PERBEDAAN KESANGGUPAN BEROLAHRAGA DAN
MASA PEMULIHAN ANTARA MAHASISWA PEROKOK
DENGAN BUKAN PEROKOK SAAT LATIHAN
DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
OLEH :
CEMPAKA DEWI NASUTION
080100210
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERBEDAAN KESANGGUPAN BEROLAHRAGA DAN
MASA PEMULIHAN ANTARA MAHASISWA PEROKOK
DENGAN BUKAN PEROKOK SAAT LATIHAN
DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU
SYARAT UNTUK MEMPEROLEH KELULUSAN SARJANA
KEDOKTERAN
OLEH :
CEMPAKA DEWI NASUTION
NIM: 080100210
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Pe rb edaan K esanggupan B e ro lah raga d an M asa Pe mu lihan
Anta ra M ahasis wa Pe ro ko k dengan B ukan Pe ro kok Saat L atihan
di Fa ku ltas K edokte ran Unive rsita s Su mate ra Uta ra
NAM A : CEM PAK A DEWI NASU T ION
NIM : 080100210
Pembimbing Penguji I
( dr. Yetty Machrina, M.Kes
) (
dr.
Rina Amelia, MARS) NIP: 19790324 200312 2 002 NIP: 19760420 200312 2 002Penguji II
(dr. Hemma Yulfi, DAP&E, Med.Ed)
ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang di sekelilingnya. Perilaku merokok inipun dapat mempengaruhi kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan seseorang.
TUJUAN: untuk mengetahui perbedaan kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.
METODE: Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental. Sampel diambil secara simple cluster sampling diperoleh 30 mahasiswa perokok dan 30 mahasiswa bukan perokok, kemudian sunyek penelitian dimintakan melakukan treadmill test dengan protokol Modbalke. Kesanggupan dinilai dengan menghitung VO2max dan masa pemulihan dihitung frekuensi nadi setelah latihan. Analisis data menggunakan uji statistik “t-independent” test .
HASIL: Tingkat kesanggupan mahasiswa fakultas kedokteran sumatera utara perokok superior sebanyak 28 orang, excellent 1 orang, dan good 1 orang. Sedangkan tingkat kesanggupan bukan perokok superior sebanyak 28 orang,
excellent 2 orang, dan good tidak ada sama sekali. Rata-rata masa pemulihan
antara mahasiswa fakultas kedokteran universitas sumatera utara perokok 3.70 (SD 2.65) dengan bukan perokok 3.93(SD 1.61) (p> 0,05).
KESIMPULAN: Tidak ada perbedaan kesanggupan dan masa pemulihan antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan.
ABSTRACT
BACKGROUND: Smoking behavior was viewed from different points of view is very damaging, for the smoker and those around him. This smoking behavior could influence endurance to exercise and period of someone’s recovery.
OBJECTIVES: To assess the difference endurance to exercise and period of recovery between medical student of university of north sumatera smokers with nonsmokers during exercise.
METHODS: This research used experimental design. Samples were taken for 30 student smokers and 30 student nonsmoker by simple cluster sampling. Then subject of research was requested to done treadmill test with protocol Modbalke. Endurance was marked with VO2max and period of recovery was marked with
pulse of frequence after exercise. Data analysis using statistical tests "t-independent"test.
RESULTS: Medical student of university of north sumatera endurance superior smoker are 28 peoples, excellent one people, and good one people. While endurance superior nonsmokers are 28 peoples, excellent 2 people, and there is nothing good nonsmokers. The average period of recovery between medical student of university of north sumatera smokers 3.70 (SD 2.65) to 3.93 (SD 1.61) non-smokers (p> 0.05).
CONCLUSION: There is no difference endurance and period of recovery between student smokers with nonsmokers while exercising
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT., Tuhan pemilik alam semesta
dan ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya. Berkat rahmat dan karunia-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian dengan judul “Perbedaan
Kesanggupan Berolahraga dan Masa Pemulihan antara Mahasiswa Angkatan
2008-2010 Perokok dengan Bukan Perokok Saat Latihan di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara” ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas akhir
untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis
mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada :
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Yetty Machrina, M.Kes, selaku dosen pembimbing penulis. Terima
kasih atas segala bimbingan, ilmu, dan waktu yang diluangkan untuk
membimbing penulis.
3. dr. Rina Amelia, MARS selaku penguji I dan dr. Hemma Yulfi, DAP&E,
Med.Ed selaku penguji II. Terima kasih atas ilmu, waktu dan saran yang
diberikan kepada penulis.
4. Seluruh sivitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, teristimewa kepada dosen dan staf departemen IKK serta staf
Medical Education Unit (MEU).
5. Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukukan penelitian .
6. Kedua orang tua penulis : Yusrizal Nasution dan Murniati Lubis, S.Ag.
Terima kasih penulis ucapkan atas kasih sayang, dukungan, dan doa yang
7. Teman-teman yang telah mendukung dan membantu penulis, Dhanie,
Tiara, puteri, Fadhilah, Maya, Nisa, Riko dan teristimewa Putri Seroja
Nasution. Terima kasih atas bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini.
8. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalas segala
kebaikan kalian.
Penulis menyadari laporan hasil penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar penulis
dapat menjadi lebih baik untuk ke depannya kelak.
Medan, 19 Desember 2011
Penulis,
Cempaka Dewi Nasution
DAFTAR ISI
2.1.4. Indikator Untuk Menilai Intensitas Akitvitas Fisik….. 7
2.2. Denyut Nadi ... 8
2.8.2. Bahan-Bahan Kimia Asap Rokok dan Dampaknya Bagi Tubuh……… 17
Kesanggupan Berolahraga……… 17
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 19
3.1. Kerangka Konsep penelitian ... 19
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan……… 34
6.2. Saran………. 34
DAFTAR PUSTAKA ... 35
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 2.1. Prediksi Rata-rata Maksimum Deyut Jantung Pada tes Latihan 9
Tabel 2.2. Kategori Tingkat Kesanggupan Berdasarkan Usia Untuk Laki-laki 14
Tabel 4.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 20
Tabel 5.1. Distribusi Usia subyek Penelitian 24
Tabel 5.2. Distribusi Kriteria Perokok Subyek Penelitian 25
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Olahraga Subyek Penelitian 25
Tabel 5.4. Uji T - Independent : VO2max Subyek Penelitian 26
Tabel 5.5. Kesanggupan Berolahraga Subyek Penelitian 26
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 19
DAFTAR SINGKATAN
VO2max : Volume Oksigen Maksimum
ES : Ergosistema
ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang di sekelilingnya. Perilaku merokok inipun dapat mempengaruhi kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan seseorang.
TUJUAN: untuk mengetahui perbedaan kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.
METODE: Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental. Sampel diambil secara simple cluster sampling diperoleh 30 mahasiswa perokok dan 30 mahasiswa bukan perokok, kemudian sunyek penelitian dimintakan melakukan treadmill test dengan protokol Modbalke. Kesanggupan dinilai dengan menghitung VO2max dan masa pemulihan dihitung frekuensi nadi setelah latihan. Analisis data menggunakan uji statistik “t-independent” test .
HASIL: Tingkat kesanggupan mahasiswa fakultas kedokteran sumatera utara perokok superior sebanyak 28 orang, excellent 1 orang, dan good 1 orang. Sedangkan tingkat kesanggupan bukan perokok superior sebanyak 28 orang,
excellent 2 orang, dan good tidak ada sama sekali. Rata-rata masa pemulihan
antara mahasiswa fakultas kedokteran universitas sumatera utara perokok 3.70 (SD 2.65) dengan bukan perokok 3.93(SD 1.61) (p> 0,05).
KESIMPULAN: Tidak ada perbedaan kesanggupan dan masa pemulihan antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan.
ABSTRACT
BACKGROUND: Smoking behavior was viewed from different points of view is very damaging, for the smoker and those around him. This smoking behavior could influence endurance to exercise and period of someone’s recovery.
OBJECTIVES: To assess the difference endurance to exercise and period of recovery between medical student of university of north sumatera smokers with nonsmokers during exercise.
METHODS: This research used experimental design. Samples were taken for 30 student smokers and 30 student nonsmoker by simple cluster sampling. Then subject of research was requested to done treadmill test with protocol Modbalke. Endurance was marked with VO2max and period of recovery was marked with
pulse of frequence after exercise. Data analysis using statistical tests "t-independent"test.
RESULTS: Medical student of university of north sumatera endurance superior smoker are 28 peoples, excellent one people, and good one people. While endurance superior nonsmokers are 28 peoples, excellent 2 people, and there is nothing good nonsmokers. The average period of recovery between medical student of university of north sumatera smokers 3.70 (SD 2.65) to 3.93 (SD 1.61) non-smokers (p> 0.05).
CONCLUSION: There is no difference endurance and period of recovery between student smokers with nonsmokers while exercising
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Merokok adalah salah satu kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat
(Hardinge, 2001). Bahkan jumlah perokok mengalami peningkatan dari tahun
ketahunnya (Sari, 2006). Merokok memberikan risiko tinggi terhadap timbulnya
berbagai jenis penyakit serta memberikan risiko kematian (Sitepoe, 2000).
Menurut Badan Kesehatan Dunia, sejak 1986 tercatat tiga juta kematian
per tahun berkaitan dengan penyakit yang dipicu karena merokok. Selain itu,
diperkirakan pada tahun 2025 kurang lebih sepuluh juta kematian akan dipicu
oleh rokok. Di Indonesia pada tahun 1996 dikatakan 57.000 jiwa atau 157 jiwa
meninggal setiap tahun akibat merokok. Bahkan pada tahun 2030 diperkirakan
jumlah kematian mencapai angka 8.000.000 jiwa (Sitepoe, 2000)
Badan Kesehatan Dunia menyebutkan Indonesia menempati urutan ketiga
terbanyak jumlah perokok se-Asia, yaitu mencapai 146.860.000 jiwa. Menurut
Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1986 yang dilakukan oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia pada kelompok usia 15-19 tahun (13,2%) dan
20-24 tahun (46,0%) (Sitepoe, 2000).
Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan,
baik untuk diri sendiri maupun orang di sekelilingnya. Beberapa bahan kimia
yang dikandung rokok seperti nikotin, karbon monoksida dan tar akan memacu
kerja dari susunan syaraf pusat dan syaraf simpatis sehingga mengakibatkan
tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat (Kendal dan
Hammen, 1998), menstimulasi kanker dan berbagai penyakit pada sistem
pernafasan (Kaplan dkk, 1993).
Perilaku merokok inipun dapat mempengaruhi kesanggupan berolahraga
seseorang, oleh karena kesanggupan berolahraga ditentukan oleh sistem
kardiovaskular dan sistem pernafasan. Apabila, salah satu sistem terganggu, maka
dapat mempengaruhi kesanggupan berolahraga. Saat berolahraga, harus
tidak terlatih frekuensi pernapasannya semakin meningkat, dikarenakan
banyaknya udara yang tidak ikut menyegarkan alveoli. Jadi, semakin tinggi
frekuensi pernapasan, semakin kurang efisien seseorang saat melakukan olahraga
(Octia, 1999). Sedangkan pada sistem kardiovaskular orang yang tidak terlatih,
kerja jantung meningkat lebih tinggi, sehingga memperoleh efek terjadi
peningkatan pasokan oksigen yang akan dipompakannya keseluruh tubuh. Dari
kedua sistem ini dapat digunakan untuk mengukur kesanggupan berolahraga dan
kebugaran seseorang (Pearce, 1995).
Penelitian mengenai Perbedaan Kesanggupan Berolahraga dan Masa
Pemulihan antara Mahasiswa Angkatan 2008-2010 Perokok dengan Bukan
Perokok Saat Latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara belum
ada dilakukan penelitian. Dengan demikian, peneliti tertarik melakukan penelitian
tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
“Bagaimana perbedaan kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan antara
mahasiswa FK USU perokok dengan bukan perokok saat latihan?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan antara mahasiswa FK USU
perokok dengan bukan perokok saat latihan.
1.3.2. Tujuan Khusus :
Yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbedaan kesanggupan berolahraga antara
mahasiswa FK USU perokok dengan bukan perokok saat latihan.
2. Untuk mengetahui lamanya masa pemulihan setelah melakukan latihan
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai bahan penambah
pengetahuan efek merokok terhadap kesehatan, selain itu masyarakat
dapat mengetahui perbedaan kesanggupan berolahraga perokok dengan
bukan perokok saat latihan.
2. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai penambah latihan dalam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kesanggupan berolahraga
2.1.1. Definisi
Secara harfiah arti kesanggupan berolahraga ialah kecocokan fisik atau
kesesuaian jasmani. Secara akademis, pengertian kesanggupan berolahraga hanya
menunjukkan keterkaitan antara kemampuan fisik yang dimiliki seseorang pada
saat itu dengan tugas fisik yang harus dilakukan (Giriwijoyo, 2000).
Sebelum melakukan latihan terlebih dahulu harus mengenal Ilmu Faal
Dasar. Ilmu faal dasar menjelaskan fungsi atau cara kerja organ-organ tubuh serta
perubahan-perubahan yang terjadi akibat pengaruh dari dalam maupun dari luar
tubuh. Pengaruh itu dapat terjadi secara sendiri-sendiri atau secara bersamaan.
Misalnya bagaimana jantung dan paru melaksanakan fungsinya masing-masing di
waktu istirahat dan di waktu berolahraga (Giriwijoyo, 2000).
2.1.2. Ilmu Faal Dasar
a. Sistematika Anatomi
Tubuh manusia dalam hal ini jasmani atau raga tersusun dari sekumpulan
struktur-struktur (organ) dalam ikatan kerja-sama yang secara anatomis disebut
sebagai sistema dan terdiri dari Sistem: • Skelet = kerangka
• Muskular = otot • Nervorum = syaraf
• Hemo–hidro-limfatik = darah-cairan jaringan-getah bening • Respirasi = pernafasan
• Kardiovaskular = jantung – pembuluh darah • Termoregulasi = Tata suhu tubuh
• Sensoris = pengindera
• Reproduksi = pemulih generasi (Giriwijoyo, 2000).
b. Sistematika Fisiologik
Setelah mengenali struktur-struktur anatomis secara sistematis beserta
masing-masing fungsinya, maka menjadi lebih mudah untuk memahami fungsi
dari struktur-struktur tersebut serta tata hubungan fungsionalnya. Fungsi jasmani
yang terdiri dari berbagai macam sistema itu ialah untuk bergerak,
mempertahankan hidup, bekerja, mendapatkan kepuasan hidup lahir dan batin.
Oleh karena itu jasmani dapat disebut sebagai satu SISTEMA (untuk) KERJA =
SK atau ERGOSISTEMA = ES (ergo = kerja). Jadi Ergosistema adalah
sekumpulan struktur-struktur anatomis yang secara bersama-sama menjadi satu
kesatuan fungsional (fisiologis) yang aktif pada waktu bekerja atau berolahraga.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai satu ergosistema, sistema-sistema anatomis
tersebut secara fisiologis dikelompokkan menjadi tiga kelompok dan jadilah
Sistematika Fisiologik yaitu:
a. Perangkat Pelaksana gerak, disebut Ergosistema Primer -I atau Sistema Kerja
Primer -I yang terdiri dari: • Sistema skelet • Sistema muskular • Sistema nervorum
b. Perangkat Pendukung gerak, disebut Ergosistema Sekunder –II atau Sistem
Kerja Sekunder –II yang terdiri dari: • Sistema hemo-hidro-limfatik • Sistema respirasi
• Sistema kardiovaskular
c. Perangkat Pemulih/Pemelihara, disebut Ergosistema Tersier -III atau Sistem
Kerja Tersier -III yang terdiri dari: • Sistema digestivus
• Sistema reproduksi
ES-III ini berperan lebih dominan pada istirahat. Pada waktu bekerja atau
berolahraga, Ergosistema yang berperan dominan adalah ES-I dan ES-II. Sistema
endokrin berfungsi sebagai regulator internal yang bersifat humoral. Sedangkan
sistema sensoris berfungsi sebagai komunikator external maupun internal.
Sistem Termoregulasi berfungsi menata suhu tubuh. Kedua sistem tersebut
terakhir tidak hanya berperan pada masa pemulihan/istirahat, tetapi bahkan
berperan lebih penting dalam olahraga. Seluruh Ergosistema tersebut diatas secara
terkoordinasi mempunyai satu tujuan akhir yang sama yaitu berusaha memelihara
homeostasis pada istirahat maupun pada kerja/ olahraga (Giriwijoyo, 2000).
2.1.3. Tes Kesanggupan Jasmani
Kesanggupan jasmani adalah derajat sehat dinamis seseorang yang
merupakan kemampuan jasmani yang menjadi dasar untuk keberhasilan
pelaksanaan tugas yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu diperlukan
pembinaan dan pemeliharaan kebugaran jasmani seseorang.
Komponen Kebugaran Jasmani secara anatomis terdiri dari : I dan
ES-II. ES-I terdiri dari:
• Kerangka dengan persendiannya • Otot
• Saraf
a. ES-II terdiri dari:
• Darah dan cairan tubuh • Perangkat pernafasan • Perangkat kardiovaskular
b. Komponen Kebugaran Jasmani secara fisiologis adalah fungsi dasar dari
komponen-komponen anatomis tersebut di atas yaitu:
1. ES-I yang wujud fungsionalnya adalah: • flexibilitas
2. ES-II yang wujud fungsionalnya adalah: • daya tahan umum.
3. Secara fungsional, ES-I mewujudkan:
• kapasitas anaerobik yang merupakan faktor pembatas kemampuan maximal primer.
4. ES-II mewujudkan:
• kapasitas aerobik (VO2 max) yang merupakan faktor pembatas kemampuan maximal sekunder (Giriwijoyo, 2000).
2.1.4. Indikator Untuk Menilai Intensitas Akitvitas Fisik
Denyut nadi merupakan indikator untuk melihat intensitas olahraga yang
sedang dilakukan. Pada satu orang, terdapat hubungan yang linier antara intensitas
aktivitas fisik dengan denyut nadi, artinya: peningkatan intensitas olahraga akan
diikuti dengan peningkatan denyut nadi yang sesuai. Sedang pada 2 orang yang
berbeda, tinggi frekuensi denyut nadi yang dicapai untuk beban kerja yang sama
ditentukan oleh tingkat kebugaran jasmaninya masing-masing. Artinya beban
kerja objektif yang sama akan memberikan intensitas relatif yang berbeda,
tergantung pada tingkat kebugaran jasmaninya dan karena itu memberikan
frekuensi denyut nadi yang berbeda. Bermacam-macam cara dipergunakan orang
untuk menentukan denyut nadi maksimal dan denyut nadi olahraga.
Denyut nadi maksimal (DNM) rumus: DNM = 220 – umur. (Cooper 1994)
Pemantauan denyut nadi setiap kali dilakukan segera setelah selesai
melakukan olahraga kesehatan - dalam batas waktu 10 detik dan selalu harus
dilakukan untuk mengetahui berapa nilai denyut nadi yang dicapainya.
Menghitung denyut nadi latihan selama melakukan aktivitas olahraga sulit
dilakukan, oleh karena itu denyut nadi latihan dihitung segera setelah orang
berhenti/ menghentikan olahraganya. Namun waktu yang tersedia hanya 10 detik,
lebih dari waktu itu nadi latihan sudah menurun, sehingga bila terlambat
menghitung denyut nadi maka nadi yang diperoleh tidak mencerminkan nadi
Kegiatan olahraga kesehatan aerobik mengambil waktu minimal 10 menit
yang disebut sebagai waktu minimal yang efektif untuk meningkatkan kapasitas
aerobik seseorang, sedangkan waktu maksimalnya ialah 20 menit yang disebut
sebagai waktu maksimal yang efisien (Giriwijoyo, 2000).
2.2. Denyut Nadi
2.2.1. Definisi
Denyut nadi merupakan rambatan dari denyut jantung yang dihitung tiap
menitnya dengan hitungan repetisi (kali/menit), dengan denyut nadi normal
60-100 kali/menit (Majid, 2005).
Jantung merupakan organ berongga empat dan berotot yang berfungsi
memompa darah lewat sistem pembuluh darah. letak jantung di dalam rongga
dada sebelah depan (cavum mediastinum anterior) sebelah kiri bawah dari
pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan pangkalnya terdapat di belakang
kiri, pada tempat ini terjadi pukulan jantung yang disebut iktus kordis.jantung
menggerakkan darah dengan konstraksi yang kuat dan teratur dari serabut otot
yang membentuk dinding pada rongga-rongganya. Pola konstraksi sedemikian
rupa, sehingga kedua bilik berkontraksi serempak dan hampir 1/10 detik
kemudian dan kedua serambi berkontraksi bersama-sama (Kasiyo Dwijowinoto,
1993).
Untuk mengetahui kecepatan denyut jantung seseorang dapat dilakukan
dengan menggunkaan pulse rate, yaitu dengan cara menghitung perubahan
tiba-tiba dari tekanan yang dirambatkan sebagai gelombang pada dinding darah,
sedangkan pengukuran dapat dilakukan pada :
1) Arteri Karotis (daerah leher),
2) Arteri Radialis (peregelangan tangan),
3) Arteri Femoralis (lipat paha),
4) Arteri Poplitea,
5) Arteri Dorsalis Pedis (daerah dorsum pedis),
Sedangkan untuk mengetahui sirkulasi darah tersebut yang paling
sederhana dengan pemeriksaan denyut nadi. Jadi secara tidak langsung denyut
nadi sebagai indeks kerja jantung memiliki peranan yang penting bahkan dapat
mengukur tingkatan seseorang saat latihan. Denyut nadi merupakan sebagaian
besar indeks pekerjaan jantung tetapi elastilitas pembuluh darah yang lebih besar,
viskositas darah, resistensi arteriol dan kapiler memegang peranan dalam
menetapkan sifat-sifat tertentu dari denyut nadi (Hairy, 1993). Usia sangat
berperan penting dalam menentukan denyut nadi seseorang saat latihan. Hal
tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Prediksi Rata-rata Maksimum Denyut Jantung Pada Tes Latihan Usia
20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80
Denyut Nadi 197 195 193 191 189 187 184 182 180 178 176 174 172
*Ameican Heart Association Subcommittee on rehabilitation target group: standards for
cardiovascular exercise treatment programs. Circulation 59:1084A-1090A, 1979 by
permission of The American Heart Association, Inc.
2.3. Paru
2.3.1. Definisi
Paru-paru adalah salah satu organ pada sistem pernapasan yang berfungsi
sebagai tempat bertukarnya oksigen dari udara yang menggantikan
karbondioksida di dalam darah. Proses ini dinamakan sebagai respirasi dengan
menggunakan bantuan haemoglobin sebagai pengikat oksigen. Setelah oksigen
didalam darah diikat oleh haemoglobin, selanjutnya dialirkan ke seluruh tubuh.
Dalam tubuh manusia oksigen digunakan sel-sel tubuh dalam proses pelepasan
energi. Proses tersebut selain menghasilkan energi juga menghasilkan karbon
oksida yang harus dikeluarkan dari tubuh.
Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan yang terdiri atas 3 lobus
dan paru-paru kiri yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput
yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi
paru-paru disebut pleura dalam dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak
mempunyai tulang rawan, tetapi rongga bronkus masih bersilia dan dibagian
ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus
terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi
duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris mangandung
gelembung-gelembung yang disebut alveolus (Soejono, 1999)
2.3.2. Proses Pernapasan
Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas (inspirasi) serta
mengeluarkan napas (ekspirasi). Sewaktu menarik napas, otot diafragma
berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus. Bersamaan dengan
itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat dari berkontraksinya kedua
jenis otot tersebut adalah mengembangnya rongga dada sehingga tekanan dalam
rongga dada berkurang dan udara masuk. Pada saat mengeluarkan napas, otot
diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas. Akibatnya, rongga dada mengecil
dan tekanan udara di dalam paru-paru naik sehingga udara keluar. Pernapasan
berdasarkan organ yang terlibat dalam peristiwa inspirasi dan ekspirasin terjadi
secara bersamaan.
2.3.3. Kapasitas Paru
Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan
dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Kapasitas Inspirasi, sama dengan volume tidal + volume cadangan
inspirasi. Besarnya ± 3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang
dapat dihirup seseorang mulai pada tingkat ekspirasi normal dan
mengembangkan paru sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas Residu Fungsional, sama dengan volume cadangan inspirasi
+ volume residu. Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara
yang tersisa dalam paru pada akhir eskpirasi normal.
3. Kapasitas Vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume
merupakan jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru,
setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan kemudian
mengeluarkannya sebanyak-banyaknya.
4. Kapasitas Paru Total, sama dengan kapasitas vital + volume residu.
Besarnya ±5800 ml, adalah volume maksimal dimana paru
dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa (Guyton &
Hall, 1996; Astrand, 1970).
2.4. Masa pemulihan
2.4.1. Definisi
Denyut jantung pemulihan adalah pengukuran diambil untuk membantu
menentukan seberapa baik jantung berfungsi setelah melakukan latihan (Lori
Newell, 2011). Hal ini mengacu pada kemampuan jantung untuk kembali sendiri
ke irama normal setelah meningkat selama latihan.
2.4.2. Cara Mengukur Masa Pemulihan
Untuk menemukan tingkat pemulihan denyut jantung, pertama-tama
membawa dan mencatat tingkat pra-latihan jantung. Kemudian melakukan
treadmill test. Dalam tes sederhana, latihan dilakukan selama sekitar 10 menit.
Dalam latihan, seseorang akan berjalan diatas treadmill sampai orang tersebut
terlalu lelah untuk melanjutkannya.
Denyut jantung kemudian akan dipantau selama sesi latihan. Setelah
berhenti berolahraga, kemudian orang tersebut duduk dan diambil denyut
jantungnya untuk melihat seberapa meningkatnya denyut jantungnya. Kemudian
mengambil tingkat pemulihan jantungnya setiap 15 detik untuk menit pertama,
kemudian setelah setiap menit sampai kembali ke tingkat pra-latihannya. Ini
adalah pemulihan detak jantungnya dimana jumlah waktu yang dibutuhkan bagi
jantungnya untuk pulih dari latihan.
Jika seseorang dalam keadaan fit dan kondisi baik melakukan olah raga
tersebut, denyut jantungnya harus cepat kembali normal dalam waktu 10 sampai
15 menit setelah latihan. Pemulihan jantung normal didefinisikan sebagai
Untuk menentukan tingkat pemulihan seseorang, digunakan rumus berikut:
Pemulihan detak jantung = (latihan detak jantung - denyut jantung
pemulihan setelah 1 menit) / 10
Monitor denyut nadi latihan segera di akhir latihan. Tepat satu menit
setelah latihan, ambil denyut jantungnya lagi. Kurangi satu-menit pemulihan tukar
dari detak jantung latihan dan membagi angka ini dengan 10. Semakin tinggi
nomor tingkat pemulihan, dengan cepat denyut jantung telah pulih dari latihan.
Untuk menilai pernapasan, pertama dilihat berapa konsumsi oksigen dan
ventilasi paru dalam latihan. Konsumsi oksigen normal pada pria dewasa sewaktu
istirahat adalah sekitar 250 ml/menit. Dimana konsumsi oksigen dan ventilasi
paru total meningkat sekitar 20 kali antara keadaan istirahat dan latihan (Guyton,
2007). Perhitungan dilakukan dari pernapasan sebelum latihan dan setelah selesai
latihan.
2.5. Protokol latihan
Daya guna uji latihan fisik tergantung pada jenis latihan fisik. Beberapa
latihan atau protokol yang digunakan meliputi peningkatan secara progresif
terhadap rata-rata kerja tanpa adanya waktu istirahat diantara perubahan dari
peningkatan rata-rata kerja tersebut (Washington dkk, 1994).
Beberapa protokol latihan yang digunakan dalam uji latihan fisik , antara lain:
1) Protokol Balke
2) Protokol Bruce
3) Protokol James
4) Protokol Siklus
5) Protokol Strong
Protokol Balke yaitu protokol yang memiliki kecepatan 3,7 kg/jam
latihan dengan penunjukkan kemiringan yang konstan. Bagi seseorang yang bugar
dan aktif, protokol ini terlalu lama dan tingkat kemiringannya terlalu rendah
(Washington dkk, 1994).
Protokol Bruce ini menggunakan stadium.kecepatan dan derajat stadium
Keuntungan protokol Bruce ini ialah dapat digunakan untuk semua umur dan
respon fisiologi untuk kerja submaksimal dapat diukur, oleh karena protokol ini
menggunakan waktu yang lebih lama dari protokol lainnya yaitu 12 menit dapat
membuat seseorang menjadi bosan.
Protokol James merupakan protokol yang spesifik yang berdasarkan luas
permukaan tubuh. Protokol ini bertujuan untuk mencapai keadaaan yang
melelahkan sehingga dapat mempengaruhi tenaga maksimal yang dikeluarkan
serta untuk mengukur perubahan fisiologis yang terjadi selama uji latihan fisik
(Washington dkk, 1994). .
Protokol siklus adalah protokol yang memiliki irama bervariasi antara 50
dan 60 rpm dengan lama stadium berbeda bertujuan untuk meningkatkan beban
kerja (Washington dkk, 1994).
Protokol Strong adalah protokol yang bertujan untuk menentukan
kapasitas kerja fisik pada frekuensi denyut jantung 170 kali permenit dan untuk
membandingkan tingginya kerja sampai menunjukkan kelelahan atau kapan
latihan fisik dihentikan (Washington dkk, 1994).
2.6. VO2max
2.6.1. Definisi
Volume oksigen maksimal (VO2max) merupakan ukuran yang sering
digunakan pada kebugaran aerobik dan menunjukkan rata-rata energi maksimal
yang ditimbulkan oleh sistem energi aerobik. VO2max ditentukan oleh
kemampuan sistem pernapasan dan kardiovaskuler terhadap pengiriman oksigen
ke otot skeletal yang mengalami kontraksi serta kemampuan otot dalam
mengkonsumsi oksigen (Hargeaves, 2003). Secara latihan fisik maksimum,
denyut nadi jantung dan isi sekuncup meningkat sekitar 95% dari nilai maksimal.
Oleh karena curah jantung adalah isi sekuncup jantung, maka curah jantung juga
meningkat. VO2max lebih banyak dipengaruhi oleh sistem jantung dibandingkan
sistem pernapasan. Hal ini disebabkan jumlah oksigen yang digunakan tubuh
jaringan (Guyton, 2007). Tingkat kesanggupan berolahraga berdasarkan VO2max
dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Kategori Tingkat Kesanggupan Berdasarkan Usia untuk Laki-laki
*Based on the Cooper Clinic modified Balke treadmill protocol
2.7. Tingkat Kesanggupan berolahraga
Tingkat kesanggupan berolahraga antara lain:
1. Kardiorespiratori atau Daya Tahan Aerobik
Kemampuan untuk melakukan aktivitas yang beratnya sedang pada jangka
waktu tertentu. Kemampuan merefleks bagaimana baik jantung dan paru-paru
bekerjasama untuk memasukkan oksigen ke dalam tubuh selama penggunaan
dan latihan.
2. Daya Tahan Otot
Kemampuan untuk menahan posisi khusus untuk waktu yang terus-menerus
atau mengulang gerakan berulangkali.
3. Kekuatan Otot
Kemampuan untuk menggunakan kekuatan maksimum, seperti mengangkat
beban terberat yang bisa dialihkan 1 kali. Ini memungkinkan mempunyai
Fitness
15.00-18.06 14.00-16.59 12.30-15.29 10.03-12.59
Fair
(ml/kg/min)
18.07-22.05 17.00-20.59 15.30-19.59 13.00-16.59
Good
(ml/kg/min)
22.06-26.00 21.00-24.42 20.00-23.13 17.00-20.29
Excellent
(ml/kg/min)
26.01-28.59 24.43-27.09 23.14-26.15 20.30-23.59
Superior
(ml/kg/min)
kekuatan otot pada satu tempat, seperti di tangan, sedangkan kekuatan
berkurang di tempat lain seperti di kaki.
4. Kelenturan
Kemampuan untuk menggerakkan sendi penuh dengan gerakan; elastisitas
otot. Jaringan otot, yang mencapai 40 % sampai 50 % berat tubuh. Pada
umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui
kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan.
(Ethel Sloane, 2001)
5. Komposisi Tubuh
Proporsi lemak dalam tubuh berbanding dengan tulang dan otot ketika suatu
potensi tindakan telah melintas neuromuscular simpangan dan kemudian telah
menyebar di (dalam) kedua-duanya arah sepanjang serabut otot yaitu 003
detik (Guyton , 2001)
2.8. Merokok
2.8.1. Kebiasaan Merokok
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian diisap asapnya, baik
menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Asap rokok yang dihisap atau
asap rokok yang dihirup melalui dua komponen: komponen yang lekas menguap
berbentuk gas dan komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen
partikulat. Dengan demikian, asap rokok yang diisap berupa gas sejumlah 85%
dan sisanya berupa partikel (Harrisons, 1987).
Merokok dapat mengganggu kesehatan, rokok secara luas telah menjadi
salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Rata- rata merokok yang
dilakukan oleh kebanyakan laki-laki dipengaruhi oleh faktor psikologis meliputi
rangsangan sosial melalui mulut, ritual masyarakat, menunjukkan kejantanan,
mengalihkan diri dari kecemasan, kebanggaan diri. Selain faktor psikologis juga
dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu adiksi tubuh terhadap bahan yang
dikandung rokok seperti nikotin atau juga disebut kecanduan nikotin (Sitepoe,
2.8.2 Bahan-Bahan Kimia Asap Rokok dan Dampaknya bagi Tubuh
a. Nikotin
Komponen ini terdapat di dalam asap rokok dan juga di dalam tembakau
yang tidak dibakar. Nikotin memegang peranan penting dalam ketagihan
merokok. Nikotin bersifat toksis terhadap jaringan syaraf, juga menyebabkan
tekanan darah sistolik dan diastolik mengalami peningkatan. Denyut jantung
bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian oksigen bertambah,
aliran darah pada pembuluh koroner bertambah, dan vasokonstriksi pembuluh
darah perifer. Nikotin meningkatkan kadar gula darah, kadar asam lemak bebas,
kolesterol LDL dan meningkatkan agregasi sel pembekuan darah.
b. Tar
Dalam tar dijumpai kanserogenik yaitu polisiklik hidrokarbon aromatis
yang memicu kanker paru. Selain itu, juga dijumpai N nitrosoamine nikotin di
rokok yang berpotensi besar sebagai kanserogenik terhadap jaringan paru-paru.
c. Gas karbonmonoksida
Gas karbonmonoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan gas
oksigen dalam transport hemoglobin. Dalam rokok terdapat 2-6 % gas karbon
oksida yang diisap saat merokok, sedangkan gas karbon oksida yang diisap oleh
perokok paling rendah 400 ppm (part per million) sudah dapat meningkatkan
kadar karbosi-hemoglobin dalam darah sejumlah 2-6 %. Kadar normal
karboksi-hemoglobin hanya 1% pada bukan perokok. Apabila keadaan terus berjalan maka
terjadi polisitemia yang akan mempengaruhi syaraf pusat.
d. Timah Hitam
Timah hitam merupakan partikel asap rokok. Setiap satu batang rokok
yang diisap di perhitungkan mengandung 0,5 mikrogram, sedangkan batas bahaya
kadar PB dalam tubuh adalah 20 mikrogram/hari (Sitepoe, 2000).
2.8.3. Hubungan Merokok Terhadap Kapasitas Kesanggupan berolahraga
Pada sistem kardiovaskular, nikotin berfungsi sebagai perangsang
terhadap jantung, yaitu dengan melepaskan catecholamine yang dapat menaikkan
tekanan darah, denyutan jantung dan jumlah oksigen yang diperlukan, juga dapat
central nicotinic cholinergic receptors sehingga neurohumoral pathways
diaktifkan yang mengakibatkan keluarnya hormon dan berbagai
neurotransmitters. Efek ini segera dirasakan dalam waktu 7 detik setelah orang
mengisap dan mengeluarkan asap rokok yang pertama (Liwidjaja, 2005).
Bilamana penyempitan terjadi di pembuluh darah jantung, maka
kekurangan oksigen pada jantung menimbulkan perasaan nyeri yang hebat yang
disebut angina. Pada penyumbatan total, sebagian dari jantung tidak akan
mendapat darah dan otot jantung tersebut akan mati sehingga penderita akan
mendapat serangan jantung. Penyakit ini umumnya terdapat pada perokok. Hal
demikian membuat seseorang mudah lelah saat berolahraga.
Kesanggupan berolahraga juga ditentukan oleh sistem pernafasan. Pada
sistem pernafasan efek rokok menyebabkan iritasi bronkial dengan sekresi lendir
yang berlebihan, batuk, peningkatan resistensi terhadap aliran udara, kelumpuhan
sementara silia, dan penurunan resistensi terhadap infeksi pernapasan. Karbon
monoksida yang terkandung dalam rokok dapat memblokir transpor oksigen ke
jantung dan otot saat berolahraga (Strauss,1984). Karena asap rokok mengandung
sejumlah besar karbon monoksida (sampai 4 persen berdasarkan volume)
menyebabkan kapasitas pengangkutan oksigen darah berkurang, bahkan setelah
hanya menghisap satu batang rokok (Strauss,1984).
Pada beban latihan ringan (ventilasi paru kurang dari 10 liter per menit),
kenaikan resistensi saluran napas mungkin diabaikan. Namun, dengan tarif kerja
yang lebih tinggi, ventilasi paru per menit dapat dikurangi, sehingga
menghasilkan kinerja latihan yang optimal. Dengan semuanya itu, bahkan
perokok ringan sekalipun sering merasakan adanya tahanan pernapasan selama
latihan maksimum, dan tingkat kinerjanya dapat berkurang (Guyton, 2007).
Karena efek ini dan asosiasi merokok dengan kanker paru-paru dan PPOK,
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan perbedaan kesanggupan
berolahraga dan masa pemulihan antara mahasiswa FK USU Angkatan 2008,
2009 dan 2010 perokok dengan bukan perokok saat latihan.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Defenisi Operasional
3.2.1. Perokok
a. Definisi : orang yang merokok dan langsung menghisap asap rokoknya
selama lebih dari 6 bulan.
b. Alat ukur : kuesioner
c. Hasil pengukuran : perokok dengan bukan perokok
d. Skala ukur : nominal.
3.2.2. Latihan
a. Definisi : berjalan di atas treadmill selama 9 menit dengan kecepatan
tetap yaitu 3.2 km/jam. Dimana setiap stage akan berganti serta diikuti
dengan kenaikan sudut kemiringan alat treadmill (seperti mendaki).
b. Alat Ukur : treadmill merek GE Cardiosoft.
a. Definisi : orang yang melakukan latihan selama 10 menit diatas
treadmill untuk menilai kesanggupan berolahraga berdasarkan Volume
oksigen maksimal yang dapat diambil saat latihan.
b. Cara ukur : sampel berjalan di treadmill test dengan protokol
modbalke dan dihitung dengan rumus: VO2max (ml/kg/min) =
1,44(time)+14,99. .
c. Alat ukur: tredmill test
d. Hasil pengukuran: Kategori Tingkat Kesanggupan Berdasarkan Usia untuk Laki-laki
e. Skala Ukur: ordinal
3.2.4. Masa pemulihan
a. Definisi: waktu yang diambil saat perhitungan nadi setelah latihan
sampai mencapai nadi istirahat.
b. Cara ukur: mengukur nadi sampel dengan dua jari pada arteri
3.3. Hipotesis
Ada perbedaan kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan antara mahasiswa
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
eksperimental, dengan satu kali pengamatan pada rentang waktu tertentu.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Fisiologi FK USU dari bulan
Juni-November 2011.
4.3. Populasi dan Sampel Peneliti
4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa perokok dengan bukan perokok
di FK USU Angkatan 2008, 2009 dan 2010 yang berada di Fakultas Kedokteran.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel diambil secara simple cluster sampling (Notoatmojo, 2005).
Sampel penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
berdasarkan tabel 4.1. di bawah ini.
Tabel 4.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Berat badan normal :
BMI = Berat (kg) / tinggi² (m)
Normal : 18,50 kg/m² -23.00 kg/m²
Usia Kriteria : 18-23 tahun .
Ditentukan dengan alat Glukose test
(KGD), dan mengukur tekanan
darah (tensi jenis android).
n = 60 responden
Keterangan rumus :
n : besar sampel minimum.
Z1-α/2 : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu.
Z1-β : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu.
P0 : proporsi di populasi.
Pa : perkiraan proporsi di populasi.
Pa-P0 : perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Pada tahap awal, seluruh responden mengisi identitas diri, menjawab
pertanyaan apakah responden perokok atau bukan perokok dan mendapatkan
kuesioner mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesanggupan berolahraga
dan masa pemulihan terhadap perokok dengan bukan perokok, yaitu sebagai
kriteria inklusi/eksklusi pada penelitian ini. Setelah didapatkan berapa jumlah
responden yang termasuk dalam kriteria inklusi, kemudian sampel :
a) Sebelum latihan, sampel dihitung denyut nadinya selama 1 menit dengan
b) Mengukur tekanan darah sampel dalam keadaan duduk
c) Menghidupkan komputer yang dihubungkan ke alat treadmill
d) Masukkan data sampel ke dalam komputer dan tentukan target Heart Rate
yaitu 70% beserta protokol yang akan digunakan yaitu modbalke.
e) Ada beberapa tahap dalam menjalankan treadmill test yang pertama
adalah pretest (supine, standing, hiperventilation), setelah itu memasuki
exercise (stage 1, stage 2, stage3), stage akan berganti setiap 3 menit.
f) Setiap dua menit akan diminta nilai dari tekanan darah sampel, kemudian
berlanjut ke recovery selama 30 detik, dan terakhir adalah test end,
dimana treadmill test berakhir
g) Memberitahukan kepada sampel untuk naik ke treadmill test dengan kaki
diregangkan sambil melakukan hiperventilasi sebanyak 10 kali.
h) Setelah hiperventilasi selesai, maka sampel diminta untuk membiasakan
berjalan yang benar di atas treadmill test serta memberitahukan kepada
sampel bila ada keluhan nyeri dada atau tidak sanggup lagi melakukan
treadmill test, maka sampel diminta untuk menekan tombol stop.
i) Setelah pretest selesai, maka dilanjutkan ke tahap exercise (stage 1, stage
2, stage3), stage akan berganti setiap 3 menit serta diikuti dengan
kenaikan sudut dari treadmill yang membentuk sudut tertentu dan akan
meningkat di setiap perubahan stage.
j) Setiap dua menit dari setiap stage, akan diminta tekanan darah.
k) Kemudian memperhatikan gambaran EKG dan tekanan darah sampel.
l) Setelah exercise selesai, maka berlanjut ke tahap recovery, yaitu dimana
kembalinya posisi treadmill ke posisi awal, tahap ini berlangsung selama
m)Setelah tahap exercise selesai, maka memasuki tahap yang terakhir yaitu
test end, dimana treadmill test berakhir.
n) Kemudian setelah treadmill test selesai, maka dilakukan pengukuran
denyut nadi setelah latihan dengan menggunakan stopwatch.
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data menggunakan uji statistik “t-independent” test untuk melihat
apakah ada perbedaan kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan antara
mahasiswa FK USU perokok dengan bukan perokok. Dikatakan bermakna bila
P<0,05. Analisis statistik dilakukan dengan bantuan komputerisasi (Wahyuni,
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Pada penelitian ini, karakteristik subyek penelitian disesuaikan dengan
kriteria inklusi dan eksklusi yaitu; umur 18-23 tahun, indeks masa tubuh yang
normal, frekuensi berolahraga kadar gula darah normal, tidak ada riwayat
penyakit jantung, hipertensi, asma dan diabetes melitus.
5.1.1. Distribusi umur, kriteria perokok dan frekuensi olahraga
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah 30 orang perokok dan 30
orang bukan perokok, dimana perokok yang paling banyak berumur 19 tahun
sebanyak 10 orang (16,7%) dan bukan perokok yang paling banyak berumur 20
tahun sebanyak 12 orang (20%) seperti terlihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Distribusi Usia Subyek Penelitian
Usia
Riwayat perokok
Persentase
(%) Perokok
(N)(%)
Bukan Perokok
(N)(%)
18 8(13,3%) 3 (5%) 18,3%
19 10(16,7%) 8(13,3%) 30%
20 2 (2,3%) 12(20%) 23,3%
21 8 (16,7%) 6(10%) 26,7%
22 2 (3,3%) 1(1,7%) 5%
Berdasarkan distribusi kriteria perokok subjek penelitian, dimana perokok
ringan yang paling banyak berjumlah 19 orang (63,3%) seperti terlihat pada tabel
5.2.
Tabel 5.2. Distribusi Kriteria Perokok Subyek Penelitian.
Berdasarkan distribusi frekuensi olahraga subjek penelitian, dimana
frekuensi olahraga pada perokok dengan bukan perokok adalah sama, hanya
sesekali yaitu 25 orang (41,7%) seperti terlihat pada tabel 5.3.
5.1.2. Hasil analisis tingkat kesanggupan berdasarkan rata-rata nilai
VO2max antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat
latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dengan menggunakan uji t-independent, didapatkan nilai rata-rata
VO2max dengan standard deviasi tertentu.
Tabel 5.4. Uji T Independent : VO2max Subyek Penelitian
Hasil Out put didapatkan rata-rata VO2max mahasiswa perokok adalah
29.19 (SD1.17) dan mahasiswa bukan perokok adalah 29.44 (SD 0.20). Hasil uji t
= -1.138 dan p value 0.026. Hal ini berarti tidak ada perbedaan kesanggupan
antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan di Fakultas
Kedokteran.
Tabel 5.5. Kesanggupan Berolahraga Subyek Penelitian VO2max
Riwayat perokok Rata-rata N Standard
Deviasi
Sig.
Perokok 29.19 30 1.17
0.260
Bukan perokok 29.44 30 0.20
Kesanggupan Perokok
(N)
Bukan perokok
(N)
Superior 28 28
Excellent 1 2
Good 1 0
Berdasarkan tabel 5.5. Hasil analisis tingkat kesanggupan mahasiswa
perokok dengan bukan perokok tidak jauh berbeda dimana kesanggupan superior
adalah sama yaitu sebanyak 28 orang.
5.1.3. Hasil analisis masa pemulihan antara mahasiswa perokok dengan
bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Dengan menggunakan uji t-independent, didapatkan nilai rata-rata masa
pemulihan dengan standard deviasi tertentu.
Tabel 5.6. Uji T-Independent : Masa Pemulihan Subyek Penelitian
Hasil Out put didapatkan rata-rata masa pemulihan mahasiswa perokok
adalah 3.70 (SD 2.65) dan mahasiswa bukan perokok adalah 3.93 (SD 1.61). Hasil
uji t = - 0.411 dan p value 0.682. Hal ini berarti tidak ada perbedaan masa
pemulihan antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan di
Fakultas Kedokteran.
5.2 Pembahasan
Kesanggupan berolahraga antara mahasiswa perokok dengan bukan
perokok dapat diukur dari nilai VO2max. Dalam latihan, peningkatan VO2 max
membutuhkan kemampuan paru untuk menyerap oksigen. VO2max mengacu pada
kecepatan pemakaian oksigen bukan sekedar banyaknya oksigen yang dicapai.
Nilai volume oksigen maksimal juga dipengaruhi dari berat badan seseorang. Masa Pemulihan
Riwayat perokok Rata-rata N Standard
Deviasi
Sig.
Perokok 3.70 30 2.65
0.682
(Parahita, 2009) semakin bertambah berat badan seseorang (obes) maka, semakin
besar pengambilan volume oksigen maksimum yang dipakai. Namun pada
penelitian ini rata-rata pengambilan oksigen maksimal (VO2 max) tidak berbeda
antara satu dengan yang lain, oleh karena rata-rata berat badan subyek penelitian
adalah normal berdasarkan kriteria inklusi. Selain itu ada beberapa faktor yang
mempengaruhi VO2 max, yaitu: fungsi paru jantung, metabolisme otot aerobik,
keadaaan latihan dan keturunan.
Kesanggupan dipengaruhi juga oleh sistem kardiovaskular. Dimana, Daya
tahan atau kesanggupan jantung berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat
dan latihan untuk mengambil oksigen dan mendistribusikan ke jaringan yang aktif
untuk metabolisme tubuh.
Daya tahan kardiorespirasi meningkat dari masa anak-anak dan mencapai
puncaknya pada usia 30 tahun. Sesudah usia ini daya tahan kardiorespirasi akan
menurun. Penurunan ini terjadi karena paru, jantung dan pembuluh darah mulai
menurun fungsinya (Reza, 2008). Hal ini tidak dapat mempengaruhi kesanggupan
perokok dan bukan perokok karena usia subyek penelitian 18 sampai 22 tahun
(tabel 5.1).
Hasil yang tidak signifikan pada penelitian ini kemungkinan juga
dipengaruhi oleh lama latihan. Lama latihan memiliki pengaruh terhadap
pengambilan oksigen maksimum dan kerja jantung seseorang dalam berolahraga
(Willmore dan Costill, 1994). Lama latihan pada penelitian ini sekitar 10 menit
menurut protokol Modbalke dengan kecepatan 3.2 km/jam. Hal tersebut dapat
mempengaruhi kesanggupan seseorang saat latihan dimana subyek penelitian
semuanya sanggup melakukan latihan selama 10 menit.
Masa pemulihan dapat diukur dari nadi sebelum latihan sampai nadi
mencapai keadaan semula. Denyut nadi sendiri tidak dapat dipisahkan dengan
sistem peredaran darah dan paru atau saling tergantung satu dengan yang lain.
Supaya jantung efektif bekerja sebagai pemompa, maka otot jantung harus
berkontraksi dalam waktu yang hampir bersamaan. Irama jantung dipengaruhi
Conconi mengemukakan hasil penelitiannya bahwa ambang latihan dapat
juga ditentukan melalui pengamatan denyut nadi selama pemberian beban latihan
seperti yang dikutip oleh Janssen (1989). Subyek pada penelitian ini adalah
perokok dan bukan perokok diketahui bahwa orang yang merokok akan
mempengaruhi kerja jantungnya, salah satunya zat yang terkandung di dalam
rokok adalah nikotin. Nikotin berfungsi sebagai perangsang terhadap jantung,
yaitu dengan melepaskan catecholamine yang dapat menaikkan tekanan darah,
denyutan jantung dan jumlah oksigen yang diperlukan, juga dapat merangsang
susunan saraf. Akibat tersebut terlihat pada perokok berat (Liwidjaja, 2005). Hal
ini akan mempengaruhi masa pemulihan bagi orang yang merokok. Namun pada
penelitian ini rata-rata masa pemulihan perokok dan bukan perokok tidak berbeda
antara satu dengan yang lain, oleh karena kriteria perokok subyek penelitian
hampir seluruhnya adalah perokok ringan (tabel 5.2).
Adapun, faktor-faktor lain yang mempengaruhi masa pemulihan adalah
usia seseorang. Orang yang berusia lebih dari 25 tahun membutuhkan waktu
pemulihan lebih panjang dibandingkan orang yang berusia 18 tahun (berghind,
1992) pada penelitian ini subyek penelitian berusia 18 sampai 22 tahun
berdasarkan kriteria inklusi sehingga tidak terdapat pebedaan masa pemulihan
antara perokok dengan bukan perokok.
Hasil yang tidak signifikan pada penelitian ini kemungkinan juga
dipengaruhi oleh frekuensi olahraga subyek penelitian, sebab pada orang yang
sering berolahraga, denyut nadi dalam keadaan istirahat lebih rendah
dibandingkan dengan seseorang yang tidak pernah berolahraga (Hairy, 1989). Hal
ini dapat mempengaruhi masa pemulihan subyek penelitian dimana hampir
seluruhnya hanya sesekali berolahraga (tabel 5.3) sehingga tidak terdapat
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisa penelitian pada 30 mahasiswa FK USU
perokok dan 30 mahasiswa bukan perokok saat latihan selama 10 menit.
1. Ternyata secara statistik dilihat dari nilai VO2max tidak ada perbedaan
kesanggupan antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat
latihan.
2. Masa pemulihan antara mahasiswa FK USU perokok dengan bukan
perokok saat latihan tidak mengalami perbedaan yang bermakna.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan, menambah jumlah
sampel penelitian dan meneliti pada populasi yang berbeda usia atau pada usia
yang lebih lanjut. Pada usia remaja perbedaan physical fitness tidak akan jauh
bermakna di antara perokok maupun bukan perokok, apalagi bila kebiasaan
merokok baru dijalani beberapa bulan/tahun terakhir. Selain itu, untuk
meningkatkan kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan yang merupakan
indikator sistem kerja jantung dan pernafasan dapat dilakukan latihan dengan
menambah waktu latihan sehingga mencapai target heart rate yang maksimal agar
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Soejono. 1999. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Universitas Negeri
Malang: Malang
Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi: penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta
Birrer, R., 1984. Sport Medicine for the Primary Care Physician. USA: Prentice Hall.
Cooper, K.H., 1994. Antioxidant Revolution. Nashville-Atlanta-London- Vancouver: Thomas Nelson Publishers.
Corwin, E.J., 1997. Patofisiologi. Penerjemah Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC.
Fox, E.L., 1983. Sport Physiology, 2 ed., Saunders Colege Publishing, Halt- Saunders.
Ganong, WF., 2003. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Penerjemah Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC.
Giriwijoyo,Y.S.S., 2000. Ilmu Faal Olahraga, Buku perkuliahan Mahasiswa
FPOK-IKIP Bandung.
Guyton dan Hall., 1997. Fisiologi Kedokteran. Penerjemah Irawati Setiawan, dkk. Jakarta: EGC.
Hargreaves, M., and Hawley, J., 2003. Phsiological Bases Of Sport Performance. New York: McGraw-Hill.
Harre Dietrich, 1982. Principles of Sports Training, Introduction The Theory and
Methods of Training. Berlin, Sportverlog.
Hoeger, W.K., and Hoeger, S.A., 1996. Fitness and Wellness. USA: Morton Publishing.
Madina, D 2007. Nilai Kapasitas Vital Paru dan Hubungan Kareteristik Fisik
Pasa Atlet Berbagai Cabang Olahraga, Universita Padjadjaran. Available
FjAF&url=http%3A%2F%2Fresources.unpad.ac.id%2Funpad-content%2Fuploads%2Fpublikasi_dosen%2FNILAI%2520KAPASITAS
%2520VITAL%.html. [Accesed 24 Mei 2011]
Notoatmojo, S., 2003. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka.
Pearce, E. 1985. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia.
Satroasmoro, S., Ismael, S., 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
Sitepoe, M., 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: Grasindo
Strauss, R., 1984. Sport Medicine. USA: W.B.Saunders.
Syaifuddin, 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Siswa Perawat Edisi 2. Jakarta: EGC.
Lampiran
DATA RIWAYAT HIDUP
Nama : Cempaka Dewi Nst
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 22 Oktober 1989
Agama : Islam
Alamat : Jl.Rajawali No:24 B, Mandala By pass, Medan
Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1996 lulus Taman Kanak-Kanak Hikmatul
Fadhilah
2. Tahun 2002 lulus Madrasah Ibtidaiyah Negeri SEI
AGUL
3. Tahun 2005 lulus Madrasah Tsanawiyah Negeri 2
Medan
4. Tahun 2008 lulus Sekolah Menengah Atas Negeri 7
Medan
Riwayat Pelatihan : -
LEMBAR PESETUJUAN SETELAH PENJELASAN “Informed Consent”
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang “Perbedaan Kesanggupan
Berolahraga Dan Masa Pemulihan Antara Mahasiswa Perokok dengan Bukan
Perokok Saat Latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara” secara
lengkap, serta memahaminya, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Saya menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini. Demikianlah surat
perjanjian ini Saya perbuat tanpa paksaan dan apabila di kemudian hari Saya
mengundurkan diri, kepada Saya tidak akan dituntut apapun.
Medan………..2011
Peneliti Yang membuat pernyataan
Peserta penelitian
No Umur TB BB Frekuensi olahraga
Riwayat merokok
Kriteria perokok Riwayat penyakitkeluarga
Hasil output spss berdasarkan karekteristik Umur Subyek Penelitian
Hasil output spss berdasarkan kriteria perokok
Frequency Percent Valid Percent
Hasil output spss frekuensi olahraga subyek penelitian
frekuensiolahraga 55.6% 44.4% 100.0%
Sesekali Count 25 25 50
% within
frekuensiolahraga 50.0% 50.0% 100.0%
tidak pernah Count 0 1 1
% within
frekuensiolahraga .0% 100.0% 100.0%
Total Count 30 30 60
% within
Hasil output uji t independent vo2max subyek penelitian
Hasil output spss tingkat kesanggupan subyek penelitian
Variances t-test for Equality of Means
Hasil output uji t independent masa pemulihan subyek penelitian
riwayatperokok N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
masapemulihan Perokok 30 3.70 2.654 .485
bukan perokok 30 3.93 1.617 .295
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lowe
Masapemulihan Equal variances
assumed 2.536 .117 -.411 58 .682 -.233 .567 -1.369 .903
Equal variances