• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP PENDAPAT AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP PENDAPAT AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

0613010161/FE/EA

CHRISTINA CHANDRA DEWI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

TERHADAP PENDAPAT AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA

yang diajukan :

0613010161/FE/EA

CHRISTINA CHANDRA DEWI

disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi NIP. 030.217.167

Tanggal : ……….

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

(3)

i

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Auditor Terhadap Pendapat Audit Pada

Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya”, dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan saran untuk penulis.

(4)

ii

sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan

kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan, memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan

sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.

Surabaya, Oktober 2010

(5)

iii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 14

2.2.1. Auditing ... 14

2.2.1.1. Definisi Dan Tujuan Auditing ... 14

2.2.1.2. Standart Profesional Akuntan Publik ... 16

2.2.1.3. Standart Auditing ... 17

2.2.2. Keahlian Audit ... 19

2.2.2.1. Pengertian Keahlian Audit ... 19

2.2.2.2. Tipe Audit ... 21

2.2.2.3. Tahap – Tahap Audit ... 23

(6)

iv

2.2.5. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Pendapat Audit ... 29

2.2.6. Pengaruh Independensi Terhadap Pendapat Audit ... 31

2.2.7. Pengaruh Keahlian Audit Dan Independensi Terhadap Pendapat Audit ... 32

2.3. Kerangka Pikir ... 33

2.4. Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... 35

3.1.1. Definisi Operacional Variabel ... 35

3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel ... 36

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 38

3.2.1. Populasi ... 38

3.2.2. Sampel ... 39

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.3.1. Jenis Dan Sumber Data ... 40

3.3.2. Metode Pengumpulan Data ... 40

3.4. Uji Kualitas Data ... 40

3.4.1. Uji Validitas Data ... 40

3.4.2. Uji Reliabilitas ... 41

3.4.3. Uji Normalitas ... 41

(7)

v

3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model ... 43

3.6.2.2. Uji Parsial ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 46

4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik ... 46

4.1.2. Ketentuan dan Peraturan ... 47

4.1.3. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya ... 48

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 49

4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 51

4.3.1. Uji Analisis Data ... 51

4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 51

4.3.1.1.1. Uji Validitas ... 51

4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 53

4.3.1.1.3. Uji Normalitas ... 54

4.3.2. Uji Asumsi Klasik ... 54

4.3.3. Teknik Analisis Regresi Linier Beganda ... 57

4.3.4. Uji Hipotesis ... 58

4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model ... 58

4.3.4.2. Uji Parsial ... 59

4.4. Pembahasan ... 60

(8)

vi

4.4.4. Keterbatasan Penelitian ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 66

5.2. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA

(9)

vii

Halaman

Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Keahlian Audit (X1) 49

Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Independensi

Auditor (X2) ... 50

Tabel. 4.3 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Pendapat Audit (Y) ... 51

Tabel. 4.4 Hasil Uji Validitas ... 52

Tabel. 4.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 53

Tabel. 4.6 Hasil Uji Normalitas ... 54

Tabel. 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas… ... 55

Tabel. 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 56

Tabel. 4.9 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda … ... 57

Tabel. 4.10 Hasil Analisis Uji Kesesuaian Model … ... 58

Tabel. 4.11 Koefisien Determinasi (R Square / R2) … ... 59

(10)

viii

Halaman

(11)

ix

DI SURABAYA

Oleh :

CHRISTINA CHANDRA DEWI

Abstrak

Untuk meyakinkan para pemakai laporan keuangan terhadap kewajaran laporan keuangan, pihak manajemen perusahaan dapat meminta jasa dari pihak ketiga yaitu auditor. Seorang auditor sebelum melaksanakan tugasnya harus merencanakan penugasannya dengan baik. Beberapa auditor mengakui bahwa melaksanakan tugas dengan benar tidaklah mudah untuk selain harus ahli, teliti dan cermat juga harus memiliki pengalaman yang cukup. Sekarang ini masih banyak masalah mengenai pembekuan izin akuntan publik..Kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas integritas auditor Para pengguna jasa Kantor Akuntan Publik sangat mengharapkan agar para auditor dapat memberikan pendapat yang tepat, namun dalam praktek masih kerap kali terjadi pemberian pendapat akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik). Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh keahlian audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit.

Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah 44 Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya, Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 44 responden (Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa diduga terdapat pengaruh secara signifikan keahlian audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit, teruji kebenarannya.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manajemen perusahaan melaporkan hasil posisi keuangan dan kegiatan operasinya setiap tahun. Posisi keuangan tersebut berisi keadaan atau kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan, dimana pihak pemakai laporan keuangan dapat melihat perkembangan perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Posisi keuangan dan hasil kegiatan operasinya tersebut dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan, sehingga terdapat hubungan antara pihak manajemen perusahaan dengan para pemakai laporan keuangan tersebut.

Terdapat perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dengan para pemakai laporan keuangan. Pihak manajemen berkepentingan untuk melaporkan hasil kegiatan operasi perusahaan yang dipercayakan kepadanya dalam bentuk laporan keuangan, dimana laporan keuangan tersebut dilaporkan dengan mengacu pada Standar Akuntansi keuangan (SAK). Sedangkan pemakai laporan keuangan, khususnya pemilik berkepentingan untuk melihat hasil kinerja manajemen didalam mengelola perusahaan (Christiawan, 2002). Untuk meyakinkan para pemakai laporan keuangan

(13)

yang dijadikan pedoman bagi para auditor adalah Standar Professional Akuntan Publik (SPAP) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dimana standar-standar tersebut ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Laporan keuangan adalah laporan yang disajikan oleh klien. Auditor bertanggung jawab dalam penentuan kecermatan pencatatan data yang menjadi dasar laporan keuangan tersebut. Ia bertanggung jawab atas ketidakcermatan didalam laporan keuangan tersebut.

Standar Profesional Akuntansi Publik pada seksi 341 menyebutkan

bahwa pertimbangan auditor atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya harus berdasarkan pada ada tidaknya kesamaan dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan suatu

kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode satu tahun sejak tanggal laporan keuangan audit.

Seorang auditor sebelum melaksanakan tugasnya harus merencanakan penugasannya dengan baik. Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasannya dengan baik yaitu untuk dapat memperoleh bukti kuat yang mencukupi dalam situasinya pada saat itu atau sebagai dasar pendapatnya, untuk membantu menekan biaya audit, dan untuk menghindari salah pengertian dengan klien. Seorang auditor yang tidak mempunyai keahlian sangat bergantung pada bukti-bukti yang disediakan oleh pihak

(14)

(1998), kesalahan tersebut antara lain disebabkan kurangnya kompetensi dan independensi yang dimiliki auditor (Mayangsari, 2003). Kesalahan – kesalahan itu timbul karena faktor keahlian audit dan independensi. Asthon (1991); Choo dan Trootman (1991); Libby dan Libby (1989) mengatakan bahwa pengalaman dan pengetahuan merupakan faktor penting yang berkaitan dengan pemberian pendapat audit. Knapp (1985) mengatakan bahwa yang mempengaruhi pemberian pendapat audit adalah kemampuan auditor untuk tetap bersikap independen meskipun ada tekanan dari pihak manajemen (Mayangsari, 2003).

Di Indonesia penelitian yang berkaitan dengan auditor memang sudah sering dilakukan. Namun peneliti belum melihat adanya penelitian yang membahas masalah keahlian audit dan independensi audit sebagai dua faktor yang tidak mutually exclusive yang mempengaruhi pendapat audit. Dalam penelitian ini kedua faktor tersebut dimasukkan sebagai faktor kembar yang mungkin akan mempengaruhi pendapat auditor terhadap kelangsungan hidup

perusahaan.

Rerangka postulat auditing menurut Lee (1972) dalam Lee dan Stone

(1995) disebutkan bahwa auditor diasumsikan memiliki independensi baik secara mental maupun secara fisik untuk melaksanakan tugas audit serta

memiliki keahlian dan pengalaman yang cukup agar dapat memberikan pendapat secara obyektif (Mayangsari, 2003).

(15)

pembekuan izin akuntan publik. Misalnya adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membekukan izin tiga akuntan publik (AP). Mereka adalah Akuntan Publik Suhartati Suharso, Amir Hadyi Nasution, dan Lauddin Purba. Izin Akuntan Publik Suhartati Suharso dibekukan selama 3 bulan melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 481/KM.01/2008 terhitung mulai 21 Juli 2008. Akuntan Publik Suhartati Suharso telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA) dan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT. Satan Teknologi (Persero) untuk tahun buku 2004 – 2008, sehingga berpengaruh cukup signifikan terhadap laporan audit.

(16)

Kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas integritas auditor Kantor Akuntan Publik. Pada sisi lainnya para auditor senantiasa dituntut untuk mentaati standar dan perilaku sesuai dengan kode etik. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku tersebut dan seberapa kuat pengaruh – pengaruh itu.

Para pengguna jasa Kantor Akuntan Publik sangat mengharapkan agar para auditor dapat memberikan pendapat yang tepat, namun dalam

praktek masih kerap kali terjadi pemberian pendapat akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik).

Berdasarkan uraian diatas membangkitkan minat peneliti untuk menunjukkan karakteristik antara keahlian dan independensi tersebut menjadi satu karakteristik yang harus dimiliki oleh auditor yang selama ini dibahas secara terpisah. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Auditor Terhadap Pendapat Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di

Surabaya”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(17)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk membuktikan secara empiris pengaruh keahlian audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan diatas, maka penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi semua pihak diantaranya :

1. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi penelitian lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, serta sebagai Dharma Bakti Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional pada umumnya dan Fakultas Ekonomi pada khususnya.

2. Bagi Peneleti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah pengalaman yang berharga dalam menulis karya ilmiah,

memperoleh pengetahuan sebagai upaya peningkatan daya pikir, dan menambah pengetahuan praktis masalah audit khususnya tentang pengaruh keahlian audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit.

3. Bagi Peneleti

(18)
(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang

dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan penelitin ini, telah dilakukan oleh

1. Murtanto dan Gundono (1999)

Judul : “Identifikasi Karakteristik-karakteristik Keahlian Audit :

Profesi Akuntan Publik di Indonesia” Permasalahan :

Apakah karakteristik-karakteristik keahlian audit mempunyai pengaruh pada profesi akuntan publik ?

Hipotesis :

Diduga keahlian audit tidak semata-mata diperoleh dari ilmu pengetahuan dan pengalaman saja melainkan juga dari atribut penting lainnya. ilmu pengetahuan dan pengalaman merupakan karakteristik penting bagi keahlian audit untuk meningkatkan kualitas profesi auditor. Hasil penelitian :

Penelitian ini menggunakan suatu rerangka untuk mempelajari karakteristik - karakteristik dibidang auditing dengan mengorganisasikannya kedalam lima kategori yaitu: “ciri-ciri psikologi”,

(20)

memilih karakteristik-karakteristik keahlian auditor dari suatu sampel pada suatu kantor akuntan publik di Indonesia dan para mahasiswa

jurusan akuntansi. Pertama memanfaatkan open-ended question naire

dan yang kedua menggunakan kuisioner dari karakteristik yang telah diurutkan. Hasil dari kedua pendekatan yang dgunakan dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa “pengalaman” dan “pengetahuan” masih

merupakan karakteristik yang penting bagi keahlian auditor, namun untuk meningkatkan kualitas profesi auditor perlu memperhatikan juga karakteristik lain yang terungkap melalui penelitian ini.

2. Christiawan (2002)

Judul : “Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris”

Permasalahan :

Apakah terdapat perbedaan kompetensi dan Independensi Akuntan Publik dalam memberikan refleksi hasil penelitian empiris? Hipotesis :

(21)

Hasil Penelitian :

Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi akuntan publik. Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Sedangkan independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik.

3. Mayangsari (2003)

Judul : “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasi Eksperimen”

Permasalahan :

a. Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki kedua karakteristik tersebut?

b. Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan pendapat antara auditor yang ahli dan auditor tidak ahli?

Hipotesis :

a. Diduga auditor yang memiliki keahlian dan independen memberikan pendapat tentang kelangsungan hidup perusahaan yang cenderung benar dibandingkan auditor yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki keduanya.

(22)

Hasil Penelitian :

a. Pada hipotesa pertama menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara auditor yang ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki karakteristik tersebut. Kesimpulan ini diambil karena pada kelompok auditor yang ahli dan independen, rata – rata pendapat yang diberikan lebih mengarah kepada lemahnya kelangsungan hidup perusahaan tersebut, sedangkan pada kelompok yang lain cenderung memberikan pendapat bahwa perusahaan yang dianalisis tidak mengalami kesulitan dalam kelangsungan hidupnya. Jadi auditor pada kelompok ini mempunyai tingkat prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang lain.

b. Pada hipotesa kedua menyatakan bahwa adanya interaksi antara keahlian audit dengan jenis informasi yang digunakan. Auditor yang ahli ternyata memiliki perbedaan perhatian terhadap jenis informasi yang digunakan sebagai dasar pemberian pendapat audit. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Choo dan Trotman, yang menyebutkan bahwa auditor ahli lebih memperhatikan informasi atypical. Sebaliknya auditor yang non ahli lebih memperhatikan informasi typical.

4. Qudus (2004)

(23)

Permasalahan :

a. Apakah keahlian auditor dan independensi auditor berpengaruh

secara simultan terhadap pendapat auditor?

b. Apakah keahlian auditor dan independensi auditor berpengaruh

secara parsial terhadap pendapat auditor? Hipotesis :

a. Diduga terdapat pengaruh secara simultan antara keahlian auditor

dan independensi auditor terhadap pendapat auditor

b. Diduga terdapat pengaruh secara parsial antara keahlian auditor dan

independensi auditor terhadap pendapat auditor Hasil penelitian :

a. Keahlian auditor dan independensi auditor secara simultan

berpengaruh terhadap pendapat auditor.

b. Keahlian auditor dan independensi auditor secara parsial

berpengaruh terhadap pendapat auditor.

c. Variabel keahlian auditor berpengaruh signifikan terhadap pendapat auditor terbukti.

d. Variabel independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap pendapat auditor terbukti.

5. Rahmawati (2004)

Judul : “Pengaruh Keahlian Audit, Independensi, dan Kompetensi

Terhadap Pelaksanaan Audit yang Berkualitas Pada Kantor

(24)

Permasalahan :

a. Apakah keahlian audit, independensi dan kompetensi mempunyai pengaruh secara simultan terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada kantor akuntan publik di Surabaya?

b. Variabel manakah dari variabel keahlian audit, independensi, dan kompetensi yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada kantor akuntan publik di Surabaya?

Hipotesis :

a. Terdapat pengaruh secara simultan antara keahlian audit, independensi, dan kompetensi terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada kantor akuntan publik di Surabaya.

b. Kompetensi mempunyai pengaruh yang dominan terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada kantor akuntan publik di Surabaya.

Hasil penelitian :

a. Hipotesis I yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara simultan keahlian audit, independensi, dan kompetensi terhadap pelaksanaan audit yang berkulitas pada kantor akuntan publik di Surabaya teruji kebenarannya.

(25)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Auditing

2.2.1.1. Definisi dan Tujuan Auditing

Menurut Arrens & Loebbecke (1997: 1) menjelaskan bahwa auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian infromasi dimaksud dengan kriteria – kriteria yang ditetapkan.

Menurut Mulyadi dan Kanaka (1998: 7) mendefinisikan auditing secara umum sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan – pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian pernyataan – pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil – hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Ditinjau dari sudut akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan

(examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut (Mulyadi; 1998).

Menurut Arrens & Loebbecke (1986) tujuan audit dimasudkan

(26)

mengumpulkan fakta yang cukup kuat yang dibutuhkan oleh standar ketiga dari pelaksanaan kerja lapangan dan memutuskan fakta mana yang

perlu dikumpulkan sesuai dengan kondisi dari perjanjian.

Tujuan auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik PSA No. 22 (SA; 110) menyatakan bahwa tujuan umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2.2.1.2. Standar Profesional Akuntan Publik

Kualitas jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik diatur dan dikendalikan melalui berbagai standar yang diterbitkan oleh organisasi profesi tersebut.

Ada 4 macam standar profesional yang digunakan sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik (Mulyadi dan kanaka, 1998: 32-34), sebagai berikut :

1. Standar Auditing

Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis yang terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk pernyataan Standar Auditing.

2. Standar Atestasi

(27)

yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan histories maupun tingkat keyakinan yang lebih rendah dalam jasa audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk pernyataan standar atestasi (PSAT).

3. Standar Jasa Akuntansi dan Review

Standar jasa akuntansi dan review memberikan kerangka

untuk fungsi non atestasi bagi jasa akuntansi publik yang mencakup

jasa akuntansi dan review. Standar jasa akuntansi dan review dirinci

dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review

(PSAR).

4. Standar Jasa Konsultasi

Standar jasa konsultasi memberikan panduan bagi akuntan

publik didalam penyediaan jasa konsultasi para praktisi menyajikan

temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan

jasa konsultasi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dan

kliennya.

2.2.1.3. Standar Auditing

Menurut PSA No. 01 (SAS; 150), standar auditing berbeda dengan

prosedur auditing. Standar auditing yang berbeda dengan prosedur

auditing, berkaitan dengan tidak hanya kualitas professional auditor

namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam

(28)

Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Standar Umum (General Standards)

a. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2. Standar Pekerjaan Lapangan (Standards of Field Work)

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik – baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilaksanakan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3. Standar Pelaporan (Standards of Reporting)

(29)

b. Laporan audit harus menunjukkan atau meenyatakan, jika ada ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebalumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam auditor.

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asensi, bahwa penyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam suatu hal yang sama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pakerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.

2.2.2. Keahlian Audit

2.2.2.1. Pengertian Keahlian Audit

Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi operasional yang tepat. Trotter (1986) dalam Mayangsari (2003) mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan.

(30)

prosedur, dan teknik pemeriksaan yang diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan. Selain itu, keahlian audit sendiri juga berarti kemampuan dalam menerapkan pengetahuan pada persoalan tersebut tanpa perlu belajar kembali secara luas dan bantuan yang berarti dari pihak lain.

Menurut Abdulmohammadin, Searfoss dan Shanteau (1992) dalam Murtanto dan Gudono (1999) memberikan suatu rangka untuk menganalisis keahlian seorang auditor kedalam lima karakteristik :

1. Komponen Pengetahuan (Knowledge Component)

Merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen pengetahuan meliputi komponen seperti pengetahuan terhadap fakta–fakta, prosedur – prosedur, proses dan pengalaman. 2. Ciri – ciri Psikologis (Psychological Traits)

Merupakan komponen ciri – ciri psikologis seperti kemampuan dalam komunikasi, kreatifitas, bekerjasama dengan orang lain, dan kepercayaan.

3. Kemampuan Berpikir (Cognitive Abilities)

Merupakan kemampuan untuk mengakumulasikan dan mengolah informasi.

4. Strategi Penentu Keputusan (Decision Strategies)

Dinilai baik formal maupun informal yang akan membantu dalam membuat keputusan sistematis dan membantu keahlian didalam mengatasi keterbatasan manusia (Shanteau, 1998).

5. Analisis Tugas (Task Analysis)

(31)

Kompetensi dapat didefinisikan sebagai keahlian audit yang dimiliki seseorang untuk dapat mencapai tujuan audit yang baik. Kemampuan berpikir yaitu kemampuan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menganalisa informasi. Karakteristik kemampuan berpikir adalah kemampuan beradaptasi dengan situasi yang baru dan ambisius serta kemampuan untuk mengabaikan atau menyaring informasi - informasi yang tidak relevan.

Kompetensi itu sendiri melibatkan proses berkesinambungan antara pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Dalam mempertimbangkan penerimaan atau penolakan suatu penugasan auditor, auditor harus mempertimbangkan apakah ia dapat melaksanakan audit dan menyusun laporan auditnya secara cermatdan seksama. Kecermatan dan keseksamaan pengguna kemahiran professional auditor ditentukan oleh ketersediaan waktu yang memadai untuk merencanakan dan melaksanakan audit (Mulyadi, 1992: 24).

Menurut Holmes dan Overymer (1984: 30) berpendapat bahwa seseorang yang telah diakui dalam profesinnya sebagai orang yang memiliki ketrampilan dan kemampuan yang penting untuk menilai pada derajat yang tinggi dan mampu untuk mengatasi setiap permasalahan

yang dihadapinya.

(32)

2.2.2.2. Tipe Audit

Menurut Mulyadi (1998: 28) auditing pada umumnya digolongkan menjadi tiga tipe audit, antara lain :

1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independent terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum. Hasil laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit. Laporan audit ini dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan seperti pemegang saham, kreditur, dan kantor pelayanan pajak.

2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Audit kepatuhan adalah audit yang bertujuan untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.

3. Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi atau bagian daripadanya dalam hubungannya

(33)

b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan.

c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.

Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya audit tersebut.

2.2.2.3. Tahap – Tahap Audit

Menurut Harahap (1991: 143) yang dimaksud dengan proses audit atau yang disebut juga tahap – tahap audit adalah merupakan kegiatan atau langkah yang dilakukan oleh auditor mulai dari rencana audit, pelaksanaan sampai pada penerbitan laporan akuntansi.

Bailey yang dikutip oleh Harahap (1991: 144) berpendapat bahwa tahap – tahap audit adalah :

1. Meneliti keadaan lingkungan perusahaan. Tahap ini mencakup: a. Meneliti lingkungan perusahaan.

b. Membaca keadaan ekonomi nasional atau internasional secara umum

c. Meminta struktur organisasi perusahaan.

2. Melakukan penelitian terhadap system pengawasan intern. 3. Laksanakan pengujian kesesuaian (Test of Compliance).

4. Laksanakan pengujian substantive atau kebenaran bukti (Substantive Test).

(34)

pembelajaran dari “mengetahiiu sesuatu” menjadi “mengetahui bagaimana”. Lebih spesifik lagi Dreyfus membedakan proses pemerolehan keahlian menjadi lima tahap (Mayangsari, 2003).

Tahap pertama disebut dengan novice, yaitu tahapan pengenalan terhadap kenyataan dan membuat judgement hanya berdasarkan aturan – aturan yang tersedia. Keahlian pada tahap pertama ini biasanya dimiliki oleh staf audit pemula yang baru lulus dari universitas.

Tahap kedua disebut dengan advanced beginner. Pada tahap ini auditor sangat bergantung paada aturan dan tidak mempunyai cukup kemampuan untuk merasionalkan segala tindakan audit. Namun demikian

auditor pada tahap ini mulai dapat membedakan aturan yang sesuai dengan suatu tindakan.

Tahap ketiga disebut dengan competence. Pada tahap ini auditor sudah punya cukup pengalaman untuk menghadapi situasi yang kompleks. Tindakan yang diambil disesuaikan dengan tujuan yang ada

dalam pikirannya dan kurang sadar terhadap pemilihan, penerapan, dan prosedur aturan audit.

Tahap keempat disebut dengan profiency. Pada tahap ini segala sesuatunya menjadi rutin, sehingga dalam bekerja auditor cenderung bergantung pada pengalaman yang lalu. Intuisipun mulai digunakan, akhirnya pemikiran audit akan terus berjalan sehingga elemen analisis

yang substansial.

(35)

ada. Auditor sudah membuat keputusan atau menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan demikian segala tindakan auditor dalam tahap ini sangat rasional dan mereka bergantung intuisinya bukan aturan – aturan yang ada.

Keterangan – keterangan diatas semakin menunjukkan pengaruh pengalaman yang merupakan salah satu unsur dari kompetensi terhadap pemberian opini audit. Dreyfus dan Drefus menunjukkan bahwa dalam pembagian jenjang kompetensi, terdapat unsur pengalaman, karena seseorang yang memiliki keahlian yang berada pada tahap novice, untuk sampai ke tahap beginner harus mengalami beberapa waktu pengalaman kerja serta tambahan pengetahuan teknis.

2.2.3. Independensi Auditor

PSA No. 04 seksi 220 dijelaskan bahwa independensi adalah sikap yang tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.

(36)

berpikiran sehat dianggap dapat mempengaruhi sikap independen tersebut. Auditor independen tidak hanya berkewajiban mempertahankan fakta bahwa ia independen, namun ia harus pula menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan sikap independensinya.

Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam kode etik Akuntan Indonesia, agar para akuntan publik menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensi dari masyarakat.

Menurut Mulyadi (1998: 49) bahwa independensi auditor mempunyai tiga aspek, antara lain:

1. Independensi dalam kenyataan merupakan independensi dalam diri auditor yang berupa kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemui dalam auditnya.

2. Independensi dalam penampilan merupakan independensi yang ditinjau dari sudut pandangan pihak lain yang mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri auditor.

3. Independensi dipandang dari sudut keahliannya adalah seseorang yang dapat mempertimbangkan fakta dengan baik jika ia mempunyai keahlian mengenai audit atas fakta tersebut. Dengan demikian, kompetensi auditor menentukan independen atau tidaknya auditor tersebut dalam mempertimbangkan fakta yang diauditnya.

(37)

2.2.4. Pendapat Auditor

2.2.4.1. Pengertian Pendapat Auditor

Menurut Arens dan Loebbecke (1997: 38) mendefinisikan pendapat sebagai kesimpulan dari hasil laporan audit dan proses pengambilan keputusan dalam bidang audit. Bagian ini sangat penting sehingga seringkali keseluruhan laporan audit hanya disebut sebagai pendapat auditor. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa kesimpulan teresbut didasarkan atas pertimbangan profesional.

Mulyadi dan Kanaka (1998: 18) menjelaskan dalam paragraf ini auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditor, dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima umum. Jika auditor tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup atau jika

hasil pengujian auditor menunjukkan bahwa laporan keuangan yang diauditnya disajikan tidak wajar, maka auditor perlu menerbitkan laporan audit selain laporan yang berisi pendapat tanpa pengecualian.

2.2.4.2. Jenis – Jenis Pendapat Auditor

Terdapat lima jenis pendapat audit menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA seksi 508), antara lain:

1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

(38)

prinsip akuntansi yang berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.

Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan keuangan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor. Kata wajar dalam paragraph pendapat mempunyai makna:

a Bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran. b Lengkap informasinya.

2. Laporan yang Berisi Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan (Unqualified Opinion Report with Explanatory Language).

Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan audit bentuk baku.

3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit, jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut ini:

a Lingkup audit dibatasi oleh klien.

b Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau

(39)

c Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

d Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

4. Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion)

Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor juga akan memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang terdapat dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya dan tidak dapat digunakan oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

5. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion). Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa

pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah:

a Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit.

(40)

2.2.4.3. Jenis – Jenis Auditor

Arens dan Loebbecke (1997 : 6), meyebutkan empat jenis auditor yang paling umum dikenal, yaitu.

1 Akuntan Publik Terdaftar

Auditor ekstern/ independent bekerja untuk kantor akuntan publik yang statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor ekstern menghasilkan laporan atas financial audit

yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti: kreditur, investor, calon kreditur, calon investor dan instansi pemerintah.

2 Auditor Intern

Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit dimana tugas pokok Auditor intern adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi.

3 Auditor Pajak

Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan

wajib pajak yang diaudit terhadap undang- undang perpajakan yang berlaku.

4 Auditor Pemerintah

(41)

ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik pemerintah. Dan sering juga audit atas ketaatan pada peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Audit yang dilaksanakan oleh pemerintahan dapat dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

2.2.5. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Pendapat Audit

Trooter (1986) dalam Chow dan Rice (1987) mendefinisikan ahli sebagai orang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan (Mayangsari, 2003).

Penelitian tentang keahlian yang berkaitan dengan proses pembuatan laporan yang dilakukan oleh seorang ahli merupakan suatu penelitian yang banyak berhubungan dengan aspek perilaku. Pada proses pembuatan keputusan, seorang ahli harus melakukan pertimbangan – pertimbangan yang didasarkan pada jumlah informasi yang digunakan untuk membuat keputusan. Menurut Einhorn (1972), pembuatan keputusan oleh seorang ahli didasarkan pada paradigma Einhorn (Mayangsari, 2003).

Einhorn mengatakan ada tiga hal penting yang harus dipertimbangkan oleh seorang ahli dalam proses pembuatan keputusan, yaitu :

(42)

2. Dalam menghitung jumlah informasi, seorang ahli seharusnya menunjukkan pertimbangan reliabilitas yang tinggi sehingga terhindar dari bias.

3. Seorang ahli seharusnya mempertimbangkan dan menggabungkan faktor – faktor dalam cara yang sama.

Gibbins dan Larocque (1990) dalam Murtanto (1999), memberikan suatu model umum atas keahlian auditor dengan lima komponen yang terdiri atas kepribadian, tugas, lingkungan sosial, dan kendala – kendala serta proses pemberian pendapat.

Berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa seorang auditor harus mempunyai komponen pengetahuan serta pangalaman dalam menyelesaikan tugas – tugas auditnya. Serta harus ahli dalam melakukan pertimbangan – pertimbangan yang didasarkan pada jumlah informasi yang digunakan untuk membuat keputusan.

2.2.6. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Pendapat Audit

Berdasarkan keterangan – keterangan yang ada, maka dapat diambil kesimpulan bahwa independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara obyektif dan dengan integritas yang tinggi dalam pengambilan keputusan. Integritas berhubungan dengan kejujuran intelektual akuntan sedangkan obyektifitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditor.

(43)

obyektif jika ia tidak independen. Meskipun auditor memiliki kemampuan teknis yang cukup, masyarakat tidak akan percaya jika mereka tidak independen.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, nampak bahwa pendapat auditor merupakan suatu faktor yang mempengaruhi pemilihan kantor akuntan publik dan faktor yang dapat menyebabkan klien berganti kantor akuntan publik. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian pendapat oleh auditor dapat tidak obyektif jika auditor tidak independen.

2.2.7. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Auditor Terhadap

Pendapat Audit

Menurut Mutchler (1985) berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai adanya hubungan antara faktor keahlian audit dan independensi dengan pendapat audit, menunjukkan adanya hubungan yang saling bergantung antara keahlian audit dengan independensi terhadap pemberian pendapat. Artinya, auditor baik itu kompeten maupun tidak kompeten akan cenderung memberikan pendapat yang salah karena adanya faktor-faktor komersial, seperti kerugian jika klien berpindah ke kantor akuntan yang lain atau auditor menghadapi tekanan pada saat melakukan pemeriksaan (Mayangsari, 2003).

(44)

audit terhadap suatu kasus tertentu. Sedangkan, independensi merupakan cerminan tekanan politik, sosial, ekonomi yang dihadapi oleh seorang

auditor dalam proses pengambilan keputusan dalam pemberian pendapat audit.

Berdasarkan keterangan tersebut, bahwa seorang auditor harus kompeten terlebih dulu sebelum ia dapat menjadi independen, karena seorang auditor tidak kompeten maka ia tidak mungkin dapat bertindak independen dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya. Auditor yang tidak kompeten cenderung bergantung pada pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya, karena sangat terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.

Behavioral Decision Theory (Bowditch & Buono 1990)

Behavioral Decision Theory (Bowditch & Buono 1990) teori ini yang (Murtanto dan Gudono, 1999) menjelaskan bahwa menyatakan seseorang mempunyai keterbatasan pengetahuan dan bertindak hanya berdasarkan persepsinya atas suatu situasi yang sedang dihadapi. Dalam proses pengambilan keputusan didunia aktual seseorang selalu berhadapan dengan berbagai macam tekanan-tekanan sosial.

(45)

2.3. Kerangka Pikir

Untuk memudahkan analisis dan menguji hipotesis, maka dapat digambarkan dalam suatu diagram kerangka pikir, ynag disajikan pada gambar 2.1 sebagai berikut.

Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pikir

Dari gambara diagram kerangka pikir diatas, maka dapat dikemukakan analisis mengenai faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap pendapat audit, yaitu antara lain:

Dengan keahlian audit dalam melakukan pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada jumlah informasi maka auditor dapat memberikan pendapat auditnya.

Jika independensi terdapat dalam diri auditor yang sifatnya tidak memihak maka auditor dapat memberikan pendapat secara obyektif.

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang penelitian, landasan teori dan kerangka pikir diatas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

“Diduga terdapat pengaruh secara signifikan keahlian audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit”

Keahlian Audit X1

Independensi Auditor X2

Pendapat Audit Y

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel dalam penelitian secara operasional, baik berdasarkan teori yang telah ada, peneliti terdahulu dan pengalaman empiris.

3.1.1. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) variabel bebas (X) yaitu Keahlian Audit (X1), Independensi Auditor (X2

1. Variabel Bebas (X)

) dan satu variabel terikat (Y) yaitu Pendapat Audit

Agar dapat memperjelas definisi dan untuk memudahkan pengukuran terhadap masing-masing variabel, maka diperlukan definisi operasional atas variabel-variabel tersebut.

Adapun definisi operasional dari masang – masing variabel tersebut, yaitu sebagai berikut :

a. Keahlian Audit (X1

Keahlian adalah kemahiran auditor dalam melaksanakan

tugas pemeriksaan dengan menerapkan standar, prinsip, prosedur dan teknik pemeriksaan secara tepat sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.

(47)

b. Independensi Auditor (X2

Independensi Auditor adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mudah dipengaruhi oleh pihak luar dalam melaksanakan pekerjaannya.

)

2. Variabel Terikat (Y)

Pendapat Audit

Pendapat Audit adalah keseluruhan dari hasil laporan audit dan

proses pengambilan keputusan dalam bidang audit dipengaruhi oleh faktor keahlian audit dan independensi.

3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel

Adapun teknik pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Keahlian Audit (X1

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik Semantik Differential, yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:

)

1 2 3 4 5 6 7

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai Keahlian Audit yang dimiliki oleh Auditor dalam melaksanakan tugas audit, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan

(48)

yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan pernyataan mengenai Keahlian Audit yang dimiliki oleh Auditor dalam melaksanakan tugas audit.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Qudus (2004) dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.

2. Independensi Auditor (X2

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik Semantik Differential, yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:

)

1 2 3 4 5 6 7

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai Independensi Auditor yang dimiliki oleh Auditor dalam melaksanakan tugas audit, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan pernyataan mengenai Independensi Auditor yang dimiliki oleh Auditor dalam melaksanakan tugas audit.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Qudus (2004) dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.

(49)

3. Pendapat Audit (Y)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik Semantik Differential, yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai Pendapat Audit yang diberikan, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan pernyataan mengenai Pendapat Audit yang diberikan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Qudus (2004) dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 18 (delapanbelas) item pertanyaan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi merupakan kelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004: 44). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya yang berjumlah 77 Auditor (sesuai dengan data dari www.iapi.or.id).

(50)

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono, 2004: 44-45). Teknik pengambilan sampel merupakan bagian dalam melaksanakan suatu penelitian, untuk itu teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling, dengan metode sampel random sampling yaitu setiap populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai sampel (Sumarsono, 2004 : 46).

Untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampel digunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :

n = 2

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sample yang masih dapat ditolelir atau diinginkan (e = 10%).

(51)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer yaitu merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber

asli pihak pertama (Ikhsan dan Ishak, 2005 : 109). Sedangkan sumber data berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 44 Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya dan kuesioner tersebut

berkaitan dengan variabel penelitian yaitu keahlian audit, independensi auditor, dan pendapat auditor.

3.3.2. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, ini yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar pertanyaan

(Kuesioner) yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data.

3.4. Uji Kualitas Data

3.4.1. Uji Validitas Data

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan di ukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006: 135).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > nilai rtabel dan

(52)

3.4.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006 : 132).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka konstruk atau variabel tersebut adalah reliabel (Nunnally, 1960 dalam Ghozali, 2006: 46).

3.4.3. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal digunakan dengan metode Kolmogorov Smirnov (Sumarsono, 2004: 40).

Pedoman dalam pengambilan keputusan apakah distribusi data

mengikuti distribusi normal adalah : (Sumarsono, 2004: 43).

1. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed)) lebih

kecil dari 5%, maka distribusi adalah tidak normal.

2. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed)) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal (Sumarsono, 2004: 43).

3.5. Asumsi Klasik

(53)

tidak bias (Sesuai dengan tujuan Untuk mengambil keputusan BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh persamaan tersebut, yaitu (Gujarati, 1999 : 153)

1. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Santoso, 2001: 216)

Dalam penelitian inidata yang digunakan bukan data time series, sehingga untuk Uji Autokorelasi tidak dilakukan. (Gujarati, 1999 : 201).

2. Multikolineritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Salah satu cara untuk mengetahui adanya multikoliniaritas adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas Multikolinieritas (Ghozali, 2006 : 57-59)

3. Heteroskedasitas

(54)

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Sig (2-tailed) > 0,05, maka hal ini berarti dalam model regresi tidak terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya atau bebas Heteroskedastisitas (Santoso, 2001 : 161)

3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.6.1. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e

(Anonim, 2009: L-21) Keterangan :

Y = Pendapat Audit

β0 = Konstanta

X1 = Keahlian Audit

X2 = Independensi Auditor β1,2

3.6.2. Uji Hipotesis

= Koefisien regresi e = Standart Error

3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model

Uji F ini digunakan untuk mengetahui sesuai tidaknya model

(55)

Hipotesis Statistik

1. Ho : β1

H

= 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna melihat pengaruh keahlian audit dan independensi Auditor terhadap pendapat audit

1: β1

2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05

≠ 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan cocok guna

melihat pengaruh keahlian audit dan independensi Auditor terhadap pendapat audit

3. Kriteria keputusan

i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1

ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H

ditolak yang berarti model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna melihat pengaruh keahlian audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit

0 ditolak dan H1 diterima

yang berarti model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh keahlian audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit

3.6.2.2. Uji Parsial

Uji t ini digunakan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh keahlian audit dan independensi auditor secara parsial terhadap pendapat audit (Anonim, 2009: L-21)

Hipotesis Statistik

1. Ho : β1 = 0, menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan

(56)

H1 : β1

2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05

≠ 0, menunjukkan ada pengaruh yang signifikan keahlian

audit dan independensi auditor secara parsial terhadap

pendapat audit

3. Kriteria keputusan

i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1

ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H

ditolak yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan keahlian audit

dan independensi auditor secara parsial terhadap pendapat audit

0 ditolak dan H1 diterima

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik

Profesi akuntan di Indonesia ada seiring dengan keluarnya lulusan pertama dalam pendidikan akuntan pada tahun 1957. Akuntan merupakan suatu gelar profesi yang dilindungi oleh Undang – Undang No. 34 Tahun 1954, didalamnya terdapat hal-hal yang perlu diketahui diantaranya, yaitu seperti:

1. Akuntan harus sarjana lulusan fakultas Ekonomi perguruan tinggi negeri atau mempunyai ijazah yang disamakan.

2. Akuntan tersebut harus terdaftar dalam register Negara yang

diselenggarakan oleh Departemen Keuangan dan memperoleh ijin mempergunakan gelar Akuntan dari departemen tersebut.

3. Menjalankan pekerjaan akuntan dengan memakai nama kantor akuntan, biro akuntan, atau nama lain yang memuat nama akuntan atau akuntansi hanya diijinkan jika pemimpin kantor atau biro tersebut

dipegang oleh seorang atau beberapa orang akuntan.

Profesi akuntan publik timbul, disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga yang tidak memihak untuk menilai keandalan atas pertanggung jawaban laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan didalam menyajikan laporan

(58)

4.1.2. Ketentuan dan Peraturan

Pemberian ijin praktek kepada akuntan public di Indonesia yang dikeluarkan pemerintah pada tahun 1986, yang dituangkan dalam kep.Menkeu RI No. 763/ KMK.01/1986 tentang akuntan public, dalam surat keputusan tersebut terdapat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan ijin praktek sebagai akuntan public.

Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut

1. Memiliki ijazah akuntan sebagaimana diatur dalam UU No.34 Tahun

1954 serta memiliki register Negara. 2. WNI dan bertempat tinggal di Indonesia.

3. Telah menyelesaikan wajib kerja sarjana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku tanpa cacat, atau dinyatakan bebas dari kewajiban kerja sarjana.

4. Memiliki surat keterangan dari pimpinan instansi, badan usaha yang berwenang yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah menjalani ikatan dinas tanpa cacat apabila yang bersangkutan bekerja atas dasar ikatan dinas.

5. Telah mempunyai pengalaman kerja paling sedikit 3 (tiga) tahun sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang pemeriksaan akuntan, hal ini dibuktikan dengan surat dari pimpinan Kantor Akuntan Publik

atau kepala BPKP3 dalam hal pengalaman kerja yang diperoleh dalam lingkungan pemerintahan atau BUMN.

(59)

Badan Usaha Milik Swasta. Ketentuan ini berlaku bagi akuntan public yang merangkap sebagai dosen tetap pada perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta dan juga sebagai pimpinan pada suatu usaha konsultasi manajemen.

7. Anggota Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) 8. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Ketentuan tentang kewajiban bagi akuntan yang akan membuka praktek akuntan publik untuk menyelesaikan wajib kerja sarjana dalam butir ketiga diatas telah dicabut dengan SK Menkeu RI No. 374/KMK.013/1998 tanggal 28 Mei 1998.

4.1.3. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya

Akuntan tidak diperkenankan untuk menawarkan jasanya secara tertulis kepada calon klien. Akuntan dilarang untuk mengiklankan nama atau jasa yang diberikannya. Hal ini sesuai dengan kode etik akuntan public pasal 20 dan 21.

Adapun cara Kantor Akuntan publik untuk menjual jasanya yaitu dengan cara:

1. Mengikuti seminar yang berhubungan dengan bidang akuntansi. 2. Menjadi pembicara seminar.

3. Menulis hasil audit laporan keuangan suatu perusahaan yang diperiksa dengan mencantumkan nama akuntan akuntan public sebagai auditornya.

(60)

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian berasal dari jawaban kuesioner yang disebar pada 44 responden (dari 60 kuesioner yang disebar hanya 44 kuesioner yang kembali, sedangkan 16 kuesionernya lainnya tidak kembali atau ada yang ditolak oleh responden pada saat diberikan)

Untuk memperjelas uraian tersebut, maka berikut ini adalah hasil dari jawaban kuisioner untuk masing masing variabel, yaitu sebagai berikut:

1 Bagian I berkaitan dengan pernyataan mengenai “Keahlian Audit

(X1

Keahlian Audit adalah kemahiran auditor dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dengan menerapkan standar, prinsip, prosedur dan teknik pemeriksaan secara tepat sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.

Berdasarkan dari hasil jawaban kuisioner mengenai Keahlian Audit, dapat dilihat pada tabel 4.1, yaitu sebagai berikut :

Tabel. 4.1. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Keahlian Audit (X

Sumber : Lampiran. 1

(61)

2 Bagian II berkaitan dengan pernyataan mengenai “Independensi

Auditor (X2

Independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mudah dipengaruhi oleh pihak luar dalam melaksanakan

pekerjaannya.

Berdasarkan dari hasil jawaban kuisioner mengenai Independensi, Auditor dapat dilihat pada tabel 4.2, yaitu sebagai berikut :

Tabel. 4.2. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Independensi Auditor (X

Sumber : Lampiran. 2

Berdasarkan dari tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi berada pada skor 2 atau jawaban tidak setuju yaitu sebesar 25,45% yang artinya bahwa tingkat Independensi Auditor yang

dimiliki oleh Auditor adalah rendah

3 Bagian III berkaitan dengan pernyataan mengenai “Pendapat Audit

(Y)”.

Pendapat adalah keseluruhan dari hasil laporan audit dan proses

(62)

Berdasarkan dari hasil jawaban kuisioner mengenai Pendapat Audit, dapat dilihat pada tabel 4.3, yaitu sebagai berikut :

Tabel. 4.3. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Pendapat Audit (Y)

Sumber : Lampiran. 3

Berdasarkan dari tabel 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi berada pada skor 5 atau jawaban setuju yaitu sebesar 23,23% yang artinya bahwa tingkat pendapat Audit yang dimiliki oleh Auditor adalah baik.

4.3. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis.

4.3.1. Uji Analisis Data

4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas

4.3.1.1.1.Uji Validitas

(63)

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > nilai rtabel

Variabel

dan nilai r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah valid

(Ghozali, 2006: 49).

Berdasarkan dari hasil Uji Validitas dengan alat bantu komputer

yang menggunakan program SPSS.16.0, untuk masing – masing

variabel, dapat dilihat pada tabel 4,4, yaitu sebagai berikut :

Tabel. 4.4. Hasil Uji Validitas

Item Nilai r hitung Nilai r tabel Ket

( Corrected Item - Total Correlation )

Keahlian Audit (X1) Butir_1 0,870

0,251

Independensi Auditor Butir_1 0,834 Valid

(X2) Butir_2 0,787 Valid

Butir_3 0,870 Valid

Butir_4 0,851 Valid

Butir_5 0,770 Valid

Pendapat Audit (Y) Butir_1 0,809 Valid

Butir_2 0,655 Valid

Sumber : Lampiran. 4 – 6.1 dan Lampiran. 10

(64)

dari 28 item pernyataan, mempunyai nilai r hitung lebih besar dari r tabel

4.3.1.1.2.Uji Reliabilitas

, dan sesuai dengan dasar pengambilan keputusan, hal ini berarti bahwa seluruh butir atau item pertanyaan kuisioner tersebut seluruhnya valid dan dapat digunakan dalam penelitian

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006 : 132).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka konstruk atau variabel tersebut adalah reliabel (Nunnally, 1960 dalam Ghozali, 2006: 46).

Berdasarkan dari hasil Uji Reliabilitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.16.0, untuk masing – masing variabel, dapat dilihat pada tabel 4.5, yaitu sebagai berikut :

Tabel. 4.5. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Nilai

Cronbach Alpha Ket

Keahlian Audit (X1) 0,940

0,60

Reliabel

Independensi Auditor (X2) 0,932 Reliabel

Pendapat Audit (Y) 0,946 Reliabel

Sumber : Lampiran 4 - 6

Berdasarkan pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa besarnya nilai Cronbach Alpha pada seluruh variabel baik X1, X2, dan Y lebih besar

(65)

terbagi atas 3 bagian dan terdiri dari 28 item pernyataan tersebut seluruhnya reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian

4.3.1.1.3.Uji Normalitas

Dasar analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) > 5%, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah berdistribusi normal (Sumarono, 2004 :40)

Berdasarkan dari hasil Uji Normalitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.16.0, untuk masing – masing variabel, dapat dilihat pada tabel 4.6, yaitu sebagai berikut ::

Tabel. 4.6. Hasil Uji Normalitas

Variabel Asymp

(Sig (2 - tailed) Ket

Keahlian Audit (X1) 0,332

0,05

Berdistribusi Normal

Independensi Auditor (X2) 0,426 Berdistribusi Normal

Pendapat Audit (Y) 0,598 Berdistribusi Normal

Sumber : Lampiran 7

Berdasarkan pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa besarnya nilai Probabilitas (Asymp sig (2-tailed) pada seluruh variabel baik X1, X2,

4.3.2. Uji Asumsi Klasik

Gambar

Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pikir
Tabel. 4.1. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai :
Tabel. 4.2. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai :
Tabel. 4.3. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sampel dari penelitian ini ditentukan secara purposive sampling yaitu dengan kriteria terdapat tanah hak guna bangunan yang diindikasikan terlantar atau telah ditetapkan

Skripsi saudari MUNAWATI dengan Nomor Induk Mahasiswa 11407185 yang beijudul ’ PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR’AN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK

Berdasarkan uraian di atas, didapatkan bahwa regulasi emosi pada siswa di SMA Islam Cikal Harapan BSD diharapkan dapat membuat siswa tetap positif ketika

Taman pintar dibangun sebagai sarana bermain edukatif dan bersifat rekreatif, guna mendukung Surakarta sebagai kota layak anak. Kota Surakarta memang baru terdapat tujuh

yang sudah ada dengan meneliti tentang penelitian yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Pair Check Dalam Meningkatan Kemandirian Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata

h satu syarat untuk menyelesaikan program D najemen Informatika di Politeknik Negeri Sriwij yelesaikan Laporan Akhir ini penulis banyak se n dan petunjuk dari berbagai pihak,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan senyawa aktif, peneriman panelis, serta mengetahui sifat fisik dan kimia terhadap brownies kukus

Berkaitan dengan efektivitas kerja pegawai pada Sekretariat Dinas Pelayanan Pajak di Kota Bandung yang cukup mengganggu terhadap menjalankan tugasnya dalam pencapaian