• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Partisipasi Dengan Keberlanjutan Program Bank Sampah Pt Ism Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Tingkat Partisipasi Dengan Keberlanjutan Program Bank Sampah Pt Ism Tbk"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI DENGAN

KEBERLANJUTAN PROGRAM BANK SAMPAH PT ISM Tbk

RIELISA AP HUTAGAOL

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Keberlanjutan Program Bank Sampah PT ISM Tbk adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(3)

Keberlanjutan Program Bank Sampah PT ISM Tbk. Dibimbing oleh MURDIANTO.

Bank Sampah merupakan salah satu program CSR PT ISM yang berorientasi pada lingkungan. Sebagai sebuah program CSR, Bank Sampah memerlukan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis tingkat partisipasi masyarakat dalam Bank Sampah; (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi; (3) menganalisis tingkat keberlanjutan program bank sampah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian yang menggunakan uji tabulasi silang dan didukung dengan uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat partisipasi masyarakat . Selain itu pula diketahui bahwa tidak terdapat hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat keberlanjutan program (tingkat kebersihan lingkungan dan tingkat peluang ekonomi).

Kata Kunci: CSR, partisipasi, keberlanjutan, PT ISM Tbk

ABSTRACT

RIELISA AP HUTAGAOL The Relation of the Participation with the Sustainability of Garbage Bank Program PT ISM Tbk. Supervised by MURDIANTO.

Garbage Bank is one of the CSR program PT ISM oriented environment. As a CSR program , Garbage Bank requires public participation in the implementation of which is expected to provide benefits . The purpose of this study are: ( 1 ) analyze the level of community participation in the Trash Bank ; ( 2 ) analyze the factors that influence participation ; ( 3 ) to analyze the level of sustainability of the waste bank . This study used quantitative and qualitative methods . Results of studies using cross tabulation test and supported by the Spearman rank correlation test showed that there was no correlation between the characteristics of the individual with the level of community participation . In addition it is also known that there is no correlation with the level of participation level sustainability ( environmental hygiene level and degree of economic opportunities ) .

(4)

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI DENGAN

KEBERLANJUTAN PROGRAM BANK SAMPAH PT ISM Tbk

RIELISA AP HUTAGAOL

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Keberlanjutan Program Bank Sampah PT ISM Tbk

Nama : Rielisa AP Hutagaol NIM : I34110004

Disetujui oleh

Ir. Murdianto, M.Si Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Ketua Departemen

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan penyertaan dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Keberlanjutan Program Bank Sampah PT ISM Tbk” ini dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ir Murdianto, M.Si sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan memberikan saran serta motivasi kepada penulis selama proses penyusunan hingga penyelesaian skripsi ini

2. Bapak Dr. Saharudin selaku dosen penguji utama pada sidang skripsi yang telah memberikan masukan serta bimbingan dalam proses perbaikan skripsi ini

3. Ibu Dr. Ninuk Purnaningsih selaku dosen penguji akademik pada sidang skripsi yang telah memberikan semangat dan arahan dalam proses perbaikan skripsi ini

4. Orang tua tercinta, Bapak SP.Hutagaol dan Mama R. Hutauruk, serta kedua abang penulis, Abang Yosefteen Hutagaol dan Abang Satya Novecty Hutagaol, yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis

5. Bapak Hisyam dan Bapak Deni Puspahadi, staf dan Manager Departemen CSR PT ISM Tbk yang selama ini telah membantu memfasilitasi peneliti dengan Indofood

6. Seluruh pengurus Bank Sampah, terkhusus Bapak Pri selaku ketua dan keluarga yang bersedia membantu selama proses penelitian

7. Seluruh sahabat penulis, Badia, Nina, Tika, Melpa, Beta yang terima kasih untuk doa dan semangatnya

8. Nerissa, Kak Fitri, Kak Audi dan Hanung teman satu bimbingan, terima kasih untuk bantuan, saran dan sharingnya tentang penelitian ini

9. Seluruh teman-teman SKPM 48, terutama Khalida, Mufida, dan Aya, yang senantiasa mendukung dan memotivasi penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2015

(7)

DAFTAR ISI

Corporate Social Responsibility 7

Definisi Corporate Social Responsibility 7 Motivasi Perusahaan dalam Melaksanakan CSR 9

Partisipasi 10

Definisi Partisipasi 10

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Tingkat Partisipasi

Pembangunan Berkelanjutan

Keberlanjutan dalam Program Bank Sampah

11

Tenkik Pengambilan Responden dan Informan 17 Teknik Pengumpulan Data

Definisi Operasional

18 20

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 22

PROFIL KELURAHAN SEMPER BARAT 25

Kondisi Geografis dan Demografis 25

Kondisi Sosial dan Ekonomi 26

Ikhtisar

PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) Profil Indofood

Program CSR Indofood

Pembangunan Sumber Daya Manusia Peningkatan Nilai Ekonomi

Kegiatan Solidaritas Kemanusiaan

Partisipasi Aktif dalam Kegiatan Komunitas Menjaga Kelestarian Lingkungan

Program Bank Sampah Si Rajawali

(8)

Mekanisme Program Bank Sampah Si Rajawali Ikhtisar

38 39

KARAKTERISTIK INDIVIDU RESPONDEN 41

Tingkat Umur

Tingkat Partisipasi pada Tahap Perencanaan Tingkat Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan Tingkat Partisipasi pada Tahap Menikmati Hasil Ikhtisar

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU RESPONDEN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI Hubungan Tingkat Umur dengan Tingkat Partisipasi 51 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi 52 Hubungan Lama Tinggal dengan Tingkat Partisipasi 53 Ikhtisar

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI DENGAN KEBERLANJUTAN PROGRAM

Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Kebersihan Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Peluang Ekonomi Ikhtisar

SIMPULAN DAN SARAN 61

DAFTAR PUSTAKA 63

LAMPIRAN 65

(9)

DAFTAR TABEL

1 Pendekatan penelitian 17

2 Jenis dan metode pengumpulan data 19

3 Definisi operasional karakteristik individu 20 4 Definisi operasional tingkat partisipasi 21 5 Definisi operasional keberlanjutan program 22 6 Data jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin 25 7 Data jumlah RT berdasarkan penyebaran RW di Kelurahan Semper

Barat 26

8 Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis pekerjaan di Kelurahan

Semper Barat 28

9 Jumlah dan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan di

Kelurahan Semper Barat 28

10 Daftar harga sampah berdasarkan jenisnya di Bank Sampah Si Rajawali 37 11 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Umur 41 12 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 42 13 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Waktu Lama Tinggal 42 14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi 45 15 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi pada 46

tahap perencanaan

16 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi pada 47 tahap pelaksanaan

17 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi pada 49 tahap menikmati hasil

18 Hubungan antara tingkat umur responden dengan tingkat partisipasi

dalam program bank sampah 51

19 Hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan tingkat

partisipasi dalam program bank sampah 52

20 Hubungan antara lama tinggal responden dengan tingkat partisipasi

dalam program bank sampah 54

21 Hubungan antaratingkat partisipasi responden dengan tingkat

kebersihan lingkungan 57

22 Hubungan antara tingkat partisipasi responden dengan tingkat peluang

ekonomi 59

DAFTAR GAMBAR

1 The Triple Bottom Line 8

2 Kerangka Pemikiran Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Keberlanjutan Program Bank Sampah PT ISM Tbk 15 3 Piramida penduduk Kelurahan Semper Barat 27

4 Alur mekanisme Bank Sampah Si Rajawali 38

(10)
(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perusahaan dianggap sebagai salah satu elemen penting yang selama ini menjalankan fungsi produksi. Selain menjalankan fungsi-fungsi produksi dan distribusi barang dan jasa, perusahaan juga terlibat langsung dalam proses pemanfaatan sumber daya yang sifatnya terbatas (Mulyadi et al. 2012). Dalam perjalanan kegiatan operasional perusahaan, akan selalu ada kemungkinan terjadi sebuah benturan kepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk memperhatikan aspek sosial budaya masyarakat sekitanya. Hubungan resiprokal yang baik harus diciptakan guna menghindari benturan kepentingan. Selain itu dampak lingkungan akibat aktivitas operasional seperti limbah dan polusi juga wajib untuk diperhatikan oleh perusahaan. Dalam hal ini perusahaan diharapkan tidak hanya berorientasi pada keuntungan (profit) saja tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan. Upaya perusahaan untuk menciptakan kehidupan masyarakat dan lingkungan yang lebih baik diwujudkan dalam kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility atau “CSR”).

PT ISM (Indofood Sukses Makmur Tbk) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang makanan olahan dalam kemasan dengan kegiatan operasional mulai dari pengolahan bahan baku hingga produk jadi. Awalnya PT ISM Tbk didirikan pada tahun 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma. Kemudian pada tahun 1994 berganti nama menjadi PT ISM. Sebagai perusahaan yang telah mapan dan terkemuka di Indonesia, PT ISM membagi bisnisnya ke dalam lima kelompok usaha strategis berbentuk grup yaitu Produk Konsumen Bermerek (”CBP”), bogasari, agribisnis, distribusi, serta Budi Daya dan Pengolahan Sayuran dilaksanakan oleh China Minzhong Food Corporation Limited (“CMFC”). PT ISM saat ini memiliki 54 unit operasional yang tersebar di wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku yang memproduksi antara lain makanan dalam kemasan, tepung terigu dan minyak goreng. Selain unit operasional tersebut, PT ISM juga menjalankan agro industri seperti kelapa sawit, tebu, cokelat, teh dan karet. Dengan sistem distribusi yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia, maka seluruh produk PT ISM dapat dijumpai di berbagai pelosok Indonesia.

Sebagai sebuah perseroan terbatas, PT ISM memiliki kewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility atau “CSR”). Kewajiban melaksanakan program CSR diatur dalam Undang -undang Nomor 40 tahun 2007. Pada ayat satu disebutkan bahwa “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”.

(12)

Kegiatan Komunitas, Peningkatan Nilai Ekonomi, Menjaga Kelestarian Lingkungan, dan Solidaritas Kemanusiaan. Salah satu program CSR bagian pilar kelestarian lingkungan yang dilaksanakan oleh PT ISM adalah program Bank Sampah.

PT ISM sebagai sebuah perusahaan produksi pangan sadar betul bahwa mereka ikut berkontribusi dalam peningkatan jumlah sampah di Indonesia. Kemasan dari produk PT ISM selama ini berada di tangan konsumen dan tidak dikelola dengan tepat sehingga menimbulkan timbunan sampah. Bank Sampah merupakan wujud tanggung jawab dan kepedulian PT ISM dalam rangka mengurangi jumlah sampah dimana sampah kemasan mereka masuk di dalamnya. Sampah yang tidak dikelola dengan serius akan meningkat jumlahnya. Sampah juga berpotensi menurunkan kualitas sumber daya alam, menyebabkan banjir dan menimbulkan penyakit. Melihat kompleksitas persoalan sampah, baik bagi lingkungan fisik maupun lingkungan sosial maka langkah-langkah pengelolaan sampah berbasis partisipasi masyarakat perlu dirumuskan. Konsep pengelolaan sampah berbasis masyarakat sendiri harus disertai dengan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam hal ini berarti menjadikan masyarakat memiliki daya untuk dapat mengelola sampah agar menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai jual. Selain itu masyarakat juga harus ditempatkan sebagai aktor atau subyek program. Menurut Yarianto et al. (2005) seperti dikutip oleh Suroyo et al. keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah salah satu faktor teknis untuk menanggulangi persoalan sampah perkotaan atau lingkungan pemukiman dari tahun ke tahun yang semakin kompleks. Selama ini masyarakat hanya melakukan pengelolaan sampah melalui proses pengumpulan dan pembuangan saja, tanpa dilibatkan dalam kegiatan pengelolaan yang cakupannya lebih luas.

Prinsip partisipasi adalah satu dari 22 prinsip pengembangan masyarakat yang dikemukakan oleh Ife (1995) dan dikutip oleh Nasdian (2014). Partisipasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat. Selain itu pula peran serta komunitas dianggap menjadi salah satu elemen penting dalam program pengembangan masyarakat sehingga diharapkan nantinya dapat memberikan manfaat yang maksimal kepada peserta program (komunitas). Dengan pelibatan masyarakat dalam program bank sampah, manfaat yang diterima oleh masyarakat tidak hanya sekedar untuk jangka pendek tetapi diharapkan dapat berkelanjutan. Program pengembangan masyarakat yang berkelanjutan akan dapat memberikan manfaat jangka panjang hingga masyarakat mandiri. Oleh karena itu penting untuk diteliti sejauhmanakah hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan keberlanjutan program bank sampah ?

Rumusan Masalah

(13)

penting untuk diteliti seberapa tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam program bank sampah ?

Keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan penyelenggaraan program dianggap sebagai bagian yang penting dari upaya pemberdayaan. Pemberian kekuasaan atau wewenang kepada masyarakat dalam penyelenggaraan program bank sampah harus dioptimalkan. Peran serta masyarakat tidak timbul begitu saja, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi individu dalam sebuah program. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dalam diri individu dan sebaliknya, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus analisis adalah faktor internal yaitu karakteristik individu peserta program, sehingga penting untuk diteliti faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program bank sampah ?

Sebagai sebuah program pengembangan masyarakat, bank sampah diharapkan mampu memberikan manfaat bagi peserta program. Manfaat yang diterima tidak hanya berjangka pendek saja, tetapi dapat berlanjut hingga masyarakat pun menjadi mandiri. Aspek keberlanjutan juga dinilai sebagai salah satu prinsip dari program pengembangan masyarakat, sehingga penting untuk diteliti bagaimanakah hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat keberlanjutan program bank sampah ?

Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis “hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat keberlanjutan program bank sampah PT ISM Tbk” dan secara khusus bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi tingkat partisipasi peserta dalam program Bank Sampah 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat

partisipasi masyarakat dalam program bank sampah

3. Menganalisis hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat keberlanjutan program bank sampah

Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan referensi mengenai CSR yang nantinya akan ditemukan penelitian lebih lanjut terkait topik yang sama.

2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terkait CSR sebagai salah satu bentuk kepedulian PT ISM terhadap masyarakat sekitar

3. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan perbaikan program selanjutnya

(14)
(15)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka Bank Sampah

Bank sampah didefenisikan sebagai tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat di daur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 13 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle melalui bank sampah. Bank sampah hadir dengan tiga alasan, pertama pengelolaan sampah selama ini belum menerapkan prinsip 3R, kedua pengelolaan sampah harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir sehingga dapat memberikan manfaat secara ekonomi, sehat dan aman bagi lingkungan serta mengubah perilaku masyarakat. Ketiga, pemerintah bertugas meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Bank sampah dianggap sebagai sebuah strategi untuk membangun kepedulian masyarakat agar dapat ‘berkawan’ dengan sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah. Bank Sampah tidak dapat berdiri sendiri. Bank sampah harus diintegrasikan dengan gerakan 3R sehingga manfaat langsung yang dirasakan tidak hanya ekonomi, tetapi juga pembangunan lingkungan yang bersih, hijau dan sehat.

Mekanisme Kerja Bank Sampah

Bank sampah adalah salah satu program yang bertujuan mendorong masyarakat mengembangkan cara-cara untuk mengurangi, memanfaatkan kembali dan mendaur ulang sampah kemasan serta sampah rumah tangga secara mandiri dan berkelanjutan.

Cara kerja bank sampah pada umumnya hampir sama dengan bank lainnya, ada nasabah, pencatatan pembukuan dan manajemen pengelolaannya. Namun yang membedakan antara bank sampah dan bank konvensional adalah alat tukar yang digunakan. Pada bank konvensional alat tukar yang dikenal dan sering digunakan adalah uang, surat berharga, dan benda berharga lainnya. Sementara itu pada bank sampah yang digunakan sebagai alat tukar adalah sampah.

(16)

Hidup RI No. 13 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle melalui bank sampah, mekanisme kerja bank sampah meliputi :

a. pemilahan sampah;

b. penyerahan sampah ke bank sampah; c. penimbangan sampah;

d. pencatatan;

e. hasil penjualan sampah yang diserahkan dimasukkan ke dalam buku tabungan; dan bagi hasil penjualan sampah antara penabung dan pelaksana

Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pelaksanaan Pengelolaan sampah melalui Bank Sampah

Naditya et al. (tidak ada tahun) mengemukakan faktor yang dapat mendukung dan menghambat pengelolaan sampah. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari dalam yang mempengaruhi terlaksananya suatu kegiatan. Berikut adalah faktor pendukung internal dalam pelaksanaan pengelolaan sampah di RW 3 Kelurahan Sukun yaitu:

a. Kondisi lingkungan yang bersih dan sehat merepresentasikan kesadaran warga untuk menangani dan mengelola sampah telah terbentuk sebelum kehadiran bank sampah.

b. Keikutsertaan dan partisipasi sebagian besar warga dalam pengelolaan sampah melalui manajemen bank sampah

c. Ketersediaan lahan dan sarana dalam mendirikan unit bank sampah Berikut adalah faktor penghambat secara internal dalam pengelolaan sampah dengan manajemen bank sampah di RW 3 Kelurahan Sukun yakni:

a. Beberapa RT tidak turut serta dalam manajemen bank sampah

b. Nilai rupiah sampah yang rendah dibandingkan harga lapak dan pengepul menjadikan anggapan bahwa sampah hanya bernilai ekonomis

c. Kesadaran warga untuk memilah sampah supaya mempunyai nilai ekonomis masih rendah

Faktor eksternal merupakan faktor dari luar yang mempengaruhi terlaksananya suatu kegiatan. Berikut adalah faktor pendukung eksternal dalam pelaksanaan pengelolaan sampah:

a. Kunjungan dari pihak lain yang meningkatkan semangat masyarakat dalam mengelola sampah

b. Pemberian dana bantuan dari pihak sponsor

Sedangkan untuk faktor penghambat dari eksternal meliputi harga jual sampah yang tidak stabil dan kurangnya minat masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui teknik lain, seperti komposter.

Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat

(17)

susb sistem pengeloaan sampah yaitu sub sistem kelembagaan, sub sistem teknis operasional, sub sistem finansial, sub sistem hukum dan peraturan serta sub sistem peran serta masyarakat (Prianto 2011). Program pengelolaan sampah berbasis masyarakat menurut Syafrudin (2004) seperti dikutip oleh Prianto (2011) merupakan salah satu alternatif dari bentuk keterlibatan masyarakat. Program pengelolaan sampah berbasis masyarakat ini diimplementasikan dalam kegiatan minimalisasi limbah dan melaksanakan 5R (Reuse, Recycling, Recovery, Replacing dan Refilling).

Sebagai sebuah program pengelolaan sampah berbasis masyrakat, bank sampah juga memiliki aspek pemberdayaan. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Yayasan Unilever Indonesia. Desiana dan Damanik (2013) dalam penelitiannya di Bank sampah Unilever meninjau program ini dari sisi pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan yang dilakukan melalui bank sampah dianggap telah berhasil mengembangkan unit bank sampah menjadi unit bisnis. Unit bisnis yang dimaksud meliputi trashion, koperasi simpan pinjam, serta pengadaan kerja sama dengan sektor lain.

Bank Sampah sebagai sebuah program pemberdayaan masyarakat setidaknya telah memberikan 3 dampak yaitu :

1. Bank sampah berhasil meningkatkan kepedulian masyrakat terhadap kelestarian dan kebersihan lingkungan

2. Dari sisi ekonomi, bank sampah mampu menghasilkan uang bagi nasabah bank sampah itu sendiri.

3. Para pengelola dan nasabah bank sampah mendapat pengetahuan pengalaman baru

Berdasarkan paradigma pembangunan baru yang dikemukakan oleh para ahli, Desiana dan Damanik (2013) mencoba menganalisis hal ini pada program bank sampah. Paradigma pembangunan baru tersebut bersifat people centered, participatory, empowering dan sustainable. Pertama, people centered dilihat dari bank sampah yang benar-benar ddikonsentrasikan untuk masyarakat tanpa memikirkan keuntungan pribadi bagi pihak penyelenggara. Kedua, aspek participatory terlihat dari keterlibatan seluruh pihak, mulai dari masyarakat, penyelenggara program, hingga LSM. Ketiga, bank sampah bertujuan untuk memberdayakan (empowering) dan diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi masyarkat. Terakhir, sustainable. Program bank sampah yang dilaksanakan oleh Yayasan Unilever Indonesia telah berjalan secara berkelanjutan dan masih aktif hingga saat ini.

Corporate Social Responsibilty

Definisi Corporate Social Responsibility

(18)

mencakup triple bottom lines dalam rangka tujuan pembangunan berkelanjutan. Sejalan dengan Wibisono, Sukada et al (2011) mendefinisikan CSR sebagai segala upaya manajemen yang dilakukan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial dan lingkungan, dengan meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif di setiap pilar. Dengan kata lain, CSR merupakan sebuah wujud kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya dengan cara tanpa harus merugikan perusahaan sehingga tercipta pembangunan yang berkelanjutan. Dari sekian banyak definisi yang dikemukakan, Carrol seperti dikutip oleh Solihin (2009) merumuskan empat kategori mengenai CSR, yaitu : economic responsibilities, legal responsibilities, ethical responsibilities, dan discretionary responsibilities.

Seiring perkembangannya istilah dan definisi CSR telah banyak dikemukakan oleh para pihak. Namun pada dasarnya, CSR berasal dari sebuah istilah Triple Bottom Lines yang dikemukakan oleh John Elkington pada tahun 1997 yang meliputi 3P yakni profit, planet dan people. Profit merupakan aspek ekonomi berupa keuntungan yang dicapai perusahaan untuk peningkatan kesejahteraan karyawan dan pemegang saham, pembayaran pajak, ekspansi usaha serta kapasitas produksi. People merupakan lingkungan masyarakat yang menjadi pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan. Relasi yang baik dan kuat antara perusahaan dan masyarakat akan menciptakan citra baik perusahaan. Planet merupakan lingkungan fisik yang kaitannya erat dengan sumber daya alam yang digunakan perusahaan. Lingkungan menjadi penting untuk dijaga kelestariannya karena akan berpengaruh pada eksistensi perusahaan. Oleh karena ketiga aspek ini penting Muryaningrum (2010) mengemukakan bahwa seharusnya implementasi CSR memang mencakup ketiga aspek ini dalam upaya peningkatan kualitas hidup pekerja beserta keluarganya serta masyarakat, termasuk konsumen.

Etchical Sustainable Bussines Bussines

Eco-Efficient Bussines

Gambar 1 The Triple Bottom Line

Sumber: Elkington seperti dikutip oleh Nasdian (2012)

Profit Economy

Planet Environment People

(19)

Sebelum konsep CSR muncul di era 1950-an para pelaku bisnis sebenarnya telah melakukan aktivitas pemberian dana bagi masyarakat miskin sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada lingkungan. Prinsip ini dikenal dengan prinsip Derma (charity). Charity Principle diyakini sebagai awal lahirnya konsep tanggung jawab sosial perusahaan. Seiring berjalannya waktu, konsep CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan mulai bergeser ke arah yang lebih berlanjut, yakni philantrophy. Prinsip philantrophy tidak hanya berbicara tentang kewajiban saja tetapi juga pada seberapa besar manfaat yang dapat diterima oleh masyarakat dan perusahaan.

International Organization for Standardization (ISO) merupakan induk organisasi standarisasi internasional. Pada bulan September tahun 2004, ISO berhasil menyusun panduan dan standarisasi untuk tanggung jawab sosial perusahaan yang diberi nama ISO 26000: Guidance Standard on Social Responsibility. Dalam ISO 26000 ini terdapat tujuh isu pokok terkait CSR, yaitu :

1. Pengembangan masyrakat 2. Konsumen

3. Praktek kegiatan institusi yang sehat 4. Lingkungan

5. Ketenagakerjaan

6. Hak Asasi Manusia (HAM) 7. Organisasi kepemerintahan

Di Indonesia konsep CSR telah menjadi sebuah regulasi dan bersifat mandatory. CSR sempat menjadi pro kontra di tahun 2007. Semenjak dibentuknya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas oleh DPR, konsep CSR menjadi sumber polemik antara pengusaha dan pemerintah. Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 ayat satu menyatakan bahwa Perseroan Terbatas (PT) yang menjalankan usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Kemudian pada ayat kedua menyatakan bahwa dana CSR dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Dan pada ayat ketiga disebutkan bahwa Perseroan yang tidak melaksanakan CSR dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Terakhir, pada ayat keempat dimana ketentuan lebih lanjut mengenai CSR diatur dengan peraturan pemerintah. The Green Paper seperti dikutip oleh Solihin (2009) membagi CSR ke dalam dua ketegori, yaitu internal dimension of CSR dan external dimension of CSR. Internal dimension of CSR meliputi manajemen sumber daya manusia, kesehatan dan keselamatan kerja, adaptasi terhdap perubahan dan dampak lingkungan, serta sumber daya alam. Sedangkan external dimension of CSR meliputi pemberdayaan komunitas lokal, partner usaha yang mencakup para pemasok dan kosumen, hak sasi manusia, dan permasalahan lingkungan global.

Motivasi Perusahaan dalam Melaksanakan CSR

(20)

legislatif (DPR). Kedua, perusahaan mulai menyadari manfaat dari pelaksanaan CSR seperti citra baik perusahaan, meningkatnya loyalitas para stakeholders, dan menurunkan peluang konflik dengan masyarakat. Selanjutnya Lako pada tahun yang sama juga mengemukakan dua motif yang tak terungkap (unspoken motives), yaitu pertama charity motives (berkenaan dengan motif mencintai dan mengasihi sesama manusia dan lingkungannya). Kedua, motif untuk meningkatkan dan nilai penjualan dan nilai perusahaan serta kepentingan-kepentingan lainnya.

Menurut Wibisono seperti dikutip oleh Rosyida (2011) terdapat tiga alasan sebuah perusahaan menerapkan CSR, yaitu :

1. Hanya sebatas basa-basi dan keterpaksaan. CSR dilaksanakan karena dipengaruhi oleh faktor eksternal (external driven);

2. Sebagai pemenuhan terhadap regulasi; dan

3. Faktor beyond compliance, artinya memang terdapat dorongan yang tulus dari dalam dan telah menjadi kebijakan perusahaan

Steiner (1994) dikutip Nursahid (2006) mengemukakan tiga alasan penting mengapa kalangan bisnis merespondan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi perusahaanya. Pertama, perusahaan merupakan “makhluk” masyakat dan oleh karenanya perusahaan harus merespon permintaan masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap kehadiran perusahaan akan mempengaruhi bagaimana masyarakat berhubungan dengan perusahaan tersebut. Perusahaan juga menyadari bahwa terdapat aspek sosial budaya yang juga mengikat dan tidak dapat diacuhkan. Kedua, terkait kepentingan bisnis jangka panjang. Terdapat hubungan simbiosis mutualisme dari pelaksanaan CSR oleh perusahaan kepada masyarakat. Ketiga, menghindari kritikan masyarakat. Hal ini karena dengan merespon suatu tuntutan sosial diyakini dapat mengurangi biaya perusahaan dibandikngkan dengan melanggar peraturan pemerintah yang sanksinya jauh lebih mahal.

Partisipasi Definisi Partisipasi

Secara umum partisipasi dapat diartikan sebagai sebuah keterlibatan seseorang dalam sebuah program atau kelompok. Dalam program pengembangan masyarakat, partisipasi merupakan suatu hal yang penting dan prinsip. Begitupun halnya dengan program CSR. Nasdian (2014) mendefinisikan partisipasi dalam aktivitas CSR sebagai suatu proses aktif dan inisiatif yang diambil oleh warga komunitas itu sendiri, dibimbing mellaui cara mereka sendiri dengan menggunakan sarana dan proses (kelembagaan dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Selanjutnya masih menurut Nasdian (2014) program CSR yang partisipatif akan lebih berkelanjutan karena direncanakan sesuai kebutuhan masyarakat. Tidak hanya itu Prayogo dan Hilarius (2012) menyatakan bahwa metode pengelolaan program yang lebih partisiapatif juga akan lebih memngaruhi tingkat keberhasilan program CSR dalam pengentasan kemisikinan.

(21)

memungkinkan warga negara miskin ikut dalam proses politik dan ekonomi. Sedangkan Uphoff et al. (1979) menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan banyak orang dalam situasi atau aksi yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka seperti pendapatan, rasa aman, dan penghargan diri. Dari kedua pendapat ahli ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan berpartisipasi dalam sebuah program maka peserta juga akan merasakan manfaat dari program tersebut.

Prianto (2011) berpendapat bahwa peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah salah satu bentuk kesediaan masyarakat untuk membantu keberhasilan program pengelolaan sampah sesuai dengan kemampuan setiap orang. Tidak dilibatkannya masyarkat dalam program pengelolaan sampah, termasuk bank sampah akan menyebabkan program tersebut sia-sia. Wibowo dan Djajawinata dalam Prianto (2011) juga menambahkan bahwa salah satu pendekatan masyarakat agar dapat membantu program pemerintah berhasil adalah dengan membiasakan masyarakat bertingkah laku sesuai dengan program persampahan tersebut. Upaya pembiasaan masyarakat ini dilakukan dengan mengubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib, lancar dan merata serta mengubah kebiasaan masyarkat dalam pengelolaan sampah yang kurang baik dan faktor-faktor sosial, struktur dan budaya setempat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

Dalam penelitian ini konsep faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dirujuk dari hasil penelitian Pujo tahun (2003) tentang partisipasi dalam program kehutanan. Meskipun dalam konteks program yang berbeda, penulis memilih menggunakan konsep yang sama dengan pertimbangan bahwa kedua program (program kehutanan dan program bank sampah) sama-sama termasuk dalam program pembangunan yang melibatkan masyarakat.

Koentjaraningrat seperti dikutip oleh Pujo (2003) menyebutkan bahwa terdapat dua sumber munculnya partisipasi, yaitu sumber yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri (yang selanjutnya disebut faktor internal) dan partisipasi karenan dorongan dari luar (yang selanjutnya disebut faktor eksternal).

1. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam masyarkat sendiri. Faktor internal meliputi karakteristik individu, yaitu tingkat umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, tingkat pendapatan, dan pengalaman berkelompok. Selain itu faktor internal lain yang yang mempengaruhi partisipasi menurut Murray dan Lappin (1967) adalah lama tinggal.

2. Berbeda dengan faktor internal, faktor eksternal dapat berupa paksaan ataupun rangsangan dari luar, seperti lingkungan, kegiatan penyuluhan atau faktor yang sangat kompleks (Pujo 2003). Sedangkan menurut Arifah seperti dikutip oleh Febriana (2008) metode kegiatan juga merupakan salah satu faktor eksternal. Metode kegiatan yang dua arah dan interaktif dianggap lebih mampu meningkatkan partisipasi seseorang dalam proyek.

Tingkat Partisipasi

(22)

1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat dalam tahap penggalian ide atau usulan dan perumusan rencana. Proses perencanaan ini dimaksudkan untuk melihat sejauhmana masyarakat memberikan penilaian dan menentukan sendiri sesuai dengan kebutuhan mereka.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, diwujudkan melalui keterlibatan masyarakat dalam memberikan kontribusi berupa kerja sama kelompok, pemberian usulan dalam pemecahan masalah serta pemupukan modal. Melalui tahap ini sebuah program diwujudnyatakan dan sekaligus dilakukan monitoring guna perbaikan program.

3. Tahap Evaluasi

Partisipasi anggota dalam tahap evaluasi dicerminkan oleh keikutsertaan anggota dalam menilai kinerja kelompok, serta memberikan masukan demi perbaikan pelaksanaan program selanjutnya. Evaluasi yang dilakukan orang dalam akan lebih sesuai konteks dibanding dilakukan oleh orang luar yang tidak turut serta melakukan program.

4. Tahap Menikamati hasil

Pada tahap ini, partisipasi anggota dapat diindikasikan oleh penerimaaan imbalan dari hasil program yang diperoleh kelompok. Penilaian terhadap partisipasi menikmati hasil, juga dapat diartikan bahwa program tersebut berhasil mengenai sasaran. Pada tahap ini masyarakat dapat menilai sendiri manfaat yang mereka terima dengan potensi yang mereka miliki sendiri.

Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu hasil keputusan yang disepakati pada KTT Bumi di Rio De Jeanairo, Brazil pada Juni 1992. Disadari bahwa pengelolaan lingkungan tidak sekedar berguna bagi beberapa wilayah saja tetapi juga mengikat dan mempengaruhi wilayah dalam skala global. Strategi pembangunan berkelanjutan sendiri hadir dengan pertimbangan bahwa laju pembangunan selama ini harus dikendalikan karena telah menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Bahkan Susilo 2008 menyatakan bahwa pembangunan yang selama ini dilakukan tidak lagi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tetapi justru memperparah kerusakan-kerusakan bagi generasi sekarang dan yang akan datang.

(23)

Indonesia, Salim seperti dikutip oleh Abdurahman (2010) mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam sumber daya manusia, dengan menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan.

The Brundtland seperti dikutip oleh Anggraini (2013) mengemukakan dua ide utama dalam konsep sustainability development: (1) pembangunan ekonomi dibutuhkan untuk melindungi lingkungan; dan (2) pembangunan ekonomi harus memperhatikan ketersediaan sumber daya alam untuk kehidupan di masa depan. Selanjutnya Salim seperti dikutip oleh Abdurahman (2010) mengemukakan bahwa rumusan pembangunan berkelanjutan memuat dua konsep pokok yakni, pertama konsep kebutuhan. Konsep kebutuhan berarti kepada siapa prioritas utama perlu diberikan, khususnya kebutuhan pokok kaum miskin sedunia. Kedua, gagasan keterbatasan yang bersumber pada keadaan teknologi dan organisasi sosial yang dikenakan terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan masa depan. Konsep pembangunan berkelanjutan mengilhami munculnya dua anak konsep penting yaitu business sustainability (atau dikenal dengan corporate sustainability) dan triple bottom line. Konsep Triple bottom line yang juga menjadi dasar konsep CSR meliputi tiga pilar yaitu profit, people dan planet. Konsep ini kemudian diadopsi dan digunakan oleh perusahaan dalam membuat program CSR. Dan yang terpenting adalah inti dari pembangunan berkelanjutan adalah integrasi dan interaksi dari tiga sistem tersebut, yaitu sistem biologi dan sumber daya, sistem ekonomi dan sistem sosial (Budiharjo seperti dikutip oleh Susilo 2008).

Menurut Daly seperti dikutip oleh Jalal (2010) dasar dari keberlanjutan ialah keberlanjutan lingkungan. Bila tidak ada keberlanjutan lingkungan, maka tidak akan ada segalanya, baik ekonomi, masyarakat hingga kehidupan. Bila tidak ada keberlanjutan ekonomi maka masyarakat akan tidak dapat maju. Bila tidak ada keberlanjutan dalam masyarakat maka kehidupan masyarakat pun tidak dapat berkembang.

Asumsi dasar konsep pembangunan berkelanjutan (Salim seperti dikutip oleh Abdurahman 2003) :

1. Proses pembangunan harus berlangsung secara berlanjut, terus menerus di topang oleh sumber alam, lingkungan dan manusia yang juga berkembang secara berlanjut

2. Sumber alam memiliki ambang batas, dimana pemanfaatan dan pengelolaannya akan mengurangi kualitas dan kuantitasnya. Penurunan kualitas dan kuantitas sumber alam ini akan mempengaruhi kemampuannya dalam menopang pembangunan secara berlanjut dan berujung pada gangguan keserasian alam dan manusia

3. Kualitas lingkungan berkorelasi dengan kualitas hidup. Semakin baik kualitas lingkungan maka semakin positif pula pengaruhnya pada kualitas hidup seperti kualitas fisik, angka harapan hidup dan menurunnya tingkat kematian.

(24)

Asumsi dasar yang dikemukakan oleh Salim ini juga tidak jauh berbeda dengan pandangan Iganas Kleden yang juga dikutip oleh Abdurahman (2010) dimana dia menyatakan bahwa ada dua hal yang dipertaruhkan di pembangunan berkelanjutan, yaitu daya dukung sumber daya alam dan solidaritas transgenerasi.

Keberlanjutan dalam Program Bank Sampah

Menurut Nasdian (2014) keberlanjutan (sustainability) dalam kerangka CSR difokuskan kepada keberlanjutan program (program sustainability) dan keberlanjutan kelembagaan (institutional sustainability). Keberlanjutan program dan kelembagan ini juga dipengaruhi oleh sejauh mana implementasi program dapat menyebabkan perubahan serta memberikan dampak pada kehidupan masyarakat. Selain itu aspek keberlanjutan dalam sebuah program pentig untuk diperhatikan, karena untuk menjaga agar program tersebut tidak seperti ‘proyek pasar malam’ saja, yang hilang tak berbekas manakala program tersebut telah usai, tetapi dapat memberikan manfaat jangka panjang kepada peserta/penerima program.

Menurut Iman dan Kustiwan (tidak ada tahun) menyatakan bahwa keberlanjutan proses pengelolaan sampah dapat dilihat dari empat aspek yaitu aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek peraturan dan aspek teknik operasional. Selanjutnya Iman dan Kustiwan juga mengemukakan 14 indikator keberlanjutan pengelolaan sampah yang diperoleh dari teori keberlanjutan pengelolaan sampah dan keberlanjutan partisipasi dalam pembangunan. Empat belas indikator keberlanjutan pengelolaan sampah yaitu finansia, kompetisi, internalisasi nilai-nilai, partisipasi masyarakat, kaderisasi, peran perempuan, monitoring dan evaluasi, kepemimpinan, modal sosial, fasilitator, lembaga, peraturan, teknologi dan sarana prasarana, dan pemerintah.

Kerangka Pemikiran

PT ISM Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang makanan olahan dalam kemasan dengan kegiatan operasional mulai dari pengolahan bahan baku hingga produk jadi. PT ISM sebagai salah satu perusahaan terkemuka berupaya menunjukkan tanggung jawab sosialnya melalui kegiatan CSR. Salah satu program CSR bagian pilar kelestarian lingkungan yang dilaksanakan oleh PT ISM adalah program Bank Sampah. Pelaksanaan program Bank Sampah merupakan wujud kepedulian PT ISM pada pemberdayaan masyarakat dalam rangka melestarikan dan membangun lingkungannya, terutama di seluruh lokasi dimana perseroan tersebut beroperasi.

Salah satu implementasi program CSR adalah program pengembangan masyarakat atau community development (CD). Partisipasi merupakan salah satu dari 22 prinsip pengembangan masyarakat menurut Ife (1995) yang dikutip oleh Nasdian (2014). Melalui partisipasi, seluruh pihak terutama masyarakat dapat berperan aktif dan turut serta dalam setiap tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan menikmati hasil.

(25)

eksternal yang akan diteliti adalah metode kegiatan, yang meliputi bentuk interaksi antara perusahaan dan komunitas. Selanjutnya akan dilakukan analisis terhadap tingkat keberlanjutan program. Tingkat keberlanjutan program diukur dari tingkat kebersihan lingkungan dan tingkat peluang ekonomi.

Gambar 2 Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Berhubungan

Secara kuantitatif

Secara kualitatif

Metode Kegiatan program CSR

1. Bentuk interaksi perusahaan dengan komunitas

Tingkat Partisipasi

1. Pada tahap perencanaan 2. Pada tahap pelaksanaan 3. Pada tahap menikmati

hasil

Keberlanjutan Program

1. Tingkat kebersihan lingkungan

2. Tingkat peluang ekonomi PT ISM Tbk

Program Bank Sampah

Karakteristik Individu Peserta

(26)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran dirumuskan hipotesis utama yaitu “terdapat hubungan antara tingkat partisipasi peserta dengan keberlanjutan program bank sampah”. Selain itu dirumuskan pula hipotesis pendukung yaitu sebagai berikut :

(27)

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan pendekatan survei menggunakan instrumen kuesioner. Survei dilakukan dengan mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun 1989). Data yang dikumpulkan terkait dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program CSR Bank Sampah, faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program CSR Bank Sampah dan keberlanjutan program bank sampah. Keseluruhan data ini dikumpulkan dengan metode kuantitatif dan kualitatif.

Adapun metode kualitiatif dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada informan menggunakan panduan pertanyaan. Informasi yang diperoleh melalui pendekatan kualitatif ini digunakan sebagai pemahaman yang lebih dalam dan terperinci (Tabel 1).

Tabel 1 Pendekatan penelitian

No Tujuan Metode

Kuantitatif Kualitatif 1. Tingkat partisipasi masyarakat dalam program

CSR Bank Sampah √ -

2. Faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program CSR Bank Sampah

√ -

3. Keberlanjutan program bank sampah √ -

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Semper Barat, Jakarta Utara. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive). Hal ini karena lokasi tersebut adalah lokasi keberadaan Bank sampah PT ISM.

Secara Keseluruhan penelitian ini berlangsung mulai minggu kedua Februari sampai Agustus 2015. Secara rinci waktu penelitian dijadwalkan seperti pada Lampiran 3.

Teknik Pengambilan Responden dan Informan

(28)

mewakili kondisi dirinya sebagai salah satu anggota dari program CSR Bank Sampah. Responden yang diambil sebanyak 40 orang dari total populasi 124 orang dan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan kepemilikan informasi yang mendalam, keaktifan dalam bank sampah dan kesesuaian dengan karakteristik individu yang diteliti.

Pemilihan informan juga dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan kepemilikan informasi yang mendalam dan sesuai. Informan kunci yang dipilih adalah staf departemen CSR PT ISM, pengurus Bank Sampah, dan pemerintahan setempat seperti pihak Kelurahan.

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan langsung di lapangan dari responden dan informan dengan menggunakan kuesioner maupun wawancara mendalam. Data primer yang didapatkan dari kueisioner digunakan untuk meneliti tingkat partisipasi peserta dan keberlanjutan program bank sampah. Kuesioner telah diuji untuk mengetahui reliabilitas dan validitas dari kuesioner tersebut. Aturan dalam penentuan nilai alpha antara lain: (1) nilai alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna; (2) nilai alpha 0,70 - 0,90 maka reliabilitas tinggi; (3) nilai alpha 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat; dan (4) nilai alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah. Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan maka diperoleh nilai alpha sebesar 0.799 (N=69) sehingga disimpulkan bahwa kuesioner peneliti memiliki reliabilitas tinggi dan layak digunakan di lapang.

(29)

Tabel 2 Jenis dan metode pengumpulan data

(30)

Definisi Operasional

Untuk mempermudah pengukuran variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka penting untuk merumuskan definisi operasional sebagai berikut:

Tabel 3 Definisi operasional karaktersitik individu

No Variabel Definisi Operasional Indikator Jenis Data

(31)

Tabel 4 Definisi operasional tingkat partisipasi

(32)

Tabel 5 Definisi operasional keberlanjutan program

No Variabel Definisi Operasional Indikator Jenis Data

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data sekunder yang diperoleh secara kualitatif seperti profil perusahaan PT ISM, gambaran umum Kelurahan Semper Barat, data monografi Kelurahan Semper Barat, dan data sekunder lainnya dideskripsikan dan diinterpretasikan dalam bentuk narasi oleh penulis.

(33)
(34)
(35)

PROFIL KELURAHAN SEMPER BARAT

Kondisi Geografis dan Demografis

Kelurahan Semper Barat merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Cilincing, Kotamadya Jakarta Utara. Pada awalnya kelurahan Semper Barat adalah bagian dari kelurahan Semper. Namun berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1251 tahun 1986 tanggal 19 Oktober 1986 tentang Pemecahan, Penyatuan, Penetapan batas, Perubahan Kelurahan yang kembar atau sama dan Penetapan luas wilayah DKI Jakarta, Kelurahan Semper dimekarkan menjadi dua kelurahan yaitu Kelurahan Semper Timur dan Kelurahan Semper Barat.

Kelurahan Semper Barat memiliki luas 159.97 Ha, yang dibagi menjadi 17 Rukun Warga (RW) dan 246 Rukun Tetangga (RT), dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah utara : Jl. Raya Cilincing

Sebelah barat : Jl. Raya Kramat Jaya, Tugu Utara, Kali Cakung Utara Sebelah timur : Jl. Raya Cakung

Sebelah selatan : Kali Gubuk Genteng

Wilayah Kelurahan Semper Barat beriklim sama dengan wilayah kelurahan di Jakarta Utara lainnya yang berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika mencapai 28-33 derajat Celcius dengan keadaaan tanah antara 50 sampai dengan 100 cm di atas permukaan laut.

Jumlah penduduk Kelurahan Semper Barat sampai dengan bulan Januari 2015 mencapai 79.533 penduduk dengan proposisi antara laki-laki dan perempuan yang hampir seimbang yaitu 51% laki-laki dan 49% perempuan. Berikut ini adalah data jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 6 Data jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Laki-laki 40669 51

Perempuan 38864 49

Jumlah 79533 100

(36)

Tabel 7 Data jumlah RT berdasarkan penyebaran RW di Kelurahan Semper Barat

No RW Jumlah RT Keterangan

1 01 20 Kavling Semper

2 02 15 Asrama Yon Ang Air

3 03 17 Asrama Kebersihan

4 04 18 Kampung Kandang/ Tipar

5 05 15 Jl. Tipar Selatan

6 06 12 Kampung Kurus

7 07 16 Blok F Kramat Jaya

8 08 17 Blok R Kebon Baru

9 09 16 Kampung Beting

10 10 14 Kebon Baru

11 11 11 Kompleks Dewa Ruci

12 12 18 Blok X Kebon Baru

13 13 12 Blok C Kramat Jaya

14 14 11 Jl Dukuh Timur

15 15 12 Jl Dukuh Utara

16 16 16 Jl Pepaya Kramat Jaya

17 17 6 Asrama Dinas Kebersihan

Juml. 17 246

Kondisi Sosial dan Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Semper Barat terbilang sangat heterogen. Struktur kependudukan dikelompokkan menjadi 3 kategori, meliputi tingkat umur, jenis kelamin, jenis mata pencaharian, dan tingkat pendidikan. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Chandra (2010) Kelurahan Semper Barat merupakan kelurahan dengan tingkat kepadatan tertinggi di Kecamatan Cilincing dengan tingkat kepadatan mencapai 38.800 jiwa per kilometer persegi.

(37)

Gambar 3 Piramida penduduk Kelurahan Semper Barat

Selain dapat dilihat dari tingkat umur, kondisi sosial ekonomi masyarakat Semper Barat dapat juga dilihat dari jenis mata pencaharian masyarakatnya. Struktur mata pencaharian masyarakat cukup beragam, diantaranya petani, karyawan/pemerintah/TNI, pedagang, nelayan, dan pertukangan. Sedangkan sejumlah warga lainnya hanya berstatus pensiunan dan fakir miskin. Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa angka pengangguran mendominasi dibanding jenis pekerjaan lainnya. Angka pengangguran ini meningkat cukup siginifikan dari angka lima tahun sebelumnya yaitu 2.185 jiwa (Erniyati 2010). Masalah pengangguran memang masih menjadi salah satu masalah utama di wilayah Jakarta, termasuk Kelurahan Semper Barat. Selanjutnya jenis pekerjaan yang juga mendominasi adalah pedagang. Sebagian besar dari mereka adalah wiraswasta (memiliki usaha sendiri) dan masih dalam skala mikro (kecil) seperti warung. Jenis pekerjaan karyawan berada pada urutan ketiga teratas. Karyawan yang dimaksud adalah mereka yang bekerja pada sektor industri. Hal ini didukung dengan jumlah industri skala kecil hingga besar yang cukup banyak di wilayah Kelurahan Semper Barat. Bahkan bila dilihat dalam skala besar yaitu lingkup kecamatan, di Kecamatan Cilincing sendiri terdapat dua perusahaan besar, yaitu BKN dan Bogasari. Tabel di bawah ini menunjukkan jumlah dan persentasi masyarakat berdasarkan jenis pekerjaan.

6000 4000 2000 0 2000 4000 6000 0-4

5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 66-69 70-74 75 ke atas

(38)

Tabel 8 Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis pekerjaan di Kelurahan Semper Barat

Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Tani 35 0.06

Karyawan

Swasta/Pem/TNI 9 635 17.8

Pedagang 10 521 19.4

Nelayan 5 0.01

Buruh tani - -

Pensiunan 9 560 17.7

Pertukangan 4 502 8.3

Pengangguran 14 624 27

Fakir miskin 5 206 9.7

Jumlah 54 088 100

Struktur penduduk berdasarkan tingkat pendidikan yang ditempuh disajikan pada Tabel 9. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sebagian besar masyarakat atau sekitar 38 persen dari total jumlah penduduk adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan jumlah mencapa 30 ribu jiwa. Fenomena ini disebabkan oleh persepsi masyarakat bahwa mencari pekerjaan lebih penting dibanding melanjutkan ke perguruan tinggi dan didukung pula dengan ketidaktersediannya dana. Selanjutnya tingkat pendidikan mayoritas masyarakat Kelurahan Semper Barat adalah tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang mencapai 17.518 atau setara 22.6%.

Tabel 9 Jumlah dan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Semper Barat

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 6 169 8

2 Tidak Tamat SD 6 139 8

3 SD 11 296 14.6

4 SMP 17 518 22.6

5 SMA 29 435 38

6 Tamat Akademi / PT 6 705 8.7

Jumlah 77 262 100

(39)

Kelembagaan Sosial

Sesuai kondisi di lokasi penelitian diketahui bahwa pengelolaan sampah dilaksanakan oleh beberapa pihak yang berkaitan langsung ataupu tidak langsung dalam operasional pengelolaan sampah, baik berupa instansi pemerintah maupun lembaga masyarakat. Meskipun pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab petugas kebersiham namun keterkaitan antar stakeholders juga ikut membantu dalam kegiatan pengelolaan sampah. Kelembagaan sosial atau yang biasa dikenal dengan Lembaga Masyarakat yang turut membantu dalam kegiatan pengelolaan sampah di Keluarahan Semper Barat meliputi RT, RW, Karang Taruna dan PKK. Kelembagaan sosial yang ada di Kelurahan Semper Barat terdiri dari 1 buah PKK, 17 buah Dekel, 8 buah Panti Asuhan, 1 buah Karang Taruna, 58 buah Majlis Ta’lim, 1 buah lembaga PPMK, 245 buah RT, dan 17 buah RW. Keberadaan lembaga-lembaga tersebut turut membantu masyarakat setempat dalam berbagai bidang, seperti lingkungan, sosial bahkan ekonomi (terutama masalah kemiskinan). Masyarakat sebagai produsen sampah terbesar memiliki peran utama dalam pengelolaan sampah. Peran masyarakat ini terlihat dari keterlibatan mereka dalam kegiatan pengelolaan sampah melalui lembaga-lembaga masyarakat yang mereka ikuti. Selain itu pula keberlangsungan operasional bank sampah dan kemudian didukung oleh kerja sama yang terkordinir dari berbafai pihak juga akan memaksimalkan fungsi dan tujuan pengelolaan sampah. Peran bank sampah dalam pengeloaan sampah dilakukan oleh masyarakat sendiri dan didampingi serta didukung (finansial dan pelatihan) oleh pihak sponsor yaitu PT ISM.

Rukun Tetangga

Kelurahan Semper Barat yang merupakan salah satu kelurahan dengan tingkat kepadatan tertinggi memiliki rukun tetangga (RT) yang juga cukup banyak. Kelurahan Semper Barat memiliki 246 Rukun Tetangga (RT). Rukun Tetangga ini tersebar di 17 Rukun Warga. Di lokasi penelitian yakni RW 2 terdapat 15 RT. Tiga belas dari 15 RT di RW 2 warganya telah menjadi nasabah bank sampah.

Rukun tetangga dibentuk oleh masyarakat untuk memberikan pelayanan pada masyarakat di sekitarnya, misalnya pelayanan pembuatan KTP dan urusan administrasi lainnya. Rukun tetangga (RT) tidak hanya bertindak sebagai lembaga pemerintah saja, tetapi juga sebagai kelembagaan sosial. Dalam perannya sebagai kelembagaan sosial, RT memiliki tugas untuk ikut serta membantu masalah sosial dan lingkungan. Salah satu masalah lingkungan yang menjadi perhatian adalah masalah sampah. Daerah kelurahan Semper Barat yang merupakan daerah rawan banjir membuat warga di kelurahan ini sangat peduli terhadap masalah sampah. Daerah rawan banjir karena berada di pinggir kali dan diperparah dengan masalah sampah akan memperbesar peluang daerah Semper Barat terkena banjir. Oleh karena itu sebagian besar RT di kelurahan ini rutin melaksanakan gotong royong untuk membersihkan saluran air dan jalan lingkungannya. Hal ini dilakukan tidak hanya untuk menguarangi resiko banjir saja tetapi juga dalam upaya menciptakan keindahan lingkungan.

(40)

Usaha pengolahan sampah ini merupakan usaha swadaya masyarakat. Hasil olahan kompos ini biasanya digunakan untuk pupuk di tanaman rumah warga. Komposting yang dilakukan oleh masyarakat dengan bekerja sama dengan pihak kelurahan ini bertujuan agar sampah daun maupun sisa makan dari rumah warga dapat dimanfaatkan kembali sehingga mengurangi pembuangan sampah ke LPS. Selain membantu dalam perbaikan lingkungan, usaha komposting ini juga mempunyai nilai ekonomi yakni nilai yang terkandung dalam pupuk kompos.

Karang taruna

Karang taruna merupakan organisasi para pemuda atau remaja di suatu desa atau kelurahan. Fungsi dari organisasi ini adalah sebagai wadah pembinaan para pemuda desa atau kelurahan. Biasanya kegiatan karang taruna meliputi kegiatan-kegiatan positif, misalnya olahraga, kerja bakti, bakti sosial, kesenian, membantu acara warga yang mempunyai hajatan, keagamaan, dan lain-lain. Ada 32 personil karang taruna di Semper Barat dan di bantu 5 personil unit di tiap RW. Karang taruna tidak hanya bertugas ketika ada bencana saja tetapi juga ikut membantu dalam kegiatan menangani masalah sosial dan lingkungan. Personil karang taruna yang merupakan pemuda diharapkan mampu menjadi promotor dalam membangun wilayah Semper Barat yang lebih baik. Selain itu kreasi dan karya karang taruna dalam menciptakan inovasi bagi lingkungannya juga membantu kelurahan ini mendapatkan penghargaan lingkungan bersih yaitu Adipura.

PKK

Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan oleh PKK adalah kegiatan PSN bersama petugas jumantik. Kegiatan PSN dan aksi bersih-bersih ini biasa dilaksanakan setiap Jumat dan Minggu. Kegiatan PSN merupakan program Pemda DKI Jakarta dalam memerangi dan memberantas nyamuk demam berdarah. Melalui kegiatan ini PKK mengajak peran serta ibu-ibu untuk mendukungnya. Peran ibu-ibu ini dianggap dapat memotivasi dalam menciptakan lingkungannya tetap bersih dan sehat. Tidak hanya ibu-ibu, kader posyandu bersama remaja perempuan juga turut dilibatkan. Baik PKK maupun petugas jumantik berkerja sama karena merekalah yang mengetahui persis wilayah-wilayah mana yang memang rawan terjadinya demam berdarah (DBD). Dalam kegiatannya, kader PKK dibantu para petugas jumantik melakukan sosialisasi tentang DBD,pemberian abate dan pentingnya pelaksanaan 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur) sebagai upaya pemberantasan sarang nyamuk. Selain sebagai salah satu upaya dan bentuk dukungan warga untuk menciptakan lingkungan bersih dan sehat, kegiatan PSN juga dilaksanakn untuk mendukung kelurahan Semper Barat dalam lomba kelurahan tingkat nasional.

Pola Rutinitas Harian

(41)

orang dari total responden (40 orang) pada penelitian ini juga bekerja sebagai IRT. Rumah tangga adalah produsen sampah terbesar bahkan bila dibanding sampah industri sekalipun. Sebagai ‘tokoh utama’ di rumah tangga, peran IRT sangat dibutuhkan dalam pengelolaan sampah. Hal ini sejalan dengan konsep ekofeminisme yang menyatakan pentingnya peranan perempuan bagi kelangsungan bumi. Begitu pun dengan peran IRT di RW 2 yang secara tidak langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan sampah. Dengan berprofesi sebagai IRT, memungkinkan responden untuk rutin mengumpulkan sampah dari limbah rumah tangga. Selain itu pula IRT juga mengajarkan anggota keluarga lainnya terutama anak untuk membuang sampah sesuai jenisnya. Sebagian besar IRT di RW ini telah membedakan tempat sampah organik dan anorganik. Hal ini memudahkan anggota keluarga lainnya untuk membuang sampah sesuai jenisnya. Sampah organik biasanya dikumpulkan di satu tempat sampah di luar rumah. Selesai memasak, IRT akan memasukkan sampah sisa dapur ke dalam kantong plastik dan kemudian dibuang di tempat sampah luar rumah. Ini dimaksudkan agar sampah tidak menimbulkan bau di dalam rumah. Selanjutnya sampah organik seperti sisa makanan dan limbah dapur akan diangkut oleh petugas kebersihan yang rutin mengambil sekali dalam dua hari. Berbeda dengan sampah organik, untuk sampah anorganik seperti botol minuman dan limbah plastik lainnya dikumpulkan dalam karung. Setelah penuh karung berisi sampah anorganik ini akan disetor ke bank sampah. Namun ada juga IRT yang langsung menyetorkan sampah anorganiknya sebelum karung penuh. Mereka beralasan bahwa dengan menyetorkan sampah langsung akan mengurangi kemungkinan sarang nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit.

“Kebanyakan yang ikut bank sampah ini adalah ibu rumah tangga. Karena kan mereka yang biasanya ngurus rumah dan ngumpulin sampah di rumahnya. Terus yang punya waktu buat ngurus-ngurus beginian kan ibu-ibu. Selain itu juga yang punya toko juga banyak yang ikut dan biasanya yang jumlah tabungan sampahnya yang paling banyak juga yang punya toko. Mereka biasa jualin kardus-kardus bekas jualan mereka” (PRI,Ketua BSSR)

Tidak hanya IRT, responden dengan jenis pekerjaan wiraswasta juga cukup mendominasi. Profesi wiraswasta yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mereka yang memiliki warung atau toko. Responden yang bewiraswasta akan menjual kardus dan bekas botol minuman dari beberapa produk jualan mereka. Bahkan dari data pengurus bank sampah diketahui bahwa sebagian besar nasabah yang memiliki jumlah tabungan besar adalah mereka yang memiliki toko atau warung. Hal ini karena jumlah sampah yang dikumpulkan oleh responden yang memiliki toko lebih banyak dibanding dengan jumlah sampah dari rumah tangga.

Ikhtisar

(42)

Semper Barat. Luas wilayah Semper Barat berkisar 159.97 Ha dengan jumlah penduduk mencapai 79.507 per Januari 2015 yang terdiri dari 40.676 laki-laki dan 38.831 perempuan.

(43)

PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

Profil Indofood

PT ISM Tbk merupakan perusahaan Total Food Solutions dengan kegiatan operasional pada seluruh tahapannya, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga distribusi produk ke tingkat pasar. Sepanjang perjalanannya, PT ISM telah memiliki lima kelompok usaha Strategis (“Grup”) yang saling melengkapi, yaitu Produk konsumen Bermerek (“CBP”) , Bogasari, Agribisnis, Distribusi, Budidaya & Pengolahan Sayuran.

PT ISM didirikan pada tahun 1990 dengan nama awal PT Panganjaya Intikusuma. Empat tahun kemudian, yaitu tahun 1994 PT Panganjaya Intikusuma mengganti nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan pada tahun yang sama pula Indofood mulai mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). PT ISM memiliki visi menjadi Perusahaan Total Food Solutions. Untuk mencapai visinya, PT ISM memiliki beberapa misi yang diuraikan sebagai berikut :

 Memberikan solusi atas kebutuhan pangan secara berkelanjutan

 Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi dan teknologi kami

 Memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan

 Meningkatkan stakeholders’ values secara berkesinambungan

Program CSR Indofood

PT ISM sebagai salah satu perusahaan bidang pangan yang cukup terkemuka, selain berusaha memenuhi kebutuhan pangan masyarakat tetapi juga turut berkontribusi dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan. Hal tersebut diterjemahkan dalam bentuk kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility atau “CSR”) dengan prinsip Triple Bottom Line (profit (keuangan), people (sosial), planet (lingkungan)). Melalui prinsip ini PT ISM berharap seluruh pihak baik internal maupun eksternal dapat berkembang bersama secara berkelanjutan (sustainable). Kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT ISM pada dasarnya telah mulai dilaksanakan sejak tahun 1990-an meskipun hanya berbentuk kegiatan donasi atau yang bersifat charity. Seiring perkembangan regulasi terkait CSR di Indonesia, PT ISM mulai membentuk sebuah departemen khusus yang menangani kegiatan CSR pada tahun 2004.

(44)

masyarakat yang dilakukan oleh PT ISM. Penjelasan terkait lima pilar kegiatan CSR PT ISM dapat dilihat di bawah ini :

Pembangunan Sumber Daya Manusia

Program CSR dalam pilar Pembangunan Sumber Daya Manusia dilaksanakan melalui dua bidang yaitu, pendidikan dan peningkatan nutrisi.

1. Melalui Pendidikan

Keyakinan Indofood bahwa pendidikan merupakan faktor utama dalam pembangunan sumber daya manusia mendorong Indofood menunjukkan kepeduliannya terhadap pendidikan melalui kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk mengikuti pendidikan formal maupun non formal, turut serta dalam pengembangan riset, dan meningkatkan kompetensi para guru.

2. Melalui Peningkatan Nutrisi

Selain melalui pendidikan, kontribusi pembangunan sumber daya manusia yang juga dilakukan oleh Indofood adalah melalui perbaikan gizi masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mendukung program MDG’s pada poin 4 dan 5, yaitu Menurunkan Angka Kematian Anak dan Meningkatan Kesehatan Ibu.

Beasiswa Indofood Sukses Makmur (BISMA) : Pemberian beasiswa bagi anak–anak karyawan yang berprestasi. Selain itu, bekerjasama dengan Yayasan Karya Salemba Empat, Indofood juga memberikan beasiswa bagi para mahasiswa berprestasi yang memiliki keterbatasan ekonomi dari sebelas perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia.

Indofood Riset Nugraha ("IRN") : program pemberian bantuan dana untuk kegiatan penelitian di bidang pangan, terutama berkaitan dengan peningkatan kualitas pangan, serta penganekaragaman pangan dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional.

Pembangunan “Rumah Pintar” : Pembangunan sarana bagi pendidikan inovatif non formal berupa 20 unit Rumah Pintar dan dilaksanakan bekerja sama dengan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB),

Program Bantuan Sarana Pendidikan : Indofood melalui anak perusahaannya, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), berusaha menyediakan fasilitas taman bacaan, yaitu Taman Baca BUNGA (Buku Untuk anak Bangsa)

Layanan Mobil Klinik SUN : Layanan Mobil Klinik SUN ini dilakukan dengan beberapa kegiatan , yaitu memberikan edukasi mengenai pentingnya peningkatan gizi masyarakat, menyediakan layanan kesehatan, konsultasi dan pendidikan nutrisi bagi masyarakat.

Gambar

Gambar 1  The Triple Bottom Line
Gambar 2  Kerangka Pemikiran
Tabel 1  Pendekatan penelitian
Tabel  2  Jenis dan metode pengumpulan data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rendahnya tingkat partisipasi peserta ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu: peserta program lebih memercayakan pendapat mereka kepada tokoh masyarakat yang

Hal ini disebabkan oleh kreteria penilaian kinerja bank yang tidak hanya dinilai dari segi finansial semata, namun juga harus dinilai tingkat kesehatan bank penting artinya bagi

Melalui karya tulis ilmiah ini, penulis memfokuskan diri pada penelitian studi kasus mengenai persepsi terhadap partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program CSR yang

Bila dilihat dari setiap indikator tampak bahwa semua indikator tahapan partisipasi termasuk kriteria sedang kecuali pada partisipasi pada pemanfaatan hasil pembangunan yang

Dengan mengacu pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbandingan tingkat kesehatan bank pada PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas Lokal Melalui Program Bank Sampah Di Kota Cimahi.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Perubahan sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum dari metode CAMELS menjadi metode RGEC disebabkan oleh krisis keuangan global yang terjadi beberapa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Karakteristik sosial ekonomi responden adalah tingkat pendidikan masih rendah, luas lahan yang diusahakan relatif sedang, status