu……….. 15
Tabel 3.1 Daftar Sampel Kantor Akuntan Publik……….18
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ………..28
Tabel 4.1 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……….30
Tabel 4.2 Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur ………...31
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif ………...31
Tabel 4.4 Uji Validitas Variabel Keahlian Auditor ………...33
Tabel 4.5 Uji Validitas Variabel Pengalaman ………...33
Tabel 4.6 Uji Validitas Variabel Pendidikan dan Pelatihan………...34
Tabel 4.7 Uji Realibilitas Variabel………...35
Tabel 4.8 Uji Kolmogorov-Smirnov………...38
Tabel 4.9 Uji Mulitkolinieritas………...39
Tabel 4.10 Uji Multikolinieritas Koefisien Korelasi ………...39
Tabel 4.11 Uji Glejser…..………...41
Tabel 4.12 Koefisien Determinasi………...42
Tabel 4.13 Analisis Regresi………...43
Tabel 4.14 T-test ………...45
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual……..……….. 16
Gambar 4.1 Histogram…………..……..……….. 36
Gambar 4.2 Grafik P-P Plot……..……..……….. 37
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh pengalaman, pendidikan dan pelatihan auditor dalam bidang auditing terhadap peningkatan keahlian auditor di kantor akuntan publik di kota Medan sebagaimana telah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntan Publik (PSAP)..
Variabel indevenden dalam penelitian ini adalah pengalaman , pendidikan dan pelatihan auditor. Untuk variabel devenden dalam penelitian ini adalah keahlian auditor. Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang yang diperoleh dari penyebaran kuesioner secara langsung kepada auditor yang bekerja di kantor akuntan publik di kota Medan.
Hasil penelitian menunjukkan pengalaman, pendidikan dan pelatihan auditor secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam bidang auditing pada kantor akuntan publik di kota Medan.
Abstract
This research is aimed to identify, analyze and obtain empirical evidence about the effect of experience, education and training of auditors in auditing the auditor to increase expertise in public accounting firms in the city of Medan as set out in the Statement of Certified Public Accountants (PSAP).
Independent variables in this research is the experience, education and training of auditors. For dependent variables in this research is auditor expertise. The data in this research is the primary data obtained from questionnaires directly to the auditor who worked in public accounting firms in the city of Medan.
These research outcomes represent the experience, education and training of auditors simultaneously significantly influence the increase of expertise in auditing the auditor public accounting firm in the city of Medan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat sekarang ini dapat
memicu persaingan yang semakin meningkat di antara pelaku bisnis. Berbagai macam usaha untuk meningkatkan pendapatan dan agar tetap bertahan dalam
menghadapi persaingan tersebut terus dilakukan oleh para pengelola perusahaan. Salah satu kebijakan yang sering ditempuh oleh pihak perusahaan adalah dengan melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh pihak ketiga yaitu
akuntan publik. Laporan keuangan yang biasanya digunakan untuk mengetahui
hasil usaha dan posisi keuangan perusahaan, juga dapat digunakan sebagai salah satu alat pertanggungjawaban pengelolaan manajemen perusahaan kepada pemilik.
Dalam perkembangannya pihak-pihak luar perusahaan juga memerlukan informasi mengenai perusahaan untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penanaman modal (investasi) atau yang berhubungan dengan perusahaan.
Dengan demikian ada dua kepentingan yang berbeda, disatu pihak, manajemen perusahaan ingin menyampaikan informasi mengenai pertanggungjawaban
pengelolaan dana yang berasal dari pihak luar perusahaan, ingin memperoleh informasi yang andal dari manajemen perusahaan mengenai pertanggungjawaban dana yang mereka investasikan.
Manajemen perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga dalam memeriksa
kepada pihak luar dan dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan yang dikelola,
sehingga perusahaan mempunyai rasa kepercayaan yang tinggi untuk tetap bekerja sama serta untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan. Selain itu, pihak eksternal juga tentunya tidak ingin kesempatan atau modal yang ditanamkan ke perusahaan akan jadi sia-sia tanpa memperoleh
keuntungan yang diharapkan. Pihak-pihak eksternal yang dimaksud adalah pemilik perusahaan, karyawan, kreditur, investor, badan pemerintah, organisasi nirlaba dan masyarakat (Simamora, 2000).
Sehubungan dengan posisi tersebut, maka auditor dituntut untuk dapat
mempertahankan kepercayaan dari kliennya dan dari para pemakai laporan keuangan auditan lainnya. Kepercayaan ini senantiasa harus selalu ditingkatkan dengan didukung oleh suatu keahlian audit. Amanat yang diemban sebagai auditor
harus dapat dilaksanakan dengan sikap profesionalisme serta menjunju ng tinggi kode etik profesi yang harus dijadikan pedoman dalam menjalankan setiap tugasnya. Mengingat peran dari auditor yang sangat penting dan dibutuhkan
dalam dunia usaha, peningkatan profesional auditor sangat penting untuk terus dilakukan dan auditor harus terus-menerus mengikuti perkembangan yang terjadi
dalam bisnis dan profesinya dengan mempelajari, memahami, dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan.
Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan
yang ditetapkan oleh SPAP tersebut. Standar-standar tersebut meliputi standar
auditing, standar atestasi, standar jasa akuntan dan review, standar jasa konsultasi, dan standar pengendalian mutu.
Dalam salah satu SPAP diatas terdapat standar umum yang mengatur
tentang keahlian auditor yang independen. Dalam standar umum Standar Audit seksi 210 tentang pelatihan dan keahlian Auditor Independen yang terdiri atas
paragraf 03-05, menyebutkan secara jelas tentang keahlian auditor disebutkan dalam paragraf pertama sebagai berikut “Audit harus dilakukan oleh seseorang
atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan yang cukup sebagai auditor”
(IAI, 2001).
Standar umum pertama tersebut menegaskan bahwa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang akuntan untuk melaksanakan audit adalah harus memiliki pendidikan serta pengalaman yang memadai dalam bidang auditing. Pengalaman
seorang auditor sangat berperan penting dalam meningkatkan keahlian sebagai perluasan dari pendidikan formal yang telah diperoleh auditor. Sebagaimana yang telah diatur dalam paragraf ketiga Standar Audit seksi 210 tentang pelatihan dan
keahlian independen disebutkan, dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapatan, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang
yang ahli dalam bidang akuntan dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit (IAI, 2001).
Keahlian merupakan salah satu faktor utama yang harus dimiliki oleh
pemeriksaan yang dijalankan dapat diselesaikan secara baik dengan hasil yang
maksimal. Keahlian yang dimiliki auditor yang diperoleh dari pendidikan formal dan non formal harus terus-menerus ditingkatkan. Salah satu sumber peningkatan keahlian auditor dapat berasal dari pengalaman dan pendidikan dan pelatihan
(diklat) dalam bidang audit dan akuntansi. Pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui proses yang bertahap, seperti: pelaksanaan tugas-tugas pemeriksaan,
pelatihan ataupun kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan keahlian auditor. Selain faktor pengalaman yang mempunyai peran penting bagi peningkatan keahlian auditor, pengalaman juga mempunyai arti penting dalam
upaya perkembangan tingkah laku dan sikap seorang auditor, sebagaimana
dikemukakan oleh ahli psikologis, bahwa perkembangan adalah bertambahnya potensi untuk bertingkah laku. Mereka juga mengemukakan, bahwa suatu perkembangan dapat dilukiskan sebagai suatu proses yang membawa seseorang
kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi (Knoers dan Haditono,1999). Dalam hal ini pengembangan pengalaman yang diperoleh auditor berdasarkan teori tersebut menunjukkan dampak yang positif bagi penambahan
tingkah laku yang dapat diwujudkan melalui keahlian yang dimiliki untuk lebih mempunyai kecakapan yang matang. Dan pengalaman-pengalaman yang didapat
auditor, memungkinkan berkembangnya potensi yang dimiliki oleh auditor melalui proses yang dapat dipelajari. Terkait dengan topik penelitian ini, beberapa penelitian mengenai pengalaman auditor telah banyak dilakukan peneliti
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Tubbs (1992) tentang hubungan
pengalaman auditor tidak bisa menjelaskan perbedaan tingkat pengetahuan yang
dimiliki auditor. Auditor dengan tingkat pengalaman yang sama dapat saja menunjukkan perbedaan yang besar dalam pengetahuan yang dimiliki. Hasil penelitian Tubbs (1992) juga memberikan kesimpulan bahwa pertambahan
pengalaman akan meningkatkan perhatian auditor dalam melakukan pelanggaran-pelanggaran untuk tujuan pengendalian.
Penelitian Noviyanti & Bandi (2002), memberikan kesimpulan bahwa pengalaman akan berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor tentang jenis-jenis kekeliruan yang berbeda yang diketahuinya. Dengan demikian, pengalaman
merupakan unsur professional yang penting untuk membangun pengetahuan dan
keahlian auditor dan dengan asumsi bahwa pengetahuan sebagai unsur keahlian serta penelitian yang masih terbatas pada pengalaman dari lamanya bekerja, maka penulis tertarik untuk menentukan topik penelitian yang berkaitan dengan
pengalaman yang dihubungkan dengan keahlian yang dimiliki auditor.
Pengalaman auditor yang akan diteliti meliputi: pengalaman seorang auditor, pendidikan dan pelatihan bagi auditor. Keahlian yang dimaksudkan
adalah keahlian dalam bidang pemeriksaan dengan bertambahan pengalaman yang diperoleh. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah apakah secara parsial dan simultan, pengalaman yang diperoleh auditor dari pengalaman auditor , pendidikan dan
pelatihan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan keahlian auditor dalam bidang auditing?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah secara parsial dan
simultan pengalaman seorang auditor, pendidikan dan pelatihan bagi auditor mempunyai pengaruh terhadap peningkatan keahlian auditor dalam bidang auditing.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat diantaranya:
a. Peneliti
Sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan dan
b. Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan referensi tambahan bagi penelitian lain dalam mengembangkan atau memperluas penelitian sejenis lebih lanjut. c. Perusahaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Auditing
Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan dengan mendalam, sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih dahulu. Definisi
auditing pada umumnya yang banyak digunakan adalah definisi audit yang berasal dari ASOBAC (A Statement basic of auditing concepts) dalam karangan Abdul Halim, (2001,hal 1) yang mendefinisikan auditing sebagai : “Suatu proses sistematika untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukit
audit secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”
Menurut Alvin A, Arens dan James K. Loebbeche dalam Abdul Halim (2001, hal 1) adalah sebagai berikut: “Auditing adalah proses yang ditempuh
oleh seseorang yang kompeten dan kriteria agar dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai informasi yang terukur dalam suatu
entitas (satuan) usaha untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dengan kriteria yang telah ditetapkan”
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada empat
elemen fundamental dalam auditing :
2. Bukti yang cukup kompeten yang diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi secara obyektif selama menjalankan tugasnya sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit
3. Kriteria yang dijadikan pedoman sebagai dasar untuk menyatakan pendapat audit berupa peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan
legislatif, anggaran yang ditetapkan oleh manajemen, dan PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum)
4. Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam
mengkomunikasikan hasil pekerjaannya terhadap laporan keuangan
yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.
2. Pengertian Pengalaman, Pendidikan dan Pelatihan
Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun
non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga
mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek. (Knoers & Haditono, 1999).
Purnamasari (2005) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan
yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam
dan 3) Mencari penyebab munculnya kesalahan. Keunggulan tersebut
bermanfaat bagi pengembangan keahlian. Berbagai macam pengalaman yang dimiliki individu akan mempengaruhi pelaksanakan suatu tugas. Seseorang yang berpengalaman memiliki cara berpikir yang lebih terperinci, lengkap dan
sophisticated dibandingkan seseorang yang belum berpengalaman (Taylor dan Tood, 1995).
Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas
pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan
semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Puspaningsih, 2004). Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang
melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas, dan
memungkinkan peningkatan kinerja (Simanjutak, 2005). Seperti dikatakan Boner & Walker (1994), peningkatan pengetahuan yang muncul dari
penambahan pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang professional. Auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan disini
dapat berupa kegiatan-kegiatan seperti seminar, simposium, lokakarya, dan
Selain kegiatan-kegiatan tersebut, pengarahan yang diberikan oleh
auditor senior kepada auditor pemula (yunior) juga bisa dianggap sebagai salah satu bentuk pelatihan karena kegiatan ini dapat meningkatkan kerja auditor, melalui program pelatihan dan praktek-praktek audit yang dilakukan
para auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ia temui, struktur pengetahuan auditor
yang berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan auditor ataupun dengan bertambahnya pengalaman auditor.
3. Pengertian Keahlian Auditor
Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi operasional yang tepat. Menurut Webster’s ninth New Collegiate Dictionary dalam Murtanto & Gudono (1999) mendefinisikan keahlian (expertise) adalah
ketrampilan dari seorang yang ahli. Ahli (experts) didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang diperoleh dari pengalaman atau pelatihan.
Menurut Hayes-Roth, et al (1983) mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman
terhadap masalah yang timbul dari lingkungan tersebut dan ketrampilan untuk memecahkan masalah tersebut.
Menurut Tan dan Libby (1997), keahlian audit dapat dikelompokkan
ke dalam dua golongan yaitu: keahlian teknis dan keahlian non teknis.
pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup
akuntansi dan auditing secara umum. Sedangkan keahlian non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seorang auditor yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman.
Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain:
merencanakan program kerja pemeriksaan, menyusun program kerja pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja pemeriksaan, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil
pemeriksaan (Praptomo,2002).
Keahlian merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor independen untuk bekerja sebagai tenaga profesional. Sifat-sifat professional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki
seseorang melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan dibandingkan rekan sejawatnya. Jadi,
professional sejati harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa yang diberikan klien harus diperoleh dengan cara-cara yang
4. Pengaruh Pengalaman, Pendidikan dan Pelatihan terhadap Peningkatan Keahlian Auditor
Pengalaman mempunyai hubungan yang erat dengan keahlian auditor, pencapaian keahlian seorang auditor selain berasal dari pendidikan formalnya
juga diperluas lagi dengan pengalaman-pengalaman dalam praktik audit. Buku-buku psikologi tentang keahlian menarik dua kesimpulan umum,
Asthon (1991) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa (1) pemilikan pengetahuan khusus adalah penentu keahlian, (2) pengetahuan seseorang ahli diperoleh melalui pengalaman kerja selama bertahun-tahun. Lebih lanjut dapat
dikatakan bahwa dalam rangka pencapaian keahlian seorang auditor harus
mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam bidang audit, pengetahuan ini biasa didapat dari pendidikan formalnya yang diperluas dan ditambah antara lain melalui pelatihan auditor dan pengalaman-pengalaman dalam praktek
audit.
Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada mereka yang
tidak mempunyai pengetahuan cukup dalam mejalankan tugasnya. Kenyataan menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka, semakin banyak
pengalaman yang dimiliki oleh pekerja tersebut. Sebaliknya, semakin singkat masa kerja berarti semakin sedikit pengalaman yang diperolehnya.
Pengalaman bekerja memberikan keahlian dan ketrampilan kerja yang
cukup namun sebaliknya, keterbatasan pengalaman kerja mengakibatkan
untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan sejenis merupakan sarana positif
untuk meningkatkan keahlian tenaga kerja (Hadiwiryo, 2002).
Lebih lanjut pula dapat dikatakan bahwa dalam rangka pencapaian keahlian, Seorang auditor harus mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam
bidang audit. Pengetahuan ini bisa didapat dari pendidikan formal yang diperluas dan ditambah antara lain melalui pelatihan dan
pengalaman-pengalaman dalam praktek audit. Pengalaman merupakan atribut yang penting yang dimiliki auditor, terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat auditor, auditor yang sudah berpengalaman biasanya lebih dapat mengingat kesalahan
atau kekeliruan yang tidak lazim/wajar dan lebih selektif terhadap
informasi-informasi yang relevan dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman (Meidawati, 2001).
Sebagaimana yang disebutkan dalam Standar Profesional Akuntan
Publik bahwa persyaratan yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai yang biasanya diperoleh dari praktik-praktik dalam bidang auditing sebagai auditor
independen.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti,
Tahun, Dan Judul Penelitian
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Anandayu (2005), “Pengaruh Faktor -Faktor Keahlian dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit.” Variabel Independen: pengaruh faktor-faktor keahlian dan independensi auditor. Variabel Devenden: kualitas audit. Auditor berpengalaman akan mengingat lebih banyak jenis item dari pada item yang sejenis sedangkan auditor yang tidak berpengalaman lebih banyak item yang sejenis.
Richard M. Tubs (1992), “The effects of Experience on The Auditor’s Organitation and Amount of
Knowledge.”
Pengalaman organisasi dan tingkat pengetahuan.
Subjek yang mempunyai pengalaman audit yang lebih banyak akan menemukan kesalahanyang dilakukan lebih kecil dibandingkan
auditoryang mempunyai pengalaman yang lebih kecil.
Murtanto dan Gudono (1999), “Identifikasi Karakteristik Keahlian Audit.”
Pengaruh pertimbangan masa lalu dan umpan balik kinerja pada struktur pengetahuan.
Pengalaman dan kinerja yang baik harus dimiliki oleh seorang yang memiliki keahlian daripada seorang pemula.
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari kejadian teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan
hal-hal yang berhubungan dengan variabel atau masalah yang berhubungan
dengan variabel ataupun masalah yang ada dalam penelitian.
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menggambarkan konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Pengalaman seorang auditor, pendidikan dan pelatihan bagi auditor
secara bersama-sama berpengaruh terhadap peningkatan keahlian dalam bidang auditing.
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Kuncoro (2003) merupakaan penjelasan sementara
tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan Pengalaman Auditor
(X1)
Pendidikan dan Pelatihan Auditor
(X2)
Peningkatan Keahlian Auditor
terjadi. Dalam penelitian ini hipotesis variabel independen tidak berpengaruh
secara simultan terhadap variabel dependen.
Ha : pengalaman seorang auditor, pendidikan dan pelatihan bagi auditor berpengaruh terhadap peningkatan keahlian auditor dalam bidang auditing
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara suatu variabel
dengan variabel lainnya sehingga terdapat hubungan sebab akibat (Umar, 2003)
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:72). Populasi dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di kantor akuntan
publik yang berada di kota Medan. Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah sensus.
Tabel 3.1
Daftar Sampel Kantor Akuntan Publik No Nama Kantor Akuntan Publik (KAP)
1 KAP. Erwin, Zikri & Togar
2 KAP. Joachim Sulistyo & Rekan (Cab)
3 KAP. Drs. Johan, Malonda, Astika & Rekan (Cab) 4 KAP. Drs. Katio& Rekan (Pusat)
5 KAP. Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Adefatma & Rekan (Cab)
6 KAP. Dra. Meilina Pangaribuan, M.M 7 KAP. Drs. Selamat Sinuraya& Rekan 8 KAP. Drs. Syahrun Batubara
12 KAP. Hendrawinata Gani & Hidayat (Cab) 13 KAP. Dra. Suhartati& Rekan (Cab)
14 KAP. Drs. Tarmizi Taher
C. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan bersifat kualitatif yang terdiri dari:
1. Data primer merupakan sumber penelitian yang diperoleh secara langsung dari perusahaan atau data yang terjadi di lapangan penelitian yang
diperoleh melalui kuesioner. (Contoh kuesioner terlampir)
2. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, seperti struktur organisasi dan laporan histories
yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan
data primer dan juga dengan teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data sekunder.
E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen merupakan variabel yang dapat memberi pengaruh kepada variabel terikat (Erlina dan Mulyani, 2007 : 33). Variabel independen dalam penelitian ini yaitu pengalaman seorang auditor, pendidikan dan
pelatihan bagi seorang auditor. 2. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel dependen merupakan variabel yang tidak bebas dalam suatu hubungan penelitian, sehingga variabel ini selalu dipengaruhi oleh variabel bebas. Hal ini menyebabkan variabel terikat adalah konsekuensi dari variabel
bebas (Erlina dan Mulyani, 2007 : 33). Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah tingkat keahlian auditor.
F. Metode Analisis Data 1. Uji Kualitas Data
Penelitian yang mengukur variabel dengan menggunakan instrument dalam kuesioner harus diuji kualitas datanya atau syarat yang penting yang
berlaku dalam kuesioner seperti: keharusan suatu kuesioner untuk valid dan reliable. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut
valid atau reliable untuk variabel yang akan diukur, sehingga penelitian ini bias mendukung hipotesis.
Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur kualitas kuesioner yang
digunakan sebagai instrument penelitian, sehingga dapat dikatakan bahwa
mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkapkan data yang diteliti
secara tepat. Sedangkan uji reliabilitas adalah suatu pengujian untuk mengukur sejauh mana hasil suatu pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran lebih dari satu terhadap gejala yang diukur dengan alat ukur yang
sama.
a. Uji Validitas
Validitas berarti dapat diterima dan tidak diragukan (sah). Istilah ini mengandung pengertian bahwa yang dinyatakan valid berarti telah sesuai dengan kebenaran yang diharapkan, sehingga dapat diterima dalam kinerja
tertentu. Analisa pengujian validitas pada penelitian ini dilakukan dengan
mempersiapkan tabulasi jawaban-jawaban responden yang berasal dari kuesioner.
Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan setiap
item-item pertanyaan dengan total nilai setiap variabel. Korelasi setiap item-item pertanyaan dengan nilai total setiap variabel dilakukan dengan teknik korelasi yaitu pearson’s product moment untuk mengetahui apakah
variabel yang diuji valid atau tidak, hasil korelasi dibandingkan dengan angka kritis tabel korelasi untuk degree of freedom (df) = n – 2, dan taraf
signifikansi 5% (Nurgiyantoro, Gunawan, dan Marzuki,2000). Dasar pengambilan keputusan diambil, jika nilai hasil uji validitas lebih besar dari angka kritis tabel korelasi, maka item pertanyaan tersebut dikatakan
valid. Untuk menentukan tingkat validitas, peneliti menggunakan bantuan
b. Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dikatakan reliabel (andal) jika, jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode one
shot atau diukur sekali saja. Pengukuran yang dimaksud adalah pengukuran yang hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan
dengan hasil pertanyaan lain. Untuk pengukuran reliabilitas, SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha . Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0,60 (Nunnally,1967).
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum model regresi digunakan dalam pengujian hipotesis dalam
penelitian ini, model tersebut harus diuji terlebih dahulu apakah memenuhi asumsi klasik atau tidak. Pengujian asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan terbebas dari gejala
multikolonieritas, gejala heteroskedastisitas, dan gejala autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi antara variabel dependen dengan variabel independen memiliki
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Distribusi data
dapat dilihat dengan membandingkan Zhitung dengan Ztabel dengan kriteria
sebagai berikut:
1)Jika Zhitung (Kolmogorov-Smirnov) < Ztabel (1,96), atau angka signifikan > taraf signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data
dikatakan normal,
2)Jika Zhitung (Kolmogorov-Smirnov) > Ztabel (1,96), atau angka signifikan < taraf signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data
dikatakan tidak normal.
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Umar (2003:132) “multikolinearitas adalah ada tidaknya
korelasi yang sempurna atau korelasi yang tidak sempurna tetapi relatif
tinggi pada variabel-variabel bebasnya”. Untuk menguji ada tidaknya multikolinieritas, dapat dilakukan dengan cara:
1)nilai R2 pada estimasi model regresi,
2)menganalisis matrik korelasi variabel- variabel independen, 3)menggunakan variance inflation factor dan nilai tolerance.
Pengujian multikolinieritas data dalam penelitian ini menggunakan
c. Uji Heterokedastisitas
Menurut Ghozali (2006) “uji heterokedastisitas bertujuan untuk melihat
apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain”. Model regresi yang baik
adalah terjadi homokedastisitas. Untuk melihat ada tidaknya heterokedasititas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot. Cara
memprediksi pola gambar Scatterplot adalah dengan:
1) titik-titik menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0, 2) titik-titik tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja,
3) penyebaran titik-titik tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar,
4) penyebaran titik-titik sebaiknya tidak berpola.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2006). Metode regresi yang baik apabila tidak terdapat autokorelasi. Autokorelasi
sering terjadi pada sampel dengan data time series. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu:
1) angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif,
3) angka D-W di atas +2 berarti autokorelasi negatif.
3. Uji Hipotesis
a. Model regresi linier berganda
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel atau lebih dan juga
menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Persamaan regresi linier berganda yaitu:
Y = α + β1X1+ β2X2 + ε
Keterangan:
Y = Keahlian auditor α = Konstanta
β1,β2 = Koefisien regresi variabel X1, X2
X1 = Pengalaman Auditor
X2 = Pendidikan dan Pelatihan auditor ε = Error
b. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2006: 83). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Karena variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
lebih dari dua, maka nilai koefisien determinasinya dilihat pada adjusted R square. Nilai adjusted R square yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai adjusted R square yang
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen.
c. Uji Parsial (t-test)
Uji parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). Hipotesis statistik yang diajukan adalah:
Ha : bi≠ 0 : ada pengaruh
Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis
(dua arah) adalah:
a. Ha diterima atau H0 ditolak apabila –ttabel > thitung > +ttabel, pada α =
2,5% dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05,
b. Ha ditolak atau H0 diterima apabila –ttabel < thitung < +ttabel, pada α =
2,5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05.
d. Uji Simultan (F-test)
Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model regresi berganda
mempunyai pengaruh secara bersama- sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
Ha : b0 = b1 = b2 ≠ 0 : semua variabel independen berpengaruh
berpengaruh
Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah:
a. Ha diterima apabila Fhitung > Ftabel, pada α = 5% dan nilai
probabilitas < level of significant sebesar 0,05,
b. Ha ditolak apabila Fhitung < Ftabel, pada α = 5% dan nilai
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk memberikan penjelasan yang memudahkan dalam menginterprestasikan hasil analisis lebih
lanjut. Salah satu caranya dengan mengelompokan data yang diperoleh dan menyajikannya dalam bentuk tabel. Hal ini dimaksudkan untuk mengambarkan responden agar dapat diketahui secara keseluruhan berdasarkan karakteristiknya.
Deskriptif variabel dalam penelitian ini meliputi: kisaran skor jawaban responden
berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti.
Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pertama berkaitan dari kuesioner berisi tentang data umum dan identitas
responden seperti umur, jenis kelamin,jabatan. Bagian kedua berkaitan dengan variable-variabel yang tercakup ke dalam pengalaman, pendidikan dan pengalaman auditor. Pada bagian ini terdiri dari empat belas butir pertanyaan
mewakili variabel independen, yaitu pengalaman, pendidikan da pelatihan auditor. Responden diminta untuk mengukur keahliannya dalam skala likert dari skor 1
sampai dengan 5 meliputi: perencanaan program pemeriksaan, penyusunan program kerja pemeriksaan, pelaksanaan program kerja pemeriksaan, penyusunan kertas kerja pemeriksaan, dan penyusunan laporan hasil pemeriksaan.
Dalam penelitian ini, ada 31 eksemplar kuesioner yang layak untuk
14 Kantor Akuntan Publik di wilayah Medan dengan distribusi lima eksemplar
setiap kantor. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan dan mengelompokannya sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
B Analisis Data
1. Deskripsi Responden a. Jenis kelamin
Dari hasil jawaban kuesioner yang telah diisi dengan benar dan lengkap, analisis mengenai data responden berdasarkan jenis kelamin,
[image:41.595.161.466.445.506.2]dapat dilihat dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1.
Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Presentase
Pria 17 55
Wanita 14 45
Jumlah 31 100
Sumber: Data primer diolah
Dari tabel 4.1. diatas dapat diketahui bahwa responden dalam
penelitian ini terdiri dari 17 responden atau 55% adalah pria dan 14 responden atau 45% adalah wanita.
b. Umur
Dari hasil jawaban responden dapat diketahui variasi umur responden
Tabel 4.2.
Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur
Umur Jumlah Persentase
< 25 tahun 15 48,3
25 – 30 tahun 12 38,7
>30 tahun 4 13
Jumlah 31 100
Sumber: Data primer diolah
Dari tabel 4.2 diatas diperoleh kesimpulan bahwa variasi umur responden dalam penelitian ini adalah karyawan yang berusia dibawah
umur 25 tahun sebanyak 15 orang atau sekitar 48,3%, sedangkan karyawan yang berumur antara 25 sampai 30 tahun sebanyak 12 orang atau sekitar 38,7%, dan untuk karyawan yang berumur lebih dari 30 tahun
sebanyak 4 orang, atau sekitar 13%.
2. Statistik Deskriptif
Tabel 4.3 menyajikan deskripsi jawaban kuesioner dari 31 responden
yang dimintai pendapatnya tentang pengalaman, pendidikan dan pelatihan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam bidang auditing pada kantor akuntan publik di Medan.
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation Pengalaman 31 4.00 20.00 10.0968 4.16617 Diklat 31 6.00 23.00 12.0000 4.07431 Keahlian 31 15.00 25.00 19.1290 3.54722 Valid N
(listwise) 31
[image:42.595.136.509.602.729.2]Berdasarkan tabel 4.3, dapat dideskripsikan hal-hal berikut:
a. Untuk variabel keahlian (Y) sebagai variabel dependen, didapat nilai minimum kumulatif sebesar 15 dan nilai maksimum kumulatif sebesar 25 dari total lima pertanyaan, dengan mean 19,13 dan standar deviasi 3,547.
b. Untuk variable pengalaman (X1) sebagai variabel independen, didapat
nilai minimum kumulatif sebesar 4 dan nilai maksimum kumulatif
sebesar 20 dari total empat pertanyaan, dengan mean 10,09 dan standar deviasi 4, 166.
c. Untuk variable pendidikan dan pelatihan (X2) sebagai variabel
independen, didapat nilai minimum kumulatif sebesar 6 dan nilai
maksimum kumulatif sebesar 23 dari total lima pertanyaan, dengan mean 10,09 dan standar deviasi 4, 07.
3. Uji Kualitas Data a. Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk memastikan apakah semua data yang
terkumpul telah mengukur dengan tepat dan dapat menjawab research
question (Efferin et al, 2008 : 118). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 18, dimana batas angka kritis (α) adalah 0,05
(5%). Kriteria pengujian dilakukan dengan membandingkan antara rhitung
dan rtabel, dimana:
2. Ghozali (2006:45) mengungkapkan rtabel atau degree of freedom (df) =
n-k, dimana n = jumlah sampel, dan k = jumlah variabel independen dan dependen. Penelitian ini memiliki sampel sebanyak 31, variabel independen sebanyak 2 dan variabel dependen 1, maka: k = 3, n = 31,
[image:44.595.141.513.252.433.2]dan df = 31-3 = 28. Dalam penelitian ini, rtabel sebesar 0,2759.
Tabel 4.4
Uji Validitas Variabel Keahlian Auditor (Y)
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Pertanyaan 10 37.6452 84.570 .714 .898 Pertanyaan 11 37.5484 84.389 .648 .899 Pertanyaan 12 37.2258 84.247 .596 .900 Pertanyaan 13 37.3548 82.770 .711 .897 Pertanyaan 14 37.2258 83.981 .615 .900 Sumber: Hasil pengolahan data, 2011
Hasil pengolahan data dari uji validitas tersebut menunjukkan bahwa butir pertanyaan yang mengukur variabel keahlian auditor dari butir pertanyaan 10 sampai butir pertanyaan 14 telah valid, karena dapat dilihat
bahwa koefisien validitas (rhitung), berkisar antara 0,596 sampai 0,714 lebih
besar dibanding dengan rtabel yang bernilai 0,2759.
Tabel 4.5
Uji Validitas Variabel Pengalaman (X1) Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item
[image:44.595.137.516.581.735.2]Hasil pengolahan data dari uji validitas tersebut menunjukkan bahwa
butir pertanyaan yang mengukur variabel pengalaman dari butir pertanyaan 1 sampai butir pertanyaan 4 telah valid, karena dapat dilihat bahwa koefisien validitas (rhitung), berkisar antara 0,587 sampai 0,6934 lebih besar dibanding
[image:45.595.139.517.289.407.2]dengan rtabel yang bernilai 0,2759.
Tabel 4.6
Uji Validitas Variabel Pendidikan dan Pelatihan Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted Pertanyaan 5 38.3871 91.245 .583 .910 Pertanyaan 6 39.1290 78.783 .705 .895 Pertanyaan 7 38.8710 80.516 .649 .898 Pertanyaan 8 39.1613 78.406 .653 .898 Pertanyaan 9 38.5806 78.985 .582 .901
Sumber: Hasil pengolahan data, 2011
Hasil pengolahan data dari uji validitas tersebut menunjukkan bahwa butir pertanyaan yang mengukur variabel keahlian auditor dari butir pertanyaan 5 sampai butir pertanyaan 10 telah valid, karena dapat dilihat
bahwa koefisien validitas (rhitung), berkisar antara 0,582 sampai 0,705 lebih
besar dibanding dengan rtabel yang bernilai 0,2759.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menurut Efferin et al (2008 : 118) bertujuan untuk memastikan apakah data yang ada telah terukur dengan tepat dan tidak
Table 4.7
Uji Reliabilitas Variabel Cronbach's
Alpha N of Items
.906 14
Sumber: Hasil pengolahan data, 2011
Hasil pengujian reliabilitas terhadap jawaban kuesioner untuk seluruh
variabel, menunjukkan bahwa angka Cronbach’s alpha sebesar 0,906 dan ini berarti lebih besar dari 0,6. Maka, butir pertanyaan yang variabel mengukur formalisasi pengembangan sistem telah reliabel.
4. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Uji asumsi klasik digunakan untuk
memastikan bahwa model regresi didalam penelitian ini sudah baik. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas. Sedangkan uji autokorelasi tidak
digunakan dalam penelitian ini, karena data didalam penelitian ini merupakan data primer dan tidak bersifat time-series.
a. Uji Normalitas
Ghozali (2006) mengatakan uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Ada beberapa pendekatan untuk melakukan uji normalitas, Situmorang et al (2010) menyampaikan bahwa beberapa
pendekatan grafik dan pendekatan Kolmogorov-Smirnov. Untuk pendekatan
[image:47.595.182.481.188.438.2]histogram, dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:
Gambar 4.1 Histogram Sumber: Hasil pengolahan data, 2011
Pada grafik histogram di atas, terlihat bahwa variabel berdistribusi normal, hal tersebut ditunjukkan oleh kurva yang berbentuk lonceng (bell shaped) yang tidak memiliki kecondongan ke sisi kiri ataupun ke sisi kanan.
Selain pendekatan histogram, uji normalitas dapat dilihat dengan menggunakan pendekatan grafik yang digambarkan dalam grafik P-P Plot
seperti gambar dibawah ini:
Regression Standardized Residual
2 1 0 -1 -2 F re q u e n c y 5 4 3 2 1 0 Histogram
Dependent Variable: Keahlian
Mean =4.72E-16 Std. Dev. =0.966
Gambar 4.2 Grafik P-P Plot Sumber: Hasil pengolahan data, 2011
Berdasarkan grafik P-P Plot di atas, terlihat bahwa plot data
berbentuk linier dan berada disekitar garis diagonal, maka data dalam penelitian ini dikatakan berdistribusi normal. Untuk melengkapi uji normalitas, dipakai uji normalitas dengan pendekatan Kolmogorov-Smirnov,
yang menilai kenormalan data dengan menguji data residual. Peneliti membandingkan nilai Asymp.Sig. (2-tailed) dengan nilai signifikansi yaitu
0,05. Data dikatakan lolos uji normalitas, jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05.
Observed Cum Prob
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Ex p e c te d C u m Pr o b 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Tabel 4.8
Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Keahlian
N 31
Normal Parameters(a,b) Mean 19.1290
Std. Deviation 3.54722
Most Extreme Differences Absolute .200
Positive .200
Negative -.145
Kolmogorov-Smirnov Z 1.116
Asymp. Sig. (2-tailed) .166
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Sumber: Hasil pengolahan data, 2011
Pada tabel Kolmogorov-Smirnov di atas, terlihat bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0.166 yang berarti lebih besar daripada 0.05
sehingga dapat disimpulkan bahwa data residual berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi mempunyai korelasi antar variabel independen. Untuk menilai apakah suatu
model regresi terkena gejala multikolinieritas, dapat dilakukan tiga pendekatan, yang pertama dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Var iance
Inflation Factor). Pada tabel 4.10 dapat dilihat gejala multikolinieritas, pada kolom collinearity statistics, dimana jika nilai tolerance < 0,1 dan VIF > 5
Tabel 4.9 Uji Multikolinieritas Coefficients(a) Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients t Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF B
Std. Error
1 (Constant) 13.561 1.842 7.363 .000
Pengalaman .233 .171 .274 1.364 .183 .646 1.548
Diklat .268 .175 .307 1.530 .137 .646 1.548
a Dependent Variable: Keahlian
Sumber: Hasil pengolahan data, 2011
Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk setiap
variabel independen lebih besar dari 0.1 dan nilai VIF dari setiap variabel independen lebih kecil dari 5. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
[image:50.595.177.486.533.622.2]tidak terjadi gejala multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi. Selain melihat nilai tolerance dan VIF, uji multikolinieritas dapat dinilai dengan melihat tabel coefficient correlation.
Tabel 4.10
Uji Multikolinieritas Koefisien Korelasi
Coefficient Correlations(a)
Model Diklat Pengalaman
1 Correlations Diklat 1.000 -.595
Pengalaman -.595 1.000
Covariances Diklat .031 -.018
Pengalaman -.018 .029
a Dependent Variable: Keahlian
Sumber: Hasil pengolahan data, 2011
Pada tabel 4.10 diatas, dapat dilihat hasil korelasi antar variabel independen dibawah 0,9. Hal tersebut berarti tidak terjadi multikolinieritas
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan yang lain. Jika varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas, demikian jika sebaliknya. Dalam uji heteroskedastisitas terdapat beberapa pendekatan, pendekatan yang sering
[image:51.595.203.449.343.558.2]digunakan adalah pendekatan grafik, dengan meninjau grafik scatterplot, seperti gambar di bawah ini:
Gambar 4.3
Scatterplot
Sumber: Hasil pengolahan data 2011
Pada grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di
atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model
regresi layak digunakan untuk memprediksi variabel dependen yaitu
Regression Studentized Residual
keahlian auditor berdasarkan masukan variabel independen pengalaman,
pendidikan dan pelatihan.
Untuk membenarkan uji heteroskedastisitas dengan pendekatan grafik, maka dalam penelitian ini disertakan uji heteroskedastisitas dengan
[image:52.595.134.538.332.427.2]menggunakan uji glejser. Hasil dari uji Glejser dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini:
Tabel 4.11 Uji Glejser
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) 1.197 .773 1.549 .133
Diklat .014 .073 .040 .187 .853
Pengalaman .127 .072 .382 1.776 .087
a Dependent Variable: absut
Sumber: Hasil pengolahan data, 2011
Pada tabel 4.11 diatas terlihat bahwa nilai signifikansi untuk setiap variabel independen lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada data yang digunakan.
5. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah dalam suatu
model regresi,terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Untuk menguji apakah hipotesis yang
Ha : Pengalaman seorang auditor, pendidikan dan pelatihan bagi auditor
berpengaruh terhadap peningkatan keahlian auditor dalam bidang auditing baik secara parsial maupun simultan.
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menentukan besarnya
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independennya, dengan kisaran nilai antara 0 dan 1 (Ghozali, 2006 : 83). Semakin mendekati nilai nol, berarti model tidak baik atau variasi model
[image:53.595.209.488.424.529.2]dalam menjelaskan informasi yang ada sangat terbatas.
Tabel 4.12
Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .520(a) .270 .218 3.13734
a Predictors: (Constant), Diklat, Pengalaman b Dependent Variable: Keahlian
Sumber: Hasil pengolahan data, 2011
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai R sebesar 0,520 atau 52%, yang berarti hubungan antara variabel dependen yang dalam hal ini adalah
keahlian auditor dengan variabel independen yang terdiri dari pengalaman,
pendidikan dan pelatihan sangat erat karena R mendekati 1 atau 100%. b. Analisis Regresi
Tabel 4.13 Analisis Regresi
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 13.561 1.842 7.363 .000
Pengalaman .233 .171 .274 1.364 .183
Diklat .268 .175 .307 1.530 .137
a Dependent Variable: Keahlian
Sumber: Hasil pengolahan data, 2011
Berdasarkan output pada Tabel 4.13 di atas, koefisien regresi yang digunakan adalah unstandardized. Persamaan regresi linear berganda
antara keterlibatan pemakai, kemampuan teknik personil, dukungan manajemen puncak, formalisasi pengembangan sistem dan keberadaan dewan pengarah dengan kinerja SIA adalah:
= � + � + � + �
Dimana:
Y = skors dimensi variabel keahlian auditor a = konstanta
X1 = skors dimensi variabel pengalaman auditor
X2 = skors dimensi variabel pendidikan dan pelatihan auditor ε = variabel penganggu
β1, β2 = Koefisien regresi X1, X2
Maka model regresi untuk penelitian ini adalah:
Y=13,561+0,233Pengalaman+0,268Pendidikan dan pelatihan+ε
1. α = 13,561. Nilai konstanta (α) menunjukkan bahwa jika variabel
independen yang dalam hal ini adalah pengalaman, pendidikan dan pelatihan auditor bernilai nol, maka keahlian auditor sebesar 13,561. 2. β1 = 0,233. Koefisien regresi tersebut menunjukkan bahwa pengalaman
auditor berpengaruh positif terhadap keahlian auditor, dimana kenaikan pengalaman auditor, akan menaikkan keahlian auditor
sebesar 0,233 dan diasumsikan variabel independen lainnya tetap. 3. β2 = 0, 268. Koefisien regresi tersebut menunjukkan bahwa
pendidikan dan pelatihan auditor berpengaruh positif terhadap keahlian
auditor, dimana peningkatan pendidikan dan pelatihan auditor, akan
meningkatkan keahlian auditor sebesar 0,268 dan diasumsikan variabel independen lainnya tetap.
c. Uji Signifikansi Parsial (t-test)
Uji ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi
dari suatu variabel independen > 0.05, maka variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel dependen, dan
sebaliknya jika nilai dari suatu variabel independen < 0,05, maka variabel tersebut berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui apakah hipotesis yang diterima adalah H0 atau Ha, maka
dapat dilihat dengan membandingkan ttabel dengan thitung, dimana jika ttabel
sebaliknya jika ttabel lebih kecil dari thitung, maka Ha diterima (-ttabel > thitung
[image:56.595.134.537.177.302.2]> ttabel). Berikut ini merupakan hasil uji signifikansi parsial (uji t), yaitu:
Tabel 4.14
t-test
Coefficients(a)
a Dependent Variable: Keahlian
Sumber: Hasil pengolahan data, 2011
Nilai ttabel dalam penelitian ini sebesar 2,059, yang dapat dilihat pada tabel t dengan dengan α = 0,025, hal tersebut dikarenakan penelitian ini
menggunakan uji 2 arah, maka nilai α sebesar 0,05 harus dibagi dua
sehingga α yang digunakan adalah 0,025. Oleh karena itu, titik kritis
distribusi yang digunakan ada dua, yaitu -2,059 dan 2,059.
Berdasarkan tabel 4.14 tersebut, dapat dilihat bahwa variabel
pengalaman auditor memiliki nilai thitung sebesar 1,364 dan nilai
signifikansinya sebesar 0,183, sedangkan ttabel dalam penelitian ini adalah
2,059 dan nilai signifikansinya adalah 0,05. Dari nilai tersebut, dapat dilihat bahwa nilai -ttabel <thitung < ttabel (-2,059 < 1,364 < 2,009) dan tingkat
signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (0,183 > 0,05), maka variabel pengalaman auditor secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel keahlian auditor.
Berdasarkan tabel 4.14 tersebut, dapat dilihat bahwa variabel pendidikan dan pelatihan auditor memiliki nilai thitung sebesar 1,530 dan Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 13.561 1.842 7.363 .000
Pengalaman .233 .171 .274 1.364 .183
nilai signifikansinya sebesar 0,137, sedangkan ttabel dalam penelitian ini
adalah 2,059 dan nilai signifikansinya adalah 0,05. Dari nilai tersebut, dapat dilihat bahwa nilai -ttabel <thitung < ttabel (-2,059 < 1,530 < 2,009) dan
tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (0,137 > 0,05), maka variabel
pendidikan dan pelatihan auditor secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel keahlian auditor.
d. Uji Signifikansi Simultan (F-test)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen yang diteliti mempunyai pengaruh secara simultan terhadap
keahlian auditor. Jika nilai signifikansinya < 0,05 maka variabel independen secara simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansinya > 0,05 maka
[image:57.595.164.552.556.677.2]variabel independen secara simultan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Berikut ini merupakan hasil dari uji signifikansi simultan (uji F), yaitu :
Tabel 4.15
F-test
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 101.883 2 50.942 5.175 .012(a)
Residual 275.600 28 9.843
Total 377.484 30
a Predictors: (Constant), Diklat, Pengalaman b Dependent Variable: Keahlian
Berdasarkan tabel 4.15 tersebut, dapat diketahui bahwa Fhitung adalah
lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), sehingga dapat dikatakan hasil
penelitian secara simultan ini signifikan. Nilai Ftabel dalam penelitian ini
adalah 2,6. Jika dibandingkan antara Fhitung dan Ftabel, nilai Fhitung > nilai
Ftabel (5,175 > 2,6), sehingga Ha diterima. Maka dari itu, variabel
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji regresi berganda
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengalaman auditor secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
keahlian auditor , ditandai dengan nilai signifikansi > 0,05 dan nilai – ttabel
<thitung < ttabel.
2. Pendidikan dan pelatihan auditor secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap keahlian auditor, ditandai dengan nilai signifikansi
>0,05 dan nilai – ttabel < thitung < ttabel.
3. Variabel-variabel independen (pengalaman auditor, pendidikan dan pelatihan auditor) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan keahlian auditor, ditandai dengan nilai signifikansi < 0,05 dan nilai Fhitung > Ftabel.
B. Keterbatasan
Peneliti mengakui bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih terdapat keterbatasan-keterbatasan yang ada. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:
1. Pengalaman dalam penelitian ini hanya dilihat dari lamanya
respondenbekerja, dari banyaknya tugas pemeriksaan, dan dari banyaknya
sebagai penunjang pengalaman seorang auditor kemungkinan akan
memberikan tambahan keahlian yang berbeda pula
2. Penilaian terhadap variabel dependen yaitu keahlian auditor dalam bidang auditing, dilakukan secara langsung oleh auditor yang menjadi responden
dalam penelitian ini, sehingga menimbulkan unsur subjektifitas yang memungki