• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap terhadap Bangunan SMP Negeri di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap terhadap Bangunan SMP Negeri di Kota Medan"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN

SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SMP NEGERI

DI KOTA MEDAN

Hasil Penelitian

Oleh :

Hendra Simanjuntak 051203010 Teknologi Hasil Hutan

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap terhadap Bangunan SMP Negeri di Kota Medan

Nama : Hendra Siamanjuntak

NIM : 051203010

P. Studi : Teknologi Hasil Hutan Minat Studi : Perlindungan Bangunan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Luthfi Hakim, S.Hut, M.Si Bejo Slamet, S. Hut, M. Si Ketua Anggota

Mengetahui,

(3)

ABSTRAK

HENDRA SIMANJUNTAK : Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SMP Negeri di Kota Medan. Di bawah bimbingan LUTHFI HAKIM dan BEJO SLAMET

Rayap merupakan hama penyerang bangunan yang dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian ekonomis yang besar. Bangunan sekolah menengah pertama adalah salah satu sasaran rayap yang belum banyak diteliti dan diselidiki. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kerugian ekonomis kerusakan bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri yang disebabkan oleh rayap. Penyebaran rayap dipetakan dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Metode yang digunakan adalah stratified sampling dan nonrandom

sampling dengan intensitas 10% dari total populasi. Hasil sampling dipetakan

dengan menggunakan SIG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 97% bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri terserang rayap. Sebanyak 19,35% mengalami kerusakan ringan, 67,74% mengalami kerusakan sedang dan 12,90% termasuk ke dalam kerusakan berat. Jenis rayap yang ditemukan adalah rayap kayu kering

Cryptotermes cynocephalus Light dan rayap tanah Macrotermes gilvus Hagen.

(4)

ABSTRACT

HENDRA SIMANJUNTAK: Loss Analysis and Mapping Termite Distribution On Country Junior High School Building in Medan City. Supervised by LUTHFI HAKIM and BEJO SLAMET.

Termites are building attacker pests can cause damage and huge economical losses. Junior high school building is one of the goals of termites that have not been studied and investigated a lot.This research aimed to calculate the economical loss of the Country Junior High School building damages caused by termites.The spread of termites mapped using Geographic Information System (GIS). The method used is stratified sampling and random sampling with the intensity of 10% of the total population.Sampling results are mapped using GIS.The results showed that 97% Country Junior High School building attacked by termites. A total of 19.35% had minor damage, 67.74% secondary damage and 12.90% including to the heavy damage. The termites species that found was dry wood termite Cryptotermes cynocephalus Light and subterranean termites Macrotermes gilvus Hagen.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pintu Sona Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir pada tanggal 04 Januari 1985. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Biraun Simanjuntak dengan Ruslina Tampubolon.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis selama ini ; Pendidikan dasar di SD N 173750 Pintu Sona Samosir (1993-1999), Pendidikan lanjutan di SMP N I

Pangururan dan pindah ke SMP N 8 Medan, (1999-2002), Pendidikan menengah di SMU Negeri 5 Medan (2002-2005), dan Tahun 2005 diterima pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan Departeman Kehutanan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Kegiatan non-formal yang diikuti selama perkuliahan adalah menjadi

anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU periode 2005-2009 serta organisasi Muda-mudi di Gereja HKBP Sion Menteng Medan.

Penulis pernah melakukan Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan

(P3H) pada dua lokasi yaitu daerah pegunungan atas Lau Kawar Kab. Karo dan daerah Hutan Mangrove di Kab. Asahan (2007), selain itu penulis juga pernah

melakukan Praktik Kerja Lapang di PT. Andalas Merapi Timber (AMT) Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat (2009). Akhir kuliah penulis melaksanakan penelitian dengan judul Analisis Kerugian Dan Pemetaan Sebaran

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas berkat dan kasih karunia-Nya maka penilis dapat menyelesaikan penelitian ini

yang berjudul : Serangan Rayap terhadap Bangunan SMP Negeri di Medan: Analisis Kerugian dan Penyebarannya dengan Memanfaatkan Informasi GIS.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua

orangtua terkasih yang sampai saat ini terus memberi dukungan materil maupun moril serta terus bekerja keras demi kelanjutan studi penulis saat ini. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Luthfi Hakim S.Hut, M.Si dan Bapak Bejo Slamat S.Hut, M.Si. selaku komisi pembimbing saya yang telah mengarahkan penulisan hasil penelitian ini sehingga dapat diseminarkan.

Pada hakekatnya penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis akan dengan senang hati menerima

(7)

DAFTAR ISI

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap di Indonesia ... 8

Pengendalian Rayap Pada Bangunan Gedung ... 9

Geographic Information System (GIS) ... 10

(8)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Karakteristik-karakteristik bangunan SMP Negeri di Kota Medan ……… 17

2. Biaya kerusakan bangunan SMP Swasta di Kota Medan ………. 20 3. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah dan kayu kering

terhadap 45 bangunan SMP Negeri di kota Medan ……….... 22 4. Kerugian ekonomis pada berbagai komponen bangunan ……… 23

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. SMP Negeri 42 Medan ……….... 16

2. Serangan rayap pada salah satu komponen bangunan ……….... 24

3. Peta sebaran SMP Negeri di Kota Medan ………... 25

4. Sebaran tingkat kerusakan serangan rayap terhadap bangunan SMP Negeri di Kota Medan ………...… 28

5. Histogram Persentase Kerusakan Bangunan ……….…. 29

6. Jenis rayap perusak kayu yang ditemukan ………... 31

7. Liang kembara pada salah satu komponen bangunan ……….... 32

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Karakteristik Bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP N)

di Kota Medan …... 35

2. Daftar Harga Kayu dan Upah Tukang di Kota Medan ………. 37

3. Biaya Kerusakan Bangunan Sekolah di Kota Medan ………..…. 38

4. Persen Kerusakan Sekolah ………... 40

5. Kunci Determinasi Pengenalan Genus dan Spesies ... 42

(11)

ABSTRAK

HENDRA SIMANJUNTAK : Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SMP Negeri di Kota Medan. Di bawah bimbingan LUTHFI HAKIM dan BEJO SLAMET

Rayap merupakan hama penyerang bangunan yang dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian ekonomis yang besar. Bangunan sekolah menengah pertama adalah salah satu sasaran rayap yang belum banyak diteliti dan diselidiki. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kerugian ekonomis kerusakan bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri yang disebabkan oleh rayap. Penyebaran rayap dipetakan dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Metode yang digunakan adalah stratified sampling dan nonrandom

sampling dengan intensitas 10% dari total populasi. Hasil sampling dipetakan

dengan menggunakan SIG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 97% bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri terserang rayap. Sebanyak 19,35% mengalami kerusakan ringan, 67,74% mengalami kerusakan sedang dan 12,90% termasuk ke dalam kerusakan berat. Jenis rayap yang ditemukan adalah rayap kayu kering

Cryptotermes cynocephalus Light dan rayap tanah Macrotermes gilvus Hagen.

(12)

ABSTRACT

HENDRA SIMANJUNTAK: Loss Analysis and Mapping Termite Distribution On Country Junior High School Building in Medan City. Supervised by LUTHFI HAKIM and BEJO SLAMET.

Termites are building attacker pests can cause damage and huge economical losses. Junior high school building is one of the goals of termites that have not been studied and investigated a lot.This research aimed to calculate the economical loss of the Country Junior High School building damages caused by termites.The spread of termites mapped using Geographic Information System (GIS). The method used is stratified sampling and random sampling with the intensity of 10% of the total population.Sampling results are mapped using GIS.The results showed that 97% Country Junior High School building attacked by termites. A total of 19.35% had minor damage, 67.74% secondary damage and 12.90% including to the heavy damage. The termites species that found was dry wood termite Cryptotermes cynocephalus Light and subterranean termites Macrotermes gilvus Hagen.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rayap atau dengan bahasa yang lebih dikenal “Anai-anai”, sering dicap

sebagai hewan atau serangga yang merugikan atau perusak. Bahkan pada saat ini masyarakat lebih mengenal serangga ini sebagai hama, khususnya pada tanaman dan kayu konstruksi bangunan. Namun sesungguhnya, Rayap termasuk salah satu

hewan atau serangga yang juga mempunyai manfaat yaitu berguna sebagai

pengurai (dekomposer) yang sangat berperan penting dalam ekosistem

(Nandika dkk., 2003).

Serangan Rayap selain terjadi pada tanaman maupun perkebunan dan bahkan hasil hutan, yang sejak dulu sudah merugikan. Juga terjadi pada bangunan

atau gedung yang sejak tahun 80-an sudah banyak dilaporkan. Dan paling banyak terjadi di kota-kota besar yang mencapai kerugian 70% kerusakan. Hal ini tentu

sangat meresahkan masyarakat karena selain mengakibatkan kerugian bangunan menjadi rusak, juga kerugian materi yang sangat besar mencapai 1,67 Trilyun Rupiah (Nandika dkk., 2003).

Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi populasi rayap adalah curah hujan, suhu, kelembaban, ketersediaan makanan, dan musuh alami. Suhu dan

kelembaban Kota Medan yang semakin tidak beraturan sangat mempengaruhi ketahanan bangunan SMP Negeri di Kota Medan.

(14)

curah hujan antara 120,9 mm/bulan-169,6 mm/bulan dengan kelembapan

mencapai 84%-85% (Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2008).

Oleh karena itu, peneliti mencoba menganalisis kerugian ekonomi akibat

serangan rayap tehadap bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri yang ada pada di Kota Medan. SMP Negeri di Kota Medan masih banyak yang masih memprihatinkan keadaan gedung sekolahnya. Dimana keadaan tersebut

disebabkan karena kurangnya perhatian baik dari pihak sekolah maupun pemerintah, kurangnya kesadaran tentang kebersihan sekolah, kurangnya

perhatian dan perawatan pada gedung sekolah sehingga menyebabkan terjadinya serangan rayap pada gedung tersebut.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kerugian ekonomis serangan rayap terhadap bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Medan.

2. Mengetahui jenis dan sebaran Rayap yang menyerang bangunan Sekolah

Menengah Pertama Negeri di Kota Medan.

3. Mendapatkan peta serangan rayap pada bangunan Sekolah Menengah

Pertama Negeri di Kota Medan.

(15)

Perumusan Masalah

Kota Medan merupakan pusat dari provinsi dari Sumatera Utara yang merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia. Merupakan kawasan beriklim

tropis, dimana curah hujan, suhu, kelembaban, ketersediaan makanan, dan musuh alami yang sangat tinggi. Keadaan ini yang membuat rayap dapat berkembang biak dan memungkinkan untuk menyerang bangunan Sekolah Menengah Pertama

Negeri yang dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis. Gedung yang rusak ini perlu di teliti kerugian ekonomisnya dan melakukan pemetaan terhadap

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Rayap

Secara taksonomi rayap termasuk ke dalam Ordo Isoptera, nama ini

mengacu pada kasta reproduktif yang memiliki sepasang sayap depan dan belakang dengan bentuk dan ukuran yang sama. Jenis-jenis rayap diklasifikasikan

ke dalam tujuh famili, 15 sub-famili, dan 200 genus. Pembagian famili adalah sebagai berikut: famili Mastotermitidae, Kalotermitidae, Termopsidae, Hodotermitidae, Rhinotermitidae, Serritermitidae, dan famili Termitidae

(Hasan, 1986).

Secara umum taksonomi rayap adalah:

Kingdom : Animalia Fillum : Arthropoda Kelas : Insekta

Ordo : Isoptera

Famili : Mastotermitidae, Kalotermitidae, Termopsidae, Hodotermitidae,

Rhinotermitidae, Serritermitidae, dan famili Termitidae

Genus : Macrotermes, Coptotermes

Spesies : Macrotermes sp, coptotermes curvignatus

(Tarumingkeng, 1971).

Jenis Kasta

(17)

kelompok individu dengan bentuk luar (morfologi) dan fungsi yang berbeda.

Kelompok individu tersebut dinamakan kasta. Terdapat tiga kasta yaitu kasta reproduktif, kasta prajurit, dan kasta pekerja. Koloni rayap akan bertahan hidup

jika memiliki kelengkapan kasta dan sebaliknya koloni akan musnah jika salah satu kasta mengalami kematian.

Kasta Pekerja

Kasta pekerja merupakan jumlah terbesar dari suatu koloni rayap,

jumlahnya dapat mencapai lebih dari 90% dari anggota koloni. Individu-individu kasta ini tidak bersayap, steril, dan buta. Kepala mereka berwarna pucat hampir serupa dengan warna tubuh lainnya. Kasta pekerja merupakan kekuatan dari

koloni, mencari makanan, bekerja membangun sarang, memelihara ratu, rayap muda, dan telur. Ketika rayap menginfestasi dan memakan kayu, maka rayap

pekerja ini yang menimbulkan kerusakan (Rismayadi dan Arinana, 2007).

Rayap kayu kering atau rayap kayu basah tidak benar-benar memiliki kasta pekerja. Kasta pekerja dari kelompok ini adalah kasta pekerja palsu atau

rayap muda yang akan berkembang menjadi kasta prajurit atau reproduktif. Kasta pekerja relatif memiliki bentuk yang serupa antar janis rayap sehingga sukar

untuk membedakan jenis rayap berdasarkan bentuk kasta pekerjanya (Rismayadi dan Arinana, 2007).

Kasta Prajurit

Kasta prajurit memiliki bentuk kepala yang bervariasi antarjenis rayap

(18)

jenis rayap. Bentuk kepala kasta prajurit khas, karena berwarna lebih tua

dibandingkan anggota tubuh lainnya, serta memiliki capit atau mandibel. Struktur tersebut berfungsi untuk mencapit sehingga kasta prajurit memiliki peran sebagai

prajurit yang akan bertempur melawan musuh-musunhnya seperti dari gangguan semut atau gangguan tangan manusia sekalipun. Beberapa jenis rayap seperti

Schedorhinotermes memiliki lebih dari satu ukuran kasta prajurit yang dikenal

sebagai prajurit mayor dan minor (Rismayadi dan Arinana, 2007).

Kasta Reproduktif

Kasta reproduktif terdiri atas individu-individu seksual yaitu betina (ratu) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi betina. Kasta

ini dibedakan menjadi kasta reproduktif primer dan kasta reproduktif suplementer atau neoten. Kasta reproduktif primer terdiri atas serangga-serangga dewasa yang

bersayap dan merupakan pendiri koloni. Menurut Richard dan Devies (1996) dalam Rismayadi dan Arinana (2007) menyatakan bahwa neoten muncul segera setelah kasta reproduktif primer mati atau hilang karena fragmentasi koloni.

Selanjutnya, neoten menggantikan fungsi kasta reproduktif primer untuk perkembangan koloni. Secara umum kasta reproduktif menunjukkan

perkembangan post-metamorfit yang luar biasa terutama pada rayap Termitidae.

Rayap Sebagai Perusak Bangunan

Rayap menyerang bangunan disebabkan adanya sumber makanan, baik yang terdekomposit pada kayu-kayu struktur dan non struktural maupun bahan

(19)

lingkungan dan konstruksi bangunan juga merupakan faktor pendorong tingginya

ancaman serangan rayap (Rismayadi dan Arinana, 2007).

Rayap sebagai perusak bangunan terdiri atas tiga famili dari yang primitif

sampai yang tingggi, yakni Famili Kalotermitidae (rayap kayu kering). Famili

Rhino Termitidae (rayap kayu basah) dan Famili Termitidae (rayap tanah). Famili

Mastotermitidae juga termasuk perusak ganas (Hasan, 1986).

Cara Penyerangan Rayap

Rayap tanah memasuki gedung melalui lubang-lubang kecil pada fondasi, celah-celah dinding dari semen atau beton, nat-nat ubin, tiang-tiang, mengikuti pipa-pipa saluran air, kabel-kabel atau akar-akar kayu yang masuk melalui lantai.

Di dalam eksplorasi untuk makanan kasta pekerja rayap berjalan melalui terowongan tanah dan sering kali di kawal oleh kasta serdadu yang sering

memberikan bantuan bila rombongan terhalang oleh bahan-bahan yang keras. Serdadu-serdadu itu mengeluarkan cairan zat yang mempunyai daya melunakkan bahan-bahan keras, sehingga para pekerja dapat meneruskan membuat jalan atau

lobang atau jalan menuju ke sumber makanan (Hasan, 1986).

Menurut Nandika (2003), rayap kayu kering dapat mencapai sasarannnya

melalui dua cara :

1. Laron yang bersialang menemukan objek sasaran dan mampu berkembang karena objek tidak tertutup (misalnya zat pelindung yang tidak toksik,

kayu yang tidak awet atau diawetkan, dll).

2. Objek sasaran terserang oleh rayap yang berasal dari obejk lain yang telah

(20)

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap di Indonesia

Sejak tahun 1982 kasus serangan rayap pada bangunan gedung di

Indonesia telah banyak dilaporkan. Pada saat ini perhatian terhadap ancaman rayap pada bangunan gedung di Indonesia terasa meningkat dengan sangat mengesankan. Hal ini dapat dimengerti mengingat beberapa jenis rayap telah

sering kali menunjukkan daya serang yang luar biasa terhadap perumahan, kantor, gedung sekolah dan bangunan gedung lainnya sehingga mengakibatkan kerugian

yang cukup besar (Nandika dkk., 2003).

Muharomi (2005) menyatakan bahwa kerugian ekonomis pada bangunan bersejarah di kota Medan yang diserang oleh rayap tanah dengan nilai kerugian

Rp 22.634.466,86. Kerugian oleh serangan rayap kayu kering mencapai Rp 9.865.926,37. Total kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah dan rayap

kayu kering pada 15 bangunan bersejarah di kota Medan sebesar Rp 32.500.393,32.

Intensitas serangan dan berdasarkan kerusakan pada bangunan gedung

akibat serangan rayap secara totalitas sangat besar. Rata-rata persentase serangan rayap pada bangunan rumah di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya,

Bandung, dan Batam mencapai lebih dari 70%. Laporan penelitian terakhir oleh Rahmawati tahun 1995 menyatakan bahwa kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan perumahan adalah sebesar 1,67 trilyun (Nandika dkk.,

(21)

Pengendalian Rayap Pada Bangunan Gedung

Pengendalian serangan rayap pada bangunan meliputi upaya pencegahan serangan rayap dan pemberantasan atau menyembuhkan bangunan yang terserang

rayap. Tindakan pengendalian yang paling baik adalah melakukan pencegahan serangan rayap sebelum konstruksi dibangun karena disamping secara ekonomis lebih murah, tindakan ini jauh lebih mudah dilakukan (Nandika dkk., 2003).

Tarumingkeng (2001) menyatakan bahwa untuk menghindari atau meminimumkan kemungkinan terjadinya serangan rayap pada bangunan perlu

diperhatikan hal-hal berikut.

1. Hindari adanya bahan-bahan kayu seperti sisa-sisa tunggak pohon di sekitar halaman bangunan, yang potensial untuk menjadi sumber infeksi rayap.

Demikian pula adanya pohon-pohon tua yang sebagian jaringan pohon maupun akarnya telah mati merupakan sumber makanan rayap dan dapat

menjadi lokasi sarang perkembangan koloni rayap.

2. Hindari kontak antara tanah dengan bagian-bagian kayu dari bangunan. Walaupun cara ini tidak mutlak mampu mencegah serangan rayap karena

rayap mampu membuat terowongan kembara di atas tembok, lantai dan dinding untuk mencapai obyek kayu makanannya tetapi bagi bangunan

sederhana cara ini dapat memperlambat serangan rayap, dan adanya terowongan-terowongan dapat dideteksi.

3. Pergunakan kayu yang awet (seperti bagian teras kayu jati), atau kayu yang

(22)

Wolman dengan retensi yang cukup telah memadai, sedangkan bagi kayu di

luar bangunan diperlukan bahan pengawet larut minyak seperti kreosot . 4. Cara yang paling efektif adalah melindungi bangunan dengan cara membuat

"benteng yang kuat terhadap rayap" di bagian fondasi dengan cara menyampur bahan fondasi dengan termitisida atau memperlakukan tanah di bawah dan di sekitar fondasi dengan termitisida yang tahan pencucian (persisten) serta

memiliki afinitas dengan tanah.

5. Jika bangunan telah terserang, gunakanlah cara pengendalian yang ramah

lingkungan, seperti pengumpanan dan pengendalian koloni menggunakan

insektisida penekan pertumbuhan kutikel seperti heksaflumuron dsb.

Geographic Information System (GIS)

Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System

(GIS), merupakan suatu sistem (berbasiskan komputer) yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis. GIS dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis objek-objek dan

fenomena-fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian GIS merupakan sistem komputer yang

memiliki empat kemampuan berikut untuk menangani data yang bereferensi geografis, diantaranya:

a. masukan/ input

b. keluar/ output

c. manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data)

(23)

Dalam GIS terdapat berbagai peran dari berbagai unsur, baik manusia

sebagai ahli dan sekaligus operator, perangkat alat (lunak/ keras) maupun objek permasalahan. GIS adalah sebuah rangkaian sistem yang memanfaatkan teknologi

untuk melakukan analisis spesial. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan lunak komputer untuk melakukan data seperti: perolehan dan verifikasi, kompilasi, penyimpanan, pembaharuan dan perubahan, manajemen dan

(24)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota

Medan sebanyak 45 Gedung Sekolah. Penelitian ini dilaksanakan pada 5 Januari 2009 sampai 5 Juni 2009.

Bahan dan Alat

Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa bahan diantaranya : Alkohol 70%, Peta Kota Medan, Daftar Sekolah SMP Negeri yang ada di Kotamadya Medan,

Data Sekunder (Informasi harga kayu di pasaran, informasi harga bahan-bahan material, informasi upah pekerja, dan kunci determinasi rayap).

Alat Penelitian

Penelitian ini juga menggunakan beberapa alat antara lain : Meteran baja untuk

mengukur dimensi dan kerusakan dimensi, kuas dan pinset untuk mengambil rayap, alat-alat mekanis untuk membongkar sarang rayap, botol untuk tempat alkohol dan rayap yang ditemukan, peralatan tulis menulis, kamera untuk

(25)

Batasan Studi

Penelitian ini dilakukan pada bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Medan, sebanyak 45 gedung Sekolah yang terdapat di 21

Kecamatan yang tersebar di kota Medan. Yang merupakan dasar penilaian dalam penelitian ini adalah bangunan sekolah yang terbuat dari kayu rusak akibat serangan rayap, misalnya: daun pintu, daun jendela, plafon, tiang, lisplang,

tangga, dan dinding.

Metode Penelitian

Pengumpulan Data Primer

Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara di

lapangan berdasarkan tally sheet yang telah disiapkan sebelumnya, mencakup karakteristik bangunan, lingkungan bangunan dan data komponen bangunan.

Diukur dimensinya, baik panjang, lebar dan tebalnya. Sehingga data yang diperoleh merupakan nilai kerugian minimal. Yang selanjutnya dikonversi ke dalam nilai rupiah (Rp). Nilai yang diperoleh merupakan nilai kerugian ekonomis.

Pengumpulan Data Sekunder

a. Peta Kota Medan

b. Harga Kayu di Pasaran (2008)

c. Upah Pekerja Pemasangan Komponen Kayu (2008) d. Jam Kerja Pemasangan Komponen (Soedrajat, 1984)

(26)

Pengolahan Data

Perhitungan selanjutnya dilakukan dengan parameter statistik : 1. Perhitungan Kerugian Ekonomis

Krs = kerugian akibat serangan rayap r = rayap kayu kering, rayap tanah s = 1,2,3,… total bangunan sampel

Kn = nilai kerugian masing-masing komponen n = 1,2,3,… m komponen

2. Perhitungan Standard Deviasi

2

X = nilai rata-rata kerugian ekonomis akibat serangan rayap i = 1,2,3,… total bangunan sampel

3. Perhitungan Interval Rata-rata

(27)

Keterangan :

X = nilai rata-rata hasil pengukuran

x

S = standard eror

tα/2 = 2,1448 dan derajat kebebasan (n-1) untuk tingkat kepercayaan 95% S = standard deviasi

Menurut Remran (1993) dalam Romaida (2002) menyatakan bahwa tingkat kerusakan bangunan dibedakan menjadi beberapa kriteria yaitu :

1. Rusak ringan yaitu : apabila persentase kerusakan lebih kecil dari 5% dan dianggap tidak perlu dilakukan penggantian tetapi memperhitungkan harga kayu yang rusak.

2. Rusak sedang yaitu : apabila persentase kerusakan antara 5-20% dan dianggap perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak

beserta upah perbaikan.

3. Rusak berat yaitu : apabila persentase kerusakan lebih dari 20% dan mempunyai 2 posisi serangan yaitu : antara bagian ujung, tengah, dan pangkal.

Maka unit tersebut perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak dan upah perbaikan.

Pemetaan Dengan Metode GIS

Ditentukan titik-titik koordinat sekolah dengan alat Global Positioning

System (GPS). Kemudian data GPS akan dikonversikan kedalam program

ArcView 3.3. Setelah itu dilakukan pembuatan peta penyebaran rayap. Selain data

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri

Bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri di kota Medan cukup

bervariasi dari segi umur bangunan, luas bangunan, areal, sampai bentuk fisik bangunan. Bangunan sekolah yang cukup tua masih dapat berdiri kokoh hingga sampai saat ini, tetapi tidak semua yang bisa berumur panjang. Bangunan sekolah

yang berdiri dibangun antara tahun 1955–1998, dengan usia yang relatif tua diasumsikan setiap gedung sekolah mengalami kerusakan. Kondisi bangunan

yang bervariasi tergantung dari dana dan manajemen pengelolaan dari pemerintah dan lembaga yang terkait. Gambar 1 menunjukkan kondisi bangunan sekolah dengan pengelolaan yang kurang baik

Gambar 1. SMP Negeri 42 Medan

Bangunan sekolah yang sudah tua dilakukan renovasi total atau renovasi ringan. Karakteristik bangunan SMP Negeri di Kota Medan dapat disajikan dalam

(29)

Tabel 1. Karakteristik-karakteristik bangunan SMP Negeri di Kota Medan

Kecamatan Nama Sekolah Usia Bangunan

(Tahun)

Luas Bangunan/ areal tanah (m)

Risalah Tapak

Medan Selayang SMP Negeri 1 Medan 12 900/12.000 Perladangan

Medan Maimun SMP Negeri 2 Medan 55 780/600 Perladangan

Medan Kota SMP Negeri 3 Medan 52 720/520 Persawahan

Medan Kota SMP Negeri 4 Medan 51 780/760 Persawahan

Medan Labuhan SMP Negeri 5 Medan 50 840/920 Rawa-rawa

Medan Kota SMP Negeri 6 Medan 50 600/425 Perladangan

Medan Barat SMP Negeri 7 Medan 44 780/400 Perladangan

Medan Kota SMP Negeri 8 Medan 42 870/720 Perladangan

Medan Sunggal SMP Negeri 9 Medan 40 750/350 Perladangan

Medan Baru SMP Negeri 10 Medan 37 780/400 Rawa-rawa

Medan Barat SMP Negeri 11 Medan 36 600/380 Persawahan

Medan Kota SMP Negeri 12 Medan 35 720/560 Rawa-rawa

Medan Area SMP Negeri 13 Medan 35 780/420 Persawahan

Medan Timur SMP Negeri 14 Medan 34 960/430 Persawahan

Medan Amplas SMP Negeri 15 Medan 33 900/630 Perladangan

Medan Barat SMP Negeri 16 Medan 33 870/700 Perladangan

Medan Tembung SMP Negeri 17 Medan 31 840/560 Perladangan

Medan Helvetia SMP Negeri 18 Medan 30 600/740 Rawa-rawa

Medan Petisah SMP Negeri 19 Medan 30 780/480 Rawa-rawa

Medan Marelan SMP Negeri 20 Medan 30 840/630 Rawa-rawa

Medan Tuntungan SMP Negeri 21 Medan 29 720/430 Rawa-rawa

Medan Johor SMP Negeri 22 Medan 29 720/740 Perladangan

Medan Denai SMP Negeri 23 Medan 29 780/740 Perkebunan

Medan Deli SMP Negeri 24 Medan 28 840/420 Perladangan

Medan Labuhan SMP Negeri 25 Medan 28 870/430 Perladangan

Medan Belawan SMP Negeri 26 Medan 27 900/570 Perladangan

Medan Tembung SMP Negeri 27 Medan 27 720/420 Rawa-rawa

Medan Johor SMP Negeri 28 Medan 26 780/580 Perladangan

Medan Tembung SMP Negeri 29 Medan 25 810/520 Perladangan

Medan Selayang SMP Negeri 30 Medan 25 720/480 Persawahan

Medan Tuntungan SMP Negeri 31 Medan 24 840/760 Perladangan

Medan Marelan SMP Negeri 32 Medan 24 840/430 Persawahan

Medan Deli SMP Negeri 33 Medan 22 900/650 Persawahan

Medan Maimun SMP Negeri 34 Medan 22 900/700 Rawa-rawa

Medan Tembung SMP Negeri 35 Medan 20 780/760 Perladangan

Medan Amplas SMP Negeri 36 Medan 20 720/500 Perladangan

Medan Timur SMP Negeri 37 Medan 19 810/650 Perladangan

(30)

Tabel 1 (lanjutan)

Kecamatan Nama Sekolah Usia Bangunan

(Tahun)

Luas Bangunan/ areal tanah (m)

Risalah Tapak

Medan Marelan SMP Negeri 39 Medan 17 780/400 Perladangan

Medan Helvetia SMP Negeri 40 Medan 17 780/660 Perladangan

Medan Tuntungan SMP Negeri 41 Medan 16 780/425 Perladangan

Medan Deli SMP Negeri 42 Medan 16 810/590 Rawa-rawa

Medan Deli SMP Negeri 43 Medan 15 720/450 Persawahan

Medan Labuhan SMP Negeri 44 Medan 15 900/760 Persawahan

Medan Labuhan SMP Negeri 45 Medan 14 840/900 Persawahan

Tabel 1 menunjukkan bahwa seluruh sampel Sekolah Menengah Pertama

Negeri (SMPN) yang diteliti di kota Medan diketahui bahwa SMP Negeri 9 di kecamatan Medan Sunggal memiliki luasan areal yang paling kecil sebesar 350m2 dengan luas bangunan 750m2 sedangkan SMP Negeri 1 yang berada di kecamatan Medan Selayang memiliki luasan areal yang paling besar sebesar 12.000m2 dan luas bangunan 900m2.

Sekolah Menengah Pertama Negeri yang dilakukan penelitian mempunyai sejarah tapak yang sama yaitu berupa perladangan, persawahan dan rawa. Risalah

tapak yang berupa perladangan merupakan potensi yang sangat besar terkena serangan rayap karena habitat alami dan sumber makanannya sudah berubah fungsi menjadi bangunan SMP Negeri.

Sebagian besar konstruksi bangunan masih banyak menggunakan kayu sebagai komponen utama antara lain pintu, jendela, kusen pintu, kusen jendela,

lemari, kuda-kuda, lisplang, papan tulis, kursi dan meja. Komponen yang terbuat dari kayu harus memiliki perawatan yang cukup untuk menghindari laju kerusakan oleh serangan rayap dan organisme perusak kayu lainnya. Perawatan

(31)

merupakan sumber makanan bagi rayap karena banyak mengandung selulosa dan

hemiselulosa. Ini menjadi suatu peluang bagi rayap di karenakan sumber makanan dan habitatnya sudah berubah fungsi menjadi SMP Negeri.

Kondisi kota Medan yang optimum untuk perkembangbiakan rayap, menyebabkan perlunya dipelajari dan diketahui aksesibilitas rayap sampai menyerang bangunan sehingga dapat dilakukan pencegahan dan pengendaliannya.

Hal ini penting karena kerugian yang ditimbulkan akibat serangan rayap sangat banyak, jadi dengan mengetahui aksesibilitasnya dapat ditentukan teknik

pengendalian yang tepat dan efisien sehingga kerugian ekonomis dapat ditekan seminimal mungkin.

Kerugian Ekonomis Serangan Rayap Bangunan SMP Negeri

Serangan rayap pada bangunan SMP Negeri menyerang komponen

bangunan dan pelengkap bangunan. Kuda-kuda, risplang, dan pintu merupakan komponen bangunan yang paling banyak di serang rayap. Selain cakupan makanan yang melimpah kondisi yang dekat dengan tanah dan kelembaban sangat

mendukung serangan rayap.

Perhitungan kerugian ekonomis terhadap serangan rayap menggunakan

standar hal 2 jenis kayu yaitu kayu sembarang keras (SK-Hutan) dan kayu jenis meranti sebagai pengganti komponen kayu. Hal ini dikarenakan, kedua jenis kayu ini lebih banyak dijumpai dan dipasarkan baik dalam bentuk sortimen-sortimen

(32)

Tabel 2. Kerugian ekonomis bangunan SMP Negeri di Kota Medan

Kecamatan Nama Sekolah SK Hutan (Rp) SK Meranti (Rp)

Medan Selayang SMP Negeri 1 Medan 12.180.000 26.072.500

Medan Maimun SMP Negeri 2 Medan 72.400.000 153.072.500

Medan Kota SMP Negeri 3 Medan 82.550.000 173.152.500

Medan Kota SMP Negeri 4 Medan 95.890.000 204.592.500

Medan Labuhan SMP Negeri 5 Medan 67.125.000 139.997.500

Medan Kota SMP Negeri 6 Medan 90.740.000 194.282.500

Medan Barat SMP Negeri 7 Medan 56.355.000 118.492.500

Medan Kota SMP Negeri 8 Medan 77.920.000 163.520.000

Medan Sunggal SMP Negeri 9 Medan 61.965.000 129.890.000

Medan Baru SMP Negeri 10 Medan 61.390.000 128.935.000

Medan Barat SMP Negeri 11 Medan 58.005.000 121.367.500

Medan Kota SMP Negeri 12 Medan 69.340.000 148.102.500

Medan Area SMP Negeri 13 Medan 59.110.000 122.905.000

Medan Timur SMP Negeri 14 Medan 97.720.000 207.275.000

Medan Amplas SMP Negeri 15 Medan 63.995.000 134.190.000

Medan Barat SMP Negeri 16 Medan 73.585.000 156.690.000

Medan Tembung SMP Negeri 17 Medan 90.260.000 188.482.500

Medan Helvetia SMP Negeri 18 Medan 77.245.000 163.090.000

Medan Petisah SMP Negeri 19 Medan 102.670.000 217.870.000

Medan Marelan SMP Negeri 20 Medan 75.430.000 159.422.500

Medan Tuntungan SMP Negeri 21 Medan 62.730.000 130.612.500

Medan Johor SMP Negeri 22 Medan 75.425.000 160.585.000

Medan Denai SMP Negeri 23 Medan 79.165.000 166.582.500

Medan Deli SMP Negeri 24 Medan 58.355.000 122.020.000

Medan Labuhan SMP Negeri 25 Medan 75.920.000 160.895.000

Medan Belawan SMP Negeri 26 Medan 76.630.000 162.375.000

Medan Tembung SMP Negeri 27 Medan 68.215.000 143.960.000

Medan Johor SMP Negeri 28 Medan 75.050.000 159.457.500

Medan Tembung SMP Negeri 29 Medan 79.365.000 168.242.500

Medan Selayang SMP Negeri 30 Medan 59.485.000 125.105.000

Medan Tuntungan SMP Negeri 31 Medan 99.965.000 210.752.500

Medan Marelan SMP Negeri 32 Medan 70.975.000 150.310.000

Medan Deli SMP Negeri 33 Medan 76.440.000 161.955.000

Medan Maimun SMP Negeri 34 Medan 94.430.000 202.472.500

Medan Tembung SMP Negeri 35 Medan 92.560.000 194.107.500

Medan Amplas SMP Negeri 36 Medan 84.105.000 177.095.000

Medan Timur SMP Negeri 37 Medan 64.105.000 134.530.000

Medan Marelan SMP Negeri 38 Medan 65.250.000 138.427.500

Medan Marelan SMP Negeri 39 Medan 88.120.000 187.577.500

(33)

Tabel 2 (lanjutan).

Kecamatan Nama Sekolah SK Hutan (Rp) SK Meranti (Rp)

Medan Tuntungan SMP Negeri 41 Medan 79.855.000 169.330.000

Medan Deli SMP Negeri 42 Medan 77.025.000 164.222.500

Medan Deli SMP Negeri 43 Medan 76.240.000 160.910.000

Medan Labuhan SMP Negeri 44 Medan 93.570.000 197.370.000

Medan Labuhan SMP Negeri 45 Medan 54.550.000 117.580.000

Total 3.365.600.000 7.114.427.500

Kerugian ekonomis masing-masing SMP Negeri di kota medan dapat dilihat pada tabel 2 di atas. Bangunan SMP Negeri 19 di kecamatan Medan Petisah mengalami kerugian yang paling besar dengan nilai mencapai

Rp.102.670.000,00 untuk pemakaian asumsi pengganti kayu SK-Hutan.

Sedangkan dengan asumsi penggantian dengan kayu Meranti mencapai nilai

Rp 217.870.000,00 nilai kerusakan terkecil yaitu SMP Negeri 1 yang berada di kecamatan Medan Selayang sebesar Rp 12.180.000,00 untuk pemakaian asumsi pengganti kayu SK-Hutan. Sedangkan dengan asumsi penggantian dengan kayu

Meranti mencapai nilai Rp. 26.072.500,00.

Untuk pengkonversian serangan rayap pada komponen bangunan ke dalam

bentuk rupiah, maka diperlukan pedoman atau data mengenai upah pekerja dan harga bahan-bahan material. Semakin besar intensitas kerusakan komponen, maka upah pekerja dan bahan-bahan pengganti yang dikeluarkan juga besar yang

berakibatkan pada nilai kerugian ekonomis yang tinggi. Perhitungan kerugian ekonomis antara rayap kayu kering dengan rayap tanah pada 45 bangunan SMP

(34)

Tabel 3. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah dan kayu kering terhadap 45 bangunan SMP Negeri di kota Medan

Jenis Rayap Parameter SK-hutan(Rp) Meranti(Rp)

Rayap tanah Jumlah 18.480.000,00 3.554.730.000,00

Rata-rata kerugian 6.160.000,00 1.184.910.000,00

Standart deviasi 1.511.596,00 170.735.912,51

Interval rata-rata kerugian 6.160.000±939.905,71 1.184.910.000±105.711.213,42

5.224.094,29-7.095.905,71 1.079.198.786,58-1.290.621.213,42

Rayap kayu kering Jumlah 1.678.230.000,00 2.445.647.500,00

Rata-rata kerugian 239.747.142,86 349.378.214,00

Standart deviasi 117.345.524 188.938.755

Interval rata-rata kerugian 239.747.142,86±47.563.556,07 349.378.214,29±76.582.375,91

192.183.586,79-287.310.698,93 272.795.838,38-425.960.590,20

Gabungan RT+RKK Jumlah 1.696.710.000,00 6.000.377.500,00

Rata-rata kerugian 245.907.142,86 1.534.288.214,00

Standart deviasi 117.355.260,00 180.419.706,30

Interval rata-rata kerugian 245.907.142,85±39.797.828 1.534.288.214,29±61.184.410

206.109.314,39;285.704.969,61 1.473.103.803,97;1.595.472.624,03

Kerugian ekonomis untuk setiap komponen bangunan

Tabel 4 menunjukkan bahwa komponen bangunan seperti kursi, meja, dan lemari merupakan komponen dengan jumlah terbanyak diserang rayap. Ini

disebabkan komponen-komponen tersebut keberadaannya langsung kontak dengan tanah sehingga memudahkan rayap menyerang. Kursi merupakan

komponen terbanyak di serang rayap dengan jumlah 4211 buah dan jika dikonversikan ke dalam rupiah maka kerugian kursi dengan jenis kayu SK Hutan sebesar Rp 673.760.000,00 dan untuk jenis meranti sebesar Rp 1.000.112.500,00.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Jusmalinda (1994) bahwa rayap tanah terutama akan menyerang objek-objek yang berhubungan langsung dengan tanah, seperti

(35)

Tabel 4 menunjukkan data kerugian ekonomis yang disebabkan serangan

rayap pada komponen bangunan yang terbuat dari kayu dan merupakan objek pengamatan. Nilai kerugian yang disajikan adalah nilai kerugian total perjenis

komponen untuk gabungan keseluruhan bangunan.

Tabel 4. Kerugian ekonomis pada berbagai komponen bangunan.

Jenis

Pintu 214 250000 53500000 370000 79180000

Jendela 15 180000 2700000 225000 3375000

Meja 2473 300000 741900000 460000 1137580000

Kursi 4211 160000 673760000 237500 1000112500

Kusen Pintu 143 600000 85800000 650000 92950000

Kusen Jendela 171 400000 68400000 420000 71820000

Lemari 2325 420000 976500000 610000 1418250000

Papan Tulis 282 185000 52170000 215000 60630000

Jendela tanpa daun 0 490000 0 610000 0

Kuda-Kuda 81 16100000 1304100000 22400000 1814400000

Lisplang 132 1960000 258720000 2440000 322080000

Kusen pintu dan kusen jendela juga mengalami kerugian yang besar. Komponen-komponen ini terserang karena letaknya dekat dengan tanah dan statis (diam). Selain itu volume komponen yang besar juga mempengaruhi intensitas

seranagnnya. Komponen-komponen kusen pintu dan jendela pada bangunan-bangunan ini memiliki volume yang lebih besar dari pada bangunan-bangunan pada

umumnya. Komponen-komponen yang dinamis seperti daun pintu dan daun jendela, menurut pengamatan selama penelitian jarang yang terkena serangan rayap tanah. Serangan rayap pada salah satu komponen bangunan dapat dilihat

(36)

Gambar 2. Serangan rayap pada salah satu komponen bangunan

Kerugian yang ditimbulkan bervariasi untuk setiap bangunan, tergantung

dari kebersihan, kesadaran pengguna bangunan, karakteristik bangunan, dan tentu saja ketersediaan dana. Nilai kerugian yang besar dipengaruhi oleh intensitas kerusakan oleh rayap, upah pekerja, harga bahan-bahan material dan pendukung

yang tinggi. Semakin besar intensitas kerusakan komponen, maka upah pekerja dan bahan-bahan pengganti dan pendukung yang dikeluarkan juga besar yang

berakibat pada nilai kerugian ekonomis yang tinggi.

Perlu kiranya ada perhatian dari pemerintah dan pihak-pihak yang terkait untuk lebih peduli dalam usaha pemeliharaan bangunan SMP Negeri di kota

Medan ini. Hal ini bertujuan agar bangunan-bangunan tersebut tetap terawat sehingga terhindar dari kerusakan termasuk dari serangan rayap. Selain itu biaya

yang dikeluarkan untuk perawatan tentu lebih murah daripada biaya pengendaliannya. Jadi walaupun kerugian tidak dapat dihindari, namun nilainya dapat ditekan seminimal mungkin. Mengingat bangunan sekolah ini merupakan

tempat para penerus bangsa ini untuk mengenyam pendidikannya dan menimba ilmu. Dengan bangunan yang layak pakai tentunya para pendidik dan siswa

(37)

Sebaran kerusakan bangunan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di

Kota Medan

Jumlah bangunan SMP Negeri di kota medan yang cukup banyak dan

tersebar di setiap kecamatan. Sebaran kerusakan bangunan SMP Negeri dapat dilihat pada Gambar 3.

(38)

Besarnya persentase kerusakan pada keseluruhan bangunan menjadikan

besarnya kerugian ekonomis. Kerusakan tersebut disebabkan usia bangunan yang sudah tua dan tidak adanya tindakan pencegahan dan tindakan pengendalian bagi

banguan yang telah terserang mutlak sangat diperlukan untuk meminimalkan dan membatasi ruang gerak rayap. Persentase kerusakan komponen bangunan SMP Negeri di Kota Medan hasil penelitian ini disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Persentase kerusakan komponen bangunan SMP Negeri di Kota Medan

Kecamatan Nama Sekolah Kerusakan (%) Jenis Kerusakan

Medan Selayang SMP Negeri 1 Medan 5,173 Sedang

Medan Maimun SMP Negeri 2 Medan 22,280 Berat

Medan Kota SMP Negeri 3 Medan 20,299 Berat

Medan Kota SMP Negeri 4 Medan 17,682 Sedang

Medan Labuhan SMP Negeri 5 Medan 15,519 Sedang

Medan Kota SMP Negeri 6 Medan 18,773 Sedang

Medan Barat SMP Negeri 7 Medan 14,182 Sedang

Medan Kota SMP Negeri 8 Medan 20,016 Berat

Medan Sunggal SMP Negeri 9 Medan 18,284 Sedang

Medan Baru SMP Negeri 10 Medan 17,668 Sedang

Medan Barat SMP Negeri 11 Medan 20,232 Berat

Medan Kota SMP Negeri 12 Medan 14,420 Sedang

Medan Area SMP Negeri 13 Medan 15,364 Sedang

Medan Timur SMP Negeri 14 Medan 14,474 Sedang

Medan Amplas SMP Negeri 15 Medan 13,509 Sedang

Medan Barat SMP Negeri 16 Medan 15,201 Sedang

Medan Tembung SMP Negeri 17 Medan 18,805 Sedang

Medan Helvetia SMP Negeri 18 Medan 17,541 Sedang

Medan Petisah SMP Negeri 19 Medan 20,343 Berat

Medan Marelan SMP Negeri 20 Medan 14,539 Sedang

Medan Tuntungan SMP Negeri 21 Medan 18,250 Sedang

Medan Johor SMP Negeri 22 Medan 18,303 Sedang

Medan Denai SMP Negeri 23 Medan 17,909 Sedang

Medan Deli SMP Negeri 24 Medan 14,260 Sedang

Medan Labuhan SMP Negeri 25 Medan 15,107 Sedang

Medan Belawan SMP Negeri 26 Medan 13,085 Sedang

Medan Tembung SMP Negeri 27 Medan 21,945 Berat

Medan Johor SMP Negeri 28 Medan 18,073 Sedang

(39)

Tabel 5 (Lanjutan)

Kecamatan Nama Sekolah Kerusakan (%) Jenis Kerusakan

Medan Tuntungan SMP Negeri 31 Medan 15,922 Sedang

Medan Marelan SMP Negeri 32 Medan 15,172 Sedang

Medan Deli SMP Negeri 33 Medan 13,515 Sedang

Medan Maimun SMP Negeri 34 Medan 18,018 Sedang

Medan Tembung SMP Negeri 35 Medan 22,136 Berat

Medan Amplas SMP Negeri 36 Medan 20,686 Berat

Medan Timur SMP Negeri 37 Medan 17,020 Sedang

Medan Marelan SMP Negeri 38 Medan 17,784 Sedang

Medan Marelan SMP Negeri 39 Medan 17,836 Sedang

Medan Helvetia SMP Negeri 40 Medan 17,262 Sedang

Medan Tuntungan SMP Negeri 41 Medan 17,839 Sedang

Medan Deli SMP Negeri 42 Medan 15,990 Sedang

Medan Deli SMP Negeri 43 Medan 17,992 Sedang

Medan Labuhan SMP Negeri 44 Medan 13,155 Sedang

Medan Labuhan SMP Negeri 45 Medan 16,097 Sedang

Seluruh bangunan SMP Negeri di Kota Medan yang telah disurvei dan diteliti umumnya telah mengalami kerusakan sedang dan berat. Tidak ada satu sekolah pun yang mengalami kerusakan ringan. Hasil ini menyatakan bahwa

semua bangunan SMP Negeri di kota Medan perlu adanya perbaikan. Hal ini sesuai dengan karakteristik kerusakan menurut Remran dalam Romaida (2002)

menyatakan tingkat kerusakan bangunan gedung dibedakan berdasarkan kriteria : ringan (kerusakan < 5%) dianggap tidak perlu dilakukan penggantian, sedang (5-20%) dianggap perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga

kayu yang rusak beserta upah perbaikan dan berat (kerusakan >20%) perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak dan upah

(40)

papan tulis, lemari, lisplang, kuda-kuda, pintu, jendela tidak berdaun, jendela

berdaun, kusen pintu dan kusen jendela.

Tingkat kerusakan ini di pengaruhi dengan usia bangunan yang relatif

sudah tua. Kurangnya perhatian dari pemerintah setempat akan kondisi bangunan sekolah, minimnya dana untuk pembangunan sekolah menyebabkan banyak bangunan SMP Negeri di kota Medan yang sudah layak untuk diperbaiki.

Gambar 4 menunjukkan sebaran kerusakan dengan tingkat kerusakan yang bervariasi pada setiap bangunan SMP Negeri di kota Medan.

(41)

Bangunan SMP Negeri di Kota Medan didominasi kerusakan sedang.

Sebanyak 37 bangunan sekolah mengalami kerusakan sedang (5-20%) atau sebesar 82.2%, selebihnya 8 bangunan sekolah mengalami kerusakan berat

(>20%) atau sebesar 17.78%, sedangkan yang mengalami kerusakan ringan (0-5%) tidak ada satu sekolah pun atau sebesar 0%. Perbedaaan tingkat kerusakan bangunan sekolah tersebut di sebabkan oleh usia perbaikan sekolah yang tidak

sama. Tingkat kerusakan yang terjadi di seluruh bangunan SMP Negeri di kota Medan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Histogram Persentase Kerusakan Bangunan

Jenis rayap perusak kayu

(42)

yang umum digunakan untuk identifikasi (penentuan jenis) yaitu bidang dorsal

thorax yang memiliki bentuk beragam

Pada saat penelitian, tidak semua bangunan yang mengalami kerusakan

ditemukan serangga perusaknya. Hal ini kemungkinan disebabkan serangannya sudah lama terjadi dan rayap telah pindah ke objek lain, namun bekas-bekas serangannya masih dapat ditemukan dan ditandai. Jalur-jalur liang kembara yang

ditemukan pada umumnya belum rusak. Begitu juga dengan komponen yang terserang rayap kayu kering eksremen-eksremen masih dapat di temukan karena

banyak komponen yang terserang belum mengalami penggantian. Selebihnya identifikasi diketahui dengan melihat bekas serangannya dan mencocokkan dengan identifikasi yang dilakukan karena baik pola maupun tanda-tanda

serangannya relatif sama. Rayap tanah yang ditemukan akan mengeluarkan cairan putih seperti susu namun lengket apabila liang kembara dibongkar. Hal ini

ditemukan pada semua rayap tanah yang berhasil ditemukan. Rayap yang pertahanan diri seperti ini adalah rayap jenis Macrotermes spp. Rayap kayu kering jenis Cryptotermes cynocephalus Light menyerang komponen kayu yang tidak

diawetkan. Serangan rayap dari genus Cryptotermes spp famili dari kalotermitidae ini ditandai dengan adanya eksremen-eksremen pada komponen kayu yang

(43)

a b

Gambar 6. Jenis rayap perusak kayu yang ditemukan (a) Cryptotermes

cynocephalus Light dan (b) Macrotermes gilvus Hagen

Rayap kayu kering jenis Cryptotermes cynocephalus Light menyerang komponen kayu yang tidak diawetkan. Serangan rayap jenis Cryptotermes spp family Kalotermitidae ini ditandai dengan adanya eksremen-eksremen pada

komponen kayu yang diserang. Serangan tidak tampak secara visual, karena serangannya berada di permukaan kayu. Rayap jenis ini membuat terowongan

atau liang kembara di dalam kayu, sehingga kayu yang diserang kelihatan utuh dari luar namun apabila ditekan sedikit saja akan rusak. Untuk menemukan serangannya dilakukan pemeriksaan satu persatu terhadap komponen bangunan

yang terbuat dari kayu. Rayap jenis ini dapat hidup dalam kondisi kelembapan dan ketersediaan air yang rendah. Gambar liang kembara pada salah satu

(44)

Gambar 7. Liang kembara pada salah satu komponen bangunan

Aksesibilitas rayap tanah (subteran) pada bngunan SMP Negeri di Kota

Medan melalui celah-celah atau retakan pada pondasi, dinding, tiang, atau lantai. Retakan atau celah ini dapat terjadi akibat adonan semen yang kurang padat,

getaran ataupun usia. Serangan rayap tanah ditandai dengan adanya liang-liang kembara yang menenpel pada lantai, dinding, dan lisplang sebagai saluran untuk mencapai ke komponen sasaran. Letak liang kembara pada umumnya ditemukan

disudut-sudut tembok dan lantai yang gelap, sehingga biasanya luput dari perhatian pemilik bangunan.

Gambar 8 menunjukkan sebaran jenis rayap yang menyerang pada setiap sampel yang di lakukan inspeksi. Jenis rayap Cryptotermes cynocephalus Light dan Macrotermes gilvus Hagen merupakan jenis rayap yang menyerang

(45)

Gambar 8. Peta sebaran jenis rayap pada bangunan SMP Negeri di Kota Medan

Tindakan pengendalian

Selama melakukan penelitian, pada umumnya tingkat kesadaran pengguna bangunan terhadap serangan rayap belum begitu tinggi. Ini terlihat dari

minimnya tindakan yang diambil untuk menyikapi serangan rayap yang terjadi. Kurangnya pengetahuan tentang rayap dapat diketahui dari reaksi banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada peneliti selama melakukan survei. Kesalahan

(46)

pengendalian rayap harus segera dilakukan begitu ada indikasi serangan. Terdapat

beberapa teknik pengendalian rayap. Yang paling banyak digunakan adalah perlakuan tanah pascakonstruksi dan pengumpanan.

Model penduga kerugian ekonomis

Model regresi penduga kerugian ekonomis dengan menggunakan standard harga kayu Meranti Y= 8,069 X 107 + 89.722,620 * usia bangunan, sedangkan model regresi penduga kerugian ekonomis dengan menggunakan standard harga kayu SK Hutan Y= 5,145 X 107 + 53.566,602 * usia bangunan

Model regresi menunjukkan bahwa usia bangunan mempengaruhi besarnya kerugian ekonomis menggunakan standart harga kayu SK-Hutan. Model penduga menunjukkan bahwa kerugian ekonomis akibat serangan rayap

menggunakan standard harga kayu SK-Hutan mengalami kenaikan sebesar Rp 51.473.567,00 yang setiap pertambahan per tahun. Besarnya kerugian

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil pengamatan didapat bahwa kerugian ekonomis serangan rayap terhadap

45 bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Medan untuk jenis kayu SK Hutan sebesar Rp.102.670.000,00 dan kayu Meranti sebesar Rp. 217.870.000,00 dengan rata-rata per bangunan untuk jenis SK Hutan sebesar

Rp. 2.281.555,56 sedangkan jenis Meranti sebesar Rp. 4.863.777,78

2. Terdapat 2 jenis rayap yang ditemukan yaitu rayap kayu kering (Cryptotermes

cynocephalus Light) dan rayap tanah (Macrotermes gilvus Hagen).

3. Kerugian terbesar diakibatkan oleh serangan rayap tanah yaitu Rp.18.480.000,00 untuk jenis kayu SK Hutan dan Rp. 3.554.730.000,00 untuk

jenis kayu Meranti sedangkan rayap kayu kering sebesar Rp. 1.678.230.000,00 untuk jenis kayu SK Hutan dan Rp. 2.445.647.500,00 untuk jenis kayu

Meranti.

4. Model penduga kerugian ekonomis akibat serangan rayap di SMP Negeri di Kota Medan mengalami kenaikan sebesar Rp. 51.473.567,00 per tahun dengan

menggunakan standard harga kayu SK-Hutan, sedangkanmenggunakan standard kayu meranti mengalami kenaikan sebesar Rp. 80.779.723,00 per

tahun.

Saran

(48)

peninjauan berkala mengingat kegunaan bangunan tersebut sebagai pusat kegiatan

belajar-mengajar. Perlunya dilakukan perbaikan terhadap bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP N) di Kota Medan. Perlunya penelitian lebih

(49)

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kota Medan, 2008. Medan Dalam Angka 2008. Medan.

Budiyanto, E. 2002. Sistem Informasi Geografis menggunakan Arc View GIS. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Depdiknas Kota Medan. 2008. Medan Dalam Angka 2008. Medan.

Hasan, T. 1986. Rayap dan Pemberantasannya (Penanggulangan dan Pencegahan). Penerbit Yayasan Pembinaan Watak dan Bangsa. Jakarta.

Nandika, D. Rismayadi, Y. & Diba, F. 2003. Rayap Biologi dan Pengendaliannya. Muhammadiyah University Press. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Muharomi, O. 2005. Analisis Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada 15 Bangunan Bersejarah di Kota Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Prahasta, E. 2004. Sistem Informasi Geografis Tutorial Arc View. Penerbit Informatika Bandung. Bandung.

Rismayadi, Y dan Ariana. 2007. Usir Rayap Dengan Cara Baru dan Ramah Lingkungan. PT. Prima Infosarana Media.

(50)
(51)

Lampiran 1. Karakteristik Bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP N) di Kota Medan

Nama Sekolah Kecamatan Alamat Tahun

(52)
(53)

Lampiran 1 (Lanjutan)

Nama Sekolah Kecamatan Alamat Tahun

(54)

Lampiran 2. Daftar Harga Kayu dan Upah Tukang di Kota Medan

Komponen

Bangunan Bahan Baku Jumlah

Harga Kayu Per Unit

(55)

Lampiran 3. Biaya Kerusakan Bangunan Sekolah di Kota Medan

Kecamatan Nama Sekolah SK Hutan (Rp) SK Meranti (Rp)

Medan Selayang SMP Negeri 1 Medan 12.180.000 26.072.500

Medan Maimun SMP Negeri 2 Medan 72.400.000 153.072.500

Medan Kota SMP Negeri 3 Medan 82.550.000 173.152.500

Medan Kota SMP Negeri 4 Medan 95.890.000 204.592.500

Medan Labuhan SMP Negeri 5 Medan 67.125.000 139.997.500

Medan Kota SMP Negeri 6 Medan 90.740.000 194.282.500

Medan Barat SMP Negeri 7 Medan 56.355.000 118.492.500

Medan Kota SMP Negeri 8 Medan 77.920.000 163.520.000

Medan Sunggal SMP Negeri 9 Medan 61.965.000 129.890.000

Medan Baru SMP Negeri 10 Medan 61.390.000 128.935.000

Medan Barat SMP Negeri 11 Medan 58.005.000 121.367.500

Medan Kota SMP Negeri 12 Medan 69.340.000 148.102.500

Medan Area SMP Negeri 13 Medan 59.110.000 122.905.000

Medan Timur SMP Negeri 14 Medan 97.720.000 207.275.000

Medan Amplas SMP Negeri 15 Medan 63.995.000 134.190.000

Medan Barat SMP Negeri 16 Medan 73.585.000 156.690.000

Medan Tembung SMP Negeri 17 Medan 90.260.000 188.482.500

Medan Helvetia SMP Negeri 18 Medan 77.245.000 163.090.000

Medan Petisah SMP Negeri 19 Medan 102.670.000 217.870.000

Medan Marelan SMP Negeri 20 Medan 75.430.000 159.422.500

Medan Tuntungan SMP Negeri 21 Medan 62.730.000 130.612.500

Medan Johor SMP Negeri 22 Medan 75.425.000 160.585.000

Medan Denai SMP Negeri 23 Medan 79.165.000 166.582.500

Medan Deli SMP Negeri 24 Medan 58.355.000 122.020.000

Medan Labuhan SMP Negeri 25 Medan 75.920.000 160.895.000

Medan Belawan SMP Negeri 26 Medan 76.630.000 162.375.000

Medan Tembung SMP Negeri 27 Medan 68.215.000 143.960.000

Medan Johor SMP Negeri 28 Medan 75.050.000 159.457.500

Medan Tembung SMP Negeri 29 Medan 79.365.000 168.242.500

Medan Selayang SMP Negeri 30 Medan 59.485.000 125.105.000

Medan Tuntungan SMP Negeri 31 Medan 99.965.000 210.752.500

Medan Marelan SMP Negeri 32 Medan 70.975.000 150.310.000

Medan Deli SMP Negeri 33 Medan 76.440.000 161.955.000

Medan Maimun SMP Negeri 34 Medan 94.430.000 202.472.500

Medan Tembung SMP Negeri 35 Medan 92.560.000 194.107.500

Medan Amplas SMP Negeri 36 Medan 84.105.000 177.095.000

Medan Timur SMP Negeri 37 Medan 64.105.000 134.530.000

Medan Marelan SMP Negeri 38 Medan 65.250.000 138.427.500

(56)

Lampiran 3 (Lanjutan)

Kecamatan Nama Sekolah SK Hutan (Rp) SK Meranti (Rp)

Medan Helvetia SMP Negeri 40 Medan 92.195.000 196.550.000

Medan Tuntungan SMP Negeri 41 Medan 79.855.000 169.330.000

Medan Deli SMP Negeri 42 Medan 77.025.000 164.222.500

Medan Deli SMP Negeri 43 Medan 76.240.000 160.910.000

Medan Labuhan SMP Negeri 44 Medan 93.570.000 197.370.000

Medan Labuhan SMP Negeri 45 Medan 54.550.000 117.580.000

(57)

Lampiran 4. Persen Kerusakan Sekolah

Kecamatan Nama Sekolah Kerusakan (%) Jenis Kerusakan Medan Selayang SMP Negeri 1 Medan 5,173 sedang Medan Maimun SMP Negeri 2 Medan 22,280 berat

Medan Kota SMP Negeri 3 Medan 20,299 berat

Medan Kota SMP Negeri 4 Medan 17,682 sedang

Medan Labuhan SMP Negeri 5 Medan 15,519 sedang

Medan Kota SMP Negeri 6 Medan 18,773 sedang

Medan Barat SMP Negeri 7 Medan 14,182 sedang

Medan Kota SMP Negeri 8 Medan 20,016 berat

(58)

Lampiran 4 (Lanjutan)

(59)

Lampiran 5. Kunci determinasi pengenalan Genus dan Spesies

1.a. Menyerang dan bersarang dalam pohon yang masih hidup, atau kayu, cabang dan batang mati, tunggak dan kayu lembab lainnya (Rayap pohon dan rayap kayu lembab, Famili Kalotermitidae) ... 2 b. Hidup dan bersarang dalam kayu mati yang kering hawa, tidak

berhubungan dengan tanah. Bahan-bahan tanah tak terdapat dalam sarang. Menyebabkan kerusakan dalam kayu, berbentuk rongga-rongga tak teratur, agak memanjang searah serat. (Rayap kayu kering, Famili Kalotermitidae) ... 10 c. Bersarang dalam tanah atau dalam kayu yang berhubungan dengan

tanah. Untuk jalan pekerja dan prajurit yang mengumpulkan makanan (kayu), membuat jalan-jalan yang tertutup (Sheltertubes) dengan bahan humus atau tanah. Keadaan habitat lembab merupakan syarat mutlak bagi kehidupannya (jenis rayap subteran dan rayap tanah, famili Rhinotermitidae dan Termitidae) ... 3 2.a. Menyerang pohon yang masih hidup, menyebabkan pembengkakan

pada batang dan cabang (“gembol”) dan lobang-lobang dalam kayu.

Neotermes spp ... 11

b. Menyerang tunggak, dan kayu mati yang lembab, terutama dalam habitat hutan………...Gylptotermes spp. 3.a. Pronotum (keeping sklerit diatas ruas teraks pertama) agak datar.

Koloni bersarang dalam kayu atau bahan lain yang mengandung selulosa, yang terdapat di dalam atau permukaan tanah. (Rayap Subteran, Famili Rhinotermitidae) ... 4 b. Pronotum berbentuk pelana. Pusat sarang berada dalam tanah,

membuat kueh-kueh cendawan berbentuk bunga karang, dan bangunan-bangunan liat dalam tanah, kadang-kadang menyebabkan terbentuknya gunduka-gundukan tanah. (rayap tanah dan rayap pohon, famili Termitidae). ... 5 4.a. Prajurut dengan dua ukuran (dimorfis), jumlah ruas antenna 15-17

ruas. Schedorhinotermes spp ... 12 b. Prajurit, hanya satu macam (monoformis) ; jumlah ruas antenna

13-16 ruas, apabila diganggu, prajurit mengeluarkan cairan serupa susu. Coptotermes spp ... 13 5.a. Perbedaan bentuk kedua mandible prajurit terlihat tanpa bantuan

kaca pembesar. (sub famili Amitermitidae) ... 6 b. Mandibel prajurit memanjang ke depan. Agak simetris (Sub famili

Termitidae) ... 7 c. Mandibel prajurit sangat kecil atau hampir tak terlihat ; dahi (frons)

menonjol ke depan berbentuk alat penusuk (Nasus). (sub Famili Nasutitermitidae) ... 8 6.a. Mandibel prajurit halus, panjang dan berbentuk arit. Prajurit

beberapa ukuran (Polymorphic). Sarang koloni terdapat di atas tanah pada pohon-pohon atau bangunan-bangunan. ……….Microcerotermes spp. b. Bentuk mandible prajurit sangat simetris. Mandible kanan lurus dan

(60)

7.a. Jenis-jenis berukuran besar. Prajurit dan pekerja dimorfis (dimorphic). Panjang tubuh prajurit besar (termasuk mandible), 8 – 15 mm, prajurit kecil 6,5 – 10 mm. Macrotermes spp ... 14 b. Jenis-jenis berukuran sedang. Prajurit dan pekerja monomorfis.

Panjang tubuh prajurit 5-7,5 mm. Odontermes spp ... 15 c. Jenis berukuran kecil. Prajurit dn pekerja, dimorphis. Panjang

prajurit besar 3,5 – 4,75 mm, prajurit kecil 2,5 – 3,75 mm.

Microtermes spp ... 19

8.a. Nasus prajurit berbentuk krucut, bagian pangkal menebal dan agak

lengkung. (“rangas cepor”, “pua”). ……… Nasutitermes spp. b. Nasus pada umumnya panjang dan sempit. Anggota koloni

berwarna gelap, coklat tua sampai hitam, dengan tungkai dan antena yang panjang; mirip semut, pekerja dan prajurit keluar mengumpulkan makanan tanpa membuat jalan-jalan tertutup. ... 9 9.a. Nasus prajurit agak pendek dan sempit. Pekerja dan prajurit

mengumpilkan makanan pada malam hari. … Hospitalitermes spp. b. Nasus prajurit agak panjang bagian pangkal tebal. Pekerja dan prajurit keluar dari sarang pada siang hari. …….Lecessitermes spp. c. Tungkai-tungkai relative tidak panjang. ………….Bulbitermes spp. 10.a. Panjang prajurit 3,8 - 4,4 mm, jumlah ruas antenna 11-12, terdapat

di seluruh Indonesia. …………Cryptotermes cynocephalus Light b. Panjang prajurit 4,6 - 5,6 mm, jumlah ruas antenna 12-13, terdapat

di seluruh Indonesia. ………Cryptotermes domesticus (Haviland) c. Panjang prajurit 5,0 - 6,2 mm, jumlah ruas antenna 12-14, terdapat

di seluruh Indonesia. …………Cryptotermes dudleyi Banks. d. Panjang prajurit 4,5 – 5,5 mm, jumlah ruas antenna 11-12, terdapat

di Sumatera, ditempat yang agak tinggi (700 mdpl). Cryptotermes

sumatrensis Kemner.

11.a. Terutama menyerang pohon jati. Panjang prajurit 7,5 – 12,0 mm, banyak menyerang tanaman jati di Jawa Tengah dan Jawa Timur. ………..Neotermes tectonae Dammerman. b. Terutama menyerang pohon sonokeling. Panjang prajurit 12 – 12,5 mm, ………Neotermes dalbergia Kalshoven. 12.a. Jumlah ruas antenna, prajurit besar 16 -17 ; panjang tubuh 5,5 -6,0 mm. Terdapat di seluruh Indonesia. ………Schedorhinotermes

translucens Haviland.

b. Jumlah ruas antenna, prajurit besar 16 ; panjang tubuh 5,3 -5,6 mm. Terutama di Jawa Barat. ………Schedorhinotermes javanicus Kemner.

c. Jumlah ruas antenna, prajurit besar 15 ; panjang tubuh 4,9 – 5,2 mm. Terutama di Kalimantan. ………Schedorhinotermes

tarakensis Oshima.

13.a. Jumlah ruas antenna, prajurit 14 -16 ; panjang kepala prajurit (termasuk Mandibel) 2,4 – 2,6 mm. Jenis yang terbesar. ……….Coptotermes curvignathus Holmgren. b. Jumlah ruas antenna, prajurit 13 -15 ; panjang kepala prajurit 1,8–

(61)

c. Jumlah ruas antenna, prajurit 15 -18 ; panjang kepala prajurit 2,0 – 2,2 mm. Mandibel lebih panjang dari C. travians Holmgren. ………Coptotermes haviland Holmgren ………...C. javanicus Kemner d. Jumlah ruas antenna, prajurit 13 -14 ; panjang kepala prajurit 1,6– 1,7 mm. Jenis terkesil diantara Coptotermes………

………...Coptotermes kalshoveni Kemner

14.a. Panjang kepala prajurit besar (dengan mandible), 6,5 – 7,1 mm, prajurit kecil 4,4 – 4,6 mm. kepala berwarna coklat muda kemerah-merahan. Di Indonesia terdapat di Sumatera…………Macrotermes

malaccenis (Haviland)

b. Kepala prajurit berwarna coklat tua kehitam-hitaman. Panjang kepala prajurit besar 8,0 mm, prajurit kecil 5,0 – 5,2 mm. Terdapat di Sumatera…………Macrotermes carbonarius (Hagen)

c. Warna kepala Prajurit coklat merah .Panjang kepala prajurit besar 4,8 – 5,5 mm, prajurit kecil 3,0 – 3,4 mm. Terdapat di seluruh Indonesia……….Macrotermes gilvus Hagen 15.a. Antena Prajurit, 17 ruas, jenis besar, sedang dan kecil dengan lebar

kepala 1,0 – 1,5 mm ... 16 b. Antena Prajurit, 16 ruas, lebar kepala + 0,8 mm, jenis

kecil……….Odontermes indrapurensis Holmgren c. Antena Prajurit, 15 ruas lebar kepala + 1,0 mm, jenis

kecil………. ………Odontermes sarawakensis Holmgren 16.a. Jenis besar ; panjang kepala (dengan mandible) prajurit 3,7 – 4,2

mm, lebar 1,9 – 2,4 mm ... 17 b. Jenis sedang ; panjang kepala prajurit 3,1 – 3,5 mm, lebar 1,5 – 1,7

mm……….Odontermes makassarensis Kemner 17.a. Mandible kiri prajurit, bergigi besar, terletak

ditengah………. Odontermes bogoriensis Kemner b. Mandible kiri prajurit, bergigi kecil, tumpul dan terletak lebih pada pihak pangkal………Odontermes grandiceps Holmgren 18.a. Labrum (bibir atas) prajurit memanjang sampai ke gigi mandible

kiri; gigi mandible runcing ……. Odontermes javanicus Holmgren b. Panjang Labrum prajurit melewati gigi mandible; gigi mandible

kecil……… Odontermes sundaicus Kemner 19. Ruas antenna prajurit 15, prajurit makro panjang 4,0 – 4,5 mm,

Gambar

Gambar 1. SMP Negeri 42 Medan
Tabel 1. Karakteristik-karakteristik bangunan SMP Negeri di Kota Medan
Tabel 1 (lanjutan)
Tabel 2. Kerugian ekonomis bangunan  SMP Negeri di Kota Medan Kecamatan Nama Sekolah SK Hutan (Rp) SK Meranti (Rp)
+7

Referensi

Dokumen terkait

DIREKSI DIREKTUR. TTD

Results of the proposed segmentation method on circuit breakers using down-sampled Faro subset The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial

Angkasa Pura I (Persero) Aviation Security Officer, Airport Rescue &amp; Fire Fighting Officer, Serta Airport Operation Officer Tahun 2017, mengumumkan nama-nama terlampir yang

Aktivitas yang Dilakukan agar Siswa Memperoleh Kompetensi Penilaian Autentik (Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen) mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam

Republik Indonesia Nomor 5656), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2Ol5 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Figure 3: Host and intruder aircraft used for airborne near- collision flight tests.. positives from the scene clutter have a

Dengan melakukan kegiatan pengamatan langsung, siswa mampu mempresentasikan perbandingan akar pada tumbuhan yang berbeda dengan mandiri.. Dengan melakukan kegiatan pengamatan

The research team from Military University of Technology, Faculty of Civil Engineering and Geodesy, Geodesy Institute, Department of Remote Sensing and Photogrammetry has designed