PENENTUAN KADAR LEMAK
DALAM MIE PRODUK INDOFOOD
TUGAS AKHIR
Oleh :
MUHAMMAD IQBAL 062410051
PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PENENTUAN KADAR LEMAK
DALAM MIE PRODUK INDOFOOD
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh :
MUHAMMAD IQBAL 062410051
Medan, 2009
Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt
NIP : 130 872 286
Disahkan Oleh : Dekan,
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Penulis Panjatkan kehadirat allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
Laporan Tugas Akhir ini merupakan Tugas Akhir yang bertujuan untuk
memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III (D3) Analis
Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dalam Penyusunan Tugas Akhir ini, Penulis banyak menerima bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada:
1. Bapak Pantas M. Siahaan, selaku pembimbing lapangan saat PKL di PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk Medan.
2. Bapak Naiktua Sinabutar selaku kepala BPDQC PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk Medan juga beserta staf Laboratorium Quality Control PT.
Indofood yang telah membimbing penulis saat PKL di PT. Indofood Sukses
Makmur
3. Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan nasehat serta perhatiannya
sehingga selesainya Tugas Akhir ini.
4. Bapak Prof. Dr.Sumadio Hadisahputra, Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi
USU.
iv
6. Seluruh teman–teman kuliah angkatan 2006 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.
Sebagai seorang manusia dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang
dikuasai, penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih sangat jauh dari
sempurna sehingga membutuhkan masukan dan kritikan yang bersifat
membangun. Oleh karena itu penulis sangat berterimakasih bagi yang ingin
menyumbangkan masukan dan kritikan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca.
Medan , April 2009
vi
2.8. Fungsi minyak dan lemak ... 11
2.9. Kerusakan lemak ... 12
BAB III. METODELOGI ... 14
3. 1. Alat dan bahan ... 14
3.1.1. Alat – alat... 14
3.1.1. Bahan – bahan ... 14
3.1.3. Cara kerja ... 14
3.1.4. Rumus perhitungan ... 15
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16
4.1. Hasil ... 16
4.2. Pembahasan ... 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 18
5.1. Kesimpulan ... 18
5.2. Saran ... 18
DAFTAR PUSTAKA ... 19
vii
DATAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan ... 20
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Lipid adalah sekelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan,
hewan, atau manusia yang memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi
sel. Senyawa lipid tidak memiliki rumus empiris tertentu atau struktur yang
serupa, tetapi terdiri atas beberapa golongan. Salah satunya adalah minyak atau
lemak yang merupakan lipid sederhana (Yazid dan Nursanti, 2006)..
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber
energi yang lebih efektif jika dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu
gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan
protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak atau lemak, khususnya minyak
nabati mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, linolenat, dan
arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat
penumpukan kolesterol. Oleh sebab itulah sering kali minyak dan lemak
ditambahkan dengan sengaja kedalam bahan pangan (Winarno, 1992).
Akan tetapi, produksi pangan dan konsumsi pangan menjadi tidak
sederhana. Keduanya dapat terpisah ruang dan waktu yang tak kecil. Pangan harus
mudah dibawa dan disimpan. Maka dari itu, dibuatlah suatu produk pangan instan.
Dengan membuat produk pangan instan, kendala masalah penyimpanan serta
ix
terjangkiti bibit penyakit, serta produk pangan instan mudah ditangani dan praktis
(Hartomo dan Widiatmoko, 1993).
1.2. Tujuan dan Manfaat 1.2.1. Tujuan
Untuk mengidentifikasi kadar lemak yang terdapat dalam mie produk
Indofood dan untuk mengetahui apakah kadar lemak yang terkandung di dalam
mie produk Indofood sesuai dengan kadar lemak yang ditetapkan oleh SNI.
1.2.2. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dengan mengetahui kadar lemak yang terdapat
didalam mie produk Indofood adalah agar dapat diketahui bahwa mie yang
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Lipid adalah sekelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan,
hewan, atau manusia yang memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi
sel. Senyawa lipid tidak memiliki rumus empiris tertentu atau struktur yang
serupa, tetapi terdiri atas beberapa golongan. Salah satunya adalah minyak atau
lemak yang merupakan lipid sederhana (Yazid dan Nursanti, 2006)..
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber
energi yang lebih efektif jika dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu
gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan
protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak atau lemak, khususnya minyak
nabati mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, linolenat, dan
arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat
penumpukan kolesterol. Oleh sebab itulah sering kali minyak dan lemak
ditambahkan dengan sengaja kedalam bahan pangan (Winarno, 1992).
Akan tetapi, produksi pangan dan konsumsi pangan menjadi tidak
sederhana. Keduanya dapat terpisah ruang dan waktu yang tak kecil. Pangan harus
mudah dibawa dan disimpan. Maka dari itu, dibuatlah suatu produk pangan instan.
Dengan membuat produk pangan instan, kendala masalah penyimpanan serta
ix
terjangkiti bibit penyakit, serta produk pangan instan mudah ditangani dan praktis
(Hartomo dan Widiatmoko, 1993).
1.2. Tujuan dan Manfaat 1.2.1. Tujuan
Untuk mengidentifikasi kadar lemak yang terdapat dalam mie produk
Indofood dan untuk mengetahui apakah kadar lemak yang terkandung di dalam
mie produk Indofood sesuai dengan kadar lemak yang ditetapkan oleh SNI.
1.2.2. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dengan mengetahui kadar lemak yang terdapat
didalam mie produk Indofood adalah agar dapat diketahui bahwa mie yang
x
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Lipid
Pengertian lipid secara umum adalah kelompok zat atau senyawa organik
yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari
zat atau senyawa lipid ialah tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut-pelarut
non polar seperti alcohol, kloroform, eter, aseton, dan sebagainya (Hawab, 2004).
Senyawa lipid tidak memiliki rumus empiris tertentu atau struktur yang
serupa, tetapi terdiri atas beberapa golongan. Salah satunya adalah minyak atau
lemak yang merupakan lipid sederhana (Yazid dan Nursanti, 2006).
Lemak terdiri dari unsur C, H dan 0 yang mempunyai sifat tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam bahan organik misalnya Eter, Petroleum Spirit,
Heksan, dan Kloroform. Lemak juga mempunyai fungsi sebagai pelarut
vitamin-vitamin A, D, E dan K. Lemak dan minyak secara kimiawi merupakan bagian
terbesar dari kelompok lipid yang umumnya berupa Trigliserida. Trigliserida ini
merupakan hasil dari reaksi satu molekul Gliserol dengan tiga molekul Asam
Lemak (ketiganya dapat berbeda) yang membentuk reaksi satu molekul
Trigliserida dan tiga molekul air (Darmasih, 1997).
Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah trigliserida yang merupakan
ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Senyawa ini terbentuk dari hasil
xi R3, maka trigliserida yang terbentuk disebut trigliserida sederhana, sebaliknya bila berbeda disebut trigliserida campuran.
2.2. Klasifikasi Lipid
Lipid dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan besar, yaitu:
° Lipid sederhana: senyawa ester asam lemak dan berbagai alkohol. Contoh:
lemak atau minyak dan lilin (wax).
° Lipid kompleks (gabungan): senyawa ester asam lemak yang mempunyai
gugus lain disamping alkohol dan asam lemak, misalnya karbohidrat atau
protein. Contoh: fosfolipid, glikolipid, dan lipoprotein.
° Derivat lipid: senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid.
Contoh: asam lemak, gliserol, aldehida lemak, keton, hidrokarbon, sterol,
xii
Selain menurut penggolongan diatas, berdasarkan sifat kimianya lipid
dapat pula dibedakan menjadi dua, yaitu: lipid yang dapat disabunkan atau dapat
dihidrolisis dengan basa, contohnya: lemak atau minyak, dan lipid yang tidak
dapat disabunkan, cotohnya: sterol dan terpena.
2.3. Sifat-sifat Lemak atau Minyak
Sifat fisikokimia lemak dan minyak berbeda satu sama lain, tergantung
pada sumbernya. Secara umum, bentuk trigliserida lemak dan minyak sama, tetapi
wujudnya berbeda. Dalam pengertian sehari-hari, disebut minyak jika berbentuk
padat pada suhu kamar dan disebut minyak jika berbentuk cair pada suhu kamar.
Trigliserida dapat berbentuk padat atau cair berhubungan dengan asam
lemak penyusunnya. Minyak nabati sebagian besar berbentuk cair karena
mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat (C17H33COOH),
asam lonoleat (C17H31COOH), dan asam linolenat (C17H29COOH). Asam-asam
lemak termasuk asam lemak esensial yang dapat mencegah timbulnya gejala
arteriosclerosis karena penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan
kolesterol. Sebaliknya, asam lemak hewani umunya pada suhu kamar berbentuk
padat karena banyak mengandung asam lemak jenuh seperti asam stearat
xiii
2.4. Komponen Kimiawi Lipid
Trigliserida/Triasil Gliserol/Lemak Netral
Trigliserida/triasil gliserol/lemak netral adalah suatu ester alkohol dengan
asam lemak. Alkoholnya gliserol dan asam lemaknya adalah asam karboksilat
dengan kerangka hidrokarbon yang panjang (BM tinggi).
Gliserol
Gliserol adalah senyawa organik dari polialkohol atau poliol dengan
struktur sebagai berikut:
CH2OH
CHOH
CH2OH
gliserol
Gliserol disebut juga gliserin, sebagai nama dagang atau nama trivial yang
kemurniannya lebih rendah dari gliserol.
Asam Lemak
Asam lemak adalah bagian integral dari biomolekul lipid, jarang
ditemukan bebas di alam karena selalu terikat sebagai ester. Suatu molekul asam
lemak dengan BM tinggi memperlihatkan sifat lipid, karena itu kadang-kadang
xiv
2.5. Jenis-jenis Minyak dan Lemak
Menurut Budiyanto (2004), lemak dan minyak mempunyai beberapa jenis,
diantaranya adalah:
Minyak goreng
Berfungsi sebagai penghantar panas, penambah cita rasa gurih, dan
penambahan nilai kalori bahan pangan. Minyak goreng ketika digunakan untuk
menggoreng akan mengalami proses hidrolisis gliserol, dimana gliserol oleh panas
akan dihidrolisis menjadi akrolein dan air.
Mentega
Mentega merupakan emulsi air dengan minyak dengan kira-kira 18% air
terdispersi dalam 80% lemak dengan sejumlah kecil protein yang bertindak
sebagai zat pengemulsi.
Margarin
Margarin juga merupakan emulsi air dalam minyak. Lemak yang
digunakan berasal dari lemak hewani dan nabati, seperti lemak babi dan sapi.
Sedangkan lemak nabati yang digunakan adalah minyak kelapa sawit, minyak
xv
Shortening/Mentega Putih
Merupakan lemak padat yang mempunyai sifat plastis dan kestabilan
tertentu. Umumnya berwarna putih. Bahan ini diperoleh dari hasil campuran dua
atau lebih lemak atau dengan cara hidrogenasi.
Lemak Gajih
Merupakan lemak yang diperoleh dari jaringan lemak ternak sapi atau
kambing, yang terdapat dalam rongga perut.
2.6. Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit adalah minyak yang diperoleh dari proses
pengempaan daging buah tanaman Elaeis guineensis Jacg. Minyak kelapa sawit
digolongkan dalam satu jenis mutu dengan nama Sumatera palm oil (Badan
Standar Nasional, 1992).
Minyak kelapa sawit digunakan sebagai bahan baku minyak goreng,
margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi.
Minyak sawit dapat digunakan untuk beragam keperluyan karena keunggulan sifat
yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan
bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis
yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.
Bagian yang paling sering diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian
xvi
minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit
adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten
yang tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit).
2.7. Penentuan Kadar Lemak
Pada penentuan kadar lemak dengan pelarut organik, selain lemak juga
terikut Fosfolipida, Sterol, Asam lemak bebas, Karotenoid, dan Pigmen yang lain.
Karena itu hasil analisanya disebut Lemak Kasar. Secara garis besar, analisa
lemak kasar ada dua cara, yaitu Cara Kering (Ekstraksi Panas) dan Cara Basah
(Ekstraksi Dingin).
2.7.1. Cara Kering
Cara kering digunakan untuk bahan yang tidak mengandung kadar air
yang tinggi dimana contoh dibungkus atau ditempatkan dalam "Thumble"
(selongsong tempat contoh). Karena contoh tidak mengandung air yang tinggi,
maka pelarut yang dipilih harus bersifat tidak menyerap air. Apabila bahan contoh
masih mengandung air yang tinggi, maka bahan pelarut akan sulit masuk ke dalam
jaringan/sel dan pelarut menjadi jenuh dengan air, sehingga ekstraksi lemak
kurang efisien. Selain itu adanya air akan menyebabkan zat-zat yang larut dalam
air akan ikut terekstraksi bersama lemak, sehingga hasil analisanya kurang
mecerminkan yang sebenarnya. Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat
xvii
terputus-putus dapat dijalankan dengan Alat Soxhlet atau ASTM (America Society
Testing Material). Sedangkan ekstraksi secara berkesinambungan dengan alat
goldfish atau ASTM yang telah dimodifikasi.
2.7.2. Cara Basah (Ekstraksi Dingin)
Menggunakan alat Botol BABCOCK atau dengan MOJONNIER. Bahan
yang dianalisa berbentuk cair atau bahan yang mengandung kadar air yang tinggi
(Darmasih, 1997).
2.8. Fungsi Minyak dan Lemak
Menurut Budiyanto (2004), lemak mempunyai fungsi yang cukup banyak.
Fungsi tersebut terbagi menjadi dua fungsi, yaitu fungsi utama dan fungsi lainnya.
Fungsi Utama
o Sebagai penghasil energi, dimana tiap gram lemak mengandung sekitar 9
sampai 9,3 kalori.
o Sebagai pembangun/pembentuk susunan tubuh.
o Pelindung kehilangan panas tubuh.
o Sebagai pengahasil asam lemak esensial.
o Sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K.
Fungsi Lainnya
xviii
o Sebagai penangguh perasaaan lapar sehubungan dengan dicernanya lemak
lebih lama.
o Sebagai pemberi cita rasa dan keharuman yang lebih baik pada makanan.
o Sebagai agen pengemulsi yang akan mempermudah transpor substansi
lemak keluar masuk melalui membrane sel.
o Sebagai precursor dari protaglandium yang berperan mangatur tekanan
darah, denyut jantung, dan lipolisis.
2.9. Kerusakan Lemak
Beberapa kerusakan lemak diantaranya adalah ketengikan (rancidity),
dekomposisi lemak, produksi keton dalam lemak, perubahan warna oleh bakteri,
oksidasi lemak, dan lain-lain.
Ketengikan dapat diartikan sebagai perubahan bau dan flavor pada lemak atau
bahan pangan yang mengandung lemak. Ketengikan dapat disebabkan oleh 4
faktor, yaitu:
o Absorbsi bau oleh lemak
o Aktivitas enzim dalam jaringan bahan pangan berlemak
o Ektivitas mikroba
o Oksidasi oleh oksigen di udara.
Kerusakan bahan pangan yang mengandung lemak dapat dihindarkan dengan
xix
adalah dengan membungkus produk menggunakan bahan pembungkus yang tidak
menghasilkan bau.
Destruksi uap atau zat berbau menggunakan gas ozon dapat dilakukan untuk
membersihkan udara ruangan yang telah dicemari oleh bau dari suatu bahan yang
disimpan. Namun, penanganan bahan pangan dengan menggunakan gas ozon
harus dilakukan dengan berhati-hati. Karena bahan pangan yang berkadar lemak
xx
BAB III METODOLOGI
3.1. Peralatan dan Bahan 3.1.1. Peralatan
Neraca analitik sampai ketelitian 0,1 g
Labu lemak 250 ml
3.1.2. Bahan dan Pereaksi
Petroleum benzene
Thimble bebas lemak
Kapas bebas lemak
Batu didih
3.1.3 Cara Kerja
Contoh dihaluskan sampai cukup halus (<1 mm).
Timbang dengan teliti 2-4 g contoh, masukkan dalam thimble dan tutup
xxi
Ekstrak dengan petroleum benzene dalam alat soxhlet selama 4 jam.
Atur suhu penangas air dimana labu didih dipanaskan pada suhu 60-70 0C.
Masukkan thimble berisi contoh kedalam alat soxhlet.
Labu lemak berisi batu didih yang digunakan sebelumnya telah diketahui
bobot tetapnya.
Sulingkan dan keringkan labu lemak yang berisi residu lemak/minyak
dalam oven pada suhu 105 0C sampai tidak berbau pelarut selama 3 jam.
Dinginkan dalam desikator selama 30-40 menit
Timbang labu berisi minyak.
3.1.4. Rumus Perhitungan
Kadar lemak = w1 w2
w
− x 100%
Dimana:
W = bobot contoh dalam gram
W1 = bobot labu beserta residu minyak setelah ekstraksi dalam gram
W2 = bobot labu sebelum akstraksi dalam gram
3.1.5. Persyaratan
xxii
BAB IV
HASIL DAN PENBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil pemeriksaan penetapan kadar lemak yang dilakukan di laboratorium
QC di PT. Indofood pada tanggal 24 Februari 2009 dapat dilihat pada tabel.
Tabel 1 Hasil Penetapan Kadar Lemak
keterangan: W= berat lemak (gram)
W1= berat labu kosong (gram)
xxiii
4.2. Pembahasan
Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil yang masing-masing
masih memenuhi persyaratan yang telah ditentukan berdasarkan SNI, yaitu antara
15-18,5%. hasil ini menyatakan bahwa kadar lemak yang terkandung dalam mie
produk Indofood masih memenuhi standar gizi dan kesehatan untuk dikonsumsi.
Hasil dari penetapan kadar lemak, diperoleh dari perhitungan yang tertera
pada lampiran 1.
Kadar lemak dalam produk mie diberi batasan antara 15-18,5% dari total
berat mie. Seperti yang kita ketahui, lemak berfungsi sebagai cadangan makanan
yang memiliki nilai kalori yang lebih tinggi daripada karbohidrat dan protein.
Sehingga diharapkan kadar lemak yang ada dalam produk mie dapat memiliki
nilai gizi yang cukup bagi tubuh. Namun, lemak dengan kadar yang berlebih dapat
membahayakan kesehatan. Semakin banyak kadar lemak dalam produk mie, maka
semakin besar kemungkinan untuk terjadi autooksidasi yang dapat mengakibatkan
produk mie menjadi cepat bau.
Menurut ketaren (1986), minyak yang telah dimurnikan biasanya masih
mengandung mikroba berjumlah maksimum 10 organisme tiap 1 gram lemak, dan
ini dapat dikatakan steril.
Mikroba yang menyerang bahan pangan yang berlemak biasanya termasuk
mikroba yang non pathogen. Namun, umumnya dapat merusak lemak dengan
xxiv
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari penentuan kadar lemak dengan menggunakan metode soxhletasi yang
telah dilakukan, dapat disimpulakan bahwa mie produk Indofood memenuhi
standar mutu dan gizi serta layak untuk dikonsumsi.
5.2. Saran
Sebaiknya dalam proses ekstraksi lemak dalam alat soxhlet dilakukan
selama 6 jam agar lemak dapat terekstrak sempurna dan kadar lemak yang
xxv
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional, (1992), SNI Kelapa Sawit.
Budiyanto, A.K., (2004), Dasar-Dasar Ilmu Gizi, UMM Press. Hal. 32-34
Darmasih. (1997). Lokakarya Fungsional Non Peneliti. Penetapan Kadar Lemak
Kasar Dalam Makanan Ternak Dengan Metode Kering.
Hartomo, A.J., & Widiatmoko, M.C., (1993), Emulsi dan Pangan Instan Ber-
Lesitin, Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. Hal. 45
Hawab, H.M., (2004), Pengantar Biokimia, Malang: Bayu Media Publishing.
Hal.129,132,133
Ketaren, S., (1986), Minyak dan Lemak Pangan, Jakarta: UI Press. Hal. 61,64,103
Winarno, F.G., (1992), Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta: Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama. Hal. 84
Yazid, E., dan Nursanti, L., (2006), Penuntun Praktikum Biokimia Untuk
xxvi
Lampiran 1
Perhitungan Penetapan Kadar Lemak
xxvii
Lampiran 2
xxviii
Lampiran 3
Mekanisme Ekstraksi Soxhletasi
o Labu ekstraksi diisi pelarut maksimum 2 3 dari isi labu. Jangan lupa
memasukkan beberapa butir batu didih (boiling chips).
o Kedalam bagian ekstraktor dimasukkan sampel yang telah terlebih dahulu
dibungkus kertas saring (thimble). Tinggi sampel tidak boleh melebihi
pipa samping.
o Alat-alat dipasang. Kondensor berguna untuk mendinginkan uap pelarut
yang berasal dari pemanasan labu ekstraksi dengan menggunakan
waterbath. Kondensor mengembunkan uap pelarut sehingga menetes turun
dan menggenangi sampel yang berada dalam ekstraktor.
o Pelarut dalam labu ekstraktor dipanaskan sampai mendidih. Uap pelarut
naik melalui pipa samping yang besar ke bagian ekstraktor dan terus ke
naik menuju kondensor. Uap pelarut yang berada di kondensor
diembunkan sehingga jatuh menetes dan menggenangi sampel. Proses
penggenangan ini mengakibatkan kandungan kimia dalam sampel terlarut.
Ketika permukaan pelarut dalam ekstraktor sama tinggi dengan pipa
samping yang kecil, maka oleh tekanan hidrostatis pelarut akan turun
melalui pipa tersebut kedalam labu ekstraksi. Mulai dari penguapan
pelarut di labu ekstraksi sampai perendaman sampel di bagian ekstraktor
xxix
o Jika pemanasan diperkuat, maka proses penguapan pelarut semakin cepat,
sehingga 1 siklus semakin singkat waktunya. Lama soxhletasi biasanya